HASIL DISKUSI KELOMPOK I
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA SEBELUM TAHUN 1948
Ni Nyoman Widiasih
1315351081
Putu Diah Aryastuti Sanjiwani
1315351085
I.G.A Puspita Dewi
1315351094
Ni Made Dwi Safitri Sadia
1315351095
Ni Gusi Putu Ayu Sandra Dewi
1315351096
Rai Sukmawati Dana
1315351097NAMA DOSEN:
I MADE ADI WIDNYANA, S.Farm.,Apt.,S.H.,M.H
PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
2013I. PENDAHULUANPerjalanan sejarah bangsa Indonesia yang
dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan dilanjutkan dengan
era merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai dengan era
mengisi kemerdekaan, menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda
sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut
ditanggapi oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai
semangat kebangsaan kejuangan yang senantiasa tumbuh dan berkembang
yang dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat kebangsaan. Kesemuanya
itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya
NKRi dalam wadah Nusantara.
Bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa asing mulai tahun 1511
sampai dengan 1945 yaitu bangsa Portugis, Belanda, inggris dan
Jepang. Selama penjajahan peristiwa yang menonjol adalah tahun 1908
yang dikenal sebagai Gerakan Kebangkitan Nasional Pertama, yaitu
lahirnya organisasi pergerakan Budi Utomo yang dipelopori oleh Dr.
Sutomo Dan Dr. Wahidin Sudirohusodo, Dan 20 tahun kemudian pada
tanggal 28 Oktober 1928 ditandai dengan lahirnya Sumpah Pemuda
sebagai titik awal dari kesadaran masyarakat untuk berbangsa
Indonesia, dimana putra putri bangsa Indonesia berikrar : BERBANGSA
SATU, BERTANAH AIR SATU, DAN BERBAHASA SATU : INDONESIA. Pernyataan
ikrar ini mempunyai nilai tujuan yang sangat strategis di masa
depan yaitu persatuan dan kesatuan Indonesia. Niiai yang terkandung
selama penjajahan adalah Harga diri, solidaritas, persatuan dan
kesatuan, serta jati diri bangsa.
Dimulai dari tahun 1942 sampai dengan tahun 1949; dimana pada
tanggal 8 Maret 1948 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang
me!alui Perjanjian Kalijati. Selama penjajahan Jepang pemuda pemudi
Indonesia dilatih dalam olah kemiliteran dengan tujuan untuk
membantu Jepang memenangkan Perang Asia Timur Raya. Pelatihan
tersebut melalui Seinendan, Heiho, Peta dan lain-lain, sehingga
pemuda Indonesia sudah memiliki bekal kemiliteran. Pada tanggal 15
Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu disebabkan dibom atomnya
kota Hirosima dan Nagasaki. Kekalahan Jepang kepada Sekutu dan
kekosongan kekuasaan yang terjadi di Indonesia digunakan dengan
sebaik-baiknya oleh para pemuda Indonesia untuk merebut
kemerdekaan. Dengan semangat juang yang tidak kenal menyerah yang
dilandasi iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
keikhlasan berkorban telah terpatri dalam jiwa para pemuda dan
rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaannya, yang kemudian
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta.
Setelah merdeka bangsa Indonesia harus menghadapi Belanda yang
ingin menjajah kembali Indonesia dengan melancarkan aksi militernya
pada tahun 1948 (Aksi Militer Belanda Pertama) dan tahun 1948 (Aksi
Militer Belanda Kedua), dan pemberontakan PKI Madiun yang didalangi
oleh Muso dan Amir Syarifuddin pada tahun 1948. Era merebut dan
mempertahankan kemerdekaan mengandung nilai juang yang paling kaya
dan lengkap sebagai titik kulminasinya adalah pada perang
Kemerdekaan 17 Agustus 1945. II. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan Perbedaan antara Imperialisme dengan
Kolonialisme!
2. Jelaskan perjuangan terhadap penjajah di wilayah Aceh,
Makasar, Kalimantan, Maluku, Bali, Jawa, kemukakan faktor pencetus
perjuangannya, hasil yang dicapai dan faktor kesalahannya.3.
Jelaskan peran seorang dr. Snouck Horgroenje dalam penaklukan Aceh
oleh Belanda!
4. Jelaskan apa itu Divide Et Impera!
5. Sebutkan sistem-sistem yang diterapkan oleh penjajah dalam
menguasai nusantara!
6. Tunjukkan bukti-bukti perjuangan pada masa itu sebagai symbol
penolakan terhadap penjajahan!
7. Kaitkan masa perjuangan dengan nilai-nilai pancasila. Menurut
saudara, apakah pada masa itu telah ada pelaksanaan nilai
pancasila?
8. Simpulkan faktor-faktor apa yang menyebabkan kegagalan
perjuangan yang terjadi pada masa itu!
III. TUJUANTujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan dari Imperialisme dengan
Kolonialisme.
2. Untuk mengetahui perjuangan terhadap penjajah yang dilakukan
di seluruh nusantara.
3. Untuk mengetahui peran dr. Snouck Horgroenje dalam penaklukan
Aceh oleh Belanda.
4. Untuk mengetahui pengertian dari Divide Et Impera.5. Untuk
mengetahui sistem-sistem yang diterapkan penjajah dalam menaklukan
nusantara.
6. Untuk mengetahui bukti-bukti yang ada sebagai simbol
penolakan terhadap penjajah.
7. Untuk mengetahui kaitan masa perjuangan dengan nilai-nilai
pancasila.
8. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan
perjuangan.
IV. METODE PENULISAN
Penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan.Cara-cara
yang digunakan pada penelitian ini adalah :Studi PustakaDalam
metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan denga penulisan
makalah ini.
V. PEMBAHASAN
1. Kolonialisme berasal dari kata colunus (colonia) yang berarti
suatu usaha untuk untuk mengembangkan kekuasaan suatu negara diluar
wilayah negara tersebut. Kolonialisme pada umumnya bertujuan untuk
mencapai dominasi ekonomi atas sumber daya, manusia, dan
perdagangan di suatu wilayah. Wilayah koloni umumnya adalah
daerah-daerah yang kaya akan bahan mentah untuk keperluan negara
yang melakukan kolonialisme. Sedangkan, Imperialisme adalah usaha
memperluas kekuasaan suatu negara untuk menguasai negara lain.
Imperialisme dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu imperialisme
kuno dan imperialisme modern. Imperialisme kuno berlangsung sebelum
revolusi industri dan bertujuan untuk memiliki kekayaan (gold),
mencapai kejayaan (glory), dan menyebarkan agama (gospel). Spanyol
dan portugis adalah negara yang menjalankan imperialisme kuno.
Sementara Inggris merupakan negara yang menganut imperialisme
modern.
Perbedaan kolonialisme dan imperialisme
Kolonialisme bertujuan untuk menguras habis sumber daya alam
dari negara yang bersangkutan untuk diangkut ke negara induk.
Sedangkan, Imperialisme bertujuan untuk menanamkan pengaruh pada
semua bidang kehidupan negara yang bersangkutan.2.
Perjuangan-perjuangan yang ada di wilayah nusantara :a. Perjuangan
rakyat aceh melawan penjajah
Perang AcehBelanda atau disingkat Perang Aceh adalah perang
Kesultanan Aceh melawan Belanda dimulai pada 1873 hingga 1903.
Kesultanan Aceh menyerah pada januari 1903, tapi perlawanan rakyat
Aceh dengan perang gerilya terus berlanjut.
Pada tanggal 26 Maret 1873 Belanda menyatakan perang kepada
Aceh, dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari
kapal perang Citadel van Antwerpen. Pada 5 April 1873, Belanda
mendarat di Pante Ceureumen di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf
Khler, dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Khler
saat itu membawa 3.198 tentara. Sebanyak 168 di antaranya para
perwira.
Latar Belakang terjadinya perang aceh akibat dari Perjanjian
Siak 1858, Sultan Ismail menyerahkan wilayah Deli, Langkat, Asahan
dan Serdang kepada Belanda, padahal daerah-daerah itu sejak Sultan
Iskandar Muda, berada di bawah kekuasaan Aceh. Belanda melanggar
perjanjian Siak, maka berakhirlah perjanjian London tahun 1824. Isi
perjanjian London adalah Belanda dan Britania Raya membuat
ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia
Tenggara yaitu dengan garis lintang Singapura. Keduanya mengakui
kedaulatan Aceh. Aceh menuduh Belanda tidak menepati janjinya,
sehingga kapal-kapal Belanda yang lewat perairan Aceh
ditenggelamkan oleh pasukan Aceh. Perbuatan Aceh ini didukung
Britania.
Dengan dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps
menyebabkan perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalu lintas
perdagangan. Ditandatanganinya Perjanjian London 1871 antara
Inggris dan Belanda, yang isinya, Britania memberikan keleluasaan
kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh. Belanda harus
menjaga keamanan lalulintas di Selat Malaka. Belanda mengizinkan
Britania bebas berdagang di Siak dan menyerahkan daerahnya di
Guyana Barat kepada Britania.
Akibat perjanjian Sumatera 1871, Aceh mengadakan hubungan
diplomatik dengan Konsul Amerika Serikat, Kerajaan Italia dan
Kesultanan Usmaniyah di Singapura. Aceh juga mengirimkan utusan ke
Turki Usmani pada tahun 1871. Akibat upaya diplomatik Aceh
tersebut, Belanda menjadikannya sebagai alasan untuk menyerang
Aceh. Wakil Presiden Dewan Hindia Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen
dengan 2 kapal perangnya datang ke Aceh dan meminta keterangan dari
Sultan Machmud Syah tentang apa yang sudah dibicarakan di Singapura
itu, tetapi Sultan Machmud menolak untuk memberikan
keterangan.Perang Aceh Pertama (1873-1874) dipimpin oleh Panglima
Polim dan Sultan Mahmud Syah melawan Belanda yang dipimpin Khler.
Khler dengan 3000 serdadunya dapat dipatahkan, dimana Khler sendiri
tewas pada tanggal 14 April 1873. Sepuluh hari kemudian, perang
berkecamuk di mana-mana. Yang paling besar saat merebut kembali
Masjid Raya Baiturrahman, yang dibantu oleh beberapa kelompok
pasukan. Ada di Peukan Aceh, Lambhuk, Lampu'uk, Peukan Bada, sampai
Lambada, Krueng Raya. Beberapa ribu orang juga berdatangan dari
Teunom, Pidie, Peusangan, dan beberapa wilayah lain.
Perang Aceh Kedua (1874-1880). Pasukan Belanda dipimpin oleh
Jenderal Jan van Swieten. Belanda berhasil menduduki Keraton
Sultan, 26 Januari 1874, dan dijadikan sebagai pusat pertahanan
Belanda. Pada 31 Januari 1874 Jenderal Van Swieten mengumumkan
bahwa seluruh Aceh jadi bagian dari Kerajaan Belanda. Ketika Sultan
Machmud Syah wafat 26 Januari 1874, digantikan oleh Tuanku Muhammad
Dawood yang dinobatkan sebagai Sultan di masjid Indrapuri. Perang
pertama dan kedua ini adalah perang total dan frontal, dimana
pemerintah masih berjalan mapan, meskipun ibu kota negara
berpindah-pindah ke Keumala Dalam, Indrapuri, dan tempat-tempat
lain.
Perang ketiga (1881-1896), perang dilanjutkan secara gerilya dan
dikobarkan perang fi sabilillah. Dimana sistem perang gerilya ini
dilangsungkan sampai tahun 1903. Dalam perang gerilya ini pasukan
Aceh di bawah Teuku Umar bersama Panglima Polim dan Sultan. Pada
tahun 1899 ketika terjadi serangan mendadak dari pihak Van der
Dussen di Meulaboh, Teuku Umar gugur. Tetapi Cut Nyak Dhien istri
Teuku Umar kemudian tampil menjadi komandan perang gerilya.
Perang keempat (1896-1910) adalah perang gerilya kelompok dan
perorangan dengan perlawanan, penyerbuan, penghadangan dan
pembunuhan tanpa komando dari pusat pemerintahan Kesultanan.Selama
perang Aceh, Van Heutz telah menciptakan surat pendek (korte
verklaring, Traktat Pendek) tentang penyerahan yang harus
ditandatangani oleh para pemimpin Aceh yang telah tertangkap dan
menyerah. Di mana isi dari surat pendek penyerahan diri itu
berisikan, Raja (Sultan) mengakui daerahnya sebagai bagian dari
daerah Hindia Belanda, Raja berjanji tidak akan mengadakan hubungan
dengan kekuasaan di luar negeri, berjanji akan mematuhi seluruh
perintah-perintah yang ditetapkan Belanda. Perjanjian pendek ini
menggantikan perjanjian-perjanjian terdahulu yang rumit dan panjang
dengan para pemimpin setempat.
Walau demikian, wilayah Aceh tetap tidak bisa dikuasai Belanda
seluruhnya, dikarenakan pada saat itu tetap saja terjadi perlawanan
terhadap Belanda meskipun dilakukan oleh sekelompok orang
(masyarakat). Hal ini berlanjut sampai Belanda enyah dari Nusantara
dan diganti kedatangan penjajah baru yakni Jepang (Nippon).b.
Perjuangan rakyat Makasar melawan penjajah
Perlawanan terhadap kolonialisme Belanda dilakukan oleh Kerajaan
Gowa dan Tallo, yang kemudian bergabung menjadi Kerajaan Makassar.
Kerajaan Makassar, mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintah
Sultan Hasanuddin tahun 1654-1669. Abad ke-17 Makassar menjadi
pesaing berat bagi Kompeni VOC pelayaran dan perdagangan di wilayah
Indonesia Timur. Setelah mendapatkan berdagang, VOC mulai
menunjukkan perilaku dan niat utamanya, yaitu mulai mengajukan
tuntutan kepada Sultan Hasanuddin. Pertempuran antara rakyat
Makassar dengan VOC terjadi. Pertempuran pertama terjadi pada tahun
1633. Pada tahun 1654 diawali dengan perilaku VOC yang berusaha
menghalang-halangi pedagang yang akan masuk maupun keluar Pelabuhan
Makassar mengalami kegagalan. Pertempuran ketiga terjadi tahun
1666-1667, pasukan kompeni dibantu olehpasukan Raja Bone (Aru
Palaka) dan pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Angakatan laut VOC,
yang dipimpin oleh Spleeman. Pasukan Aru Palaka mendarat din
Bonthain dan berhasil mendorog suku Bugis agar melakukan
pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin. Penyerbuan ke Makassar
dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin terdesak dan
dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya
pada tahun 1667.
Factor penyebab kegagalan rakyat Makassar adalah keberhasilan
politik adu domba Belanda terhadap Sultan Hasanudin dengan Aru
Palaka. Membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan
perlawanan terhadap VOC.c. Perjuangan rakyat Kalimantan melawan
penjajah
Perang Banjar (1859-1905) adalah perang perlawanan terhadap
penjajahan kolonial Belanda yang terjadi di Kesultanan Banjar yang
meliputi wilayah provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah.
Perang Banjar berlangsung antara 1859 -1905 (menurut sumber
Belanda 1859-1863). Konflik dengan Belanda sebenarnya sudah mulai
sejak Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Kesultanan Banjar.
Dengan ikut campurnya Belanda dalam urusan kerajaan, kekalutan
makin bertambah. Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang menjadi wali
putra makota, mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan
Tahmidullah II (1785-1808) dan membunuh semua putra almarhum Sultan
Muhammad. Pangeran Amir, satu-satunya pewaris tahta yang selamat,
berhasil melarikan diri lalu mengadakan perlawanan dengan dukungan
pamannya Arung Turawe, tetapi gagal. Pangeran Amir (kakek Pangeran
Antasari) akhirnya tertangkap dan dibuang ke Srilangka.
Sebab umum :
Rakyat tidak senang dengan merajalelanya Belanda yang
mengusahakan perkebunan dan pertambangan di Kalimantan Selatan.
Belanda terlalu banyak campur tangan dalam urusan intern
kesultanan.
Belanda bermaksud menguasai daerah Kalimantan Selatan karena
daerah ini ditemukan pertambangan batubara. (Karena ditemukan
Batubara di kota Martapura Belanda telah merencanakan untuk
memindah ibukota kesultanan ke kota Negara - bekas ibukota pada
zaman Hindu).
Sebab Khusus:
Karena Pangeran Hidayatullah yang seharusnya menjadi Sultan
Banjar tidak disetujui oleh Belanda yang kemudian menganggap
Tamjidullah sebagai sultan yang sebenarnya tidak berhak menjadi
sultan. Kemudian setelah Belanda mencopot Tamjidullah dari kursi
sultan, Belanda membubarkan Kesultanan Banjar.Pangeran Hidayatullah
dan Pangeran Antasari menggunakan strategi perang gerilya dengan
membuat kerajaan baru di pedalaman dan membangun benteng-benteng
pertahanan di hutan-hutan.
Perang ini mengakibatkan :
Bidang politik.
a) Daerah Kalimantan Selatan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah
kolonial Belanda.
b) Dibubarkannya negara Kesultanan Banjar.
Bidang ekonomi
1. Dikuasainya tambang batubara dan perkebunan di daerah
Kalimantan Selatan.
d. Perjuangan rakyat Maluku melawan penjajahTerjadi di
Tidore
1) Perlawanan di Ternate
Pertama pada tahun 1635 yang dipimpin oleh Kakiali. 1646 kembali
terjadi perlawanan rakyat Ternate terhadap VOC, yang dipimpin oleh
Telukabesi. Pada tahun 1650, rakyat Ternate yang dipimpin oleh
Saidi mengalami kegagalan.
2) Perlawanan di Tidore
Tidore dipimpin oleh Kaicil Nuku atau Sultan Nuku. Perlawanan
fisik dan perundingan berhasil mengusir Belanda, mengusir Kolonial
Inggris dari Tidore.
Perlawanan oleh Patimura
Bulan Mei 1817, meletus perlawanan rakyat Maluku di Saparua yang
dipimpin oleh Thomas Mattulessy atau Kapitan Pattimura. Benteng
kompeni Duurstede di Saparua diserbu dan direbut rakyat Maluku.
Meluas hingga ke Ambon dan ke pulaupulau sekitarnya, dikuasai oleh
Kapitan Pattimura, Anthony Rybok, Paulus-paulus Tiahahu, Martha
Christina Tiahahu, Latumahina, Said Perintah dan Thomas Pattiwael,
kewalahan perlawanan rakyat Pattimura pada tahun 1817 mendantangkan
pasukan Kompeni dari Ambon yang dipimpin oleh kapten Lisnet.
Oktober 1817, menyerang rakyat Maluku secara besar-besaran,
menangkap Kapitan Pattimura (tahun 1817) dihukum mati pada tanggal
16 Desember 1817.
e. Perjuangan rakyat Bali melawan penjajah
Di Bali sejarah mencatat terjadi lima kali perang puputan.
Kesemuanya merupakan perlawanan heroik rakyat Bali terhadap
penjajah Belanda. Sejarah perang puputan pertama kali terjadi pada
tahun 1846 dan terkahir kali terjadi pada tahun 1946.
1. Puputan Jagaraga
Pada tahun 1846, Anak Agung Jelantik penguasa daerah Den Bukit,
sekarang termasuk dalam wilayah Kabupaten Buleleng memutuskan untuk
melakukan perang puputan. Perang ini dipicu oleh politik tawan
karang (menahan seluruh kapal asing yang masuk ke dermaga pelabuhan
Buleleng - Bali Utara) yang diberlakukan Kerajaan Den Bukit tidak
diterima oleh pihak Belanda yang mencoba masuk ke wilayah Den
Bukit. Karena dipersenjatai peralatan perang modern yang lengkap,
termasuk kapal laut, kapal udara, mobil perang beserta
senapan-senapan apinya, maka Belanda secara membabi buta menyerang
wilayah Den Bukit mulai dari pesisir Buleleng sampai ke kota
kerajaan di desa Jagaraga.
Dipimpin oleh Jenderal Mayor A.V. Michiels dan sebagai wakilnya
adalah van Swieten, Kerajaan Buleleng diserang dari segala tempat,
udara, laut dan darat. Namun rakyat Den Bukit tidak menyerah
menghadapi serangan yang sangat tidak berimbang ini. Raja Den Bukit
pun mengumumkan kepada rakyat, pasukan perang dan kerabat istana
untuk menghadapi Belanda sampai titik darah penghabisan. Akhirnya
Den Bukit pun jatuh ke tangan Kolonial Belanda, namun atas desakan
rakyat, Anak Agung Jelantik dan beberapa sesepuh Kerajaan Den Bukit
berhasil diloloskan ke wilayah Kerajaan Karangasem untuk meminta
perlindungan dan menyusun kekuatan untuk kembali menghadapi pasukan
Belanda.
2. Puputan Kusamba
Tiga tahun kemudian, yakni tahun 1849, Belanda berusaha
menduduki wilayah Bali Timur. Pasukan ingin menguasai wilayah
Kerajaan Klungkung yang merupakan kerajaan tertinggi di Bali saat
itu. Dengan menguasai Kerajaan Klungkung, berarti wilayah Bali
secara keseluruhan akan dibawah kekuasaan penjajah Belanda. Namun
rencana ini tercium oleh rakyat desa Kusamba yang merupakan benteng
kekuatan Kerajaan Klungkung. Rakyat Kusamba yang didukung penuh
oleh atasannya menyatakan akan menghadapi belanda secara perang
puputan.
Pada tanggal 25 Mei 1849, tampil lah Ida I Dewa Istri Kanya,
seorang perempuan Bali memimpin perang puputan yang dikenal dengan
Puputan Kusamba tersebut. Saat itu pasukan Belanda dipimpin oleh
Let. Jen. Michiels. Berbeda dengan perang puputan lainnya, kali ini
Klungkung memenangkan perang dengan terbunuhnya Micheils di medan
perang. Kekalahan ini tentu saja membuat pihak Belanda sangat
malu.
3. Puputan Badung
Setelah hampir setengah abat tidak terdengar adanya perang
puputan di Bali, tiba-tiba pada tanggal 20 September 1906, tiga
kerajaan yakni Puri Kesiman, Puri Denpasar dan Puri Pemecutan
mengumumkan perang puputan melawan kolonial Belanda yang
berkedudukan di Batavia. Perang ini dipicu oleh taktik licik pihak
kolonial Belanda yang menuduh rakyat Sanur mencuri barang-barang
milik saudagar Cina yang diangkut oleh kapal Sri Komala berbendera
Belanda yang terdampar di pantai Sanur pada tahun 1904. Kwee Tek
Tjiang, pemilik barang telah membuat laporan palsu kepada utusan
raja dan menyatakan rakyat telah mencuri 3.700 ringgit uang perak
serta 2.300 uang kepeng. Laporan tanpa bukti itu tentu saja tidak
dipercaya oleh utusan raja.
Karena utusan raja tidak mempercayai laporan palsu tersebut,
pihak kolonial Belanda mengeluarkan ultimatun yakni mendenda Raja
Badung, I Gusti Ngurah Denpasar (Badung merupakan otoritas tiga
kerajaan, yakni Kesiman, Denpasar dan Pemecutan) sebesar 3.000
ringgit (7.500 gulden). Jika Raja Badung tidak mau membayar denda
sampai batas tanggal yang ditentukan 9 Januari 1905, maka wilayah
Badung akan diserang secara militer oleh pihak kolonial Belanda.
Karena rakyat Badung tidak bersalah, maka tantangan tersebut
diladeni dengan perlawanan.
Maka pecahlah Puputan Badung dengan korban gugur di pihak rakyat
mencapai 7.000 orang, termasuk para raja dan kerabat istana serta
para pahlawan dari ketiga puri, Kesiman, Denpasar dan Pemecutan.
Pasukan Belanda dipimpin Rost Van Toningen, berhasil menduduki
wilayah Badung. Namun para wartawan perang yang dibawa pihak
Belanda melaporkan bahwa Puputan Badung ini merupakan pembantaian
massal yang dilakukan militer Belanda terhadap rakyat sipil yang
tidak bersenjata.
4. Puputan Klungkung
Dua tahun setelah Puputan Badung, tanggal 28 April 1908 kembali
terjadi perang puputan melawan kolonial Belanda. Perang puputan
yang dikenal dengan Puputan Klungkung ini merupakan perang puputan
terakhir masa kerajaan di Bali. Perang yang menandai jatuhnya
seluruh wilayah Bali ke tangan belanda ini dipicu oleh
kesewenang-wenangan Belanda dalam membuat peraturan yang tentu
merugikan rakyat Bali. Di pihak Klungkung dipimpin oleh Raja
Klungkung Ida I Dewa Agung Jambe, yang sekaligus gugur dalam
peperangan.
Kemenangan Belanda kali ini merupakan obat penawar sakit hati
yang harus diterima Belanda ketika menggempur wilayah Klungkung di
Desa kusamba sekitar setengah abad sebelumnya.
5. Puputan Margarana
Setelah Indonesia merdeka, pada masa-masa perang kemerdekaan
kembali terjadi perang puputan di wilayah Kabupaten Tabanan. Adalah
Desa Marga, Kecamatan Marga, menjadi tempat bersejarah yang
menandai bagaimana rakyat Indonesia, khususnya rakyat Bali gigih
menentang segala bentuk penjajahan. Di tempat pertempuran secara
puputan terakhir ini, kini ditandai dengan situs candi yang dikenal
dengan Candi Margarana. Marga adalah tempat kejadiannya, sedangkan
rana berarti perang atau pertempuran.
Pada tanggal 20 November 1946, terjadi pertempuran habis-habisan
antara pasukan Ciung Wanara dibawah pimpinan Let. Kol. I Gusti
Ngurah Rai melawan pasukan NICA (pasukan yang dibonceng penjajah
Belanda). Pertempuran sengit diatas kebun jagung di Banjar Kelaci
itu membuat I Gusti Ngurah Rai beserta segenap pasukannya gugur
dalam membela tanah air, NKRI.f. Perjuangan rakyat Jawa melawan
penjajah
Perjuangan Sultan Agung
Adalah raja mataram yang paling terkenal. Untuk mengusir
belanda, Sultan Agung mengerahkan 10.000 prajurit ke Batavia, namun
serangan ini gagal. Sebab, Belanda mendapat bantuan dari daerah
lain.
Belajar dari kegagalan yang pertama , tahun 1629 Sultan Agung
menyerang lagi, namun serangan ini pun mengalami kegagalan, karena
belanda membakar gudang-gudang beras persediaan bahan makanan bagi
prajurit mataram. Akibatnya prajurit mataram kekurangan bahan
makanan dan terjangkit berbagai macam penyakit.
Walaupun telah 2 kali mengalami kegagalan , Sultan Agung telah
menujukan kepada Belanda bahwa bangsa Indonesia tidak mau dijajah.
Beliau berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara. Perjuangan
Untung Suropati
Wilayahnya dari Jawa Tengah sampai Jawa Timur. Perlawanan Untung
Suropati dipicu oleh ketidak adilan dan penghianatan bangsa Belanda
terhadap Bangsanya. Perlawanannya dimulai tahun 1686 di Jawa Barat,
kemudian diteruskan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di jawa Tengah
Untung Suropati mendapat bantuan dari Sunan Amangkurat II .
Dikartasura, Untung suropati berhasil mengusir pasukan Belanda dan
membunuh pimpinannya Kapten Tack. Setelah sebagian daerah Jawa
Timur berhasil dikuasai, Untung Suropati kemudian mengangkat
dirinya sebagai adipati Wiranegara. Pusat pemerintahannya di
Bangil, Jawa Timur. Kedudukan Untung Suropati semakin kuat setelah
Amangkurat III menggabungkan diri.
Tahun1706 dibantu pasukan Mataram, Belanda menyerang Bangil .
Kota Bangil di pertahankan mati-matian, hingga banyak menimbulkan
korban dari kedua belah pihak, termasuk Untung Suropati.
Perjuangan pangerandiponegoro
Dengan segala siasat, belanda berhasil menanamkan pengaruhnya di
kerajaan Mataram. Rakyat ditindas dengan beban berat seperti kerja
rodi dan diberlakukannya bermacam-macam pajak. Kerajaan Mataram pun
dipecah menjadi 4 kerajaan kecil yaitu Surakarta, Jogjakarta,
Mangkunegara, dan Paku alaman. Cara hidup sebagian bangsawan
Mataram sangat dipengaruhi oleh Belanda, sehingga menyimpang dari
norma ajaran Islam.
Melihat keadaan itu Rden Mas Ontowiryo(Pangeran Diponegoro) dari
kasultanan Yogyakarta berkeinginan mengusir Belanda. Perang
dimulaisetelah Belanda membuat jalan melalui makam leluhur Pangeran
Diponegoro. Berlangsung tahun 1825-1830 dengan pusat pertahanan di
Selarong. Pimpinan yang membantu pangeran Diponegoro dalam perang
ini adalah pangeran Mangkubumi, Kiai Mojo, dan Sentot Pawirodirjo.
Diponegoro menggunakan siasat perang gerilya. Siasat ini berhasil.
Perang kemudian meluas kedaerah Banyumas, Kedu, Surakarta,
Semarang, Demak, Grobogan, Rembang, dan Madiun.
Karena kualahan, Jendral De Kock melakukan suatu tipu muslihat
denan cara menyerah. Belanda menyusun strategi untuk berpura-pura
ingin melakukan perundingan untuk menangkap Pangeran Diponegoro.
Perundingan dilaksanakan di Magelang, Pangeran Diponegoro ditangkap
dan diasingkan ke Menado yang kemudian dipindahkan ke Makasar
sampai wafatnya tahun 1855. ukan kepada Belanda bahwa bangsa
Indonesia tidak mau dijajah. Beliau berjuang untuk kepentingan
bangsa dan negara.3. Belanda yang kewalahan berpikir ulang untuk
mencari cara lain untuk dapat menaklukkan Aceh, Belanda mendapat
kesimpulan bahwa cara lain itu dengan memahami latar belakang
militansi orang Aceh. Untuk itulah Belanda menggunakan kemampuan
seorang pakar budaya yang berkelas. Pakar itu bernama Prof Dr C
Snouck Hurgronje, seorang antropolog yang ahli tentang Islam,
bahasa Arab, dan bidang kebudayaan umumnya. Misi utama Snouck
Hurgronje adalah menaklukkan Aceh. Nama lengkapnya, Christian
Snouck Hurgronje, lahir 8 Februari 1857 di Tholen, Oosterhout,
Belanda. Orang Aceh menyebutnya sebagai Tuan Seunuet. Hal itu
disebabkan oleh misinya yang bersifat merusak atau melibas yang
dalam bahasa Aceh disebut seunuet. Pada 9 Juli 1891, ia berangkat
ke Aceh dan sejak 16 Juli 1891 hingga 4 Februari 1892 menetap di
Banda Aceh. Setelah itu, ia kembali lagi ke Batavia. Antara tahun
1898 hingga 1903, ia sering pergi ke Aceh untuk membantu Van Heutsz
dalam menaklukkan Aceh. Snouck Hurgronje ditugaskan untuk
menyelidiki mengapa orang Aceh begitu gigih mempertahankan tanah
airnya. Untuk memperoleh pemahaman tentang kebudayaan Aceh, Snouck
Hurgronje melakukan penelitian lapangan dan menghasilkan sebuah
karya etnografi penting. Hasil kajiannya kemudian dibukukan dalam
dua jilid buku yang begitu terkenal, yaitu De Atjehers (1892-1893),
yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris The Achehenese
(1906). Selain itu, C. Snouck Hurgronje juga meneliti kebudayaan
Gayo, yang kemudian menghasilkan karya etnografi yang berjudul Het
Gajoland en Zijne Bewoners (1930). Setelah melakukan studi mendalam
tentang semua yang terkait dengan masyarakat Aceh, Snouck Hurgronje
menulis laporan panjang yang berjudul kejahatan-kejahatan Aceh.
Hasil kajiannya tentang Aceh ini kemudian dijadikan dasar
pengambilan keputusan oleh pihak pemerintah kolonial Belanda dalam
rangka menaklukkan Aceh. Pada bagian pertama laporannya, Snouck
Hurgronje menjelaskan tentang kultur masyarakat Aceh, peran Islam,
ulama, dan peran tokoh pimpinannya. Ia menegaskan bahwa yang berada
di belakang perang dahsyat Aceh dengan Belanda adalah para ulama.
Snouck Hurgronje menegaskan bahwa Islam harus dianggap sebagai
faktor negatif, karena dialah yang menimbulkan semangat fanatisme
agama di kalangan pejuang Aceh. Apabila dimungkinkan, disarankan
pembersihan ulama di tengah masyarakat, sehingga Islam tidak lagi
punya kekuatan di Aceh. Snouck Hurgronje membagi Islam yang
dipraktekkan oleh masyarakat Aceh atas tiga bagian, yaitu ibadah,
muamalah, dan politik. Terhadap ibadah harus diberi toleransi
kepada orang Aceh. Adapun terhadap yang berhubungan dengan politik,
haruslah dihadapi dengan kekuatan senjata. Bagian kedua laporannya
adalah usulan strategis soal militer. Snouck Hurgronje mengusulkan
dilakukannya operasi militer di desa-desa di Aceh untuk melumpuhkan
perlawanan rakyat yang menjadi sumber kekuatan ulama. Snouck
Hurgronje melemparkan provokasi bahwa yang berhak memimpin Aceh
bukanlah uleebalang, tapi ulama. Snouck Hurgronje kemudian
mendekati dan memengaruhi ulama untuk memberikan fatwa agama,
tetapi fatwa-fatwa itu diarahkan bagi politik adu domba Belanda.
Kekeliruan lain yang dilakukan oleh Snouck Hurgronje adalah
menyelewengkan pemahaman Hadih Maja hukom ngon adat, lagee zat ngon
sifeut (hukum (Islam) dengan adat seperti zat dengan sifat). Cara
tersebut dilakukan sebagai upaya pendangkalan pemahaman masyarakat
Aceh terhadap Islam yang kaffah. Hal itu dimaksudkan untuk
mengurangi sikap fanatisme masyarakat Aceh terhadap agamanya.
Dengan itu diharapkan, masyarakat Aceh tidak lagi memusuhi Belanda.
Hasil penelitian atau karya-karya etnografi itu menjadi bahan untuk
memahami Aceh dan berdasarkan pemahaman tersebut, Snouck Hurgronje
memberikan nasihat-nasihatnya kepada pusat kekuasaan Hindia Belanda
di Batavia (Jakarta). Ia dianggap seorang yang melakukan tugas
intelijen dengan cara ilmiah. Hal yang demikian menyebabkan ia
tetap hidup dalam perbincangan yang kontrovesial, baik di Eropa
maupun di Indonesia.4. Pengertian secara definitif Divide et impera
atau Politik pecah belah adalah kombinasi strategi politik,
militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga
kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi
kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukan. Dalam konteks
lain, politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok
kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih
kuat.5. Kedatangan bangsa-bangsa Barat ke dunia timur, khususnya
Indonesia telah memberikan banyak perubahan dalam berbagai segi
kehidupan bangsa. Sebagai contoh, sebelum kedatangan dan penguasaan
bangsa Barat di Indonesia, sistem pemerintahan, struktur birokrasi,
dan sistem hukum yang berlaku adalah sistem pribumi. Sistem
pemerintahan yang dimaksud adalah sistem pemerintahan berbentuk
kerajaan atau kesultanan. Struktur birokrasi yang didominasi oleh
kekuasaan raja atau sultan, kemudian dibantu oleh orang-orang
kepercayaan yang berada di bawahnya, seperti Penasihat Kerajaan,
Patih, Menteri, dan Panglima.Struktur pemerintahan yang telah lama
berjalan sebelum kedatangan kaum imperialis tersebut merupakan
suatu bentuk birokrasi yang menuntut ketaatan penuh dari bawahan
(rakyat) kepada atasan (raja / sultan dan para pembantunya), namun
tidak menjadikan rakyat terbebani. Sebaliknya, membentuk hubungan
antara raja dengan rakyat yang dikenal dengan nama patron-client.
Patron memiliki hak yang lebih baik kedudukannya, kebesarannya,
kehormatannya dan segala hak-hak istimewanya. Sebaliknya client,
memiliki kewajiban untuk mengabdi, menghormati, dan taat kepada
patron yang dianggap sebagai pelindungnya. Patron ini biasanya
sebagai atasan dan client sebagai bawahan. Hubungan patron-client
dapat diibaratkan hubungan bapak-anak. Jadi, raja harus merasa
dirinya sebagai bapak yang harus menaungi rakyatnya sebagai anak.
Kalaupun rakyat bekerja untuk raja, itu semata-mata bagian dari
pengabdian anak terhadap bapaknya. Keadaan itu mencerminkan sistem
politik tradisional. Oleh karena itu, secara umum dengan pola
hubungan patron-client ini raja memiliki wibawa yang tinggi dan
rakyat berada dalam kehidupan yang sejahtera. Ketika kolonialisme
dan imperialisme masuk ke Indonesia, sistem pemerintahan
tradisional tadi diganti oleh sistem pemerintahan kolonial. Dalam
sistem kolonial ini, pihak penjajah berperan sebagai pihak yang
menguasai dan menjajah, sementara pihak pribumi harus tunduk atas
segala peraturan yang diterapkan pihak kolonial. Hubungan
patron-client tidak lagi menggambarkan hubungan antara seorang ayah
dan anak yang saling mengayomi, tetapi lebih pada bentuk penguasaan
satu pihak ke pihak lainnya. Dalam praktiknya mengakibatkan
kerugian di satu pihak (pribumi) dan keuntungan di pihak lain
(penjajah). Sistem baru yang diterapkan oleh bangsa kolonialis
tersebut, secara umum membawa perubahan pada struktur masyarakat
yang selama ini berlaku. Dalam kehidupan kerajaan, sistem kolonial
sangat merugikan bagi pembesar-pembesar yang selama ini berkuasa.
Meskipun sebagian jabatan dalam kerajaan ada yang masih
dipertahankan, namun tetap saja posisi kerajaan yang sebelumnya
sebagai institusi paling atas harus tunduk pada pemerintahan
kolonial yang berkuasa saat itu. Kedudukan dan kewibawaan raja
digeser oleh penguasa baru yang berkulit putih. Abad ke-19 dan awal
abad ke-20, Indonesia sudah berada pada penguasaan bangsa Belanda.
Oleh karena itu sistem pemerintahan yang diterapkannya pun adalah
sistem pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Kekuasaan tertinggi
saat itu dipegang dan diatur oleh pemerintahan kerajaan Belanda.
Namun demikian, dalam hal-hal tertentu Pemerintah Hindia-Belanda
banyak menggunakan jasa pihak pribumi. Dalam pelaksanaan struktur
pemerintahan dari atas ke bawah, Belanda menyusun bentuk
pemerintah, yaitu: a. Pemerintahan yang dipegang oleh kaum pribumi
yang dinamakan dengan Pangreh Praja (PP). Pejabat yang duduk dalam
Pangreh Praja adalah Bupati, Patih, Wedana, dan Asisten Wedana.
b. Pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang Belanda yang
disebut dengan Binenland Bestuur (BB), antara lain Gubernur
Jenderal, Residen, Asisten Residen, dan Controleur182c.
Pemerintahan Zelfbestuur yaitu kerajaan yang berada di luar
struktur pemerintahan kolonial. Struktur Birokrasi Pemerintahan
Hindia Belanda. Berdasarkan struktur birokrasi di atas, Asisten
Residen setaraf dengan jabatan Patih,Controleur setingkat dengan
Asisten Wedana, dan Asisten Wedana setaraf dengan Asisten
Controleur. Bupati diangkat oleh Gubernur Jenderal atas rekomendasi
dari Residen dan Asisten Residen. Awalnya para bupati itu dipilih
dan diangkat berdasarkan keturunan, terutama diambil dari anak
laki-laki pertama dalam keluarga, tetapi kemudian sesuai dengan
perkembangan kekuasaan pemerintahan kolonial, pengangkatan bupati
dilengkapi dengan beberapa persyaratan, terutama persyaratan
pendidikan.6. Bukti yang merupakan simbol penolakan penjajahan
:Semua perjanjian-perjanjian yang pernah di tanda tangani oleh
bangsa Indonesia baik yang menguntungkan maupun yang merugikan
Indonesia yang merupakan bukti penolakan adanya penjajahan yang
terjadi di wilayah nusantara.
7. Nilai-nilai perjuangan yang terkandung dalam merebut dan
mempertahankan kemerdekaan adalah sebagai berikut :
1. Nilai perjuangan relegius (iman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa).
2. Nilai perjuangan rela dan ikhlas berkorban.
3. Nilai perjuangan tidak mengenal menyerah.
4. Nilai perjuangan harga diri.
5. Nilai perjuangan percaya diri.
6. Nilai perjuangan pantang mundur.
7. Nilai perjuangan patriotisme.
8. Nilai perjuangan heroisme.
9. Nilai perjuangan rasa senasib dan sepenanggungan.
10. Nilai perjuangan rasa setia kawan.
11. Nilai perjuangan nasionalisme dan cinta tanah air
12. Nilai perjuangan persatuan dan kesatuan.8. Sejak kedatangan
bangsa-bangsa Eropa ke wilayah nusantara pada abad ke 16, bangsa
Indonesia telah mengadakan perlawanan. Namun segala bentuk
perlawanan yang diakukan tersebut selalu mengalami kegagalan.
Adapun faktor penyebab gagalnya perjuangan bangsa Indonesia dalam
mengusir penjajah adalah :
a. Perjuangan masih bersifat kedaerahan.
b. Perlawanan tidak dilakukan secara serentak.
c. Masih tergantung pada pemimpin (jika pemimpin tertangkap,
perlawanan terhenti).
d. Kalah dalam persenjataan.
e. Belanda menerapkan politik adu domba (Divide Et Impera).VI.
KESIMPULAN
Hal penting yang dapat kita petik adalah kemerdekaan yang di
dapatkan oleh kita saat ini, tidak lain dan tidak bukan adalah
hasil perjuangan oleh para pejuang Indonesia yang rela mengorbankan
nyawanya demi untuk kemerdekaan Indonesia. Meskipun banyak taktik
curang yang dilakukan oleh penjajah, namun bangsa Indonesia mampu
melewati semua itu dan bersatu untuk mencapai kemerdekaan dan
terbebas dari penjajahan. Banyak hal dan nilai yang bisa kita petik
setelah mempelajari ini karena dapat meningkatkan rasa cinta
terhadap bangsa Indonesia dan agar dapat mempertahankan kemerdekaan
dan bebas dari segala penjajahan baik penjajahan dalam bidang
teknologi dan sebagainya.
VII. DAFTAR PUSTAKA1.
http://aceh.tribunnews.com/2013/02/03/tuan-seunuet2.
http://adhitchemonk.blogspot.com/2010/03/perjuangan-bangsa-indonesia-melawan.html3.
http://iwak-pithik.blogspot.com/2011/12/pengertian-kolonialisme-dan.html4.
http://serbasejarah.wordpress.com/2009/03/20/%E2%80%9Cmengapa-belanda-mempraktikan-devide-et-impera%E2%80%9D/5.
http://alvinikhsandym.blogspot.com/2013/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html6.
http://mohkusnarto.wordpress.com/sejarah-kelas-xi-ips/7.
https://sites.google.com/site/sejarahber/sejarah-perjuangan-rakyat-indonesia-meraih-kemerdekaan8.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Banjar9.
http://www.beritabali.com/index.php/page/berita/dps/detail/2011/08/17/5-Perang-Puputan-Melawan-Penjajah/20110702033910.
http://indriyanasaputri.blogspot.com/2013/04/ilmu-pengetahuan-sd-kelas-5.html