-
BAB 4
PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS
DATA
4.1 Pengumpulan Data Current Condition (Sebelum Improvement)
Sebelum melakukan pengumpulan data, penulis melakukan
identifikasi
permasalahan yang terjadi pada Mesin Chipping sehingga
menyebabkan rendahnya
produktivitas Mesin Chipping tersebut dengan menggunakan Seven
Tools. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan salah satu tool yang terdapat
pada Seven Tools,
yaitu Diagram Sebab-Akibat atau lebih dikenal dengan sebutan
Fishbone Diagram
(Diagram Tulang Ikan). Tools ini dipilih karena penulis ingin
mengetahui akar
masalah yang terjadi pada Mesin Chipping sehingga improvement
yang akan
dilakukan tepat sasaran dan efisien. Berikut adalah hasil dari
brainstorming yang
dilakukan penulis untuk membuat Fishbone Diagram.
Pada diagram Tulang Ikan dibawah terlihat bahwa akar masalah
yang ada
terdapat pada design atau konstruksi mesin yang tidak sesuai
yang menyebabkan
kondisi lingkungan yang bising serta sering terjadinya trouble
(downtime tinggi).
Pada kesempatan kali ini penulis mencoba memecahkan masalah
tersebut dengan
solusi improvement design head chipping unit pada Mesin
Chipping.
-
39
Gambar 4.1 Diagram Tulang Ikan (Fish-Bone Diagram)
4.1.1 Data Waktu Siklus Sebelum Improvement
Di bawah ini disajikan pengumpulan data waktu siklus saat
kondisi sebelum
improvement yang diperlukan sebagai parameter untuk mengetahui
tingkat efisiensi
dan produktivitas pada Mesin Chipping. Data waktu siklus Mesin
Chipping ini
diambil sebanyak 30 kali (lihat Tabel 4.1).
-
40
Tabel 4.1 Data pengukuran waktu siklus Mesin Chipping sebelum
improvement
NO Xi (detik) NO Xi (detik) 1 59.8 16 61.2 2 57.2 17 60.5 3 56.9
18 56.9 4 60.2 19 60.1 5 58.7 20 61.4 6 60.8 21 58.7 7 59.4 22 58.2
8 60.5 23 59.5 9 57.8 24 56.6 10 58.7 25 57.4 11 59.7 26 60.7 12
58.2 27 57.2 13 58.7 28 59.7 14 57.3 29 56.7 15 56.8 30 58.8
4.1.2 Data Downtime Mesin Sebelum Improvement
Downtime adalah waktu hilang atau terbuang yang menyebabkan
berhentinya
produksi. Downtime mesin adalah waktu hilang atau terbuang yang
disebabkan
trouble pada mesin sehingga menyebabkan berhentinya produksi.
Downtime yang
tinggi menyebabkan produktivitas rendah.
Standard downtime mesin pada tabel 4.2 di bawah ini ditentukan
oleh
Department of Engineering dengan memperhitungkan kondisi
produksi. Nilai
standard downtime mesin tiap bulan diperoleh dari nilai standard
downtime mesin
per hari dikalikan jumlah rata-rata hari kerja (26 hari tiap
bulan) dan untuk nilai
standard downtime mesin tiap tahun diperoleh dari nilai yang
didapat dari standard
downtime per bulan dikalikan jumlah bulan dalam satu tahun (12
bulan). Total hari
-
41
kerja dalam satu bulan diperoleh dari total hari kerja dalam
satu tahun dibagi jumlah
bulan dalam satu tahun (12 bulan).
Tabel 4.2 Data standard downtime mesin dan hari kerja
Total hari kerja dalam satu bulan Downtime Mesin Standard
26 hari 7 menit/mesin/hari
182 menit/mesin/bulan 2184 menit/mesin/tahun
Pada PT. X terdapat dua buah Mesin Chipping, yaitu Mesin
Chipping 1 dan
Mesin Chipping 2. Namun improvement hanya dilakukan pada Mesin
Chipping 1.
Data downtime Mesin Chipping pada periode Januari November 2009
yang
diambil dari laporan produksi disajikan pada Lampiran 1. Pada
Lampiran 1, terdapat
kolom Mesin yang berisikan jenis mesin yang mengalami trouble,
kolom Problem
Identification / Penyebab Utama berisikan masalah yang terjadi
pada mesin yang
bersangkutan, kolom Corrective Action berisikan solusi jangka
pendek yang
dilakukan untuk mengatasi trouble yang terjadi, kolom Tanggal
berisikan tanggal
pada saat trouble terjadi, dan kolom Waktu berisikan jumlah
waktu yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan pada kolom Corrective Action.
Department of Engineering
telah menetapkan batas waktu maksimal untuk lamanya pengerjaan
setiap trouble
pada setiap mesin termasuk pada Mesin Chipping (nilai pada kolom
Waktu) yaitu
sebesar 100 menit. Jika nilai tersebut lebih dari 100 menit maka
akan menghambat
kinerja pada work station berikutnya dan akan mengakibatkan
bottle neck. Jadi pada
Lampiran 1 dapat terlihat bahwa Mesin Chipping tersebut
bermasalah yang
ditunjukkan pada jumlah trouble pada tiap bulannya.
-
42
Di bawah ini disajikan Tabel 4.3 yang merupakan hasil rekap dari
Lampiran 1.
Tabel 4.3 Data kolektif downtime tahun 2009
TAHUN 2009 BULAN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Spt Okt Nov
DOWNTIME (MENIT) 400 550 530 325 300 385 415 385 445 585 395
4.1.3 Data Pengujian Tingkat Kebisingan Sebelum Improvement
Secara umum kebisingan memiliki efek negatif terhadap
performance
fisiologi. Oleh karena itu kebisingan juga sangat penting untuk
diperhatikan.
Pengukuran intensitas bunyi dilakukan dengan alat bernama sound
level meter. Hasil
pengukuran kebisingan yang diperoleh sebelum improvement sebesar
107,2 dBA.
Sedangkan batas standar maksimal kebisingan untuk ukuran waktu
kerja 8 jam setiap
hari sebesar 85 dBA. Batas standar maksimal kebisingan tersebut
ditentukan oleh
EHS Department (Environment Health and Safety Department) sesuai
baku mutu
KEPMENAKER (Keputusan Menteri Tenaga Kerja) nomor 51 tahun 1999.
Nilai
kebisingan yang melebihi standar tersebut dapat mempengaruhi
performance fisiologi
bagi operator, maka solusi yang dilakukan adalah dengan
penggunaan ear plug yang
dapat mengurangi nilai kebisingan sebanyak 30 dBA. Sehingga
suara bising yang
diterima operator dapat berkurang menjadi 77,2 dBA. Dengan
demikian hasil akhir
nilai kebisingan yang didapat berada dibawah nilai batas standar
maksimal
kebisingan (77,2 dBA < 85 dBA).
-
43
4.1.4 Data yang dibutuhkan untuk Menghitung Tingkat
Produktivitas Parsial
Data yang dibutuhkan untuk menghitung tingkat produktivitas
parsial adalah
in-efisiensi produksi, data downtime mesin, jam kerja per hari,
jumlah reject, waktu
siklus Mesin Chipping, biaya improvement, total biaya untuk
memproduksi part
Cylinder headinder Head, pemakaian listrik mesin, dan pemakaian
angin Mesin
Chipping.
Pada in-efisiensi produksi terdiri dari 4 faktor, yaitu :
Waktu preliminary shift.
Waktu 5K2S (Ketertiban, Kerapihan, Kebersihan, Kedisiplinan,
Kelestarian,
Safety, dan Semangat kerja).
Waktu reamer chipping replacement.
Waktu operator.
Maka untuk mendapatkan total waktu in-efisiensi produksi
dilakukan akumulasi dari
keempat faktor tersebut.
Waktu preliminary shift adalah waktu yang diperlukan untuk
pergantian shift.
Pada proses produksi LPDC di PT. X, waktu kerja yang digunakan
adalah 3 shift,
maka pemakaian Mesin Chipping pun dibagi menjadi 3 shift. Waktu
5K2S adalah
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan kebersihan saat
akhir kerja. Waktu
reamer chipping replacement adalah waktu yang dibutuhkan untuk
mengganti
reamer chipping dengan life time satu bulan. Waktu operator
adalah waktu yang
-
44
dibutuhkan operator untuk melakukan kegiatan lain diluar
produksi misalnya pergi ke
toilet, persiapan alat, dll. Pada Tabel 4.4 di bawah disajikan
data in-efisiensi
produksi, jam kerja, dan reject.
Tabel 4.4 Data in-efisiensi produksi, jam kerja, dan reject
1. In-Efisiensi Produksi Waktu Jumlah
Shift Total - Preliminary Shift 5 menit 3 15 menit - 5 K2S 20
menit 3 60 menit - Reamer chipping replacement 9.23 menit 1 9.23
menit - Operator 20 menit 3 60 menit
Total 144.23 menit 2. Jam Kerja per Hari 21 jam 3. Reject
0.00%
Pada Tabel 4.4 waktu reamer chipping replacement sebesar 9,23
menit
diperoleh dari lamanya pengerjaan untuk mengganti reamer
chipping (240 menit)
dibagi dengan life time reamer chipping (26 hari). Work hours
sebesar 21 jam
diperoleh dari total waktu 1 hari (24 jam) dikurangi dengan
waktu istirahat 3 jam (1
jam tiap shift). Pada reject diperoleh nilai sebesar 0% karena
output pada Mesin
Chipping tidak membuat part menjadi reject (tidak merubah part),
artinya jika part
yang dikerjakan pada Mesin Chipping (input) adalah part OK maka
outputnya pun
part OK, begitu juga sebaliknya jika inputnya part reject maka
outputnya pun part
reject.
Di bawah ini ditampilkan Tabel 4.5 tentang pemakaian listrik dan
angin yang
dibutuhkan dalam menjalankan Mesin Chipping pada PT X.
-
45
Tabel 4.5 Data pemakaian listrik dan angin pada Mesin
Chipping
Item Jumlah Satuan
Konsumsi Listrik 0,1 kW Biaya Listrik 1000 Rp/kWh Konsumsi Angin
500 liter/menit Biaya Angin 1100 Rp/m3
Untuk data downtime mesin dan waktu siklus telah ditampilkan
pada Tabel
4.1 dan Tabel 4.3 di atas. Untuk data biaya improvement yang
diperoleh adalah
sebesar 0 rupiah karena pada kondisi sebelum improvement ini
tidak dibutuhkan
pengeluaran biaya improvement. Data total biaya untuk
memproduksi part Cylinder
headinder Head (total cost Cylinder head) adalah sebesar Rp
95.434 per unit, data ini
didapat dari Department of Engineering.
4.2 Pengumpulan Data Setelah Improvement
4.2.1 Data Waktu Siklus Setelah Improvement
Di bawah ini disajikan pengumpulan data waktu siklus saat
kondisi setelah
improvement yang diperlukan sebagai parameter untuk mengetahui
tingkat efisiensi
dan produktivitas pada Mesin Chipping setelah improvement. Data
waktu siklus
Mesin Chipping ini diambil sebanyak 30 kali (lihat Tabel
4.6).
-
46
Tabel 4.6 Data pengukuran waktu siklus Mesin Chipping setelah
improvement
NO Xi (detik) NO Xi (detik) 1 49.3 16 45.8 2 44.8 17 50.8 3 47.5
18 46.5
4 46.4 19 48.4 5 50.2 20 47.3 6 46.6 21 49.6 7 48.7 22 49.7
8 49.8 23 49.3 9 46.2 24 47.8
10 49.3 25 50.1 11 46.8 26 48.7
12 47.3 27 49.8 13 48.7 28 46.3 14 48.6 29 49.7 15 46.8 30
49.8
4.2.2 Data Downtime Mesin Setelah Improvement
Improvement telah selesai dilakukan pada awal Desember 2009.
Hingga saat
ini (Januari 2010), Mesin Chipping yang telah mengalami
improvement belum
mengalami downtime. Untuk keterangan dan penjelasan standar
downtime sama
seperti yang telah dibahas pada Bab 4.1.2. Berikut Gambar 4.2 di
bawah adalah hasil
foto Mesin Chipping (Head chipping unit) yang telah mengalami
improvement.
-
47
Gambar 4.2 Head chipping unit setelah improvement
4.2.3 Data Pengujian Tingkat Kebisingan Setelah Improvement
Secara umum kebisingan memiliki efek negatif terhadap
performance
fisiologi. Olehkarena itu kebisingan juga sangat penting untuk
diperhatikan.
Pengukuran intensitas bunyi dilakukan dengan alat bernama sound
level meter. Hasil
pengukuran kebisingan yang diperoleh setelah improvement sebesar
96,9 dBA.
Sedangkan batas standar maksimal kebisingan untuk ukuran waktu
kerja 8 jam setiap
hari sebesar 85 dBA. Batas standar maksimal kebisingan tersebut
ditentukan oleh
EHS Department (Environment Health and Safety Department) sesuai
baku mutu
KEPMENAKER (Keputusan Menteri Tenaga Kerja) nomor 51 tahun 1999.
Nilai
kebisingan yang melebihi standar tersebut dapat mempengaruhi
performance fisiologi
bagi operator, maka solusi yang dilakukan adalah dengan
penggunaan ear plug yang
dapat mengurangi nilai kebisingan sebanyak 30 dBA. Sehingga
suara bising yang
-
48
diterima operator dapat berkurang menjadi 66,9 dBA. Dengan
demikian hasil akhir
nilai kebisingan yang didapat berada dibawah nilai batas standar
maksimal
kebisingan (66,9 dBA < 85 dBA).
Pada Gambar 4.3 di bawah adalah foto saat pengambilan data
untuk
mengukur tingkat kebisingan pada Mesin Chipping setelah
improvement
menggunakan alat sound level meter digital. Untuk laporan hasil
pengukuran
kebisingan Mesin Chipping dapat dilihat pada Lampiran 2.
Gambar 4.3 Pengukuran kebisingan
4.2.4 Data yang dibutuhkan untuk Menghitung Tingkat
Produktivitas Parsial
Untuk keterangan dan penjelasan data yang dibutuhkan untuk
menghitung
tingkat produktivitas parsial sama seperti yang telah dibahas
pada Bab 4.1.4.
-
49
Tabel 4.7 Data in-efisiensi produksi, jam kerja, dan reject
1. In-Efficiency Produksi Waktu Jumlah Shift Total
- Preliminary Shift 5 menit 3 15 menit - 5 K2S 20 menit 3 60
menit - Reamer chipping replacement 4,62 menit 1 4.62 menit -
Operator 20 menit 3 60 menit
Total 139.62 menit 2. Jam Kerja per Hari 21 jam 3. Reject
0.00%
Pada Tabel 4.7 di atas lamanya waktu untuk reamer chipping
replacement
sebesar 4,62 menit diperoleh dari lamanya pengerjaan untuk
mengganti reamer
chipping (240 menit) dibagi dengan life time reamer chipping (52
hari atau 2 bulan).
Asumsi lamanya life time reamer chipping adalah 52 hari, karena
dengan adanya
improvement ini diperkirakan life time reamer chipping menjadi
lebih lama 2 kali
lipat daripada sebelumnya. Work hours sebesar 21 jam diperoleh
dari total waktu 1
hari (24 jam) dikurangi dengan waktu istirahat 3 jam (1 jam tiap
shift). Pada reject
diperoleh nilai sebesar 0% karena output pada Mesin Chipping
tidak membuat part
menjadi reject (tidak merubah part), artinya jika part yang
dikerjakan pada Mesin
Chipping (input) adalah part OK maka outputnya pun part OK,
begitu juga
sebaliknya jika inputnya part reject maka outputnya pun part
reject.
Untuk data waktu siklus yang diperoleh setelah improvement
telah
ditampilkan pada Tabel 4.6 di atas. Sedangkan data downtime
mesin setelah
improvement telah dibahas pada Bab 4.2.2. Untuk data pemakaian
listrik dan angin
sama seperti data yang telah dibahas pada Tabel 4.5. Untuk data
biaya improvement
-
50
yang diperoleh adalah sebesar Rp. 50.000.000,00 (50 juta
rupiah). Data total biaya
untuk memproduksi part Cylinder headinder Head (total cost
Cylinder head) adalah
sebesar Rp 95.434 per unit, data ini didapat dari Department of
Engineering.
4.3 Pengolahan Data Current Condition (Sebelum Improvement)
4.3.1 Perhitungan Waktu Siklus Sebelum Improvement
4.3.1.1 Uji Keseragaman dan Kecukupan Data
Untuk menghitung waktu siklus yang akurat diperlukan banyak data
yang
akan mendukung tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian pada
suatu hasil
pengukuran. Oleh karena itu dalam setiap kelompok data harus
diadakan uji
keseragaman data maupun uji kecukupan data untuk menentukan
seberapa jumlah
data yang digunakan pada perhitungan selanjutnya dalam rangka
menghitung waktu
baku. Pengambilan data diambil dari waktu siklus aktual dengan
kondisi sebelum
improvement, kemudian dibandingkan dengan waktu siklus pada
kondisi setelah
improvement.
Apabila data tidak seragam, maka dilakukan pengurangan data yang
ekstrim.
Sedangkan apabila data yang ada tidak mencukupi, maka dilakukan
penambahan data
hingga nilai N < N. Setiap kelompok data harus memenuhi uji
keseragaman data dan
uji kecukupan data.
Berikut adalah perhitungan uji keseragaman data waktu siklus
Mesin
Chipping sebelum improvement. Data perhitungan waktu tersebut
adalah sebagai
berikut:
-
51
Tabel 4.8 Data perhitungan waktu siklus Mesin Chipping sebelum
improvement
NO Xi (detik) Xi - X (Xi - X )2 1 59.8 0.99 0.98 2 57.2 -1.61
2.59 3 56.9 -1.91 3.65 4 60.2 1.39 1.93 5 58.7 -0.11 0.01 6 60.8
1.99 3.96 7 59.4 0.59 0.35 8 60.5 1.69 2.86 9 57.8 -1.01 1.02 10
58.7 -0.11 0.01 11 59.7 0.89 0.79 12 58.2 -0.61 0.37 13 58.7 -0.11
0.01 14 57.3 -1.51 2.28 15 56.8 -2.01 4.04 16 61.2 2.39 5.71 17
60.5 1.69 2.86 18 56.9 -1.91 3.65 19 60.1 1.29 1.66 20 61.4 2.59
6.71 21 58.7 -0.11 0.01 22 58.2 -0.61 0.37 23 59.5 0.69 0.48 24
56.6 -2.21 4.88 25 57.4 -1.41 1.99 26 60.7 1.89 3.57 27 57.2 -1.61
2.59 28 59.7 0.89 0.79 29 56.7 -2.11 4.45 30 58.8 -0.01 0.00
X = detik
Standar deviasi
2_
1)(
)1(1 xx
n
n
ii = =
= 1.49
= 30.1764Xi81.58
3030.1764 =
-
52
n adalah banyaknya data
3 = 3 x 1.49
= 4.48
UCL = _x + 3
= 58.81 + 4.48
= 63.29
LCL = _x 3
= 58.81 4.48
= 54.33
Karena tidak terdapat data yang ada di luar batas kendali, maka
dapat
disimpulkan bahwa data yang ada telah seragam. Adapun UCL, CL
dan LCL ini
dapat diilustrasikan dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Gambar 4.4 Grafik keseragaman data waktu siklus Mesin Chipping
sebelum improvement
-
53
Sedangkan berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data
waktu siklus
Mesin Chipping sebelum improvement. Data pengukuran waktu
tersebut sebagai
berikut :
Tabel 4.9 Perhitungan kuadrat data sebelum improvement
NO Xi (detik) Xi2 NO Xi (detik) Xi2 1 59.8 3576.04 16 61.2
3745.44 2 57.2 3271.84 17 60.5 3660.25 3 56.9 3237.61 18 56.9
3237.61 4 60.2 3624.04 19 60.1 3612.01 5 58.7 3445.69 20 61.4
3769.96 6 60.8 3696.64 21 58.7 3445.69 7 59.4 3528.36 22 58.2
3387.24 8 60.5 3660.25 23 59.5 3540.25 9 57.8 3340.84 24 56.6
3203.56
10 58.7 3445.69 25 57.4 3294.76 11 59.7 3564.09 26 60.7 3684.49
12 58.2 3387.24 27 57.2 3271.84 13 58.7 3445.69 28 59.7 3564.09 14
57.3 3283.29 29 56.7 3214.89 15 56.8 3226.24 30 58.8 3457.44
07.1038232 =Xi Uji kecukupan data untuk tingkat kepercayaan 95%
dan tingkat ketelitian 5%.adalah
sebagai berikut :
222 )(40
'
=
XiXiXiN
N
= 30.1764Xi
-
54
N =
22
30.1764)30.1764()07.103823(3040
N = 1.00
Karena N< N atau (1 < 30) maka data yang ada dikatakan
telah mencukupi. Jadi
waktu siklus yang di dapat sebelum improvement adalah 58,81
detik.
4.3.2 Perhitungan Data Downtime Mesin Sebelum Improvement
Tabel 4.10 Data kolektif downtime, frekuensi, MTTR, dan MTBF
Mesin Chipping
tahun 2009
BULAN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Spt Okt Nov Total
Rata-rataDT 400 550 530 325 300 385 415 385 445 585 395 4715
428.64
FREK 4 10 8 3 5 6 4 6 6 5 5 62 5.64 MTTR 100.00 55 66.25 108.33
60 64.17 103.75 64.17 74.17 117 79 892 81.08 MTBF 6.50 2.60 3.25
8.67 5.20 4.33 6.50 4.33 4.33 5.20 5.20 56.12 4.26
2009
Pada Tabel 4.10 di atas, DT merupakan rekap jumlah downtime
(dalam
menit) yang terjadi setiap bulannya. Sedangkan FREK merupakan
jumlah frekuensi
kejadian downtime yang terjadi setiap bulannya (frekuensi
downtime). Nilai yang
tertera pada kolom DT dan FREK diperoleh dari Lampiran 1. Nilai
yang tertera pada
kolom MTTR diperoleh dengan cara membagi nilai DT dengan nilai
FREK.
Sedangkan nilai MTBF diperoleh dengan cara membagi jumlah
rata-rata hari dalam
satu bulan (26 hari) dibagi dengan nilai FREK. MTTR (Mean Time
To Repair) adalah
lamanya rata-rata pengerjaan setiap kasus atau trouble. MTTR
dapat juga disebut
service rate. MTBF (Mean Time Between Failure) adalah rata-rata
jarak dari satu
trouble ke trouble berikutnya.
-
55
Data yang digunakan pada Gambar 4.5, Gambar 4.6, Gambar 4.7 dan
Gambar
4.8 di bawah diambil dari data pada Tabel 4.10.
Gambar 4.5 Grafik downtime Mesin Chipping tahun 2009
Data pada Gambar 4.5 di atas menunjukan bahwa hampir semua data
melebihi
batas standard downtime yang ditentukan. Data standard downtime
dapat dilihat pada
Tabel 4.2. Angka tertinggi ditunjukan pada bulan Oktober 2009
sebesar 585 menit
dan rata-rata downtime perbulan yang sangat tinggi sebesar
428,64 menit. Hal ini
sangat mengganggu jalannya produksi serta menghasilkan efisiensi
yang rendah.
Gambar 4.6 Grafik frekuensi downtime Mesin Chipping tahun
2009
Batas standard 182 menit (tiap bulan)
-
56
Gambar 4.7 Grafik MTTR Mesin Chipping tahun 2009
Gambar 4.8 Grafik MTBF Mesin Chipping tahun 2009
Target atau batas maksimal lamanya MTTR ditentukan oleh
Department of
Engineering dengan memperhitungkan kondisi produksi. Department
of Engineering
telah menetapkan batas waktu maksimal untuk lamanya MTTR sebesar
100 menit.
Pada grafik MTTR di atas (lihat Tabel 4.7) menunjukan bahwa pada
bulan April, Juli
dan Oktober 2009 telah melewati batas standard atau target yang
ditentukan.
Tentunya hal ini juga dapat menyebabkan terganggunya proses
produksi.
Target batas maksimal 100 menit
-
57
4.3.3 Tingkat Produktivitas Parsial running cost Sebelum
Improvement
4.3.3.1 Perhitungan kapasitas Mesin Chipping sebelum
improvement
Kapasitas mesin adalah jumlah output yang dihasilkan mesin
tersebut per hari.
Untuk menghitung kapasitas diperlukan perhitungan efisiensi
mesin. Berikut di
bawah ini dibahas mengenai perhitungan efisiensi dan kapasitas
Mesin Chipping.
Tabel 4.11 Data Perhitungan kapasitas Mesin Chipping sebelum
improvement
1. In-Efisiensi Produksi Time Jumlah Shift Total
- Preliminary Shift 5 menit 3 15 menit - 5 K2S 20 menit 3 60
menit - Reamer chipping replacement 9.23 menit 1 9.23 menit -
Operator 20 menit 3 60 menit Total 144.23 menit 2 Total Loss Time
Waktu
- In-Efisiensi Mesin (downtime mesin) 16.49 menit - In-Efisiensi
Produksi 144.23 menit Total 160.72 menit 3 Perhitungan efisiensi
Nilai
Jam Kerja 21 jam Reject 0.00% Cycle Time Mesin Chipping 58.81
detik
Efisiensi (%)
Efisiensi =
%10060
1
KerjaJamTimeLossTotal
%2,87%1006021
72,1601 =
-
58
Kapasitas (pcs/hari)
Kapasitas =
Pada Tabel 4.11 di atas terdapat beberapa faktor yang digunakan
untuk
menghitung kapasitas Mesin Chipping, yaitu: efisiensi mesin, jam
kerja, reject, dan
cycle time Mesin Chipping. Pada total loss time terdapat 2 buah
faktor, yaitu: in-
efisiensi mesin (downtime mesin), dan in-efisiensi produksi.
Nilai sebesar 16,49 pada
in-efisiensi mesin diperoleh dari rata-rata downtime perbulan
(lihat pada Tabel 4.10)
dibagi jumlah hari kerja dalam satu bulan (26 hari).
Nilai sebesar 144,23 menit pada in-efisiensi produksi diperoleh
dari
akumulasi total waktu preliminary shift ditambah total waktu
5K2S ditambah total
waktu reamer chipping replacement dan ditambah dengan total
waktu operator. Work
hours sebesar 21 jam diperoleh dari total waktu 1 hari (24 jam)
dikurangi dengan
waktu istirahat 3 jam (1 jam tiap shift). Pada reject diperoleh
nilai sebesar 0% karena
output pada Mesin Chipping tidak membuat part menjadi reject
(tidak merubah part),
artinya jika part yang dikerjakan pada Mesin Chipping (input)
adalah part OK maka
outputnya pun part OK, begitu juga sebaliknya jika inputnya part
reject maka
outputnya pun part reject. Pada cycle time Mesin Chipping
sebesar 58,81 detik
diperoleh dari perhitungan waktu siklus sebelum improvement pada
Bab 4.3.1. Jadi
[ ]rejectCycleTime
EfisiensiKerjaJam
1
3600
[ ] 11220181,58
2,87360021 =
-
59
kapasitas yang didapat dari perhitungan pada Tabel 4.11 diatas
adalah sebesar 1122
pcs per hari.
4.3.3.2 Perhitungan Running Cost per Unit Sebelum
Improvement
Running cost per unit adalah biaya pengoperasian Mesin Chipping
dalam
menyelesaikan satu unit part cylinder headinder head. Berikut
ini disajikan Tabel
4.12 yang merupakan rangkuman dari Tabel 4.5 dan Tabel 4.11 di
atas. Tabel 4.12 di
bawah berisikan data-data yang dibutuhkan untuk menghitung
running cost per unit.
Tabel 4.12 Daftar data kondisi Mesin Chipping sebelum
improvement
Item Satuan Sebelum Improvement
Cycle time part det/pcs 58,81 Work hour tersedia det/hari 75.600
Efisiensi % 87,20 Kapasitas Mesin Chipping pcs/hari 1121 Konsumsi
Listrik kW 0,1 Biaya Listrik Rp/kWh 1000 Konsumsi Angin liter/menit
500 Biaya Angin Rp/m3 1100
Di bawah ini ditampilkan Tabel 4.13 yang digunakan untuk
mengetahui biaya
proses pengerjaan untuk menyelesaikan 1 part dalam menjalankan
Mesin Chipping
pada PT X.
Tabel 4.13 Daftar data perhitungan running cost per unit sebelum
improvement
Item Satuan Sebelum Improvement Depr. Cost Repair / cost
improvement Rp/hari 0 Running Cost Listrik Rp/hari 1800 Running
Cost Angin Rp/hari 594.000 Total Running Cost Rp/hari 595.800
Running Cost per unit Rp/pcs 531,51
-
60
Nilai cost improvement yang tertera pada tabel 4.13 sebesar 0
rupiah per hari
diperoleh karena tidak ada biaya improvement yang dikeluarkan.
Nilai running cost
listrik sebesar 1800 rupiah per hari pada Tabel 4.13 di atas
diperoleh dari :
Running cost listrik = Biaya listrik x Konsumsi listrik x 24 jam
x 0,75
Running cost listrik = 1000 x 0,1 x 24 x 0,75 = 1800 Rupiah per
hari
Asumsi lamanya pemakaian listrik pada Mesin Chipping per harinya
adalah hari
(0,75 x 24 jam).
Nilai running cost angin sebesar 594.000 rupiah per hari pada
Tabel 4.13 di
atas diperoleh dari :
Running cost angin = Biaya angin per satuan liter x Konsumsi
angin per satuan liter x
1440 menit x 0,75
Running cost angin = 1,1 x 500 x 1440 x 0,75 = 594.000 rupiah
per hari
Asumsi lamanya pemakaian angin pada Mesin Chipping per harinya
adalah hari
(0,75 x 1440 menit).
Nilai total running cost pada tabel 4.13 di atas diperoleh
dengan cara
menjumlahkan nilai depr. cost repair atau cost improvement,
running cost listrik dan
running cost angin, sehingga diperoleh nilai total running cost
sebesar Rp 595.800
rupiah per hari. Lalu nilai total running cost ini akan
digunakan untuk menghitung
besarnya nilai running cost per unit yaitu merupakan nilai
running cost yang
dibutuhkan untuk setiap pengerjaan 1 unit part (cylinder
headinder head) pada Mesin
Chipping. Nilai running cost per unit diperoleh dengan membagi
nilai total running
-
61
cost yang telah didapat dengan besarnya kapasitas Mesin Chipping
tiap harinya (lihat
tabel 4.12), sehingga diperoleh nilai sebesar Rp 531,51 tiap
unit.
4.3.3.3 Perhitungan Tingkat Produktivitas Parsial Running Cost
Sebelum
Improvement
Setelah mendapatkan nilai kapasitas dan running Cost unit dari
Mesin
Chipping ini, kita akan menghitung besarnya nilai produktivitas
parsial. Nilai-nilai
produktivitas parsial yang akan dicari adalah produktivitas
running cost. Nilai dari
produktivitas parsial running cost dari Mesin Chipping tersebut
dapat dilihat pada
tabel 4.14 di bawah ini.
Tabel 4.14 Perhitungan produktivitas parsial running cost
sebelum improvement
ITEM SEBELUM
IMPROVEMENT
Running Cost per unit Mesin Cipping 531,51 Rp/pcs Total cost
Cylinder head 95.434 Rp/pcs Produktivitas 179,55
(Catatan: Nilai total cost Cylinder head sebesar Rp 95.434 per
unit didapat dari Department
of Engineering)
Pada Tabel 4.14 di atas, nilai produktivitas parsial running
cost diperoleh
dengan cara membagi nilai total cost Cylinder head dengan
besarnya nilai running
cost unit Mesin Chipping, sehingga diperoleh nilai sebesar
179,55. Nilai tersebut
berarti bahwa setiap perusahaan mengeluarkan biaya untuk running
cost per unit
sebanyak 1 Rp setiap unitnya, maka perusahaan akan menghasilkan
output (penjualan
Cylinder head) sebanyak Rp 179,55 setiap unitnya.
-
62
4.4 Improvement (Merancang Mesin)
Dalam penelitian ini, solusi yang diajukan berupa improvement
terhadap
design head chipping unit dengan harapan dapat memperbaiki
masalah downtime
Mesin Chipping, mengurangi kebisingan yang timbul akibat Mesin
Chipping, serta
dapat memperbaiki cycle time Mesin Chipping sehingga tujuan
penelitian pun dapat
tercapai.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai langkah-langkah yang
akan
dilakukan dalam merancang mesin.
4.4.1 Requestment (Permintaan Kebutuhan)
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai permintaan kebutuhan
mesin yang
seperti apa sehingga dapat memberikan solusi atau mengatasi
masalah tersebut.
Permintaan terhadap kebutuhan mesin yang dibuat harus efektif
dan efisien artinya
tidak berlebihan dan sesuai dengan fungsinya.
Permintaan kebutuhan Mesin Chipping tersebut yaitu :
Membuat mesin dengan design yang kokoh yang tahan terhadap beban
getar
dan beban impact.
Membuat mesin dengan design body yang tertutup atau tidak
terbuka,
sehingga dapat meredam suara bising.
Membuat mesin dengan konstruksi yang tepat tetapi tidak
mempersulit saat
melakukan maintenance maupun perbaikan.
-
63
Membuat mesin yang efektif dan efisien sehingga dapat
meminimalkan biaya
invest atau biaya improvement dengan harapan life time mesin
yang optimal.
4.4.2 Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis untuk Mesin Chipping yang akan dibuat atau
dirancang
adalah sebagai berikut :
Merubah konstruksi sambungan pengelasan menjadi konstruksi
sambungan
menggunakan ulir dan baut.
Konstruksi sambungan pada dinding head chipping unit dibuat
design
sambungan sopak agar dindingnya kokoh dan tidak mudah patah.
Lihat
gambar 4.9 dibawah.
Gambar 4.9 Dinding head chipping unit
Seluruh sistem pengikat yang menggunakan mur dan baut harus
disertai ring
per (spring lock washer) agar mur dan baut tidak mudah kendor
akibat
getaran.
Dibuat guide shaft agar naik turunnya silinder selalu tegak
lurus. Hal ini dapat
mengurangi resiko terhadap patahnya shaft silinder.
-
64
Penambahan spring pada pertemuan coupling plate dan holder plate
yang
berfungsi sebagai allowance bagi reamer chipping. Lihat gambar
4.10 yang
dilingkari garis berwarna merah.
Gambar 4.10 Spring pada pertemuan coupling plate dan holder
plate
Pembuatan flange housing untuk memperkokoh shaft silinder dan
mengurangi
resiko patahnya shaft cylinder headinder.
Berikut penulis sajikan part list head chipping unit pada tabel
4.15 dibawah.
Untuk detail drawing dapat dilihat pada lampiran 4 drawing.
-
65
Tabel 4.15 Part list head chipping unit
1 CHIPPING TOKU TCA-7 1 UNIT2 CYLINDER FESTO DNC-125-80-PPV-A 1
UNIT3 QUICK FITTING FESTO QS-G-12 2 PCS4 TOP PLATE WORKSHOP
MATERIAL S45C (310x230x30) 1 PCS DWG. ENCL.5 FRONT PLATE WORKSHOP
MATERIAL S45C (380x310x30) 1 PCS DWG. ENCL.6 REAR PLATE WORKSHOP
MATERIAL S45C (380x310x30) 1 PCS DWG. ENCL.7 SIDE PLATE WORKSHOP
MATERIAL S45C (380x230x30) 2 PCS DWG. ENCL.8 HOLDER PLATE WORKSHOP
MATERIAL S45C (250x170x30) 1 PCS DWG. ENCL.9 COUPLING PLATE
WORKSHOP MATERIAL S45C (150x150x30) 1 PCS DWG. ENCL.10 FLANGE
HOUSING WORKSHOP MATERIAL S45C (90x75) 1 PCS DWG. ENCL.11 FLANGE
WORKSHOP MATERIAL S45C (50x45) 1 PCS DWG. ENCL.12 FRONT CLAMPING
WORKSHOP MATERIAL S45C (260x65x55) 1 PCS DWG. ENCL.13 REAR CLAMPING
WORKSHOP MATERIAL S45C (110x65x55) 2 PCS DWG. ENCL.14 SPRING FLANGE
WORKSHOP MATERIAL S45C (32x12) 4 PCS DWG. ENCL.15 EYEBOLT ACME
BLE-16 2 PCS16 BUSHING PUNCH 87JBNFC 35-P25-L50 4 PCS17 SHAFT PUNCH
87PSSFAN 25-210-F70-B65-P20-SC2 4 PCS18 SPRING SHAFT PUNCH 87PSSFAM
16-50-F50-B45-P12-T40-S35-Q12-SC5-PC 4 PCS19 SPRING PUNCH 87SWB
35-40 4 PCS20 HEAD CAP SCREW M6x10 8 PCS BAUT L21 HEAD CAP SCREW
M8x25 41 PCS BAUT L22 HEAD CAP SCREW M8x50 8 PCS BAUT L23 HEAD CAP
SCREW M8x80 6 PCS BAUT L24 HEAD CAP SCREW M12x25 4 PCS BAUT L25
HEAD CAP SCREW M12x60 5 PCS BAUT L26 HEAD CAP SCREW M14x140 2 PCS
BAUT L27 HEXAGON SOCKET SET SCREW M8x25 2 PCS L TANAM28 SPRING LOCK
WASHER 8 55 PCS RING PER29 SPRING LOCK WASHER 12 17 PCS RING PER30
SPRING LOCK WASHER 14 2 PCS RING PER31 SPRING LOCK WASHER 20 4 PCS
RING PER32 SPRING LOCK WASHER 27 PCS RING PER33 NUT M12 16 PCS
MUR34 NUT M14 4 PCS MUR35 NUT M20 8 PCS MUR36 THIN NUT M27x2 1 PCS
MUR TIPIS37 TWIST DRILL 5 2 PCS MATA BOR38 TWIST DRILL 6.8 2 PCS
MATA BOR39 TWIST DRILL 8.5 2 PCS MATA BOR40 TWIST DRILL 10.2 2 PCS
MATA BOR41 TWIST DRILL 12.5 2 PCS MATA BOR42 TWIST DRILL 14.5 2 PCS
MATA BOR43 TWIST DRILL 20 2 PCS MATA BOR44 TWIST DRILL 25 2 PCS
MATA BOR45 TAP M6 2 PCS46 TAP M8 2 PCS47 TAP M12 2 PCS48 TAP M27x2
1 PCS49 END MILL FINISHING 16 2 PCS U/ COUNTER BORE50 END MILL
FINISHING 22 2 PCS U/ COUNTER BORE
PART LIST CHIPPING HE AD
Nr. PART MAKER CODE REMARKSAMOUNT
Tabel 4.15 di atas adalah kumpulan part yang dibutuhkan untuk
membuat
head chipping unit pada design baru. Salah satu contoh cara
mendeskripsikan part list
-
66
pada Tabel 4.15 adalah misalnya pada part list nomor 2, nama
part yang dibutuhkan
adalah cylinder, maker dari part tersebut adalah festo, nomor
code part tersebut
adalah DNG-125-80-PPV-A (nomor code ini adalah standar dari
maker), amount atau
jumlah yang dibutuhkan sebanyak 1 unit, remarks adalah
keterangan atau catatan jika
ada. Pada kolom maker jika tidak diisi artinya part tersebut
bersifat umum contohnya
nut M12 atau biasa disebut mur ukuran M12.
4.4.3 Target Pengembangan
Kondisi Mesin Chipping yang sudah tidak efektif dan tidak
optimal ini
menyebabkan banyaknya downtime. Oleh karena itu dibutuhkan
adanya improvement
pada Mesin Chipping sebagai target pengembangan guna mengatasi
masalah tersebut.
Dengan adanya improvement ini diharapkan kinerja Mesin Chipping
menjadi efektif,
efisien dan optimal kembali.
Gambar 4.11 Head chipping unit sebelum improvement
-
67
Pada gambar 4.11 terlihat kondisi head chipping unit sebelum
improvement
telah banyak mengalami corrective action atau repair pengelasan
akibat sering
patahnya shaft cylinder headinder (lihat gambar 4.11 yang
dilingkari garis berwarna
hijau). Konstruksi sambungan body head chipping unit masih
menggunakan
pengelasan (lihat gambar 4.11 yang dilingkari garis berwarna
merah), hal ini
membuat konstruksi yang rapuh atau mudah patah karena pengelasan
sangat rentan
terhadap beban getar dan impact. Konstruksi body head chipping
unit yang terbuka
juga mempengaruhi kondisi lingkungan dengan mengeluarkan suara
yang bising.
Dengan demikian penulis berusaha mencoba membuat design head
chipping
unit yang tepat, efektif dan efisien agar dapat mengatasi
masalah-masalah yang ada.
Gambar 4.12 Target improvement
Pada Gambar 4.12 merupakan ilustrasi terhadap target
pengembangan atau
improvement yang akan dicapai. Pada Gambar 4.12 tersebut
terlihat adanya inovasi
-
68
design yang dibuat untuk mengatasi kelemahan dan kekurangan pada
kondisi head
chipping unit sebelumnya. Untuk spesifikasi teknisnya telah
dibahas pada sub bab
4.3.2 diatas.
Berikut disajikan jadwal aktivitas improvement pada tabel 4.16
yang telah
disusun penulis.
Tabel 4.16 Jadwal aktivitas improvement
AKTIVITAS1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan Design dan Drawing PR/PP Spare partPO Spare part dan
JO WorkshopDeliveryInstallEvaluasi masspro
Nov Des JanSchedule (2009 - 2010)
Agt Sep Okt
Pada Jadwal aktivitas improvement diatas yang dimaksud dengan
PR/PP
adalah Purchase Requestition atau Permintaan Pembelian yang
dibuat oleh
department of engineering dan diberikan kepada Bagian Purchase.
PR/PP tersebut
berisikan data mengenai spesifikasi part yang akan dipesan oleh
department of
engineering.
PO spare part yang dimaksud pada Jadwal aktivitas improvement
diatas
adalah Purchase Order yaitu surat yang dikeluarkan Bagian
Purchase kepada
subcount setelah subcount tersebut resmi menerima pesanan sesuai
PR/PP yang telah
dibuat oleh department of engineering.
Sedangkan JO Workshop yang dimaksud pada Jadwal aktivitas
improvement
diatas adalah Job Order yang dibuat oleh department of
engineering kepada Bagian
-
69
Workshop untuk melakukan pesanan sesuai drawing yang dipesan
oleh department of
engineering. Jadi dalam proses pemesanan part pada improvement
ini dibagi menjadi
2 jalur, yang pertama melalui Bagian Purchase (secara eksternal
melibatkan
subcount) dan yang kedua melalui Bagian Workshop (secara
internal dalam
perusahaan).
Kemudian yang dimaksud dengan delivery pada Jadwal aktivitas
improvement
di atas adalah batas waktu pengiriman barang atau spare parts
yang dipesan baik
melalui Bagian Purchase maupun Bagian Workshop. Tahap install
pada jadwal
aktivitas improvement di atas adalah aktivitas untuk merakit,
memasang atau
merangkai seluruh spare part yang telah terkumpul hingga menjadi
satu kesatuan
head chipping unit.
Pada tahap evaluasi masspro, dilakukan evaluasi setelah Mesin
Chipping
mengalami improvement. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui
kelemahan dan
keunggulan terhadap improvement yang telah dilakukan. Apabila
masih terdapat
kelemahan, maka hal ini akan menjadi koreksi dan bahan
pertimbangan untuk
membuat improvement berikutnya.
-
70
4.4.4 Konsep Mesin
Gambar 4.13 Proses install head chipping unit
Gambar 4.13 di atas memperlihatkan konsep design dan proses
perakitan
bagian-bagian part yang dibutuhkan untuk merangkai menjadi head
chipping
unit. Sedangkan Gambar 4.14 di bawah memperlihatkan konsep head
chipping
unit yang sudah dirakit.
Gambar 4.14 Design head chipping unit
-
71
4.5 Pengolahan Data Setelah Improvement
4.5.1 Perhitungan Waktu Siklus Setelah Improvement
4.5.1.1 Uji Keseragaman dan Kecukupan Data
Untuk menghitung waktu siklus yang akurat diperlukan banyak data
yang
akan mendukung tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian pada
suatu hasil
pengukuran. Oleh karena itu dalam setiap kelompok data harus
diadakan uji
keseragaman data maupun uji kecukupan data untuk menentukan
seberapa jumlah
data yang digunakan pada perhitungan selanjutnya dalam rangka
menghitung waktu
baku.
Apabila data tidak seragam, maka dilakukan pengurangan data yang
ekstrim.
Sedangkan apabila data yang ada tidak mencukupi, maka dilakukan
penambahan data
hingga nilai N < N. Setiap kelompok data harus memenuhi uji
keseragaman data dan
uji kecukupan data.
Berikut adalah perhitungan uji keseragaman data waktu siklus
Mesin
Chipping setelah improvement. Data pengukuran waktu tersebut
adalah sebagai
berikut:
-
72
Tabel 4.17 Data perhitungan waktu siklus Mesin Chipping setelah
improvement
NO Xi (detik) Xi - X (Xi - X )2
1 49.3 1.08 1.17
2 44.8 -3.42 11.70
3 47.5 -0.72 0.52
4 46.4 -1.82 3.31
5 50.2 1.98 3.92
6 46.6 -1.62 2.62
7 48.7 0.48 0.23
8 49.8 1.58 2.50
9 46.2 -2.02 4.08
10 49.3 1.08 1.17
11 46.8 -1.42 2.02
12 47.3 -0.92 0.85
13 48.7 0.48 0.23
14 48.6 0.38 0.14
15 46.8 -1.42 2.02
16 45.8 -2.42 5.86
17 50.8 2.58 6.66
18 46.5 -1.72 2.96
19 48.4 0.18 0.03
20 47.3 -0.92 0.85
21 49.6 1.38 1.90
22 49.7 1.48 2.19
23 49.3 1.08 1.17
24 47.8 -0.42 0.18
25 50.1 1.88 3.53
26 48.7 0.48 0.23
27 49.8 1.58 2.50
28 46.3 -1.92 3.69
29 49.7 1.48 2.19
30 49.8 1.58 2.50
X = detik
= 60.1446Xi22.48
3060.1446 =
-
73
Standar deviasi
2_
1)(
)1(1 xx
n
n
ii = =
= 1.59
3 = 3 x 1.59
= 4.76
UCL = _x + 3
= 48.22 + 4.76
= 52.98
LCL = _x 3
= 48.22 4.76
= 43.46
Karena tidak terdapat data yang ada di luar batas kendali, maka
dapat
disimpulkan bahwa data yang ada telah seragam. Adapun UCL, CL
dan LCL ini
dapat diilustrasikan dalam bentuk grafik sebagai berikut :
-
74
Gambar 4.15 Grafik keseragaman data waktu siklus Mesin Chipping
setelah improvement
Sedangkan berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data
waktu siklus
Mesin Chipping. Data pengukuran waktu tersebut sebagai berikut
:
Tabel 4.18 Perhitungan kuadrat data setelah improvement
NO Xi (detik) Xi2 NO Xi Xi2
1 49.3 2430.49 16 45.8 2097.64
2 44.8 2007.04 17 50.8 2580.64
3 47.5 2256.25 18 46.5 2162.25
4 46.4 2152.96 19 48.4 2342.56 5 50.2 2520.04 20 47.3
2237.29
6 46.6 2171.56 21 49.6 2460.16
7 48.7 2371.69 22 49.7 2470.09
8 49.8 2480.04 23 49.3 2430.49
9 46.2 2134.44 24 47.8 2284.84
10 49.3 2430.49 25 50.1 2510.01
11 46.8 2190.24 26 48.7 2371.69
12 47.3 2237.29 27 49.8 2480.04
13 48.7 2371.69 28 46.3 2143.69
14 48.6 2361.96 29 49.7 2470.09 15 46.8 2190.24 30 49.8
2480.04
-
75
94.698272 =Xi Uji kecukupan data untuk tingkat kepercayaan 95%
dan tingkat ketelitian 5%.adalah
sebagai berikut :
222 )(40
'
=
XiXiXiN
N
N =
22
60.1446)60.1446()94.69827(3040
N= 1.67
Karena N< N atau (1.67 < 30) maka data yang ada dikatakan
telah mencukupi. Jadi
waktu siklus yang di dapat setelah improvement adalah 48.22
detik.
4.5.2 Perhitungan Data Downtime Mesin Setelah Improvement
Improvement telah selesai dilakukan pada awal Desember 2009.
Hingga saat
ini (Januari 2010), Mesin Chipping yang telah mengalami
improvement belum
mengalami downtime. Maka rata-rata downtime mesin per bulan
diperoleh sebesar 0
menit, sehingga rata-rata downtime mesin per harinya diperoleh
sebesar 0 menit.
60.1446 =Xi
-
76
4.5.3 Tingkat Produktivitas Parsial Running Cost Setelah
Improvement
4.5.3.1 Perhitungan kapasitas Mesin Chipping setelah
improvement
Kapasitas mesin adalah jumlah output yang dihasilkan mesin
tersebut per hari.
Untuk menghitung kapasitas diperlukan perhitungan efisiensi
mesin. Berikut di
bawah ini dibahas mengenai perhitungan efisiensi dan kapasitas
Mesin Chipping.
Tabel 4.19 Data perhitungan kapasitas Mesin Chipping setelah
improvement
1. In-Efisiensi Produksi Waktu Jumlah Shift Total
- Preliminary Shift 5 menit 3 15 menit - 5 K2S 20 menit 3 60
menit
- Reamer chipping replacement 4.62 menit 1 4.62 menit
- Operator 20 menit 3 60 menit Total 139.62 menit
2 Total Loss Time Waktu
- In-Efisiensi Mesin (downtime mesin) 0.00 menit
- In-Efisiensi Produksi 139.62 menit Total 139.62 menit 3
Perhitungan efisiensi Nilai Jam Kerja 21 jam Reject 0.00% Cycle
Time Mesin Chipping 48.22 detik
Efisiensi (%)
=
Kapasitas (pcs/hari)
=
%9,88%1006021
62,1391 =
[ ] 13940122,48
9,88360021 =
%10060
1
KerjaJamTimeLossTotal
[ ]rejectCycleTime
EfisiensiKerjaJam
1
3600
-
77
Untuk lamanya in-efisiensi mesin diperoleh nilai 0 menit karena
sampai akhir
Januari 2010 Mesin Chipping yang telah dilakukan improvement
belum mengalami
downtime. Untuk keterangan dan cara perolehan nilai lainnya pada
Tabel 4.19 sama
dengan keterangan dan cara perolehan nilai yang telah dibahas
pada Tabel 4.11 Data
perhitungan kapasitas Mesin Chipping sebelum improvement. Pada
cycle time Mesin
Chipping sebesar 48,22 detik diperoleh dari perhitungan waktu
siklus setelah
improvement pada Bab 4.5.1.
Dari Tabel 4.19 di atas, dapat dilihat bahwa nilai efisiensi
dari Mesin
Chipping yang telah mengalami improvement adalah sebesar 88,9%.
Dan nilai
kapasitas Mesin Chipping tersebut adalah sebesar 1.394 unit tiap
hari.
4.5.3.2 Perhitungan Running Cost per Unit Setelah
Improvement
Running cost per unit adalah biaya pengoperasian Mesin Chipping
dalam
menyelesaikan satu unit part cylinder headinder head. Berikut
ini disajikan Tabel
4.20 yang merupakan rangkuman dari Tabel 4.5 dan Tabel 4.19 di
atas. Tabel 4.20 di
bawah berisikan data-data yang dibutuhkan untuk menghitung
running cost per unit.
Tabel 4.20 Daftar data kondisi Mesin Chipping setelah
improvement
Item Satuan Setelah Improvement
Cycle time part det/pcs 48.22 Work hour tersedia det/hari 75,600
Efisiensi % 88.90 Kapasitas Mesin Chipping pcs/hari 1,394 Biaya
Improvement Rp/repair 50,000,000 Life time mesin (to next repair)
tahun 5 Konsumsi listrik kW 0.1 Biaya listrik Rp/kWh 1,000 Konsumsi
angin liter/menit 500 Biaya angin Rp/m3 1,100
-
78
Di bawah ini ditampilkan Tabel 4.21 yang digunakan untuk
mengetahui biaya
proses pengerjaan untuk menyelesaikan 1 part dalam menjalankan
Mesin Chipping
pada PT X.
Tabel 4.21 Daftar data perhitungan running cost per unit setelah
improvement
Item Unit Setelah Improvement
Depr. Cost Repair / cost improvement Rp/hari 27,397 Running Cost
Listrik Rp/hari 1,800 Running Cost Angin Rp/hari 594,000 Total
Running Cost Rp/hari 623,197 Running Cost per unit Rp/pcs
447.13
Nilai cost improvement yang tertera pada Tabel 4.21 sebesar
27.397 rupiah
per hari diperoleh dari biaya improvement (50.000.000) dibagi
dengan life time mesin
dalam satuan hari (5 x 365 hari). Untuk keterangan dan cara
perolehan nilai lainnya
pada Tabel 4.21 sama dengan keterangan dan cara perolehan nilai
yang telah dibahas
pada Tabel 4.13 Daftar data perhitungan running cost per unit
sebelum improvement.
Dari Tabel 4.21 di atas, dapat dilihat bahwa nilai total running
cost dari Mesin
Chipping setelah mengalami improvement adalah sebesar Rp 623.197
tiap harinya.
Dan running cost per unit Mesin Chipping ini adalah sebesar Rp
447,13 tiap unit.
4.5.3.3 Perhitungan Tingkat Produktivitas Parsial Running Cost
Setelah
Improvement
Setelah mendapatkan nilai kapasitas dan running Cost unit dari
Mesin
Chipping ini, berikutnya menghitung besarnya nilai produktivitas
parsial. Nilai-nilai
produktivitas parsial yang akan dicari adalah produktivitas
running cost. Nilai dari
-
79
produktivitas parsial running cost setelah improvement dari
Mesin Chipping tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.22 di bawah ini.
Tabel 4.22 Perhitungan produktivitas parsial running cost
setelah improvement
ITEM SETELAH IMPROVEMENT
Running cost unit Mesin Cipping 447.13 Rp/pcs Total cost
Cylinder head 95434 Rp/pcs Produktivitas 213.44
Pada Tabel 4.22 di atas, nilai Produktivitas parsial running
cost diperoleh
dengan cara membagi nilai running cost unit Mesin Chipping
dengan besarnya nilai
total cost Cylinder head, sehingga diperoleh nilai sebesar
213,44. Nilai tersebut
berarti bahwa setiap perusahaan mengeluarkan biaya untuk running
cost sebanyak 1
Rp setiap unitnya, maka perusahaan akan menghasilkan output
(penjualan Cylinder
head) sebanyak Rp 213,44 setiap unitnya.
4.6 Analisa Perbandingan Hasil Sebelum dan Setelah
Improvement
Pada bagian ini dibahas mengenai perbandingan data sebelum dan
setelah
improvement sebagai evaluasi dari improvement yang telah
dilakukan. Untuk
mempermudah melihat seberapa besar pengaruh terhadap improvement
yang telah di
lakukan pada Mesin Chipping dan mengetahui apakah
masalah-masalah yang ada
dapat diselesaikan atau dapat diatasi, maka disajikan
perbandigan data sebelum dan
setelah improvement pada Tabel 4.23 di bawah.
-
80
Tabel 4.23 Perbandingan data sebelum dan setelah improvement
NO DATA SEBELUM IMPROVEMENT SETELAH
IMPROVEMENT DELTA
PERUBAHAN SATUAN
1 Rata-rat a downtime mesin per bulan 428.64 0 428.64 menit
2 Waktu siklus 58.81 48.22 10.59 detik 3 Tingkat kebisingan
107.2 96.9 10.3 dBA 4 Efisiensi mesin 87.2 88.9 1.7 % 5 Kapasitas
mesin 1122 1394 272 pcs 6 Produktivitas parsial running cost 179.55
213.44 33.89 Rp/pcs
Pada Tabel 4.23 di atas, nilai delta perubahan diperoleh dari
selisih antara
nilai sebelum improvement dan nilai setelah improvement. Pada
perbandingan poin
pertama Tabel 4.23 di atas, rata-rata downtime mesin per bulan
mengalami penurunan
dari 428,64 menit menjadi 0 menit, walaupun data downtime mesin
setelah
improvement hanya diambil 2 bulan. Dengan penurunan downtime ini
tentunya
kinerja Mesin Chipping menjadi lebih optimal dan efisien.
Pada perbandingan poin kedua Tabel 4.23 di atas, waktu siklus
mesin menjadi
lebih cepat 10,59 detik (dari 58,81 detik menjadi 48,22 detik).
Sehingga output yang
dihasilkan Mesin Chipping meningkat.
Pada perbandingan poin ketiga Tabel 4.23 di atas, terjadi
penurunan tingkat
kebisingan sebesar 10,3 dBA (dari 107,2 dBA menjadi 96,9 dBA).
Hal ini dapat
meningkatkan kenyamanan operator dalam bekerja, serta mengurangi
pengaruh
negatif terhadap performance fisiologi operator.
-
81
Pada perbandingan poin keempat Tabel 4.23 di atas, terjadi
kenaikan efisiensi
mesin sebesar 1,7% (dari 87,2% menjadi 88,9%). Dengan
meningkatnya efisiensi
mesin maka kinerja Mesin Chipping menjadi lebih optimal dan
efisien.
Pada perbandingan poin kelima Tabel 4.23 di atas, terjadi
peningkatan
kapasitas mesin sebesar 272 pcs per hari (dari 1122 pcs per hari
menjadi 1394 pcs per
hari). Sehingga output yang dihasilkan Mesin Chipping pun
meningkat.
Pada perbandingan poin keenam Tabel 4.23 di atas, terlihat
produktivitas
parsial running cost meningkat dari 179,55 Rp per pcs menjadi
213,44 Rp per pcs.
Sehingga produktivitas parsial running cost meningkat sebesar
33,89 Rp per pcs,
artinya perusahaan mendapatkan kenaikan output atau untung
(penjualan Cylinder
head) sebanyak Rp 33,89 rupiah setiap unitnya.
Untuk persentase perubahan yang terjadi setelah dilakukan
improvement dapat
dilihat pada Tabel 4.24 di bawah.
Tabel 4.24 Persentase perubahan kondisi Mesin Chipping setelah
improvement
NO DATA PERUBAHAN KETERANGAN 1 Rata-rat a downtime mesin per
bulan 100.00% Menurun
2 Waktu siklus 18.01% Lebih cepat 3 Tingkat kebisingan 9.61%
Menurun
4 Efisiensi mesin 1.95% Meningkat 5 Kapasitas mesin 24.24%
Meningkat
6 Produktivitas parsial running cost 18.87% Meningkat
Nilai perubahan pada Tabel 4.24 di atas diperoleh dari nilai
delta perubahan
(pada Tabel 4.23) dibagi dengan nilai sebelum improvement (pada
Tabel 4.23)
-
82
dikalikan 100 persen. Contohnya nilai perubahan waktu siklus
18,1% diperoleh dari
10,59 dibagi 58,81 kemudian dikalikan 100%.
Rata-rata downtime mesin per bulan pada Tabel 4.24 mengalami
perubahan
yang sangat signifikan sebesar 100% (tidak mengalami downtime),
walaupun
evaluasi yang dilakukan hanya 2 bulan. Waktu siklus yang
diperoleh setelah
dilakukan improvement mengalami perubahan yang signifikan
sebesar 18,01% (lebih
cepat dibandingkan sebelumnya). Tingkat kebisingan atau suara
bising yang
ditimbulkan Mesin Chipping menjadi berkurang atau mengalami
penurunan sebesar
9,61% (10,3 dBA).
Efisiensi Mesin Chipping menjadi lebih baik dengan peningkatan
efisiensi
sebesar 1,95%. Kapasitas Mesin Chipping mengalami peningkatan
yang sangat
signifikan yaitu sebesar 24,24% (kapasitas bertambah sebanyak
272 pcs per hari).
Produktivitas parsial running cost mengalami peningkatan sebesar
18,87%, artinya
perusahaan memperoleh keuntungan atau saving cost sebesar 18,87%
tiap unit
cylinder head yang diproduksi (33,89 Rupiah per unit cylinder
head).