Top Banner
KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009 SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP BERITA MENGENAI RENCANA FATWA MUI HARAMKAN ROKOK YANG DISIARKAN MELALUI MEDIA TELEVISI Oleh : Kusnarto Abstract This research is based on MUI pans to prohibit smoking which is informed through news and other mass media information. One of the most seek after information news channel, is SCTV with liputan 6. This information at the end triggerred pros and cons in society. The resutt of this research shows that Surabaya’s Moslem tend to choose neutral toward this tssue. Whatever the Result is, smoking no argved harm human health wheter acctive smoker or passive Keyword : Smoking, prohibition, neutral Latar Belakang Merokok bagi sebagian masyarakat di Indonesia tidak terkecuali masyarakat muslim, sudah menjadi suatu kebiasaan baik di kalangan anak-anak, remaja, kaum perempuan dan remaja putri. Sebenarnya penggunaan rokok menimbulkan dampak buruk dari segi ekonomi dan kesehatan. Dari segi ekonomi, bisa dilihat banyak perokok harus mengeluarkan biaya khusus untuk mengkonsumsi rokok, jika satu bungkus rokok Rp.8000, maka sebulan konsumen tersebut harus mengeluarkan Rp.240.000,- untuk hal yang justru merusak kesehatan diri sendiri dan orang lain. Dosen Komunikasi FISIP UPN Jawa Timur Surabaya __________________________________________________________________________ Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya
49
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP BERITA MENGENAI RENCANA FATWA MUI HARAMKAN ROKOK YANG

DISIARKAN MELALUI MEDIA TELEVISI

Oleh : Kusnarto

Abstract

This research is based on MUI pans to prohibit smoking which is informed through news and other mass media information. One of the most seek after information news channel, is SCTV with liputan 6. This information at the end triggerred pros and cons in society.The resutt of this research shows that Surabaya’s Moslem tend to choose neutral toward this tssue.Whatever the Result is, smoking no argved harm human health wheter acctive smoker or passive

Keyword : Smoking, prohibition, neutral

Latar Belakang

Merokok bagi sebagian masyarakat di Indonesia tidak terkecuali masyarakat muslim, sudah menjadi suatu kebiasaan baik di kalangan anak-anak, remaja, kaum perempuan dan remaja putri. Sebenarnya penggunaan rokok menimbulkan dampak buruk dari segi ekonomi dan kesehatan. Dari segi ekonomi, bisa dilihat banyak perokok harus mengeluarkan biaya khusus untuk mengkonsumsi rokok, jika satu bungkus rokok Rp.8000, maka sebulan konsumen tersebut harus mengeluarkan Rp.240.000,- untuk hal yang justru merusak kesehatan diri sendiri dan orang lain. Terutama bagi penduduk miskin merupakan dua hal yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Dari segi kesehatan tentu masyarakat sudah mengetahui, bahwa rokok dapat menyebabkan kanker, jantung, impontensi dan gangguan janin. Informasi tersebut sudah tersebar luar diberbagai iklan rokok baik di media cetak, visual, atupun audio visual. Tidak hanya itu di belakang bungkus rokok juga telah tertera jenis penyakit yang ditimbulkan rokok.

Menurut Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) penduduk Indonesia usia dewasa yang mempunyai kebiasaan

Dosen Komunikasi FISIP UPN Jawa Timur Surabaya

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 2: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

merokok sebanyak 31,6%. Dengan besarnya jumlah dan tingginya presentase penduduk yang mempunayai kebiasaan merokok, Diantara penduduk laki-laki dewasa, persentase yang mempunyai kebiasaan merokok jumlahnya melebihi 60%. Walaupun peningkatan prevalensi merokok ini merupakan fenomena yang umum di negara berkembang, namun prevalensi perokok di Indonesia tergolong tinggi. Sedangkan di negara maju yang justru sebaliknya, presentase perokok terus menurun dan saat ini hanya 30% laki-laki dewasa di negara maju yang mempunyai kebiasaan merokok. Hal ini disebabkan tingkat kesadaran masyarakat di negara maju akan bahaya rokok sudah tinggi.

Selain data di atas diperoleh data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukan peningkatan jumlah perokok anak di Indonesia diperkirakan, 37 persen atau 25 juta dari 70 juta anak Indonesia sudah menjadi perokok. Ironisnya lagi 1,9 persen diantaranya sudah merokok pada usia empat tahun. Karena itu, Komnas Perlindungan Anak dan WHO meminta MUI turun tangan untuk mengatasi masalah tersebut. Akhir tahun nanti, Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan membahas kemungkinan melansir.

Dari awal permasalahan itulah berita tentang rencana MUI keluarkan fatwa haram merokok mulai muncul di media massa. Salah satunya yang diberitakan di Liputan 6 SCTV. Meskipun masih rencana dan sedang dikaji berita rencana MUI keluarkan fatwa haram merokok telah banyak menuai perbedaan pendapat dikalangan ulama dan masyarakat umum, sebenarnya fatwa tersebut hanya bekaitan dengan kepentingan umat islam di Indonesia. Berita mengenai rencana fatwa MUI haramkan rokok merupakan berita yang menarik untuk dibahas karena memiliki keterkaitan dengan kedekatan dalam hal kepercayaan (proximity) dan berkaitan dengan suatu peraturan (cosequence) sehingga memiliki news value.

Sejumlah pemberitaan juga memberitakan adanya gelombang demonstrasi di berbagai kelompok menolak rencana tersebut. Berita rencana fatwa MUI haramkan rokok dapat membuat potensi konflik dikalangan masyarakat khusunya yang beragama Islam. Sebagian ulama meyakini hukum rokok adalah makruh, sebagian lainnya meyakini hukum rokok adalah haram. Seperti halnya contoh perbedaan di bawah ini (yang diberitakan di Liputan 6 SCTV).

Pondok Pesantren Lirboyo (Kediri), Jombang Jawa Timur menolak rencana fatwa MUI karena pimpinan pondok pesantren berpendapat hukum rokok adalah makruh, dan tidak melarang

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 3: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

santrinya untuk merokok. Berbeda dengan di Lirboyo, Pondok Pesantren Langitan, Lamongan, Jawa Timur melarang santrinya untuk merokok, bahkan Pondok Pesantren ini telah mendapatkan penghargaan dari Menteri Kesehatan karena telah berjasa menjadikan wilayah Pondok Pesantren menjadi kawasan bebas asap rokok. (http: //www.liputan6.com/sosbud/?id=163766).

Sedangkan fatwa adalah suatu hukum yang ditetapkan oleh para ulama Indonesia yaitu MUI. MUI adalah himpunan para ulama yang mewakili 32 propinsi di Indonsia, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas Islam tingkat pusat yaitu NU, Muhamadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al Washiliyah, mahla’ul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan Al ittihadiyyah, 4 orang ulama dari dinas Rohani Islam, AD, AU, AL dan POLRI serta 13 orang tokoh/ cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan. Maka dari itu MUI merupakan kiblat bagi penentuan masalah hukum agama bagi umat Islam di Indonesia. Fatwa adalah salah satu hukum yang pengambilannya ditinjau dari hukum yang diambil tidak ada nas tetapi pada suatu masa telah disepakati oleh mujtahidin atas hukumnya (ijma’). (http: //www.mui.or.id/konten/fatwa-mui/fatwa-mui).Adapun beberapa alasan rokok dikatakan haram karena : 1. Rokok tidak memberi manfaat bagi kesehatan melainkan rokok

dapat merusak kesehatan diri sendiri dan orang lain.”Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (Al Baqarah: 195) ”Allah menghalalkan segala yang baik dan mengharamkan semua yang buruk. (HR.Bukhori)

2. Rokok adalah pemborosan.”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Al Isra 26-27)

Alasan rokok makruh karena jika diharamkan maka akan mempengaruhi sektor lainnya seperti halnya : 1. Banyak buruh yang menggantungkan hidup di perusahaan rokok

dan banyak yang menjual rokok.2. Nasib petani tembakau terancam jika rokok diharamkan.

Dari permasalahan itulah maka peneliti ingin mengetahui bagaimana sikap masyarakat muslim Surabaya terhadap berita Rencana MUI keluarkan fatwa haram merokok. Alasan perlu ditelitinya permasalahn

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 4: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

ini karena meskipun masih rencana, tetapi dapat membuat pro dan kontra di kalangan masyarakat muslim, bagaimana nantinya jika telah disahkan tentu apabila tidak tepat akan dapat menimbulkan dampak dan permasalahan sosial baru. Meskipun masih rencana tetapi Fatwa ini sedang dijadikan wacana dan sedang dalam proses dikaji yang nantinya akan dikeluarkan.

Peneliti mengambil penelitian sikap masyarakat muslim Surabaya tentang berita rencana fatwa MUI haramkan rokok di Liputan 6 SCTV, melihat bahwa penilaian masyarakat muslim saat ini mengenai berita rencana fatwa MUI haramkan rokok selalu mengundang perdebatan dan sulit diperoleh kesepakatannya yang pasti mengenai batasan-batasannya.

Jadi lebih jelasnya bahwa sikap masyarakat muslim Surabaya yang dimaksud adalah bagaimana respon masyarakat muslim Surabaya setelah mengetahui informasi tentang berita rencana fatwa MUI haramkan rokok di media televisi.

Sedangkan alasan peneliti menggunakan program Liputan 6 SCTV karena Liputan 6 SCTV memiliki rating tertinggi untuk program siaran berita yaitu sejumlah 41,4 %, hal menandakan bahwa Liputan 6 SCTV memiliki jumlah pemirsa yang tinggi. (www.acnielsen.com)

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat muslim Surabaya, yang berusia 17-60 tahun, dengan alasan pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan intelektual maupun kemampuan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan zaman. (Dariyo, 2004: 66)

Alasan dipilih kota Surabaya karena Surabaya penyakit Tuberculosis (TB) paru yang diakibatkan oleh rokok selalu meningkat tiap tahunnya, tahun 2005 didapati angka 801, sedangkan tahun 2006 angka mencapai 1.048. (BPS, 2006 : 185)

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuaraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana sikap masyarakat muslim Surabaya Pasca Menyaksikan berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Merokok “.

Tujuan Penelitian

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 5: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya terhadap Rencana Fatwa MUI Haramkan Merokok di televisi. Manfaat Penelitian

a) Secara TeoritisBagi kepentingan ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan ilmu komunikasi khusunya terkait dengan sikap pemirsa terhadap tayangan program berita di Televisi, serta dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau tambahan bahan refrensi penelitian komunikasi selanjutnya.

b) Secara PraktisDapat digunakan sebagai bahan masukan bagi program berita di televisi dalam rangka penyebaran informasi khususnya yang berkaitan dengan sikap penonton Surabaya terhadap berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Merokok. Serta dapat digunakan sebagai masukan bagi MUI daerah Surabaya sebagai bahan pertimbangan atau refrensi dalam memutuskan fatwa nantinya, dan para perokok harus berpikir panjang lagi.

Kerangka Teori

1. Televisi Sebagai Media Massa

Media massa terdiri dari berbagai macam yakni surat kabar, majalah, radio, televisi, film. Empat cirri dari media massa adalah tidak langsung karena harus melalui media teknis, bersifat satu arah artinya tidak ada interaksi antara pserta-peserta komunikasi (para komunikan), bersifat terbuka, artimya ditujukan pada public yang tidak terbatas dan anonim, mempunyai public yang secara geografis tersecar (Rakhmat, 2003: 188-189).Sebagian besar dari peralatan mekanik itu disebut media massa, yang meliputi semua (alat-alat) saluran, ketika narasumber (komunikator) mampu mencapai jumlah penerima secara serentak denngan kecepatan yang relative tinggi. Karena begitu ertnya penggunaan media teknis tersebut, maka komuunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang menggunakan media teknis tersebut, maka komunikasi masa dapat diartikam sebagai jenis komunikasi yang menggunakan media massa untuk pesan-pesan yanh disampaikan (Wiryanto, 2000: 2). Hal ini terjadi pula pada penerimaan komunikasi program acara pada satsiun televisi. Pesan yang disampaikan diperuntukan oleh seluruh masyarakat yang menyaksikan trelevisi.

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 6: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

2. Pengertian Sikap

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi ataupun nilai. Sikap disini bukan perilaku tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, situasi informasi, maupun kelompok. (Sobur, 2003: 361)

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang. (Sobur, 2003: 362). Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga yaitu : 1) Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi. Keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan padarasionalitas dan logika.

2) Komponen AfektifKomponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang.. Menyangkut masalah emosional subjektif terhadap suatu objek sikap.

3) Komponen Konatif Komponen yang merupakan kecenderungan seseorang

bertindak terhadap lingkungannya dengan cara ramah, sopan, bermusuhan menentang, melaksanakan dengan baik dan lain sebagainya. (Azwar, 2007: 24-27)

Apabila dihubungkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting adalah bagaimana suatu pesan (isi atau contents) yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek pesan tertentu pada komunikan dampak yang ditimbulkan dapat dirinci sebagai berikut : a. Efek Kognitif

Efek kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Dampak kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Dampak ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi.

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 7: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

b. Efek AfektifEfek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi juga hatinya.

c. Efek KonatifEfek konatif merujuk pada behavioural atau perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku. (Rakhmat, 2005: 219)

3. Pengertian Berita

Dean M.Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News Wrirings, yang kemudian dikutip oleh Gorge Fox Mott (news Survey Journalism), menyatakan bahwa : “ Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca”.

Sedangkan menurut Mitchel V.Charnley, menyebutkan : “Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas”.

Cakupan tersebut dapat dicatat bahwa kata-kata seperti fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini dan sejumlah pemirsa televisi merupakan hal-hal yang perlu mendapat perhatian. Dengan demikian disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta, ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar, penonton. (Muda, 2003: 22)

Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar atau ditonton, jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada pertimbangan seperti berikut : a. Timeliness Timeliness berarti waktu yang tepat, artinya memiliki berita

yang akan disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat pemirsa atau pembaca.

b. Proximity Prtoximity artinya kedekatan, kedekatan disini maknanya sangat bervariasi yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertalian, ras, profesi, kepercayaan, kebudayaan, maupun kepentingan yang terkait lainnya.

c. Prominence

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 8: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

Prominence artinya adalah orang yang terkemuka. Semakin seseorang itu terkenal maka akan semakin menjadi bahan yang menarik pula.

d. ConseqenceConseqence artinya konsekuensi atau akibat. Pengertiannya yaitu, segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain-lain yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan berita yang menarik.

e. ConflictConflict (konflik) memiliki berita yang sangat tinggi karena konflik adalah bagian dalam kehidupan. Di sisi lain berita adalah sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan.

f. Development Development (pembangunan) merupakan materi berita yang

cukup menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik.

g. Diaster and CrimesDiaster (bencana) dan Crimes (kriminal) adalah dua peristiwa berita yang pasti akan mendapatkan tempat bagi para pemirsa atau penonton.

h. WeatherWeather (cuaca) di Indonesia di Negara-negara yang berada di sepanjang garis khatulistiwa memang tidak banyak terganggu.

i. SportBerita olah raga sudah lama daya tariknya

j. Human InterestKisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia sport lucu, sedih, dramatis, aneh, dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest. (Muda, 2003: 29-30)

4. Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Merokok

Rencana fatwa MUI haramkan merokok merupakan berita yang kontroversial dengan masalah yang sangat strategis dan mendasar. Berita yang dipublikasikan oleh Liputan 6 SCTV mampu menciptakan berbagai sikap pro kontra di berbagai elemen masyarakat.

Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Merokok mulai muncul pada pertengahan bulan Agustus, pemberitaan yang diulas lebih difokuskan pada perkembangan rencana fatwa MUI tersebut dan siapa saja pihak-pihak yang mendukung rencana MUI, serta beberapa sikap masyarakat yang kontra, yang

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 9: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

diwujudkan dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah melakukan unjuk rasa.

Liputan 6 SCTV pada tanggal 13 Agustus 2008 menampilkan berita mengenai Rencana MUI keluarkan fatwa haram merokok, yaitu setelah KOMNAS perlindungan anak dan WHO meminta MUI untuk turun tangan mengatasi masalah banyaknya anak-anak dan remaja yang merokok, maka KOMNAS anak meminta MUI untuk membuat aturan dengan menggunakan cara pendekatan melalui agama. Dari permasalahan awal itu lah MUI berencana untuk mulai mengkaji dan mulai membahas kemungkinan melansir fatwa larangan merokok bagi anak-anak dan remaja, dan yang nantinya juga akan berlaku bagi kalangan orang tua.

Kemudian 14 Agustus 2008, muncul berita mengenai dukungan beberapa pihak terhadap rencana fatwa MUI, lima jam setelah berita dukungan kepada MUI, muncul berita tentang penolakan terhadap fatwa MUI tersebut, yaitu penolakan dating dari pesantren Lirboyo (Kediri) Jawa Timur, yaitu pengasuh pondok pesantren mengungkapkan bahwa hukum rokok sudah jelas makruh atau tidak dianjurkan untuk dilakukan, tidak hanya penolakan dari beberapa ulama tapi juga berita tersebut telah mampu menggerakan petani tembakau di Jember untuk berdemonstrasi menentang Rencana fatwa MUI.

MUI adalah wadah atau majelis yang menghimpun para ulama, zuama dan cendekiawan muslin Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama. Dan telah menjadi panutan bagi umat islam di Indonesia. Majelis Ulama Indonesia memiliki lima fungsi dan peran utama yaitu : 1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya)2. Sebagai pemberi Fatwa (mufti)3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Ri’yat wa khadim al

ummah)4. Sebagai gerakan Islah wa al tajdid5. Sebagai penegak amar ma’ruf dan nahi munkar.Sedangkan fatwa MUI yang dimaksud adalah pandangan para ulama dalam bidang hukum. (http: //www.mui.or.id)

Maka dari apa yang dijelaskan di atas Fatwa yang akan diputuskan nantinya menyangkut kepentingan umat Islam yang ada di Indonesia. Dari sisi substansi Rencana ini masih dianggap mengandung sejumlah persoalan, meskipun masih rencana dan dikaji namun telah mampu mengundang perhatian masyarakat

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 10: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

yang pro dan kontra. Berita Rencana MUI Haramkan rokok yang diberitakan di Liputan 6 SCTV, sering menimbulkan kontroversi dapat ditangkap masyarakat bahwa pemberitaan ini mampu membuat potensi konflik di kalangan masyarakat khususnya umat Islam.

5. Teori S-O-R

Pada awalnya ini semula berasal dari psikologi kemudian menjadi teori komunikasi. Karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognitif, afektif dan konatif.

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organisme-Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambing dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan tanda, lambang, maupun gambar, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

Menururt teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi. (McQuail, 1994: 234). Akibat atau pengaruh yang terhadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.Unsur-unsur dalam model ini adalah : a. Pesan (stimulus) merupakan pesan yang disampaikan

tersebut dapat berupa tanda atau lambang.b. Komunikan (organisme) merupakan keadaan komunikan

disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Perhatian di sini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 11: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

c. Efek (respon), merupakan dampak daripada komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap yaitu sikap afektif, kognitif dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan. (Effendy, 2003: 225)

Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan dan unsur respon berupa efek maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan teori dalam penelitian. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

Organisme response (perubahan sikap)

Stimulus a. Perhatian a. Kognitifb. Pengertian b. Afektifc. Penerimaan c. Konatif

Gambar : Model Teori S-O-R (Effendy, 2003: 255)

Menurut gambar ini model di atas menunjukan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa “Pemberitaan Rencana MUI keluarkan Fatwa Haram Merokok” di Liputan 6 SCTV Mungkin di terima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan, maka akan memperhatikan proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi. (Effendy, 2003 : 256)

6. Kerangka Berpikir

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukan peningkatan jumlah perokok anak di Indonesia diperkirakan, 37 % atau 25 juta dari 70 juta anak Indonesia sudah menjadi perokok. Ironisnya lagi 1,9 % diantaranya sudah merokok pada usia empat tahun. Karena itu, Komnas Perlindungan Anak mengusulkan sebuah produk hukum yang mengatur dilarangnya anak-anak dan remaja merokok, dari awal permasalahan itulah Komnas Perlindungan

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 12: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

Anak meminta MUI turut serta menyelelesaikan permasalahan tersebut dengan cara pendekatan melalui agama, munculnya pemberitaan Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok ini menjadikan wacana baru yang memicu pro dan kontra dikalangan masyarakat. Aksi dukung dan menolak rencana ini diwujudkan dalam berbagai macam tindakan.

Pro dan Kontra di kalangan ulama disebabkan oleh perbedaan pendapat haram dan makruh. Meskipun masih sebatas rencana namun berita rencana MUI keluarkan fatwa haram merokok mampu menimbulkan gejolak pro dan kontra di berbagai elemen masyarakat. Aksi dukung dan menolak mewarnai munculnya berita rencana MUI tersebut.

Dari permasalahan itulah maka peneliti ingin mengetahui bagaimana sikap masyarakat muslim Surabaya terhadap Rencana MUI keluarkan fatwa haram merokok. Alasan perlu ditelitinya permasalahn ini karena meskipun masih rencana, tetapi dapat membuat pro dan kontra di kalangan masyarakat muslim, bagaimana jika telah disahkan tentu jika tidak tepat akan dapat menimbulkan dampak dan permasalahan sosial baru. Meskipun masih rencana tetapi Fatwa ini sedang dijadikan wacana dan sedang dalam proses dikaji yang nantinya akan dikeluarkan.

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikan memberikan pesan berupa tanda, lambang, dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan tanda, lambang, maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan kogtinif, afektif, dan konatif pada diri komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu dan definisi dari efek kognisi tersebut adalah perubahan pengetahuan. (Rakhmat, 2005 : 219)

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui sikap masyarakat muslim Surabaya terhadap Rencana MUI keluarkan fatwa haram merokok. Dari diketahuinya bagaimana sikap masyarakat muslim Surabaya tentunya akan dapat dijadikan masukan dan wacana bagi MUI daerah Surabaya, agar dalam

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 13: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

proses mengkaji saat ini nantinya didapatkan keputusan yang tepat dan bijaksana sehingga dapat memberikan solusi yang terbaik bagi kemaslahatan umat

Metode Penelitian

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi Operasional dimaksudkan untuk menjelaskan indikator-indikator dari variabel penelitian . Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif yang bertujuaan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu. (Bungin, 2001: 48)Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya tentang berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok televisi. Yang berumur 17-60 tahun dan beragama Islam Untuk dapat lebih muda pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut : Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok di Media Televisi Program Berita Liputan 6 SCTV.Sikap masyarakat Surabaya yang berumur 17 – 60 tahun tentang berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok di Liputan 6 SCTV merupakan bentuk dari kecenderungan berpikir, merasa dan bertindak dalam menghadapi objek, ide dan situasi.Adapun sikap masyarakat Surabaya ini dapat dibedakan dalam tiga hal, yaitu : Komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif.

1) Komponen kognitif yang tersusun atas dasar pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok di Liputan 6 SCTV, periode Agustus 2008 yaitu : a) Pengetahuan tentang berita Rencana MUI keluarkan

fatwa haram Merokok.b) Pengetahuan seseorang terhadap hukum islam

2) Komponen afektif yaitu yang berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok di Liputan 6 SCTV, periode Agustus 2008 yaitu: a) Perasaan individu terhadap objekb) Konsep pemhaman mengenai hukum rokokc) Prasangka

3) Komponen Konatif yaitu kesiapan seseorang untuk bertingkah laku atau bertindak yang berhubungan dengan infromasi yang terdapat dalam berita Rencana Fatwa MUI

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 14: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

Haramkan Rokok di Liputan 6 SCTV periode Agustus 2008, yaitu :

a) Pernyataan seseorang setelah mengetahui berita Rencana MUI Keluarkan fatwa haram merokok.

b) Perilaku melalui mediumc) Perilaku yang tampak sehubungan dengan objek sikap Untuk

mengetahui sikap masyarakat tentang berita.

Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok di Liputan 6 SCTV diukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu suatu model penskalaan yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan skalanya. Untuk melakukan penskalaan dengan model ini, responden diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan. (Singarimbun, 1987: 111). Pilihan jawaban masing-masing digolongkan menjadi empat yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS).Pada tahap selanjutnua, 4 kategori jawaban diatas diberi skor sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian nilainya sebagai berikut : 1. Sangat Setuju (diberi skor 4)2. Setuju (diberi skor 3)3. Tidak Setuju (diberi skor 2)4. Sangat Tidak Setuju (diberi skor 1)

Maka selanjutnya diberikan batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari pernyataan yang akan dijawab yaitu positif, negativ dan netral adalah dengan menggunakan rumus :

Interval = Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban TerendahJenjang yang diinginkan

Berdasarkan jumlah skor jawaban yang diterima masing-masing responden, sikap masyarakat Surabaya yang berusia 17-60 tahun terhadap Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok di televisi dikategorikan ke dalam tiga tingkatan yaitu positif, netral dan negativ. Dikatakan positif, jika masyarakat tersebut melakukan mendukung yang berhubungan dengan informasi berita tersebut, sementara negatif apabila masyarakat Surabaya tidak mendukung yang berhubungan dengan berita Rencana Fatwa MUI haramkan Rokok, dan netral jika masyarakat Surabaya tidak memberikan pendapatnya tentang berita Rencana Fatwa MUI haramkan Rokok.

Masyarakat Surabaya

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 15: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

Masyarakat muslim kota Surabaya merupakan khalayak sasaran (target audience). Khalayak pembaca sasaran dalam penelitian ini dilakukan pada responden yang berusia 17-60 tahun, dengan alasan karena pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan intelektual maupun ketrampilan dasar dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang oleh sikap pandangan yang realistis terhadap lingkungannya, sehingga dapat mengikuti perubahan zaman. Masyarakat Surabaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang pernah mengetahui berita Rencana Fatwa MUI haramkan Rokok di televisi.

Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Polulasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat muslim Surabaya yang berusia 17-60 tahun. Dipilihnya penduduk Surabaya yang berusia 17-60 tahun karena pada usia ini seseorang telah memiliki kematangan kognitif, kematangan emosional dan sosial. Namun lebih detail peneliti memilih usia 17 tahun hingga 60 tahun sebagai batasan usia dalam penelitian ini. Dibatasi samapi usia 60 karena pada usia tersebut terjadi penurunan kekuatan fisik yang diikuti daya pikir,sehingga untuk menganalisa suatu permasalahan cenderung sudah lemah. (Hurlock, 2002: 246)

Teknik Penarikan Sampel

Penentuan Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane, Jumlah sampe diperoleh berdasarkan ukuran-ukuran yang dicari terlebih dahulu jumlah populasi. Sedangkan nilai sample dan presisi ditetapkan diantara ± 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Jumlah populasi penduduk Surabaya yang berusia yang beragama Islam adalah penduduk Surabaya yang berusia 17-60 tahun dan yang beragama Islam adalah 1.487.937. (data BPS, diolah, 2006)Rumus yang sederhana untuk ini adalah, sebagai berikut: :

N n= ________

N (d²)+1

Keterangan : n = Jumlah SampelN = Jumlah Populasi

d = Presisi (presisi d erajat ketelitian =0,1)

(Rakhmat, 2001: 82).

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 16: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

Menggunakan rumus diatas sebagai berikut : 1.487.937

n = _____________1.487.937.(0.1²)+1

1.487.937 n = _____________

14880,37 n = 99,99 = dibulatkan menjadi 100 jadi didapatkan sampel yang diambil di Surabaya sebanyak 100 orang.

Penduduk Surabaya berusia 17 tahun hingga 60 tahun yang beragama Islam berjumlah 1.487.937 tersebar di 5 wilayah yaitu Surabaya Pusat, Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan dan Surabaya Barat. (Badan Pusat Statistik, 2006). Sampel diperoleh melalui Metode Kluster banyak tahap (multistage Cluster Sampling) untuk memenuhi keterwakilan (representasi) pemilihannya sebagai berikut :

1) Pada Kluster Tahap I : Dilakukan untuk memilih wilayah Surabaya yang terdiri dari 5 wilayah Surabaya Pusat, Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan dan Surabaya Barat. Kemudian dipilih secara acak diperoleh 2 wilayah yaitu Surabaya Timur dan Surabaya Barat.

2) Pada kluster tahap II : Dilakukan untuk memilih kecamatan. Dari wilayah Surabaya Timur terdiri dari 7 kecamatan yaitu : Kec.Tambaksari, Kec.Gubeng, Kec.Rungkut, Kec.Trenggilis Mejoyo, Kec.Gunung Anyar, Kec.Sukolilo dan Kec.Mulyorejo, dan di wilayah Surabaya Timur diperoleh kecamatan Sukolilo dan Kecamatan Gubeng. Sedangkan di wilayah Surabaya Selatan yang memiliki 7 kecamatan, yaitu : Kec.Wonokromo, Kec.Sawahan, Kec.Karang Pilang, Kec.Dukuh Pakis, Kec.Wiyung, Kec.Gayungan dan Kec. Wonocolo. Kemudian dipilih secara acak dari wilayah Surabaya Selatan diperoleh Kecamatan Karang Pilang dan kecamatan Wiyung.

3) Pada Kluster Tahap III: Dilakukan untuk memilih wilayah kelurahan. Kecamatan Sukolilo terdiri dari 7 kelurahan yaitu : Kel. Nginden, Kel. Semolowaru, Kel. Medokan Semampir, Kel. Keputih, Kel. Klampis Ngasem, Kel. Menur Pumpungan, Kel.Gebang Putih, lalu dipilih secara acak diperoleh Kelurahan Semolowaru dan Kelurahan Medokan Semampir, wilayah kecamatan Gubeng terdiri dari 6 Kelurahan yaitu : Kel. Baratajaya, Kel. Pucang Sewu, Kel. Mojo, Kel. Gubeng, Kel. Airlangga dan Kel..

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 17: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

Kertajaya, kemudian dipilih secara acak diperoleh Kelurahan Airlangga dan Kelurahan Baratajaya.Kecamatan Wiyung terdiri dari 4 kelurahan yaitu : Kel. Balas Klumprik, Kel. Babatan, Kel. Wiyung dan Kel. Jajartunggal, dipilih secara acak diperoleh Kelurahan wiyung dan Kelurahan Babatan. Kecamatan Karang Pilang terdiri dari 4 kelurahan yaitu : Kel. Warungunug, Kel. Karang Pilang, Kel. Kedurus dan Kel. Kebraon, dipilih secara acak diperoleh Kelurahan Kebraon dan Kedurus. Rincian jumlah penduduk yang berusia 17 tahun hingga 60 tahun adalah sebagai berikut :

Tabel 1Jumlah penduduk beragama Islam yang berusia 17 tahun

hingga 60 tahun Daerah Jumlah

Kelurahan Medokan Semampir 8.620Kelurahan Semolowaru 10.332Kelurahan Baratajaya 9.571Kelurahan Airlangga 13.054Kelurahan Kebraon 17.665Kelurahan Kedurus 16.814Kelurahan Babatan 13.992Kelurahan Wiyung 9.154

Jumlah 99.312 (Sumber : Data Monografi, tiap Kecamatan, 2008)

Selanjutnya dialokasikan secara proporsional yang ditentukan melalui rumus :

N1xn n1= ______

N

Keterangan : n1 = Penduduk di suatu kelurahanN1 = Ukuran stratum ke-1N = Jumlah seluruh pendudukn = Jumlah sampel minimum yang telah ditetapkan.

(Nazir,2003: 361)dan sampel diperoleh melalui Metode Kluster banyak tahap (Mulistage Cluster Sampling).Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh :

a. Kelurahan Medokan Semampir 8.620 X 100 = 8,67 = 9

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 18: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

99.312b. Kelurahan Semolowaru 10.332 X 100 = 10,4 = 10

99.312c. Kelurahan Baratajaya 9.571 X 100 = 9,63 = 10

99.312d. Kelurahan Airlangga 13.054 X 100 = 13,14 = 13

99.312e. Kelurahan Kebraon 17.775 X 100 = 17,89 = 18

99.312f. Kelurahan Kedurus 16.814 X 100 = 16,93 =

99.312g. Kelurahan Babatan 13.992 X 100 = 14,0 = 14

99.312h. Kelurahan Wiyung 9.514 X 100 = 9,21 = 9

99.312

Tabel 2Jumlah Sampel Surabaya Timur dan Surabaya Barat

Daerah JumlahKelurahan Medokan Semampir 9Kelurahan Semolowaru 10Kelurahan Baratajaya 10Kelurahan Airlangga 13Kelurahan Kebraon 18Kelurahan Kedurus 17Kelurahan Babatan 14Kelurahan Wiyung 9

Jumlah 100

Jadi sampel yang akan diambil untuk dijadikan responden sebanyak 100 orang. Atas keterwakilan yang mendasari penentuan sampel dapat dipenuhi dengan melakukan distribusi proporsisi jumlah sampel yang akan diperoleh setiap kluster akhir (keseluruhan).

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden berdasarkan data primer dan data sekunder. Yang dimaksud data primer adalah adata yang diperoleh dari responden yang diminta memeberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner. Sementara data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku-buku penunjang dan lembaga pemerintahan. (Suyanto, 2005 : 55) Peneliti akan mendampingi responden selama melakukan kegiatan pengisian kuesioner. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga dari kemungkinan

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 19: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

munculnya pertanyaan dari responden yang tidak memahami kata-kata, arti dan maksud dari pertanyaan kuesioner.

Metode Analisis

Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi data yang telah diklasifikasikan dan dihitung untuk ditampilkan dalam presentase. Yaitu presentase masing-masing data yang menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk mendeskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari: Mengedit, mengkode dan memasukan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus:

F P = X 100 N

Keterangan : P = Presentase RespondenF = Frekuensi RespondenN = Jumlah RespondenDengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh presentase yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan disajikan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah dibaca dan diinterpretasikan.

Hasil dan Pembahasan

Penyajian Data dan Analisis Data

Pada bab ini akan disajikan dan diuraikan temuan-temuan yang diperoleh dari pengumpulan data penelitian. Pada penelitian ini ditetapkan 100 orang sebagai sampel. Sejumlah kuesioner disebarkan secara acak kemudian dipilih yang memenuhi syarat untuk dijadikan responden sampai jumlah yang telah ditetapkan.

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang beragama Islam dan berusia 17-60 tahun yang pernah mengetahui berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok di Liputan 6 SCTV. Metode Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 20: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

Identitas Responden

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh data mengenai usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan responden.

Jenis Kelamin Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Untuk mengetahui prosentase jenis kelamin diketahui bahwa responden laki-laki berjumlah 55 orang dan perempuan berjumlah 45 orang, dapat dilihat bahwa antara responden laki-laki dan perempuan hampir sama, hanya saja responden laki-laki lebih banyak 5%. Hal ini dikarenakan program berita di Televisi dapat dilihat oleh semua gender. Tidak ada kecenderungan laki-laki atau perempuan yang dominan menonton acara program berita di Liputan 6 SCTV. Usia Responden

Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah masyarakat muslim Surabaya yang berusia 17-60 tahun keatas dan pernah mengetahui berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok di Liputan 6 SCTV. Penggolongan usia ini didasarkan pada usia 17-60 tahun karena pada usia tersebut seseorang telah memiliki kemampuan intelektual maupun keterampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosial. Penggolongan ini didasarkan pada kematangan intelektual individu. (Hurlock, 2004: 115). Sedangkan usia 60 sebagai batasan usia karena pada usia tersebut terjadi penurunan kekuatan fisik yang diikuti daya pikir,sehingga untuk menganalisa suatu permasalahan cenderung sudah lemah. (Hurlock, 2002: 246). Untuk mengetahui usia responden diketahui bahwa usia responden pada penelitian ini bervarisasi mulai dari 17 tahun sampai 60 tahun. Responden usia 17-25 tahun sebanyak 65 % mereka adalah yang berstatus pelajar SMU, mahasiswa dan responden yang baru masuk dunia kerja setelah menyelesaikan pendidikannya.. Responden berusia 26-45 tahun yaitu sebesar 58% dan rata-rata mereka sudah mulai bekerja dan berpenghasilan. Sedangkan responden usia 46-60 tahun sebanyak 5 % .

Pendidikan Responden

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 21: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

Dari 100 responden ada berbagai macam latar belakang pendidikan, antara lain SMP, SMU, S1. Untuk mengetahui jumlah dan prosentase responden dapat diketahui bahwa responden yang memiliki pendidikan terakhir SD sebanyak 0%, sedangkan responden yang memiliki pendidikan terakhir SMP sebanyak 4 %, pada usia ini responden hanya mampu menonton berita, sedangkan untuk menganalisa sebuah berita mereka belum mampu memahami dengan baik. Responden yang memiliki pendidikan terakhir SMU/SMK sebanyak 53%, pada usia ini responden telah mampu menganalisa sebuah berita namun masih belum sempurna karena masih dalam proses belajar berpikir, dan yang memiliki pendidikan terakhir S1 sebanyak 47%, pada usia ini mereka telah mampu menganalisa sebuah berita dengan baik. Dari uraian diatas menunjukan mayoritas responden dalam penelitian ini rata-rata telah mampu memahami dan menganalisa sebuah berita.

Pekerjaan Responden

Dari 100 responden yang menjadi sampel, maka untuk mengetahui jenis-jenis pekerjaannya diketahui bahwa reponden yang mempunyai pekerjaan atau aktivitas sehari-hari sebagai mahasiswa sebanyak 44%, karyawan swasta sebanyak 29 %, Wiraswasta sebanyak 7 %, PNS sebanyak 11 % dan TNI/ POLRI sebanyak 9 %, dari data diatas diketahui jumlah responden paling besar adalah mahasiswa dan karyawan swasta, hal ini dikarenakan mahasiswa lebih banyak memiliki waktu selain itu tujuan mereka adalah untuk menambah wawasan pengetahuan dan agar tidak ketinggalan informasi.

Aspek Kognitif

Aspek Kognitif responden mengenai sikap masyarakat muslim Surabaya terhadap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok, diukur dari 5 pertanyaan, yang telah disusun dalam posisi berurutan masing-masing pertanyaan pada no 1 hingga no5 pada kuesioner, pada masing-masing kategori diberikan skor dari yang tertinggi ke yang terendah. Diperoleh data, bahwa skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 5. Perolehan dari perhitungan tersebut serta pengkategoriannya adalah sebagai berikut :

1) Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 5x4 = 20

2) Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah responden , yaitu 5x1 = 5

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut :

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 22: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

Interval = Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban Terendah Jenjang yang diinginkan = 20 – 5 3 = 15 3 = 5

Jadi pengkategoriannya adalah sebagai berikut: 1) Aspek kognitif negatif = 5 – 92) Aspek kognitif netral = 10 – 93) Aspek kognitif positif = 15 – 204)

Dengan demikian jika dimasukan ke dalam tabel frekuensi dapat dilihat seperti tabel Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok Berpengaruh Pada Kelangsungan Hidup Petani Tembakau dapat diketahui pada tabel 7.

a) Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok Berpengaruh Pada Kelangsungan Hidup Petani Tembakau

Untuk mengetahui berapa jumlah dan presentase dari sikap responden terhadap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok berpengaruh pada kelangsungan hidup petani tembakau dapat diketahui bahwa sebesar 51% responden menyatakan sangat setuju, hal ini karena responden mengetahui bahwa berita rencana fatwa MUI haramkan rokok memiliki pengaruh besar pada kelangsungan hidup petani tembakau, karena tembakau sebagai bahan dasar rokok. 48% responden menyatakan setuju karena jika rokok diharamkan maka aset atau penghasilan petani tembakau akan berkurang. Dan 1 % menyatakan tidak setuju hal ini karena berita tersebut masih rencana, kalaupun sudah diputuskan nantinya, tidak akan ada pengaruh pada petani tembakau apabila mereka dibukakan lapangan pekerjaan baru. Dari data diatas menunjukan tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju, hal ini karena mayoritas responden sepakat bahwa berita rencana fatwa MUI haramkan rokok memiliki keterkaitan erta dengan kelangsungan hidup para petani tembakau.

b) Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok Memiliki Keterkaitan dengan Kepentingan Umat Islam di Indonesia

Untuk mengetahui berapa jumlah dan presentase dari sikap responden terhadap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok memiliki keterkaitan dengan kepentingan umat Islam di Indonesia dapat diketahui Sikap Responden Terhadap Berita Rencana

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 23: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

Fatwa MUI Haramkan Rokok Memiliki Keterkaitan Dengan Kepentingan Umat Islam di Indonesia diketahui bahwa sebesar 30 % responden menyatakn sangat setuju, hal ini karena responden mengetahui bahwa Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok meyangkut dengan keyakinan umat islam mengenai hukum makruh dan haram, sedangkan 48% menyatakan setuju hal ini karena MUI bagian dari islam maka dari itu memiliki keterkaitan dengan kepentingan umat Islam. 19 responden menyatakan tidak setuju, hal ini karena berita rencana fatwa MUI haramkan rokok tidak memiliki keterkaitan dengan kepentingan umat Islam, sedangkan responden menyatakan sangat tidak setuju karena berita rencana fatwa MUI haramkan rokok tidak memihak pada umat Islam.

c) Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok Menuai Pro dan Kontra di Kalangan Masyarakat

Untuk mengetahui berapa jumlah dan presentase dari sikap responden terhadap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok menuai Pro dan Kontra di kalangan masyarakat dapat diketahui sikap Responden Terhadap Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok Menuai Pro dan Kontra di Kalangan Masyarakat diketahui bahwa sebesar 23 % responden menyatakan sangat setuju, hal ini karena responden mengetahui berita rencana fatwa MUI haramkan rokok mempengaruhi segala sektor, baik di bidang bisnis maupun sosial sehingga menumbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat. 6 % responden menyatakan tidak setuju karena berita rencana fatwa MUI haramkan rokok tidak terlalu diributkan oleh masyarakat. 3 % responden menyatakan sangat tidak setuju, hal ini karena berita rencana fatwa MUI haramkan rokok sudah memiliki kejelasan bahwa selama ini hukum rokok adalah makruh jadi tidak perli diperdebatkan lagi. Maka dari data tersebut mrnunjukan bahwa mayoritas responden 68 % menyatakan setuju bahwa berita rencana fatwa MUI haramkan rokok menuai pro dan kontra dikalangan masyarakat, hal ini dikarenakan responden mengetahui adanya aksi mendukung dan menolak terhadap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok.

d) Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok Menuai Pro dan Kontra Di Kalangan Para Ulama Indonesia

Untuk mengetahui berapa jumlah dan presentase dari sikap responden terhadap berita rencana Fatwa MUI haramkan rokok menuai Pro dan Kontra di kalangan para ulama Indonesia dapat diketahui Sikap Responden Terhadap Berita Rencana Fatwa MUI

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 24: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

Haramkan Rokok Menuai Pro dan Kontra di Kalangan Para Ulama Indonesia diketahui 28 % responden menyatakan sangat setuju hal ini dikarenakan berita rencana fatwa MUI haramkan rokok menuai pro dan kontra dikalangan masyarakat disebabkan banyak ulama yang memiliki pebedaan pendapat mengani hal ini, dan mereka telah memiliki dalil masing-masing. 6 % responden menyatakan tidak setuju karena berita rencana fatwa MUI haramkan rokok sudah memiliki kejelasan tentang hukumnya, sedangkan 1 % responden menyatakan sangat tidak setuju karena sebelumnya MUI selaku perwakilan ulama di Indonesia telah menyepakati bahwa hukum rokok adalah makruh. Dari data tersebut menunjukan bahwa mayoritas responden 65 % menyatakan setuju bahwa berita rencana fatwa MUI haramkan rokok menuai pro dan kontra di kalangan ulama. Hal ini karena pafa kenyataannya banyak ulama yang merokok, dan masing-masing ulama telah memiliki dasar untuk menyatakan bahwa hukum rokok adalah makruh.

e) Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok Mendapatkan Dukungan dari Menteri Kesehatan, Gubenur DKI, LSM Pintar, WHO dan KPAI

Untuk mengetahui berapa jumlah dan presentase dari sikap responden terhadap berita rencana Fatwa MUI haramkan rokok mendapatkan dukungan dari Menteri Kesehatan, Gubenur DKI, LSM Pintar, WHO dan KPAI dapat diketahui Sikap Responden Terhadap Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok Mendapatkan Dukungan dari Menteri Kesehatan, Gubenur DKI, LSM Pintar, WHO dan KPAI diketahui 25 % responden menyatakan sangat setuju alasannya karena responden tahu bahwa rokok merusak kesehatan jadi harus didukung oleh semua pihak. 16 % responden menyatakan tidak setuju karena rokok merupakan sumber inspirasi. 4 % responden menyatakan sangat tidak setuju karena rokok tidak selalu menimbulkan dampak negatif, melainkan rokok juga memiliki banyak sisi positif. Dan dari data tersebut menunjukan bahwa mayorutas responden yaitu sebesar 55% menyatakan setuju hal ini karena semakin meningkatnya jumlah perokok di Indonesia sehingga perlu adanya dukungan dari pihak-pihak penting agar dapat menekan jumlah konsumen rokok.

f) Aspek Kognitif Masyarakat Muslim Surabaya Terhadap Berita

Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok

Mengenai sikap masyarakat muslim Surabaya terhadap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok di Liputan 6 SCTV. Untuk

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 25: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

mengetahuinya sebanyak 39 % responden mempunyai sikap (aspek kognitif) netral, hal ini karena responden menjadikan berita rencana fatwa MUI haramkan rokok sebagai pengetahuan saja dan hanya 1 % responden mempunyai sikap (aspek kognitif) negatif, hal ini karena responden tidak mendukung sepenuhnya kemunculan berita rencana fatwa MUI haramkan rokok. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar 60% masyarakat muslim Surabaya mempunyai sikap (aspek kognitif) positif terhadap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok. Hal ini dikarenakan responden menyaksikan berita rencana fatwa MUI haramkan rokok di Liputan 6. Masyarakat berharap dengan adanya berita rencana fatwa MUI haramkan rokok ini dapat dijadikan suatu kebijakan baru dalam masyarakat dan bukan untuk dijadikan alat mempertajam perbedaan. Hal ini karena sebagian besar responden mengetahui bahwa berita rencana fatwa MUI haramkan rokok berisi informasi tentang rencana fatwa MUI dimana didalamnya terdapat berita yang berisi pembahasan mengenai alasan mengapa hukum rokok yang dulunya adalah makruh harus diubah menjadi haram.

g) Aspek Afektif

Aspek afektif responden mengenaui sikap masyarakat muslim Surabaya terhadap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok diukur dari 6 pertanyaan mengenai aspek afektif yang diajukan agar responden memiliki masing-masing 1 dari 4 kategori yang telah disusun dalam posisi berurutan pada masing-masing pertanyaan pada nomor 6 hingga nomor 11 pada kuesioner kemudian pada masing-masing kategori diberi skor dari yang tertinggi sampai yang terendah secara berurutan. Diperoleh data, bahwa skor tertinggi adalah 24 dan skor terendah adalah 6. Perolehan data perhitungan tersebut serta pengkategoriannya adalah sebagai berikut : a. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan

dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 6x4 = 24b. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan

dengan skor jawaban terendah responden , yaitu 6x1 = 6Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut : Interval = Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban Terendah

Jenjang yang diinginkan = 24 – 6 3

= 18 3

= 6Jadi pengkategoriannya adalah sebagai berikut:

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 26: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

a. Aspek Afektif negatif = 6 – 11b. Aspek Afektif netral = 12 – 17c. Aspek Afektif positif = 18 – 24 Dengan demikian jika dimasukan ke dalam tabel frekuensi dapat dilihat seperti tabel- tabel di bawah ini.

h) Responden Merasa Tertarik untuk Mengetahui Perkembangan Tentang Segala Berita yang Berkaitan Dengan Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok.

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase sikap responden merasa tertarik untuk mengetahui perkembangan tentang segala berita yang berkaitan dengan rencana fatwa MUI haramkan rokok, menunjukan bahwa sebesar 19 % responden menyatakan sangat setuju, hal ini karena berita rencana fatwa MUI sangat penting untuk diketahui karena menyangkut dengan kepentingan umat islam, dan dapat dijadikan suatu perkembangan positif bagi umat islam karena dapat mengurangi angka kematian yang timbul dari mengkonsumsi rokok. 49 % responden menyatakan setuju hal ini karena responden menganggap berita rencana fatwa MUI dapat menambah informasi dan dapat dijadikan sebagai wacana dan bahan kajian. Sedangkan 26 % responden menyatakan tidak setuju karena berita rencana fatwa MUI haramkan rokok hanya akan menimbulkan pro dan kontra dan hanya akan menambah masalah baru. Dan sisanya 6 % responden menyatakan sangat tidak setuju dengan alasan karena mereka bukan perokok jadi tidak memiliki keterkaitan dengan berita tersebut.

i) Responden Merasa Senang Jika Melihat Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok Mendapat Dukungan dari Berbagai Pihak.

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase sikap responden yang merasa senang jika melihat berita rencana fatwa MUI haramkan rokok mendapatkan dukungan dari bebagai pihak, dapat dilihat 29 % responden menyatakan sangat setuju, karena mereka mendukung dengan rencana fatwa MUI tersebut. 28 % menyatakan setuju karena responden menyadarai bahwa selama ini rokok hanya menimbulkan efek negatf bagi yang mengkonsumsinya. 11 % responden menyatakan sangat tidak setuju karena sebagian besar dari mereka adalah perokok. Sisanya 32 % menyatakan tidak setuju karena mereka berpendapat bahwa masing-masing individu telah memiliki hak untuk memilih, dan mereka tidak merasa terganggu dengan adanya perokok.

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 27: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

j) Responden Berharap Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok Mampu Menggugah Kesadaran Masyarakat Untuk Tidak Merokok

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase sikap responden yang berharap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok Mampu menggugah Kesadaran Masyarakat Untuk Tidak Merokok, menunjukan bahwa sebesar 29 % responden menyatakan sangat setuju, karena supaya perokok sadar bahwa rokok dapat merusak kesehatan, 35 % responden menyatakan setuju karena berharp suapaya masyarakat semakin pandai untuk membedakan mana yang bermanfaat dan tidak bagi kesehatan dan lingkungannya. 32 % menyatakan tidak setuju karena kesadaran itu timbul dari diri masing-masing individu, jadi tidak perlu ditakut-takuti dengan kata-kata haram. Sisanya 5 % responden menyatakan sangat tidak setuju hal ini karena sebuah berita belum mampu menggugah kesadaran masyarakat.

k) Responden Ingin Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok Dapat Segera Diputuskan

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase sikap responden yang ingin rencana fatwa MUI haramkan rokok dapat segera diputuskan, dapat diketahui jawaban responden berbeda-neda, tidak ada prosentase yang mendominasi. 24 % responden menyatakan sangat setuju karena agar jumlah perokok di Indonesia berkurang. 32 % responden menyatakan sangat setuju karena supaya jelas bahwa rokok itu haram agar banyak umat muslim yang tidak merokok. 30 % menyatakan tidak setuju karena mereka memahami bahwa rokok itu tidak haram tapi makruh hanya perlu pengaturan saja agar jumlah perokok tidak meningkat. 14 % responden menyatakan sangat ridak setuju karena apabila diputuskan akan menimbulkan gejolak sosial di dalam masyarakat.

l) Responden Ingin Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok Disebarluaskan

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase sikap responden yang ingin berita rencana fatwa MUI haramkan rokok disebarluaskan, dapat diketahui 39 % responden menyatakan sangat setuju hal ini karena pemberitaan di telavisi dapat memberi pengaruh pada masyarakat (the power of media ). Sedangkan 31 % responden menyatakan tidak setuju, dengan alasan rokok bukan satu-satunya barang konsumsi yang

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 28: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

menyebabkan penyakit atau merusak kesehatan. 35 % responden menyatakan setuju karena agar masyarakat semakin sadar bahwa rokok merugikan kesehatan. Sisanya hanya ada 5 % respenden yang menyatakan sangat tidak setuju karena responden berpendapat bahwa berita tidak bisa merubah kebiasaan masyarakat yang sudah terlanjur mengkonsumsi rokok.

m) Responden Berharap Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok Dapat di Jadikan Awal Masyarakat Untuk Hidup Sehat dan Tidak Merokok

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase sikap responden yang berharap rencana fatwa MUI haramkan rokok dapat dijadikan awal masyarakat untuk hidup sehat dan tidak merokok, dapat diketahui 5 % responden menyatakan sangat tidak setuju karena untuk awal masyarakat hidup sehat tidak harus dari menghindari rokok. 32% responden menyatakan sangat setuju karena merokok itu mubadzir dan merupakan pemborosan. sedangkan 26 % responden menyatakan tidak setuju karena bagi perokok membeli rokok bukan pemborosan melainkan suatu kebutuhan. Sisanya 37 responden menyatakan setuju karena sebaiknya uang rokok bisa dialokasikan untuk keperluan lain yang lebih penting dan bermanfaat.

n) Aspek Afektif Masyarakat Muslim Surabaya Terhadap Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Merokok

Mengenai sikap masayarakat Surabaya terhadap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok di Liputan 6. Menunjukan 46 % responden mempunyai sikap (aspek afektif) netral, hal ini karena responden menganggap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok hanya sebagai sumber informasi saja dan hanya 11 % responden yang mempunyai sikap (aspek afektif) negatif, hal ini karena responden tidak mendukung berita rencana fatwa MUI haramkan rokok dimunculkan di media (masyarak umum). Dan 43 % responden mempunyai sikap (aspek afektif) positif, hal ini karena responden mendukung berita rencana fatwa MUI haramkan rokok. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa antara reponden yang memiliki sikap (aspek afektif) positif dan netral hanya memiliki selisih 3 %, maka dapat dikatakan sebagian masyarakat muslim Surabaya Mendukung berita rencana fatwa MUI haramkan rokok, dan sebagian masyarakat muslim Surabaya hanya menganggap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok sebagai informasi saja.

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 29: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

0) Aspek Konatif

Aspek konatif responden mengenai sikap masyarakat muslim Surabaya terhadap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok diukur dari 4 pertanyaan mengenai aspek konatif yang diajukan agar responden memiliki masing-masing 1 dari 4 kategori yang telah disusun dalam posisi beriritan pada masing-masing pertanyaan pada nomor 12 hingga nomor 15 pada kuesioner, kemudian pada masing-masing kategori diberikan skor dari yang tertinggi ke yang terendah secara berurutan. Diperoleh data, bahwa skor tertinggi adalah 16 dan skor terendah adalah 3. Perolehan data perhitungan tersebut serta pengkategoriannya adalah sebagai berikut : 1) Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan

dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 4x4 = 162) Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan

dengan skor jawaban terendah responden , yaitu 4x1 = 4Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut : Interval = Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban Terendah

Jenjang yang diinginkan = 16 – 4 3

= 4 Jadi pengkategoriannya adalah sebagai berikut: 1) Aspek konatif negatif = 4 – 72) Aspek konatif netral = 8 – 113) Aspek konatif positif = 12 – 16 Dengan demikian jika dimasukan ke dalam tabel frekuensi dapat dilihat seperti tabel- tabel di bawah ini.

p) Responden Akan Mengirim Tulisan Berupa Dukungan Kepada Redaksi Liputan 6 Agar Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok Terus Diberitakan

Untuk mengetahui jumlah dan prosentase sikap responden yang akan mengirim tulisan berupa dukungan kepada redaksi Liputan 6 agar berita rencana fatwa MUI haramkan rokok terus diberitakan, menujukan bahwa 10% responden menyatakan sangat setuju, hal ini karena berita rencana fatwa MUI haramkan rokok sangat penting dan berguna bagi masyarakat umum dan masyarakat muslim khususnya. 22 % responden menyatakan setuju hal ini karena mereka menganggap berita tersebut sangat penting untuk diketahui sehingga mereka akan mengirim tulisan berupa dukungan agar berita rencana fatwa MUI haramkan rokok terus diberitakan. 13 % responden menyatakan sangat tidak setuju hal ini karena mereka tidak terlalu ingin tahu mengenai

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 30: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

berita rencana fatwa MUI haramkan rokok. Dari data tersebut dapat disimpulkan sebagian besar 55 % responden menyatakan tidak setuju apabila mereka akan mengirim tulisan dukungan kepada redaksi liputan 6 agar berita rencana fatwa MUI haramkan rokok terus diberitakan, hal ini karena mereka menganggap bahwa itu hanya tugas organisasi-organisasi yang terkait dan tugas bagi wartawan untuk terus memberitakan berita yang paling terbaru. Responden berpendapat bahwa peran serta mereka tidak terlalu memberi pengaruh yang besar.

q) Responden Akan Memberitahu Teman-teman dan Keluarga Mereka Tentang Perkembangan Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Rokok, Apabila Mnegetahui Berita Terbaru

Untuk mengetahui jumlah dan prosentase sikap responden yang akan memberi tahu teman-teman dan keluarga mereka tentang perkembangan berita rencana fatwa MUI haramkan rokok apabila mengetahui beita terbaru, dapat diketahui 35 % responden menyatakan sangat setuju, karena mereka akan memberitahu segala informasi mengenai berita rencana fatwa MUI haramkan rokok apabila mnegetahuinya. 22 % menyatakan setuju, karena mereka akan memberi tahu informasi terbaru mnegenai berita rencana fatwa MUI haramkan rokok sebab beita ini memiliki keterkaitan dengan kepentingan umats islam dan sebagai sesama muslim maka harus memberi tahu. 34 % responden menyatakan tidak setuju karena mereka tidak mendukung rencana fatwa MUI haramkan rokok. Dan sisanya adalah 9 % responden menyatakan sangat tidak setuju hal ini disebabkan mereka adalah perokok jadi akan menolak segala berita rencana fatwa MUI aharmkan rokok.

r) Responden Akan Memberitahu Informasi Kepada Teman-teman dan Keluarga Mengenai Dampak Buruk Merokok.

Untuk mengetahui jumlah dan prosentase sikap responden yang akan memberi informasi kepada teman-teman dan keluarga mereka mengenai dampak buruk merokok, dapat diketahui 33 % responden menyatakan sangat setuju hal ini karena informasi mengenai dampak buruk mengkonsumsi rokok memang harus selalu disebarluaskan agar teman-teman dan kelaurga dapat hidup lebih baik dengan kesehatan yang prima. Sedangkan 31 % responden menyatakan tidak setuju karena meskipun telah diberi informasi secara detai tetap saja bagi perokok hal tersebut tidak ada gunanya karena kesadaran timbul dari diri sendiri, kemudia

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 31: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

sisanya adalah 6 % responden tyang menyatakn sangat tidak setuju karena mereka tidak mau mencampuri hak orang lain (perokok).

s) Responden Akan Memberitahu Teman-teman, Keluarga dan Lingkungan Sekitar Untuk Mulai Mengurangi Kebiasaan Merokok Agar Nanti Jika Fatwa Tersebut Telah di Putuskan Masyarakat Benar-benar Telah Siap Untuk Berhenti Merokok

Untuk mengetahui jumlah dan prosentase sikap responden yang akan memberitahu teman-teman, keluarga, dan lingkungan sekitar untuk mulai mengurangi kebiasaan merokok agar nanti jika fatwa tersebut telah di putuskan,masyarakat benar-benar telah siap untuk berhenti merokok, dapat diketahui 16 % responden menyatakan sangat setuju karena sebelum ada berita rencana fatwa MUI haramkan rokok mereka sudah melakukan hal itu, yakni menghindari lingkungan perokok dan memberi teguran pada teman-teman yang merokok. 35 % responden menyatakan setuju karena mereka mendukung rencana fatwa MUI haramkan rokok dan selain belajar menjauhkan diri dari budaya merokok secara tidak langsung juga telah menyelamatkan lingkungan dari pemanasan global. merokok. Sedangkan 38 % responden menyatakan tidak setuju karena mereka berpendapat bahwa semua itu tergantung dari masing-masing individu jadi mereka tidak berhak untuk memberitahu. Sedangkan 11 % responden menyatakan sangat tidak setuju karena mereka adalah perokok dan tmenolak rencana fatwa MUI haramkan rokok.

t) Aspek Konatif Masyarakat Muslim Surabaya Terhadap Berita Rencana Fatwa MUI Haramkan Merokok

Dari tabel diatas, maka dapat disusun tabel mengenai sikap masyarakat Surabaya terhadap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok di Liputan 6. Menunjukan sebanyak 38 % responden mempunyai sikap (aspek konatif) positif, hal ini dikarenakan responden merasa optimis bahwa dengan adanya berita rencana fatwa MUI haramkan rokok dapat menggugah masyarakat untuk tidak terprovokasi dengan isi berita berkaitan dengan penolakan dan dukungan yang masuk pada berita rencana fatwa MUI haramkan rokok. 11 % responden mempunyai sikap negatif, hal ini karena responden yang menaggapinya dengan tidak mendukung berita rencana fatwa MUI haramkan rokok. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar 51 % masyarakat muslim Surabaya mempunyai sikap (aspek konatif) netral, hal ini karena responden menanggapi

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 32: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

berita rencana fatwa MUI haramkan rokok dengan tidak memberikan pendapat dan hanya sebagai pengetahuan saja.

u) Sikap Masyarakat Muslim Surabaya Terhadap Berita Rencana fatwa MUI Haramkan Rokok

Sikap masyarakat Surabaya terhadap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok diukur dari total nilai masing-masing komponen sikap, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, aspek konatif yang telah diolah dari jawaban responden yang berasal dari kuesioner.1. Skor tertinggi dengan menjumlahkan skor tertinggi dari aspek

kognitif, aspek afektif dan aspek konatif yaitu 20 + 24 + 16 = 60

2. Skor terendah diperoleh dengan menjumlahkan skor terendah dari aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif yaitu 5 + 6 + 4 = 15

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut : Interval = Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban Terendah

Jenjang yang diinginkan = 60 – 15 = 15 3

Jadi pengkategoriannya adalah sebagai berikut: Aspek sikap negatif = 15 – 29Aspek sikap netral = 30 – 44Aspek sikap positif = 45 – 60Kemudian untuk mengetahui jumlah dan prosentase responden yang mempunyai kategori positif, netral dan negatif. Menunjukan bahwa sebesar 39 % responden mempunyai sikap positif. Hal ini dikarenakan masyarakat muslim Surabaya membutuhkan informasi-informasi yang bermanfaat perihal berita rencana fatwa MUI haramkan rokok, selain itu juga responden beranggapan bahwa berita rencana fatwa MUI haramkan rokok mampu menjembatani perbedaan pendapat mengenai informasi fata MUI haramkan rokok. Dan hanya 2 % responden yang mempuyai sikap negatif. Sebagian besar responden sebesar 59 % mempunyai sikap netral, karena masyarakat Surabaya kurang mengerti terhadap isi berita rencana fatwa MUI haramkan rokok, sehingga mempengaruhi responden dalam memberikan jawaban yang tepat terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner. Dari tabel diatas diketahui masyarakat bisa menerima berita rencana fatwa MUI haramkan rokok tapi kurang bisa memahaminya dengan baik.

Kesimpulan

1. Kesimpulan

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 33: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

Dari pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti tentang hasil temuan dan analisis data yang dilengkapi dengan penyajian data dalam bentuk tabel-tabel frekuensi. Maka kesimpulan dalam penelitian sikap masyarakat muslim Surabaya terhadap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok di Liputan 6 SCTV adalah netral.

2. Saran

Saran yang disampaikan oleh peneliti yang berkaitan dengan sikap masyarakat muslim Surabaya terhadap berita rencana fatwa MUI haramkan rokok di Liputan 6 SCTV yaitu : Jangan merokok, karena merokok dapat merugikan kesehatan diri sendiri maupun orang lain.

Daftar Pustaka

Aasyur Thoha, 1979, 301 Hadist Pilihan; Pustaka Amani, Jakarta.

Assegaff Djafar, 1991, Jurnalistik Masa Kini; PT. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Azwar, Saifuddin, 2007, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya; Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

BPS, 2006, Surabaya Dalam Angka; CV Nugroho, Surabaya.

Bahreisy Hussein, 1980, Himpunan Hadist Pilihan; Al Iklhlas, Surabaya.

Bungin, Burhan, 2001, Metodologi Penelitian Sosial (Format-format Kuantitatif dan Kualitatif); Airlangga University Press, Surabaya.

Bungin, Burhan, 2006, Metodologi Penelitian Kuantitatif; Kencana, Jakarta.

Djuroto, Totok, 2002, Menulis Artikel dan Karya Ilmiah; PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Effendy, Onong Uchjana, 2003, Ilmu Teori dan Praktek; PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya

Page 34: 2-Kusnarto-komti-8

KomMTi – Volume : 3, No. : 8 / Agustus 2009

Hurlock, B., Elisabeth, 2004, Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan); Erlangga, Jakarta.

Luwarso, Lukas, 2005, Kompetensi Wartawan; Dewan Pers, Jakarta.

Muda, Iskandar, 2003, Jurnalistik Televisi; PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mcquail, Dennis, 2005, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar; Erlangga, Jakarta.

Nazir, Mohammad, 2003, Metode Penelitian Komunikasi; PT Galia Indonesia, Jakarta.

Rakhmat, Jalaludin, 2004, Metode Penelitian Komunikasi; PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Rakhmat, Jalaludin, 2005, Psikologi Komunikasi; PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Rasjid Sulaiman, 1976. Fiqih Islam; Attahiriyah, Jakarta.

Silalahi, GabrielAmin, 2003, Metode Penelitian Dan Study Kasus, Cetakan Pertama; Citra Media, Sidoarjo.

Non Buku :

Data Jumlah Penduduk Kecamatanwww.liputan6.comwww.mui.or.id

__________________________________________________________________________Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya