perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DAN MODAL KREDIT DARI BPR DJOKO TINGKIR KABUPATEN SRAGEN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG PASAR BUNDER KABUPATEN SRAGEN TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Oleh : RATNA DAMAYANTI S4209031 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN TAHUN 2011
65
Embed
TESISeprints.uns.ac.id/7597/1/213200911201108591.pdf · 2013-07-21 · kerja setidak-tidaknya bagi dirinya sendiri atau bahkan untuk orang lain. Dalam hal ini peluang kerja haruslah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DAN MODAL KREDIT
DARI BPR DJOKO TINGKIR KABUPATEN SRAGEN TERHADAP
PENDAPATAN PEDAGANG PASAR BUNDER
KABUPATEN SRAGEN
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Oleh :
RATNA DAMAYANTI
S4209031
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
TAHUN 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui penggunaan modal sendiri berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di Pasar Bunder Kabupaten Sragen. (2) Untuk mengetahui penggunaan kredit BPR Djoko Tingkir berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di Pasar Bunder Kabupaten Sragen (3) Untuk mengetahui penggunaan modal sendiri dan kredit BPR Djoko Tingkir berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di Pasar Bunder Kabupaten Sragen.
Tipe penelitian ini adalah penelitian kausalitas karena meneliti pengaruh variable yag satu terhadap variable yang lainnya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah para pedagang yang ada di Pasar Bunder Kabupaten Sragen tahun 2010. Di dalam penelitian yang menjadi populasi adalah pedagang yang ada di Pasar bunder Kabupaten Sragen Tahun 2010 yang berjumlah 243 pedagang. Dalam penelitian sample yang diambil sebanyak 100 pedagang yang ada di Pasar Bunder Kabupaten Sragen yang di dasarkan besar kredit yang diberikan BPR Djoko Tingkir kepada para pedagang, yang digolongkan menjadi empat kelompok. Kemudian dari masing- masing kelompok diambil berdasarkan prosentase untuk menjadi bagian sample dari kelompok tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis menunjukkan bahwa (1) Nilai Konstanta (α) sebesar 14359,656 yang bertanda positif menandakan hubungan yang searah. Hal ini menunjukkanjika tidak ada variable modal sendiri (X1), dan modal kredit (X2) maka akan berpengaruh secara positif terhadap pendapatan modal sendiri (β1) sebesar 0,309 yang bertanda positif menunjukkan hubungan searah antara variable modal sendiri mampu meningkatkan pendapatan. (3) Nilai Koefisien regresi parsial variable modal kredit (β2) sebesar 0,039 yang bertanda positif menunjukkan hubungan yang searah antara variable modal kredit dengan pendapatan. Hal ini menandakan bahwa variable modal kredit mampu meningkatkan pendapatan.
Hasil uji secara parsial menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh modal kredit dan modal sendiri terhadap pendapatan para pedagang di Pasar Bunder Kabupaten Sragen. Hasil uji secara bersama- sama berpengaruh menunjukkan hasil variable modal sendiri dan modal kredit secara bersama- sama berpengaruh signifikan terhadap variable pendapatan.
Kunci : Modal sendiri, modal kredit, pendapatan usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
This study aims (1) to determine the use of their own capital affects income Pasar Bunder in Sragen Regency. (2) To know the use of ODA loans PD BPR Djoko Tingkir effect on revenue Pasar Bunder in Sragen Regency (3) To know the use of their own capital and credit PD. Djoko Tingkir effect on revenue Pasar Bunder in Sragen Regency.
This type of research is examining the influence of causality because yag one variable against another variable. The unit of analysis in this research is that there are traders in Pasar Bunder Sragen regency in 2010. In the study population who were traders in Pasar Bunder Sragen regency in 2010, amounting to 243 traders. In the study samples taken as many as 100 traders in Pasar Bunder Sragen Regency which is based large loans PD. BPR Djoko Tingkir to the traders, who were classified into four groups. Then from each group were taken based on the percentage to be part of the sample group. The data analysis technique used in this research is to use multiple regression analysis.
Based on the analysis and hypothesis test shows that (1) The Constant (α) equal to 14359.656 which is positive indicating a unidirectional relationship. This menunjukkanjika no own capital variable (X1), and credit capital (X2) it will affect positively on the income of its own capital (β1) of 0.309 which is positive showing the relationship between variables in the direction of their own capital to increase revenues. (3) The partial regression coefficient of variable credit capital (β2) of 0.039 which is positive indicates that the direction of the relationship between credit capital variable with revenue. This indicates that the variable credit capital is able to increase revenue.
Partial test results showed that there are significant credit and equity capital to income Pasar Bunder in Sragen Regency. The test results together influential variables showed their own capital and credit capital jointly significant effect on the income variable.
Key: Own capital, loan capital, operating revenues
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional yang dilaksanakan di negara Indonesia
merupakan suatu proses dalam rangka mewujudkan cita-cita luhur bangsa,
yakni tercapainya masyarakat yang adil dan makmur, baik materiil maupun
spirituil. Tujuan pembangunan disamping untuk meningkatkan produktivitas
dan pendapatan serta menjaga kestabilan perekonomian nasional, juga untuk
meratakan pembangunan dan hasil-hasilnya keseluruh wilayah nusantara dan
diarahkan pada perluasan kesempatan kerja hingga kedaerah pedesaan.
Pada umumnya tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat
pedesaan masih tergolong relatif rendah. Salah satu ciri umum yang melekat
dalam diri masyarakat pedagang di pedesaan adalah permodalan yang lemah.
Padahal permodalan merupakan unsur yang pokok dalam mendukung
produktifitas dan taraf hidup mereka. Kekurangan modal ini sangat membatasi
ruang gerak aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan. Di
daerah pedesaan banyak pihak yang berupaya menawarkan permodalan yang
bisa diperoleh dengan mudah,seperti dari para pelepas uang liar (rentenir) dan
pengijon. Disamping pelayanannya cepat, uang yang dibutuhkan bisa segera
diterima tanpa prosedur yang berbelit-belit, tetapi bunga yang dibebankan
sangat tinggi. Pinjaman dari kredit perorangan ini hanya mengatasi kesulitan
dana untuk sementara waktu. Sebab degan meminjam dari kredit perorangan,
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
kebanyakan penduduk pedesaan justru terjerat kesulitan baru (Mubyarto dan
Edy Suandi Hamid,1986:3).
Pada saat ini Indonesia memasuki masa milenium. Selama tiga dasa
warsa perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat
yang pada akhirnya terpuruk karena diterjang krisis moneter yang
berkepanjangan, krisis moneter yang dialami bangsa Indonesia sampai saat ini
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia belum mempunyai ketangguhan dalam
perekonomian.
Sektor riil yang selama ini menjadi andalan sumber penerimaan negara
seolah-olah terhenti. Hal ini dikarenakan sumber keuangan terutama industri
perbankan banyak yang dilikuidasi. Kondisi ini berdampak fatal terhadap
perekonomian negara. Para pelaku ekonomi di sektor formal baik pemerintah
(BUMN), sektor swasta ( perusahaan- perusahaan swasta), dan koperasi
banyak yang tidak dapat mempertahankan usahanya bahkan sampai gulung
tikar. Para pelaku ekonomi ini sulit untuk bangkit kembali menjalankan
usahanya dan mencapai tujuan yang ingin dicapainya.
Setiap badan usaha yang didirikan baik BUMN, perusahaan-
perusahaan swasta maupun koperasi pada dasarnya mempunyai tujuan yang
hendak dicapai, yang salah satunya adalah untuk memperoleh laba yang
sebesar-besarnya sesuai dengan pertumbuhan badan usaha dalam jangka
panjang sehingga dalam menjalankan operasinya diarahkan pada pencapaian
tujuan yang bersifat ideal dan tujuan yang bersifat komersial. Tujuan yang
bersifat ideal antara lain : meningkatkan kesejahteraan karyawan, mengurangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pengangguran, memberi pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dan tujuan
ideal lainya. Sedangkan tujuan yang bersifat komersial antara lain
memperoleh keuntungan optimal dan dilanjutkan dengan pengembangan
usaha guna kelangsungan hidup perusahaan yang akan dibangun.
Banyaknya pelaku ekonomi sektor formal yang tidak mampu survive
dalam usahanya akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan ini menimbulkan
masalah yang tidak ringan. Salah satunya adalah pemutusan hubungan kerja
(PHK) terhadap puluhan bahkan ratusan karyawan, yang akibatnya menambah
jumlah pengangguran yang sebelumnya sudah banyak, yakni masyarakat
produktif yang tidak dapat bekerja di sektor formal di karenakan
berpendidikan rendah, tidak mempunyai ketrampilan khusus dan miskin.
Dalam kondisi yang demikian ini diharapkan munculnya masyarakat
yang kreatif yang dapat menolong dirinya sendiri, dapat menciptakan peluang
kerja setidak-tidaknya bagi dirinya sendiri atau bahkan untuk orang lain.
Dalam hal ini peluang kerja haruslah cukup menjanjikan, tidak memerlukan
modal yang relatif besar, tidak memerlukan pendidikan khusus ( tinggi) dan
tidak terpengaruh oleh kelesuan perekonomian saat ini. Salah satu alternatif
yang mungkin dimasuki adalah sektor informal.
Sektor informal merupakan unit usaha berskala kecil yang
memproduksi serta mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok
menciptakan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri, dimana dalam usahanya
itu sangat dibatasi oleh modal dan ketrampilan (Argyo Demastoto, dkk. 2000 :
23).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Bagi pelaku sektor informal sebagai wiraswastawan tidak cukup hanya
memiliki keberanian, kreativitas, dinamis, dan memahami kebutuhan, tetapi
mereka perlu mendapatkan perlindungan dalam kebijaksanaan. Mereka
memerlukan berbagai sarana, bantuan, dan perlindungan agar tidak berakhir
dengan kegagalan. Jiwa wiraswasta tidak bisa berdiri hanya dalam dirinya
sendiri, dia berkaitan dengan suatu sistem ekonomi secara keseluruhan. Oleh
karena itu, kreativitas wiraswasta agar berkembang harus memerlukan suatu
lingkungan pendukung yang berupa sarana, usaha pembinaan, dan
pengembangan.
Masalahnya pemerintah masih kurang memberikan dukungan yang
serius kepada kegiatan ekonomi informal. Kebijakan pemerintah masih
berpihak kepada sektor formal yang bermodal besar, oleh karena itu
diharapkan dukungan dari pihak lain, yaitu swasta, lembaga-lembaga swadaya
masyarakat, maupun pelaku-pelaku sektor informal sendiri dalam upaya
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan mereka.
Didalam ilmu ekonomi dikenal faktor-faktor produksi, yaitu tanah,
tenaga kerja, modal, keahlian dan X. Yang dimaksud dengan faktor produksi
X ini tak lain adalah kewiraswastawan. Dari kelima faktor produksi tersebut
tidak dapat bekerja sendiri-sendiri tetapi harus berintegrasi agar bisa
melakukan proses produksi dengan baik. Sesuai dengan permasalahan di atas
peneliti akan mencoba mengangkat pengaruh modal usaha dan perilaku
kewiraswastawan terhadap laba usaha pedagang dalam proses produksinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Modal adalah faktor produksi yang mempunyai peranan cukup vital
dalam proses produksi, sekecil apa pun wujud modal tetap sangat diperlukan
dalam proses produksi. Modal diperlukan ketika pengusaha hendak
mendirikan perusahaan yang sama sekali baru atau memperluas usaha yang
sudah ada.
Bagi suatu badan usaha, modal usaha yang digunakan adalah faktor
yang sangat penting dalam kegiatan usaha, sehingga modal usaha merupakan
urat nadi bagi kehidupan. Tanpa modal usaha yang cukup maka akan
bepengaruh terhadap kelancaran usahanya, sehingga akan mempengaruhi
besar kecilnya keuntungan yang diperoleh.
Modal dikalangan ekonomi mikro seperti pedagang, biasanya
merupakan satu hal yang lebih sering sebagai kendala. Kendala disini
maksudnya pedagang biasanya kesulitan memperoleh modal yang cukup guna
mengembangkan usahanya, dikarenakan kurangnya akses ke lembaga
keuangan. Hal ini disebabkan pelaku ekonomi mikro sering diragukan
kemampuanya dalam mengelola modal usaha, sehingga lembaga keuangan
tidak percaya kepada pelaku ekonomi mikro atau lemah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian Yan Pieter Karafir (dalam Haryono,
2000:9) menyimpulkan bahwa sebagian besar pedagang tidak dan atau kurang
mampu memupuk modal. Untuk selanjutnya modal produktif yang mereka
miliki tidak berkembang atau kurang berkembang. Sehubungan dengan itu
pula, pendapatan mereka tidak dapat dan kurang cepat meningkat. Pada
penelitian Karafir tersebut dinyatakan bahwa 80,32% pedagang kakil lima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
tergolong bukan wiraswasta dan kewiraswastaannya rendah, 91,34% tidak
memiliki sikap mengutamakan pengembangan usaha dagang. Data tentang
tingkat pemupukan modal menunjukkan bahwa 7,87% pedagang tersebut
mengalami penyusutan dan 63,35% pedagang tidak mengalami perubahan
dalam jumlah modalnya.
Hasil penelitian Haryono (2000:9) menunjukkan bahwa usaha
pedagang dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi kelebihan angkatan
kerja, terutama yang berpendidikan rendah. Usaha pedagang cenderung
menjadi pekerjaan tetap. Umumnya pada pedagang dalam memenuhi
kebutuhan modalnya meminjam kepada keluarga, teman, menjual harta
maupun mengambil tabungan sendiri yang tidak akan menanggung beban.
Terhadap keberhasilan usaha pedagang diantara 4 faktor yang mempengaruhi
(modal usaha, tingkat pendidikan , pengalaman berusaha, dan sikap usaha
dagang) hanya faktor modal usaha dan sikap usaha yang berpengaruh secara
signifikan terhadap keberhasilan usaha pedagang.
Untuk itu pemerintah berupaya meningkatkan derajad kehidupan
masyarakat golongan ekonomi lemah dengan berbagai program atau
kebijaksanaan ekonomi agar mereka tidak tertinggal dan terjerat pada para
pelepas uang liar (rentenir). Adapun kebijaksanaan yang dimaksud adalah
suatu kebijaksanaan ekonomi yang bersifat mendorong potensi golongan
ekonomi yang sudah mempunyai modal sendiri tetapi ingin meningkatkan
usahanya dan ingin menikmati hasil-hasil pembangunan ekonomi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
memberikan bantuan modal yang berskala kecil yang diharapkan dengan
adanya bantuan tersebut akan dapat meningkatkan pendapatannya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah membentuk lembaga
keuangan yang salah satu sasarannya adalah membantu menyediakan kredit
bagi para pedagang golongan ekonomi lemah tetapi sudah mempunyai sedikit
modal, yaitu dengan jalan mendirikan BPR. Hal itu sebagai upaya
pemberdayaan pengusaha ekonomi lemah yang diwujudkan dalam bentuk
kredit kepada para pedagang dengan syarat ringan, mudah, dan tanpa agunan.
Mengingat pentingnya bantuan modal bagi para pedagang dan belum
berhasilnya kebanyakan kredit formal yang ada untuk mengatasi masalah,
maka perlu dipikirkan lembaga dan pola kredit yang efektif. Salah satunya
adalah BPR Djoko Tingkir di Sragen. Berikut jumlah pedagang di Pasar
Bunder Sragen.
Tabel 1.1 Komposisi Jenis Pedagang di Pasar Bunder Sragen
Jenis Dagangan Banyaknya Pedagang Persentase
Sandang
Makanan dan Minuman
Barang Elektronik
Lain-lain
34
37
16
13
35,39%
31,69%
25,51%
7,410%
Jumlah 100 100%
Sumber : Dinas Pasar Kabupaten Sragen, 2010
Table 1.1. tersebut menjelaskan komposisi jenis pedagang yang ada di
Pasar Bunder Sragen dilihat dari jenis barang yang ditawarkan. Jumlah
pedagang dengan jenis dagangan sandang sebanyak 35,39%, jenis dagangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
makanan dan minuman 31,69%, jenis barang elektronik sebanyak 25,51% dan
yang lainnya selain ketiga jenis tersebut sebanyak 7,410%.
Disamping untuk mengangkat derajad hidup pedagang golongan
ekonomi lemah, dan bagi mereka yang sudah mempunyai modal sendiri tetapi
ingin memperluas usahanya, pemerintah juga memberikan dorongan yang
berupa pemberian kredit yang secara langsung akan menciptakan kesempatan
kerja yang lebih luas dari sektor perdagangan ini.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis mengambil judul
dalam penelitian ini adalah : “PENGARUH PENGGUNAAN MODAL
SENDIRI DAN KREDIT DARI BPR DJOKO TINGKIR TERHADAP
PENDAPATAN PEDAGANG PASAR BUNDER KABUPATEN
SRAGEN”.
B. Perumusan Masalah
Usaha pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya bertujuan
untuk memerangi masalah kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat golongan ekonomi lemah termasuk para pedagang di pedesaan.
Para pedagang tersebut sebetulnya ingin mengembangkan usahanya agar
penghasilan mereka meningkat, namun biasanya mereka terbentur pada
masalah permodalan.
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Apakah penggunaan modal sendiri dan kredit BPR Djoko Tingkir
berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di Pasar Bunder Kabupaten
Sragen secara bersama-sama ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
Untuk mengetahui penggunaan modal sendiri dan kredit BPR Djoko Tingkir
berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di Pasar Bunder Kabupaten
Sragen secara bersama-sama.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai :
1. Sebagai alat evaluasi terhadap pemanfaatan kredit BPR Djoko Tingkir
bagi para pedagang di Kabupaten Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pedagang yang belum merasakan
manfaat kredit BPR Djoko Tingkir bagi peningkatan dan pengembangan
usahanya.
3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi
penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Modal
Modal kerja (working capital) adalah investasi perusahaan di
dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga),
piutang dagang dan persediaan. Modal Kerja bersih (Net Working Capital)
adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Termasuk hutang lancar
adalah hutang bank, kertas-kertas berharga (promes), hutang dagang,
hutang upah dan pajak. Manajemen modal kerja (working capital
management) mengacu pada semua aspek penata-laksanaan aktiva lancar
dan hutang lancar. Manajemen modal kerja yang sehat membutuhkan
pengertian tentang inter-relasi aktiva lancar dengan hutang lancar serta
antara modal kerja dan modal/investasi jangka panjang.
Walaupun telaah manajemen modal kerja belum sedalam penelitian
keputusan di bidang permodalan dan investasi jangka panjang, tetapi
manajemen modal kerja yang tepat merupakan syarat keberhasilan suatu
perusahaan. Manajemen modal kerja menentukan posisi likuiditas
perusahaan dan likuiditas adalah syarat keberhasilan perusahaan.
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Menurut Sawir (2005:126) pengertian modal kerja ada 3 yaitu :
a. Konsep Kuantitatif
Berdasarkan pendekatan konsep kuantitatif, modal kerja
merupakan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu
perusahaan pada suatu periode tertentu. Modal kerja dalam pengertian
ini sering disebut modal kerja bruto (Gross Working Capital).
b. Konsep Kualitatif
Konsep ini menitik beratkan kualitas modal kerja suatu badan
usaha/ perusahaan. modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan
selisih jumlah aktiva lancar setelah dikurangi dengan hutang lancar
pada suatu periode waktu tertentu. Modal kerja dalam pengertian ini
sering disebut modal kerja bersih (Net Working Capital).
c. Konsep Fungsional
Konsep fungsional menekankan pada aspek fungsi modal kerja
yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan pendapatan (laba) dari
usaha pokok perusahaan. Modal kerja adalah aktiva jangka pendek
yang digunakan untuk keperluan sehari – hari oleh perusahaan.
Kebijakan modal kerja adalah sebuah keputusan yang diambil oleh
manajer. Besar kecilnya modal kerja yang disediakan oleh perusahaan
terutama tergantung terhadap sikap manajemen terhadap laba dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
resiko. Dalam manajemen modal kerja ada dua prinsip mendasar dari
pendanaan operasional (Horne, 2005:313), yaitu :
1) Kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan
likuiditas
2) Kemampuan memperoleh laba searah dengan resiko.
Weston (1999:332), merumuskan tiga alternatif pada pembiayaan
aktiva lancar tersebut sebagai pola pembiayaan yang bersifat konservatif,
agresif, dan moderat. Pola pembiayaan yang bersifat konservatif dicirikan
dengan sikap manajemen yang mempertahankan tingkat aktiva lancar yang
tinggi. Asumsinya yang mendasari adalah semakin tinggi likuiditasnya.
Pola pembiayaan agresif adalah sebaliknya, pola ini dicirikan oleh sikap
manajemen yang menjaga tingkat aktiva lancar serendah mungkin
sepanjang dapat mendukung penjualan, dengan proporsi yang tinggi antara
hutang lancar dari keseluruhan hutang. Strategi ini akan menghasilkan
tingkat modal kerja rendah bahkan negatif dan kemampuan memperoleh
laba yang tinggi.Konsekuensinya adalah resiko yang tinggi.
Pola pembiayaan moderat berada diantara kedua pola tersebut.
Kebijakan ini berusaha untuk mempertemukan masa jatuh tempo aktiva
dan kewajiban dengan setepat-tepatnya sehingga pendanaan aktiva akan
dilakukan dengan instrumen pendanaan yang memiliki masa jatuh tempo
kurang lebih sama. Metode pembiayaan ini merupakan model yang paling
ideal sehingga sering digunakan pedoman pembelanjaan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
perusahaan. Kesimpulannya, pengertian modal kerja adalah nilai aktiva
atau harta yang dapat segera dijadikan uang kas yang digunakan
perusahaan untuk operasional perusahaan sehari-hari.
2. Pengertian Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan
dan yang tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tak tentu lamanya
(Bambang Riyanto, 2002 :85). Oleh karena itu modal sendiri ditinjau dari
sudut likuiditas merupakan dana jangka panjang yang tak tentu waktunya.
Modal Sendiri selain berasal dari dalam perusahaan, yaitu modal
yang dihasilkan / dibentuk sendiri di dalam perusahaan. Modal Sendiri
yang berasal dari sumber intern ialah dalam bentuk keuntungan yang
dihasilkan perusahan. Adapun modal sendiri yang berasal dari sumber
ekstern ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Modal yang
berasal dari pemilik perusahaan adalah berbagai macam bentuknya,
menurut bentuk hukum dari masing-masing perusahaan yang
bersangkutan.
3. Pengertian Kredit
a. Arti Kredit
Dalam kehidupan masyarakat sekarang ini, kredit bukanlah
hal yang asing lagi. Secara etimologi kata kredit berasal dari bahasa
Yunani “ Credare “ yang berarti “ kepercayaan “ atau dalam bahasa
latin “ Creditum “ yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan (Mulyono, 1993 :
9).
Menurut Muchdarsyah yang memberikan batasan mengenai
pengertian kredit adalah pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada
pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan denagn disertai suatu
konta prestasi yang berupa uang (Muchdarsyah, 2001: 12).
Adapun menurut T.Gilarso, kredit berarti pemberian uang /
jasa / barang kepada pihak lain, tanpa menerima imbalan yang
langsung atau bersamaan, tetapi dengan “percaya”, bahwa pihak yang
menerima uang / barang tersebut akan mengembalikan / melunasi
hutangnya sesudah jangka waktu tertentu (Gilarso, 1996 :287).
Dari perumusan tentang pengertian kredit diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa penyerahan uangn / barang yang menimbulkan
tagihan kepada pihak lain yang didasarkan atas perjanjian dan
kesepakatan pelunasan hutang dalam jangka waktu yang ditentukan
kedua belah pihak.
Alasan seseorang bersedia memberi kredit kepada pihak lain
karena pihak pemberi tersebut telah mengetahui unsur-unsur si
penerima kredit. Secara umum unsur-unsur tersebut meliputi :
1) Posisi finansial yang menunujukkan kemampuan untuk memenuhi
segala kewajiban finansial dan material.
2) Memiliki moral yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3) Adanya ikatan hukum yang menyebabkan pihak lain harus