BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009 : 22) manajemen adalah “Proses pengkoordinasian dan pengintegrasian kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif dan efisien melalui orang lain”. Ada 2 kata penting yang saling terkait di sini adalah pengkoordinasian orang lain dan efektif efisien. Pengkoordinasian orang lain artinya melibatkan orang lain, sedangkan efektif dan efisien untuk menunjukkan berdaya guna dan berhasil guna. Pengkoordinasian orang lain tidak berarti kegiatan tidak dapat dilakukan sendiri, hanya saja dalam pertimbangan efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara optimal pelibatan tersebut, perlu dikelola atau ada proses atau upaya pengkoordinasian yang disebut manajemen. Menurut Dyck dan Neubert (2009:7), manajemen adalah “Proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan sumber daya manusia dan sumber daya organisasi lainnya agar dapat secara efektif mencapai tujuan organisasi.” Menurut Griffin (2004 : 7), manajemen adalah “Suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keutusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) 11
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Menurut Robbins dan Coulter (2009 : 22) manajemen
adalah “Proses pengkoordinasian dan pengintegrasian
kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif
dan efisien melalui orang lain”. Ada 2 kata penting
yang saling terkait di sini adalah pengkoordinasian orang
lain dan efektif efisien. Pengkoordinasian orang lain
artinya melibatkan orang lain, sedangkan efektif dan
efisien untuk menunjukkan berdaya guna dan berhasil
guna. Pengkoordinasian orang lain tidak berarti kegiatan
tidak dapat dilakukan sendiri, hanya saja dalam
pertimbangan efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan
orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara optimal
pelibatan tersebut, perlu dikelola atau ada proses atau
upaya pengkoordinasian yang disebut manajemen.
Menurut Dyck dan Neubert (2009:7), manajemen adalah
“Proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan
mengendalikan sumber daya manusia dan sumber daya
organisasi lainnya agar dapat secara efektif mencapai
tujuan organisasi.”
Menurut Griffin (2004 : 7), manajemen adalah “Suatu
rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan
keutusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya
organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi)
11
12
dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan
Suatu proses dalam rangka mencapai tujuan dengan bekerja
bersama melalui orang-orang dan sumber daya organisasi
lainnya.
2.1.2 Fungsi Manajemen
Robbins dan Coulter (2009 : 24) menyebutkan bahwa
fungsi-fungsi manajemen adalah:
1. Perencanaan: mencakup pendefinisian tujuan,
penetapan strategi, dan mengembangkan rencana
untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
12
2. Pengorganisasian; adalah menentukan tugas apa
saja yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan,
bagaimana tugas-tugas dikelompokkan, siapa
melapor kepada siapa, dan pada tingkat mana
keputusan harus dibuat.
3. Kepemimpinan; meliputi kegiatan-kegiatan
memotivasi bawahan, mengarahkan, menyeleksi
saluran komunikasi yang paling efektif, dan
memecahkan konflik.
4. Pengendalian; meliputi pemantauan kegiatan-
kegiatan untuk memastikan bahwa semua orang
mencapai apa yang telah direncanakan dan
mengkoreksi penyimpangan-penyimpangan yang ada.
Keempat fungsi manajemen ini berujung pada
tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang
telah dicanangkan bagi organisasi. Manajer harus
sepenuhnya memahami setiap fungsi dasar tersebut,
manajer yang efektif terlatih dalam melaksanakan
setiap fungsi dan harus mampu bergerak maju mundur
di antara berbagai fungsi sesuai dengan keadaan, dan
harus sering melaksanakan beberapa fungsi dan
aktivitas secara bersamaan. Manajer tidak boleh
hanya efektif dalam salah satu fungsi atau hanya
melaksanakan sebagian fungsi karena semuanya
penting. (Griffin, 2004 : 11-12)
13
2.1.3 Tingkatan manajemen
Menurut Madura, (2007 : 243) menjelaskan ada tiga
tingkatan manajemen dalam organisasi :
1. Manajer lini garis-pertama (first line)/supervisor adalah
tingkatan manajemen paling rendah dalam suatu
organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-
tenaga operasional. Dan mereka tidak membawahi
manajer yang lain. Manajer supervisor biasanya
sangat terlibat dengan para karyawan yang
melakukan proses produksi sehari-hari.
2. Manajer menengah (Middle Manager) adalah manajemen
menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam
suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi
dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer
lainnya kadang-kadang juga karyawan operasional
serta memecahkan masalah dan mencari metode-
metode baru dalam meningkatkan kinerja, serta
mengambil keputusan jangka pendek.
3. Manajer Puncak (Top Manager) terdiri dari kelompok
yang relatif kecil, manager puncak bertanggung
jawab atas manajemen keseluruhan dari organisasi.
Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui
orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-
kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi
serta mengambil keputusan yang berkaitan dalam
jangka panjang.
14
2.2 Visi dan Misi
Banyak ahli yang memberikan pengertian visi dan
misi. Salah satunya adalah sebagai berikut, Menurut
M.Fuad, Christin (2010 : 7), Setiap perusahaan senantiasa
mempunyai cita-cita ideal yang hendak dicapai. Cita-cita
tersebut akan diperjuangkan agar “jati diri” nya jelas,
yakni citra nilai dan kepercayaan perusahaan. Citra nilai
dan kepercayaan ideal ini disebut visi perusahaan.
Dengan kata lain, visi merupakan wawasan luas ke
masa depan dari manajemen dan merupakan kondisi ideal yang
hendak dicapai oleh perusahaan di masa yang akan datang.
Visi memberikan arah dan ide aktual kepada manajemen dalam
proses pembuatan keputusan, agar setiap tindakan yang akan
dilakukan senantiasa berlandaskan pada visi perusahaan dan
memungkinkan untuk mewujudkannya. Selanjutnya, untuk
menghayati visi, diperlukan tatanan atas nilai dan
kepercayaan perusahaan yang bisa menjadi “pernyataan
usaha” dari perusahaan, pernyataan usaha ini disebut Misi
perusahaan. Misi bermanfaat untuk memberikan pedoman
kepada manajemen dan memusatkan kegiatannya. Visi, misi,
sasaran (goals), dan tujuan (objectives) mempunyai arti yang
berbeda.
Visi
o Diciptakan melalui pemufakatan / konsensus
o Memberikan pandangan atas sesuatu yang
terperbaiki di masa depan
o Mempengaruhi orang- orang untuk menuju ke misi
o Tanpa keterbatasan dimensi waktu
15
Misi
o Mengejawantahkan alasan dan keberadaan
perusahaan
o Tidak selalu mencerminkan suatu kinerja, kendati
ada dasar pengalokasian sumber daya dan
penetapan tujuan
o Tanpa dimensi waktu atau tolak ukur tertentu
o Mengejawantahkan kegiatan usaha yang telah
dilakukan dan yang akan diupayakan, baik
menyangkut produk, konsumen maupun pasar
sasaran.
Dari karakteristik di atas bisa disimpulkan bahwa
misi merupakan implementasi lebih lanjut dari visi.
Eksistensi visi berasal dari pemilik perusahaan,
sedangkan misi diperuntukan manajemen. Visi bersifat
abstrak, sedangkan misi dikaitkan dengan aktivitas serta
lebih konkret dan dinamis. Dalam perusahaan, untuk menuju
yang “terbaik”, misi hendaknya tidak dinyatakan terlalu
luas agar tetap dapat menjadi pedoman bagi manajemen
dalam memfokuskan aktivitasnya. Sebaliknya, jika
dinyatakan terlalu sempit, perusahaan bersangkutan
mungkin bisa kehilangan peluang untuk berkarya dikemudian
hari. Pada umumnya perusahaan besar memiliki visi dan
misi yang dikemukakan secara formal dalam pernyataan-
pernyataan yang singkat tetapi bermakna luas, sloganistik
dan terkadang filosofis.
16
2.3 Strategi
Menurut Chandler yang dikutip dari buku Rangkuti
(2009 : 3), strategi merupakan “Alat untuk mencapai
tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka
panjang, program tindak lanjut, serta alokasi sumber
daya.”
Menurut pendapat Porter yang dikutip dari buku
Rangkuti ( 2009 : 4), strategi adalah “Alat yang sangat
penting untuk mencapai tujuan bersama.” Menurut Hamel dan
Prahalad yang dikutip dari buku Rangkuti (2009 : 4),
strategi merupakan “Tindakan yang bersifat incremental
( senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan
oleh pelanggan masa depan.”
Dari semua pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa strategi merupakan suatu proses perencanaan yang
dilakukan seseorang atau suatu organisasi atau suatu
perusahaan untuk mencapai tujuan dan sasaran jangka
panjang yang diinginkan dengan mempertimbangkan faktor
internal dan eksternal sehingga dapat menjadi lebih baik
dari pesaingnya.
2.4 Korelasi Visi, Misi, Strategi dengan Balanced
Scorecard
Visi dan misi menyatukan semua nilai yang dimiliki
setiap orang dan kelompok kepentingan sepanjang waktu.
Selain itu visi dan misi menegaskan nilai dan tujuan yang
dapat dipahami dan diterima oleh semua pihak di luar
17
perusahaan. Akhirnya visi dan misi menguatkan komitmen
perusahaan terhadap kegiatan yang bertanggungjawab, yang
sejalan dengan kebutuhannya untuk mempertahankan dan
melindungi klaim-klaim penting dari orang- orang dalam
perusahaan akan suatu kelangsungan hidup yang tahan lama,
tumbuh, dan menguntungkan untuk perusahaan.
Visi dan strategi diterjemahkan kedalam empat
perspektif yang kemudian oleh masing-masing perspektif
visi dan strategi tersebut dinyatakan dalam bentuk
sasaran yang ingin dicapai organisasi, ukuran (measures)
dari sasaran, target yang diharapakan dimasa yang akan
datang serta inisiatif-inisiatif atau program yang akan
dilaksanakan untuk memenuhi sasaran-sasaran starategis.
Balanced Scorecard sebagai suatu sistem manajemen
yang mengintegrasikan visi, misi dan strategi kedalam
empat perspektif secara seimbang ditunjukan dalam
International Journal of Information Management (2011) pp460– 468 ,
menurut Chytas et al. dalam gambar dibawah ini.
18
Gambar 2.1 : Basic design of a Balanced Scorecard PerformanceSystem
Sumber : International Journal of Information Management 31 (2011:460– 468)
2.5 Pengertian Manajemen Strategik
Menurut Heene dan Desmidt (2010:9) manajemen
strategik adalah “Kesatuan proses manajemen pada suatu
organisasi yang berulang-ulang dalam menciptakan nilai
serta kemampuan untuk menghantar dan memperluas
distribusinya kepada pemangku kepentingan ataupun pihak
lain yang berkepentingan”.
Sedangkan menurut David (2009:18) strategi adalah
“Sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak
dicapai.”
Namun, menurut Solihin (2009 : 69) strategi tidak
didefinisikan hanya semata-mata sebagai cara untuk
mencapai tujuan karena strategi dalam konsep manajemen
strategik mencakup juga penetapan berbagai tujuan itu
sendiri (melalui berbagai keputusan strategik yang dibuat
oleh manajemen perusahaan) yang diharapkan akan menjamin
terpeliharanya keunggulan bersaing perusahaan.
Berdasarkan pendapat para ahli, penulis
menyimpulkan bahwa manajemen strategik adalah Kumpulan
dari keputusan dalam proses manajemen yang bertujuan
untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi.
19
2.5.1 Tahap-Tahap Manajemen Strategik
Tahap-tahap manajemen strategik menurut Wheelen dan
Hunger (2006:10) mencakup:
- Environmental Scanning
Suatu kegiatan monitoring, pengevaluasian, serta
penyebaran informasi yang berasal dari lingkungan
internal maupun eksternal perusahaan kepada
personel kunci di dalam perusahaan.
- Perumusan Strategi (Strategy Formulation)
Pada tahap ini perusahaan secara berkala mengkaji
kembali misi dan tujuan perusahaan serta merumuskan
strategi yang sesuai dengan misi dan tujuan
perusahaan.
- Implementasi Strategi (Strategy Implementation)
Tujuan dan strategi perusahaan yang telah dibuat
akan dapat diimplementasikan dengan baik apabila
tujuan dan strategi tersebut dituangkan kedalam
rangkaian kegiatan dalam bentuk program yang
terjadwal dengan jelas serta memperoleh alokasi
sumber daya yang memadai yang telah dituangkan dalam
bentuk anggaran (budget) yang akan mendukung setiap
program.
- Evaluasi dan Pengendalian (Evaluation and Control)
Pada tahap evaluasi, perusahaan akan membandingkan
kinerja aktual (actual performance) yang dicapai
perusahaan dengan standart kinerja. Hasil evaluasi
dan pengendalian selanjutnya akan menjadi umpan
balik (feedback) bagi perusahaan sehingga memungkinkan
20
perusahaan melakukan perbaikan dalam setiap langkah
proses startegic management sejak environmental scanning
sampai tahap evaluation and control.
2.5.2. Manfaat Manajemen Strategis
Adapun manfaat manajemen strategis menurut David
(2011:23) adalah sebagai berikut: “Manfaat utama dari
manajemen strategis untuk membantu organisasi
merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui
penggunaan pendekatan terhadap pilihan strategi yang
lebih sistematis, logis dan rasional, dan komunikasi
adalah kunci bagi manajemen strategis yang berhasil.”
Manajemen strategis mampu memberikan berbagai
keuntungan untuk perusahaan, baik keuntungan keuangan
maupun yang bukan keuntungan keuangan. Pada sisi
keuangan,manajemen strategis mengarahkan perusahaan
dalam melakukan perbaikan dalam bagian penjualan, dan
laba. Pada sisi non keuangan, manajemen strategis
membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas
karyawan, menyadari ancaman dan peluang bagi perusahaan
dan kekuatan serta kelemahan dalam perusahaan.
2.5.3 Hubungan Manajemen Strategis dengan Balanced
Scorecard
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem inti dalam
manajemen strategis dalam menerjemahkan dan
mengimplementasikan strategi dan tujuan perusahaan.
Dalam manajemen strategis, Balanced Scorecard memiliki
peranan dalam menciptakan dan memilih strategi,
21
menerapkan serta mengevaluasi kinerja. Balanced Scorecard
bukan hanya alat pengukuran kinerja tetapi juga sebagai
suatu yang memberikan petujuk dalam pelaksanaan strategi
dan sebagai penilai kinerja manajemen strategis.
2.6 Pengukuran Kinerja
2.6.1 Kinerja
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari
berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan perusahaan. Para atasan atau manajer sering
tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala
sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak
mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga
perusahaan / instansi menghadapi krisis yang serius.
Kesan-kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan
mengabaikan tanda-tanda peringatan adanya kinerja yang
merosot. Banyak para ahli Indonesia yang mengemukakan
arti kinerja itu sendiri, beberapa di antaranya adalah
pengertian kinerja menurut Sulistiyani (2003 : 223),
Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan,
usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil
kerjanya. Sedangkan menurut Bernardin dan Russel dalam
Sulistiyani (2003 : 223-224) menyatakan bahwa kinerja
merupakan hasil kerja seseorang karyawan selama periode
tertentu dibandingkan dengan kemungkinan, misalnya
standar, target atau sasaran atau kinerja yang telah
ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
22
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kinerja perusahaan merupakan hasil keputusan-
keputusan manajemen agar dapat mencapai suatu tujuan
secara efektif dan efisien.
2.6.2 Pengertian pengukuran kinerja
Untuk memastikan bahwa sumber (input) yang
digunakan sudah efektif dan efisien dalam rangka mencapai
tujuan perusahaan, maka diperlukan pengukuran kinerja
pada perusahaan. Untuk mengukur kinerja, dapat digunakan
beberapa ukuran kinerja. Beberapa ukuran kinerja yang
meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja, pengetahuan
tentang pekerjaan, kemampuan mengemukakan pendapat,
pengambilan keputusan, perencanaan kerja dan daerah
organisasi kerja. Ukuran prestasi yang lebih sederhana
terdapat tiga kriteria untuk mengukur kinerja, yaitu
jumlah yang harus dikerjakan, kedua kualitas kerja, yaitu
mutu yang dihasilkan dan ketiga, ketepatan waktu, yaitu
kesesuaiannya dengan waktu yang telah ditetapkan.
Menurut Anderson dan Clancy (Yuswono, 2005 : 21),
pengukuran kinerja adalah :
“ feedback from accountant to management that provides
information about how well the actions represent the plans; it also identifies
where managers may need to make corrections or adjustments in future
planning and controlling activities.”
Dalam situasi yang normal semestinya performance
driver yang jitu akan menghasilkan outcomes measures
terbaik. Sementara itu, Anthony, Banker, Kaplan dan Young
pengimplementasian dan pemantauan. Tahapan-tahapan tersebut
bertujuan untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang sesuai
dengan visi, misi dan strategi perusahaan.
3. Lingkup
Manajemen strategik tradisional mencakup lingkup yang
sempit yaitu : hanya berfokus pada perspektif keuangan. Di
lain pihak, manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard
mencakup lingkup yang lebih luas dengan menggunakan empat
perspektif yaitu keuangan, pelanggan, bisnis internal serta
pembelajaran dan pertumbuhan.
4. Koherensi
Dalam manajemen strategik tradisional, koherensi
keluaran yang dihasilkan oleh tahap perencaan strategik,
penyusunan program dan penyusunan anggaran tidak dianggap
penting. Sebagai akibatnya, perencanaan strategik hanya
menghasilkan daftar sasaran-sasaran strategik dan diantara
sasaran strategik yang satu dengan strategik lain tidak
dibangun hubungan sebab-akibat. Bahkan diantara misi, visi,
tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar dan strategi
perusahaan tidak dibangun keterkaitan erat dengan sasaran
strategi dan inisiatif strategik. Berbeda dengan manajemen
strategik berbasis Balanced Scorecard yang memandang penting
seluruh hal tersebut.
54
Tabel 2.3 Perbedaaan penilaian kinerja Tradisional dan
Balanced Scorecard
Manajemen Strategik
Tradisional
Manajemen Strategik Berbasis
Balanced Scorecard
Hanya berfokus pada
perspektif
keuangan
Mencakup perspektif yang
komprehensif:
keuangan, pelanggan, proses bisnis
internal,
pembelajaran dan pertumbuhanTidak Koheren Koheren
TerukurBerimbang
Sumber : Mulyadi, 2005. Sistem terpadu pengelolaan kinerja
personel berbasis Balanced Scorecard
55
Pengukuran kinerja dengan metode tradisional yang
hanya menitik beratkan pengukuran kinerja hanya pada
perspektif keuangan akan menyulitkan perusahaan untuk
mengidentifikasi masalah yang terjadi pada kinerja
perusahaan dan perusahaan akan sulit untuk mengetahui
seberapa efektif penerapan strategi yang telah dilakukan
perusahaan selama ini. Yuswono (2005 : 29), secara
spesifik telah menyatakan bahwa pengukuran kinerja
perusahaan haruslah tidak jauh dari atribut tolak ukur
kinerja yang baik.
Gambar 2.8 Atribut Tolak Ukur Kinerja yang Baik
Sumber : Sony Yuswono. 2005. Petunjuk Praktis Penyusunan
Balanced Scorecard.
56
2.8 KPI (Key Performance Indicators)
Menurut David Parmenter (2007), “KPI merupakan
seperangkat ukuran yang fokus terhadap aspek kinerja
organisasi yang paling kritis bagi kesuksesan organisasi saat
ini maupun dimasa mendatang.” KPI diukur dalam waktu harian
ataupun mingguan. Jika sebuah ukuran dapat diukur secara
bulanan atau lebih lama maka ukuran tersebut bukan merupakan
kunci keberhasilan bisnis. KPI berorientasi kepada ukuran
saat ini dan masa depan, bukan ukuran masa lalu. David
menekankan bahwa sangat penting untuk melakukan pengukuran
KPI secara tepat waktu karena ukuran harian memerlukan respon
tindakan secepat mungkin, terlambat beberapa hari saja
keputusan yang tepat tidak dapat dilakukan. David (2007)
menyatakan bahwa KPI yang khususnya dilakukan dalam penelitian
dapat dibantu dengan mengetahui tujuh karakteristik KPI, yaitu
:
1. Ukuran non-finansial tidak dapat dinyatakan dalam
mata uang seperti Rupiah, Euro, Yen, Pound, dll.
2. Frekuensi pengukuran yang sering misalnya 24 jam
sehari, 7 hari sepekan, harian atau mingguan.
3. Dilaksanakan oleh CEO (Chief Executive Officer) dan tim
manajemen Senior (misalnya CEO menghubungi staff yang
relevan untuk menanyakan apa yang sedang terjadi).
4. Mengindikasikan secara jelas tindakan yang perlu
dilakukan staff .
57
5. Ukuran yang mengikat tanggung jawab tim. (Misalnya
CEO dapat memanggil pemimpin tim yang dapat mengambil
tindakan yang diperlukan).
6. Memiliki dampak yang signifikan. (Misalnya
mempengaruhi satu atau lebih critical success factor (CSF) dan
lebih dari satu perspektif Balanced Scorecards).
7. Mendorong tindakan yang tepat (Misalnya telah diuji
untuk memastikan bahwa KPIberdampak positif terhadap
kinerja, sedangkan ukuran yang belum teruji dapat
menyebabkan perilaku disfungsional).
Pengembangan dan pemanfaatan KPI pada organisasi
memerlukan fondasi agar dapat berhasil. David Parmenter
(2007) menyebutkan bahwa ada tiga fondasi pengembangan dan
pemanfaatan KPI :
1. Kemitraan dengan staff, serikat pekerja, pemasok utama
dan pelanggan utama
2. Pemberian wewenang pada garis depan
3. Pengukuran dan pelaporan hal-hal yang penting.
2.9 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran pada penelitian ini disusun
berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas.
Pengukuran kinerja pada PT. TUNTEX GARMENT INDONESIA selama
ini dievaluasi menggunakan pengukuran kinerja tradisional
dimana pengukuran tradisional tersebut diukur berdasarkan
perspektif keuangan saja. Indikator pengukuran kinerja dari
perspektif keuangan yang digunakan oleh PT. TUNTEX GARMENT
INDONESIA antara lain sales order, profit dan laporan keuangan
58
Seperti yang disebutkan pada sub-bab landasan teori diatas
mengenai perbedaan pengukuran kinerja tradisional dengan
pengukuran kinerja berbasis Balanced Scorecard, dapat diketahui
bahwa mengukur kinerja dari satu perspektif yakni perspektif
keuangan saja dinilai kurang mampu memberikan informasi yang
dibutuhkan dalam mengelola semua kompetensi yang memicu
keunggulan kompetitif perusahaan, karena pengukuran kinerja
berbasis tradisional memiliki kelemahan yaitu : tidak
komprehensif dan koheren. Maka dari itu, penilaian kinerja
yang diusulkan pada PT.TUNTEX GARMENT INDONESIA adalah
pengukuran kinerja berbasis Balanced Scorecard, dalam hal ini
dikarenakan Balanced Scorecard memiliki lebih banyak keunggulan
yaitu : lebih komprehensif, koheren, berimbang dan terukur.
Kerangka teoritis dapat disajikan pada gambar 2.7 berikut ini
:
59
Gambar 2.7Kerangka Pemikiran
Sumber : Peneliti (2014)
PT. TUNTEX GARMENT INDONESIA
Pengukurankinerja berbasis
Pengukurankinerja berbasis Balanced
Ukuran keuangan :- Sales order- Profit- Laporan Keuangan
Perspektif Keuangan :- Current ratio- ROI- Total debt to Total asset- Perputaran total asset- Efisiensi bahan bakuPerspektif Pelanggan:- Kepuasan buyers- Kepuasan end-usersPerspektif Proses Bisnis Internal :- Tingkat kecacatan produk- Ketepatan waktu produksi