10 Universitas Kristen Petra 2. IDENTIFIKASI DAN ANALISA DATA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Iklan Periklanan bukan lagi sebuah dunia baru di Indonesia. Eksistensinya telah lama menjadi tonggak sejarah perkembangan sosial ekonomi di negeri ini. Namun belum banyak orang yang memahami tentang bagaimana periklanan bekerja. Belum banyak pula yang meyakini “keajaiban” iklan. Dan bagaimana sesungguhnya iklan dapat melanjutkan upaya-upaya komunikasi. Semua kembali kepada prinsip dagang jaman dulu ketika pengeluaran yang dilakukan harus bisa menghasilkan pendapatan yang lebih, memang tidak pernah ada jaminan pasti dari periklanan untuk membantu mendapatkan pemasukan atau setidaknya tidak langsung dan instan. Memakan waktu dan membutuhkan kesabaran untuk merasakan hasilnya secara signifikan. Di Surabaya khusunya periklanan masih dipandang sebelah mata oleh para usahawan atau singkat kata hanya sedikit saja komunikan yang merasa perlu mengkomunikasikan pesan mereka. Meski sesungguhnya periklanan sudah bermula sejak awal kehidupan manusia. Perjalanan panjang iklan ini tak lain merupakan sebuah petualangan untuk mencapai kesempurnaan. Kesempurnaan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan. Kesempurnaan dalam berkomunikasi dan menyampaikan pesan. Manusia dilahirkan untuk berkomunikasi, dan tidak akan pernah berhenti melakukannya. Sejak semula, manusia telah berusaha untuk menemukan berbagai cara dalam berkomunikasi, dan terus melakukan improvisasi terhadap cara-cara tersebut. Komunikasi sudah menjadi dasar kehidupan, sudah menjadi sebuah kebutuhan, bukan lagi kebiasaan. Kebutuhan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, kebutuhan untuk diperhatikan, serta kebutuhan untuk menyampaikan informasi, adalah kebutuhan untuk berkomunikasi. Komunikasi berasal dari kata dalam bahasa Latin communis yang berarti bersama (C. Northcote Parkinson, MK. Rustomji, dan Walter R. Vieira, 1991), atau dengan kata lain, komunikasi sejatinya dilakukan dalam kebersamaan atau lebih dari satu orang. Sehingga secara sederhana dapat diartikan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari seorang
36
Embed
2. IDENTIFIKASI DAN ANALISA DATA 2.1. Sejarah dan ... · 2.1. Sejarah dan Perkembangan Iklan Periklanan bukan lagi sebuah dunia baru di Indonesia. Eksistensinya telah lama menjadi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10Universitas Kristen Petra
2. IDENTIFIKASI DAN ANALISA DATA
2.1. Sejarah dan Perkembangan Iklan
Periklanan bukan lagi sebuah dunia baru di Indonesia. Eksistensinya telah
lama menjadi tonggak sejarah perkembangan sosial ekonomi di negeri ini. Namun
belum banyak orang yang memahami tentang bagaimana periklanan bekerja.
Belum banyak pula yang meyakini “keajaiban” iklan. Dan bagaimana
sesungguhnya iklan dapat melanjutkan upaya-upaya komunikasi. Semua kembali
kepada prinsip dagang jaman dulu ketika pengeluaran yang dilakukan harus bisa
menghasilkan pendapatan yang lebih, memang tidak pernah ada jaminan pasti dari
periklanan untuk membantu mendapatkan pemasukan atau setidaknya tidak
langsung dan instan. Memakan waktu dan membutuhkan kesabaran untuk
merasakan hasilnya secara signifikan. Di Surabaya khusunya periklanan masih
dipandang sebelah mata oleh para usahawan atau singkat kata hanya sedikit saja
komunikan yang merasa perlu mengkomunikasikan pesan mereka. Meski
sesungguhnya periklanan sudah bermula sejak awal kehidupan manusia.
Perjalanan panjang iklan ini tak lain merupakan sebuah petualangan untuk
mencapai kesempurnaan. Kesempurnaan dalam hubungan-hubungan
kemanusiaan. Kesempurnaan dalam berkomunikasi dan menyampaikan pesan.
Manusia dilahirkan untuk berkomunikasi, dan tidak akan pernah berhenti
melakukannya. Sejak semula, manusia telah berusaha untuk menemukan berbagai
cara dalam berkomunikasi, dan terus melakukan improvisasi terhadap cara-cara
tersebut. Komunikasi sudah menjadi dasar kehidupan, sudah menjadi sebuah
kebutuhan, bukan lagi kebiasaan. Kebutuhan untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan, kebutuhan untuk diperhatikan, serta kebutuhan untuk menyampaikan
informasi, adalah kebutuhan untuk berkomunikasi.
Komunikasi berasal dari kata dalam bahasa Latin communis yang berarti
bersama (C. Northcote Parkinson, MK. Rustomji, dan Walter R. Vieira, 1991),
atau dengan kata lain, komunikasi sejatinya dilakukan dalam kebersamaan atau
lebih dari satu orang. Sehingga secara sederhana dapat diartikan bahwa
komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari seorang
komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan) dalam upaya
untuk menciptakan kesatuan pemikiran dan pengetahuan agar dapat saling
memahami.
Dalam kegiatannya berkomunikasi, manusia telah menemukan berbagai
terobosan yang dapat mempermudah terjadinya hubungan-hubungan komunikasi
yang efektif, antara lain dengan menciptakan beragam jenis media dan cara-cara
yang dapat menyalurkan informasi secara cepat, aktual, faktual dan efisien.
Iklan mungkin termasuk cara berkomunikasi yang paling digemari
sekarang ini. Baik karena efektifitasnya, ataupun hanya oleh sebuah trend yang
sedang berlaku dalam masyarakat, yang jelas iklan termasuk salah satu solusi
utama bagi problem-problem pelik di dunia pemasaran. Para pemasar
menggandrungi iklan. Akademisi dan kaum muda mempelajari seluk beluk iklan.
Nampaknya hanya konsumen yang belum terlalu mencintai iklan. Padahal
sesungguhnya iklan diciptakan untuk memancing perhatian konsumen. Terbukti,
lebih banyak terjadi pergantian saluran televisi saat iklan. Konsumen lebih suka
melewatkan iklan. Paling tidak itulah yang sedang terjadi di negara ini. Iklan-
iklan padat informasi saling bertabrakan dan berdesak-desakan memperebutkan
ruang alam pikiran konsumen. Cukup sulit bagi sebuah iklan untuk muncul ke
permukaan dan menjadi yang paling diperhatikan. Ketidakpahaman akan iklan
juga seringkali menjadi penyebab kegagalan sistem pemasaran. Sebagian iklan
berbicara terlalu banyak. Sebagian lagi malah tidak berani berbicara. Tak ada
tujuan yang jelas, apalagi kreativitas. Padahal, kreativitaslah jantung periklanan.
Kreativitas menghasilkan keunikan, dan keunikan membuat iklan diperhatikan.
Perhatian lebih konsumen inilah yang akan mengundang masuknya pesan ke
sistem pikiran mereka. Dengan demikian, tercapailah tujuan pemasaran. Akan
tetapi hanya segelintir iklan yang dapat melakukannya. Untuk dapat berhasil di
tengah ketatnya persaingan iklan memang tidaklah mudah. Butuh suatu
pemahaman yang mendalam terhadap iklan untuk dapat membuatnya berhasil.
Harus sepenuhnya mengenal iklan, sebelum memutuskan untuk bergelut di dalam
dunia periklanan. Jauh sebelum itu, penting untuk dimengerti tentang apakah
sebenarnya iklan, sehingga akan dapat mempermudah pemahaman terhadap
12
Universitas Kristen Petra
berbagai aktivitas yang berlangsung di dalamnya.
Tom Brannan (2004) mendefinisikan iklan sebagai “Sebuah pengiriman
pesan melalui suatu media yang dibayar sendiri oleh pemasang iklan.” (p. 51).
Uyung Sulaksana (2003) mendefinisikan iklan sebagai “semua bentuk presentasi
non personal yang mempromosikan gagasan, barang, atau jasa yang dibiayai
pihak sponsor tertentu.” (p. 90). Karena definisi yang cukup longgar di atas,
sponsor iklan tidak terbatas pada perusahaan, namun juga mencakup semua pihak
yang menyebarkan pesannya kepada publik sasaran termasuk sekolah, organisasi
amal, dan lembaga pemerintah. Iklan merupakan cara yang efektif untuk
menyebarkan pesan, baik itu untuk tujuan membangun preferensi merek, ataupun
untuk mengedukasi masyarakat tentang suatu permasalahan. Sedangkan menurut
Institut Periklanan Inggris sebagaimana dikutip oleh Frank Jefkins (1995),
Periklanan merupakan “pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang
diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang
atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya.” (p. 5). Rhenald Kasali
(1992) menjelaskan bahwa iklan adalah “pesan yang menawarkan suatu produk
atau jasa kepada masyarakat lewat suatu media, dan berusaha membujuk orang
untuk membeli produk atau jasa tersebut.” (p. 9)
Sementara itu, Buku Pedoman Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia
menjelaskan bahwa iklan adalah “Segala bentuk pesan tentang suatu produk yang
disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta
ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.”(PPPI, 2003)
Pemerintah, dalam kenyataannya turut memperhatikan perkembangan
iklan. Melalui Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
1982 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966 Tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1967, pemerintah mendefinisikan sebagai berikut:
Periklanan merupakan usaha jasa yang di satu pihak menghubungkanprodusen barang dan jasa dengan konsumen, dan di lain pihakmenghubungkan pencetus gagasan dengan penerima gagasan. Dalamhubungan ini kecuali mengandung unsur pemasaran barang dan jasa,periklanan juga mengandung unsur komunikasi yang bersifat idiil.Periklanan barang dan jasa atau gagasan dilakukan melalui media dengan
13
Universitas Kristen Petra
dapat menggunakan jasa-jasa perusahaan iklan atas pesanan dari produsenbarang dan jasa atau pencetus gagasan yang bersangkutan. Oleh karena ituruang lingkup periklanan mencakup unsur-unsur produsen barang, jasadan gagasan, perusahaan iklan dan media termasuk pers. Peranan iklanbesar sekali artinya bagi kelangsungan hidup pers. Oleh karena ituorganisasi perusahaan periklanan dimasukkan dalam “keluarga” pers.
Tentang kapan sebenarnya iklan mulai mendominasi kehidupan manusia,
tidak banyak yang tahu. Tapi sejarah membuktikan, iklan bermula dari sekedar
desas-desus (buzz). Emanuel Rosen (2004) mengartikannya sebagai obrolan
menular yang berlangsung antar manusia, sebuah pertukaran komentar yang dapat
mengubah pandangan-pandangan. Meskipun pesan berantai, atau yang lebih
dikenal dengan the word of mouth ini termasuk gaya periklanan konvensional
yang sepantasnya terjadi sebelum masuknya teknologi ke dalam kehidupan
manusia, namun ternyata desas-desus tetap merupakan salah satu strategi
periklanan yang cukup efektif menangkap konsumen. Tidak seperti kebanyakan
iklan yang hanya mampu memancing perhatian masyarakat, tetapi gagal justru
dalam penyampaian pesan. Berikut adalah beberapa kenyataan ajaib tentang the
word of mouth:
? 45% dari pelanggan yang membeli organiser Palm menceritakan kepada
produsen alat tersebut bahwa mereka mendengar tentang Palm dari orang lain.
? Menurut The Travel Industry Association, teman dan kerabat merupakan
sumber nomor satu untuk informasi mengenai tempat-tempat yang akan
dikunjungi atau mengenai pesawat, hotel, atau mobil sewaan. Dari orang-
orang yang disurvey, 43% menyebutkan teman dan keluarga sebagai sumber
informasi.
? Menurut studi yang dilakukan Maritz Marketing Research, 53% dari
penggemar film mengandalkan anjuran dari seseorang yang mereka kenal.
Berapa pun besarnya uang yang dicurahkan Hollywood ke periklanan, orang-
orang seringkali berkonsultasi satu sama lain mengenai film apa yang akan
ditonton.
? Menurut studi yang sama di Amerika, 70% dari orang Amerika mengandalkan
nasihat orang lain sewaktu memilih dokter. 63% dari wanita yang disurvey
14
Universitas Kristen Petra
oleh majalah Self menyebutkan bahwa referensi teman, keluarga, atau teman
sekerja adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pembelian obat-obatan
yang dijual bebas.
Selangkah lebih maju dari peradaban lisan, manusia mulai menggunakan
sarana tulisan sebagai alat penyampaian pesan. Ini berarti pesan iklan sudah dapat
dibaca berulang-ulang dan disimpan. Iklan pertama pada jaman ini dibuat 3000
tahun yang lalu dan berisi pengumuman tentang budak yang lari dari tuannya.
Beberapa masa setelah itu, bentuk iklan mengalami perkembangan
menjadi relief yang diukir pada dinding-dinding. Penggalian puing-puing
Herculaneum membuktikan hal itu, yakni ketika ditemukannya gambar dinding
yang mengumumkan rencana penyelenggaraan pesta pertarungan gladiator. Pada
zaman Caesar, banyak toko di kota-kota besar yang telah memulai memakai tanda
dan simbol atau papan nama. Itulah media utama dalam beriklan yang digunakan
olah masyarakat Romawi pada saat itu. Setelah ditemukannya sistem percetakan
oleh Guttenberg pada tahun 1450 dan muncul sejumlah surat kabar mingguan,
iklan semakin sering digunakan untuk kepentingan komersial.
Melalui iklan orang dapat mempelajari sejarah peradaban manusia. Pada
awal abad ke-16 dan 17, yang banyak ditampilkan adalah iklan tentang budak
belian, kuda (sebelum ditemukan mobil), serta produk-produk baru seperti buku
dan obat-obatan. Munculnya iklan buku dan obat-obatan ketika itu menunjukkan
bahwa waktu itu orang sudah memperhatikan kesehatan dan pendidikan.
Amerika Serikat, negara yang kerap kali menjadi pelopor periklanan
modern, malah baru mengenal iklan pada awal abad ke-18. Iklan-iklan media
cetak di Amerika Serikat ketika itu ditujukan pada sasaran pembaca di Eropa yang
menyebutkan adanya tanah-tanah garapan yang menantang untuk masa depan di
Amerika.
Salah satu contoh iklan terbaik yang merupakan bukti sejarah Amerika
Serikat adalah iklan yang dimuat di Pennsylvania Evening Post edisi 6 Juli 1776.
Pesan yang disampaikan tidak lain adalah Proklamasi Kemerdekaan Amerika
Serikat. Demikian dapat disimpulkan bahwa media cetak merupakan salah satu
15
Universitas Kristen Petra
perintis periklanan modern, sebelum kemudian muncul alat komunikasi lain
seperti televisi dan radio.
2.1.1. Sejarah Periklanan Indonesia
Metode persuasi periklanan dan penggunaan teknologi mesin cetak oleh
surat kabar, ternyata telah mengubah wajah Eropa dan Amerika pada awal abad
ke-20. Utamanya, dalam menggeser sebagian fungsi juru-jual (salesman), yang
menawarkan produk dari rumah ke rumah. Bahkan perusahaan periklanan kian
kukuh tempatnya dalam keseluruhan sistem produksi dam pemasaran. Hal ini
bukan saja telah, dan terus berlangsung di Eropa dan Amerika, tetapi juga di Asia,
termasuk Indonesia. Meskipun demikian, pertumbuhan dan perkembangan
perusahaan periklanan di Indonesia dari kolportir, biro reklame, biro iklan hingga
perusahaan periklanan, mempunyai perjalanan sejarah yang sangat panjang pula.
Untuk melacak kiprahnya kita perlu menggali pula setiap periode sejarah
masyarakat Indonesia. Perkembangan sejarah periklanan, memang tidak lepas dari
perkembangan masyarakatnya.
Perintis tumbuhnya iklan di Indonesia adalah Jan Pieterzoen Coen. Dia
pendiri Batavia dan Gubernur Jenderal Indonesia tahun 1619-1629. Dalam masa
pemerintahannya, ia mengirim berita ke pemerintah setempat di Ambon dengan
judul ”Memorie De Nouvelles”, yang mana salinannya ditulis tangan pada tahun
1621. Tulisan tangan Coen yang indah ternyata merupakan refleksi pula dari
naluri bersaing antara pemerintah Indonesia dengan Portugis. Pada kenyataannya,
Negeri Belanda memang sejak abad ke-16 merupakan pusat penulisan silografi
(tulisan tangan indah) di Eropa. Tulisan ini digunakan juga pada iklan poster.
Pada saat itu, antara Indonesia dan Portugis terlibat dalam perebutan hasil
rempah-rempah dari kepulauan Ambon, dan Jan Pieterzoen Coen "menulis" iklan
untuk melawan aktivitas perdagangan oleh Portugis. Lebih dari satu abad
kemudian, setelah Jan Pieterzoen Coen meninggal tulisan tangannya diterbitkan
kembali di surat kabar ”Bataviaasche Nouvelles” pada tanggal 17 Agustus 1744,
atas prakarsa karyawan sekretariat dari kantor Gubernur Jenderal Gustaaf Willem
Baron Van Imhoff, Jan Erdman Jourdans. ”Bataviaasche Nouvelles” merupakan
surat kabar pertama di Indonesia, dan meski usianya tak lebih dari dua tahun,
16
Universitas Kristen Petra
surat kabar ini sangat berjasa dalam meletakkan dasar bagi periklanan dan pers
Indonesia. Dengan demikian, iklan yang dimuat ”Bataviaasche Nouvelles”
merupakan iklan pertama di Indonesia. Kenyataan ini menunjukkan, bahwa surat
kabar dan iklan lahir tepat bersamaan di negeri ini. Sejak saat itu, hampir seluruh
halaman surat kabar ”Bataviaasche Nouvelles” dipenuhi oleh iklan.
Pemanfaatan iklan untuk menunjang pemasaran, juga sudah lama dikenal
para pengelola suratkabar. Surat kabar Indonesia ”Tjahaja Siang”, terbit di
Minahasa tahun 1825, telah mengiklankan produk obat-obat tradisional. ”Tjahaja
Siang” adalah suratkabar pribumi yang pertama kali memanfaatkan iklan sebagai
penunjang pemasaran, dan iklannya disebarluaskan hingga ke Eropa. Kemudian
disusul oleh ”Soerabaja Advertentie Blad”, Surabaya, yang terbit pertama kali
tahun 1836. Surat kabar “Bientang Timoor”, Surabaya, bahkan telah
menggunakan iklan untuk meluncurkan produknya.
Sampai memasuki abad ke-20, kegunaan iklan masih terbatas pada
memberikan informasi secara ringkas dan jelas tentang suatu produk kepada
konsumen. Di tahap ini, para pengiklan belum memikirkan dan menggunakan
unsur persuasi dalam iklan-iklan mereka. Dari sisi kreativitas, desain iklan
terbatas pada deretan tulisan tangan indah (silografi) dengan tipografi yang
sederhana (iklan baris).Baru pada tahun 1870-an desain iklan mulai menampilkan
unsur-unsur naskah atau teks dan ilustrasi dalam suatu penataan komposisi layout
yang artistik (iklan display). Menurut Bedjo Riyanto dalam Iklan Surat Kabar dan
Perubahan Masyarakat di Jawa Masa Kolonial (1870-1915), sebagaimana dikutip
oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (2004), bentuk pribumisasi
dalam desain grafis iklan surat kabar dimulai pada abad ke-20, yakni dengan
tampilnya rancangan iklan yang mengangkat khazanah visual kehidupan
masyarakat lokal. Pengaruh perupaan Barat, yakni sentuhan gaya Art Nouveau
dan Art Deco, juga kian tampak.
Hingga periode antara tahun 1900-1928 belum ditemui artikel atau tulisan
yang membahas tentang peran dan fungsi iklan yang sebenarnya. Pada masa itu,
iklan masih semata-mata, dimanfaatkan untuk menjual produk oleh para
produsen, dan untuk menunjang kehidupan surat kabar. Pada periode tahun 1920-
17
Universitas Kristen Petra
an sampai 1930-an, terlihat juga adanya kecenderungan iklan-iklan menggunakan
model wanita. Padahal, banyak di antara produk-produk yang diiklankan tidak
melulu ditujukan untuk wanita.
Depresi ekonomi dunia tahun 1929-1930 mempunyai dampak sangat luas,
termasuk terhadap industri periklanan di Hindia Belanda. Banyak perusahaan
asing terpaksa menghentikan kampanye periklanannya. Utamanya, karena
merosotnya pemasaran produk-produk mereka. Meskipun demikian, perusahaan-
perusahaan periklanan kecil masih dapat bertahan, karena klien-klien mereka pun
umumnya adalah dari industri kecil, seperti rokok, sabun, dan bedak. Periode ini
juga ditandai dengan dimulai munculnya tulisan-tulisan tentang periklanan dan
tentang perlunya ditingkatkannya efisiensi dalam pemasaran. Banyak pula jurnal
atau suratkabar yang meliput keberhasilan pengusaha-pengusaha terkenal dalam
mengelola perusahaanya berkat periklanan.
Tahun 1930, beberapa iklan dari jenis "baru" mulai dikenal. Antara lain,
iklan pencari kerja, pernikahan, kematian dan iklan travel (perjalanan). Sejak
tahun itu pula menjamur kembali tumbuhnya perusahaan-perusahaan periklanan
baru.
Periode 1930-1942 juga merupakan awal pulihnya perekonomian Hindia
Belanda dari akibat pengaruh depresi ekonomi dunia. Perusahaan-perusahaan
periklanan pun mulai bergairah kembali, bahkan mulai terlihat kecanggihan
teknologi periklanan. Meskipun istilah "memposisikan produk/merk" itu sendiri
mungkin belum dikenal, namun dalam praktekya, sudah ada yang melakukannya.
Beberapa perusahaan periklanan telah menerapkan product/ brand positioning
pada iklan-iklan yang mereka ciptakan, dengan tujuan untuk memposisikan
produk/merk agar dipersepsi-kan secara unik dan khas di benak khalayak
sasarannya. Perusahaan periklanan Succes misalnya, memposisikan kliennya,
Philips, sebagai merek untuk produk-produk yang sangat ekonomis. Ia
mengungkapkannya dalam slogan yang terkenal, “Menjimpen banjak oeang ataoe
pembajaran stroom”.
Hingga tahun 1940-an pasar Hindia Belanda pada umumnya sangat
didominasi oleh produk-produk manufaktur. Baik yang diimpor dari Eropa,
18
Universitas Kristen Petra
Jepang atau Amerika Serikat,maupun produksi Hindia Belanda. Kategori produk-
produk ini berinti pada jenis kebutuhan sehari-hari atau industri perumahan,
seperti batik dan rokok kretek.
Adapun kecenderungan periklanan pada era 1930-an, antara lain:
a. Single minded
Pada tahun 1930-an juga berkembang tuntutan klien pada perusahaan
periklanan untuk menciptakan pesan-pesan iklan yang lebih terfokus dan
efisien. Dalam pengertian, para perusahaan periklanan dituntut untuk
menyederhanakan iklan- iklan yang mereka ciptakan. Baik itu dalam bentuk
verbal maupun yang dengan ilustrasi.
b. Memperhatikan aspek-aspek penting iklan
Kalau kita simak, contoh-contoh iklan masa itu, cenderung
menampilkan tiga aspek penting yang tetap relevan sampai sekarang, yaitu,
pertama, periklanan saat itu sudah dituntut untuk memilih kata-kata yang
sederhana dan langsung, sehingga maknanya dapat lebih cepat ditangkap oleh
calon konsumennya. Kedua, kata-kata yang dipilih harus pula punya kaitan
dengan produk yang diiklankan. Ketiga, iklan harus mampu secara cepat
diidentifikasikan oleh khalayak sasarannya sebagai produk khusus untuk
mereka.
c. Belajar dari pengalaman bangsa lain
Diperkenalkannya metode dan teknik baru periklanan di Indonesia,
telah menyebabkan banyak perusahaan kecil dan menengah tumbuh menjadi
perusahaan besar. Mereka umumnya mempelajari teknik-teknik baru
periklanan dari negara-negara maju.
Dunia Periklanan Indonesia mengalami kemunduran ketika Jepang
mengambil alih Indonesia pada tahun 1942 setelah menang dalam Perang Dunia I.
Bahkan segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi masyarakat,
dialihkan ke ekonomi untuk pemerintah, atau ekonomi perang. Kebijaksanaan
ekonomi ini bertumpu pada prioritas pembangunan fasilitas-fasilitas strategis
untuk pertahanan dan keamanan. Misalnya, pembangunan jalan raya, kereta api,
19
Universitas Kristen Petra
dan pemindahan romusha (pekerja paksa). Kampanye-kampanye periklanan pun
yang semula bertujuan komersial, berubah menjadi propaganda politik, atau untuk
mendukung kepentingan militer pihak Jepang.
Iklan-iklan yang masih bertahan pada masa pendudukan Jepang adalah
dari perusahaan-perusahaan batik, rokok kretek, percetakan dan bidang profesi
seperti dokter atau medis lainnya. Sedangkan perusahaan-perusahaan besar
(utamanya perkebunan dan mobil) yang berkembang pada masa Belanda, telah
terlanjur hancur pada saat pendudukan Jepang. Masa-masa awal pendudukan
Jepang juga ditandai dengan banyaknya iklan untuk mencari tenaga kerja, serta
munculnya banyak perusahaan periklanan yang dimiliki oleh orang-orang Arab.
Iklan-iklan lainnya cukup menonjol dan mendominasi suratkabar-suratkabar
adalah iklan bioskop yang banyak menayangkan film-film Jepang seperti Sekai
Tsugu dan Yukino Shigun.
Dibandingkan dengan periklanan zaman Hindia Belanda, iklan pada masa
pendudukan Jepang justru cenderung lebih sederhana. Kebanyakan menggunakan
pesan verbal tanpa gambar. Hal ini mungkin merupakan dampak lain dari
kebijaksanaan politik Jepang yang lebih mementingkan industri-industri alat
perang serta yang langsung untuk kepentingan tanah airnya sendiri. Meskipun
demikian, banyak kasus yang membuktikan, bahwa Jepang menjadikan
propaganda dan iklan, juga sebagai wahana untuk melakukan invasi kebudayaan.
Untungnya, Jepang hanya bertahan seumur jagung di Indonesia. Pada
tanggal 17 Agustus 1945, setelah Jepang kalah dari Sekutu dalam Perang Dunia
II, Soekarno-Hatta pun memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pemerintahan
baru dibentuk. Segala kebijakan negara dibuat. Sayangnya dalam masa transisi
ini, Belanda masih berusaha menguasai kembali Indonesia. Maka pecahlah perang
revolusi kemerdekaan. Masa revolusi kemerdekaan inilah yang disebut sebagai
awal kemunculan iklan layanan masyarakat di Indonesia.
Beberapa iklan pertama yang muncul di suratkabar memuat himbauan
yang mengajak warga melanjutkan perjuangan, mempertahankan kemerdekaan,
serta mengumpulkan dana untuk perang dan membantu korban perang. Ada pula
iklan ucapan bela sungkawa atau ucapan terima kasih yang digunakan sebagai
20
Universitas Kristen Petra
upaya mengangkat solidaritas rakyat dalam perjuangan.
Iklan-iklan tersebut tercatat sebagai jenis iklan-iklan layanan masyarakat
pertama dalam sejarah periklanan Indonesia. Perjuangan memenangkan perang
sebagai pemicu lahirnya layanan masyarakat di Indonesia itu, ternyata mirip
dengan yang terjadi di Amerika Serikat tahun 1939. Hanya saja, praktisi
periklanan Amerika menggunakan iklan layanan masyarakat ini lebih untuk
membantu para korban bangsa Amerika dalam Perang Dunia I. Selain iklan -
iklan penghimpun dana, di Indonesia saat itu praktis hanya terdapat iklan-iklan
yang menawarkan jasa perbaikan radio dan alat-alat kantor. Memang banyak
sekali barang-barang yang rusak akibat peperangan atau perebutan kembali oleh
anggota masyarakat terhadap barang-barang yang dikuasai anggota tentara
Jepang.
Ciri lain dari periklanan di masa awal kemerdekaan adalah banyaknya
iklan ucapan belasungkawa atau ucapan terima kasih dari keluarga yang
kehilangan sanak saudaranya. Dari sisi lain, banyaknya iklan belasungkawa ini
juga telah ikut mengangkat solidaritas rakyat untuk mempertahankan
kemerdekaan. Sementara itu, iklan pertama yang menawarkan produk pada masa
ini adalah untuk bahan kebutuhan pokok masyarakat, seperti kain dan sabun.
Meskipun demikian, penggarapan pesannya masih meniru pola masa pendudukan
Jepang, yang hanya memanfaatkan unsur verbal, dan kurang memikirkan aspek
persuasinya.
Praktis pada saat itu iklan-iklan komersial tidak terlalu banyak. Kondisi
ekonomi nasional masih terpuruk, dan ini berpengaruh pada kemampuan para
pengusaha untuk beriklan. Mereka sangat selektif mengeluarkan biaya. Hal ini
disebabkan pula oleh belum begitu banyaknya variasi produk di pasar, sehingga
fenomena yang terjadi adalah pembeli mencari barang (sellers market), bukan
sebaliknya. Hal ini memang di satu sisi sangat menguntungkan bagi para penjual,
karena mereka tak perlu beriklan untuk mempromosikan barang, tetapi pembeli
pasti akan datang membeli, karena tuntutan kebutuhan.
Setelah perjanjian Konferensi Meja Bundar pada 27 Desember 1949,
sebagian besar perusahaan, seperti perusahaan minyak, pengangkutan perkapalan
21
Universitas Kristen Petra
dan perbankan masih menggunakan modal dan pengelolaan Belanda. Sedangkan
usaha-usaha kecil, termasuk biro-biro iklan, masih belum pula bersatu. Padahal
jumlah perusahaan-perusahaan periklanan ini cukup banyak. Misalnya, di Jakarta
saja pada saat itu terdapat 21 perusahaan periklanan, sementara di Bandung
terdapat 7 perusahaan. Di luar Jawa (Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan)
terdapat sekitar 20 perusahaan periklanan. Sebaliknya perkembangan media-cetak
hingga tahun 1958 masih terbelakang, hal ini disebabkan oleh banyaknya
perusahaan percetakan yang masih dikuasai oleh Belanda.
Untungnya secara perlahan, keadaan pasar mulai membaik. Produk-
produk baru bermunculan, berbagai produk industri seperti minyak goreng, bir
kalengan, dan papan tripleks diiklankan di surat kabar. Yang menonjol adalah
iklan obat-obatan, yang kemunculannya sempat membuat pemerintah merasa
perlu untuk menetapkan suatu peraturan khusus untuk mentertibkannya. Ini tak
lain karena obat-obatan tersebut umumnya diragukan kegunaannya bagi
konsumen. Iklan lain yang cukup menonjol adalah produk otomotif. “Shell” giat
beriklan produk minyak. “General Motors” mengiklankan mobil, dan
“Goodyears” mengiklankan ban. Ketiganya merupakan perusahaan-perusahaan
yang rela menghabiskan banyak dana untuk beriklan.
Tren kreativitas periklanan di era ini ditandai dengan terfokusnya inti
pesan iklan pada kebutuhan untuk mengumumkan keberadaan atau ketersediaan
produk di pasar. Di sisi lain, kunci sukses pemasaran terletak pada kemampuan
produsen untuk menciptakan produk baru, bukan pada kebolehan perusahaan
menggali ide atau membuat eksekusi pesan iklan yang unik. Tetapi ada satu
perkembangan menarik yang terjadi di era ini. Yakni mulai dipergunakannya logo
dan gambar dalam berbagai iklan. Model iklan yang menonjolkan pesan-pesan
verbal mulai bergeser. Para pengiklan menyadari pentingnya logo dan gambar
dalam produk yang ditawarkan ke pasar. Penggunaan logo dan gambar juga
mendatangkan bisnis baru bagi biro-biro reklame, yaitu merancangkan logo yang
sesuai dengan citra perusahaan.
Pada periode 1960-1972, perkembangan dunia usaha sudah jauh berbeda
dengan situasi zaman kolonial. Organisasi dan pengelolaan perusahaan-
22
Universitas Kristen Petra
perusahaan yang semula kecil dan sederhana, telah berkembang menjadi besar
dan kompleks. Termasuk yang terdapat pada perusahaan-perusahaan periklanan.
Telah mulai pula diakui peran dan fungsinya sebagai kepanjangan (extension) dari
bagian pemasaran di perusahaan-perusahaan pengiklan. Bahkan seorang praktisi
Pemasaran berani menyatakan, bahwa sukses pengelolaan suatu perusahaan besar
dalam iklim ekonomi saat itu, meletakkan manajemen periklanan sebagai
pemegang tanggung jawab terberat. Bahwa dengan menajemen periklanan yang
baik, sebuah perusahaan akan mampu beradaptasi lebih jauh ke depan. Karena
manajemen periklanan membuat perusahaan bukan saja akan menguasai
perencanaan dan organisasinya namun juga pelaksanaan tugas dan
pengendaliannya.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan periklanan lainnya pun mulai
berkembang. Beberapa perusahaan baru yang cukup besar ikut pula meramaikan
periklanan di Indonesia. Produk-produk impor meskipun tidak cukup banyak
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat, tetapi masih lebih
banyak dibandingkan situasi sebelum tahin 1960.
Situasi ini tidak bertahan lama, karena sejak tahun 1963 perekonomian
Indonesia ternyata semakin parah. Produk-produk impor pun menurun tajam
terjadinya konfrontasi politik dengan negara-negara industri utama saat itu,
khususnya dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Konfrontasi ini
berdampak langsung terhadap perekonomian negara. Hutang luar negeri relatif
sangat tinggi dan inflasi pun merajalela hingga ke puncaknya ketika mencapai
sekitar 65%. Dalam situasi seperti itu, tentu sulit bagi sesuatu perusahaan untuk
dapat berkembang. Begitu pula yang terjadi dengan perusahaan-perusahaan
periklanan. Kalau terjadi peningkatan, namun dengan situasi moneter yang sangat
buruk, tentu saja setiap perkembangan yang terjadi di suatu perusahaan menjadi
semu sifatnya. Situasi ini berjalan terus hingga tahun 1966, awal munculnya
pemerintah Orde Baru di bawah pimpinan Jenderal Soeharto.
Orde Baru ternyata cukup sigap mengembalikan kestabilan politik dan
ekonomi dalam negeri. Selain berupaya keras mengendalikan inflasi, pemerintah
juga membuka peluang sebesar-besarnya bagi investasi baru. Konfrontasi dengan
23
Universitas Kristen Petra
negara-negara liberal pun lambat-laun dihapuskan dan membuka lagi peluang
bagi perdagangan luar-negeri yang lebih terbuka dan dinamis. Lebih lagi setelah
Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) disahkan, telah sangat
merangsang investasi dalam negeri dan menjamin adanya kepastian berusaha.
Di tahun 1967, tahun yang sama dengan dikeluarkannya undang-undang
PMDN tersebut, di Jakarta lahir perusahaan periklanan ”InterVista Ltd. Inc”.,
yang didirikan dan dikelola oleh Nuradi. ”InterVista” dianggap sebagai perintis
periklanan modern di Indonesia. ”InterVista” pula yang dianggap menjadi
perusahaan periklanan pertama yang beroperasi dalam kapasitas pelayanan
periklanan menyeluruh (full service advertising agency).
Sebagai perusahaan periklanan modern, ”InterVista” juga tercatat aktif
dalam membantu kampanye-kampanye pemasaran sosial (social marketing) atau
periklanan layanan masyarakat (Public Service Advertising). Kampanye-
kampanye ini merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia di masa
itu. Salah satu karya besar ”InterVista” yang bahkan tetap digunakan hingga saat
ini adalah Kartu Menuju Sehat. Sebuah petunjuk sangat praktis bagi para ibu
untuk memeriksa dan merawat kesehatan bayinya.
Setahun setelah diundangkannya Undang-undang PMDN, dikeluarkan
pula Undang-undang Penanaman Modal Asing (PMA) yang mengatur tata cara
penanaman modal asing di Indonesia. Undang-undang ini bukan saja memberi
jiwa keterbukaan pada masuknya modal asing, tetapi juga telah lebih merangsang
lagi peningkatan investasi di Indonesia. Undang-undang PMA ini bahkan
memberi dampak langsung pada peningkatan tajam bisnis periklanan. Investasi
oleh para pemodal asing rupanya membawa konsekuensi lain bagi periklanan.
Para pemodal ini yang umumnya sudah terbiasa dengan sistem perekonomian dan
perdagangan liberal, rupanya menuntut adanya pula sarana promosi dan
periklanan yang baik di Indonesia.
Kebijakan ekonomi orde baru itu juga dimanfaatkan oleh biro reklame
asing. Sejumlah biro reklame asing mulai beroperasi di Indonesia. Pada tahun
1969 berdiri pula ”Benson SH Ltd”., perusahaan periklanan pertama yang
berafiliasi dengan perusahaan periklanan asing di Indonesia. Perusahaan
24
Universitas Kristen Petra
periklanan ini tadinya sekedar merupakan afilasi dari perusahaan yang sama di
Singapura, tetapi kemudian dikembangkan menjadi afiliasi langsung dengan
perusahaan periklanan induknya di New York dan berubah nama menjadi ”Ogilvy
Benson & Mather” Indonesia. Selanjutnya karena ada peraturan yang tidak
mengizinkan perusahaan periklanan asing Indonesia, perusahaan ini mengubah
statusnya menjadi perusahaan Indonesia, sekaligus mengganti namanya menjadi
”PT Indo Ad. Ogilvy Benson & Mather” kemudian berubah nama menjadi
“Ogilvy & Mather”. Saat terbentuknya “Indo Ad, Ogilvy & Mather” merupakan
perusahaan internasional dengan kantor afiliasi terbanyak di dunia dan dalam hal
omset, merupakan nomor 6 terbesar di luar Jepang.
Pada masa-masa selanjutnya, periklanan pun berkembang semakin pesat
seiring dengan kemajuan teknologi dan daya pikir masyarakat. Mulai tahun 1970-
an, periklanan mulai diwarnai oleh munculnya media-media baru yang dapat
mendukung penyampaian pesan iklan, seperti televisi, internet, ponsel, dan masih
terus berkembang hingga saat ini.
2.1.2. Tujuan Iklan
Tujuan iklan pada umumnya adalah menjual atau bisa dibilang berjualan.
Namun seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya masyarakat serta
kepentingannya maka iklan pun berkembang atau bisa dibilang berevolusi. Iklan
menjadi sebuah media untuk berkomunikasi menyampaikan suatu informasi
tertentu atau mempengaruhi target dengan suatu kepentingan tertentu dari suatu
pihak yang berkepentingan kepada targetnya. Dalam kepentingan yang masih ada
hubungannya dengan berjualan atau menyampaikan suatu informasi tertentu
banyak bentuk yang dapat digunakan demi memenuhi kepentingan itu. Seperti
halnya untuk mencuri perhatian atau membangun kesetiaan konsumen melalui
iklan yang menunjukkan betapa besar hatinya sebuah perusahaan, namun apa
yang dilakukan sebenarnya bertujuan untuk berjualan atau meningkatkan
pemasukan melalui penjualan produk. Sebab dengan cara yang beragam
konsumen dapat dicapai perhatian dan hatinya.
Menurut Uyung Sulaksana (2003), sebuah tujuan yang spesifik akan
25
Universitas Kristen Petra
sangat menentukan keberhasilan iklan. Berikut beberapa tujuan yang mendasari
sebuah perancangan iklan:
? Informatif, di mana iklan bertujuan untuk merangsang permintaan awal,
dengan cara memberikan informasi tentang benefit suatu produk atau jasa bagi
masyarakat.
? Persuasif, di mana iklan bertujuan untuk membangun preferensi pada suatu
produk tertentu, serta kelebihannya jika dibandingkan dengan pesaing.
? Reminder Advertising, yang umumnya lebih cocok diterapkan pada produk-
produk yang sudah memasuki tahap kedewasaan. Berbagai perusahaan
membuat iklan dengan tujuan untuk mengingatkan konsumen agar terus
membeli produknya. Dan kebanyakan masih terus berusaha meyakinkan
konsumen bahwa mereka memilih produk yang tepat.
2.1.3. Kekuatan dan Kelemahan Iklan
2.1.3.1. Kekuatan Iklan
Iklan mampu mengatasi pesan dan preposisi paling kompleks sekalipun.
Berbagai argumen dan konsep yang rumit dapat disederhanakan penyampaiannya
melalui iklan. Kekuatan iklan yang lain terletak pada fakta bahwa iklan dibayar
untuk publisitas. Artinya, melalui pemilihan media yang tepat akan mengirim
pesan kepada sasaran yang tepat pula. Iklan dapat menjadi kuat ketika diletakkan
pada media yang tepat untuk mencapai para targetnya. Di dalam kesempatan yang
tepat maka ia dapat mempengaruhi bahkan mengubah persepsi dari target yang
bersangkutan. Memang tidak semua target dapat berubah persepsinya dengan
begitu mudahnya, namun hal itu tetap saja dapat terjadi. Iklan yang dimaksud
bukanlah yang semata-mata terkunci pada satu media saja. Dengan penjelasan ini
yang ingin dimaksudkan adalah sebuah kampanye perikalanan terpadu dimana
berbagai media yang terpilih untuk memuat iklan telah dipertimbangkan timing
dan posisinya dalam menyerang target dengan informasi yang dimuat.
Iklan bisa menjadi terlalu kuat bahkan menyebalkan, seperti di beberapa
kota besar di Pulau Jawa misalnya dimana banyak sekali didapati billboard di
jalan-jalan. Dimana hal itu menjadi kuat dalam menyampaikan pesan kepada
26
Universitas Kristen Petra
target yang sering menggunakan jalan atau sering bepergian, akan tetapi hal itu
kemudian berkembang menjadi semacam polusi baik visual maupun informasi.
Kekuatan iklan juga tergantung dari unsur kreativitasnya serta
kemampuannya untuk menjangkau dan mengunci perhatian dari targetnya. Tidak
mungkin sebuah iklan bisa dikatakan berhasil atau kuat tanpa bisa mencapai atau
setidaknya mencuri perhatian dari targetnya.
Singkatnya kekuatan iklan sangat tergantung dari kreativitas cara bertutur
iklan itu dan bagaimana caranya mencuri perhatian dari targetnya, serta yang
kedua adalah unsur ketepatan media yang dipilih dalam menjangkau target yang
bersangkutan.
2.1.3.2. Kelemahan Iklan
Iklan akhir-akhir ini menjadi sangat banyak dan beragam, selanjutnya
keadaan ini akan disingkat dengan kata – kata clutter (kekusutan, kekacauan. -kkt.
mengusutkan, mengacaukan.). Dalam keadaan clutter ini iklan yang tadinya
bertujuan baik untuk mempengaruhi target atau sekedar menyampaikan informasi
dari pihak-pihak yang bersangkutan kepada target spesifik menjadi lemah atau
terancam kegunaannya. Karena semakin banyak dan beragamnya iklan yang
beredar maka target pada khususnya dan masyarakat pada umumnya semakin
bosan dan lelah dengan adanya semua iklan. Bahkan seorang praktisi periklanan
ternama pernah mengatakan bahwa hidup iklan tergantung hanya dari 3 detik
pertama hidupnya di tangan target, maksudnya untuk iklan televisi atau radio
ketika 3 detik pertama tidak bisa menarik perhatian dari targetnya maka channel
akan diubah demi kepentingan menghindari iklan yang bersangkutan itu, atau bisa
juga iklan itu diacuhkan begitu saja. Pada iklan cetak 3 detik pertama menjadi
begitu krusialnya jika tidak bisa mencuri perhatian dari pembacanya maka ia akan
diacuhkan atau dilewati ke halaman lainnya. Maka seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bagaimana kreativitas sangatlah berpengaruh kepada hidup iklan dan
menentukan bagaimana kekuatan iklan itu.
Unsur penempatan media yang tepat juga berpengaruh, seperti sebuah
kata- kata yang telah kuno dalam film action namun masih terasa nyata “kekuatan
27
Universitas Kristen Petra
yang besar pada tangan yang salah akan membawa petaka”. Dimana iklan yang
baik namun berada dalam pemasangan media yang salah akan menjadi begitu
lemahnya dalam berkomunikasi dengan targetnya.
Tidak semua teknik periklanan berhasil, karena dalam lingkup yang luas,
iklan hanya mampu mendekatkan produsen dan konsumen, tetapi tidak
meningkatkan penjualan. (Tom Brannan, 2004)
2.2. Iklan Layanan Masyarakat
Iklan bukan semata-mata pesan bisnis yang menyangkut usaha mencari
keuntungan secara sepihak. Iklan juga mempunyai peran yang penting bagi
berbagai kegiatan non-bisnis. Di negara-negara maju, iklan telah dirasakan
manfaatnya dalam menggerakkan solidaritas masyarakat dalam menghadapi suatu
masalah sosial. Dalam iklan tersebut diutarakan pesan-pesan sosial yang
dimaksudkan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah
masalah publik, berupa kondisi-kondisi yang dapat mengancam keserasian dan
kehidupan umum.
Iklan semacam ini disebut Iklan Layanan Masyarakat (ILM) atau Public
Service Advertisement (PSA). Menurut Crompton dan Lamb, sebagaimana dikutip
oleh Rhenald Kasali (1992), definisi ILM adalah sebagai berikut:
“An announcement for which no charge is made and which promotesprograms, activities, or services of federal, state; or local government orthe programs, activities; or services of non profit organization and otherannouncement regarded as serving community interest, excluding tunesignals, routine weather announcement, and promotional announcement.”
Sedangkan menurut Kamus Istilah Periklanan Indonesia Iklan Layanan
Masyarakat adalah jenis periklanan yang dilakukan oleh suatu organisasi
komersial maupun non komersial (sering juga dilakukan oleh pemerintah) untuk
mencapai tujuan sosial atau sosio-ekonomis (terutama untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat).
Sebuah ILM disumbangkan oleh media untuk kepentingan masyarakat
tanpa menuntut timbal balik dalam bentuk pembayaran, ataupun keuntungan
28
Universitas Kristen Petra
materiil. Akan tetapi lebih mementingkan pada reaksi positif masyarakat dalam
meresponi masalah-masalah sosial yang diiklankan. Menurut Ad Council, sebuah
dewan periklanan di Amerika Serikat yang mempelopori munculnya ILM,
beberapa kriteria yang dipakai untuk menentukan suatu kampanye pelayanan
masyarakat adalah sebagai berikut:
? Non komersial
? Tidak bersifat keagamaan
? Non politik
? Berwawasan nasional
? Diperuntukkan bagi semua lapisan masyarakat
? Diajukan oleh organisasi yang telah diakui atau diterima
? Dapat diiklankan
? Mempunyai dampak dan kepentingan tinggi sehingga patut memperoleh
dukungan media lokal maupun nasional. (Rhenald Kasali, 1992, p. 202)
Iklan layanan masyarakat sesungguhnya sudah ada sejak tahun 31 SM,
meskipun masih dalam bentuk yang sederhana. Bahkan iklan layanan masyarakat
justru lebih dulu ada, dibanding iklan komersial. Awalnya bentuk publikasi seperti
ini berasal dari gereja, yang isinya berupa anjuran kepada umat Kristiani untuk
cinta damai, mengasihi sesama, dan sebagainya. Publikasi ini pun tidak dicetak di
atas kertas, tetapi dipahatkan pada sekeping batu kisva (semacam batu karang),
atau ditorehkan di atas kulit binatang. Selanjutnya, ILM mula-mula ini dipasang
di tempat-tempat umum. Terkadang, secara atraktif kulit binatang yang sudah
ditulisi digantung di leher seorang punggawa kerajaan dan berkeliling pasar,
diikuti oleh punggawa lain yang menabuh benda keras untuk menarik perhatian
masyarakat.
Di Amerika, ILM mulai dikenal ketika tahun 1942 berdiri The Advertising
Council, beberapa hari setelah tragedi Pearl Harbour. Situasi pada saat itu
mendorong para ahli komunikasi untuk merancang suatu media yang dapat
memotivasi masyarakat untuk ikut mengambil bagian dalam menyikapi berbagai
permasalahan yang sedang menimpa bangsa dan negaranya saat itu. Ad Council
banyak menciptakan ILM yang mendorong penghematan bahan, mengajak kaum
29
Universitas Kristen Petra
muda untuk menjadi sukarelawan perang, menghimpun dana untuk membiayai
perang, merekrut perawat, dan menerangkan tentang pentingnya menjaga
informasi rahasia.
Di Indonesia, ILM pertama juga muncul pada situasi yang tak jauh
berbeda, yakni ketika bangsa dan negara Indonesia dalam keadaan terpuruk akibat
perang. Beberapa iklan pertama yang muncul di suratkabar memuat himbauan
yang mengajak warga melanjutkan perjuangan, mempertahankan kemerdekaan,
serta mengumpulkan dana untuk perang dan membantu korban perang. Ada pula
iklan ucapan bela sungkawa atau ucapan terima kasih yang digunakan sebagai
upaya mengangkat solidaritas rakyat dalam perjuangan.
Selanjutnya, Iklan layanan masyarakat berkembang semakin pesat sejalan
dengan bertambahnya berbagai masalah sosial yang berkembang di dalam
masyarakat umum. Masalah-masalah tersebut menuntut sebuah penyelesaian, atau
paling tidak sikap yang jelas dari masyarakat. ILM adalah media yang ampuh
memancing masyarakat untuk keluar dari zona aman dan bersama-sama dengan
pemerintah mencari jalan keluar yang terbaik dari berbagai permasalahan tersebut.
Bahkan sejak krisis moneter menimpa negeri ini pada tahun 1997, lebih banyak
lagi ILM dibuat dan disebarluaskan. Selain tema yang diangkat cukup mendalam,
kreativitasnya pun mengalami kemajuan yang signifikan. Sejak saat itu ILM
semakin mendapat perhatian. Pada tanggal 2 November 1990 berdiri Yayasan
Pariwara Sosial atau The Indonesian Ad Council yang mengkoordinasikan iklan-
iklan layanan masyarakat, terutama untuk kampanye-kampanye kesehatan.
Keberadaan ILM juga patut diakui kemampuannya mencetuskan ide. Iklan hak
cipta (Gesang) memenangkan Adhi Citra Pariwara 1995, sementara iklan
lingkungan hidup oleh Matari Advertising menjadi finalis Clio Award dan yang
terakhir adalah Iklan Layanan Masyarakat karya McCann Erickson dengan judul
Forest yang memperoleh Adhi Citra Pariwara 2005. Di masa krisis industri
periklanan sudah seharusnya tidak tinggal diam, malah harus berbuat sesuatu
demi kemajuan bangsa.
Rhenald Kasali menambahkan bahwa ada beberapa langkah penting dalam
perancangan ILM, yang pada umumnya tidak jauh berbeda dengan perancangan
30
Universitas Kristen Petra
iklan komersial. Adapun langkah-langkah tersebut, antara lain:
a. Identifikasi masalah, dilanjutkan dengan pemilihan dan analisa kelompok
sasaran. Kelompok ini dianalisis kebutuhannya, suasana psikologis dan
sosiologis yang melingkupi, bahasa, jalan pikiran, serta simbol-simbol yang
dekat dengannya.
b. Menentukan tujuan khusus iklan tentang apa yang diharapkan dapat dicapai
melalui kampanye tersebut.
c. Menentukan tema iklan. Tema iklan adalah topik pokok atau selling points
yang ingin dituju oleh iklan.
d. Menentukan anggaran iklan yang diperlukan untuk suatu kampanye selama
periode tertentu.
e. Perencanaan media. Tahap ini meliputi tiga hal, yakni identifikasi media yang
ada dan tersedia, memilih media yang tepat, serta menentukan waktu dan
frekuensi penyiaran.
f. Menciptakan pesan-pesan iklan yang tercermin dalam keseluruhan tampilan
iklan, baik itu headline, sub headline, body copy, artwork, dan logo, yang
secara bersama-sama menarik dan memelihara perhatian masyarakat.
Seiring dengan perkembangan jaman dan pola pikir manusia, iklan
layanan masyarakat yang memiliki tujuan yang mulia pun dapat digunakan
sebagai senjata untuk berpromosi oleh sebuah brand. Banyak brand beriklan
dengan cara menunjukkan bahwa brand-nya peduli pada sebuah masalah sosial
yang diangkat. Brand yang bersangkutan ingin mendapat pandangan yang berbeda
dari masyarakat, yakni bahwa pihak yang bersangkutan tersebut baik dan
bersahaja. Dengan demikian, diharapkan ada simpati yang tercurah dari
masyarakat kepada penyampai atau pihak sponsor dari iklan layanan masyarakat.
Walaupun bukan ini tujuan asli dari iklan layanan masyarakat namun hal ini
semakin marak dilakukan semata-mata sebagai usaha membangun kepercayaan
dan loyalitas publik terhadap suatu pihak atau brand tertentu.
2.3. Perkembangan Media Periklanan di Indonesia Hingga Dewasa Ini
31
Universitas Kristen Petra
2.3.1 Media Cetak dan Iklan Cetak
Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, surat kabar merupakan
pelopor iklan cetak di Indonesia, sebab keberadaannya menjadi medium bagi
penempatan iklan cetak. Popularitas iklan cetak di surat kabar ini sempat
memuncak kembali pada tahun 1980-an, setelah pada tanggal 5 Januari 1981
Presiden Soeharto mengumumkan larangan terhadap siaran niaga di televisi yang
akan segera diberlakukan pada tanggal 1 April 1981. Alasan utama yang
melatarbelakangi larangan tersebut adalah demi terciptanya suatu pemerataan
iklan, terutama di media cetak. Sejak saat itu, surat kabar menjadi pemain tunggal
yang paling sering dipakai sebagai medium beriklan. Dunia iklan Indonesia mulai
diwarnai oleh aktivitas kreatif iklan cetak dengan bentuk dan naskah yang
menarik.
Dominasi media cetak dalam meraih iklan kemudian surut ketika
pemerintah mengizinkan kelahiran televisi-televisi swasta. Sejak saat itu para
pengiklan lebih tertarik mempromosikan produknya di televisi.
Untung saja kondisi ekonomi Indonesia yang semakin membaik memasuki
tahun 1990-an tak hanya meningkatkan pamor dunia periklanan di media televisi.
Media cetak surat kabar, majalah, dan tabloid turut berkembang dengan pesatnya.
Media-media ini sudah mulai tersegmentasi, sehingga memudahkan para
pengiklan untuk memilih mana yang paling tepat bagi produk mereka.
Sayangnya situasi ini tak berlangsung lama. Pada tahun 1997, berbagai
persoalan ekonomi mulai membelit bangsa Indonesia. Negara dilanda krisis
moneter yang berkepanjangan. Tidak mudah bagi periklanan untuk bertahan, atau
bahkan selamat dalam bencana ini. Namun dapat dikatakan bahwa media cetak
termasuk media yang dapat bertahan menghadapi krisis. Meskipun beberapa
penerbitan koran harus melakukan efisiensi dalam hal tenaga kerja, ukuran dan
tiras, atau bahkan ada pula yang sampai gulung tikar. Namun banyak pula yang
selamat dan dapat terus berkarya. Salah satu alasan, menurut pengamatan penulis
hal ini kemungkinan disebabkan karena biaya iklan di media cetak masih jauh
lebih murah jika dibandingkan dengan televisi. Sehingga ketika mencari alternatif
untuk tetap beriklan, para produsen akan menjatuhkan pilihannya pada media
32
Universitas Kristen Petra
cetak yang dinilai cukup murah dan masih termasuk efektif dalam menyampaikan
pesan kepada masyarakat luas. Terbukti, hingga saat ini media cetak tetap menjadi
pilihan utama bagi para pengiklan dalam menyampaikan pesan dan
mempromosikan produk. Sayangnya masih ada satu keterbatasan media cetak
yang belum teratasi, yakni keberadaannya yang dua dimensi, terkadang
menghalangi kreativitas penyampaian pesan. Keterbatasan inilah yang juga
menjadi alasan bagi para praktisi periklanan untuk mulai beralih ke media-media
baru yang lebih memenuhi tuntutan masyarakat akan sesuatu yang baru dan segar,
meski pesan disampaikan mungkin masih sama seperti dulu. Satu hal yang agak
melegakan adalah bahwa pada tahun 2005 ini dinilai sebagai awal kembalinya
popularitas iklan cetak. Meski televisi memang masih menjadi andalan utama bagi
pengiklan, namun media cetak merupakan pilihan yang tidak boleh dilewatkan
begitu saja. Menurut Ranjana Singgih, Technical Advisor Group M seperti tertulis
dalam majalah MIX edisi November 2004, spending iklan di media cetak masih
berada di urutan kedua (32%) setelah iklan televisi (65%). Karena dengan
bertambahnya pemasang iklan, televisi tidak akan bisa menyerap semuanya.
Triawan Munaf, Chairman Creative Advisor Adwork! Euro RSCG menuturkan
sebagaimana dikutip oleh majalah Marketing edisi Desember 2004, bahwa tahun
2005 boleh jadi merupakan turning point media cetak. Asalkan bisa menjaga
kualitasnya, media cetak akan meraup lebih banyak revenue dari iklan. (David S.
Simatupang dan Noor Yanto, 2004)
2.3.2 Radio Swasta
Radio dapat berfungsi sebagai media lokal, regional, dan nasional. Dengan
munculnya banyak stasiun radio baru pada tahun 1980-an dan 1990-an, radio
menawarkan banyak peluang untuk iklan. Kini radio menawarkan tantangan
kreatif yang menarik di mana iklan harus mengundang para pendengar untuk
menciptakan imajinaasi. Dengan radio, biaya iklan dapat ditekan serendah
mungkin.
Dewasa ini, media radio swasta mulai mengalami perubahan yang
signifikan. Jumlahnya membengkak, tersegmentasi, dan digarap dengan serius
33
Universitas Kristen Petra
dan profesional. Perubahan ini termasuk penyajian format berita, yang sekarang
menjadi news and talk seperti di Amerika Serikat. Muncul pula radio spesialis
(Segmented) dan radio komunitas. Radio dengan segmen pasar tertentu jauh lebih
potensial dalam meraup iklan dibanding radio siaran umum, karena pendengarnya
lebih khusus. Memasang iklan di stasiun radio sempat menjadi tren karena tarif
iklannya yang lebih murah dibanding media-media lain. Tetapi tren ini tak
berlangsung lama. Stasiun radio kehilangan pamor dalam dua tahun terakhir
sebagai media iklan dan tidak diperhitungkan perusahaan pengiklan sejak televisi
swasta baru mulai bermunculan. Data PPPI bahkan menyebutkan angka belanja
iklan selama tahun 2001 untuk media radio masih paling kecil dibandingkan
media lain, kendatipun masih di atas tabloid. Pengeluaran belanja iklan radio
termasuk yang paling kecil, yakni hanya 3% untuk tahun 2005, dan berada di
urutan ketiga setelah televisi dan media cetak. (Ranjana Singh, 2004) Salah satu
kelemahan radio adalah fungsinya yang hanya sebagai media audio, yang tidak
dilengkapi dengan tampilan visual seperti televisi. Dan meskipun media ini kerap
dianggap sebagai sahabat oleh para pendengarnya, radio kurang efektif dalam
menyampaikan pesan karena hanya didengar selintas lalu oleh para audience-nya.
Karena radio merupakan background medium, artinya orang mendengarkan radio
sambil melakukan serangkaian tugas lainnya. Sehingga iklan di radio perlu
diulang sesering mungkin untuk membuatnya menjadi efektif.
Dari survei yang dilakukan oleh Nielsen Media Research, pendengar radio
di Indonesia hanya sekitar 40% pada tahun 2003 dari total responden 7.386 yang
mewakili 36.358.000 orang dalam populasi.
Namun ada suatu perkembangan yang baik bagi media radio, yaitu dengan
munculnya berbagai alat yang dapat mengakses radio memungkinkan radio untuk
tampil lebih fleksibel bagi pendengarnya, juga lebih mudah dan cepat dalam
menyampaikan pesan, dibanding dengan media lain. Kini radio dapat diakses
melalui ponsel, PDA (Personal Digital Assistant), internet, radio mobil, dan
sebagainya.
2.3.3 Internet
34
Universitas Kristen Petra
Internet merupakan media yang boleh dibilang cukup baru di Indonesia.
Keberadaannya pun belum begitu dikenal oleh masyarakat luas. Terutama
golongan menengah ke bawah. Namun demikian media internet turut meramaikan
arena periklanan Indonesia, karena sebagai media baru, coverage area dan
kecepatan internet dalam menyampaikan informasi sangat luar biasa. Kelebihan
utama media ini terletak pada kemampuannya membawa Indonesia ke luar negeri,
dan memasarkan Indonesia di sana, dengan biaya yang sangat terjangkau jika
dibandingkan dengan biaya beriklan di media lain.
Di Indonesia cukup banyak dimanfaatkan untuk membuat situs berita,
seperti Tempo Interaktif dan Detik.com. kedua situs ini sukses dengan ulasan
berita-berita politiknya yang up to date, menggoda beberapa investor untuk ikut
bergelut di bidang ini.Munculnya situs-situs milik Indonesia ini semula sangat
diharapkan agar dapat mengumpulkan laba dari hasil penjualan iklan. Sayangnya
popularitas internet akhirnya meredup juga karena bisnis ini ternyata lebih banyak
merugi. Hal itu disebabkan karena pengakses internet masih minim, sehingga
pemasang iklan pun enggan memasang iklan di cyber media. Hingga saat ini,
hanya beberapa situs yang masih dapat dibilang eksis dan up to date. Sedangkan
yang lain lebih memilih untuk mundur dan beralih ke bisnis yang lain.
Meski kenyataannya demikian, Triawan Munaf Chairman Creative
Advisor Adwork! Euro RSCG berpendapat lain. Menurutnya pada tahun 2005
media internet sudah punya dasar berpijak. Alat-alat untuk mengakses internet
sudah semakin murah. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan turut mendorong
perannya sebagai media iklan. Ia menegaskan bahwa di tahun 2005 internet akan
mengalami pertumbuhan yang cukup dramatis. (David S. Simatupang dan Noor
Yanto, 2004)
Sama seperti media cetak, media internet juga seringkali memiliki
segmentasi yang jelas dan terarah, bahkan pada media ini segmentasi lebih jelas
dan lebih terfokus. Satu hal yang membuatnya menjadi terkadang bias dalam
segmentasinya yakni karena seringkali situs-situs pada dunia cyberspace ini gratis
untuk dicapai, dan dengan kemudahan semacam itulah maka pengunjung situs
semakin banyak dan kurang tersaring.
35
Universitas Kristen Petra
2.3.4 Media Luar Ruang
Media luar ruang sebagai salah satu media konvensional juga ikut
mengalami pembaharuan. Dibanding dengan negara-negara di Eropa, kreativitas
media luar ruang di Indonesia masih tertinggal beberapa langkah. Namun bukan
berarti tidak ada upaya untuk mengejar ketinggalan tersebut. Transit Ad, salah
satu jenis iklan luar ruang, juga berkembang cukup pesat. Bahkan di mata
produsen, iklan-iklan di badan kendaraan umum ini dinilai lebih efektif dibanding
billboard. Meski di satu sisi media luar ruang memiliki kelemahan tersendiri
karena hanya mampu menyampaikan pesan secara sekilas, namun bagaimanapun
media luar ruang tetap memberikan kontribusi yang cukup besar bagi belanja
iklan nasional melalui perannya sebagai reminder terhadap produk, demi
mencapai brand awareness masyarakat.
2.3.5 Ambience Media
Beberapa media luar ruang konvensional saat ini telah mengalami sebuah
pengembangan yakni menjadi Ambience Media yang merupakan sebuah inovasi
baru dalam dunia periklanan, dimana awalnya mulai dari penempatan medianya
yang unik sehingga berkembang ke arah bentukkannya yang unik. Walaupun
tanpa kepastian definisi yang jelas, menurut Djito Kasilo Former Creative
Director TBWA Indonesia ”Sebuah media bisa dikatakan sebagai Ambience
Media, ketika penempatan, kegunaan, serta pesannya relevan dengan lingkungan
tempat media diletakkan.”
2.3.6 Guerilla Media
Pengertian guerilla media atau gerilya pada www.virus-communica
tions.com sebenarnya merupakan jenis strategi dalam pertempuran seperti yang
pernah dilakukan Indonesia ketika berperang melawan Belanda atau Vietnam
melawan Amerika. Dengan amunisi yang kalah jauh, pasukan menyusup perlahan
ke daerah musuh. Sedikit demi sedikit menaklukkan area yang tak dikuasai hingga
akhirnya memasuki area terbesar dan berhasil membuat musuh kalang kabut.
36
Universitas Kristen Petra
Kunci kemenangan dengan menggunakan metode gerilya ini adalah pemahaman
lokasi, strategi dan konsistensi.
Guerilla Media pada dasarnya menggunakan metode yang sama. Jika
selama ini brand kelas kakap menghujani konsumen dengan gencar di media TV,
Radio, dan Print Ad, maka Guerilla Media menawarkan solusi komunikasi yang
menggunakan media selain media diatas yang notabene biaya medianya jauh lebih
murah. Bentuk Guerilla Media bisa berupa instalasi kreatif ambience media, viral,
email, pesan melalui HP, souveir, dll. Intinya, menarik perhatian setinggi
mungkin tapi menekan biaya sebesar mungkin.
Secara medium, Guerrilla Media juga mempunyai peluang untuk menarik
perhatian konsumen lebih besar daripada media tradisional seperti televisi, print
dan radio karena konsumen sudah jenuh melihat iklan-iklan televisi ketika
menonton televisi, melihat print ad ketika membaca media cetak, atau mendengar
iklan radio ketika sedang mendengar radio. Akhirnya, secara tidak langsung akan
muncul penolakan terhadap media-media tradisional tersebut.
Ketika melihat pesan iklan guerrilla media dalam bentuk yang unik dan
medium yang tak terduga maka konsumen tanpa sadar terpengaruhi oleh iklan dan
tidak memiliki kesempatan untuk menolaknya seperti halnya yang dilakukan di
medium tradisional.
2.4 Target Audience
Target Audience dari proyek perancangan ini adalah orang tua sebagai
pemegang peran terbesar dalam membimbing anak. Menurut pakar Psikologi
Perkembangan, Dra. Setiasih, M.Kes, kepala laboratorium Psikologi
Perkembangan Universitas Surabaya, masalah kurangnya perhatian orang tua
terhadap bakat anak sering terjadi dalam keluarga dengan status ekonomi yang
cukup. Lebih jauh lagi, mereka adalah orang tua yang kurang menjalin
komunikasi dengan anak-anak mereka. Kurangnya komunikasi dengan anak-anak
mereka bisa disebabkan karena kesibukan atau bahkan sifat acuh dari orang tua
sendiri. Orang tua yang demikian mempunyai harapan yang besar terhadap anak-
anak mereka untuk menjadi sukses. Untuk mewujudkan harapannya, selain
37
Universitas Kristen Petra
menyekolahkan anak mereka di sekolah unggulan para orang tua seperti ini akan
memberi bekal anak mereka dengan mengikutkan anak mereka kursus untuk
mengasah keahlian anak mereka. Namun yang sering terjadi adalah para orang tua
tidak memperhatikan bakat yang dimiliki anak mereka.
Lebih spesifik, target utamanya adalah orang tua yang telah memiliki
anak, dimana anak-anak tersebut berada di masa perkembangan usia 4 tahun
hingga 15 tahun. Pada usia 4 tahun perkembangan emosional anak mulai tampak
sehingga diperlukan arahan yang tepat dari orang tua. Selanjutnya akan
dijelaskaan definisi dan tanggung jawab orang tua serta psikologi perkembangan
anak menurut teori-teori psikologi.
Pengertian orang tua sendiri menurut ilmuwan sosial, adalah individu
(orang) atau kelompok yang berperan sebagai sebagai agen sosialisasi dalam
keluarga, pelindung dan pemelihara, serta model imitasi dan identifikasi bagi
anak-anaknya (Newman, 1978).
Lebih jauh menurut Verkuly (dalam Ahmadi, 1999), peranan orang tua
yang baik adalah sebagai berikut:
a. Orang tua harus mengurus keperluan materiil anak-anaknya, keperluan
materiil yang dimaksud adalah kebutuhan anak akan sandang, pangan, papan.
b. Menciptakan suatu keadaan ”home” bagi anak-anaknya. Rumah tidak hanya
sekedar tempat berteduh bagi anak-anaknya, tetapi juga berfungsi sebagai
tempat beraktifitas, berinteraksi, dan berbagi suka duka antara anggota
keluarga. Setiap individu harus mempunyai ikatan antara satu dengan yang
lainnya.
c. Orang tua berperan untuk mengadakan suasana pendidikan yang kondusif bagi
perkembangan anak-anaknya. Orang tua harus berpesan agar anak dapat
mempersiapkan diri dengan baik sebelum mereka menjadi dewasa.
d. Orang tua berkewajiban memelihara kondisi fisik dan psikologi anggota
keluarganya. Anggota keluarga mempunyai kebutuhan-kebutuhan fisik yang
harus dipenuhi. Kebutuhan yang bersifat fisik sangat terkait dengan
pemenuhan kebutuhan materiil. Sedangkan kebutuhan psikologis anggota
keluarga hanya akan terpelihara dengan baik jika hubungan antara anggota
38
Universitas Kristen Petra
keluarga yang satu dengan yang lain dapat terjalan dengan baik. Jika suasana
dalam keluarga itu tenang dan tidak banyak pertengkaran, maka kondisi
psikologis keluarga akan dapat terjaga dengan baik.
Pendapat senada juga diungkapkan Newberger (1993), menurut Newberger
faktor-faktor yang mempengaruhi orang tua berperan sebagai orang tua yang baik
bagi anak-anaknya adalah:
a. Adanya pengenalan orang tua terhadap perhatian dan kebutuhan anak
berdasarkan pengalaman dan kebutuhannya sendiri.
b. Adanya pemahaman orang tua terhadap dunia anak dari sudut pandang
anaknya.
c. Kualitas hubungan interaksi dua arah antara anak dan orang tua, dari interaksi
tersebut, dampak yang timbul tidak hanya pembentukan persepsi yang
kemudian menentukan perilaku saja, namun juga dapat membuat orang tua
mengerti bagaimana perannya sebagai orang tua yang baik bagi anak-anaknya.
d. Adanya waktu berkomnikasi dengan anak. Kesempatan ini dapat digunakan
orang tua untuk mendengar serta memberi petunjuk dan nasehat bagi anak-
anaknya sehingga dapat terhindar dari kekosongan yang sering membawa
akibat tidak baik bagi anak.
2.4.1. Pola Asuh Orang Tua terhadap Kepribadian Anak
Berikut ini terdapat beberapa pola sikap atau perlakuan orang tua dan
dampaknya terhadap kepribadian anak (Syamsu Yusuf, 2000):
Tabel 2.1
39
Universitas Kristen Petra
Sikap atau Perlakuan Orangtua dan Dampaknya terhadap Kepribadian Anak.
Pola Perlakuan Orang Tua Prilaku Orang Tua Profil Tingkah Laku Anak
1. Over Protection (Terlalu Melindungi)
1. Kontak yang berlebihan dengan anak.2. Perawatan atau pemberian bantuan
kepada anak terus-menerus meskipunanak sudah mampu.
3. Mengawasi kegiatan anak secaraberlebihan
4. Memecahkan masalah anak
1. Perasaan tidak aman2. Agresif dan dengki3. Mudah merasa gugup4. Melarikan diri dari kenyataan5. Sangat tergantung6. Ingin jadi pusat perhatian7. Bersikap menyerah8. Lemah dalam “ego strength”.
Aspiratif dan toleransi terhadapfrustasi
9. Kurang mampu mengendalikanemosi
10. Menolak tanggung jawab11. Kurang percaya diri12. Mudah terpengaruh13. Peka terhadap kritik14. Bersikap “yes men”15. Egois/selfish16. Suka bertengkar17. Pembuat onar18. Sulit bergaul19. Mengalami “homesick”
2. Permissiveness(Pembolehan)
1. Memberikan kebebasan untuk berpikiratau berusaha.
2. Menerima gagasan/ pendapat.3. Membuat anak merasa diterima dan
merasa kuat.4. Toleran dan memahami kelemahan
anak.5. Cenderung lebih suka memberi yang
diminta anak daripada menerima.
1. Pandai mencari jalan keluar2. Dapat bekerjasama3. Percaya diri4. Penuntut dan tidak sabaran
3. Rejection (Penolakan)
1. Bersikap masa bodoh.2. Bersikap kaku3. Kurang mempedulikan kesejahteraan
anak.4. Menampilkan sikap permusuhan atau
dominasi terhadap anak
1. Agresif (mudah marah, gelisah,tidak patuh/keras kepala, sukabertengkar dan nakal)
1. Memberi perhatian dan cinta kasihyang tulus kepada anak
2. Menempatkan anak dalam posisi yangpenting di dalam rumah
3. Mengembangkan hubungan yanghangat dengan anak
4. Mendorong anak untuk menyatakanperasaan atau pendapatnya
5. Berkomunikasi dengananak secaraterbuka dan mau mendengarkanmasalahnya
1. Mau bekerjasama (kooperatif)2. Bersahabat3. Loyal4. Emosinya stabil5. Ceria dan bersifat optimis6. Mau terima tanggung jawab7. Jujur8. Dapat dipercaya9. Memiliki perencanaan yang jelas
untuk mencapai masa depan10. Bersikap realistic (memahami
kekuatan dan kelemahan dirinyasecara objektif)
5. Domination (Dominasi)
Mendominasi anak 1. Bersikap sopan dan sangat berhati-hati
2. Pemalu, penurut, inferior danmudah bingung
3. Tidak dapat bekerjasama6. Submission (Penyerahan)
1. Senantiasa memberikan sesuatu yangdiminta anak
2. Membiarkan anak berperilakusemaunya di rumah
1. Tidak patuh2. Tidak bertanggung jawab3. Agresif dan teledor/lalai4. Bersikap otoriter5. Terlalu percaya diri
7. Overdiscipline (Terlalu Disiplin)
1. Mudah memberi hukuman2. Menanamkan kedisiplinan secara
keras
1. Impulsif2. Tidak dapat mengambil keputusan3. Nakal4. Bersikap bermusuhan atau agresif
Dari ketujuh sikap atau perlakuan orang tua tersebut, tampak bahwa sikap
“acceptance” merupakan yang baik untuk dimiliki atau dikembangkan oleh orang
tua. Sikap seperti ini ternyata telah memberikan kontribusi kepada pengembangan
kepribadian anak yang sehat.
Pengaruh pola asuh juga sangat erat hubungannya dengan perkembangan
bakat seorang anak. Dapat dilihat, apabila orang tua dapat memahami kebutuhan
anak maka pribadi anak akan berkembang dengan baik, begitu pula sebaliknya.
2.4.2. Mengetahui Bakat Anak
Menurut pakar psikologi pendidikan, Prof. Dr. S.C. Utami Munandar
(Femina, Maret 2003. P.2) , anak berbakat berbeda dengan anak pintar, “Bakat
berarti punya potensi, sedangkan pintar bisa didapat dari tekun mempelajari
41
Universitas Kristen Petra
sesuatu.” Pendapat Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini
dikutip majalah Femina edisi Maret 2003, “ Kalau anak tidak berbakat musikal,
misalnya. Biar dikursuskan musik sebagus apa pun, kemampuannya akan tetap
sebegitu-begitu saja. Demikian pula bila anak berbakat namun lingkungannya
tidak menunjang, ia pun tidak akan berkembang. Bakatnya akan terpendam.”
Anak berbakat biasanya mempunyai kemampuan lebih baik dan cepat dalam
mempelajari sesuatu dibandingkan teman sebayanya, kritis, ingatan yang baik,
menonjol pada satu bidang seni, dan kreatif.
Untuk mengetahui bakat seorang anak diperlukan sarana, prasarana, serta
peran orang tua. Peran orang tua adalah memberikan contoh serta beragam
pengalaman yang memungkinkan anak untuk berkreasi sehingga bakat terpendam
yang dimiliki oleh anak akan terlihat. Menurut Abert Schweitzer (dalam Syamsu
Yusuf, 2000), elemen penting dalam mengembangkan bakat anak adalah memberi
contoh. Ketika orang tua terlibat dalam suatu kegiatan seperti olah raga, sains,
seni, atau usaha lainnya maka orang tua sudah menjadi panutan bagi anak mereka.
Tidak bisa disangkal bahwa contoh dari orang tua mempunyai pengaruh yang
sangat kuat bagi anak. Diperlukan sedikit usaha untuk mengetahui bakat yang