Top Banner
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KELUARGA LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN RESIKO TINGGI PADA Tn.“W” DENGAN HIPERTENSI DI KELUARGA Tn.“W” DI RT 04 DUSUN KAUMAN, WIJIREJO, PANDAK, BANTUL YOGYAKARTA IMAM FAUZI 3215046
66

2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

Jul 10, 2016

Download

Documents

Imam Fauzi

Tugas Kuliah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KELUARGALAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN RESIKO TINGGI PADA Tn.“W” DENGAN HIPERTENSI DI KELUARGA Tn.“W” DI RT 04

DUSUN KAUMAN, WIJIREJO, PANDAK, BANTULYOGYAKARTA

IMAM FAUZI3215046

PROGRAM PROFESI NERSSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA2016

Page 2: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN RESIKO TINGGI

PADA Tn.“W” DENGAN HIPERTENSI DI KELUARGA Tn.“W” DI RT 04 DUSUN KAUMAN, WIJIREJO, PANDAK, BANTUL

YOGYAKARTA

Disusun oleh:IMAM FAUZI

3215046

Disetujui pada:

Hari : Tanggal :

Mengetahui :

Pembimbing Akademik

( )

Pembimbing Klinik

( )

Mahasiswa

(Imam Fauzi)

ii

Page 3: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

A. Teori Keluarga

1. Definisi

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).

Bailon, 1978 dalam Achjar (2010) berpendapat bahwa keluarga

sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan

darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta

mempertahankan budaya.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di

suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung

(Departemen Kesehatan RI, 1988 dalam Ali, 2006).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena

hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dlam satu rumah tangga, yang

berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya (Ali, 2006).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan

ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup

spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki

hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota keluarga dan

masyarakat serta lingkungannya (BKKBN, 1999 dalam Sudiharto, 2007).

2. Bentuk atau Tipe-Tipe Keluarga

Menurut Sudiharto (2007), beberapa tipe/bentuk keluarga adalah

sebagai berikut :

Page 4: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

a. Keluarga Inti ( nuclear family ), adalah keluarga yang dibentuk

karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami,

istri, dan anak- anak baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

b. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga

tempat asal seseorang dilahirkan.

c. Keluarga Besar (extended family ), keluarga inti ditambah keluarga

yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi,

paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal,

keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian

families).

d. Keluarga Berantai, keluarga yang terbentuk karena

perceraiandan/atau kematian pasangan yang dicintai dari wanita dan

pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga

inti.

e. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terjadi

karena perceraian dan/atau kematian pasangan yang dicintai.

f. Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan

poligami dan hidup bersama.

g. Keluarga kohabitasis (Cohabitation), dua orang menjadi satu

keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di

Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertebtangan budaya

timur. Namun, lambat laun, keluarga kohabitasi ini mulai dapat

diterima.

h. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai

global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk

keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah

dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-

laki, paman menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan

adik dari satu ayah dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak

perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai

budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal ini

4

Page 5: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak

dan elektronik.

i. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan

ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan,

sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan.

Contoh keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak hasil dari

perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga nontradisional adalah

sekelompok orang tinggal di sebuah asrama.

Menurut Maclin, 1988 dalam Achjar (2010) pembagian tipe

keluarga, yaitu :

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan

anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.

2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya

dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian,

pisah, atau ditinggalkan.

3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak

atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.

4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri.

5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari

nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau

bekerja.

6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih

atau anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam

daerah geografis.

b. Keluarga non tradisional

1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak

menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).

2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai

anak.

5

Page 6: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

3) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin

sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih

satu pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama

menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman

yang sama.

3. Struktur Keluarga

Menurut Setiadi (2008: 6-7) struktur keluarga terdiri dari

bermacam-macam, diantaranya adalah :

a. Patrilineal

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung

melalui jalur garis bapak.

b. Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung

melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara

istri.

d. Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara

suami.

e. Keluarga kawinan

Keluarga kawinan adalah suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga

karena adanya hubungan-hubungan dengan suami istri.

6

Page 7: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

4. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1999) dalam Sudiharto (2007), lima fungsi

dasar keluarga adalah sebagai berikut :

a. Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih

serta, saling menerima dan mendukung.

b. Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan

individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan

belajar berperan di lingkungan sosial.

c. Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.

e. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kekampuan keluarga untuk

merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar

pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi

dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh

harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai

berikut:

1) Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,

sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya

serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

2) Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-

anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,

7

Page 8: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah

tambahan dalam keluarganya.

3) Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

5. Tugas Keluarga

Menurut Bailon dan Maglaya (1998) dalam Efendi dan Makhfudli

(2009: 185-186), keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang

perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan, karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti

dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan

dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal masalah kesehatan

dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan

sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung

menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari

adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan

apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. Sejauh mana

keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah

kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor

penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga

terhadap masalah.

b. Membuaat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

masalah  kesehatan yang dialaminya, perawat harus mengkaji hal-hal

sebagai  berikut :

1) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya

masalah.

2) Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.

8

Page 9: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

3) Apakah keluarga merasa menyerah terhada masalah yang

dialaminya.

4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit.

5) Apakah keluarga mempunyai sikap negative terhadap masalah

kesehatan.

6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang

ada.

7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.

8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap

tindakan dalam mengatasi masalah.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Ketika memberikan perawatan pada keluarganya yang sakit,

keluarga harus mengetahui hal-hal berikut :

1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplokasi, prognosis

dn perawatannya).

2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

3) Keberadaan fasillitas yang diperlukan untuk perawatan.

4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga

yang bertanggungjawab, sumber keuangan atau financial,

fasilitas fisik, dan psikososial).

5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga atau menciptakan suasana rumah

yang sehat.

Ketika memodifikasi lingkkungan atau menciptakan suasana rumah

yang sehat, keluarga harus mengetahui sumber-sumber keluarga

yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan,

pentingnya hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit, dan sikap

atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat bagi

keluarga

9

Page 10: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

6. Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Duvall (1985) dalam Setiadi (2008:14-18), tahap

perkembangan keluarga adalah :

a. Keluarga baru (Bergaining Family)

Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas

perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan.

2) Menetapkan tujuan bersama.

3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok

sosial.

4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.

5) Persiapan menjadi orang tua.

6) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan,

dan menjadi orang tua).

b. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (child bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan

menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan tahap ini antara

lain :

1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual,

dan kegiatan).

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

3) Membagi peran dan tanggung jawab.

4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan

anak.

5) Konseling KB post partum 6 minggu.

6) Menata ruang untuk anak.

7) Memfasilitasi role bearing.

8) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini anatra lain :

1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.

10

Page 11: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

2) Membantu anak bersosialisasi.

3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga

terpenuhi.

4) Pembagian waktu, individu, pasangan, dan anak.

5) Pembagian tanggung jawab.

6) Merencanakan kegiatan dan waktu simulasi tumbuh dan

kembang anak.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah

Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :

1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,

sekolah, dan lingkungan lebih luas.

2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya

intelektual.

3) Menyediakan aktivitas untuk anak.

4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan

anak.

5) Memnuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan

dan kesehatan anggota keluarga.

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :

1) Perkembangan tahap remaja (memberikan kebebasan yang

seimbang dan bertanggung jawab).

2) Memelihara komunitas terbuka (cegah gep komunikasi).

3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.

4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota

keluarga untuk memnuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota

keluarga.

f. Keluarga dengan anak dewasa (anak satu meninggalkan rumah)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :

1) Memperluas keluarga inti menjadi kelurga besar.

2) Mempertahankan keintiman.

11

Page 12: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru

dimasyarakat.

4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima

kepergian anaknya.

5) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi

anak-anaknya.

g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)

Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :

1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah

minat sosial dan waktu santai.

2) Memulihkan hubungan antara generasi muda dan tua.

3) Keakraban dengan pasangannya.

4) Memelihara hubungan atau kontak dengan anak dan keluaraga.

5) Persiapan masa tua atau pensiun.

h. Keluarga lanjut usia

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini antara lain :

1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara

hidup.

2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan

kematian.

3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.

4) Melakukan life review masa lalu.

7. Nilai-Nilai Keluarga

a. Suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan tentang nilai suatu

keseluruhan atau konsep yang secara sadar mengikat seluruh anggota

keluarga dalam suatu budaya yang lazim (Parad & Caplan, 1965).

b. Kebudayaan keluarga merupakan sumber sistem nilai dan norma -

norma utama sebuah keluarga.

c. Kelompok keluarga merupakan sumber utama sistem kepercayaan-

kepercayaan, nilai-nilai dan norma-norma, yang menentukan

12

Page 13: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

pemahaman individu terhadap sifat, makna dunia, bagaiman

mencapai tujuan & aspirasi-aspirasi mereka.

Orientasi nilai utama meliputi: pencapaian individu dan

produktivitas, individualisme, materialisme/etika konsumsi, etika

kerja, pendidikan, persamaan hak, kemajuan dan penguasaan

lingkungan, orientasi masa depan, efisiensi, ketentraman,

kepraktisan, rasionalisme, kualitas hidup dan pemeliharaan

kesehatan dan toleransi terhadap perbedaan.

B. Keluarga dengan Lansia

1. Definisi dan Batasan Karakteristik Lansia

a. Definisi

Lanjut usia (lansia) merupakan suatu proses biologis yang

tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua

adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan struktur dan fungsi secara normal.

b. Batasan Lansia

1) Menurut Departemen Sosial RI (1997) dan UU RI no 13 tahun

1998. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih,

baik secara fisik masih berkemampuan (potencial) maupun

karena suatu hal tidak lagi mampu berperan secara aktif dalam

pembangunan (non potensial).

2) Menurut WHO, lansia meliputi :

a) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45

sampai 59 tahun.

b) Lanjut usia (elderly), ialah kelompok usia 60 sampai 74

tahun.

c) Lanjut usia tua (old), ialah kelompok usia 75 sampai 90

tahun.

13

Page 14: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

d) Usia sangat tua (very old), ialah kelompok usia diatas 90

tahun.

3) Menurut Upaya Pokok Puskesmas (sasaran langsung kesehatan

usila) :

a) Kelompok menjelang usila (45 tahun samapi 54 tahun).

b) Kelompok masa pensiun (55 tahun sampai 64 tahun).

c) Kelompok senecens (lebih dari 65 tahun).

2. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Gambaran fungsi tubuh pada usia lanjut mengenai kekuatan atau

tenaga menurun sebesar 88%, fungsi penglihatan meturun sebesar 72%.

kelenturan tubuh menurun sebesar 61%, daya pendengaran menurun 67%

dan bidang seksual menurun sebesar 86% (Makmun, 1998). Perubahan-

perubahan fisik yang terjadi pada lansia menurut Nugroho (2000) :

a. Sel

Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya. Berkurangnya

jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraselular.

Menurunnya proporsi protein di otak,otot, ginjal, darah dan hati.

Terganggunya mekanisme perbaikan sel, jumlah sel otak menurun

dan menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

b. Sistem Persarafan

Berat otak menurun 10-20% dan berkurang sel saraf otaknya,

cepatnya menurun hubungan persarafan, lambatnya dalam respon

dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres dan mengecilnya

saraf panca indra yang mengakibatkan berkurangnya penglihatan,

hilangnya pendengaran, lebih sensitif terhadap perubahan suhu

dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin dan kurang sensitif

terhadap sentuhan.

14

Page 15: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

c. Sistem pendengaran

Presbiakustis (gangguan pada pendengaran) hilangnya kemampuan

daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara

atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti

katakata. Atrofi membran timpani dan dapat menyebabkan

otosklerosis. Terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeras

karena meningkatnya keratin. Pendengaran bertambah menurun pada

lansia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.

d. Sistem Penglihatan

Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

kornea lebih berbentuk sferis, lensa lebih suram dan keruh yang

dapat menyebabkan katarak. Meningkatnya ambang pengamatan

sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah

melihat dalam cahaya gelap. Hilangnya daya akomodasi,

menurunnya lapang pandang dan daya membedakan warna biru atau

hijau pada skala.

e. Sistem Kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan kaku.

Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

setelah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darah

sehingga menyebabkan kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer

untuk oksigenasi dan meningkatnya resistensi dari pembuluh darah

perifer.

f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

Pada pengataturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu

termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi

berbagai faktor yang mempengaruhinya, yang sering ditemui adalah

temperatur tubuh menurun secar fisiologis menjadi kurang lebih

35oC akibat penurunan metabolisme, keterbatasan reflek menggigil

15

Page 16: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi

rendahnya aktivitas otot.

g. Sistem Respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,

menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas,

alveoli ukurannya melebar dan jumlahnya berkurang. O2 pada arteri

menurun menjadi 75 mmHg, CO2 pada arteri tidak terganti.

Kemampuan untuk batuk berkurang dan kemampuan pegas, dinding

dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan

pertambahan usia.

h. Sistem Gastrointestinal

Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus

melebar,lambung mengalami penurunan sensitifitas lapar, asam

lambung dan waktu mengosongkan menurun. Peristaltik lemah dan

biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi melemah, liver mengecil

dan menurunnya tempat penyimpanan.

i. Sistem Reproduksi

Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (dengan

kondisi kesehatan baik). Pada perempuan mengecilnya ovari dan

uterus, atrofi payudara, selaput lendir vagina menurun, permukaan

menjadi halus, sekresi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali.

Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa tetapi

mulai menurun.

j. Sistem Genitourinaria

Pada ginjal terjadi atrofi nefron dan fungsi tubulus berkurang. Pada

vesika urinaria otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun

sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni

meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lansia

sehingga mengakibatkan retensi urin. Terjadi pembesaran prostat

pada pria dan atrofi vulva pada wanita.

16

Page 17: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

k. Sistem Endokrin

Produksi dari hampir semua hormon menurun tetapi fungsi

paratiroid dan sekresinya tidak berubah. Dalam pituitar ada

pertumbuhan hormone tetapi lebih rendah dan hanya di dalam

pembuluh darah, berkurangnya ACTH, TSH, FSH dan LH.

Menurunnya aktifitas tiroid, menurunnya Basal Metabolic Rate dan

menurunnya daya pertukaran zat. Terjadi penurunan produksi

aldosteron dan menurunnya sekresi hormone kelamin, misalnya

progesteron, estrogen dan testoteron.

l. Sistem Kulit (Integumentary System)

Kulit mengerut dan keriput akibat kehilangan jaringan lemak,

permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses

keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis,

menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit

menurun, kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam hidung dan

telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya

cairan dan vaskularisasi, kelenjar keringat berkurang jumlah dan

fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

m. Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan density dan makin rapuh, kifosis, discus

intervetebralis menipis dan menjadi pendek, persendian membesar

dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami skelerosis dan

atrofi serabut-serabut otot.

n. Perubahan psikologis

Perubahan mental yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain perubahan fisik, khususnya organ perasa.

kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan

(Nugroho,2000).Menurut Nugroho (2000), perubahan-perubahan

psikososial dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:

1) Pensiun, bila seseorang pensiun akan mengalami kehilangan

finansial, status, teman atau relasi dan kehilangan kegiatan.

17

Page 18: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

2) Merasakan tua sadar akan kematian (sense of awareness of

mortality).

3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan

bergerak sempit.

4) Economic deprivation, meningkatnya biaya hidup pada

penghasilan yang sulit dan bertambahnya biaya pengobatan.

5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

6) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik sehingga terjadi

perubahan terhadap gambaran diri dan konsep diri.

3. Penyakit yang Sering Terjadi pada Lansia

Beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut , yang disebutnya

sebagai a series of I’s. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability

(instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual

impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of

vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation

(depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga

immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh). Selain gangguan-

gangguan tersebut penyakit degeratif yang kerap dialami para lanjut usia,

yaitu:

a. Osteo Artritis (OA)

OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik

dan biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak

stabilnya sendi, dan perkapuran. OA merupakan penyebab utama

ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena

trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas.

b. Osteoporosis

Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana

masa atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis

osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang

selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II

18

Page 19: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya

produksi vitamin D.

c. Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama

atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi

dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada

proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu

terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis),

serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal

d. Diabetes Mellitus

Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa

dimana gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi

puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus,

dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl

dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola

makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi

risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun

menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar,

banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-

gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.

e. Dimensia

Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan

fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga

mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer

merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia

lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit

vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi),

trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia.

Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan

pendidikan rendah.

19

Page 20: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

f. Penyakit jantung koroner

Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju

jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada,

sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.

1. Kanker

Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi

sebuah sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel

lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi

karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi

normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan,

mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan

awal (kanker).

C. Masalah Kesehatan (Hipertensi)

1. Definisi

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih

dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi

sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat

mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin, 2009).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90

mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan

sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya

antara 95-104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara

105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115

mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan

diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith

Tom, 1995).

20

Page 21: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

2. Klasifikasi

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel

berikut:

Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage I 140-150 90-99

Hipertensi stage II >150 >100

(Muttaqin, 2009).

Klasifikasi Hipertensi menurut WHO:

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal <120 <80

Normal <130 <85

Tingkat I (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub group: Perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (Hipertensi Berat) >180 >110

Hipertensi Sistol terisolasi >140 <90

Sub group: Perbatasan 140-149 <90

(Sofyan, 2012)

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi

Indonesia

Kategori Sistol (mmHg) Dan/Atau Diastol (mmHg)

Normal <120 Dan <180

Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi Tahap I 140-159 Atau 90-99

Hipertensi Tahap II ≥160 Atau ≥100

Hipertensi Sistol Terisolasi ≥140 Dan <90

(Sofyan, 2012)

21

Page 22: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

3. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang

spesifik (idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac

output atau peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor

yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau

transport Na.

b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat.

c. Stress Lingkungan.

d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua

serta pelebaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Hipertensi Esensial (Primer)

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi

seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,

system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok

dan stress.

b. Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.

Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah

Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer

untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

22

Page 23: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

a. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti

penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor

yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut

adalah sebagai berikut :

Faktor keturunan: dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan

memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi

jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. Ciri perseorangan

yang mempengaruhi timbulnya hipertensi seperti umur (jika umur

bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi

dari perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih),

kebiasaan hidup, kebiasaan hidup yang sering menyebabkan

timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi

dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress, merokok,

minum alkohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison,

epineprin)

b. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah: ginjal,

glomerulonefritis, pielonefritis, nekrosis tubular akut, tumor,

vascular, aterosklerosis, hiperplasia, trombosis, aneurisma, emboli

kolestrol, vaskulitis, kelainan endokrin, DM, hipertiroidisme,

hipotiroidisme, saraf, stroke, ensepalitis, SGB, obat-obatan,

kontrasepsi oral, kortikosteroid.

4. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan

pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

23

Page 24: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis. Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi

klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu: mengeluh

sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual,

muntah, epistaksis, kesadaran menurun.

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah: peningkatan

tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, pusing/migraine, rasa

berat ditengkuk, penyempitan pembuluh darah, sukar tidur, lemah

dan lelah, nokturia, azotemia dan sulit bernafas saat beraktivitas.

5. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula pada sistem saraf simpatis, yang berlanjut ke

bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke

ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem

saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang

akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsangan

vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut

bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga

24

Page 25: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya, yang

dapat memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstrikstriktor kuat. Yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. hormon ini menyebabkan retensi natrium

dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume

intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan

hipertensi.

Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional

pada sistem perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah

yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis,

hilangnya elastisistas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot

polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan

distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan

arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan

penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan parifer (Bruner dan

Suddarth, 2001).

25

Page 26: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

6. Pathway

7. Pemeriksaan Penunjang

a. EKG: adanya pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri,

adanya penyakit jantung koroner atau aritmia.

b. Hemoglobin/hematokrit: bukan diagnostik tetapi mengkaji hubngan

dari sel-sel terhadap terhadap volume cairan(viskositas)dan dapat

mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkogulabilitas,

anemia.

c. BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

d. Glukosa: hiperglikemia (Diabetes Millitus adalah pencetus

hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin

(meningkatkan hipertensi).

e. Kalium serum: hipokalemia dapat mengindikasikan adanya

aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi

diuretic.

f. Kalsium serum: peningkatan kadar kalsium serum dapat

meningkatkan hipertensi.

26

Obesitas

Insulin

Stress

Katekolami

Kelebihan

H. Natrioretik

Iskemia

Renin

Perubahan fungsi membran sel

Kalsium

Kontraksi otot

Pertukaran Na+ / H+

Hipertrofi Vaskulen

Tahanan perifer

Hipertensi

Page 27: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

g. Kolesterol dan trigliserida serum: peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak

ateromatosa (efek kardiovaskuler).

h. Asamm urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor

risiko terjadinya hipertensi.

i. Foto rontgen: adanya pembesaran jantung, vaskularisasi atau aorta

yang melebar.

j. Echocardiogram: tampak adanya penebalan dinding ventrikel kiri,

mungkin juga sudah terjadi dilatasi dan gangguan fungsi sistolik dan

diastolik (Diklat PJT-RSCM, 2008).

8. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi

dalam dua kategori-pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang

tinggi dan pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal

adalah kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan

penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan

penyakit diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung

hipertensi :

a. Pengaturan Diet

Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita

hipertensi ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu

keadaan berat badan, derajat hipertensi,aktifitas dan ada tidaknya

komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada penderita hipertensi ,

diperlukan pengetahuan tentang jumlah kandungan natrium dalam

bahan makanan. Makan biasa (untuk orang sehat rata-rata

mengandung 2800-6000 mg per hari). Sebagian besar natrium

berasal dari garam dapur. Untuk mengatasi tekanan darah tinggi

harus selalu memonitor kadaan tekanan darah serta cara pengaturan

makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4 (empat) macam diit

27

Page 28: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan tekanan darah

yaitu:

1) Diet rendah garam

Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan

mengkonsumsi makanan tanpa garam.Garam dapur mempunyai

kandungan 40% Natrium. Sumber sodium lainnya antara lain

makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG

(Mono Sodium Glutamat),Pengawet makanan atau natrium

bensoat biasanya terdapat dalam saos,kecap,selai,jelli,makanan

yang terbuat dari mentega. Penderita tekanan darah tinggi yang

sedang menjalankan diet pantang garam memperhatikan hal

sebagai berikut :

a) Kurangi penggunaan garam dapur

b) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarie, mentega,

keju, trasi, petis, biscuit, ikan asin, sardensis, sosis dan lain-

lain.

c) Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan

bahan makanan tambahan atau penyedap rasa seperti saos.

d) Hindari penggunaan beking soda atau obat-obatan yang

mengandung sodium.

e) Batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, sprit

2) Diet rendah kolesterol atau lemak.

Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol,

trigliserida, dan pospolipid. Sekitar 25 – 50 % kolesterol berasal

dari makanan dapat diarsorbsi oleh tubuh sisanya akan dibuang

lewat faeces. Beberapa makanan yang mengandung kolestero

tinggi yaitu daging, jeroan, keju keras, susu, kuning telur, ginjal,

kepiting, hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah

menurunkan kadar kolestero serta menurunkan berat badan bila

gemuk. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengatur nutrisi

pada hypertensi adalah :

28

Page 29: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

a) Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan

mentega.

b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.

c) Gunakan susu full cream.

d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per

minggu.

e) Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-

kacang lainnya.

f) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis

seperti sirup, dodol.

g) Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah –

buahan.

3) Diet kalori bila kelebihan berat badan.

Hipertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang.

Meski demikian orang yang kelebihan berat badan akan

beresiko tinggi terkena hypertensi. Salah satu cara untuk

menanggulanginya dengan melakukan diet rendah kalori, agar

berat badannya menurun hingga normal. Dalam pengaturan

nutrisi perlu diperhatikan hal berikut :

a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi

atau 500 kalori untuk penurunan 0,5 kg berat badan per

minggu.

b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan

zat gizi.

b. Olahraga Teratur

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda

bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki

keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan

fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin

plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam

satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.

29

Page 30: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

c. Penurunan Berat Badan

Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan

dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan

adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.

Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan

berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi

perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang

terjual bebas mengandung simpatomimetik,sehingga dapat

meningkatan tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal

jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia. Menghindari obat-obatan

seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat

meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan obat

antihipertesni.

d. Farmakoterapi

Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat

menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti

thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium

channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan

vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien

memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai

tekanan darah yang diinginkan.

D. Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara

sistimatis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan

keperawatan keluarga, melaksanakan asuhan keperawatan, serta implementasi

keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana yang telah direncanakan/dibuat

serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.

30

Page 31: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

1. Pengkajian

a. Penjajakan pertama

Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui masalah

yang dihadapi oleh keluarga.

1) Pengumpulan data

Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah

kesehatan, status kesehatan, kesanggupan keluarga dalam

memberikan perawatan pada anggota keluarga.

a) Struktur dan sifat anggota keluarga

(1) Anggota-anggota keluarga dan hubungan dengan

kepala keluarga.

(2) Data demografi: umur, jenis kelamin, kedudukan dalam

keluarga.

(3) Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga.

(4) Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,

patrikat  berkumpul atau menyebar.

(5) Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan

keputusan.

(6) Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam

perselisihan yang nyata ataupun tidak nyata.

(7) Kegiatan dalam hidup sehari-hari, kebiasaan tidur,

kebiasaan makan dan penggunaan waktu senggang.

b) Faktor sosial budaya dan ekonomi

(1) Pekerjaan

(2) Penghasilan

(3) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer

(4) Jam kerja ayah dan ibu

(5) Siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya

31

Page 32: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

c) Faktor lingkungan

(1) Perumahan

(a) Luas rumah

(b) Pengaturan dalam rumah

(c) Persediaan sumber air

(d) Adanya bahan kecelakaan

(e) Pembuangan sampah

(2) Macam lingkungan/daerah rumah

(3) Fasilitas social dan lingkungan

(4) Fasilitas transportasi dan kesehatan

d) Riwayat kesehatan

(1) Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga

(2) Upaya pencegahan terhadap penyakit

(3) Sumber pelayanan kesehatan

(4) Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari

petugas kesehatan.

(5) Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.

e) Cara pengumpulan data

(1) Oservasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara

langsung.

(a) Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga.

(b) Komunikasi dari tiap anggota keluarga

(c) Peran dari tiap anggota keluarga

(d) Keadaan rumah dan lingkungan

(2) Wawancara

Dapat mengetahui hal-hal :

(a) Aspek fisik

(b) Aspek mental

(c) Sosial budaya

(d) Ekonomi

(e) Kebiasaan

32

Page 33: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

(f) Lingkungan

(3) Studi dokumentasi antara lain

(a) Perkembangan kesehatan anak

(b) Kartu keluarga

(c) Catatan kesehatan lainnya

(4) Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami

masalah kesehatan dan keperawatan antara lain :

(a) Tanda-tanda penyakit

(b) Kelainan organ tubuh

2. Analisa data

Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang

dialami oleh keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan

typology masalah dalam family healt care. Permasalahan dapat

dikategorikan sebagai berikut :

a) Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan

terjadinya penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai

potensi kesehatan. Contoh: (1) Riwayat penyakit keturunan dari

keluarga seperti hipertensi, (2) Masalah nutrisi terutama dalam

pengaturan diet.

b) Kurang atau tidak sehat adalah: kegagalan dalam memantapkan

kesehatan. Contoh: (1) Adakah didalam keluarga yang menderita

penyakit hipertensi, (2) Siapakah yang menderita penyakit

hipertensi.

c) Krisis adalah : saat-saat keadaan menuntut terlampau banyak dari

indivdu atau keluarga dalam hal penyesuaian maupun sumber daya

mereka. Contoh: Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat

hipertensi.

3. Penapisan masalah

Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga

menggunakan sistim scoring berdasarkan tipologi masalah dengan

pedoman sebagai berikut :

33

Page 34: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

KRITERIA SKALA BOBOT SKORING RASIONAL

1. Sifat masalaha. Aktualb. Resikoc. Potensial/weliness

321

1

2. Kemungkinan masalah dapat diubaha. Mudahb. Sebagianc. Tidak dapat

210

2

3. Potensi masalah untuk dicegaha. Tinggib. Cukupc. Rendah

321

1

4. Menonjolnya masalaha. Segerab. Tidak perlu segerac. Tidak dirasakan

210

1

Total skorSkoring :

a) Tentukan skor untuk tiap kriteria

b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.

SkorAngka tertinggi

x Bobot=¿

c) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi 5 sama

dengan seluruh bobot.

b. Penjajakan pada tahap kedua

Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat

melaksanakan tugas-tugas kesehatan yang berhubungan dengan

ancaman kesehatan, kurang/tidak sehat dan krisis yamg dialami oleh

keluarga yang didapat pada penjajakan tahap pertama. Pada tahap

kedua menggambarkan ketidak mampuan keluarga untuk

melaklasanakan tugas-tugas kesehatan serta cara pemecahan masalah

yang dihadapi. Karena ketidakmampuan keluarga dalam

melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan, maka dapat

34

Page 35: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

dirumuskan diagnosa keperawatan secara umum pada keluarga yang

menderita penyakit hipertensi antara lain:

1) Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah penyakit

hipertensi berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala

hipertensi.

2) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam

melaksanakan tindakan yang tepat untuk segera berobat

kesarana kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan

kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat

kesarana kesehatan.

3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

hipertensi, cara perawatan dan sifat penykit hipertensi.

4) Keitdaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat

mempengaruhi kesehatan keluarga berhubungan dengan tadak

dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan

serta ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit

hipertensi.

5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat

guna memelihara kesehatan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan klien dan keluarga tersedianya fasilitas kesehatan

seperti JPS, dana sehat dan tidak memahami manfaatnya.

Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan diet

pada klien hipertensi adalah :

1) Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu

penyebab terjadinya hipertensi adalah berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet yang benar.

2) Ketidaksanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat dalam

pengaturan diet bagi penderita hipertensi berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang

benar.

35

Page 36: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

3) Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi klien

hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

keluarga tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang

tepat.

4) Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah garam bagi

penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung garam.

5) Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat keluarga

berhubungan dengan kurangnya pengetahan tentang manfaat

tanaman obat tersebut.

4. Perencanaan

Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan

yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan

masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana

tindakan dari masing-masing diagnosa keperawatan khusus diet  pada

klien hipertensi adalah :

a. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu

penyebab terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar.

1) Tujuan

Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota

keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

2) Kriteria hasil

a) Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas

pengaturan diet bagi anggota kelurga yng menderita

hipertensi.

b) Keluarga dapat memahami dan mampu mengambil tindakan

sesuai anjuran.

36

Page 37: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

3) Rencana tindakan

a) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang

benar bagi penderita hipertensi.

b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga, bagaiman

caranya menyediakan makan-makanan rendah garam bagi

penderita hipertensi.

4) Rasional

a) Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga

menimbulkan peresepsi yang negatip sehingga dapat

dijadikan motivasi untuk mengenal masalah khususnya

nutrisi untuk klieh hiperetensi.

b) Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan

makanan yang rendah garam.

b. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet

terhadap anggota keluarga yang menderita hipertensi berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat dari

pengaturan diet.

1) Tujuan

Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet

untuk klien hipertensi.

2) Kriteria hasil

a) Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan

diet  bagi klien hiperetensi.

b) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien

hipertensi.

3) Rencana tindakan

a) Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat

pengaturan diet untuk klien hipertensi.

b) Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien

hipertensi.

37

Page 38: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

4) Rasionalisasi

a) Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu

melaksanakan cara pengaturan diet untuk klien hipertensi.

b) Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk

penderita hipertensi.

c. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi

penderita hipertensi berhubungan kurangnya pengetahuan tentang

cara pengolahan makanan dalam jumlah yang benar.

1) Tujuan

Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita

hipertensi.

2) Kriteria hasil

a) Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk

penderita hipertensi.

b) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang

tepat bagi klien hipertensi.

3) Rencana tindakan

a) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga cara

pengolahan makanan untuki klien hipertensi.

b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan

yang dikonsumsi oleh klien hipertensi.

c) Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk

memnbuat makanan dengan jumlah yang tepat.

4) Rasionalisasi

a) Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga

dapat cara pengolahan makanan untuk klien hipertensi.

b) Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai

yang dianjurkan.

c) Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat

makanan dalam jumlah yang tepat kilen dan keluarga

mampu menjalankan /melaksanakaannya sendiri.

38

Page 39: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

d. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi

penderita hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan dan

kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang banyak

mengandung garam.

1) Tujuan

Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari

mengkonsumsi makanan yang rendah garam.

2) Kriteria Hasil

a) Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan

yang rendah garam.

b) Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang

banyak mengandung garam.

c) Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam.

3) Rencana Tindakan

a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh

garan terhadap klien hipertensi.

b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana

yang banyak mengandung garam.

c) Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka

mampu untuk merubah kebiasaan yang kurang baik tersebut

yang didasari padea niat dan keinginan untuk merubah.

4) Rasional

a) Diharapkan klien dan keluarga memahami dan mengerti

tentang pengaruh garam terhadap klien hipertensi.

b) Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan

yang banyak mengandung garam.

c) Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau

merubah sikapnya dari yang tidak sehat menjadi sehat.

39

Page 40: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

e. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat

keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan guna dari

tanaman obat keluarga.

1) Tujuan

Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber

tanaman obat keluarga.

2) Kriteria hasil Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman

obat yang dapat membantu untuk pengobatan hipertensi.

3) Rencana tindakan

a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.

b) Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis

tumbuhan/tanaman yang dapat membantu menurunkan

tekanan darah.

c) Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha

memiliki tanaman obat keluarga.

4) Rasional

a) Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.

b) Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang

dapat menurunkan tekanan darah.

c) Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi

tanaman obat tersebut kapan saja diperlukan.

5) Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang

menderita hipertensi sesuai rencana yang telah disusun. Pada

peleksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan

antara lain :

a) Deteksi dini kasus baru.

b) Kerja sama lintas program dan lontas sektoral

c) Melakukan rujukan

d) Bimbingan dan penyuluhan.

40

Page 41: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

5. Evaluasi

Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out put)

dan penilaian selalu berkaitan dengan tujuan. Evaluasi juga dapat

meliputi penilaian input dan porses. Evaluasi sebagai suatu proses yang

dipusatkan pada beberapa dimensi :

a) Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari

tindakan keperawatan.

b) Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi), maka

dimensinya dapat dikaitkaan dengan biaya, waktu, tenaga dan bahan.

c) Kecocokan (Apprioriatenes) dari tindakan keperawatan adalah

kesanggupan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah.

d) Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Healt).

41

Page 42: 2. LP Kep. Keluarga Resiko Tinggi (HT)

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta :

Sagung Seto.

Ali, Z. (2006). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Bruner dan Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8

vol.2. Jakarta: EGC.

Doengoes M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC.

Jakarta.

Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Makhfudli & Effendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan

Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Mansjoer, A. (2009). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid Satu, Media

Aeskulapius, Jakarta.

Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan

Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

North American Nursing Diagnosis Association. (2001). Nursing Diagnoses:

Definition & Classification 2001-2002. Philadelphia.

Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah. Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,

Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC.

Sofyan, A. (2012). Hipertensi. Kudus.

Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan

Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC.

42