gambaran PERILAKU PERAWATAN KESEHATAN gigi dan mulut di sdn.
015864 DESA Rawang Pasar IV kecamatan rawang panca arga kabupaten
asahan
PENDAHULUANI.1 Latar BelakangKesehatan merupakan bagian
terpenting bagi kehidupan manusia, sehat secara jasmani dan rohani
tidak terkecuali anak-anak,setiap orang menginginkan anaknya bias
tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika
tubuh mereka sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain
kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena
kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara
menyeluruh. Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut
merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan
yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum. Untuk
mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal maka harus dilakukan
perawatan secara berkala. Perawatan dapat dimulai dari
memperhatikan diet makanan jangan terlalu banyak makan yang
mengandung gula dan yang lengket.Gigi merupakan bagian dari alat
pengunyahan pada sistem pencernaan tubuh manusia, sehingga secara
tidak langsung berperan dalam status kesehatan perorangan.
Kebersihan gigi dan mulut merupakan hal yang sangat penting dalam
mencegah dari terjadinya penyakit-penyakit rongga mulut. Jika
ditinjau dari segi fungsinya, gigi dan mulut mempunyai peran yang
besar dalam mempersiapkan makanan sebelum melalui proses pencernaan
yang selanjutnya. Oleh karena gigi dan mulut merupakan salah satu
kesatuan dari anggota tubuh yang lain. Kerusakan pada gigi dan
mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara langsung atau tidak
langsung. Selain itu, kebersihan gigi dan mulut juga berperan
penting dalam menentukan gambaran dan penampilan diri seseorang
tersebut, sekaligus berkaitan dengan kepercayaan atau keyakinan
terhadap dirinya (Pratiwi, 2007).Masalah kesehatan gigi dan mulut
merupakan masalah yang rentan dihadapi oleh kelompok anak usia
sekolah dasar. Struktur gigi pada masa anak-anak, terutama pada
usia sekolah dasar, termasuk dalam jenis gigi bercampur, yaitu
antara gigi susu dan gigi permanen yang rentan mengalami karies
gigi. Permasalahan karies gigi pada anak usia sekolah dasar menjadi
penting, karena menurut Situmorang (2006), karies yang terdapat
pada gigi merupakan indikator keberhasilan upaya pemeliharaan
kesehatan gigi pada anak.Menurut world health organitation (WHO),
penyakit rongga mulut yang sering dihadapi oleh anak-anak umumnya
adalah penyakit gigi berlubang (Dental Cavity) atau karies gigi dan
penyakit periodontal (penyakit jaringan penyangga gigi). Banyaknya
faktor penyebab karies gigi pada anak menyebabkan usia anak sekolah
dasar merupakan kelompok yang rentan terhadap karies gigi. Suwelo
(1992) menyampaikan, anak pada usia sekolah dasar umumnya kurang
rajin dan kurang teliti dalam membersihkan gigi. Keasaman (ph) air
ludah (saliva) anak pada usia ini juga ikut berpengaruh sehingga
bisa memperburuk kesehatan gigi dan mulut.Kira-kira 60-90%
anak-anak sekolah diseluruh dunia mengalami karies gigi dan
penyakit periodontal dijumpai pada 5-20% usia dewasa muda, walaupun
angka kejadiannya sedikit berbeda pada kawasan geografi yang
berbeda. Untuk kanker mulut, insidensinya diperkirakan antara 1
hingga 10 kasus bagi setiap 100.000 populasi dikebanyakan Negara
diseluruh dunia (WHO 2010).Hasil Riset Kesehatan Dasar (Depkes RI,
2007) memperlihatkan, terdapat 72,1% masyarakat Indonesia yang
memiliki masalah gigi berlubang dan 46,5% di antaranya adalah
karies aktif yang belum dirawat. Depkes RI (2006) menunjukkan
prevalensi karies gigi di Indonesia sekitar 90% dari 238 juta
penduduk Indonesia dan jumlah anak-anak usia 15 tahun ke bawah yang
menderita karies gigi mencapai 76,5%. Hasil penelitian Siagian and
Barus (2008) menemukan bahwa 95% anak sekolah dasar mempunyai
kesehatan gigi dan mulut yang buruk sehingga menderita karies
gigi.Menurut Srigupta (2004), karies gigi adalah pembentukan lubang
pada permukaan gigi yang disebabkan oleh kuman. Terbentuknya pada
permukaan gigi yang terbuka, yaitu mahkota gigi yang sangat terkait
dengan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi yang dipengaruhi oleh
faktor dalam diri dan di luar individu.Faktor dari dalam individu
yang menyebabkan karies gigi pada anak, di antaranya adalah faktor
di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya
karies gigi, antara lain struktur gigi, morfologi gigi, susunan
gigi-geligi di rahang, derajat keasaman saliva, kebersihan mulut
yang berhubungan dengan frekuensi dan kebiasaan menggosok gigi,
jumlah dan frekuensi makan makanan yang menyebabkan karies
(kariogenik). Faktor dari luar individu yang berpengaruh antara
lain status ekonomi, keluarga, pekerjaan, fasilitas kesehatan gigi,
pendidikan kesehatan gigi yang pernah diterima (Budiharto,
2000).Akses terhadap pelayanan kesehatan gigi memiliki kontribusi
dalam kesehatan gigi dan mulut. Peningkatan akses pelayanan dengan
mendekatkan jarak pelayanan di antaranya dilakukan pemerintah
melalui pengembangan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Teori
Precede Proceed (Green et al, 1980) menyebutkan bahwa akses
pelayanan memegang peran sebagai faktor pemungkin dari sebuah
perilaku kesehatan. Dengan demikian, faktor akses bisa menjadi
salah satu pendorong untuk perubahan perilaku, dalam hal ini adalah
perilaku kesehatan gigi dan mulut. Lingkungan keluarga khususnya
orang tua, sangat besar peranannya dalam mengembangkan perilaku
positif terhadap kesehatan gigi dan mulut (Suwelo,1992). Douglas
(2003) menyampaikan, cara untuk memperbaiki kesehatan gigi dan
mulut adalah orang tua harus turut memperhatikan perilaku anak
berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dan pola makan anak
dengan sedikit mengkonsumsi makanan kariogenik.Keterlibatan orang
tua dalam mengembangkan pola perilaku positif dalam pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut diimplementasikan kepada anaknya dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam bentuk langsung maupun tidak
langsung. Proses transfer perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan,
sikap, sosial ekonomi dan kebiasaan atau perilaku orang tua
terhadap kesehatan gigi dan mulut. Sosial ekonomi orang tua akan
berkontribusi terhadap perilaku kesehatan. Semakin baik status
sosial ekonomi orang tua, semakin baik perilaku kesehatan yang
dilakukan oleh orang tua (Depkes RI, 2000).Pengetahuan ibu terhadap
kesehatan gigi dan mulut anak akan memberikan pengaruh kepada
status kesehatan gigi anak. Pengetahuan berperan penting dalam
perilaku kesehatan, karena pengetahuan merupakan awal dari
perubahan perilaku. Pengetahuan tentang pencegahan karies gigi pada
orang tua merupakan komponen yang penting sebagai pencegahan karies
gigi. Demikian halnya dengan sikap orang tua (ibu) yang positif
terhadap kesehatan gigi dan mulut.Menurut Saunders and Roberts
(1997), upaya untuk mewujudkan perilaku kesehatan diperlukan
predisposisi pengetahuan dan sikap yang baik. Perilaku ibu dalam
kesehatan gigi dan mulut berpengaruh pada status kesehatan gigi dan
mulut pada anak usia masa sekolah. Perilaku ibu yang positif dalam
kesehatan gigi dan mulut setidaknya mendapatkan dukungan keluarga
lainnya seperti suami dan dukungan keluarga lainnya. Hasil
penelitian Rumaropen (2005) menemukan bahwa sebagian besar orang
tua anak-anak di wilayah Kabupaten Fak-Fak belum memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup baik dalam kesehatan gigi dan mulut sebagai
perilaku pencegahan karies gigi. Kasus karies gigi terjadi pada
anak-anak khususnya kelas I, II dan III anak sekolah dasar.
Rendahnya pengetahuan dan sikap yang mendukung perilaku orang tua
terhadap pengendalian karies gigi menyebabkan perlunya peningkatan
promosi tentang kesehatan gigi dan mulut.
I.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka
yang menjadi rumusan masalah dalam peneltian ini adalah :Bagaimana
Gambaran pengetahuan dan sikap siswa SDN 015920 kelas III, IV, dan
V tentang perawatan gigi dan mulut di Desa Air Genting Kecamatan
Air Batu Kabupaten Asahan. I.3 Tujuan PenelitianI.3.1 Tujuan
UmumUntuk mengetahui Gambaran pengetahuan dan sikap siswa SDN
015920 kelas III, IV, dan V tentang perawatan gigi dan mulut di
Desa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten AsahanI.3.2 Tujuan
Khususa. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi tentang
perawatan kesehatan gigi dan mulut.b. Untuk mengetahui sikap
siswa-siswi terhadap perawatan kesehatan gigi dan mulut.I.4 Manfaat
Penelitian I.4.1Bagi PenelitiSebagai pengalaman langsung bagi
peneliti dalam pelaksanaan penelitian dan sekaligus menjadi sarana
aktualisasi ilmu yang telah diterima di bangku perkuliahan dengan
penelitian dilapangan dalam bentuk karya tulis ilmiah.
I.4.2 Bagi SekolahSiswa dapat lebih memahami pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut dan menjadi motivasi bagi siswa untuk
melakukan kebiasan merawat kesehatan gigi dengan baik dan
benar.Sebagai masukan bagi guru agar dapat memberikan pendidikan
tentang perawatan kesehatan gigi dan mulut kepada siswa-siswi dalam
rangka untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut di sekolah.I.4.3
Bagi Puskesmas Hessa Air Genting Dan Instansi Terkait Sebagai bahan
masukan untuk meningkatkan kinerja Puskesmas Hessa Air Genting pada
umumnya dan Unit Kesehatan Gigi pada khususnya dalam rangka
peningkatan kesehatan gigi dan mulut anak. I.4.4Bagi Dinas
KesehatanPenelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi
Dinas Kesehatan dalam program peningkatan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat pada umumnya dan kesehatan gigi dan mulut anak-anak pada
khususnya.I.4.5Bagi Peneliti LainnyaSebagai bahan perbandingan dan
masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan pemahaman kesehatan gigi dan mulut dan kebiasaan menggosok
gigi pada anak usia sekolah dasar.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengetahuan Dalam kamus bahasa
indonesia, pengetahuan diartikan segala sesuatu yang diketahui
berkenaan dengan hal. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bermakna dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.Pengetahuan
merupakan dasar terbentuknya suatu prilaku. Seseorang dikatakan
kurang pengetahuan apabila dalam suatu kondisi ia tidak mampu
mengenal, menjelaskan, dan menganalisis suatu keadaan. Notoatmodjo
(2007) menjelaskan bahwa pengetahuan dalam domain kognitif memiliki
enam tingkatan, antara lain :a. Tahu (Know)Tahu merupakan tingkatan
yang paling rendah. Sesorang dapat dikatakan tahu ketika dapat
mengingat suatu materi yang telah dipelajari, termasuk mengingat
kembali sesuatu yang lebih spesifik dari bahan materi yang telah
diterimanya. Contohnya anak dapat menyebutkan manfaat menggosok
gigi.b. Memahami ( Comprehension).Seseorang dikatakan telah
memahami jika ia mampu menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menarik kesimpulan materi tersebut secara
benar. Misalnya anak dapat menjelaskan pentingnya menggosok gigi
setiap hari.c. Aplikasi (Aplication).Aplikasi diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah ia pelajari pada
situasi atau kondisi sebenarnya. Misalnya seorang anak akan
melakukan gosok gigi setiap hari ketika ia telah memahami materi
kesehatan gigi.d. Analisis (Analysis).Seseorang dikatakan mencapai
tigkat analisis ketika ia mampu menjabarkan materi kedalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur yang sama dan
berkaitan satu sama lain. Ia mampu membedakan, memisahkan,
mengelompokan, dan lain sebagainya.e. Sintesis (Synthesis).Sintesis
merupakan kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Seseorang mampu menyusun formulasi-formulasi baru misalnya anak
dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan terhadap suatu teori dan
rumusan yang telah ada.f. Evaluasi (Evaluation).Merupakan kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi.
Misalnya membandingkan antara anak yang rajin menggosok gigi dengan
yang tidak.Bloom (1908 dalam Notoatmodjo 2007) mengemukakan
pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara menanyakan
kepada seseorang agar ia mengungkapkan apa yang diketahui dalam
bentuk bukti atau jawaban lisan maupun tertulis. Bukti atau jawaban
tersebut yang merupakan reaksi dari stimulus yang diberikan baik
dalam bentuk pertanyaan langsung ataupun tertulis. Pengukuran
pengetahuan dapat berupa kuesioner atau wawancara.Dari segi
biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism
(makhluk hidup yang bersangkutan). Dalam kamus bahasa indonesia,
perilaku adalah tanggapan atau reaksi individual terhadap
rangsangan atau lingkungan.Perilaku adalah totalitas penghayatan
dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama antara
berbagai faktor internal maupun eksternal. Menurut Bloom, seperti
dikutip Notoatmodjo (2007), membagi perilaku itu di dalam 3 domain
(ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai
batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk
kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau
meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.Dalam
perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran, hasil, ketiga domain itu diukur dari
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice).
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni :1. Kesadaran (Awareness), dimana
orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).2. Merasa tertarik (Interest) terhadap
stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai
timbul.3. Menimbang-nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik lagi.4. Trial, dimana subjek mulai mencoba untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
stimulus.5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.Namun
demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahapan-tahapan tersebut
diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
melalui proses seperti ini dimana didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan
bersifat lama (Long Lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung
lama. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkat-tingkat tersebut diatas.2.2 Gigi.Gigi merupakan salah satu
organ pengunyah, yang terdiri dari gigi-gigi pada rahang atas dan
rahang bawah, lidah, serta saluran-saluran penghasil air
ludah.2.2.1 Anatomi gigi.Gigi terdiri dari beberapa bagian,
yaitu:1. Email, yaitu lapisan terluar gigi yang meliputi seluruh
corona, dalam bahasa Inggris disebut crown artinya mahkota. Email
merupakan bagian paling keras dari seluruh bagian gigi bahkan lebih
keras dari tulang. Email tersusun atas air 2,3 %, bahan organik 1,7
%, bahan anorganik 96%. 2. Dentin, yaitu bagian yang terletak di
bawah email, merupakan bagian terbesar dari seluruh gigi. Dentin
tersusun atas 13,2 % air, 17 % bahan organik, dan 69 % bahan
anorganik.3. Jaringan pulpa, jaringan benak gigi/sum-sum gigi,
yaitu jaringan lunak yang terdapat di dalam kamar pulpa/ ruang dan
seluruh saluran akar.4. Sementum, yaitu bagian yang meliputi
seluruh lapisan luar gigi, kecuali pada bagian ujung akar gigi
disebut foramen apikalis. Sama seperti email dan dentin, sementum
terdiri atas air 32 %, bahan organik 12 % dan bahan anorganik 56
%.
Gambar 2.2.1 Penampang gigi2.2.2 Fungsi Gigi.Gigi berdasarkan
fungsinya dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:1. Gigi Seri
(Incisivus).Gigi seri ada 4 buah di atas dan 4 buah di bawah,
sehingga keseluruhannya berjumlah 8. Tugas gigi seri adalah
memotong dan menggiling makanan.2. Gigi Taring (Caninus).Gigi
taring ada 4 buah, diatas 2 dan di bawah 2. Gigi ini terletak di
sudut mulut, bentuk mahkota meruncing, berfungsi untuk merobek
makanan.3. Gigi Geraham Kecil (Premolar).Geraham merupakan
pengganti gigi geraham sulung. Letak gigi ini di belakang gigi
taring, berjumlah 8 yang tersusun 4 di atas dan 4 di bawah dengan 2
di kanan dan 2 di kiri. Fungsi gigi ini adalah bersama geraham
besar membantu menghaluskan makanan.4. Gigi Geraham Besar
(Molar).Gigi geraham besar terletak di belakang gigi geraham kecil,
permukaannya tebal dan bertonjol-tonjol. Jumlah gigi ini adalah 12,
yaitu 6 di atas dan 6 di bawah dengan masing-masing 3 buah di kiri
dan kanan. Gigi ini berfungsi untuk menggiling makanan.
Gambar 2.2.2 Jenis-jenis gigi
2.2.3 Pertumbuhan Gigi Pada Anak Usia Sekolah.Pertumbuhan gigi
pada anak usia sekolah ditandai dengan tanggalnya gigi susu dan
mulai tumbuhnya (erupsi) gigi tetap. Usia erupsi gigi tetap
biasanya lebih bervariasi dibandingkan dengan gigi susu. Faktor
seks dan rasial biasanya lebih berpengaruh misalnya pada anak
wanita gigi erupsi lebih awal dibanding anak laki-lak, anak
caucasoid erupsinya lebih lambat dibanding rasial bangsa lain.Pada
usia 6 tahun gigi geraham tetap pertama erupsi, anak memasuki
periode gigi campuran sampai semua gigi susunya tanggal. Gigi seri
rahang bawah dan rahang atas tanggal terlebih dahulu pada usia 6-8
tahun dan digantikan oleh gigi tetapnya. Sedangkan gigi taring
tetap dan gigi premolar akan erupsi pada usia sekitar 9-12 tahun.
Gigi tetap yang erupsi adalah gigi geraham tetap pertama. Erupsi di
bagian belakang dari deretan gigi susu. Gigi tetap geraham pertama,
kedua dan ketiga erupsi tanpa didahului oleh tanggalnya gigi susu
dan tidak akan pernah diganti, diharapkan gigi ini bisa
dipertahankan seumur hidup. Gigi tetap geraham pertama merupakan
gigi yang terbesar dan sangat penting dalam menentukan lengkung
rahang. Gigi tetap berikutnya yang akan erupsi adalah gigi seri
bawah yang akan erupsi lebih ke lingual dari gigi susu yang akan
tanggal. Gigi tetap sama dengan gigi susu, terbentuk semasa di
dalam rahim ibu. Bila gigi susu mengalami kalsifikasi selama di
dalam rahim, kalsifikasi gigi permanen terjadi setelah kelahiran.
Gigi tetap yang mengalami kalsifikasi pertama adalah gigi geraham
pertama. Kalsifikasi akan berlangsung terus sampai usia 8 tahun
(tidak termasuk gigi geraham tetap ketiga.Biasanya, gigi rahang
bawah tumbuh lebih dahulu dari gigi rahang atas. Gigi tetap yang
telah erupsi semua berjumlah 32 buah, terdiri atas 4 incisivus 9
(seri), 2 caninus (taring), 4 premolar, dan 6 molar (geraham) pada
setiap rahang.Tabel 2.2.3 Perkiraan waktu erupsi gigi
tetapGigiWaktu Erupsi
Molar pertamaIncisivus medialIncisivus lateralPremolar
pertamaPremolar keduaCaninusMolar keduaMolar ketiga (geraham
bungsu)6 tahun7 tahun8 tahun9 tahun10 tahun11 tahun12 tahun17-30
tahun
Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia.Tumbuh kembang anak dan
remaja.ed1.Jakarta: Sagung seto;2002
2.2.4Penyakit Gigi Pada Anak Usia Sekolah.Penyakit dapat
didefinisikan sebagai perubahan pada individu-individu yang
menyebabkan parameter kesehatan mereka berada di bawah kisaran
normal. Pandangan subyektif seseorang mengenai penyakit berkaitan
dengan gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
dengan nyaman.Dari prospektif piaget, pemahaman anak mengenai
penyakit dan kesehatan berkaitan erat dengan perkembangan kognitif.
Ketika perkembangan tersebut mencapai tingkat kematangan,
penjelasan mereka tentang penyakit akan berbeda. Sebelum masa
kanak-kanak pertengahan, anak-anak egosentris, mereka cenderung
percaya bahwa penyakit secara ajaib dihasilkan oleh tindakan
manusia seringkali merupakan tindakan mereka sendiri. Ketika
anak-anak mendekati masa remaja, mereka melihat ada berbagai sebab
penyakit, kontak dengan kuman tidak harus menjadi sakit, dan
orang-orang dapat melakukan banyak hal untuk menjaga diri mereka
tetap sehat. Namun Sigelman et al pada tahun (1996) mencoba untuk
mengganti teori tersebut. Para pengembang program ini berkesimpulan
bahwa apa yang kurang dalam diri anak kecil adalah pengetahuan
tentang penyakit tersebut, bukan kemampuan untuk memikirkan.
Kesuksesan program ini berlawanan dengan piaget menunjukkan bahwa
anak kecil dapat menyerap konsep ilmiah yang kompleks apabila
pengajarannya disesuaikan dengan level pemahaman mereka.Gigi
merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain.
Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh
lainnya, sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu
faktor yang dapat merusak gigi adalah makanan dan minuman, yang
mana ada yang menyehatkan gigi dan ada pula yang merusak gigi.
Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak
makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka pada gigi-giginya
akan menumpuk plak yang dapat merusak gigi dan gusinya. Sehingga,
secara umum penyakit yang menyerang gigi anak-anak dimulai dengan
adanya plak gigi. Plak timbul dari sisa makanan yang mengendap pada
lapisan gigi yang kemudian berinteraksi dengan bakteri yang banyak
terdapat dalam mulut, seperti Streptococcus sp. Plak akan
melarutkan lapisan email pada gigi yang lama kelamaan lapisan
tersebut menipis. Terjadinya plak sangat singkat, yaitu hanya 10-15
menit setelah makan.Plak yang menumpuk dapat menyebabkan berbagai
penyakit seperti karies gigi, infeksi dontogen, dan abses
periodontal. Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan
mulut yang paling sering dijumpai di masyarakat. Proses terjadinya
karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa
(gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu
tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH
mulut menjadi kritis (5,5) yang menyebabkan demineralisasi email,
dan akan berlanjut menjadi karies gigi. Pada awalnya, lesi karies
berwarna putih akibat dekalsifikasi, berkembang menjadi lubang
berwarna coklat atau hitam yang mengikis gigi. Maka dari itu, plak
harus dibersihkan secara teratur setiap hari untuk mendapatkan gigi
dan gusi yang sehat. Gigi dan gusi yang bersih dari sisa makanan
akan mengurangi jumlah dan pertumbuhan bakteri dan juga akan
mengurangi pembentukan asam. Tindakan ini merupakan pencegahan dini
agar gigi anak tidak sakit dan dia dapat melakukan aktivitasnya
secara baik. Tingkat pencegahan penumpukan plak dapat dilakukan
dengan menggosok gigi secara teratur.Berikut beberapa masalah gigi
yang biasa muncul pada anak-anak usia sekolah adalah :a. Karies
Gigi (Kavitis). Karies gigi atau yang lebih dikenal dengan gigi
berlubang merupakan salah satu penyakit kronik yang paling sering
mempengaruhi individu. Karies gigi pada anak usia sekolah memiliki
prevalensi yang cukup tinggi dari tahun ke tahun. Karies merupakan
penyakit multifaktorial yang melibatkan kerentanan gigi, mikroflora
kariogenik, dan lingkungan oral yang sesuai. Karies gigi dimulai
dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya
keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh
pembentukan asam microbial dari makanan yang tersisa di gigi dan
menimbulkan destruksi komponen organik yang akhirnya terjadi
kavitasi atau pembentukan lubang gigi (Schuurs, 2009). Karies gigi
merupakan penyakit yang paling banyak diderita anak-anak maupun
orang dewasa. Anak usia 6-14 tahun merupakan kelompok usia kritis
terkena karies gigi karena terjadi transisi dari gig susu ke gigi
permanen. b. Maloklusi.Maloklusi terjadi jika gigi rahang atas dan
rahang bawah tidak dapat berhubungan atau bertemu dengan tepat. Hal
ini menyebabkan proses mengunyah makanan menjadi kurang efektif dan
menimbulkan efek yang kurang menyenangkan. Maloklusi gigi atau
kelainan kontak pada gigi rahang atas dan bawah yang tidak
diperbaiki dengan tetap dan sejak dini akan menyebabkan kelainan
pada fungsi-fungsi lain. Jaringan penunjang gigi seperti gusi pun
dapat rusak. Kondisi lebih berat akibat maloklusi adalah kerusakan
pada sendi temporo mandibula (sendi antara tulang rahang dan tulang
wajah) yang bisa menimbulkan sakit kepala yang terus menerus atau
masalah pencernaan (Potter & Perry, 2009).c. Penyakit
Periodontal.Penyakit periodontal merupakan kondisi peradangan dan
degeneratif yang mengenai gusi dan jaringan penyokong gigi.
Penyakit ini disebabkan oleh respon imun, penyakit lain seperti
diabetes, stress, mengkonsumsi obat (Carstensen, 2008). Masalah
yang sering muncul terkait periodontal adalah gingivitis (inflamasi
ringan pada gusi) dan periodontitis (inflamasi gusi dan kehilangan
jaringan ikat serta tulang yang menyokong struktur gigi) (Potter
& Perry, 2008). Gingivitis diakibatkan oleh peradangan
reversibel yang dimulai pada sebagian anak usia dini yang berkaitan
dengan pembentukan plak gigi. Pembentukan plak gigi menyebabkan
pelepasan eksotoksin destruktif dan enzim. Enzim inilah yang
mengakibatkan gusi menjadi merah, bengkak, nyeri tekan, dan mudah
iritasi (Houwink, et al, 2009).
Gambar 2.2.4 Macam-macam penyakit gigi2.2.5 Penyebab Penyakit
Gigi.Penyebab penyakit gigi antara lain mikroorganisme mulut,
substrat makanan, dan waktu (Suwelo, 2011). Faktor lain adalah
usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan,
lingkungan, kesadaran dan perilaku yang berhubungan dengan gosok
gigi (Suwelo, 2011). 2.2.6 Akibat Penyakit Gigi.Masalah kesehatan
gigi dapat menyebabkan kematian bila infeksinya sudah parah karena
akan mempengaruhi jaringan tubuh lain seperti tenggorokan, jantung
hingga otak (Minata, 2011). Menurut Tampubolon (2007) dampak yang
akan dialami seseorang dengan masalah gigi antara lain keterbatasan
fungsi gigi (sulit mengunyah, makanan tersangkut, bau nafas,
pencernaan terganggu), disabilitas fisik (diet tidak memuaskan,
menghindari makanan tertentu, tidak dapat menggosok gigi dengan
baik), rasa sakit setiap mengunyah (sakit kepala, infeksi, sakit
radang), ketidaknyamanan psikis (merasa rendah diri, sangat
khawatir), dan disabilitas psikis (tidur terganggu, sulit
berkonsentrasi, merasa malu).
2.3 Perawatan Kesehatan Gigi.Kesehatan mulut tidak dapat lepas
dari etiologi dengan plak sebagai factor bersama terjadinya karies.
Penting disadari bahwa plak pada dasarnya dibentuk terus-menerus.
Kebersihan mulut dapat dipelihara dengan menyikat gigi dan
melakukan pembersihan gigi dengan benang pembersih gigi. Menyikat
gigi adalah cara umum yang dianjurkan untuk membersihkan gigi dari
berbagai kotoran yang melekat pada permukaan gigi dan gusi.
Berbagai cara dapat dikombinasikan dan disesuaikan dengan kebiasaan
seseorang dalam menyikat giginya. Jadi, tujuan dari menggosok gigi
adalah untuk memperoleh kesehatan gigi dan mulut serta nafas
menjadi segar.
Gambar 2.3 Perawatan kesehatan gigiPenelitian menunjukkan bahwa
jika semua plak dibersihkan dengan cermat tiap 48 jam, penyakit
gusi pada kebanyakan orang dapat dikendalikan. Tetapi untuk
kerusakan gigi harus lebih sering lagi. Banyak para ahli
berpendapat bahwa menyikat gigi 2 kali sehari sudah cukup yaitu
pagi sesudah makan dan malam sebelum tidur. Menggosok gigi setelah
makan bertujuan mengangkat sisa-sisa makanan yang menempel di
permukaan ataupun di sela-sela gigi dan gusi.Sedangkan menggosok
gigi sebelum tidur berguna untuk menahan perkembangbiakan bakteri
dalam mulut karena dalam keadaan tidur tidak diproduksi ludah yang
berfungsi membersihkan gigi dan mulut secara alami.a. Makanan Yang
Menyebabkan Kerusakan Pada Gigi.Dalam hal makanan, anak usia
sekolah sering konsumsi makanan manis seperti cokelat, permen, kue
dan lain sebagainya. Makanan manis mengandung larutan gula yang
memiliki konsentrasi tinggi. Larutan tersebut dapat menembus plak
gigi dan dimetabolisasi untuk menghasilkan asam sebelum
dinetralisasi oleh saliva. Konsumsi makanan tersebut apabila tidak
dikontrol dengan perawatan gigi yang benar akan berisiko terkena
karies gigi. Oleh karena itu, pada anak usia sekolah dianjurkan
diet rendah gula dan tinggi nutrisi serta memperhatikan perawatan
gigi lainnya ( Potter & Perry 2005). Penelitian yang dilakukan
oleh Stephen dalam Schuurs 2011, menyatakan bahwa terdapat hubungan
positif antara kenaikan karies gigi dengan frekuensi kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa. Sukrosa yang berlebih
dapat mengakibatkan pH dari plak gigi akan turun dari 6,5 menjadi
5,0. Penurunan pH tersebut menyebabkan demineralisasi dari lapisan
email gigi. Oleh karena itu seorang yang sering mengkonsumsi
makanan mengandung sukrosa, semakin lama keadaan pH asam bertahan
dalam rongga mulut. Sumber makanan yang baik dikonsumsi untuk
penguat gigi yakni makanan yang mengandung tinggi kalsium. Menurut
Gupte (2009) mengkonsumsi kalsium, fosfor, vitamin C dan vitamin D
dapat menguatkan gigi. Vitamin C dan D baik utuk pembentukan gigi,
kalsium dan vitamin D adalah fondasi penting untuk membuat tulang
dan gigi yang kuat. Kalsium mendukung struktur tulang dan gigi,
sedangkan vitamin D meningkatkan penyerapan kalsium dan pertumbuhan
tulang. Seperti susu, keju, yoghurt, telur, sayur mayor dan
buah-buahan, dan lain sebagainya Gupte (2011).Penggunaan fluoride
dibutuhkan oleh gigi untuk menjaga gigi dari kerusakan, namun
kadarnya harus diperhatikan (Anderson). Fluoride dapat menurunkan
produksi asam dan meningkatkan pembentukan mineral pada dasar
enamel (Schuurs, 2007). Pasta gigi yang sekarang beredar mengandung
0,15 % fluoride yang sebelumnya mengandung 0,10 % (Houwink, 2007).
Fluoride dapat ditemukan dalam berbagai bentuk. Pada Negara maju
seperti Belanda dan Amerika, sebagian besar jumlah fluoride berasal
dari air minum dengan konsentrasi 1 ppm (Anderson, 1989). Di
Indonesia beredar fluoride dalam bentuk pasta gigi yang kadar
fluoridenya sudah diatur. Berdasarkan standar SNI 16-4767-1998,
pasta gigi anak mengandung kadar flour 500-1000 ppm. Penggunaan
fluoride yang berlebihan dapat mengakibatkan perubahan warna pada
enamel gigi (Potter & Perry, 2005) dental flossing cukup
dilakukan satu kali dalam sehari.b. Cara Menggosok Gigi.Untuk itu
usahakan gigi betul-betul dalam kondisi bersih sebelum tidur. Agar
menyikat gigi dapat optimal perlu diperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut: I. Teknik penyikatan gigi yang dipakai sedapat
mungkin membersihkan semua permukaan gigi dan gusi serta dapat
menjangkau daerah saku gusi (antara gigi dan gusi) serta daerah
interdental (daerah diantara 2 gigi).II. Pergerakan sikat gigi
tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan gusi dan abrasi gusi
(Ausnya gigi).III. Teknik penyikatan harus sederhana, tepat,
efisien dalam waktu serta efektif. Menyikat gigi dengan arah yang
tidak benar dengan tekanan yang terlalu keras dapat menyebabkan
ausnya gigi serta turunnya gusi (resesi gusi).Penerapan cara
menggosok gigi yang benar sama pentingnya dengan memeriksakan diri
ke dokter gigi secara teratur. Cara menggosok gigi yang benar
adalah :1. Menggosok gigi rahang bawah.Tangkai sikat gigi
diletakkan sejajar dengan dataran pengunyah. Perhatikan ujung-
ujungnya bulu sikat terletak pada perbatasan gigi dengan gusi.
Posisi sikat gigi kurang lebih 45 derajat di daerah perbatasan
antara gigi dan gusi sehingga gusi tidak terluka.
Gambar a.cara menggosok gigi2. Menggosok permukaan gusi yang
menghadap ke pipi/bibir. Sikat gigi digerakkan dengan gerakan maju
mundurnya yang pendek, yang berarti sikat gigi digerak-gerakkan di
tempat. Gosoklah terlebih dahulu gigi yang terletak di belakang.
Sesudah itu, barulah sikat gigi dipindahkan ke tempat berikutnya.
Cara menggosok gigi depan adalah dengan memperhatikan letak sikat
gigi dan gosoklah gigi dengan arah bawah ke atas.
Gambar b.cara meggosok gigi
3. Menggosok permukaan gigi yang menghadap ke lidah.Pegang sikat
gigi dengan posisi horisontal dan gerakkan ke depan dan ke belakang
secara bergantian.Gamabar c.cara menggosok gigi
4. Menggosok dataran pengunyah dari gigi-gigi rahang atas maupun
bawah digosok dengan maju mundur dari kanan ke kiri.
Gambar d. Tata cara menggosok gigiSumber: Wiltshire Primary Care
Trust Dental Service. Suggested tooth brushing method. Dikutip dari
http://www.wiltshirepct.nhs.uk/DentalService/images/carers9.jpgDalam
memilih sikat gigi hal utama yang harus diperhatikan adalah bulu
sikat. Bulu sikat yang baik adalah tidak keras dan tidak terlalu
lunak, ujung bulu sikat membulat atau tumpul. Bulu sikat yang
terlalu keras akan melukai gusi dan mengikis (abrasi) lapisan gigi.
Bila bulu sikat terlalu lunak efektivitas pembersihan kurang baik.
Ujung bulu sikat gigi bermacam-macam, berbentuk bulat, runcing dan
datar. Ujung bulu sikat yang baik adalah membulat karena dapat
mengurangi iritasi terhadap lapisan gigi dan jaringan gusi.
Pemakaian sikat gigi juga harus diperhatikan. Sikat gigi paling
lama dipakai hanya selama dua bulan, karena pada saat tersebut
banyak ujung bulu sikat sudah bercabang dan menjadi tajam, bila
terus dipergunakan, gigi akan seperti digosok dengan sabut kasar,
dapat melukai lapisan enamel.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perawatan Gigi.Perawatan gigi pada anak dipengaruhi oleh factor
internal maupun eksternal. Faktor-faktor yang berasal dari internal
anak seperti usia, pengalaman individu, dan motivasi anak
(Cahdwick, 2003). Faktor-faktor yang berasal dari eksternal antara
lain orang tua, tigkat pendidikan, fasilitas, penghasilan, dan
social budaya (Notoadmodjo, 2010).A. Faktor Internal.Merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi dari dalam diri seseorang, seperti
usia, pengalaman, dan motivasi anak. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:1. Usia.Usia merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perawatan gigi pada anak.. Siagan dalam Rasyidah
(2002) mengemukakan bahwa usia erat hubungannya dengan tingkat
kedewasaan tekhnik maupun psikologis. Semakin bertambah usia
seseorang maka berbanding lurus dengan pengetahuan yang dimiliki.
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa prevalensi karies
gigi meningkat sesuai bertambahnya usia. Pada usia 6 tahun
prevalensi karies gigi sebesar 20 %, kemudian mengalami peningkatan
pada usia 14 tahun mencapai 97 % (Cahyadi,1997).2. Jenis
Kelamin.Jenis kelamin memiliki faktor yang mempengaruhi terhadap
kejadian kerusakan gigi. Penelitian yang dilakukan Finn (1952)
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada anak
laki-laki dan perempuan dengan prevalensi karies gigi. Anak
perempuan memiliki prevalensi lebih tinggi dibandingkan dengan anak
laki-laki. Hal ini disebabkan pertumbuhan gigi pada anak perempuan
lebih awal dari pada anak laki-laki sehingga masa terpajan dalam
mulut lebih lama (Cahyadi, 1997).3. Pengalaman.Pengalaman dapat
diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang
dialami menjadikan seseorang dapat mengambil pelajaran dari
kejadian-kejadian yang telah lalu sehingga mengantisipasi hal
negative terulang kembali dikemudian hari. Anak usia sekolah tidak
akan mengkonsumsi permen tanpa menggosok gigi setelahnya apabila ia
belum memiliki atau melihat pengalaman orang lain. Ia akan
mengantisipasi hal yang dapat terjadi apabila kegiatan tersebut
dilakukan (Notoatmodjo, 2010).4. Motivasi.Anak usia sekolah
memiliki tanggungjawab melakukan sesuatu, namun anak sekolah
memiliki motivasi rendah dalam memperhatikan penampilan dan bau
mulut sampai mereka usia remaja (Chadwick & Hosey, 2003);
Hockenberry & Wilson, 2007; Mc Donald, 1994).
B. Faktor eksternal. Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
dari luar diri seseorang. Faktor yang berasal dari lingkungan
sekitar, seperti orang tua, tingkat pendidikan, fasilitas
kesehatan, penghasilan dan social budaya (Notoatmodjo, 2010). Hal
ini dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Peran Orang Tua.Orang tua
merupakan factor penting pada perawatan kesehatan gigi anak. Orang
tua menjadi contoh dalam melakukan promosi kesehatan gigi (Potter
& Perry, 2005; Mc Donald, 1994). Keberhasilan perawatan gigi
pada anak dipengaruhi peran orang tua dalam melakukan perawatan
gigi. Orang tua yang menjadi teladan lebih efisien dibandingkan
anak yang menggosok gigi tanpa contoh yang baik dari orang tua
(Potter & Perry, 2005; Mc Donald, 1994). Beberapa hal yang
dapat dilakukan orang tua dalam perawatan gigi antara lain membantu
anak dalam menggosok gigi terutama pada anak yang berusia dibawah
10 tahun, karena anak belum memiliki kemampuan motorik yang baik
untuk menggosok gigi terutama pada gigi bagian belakang
(Hockenberry & Wilson, 2007). Mendampingi anak atau sama-sama
menggosok gigi dengan anak. Memeriksakan gigi anak secara rutin ke
dokter gigi. Serta mengenalkan perawatan gigi pada anak sejak dini.
2. Tingkat pengetahuan.Pengetahuan merupakan dasar terbentuknya
suatu perilaku. Seseorang dikatakan kurang pengetahuan apabila
dalam suatu kondisi ia tidak mampu mengenal, menjelaskan, dan
menganalisis suatu keadaan (Notoatmojo, 2010). Ketika seseorang
berada pada tingkatan pengetahuan yang lebih tinggi, maka perhatian
akan kesehatan gigi akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya,
ketika anak memiliki pengetahuan yang kurang, maka perhatian pada
perawatan giginya juga rendah.3. Fasilitas.Fasilitas sebagai sebuah
sarana informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang
(Notoatmojo, 2010). Misalnya anak yang memiliki komputer dengan
akses internet yang memadai akan memiliki pengetahuan tinggi
tentang perawatan gigi jika dibandingkan dengan anak yang
dirumahnya memiliki televisi saja. Ia akan lebih update terhadap
informasi-informasi yang tidak tergantng pada siaran televisi.4.
Penghasilan.Penghasilan memang tidak memiliki pengaruh langsung
terhadap pengetahuan, namun penghasilan ini erat hubungannya dengan
ketersediaan fasilitas (Notoatmodjo, 2010). Orang tua yang
berpenghasilan tinggi akan menyediakan fasilitas kesehatan yang
lebih lengkap dibandingkan orang tua yang memiliki penghasilan
rendah. Misalnya anak yang orang tuanya berpenghasilan tinggi akan
dibawa ke dokter gigi pribadi untuk merawat kesehatan giginya.
Sebaliknya pada anak yang penghasilan orang tuanya rendah, tentunya
akan melakukan perawatan sederhana yang dapat meminimalisasi
pengeluaran.5. Sosial Budaya.Kebudayaan setempat dan kebiasaan
dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap
seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2010). Apabila dalam
keluarga yang jarang melakukan kebiasaan gosok gigi sebelum tidur,
maka itu dapat berdampak pada kebiasaan dan perilaku anak yang
mengikuti orang tuanya.
BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1Jenis Penelitian.Penelitian ini
dilakukan dengan memakai metode deskriptif kuantitatif yaitu suatu
penelitian yang melakukan eksplorasi untuk mendapatkan informasi
sebanyak-banyaknya tentang gambaran pengetahuan dan sikap siswa SDN
015920 kelas III, IV, dan V tentang perawatan gigi dan mulut Desa
Air Genting Di Wilayah Kerja Puskesmas Hessa Air Genting Kabupaten
Asahan Tahun 2013 .3.2Lokasi dan Waktu Penelitian.3.2.1Lokasi
Penelitian.Penelitian ini dilaksanakan di SDN 015920 Desa Air
Genting yang merupakan salah satu dari wilayah kerja Puskesmas
Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan Provinsi
Sumatera Utara.3.2.2Waktu Penelitian.Penelitian akan dilaksanakan
mulai tanggal 06 Mei s/d 29 juni 2013. 3.3Sasaran
Penelitian.Sasaran penelitian adalah siswa-siswi SDN 015920 Desa
Air Genting yang merupakan salah satu dari wilayah kerja Puskesmas
Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan Provinsi
Sumatera Utara.3.4Populasi dan Sampel. 3.4.1Populasi.Populasi
adalah sekumpulan data yang mempunyai karakteristik yang sama dan
menjadi objek inferensi (wikipedia, 2013). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh anak-anak SDN 015920 Desa Air Genting
yang merupakan salah satu dari wilayah kerja Puskesmas Hessa Air
Genting kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera
Utara.3.4.2Sampel.Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
2003). Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi
kelas III, IV dan V dengan alasan bahwa siswa-siswi kelas III, IV
dan V sudah bisa membaca, menulis dan memahami materi yang
diberikan.Jumlah sampel ditentukan berdasarkan jumlah populasi yang
di formulasikan dengan rumus sebagai berikut :
Ket : n = Jumlah sampelN = Jumlah Populasid = Presisi yang
ditetapkan (10%)NoKelasJumlah Siswa
1III45
2IV54
3V43
Jumlah142
Maka jumlah populasi yang ditetapkan oleh peneliti berjumlah 142
siswaBerdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel secara
keseluruhan adalah:
Jadi jumlah sampel yang ditetapkan oleh peneliti sebanyak 59
siswa.
PERAWATAN GIGIKARAKTERISTIK3.5 Kerangka Konsep.
PENGETAHUAN
SIKAP
TINDAKAN
Gambar 3.1 Kerangka Konsep3.6 Definisi Operasional.
Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variable
yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variable
tersebut yang dapat diamati, terdiri dari :1. Umur.Umur adalah usia
yang terhitung mulai saat di lahirkan sampai pengambilan data
dilakukan. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur dibagi
dalam dua kelompok 7 sampai 9 tahun dan 10 sampai 12 tahun.2. Jenis
Kelamin. Jenis Kelamin merupakan identitas biologis responden yang
dapat digunakan untuk membedakan responden laki-laki dan
perempuan.3. Pengetahuan. Pengetahuan diartikan segala sesuatu yang
diketahui berkenaan dengan hal. Penelitian ini akan menganalisis
seberapa besar pengetahuan siswa-siswi tentang perawatan kesehatan
gigi dan mulut. Dibagi dalam dua kelompok yaitu berpengetahuan baik
dan berpengetahuan kurang baik4. Sikap .Sikap merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan
motif tertentu.dibagi dalam dua kelompok yaitu, baik dan kurang
baik.
3.7 Pengumpulan Data.
a. Data Primer.Data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari responden melalui hasil kuisioner dengan menggunakan daftar
pertanyaan kesehatan yang berkaitan dengan masalah penelitian.b.
Data Sekunder.Data sekunder adalah data yang diperoleh dari orang
lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri
(Eko Budiarto, 2001:5). Data sekunder penelitian ini diperoleh dari
Puskesmas Hessa Air Genting (gambaran umum Puskesmas dan Program
Puskesmas) dan data pendukuung lainnya dari Kantor Kepala Desa Air
Genting berupa data geografi dan data demografi.
3.8 Instrumen Penelitian.
Instrument penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner adalah alat pengumpul data atau suatu masalah
yang pada umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (Soekidjo
Notoatmojo, 2002). Kuesioner yang digunakan sebanyak 10 pertanyaan
untuk menilai pengetahuan dan sikap terhadap perawatan kesehatan
gigi dan mulut dimana kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan
untuk menilai pengetahuan,dan 5 pertanyaan untuk menilai sikap.
3.9 Pengolahan dan Analisa Data.
Data yang terkumpul selanjutnya akan diolah secara manual. Hasil
olahan dan analisa data ditampilkan dalam bentuk tabulasi, dengan
cara memasukkan jumlah responden ke dalam tabel sesuai dengan hal
yang akan diukur dalam bentuk angka dan presentasi dari jumlah
populasi, yaitu :1. Umur .Dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu,
umur 7-9 tahun dan 10-12 tahun. Data diambil dari biodata diri
koresponden dalam pengisian kuisioner.2. Jenis
Kelamin.Dikelompokkan dalam dua kelompok , yaitu laki-laki dan
perempuan. Data diambil dari biodata diri koresponden dalam
pengisian kuisioner.3. Pengetahuan.Terbagi dalam tiga kelompok
yaitu berpengetahuan baik, sedang dan kurang, dimana data yang
diambil berdasarkan banyaknya jawaban yang benar dalam penjawaban
kuisioner yang digunakan peneliti dalam pengukuran tingkat
pengetahuan dalam hal perawatan kesehatan gigi dan mulut. Adapun
pertanyaan yang digunakan dalam kuisioner yaitu pertanyaan nomor
1,2,3,4,dan 5. 4. Sikap.Koresponden dikelompokkan dalam tiga
kelompok, yaitu mempunyai sikap yang baik, sedang dan kurang.
Pertanyaan yang digunakan oleh peneliti untuk mengelompokkan
koresponden kedalam kelompok tersebut yaitu pertanyaan nomor 6, 7,
8, 9, dan 10 dari kuisioner. Teknik pengukuran data yang digunakan
dalam penelitian ini berdasarkantingkatan skala pengukuran menurut
Hadi Pratomo dan Sudarti (1986).1. Skor >75% jawaban benar dari
total nilai kuesioner maka tingkatpengetahuan tergolong Baik.2.Skor
40-75% jawaban benar dari total nilai kuesioner maka
tingkatpengetahuan tergolong Sedang.3.Skor 92002). Penyuluhan
kesehatan gigi pada anak. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera
Utara.Tampubolon NS. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal
terhadap kualitas hidup. Majalah kedokteran gigi universitas
airlangga, edisi khusus temu ilmiah nasional IV, ISSN 0852-9027,
agustus 2006 (artikel)Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: Hipocrates,
1992www.duniapsikologi.com/sifat-pengertian-definisi-faktor-yang-mempengaruhi/.
diakses pada tanggal 16 april 2013
KKS PUBLIC HEALTH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG1