Top Banner
EFEKTIVITAS HIPNOTERAPI UNTUK MENGURANGI PERILAKU MEROKOK SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi) Oleh: LANGEN NIDHANA MEISYALLA 10761000084 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2011
50

2012_201206PSI-

Feb 01, 2016

Download

Documents

Ariep Zumantara

ccvgfb
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 2012_201206PSI-

EFEKTIVITAS HIPNOTERAPI UNTUK MENGURANGI PERILAKU

MEROKOK

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Oleh:

LANGEN NIDHANA MEISYALLA

10761000084

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN SYARIF KASIM

RIAU

2011

Page 2: 2012_201206PSI-

Langen Nidhana Meisyalla. Efektivitas Hipnoterapi Untuk Mengurangi PerilakuMerokok. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UINSUSKA) Riau. 2011.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah hipnoterapi efektif dalam

mengurangi perilaku merokok. Hipotesis yang diajukan adalah hipnoterapi efektif untuk

mengurangi perilaku merokok pada remaja.

Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah teknik purposive

sampling dengan jumlah sampel sebanyak 5 orang. Instrumen penelitian berbentuk skala

perilaku merokok. Skala perilaku merokok terdiri dari 21 aitem. Validitas dan reliabilitas

alat penelitian diuji dengan teknik alpha. Hasil uji validitas untuk instrumen skala

perilaku merokok berkisar antara 0,001 - 0,447 dan hasil uji reliabilitasnya menunjukkan

angka 0,767. Uji validitas dan reliabilitas alat ukur dikerjakan dengan bantuan program

komputer SPSS 16.0.

Data penelitian dianalisa dengan menggunakan teknik two related samples test

untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil pretest dan posttest. Hasil analisis

menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,042. Ini menunjukkan ada

perbedaan perilaku merokok subjek penelitian antara sebelum diberikan hipnoterapi

dengan setelah diberikan hipnoterapi dengan kata lain hipnoterapi efektif untuk

mengurangi perilaku merokok pada remaja. Maka hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Kata Kunci: hipnoterapi, perilaku merokok

Page 3: 2012_201206PSI-

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING……………………………... I

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI…………………………………… II

PERSEMBAHAN……………………………………………………….... III

ABSTRAK………………………………………………………………… IV

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. V

DAFTAR ISI…………………………………………………………….... VI

DAFTAR TABEL…………………………………………………………. VII

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… VIII

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah. .......................................................................... 5

C. Maksud dan Tujuan Penelitian ..................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6

1. Manfaat Teoritis .................................................................. 6

2. Manfaat Praktis ................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Merokok ........................................................................ 7

1. Pengertian Perilaku Merokok …............................................ 7

2. Tahap Perilaku Merokok ....................................................... 8

3. Aspek Perilaku Merokok ...................................................... 9

4. Akibat dari Perilaku Merokok ............................................... 11

Page 4: 2012_201206PSI-

B. Hipnoterapi ................................................................................... 12

1. Pengertian Hipnoterapi … ..................................................... 12

2. Tahap Hipnoterapi ................................................................. 13

3. Manfaat Hipnoterapi ............................................................. 17

C. Efektifitas Hipnoterapi untuk Mengurangi Perilaku Merokok..... 17

D. Hipotesis....................................................................................... 19

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian.......................................................................... 20

B. Variabel Penelitian ....................................................................... 20

C. Definisi Operasional .................................................................... 20

D. Sampel Penelitian . ....................................................................... 22

E. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 22

1. Metode Observasi dan Wawancara........................................ 22

2. Skala Perilaku Merokok......................................................... 23

F. Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 26

G. Prosedur Penelitian ...................................................................... 27

H. Analisis Statistik........................................................................... 29

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan .................................................................................... 30

B. Hasil Penelitian................................................................................ 32

C. Pembahasan .................................................................................. 37

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 41

B. Saran . ............................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................42

Page 5: 2012_201206PSI-

LAMPIRAN .........................................................................................................44

Page 6: 2012_201206PSI-

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sebaran Skor ........................................................................... 24

Tabel 2. Blue Print try out Skala Perilaku Merokok.............................. 25

Tabel 3. Blue Print Skala Perilaku Merokok setelah try out. ................ 26

Tabel 4. Tabel Deskripsi Data Perilaku Merokok Pretest Dan Posttest. 32

Tabel 5. Tabel perbandingan nilai pretest dan posttest........................... 33

Tabel 6. Tabel Signifikansi Hasil Two Related Samples Test…..……… 34

Tabel 7. Deskripsi Hipotetik Perilaku Merokok….……………………. 36

Tabel 8. Deskripsi Empirik Perilaku Merokok………………….…….. 36

Tabel 9. Kategorisasi Variabel Perilaku Merokok…………………….. 37

Page 7: 2012_201206PSI-

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan menghisap tembakau dengan menggunakan pipa atau lintingan kertas yang

dibakar yang biasa disebut merokok merupakan fenomena umum yang dapat dijumpai

hampir pada semua kalangan masyarakat Indonesia. Salah satu situs nasional mengatakan

bahwa Indonesia menempati urutan ketiga di dunia dengan jumlah perokok terbanyak setelah

Cina dan India. Berdasarkan data riset kesehatan dasar Departemen Kesehatan Republik

Indonesia 2010 diketahui sekitar 34,7 persen penduduk Indonesia menjadi perokok aktif

(Farrah, 2011).

Sidang tahunan Majelis Ulama Indonesia pada 25 Januari 2009 telah mengeluarkan

fatwa haram untuk kegiatan merokok pada anak-anak, pengurus Majelis Ulama Indonesia,

perempuan hamil dan perokok di tempat umum (Satiti, 2009). Banyak hal negatif yang

melatarbelakangi kenapa rokok diharamkan, rokok mengandung 4000 lebih senyawa kimia

beracun, secara garis besar ada tiga racun utama yaitu nikotin, tar dan karbon monoksida

(Plus, 2009).

Nikotin merupakan senyawa yang bersifat candu sama halnya seperti kokain dan

heroin, tubuh akan semakin tergantung secara fisik dan psikologis terhadap nikotin, saat asap

rokok terhirup maka nikotin akan masuk kedalam paru-paru kemudian diteruskan hingga

kedalam darah. Senyawa utama kedua adalah tar, yaitu bahan yang lebih kecil dari debu yang

turut masuk saat asap rokok terhirup, tar menyebabkan noda kecokelatan menempel pada gigi

dan kuku perokok, juga menyebabkan flek yang bersubstansi lengket kecokelatan pada paru-

paru sehingga melumpuhkan pelindung serta pembersih paru-paru. Substansi utama ketiga

yaitu karbon monoksida, merupakan gas yang jika terhirup maka akan mengikat hemoglobin

dalam darah sehingga mengurangi pasokan oksigen ke seluruh organ tubuh (Plus, 2009).

Page 8: 2012_201206PSI-

Ratusan bahan lain yang juga terkandung dalam rokok seperti ammonia, formic acid,

hydrogen cyanide, nitrous oxide dan formalin juga mengandung racun yang dapat merusak

syaraf sehingga dalam beberapa kasus berat rokok mengakibatkan kegelisahan, berkurangnya

nafsu makan, kanker paru, stroke dan pada ibu hamil yang merokok dapat mengakibatkan

keguguran pada janin yang dikandung. Pada kasus ringan asap rokok dapat merangsang jalan

napas sehingga menyebabkan batuk dan sesak napas. Karena banyaknya penyakit yang

disebabkan oleh perilaku merokok maka hukum haram difatwakan oleh Majelis Ulama

Indonesia pada 2009 (Jaya, 2009).

Larangan serta peraturan yang diberlakukan di hampir semua sekolah dan kampus di

Kota Pekanbaru mengindikasikan bahwa jumlah perokok remaja di Pekanbaru memang

sudah mengkhawatirkan, selain itu di berlakukannya smoking area di beberapa tempat

keramaian di Kota Pekanbaru juga memperkuat asumsi bahwa rokok memang selalu dibawa

kemana mana. Puntung rokok dan abu sisa pembakaran rokok yang bertebaran di tempat

umum dan mudah ditemukan juga memperjelas bahwa perilaku merokok merupakan masalah

yang belum terpisahkan dari masyarakat Kota Pekanbaru.

Selama Januari hingga Mei 2010 penulis mengamati perilaku merokok beberapa

mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

(selanjutnya akan ditulis sebagai UIN SUSKA) yang sering keluar ruang kuliah saat

perkuliahan sedang berlangsung dan penulis mendapatkan beberapa dari mahasiswa tersebut

menghisap rokok. Para mahasiswa tersebut biasanya merokok di lorong ruang kelas maupun

di kamar kecil. Hal semacam ini dapat ditemukan pada jam perkuliahan siang. Penulis juga

mewawancarai beberapa diantara mahasiswa yang merokok dan sering keluar kelas saat

perkuliahan, hampir semua mengeluh karena suhu ruangan yang panas sehingga para

Page 9: 2012_201206PSI-

mahasiswa tersebut memutuskan untuk keluar ruangan dan menenangkan diri dengan cara

merokok, selain itu ada beberapa mahasiswa yang menjadikan pelajaran yang sulit atau dosen

yang membosankan sebagai alasan untuk keluar ruangan dan merokok. Mahasiswa yang

keluar ruangan untuk merokok saat jam perkuliahan ini memiliki intensitas merokok yang

hampir sama yaitu rata rata menghabiskan tiga sampai empat batang rokok ketika keluar

kelas saat jam perkuliahan sedang berlangsung dan menghabiskan waktu sekitar lima menit

hingga setengah jam untuk merokok. Tentu saja ini merupakan hal yang sangat

memprihatikan karena dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar.

Angka perokok di Indonesia yang selalu meningkat dapat memperburuk kehidupan

psikis serta fisik mereka yang merokok serta individu yang berada di lingkungan tempat

tinggalnya juga akan terganggu baik perlahan maupun drastis. Bagi remaja yang menginjak

peralihan masa anak anak ke dewasa akan mengalami dorongan rasa penasaran dan ingin

tahu yang tinggi, akibatnya keingintahuan remaja akan rokok membawa mereka ke dalam

perilaku mencoba merokok hingga kecanduan karena pengaruh candu nikotin pada rokok.

Akibatnya kemampuan konsentrasinya akan meningkat secara paksa sehingga mengakibatkan

perubahan emosi dan mood yang drastis. Selain itu sampah abu dan puntung rokok juga

mengganggu kebersihan toilet dan kamar mandi.

Remaja yang merokok rentan terhadap penurunan kemampuan konsentrasi, memiliki

predisposisi untuk mengalami stres apabila kebutuhannya akan rokok tidak terpenuhi. Hal ini

akan berakibat buruk pada tugas perkembangan dan tugas akademiknya di sekolah. Selain itu

efek candu nikotin yang terkandung di dalam rokok juga akan merusak jaringan syaraf otak

secara perlahan sehingga dapat mengakibatkan terganggunya fungsi fisik remaja tersebut

(Satiti, 2009).

Para ahli Psikologi memberi perhatian penuh terhadap perilaku merokok yang dapat

berujung pada kecanduan ini, terbukti dengan dimasukkannya adiksi sebagai salah satu divisi

Page 10: 2012_201206PSI-

kajian American psychological association (APA). Maka intervensi psikologis yang

berbentuk psikoterapi terhadap perilaku merokok pun berkembang, salah satunya adalah

hipnoterapi.

Hipnoterapi merupakan salah satu aplikasi dari hipnosis, hipnosis itu sendiri menurut

Rafael (2006) adalah keadaan alami dari relaksasi total tubuh dimana kondisi kesadaran

pikiran meningkat lebih tinggi dari biasanya. Sedangkan hipnoterapi adalah terapi yang

menggunakan hipnosis untuk memfasilitasi perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah

perubahan pola pikir dan perilaku yang diinginkan klien sebelum menjalani proses

hipnoterapi.

Gunawan (2007) mengungkapkan beberapa bidang yang selama ini diterapi

menggunakan hipnoterapi atau sering juga disebut sebagai hipnosis medis, salah satunya

adalah perilaku merokok. Hipnoterapi di anggap efektif mengurangi perilaku merokok karena

hipnoterapi berhubungan langsung dengan alam bawah sadar klien, alam bawah sadar adalah

tempat dimana persepsi, emosi, kebiasaan, dan memori jangka panjang disimpan.

Merubah persepsi dan keyakinan akan rokok dapat mengurangi perilaku merokoknya.

Untuk melihat hubungan positif dan keterkaitan antara fenomena perilaku merokok pada

mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SUSKA dengan metode hipnoterapi yang efektif

menanamkan sugesti positif untuk melahirkan sebuah perilaku baru maka penulis berinisiatif

untuk melakukan sebuah eksperimen tentang hipnoterapi dan perilaku merokok, sebagai

penelitian ilmiah maka karya tulis ini akan diberi judul ”efektivitas hipnoterapi untuk

mengurangi perilaku merokok”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: “Apakah hipnoterapi efektif untuk mengurangi perilaku merokok?”

C. Tujuan Penelitian

Page 11: 2012_201206PSI-

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: mengetahui efektivitas

hipnoterapi untuk mengurangi perilaku merokok.

D. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan rujukan bagi ilmu pengetahuan pada

umumnya dan ilmu psikologi klinis dan psikologi kesehatan pada khususnya, serta sebagai

bahan rujukan bagi para peneliti selanjutnya dalam penelitian masalah yang berhubungan

dengan terapi perilaku merokok, salah satunya adalah melalui hipnoterapi.

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai metode terapi alternatif untuk mengurangi perilaku merokok bagi para perokok.

b. Sebagai salah satu informasi alternatif bagi dinas terkait seperti dinas kesehatan untuk

mengurangi angka perokok setiap tahun.

c. Sebagai salah satu bahan rujukan bagi para psikolog klinis dan kesehatan untuk

mengurangi perilaku merokok.

d. Sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat umum mengenai efektivitas hipnoterapi

untuk mengurangi perilaku merokok.

Page 12: 2012_201206PSI-

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Merokok

1. Pengertian Perilaku Merokok.

Menurut Sitepoe (dalam Amelia, 2009) merokok adalah membakar tembakau yang

kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun menggunakan pipa. Armstrong

(dalam Amelia, 2009) mengatakan perilaku merokok sebagai menghisap asap tembakau yang

dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar. Levy (dalam Amelia, 2009)

mengatakan perilaku merokok sebagai sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar

dan menghisap tembakau serta menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang

disekitarnya. Perilaku merokok juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan

dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok dan

fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari. (Komalasari dan Helmi, 2011)

Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian perilaku merokok

adalah kegiatan membakar dan menghisap tembakau baik menggunakan pipa maupun rokok,

kemudian mengeluarkan asap yang dapat terhisap oleh orang orang disekitarnya dan dapat

diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok dan fungsi merokok dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Tahap Perilaku Merokok

Oskamp (dalam Amelia, 2009) mengungkapkan empat tahap dari perilaku merokok

menjadi perokok, yaitu:

Page 13: 2012_201206PSI-

a. Tahap persiapan.

Seseorang belum mencoba rokok pada tahap ini, tahap ini meliputi perkembangan

sikap dan informasi terhadap rokok. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan

akan rokok dengan cara mendengar, melihat dari orangtua, media masa atau dari hasil

bacaan. Hal seperti ini menimbulkan minat untuk merokok.

b. Tahap permulaan.

Seseorang sudah mencoba untuk merokok. Tahap ini juga disebut sebagai tahap

perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan merokok ataumemilih

untuk tidak merokok.

c. Tahap menjadi seorang perokok.

Oskamp (dalam Amelia 2009) mengatakan bahwa seseorang menjadi perokok apabila

orang tersebut telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari. Individu yang

telah mencoba sampai rokok ke-empat cenderung menjadi perokok tetap.

d. Tahap mempertahankan perilaku merokok.

Tahap ini merupakan tahap akhir, ketika faktor psikologis seperti ketenangan karena

merokok dan mekanisme biologis seperti pelepasan dopamin yang membuat tubuh merasakan

relaksasi menjadi satu, maka perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang akan terus

menerus dilakukan.

Dapat disimpulkan bahwa individu melalui beberapa tahapan sehingga dapat disebut

sebagai perokok, dimulai dengan tahap persiapan dimana individu hanya mendapatkan

gambaran menyenangkan tentang perilaku merokok tersebut dari orang-orang, sehingga

mendorong individu untuk mulai mencoba rokok, tahap ini adalah tahap permulaan, di tahap

selanjutnya yaitu tahap menjadi seorang perokok individu dikatakan sebagai perokok tetap

jika telah merokok empat batang perhari, pada tahap terakhir yaitu tahap mempertahankan

perilaku merokok, individu akan mempertahankan perilaku merokoknya dan melakukannya

Page 14: 2012_201206PSI-

secara terus menerus.

3. Aspek Perilaku Merokok

Aritonang dalam Kemala (2007) mengatakan bahwa perilaku merokok memiliki

beberapa aspek, yaitu:

a. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari hari.

Fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan yang dialami si perokok, seperti

perasaan yang positif, misalnya perasaan santai, nyaman, tenang, lega, rileks. Selain itu juga

ditunjukkan dengan perasaan negatif seperti marah, dendam, sakit hati, dan perasaan negatif

lainnya.

b. Intensitas merokok.

Smet (dalam Kemala, 2007) mengklasifikasi perokok berdasarkan banyaknya rokok

yang dihisap, yaitu:

1) Perokok berat adalah perokok yang menghisap lebih dari 15 batang rokok

dalam sehari.

2) Perokok sedang adalah perokok yang menghisap 5 sampai 14 batang rokok

dalam sehari.

3) Perokok ringan adalah perokok yang menghisap 1 sampai 4 batang rokok

dalam sehari.

Penelitian ini menggunakan subjek perokok sedang, yaitu perokok yang menghisap 5

sampai 14 batang rokok dalam sehari.

c. Tempat merokok

Tipe perokok berdasarkan tempat ada dua, yaitu:

1) Perokok yang merokok di tempat umum atau ruang publik.

Kebiasaan merokok di tempat umum dan ruang publik sering sekali

mengabaikan orang disekitarnya.

Page 15: 2012_201206PSI-

2) Perokok yang merokok di tempat yang bersifat pribadi.

Perokok yang merokok di ruang pribadi seperti kamar tidur, kantor

digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri dan penuh

rasa gelisah yang mencekam. Mereka yang suka merokok di toilet

digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

d. Waktu merokok.

Remaja yang merokok dipengaruhi oleh kondisi yang dialaminya pada saat itu,

misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin.

Dapat disimpulkan bahwa orang yang merokok di tunjukkan oleh beberapa aspek,

yaitu berdasarkan fungsi kenapa mereka merokok, intensitas merokok atau klasifikasi berapa

batang rokok yang dihabiskan perharinya, tempat merokok serta waktu atau keadaan yang

mereka rasakan ketika merokok. Skala perilaku merokok akan penulis susun berdasarkan

aspek perilaku merokok Aritonang ini.

4. Akibat dari Perilaku Merokok.

Perilaku merokok berdampak negatif terhadap tubuh sehingga mengakibatkan tubuh

mengalami berbagai penyakit yang mematikan. Marks, Murray, Evans, Willig, Woodall dan

Sykes (2005) menyatakan bahwa perilaku merokok dapat membawa kepada gejala stres pada

individu, kemampuan konsentrasi yang dipaksakan dengan cara merokok dalam jangka

waktu panjang juga akan berakibat buruk pada perkembangan syaraf. Efek nikotin yang

mengakibatkan ketergantungan akan membawa perokok pada sejumlah penyakit fisik yang

berakibat pada kematian, diantaranya kanker paru, stroke, sakit jantung, kanker lambung,

kanker leher rahim, gangguan pada kehamilan dan penyakit mematikan lainnya (Jaya, 2009).

Satiti (2009) menjelaskan bahwa secara sosial, perokok yang terbiasa merokok di

tempat umum dan ruang terbuka juga mengganggu dan mengancam kesehatan para perokok

Page 16: 2012_201206PSI-

pasif yaitu mereka yang tidak merokok dan terhirup asap rokok. Karena asap rokok juga

mengandung racun yang sangat berbahaya, bahkan perokok pasif atau individu yang terhirup

asap rokok memiliki bahaya yang lebih besar dari pada perokok itu sendiri. Satiti juga

mengatakan bahwa secara pribadi, perilaku merokok juga mengganggu penampilan perokok

itu sendiri bahkan melunturkan kewibawaan seorang perokok di mata koleganya yang tidak

suka dengan rokok. Selanjutnya aroma yang tidak sedap tersebut sangat berpotensi

mengganggu kenyamanan orang lain yang berada disekitarnya. Bahkan adakalanya perilaku

merokok itu menjurus pada gangguan ketenteraman dan ketertiban umum, terutama jika

aktifitas merokok tersebut dilakukan di tempat umum seperti angkutan umum atau tempat

keramaian lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok dengan intensitas ringan, sedang maupun

berat sangat berbahaya bagi kesehatan. Merokok dapat memicu stres sehingga berakibat

buruk pada perkembangan syaraf. Nikotin pada rokok mengakibatkan perokok mengalami

kecanduan. Perilaku merokok juga berakibat buruk bagi individu yang terhisap asap rokok

dan mengakibatkan bau tidak sedap bagi perokok itu sendiri.

B. Hipnoterapi

1. Pengertian Hipnoterapi.

Kata hipnoterapi terdiri dari dua kata yaitu hipno dan terapi, Rafael (2006)

mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan alami dari relaksasi total tubuh dimana kondisi

kesadaran pikiran meningkat lebih tinggi dari biasanya. Terapi adalah pengawasan atau

perawatan yang langsung di tujukan pada pengobatan kondisi secara patologi (Anshari,

1996). Maka hipnoterapi menurut Rafael (2006) adalah terapi yang menggunakan hipnosis

untuk memfasilitasi perubahan.

Page 17: 2012_201206PSI-

Definisi hipnosis selalu lekat dengan konteks penggunaannya, sebagian besar definisi

yang digunakan untuk menjelaskan hipnosis adalah definisi Bernheim. Menurut Bernheim

hipnosis pada dasarnya adalah sugestibilitas yang meningkat terhadap sugesti yang diberikan

orang lain (Kahija, 2007).

Gunawan (2007) menjelaskan bahwa Freud mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan

tidur yang memiliki tingkat trans yang bervariasi mulai dari ringan sampai ekstrim. Gunawan

juga memandang bahwa hipnosis adalah keadaan pikiran normal yang dicirikan dengan:

a. Relaksasi yang dalam.

b. Keinginan mengikuti sugesti yang sejalan dengan sistem kepercayaannya.

c. Pengaturan diri dan normalisasi sistem syaraf pusat.

d. Sensitivitas yang meningkat dan selektif terhadap stimuli eksternal.

e. Mekanisme pertahanan psikis yang lemah.

Dapat disimpulkan bahwa hipnoterapi adalah proses penurunan kesadaran pada

individu dan peningkatan sugestibilitas terhadap sugesti yang dimanfaatkan untuk proses

terapi.

2. Tahap-tahap Hipnoterapi

Chambers (2004) mengatakan bahwa hipnosis yang digunakan untuk terapi maupun

keperluan lain memiliki tahapan, Gunawan (2007) juga menggunakan tahapan hipnosis yang

sama dan menambahkan teknik pengujian trans hipnosis dengan konversi ke kondisi hipnosis.

Berikut tahapan hipnoterapi Chambers (2004) dan Gunawan (2007):

a. Tahap Pra-Induksi

Merupakan suatu proses untuk mempersiapkan suatu situasi dan kondisi yang bersifat

kondusif antara seorang hipnoterapis dan klien. Agar proses pra- induksi berlangsung dengan

baik, maka sebelumnya hipnoterapis harus dapat mengenali aspek psikologis dari klien,

antara lain: hal yang diminati, hal yang tidak diminati, apa yang diketahui klien terhadap

Page 18: 2012_201206PSI-

hipnoterapi, dan seterusnya. Pra-induksi dapat berupa percakapan ringan, saling berkenalan,

serta hal lain yang bersifat mendekatkan seorang hipnoterapis secara mental terhadap klien.

Pra-induksi merupakan tahapan yang bersifat kritis. Seringkali kegagalan proses hipnoterapi

diawali dari proses pra-induksi yang tidak tepat. Tahap ini juga untuk menguji apakah klien

cocok diterapi dengan menggunakan hipnoterapi atau tidak, klien akan mudah dihipnoterapi

jika klien mau bekerja sama dengan suka rela untuk mengikuti instruksi hipnoterapi yang

diberikan.

b. Tahap Induksi.

Langkah berikutnya adalah induksi. Merupakan kunci utama dalam proses

hipnoterapi, karena proses inilah yang akan membawa subjek dari kondisi normal ke kondisi

rileks dan kondisi sepenuhnya di bawah kendali seorang hipnoterapis. Bagian utama dari

induksi adalah ”kalimat kunci” dari seorang hipnoterapis, ketika memerintahkan seorang

klien untuk tidur, di mana selanjutnya hipnoterapis akan mengambil alih kendali atas alam

bawah sadar klien. Secara utuh, proses induksi terdiri dari 3 bagian yaitu: relaksasi, adalah

proses untuk mengurangi keaktifan gelombang otak klien. Induksi adalah proses untuk

membawa subjek ke gelombang otak yang baik untuk menerima sugesti, untuk selanjutnya

siap di sugesti dengan ”kalimat kunci”. Deepening adalah proses untuk membawa Subjek ke

trans level yang lebih dalam (Theta). Contoh kalimat induksi adalah:

“Silakan tarik napas panjang ….. dan, tutuplah mata saat anda menghembuskan napas…. perhatikan otot-otot dan syaraf di sekitar mata anda …., lemaskan dan lepaskan semuaketegangan yang ada di sana …. lemaskan setiap otot sehingga mata anda benar-benarrileks …”.c. Pengujian Trans Hipnosis

Proses Depth Level Test. Seringkali diistilahkan dengan Trance Level Test atau

pengujian tingkat kedalaman tidur hipnotik seorang klien. Bagi seorang hipnoterapis, tingkat

kedalaman trance akan berkaitan dengan efektivitas pengaruh sugesti terapi yang akan

diberikan kepada klien. Tahap ini diberikan jika hipnoterapis merasa ragu akan kedalaman

Page 19: 2012_201206PSI-

level tidur hipnotik klien. Depth Level Test dilakukan dengan cara memberikan perintah

sederhana yang berlawanan atau dengan logika kesadaran biasa. Contoh kalimat Depth Level

Test adalah:

“sekarang saya akan menaruh buah durian yang masak di depan anda, saya mintaanda untuk menghirup dan merasakan secara nyata dalam pikiran anda aroma dari durianini, hirup aromanya dan rasakan…kalau anda sudah berhasil merasakan aromanya,anggukkan kepala anda” (hipnoterapis tidak menaruh durian atau apapun di hadapan kliensaat proses ini).

Gunawan (2007) menambahkan teknik pengujian trans hipnotis dengan dengan

konversi ke hipnosis dengan tujuan menentukan tingkat sugestibilitas dan mengkonversikan

kondisi sadar klien ke kondisi hipnosis tanpa disadari atau diketahui oleh klien.

Contoh kalimat konversi ke kondisi hipnosis adalah:

“bagus…bau durian tersebut kini membuat anda jauh lebih rileks danmengistirahatkan tubuh serta pikiran anda, semakin anda mencoba membuka mata andamaka mata anda akan semakin tertutup bahkan usaha anda akan membuat anda merasakankantuk yang sangat berat, anda boleh mencoba membuka mata, namun semakin andamencoba anda akan semakin dalam memasuki alam tidur anda”.

d. Sugesti.

Sugesti adalah gagasan yang muncul di otak tanpa diuji dengan mempertimbangkan

sumber asalnya, melainkan diterima seakan-akan gagasan tersebut muncul secara spontan di

dalam otak (Freud, 2009). Tahap ini merupakan tahapan inti dari maksud dan tujuan proses

hipnoterapi. Pada tahapan ini seorang hipnoterapis mulai dapat memasukkan kalimat-kalimat

sugesti ke alam bawah sadar klien. Contoh kalimat sugesti untuk mengurangi perilaku

merokok adalah:

“Karena anda sekarang telah merasa tenang dan rileks, anda dapat berhasil mencapaiapapun keinginan anda, untuk mengurangi kecanduan merokok …. Anda bayangkan bahwaanda telah kehilangan hasrat dan keinginan untuk merokok yang tidak lagi anda inginkandan anda telah menjaga hilangnya keinginan dan hasrat tersebut …. Anda bayangkan danrasakan dan pikirkan bahwa anda telah menjadi lebih sehat, lebih sehat, lebih segar, lebihsegar, anda bernafas dengan lancar, berhenti merokok sepenuhnya …. ”

e. Post Hypnotic Suggestion.

Page 20: 2012_201206PSI-

Tahapan selanjutnya adalah post hypnotic suggestion. Yakni, suatu sugesti yang tetap

”bekerja” walaupun seseorang itu telah berada dalam kondisi pasca-hipnotis (normal). Post

hypnotic suggestion merupakan hal penting yang mendasari proses hipnoterapi. Apabila

hipnoterapis ingin mengendalikan subjek, ia dapat menggunakan simbol bunyi atau tindakan.

Inilah yang disebut Anchor yaitu sugesti berupa simbol-simbol yang akan menghasilkan

reaksi pemikiran, emosional, atau perilaku tertentu yang merupakan proses pemrograman

seorang hipnoterapis terhadap klien. Misalnya:

”mulai saat ini, jika kamu melihat rokok atau orang yang merokok, maka kamu dapatmenahan keinginan kamu untuk merokok!”

f. Termination.

Termination yaitu suatu tahapan untuk mengakhiri proses hipnoterapi. Konsep

termination adalah agar seorang klien tidak mengalami kejutan psikologis ketika terbangun

dari ”tidur hipnosis”. Standar dari proses termination adalah membangun sugesti positif yang

akan membuat tubuh seorang klien lebih segar dan rileks, kemudian diikuti dengan

menghitung mundur beberapa detik untuk membawa subjek ke kondisi normal kembali.

Contoh kalimat termination:

“sekarang anda telah merasakan betapa baiknya kehidupan anda tanpa rokok, rasakankebaikan itu kembali menjadi realita nyata dalam hidup anda sepanjang hayat bahkansetelah anda bangun dari tidur ini, rasakan kebaikan dari tubuh anda dan perlahan lahanrasakan kehadiran anda diruangan ini…setiap napas yang anda hirup akan mengembalikankesadaran anda dengan kondisi yang prima. Saya akan menghitung mundur dari 5 sampaisatu, pada hitungan terakhir bangunkan diri anda dalam keadaan yang segar.5..4..3..2..dan..1”.

3. Manfaat Hipnoterapi

Gunawan (2007) mengungkapkan beberapa bidang yang selama ini diterapi

menggunakan hipnoterapi salah satunya adalah perilaku merokok. Hipnoterapi untuk perilaku

merokok banyak diminati, hal ini karena rokok merupakan salah satu penyebab 5, 4 juta

kematian yang rata rata setiap 6, 5 detik merenggut satu nyawa.

Page 21: 2012_201206PSI-

Fachri (2008) mengatakan bahwa hipnoterapi juga digunakan untuk keperluan

gangguan psikis lainnya seperti terapi pada fobia, caranya dengan menghipnosis klien dan

meminta klien untuk mengimajinasikan betapa lucunya objek yang ia takuti, hipnoterapi

dapat meningkatkan sugestibilitas individu sehingga menambah angka keefektifannya dalam

menangani konsentrasi yang buruk, pikiran irasional dan pola pikir yang salah seperti halnya

pola pikir yang salah terhadap manfaat dari obat bius dan rokok. Selain itu hipnoterapi juga

digunakan untuk meningkatkan relaksasi dan menghilangkan ketegangan dengan cara

menuntun klien untuk merasakan relaksasi dan meminta klien melepaskan dirinya dari

ketegangan (Goldberg, 2007).

C. Efektivitas Hipnoterapi Untuk Mengurangi Perilaku Merokok.

Gunawan (2007) mengatakan bahwa 75% penyakit fisik diakibatkan oleh masalah

mental dan emosi. Beberapa pengobatan atau terapi sulit menjangkau sumber masalah ini,

yaitu pikiran bawah sadar dimana mental dan emosi dapat dikendalikan. Hipnoterapi

merupakan salah satu cara yang mudah, efektif dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah

sadar, melakukan re-edukasi dan menyembuhkan pikiran yang sakit.

Perilaku merokok merupakan perilaku yang terekam atau tersimpan di alam bawah

sadar perokok sebagaimana perilaku lainnya, di lain hal hipnoterapi sangat efektif

menjangkau bahkan merekonstruksi atau re-edukasi pikiran bawah sadar manusia untuk

menghasilkan pola perilaku yang baru. Dengan membawa klien ke alam bawah sadarnya dan

memberikan sugesti untuk mengurangi perilaku merokok maka dapat dipastikan pola

kebiasaan merokok, keyakinan atau pola pikir terhadap rokok itu sendiri juga akan berubah

ke arah yang lebih baik seperti yang diharapkan oleh klien.

Kerangka pemikiran dari penelitian ini yaitu hipnoterapi merupakan sebuah metode

yang sangat efektif dan tergolong cepat menjangkau pikiran bawah sadar manusia (Gunawan,

Page 22: 2012_201206PSI-

2007) yang berisi pengalaman, sensasi sehingga efektif merekonstruksi ataupun

memodifikasi perilaku yang salah, contohnya perilaku merokok. Rafael (2006) menyatakan

bahwa hipnoterapi efektif untuk mengurangi perilaku merokok. Penulis berasumsi bahwa

dengan memberikan perlakuan hipnoterapi kepada perokok maka keyakinan terhadap rokok,

sensasi, kepuasan akan merokok dapat diubah melalui sugesti positif dalam tahapan

hipnoterapi sehingga perilaku merokoknya akan berkurang.

Peneliti meramu serta menyajikan sebuah eksperimen psikologi dengan asumsi bahwa

hipnoterapi dapat memfasilitasi perubahan tingkah laku untuk mengurangi perilaku merokok.

D. Hipotesis

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah: hipnoterapi efektif untuk mengurangi perilaku merokok.

Page 23: 2012_201206PSI-
Page 24: 2012_201206PSI-

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain one group pre and post test design

yaitu desain eksperimen dengan melihat perbedaan pre test maupun post test (Sugiyanto,

2001).

Keterangan:

KE = kelompok eksperimenY1 = perilaku merokok sebelum pre testY2 = perilaku merokok sesudah post testX = hipnoterapi

B. Variabel penelitian

Sevilla, Consuelo G. Ochave, Jesus A. Punsalan, Twila G. dkk (1993) menyatakan

variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri

sendiri-sendiri. Christensen, 2001 dalam Seniati (2009) mengatakan bahwa variabel

merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara organisme, situasi atau

lingkungan.

Variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hipnoterapi. Variabel terikat (Y) adalah variabel

yang tergantung pada variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah perilaku

merokok.

C. Definisi Operasional

Hipnoterapi adalah terapi yang menggunakan metode hipnosis, yaitu suatu terapi yang

menghantarkan klien untuk tidur dan memasuki alam bawah sadarnya serta meningkatkan

sugestibilitas terhadap sugesti yang diberikan hipnoterapis, untuk memfasilitasi perubahan

tingkah laku yang diinginkan atau disetujui oleh klien sebelum terapi dimulai. Hipnoterapi

KE Y1 X Y2

Page 25: 2012_201206PSI-

dalam penelitian ini diberikan dengan melalui tahap pra-induksi, induksi, pengujian trans

hipnosis, sugesti, post hypnotic suggestion dan termination. Seluruh tahapan dalam

hipnoterapi ini bersumber dari Indonesian Board of Hypnotherapy (2008) kecuali isi sugesti

yang diambil dari CD Hypnotherapy: Quit Smoking (2006) milik Romy Rafael dan ini

merupakan ciri khas dari hipnoterapi dalam penelitian ini.

Perilaku merokok adalah kegiatan menghisap rokok dan membiarkan asapnya

terpapar di udara yang ditunjukkan dengan aspek merasakan perasaan positif dan negatif

ketika merokok, aspek intensitas merokok, aspek tempat merokok dan aspek waktu merokok.

Perilaku merokok diindikasikan oleh beberapa indikator seperti merasakan perasaan positif

seperti senang, nyaman, maupun perasaan negatif seperti gelisah, tidak rileks pada saat

merokok, merokok di tempat umum dan pribadi seperti jalanan dan kamar pribadi, kamar

mandi dan lain sebagainya, merokok dipengaruhi oleh keadaannya saat itu seperti keadaan

cuaca yang dingin, atau keadaan hati yang senang, marah dan lain sebagainya.

Aspek perilaku merokok yang digunakan adalah aspek perilaku merokok Aritonang

(2007), aspek intensitas merokok pada penelitian ini akan disajikan dalam bentuk pertanyaan

pada lembar biodata peserta penelitian, dan tidak dimasukkan kedalam salah satu indikator

perilaku merokok.

D. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (1999) sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti. Penelitian sampel dapat dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi

benar-benar homogen. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel sesuai dengan kriteria yang

diinginkan yaitu:

Page 26: 2012_201206PSI-

1. Untuk memperoleh sampel yang homogen maka penelitian ini akan melibatkan kategori

para perokok sedang yaitu perokok yang menghisap 5 sampai 14 batang rokok dalam

sehari.

2. Subjek menyatakan dirinya bersedia untuk diterapi dan menjadi subjek penelitian.

3. Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SUSKA yang berusia 17 hingga 23 tahun, individu

pada rentang usia ini dipilih sebagai subjek penelitian karena mempunyai prevalensi

yang besar akan terbiasa dengan rokok bahkan kecanduan jika dibiarkan tetap menghisap

rokok dan dikhawatirkan mengganggu ketertiban proses belajar mengajar serta

mengganggu kesehatan mahasiswa yang tidak merokok.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Observasi dan Wawancara.

Metode observasi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan gambaran bagaimana

motivasi subjek untuk berhenti merokok, jumlah rokok yang dihabiskan dalam sehari.

2. Skala Perilaku Merokok.

Skala perilaku merokok dalam penelitian ini disusun oleh penulis berdasarkan aspek

perilaku merokok menurut Aritonang (2007) yaitu:

a. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari hari yang ditunjukkan dengan perasaan

yang dialami si perokok, seperti perasaan yang positif maupun perasaan negatif.

b. Intensitas merokok yaitu Perokok sedang adalah perokok yang menghisap 5

sampai 14 batang rokok dalam sehari.

c. Tempat merokok yaitu perokok yang merokok di tempat umum seperti jalanan,

tempat terbuka, oplet dan fasilitas umum lainnya, Juga perokok di tempat yang

bersifat pribadi seperti kamar tidur, kantor, kamar mandi.

d. Waktu merokok.

Page 27: 2012_201206PSI-

Remaja yang merokok dipengaruhi oleh keadaan yang dialaminya pada saat itu,

misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin atau setelah

dimarahi orangtua.

Aspek intensitas merokok tidak dimasukkan kedalam blue print penelitian karena

aspek ini sudah mengarah kepada jawaban jumlah intensitas rokok yang dihabiskan oleh

peserta penelitian, oleh karena itu aspek intensitas merokok ini akan dijadikan salah satu

aitem pertanyaan di lembar biodata peserta penelitian. Pertanyaan ini juga bertujuan untuk

memilih calon peserta penelitian yang sesuai dengan kriteria penelitian, yaitu perokok sedang

yang menghabiskan 5 sampai 14 batang rokok perhari.

Skala perilaku merokok terdiri dari 40 aitem yang dibagi dua, 20 aitem favorable dan

20 aitem unfavorable. Disusun dalam bentuk skala Likert yang telah dimodifikasi oleh

penulis dengan tiga bentuk pilihan jawaban, yaitu: sering, kadang kadang dan tidak pernah.

Skor untuk aitem favorable sering (SR) adalah tiga, kadang kadang (KD) adalah dua

dan tidak pernah (TP) adalah satu, sebaliknya untuk aitem unfavorable sering (SR) adalah

satu, kadang kadang (KD) adalah dua dan tidak pernah (TP) adalah tiga. Sebaran skor dapat

dilihat di tabel 1.

Tabel 1.Sebaran Skor Skala Perilaku Merokok

AITEMSKOR PILIHAN JAWABAN

Sering (SR) Kadang kadang (KD) Tidak pernah (TP)Favorable 3 2 1

Unfavorable 1 2 3

Page 28: 2012_201206PSI-

Di bawah ini adalah sebaran aitem skala perilaku merokok yang terdiri dari tiga aspek

dan lima indikator.

Tabel 2.Blue Print Try Out Skala Perilaku Merokok.

NO

ASPEK INDIKATOR FAVORABLE UNFAVORABLESAHIH GUGUR

1

Merasakanperasaanpositif danperasaannegatifketikamerokok.

Merasakanperasaan positifseperti senang,nyaman, rileksatau santaiketika merokok.

1, 3, 5, 7, 17,25, 27, 31, 35,

50

2, 4, 10, 12, 21,24, 26, 44, 46, 47

3, 5, 25,21, 26,

46

1, 2, 4, 7,10, 12,17, 24,27, 31,35, 44,47, 50

Mengalamiperasaan negatifseperti, gelisah,tidak nyamanketika merokok.

2

Tempatmerokok

Merokok ditempat umumseperti oplet,jalanan dantempat terbukalainnya.

8, 9, 29, 37, 396, 22, 28, 30, 49

8, 37, 499, 29, 39,6, 22, 28,

30

Merokok ditempat pribadiseperti kamartidur, wc dankamar mandi.

11, 13, 15, 32,33

14, 23, 34, 36, 38

15, 33,14, 23,34, 36,

38

11, 13, 32

3

Waktumerokok

Merokokdipengaruhi olehkeadaan saat itumaupunsebelumnya.

19, 20, 41, 43,45

16, 18, 40, 42, 4819, 41,43, 45,

16

20, 18,40, 42,

48

JUMLAH 25 25 21 29

Page 29: 2012_201206PSI-

Setelah melewati proses ujicoba instrumen penelitian maka didapatkan 21 aitem yang

sahih dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen penelitian berbentuk skala

Likert dengan 11 aitem favorable dan 10 aitem unfavorable, berikut gambaran sebaran aitem

yang sahih:

Tabel 3.Blue Print Skala Perilaku Merokok setelah try out.

NO

ASPEK INDIKATOR FAVORABLE UNFAVORABLE

1

Merasakanperasaanpositif danperasaannegatifketikamerokok.

Merasakan perasaanpositif seperti senang,nyaman, rileks atau santaiketika merokok.

2, 6, 14 10, 17, 20Mengalami perasaannegatif seperti, gelisah,tidak nyaman ketikamerokok.

2

Tempatmerokok

Merokok di tempat umumseperti oplet, jalanan dantempat terbuka lainnya.

311

Merokok di tempatpribadi seperti kamartidur, wc dan kamarmandi.

8, 7, 12 4, 15, 18, 21, 1

3Waktumerokok

Merokok dipengaruhioleh keadaan saat itumaupun sebelumnya.

5, 9, 13, 16 19

JUMLAH11 10

21

F. Validitas dan Relibilitas Alat Ukur.

Menurut Azwar (2009) validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan suatu alat

ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Penelitian ini akan menggunakan validitas isi yang

menunjukkan sejauh mana aitem dalam tes mencakup seluruh kawasan isi yang hendak

diukur oleh tes tersebut. Validitas aitem bertujuan untuk mengetahui apakah aitem yang

digunakan baik atau tidak (memenuhi kriteria) dengan mengkorelasikan skor butir dengan

skor total. Penentuan kriteria aitem yang valid adalah 0, 30 atau diatas 0, 25 sudah dianggap

baik (Azwar, 2007)

Page 30: 2012_201206PSI-

Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2011, hasil uji validitas

pada try out dalam penelitian ini memiliki koefisien korelasi yang berkisar dari 0, 003

Sampai dengan 0, 447. Dari 50 aitem yang diujicobakan 21 diantaranya mencapai skor lebih

dari 0, 25 dengan demikian aitem tersebut handal dan dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data. Try out skala diberikan pada subjek yang memenuhi kriteria subjek

penelitian yang berjumlah 90 orang .

Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut

dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan atau konsistensi skor yang diperoleh

oleh para subjek yang diukur dengan alat yang sama, atau diukur dengan alat yang setara

dalam kondisi yang berbeda (Arikunto, 2006).

Reliabilitas skala dianalisis dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha yang

dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang bergerak pada angka 0.00-1.00. tidak ada

ketentuan pasti berapa besarnya koefisien alpha minimal, akan tetapi semakin mendekati

angka 1 maka semakin tinggi reliabilitasnya (Azwar, 2009).

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16, 0. Hasil uji

reliabilitas dengan menggunakan metode cronbach’s alpha didapatkan reliabilitas skala

perilaku merokok = 0.767.

G. Prosedur Penelitian

Sebuah penelitian harus direncanakan secara terprogram, oleh karena itu peneliti

menyusun tahap-tahap penelitian sebagai berikut:

1. Melakukan observasi serta melihat dokumentasi subjek untuk mengetahui latar belakang

subjek penelitian.

2. Pemberian pre test.

3. Pelaksanaan hipnoterapi empat kali pertemuan, waktu disesuaikan dengan jadwal.

Page 31: 2012_201206PSI-

Rancangan proses hipnoterapi:

a. wawancara prahipnosis

b. observasi

c. induksi

d. memperdalam trans

e. sugesti post hipnotik

f. membangunkan klien

4. Pemberian post test

5. Melakukan analisis data

6. Membuat kesimpulan

7. Hipnoterapis dalam penelitian ini adalah:

a. Muhammad Fahli Zatra Hadi, S. Sos.i MCh. CHt.

Merupakan seorang dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SUSKA

RIAU, alumni Indonesian Board of Hypnotherapy. Instruktur hipnosis juga praktisi

hipnoterapi di lembaga Indonesian Councelling and Hypnotherapy yang beliau dirikan

pada tahun 2008 di Kota Pekanbaru.

b. Tantio Fernando. CHt

Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SUSKA RIAU semester dua yang juga

hipnoterapis yang disertifikasi oleh Indonesian Board of Hypnotherapy. Sebagai praktisi

hipnoterapi ia sering menjadi asisten pelatih hipnosis dalam pelatihan, seminar yang

diadakan oleh rekan hipnoterapis di Pekanbaru. Tantio juga sering melakukan sesi terapi

kepada beberapa klien yang datang kepadanya dan beberapa kali melakukan hipnoterapi

untuk para perokok di lingkungan tempat tinggal dan kampusnya.

H. Analisis Statistik

Data dari skala yang terkumpul selanjutnya dianalisa untuk melihat signifikansinya

dengan menggunakan analisis two related samples test, nilai signifikansi dari two related

samples test akan menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian. Hasil pretest dan

Page 32: 2012_201206PSI-

posttest dibandingkan dengan melihat pada tabel ranking hasil pretest dan posttest, semakin

rendah nilai posttest maka hipnoterapi semakin efektif untuk mengurangi perilaku merokok

(Latipun, 2004).

Page 33: 2012_201206PSI-
Page 34: 2012_201206PSI-

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan

Fenomena perilaku merokok memang terlihat sangat umum khususnya di Fakultas

Psikologi UIN SUSKA, namun mahasiswa perokok yang bersedia untuk berhenti merokok

justru sangat sedikit, selain itu rentang waktu selama 6 minggu yang digunakan untuk proses

pemberian perlakuan dan pengumpulan data dirasakan sangat lama oleh calon subjek

penelitian, hal ini menjadi alasan bagi perokok untuk memilih tidak mengikuti penelitian

sehingga penelitian ini hanya melibatkan lima orang mahasiswa Fakultas Psikologi UIN

SUSKA sebagai peserta penelitian yang sesuai dengan kriteria penelitian dan menyatakan diri

bersedia mengikuti setiap bagian dari hipnoterapi.

Penelitian ini diawali dengan membuat alat ukur perilaku merokok yang disusun

berdasarkan aspek perilaku merokok (Aritonang, 2007) terdiri dari 20 aitem favorable dan 20

aitem unfavorable, selanjutnya ke-50 aitem tersebut diujicobakan kepada 90 perokok sedang

yaitu yang merokok 5 hingga 14 batang perharinya, pelaksanaan uji coba dilaksanakan di

Pekanbaru pada bulan Maret 2011 secara insidentil dan tidak menetap pada suatu tempat.

Hasil uji coba menunjukkan 21 aitem valid dan reliabel.

Tahap selanjutnya adalah memberikan skala perilaku merokok (pretest) yang terdiri

dari 21 aitem yang sudah valid dan reliabel kepada sejumlah subjek penelitian untuk

kemudian dilihat tingkat perilaku merokoknya, satu minggu setelah pemberian pretest peserta

penelitian ini menjalankan proses hipnoterapi dalam waktu yang bersamaan selama empat

kali terapi dengan intensitas satu kali dalam satu minggu. Satu minggu setelah pemberian

terapi ke empat, para peserta penelitian diberikan skala perilaku merokok (posttest) untuk

melihat apakah perilaku merokoknya berkurang atau tetap. Secara statistik perilaku merokok

peserta penelitian terbukti berkurang dilihat dari skor posttest yang berkurang dari skor

Page 35: 2012_201206PSI-

pretest. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa empat diantara peserta penelitian sudah

berhenti merokok setelah pemberian terapi yang kedua dan satu peserta lagi sudah berhenti

merokok setelah pemberian terapi yang ketiga. Meskipun beberapa peserta penelitian ada

yang berhasil mengurangi bahkan berhenti merokok sebelum seluruh sesi hipnoterapi selesai

diberikan namun seluruh peserta tetap menjalankan seluruh sesi hipnoterapi sesuai dengan

jadwal penelitian yang telah ditentukan sebelumnya.

Penelitian ini dilaksanakan di ruangan munaqasyah Fakultas Psikologi UIN SUSKA

yang dilengkapi dengan kipas angin serta lima buah kursi duduk peserta dan empat kursi

untuk hipnoterapis I dan hipnoterapis II dan observer I dan observer II. Langkah awal

perlakuan dimulai dengan pemberian pretest kepada seluruh subjek penelitian secara

bersamaan dihari Rabu 6 April 2011 langkah ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi

perilaku merokok para subjek sebelum diberikan hipnoterapi, pada Rabu 13, 20, 27 April dan

4 Mei 2011 seluruh subjek dihipnoterapi secara bersamaan dan selang dua minggu kemudian

tepatnya pada Rabu 18 Mei 2011 seluruh subjek diberikan posttest untuk mengukur kembali

perilaku merokok mereka setelah dihipnoterapi.

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian terbagi dalam tiga bagian, yaitu: deskripsi data, hasil uji asumsi dan

hasil uji hipotesis. Uji asumsi dilakukan dengan tujuan untuk mencari kesesuaian antara data

yang diperoleh secara empiris dengan metode analisis data. Uji asumsi dilakukan melalui uji

normalitas. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis secara statistik dengan lebih mendalam

untuk mengetahui efek pemberian perlakuan.

1. Deskripsi data

Page 36: 2012_201206PSI-

Perbedaan rerata skor diperoleh dari respon subjek melalui pretest dan posttest pada

skala perilaku merokok. Rerata pada skor pretest adalah 51 sedangkan rerata pada skor

posttest adalah 29 hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.Tabel deskripsi data perilaku merokok pada pretest dan posttest

N Mean Std. Deviation Minimum MaximumV23V47

55

51.2029.40

3.9622.074

4927

5932

Dari tabel 4 dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan skor rerata skala perilaku

merokok (mean) yang bergerak turun antara skor rerata perilaku merokok sebelum diberi

perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Perbandingan nilai pretest dan posttest setiap peserta

penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.Tabel perbandingan nilai pretest dan posttest

2. U

j

i

normalitas

Uji asumsi dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas sebaran yang bertujuan

untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data penelitian. Salah satu cara untuk melihat

normalitas sebaran adalah dengan melihat rasio antara kecondongan kurva (skewness) dan

kerampingan kurva (kurtosis). Jika rasio keduanya berada dalam atau mendekati -2 sampai

+2 maka dapat dikatakan bahwa data memiliki distribusi normal (Hartono, 2005).

Berdasarkan uji normalitas SPSS 16,0 didapatkan hasil sebagai berikut:

Nama Ranks Pretest Gain score Posttest RanksHR 3 51 20 31 2zick 2 52 23 29 3DI 4 50 22 28 4RZ 1 59 27 32 1DY 5 49 22 27 5

Page 37: 2012_201206PSI-

Pretest

Rasio skewness = ______ skewness______ = 1,975standart error of skewness

Rasio kurtosis = _______ kurtosis_______ = 1,752standart error of kurtosis

Posttest

Rasio skewness = ______ skewness______ = 0,258standart error of skewness

Rasio kurtosis = _______ kurtosis_______ = 0,981standart error of kurtosis

Rasio skewness (1,975) dan rasio kurtosis (1,752) pretest dan Rasio skewness (0,258)

dan rasio kurtosis (0,981) posttest dalam penelitian ini berada dalam rentang -2 sampai +2,

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebaran datanya normal. Untuk melihat apakah

sebaran datanya normal atau tidak yaitu dengan melihat bentuk kurva. Distribusi normal

digambarkan oleh kurva yang berbentuk lonceng (Azwar, 2003), lihat lampiran histogram.

Penelitian ini tidak menggunakan uji homogenitas karena subjek berada dalam satu

kelompok yang sama (penelitian ini tidak menggunakan kelompok pembanding), sedangkan

uji homogenitas itu sendiri dimaksudkan untuk membuktikan bahwa masing-masing subjek

dalam kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya tidak menunjukkan adanya

perbedaan varian yang signifikan. Selain itu untuk menghindari ancaman validitas eksternal

maka peneliti memilih subjek penelitian dengan kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya.

3. Hasil uji hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan hasil dari tabel two related samples

test.

Tabel 6.Tabel signifikansi hasil two related samples test

V47 - V23

Z -2.032a

Asymp. Sig. (2-tailed) .042

Page 38: 2012_201206PSI-

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0, 042, secara teoritis angka

signifikansi ini lebih kecil dari 0, 05 dengan demikian hipotesis penelitian diterima (Hartono,

2008).

Hasil perbandingan terhadap skor pretest dan posttest menunjukkan terdapat

penurunan skor posttest pada kelima subjek penelitian dengan rerata mean 51(pretest) dan 29

(posttest). Latipun (2004) menyatakan bahwa perbedaan antara nilai pada pretest dan

posttest merupakan efek dari sebuah perlakuan. Dapat disimpulkan bahwa hipnoterapi efektif

untuk menurunkan perilaku merokok.

Dari hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

intensitas perilaku merokok yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan

hipnoterapi pada perokok dilihat dari skor rerata 51(pretest) dan 29 (posttest) serta nilai

signifikansi yang lebih kecil dari 0, 005 hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis diterima.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah: pemberian hipnoterapi efektif untuk mengurangi

perilaku merokok, artinya hipotesis dalam penelitian ini diterima.

4. Analisis tambahan

Menurut Azwar (2004) sisi diagnostik suatu pengukuran atribut psikologi adalah

pemberian makna atau interpretasi terhadap skor skala yang bersangkutan. Sebagai suatu

hasil ukur berupa angka (kuantitatif) skor skala memerlukan suatu norma pembanding agar

dapat diinterpretasikan secara kualitatif. Untuk memberi makna yang memiliki nilai

diagnostik, terlebih dahulu skor skala perlu diacukan pada suatu norma kategori. Pada skala

perilaku merokok pengelompokan subjek dibagi menjadi tinggi, sedang dan rendah. Maka

dapat dihitung dengan cara 6 (satuan deviasi standar) dibagi 3, sehingga setiap kelompok

memiliki jarak 2 SD (standar deviasi). Untuk membuat kategorisasi ini dimana perhitungan

dilakukan secara manual, berdasarkan skor terkecil dan terbesar yang mungkin diperoleh

subjek (Azwar, 2002). Skala disebar diberi skor 1 sampai 3 dengan 21 aitem. Dengan

Page 39: 2012_201206PSI-

demikian nilai terendah yang mungkin diperoleh adalah 1 X 21 = 21skor tertinggi yang

mungkin diperoleh adalah 3 X 21 = 63. Rentang nilai sebesar 63 – 21 = 42. Nilai rentang ini

dibagi dalam 6 satuan standar deviasi, sehingga diperoleh nilai standar deviasi 42:6= 7.

Dalam penelitian ini peneliti mengelompokkan responden dalam 3 kategori dengan jarak

antara kategori adalah 6:3= 2 SD. Maka besar jarak adalah 7 x 2 = 14. Secara rinci diperoleh

sebagai berikut: nilai terendah (min) = 21, nilai tertinggi (max) = 63, rentang nilai (range) =

42, standar deviasi= 7, jarak antar kelompok 14, mean= 42. Dari hasil analisis data empirik,

didapat nilai minimum dan maximum. Nilai minimum perilaku merokok sebelum diberi

perlakuan adalah 49 dan maximum yakni 59, sedangkan nilai minimum perilaku merokok

setelah merokok adalah 27 dan maximum yakni 32.

Tabel 7.Deskripsi Hipotetik Perilaku Merokok.

Aitem Min Max Deviasi Range Mean21 21 63 7 42 42

Tabel 8.Deskripsi Empirik Perilaku Merokok

Aitem Min Max Mean Standar deviasipretest 49 59 51 3.962posttest 27 32 29 2.074

Dari tabel 8 dapat dilihat ada penurunan skor yang signifikan pada nilai minimum

maupun maksimum sebelum dan sesudah diberi hipnoterapi (pretest dan posttest). Hal ini

menunjukkan bahwa hipnoterapi efektif menurunkan perilaku merokok.

Tabel 9.Kategorisasi Variabel Perilaku Merokok

Rumus kategorisasi kategori pretest posttest≤×< ( − 1,0 ) Rendah 21<×< (42) 0 5( − 1,0 ) ≤×< ( − 1,0 ) Sedang (42) ≤×< (49) 1 0

Page 40: 2012_201206PSI-

( − 1,0 ) ≤×< Tinggi (49) ≤×< 4 0

Jumlah 3 5 5

Pada awalnya (pretest) subjek berada pada kategori sedang dan tinggi sementara

setelah diberikan perlakuan, subjek menunjukkan perubahan yang signifikan, hal ini dapat

dilihat dari posisi subjek pada kategorisasi tabel 7.

C. Pembahasan

Hartono (2008) menyatakan jika angka signifikansi lebih kecil dari 0, 05 maka

hipotesis diterima. Berdasarkan hasil analisis pada tabel two related samples test didapatkan

nilai signifikansi = 0,042, dengan demikian nilai 0, 042 lebih kecil dari 0,05 artinya hipotesis

penelitian diterima. Berdasarkan analisis tabel hasil pretest dan posttest yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan skor perilaku merokok sebelum diberikan hipnoterapi dan

sesudah dihipnoterapi. Skor perilaku merokok yang bergerak turun dari kategori tinggi ke

kategori rendah menunjukkan bahwa perilaku merokok terbukti berkurang setelah diberi

hipnoterapi, hal ini membuktikan bahwa hipotesis diterima.

Temuan ini didukung juga oleh Rafael (2006) yang menyatakan bahwa hipnoterapi

efektif untuk menurunkan perilaku merokok bahkan untuk berhenti merokok, karena

hipnoterapi menjangkau alam bawah sadar manusia untuk diberikan sugesti yang dapat

merubah perilaku merokoknya.

Rommy Rafael melakukan penelitian terhadap 200 karyawan dengan memberikan

group therapy, mereka dikumpulkan dalam satu ruangan lalu diberikan terapi pada saat yang

bersamaan dan satu bulan kemudian 95% diantara karyawan yang diterapi telah berhenti

merokok (Rafael, 2006). Wijaya (2009) menyatakan bahwa hipnoterapi dapat diaplikasikan

untuk menghentikan perilaku merokok.

Page 41: 2012_201206PSI-

Hipnoterapi efektif untuk menurunkan perilaku merokok karena setiap kali memasuki

pikiran bawah sadar, sugesti pasti akan memberikan efek atau pengaruh. Efek ini disebut

dengan post hypnotic effect atau efek pasca hipnosis. Fakhri (2008) membahasakan sugesti

seperti afirmasi dalam istilah psikologi, yaitu sebuah pesan positif yang dapat berpengaruh

pada sikap dan perilaku individu karena pesan itu diberikan pada saat subjek berada dalam

keadaan tidur hipnosis.

Sugesti yang positif dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh subjek akan dengan

mudah diterima tanpa ada penolakan, sebaliknya sugesti negatif yang tidak sesuai atau

bertolak belakang dengan keyakinan, kepercayaan dan keinginan subjek akan dengan mudah

ditolak atau tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari subjek (Gunawan, 2010).

Sugesti yang digunakan dalam penelitian ini khusus ditujukan untuk keperluan

berhenti merokok, dan sugesti ini sudah di aplikasikan serta ditulis kedalam sebuah buku

panduan untuk berhenti merokok (Rafael, 2006).

Kekurangan dalam penelitian ini adalah jumlah subjek penelitian yang sedikit, hal ini

disebabkan karena peneliti kurang maksimal dalam screening subjek yang bersedia untuk

diteliti. Informed consent juga tidak memuat penjelasan tentang manfaat dari penelitian,

pertanggungjawaban terhadap peserta juga sebaiknya tidak sepenuhnya dibebankan pada

eksperimenter, data wawancara penelitian hendaknya juga disertakan dalam lampiran

penelitian, peneliti tidak diperbolehkan memberitahukan subjek penelitian akan hipotesis

penelitian.

Perilaku merokok yang tergolong kategori ringan, sedang maupun berat dapat

dikurangi dengan hipnoterapi. Manfaat hipnoterapi tidak saja untuk mengurangi perilaku

merokok tapi juga untuk berhenti merokok (Fachri, 2008).

Dari hasil wawancara hipnoterapis diketahui bahwa empat peserta penelitian berhasil

berhenti merokok, hal ini diketahui dari perilaku dan sikap yang tenang ketika tidak merokok,

Page 42: 2012_201206PSI-

peserta yang berhenti merokok mengakui bahwa perilaku merokok sebelum tidur, sebelum

mandi dan sesudah makan tidak pernah dilakukan lagi. Satu peserta lain hanya berhasil

mengurangi perilaku merokoknya, hal ini diketahui dari pengakuannya bahwa perilaku

merokoknya jauh berkurang dari satu bungkus perhari menjadi dua sampai tiga batang

perminggu, perasaan gelisah jika tidak merokok juga masih muncul walaupun tidak sering

seperti sebelumnya, secara keseluruhan pandangan kelima peserta penelitian terhadap rokok

berubah dari keyakinan bahwa rokok membuat tenang, memudahkan dalam berkonsentrasi

menjadi pandangan baru bahwa merokok membuat tenang dan mudah berkonsentrasi dalam

waktu sesaat saja dan kandungan bahan kimia pada rokok sangat berbahaya serta mematikan

sehingga tidak baik untuk dikonsumsi.

Setelah menyelesaikan seluruh sesi hipnoterapi, peserta merasakan perubahan dalam

perilaku merokok bahwa merokok bagi kelima peserta penelitian adalah sesuatu yang tidak

baik dilakukan karena rokok terasa pahit, asap rokok membuat batuk serta mengganggu

kenyamanan kelima peserta dan seringkali membuat sakit kepala dan terkadang membuat

rasa mual.

Page 43: 2012_201206PSI-
Page 44: 2012_201206PSI-

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan pada perilaku merokok mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SUSKA sebelum dan

sesudah diberikan hipnoterapi. Artinya hipnoterapi efektif untuk mengurangi perilaku

merokok.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Saran teoritis

Peneliti selanjutnya untuk melihat lebih luas mengenai keefektifan hipnoterapi

untuk mengurangi perilaku merokok maka diharapkan ada penelitian

selanjutnya dengan subjek perokok ringan atau perokok berat.

2. Saran praktis ditujukan pada:

a. Perokok, Psikolog, mahasiswa dan teman yang menetap dengan anggota

keluarga yang aktif merokok. Hipnoterapi dapat dijadikan salah satu rujukan

yang tepat untuk mengurangi perilaku merokok.

b. Instansi terkait seperti dinas kesehatan agar dapat lebih gencar

mensosialisasikan bahaya merokok dan dapat menjadikan hipnoterapi sebagai

salah satu teknik pada program untuk mengurangi perilaku merokok.

Page 45: 2012_201206PSI-

1

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, A. (2009). Gambaran Merokok Pada Remaja Laki Laki. Skripsi.Fakultas kedokteran. Universitas Negeri Sumatera Utara. Tidakditerbitkan.

Anshari, H. (1996). Kamus Psikologi. Surabaya: Usaha Nasional.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2007). Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________. (2009). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chamber, B. (2004). How to Hypnotize. Semarang: Dahara Prize.

Fachri, H. A. (2008). The Real Art of Hypnosis. Jakarta: Gagas Media.

Farrah. (2011). 82 Juta Penduduk Indonesia Jadi Perokok Aktif. Artikel.http://health.detik.com/read/2011/02/04/170722/1560386/763/82-juta-penduduk-Indonesia-jadi-perokok-aktif 2/5/11 3.02. Di akses tanggal 2Mei 2010.

Goldberg, B. (2007). Self Hypnosis. Yogyakarta: B-First.

Gunawan, A. W. (2007). Hypnotherapy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hartono. (2005). Statistik. Pekanbaru: LSFK2P.

Hartono. (2008). Spss 16.0. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Jaya. M. (2009). Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Sleman: Riz’ma.

Kahija, Yf. L. (2007). Hipnoterapi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Freud, S. (2009). Kamus Psikoanalisis (terjemahan).Yogyakarta. e-Nusantara.

Komalasari dan Helmi (2011). Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok PadaRemaja. Jurnal. http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_avin.pdf. Diakses pada 10 Oktober 2011.

Latipun. (2004). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.

Page 46: 2012_201206PSI-

2

Marks, Murray, Evans, Willig, Woodall, & Sykes. (2005). Health Psychology.Callifornia: Sagepub.

Monks. F. J, A.M.P. Knoers dan Haditono, Siti Rahayu. (2000). PsikologiPerkembangan. Yogyakarta: Andi Offset

Murphy, J. (1997). The Power of Your Subconscious Mind (terjemahan):Jakarta: Spektrum.

Nasution, I. K. (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja. Skripsi: Fakultaskedokteran. Universitas Negeri Sumatera Utara. Tidak diterbitkan.

Plus, redaksi. (2009). Stop Rokok. Mudah, murah, cepat. Jakarta: Penebarswadaya.

Putra, Y. P. (2010). Rahasia Dibalik Hypnosis Ericksonian. Jakarta: ElexMedia Komputindo.

Rafael, R. (2006). Hipnoterapi: Quit Smoking. Jakarta: Gagas Media.

Satiti, A. (2009). Strategi Rahasia Berhenti Merokok. Yogyakarta: DataMedia.

Seniati, Yulianto, Aries. Setiadi, Bernadette. (2009). Psikologi Eksperimen.Jakarta: PT Indeks.

Sevilla, Consuelo G. Ochave, Jesus A. Punsalan, Twila G. dkk. (1993).Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press.

Sugiyanto. (2001). Buku Saku Rancangan Eksperimen. Yogyakarta. FakultasPsikologi Universitas Gadjah Mada.

Wijaya. J. A, Rusli. S. I. (2009). The secret of hypnosis. Jakarta. PenebarPlus+.

Page 47: 2012_201206PSI-

3

HERE ISWHERETHEJOURNEYWASBEGUN.

“الدرب وصلمن سار علي ”

Page 48: 2012_201206PSI-

4

Here Is Where the Journey Begun.من سار علي الدرب وصل

Page 49: 2012_201206PSI-

5

Page 50: 2012_201206PSI-

6