MEKANIKA Volume 10 Nomor 1, September 2011 7 PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN SISIPAN PITA TERPILIN BERLUBANG Tri Istanto 1 , Wibawa Endra Juwana 1 1 Staf Pengajar – Jurusan Teknik Mesin – Universitas Sebelas Maret Keywords : Nusselt number Reynolds number friction factor perforated twisted tape insert Abstract : This research was conducted to examine the characteristics of heat transfer and friction factor in the annular channel concentric tube heat exchanger with a classic twisted tape insert and perforated twisted tape inserts. Test section was the single pass concentric tube heat exchanger with inner tube and outer tube made of aluminum. Dimensions of outer tube; outer diameter of 21.87 mm and inner diameter of 20.67 mm, and dimensions of inner tube, outer diameter of 15.84 mm and inner diameter of 14.34 mm. The length of heat exchanger was 2,000 mm and the length of pressure drop measurement in the inner tube was 2,010 mm. Flows in the inner tube and in annulus was counter flow. Working fluid in the inner tube was hot water which its inlet temperature was maintained at 60°C, whereas in the annulus was cold water at 28 o C. Both of classic twisted tape insert and perforated twisted tape insert with a twist ratio of 4.0 were made of aluminum strips with a thickness of 0.76 mm and width of 12.61 mm which it was twisted so forming twist with the length of pitch was 50.35 mm. Perforated twisted tape inserts were varied with holes diameter of 4 mm and 6.5 mm, respectively, where the distance between the center holes of 4 cm. Twisted tape insert installed in the inner tube of the concentric tube heat exchanger. The results showed that at the same Reynolds number, the addition of classic twisted tape insert and perforated twisted tape insert with holes diameter of 4 mm and 6,5 mm in the inner tube increasing the average Nusselt numbers were 79,20%, 68,7%, and 57,8% than the inner tube without a twisted tape insert (plain tube), respectively. At the same pumping power, the average Nusselt number in the inner tube with the addition of perforated twisted tape inserts with holes diameter of 6.5 decreased 1.62%, whereas the addition of perforated twisted tape inserts with holes diameter of 4 mm classic twisted tape inserts increased the average Nusselt number were 3.2% and 5,84% compared with plain tube, respectively. At the same Reynolds number, the addition of classic twisted tape inserts and perforated twisted tape insert with holes diameter of 4 mm and 6,5 mm in the inner tube increased the average friction factor 339.25%, 298.49% and 269.6% than plain tube, respectively. At the same pumping power, the addition of classic twisted tape inserts and perforated twisted tape insert with holes diameter of 4 mm and 6.5 mm in inner tube increased the average friction factor 485.39%, 416.48 % and 362.72% than plain tube, respectively. PENDAHULUAN Penukar kalor (heat exchanger) adalah sebuah alat yang digunakan untuk memindahkan panas antara dua atau lebih fluida. Perkembangan alat penukar kalor menuju keringkasan ukuran, tetapi dengan kemampuan pertukaran kalornya yang semakin meningkat. Perbaikan peningkatan kuantitas laju perpindahan panas dari semua jenis penukar kalor telah diaplikasikan dalam dunia industri, diantaranya dalam: proses pengambilan panas kembali (heat recovery processes), pendingin udara dan sistem refrigerasi, dan reaktor-reaktor kimia. Sampai saat ini beberapa teknik peningkatan perpindahan panas pada penukar kalor telah banyak dikembangkan. Efektivitas perpindahan panas dari sebuah penukar kalor dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah jenis aliran dalam pipa penukar kalor. Aliran yang turbulen diketahui memiliki nilai perpindahan panas yang lebih baik dibandingkan dengan jenis aliran laminar. Dengan meningkatkan turbulensi aliran fluida dalam pipa penukar kalor, diharapkan koefisien perpindahan panas konveksinya akan meningkat. Salah satu cara untuk meningkatkan turbulensi aliran fluida dalam pipa penukar kalor adalah dengan menggunakan sisipan (insert), yaitu
8
Embed
2 PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN FAKTOR ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MEKANIKA
Volume 10 Nomor 1, September 2011
7
PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN
FAKTOR GESEKAN PADA PENUKAR KALOR PIPA
KONSENTRIK DENGAN SISIPAN PITA TERPILIN BERLUBANG
Tri Istanto 1, Wibawa Endra Juwana
1
1Staf Pengajar – Jurusan Teknik Mesin – Universitas Sebelas Maret
Keywords :
Nusselt number
Reynolds number
friction factor
perforated twisted tape insert
Abstract :
This research was conducted to examine the characteristics of heat transfer
and friction factor in the annular channel concentric tube heat exchanger
with a classic twisted tape insert and perforated twisted tape inserts. Test
section was the single pass concentric tube heat exchanger with inner tube
and outer tube made of aluminum. Dimensions of outer tube; outer diameter
of 21.87 mm and inner diameter of 20.67 mm, and dimensions of inner tube,
outer diameter of 15.84 mm and inner diameter of 14.34 mm. The length of
heat exchanger was 2,000 mm and the length of pressure drop measurement
in the inner tube was 2,010 mm. Flows in the inner tube and in annulus was
counter flow. Working fluid in the inner tube was hot water which its inlet
temperature was maintained at 60°C, whereas in the annulus was cold water
at 28oC. Both of classic twisted tape insert and perforated twisted tape insert
with a twist ratio of 4.0 were made of aluminum strips with a thickness of
0.76 mm and width of 12.61 mm which it was twisted so forming twist with
the length of pitch was 50.35 mm. Perforated twisted tape inserts were varied
with holes diameter of 4 mm and 6.5 mm, respectively, where the distance
between the center holes of 4 cm. Twisted tape insert installed in the inner
tube of the concentric tube heat exchanger. The results showed that at the
same Reynolds number, the addition of classic twisted tape insert and
perforated twisted tape insert with holes diameter of 4 mm and 6,5 mm in the
inner tube increasing the average Nusselt numbers were 79,20%, 68,7%, and
57,8% than the inner tube without a twisted tape insert (plain tube),
respectively. At the same pumping power, the average Nusselt number in the
inner tube with the addition of perforated twisted tape inserts with holes
diameter of 6.5 decreased 1.62%, whereas the addition of perforated twisted
tape inserts with holes diameter of 4 mm classic twisted tape inserts
increased the average Nusselt number were 3.2% and 5,84% compared with
plain tube, respectively. At the same Reynolds number, the addition of classic
twisted tape inserts and perforated twisted tape insert with holes diameter of
4 mm and 6,5 mm in the inner tube increased the average friction factor
339.25%, 298.49% and 269.6% than plain tube, respectively. At the same
pumping power, the addition of classic twisted tape inserts and perforated
twisted tape insert with holes diameter of 4 mm and 6.5 mm in inner tube
increased the average friction factor 485.39%, 416.48 % and 362.72% than
plain tube, respectively.
PENDAHULUAN
Penukar kalor (heat exchanger) adalah sebuah
alat yang digunakan untuk memindahkan panas
antara dua atau lebih fluida. Perkembangan alat
penukar kalor menuju keringkasan ukuran, tetapi
dengan kemampuan pertukaran kalornya yang
semakin meningkat. Perbaikan peningkatan kuantitas
laju perpindahan panas dari semua jenis penukar
kalor telah diaplikasikan dalam dunia industri,
diantaranya dalam: proses pengambilan panas
kembali (heat recovery processes), pendingin udara
dan sistem refrigerasi, dan reaktor-reaktor kimia. Sampai saat ini beberapa teknik peningkatan
perpindahan panas pada penukar kalor telah banyak
dikembangkan. Efektivitas perpindahan panas dari sebuah
penukar kalor dipengaruhi oleh banyak hal, salah
satunya adalah jenis aliran dalam pipa penukar kalor.
Aliran yang turbulen diketahui memiliki nilai
perpindahan panas yang lebih baik dibandingkan
dengan jenis aliran laminar. Dengan meningkatkan
turbulensi aliran fluida dalam pipa penukar kalor,
diharapkan koefisien perpindahan panas konveksinya
akan meningkat. Salah satu cara untuk meningkatkan
turbulensi aliran fluida dalam pipa penukar kalor
adalah dengan menggunakan sisipan (insert), yaitu
MEKANIKA
Volume 10 Nomor 1, September 2011
8
isian material yang dapat membuat aliran di dalam
pipa penukar kalor menjadi lebih turbulen. Di sisi
lain, semakin turbulen sebuah aliran fluida maka
penurunan tekanan (pressure drop) yang terjadi
antara sisi masuk dan sisi keluar dari aliran fluida
tersebut semakin besar.
Penurunan tekanan berpengaruh pada besarnya
energi yang harus diberikan pompa atau fan untuk
mengalirkan fluida dalam penukar kalor atau disebut
daya pemompaan (pumping power). Semakin besar penurunan tekanan, maka semakin besar daya
pemompaan yang diperlukan. Penurunan tekanan
fluida mempunyai hubungan langsung dengan
perpindahan panas dalam penukar kalor, operasi,
ukuran, dan faktor – faktor lain, termasuk
pertimbangan ekonomi. Oleh sebab itu peningkatan
koefisien perpindahan panas konveksi dengan
meningkatkan turbulensi aliran fluida dalam pipa
penukar kalor harus dikaitkan dengan besarnya
penurunan tekanan yang dihasilkan. Efektivitas
optimum dari modifikasi ini adalah nilai koefisien
perpindahan panas konveksi yang tinggi diikuti dengan kenaikan penurunan tekanan yang minimum.
Salah satu jenis sisipan yang banyak digunakan
untuk meningkatkan perpindahan panas dalam
sebuah penukar kalor adalah sisipan pita terpilin
(twisted tape insert). Pipa penukar kalor dengan
penambahan sisipan pita terpilin telah digunakan
secara luas sebagai alat pemutar aliran secara
kontinyu untuk meningkatkan laju perpindahan
panas. Penambahan sisipan pita terpilin dalam
sebuah pipa penukar kalor merupakan metode pasif,
dimana tidak memerlukan tambahan energi dari luar. Sisipan pita terpilin sering digunakan dalam penukar
kalor karena harganya murah, perawatannya mudah,
dan ringkas.
Banyak peneliti yang menyelidiki tentang
peningkatan perpindahan panas pada sebuah pipa
atau pada penukar kalor menggunakan sisipan pita
terpilin. Sarma et al (2002) menyelidiki pendekatan
baru untuk memprediksi koefisien perpindahan
panas konveksi dalam sebuah pipa dengan
penambahan sisipan pita terpilin untuk berbagai
perbandingan nilai pitch dan diameter. Naphon
(2006) menyelidiki karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan pada penukar kalor pipa
ganda dengan dan tanpa sisipan pita terpilin.
Noothong et al (2006) menyelidiki pengaruh
penambahan sisipan pita terpilin terhadap
karakteristik perpindahan panas dan faktor gesekan
dalam sebuah penukar kalor pipa konsentrik. Rahimi
et al (2009) menyelidiki karakteristik perpindahan
panas dan faktor gesekan pada penukar kalor dengan
penambahan classic, perforated, notched dan jagged
twisted tape insert. Ahamed et al (2007) menyelidiki
perpindahan panas aliran turbulen pada sebuah pipa dengan penambahan sisipan pita terpilin berlubang.
Istanto et al (2011) menyelidiki karakteristik
perpindahan panas dan faktor gesekan pada penukar
kalor pipa konsentrik dengan penambahan sisipan
pita terpilin panjang setengah penuh dan panjang
penuh. Istanto et al (2011) menyelidiki karakteristik
perpindahan panas dan faktor gesekan pada penukar
kalor pipa konsentrik saluran persegi dengan
penambahan sisipan pita terpilin klasik dan
berlubang. Istanto et al (2011) menyelidiki pengaruh
rasio pilinan (twist ratio) terhadap karakteristik perpindahan panas dan faktor gesekan pada penukar
kalor pipa konsentrik dengan penambahan sisipan
pita terpilin.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji
karakteristik perpindahan panas dan faktor gesekan
pada penukar kalor pipa konsentrik dengan geometri
pipa dalam (inner tube) dan pipa luar (outer tube)
adalah annular dengan penambahan sisipan pita
terpilin klasik dan sisipan pita terpilin berlubang di
pipa dalam.
METODE PENELITIAN Skema alat pengujian karakteristik perpindahan
panas dan faktor gesekan pada penukar kalor pipa
konsentrik dengan penambahan sisipan pita terpilin
di pipa dalam dapat dilihat pada gambar 1. Peralatan
penelitian terdiri dari 3 sistem, yakni sistem
pengukuran, sistem lintasan pipa dalam, dan sistem
lintasan annulus. Lintasan aliran air panas di pipa
dalam adalah sebuah lintasan tertutup. Air panas
yang berada di tangki air panas digerakkan oleh
pompa air, mengalir melewati pipa dalam dan
kembali ke tangki air panas. Lintasan aliran air dingin di annulus adalah lintasan terbuka. Aliran air
dingin menggunakan metode gravitasi, yaitu aliran
air dingin berasal dari tangki air dingin yang
diletakkan di pada ketinggian tertentu. Air dingin
yang keluar dari annulus langsung dibuang.
Skema seksi uji dapat dilihat pada gambar 2.
Penukar kalor berupa pipa konsentrik satu laluan
dengan arah aliran-aliran fluida melalui pipa dalam
dan annulus berlawanan arah (counter flow). Pipa
dalam dan pipa luar terbuat dari aluminium, dengan
panjang berturut-turut 2.300 mm dan 1.940 mm.
Dimensi pipa luar; diameter luar 21,87 mm dan diameter dalam 20,67 mm, dan dimensi pipa dalam;
diameter luar 15,84 mm dan diameter dalam 14,34
mm. Panjang penukar kalor 2.000 mm dan jarak
pengukuran beda tekanan di pipa dalam 2.010 mm.
Ukuran celah annulus 2,42 mm dengan diameter
hidrolik 4,83 mm. Panjang pengukuran beda tekanan
di pipa dalam 2.002 mm. Pengujian dilakukan
dengan arah penukar kalor mendatar. Temperatur
masukan air panas melalui pipa dalam dijaga konstan
60oC, sedangkan temperatur masukan air dingin di
annulus adalah ± 28oC.
MEKANIKA
Volume 10 Nomor 1, September 2011
9
Gambar 1. Skema alat uji penukar kalor pipa konsentrik dengan sisipan pita terpilin
Gambar 2.Skema penukar kalor pipa konsentrik
Termokopel tipe K digunakan untuk mengukur
temperatur air panas masuk dan keluar pipa dalam,
temperatur dinding luar pipa dalam, dan temperatur
air dingin masuk dan keluar annulus. Pengukuran
temperatur dinding luar pipa dalam sebanyak 10
titik, seperti terlihat pada gambar 3. Penelitian
dilakukan dengan menvariasi laju aliran air panas di
pipa dalam, sedangkan laju aliran air dingin di
annulus dijaga konstan. Laju aliran air panas di pipa
dalam diukur dengan flowmeter. Temperatur air
panas masukan ke pipa dalam dijaga konstan 60oC,
dengan menggunakan pemanas air elektrik yang
dikontrol dengan thermocontroller. Penelitian
dilakukan untuk pipa dalam dari penukar kalor pipa
konsentrik tanpa penambahan sisipan pita terpilin
(plain tube) dan pipa dalam dengan penambahan
sisipan pita terpilin klasik dan sisipan pita terpilin
berlubang. Pengukuran beda tekanan di pipa dalam
menggunakan manometer pipa U dengan fluida
manometer adalah air. Data yang dipakai untuk
analisa adalah data pada saat sistem penukar kalor
mencapai kondisi tunak.
Gambar 3. Letak termokopel-termokopel di seksi uji
MEKANIKA
Volume 10 Nomor 1, September 2011
10
Sisipan pita terpilin klasik dibuat dari aluminium
strip dengan tebal 0,76 mm dan lebar 12,61 mm yang
dipuntir sedemikian rupa sehingga membentuk
sebuah pilinan yang mempunyai panjang pitch 50,35
mm dan rasio pilinan sebesar 4,0. Sedangkan sisipan
pita terpilin berlubang dibuat dari material dan
ukuran yang sama dengan sisipan pita terpilin klasik,
dengan panjang pitch 50,35 mm dan rasio pilinan 4,0
dimana divariasi ukuran diameter lubang sebesar 6,5
mm dan 4 mm. Sisipan pita terpilin dipasang di pipa dalam dari penukar kalor pipa konsentrik. Sisipan
pita terpilin klasik dan berlubang yang digunakan
pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.
(a)
(b)
(c)
Gambar 4. Sisipan pita terpilin;(a) klasik;
(b)berlubang dengan diameter lubang 4 mm;
(c) berlubang dengan diameter lubang 6,5 mm
Perhitungan Perpindahan Panas
Untuk aliran-aliran fluida dalam sebuah penukar
kalor pipa konsentrik, seperti terlihat pada gambar 1,
laju perpindahan panas dari air panas di pipa dalam
dapat dinyatakan sebagai :
Qh = �� �.Cp,h .(Th,in – Th,out) (1) Laju perpindahan panas ke air dingin di annulus
Qc = �� �.Cp,c .(Tc,out – Tc,in) (2)
Qc = ho. Ao. (���, – Tb,o) (3)
Perbedaan besar laju perpindahan panas dari
persamaan (1) dan (2,3) menunjukkan kesalahan
keseimbangan energi (heat balance error) dari
penukar kalor, dimana dapat diabaikan jika penukar
kalor diisolasi dengan baik.
Qloss = |Qh - Qc | (4)
Dalam penelitian ini penukar kalor diisolasi dengan
baik sehingga persentase Qloss ≤ 10%.
Koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata di
annulus dapat ditentukan dari persamaan (2) dan (3)
:
ho = � �. � .(��,���– ��,��)
��.(���,� – ��,�) (5)
Laju perpindahan panas pada persamaan (1) dapat
juga dinyatakan dengan menggunakan parameter koefisien perpindahan panas overall berdasarkan
permukaan dalam pipa dalam :
Qh = Ui.Ai.∆TLMTD (6) Koefisien perpindahan panas overall Ui , pada
penukar kalor pipa konsentrik ini dinyatakan dengan
:
Ui = �
� � �!"�.#�$"� "�⁄ &
'.(� ! "�"�. �)
(7)
Dari persamaan (1) dan (6), maka nilai Ui dapat
dihitung :
Ui = � . � .(� ,�� – � ,���)
��.∆�+,-. (8)
Dengan diperoleh nilai ho dari persamaan (5) dan Ui
dari persamaan (8), maka koefisien perpindahan
panas konveksi rata-rata di pipa dalam, hi , dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan :
hi = �
� �/�0"�.#�$"� "�⁄ &
'.(� 0 "�"�. �)
(9)
Bilangan Nusselt rata-rata di pipa dalam, Nui , dapat
dihitung dengan persamaan :
Nui = 1� .2�
3� (10)
Bilangan Reynolds (Re) aliran air panas di pipa
dalam, dihitung dengan persamaan :
Re = 4.5.2�
6 (11)
Perhitungan Faktor Gesekan (Friction Factor)
Penurunan tekanan (∆P) yang terjadi pada aliran air di pipa dalam ditentukan dengan
manometer pipa U. Faktor gesekan dihitung
menggunakan persamaan :
f = 78
9 +�. ,�:94;'
' : (12)
Jika ∆P telah diketahui, maka daya
pemompaan, dapat ditentukan dari :
<�=>?= = A.� ∆B (13)
Unjuk kerja termal didefinisikan sebagai
perbandingan antara koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata di pipa dalam dengan penambahan
sisipan pita terpilin dengan koefisien perpindahan
panas konveksi rata-rata di pipa dalam tanpa sisipan
pita terpilin (plain tube) pada daya pemompaan yang
sama.
η = 91C1�
:DD
(14)
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Validasi karakteristik perpindahan panas dan
faktor gesekan di plain tube Dilakukan validasi karakteristik perpindahan
panas (Nu) dan faktor gesekan (f) pada pipa dalam
dari penukar kalor pipa konsentrik tanpa sisipan pita
terpilin (plain tube) dengan korelasi-korelasi
empirik untuk perpindahan panas dan faktor gesekan
yang telah ada. Karakteristik perpindahan panas dari
plain tube dibandingkan dengan korelasi Gnielinski,
Petukhov dan Dittus Boelter, sedangkan untuk
karakteristik faktor gesekan dibandingkan dengan
persamaan Blasius.
Dari gambar 5, penyimpangan rata-rata nilai aktual Nui dari plain tube dengan korelasi Dittus-
Boelter sebesar 24,57%, dengan korelasi Gnelienski
sebesar 7,3%, dan dengan korelasi Petukhov sebesar
5,6%. Penyimpangan rata-rata nilai Nui
dibandingkan dengan korelasi Gnelienski dan
Petukhov cukup kecil, sehingga nilai Nui aktual di
plain tube adalah valid. Korelasi Dittus–Boelter
mempunyai akurasi ± 25% (Incropera, 2006),
sehingga nilai aktual Nui di plain tube adalah valid.
MEKANIKA
Volume 10 Nomor 1, September 2011
11
Gambar 5. Hubungan Nu dengan Re untuk plain
tube
Gambar 6. Hubungan f dengan Re untuk plain tube
Dari gambar 6, nilai f dari plain tube
menyimpang rata-rata sebesar 11,09% dari
persamaan Blasius. Nilai penyimpangan f rata-rata
ini cukup kecil, sehingga data aktual f di plain tube
adalah valid.
b. Karakteristik perpindahan panas pada
bilangan Reynolds yang sama
Karakteristik perpindahan panas dari penukar
kalor pipa konsentrik ini dapat dilihat pada gambar
7.
Manglik dan Bergles (1993) mengembangkan
korelasi untuk sisipan pita terpilin klasik di pipa bundar dalam daerah turbulen dan valid untuk
temperatur dinding konstan dan fluks kalor konstan.
Dari hasil pengujian, nilai bilangan Nusselt rata-rata
pipa dalam dengan penambahan sisipan pita terpilin
klasik dan sisipan pita terpilin berlubang dengan
diameter lubang 4 mm dan 6,5 mm jika
dibandingkan dengan korelasi Manglik – Bergles
memiliki penyimpangan rata-rata berturut-turut
sebesar 14,78%, 8,16%, dan 2,25%. Nilai
penyimpangan ini cukup kecil sehingga data nilai Nu
di pipa dalam dari penukar kalor pipa konsentrik dengan sisipan pita terpilin adalah valid. Fenomena
ini serupa dengan penelitian Murugesan (2009) yang
membandingkan data penelitiannya dengan korelasi
Manglik-Berges, dan diperoleh penyimpangan
sebesar ±10%.
Gambar 7. Grafik hubungan Nui dengan Re
Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa dengan
semakin besar Re, maka Nui rata-rata akan semakin
naik. Kenaikan Nui berarti juga terjadi kenaikan
perpindahan panas yang terjadi di pipa dalam. Hal
ini terjadi untuk ke semua kasus, yaitu untuk plain
tube, dan pipa dalam dengan penambahan sisipan
pita terpilin. Dengan penambahan sisipan pita
terpilin di pipa dalam maka dapat digunakan untuk
memutar aliran secara kontinyu dari sisi masuk
sampai sisi keluar penukar kalor. Hal ini berfungsi
untuk menambah panjang aliran di pipa dalam, mengurangi tebal lapis batas termal, dan
meningkatkan percampuran antara aliran inti dengan
aliran dekat dinding pipa dalam.
Pada bilangan Reynolds yang sama, pipa dalam
dari penukar kalor pipa konsentrik dengan sisipan
pita terpilin klasik bilangan Nusselt rata-rata
meningkat 79,20 % dibandingkan dengan plain tube.
Sedangkan dengan penambahan sisipan pita terpilin
diameter lubang 4 mm dan 6,5 mm kenaikan
bilangan Nusselt rata-rata berturut-turut sebesar
68,7% dan 57,8% dibandingkan dengan plain tube. Penambahan sisipan pita terpilin klasik di pipa dalam
menghasilkan peningkatan perpindahan panas yang
lebih besar daripada sisipan pita terpilin berlubang.
Hal ini disebabkan karena pada sisipan pita terpilin
berlubang aliran di bagian tengah tengah tidak
berputar sebagai akibat dari adanya lubang yang
menyebabkan berkurangnya aliran berputar (swirl
flow) sehingga mengurangi perpindahan panas.
Fenomena ini serupa dengan penelitian Rahimi dkk
(2009), bahwa dengan penambahan sisipan pita
terpilin klasik menghasilkan kenaikan perpindahan
panas yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan sisipan pita terpilin berlubang.
c. Karakteristik faktor gesekan pada bilangan
Reynolds yang sama
Penambahan sisipan pita terpilin di pipa dalam
memberikan tambahan tahanan aliran. Hal ini
menimbulkan ∆P yang lebih besar dibandingkan
dengan plain tube. Kenaikan ∆P merugikan, karena meningkatkan daya pemompaan untuk
mempertahankan aliran di pipa dalam dengan laju
aliran volumetrik yang sama. Grafik pengaruh Re dan penambahan sisipan pita terpilin terhadap nilai ∆P di pipa dalam dapat dilihat pada gambar 8.
MEKANIKA
Volume 10 Nomor 1, September 2011
12
Gambar 8. Hubungan ∆P dengan Re
Gambar 9. Hubungan f dengan Re
Nilai ∆P dengan penambahan sisipan pita terpilin klasik meningkat 339,47% dari plain tube,
sedangkan dengan penambahan sisipan pita terpilin
berlubang diameter lubang 4 mm dan 6,5 mm nilai
penurunan tekanan berturut-turut meningkat sebesar
298,7% dan 270,17% dari plain tube. Penambahan sisipan pita terpilin klasik di pipa dalam
menghasilkan penurunan tekanan paling besar
dibandingkan dengan penambahan sisipan pita
terpilin berlubang dan plain tube. Hal ini terjadi
karena kecepatan radial aliran fluida akibat sisipan
pita terpilin klasik lebih besar dari sisipan pita
terpilin berlubang, dimana lubang pada sisipan pita
terpilin berlubang mengurangi halangan aliran
sehingga kecepatan radial aliran berkurang.
Karakteristik f di pipa dalam dapat dilihat pada
gambar 9. Dari gambar 9 dapat dilihat bahwa dengan
kenaikan Re, nilai f di pipa dalam dari penukar kalor pipa konsentrik semakin berkurang. Hal ini terjadi
untuk plain tube maupun pipa dalam dengan
penambahan sisipan pita terpilin. Nilai f dari pipa
dalam dengan penambahan sisipan pita terpilin
mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan
plain tube. Dengan penambahan sisipan pita terpilin