Top Banner
BAHAN PELATIHAN NASIONAL OTOMOTIF KENDARAAN RINGAN ENGINE DIAGNOSIS KERUSAKAN SISTEM PENDINGIN OTO.KR02.012.01 MODUL 1 DARI 1 BUKU INFORMASI
31

20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Jan 22, 2018

Download

Documents

Eko Supriyadi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

BAHAN PELATIHAN NASIONAL OTOMOTIF

KENDARAAN RINGAN

ENGINEDIAGNOSIS KERUSAKANSISTEM PENDINGINOTO.KR02.012.01

MODUL 1 DARI 1

BUKUINFORMASI

Page 2: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Daftar Isi Halaman

Bagian - 1 2

Pendahuluan 2

Definisi Pelatih, Peserta Pelatihan dan Pelatihan 2

Disain Modul 2

Isi Modul 3

Pelaksanaan Modul 3

Definisi istilah-istilah yang digunakan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

4

Hasil Pelatihan 5

Pengenalan 5

Prasyarat 5

Pengakuan Kompetensi Tertentu (RCC) 5

Keselamatan Kerja 6

Bagian - 2 7

Prosedur Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin 7

• Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin 7

• Diagnosis KerjaThermostat 8

• Tes Kebocoran Kepala Perapat 9

• Tes Diagnosa Sensor Temperatur 13

• Sender dan Sensor Temperatur Bertipe Resistansi Variabel 17

• Diagnosa Kipas Pendingin 21

• Diagnosa Kopling Fluida Termatik 23

• Diagnosa Kipas Pendingin Listrik Thermatik 25

SKKNI OTO.KR02.012.01

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

2/30

Page 3: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Bagian - 1

Pendahuluan .

Modul ini terdiri dari tiga buku petunjuk yaitu Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian. Ketiga buku tersebut saling berhubungan dan menjadi referensi Modul Pelatihan. Berikut ini adalah Buku Informasi.

Modul Pelatihan ini menggunakan Pelatihan Berbasis Kompetensi sebagai pendekatan untuk mendapatkan keterampilan yang sesuai di tempat kerja.

Pelatihan Berbasis Kompetensi memfokuskan pada keterampilan seseorang yang harus dimilki di tempat kerja. Fokusnya adalah pada pencapaian keterampilan dan bukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengikuti pelatihan.

Modul Pelatihan ini disusun berdasarkan pada SKKNI. SKKNI adalah pernyataan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diakui secara nasional yang diperlukan untuk penanganan perbaikan dibidang otomotif.

Modul Pelatihan ini digunakan sebagai Kriteria Penilaian terhadap SKKNI OTO.KR02.012.01

Definisi Pelatih, Peserta Pelatihan dan Pelatihan .

Pada modul Pelatihan ini, seseorang yang menyampaikan materi pelatihan lebih dikenal sebagai Pelatih. Di sekolah-sekolah, institusi-institusi dan pusat-pusat pelatihan, orang tersebut lebih dikenal dengan sebutan guru, instruktur, pembimbing atau sebutan lainnya.

Berkaitan dengan keterangan di atas, seseorang yang berusaha mencapai kemampuan disebut sebagai Peserta Pelatihan. Pada sekolah-sekolah, institusi-institusi dan pusat-pusat pelatihan, orang tersebut lebih dikenal dengan sebutan siswa, murid, pelajar, peserta, atau sebutan lainnya.

Pelatihan adalah proses pengajaran yang berlangsung di sekolah, institusi ataupun Balai Latihan Kerja.

Disain Modul .

Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/mandiri :

• Pelatihan Klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang pelatih.

• Pelatihan Individual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur/sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih.

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

3/30

Page 4: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

.

Isi Modul.

Buku Informasi

Buku Informasi ini adalah sumber untuk pelatih dan peserta pelatihan yang berisi :• informasi yang dibutuhkan oleh peserta pelatihan sebelum melaksanakan praktek

kerja.

Buku Kerja

Buku Kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual/mandiri.

Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:• kegiatan-kegiatan akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan

memahami informasi• kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan

peserta pelatihan.• kegiatan penilaian untuk menilai pengetahuan peserta pelatihan• kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam

melaksanakan praktek kerja.

Buku Penilaian

Buku Penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :• kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan

keterampilan• metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta

pelatihan• sumber-sumber yang dapat digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai

keterampilan• semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja• petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek• catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

Pelaksanaan modul

Pada Pelatihan Klasikal, pelatih akan :• menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai

sumber pelatihan• menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan• menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan

pelatihan• memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan

menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja• menggunakan Buku Penilaian untuk menilai jawaban/tanggapan dan hasil-hasil

peserta pelatihan pada Buku Kerja.

Pada Pelatihan Individual/mandiri, peserta pelatihan akan :

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

4/30

Page 5: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

• menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan• menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja• memberikan jawaban pada Buku Kerja • mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja• memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh Pelatih.

Definisi Istilah-istilah yang digunakan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

PrasyaratKompetensi yang dibutuhkan sebelum memulai suatu kompetensi tertentu.

Elemen-elemen KompetensiTugas-tugas yang harus dilakukan untuk mencapai suatu keterampilan.

Kriteria Unjuk KerjaKegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk menunjukkan keterampilan pada setiap elemen.

Rentang Variabel Ruang lingkup materi dan persyaratan yang memenuhi kriteria unjuk kerja yang ditetapkan.

Petunjuk PenilaianMerupakan petunjuk bagaimana peserta pelatihan dinilai berdasarkan kriteria unjuk kerja.

KonteksMerupakan penjelasan tentang dari mana, bagaimana dan metode penilaian apa yang seharusnya digunakan.

Aspek-aspek yang diperlukanMenentukan kegiatan inti yang harus dinilai.

Persyaratan Level Literasi dan Numerasi

Persyaratan Modul Literasi Level 1 dan Numerasi Level 1Level Literasi

1 Kemampuan untuk membaca, memahami dan menghasilkan teks dasar.

2 Kemampuan untuk memahami hubungan yang kompleks pada teks dan memahami informasi lisan dan tulisan yang diberikan.

3 Kemampuan untuk menulis, menganalisa kritik dan mengevaluasi teks.

Level Numerasi1 Kemampuan untuk menggunakan simbul-simbul dasar, diagram, istilah

secara matematik dan dapat memahami konteks serta dapat mengkomunikasikan secara matematik.

2 Kemampuan untuk menguji, memahami dan menggunakan konsep

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

5/30

Page 6: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

matematik yang kompleks pada batasan konteks.

3 Kemampuan untuk menganalisa kritik, mengevaluasi dan menggunakan simbol-simbol matematik, diagram, chart dan teori-teori yang kompleks.

Hasil Pelatihan .

Setelah menyelesaikan Hasil Pelatihan ini anda akan dapat melakukan secara mandiri Menyebut dan melaksanakan langkah-langkah pencegahan demi keamanan yang harus diikuti dalam mendiagnosa sistem pendingin untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang bisa menyebabkan luka atau kerusakan pada komponen kendaraan.

• Menjelaskan prosedur tes yang memadai dalam mendiagnosa kerusakan pada sistem pendingin sesuai spesifikasi pabrik pembuatnya.

• Melaksanakan tes pada sistem pendingin sesuai dengan anjuran pabrik.• Mengevaluasi tes untuk mendiagnosa kerusakan sistem pendingin.

Pengenalan Topik

Lingkup yang tercakup dalam modul ini termasuk prosedur-prosedur penting dalam mendiagnosa, melaporkan dan mengevaluasi komponen-komponen sistem pendingin kendaraan ringan. Prosedur yang tepat dalam mendiagnosa, membuat laporan dan mengevaluasi komponen merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui keadaan sistem secara akurat untuk kemudian menentukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Seorang teknisi harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai prosedur diagnosa yang tepat dalam sistem pendingin agar dapat segera mengisolir komponen yang rusak. Dengan demikian kemungkinan terjadinya kerusakan keseluruhan sistem dapat diperkecil. Selain itu diperlukan kemampuan untuk menyususn laporan dan mengevaluasi hasil diagnosa supaya dapat menentukan prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan untuk memperbaiki sistem secara keseluruhan.

Melalui modul ini anda akan dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam mendiagnosa komponen-komponen sistem pendingin, juga teknik-teknik yang efektif untuk melaporkan dan mengevaluasi hasil-hasil diagnosa untuk menentukan prosedur-prosedur perbaikan yang harus dilakukan.

Prasyarat

Sebelum memulai modul ini, anda harus dapat melengkapi modul berikut ini:

OTO.KR01.016.01 - Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan KerjaOTO.KR02.002..01 - Cara Kerja Engine 2 dan 4 LangkahOTO.KR01.017.01 - Penggunaan dan Pemeliharaan Peralatan dan Perlengkapan

Tempat Kerja

Pengakuan Kompetensi Tertentu (RCC)

Jika seorang peserta menyatakan dia mampu/cakap dalam menyelesaikan tugas-tugas yang ditentukan pada hasil pelatihan, dia harus dapat membuktikan kemampuannya kepada pelatih.

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

6/30

Page 7: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Keselamatan Kerja

Umum

Baca dan patuhi peraturan keamanan dan kesehatan yang diberikan sebelum anda melaksanakan modul ini. Ringkasan materi modul :

• Pencegah Karat Sistem Pendingin• Bahan-bahan Pembersih Sistem Pendingin• Bahan-bahan Pembersih Komponen Sistem Pendingin

Pribadi

Ikuti langkah-langkah pencegahan demi keamanan seperti tertera dalam peraturan.Ringkasan peraturan :

• Kesehatan dan Keselamatan Kerja Industri Otomotif• Pencegahan terjadinya Kecelakaan• Penggunaan dan Perawatan Perkakas Tangan

• Langkah keamanan penanganan cairan pendingin yang panas• Kehati-hatian dalam area berbahaya• Langkah keamanan penanganan bahan aditif cairan pendingin• Langkah keamanan penanganan kipas termal

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

7/30

Page 8: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Bagian – 2

Prosedur Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin

Prosedur tes diagnosa kebocoran kepala perapat (head gasket) secara visual adalah sebagai berikut :

1. Lakukan tes tekanan pada sistem pendingin terhadap adanya kebocoran eksternal dan perbaiki.

2. Buka tutup radioator, berhati-hatilah jika cairan pendingin dalam keadaan panas, dan tambahkan cairan pendingin hingga memenuhi leher lubang.

3. Jalankan mesin hingga themostat membuka (suhu kerja) atau hingga pipa atas radiator menjadi hangat.

4. Jalankan mesin pada 1500 sampai 2000 RPM dan periksa cairan pendingin apakah terjadi gelembung-gelembung yang keluar dari leher pengisian radiator.

Catatan :Jangan jalankan mesin dalam jangka waktu lama dengan tutup tekanan radiator dalam keadaan terbuka, mesin bisa mengalami panas berlebihan dan mendesak keluar cairan pendingin yang panas dari leher radiator.

5. Setelah tes selesai, tambahkan cairan pendingin seperlunya dan pasang kembali tutup radiator.

Gambar 1. Pemeriksaan visual dalam diagnosa kebocoran kepala perapat

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

8/30

Page 9: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Diagnosa Kerja Thermostat

Diagnosa terhadap kerja thermostat bisa dilaksanakan dengan memeriksa pengaturan temperatur pada saat kendaraan dijalankan di jalanan. Dalam keadaan normal, yaitu sistem pendingin bekerja secara baik, penunjuk temperatur (temperature gauge) akan bergerak sedikit jika temperatur operasi telah tercapai. Saat terjadi perubahan suhu pada kendaraan dari dingin menuju temperatur kerja maka penunjuk temperatur harus bergerak meningkat dengan teratur sampai thermostat membuka sehingga mulai terjadi pengaturan temperatur. Jika terjadi sedikit penurunan pada penunjuk maka ini menunjukkan titik buka thermostat yang disebabkan oleh cairan pendingin radiator yang bersuhu lebih rendah yang memasuki blok mesin. Pada kondisi mesin dijalankan dengan stabil baik pada kecepatan rendah ataupun tinggi tanpa beban, penunjuk temperatur harus relatif tetap tidak bergerak.

Catatan:Kadang-kadang kipas pendinginan yang terkontrol secara thermostatik bisa menimbulkan peningkatan suhu mesin oleh karena itu atur pembacaan penunjuk temperatur sebelum menyalakan untuk mendinginkan suhu mesin kembali pada temperatur kerjanya. Dalam keadaan dengan beban mesin yang tinggi atau kondisi suhu yang tinggi temperatur mesin dapat sedikit meningkat di atas temperatur kerja sehingga meningkatkan pembacaan penunjuk temperatur.

Pemanasan yang Lamban (thermostat tetap sedikit terbuka)

Jika mesin dijalankan dalam kondisi standar tetapi penunjuk temperatur tidak menunjukkan temperatur kerja yang normal setelah jangka waktu yang memadai, mungkin thermostat tetap sedikit membuka. Akibat dari keadaan ini maka cairan pendingin blok mesin memanas karena sirkulasinya melalui sistem saat masih dingin. Dalam keadaan demikian maka kemungkinan kerusakan yang terjadi adalah waktu pemanasan yang lamban karena thermostat tetap membuka untuk mengatur aliran cairan pendingin saat mesin mencapai temperatur kerjanya. Maka jika terjadi pergerakan penunjuk temperatur yang perlahan menuju temperatur kerja (pemanasan yang lamban) tetapi bekerja normal mengatur temperatur mesin yang dijalankan secara normal, bisa ditetapkan adanya thermostat yang tersangkut menjadi tetap sedikit terbuka.

Pengaturan Temperatur yang Buruk (thermostat tetap membuka)

Thermostat yang tersangkut pada posisi setengah terbuka atau terbuka penuh akan mengakibatkan waktu pemanasan mesin yang lama. Akan tetapi kegagalan kontrol pengaturan temperatur akan menimbulkan dua macam ketidakberesan yang ditunjukkan oleh kerja penunjuk temperatur.Kurang baiknya kontrol aliran cairan pendingin yang disebabkan oleh thermostat yang tetap membuka akan menimbulkan problem pendinginan berlebihan dari aliran udara yang melalui radiator saat kendaraan dijalankan tanpa beban pada kecepatan medium sampai tinggi. Hal ini mengakibatkan penurunan mendadak pergerakan penunjuk temperatur dari posisi pembacaaan normal ke dingin. Saat kendaraan dikurangi kecepatannya atau berhenti, temperatur mesin dan pembacaan penunjuk temperatur meningkat di atas posisi operasi normal sebagai akibat dari kurangnya aliran udara melalui radiator dan tingginya aliran cairan pendingin melalui blok mesin yang mengakibatkan berkurangnya perpindahan panas. Jika mesin bekerja keras akan terjadi hal yang sama. Jadi jika terjadi gerakan penunjuk temperatur yang lambat sedangkan kendaraan bekerja pada kecepatan rendah atau medium tetapi meningkat

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

9/30

Page 10: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

pada nilai yang tinggi pada keadaan diam maka bisa ditentukan adanya kerusakan thermostat yang tersangkut menjadi tetap terbuka.

Mesin yang Panas (thermostat sedikit menutup)

Thermostat yang tetap berada pada posisi sedikit menutup juga akan menimbulkan pemanasan mesin yang lambat. Tetapi kegagalan thermostat untuk lebih membuka dan mengontrol temperatur mesin dengan cara sirkulasi cairan pendingin akan mengakibatkan posisi penunjuk temperatur yang tinggi atau di atas normal. Sirkulasi cairan pendingin yang buruk akan mengakibatkan turunnya perpindahan panas dari blok mesin ke radiator sehingga terjadi temperatur operasi yang tinggi. Selain itu terjadinya panas berlebihan juga dapat timbul karena membiarkan mesin bekerja dengan kendaraan tetap diam dalam waktu yang lama, mesin diberi beban yang tinggi atau mendaki jalan yang curam sedangkan kecepatan dan aliran udara yang melalui radiator adalah rendah. Maka jika terjadi gerakan penunjuk temperatur yang perlahan tetapi terdapat keadaan kerja yang tinggi atau panas berlebihan pada kecepatan rendah, diam atau beban tinggi dapat ditentukan bahwa thermostat tersangkut menjadi tetap sedikit menutup.

Tes Kebocoran Kepala Perapat

Untuk mendiagnosa terhadap adanya kebocoran kepala perapat silinder pada sistem pendingin terdapat empat macam metode yang biasa digunakan. Cara pertama adalah dengan pemeriksaaan visual sederhana apakah ada gelembung pada cairan pendingin di dalam radiator. Melalui tes ini, walaupun bukan merupakan diagnosa yang akurat, bisa dilihat jika terjadi tekanan pada sistem yang kemungkinan terjadi dari gas pembakaran yang memasuki cairan pendingin. Tes ini harus dilaksanakan sebagai pemeriksaan primer yang diikuti dengan tes diagnosa yang lebih akurat.

Tes ke dua menggunakan alat khusus untuk mencium bau gas cairan pendingin pada radiator terhadap adanya gas-gas pembakaran (CO2 atau HC) yang menunjukkan adanya kerusakan kepala perapat. Tes ini sangat mudah untuk dilaksanakan dan bisa mendiagnosa adanya kebocoran kepala perapat yang hanya sedikit.

Tes yang ke tiga untuk mengecek adanya kebocoran cairan pendingin pada sistem pendingin dilakukan dengan menggunakan tester (analiser) tekanan cairan pendingin. Tester ini mendeteksi adanya peningkatan cepat pada tekanan sistem saat mesin bekerja melalui gas pembakaran yang memasuki sistem pendingin. Tes ini merupakan metode diagnosa kebocoran perapat yang efektif walaupun tidak seakurat tester CO2, karena hanya mendeteksi kebocoran minor sampai mayor. Tiga tes diagnosa tersebut di atas harus dilakukan dengan mesin berada dalam temperatur kerjanya yaitu mesin dalam keadaan panas dan komponen-komponen telah memuai sehingga memungkinkan terjadinya kebocoran perapat.

Tes Diagnosa 1

Pemeriksaan Visual

Sebuah sistem pendingin yang dapat bekerja dengan benar dan dalam kondisi baik merupakan sistem tersekat yang di dalamnya tidak terdapat udara atau kantung gas dalam cairan pendingin. Jika dengan pemeriksaan visual cairan pendingin dalam radiator menunjukkan adanya gelembung udara, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah terjadi kebocoran perapat kepala silinder sehingga gas hasil

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

10/30

Page 11: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

pembakaran masuk ke sistem pendingin. Sebagaimana yang telah disebut di muka pemeriksaan visual hanya merupakan pemeriksaan primer dan dilaksanakan jika sistem telah diperiksa terhadap adanya kebocoran eksternal cairan pendingin dan telah diperbaiki. Adanya kemungkinan tertariknya udara ke cairan pendingin oleh pompa air melalui kebocoran eksternal dapat menimbulkan diagosa yang tidak tepat. Agar tidak terjadi diagnosa yang salah maka perlu dilaksanakan tes sekunder serta tes-tes yang lebih akurat.

Tes Diagnosa 2

Tester Tekanan Sistem Pendingin

Seperti yang telah diketahui, tester tekanan sistem pendingin dapat digunakan untuk memeriksa adanya kebocoran eksternal cairan pendingin dengan memberikan tekanan pada sistem pendingin. Selain itu analiser ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi peningkatan tekanan yang terjadi dalam sistem pendingin dari sumber-sumber internal, seperti misalnya kebocoran kepala perapat atau retakan pada kepala silinder. Kebocoran tekanan internal yang berasal dari kepala perapat dari retakan kepala silinder berupa gas pembakaran yang memasuki cairan pendingin sehingga menimbulkan tekanan yang melonjak naik pada sistem. Peningkatan tekanan ini dapat dideteksi dengan melihat pembacaan tester dengan mesin yang dijalankan pada temperatur operasinya. Tester tekanan diatur pada tekanan rendah dan jika mesin dijalankan maka jarum penunjuk harus bergerak naik perlahan karena adanya peningkatan suhu cairan pendingin. Jika terjadi kebocoran internal akan menyebabkan perubahan nilai tekanan yang meningkat cepat. Sebagaimana pada pemeriksaan visual sebelum ini perlu diperhatikan pada tes ini tidak boleh terjadi kebocoran eksternal, karena akan mengakibatkan hasil diagnosa yang tidak tepat. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan hilangnya tekanan pembakaran pada kebocoran eksternal sehingga jarum alat pengukur tekanan tidak bergerak naik. Prosedur tes diagnosa kebocoran kepala perapat dengan menggunakan tester tekanan (analiser) adalah sebagai berikut :

1. Periksa tekanan sistem pendingin terhadap kebocoran eksternal dan perbaiki sesuai yang diperlukan.

2. Buka penutup radiator dengan hati-hati jika cairan pendingin dalam keadaan panas dan tambahkan cairan pendingin hingga penuh.

3. Jalankan mesin sampai thermostat membuka, yaitu pada temperatur kerja, atau hingga saluran radiator atas menjadi hangat.

4. Basahi karet bos tester tekanan dan pasang pada leher radiator.5. Pasang analiser pada leher radiator dan beri tekanan pada sistem sebesar 7

sampai 14 kPa (1 hingga 2 psi).6. Buka saluran beberapa kali sementara anda memperhatikan pembacaan jarum

penunjuk tester.

Catatan :Jangan menjalankan mesin terlalu lama dengan tester tekanan dalam keadaan terpasang karena dapat menimbulkan tekanan pada mesin yang melebihi kapasitas dan merusak analiser atau sistem pendingin.

7. Angka yang ditunjukkan harus turun sedikit saat mesin diakselerasi dan kembali lagi jika mesin bekerja perlahan. Jarum penunjuk harus naik perlahan jika temperatur cairan pendingin meningkat selama dilakukan tes.

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

11/30

Page 12: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

8. Jika jarum meningkat cepat setiap kali mesin diakselerasi dan tidak turun kembali berarti terjadi kebocoran pembakaran.

9. Jika tes telah selesai matikan mesin. Hilangkan tekanan pada sistem dengan hati-hati dan lepas analiser. Tambahkan cairan pendingin seperlunya dan pasang kembali tutup radiator.

Gambar 2. Prosedur dan pembacaan alat pengukur tekanan untuk diagnosa kebocoran pembakaran dengan menggunakan tester tekanan (analiser).

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

12/30

Page 13: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Tes Diagnosa 3

Detektor Kebocoran STE CO2

Detektor Kebocoran STE merupakan tester khusus yang dapat segera menemukan adanya kebocoran antara ruang pembakaran dan sistem pendingin. Tester ini dapat mendeteksi kebocoran pembakaran yang sangat sedikit hanya beberapa jam setelah terjadi. Kebocoran pembakaran dideteksi oleh tester ini dengan cara memeriksa udara pada tangki atas radiator apakah mengandung karbon monoksida (CO2) yang merupakan hasil proses pembakaran. Pada kondisi operasi yang normal pada sistem pendingin tidak terdapat gas CO2. Dengan demikian jika Detektor Kebocoran STE menemukan adanya gas CO2 pada sistem pendingin maka bisa ditentukan diagnosa akurat yang menyatakan bahwa terjadi kebocoran kepala perapat atau retak pada kepala silinder. Tester bekerja dengan prinsip mendeteksi gas-gas hasil pembakaran yang bocor menuju sistem pendingin melalui retakan atau perapat yang rusak berkumpul pada bantalan udara di atas level cairan pendingin radiator. Dengan cara menarik atau menyedot udara dari radiator menuju cairan kimia tester yang berwarna biru, adanya gas CO2 akan terdeteksi dengan berubahnya warna cairan dari biru menjadi kuning. Jika tidak terjadi perubahan warna cairan maka berarti tidak ada gas pembakaran, yang mana hal ini berarti tidak terjadi kebocoran dari pembakaran. Hanya sedikit gas CO2 yang diperlukan untuk mengakibatkan terjadinya perubahan warna cairan tester. Oleh karena itu tester ini sangat akurat dalam mendiagnosa. Pada tester terdapat dua ruang. Yang pertama berfungsi sebagai filter untuk menyerap zat-zat yang mengkontaminasi agar diperoleh keakuratan tes yang lebih baik. Ruang cairan yang ke dua berisi cairan yang akan menunjukkan hasil tes.

Gambar 3. Detektor Kebocoran STE CO2 yang digunakan untuk tes kebocoran pembakaran

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

13/30

Page 14: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Berikut ini prosedur tes diagnosa kebocoran kepala perapat dengan menggunakan Detektor Kebocoran STE CO2 :

1. Jalankan mesin hingga thermostat membuka (temperatur operasi) atau sampai saluran radiator atas menjadi hangat.

2. Buka dengan hati-hati tutup radiator dengan tekanan dan kurangi cairan pendingin hingga setinggi 3 sampai 5 sentimeter di bawah leher pengisian radiator. Jangan menyedot cairan pendingin ke detektor kebocoran karena akan merusak cairan tes dan harus diganti.

3. Sembur tangki radiator dengan hati-hati dari jarak sekitar 50 cm untuk menyemprot udaranya. Semprotan pendek-pendek beberapa kali sudah mencukupi.

4. Tekan bola karet 5 sampai 10 kali untuk menyedot udara baru untuk meyakinkan cairan tes berwarna biru terang serta bebas dari gas CO2.

5. Starter mesin lalu akselerasi dan deakselerasi sekitar 15 kali untuk meningkatkan tekanan pembakaran silinder.

6. Letakkan nozel detektor pada leher pengisian radiator dan sedot udaranya dengan menekan bola karet berulang-ulang sekitar 15 kali.

7. Yakinkan tidak ada cairan pendingin yang tersedot ke tester.8. Perhatikan cairan tes yang berwarna biru. Jika berubah menjadi kuning maka

berarti hasil tes kebocoran pembakaran adalah positif.9. Setelah tes selesai pasang kembali tutup radiator.

Tes Diagnosa Sensor Temperatur

Sensor/sender suhu tipe saklarSensor suhu tipe saklar merupakan sebuah saklar on/off yang akan menghubungkan rangkaian listrik ke ground atau menghubungkannya ke catu daya positif (positif baterai). Hubungan di dalam saklar dapat berupa normal terbuka (normally open) atau normal tertutup (normally closed).

Sensor/sender tipe normal terbuka bekerja melalui prinsip pada saat dingin merupakan saklar dengan kontak yang terbuka sehingga rangkaian listrik yang dikontrolnya menjadi rangkaian terbuka dan tidak terjadi aliran arus listrik. Pada saat dicapai temperatur kerja/temperatur pen-saklaran (switching) pada sensor/sender maka kontak akan berubah menjadi tertutup sehingga terbentuk rangkaian tertutup dan arus listrik akan mengalir. Saklar tipe ini sering dijumpai pada rangkaian-rangkaian lampu peringatan temperatur, kipas pendingin listrik dan sensor thermo pengontrolan emisi.

Sensor/sender tipe normal tertutup bekerja secara berkebalikan dengan unit yang disebut di muka. Saat dingin kontak saklar dalam keadaan tertutup sehingga arus listrik dapat mengalir melalui rangkaian. Pada saat diperoleh temperatur operasi kontak saklar berubah menjadi terbuka dan memutuskan aliran arus listrik melalui rangkaian. Unit dengan tipe seperti ini digunakan untuk mengontrol operasi relay listrik. Penggunaannya sering diterapkan pada rangkaian kipas thermo serta beberapa sensor thermo dalam sistem pengontrolan emisi.

Ada dua metode pengecekan yang digunakan untuk memeriksa tipe saklar dari sensor. Yang pertama adalah dengan mengisolasi unit saklar dan memeriksa apakah bekerja dengan tepat dalam rangkaian listrik. Sedangkan yang ke dua adalah mendiagnosa apakah rangkaian bekerja jika dicapai temperatur operasi aktualnya.

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

14/30

Page 15: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Gambar 4. Unit sender temperatur dengan tipe saklar normal terbuka

Tes Diagnosa Isolasi pada Unit Sender Bertipe SaklarPengisolasian operasi sender/sensor dilakukan dengan menjalankan kontrol sender rangkaian listrik untuk mengetahui di mana letak kesalahan, apakah pada perkabelan rangkaian, aktuator (komponen yang dioperasikan oleh rangkaian, misalnya kipas thermal), atau pada unit sender/sensor. Tes dilaksanakan dengan mengoperasikan sender/sensor diground-kan atau memberi catu daya positif pada rangkaian secara manual. Pembumian atau pemberian catu daya pada rangkaian secara manual akan membuat aktuator (misalnya kipas listrik) bekerja. Jika pada tes isolasi rangkaian listrik yang tidak sedang beroperasi ternyata aktuator bekerja maka berarti perkabelan dan relay bekerja dengan baik semuanya. Dengan demikian dapat ditentukan letak kesalahannya adalah pada sender/sensor temperatur. Tetapi jika aktuator ternyata tidak bekerja saat rangkaian diswitch secara manual (diberikan catu daya) maka kerusakannya terdapat pada perkabelan atau komponen lain rangkaian, bukan pada unit sensor temperatur. Tes diagnosa ini hanya berfungsi untuk menentukan di mana letak kesalahan atau kerusakan rangkaian terjadi dan bukan untuk menentukan apakah sensor/sender bekerja dengan benar pada temperatur operasinya.

Prosedur Tes Diagnosa Isolasi1. Periksa rangkaian yang tidak dalam keadaan bekerja dengan menggunakan

multimeter (volt) untuk meyakinkan bahwa rangkaian telah memperoleh catu tegangan dari baterai atau sekring serta memiliki pembumian yang baik.

2. Nyalakan saklar menjadi on.3. Lepas kabel rangkaian tes dari unit sender/sensor, yaitu kabel tunggal untuk

pembumian saja atau kawat dobel untuk pembumian dan catu daya positif. Aktuator harus bekerja dengan unit normal tertutup.

4. Pada unit normal terbuka dengan kawat tunggal untuk pembumian hubungkan kawat pembumian pada blok mesin atau chassis.

5. Pada unit normal terbuka dengan pembumian dengan kawat dobel untuk pembumian dan pemberian catu daya, hubungkan langsung kedua kawat tersebut.

6. Setelah selesai bypass manual sender/sensor, periksalah apakah aktuator bekerja, misalnya kipas listrik bekerja, lampu peringatan menyala atau selenoid pengontrolan emisi bekerja.

7. Jika ternyata aktuator tidak bekerja maka berarti terdapat kerusakan pada sender/sensor.

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

15/30

Page 16: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Gambar 5. Tes Isolasi pada rangkaian lampu temperatur (unit sender di-bypass)

Tes Diagnosa Temperatur Switching Aktual pada Unit Sender/Sensor Tipe Saklar

Pengetesan temperatur kerja (switching) aktual pada sender/sensor saklar temperatur dilaksanakan dengan memanaskan unit hingga mencapai temperatur pengontrolannya sambil melakukan tes resistansi pada kontak pensaklarannya untuk memeriksa apakah aksi pensaklarannya baik. Diagnosa dilakukan seperti pada tes untuk operasi bukan thermostat. Dengan menggunakan Ohmmeter atau multimeter kita periksa kontak rangkaian unit sender/sensor setelah terlebih dulu dilepas dari mesin, untuk menentukan apakah merupakan saklar normal tertutup atau normal terbuka pada saat dingin. Unit dipanaskan dengan cara meletakkan ujung peraba saklar pada sebuah wadah air yang dipanaskan dengan menggunakan kompor gas atau kumparan listrik. Suhu air diukur dengan termometer yang diletakkan padanya. Kontak unit diperiksa pada titik tutup dan bukanya dengan menggunakan Ohmeter atau multimeter yang dihubungkan dengan sambungan kabelnya pada saat dilakukan pemanasan tersebut. Jika kontak unit mencapai titik pensaklarannya menjadi terbuka (rangkaian Ohmeter berubah menjadi loop terbuka) atau tertutup (rangkaian meter berubah menjadi loop tertutup), maka pembacaan pada thermometer yang diletakkan pada air yang dipanaskan akan menunjukkan temperatur kerja aktualnya.

Catatan :Metode tersebut di atas tidak dapat digunakan pada unit sender yang bekerja di atas titik didih normal air (100oC pada tekanan atmosfer 101,1 kPa), karena titik didih air tidak dapat mencapai titik pensaklaran dari unit. Sender-sender demikian dapat dites pada kendaraan dengan menggunakan sistem pendingin bertekanan kendaraan sebagai sumber panas untuk tes atau dengan menambahkan persentase campuran Gycol (25%) pada cairan tes sehingga dapat diperoleh peningkatan nilai titik didih yang diperlukan bagi terlaksananya tes. Jika menggunakan kendaraan sebagai sumber panas, dipasang probe thermostat khusus (tipe fluke meter) pada saluran atas radiator untuk

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

16/30

Page 17: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

mengukur temperatur cairan pendingin sedangkan mesin tetap dijalankan hingga diperoleh titik pensaklaran. Titik pensaklaran tersebut diukur juga dengan menggunakan Ohmmeter atau multimeter terhadap kontak unit.

Prosedur Tes Diagnosa Temperatur Aktual

Unit Sender/Sensor yang Bekerja di bawah 100oC

1. Buang cairan pendingin radiator hingga lebih rendah daripada unit sender.2. Lepaskan unit sender dari mesin dengan menggunakan peralatan-peralatan yang

memadai untuk menghindari terjadinya kerusakan.3. Lakukan pra-tes pada unit dengan Ohmeter atau multimeter untuk mengetahui tipe

kontak internalnya, yaitu normal terbuka atau normal tertutup pada saat dingin.4. Letakkan ujung peraba unit sender pada wadah air, letakkan thermometer pada

air.5. Hubungkan Ohm meter atau multimeter pada koneksi unit sender.6. Panaskan air dengan menggunakan sumber panas yang tidak berbahaya.7. Periksa Ohm meter atau multimeter apakah tercapai titik kontak saklar dan catat

pembacaan temperatur dari thermostat.8. Lihat pada buku manual bengkel mengenai temperatur operasi unit sender yang

sebenarnya dan bandingkan dengan hasil yang diperoleh.

Gambar 6. Tes Temperatur Pensaklaran Aktual pada Unit Sender dengan Terminal Tunggal dan Dobel

Unit Sender/Sensor yang Bekerja di atas100oC

1. Pasang probe temperatur fluke meter di antara saluran atas radiator dan keluaran radiator ke aliran cairan pendingin.

2. Lepas kabel-kabel rangkaian unit sender temperatur kemudian hubungkan Ohm meter atau multimeter dengan koneksi unit. Periksa apakah kontak unit bertie normal terbuka ataukah normal tertutup.

3. Starter dan jalankan mesin untuk memanaskan cairan pendingin.4. Lihat pada Ohm meter/multi meter apakah diperoleh titik pensaklaran unit dan

catat pembacaan pada thermostat.5. Lihat pada buku manual bengkel mengenai temperatur operasi unit sender yang

sebenarnya dan bandingkan dengan hasil yang diperoleh.

Peringatan :Jangan membuka tutup radiator atau saluran atas radiator karena bisa menimbulkan luka/kecelakaan, karena sistem pendingin akan mencapai suhu di atas 100oC.

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

17/30

Page 18: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Sender dan Sensor Temperatur Bertipe Resistansi Variabel

Sender/sensor jenis resistansi variabel merupakan unit tertutup konstan yang menggunakan resistansi rangkaian internal yang memiliki sifat variabel untuk mengontrol aliran arus sehingga dapat mengontrol kerja sebuah aktuator (lampu peringatan) atau komputer. Ada dua macam desain operasional unit, yaitu positive temperature coefficient PTC atau negative temperature coefficient NTC. Unit dengan jenis koefisien temperatur positif merupakan resistor variabel yang nilai resistansi internalnya meningkat saat temperaturnya meningkat, sehingga memperkecil aliran arus listrik pada rangkaian. Unit dengan koefisien temperatur negatif merupakan jenis yang nilai resistansi internalnya mengecil jika temperaturnya meningkat, sehingga memperbesar aliran arus pada rangkaian.

Kedua jenis desain unit bisa digunakan pada rangkaian penunjuk temperatur, tetapi yang lebih sering digunakan adalah tipe NTC. Sensor temperatur resistansi variabel pada jenis NTC amupun PTC juga sudah digunakan secara luas dalam sistem injeksi bahan bakar elektronik EFI (electronic fuel injection) untuk mengirimkan berbagai sinyal pada komputer manajemen mesin ECU untuk mengontrol perbandingan bahan bakar. Selain itu sensor temperatur juga digunakan dalam transmisi otomatis yang terkontrol secara elektronik dan sistem-sistem lain dengan mengirimkan sinyal resistansi variabel pada ECU. Kerja efisien sistem terkontrol secara elektronik tergantung pada pengoperasian yang tepat unit-unit perabanya, oleh sebab itu diperlukan prosedur tes dan diagnosa yang efektif.

Gambar . Sender Temperatur bertipe Resistansi Variabel

Tes diagnosa sender/sensor temperatur yang menggunakan resistansi variabel dilaksanakan serupa dengan prosedur pada unit pensaklaran terbuka/tertutup. Tes bisa dilakukan dengan menggunakan dua metoda, yaitu tes isolasi dan tes resistansi

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

18/30

Page 19: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

unit aktual. Tes isolasi dilakukan untuk memeriksa efektifitas operasi dalam rangkaian listrik sedangkan tes resistansi aktual memeriksa resistansi internal operasi unit pada suatu temperatur tertentu.

Tes Isolasi Unit Sender/Sensor Menggunakan Resistansi Variabel

Tes isolasi unit sender/sensor dilaksanakan untuk menentukan apakah kesalahan yang ada pada rangkaian listrik terletak pada unit sender/sensor temperatur resistansi variabel ataukah terletak pada rangkaian perkabelan listrik yang dikontrolnya. Tes isolasi bisa dilaksanakan dengan menggunakan dua metoda. Yang pertama adalah dengan memberikan suatu nilai resistansi variabel yang ditentukan terlebih dahulu pada rangkaian listrik melalui sebuah potensiometer (saklar resistansi variabel). Sedangkan yang ke dua adalah dengan memberikan satu set nilai resistansi pada rangkaian listrik berupa hambatan tetap. Unit sender kita gantikan dengan sebuah potensiometer yang bisa memberikan nilai resistansi variabel pada rangkaian (misalnya sebesar 100 Ohm sampai 500 Ohm), sehingga bisa diketahui apakah perkabelan rangkaian listrik atau aktuator (misalnya alat pengukur temperatur) bekerja dengan baik. Jika aktuator yang dikontrol oleh sender ternyata dapat bekerja dengan baik melalui sebuah nilai resistansi yang dihasilkan oleh potensiometer maka berarti kerusakan terdapat pada unit sender. Jika aktuator tidak bekerja dengan baik setelah diberikan nilai resistansi yang sesuai oleh potensiometer maka berarti terdapat kemungkinan bahwa kerusakan terjadi pada aktuator atau perkabelan rangkaian bukan pada unit sender. Metode tes dengan menggunakan potensiometer mempunyai keuntungan dapat digunakan untuk mendiagnosa operasi aktuator sepanjang jangkauan/range operasinya dari resistansi rendah hingga tinggi (sebagaimana range alat pengukur temperatur dari dingin sampai panas).Tes isolasi dengan penggunaan satu set nilai resistansi dipakai untuk melihat operasi aktuator pada suatu titik resistansi tertentu (misalnya pembacaan alat pengukur temperatur pada kondisi panas senilai tahanan tetap 240 Ohm), sehingga dapat diketahui apakah sensor bekerja dengan baik. Tes ini hanya bisa dilakukan hanya jika spesifikasi nilai tahanan yang diperlukan, yang dipasang pada rangkaian untuk menggantikan unit sender, telah diketahui sebelumnya. Pelaksanaan tes dengan mem-bypass unit sender serta menggantikannya dengan sebuah resistor tetap untuk mengetahui apakah aktuator bekerja dengan baik (yaitu pembacaan nilai alat pengukur yang sesuai dengan yang seharusnya) disesuaikan dengan spesifikasi pabrik. Jika aktuator bekerja dengan baik dengan menggunakan sebuah nilai tahanan yang sesuai untuk mengontrol rangkaian, berarti sensor/sender kemungkinan rusak. Sedangkan aktuator yang tidak bekerja dengan baik menandakan adanya kerusakan pada perkabelan rangkaian atau aktuator.

Prosedur Tes Diagnosa Isolasi Unit Sender/Sensor dengan Menggunakan Resistansi Variabel

Metoda Potensiometer Variabel

1. Lepas kabel koneksi rangkaian dari unit sender temperatur resistansi variabel (kawat tunggal atau dobel).

2. Baca buku manual untuk mengetahui range resistansi potensiometer yang diperlukan (misalnya 100 sampai 500 Ohm) serta operasi aktuator yang benar pada nilai tahanan tertentu.

3. Pasang potensiometer pada range yang sesuai pada koneksi/sambungan kabel pada rangkaian yang diputus. Pada kawat pemakaian tunggal bumikan potensiometer, pada kawat dobel hubungkan keduanya secara seri dengan potensiometer.

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

19/30

Page 20: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

4. Jika potensiometer tidak dilengkapi dengan meter hambatan, gunakan Ohmmeter atau multimeter untuk mengukur resistansi aktual pada saat dilakukan tes.

5. Putar saklar menjadi on, atur potensiometer agar memberikan nilai resistansi rendah menurut spesifikasi dengan cara memperhatikan pembacaan Ohm meter atau multi meter.

6. Periksa apakah aktuator bekerja dengan benar.7. Atur potensiometer pada nilai resistansi tinggi berdasarkan spesifikasi dan

periksa kembali kerja aktuator.8. Jika aktuator tidak bekerja dengan baik maka berarti kerusakan terletak pada

aktuator atau rangkaian.9. Jika aktuator bekerja dengan baik maka berarti kerusakan terletak pada unit

sender temperatur.

Metode Tes Menggunakan Nilai Resistansi Tertentu

1. Lepas kabel koneksi rangkaian dari unit sender temperatur resistansi variabel (kawat tunggal atau dobel).

2. Baca buku manual untuk mengetahui nilai tahanan tetap yang diperlukan (misalnya 100 Ohm) dan operasi aktuator yang benar pada nilai tahanan tersebut ( misalnya pembacaan jarum menunjukkan nilai/keadaan panas).

3. Pasang nilai tahanan tetap yang sesuai pada kabel yang telah dilepaskan hubungannya.

Catatan :Pada pemakaian kawat tunggal bumikan tahanan, pada pemakaian kawat dobel hubungkan tahanan secara seri dengan kedua kabel.

4. Putar saklar menjadi on dan periksa kerja aktuator.5. Jika aktuator memberikan nilai pembacaan yang sesuai dengan spesifikasi maka

berarti kerusakan terdapat pada unit sender.6. Jika aktuator tidak bekerja dengan baik maka kesalahan terletak pada perkabelan

atau aktuator.

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

20/30

Page 21: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Gambar 9. Pengetesan Rangkaian Pengukur Temperatur dengan menggunakan Potensiometer Variabel.

Gambar 10. Pengetesan Rangkaian Pengukur Temperatur dengan Menggunakan Tahanan Tetap

Tes Diagnosa Nilai Resistansi Aktual pada Unit Sender/Sensor Resistansi Variabel

Pengetesan unit sender/sensor resistansi variabel untuk memperoleh nilai resistansi internal aktualnya dilaksanakan dengan mengukur nilai resistansinya pada saat panas maupun dingin dan membandingkan hasilnya dengan spesifikasi pabrik. Tes ini akurat untuk mendiagnosa kerja unit dan merupakan satu-satunya tes yang memadai untuk memeriksa kerja sensor resistansi variabel yang mengirimkan sinyal-sinyal pada unit pengontrolan elektronik ECU (misalnya Sensor Temperatur Cairan Pendingin EFI). Prosedur tes yang pertama adalah pencatatan nilai resistansi internal pada suatu nilai suhu dingin tertentu dengan menggunakan Ohm meter atau multimeter dan kemudian membandingkan hasil yang diperoleh dengan spesifikasi pabrik. Yang kedua adalah mencatat dengan Ohm meter atau multimeter nilai resistansi internal pada unit pada saat panas dengan cara memanaskannya pada suhu tertentu. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan spesifikasi pabrik. Pembandingan hasil yang diperoleh dengan nilai spesifikasi pabrik akan menunjukkan apakah unit beroperasi dengan baik. Contoh sender resistansi variabel NTC pada kondisi dingin bernilai 240W pada 15oC sampai kondisi panas 50W pada 86oC.

Prosedur Diagnosa Nilai Resistansi Aktual pada Sender Resistansi Variabel

1. Lihat nilai resistansi unit sender pada kondisi dingin dan panas pada buku manual.2. Buka tutup radiator dan letakkan sebuah termometer atau fluku meter pada cairan

pendingin kemudian catat pembacaannya.3. Lepaskan sambungan kabel dari unit sender temperatur, hubungkan dengan Ohm

meter atau multimeter.4. Catat nilai resistansi saat dingin dan bandingkan dengan spesifikasi pabrik.

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

21/30

Page 22: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

5. Nyalakan mesin hingga dicapai panas yang sesuai berdasarkan pembacaan pada termometer. Ukur dan catat nilai resistansi sender dan bandingkan dengan spesifikasi pabrik. Berhati-hatilah dengan cairan pendingin yang panas dan kipas pendingin listrik.

6. Jika nilai resistansi yang diperoleh tidak memenuhi spesifikasi pabrik maka berarti unit sender/sensor rusak dan harus diganti.

Gambar 11. Pengukuran Nilai Resistansi Aktual pada Unit Sender Resistansi Variabel

Diagnosa Kipas Pendingin

Terdapat tiga macam kipas pendingin berdasarkan prinsip kerjanya, yaitu tipe yang dikendalikan secara mekanik dengan tetap, tipe kopling fluida/cairan yang dikontrol secara termatik mekanis dan tipe yang menggunakan motor listrik yang dikontrol secara termatik. Agar sistem pendingin bekerja dengan baik maka ketiga macam kipas pendingin tersebut di atas harus bekerja dengan efisien. Jika kipas pendingin tidak bekerja secara efisien maka akan menimbulkan masalah kelebihan panas yang diakibatkan oleh tidak memadainya aliran udara pendingin melalui radiator pada cuaca panas atau mesin dibiarkan menyala dalam waktu lama. Selain itu juga dapat menyebabkan waktu pemanasan yang lambat dan suhu kerja mesin yang dingin jika kipas yang dikontrol secara termal tetap berputar.

Kerusakan Kerja Kipas Pendingin

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

22/30

Page 23: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Permasalahan panas berlebih (overheat) akibat kipas pendingin terjadi akibat kesalahan kerja kipas yang digunakan tetapi bisa juga disebabkan oleh kurang terawatnya sistem pendingin dengan baik. Kipas yang dikendalikan secara mekanis menggunakan gaya penggerak dari poros engkol mesin melalui sabuk penggerak dari karet. Sabuk penggerak yang tidak tepat pengaturannya akan mengakibatkan selip pada puli kipas sehingga kecepatan kipas menjadi tidak efektif yang pada akhirnya mengakibatkan aliran udara melalui radiator tidak mencukupi dan mesin menjadi terlalu panas. Permasalahan ini akan bertambah besar jika mesin dijalankan dalam kecepatan tinggi atau dijalankan malam hari. Kecepatan tinggi pada mesin meningkatkan kemungkinan selip pada sabuk penggerak. Rpm puli yang tinggi akan mengurangi cengkraman sabuk karena adanya peningkatan torsi dan suhu akibat gesekan. Selip pada sabuk penggerak pada malam hari disebabkan oleh peningkatan beban pada sabuk penggerak dari alternator. Berbagai macam lampu yang dinyalakan pada malam hari meningkatkan aliran arus sehingga terjadi peningkatan beban pada alternator yang kemudian meningkatkan pengemudian/pengendalian pada sabuk penggerak yang akan mengakibatkan selip pada sabuk serta bisa membuat panas berlebih pada mesin. Problem-problem selip sabuk penggerak bisa terjadi pada kipas pendingin yang dikendalikan secara mekanik secara tetap dan kipas pendingin yang menggunakan kopling cairan termostatik yang dikendalikan secara mekanik. Pada kopling cairan termostatik lebih mudah terjadi selip sabuk penggerak karena bekerja dengan kecepatan tinggi dan bebannya berubah-ubah pada berbagai kecepatan, di mana pada kipas tipe pertama kecepatannya konstan.

Pemasangan atau putaran sudu kipas yang tidak tepat juga akan menimbulkan kerja kipas pendingin yang tidak memadai. Selain beberapa kipas listrik tematik baru (David Craig), pada umumnya sudu kipas merupakan unit direksional yang harus terpasang dengan putaran mesin yang sesuai. Sudut atau lengkungan sudu mempengaruhi arah aliran udara yang akan didorong melalui radiator. Kipas pendingin didesain agar kecepatan aliran udara meningkat saat kendaraan berjalan ke depan. Kipas yang berada pada sisi mesin radiator menghisap aliran udara yang melalui radiator, sedangkan kipas yang berada di depan radiator menghembuskan udara mengalir melalui radiator. Efisiensi aliran udara dari kipas bergantung pada putaran yang tepat dari sudu kipas, artinya tepi depan kipas harus menghadap pada arah yang tepat atau ke arah putaran mesin. Sudu kipas yang terpasang dengan arah putaran terbalik biasanya menimbulkan suara bising saat bekerja dan menandakan kurangnya aliran air. Kesalahan kerja akan terjadi pada kipas yang digerakkan dengan listrik jika perkabelannya keliru. Kipas listrik termostatik biasanya memiliki jenis magnet permanen yang bisa berputar dalam dua arah tergantung polaritas perkabelannya.

Polaritas motor yang benar harus diketahui terlebih dahulu jika memasang kipas listrik magnet permanen agar diperoleh putaran sudu yang tepat. Kesalahan dalam melaksanakan hal tersebut akan mengakibatkan arah aliran udara oleh putaran kipas bertentangan dengan aliran udara normal saat kendaraan berjalan maju sehingga terjadi panas berlebih pada mesin.

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

23/30

Page 24: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Gambar 13 . Kipas pendingin tipe kopling cairan dengan penggerak mekanik yang modern

Diagnosa Kopling Fluida Termatik

Kipas yang menggunakan prinsip kopling fluida dengan pengontrolan termatik merupakan alat yang peka terhadap panas. Alat ini bekerja dengan merasakan panas yang dikeluarkan dari sirip-sirip radiator untuk mengontrol pengendalian/pergerakan sudu-sudu kipas. Pergerakan sudu-sudu kipas dikontrol melalui kopling fluida dengan berbagai tingkat kecepatan sehingga sudu-sudu kipas berputar dengan kecepatan rendah pada temperatur rendah, kecepatan sedang pada suhu sedang dan kecepatan tinggi pada kondisi mesin panas. Karena pengendalian kecepatan kipas pendingin tergantung pada operasi kopling fluida maka pengaturan temperatur mesin akan terpengaruh jika digunakan kopling fluida yang buruk. Kopling fluida yang tidak baik akan ikut mengakibatkan kurangnya kecepatan kipas sehingga timbul aliran udara yang kurang memadai dan panas berlebih atau waktu pemanasan yang lambat, suhu mesin yang rendah, penggunaan bahan bakar yang tidak efisien dan suara bising kipas yang melebihi semestinya.

Hilangnya cairan pada kopling atau keausan yang sangat dapat menyebabkan kesalahan pada kopling fluida. Kesalahan ini dapat kita diagnosa melalui pengukuran kecepatan puli mesin dan kecepatan putaran sudu kipas pada suhu tertentu dan membandingkan hasilnya dengan spesifikasi yang terdapat pada manual. Kesalahan kopling mengakibatkan panas berlebih pada mesin karena kurangnya udara yang dialirkan melalui radiator serta bisa terjadi saat cuaca panas, mesin dibiarkan menyala dalam waktu lama, serta bekerja dalam kecepatan tinggi. Kesalahan kopling bisa disebabkan oleh kerusakan bantalan poros atau kerusakan luar. Kipas dengan kopling fluida yang mempunyai kecepatan variabel mempunyai efisiensi aliran udara yang tinggi. Ini disebabkan sudu yang lebih besar sehingga mampu mendinginkan dengan lebih cepat. Oleh karena itu problem yang ditimbulkannya adalah mesin menjadi lebih lama pemanasannya dibanding waktu normalnya serta temperatur kerja yang lebih rendah daripada normalnya. Keadaan yang lebih dingin serta pembebanan pada kipas yang besar secara konstan akan menimbulkan peningkatan biaya ekonomisnya dan penurunan performa mesin selain juga menimbulkan suara bising pada saat mesin

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

24/30

Page 25: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

berkecepatan rendah. Dengan pengetesan pengendalian/pengaturan kecepatan kopling pada berbagai kecepatan dan temperatur mesin bisa ditemukan kesalahan kopling fluida ini.

Gambar 14. Kerja kipas pendingin menggunakan kopling fluida thermatik

Prosedur Diagnosa Kopling Fluida dengan Kecepatan Variabel

1. Periksa kondisi sabuk penggerak kipas dan atur kekencangannya agar sesuai dengan spesifikasi pabrik, periksa adakah kebocoran cairan pada kopling fluida, kondisi bantalan poros, keausan atau kerusakan.

2. Lihat spesifikasi pabrik dalam buku manual untuk kecepatan mesin dan kecepatan kopling pada operasi normalnya serta kecepatan mesin dan kecepatan kopling untuk kondisi panas.

3. Tandai puli penggerak kipas dan sudu-sudu kipas dengan spidol putih.4. Hubungkan strobe light atau tachometer optis pada mesin untuk mengukur

kecepatan puli dan sudu-sudu kipas, ukur kecepatan mesin.5. Nyalakan mesin hingga mencapai temperatur yang diharapkan sesuai spesifikasi

manual dengan menggunakan probe temperatur.6. Naikkan kecepatan mesin untuk memberi kecepatan pada puli dalam batasan

spesifikasinya (misalnya 2000 rpm), ukur kecepatan sudu kipas dan bandingkan hasilnya dengan spesifikasi (misalnya 570 rpm).

7. Naikkan temperatur mesin dengan membatasi aliran udara pada radiator (letakkan kertas karton pada radiator tapi jangan sampai ikut mendidih) hingga dicapai temperatur yang dikehendaki. Sistem pendingin akan menjadi panas, jangan melepas tutup radiator.

8. Naikkan lagi kecepatan mesin untuk memberi kecepatan pada puli dalam batasan spesifikasinya (misalnya 2000 rpm), ukur kembali kecepatan sudu kipas dan bandingkan hasilnya dengan spesifikasi (misalnya 1860 rpm).

9. Jika terjadi selip kopling fluida maka kecepatan sudu-sudu kipas akan menjadi lebih kecil daripada normalnya.

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

25/30

Page 26: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Kecepatan Puli Penggerak

Kecepatan Sudu-sudu Kipas

Pada temperatur kerja normal

Pada temperatur maksimum

Spesifikasi

Hasil tes

Gambar 15. Bagan diagnosa pengetesan kipas pendingin kopling fluida dengan kecepatan variabel.

Diagnosa Kipas Pendingin Listrik Thermatik

Kipas pendingin listrik yang dikontrol secara thermatik merupakan sebuah unit terpisah dari mesin dan bergantung pada tegangan dan arus listrik untuk bekerja. Unit kipas ini terdiri dari sudu kipas plastik yang biasanya digerakkan oleh motor lisrik DC dengan magnet permanen multi direksional/arah. Kipas ini menggunakan pengarah dari logam atau plastik untuk mengontrol udara yang mengalir pada sudu-sudu kipas dan melalui radiator. Kerja kipas dikontrol oleh unit sender peraba temperatur cairan pendingin yang akan membumikan rangkaian listrik pada motor, meningkatkan kerja motor atau mengontrol pensaklaran relay rangkaian listrik. Kipas pendingin listrik termatik model baru pada umunya menggunakan relay untuk mengontrol pensaklaran rangkaian listrik on dan off. Karena pada beberapa kipas memiliki dua kecepatan maka digunakan dua relay dan dua sender temperatur. relay yang digunakan bisa yang normal terbuka ataupun normal tertutup. Pada tipe normal terbuka kontak saklar relay pada awalnya membuka sehingga kipas tidak bekerja dan saat sender temperatur mencapai temperatur kerjanya saklar harus menutup agar kipas dapat bekerja. Pada keadaan awal relay normal tertutup saklarnya menutup dan menggunakan sender temperatur yang menjadikan relay membuka kontaknya jika terjadi temperatur di bawah temperatur kerja kipas. Jika dicapai temperatur batas minimum kipas maka sender mensaklar relay fan dan kontak menjadi tertutup.

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

26/30

Page 27: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Gambar 16. Kipas modern pendingin listrik yang dikontrol secara termatik

Diagnosa Kipas Pendingin Listrik Thermatik

Diagnosa kipas pendingin listrik thermatik dilaksanakan dengan memeriksa temperatur cut in/temperatur nyala dan cut out/temperatur mati di samping tegangan catu daya listrik dan aliran arus. Temperatur cut in/temperatur nyala menunjukkan temperatur di mana kipas mulai bekerja. Nilainya bisa berada antara 90oC sampai 119oC berbeda-beda antara tiap pabrik. Temperatur cut out/temperatur mati menunjukkan nilai temperatur di mana kipas akan dihentikan kerjanya setelah mesin didinginkan pada suatu level. Temperatur cut out bisa berada dalam nilai antara 75oC sampai 85oC tergantung pada pabrik pembuat. Temperatur cut in dan cut out yang tidak tepat akan menimbulkan dua macam kesalahan pada sistem pendingin. Pertama adalah panas berlebih pada mesin yang diakibatkan oleh nilai cut in yang melebihi spesifikasi atau akibat kegagalan pada kipas untuk bekerja sesuai cut in. Yang kedua adalah mesin yang lambat panas dan temperatur operasi yang rendah karena kipas tidak bekerja sesuai dengan nilai cut out atau kipas memang sama sekali tidak bisa berhenti bekerja pada nilai cut outnya. Diagnosa pengetesan temperatur cut in dan cut out kipas dilaksanakan dengan menjalankan mesin pada temperatur pensaklaran kipas dan memeriksa serta mencatat temperatur pensaklaran kipas dengan menggunakan probe temperatur dipasang pada cairan pendingin.

Prosedur Tes Diagnosa Temperatur Cut In dan Cut Out

1. Buka saluran atas radiator dan letakkan probe temperatur antara pembuangan radiator dengan pipa saluran radiator dengan sensor ada pada cairan pendingin, tepatkan kembali saluran radiator.

2. Lihat pada manual nilai temperatur cut in dan cut out kipas pendingin.3. Starter dan jalankan mesin hingga mencapai temperatur kerjanya. Catat

pembacaan probe temperatur saat kipas pendingin mulai bekerja (cut in). Hati-hatilah pada sudu-sudu kipas dan komponen-komponen yang panas.

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

27/30

Page 28: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

4. Biarkan kipas pendingin bekerja terus hingga tercapai cut out. Catat pembacaan probe temperatur dan bandingkan dengan spesifikasi.

5. Biarkan sistem menjadi dingin dan lepaskan tekanan sebelum mengambil probe probe temperatur.

6. Beri tekanan pada sistem pendingin dan periksa adakah kebocoran setelah mengembalikan saluran atas radiator.

7. Temperatur cut in dan cut out yang berada di luar spesifikasi menandakan adanya kerusakan sender temperatur kipas pendingin termatik.

Gambar 17. Pemeriksaan temperatur cut in dan cut out kipas termo

Aliran arus dan tegangan

Sebagaimana pada semua komponen yang dijalankan oleh listrik, aliran arus dan tegangan merupakan faktor penting agar unit bekerja dengan benar sehingga merupakan juga mekanisme tes yang baik untuk mendiagnosa kerja kipas pendingin listrik. Suplai tegangan pada aktuator listrik harus diberikan dengan nilai yang sesuai agar motor bekerja dengan performa yang baik. Kipas pendingin otomotif biasanya menggunakan catu tegangan sebesar 12 V DC. Kehilangan tegangan (penurunan tegangan) yang disebabkan nilai resistansi sambungan atau perkabelan rangkaian listrik yang tinggi bisa menyebabkan kerusakan pada motor kipas pendingin. Akibatnya motor akan mengalami panas berlebih karena kipas berputar kurang cepat sehingga aliran udara pada radiator kurang besar. Kipas pendingin yang tidak bekerja diperiksa terlebih dahulu catu dayanya dengan volt meter untuk mengetahui apakah kerja kipas yang tidak benar disebabkan oleh hilangnya tegangan catu daya pada

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

28/30

Page 29: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

motor ataukah kerusakan pada motor. Jika tidak ada catu daya sama sekali m\kemungkinan ada kabel rangkaian yang putus, konektor kabel yang rusak atau kotor, relay rangkaian yang rusak, sekring yang terbuka atau sender temperatur yang rusak. Untuk mengetes catu tegangan pada motor kipas pendingin digunakan volt meter multimeter yang dihubungkan secara paralel pada kabel catu daya positif motor sedangkan colok negatif meter dihubungkan dengan dibumikan pada bodi kendaraan. Jika diperoleh hasil pengukuran tegangan yang bernilai di bawah spesifikasi maka berarti terjadi kehilangan tegangan di dalam rangkaian perkabelan. Dalam hal tersebut maka perlu dilacak dan diperbaiki perkabelannya.

Gambar 18. Pemeriksaan catu tegangan pada rangkaian kipas pendingin termatik listrik

Diperlukan adanya aliran arus agar motor dapat bekerja. Motor listrik yang memperoleh beban berlebih karena adanya bantalan poros atau bos yang aus memerlukan arus tambahan agar dapat bekerja. Maka jika dilakukan tes pengukuran arus akan diperoleh hasil yang lebih besar daripada spesifikasi. Pengukuran arus yang memberikan hasil di atas spesifikasi juga bisa terjadi akibat sikat angker yang aus atau kabel rusak sehingga nilai resistansi internalnya manjadi besar. Pengukuran aliran arus dilakukan dengan menggunakan ampere meter atau multimeter yang dihubungkan seri pada rangkaian motor kipas.

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

29/30

Page 30: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Gambar 19. Pengukuran aliran arus pada kipas pendingin termatik listrik

Prosedur Tes Diagnosa Aliran Arus dan Tegangan

Pengukuran Tegangan

1. Lihat pada manual nilai spesifikasi catu tegangan kipas.2. Starter dan jalankan mesin hingga mencapai temperature operasinya. Hati-hati

terhadap sudu kipas pendingin dan komponen-komponen yang panas.3. Hubungkan colok positif (merah) voltmeter atau multimeter dengan konektor

terdekat pada kabel catu daya motor kipas pendingin.4. Hubungkan colok negatif (hitam) pada bodi kendaraan atau baterai dan catat nilai

tegangan.5. Bandingkan dengan spesifikasi pabrik.

Pengukuran Aliran Arus

1. Lihat pada manual nilai spesifikasi catu tegangan kipas.2. Lepas konektor terdekat kabel kipas pendingin dan hubungkan ampere meter atau

multimeter secara seri dengan kabel catu daya positif motor. Probe/colok positif (merah) ke arah baterai catu daya dan colok negatif (hitam) ke arah motor kipas.

3. Jika kabel ground motor kipas telah diputuskan hubungannya pada konektor hubungkan kembali pada bodi.

4. Starter dan jalankan mesin hingga kipas pendingin mulai bekerja. Catat besarnya arus yang mengalir. Hati-hatilah terhadap sudu kipas pendingin dan komponen-komponen yang panas.

5. Setelah tes selesai matikan mesin, lepaskan peralatan, pasang kembali konektor kabel dan nyalakan kembali mesin untuk mengetahui kipas beroperasi dengan baik.

6. Hasil pengukuran arus yang berada di atas spesifikasi menunjukkan bahwa terjadi resistansi yang rendah pada motor atau motor mengalami pembebanan berlebih.

7. Jika di bawah nilai pada spesifikasi berarti pada motor timbul resistansi tinggi.

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

30/30

Page 31: 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan RinganEngine

Temperatur cut in

Temperatur cut out

Tegangan sistem

Aliran arus

Spesifikasi

Hasil aktual

Gambar 20. Diagram diagnosa pengukuran tegangan dan aliran arus pada kipas pendingin listrik

Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01Buku Informasi

31/30