Pertemuan 2 Pertemuan 2 Urgensi dan Landasan Urgensi dan Landasan Ekonomi Islam Ekonomi Islam Azis Budi Setiawan Azis Budi Setiawan Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI SEBI
Pertemuan 2Pertemuan 2Pertemuan 2Pertemuan 2
Urgensi dan Landasan Urgensi dan Landasan Ekonomi IslamEkonomi IslamUrgensi dan Landasan Urgensi dan Landasan Ekonomi IslamEkonomi Islam
Azis Budi SetiawanAzis Budi Setiawan
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBISekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI
Azis Budi SetiawanAzis Budi Setiawan
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBISekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI
• Mengapa Kita membutuhkan ekonomi Islam hari ini ?
• Apakah ekonomi Islam bisa menjawab persoalan hari ini?
• Apakahah itu ekonomi Islam ? Dan bagaimana ekonomis Islam bekerja?
• Mengapa Kita membutuhkan ekonomi Islam hari ini ?
• Apakah ekonomi Islam bisa menjawab persoalan hari ini?
• Apakahah itu ekonomi Islam ? Dan bagaimana ekonomis Islam bekerja?
Tantangan Ekonomi Syariah - MakroTantangan Ekonomi Syariah - Makro
• Praktik Kapitalisme Bisnis yang Hegemonik, menyebabkan:– Kemiskinan yang meluas dengan ukuran kemiskinan 2 dollar-
orang miskin di Indonesia mencapai 100 juta lebih (50% penduduk)– Pengangguran yang semakin banyak 8,2juta lebih orang
menganggur termasuk kalangan terdidik.– Kesenjangan ekonomi yang semakin lebar potensi menyebabkan
ledakan sosial.– Egoisme dan Indvidualisme menyeruak solidaritas sosial dan
kekerabatan pudar.• Sistem Keuangan yang didominasi praktik Ribawi-Eksploitatif
– Mematikan Sektor Riil: Pertanian, Manufaktur, dll.– Inflasi Permanen Pemiskinan masal– Debt Trap bunga utang yang mencekik
• Negara yang Gagal Melindungi Rakyatnya– Privatisasi usaha negara strategis.– Liberalisasi ekonomi yang memarginalisasi rakyat banyak (ACFTA).– Tidak diterapkannya perlindungan sosial terhadap warga abaikan
sistem zakat, SJSN tidak jelas.• Dicabutnya berkah dari sebuah Bangsa
– Bencana, korupsi dan rusaknya moral
• Praktik Kapitalisme Bisnis yang Hegemonik, menyebabkan:– Kemiskinan yang meluas dengan ukuran kemiskinan 2 dollar-
orang miskin di Indonesia mencapai 100 juta lebih (50% penduduk)– Pengangguran yang semakin banyak 8,2juta lebih orang
menganggur termasuk kalangan terdidik.– Kesenjangan ekonomi yang semakin lebar potensi menyebabkan
ledakan sosial.– Egoisme dan Indvidualisme menyeruak solidaritas sosial dan
kekerabatan pudar.• Sistem Keuangan yang didominasi praktik Ribawi-Eksploitatif
– Mematikan Sektor Riil: Pertanian, Manufaktur, dll.– Inflasi Permanen Pemiskinan masal– Debt Trap bunga utang yang mencekik
• Negara yang Gagal Melindungi Rakyatnya– Privatisasi usaha negara strategis.– Liberalisasi ekonomi yang memarginalisasi rakyat banyak (ACFTA).– Tidak diterapkannya perlindungan sosial terhadap warga abaikan
sistem zakat, SJSN tidak jelas.• Dicabutnya berkah dari sebuah Bangsa
– Bencana, korupsi dan rusaknya moral
Tantangan Ekonomi Syariah - MikroTantangan Ekonomi Syariah - Mikro
• Praktik Bisnis Pengusaha dan Produsen yang Culas– Manipulasi timbangan, kualitas dll.– Persaingan yang tidak sehat.– Mementingkan profit maximize– Menghalalkan berbagai cara
• Sistem Distribusi Barang yang Rusak– Tengkulak yang menjadi raja– Praktik Ikhtikar atau penimbunan yang meluas– Biaya distribusi yang mahal
• Perbankan dan Keuangan Mikro yang jadi rentenir– Suku bunga yang mahal– Menjerat banyak individu dan keluarga
• Konsumen yang Lupa Diri– Menghalalkan berbagai cara untuk meraih pendapatan– Sophaholic pembelanja– Lupa prioritas belanja
• Dicabutnya berkah dari Individu dan Keluarga – Keretakan rumah tangga, perceraian, kenakalan remaja, dan
lahirnya generasi yang lemah.
• Praktik Bisnis Pengusaha dan Produsen yang Culas– Manipulasi timbangan, kualitas dll.– Persaingan yang tidak sehat.– Mementingkan profit maximize– Menghalalkan berbagai cara
• Sistem Distribusi Barang yang Rusak– Tengkulak yang menjadi raja– Praktik Ikhtikar atau penimbunan yang meluas– Biaya distribusi yang mahal
• Perbankan dan Keuangan Mikro yang jadi rentenir– Suku bunga yang mahal– Menjerat banyak individu dan keluarga
• Konsumen yang Lupa Diri– Menghalalkan berbagai cara untuk meraih pendapatan– Sophaholic pembelanja– Lupa prioritas belanja
• Dicabutnya berkah dari Individu dan Keluarga – Keretakan rumah tangga, perceraian, kenakalan remaja, dan
lahirnya generasi yang lemah.
Bahasan Pertemuan IniBahasan Pertemuan Ini
A. Kedudukan Ekonomi Islam dalam Al-Islam & Urgensinya
B. Urgensinya Ekonomi Islam
A. Kedudukan Ekonomi Islam dalam Al-Islam & Urgensinya
B. Urgensinya Ekonomi Islam
“DINUL ISLAM”
SEMPURNA
AL-MAIDAH: 3 AL-AN’AM: 38 AN-NAHL: 89
Konpreكافةhensif
Kedudukan Ekonomi Islam (1)Kedudukan Ekonomi Islam (1)
Kedudukan Ekonomi Islam (2)Kedudukan Ekonomi Islam (2)
• Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu (Al-Maidah (5): 3).
• Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (An-Nahl (16): 89)
• Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di Al-Kitab[309] (Al-An’am (6): 38).
• [472] Sebahagian Mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. Dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan tuntunan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.
• Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu (Al-Maidah (5): 3).
• Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (An-Nahl (16): 89)
• Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di Al-Kitab[309] (Al-An’am (6): 38).
• [472] Sebahagian Mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. Dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan tuntunan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.
AQIDAH ALKHLAKSYARIAH
IBADAH MUAMALAH
HUKUM PIDANA/PERDATA
EKONOMI &FINANSIAL
POLITIK
ASURANSI BANK PASAR MODAL LEASING PEGADAIAN SEKTOR RIEL DLL
Pertanian, Manufaktur dll
Kedudukan Ekonomi Islam (3)Kedudukan Ekonomi Islam (3)
• Sesungguhnya ekonomi Islam adalah bagian integral dari sistem Islam yang sempurna. Apabila ekonomi konvensional –dengan sebab situasi kelahirannya- terpisah secara sempurna dari agama. Maka keistimewaan terpenting ekonomi Islam adalah keterkaitannya secara sempurna dengan Islam itu sendiri, yaitu
aqidah dan syariah. • (Prof. Dr. Ahmad Muhammad ‘Assal & Prof. Dr. Fathi Ahmad Abdul Karim,
An-Nizham al-Iqtishadi fil Islam, Cairo, 1977, hlm.17-18)
• Sesungguhnya ekonomi Islam adalah bagian integral dari sistem Islam yang sempurna. Apabila ekonomi konvensional –dengan sebab situasi kelahirannya- terpisah secara sempurna dari agama. Maka keistimewaan terpenting ekonomi Islam adalah keterkaitannya secara sempurna dengan Islam itu sendiri, yaitu
aqidah dan syariah. • (Prof. Dr. Ahmad Muhammad ‘Assal & Prof. Dr. Fathi Ahmad Abdul Karim,
An-Nizham al-Iqtishadi fil Islam, Cairo, 1977, hlm.17-18)
Kedudukan Ekonomi Islam (4)Kedudukan Ekonomi Islam (4)
• Berdasarkan ini, maka tidak boleh kita mempelajari ekonomi Islam secara berdiri sendiri yang terpisah dari aqidah Islam dan syariahnya, karena sistem ekonomi Islam bagian dari syariah Islam. Dengan demikian ia terkait secara mendasar dengan aqidah
• (Prof. Dr. Ahmad Muhammad ‘Assal & Prof. Dr. Fathi Ahmad Abdul Karim, An-Nizham al-Iqtishadi fil Islam, Cairo, 1977, hlm.17
• Berdasarkan ini, maka tidak boleh kita mempelajari ekonomi Islam secara berdiri sendiri yang terpisah dari aqidah Islam dan syariahnya, karena sistem ekonomi Islam bagian dari syariah Islam. Dengan demikian ia terkait secara mendasar dengan aqidah
• (Prof. Dr. Ahmad Muhammad ‘Assal & Prof. Dr. Fathi Ahmad Abdul Karim, An-Nizham al-Iqtishadi fil Islam, Cairo, 1977, hlm.17
Kedudukan Ekonomi Islam (5)Kedudukan Ekonomi Islam (5)
• Ulama sepakat bahwa muamalat (ekonomi didalamnya) itu sendiri adalah masalah kemanusiaan yang maha penting (dharuriyah basyariyah).
• (Prof. Dr. Ahmad Muhammad ‘Assal & Prof.Dr. Fathi Ahmad Abdul Karim, An-Nizham al-Iqtishadi fil Islam, Cairo, 1977, hlm.14)
• Ulama sepakat bahwa muamalat (ekonomi didalamnya) itu sendiri adalah masalah kemanusiaan yang maha penting (dharuriyah basyariyah).
• (Prof. Dr. Ahmad Muhammad ‘Assal & Prof.Dr. Fathi Ahmad Abdul Karim, An-Nizham al-Iqtishadi fil Islam, Cairo, 1977, hlm.14)
Kedudukan Ekonomi Islam (6)Kedudukan Ekonomi Islam (6)
• Sesungguhnya dua sisi syariah Islam ialah ibadat dan muamalat. Keduanya terkait laksana satu tubuh dan keduanya satu tujuan, (yaitu dalam rangka ibadah dan ketaatan kepada Sang Khalik Allah Swt).
• (Samir Abdul Hamid Ridwan, Aswaq al-Awraq al-Maliyah, IIIT, Cairo, 1996, hlm. 166)
• Sesungguhnya dua sisi syariah Islam ialah ibadat dan muamalat. Keduanya terkait laksana satu tubuh dan keduanya satu tujuan, (yaitu dalam rangka ibadah dan ketaatan kepada Sang Khalik Allah Swt).
• (Samir Abdul Hamid Ridwan, Aswaq al-Awraq al-Maliyah, IIIT, Cairo, 1996, hlm. 166)
Kedudukan Ekonomi Islam (7)Kedudukan Ekonomi Islam (7)
• Jika jauh jarak perbedaan (kajian) syariah dengan kajian non syariah dalam bidang ekonomi ini, maka akan jauhlah kebenaran dan kebatilan, antara hidayah dan kesesatan.
• Karena umat Islam jauh dari kajian muamalah, maka dalam mencari uang, banyak umat Islam tersesat ke jalan batil, seperti bunga bank, bunga asuransi, bunga koperasi, bunga obligasi, permainan spekulasi di pasar uang dan pasar modal, arisan berantai, money game berkedok MLM, praktek gharar dan maysir dalam margin trading, dsb.
• Akibat mengabaikan kajian Muamalah ekonomi: – Umat Islam bayak yang tidak memahami fungsi uang, sehingga tanpa rasa berdosa
mempraktekkan riba di bank, asuransi, pasar modal dan kredit lainnya.– Umat Islam (bahkan tokoh agama) banyak yang ikut-ikutan money game berkedok
MLM, arisan berantai, ikut tabungan haji di Bank Riba.– Umat Islam ikutan spekulasi mata uang.– Umat Islam ikutan spekulasi di pasar modal, margin trading, future trading.– DPR/DPRD muslim tidak faham kebijakan fiskal Islam dalam menyusun APBD/APBN.– Umat Islam kurang faham praktek mudharabah, musyarakah, ijarah, murabahah dan
berbagai jenis transaksi muamalah lainnya.– Banyak Umat Islam yang tidak faham perbedaan bank Islam dengan bank
konvensional, perbedaan margin murabahah dengan bunga, perbedaan bunga dan bagi hasil.
– Banyak Umat Islam memandang sama saja bank Islam dan bank konvensional, asuransi Islam dan konvensional,dll
– Mereka menganggap Ekonomi Islam sama saja dengan ekonomi konvensional
• Jika jauh jarak perbedaan (kajian) syariah dengan kajian non syariah dalam bidang ekonomi ini, maka akan jauhlah kebenaran dan kebatilan, antara hidayah dan kesesatan.
• Karena umat Islam jauh dari kajian muamalah, maka dalam mencari uang, banyak umat Islam tersesat ke jalan batil, seperti bunga bank, bunga asuransi, bunga koperasi, bunga obligasi, permainan spekulasi di pasar uang dan pasar modal, arisan berantai, money game berkedok MLM, praktek gharar dan maysir dalam margin trading, dsb.
• Akibat mengabaikan kajian Muamalah ekonomi: – Umat Islam bayak yang tidak memahami fungsi uang, sehingga tanpa rasa berdosa
mempraktekkan riba di bank, asuransi, pasar modal dan kredit lainnya.– Umat Islam (bahkan tokoh agama) banyak yang ikut-ikutan money game berkedok
MLM, arisan berantai, ikut tabungan haji di Bank Riba.– Umat Islam ikutan spekulasi mata uang.– Umat Islam ikutan spekulasi di pasar modal, margin trading, future trading.– DPR/DPRD muslim tidak faham kebijakan fiskal Islam dalam menyusun APBD/APBN.– Umat Islam kurang faham praktek mudharabah, musyarakah, ijarah, murabahah dan
berbagai jenis transaksi muamalah lainnya.– Banyak Umat Islam yang tidak faham perbedaan bank Islam dengan bank
konvensional, perbedaan margin murabahah dengan bunga, perbedaan bunga dan bagi hasil.
– Banyak Umat Islam memandang sama saja bank Islam dan bank konvensional, asuransi Islam dan konvensional,dll
– Mereka menganggap Ekonomi Islam sama saja dengan ekonomi konvensional
Kedudukan Ekonomi Islam (8)Kedudukan Ekonomi Islam (8)
Kedudukan Ekonomi Islam (9)Kedudukan Ekonomi Islam (9)• Padahal ajaran tentang muamalah ekonomi ini telah dibawa oleh para
Rasul terdahulu. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Huud (11) ayat 84-88.
• Padahal ajaran tentang muamalah ekonomi ini telah dibawa oleh para Rasul terdahulu. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Huud (11) ayat 84-88.
Kedudukan Ekonomi Islam (10)Kedudukan Ekonomi Islam (10)
• Artinya:• 84. Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, Sesungguhnya Aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan Sesungguhnya Aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)."
• 85. Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
• 86. Sisa (keuntungan) dari Allah[734] adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. dan Aku bukanlah seorang Penjaga atas dirimu"
• 87. Mereka berkata: "Hai Syu'aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat Penyantun lagi berakal[735]."
• 88. Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika Aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya Aku dari pada-Nya rezki yang baik (patutkah Aku menyalahi perintah-Nya)? dan Aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang Aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama Aku masih berkesanggupan. dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah Aku bertawakkal dan Hanya kepada-Nya-lah Aku kembali.– [734] yang dimaksud dengan sisa keuntungan dari Allah ialah keuntungan yang halal dalam
perdagangan sesudah mencukupkan takaran dan timbangan.– [735] perkataan Ini mereka ucapkan untuk mengejek nabi Syu'aib a.s.
• Ayat di atas mengisahkan perdebatan kaum Nabi Syu’aib yang mengingkari agama yang dibawanya yang mengajarkan I’tiqad dan iqtishad (aqidah dan ekonomi)
• Nabi Syu’aib mengingatkan mereka tentang kekacauan transaksi muamalah ekonomi yang mereka lakukan selama ini.
• Ayat ini berisi dua peringatan penting, yaitu aqidah dan muamalah.• Ayat ini juga menjelaskan bahwa pencarian dan pengelolaan rezeki (harta) tidak boleh
sekehendak hati, melainkan mesti sesuai dengan kehendak dan tuntunan Allah, yang disebut syari’ah .
• Artinya:• 84. Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, Sesungguhnya Aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan Sesungguhnya Aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)."
• 85. Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
• 86. Sisa (keuntungan) dari Allah[734] adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. dan Aku bukanlah seorang Penjaga atas dirimu"
• 87. Mereka berkata: "Hai Syu'aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat Penyantun lagi berakal[735]."
• 88. Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika Aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya Aku dari pada-Nya rezki yang baik (patutkah Aku menyalahi perintah-Nya)? dan Aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang Aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama Aku masih berkesanggupan. dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah Aku bertawakkal dan Hanya kepada-Nya-lah Aku kembali.– [734] yang dimaksud dengan sisa keuntungan dari Allah ialah keuntungan yang halal dalam
perdagangan sesudah mencukupkan takaran dan timbangan.– [735] perkataan Ini mereka ucapkan untuk mengejek nabi Syu'aib a.s.
• Ayat di atas mengisahkan perdebatan kaum Nabi Syu’aib yang mengingkari agama yang dibawanya yang mengajarkan I’tiqad dan iqtishad (aqidah dan ekonomi)
• Nabi Syu’aib mengingatkan mereka tentang kekacauan transaksi muamalah ekonomi yang mereka lakukan selama ini.
• Ayat ini berisi dua peringatan penting, yaitu aqidah dan muamalah.• Ayat ini juga menjelaskan bahwa pencarian dan pengelolaan rezeki (harta) tidak boleh
sekehendak hati, melainkan mesti sesuai dengan kehendak dan tuntunan Allah, yang disebut syari’ah .
Kedudukan Ekonomi Islam (11)Kedudukan Ekonomi Islam (11)• Menurut Dr Abdul Sattar dalam kitabnya Al-Muamalah fil Islam
(hlm.16), Muamalah ini adalah sunnah yang terus-menerus dilaksanakan para Nabi AS, sebagaimana firman Allah:
• Menurut Dr Abdul Sattar dalam kitabnya Al-Muamalah fil Islam (hlm.16), Muamalah ini adalah sunnah yang terus-menerus dilaksanakan para Nabi AS, sebagaimana firman Allah:
• Artinya: ”Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca keadilan supaya manusia dapat menegakkan keadilan itu. Dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia. Supaya mereka memergunakan besi itu dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agamanya) dan RasulNya. Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa”.
• Menurut Dr Abdul Sattar, Ayat tersebut mengandung dua masalah penting :– Bahwa tujuan utama risalah ilahiyah (dalam kitab & syari’ah) adalah menegakkan
aturan (nizham) yang adil dalam muamalah di antara manusia.– Menegakkan aturan syariah tersebut mesti dengan kekuasaan/kekuatan (besi), setelah
dakwah dan tabligh/komunikasi dilaksanakan (hlm.17)
• Artinya: ”Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca keadilan supaya manusia dapat menegakkan keadilan itu. Dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia. Supaya mereka memergunakan besi itu dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agamanya) dan RasulNya. Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa”.
• Menurut Dr Abdul Sattar, Ayat tersebut mengandung dua masalah penting :– Bahwa tujuan utama risalah ilahiyah (dalam kitab & syari’ah) adalah menegakkan
aturan (nizham) yang adil dalam muamalah di antara manusia.– Menegakkan aturan syariah tersebut mesti dengan kekuasaan/kekuatan (besi), setelah
dakwah dan tabligh/komunikasi dilaksanakan (hlm.17)
Kedudukan Ekonomi Islam (12)Kedudukan Ekonomi Islam (12)• Fiqh Muamalah Ekonomi, menduduki posisi yang penting dalam
Islam. Hampir tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam aktivitas muamalah, karena itu hukum mempelajarinya wajib ‘ain(fardhu) bagi setiap muslim. Kewajiban itu disebabkan setiap muslim tidak terlepas dari aktivitas ekonomi. Bahkan sebagian besar waktu yang dihabiskan seorang manusia adalah untuk kegiatan muamalah, al. mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan diri, keluarga, bahkan negara.
• Perbandingan Alokasi Waktu untuk Ibadah dan Muamalah.– Ibadah Mahdhah 5 x 10 menit = 50 menit– Muamalah (mencari nafkah/kerja) Mulai jam 7 pagi sd jam
19.00 = 12 jam• Menurut Dr. Yusuf Qardhowi : ” Memahami/mengetahui hukum
muamalah maliyah wajib bagi setiap muslim, namun untuk menjadi expert (ahli) dalam bidang ini hukumnya fardhu kifayah”.
• Fiqh Muamalah Ekonomi, menduduki posisi yang penting dalam Islam. Hampir tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam aktivitas muamalah, karena itu hukum mempelajarinya wajib ‘ain(fardhu) bagi setiap muslim. Kewajiban itu disebabkan setiap muslim tidak terlepas dari aktivitas ekonomi. Bahkan sebagian besar waktu yang dihabiskan seorang manusia adalah untuk kegiatan muamalah, al. mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan diri, keluarga, bahkan negara.
• Perbandingan Alokasi Waktu untuk Ibadah dan Muamalah.– Ibadah Mahdhah 5 x 10 menit = 50 menit– Muamalah (mencari nafkah/kerja) Mulai jam 7 pagi sd jam
19.00 = 12 jam• Menurut Dr. Yusuf Qardhowi : ” Memahami/mengetahui hukum
muamalah maliyah wajib bagi setiap muslim, namun untuk menjadi expert (ahli) dalam bidang ini hukumnya fardhu kifayah”.
Wallahu’alam bishawab
Jazakumullah Khoiron Katsiraa
Wallahu’alam bishawab
Jazakumullah Khoiron Katsiraa