EFEKTIVITAS HIPNOTERAPI UNTUK MENGURANGI PERILAKU MEROKOK SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi) Oleh: LANGEN NIDHANA MEISYALLA 10761000084 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2011
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EFEKTIVITAS HIPNOTERAPI UNTUK MENGURANGI PERILAKU
MEROKOK
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Oleh:
LANGEN NIDHANA MEISYALLA
10761000084
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2011
Langen Nidhana Meisyalla. Efektivitas Hipnoterapi Untuk Mengurangi PerilakuMerokok. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UINSUSKA) Riau. 2011.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah hipnoterapi efektif dalam
mengurangi perilaku merokok. Hipotesis yang diajukan adalah hipnoterapi efektif untuk
mengurangi perilaku merokok pada remaja.
Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah teknik purposive
sampling dengan jumlah sampel sebanyak 5 orang. Instrumen penelitian berbentuk skala
perilaku merokok. Skala perilaku merokok terdiri dari 21 aitem. Validitas dan reliabilitas
alat penelitian diuji dengan teknik alpha. Hasil uji validitas untuk instrumen skala
perilaku merokok berkisar antara 0,001 - 0,447 dan hasil uji reliabilitasnya menunjukkan
angka 0,767. Uji validitas dan reliabilitas alat ukur dikerjakan dengan bantuan program
komputer SPSS 16.0.
Data penelitian dianalisa dengan menggunakan teknik two related samples test
untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil pretest dan posttest. Hasil analisis
menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,042. Ini menunjukkan ada
perbedaan perilaku merokok subjek penelitian antara sebelum diberikan hipnoterapi
dengan setelah diberikan hipnoterapi dengan kata lain hipnoterapi efektif untuk
mengurangi perilaku merokok pada remaja. Maka hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Kata Kunci: hipnoterapi, perilaku merokok
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING……………………………... I
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI…………………………………… II
PERSEMBAHAN……………………………………………………….... III
ABSTRAK………………………………………………………………… IV
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. V
DAFTAR ISI…………………………………………………………….... VI
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. VII
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… VIII
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah. .......................................................................... 5
C. Maksud dan Tujuan Penelitian ..................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
Tabel 9. Kategorisasi Variabel Perilaku Merokok…………………….. 37
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan menghisap tembakau dengan menggunakan pipa atau lintingan kertas yang
dibakar yang biasa disebut merokok merupakan fenomena umum yang dapat dijumpai
hampir pada semua kalangan masyarakat Indonesia. Salah satu situs nasional mengatakan
bahwa Indonesia menempati urutan ketiga di dunia dengan jumlah perokok terbanyak setelah
Cina dan India. Berdasarkan data riset kesehatan dasar Departemen Kesehatan Republik
Indonesia 2010 diketahui sekitar 34,7 persen penduduk Indonesia menjadi perokok aktif
(Farrah, 2011).
Sidang tahunan Majelis Ulama Indonesia pada 25 Januari 2009 telah mengeluarkan
fatwa haram untuk kegiatan merokok pada anak-anak, pengurus Majelis Ulama Indonesia,
perempuan hamil dan perokok di tempat umum (Satiti, 2009). Banyak hal negatif yang
melatarbelakangi kenapa rokok diharamkan, rokok mengandung 4000 lebih senyawa kimia
beracun, secara garis besar ada tiga racun utama yaitu nikotin, tar dan karbon monoksida
(Plus, 2009).
Nikotin merupakan senyawa yang bersifat candu sama halnya seperti kokain dan
heroin, tubuh akan semakin tergantung secara fisik dan psikologis terhadap nikotin, saat asap
rokok terhirup maka nikotin akan masuk kedalam paru-paru kemudian diteruskan hingga
kedalam darah. Senyawa utama kedua adalah tar, yaitu bahan yang lebih kecil dari debu yang
turut masuk saat asap rokok terhirup, tar menyebabkan noda kecokelatan menempel pada gigi
dan kuku perokok, juga menyebabkan flek yang bersubstansi lengket kecokelatan pada paru-
paru sehingga melumpuhkan pelindung serta pembersih paru-paru. Substansi utama ketiga
yaitu karbon monoksida, merupakan gas yang jika terhirup maka akan mengikat hemoglobin
dalam darah sehingga mengurangi pasokan oksigen ke seluruh organ tubuh (Plus, 2009).
Ratusan bahan lain yang juga terkandung dalam rokok seperti ammonia, formic acid,
hydrogen cyanide, nitrous oxide dan formalin juga mengandung racun yang dapat merusak
syaraf sehingga dalam beberapa kasus berat rokok mengakibatkan kegelisahan, berkurangnya
nafsu makan, kanker paru, stroke dan pada ibu hamil yang merokok dapat mengakibatkan
keguguran pada janin yang dikandung. Pada kasus ringan asap rokok dapat merangsang jalan
napas sehingga menyebabkan batuk dan sesak napas. Karena banyaknya penyakit yang
disebabkan oleh perilaku merokok maka hukum haram difatwakan oleh Majelis Ulama
Indonesia pada 2009 (Jaya, 2009).
Larangan serta peraturan yang diberlakukan di hampir semua sekolah dan kampus di
Kota Pekanbaru mengindikasikan bahwa jumlah perokok remaja di Pekanbaru memang
sudah mengkhawatirkan, selain itu di berlakukannya smoking area di beberapa tempat
keramaian di Kota Pekanbaru juga memperkuat asumsi bahwa rokok memang selalu dibawa
kemana mana. Puntung rokok dan abu sisa pembakaran rokok yang bertebaran di tempat
umum dan mudah ditemukan juga memperjelas bahwa perilaku merokok merupakan masalah
yang belum terpisahkan dari masyarakat Kota Pekanbaru.
Selama Januari hingga Mei 2010 penulis mengamati perilaku merokok beberapa
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
(selanjutnya akan ditulis sebagai UIN SUSKA) yang sering keluar ruang kuliah saat
perkuliahan sedang berlangsung dan penulis mendapatkan beberapa dari mahasiswa tersebut
menghisap rokok. Para mahasiswa tersebut biasanya merokok di lorong ruang kelas maupun
di kamar kecil. Hal semacam ini dapat ditemukan pada jam perkuliahan siang. Penulis juga
mewawancarai beberapa diantara mahasiswa yang merokok dan sering keluar kelas saat
perkuliahan, hampir semua mengeluh karena suhu ruangan yang panas sehingga para
mahasiswa tersebut memutuskan untuk keluar ruangan dan menenangkan diri dengan cara
merokok, selain itu ada beberapa mahasiswa yang menjadikan pelajaran yang sulit atau dosen
yang membosankan sebagai alasan untuk keluar ruangan dan merokok. Mahasiswa yang
keluar ruangan untuk merokok saat jam perkuliahan ini memiliki intensitas merokok yang
hampir sama yaitu rata rata menghabiskan tiga sampai empat batang rokok ketika keluar
kelas saat jam perkuliahan sedang berlangsung dan menghabiskan waktu sekitar lima menit
hingga setengah jam untuk merokok. Tentu saja ini merupakan hal yang sangat
memprihatikan karena dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar.
Angka perokok di Indonesia yang selalu meningkat dapat memperburuk kehidupan
psikis serta fisik mereka yang merokok serta individu yang berada di lingkungan tempat
tinggalnya juga akan terganggu baik perlahan maupun drastis. Bagi remaja yang menginjak
peralihan masa anak anak ke dewasa akan mengalami dorongan rasa penasaran dan ingin
tahu yang tinggi, akibatnya keingintahuan remaja akan rokok membawa mereka ke dalam
perilaku mencoba merokok hingga kecanduan karena pengaruh candu nikotin pada rokok.
Akibatnya kemampuan konsentrasinya akan meningkat secara paksa sehingga mengakibatkan
perubahan emosi dan mood yang drastis. Selain itu sampah abu dan puntung rokok juga
mengganggu kebersihan toilet dan kamar mandi.
Remaja yang merokok rentan terhadap penurunan kemampuan konsentrasi, memiliki
predisposisi untuk mengalami stres apabila kebutuhannya akan rokok tidak terpenuhi. Hal ini
akan berakibat buruk pada tugas perkembangan dan tugas akademiknya di sekolah. Selain itu
efek candu nikotin yang terkandung di dalam rokok juga akan merusak jaringan syaraf otak
secara perlahan sehingga dapat mengakibatkan terganggunya fungsi fisik remaja tersebut
(Satiti, 2009).
Para ahli Psikologi memberi perhatian penuh terhadap perilaku merokok yang dapat
berujung pada kecanduan ini, terbukti dengan dimasukkannya adiksi sebagai salah satu divisi
kajian American psychological association (APA). Maka intervensi psikologis yang
berbentuk psikoterapi terhadap perilaku merokok pun berkembang, salah satunya adalah
hipnoterapi.
Hipnoterapi merupakan salah satu aplikasi dari hipnosis, hipnosis itu sendiri menurut
Rafael (2006) adalah keadaan alami dari relaksasi total tubuh dimana kondisi kesadaran
pikiran meningkat lebih tinggi dari biasanya. Sedangkan hipnoterapi adalah terapi yang
menggunakan hipnosis untuk memfasilitasi perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah
perubahan pola pikir dan perilaku yang diinginkan klien sebelum menjalani proses
hipnoterapi.
Gunawan (2007) mengungkapkan beberapa bidang yang selama ini diterapi
menggunakan hipnoterapi atau sering juga disebut sebagai hipnosis medis, salah satunya
adalah perilaku merokok. Hipnoterapi di anggap efektif mengurangi perilaku merokok karena
hipnoterapi berhubungan langsung dengan alam bawah sadar klien, alam bawah sadar adalah
tempat dimana persepsi, emosi, kebiasaan, dan memori jangka panjang disimpan.
Merubah persepsi dan keyakinan akan rokok dapat mengurangi perilaku merokoknya.
Untuk melihat hubungan positif dan keterkaitan antara fenomena perilaku merokok pada
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SUSKA dengan metode hipnoterapi yang efektif
menanamkan sugesti positif untuk melahirkan sebuah perilaku baru maka penulis berinisiatif
untuk melakukan sebuah eksperimen tentang hipnoterapi dan perilaku merokok, sebagai
penelitian ilmiah maka karya tulis ini akan diberi judul ”efektivitas hipnoterapi untuk
mengurangi perilaku merokok”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: “Apakah hipnoterapi efektif untuk mengurangi perilaku merokok?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: mengetahui efektivitas
hipnoterapi untuk mengurangi perilaku merokok.
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan rujukan bagi ilmu pengetahuan pada
umumnya dan ilmu psikologi klinis dan psikologi kesehatan pada khususnya, serta sebagai
bahan rujukan bagi para peneliti selanjutnya dalam penelitian masalah yang berhubungan
dengan terapi perilaku merokok, salah satunya adalah melalui hipnoterapi.
2. Kegunaan Praktis
a. Sebagai metode terapi alternatif untuk mengurangi perilaku merokok bagi para perokok.
b. Sebagai salah satu informasi alternatif bagi dinas terkait seperti dinas kesehatan untuk
mengurangi angka perokok setiap tahun.
c. Sebagai salah satu bahan rujukan bagi para psikolog klinis dan kesehatan untuk
mengurangi perilaku merokok.
d. Sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat umum mengenai efektivitas hipnoterapi
untuk mengurangi perilaku merokok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Merokok
1. Pengertian Perilaku Merokok.
Menurut Sitepoe (dalam Amelia, 2009) merokok adalah membakar tembakau yang
kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun menggunakan pipa. Armstrong
(dalam Amelia, 2009) mengatakan perilaku merokok sebagai menghisap asap tembakau yang
dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar. Levy (dalam Amelia, 2009)
mengatakan perilaku merokok sebagai sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar
dan menghisap tembakau serta menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang
disekitarnya. Perilaku merokok juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan
dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok dan
fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari. (Komalasari dan Helmi, 2011)
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian perilaku merokok
adalah kegiatan membakar dan menghisap tembakau baik menggunakan pipa maupun rokok,
kemudian mengeluarkan asap yang dapat terhisap oleh orang orang disekitarnya dan dapat
diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok dan fungsi merokok dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Tahap Perilaku Merokok
Oskamp (dalam Amelia, 2009) mengungkapkan empat tahap dari perilaku merokok
menjadi perokok, yaitu:
a. Tahap persiapan.
Seseorang belum mencoba rokok pada tahap ini, tahap ini meliputi perkembangan
sikap dan informasi terhadap rokok. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan
akan rokok dengan cara mendengar, melihat dari orangtua, media masa atau dari hasil
bacaan. Hal seperti ini menimbulkan minat untuk merokok.
b. Tahap permulaan.
Seseorang sudah mencoba untuk merokok. Tahap ini juga disebut sebagai tahap
perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan merokok ataumemilih
untuk tidak merokok.
c. Tahap menjadi seorang perokok.
Oskamp (dalam Amelia 2009) mengatakan bahwa seseorang menjadi perokok apabila
orang tersebut telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari. Individu yang
telah mencoba sampai rokok ke-empat cenderung menjadi perokok tetap.
d. Tahap mempertahankan perilaku merokok.
Tahap ini merupakan tahap akhir, ketika faktor psikologis seperti ketenangan karena
merokok dan mekanisme biologis seperti pelepasan dopamin yang membuat tubuh merasakan
relaksasi menjadi satu, maka perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang akan terus
menerus dilakukan.
Dapat disimpulkan bahwa individu melalui beberapa tahapan sehingga dapat disebut
sebagai perokok, dimulai dengan tahap persiapan dimana individu hanya mendapatkan
gambaran menyenangkan tentang perilaku merokok tersebut dari orang-orang, sehingga
mendorong individu untuk mulai mencoba rokok, tahap ini adalah tahap permulaan, di tahap
selanjutnya yaitu tahap menjadi seorang perokok individu dikatakan sebagai perokok tetap
jika telah merokok empat batang perhari, pada tahap terakhir yaitu tahap mempertahankan
perilaku merokok, individu akan mempertahankan perilaku merokoknya dan melakukannya
secara terus menerus.
3. Aspek Perilaku Merokok
Aritonang dalam Kemala (2007) mengatakan bahwa perilaku merokok memiliki
beberapa aspek, yaitu:
a. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari hari.
Fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan yang dialami si perokok, seperti
perasaan yang positif, misalnya perasaan santai, nyaman, tenang, lega, rileks. Selain itu juga
ditunjukkan dengan perasaan negatif seperti marah, dendam, sakit hati, dan perasaan negatif
lainnya.
b. Intensitas merokok.
Smet (dalam Kemala, 2007) mengklasifikasi perokok berdasarkan banyaknya rokok
yang dihisap, yaitu:
1) Perokok berat adalah perokok yang menghisap lebih dari 15 batang rokok
dalam sehari.
2) Perokok sedang adalah perokok yang menghisap 5 sampai 14 batang rokok
dalam sehari.
3) Perokok ringan adalah perokok yang menghisap 1 sampai 4 batang rokok
dalam sehari.
Penelitian ini menggunakan subjek perokok sedang, yaitu perokok yang menghisap 5
sampai 14 batang rokok dalam sehari.
c. Tempat merokok
Tipe perokok berdasarkan tempat ada dua, yaitu:
1) Perokok yang merokok di tempat umum atau ruang publik.
Kebiasaan merokok di tempat umum dan ruang publik sering sekali
mengabaikan orang disekitarnya.
2) Perokok yang merokok di tempat yang bersifat pribadi.
Perokok yang merokok di ruang pribadi seperti kamar tidur, kantor
digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri dan penuh
rasa gelisah yang mencekam. Mereka yang suka merokok di toilet
digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.
d. Waktu merokok.
Remaja yang merokok dipengaruhi oleh kondisi yang dialaminya pada saat itu,
misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin.
Dapat disimpulkan bahwa orang yang merokok di tunjukkan oleh beberapa aspek,
yaitu berdasarkan fungsi kenapa mereka merokok, intensitas merokok atau klasifikasi berapa
batang rokok yang dihabiskan perharinya, tempat merokok serta waktu atau keadaan yang
mereka rasakan ketika merokok. Skala perilaku merokok akan penulis susun berdasarkan
aspek perilaku merokok Aritonang ini.
4. Akibat dari Perilaku Merokok.
Perilaku merokok berdampak negatif terhadap tubuh sehingga mengakibatkan tubuh
mengalami berbagai penyakit yang mematikan. Marks, Murray, Evans, Willig, Woodall dan
Sykes (2005) menyatakan bahwa perilaku merokok dapat membawa kepada gejala stres pada
individu, kemampuan konsentrasi yang dipaksakan dengan cara merokok dalam jangka
waktu panjang juga akan berakibat buruk pada perkembangan syaraf. Efek nikotin yang
mengakibatkan ketergantungan akan membawa perokok pada sejumlah penyakit fisik yang
berakibat pada kematian, diantaranya kanker paru, stroke, sakit jantung, kanker lambung,
kanker leher rahim, gangguan pada kehamilan dan penyakit mematikan lainnya (Jaya, 2009).
Satiti (2009) menjelaskan bahwa secara sosial, perokok yang terbiasa merokok di
tempat umum dan ruang terbuka juga mengganggu dan mengancam kesehatan para perokok
pasif yaitu mereka yang tidak merokok dan terhirup asap rokok. Karena asap rokok juga
mengandung racun yang sangat berbahaya, bahkan perokok pasif atau individu yang terhirup
asap rokok memiliki bahaya yang lebih besar dari pada perokok itu sendiri. Satiti juga
mengatakan bahwa secara pribadi, perilaku merokok juga mengganggu penampilan perokok
itu sendiri bahkan melunturkan kewibawaan seorang perokok di mata koleganya yang tidak
suka dengan rokok. Selanjutnya aroma yang tidak sedap tersebut sangat berpotensi
mengganggu kenyamanan orang lain yang berada disekitarnya. Bahkan adakalanya perilaku
merokok itu menjurus pada gangguan ketenteraman dan ketertiban umum, terutama jika
aktifitas merokok tersebut dilakukan di tempat umum seperti angkutan umum atau tempat
keramaian lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok dengan intensitas ringan, sedang maupun
berat sangat berbahaya bagi kesehatan. Merokok dapat memicu stres sehingga berakibat
buruk pada perkembangan syaraf. Nikotin pada rokok mengakibatkan perokok mengalami
kecanduan. Perilaku merokok juga berakibat buruk bagi individu yang terhisap asap rokok
dan mengakibatkan bau tidak sedap bagi perokok itu sendiri.
B. Hipnoterapi
1. Pengertian Hipnoterapi.
Kata hipnoterapi terdiri dari dua kata yaitu hipno dan terapi, Rafael (2006)
mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan alami dari relaksasi total tubuh dimana kondisi
kesadaran pikiran meningkat lebih tinggi dari biasanya. Terapi adalah pengawasan atau
perawatan yang langsung di tujukan pada pengobatan kondisi secara patologi (Anshari,
1996). Maka hipnoterapi menurut Rafael (2006) adalah terapi yang menggunakan hipnosis
untuk memfasilitasi perubahan.
Definisi hipnosis selalu lekat dengan konteks penggunaannya, sebagian besar definisi
yang digunakan untuk menjelaskan hipnosis adalah definisi Bernheim. Menurut Bernheim
hipnosis pada dasarnya adalah sugestibilitas yang meningkat terhadap sugesti yang diberikan
orang lain (Kahija, 2007).
Gunawan (2007) menjelaskan bahwa Freud mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan
tidur yang memiliki tingkat trans yang bervariasi mulai dari ringan sampai ekstrim. Gunawan
juga memandang bahwa hipnosis adalah keadaan pikiran normal yang dicirikan dengan:
a. Relaksasi yang dalam.
b. Keinginan mengikuti sugesti yang sejalan dengan sistem kepercayaannya.
c. Pengaturan diri dan normalisasi sistem syaraf pusat.
d. Sensitivitas yang meningkat dan selektif terhadap stimuli eksternal.
e. Mekanisme pertahanan psikis yang lemah.
Dapat disimpulkan bahwa hipnoterapi adalah proses penurunan kesadaran pada
individu dan peningkatan sugestibilitas terhadap sugesti yang dimanfaatkan untuk proses
terapi.
2. Tahap-tahap Hipnoterapi
Chambers (2004) mengatakan bahwa hipnosis yang digunakan untuk terapi maupun
keperluan lain memiliki tahapan, Gunawan (2007) juga menggunakan tahapan hipnosis yang
sama dan menambahkan teknik pengujian trans hipnosis dengan konversi ke kondisi hipnosis.
Berikut tahapan hipnoterapi Chambers (2004) dan Gunawan (2007):
a. Tahap Pra-Induksi
Merupakan suatu proses untuk mempersiapkan suatu situasi dan kondisi yang bersifat
kondusif antara seorang hipnoterapis dan klien. Agar proses pra- induksi berlangsung dengan
baik, maka sebelumnya hipnoterapis harus dapat mengenali aspek psikologis dari klien,
antara lain: hal yang diminati, hal yang tidak diminati, apa yang diketahui klien terhadap
hipnoterapi, dan seterusnya. Pra-induksi dapat berupa percakapan ringan, saling berkenalan,
serta hal lain yang bersifat mendekatkan seorang hipnoterapis secara mental terhadap klien.
Pra-induksi merupakan tahapan yang bersifat kritis. Seringkali kegagalan proses hipnoterapi
diawali dari proses pra-induksi yang tidak tepat. Tahap ini juga untuk menguji apakah klien
cocok diterapi dengan menggunakan hipnoterapi atau tidak, klien akan mudah dihipnoterapi
jika klien mau bekerja sama dengan suka rela untuk mengikuti instruksi hipnoterapi yang
diberikan.
b. Tahap Induksi.
Langkah berikutnya adalah induksi. Merupakan kunci utama dalam proses
hipnoterapi, karena proses inilah yang akan membawa subjek dari kondisi normal ke kondisi
rileks dan kondisi sepenuhnya di bawah kendali seorang hipnoterapis. Bagian utama dari
induksi adalah ”kalimat kunci” dari seorang hipnoterapis, ketika memerintahkan seorang
klien untuk tidur, di mana selanjutnya hipnoterapis akan mengambil alih kendali atas alam
bawah sadar klien. Secara utuh, proses induksi terdiri dari 3 bagian yaitu: relaksasi, adalah
proses untuk mengurangi keaktifan gelombang otak klien. Induksi adalah proses untuk
membawa subjek ke gelombang otak yang baik untuk menerima sugesti, untuk selanjutnya
siap di sugesti dengan ”kalimat kunci”. Deepening adalah proses untuk membawa Subjek ke
trans level yang lebih dalam (Theta). Contoh kalimat induksi adalah:
“Silakan tarik napas panjang ….. dan, tutuplah mata saat anda menghembuskan napas…. perhatikan otot-otot dan syaraf di sekitar mata anda …., lemaskan dan lepaskan semuaketegangan yang ada di sana …. lemaskan setiap otot sehingga mata anda benar-benarrileks …”.c. Pengujian Trans Hipnosis
Proses Depth Level Test. Seringkali diistilahkan dengan Trance Level Test atau
pengujian tingkat kedalaman tidur hipnotik seorang klien. Bagi seorang hipnoterapis, tingkat
kedalaman trance akan berkaitan dengan efektivitas pengaruh sugesti terapi yang akan
diberikan kepada klien. Tahap ini diberikan jika hipnoterapis merasa ragu akan kedalaman
level tidur hipnotik klien. Depth Level Test dilakukan dengan cara memberikan perintah
sederhana yang berlawanan atau dengan logika kesadaran biasa. Contoh kalimat Depth Level
Test adalah:
“sekarang saya akan menaruh buah durian yang masak di depan anda, saya mintaanda untuk menghirup dan merasakan secara nyata dalam pikiran anda aroma dari durianini, hirup aromanya dan rasakan…kalau anda sudah berhasil merasakan aromanya,anggukkan kepala anda” (hipnoterapis tidak menaruh durian atau apapun di hadapan kliensaat proses ini).
Gunawan (2007) menambahkan teknik pengujian trans hipnotis dengan dengan
konversi ke hipnosis dengan tujuan menentukan tingkat sugestibilitas dan mengkonversikan
kondisi sadar klien ke kondisi hipnosis tanpa disadari atau diketahui oleh klien.
Contoh kalimat konversi ke kondisi hipnosis adalah:
“bagus…bau durian tersebut kini membuat anda jauh lebih rileks danmengistirahatkan tubuh serta pikiran anda, semakin anda mencoba membuka mata andamaka mata anda akan semakin tertutup bahkan usaha anda akan membuat anda merasakankantuk yang sangat berat, anda boleh mencoba membuka mata, namun semakin andamencoba anda akan semakin dalam memasuki alam tidur anda”.
d. Sugesti.
Sugesti adalah gagasan yang muncul di otak tanpa diuji dengan mempertimbangkan
sumber asalnya, melainkan diterima seakan-akan gagasan tersebut muncul secara spontan di
dalam otak (Freud, 2009). Tahap ini merupakan tahapan inti dari maksud dan tujuan proses
hipnoterapi. Pada tahapan ini seorang hipnoterapis mulai dapat memasukkan kalimat-kalimat
sugesti ke alam bawah sadar klien. Contoh kalimat sugesti untuk mengurangi perilaku
merokok adalah:
“Karena anda sekarang telah merasa tenang dan rileks, anda dapat berhasil mencapaiapapun keinginan anda, untuk mengurangi kecanduan merokok …. Anda bayangkan bahwaanda telah kehilangan hasrat dan keinginan untuk merokok yang tidak lagi anda inginkandan anda telah menjaga hilangnya keinginan dan hasrat tersebut …. Anda bayangkan danrasakan dan pikirkan bahwa anda telah menjadi lebih sehat, lebih sehat, lebih segar, lebihsegar, anda bernafas dengan lancar, berhenti merokok sepenuhnya …. ”
e. Post Hypnotic Suggestion.
Tahapan selanjutnya adalah post hypnotic suggestion. Yakni, suatu sugesti yang tetap
”bekerja” walaupun seseorang itu telah berada dalam kondisi pasca-hipnotis (normal). Post
hypnotic suggestion merupakan hal penting yang mendasari proses hipnoterapi. Apabila
hipnoterapis ingin mengendalikan subjek, ia dapat menggunakan simbol bunyi atau tindakan.
Inilah yang disebut Anchor yaitu sugesti berupa simbol-simbol yang akan menghasilkan
reaksi pemikiran, emosional, atau perilaku tertentu yang merupakan proses pemrograman
seorang hipnoterapis terhadap klien. Misalnya:
”mulai saat ini, jika kamu melihat rokok atau orang yang merokok, maka kamu dapatmenahan keinginan kamu untuk merokok!”
f. Termination.
Termination yaitu suatu tahapan untuk mengakhiri proses hipnoterapi. Konsep
termination adalah agar seorang klien tidak mengalami kejutan psikologis ketika terbangun
dari ”tidur hipnosis”. Standar dari proses termination adalah membangun sugesti positif yang
akan membuat tubuh seorang klien lebih segar dan rileks, kemudian diikuti dengan
menghitung mundur beberapa detik untuk membawa subjek ke kondisi normal kembali.
Contoh kalimat termination:
“sekarang anda telah merasakan betapa baiknya kehidupan anda tanpa rokok, rasakankebaikan itu kembali menjadi realita nyata dalam hidup anda sepanjang hayat bahkansetelah anda bangun dari tidur ini, rasakan kebaikan dari tubuh anda dan perlahan lahanrasakan kehadiran anda diruangan ini…setiap napas yang anda hirup akan mengembalikankesadaran anda dengan kondisi yang prima. Saya akan menghitung mundur dari 5 sampaisatu, pada hitungan terakhir bangunkan diri anda dalam keadaan yang segar.5..4..3..2..dan..1”.
3. Manfaat Hipnoterapi
Gunawan (2007) mengungkapkan beberapa bidang yang selama ini diterapi
menggunakan hipnoterapi salah satunya adalah perilaku merokok. Hipnoterapi untuk perilaku
merokok banyak diminati, hal ini karena rokok merupakan salah satu penyebab 5, 4 juta
kematian yang rata rata setiap 6, 5 detik merenggut satu nyawa.
Fachri (2008) mengatakan bahwa hipnoterapi juga digunakan untuk keperluan
gangguan psikis lainnya seperti terapi pada fobia, caranya dengan menghipnosis klien dan
meminta klien untuk mengimajinasikan betapa lucunya objek yang ia takuti, hipnoterapi
dapat meningkatkan sugestibilitas individu sehingga menambah angka keefektifannya dalam
menangani konsentrasi yang buruk, pikiran irasional dan pola pikir yang salah seperti halnya
pola pikir yang salah terhadap manfaat dari obat bius dan rokok. Selain itu hipnoterapi juga
digunakan untuk meningkatkan relaksasi dan menghilangkan ketegangan dengan cara
menuntun klien untuk merasakan relaksasi dan meminta klien melepaskan dirinya dari
ketegangan (Goldberg, 2007).
C. Efektivitas Hipnoterapi Untuk Mengurangi Perilaku Merokok.
Gunawan (2007) mengatakan bahwa 75% penyakit fisik diakibatkan oleh masalah
mental dan emosi. Beberapa pengobatan atau terapi sulit menjangkau sumber masalah ini,
yaitu pikiran bawah sadar dimana mental dan emosi dapat dikendalikan. Hipnoterapi
merupakan salah satu cara yang mudah, efektif dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah
sadar, melakukan re-edukasi dan menyembuhkan pikiran yang sakit.
Perilaku merokok merupakan perilaku yang terekam atau tersimpan di alam bawah
sadar perokok sebagaimana perilaku lainnya, di lain hal hipnoterapi sangat efektif
menjangkau bahkan merekonstruksi atau re-edukasi pikiran bawah sadar manusia untuk
menghasilkan pola perilaku yang baru. Dengan membawa klien ke alam bawah sadarnya dan
memberikan sugesti untuk mengurangi perilaku merokok maka dapat dipastikan pola
kebiasaan merokok, keyakinan atau pola pikir terhadap rokok itu sendiri juga akan berubah
ke arah yang lebih baik seperti yang diharapkan oleh klien.
Kerangka pemikiran dari penelitian ini yaitu hipnoterapi merupakan sebuah metode
yang sangat efektif dan tergolong cepat menjangkau pikiran bawah sadar manusia (Gunawan,
2007) yang berisi pengalaman, sensasi sehingga efektif merekonstruksi ataupun
memodifikasi perilaku yang salah, contohnya perilaku merokok. Rafael (2006) menyatakan
bahwa hipnoterapi efektif untuk mengurangi perilaku merokok. Penulis berasumsi bahwa
dengan memberikan perlakuan hipnoterapi kepada perokok maka keyakinan terhadap rokok,
sensasi, kepuasan akan merokok dapat diubah melalui sugesti positif dalam tahapan
hipnoterapi sehingga perilaku merokoknya akan berkurang.
Peneliti meramu serta menyajikan sebuah eksperimen psikologi dengan asumsi bahwa
hipnoterapi dapat memfasilitasi perubahan tingkah laku untuk mengurangi perilaku merokok.
D. Hipotesis
Berdasarkan paparan yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah: hipnoterapi efektif untuk mengurangi perilaku merokok.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain one group pre and post test design
yaitu desain eksperimen dengan melihat perbedaan pre test maupun post test (Sugiyanto,
2001).
Keterangan:
KE = kelompok eksperimenY1 = perilaku merokok sebelum pre testY2 = perilaku merokok sesudah post testX = hipnoterapi
B. Variabel penelitian
Sevilla, Consuelo G. Ochave, Jesus A. Punsalan, Twila G. dkk (1993) menyatakan
variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri
sendiri-sendiri. Christensen, 2001 dalam Seniati (2009) mengatakan bahwa variabel
merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara organisme, situasi atau
lingkungan.
Variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hipnoterapi. Variabel terikat (Y) adalah variabel
yang tergantung pada variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah perilaku
merokok.
C. Definisi Operasional
Hipnoterapi adalah terapi yang menggunakan metode hipnosis, yaitu suatu terapi yang
menghantarkan klien untuk tidur dan memasuki alam bawah sadarnya serta meningkatkan
sugestibilitas terhadap sugesti yang diberikan hipnoterapis, untuk memfasilitasi perubahan
tingkah laku yang diinginkan atau disetujui oleh klien sebelum terapi dimulai. Hipnoterapi
KE Y1 X Y2
dalam penelitian ini diberikan dengan melalui tahap pra-induksi, induksi, pengujian trans
hipnosis, sugesti, post hypnotic suggestion dan termination. Seluruh tahapan dalam
hipnoterapi ini bersumber dari Indonesian Board of Hypnotherapy (2008) kecuali isi sugesti
yang diambil dari CD Hypnotherapy: Quit Smoking (2006) milik Romy Rafael dan ini
merupakan ciri khas dari hipnoterapi dalam penelitian ini.
Perilaku merokok adalah kegiatan menghisap rokok dan membiarkan asapnya
terpapar di udara yang ditunjukkan dengan aspek merasakan perasaan positif dan negatif
ketika merokok, aspek intensitas merokok, aspek tempat merokok dan aspek waktu merokok.
Perilaku merokok diindikasikan oleh beberapa indikator seperti merasakan perasaan positif
seperti senang, nyaman, maupun perasaan negatif seperti gelisah, tidak rileks pada saat
merokok, merokok di tempat umum dan pribadi seperti jalanan dan kamar pribadi, kamar
mandi dan lain sebagainya, merokok dipengaruhi oleh keadaannya saat itu seperti keadaan
cuaca yang dingin, atau keadaan hati yang senang, marah dan lain sebagainya.
Aspek perilaku merokok yang digunakan adalah aspek perilaku merokok Aritonang
(2007), aspek intensitas merokok pada penelitian ini akan disajikan dalam bentuk pertanyaan
pada lembar biodata peserta penelitian, dan tidak dimasukkan kedalam salah satu indikator
perilaku merokok.
D. Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (1999) sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Penelitian sampel dapat dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi
benar-benar homogen. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel sesuai dengan kriteria yang
diinginkan yaitu:
1. Untuk memperoleh sampel yang homogen maka penelitian ini akan melibatkan kategori
para perokok sedang yaitu perokok yang menghisap 5 sampai 14 batang rokok dalam
sehari.
2. Subjek menyatakan dirinya bersedia untuk diterapi dan menjadi subjek penelitian.
3. Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SUSKA yang berusia 17 hingga 23 tahun, individu
pada rentang usia ini dipilih sebagai subjek penelitian karena mempunyai prevalensi
yang besar akan terbiasa dengan rokok bahkan kecanduan jika dibiarkan tetap menghisap
rokok dan dikhawatirkan mengganggu ketertiban proses belajar mengajar serta
mengganggu kesehatan mahasiswa yang tidak merokok.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Observasi dan Wawancara.
Metode observasi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan gambaran bagaimana
motivasi subjek untuk berhenti merokok, jumlah rokok yang dihabiskan dalam sehari.
2. Skala Perilaku Merokok.
Skala perilaku merokok dalam penelitian ini disusun oleh penulis berdasarkan aspek
perilaku merokok menurut Aritonang (2007) yaitu:
a. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari hari yang ditunjukkan dengan perasaan
yang dialami si perokok, seperti perasaan yang positif maupun perasaan negatif.
b. Intensitas merokok yaitu Perokok sedang adalah perokok yang menghisap 5
sampai 14 batang rokok dalam sehari.
c. Tempat merokok yaitu perokok yang merokok di tempat umum seperti jalanan,
tempat terbuka, oplet dan fasilitas umum lainnya, Juga perokok di tempat yang
bersifat pribadi seperti kamar tidur, kantor, kamar mandi.
d. Waktu merokok.
Remaja yang merokok dipengaruhi oleh keadaan yang dialaminya pada saat itu,
misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin atau setelah
dimarahi orangtua.
Aspek intensitas merokok tidak dimasukkan kedalam blue print penelitian karena
aspek ini sudah mengarah kepada jawaban jumlah intensitas rokok yang dihabiskan oleh
peserta penelitian, oleh karena itu aspek intensitas merokok ini akan dijadikan salah satu
aitem pertanyaan di lembar biodata peserta penelitian. Pertanyaan ini juga bertujuan untuk
memilih calon peserta penelitian yang sesuai dengan kriteria penelitian, yaitu perokok sedang
yang menghabiskan 5 sampai 14 batang rokok perhari.
Skala perilaku merokok terdiri dari 40 aitem yang dibagi dua, 20 aitem favorable dan
20 aitem unfavorable. Disusun dalam bentuk skala Likert yang telah dimodifikasi oleh
penulis dengan tiga bentuk pilihan jawaban, yaitu: sering, kadang kadang dan tidak pernah.
Skor untuk aitem favorable sering (SR) adalah tiga, kadang kadang (KD) adalah dua
dan tidak pernah (TP) adalah satu, sebaliknya untuk aitem unfavorable sering (SR) adalah
satu, kadang kadang (KD) adalah dua dan tidak pernah (TP) adalah tiga. Sebaran skor dapat
dilihat di tabel 1.
Tabel 1.Sebaran Skor Skala Perilaku Merokok
AITEMSKOR PILIHAN JAWABAN
Sering (SR) Kadang kadang (KD) Tidak pernah (TP)Favorable 3 2 1
Unfavorable 1 2 3
Di bawah ini adalah sebaran aitem skala perilaku merokok yang terdiri dari tiga aspek
dan lima indikator.
Tabel 2.Blue Print Try Out Skala Perilaku Merokok.
________. (2009). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chamber, B. (2004). How to Hypnotize. Semarang: Dahara Prize.
Fachri, H. A. (2008). The Real Art of Hypnosis. Jakarta: Gagas Media.
Farrah. (2011). 82 Juta Penduduk Indonesia Jadi Perokok Aktif. Artikel.http://health.detik.com/read/2011/02/04/170722/1560386/763/82-juta-penduduk-Indonesia-jadi-perokok-aktif 2/5/11 3.02. Di akses tanggal 2Mei 2010.
Goldberg, B. (2007). Self Hypnosis. Yogyakarta: B-First.
Gunawan, A. W. (2007). Hypnotherapy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.