2. ASDEP PENGEMBANGAN WISATA ALAM DAN BUATAN 1. Penguatan Jejaring Kemitraan Wisata Geopark Global Network 2. Koordinasi Percepatan Pengembangan Wisata Ekologi 3. Koordinasi Dan Sinkronisasi Pengembangan Geopark Indonesia 4. Peningkatan Kapasitas Pemandu Wisata Petualangan 5. Peningkatan Kapasitas Penyelamat Wisata Pantai 6. Peningkatan Kapasitas Pemandu Wisata Selam 7. Kegiatan Sosialisasi Perpres Nomor 105 Tahun 2015, Permenhub Nomor 121 Dan 171 Tahun 2015 8. Koordinasi Percepatan Pengembangan Wisata Geopark 9. Bimtek Pengembangan Wisata Ekologi 10. Koordinasi Peningkatan Kapasitas Pengelola Wisata Olahraga dan Rekreasi (Wisata Arung Jeram) 11. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Pariwisata Labuan Bajo 12. Penguatan Jejaring Kemitraan Pengembangan Kawasan Pariwisata 13. Koordinasi Peningkatan Kapasitas Pengelola Wisata Olahraga dan Rekreasi (Wisata Trekking) 14. Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Pengelola Wisata Olahraga Tradisional (Benjang)
43
Embed
2. ASDEP PENGEMBANGAN WISATA ALAM DAN BUATAN ......2. ASDEP PENGEMBANGAN WISATA ALAM DAN BUATAN 8. Pengembangan 9. Rekreasi (Wisata Trekking) 1. Penguatan Jejaring Kemitraan Wisata
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
2. ASDEP PENGEMBANGAN WISATA ALAM DAN BUATAN
1. Penguatan Jejaring Kemitraan Wisata
Geopark Global Network
2. Koordinasi Percepatan
Pengembangan Wisata Ekologi
3. Koordinasi Dan Sinkronisasi
Pengembangan Geopark Indonesia
4. Peningkatan Kapasitas Pemandu
Wisata Petualangan
5. Peningkatan Kapasitas Penyelamat Wisata Pantai
6. Peningkatan Kapasitas Pemandu
Wisata Selam
7. Kegiatan Sosialisasi Perpres Nomor
105 Tahun 2015, Permenhub Nomor
121 Dan 171 Tahun 2015
8. Koordinasi Percepatan
Pengembangan Wisata Geopark
9. Bimtek Pengembangan Wisata
Ekologi
10.Koordinasi Peningkatan Kapasitas
Pengelola Wisata Olahraga dan
Rekreasi (Wisata Arung Jeram)
11.Fasilitasi Pengembangan Kawasan
Pariwisata Labuan Bajo
12.Penguatan Jejaring Kemitraan
Pengembangan Kawasan Pariwisata
13. Koordinasi Peningkatan Kapasitas
Pengelola Wisata Olahraga dan
Rekreasi (Wisata Trekking)
14. Bimbingan Teknis Peningkatan
Kapasitas Pengelola Wisata Olahraga
Tradisional (Benjang)
Penguatan Jejaring Kemitraan Wisata Geopark Global
Network
Dalam rangka mewujudkan geopark Indonesia bertaraf
internasional, Kementerian Pariwisata bersama dengan
Kementerian ESDM dan Komite Nasional Indonesia untuk
UNESCO (KNIU) secara rutin mengajukan Geopark Nasional
Indonesia untuk masuk menjadi anggota UNESCO Global
Geopark. Koordinasi dengan jaringan geopark dunia juga
dilaksanakan dengan mengikuti symposium dan seminar
geopark internasional baik yang diadakan oleh Asia – Pacific
Geoparks Network (APGN) maupun European Geoparks
Network (EGN). Kegiatan ini bertujuan untuk membina
hubungan di antara anggota Jaringan Geopark Global UNESCO.
Dengan dikukuhkannya Geopark Batur di Bali sebagai Geopark
Global oleh GGN (dan didukung oleh UNESCO) pada tahun 2012
dan Geopark Global Gunung Sewu pada tahun 2015 maka sudah
menjadi kewajiban bagi Indonesia untuk menghadiri kegiatan
internasional tentang Geopark, baik di wilayah Asia-Pasifik
maupun di Eropa, yang diselenggarakan setiap tahun.
Terdapat beberapa kegatan untuk memperkuat jejaring
kemitraan geopark Indonesia di kancah dunia, antara lain:
A. Pendampingan Field Assessment Geopark Nasional Rinjani-
Lombok
Dalam rangka tindak lanjut pengusulan Geopark Nasional
Rinjani – Lombok ke UNESCO pada bulan November 2015,
telah dilakukan penilaian lapangan oleh dua orang assessor
UNESCO yaitu Mr. Burlando Maurizio dari Italia dan Mr. Soo
Jae Lee dari Korea Selatan pada tanggal 17 s.d. 21 Mei 2016.
Hasil rekomendasi dan penilaian terhadap usulan Geopark
Rinjani-Lombok akan disampaikan pada April 2017.
Kegiatan Field Assessment Geopark Nasional Rinjani-Lombok
B. Revalidasi Batur UNESCO Global Geopark
Misi revalidasi Batur UNESCO Global Geopark dilaksanakan
pada 1-3 Agustus 2016 oleh dua orang assessor UNESCO
yaitu Mr. Guy Martini dan Mr. Marekazu Ohno. Hasil dari
revalidasi Batur UNESCO Global Geopark yaitu Green Card
yang diumumkan pada penutupan acara the 7th
International Conference on UNESCO Global Geoparks yang
dilaksanakan di the English Riviera UNESCO Global Geopark,
Inggris pada 27-30 September 2016.
C. the 7th International Conference on UNESCO Global Geoparks
Bekerjasama secara internasional merupakan salah satu
alasan geopark ingin menjadi anggota UNESCO Global
Geopark. Training dan pertemuan internasional sebagai
pertukaran ide dan membuat geopark semakin
berkembang. Tahun ini Indonesia menghadiri the 7th
International Conference on UNESCO Global Geoparks yang
dilaksanakan di the English Riviera UNESCO Global Geopark,
Inggris pada 27-30 September 2016. International
Conference on UNESCO Global Geoparks dilaksanakan setiap
2 tahun sekali dan telah terlaksana di China (2004), Irlandia
Utara (2006), Jerman (2008), Malaysia (2010), Jepang
(2012) dan Kanada (2014).
Dengan mengambil tema “Health and Well Being of
Communities through Creative and Active Engagement”,
acara dihadiri oleh 700 orang peserta yang mewakili
UNESCO Global Geoparks, Senior UNESCO Officials, peneliti,
dan instansi pemerintah dari 63 negara. Delegasi Indonesia
terdiri dari perwakilan dari Kementerian Koordinator
Bidang kemaritiman, Kementerian Pariwisata, Kementerian
ESDM, perwakilan Batur UNESCO Global Geopark, Gunung
Sewu Global Geopark, Geopark Nasional Kaldera Toba,
Geopark Nasional Ciletuh, Geopark Nasional Rinjani, dan
akademisi.
Selain menjadi pemakalah dan peserta aktif konferensi,
delegasi Indonesia mengikuti pameran Geofair dengan tema
“Wonderful Geoparks of Indonesia” dengan total 6 booth
mewakili 2 UGG dan 4 Geopark Nasional yang ada di
Indonesia. Asdep Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan
Buatan mewakili Kementerian Pariwisata menyampaikan
presentasi dengan judul "Geotourism Trekking Development
Based on Community Participation in Indonesian Rinjani
National Geopark" pasa sesi presentasi di hari ke-empat
konferensi.
Dengan networking antar anggota UNESCO Global Geopark
Network, Indonesia berkesempatan untuk menambah
pengetahuan dan bertukar pengalaman tentang
pengembangan pariwisata berkelanjutan melalui Geopark
yang menggabungkan konsep perlindungan warisan
kekayaan geologi (geodiversity), biologi (biodiversity) dan
budaya (cultural diversity), pendidikan, dan penumbuhan
ekonomi lokal melalui sektor pariwisata. Hasil lain yang
diperoleh selama mengikuti konferensi adalah
bertambahnya pemahaman konsep Geopark secara utuh,
pengalaman, dan penjajagan kemungkinan kerjasama antar
Geopark Global di kawasan Asia-Pasifik (sister geopark).
Kunjungan lapangan ke beberapa geosite dan museum di
the English Riviera UNESCO Global Geopark juga
memperluas wawasan tentang bagaimana seharusnya
menyiapkan, membangun dan mengembangkan Geopark di
Indonesia.
Pada akhir acara diumumkan hasil revalidasi Batur UNESCO
Global Geopark dan hasil assessment terhadap usulan
Rinjani-Lombok Geopark yang telah dilakukan oleh
Assessor UNESCO pada 17-21 Mei 2016 akan diumumkan
pada bulan April 2017 mendatang.
Pembukaan the 7th International Conference on UNESCO Global
Geoparks oleh Nickolas C. Zouros, President of Global Geopark
Network dan Art Performance
Asdep Pengembangan Destinasi Wisata alam dan Buatan
menyampaikan Presentasi dengan judul “Geotourism Trekking
Development Based on Community Participation in Rinjani-
Lombok National Geopark, Indonesia”
Delegasi Indonesia pada Sesi Presentasi
Booth “Wonderful Geoparks of Indonesia”
Delegasi Indonesia bersama Patrick J. Mc. Keever, Secretary of the
International Geoscience and Geoparks Programme Chief of
Section, UNESCO
Field Trip Overground, Underground and Cruise di kawasan the
English Riviera UNESCO Global Geopark
Koordinasi Percepatan Pengembangan Wisata Ekologi
Ekowisata diartikan suatu bentuk perjalanan wisata ke area
alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi
lingkungan dan melestarikan kehidupan dan menyejahterakan
penduduk setempat. Serta mengikutsertakan aspek pendidikan
dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya
masyakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. (The
International Ecotourism Society, 2015).
Lokasi yang ditetapkan sebagai destinasi ekowisata prioritas
adalah sebagai berikut:
Adapun target yang ingin tercapai pada tahun 2019 adalah
sebagai berikut:
Untuk mencapai target yang telah ditentukan, Tim Percepatan
Pengembangan Ekowisata menetapkan beberapa strategi, yaitu:
Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata telah menyampaikan
beberapa materi promosi ke Deputi Bidang Pengembangan
Pemasaran Pariwisata Mancanegara untuk mendapatkan
masukan dan dipublikasikan melalui media elektronik.
Selain itu, dalam rangka mempersiapkan konsep/bentuk
pengelolaan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam dengan
konsep BLU, Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata telah
melaksanakan pertemuan dengan beberapa pemangku
kepentingan yang dilaksanakan di Ciwidey, Bandung (25
Agustus 2016) dan di Banyuwangi (12-13 Oktober 2016).
Koordinasi Dan Sinkronisasi Pengembangan Geopark
Indonesia
Kementerian Pariwisata telah menetapkan geopark di Indonesia
sebagai salah satu program dan lokasi prioritas dalam
pembangunan destinasi pariwisata di Indonesia tahun 2015-
2019. Sebagai salah satu model dari wisata ekologis,
pengembangan geopark di Indonesia diharapkan dapat
menyumbang 3,5 juta wisatawan
mancanegara (wisman) dari 20 juta wisman
yang ditargetkan di tahun 2019. Enam lokasi
geopark yang menjadi prioritas Pemerintah
adalah: 1) Batur UNESCO Global Geopark, 2)
Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, 3)
Geopark Nasional Kaldera Toba, 4) Geopark
Nasional Rinjani-Lombok, 5) Geopark
Nasional Merangin Jambi, serta 5) Geopark
Nasional Ciletuh-Pelabuhanratu.
Salah satu kegiatan yang menjadi prioritas
utama pengembangan geopark di Indonesia
sebagai bentuk dari pengejawantahan dua
arahan utama pembangunan destinasi
pariwisata nasional adalah pembangunan jalur geowisata
tematik di dua geopark dunia dan tiga geopark nasional.
Pembangunan jalur geowisata diharapkan dapat mendorong
terwujudnya keseimbangan antara upaya konservasi geologis
dengan pertumbuhan kegiatan ekonomi lokal yang merupakan
salah satu tujuan pengembangan geopark.
Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata telah menyampaikan
beberapa materi promosi ke Deputi Bidang Pengembangan
Pemasaran Pariwisata Mancanegara untuk mendapatkan
masukan dan dipublikasikan melalui media elektronik.
Selain itu, dalam rangka mempersiapkan konsep/bentuk
pengelolaan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam dengan
konsep BLU, Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata telah
melaksanakan pertemuan dengan beberapa pemangku
kepentingan yang dilaksanakan di Ciwidey, Bandung (25
Agustus 2016) dan di Banyuwangi (12-13 Oktober 2016).
FGD Penyusunan Model Pengelolaan TN dan TWA
FGD menghasilkan kesepakatan dan langkah tindak lanjut
Proyek TWA Kawah Ijen Merapi Ungup-Ungup, antara lain:
A. Perubahan Luasan CA dan TWA Kawah Ijen Merapi
Ungup-Ungup
1. Pertemuan antara Investor (PT. SPS) dengan BBKSA
dan PJLHK dalam rangka persiapan untuk perubahan
fungsi sebagian kawasan CA menjadi TWA (minggu
ke-3 Oktober 2016)
2. Pertemuan antara Investor (PT. SPS) dengan Pemda
Kabupaten Bondowoso, BBKSDA, untuk menyusun
rekomendasi perubahan fungsi sebagian kawasan
dari CA menjadi TWA melalui skema perubahan
parsial (minggu ke-4 Oktober 2016)
3. Pertemuan antara Investor (PT. SPS), BBKSDA dan
Gubernur Jawa Timur, untuk menyusun rekomendasi
perubahan fungsi sebagian kawasan dari CA menjadi
TWA melalui skema perubahan parsial (minggu ke-1
November 2016)
4. Pengajuan usulan Gubernur Jawa Timur kepada
Menteri LHK tentang perubahan fungsi sebagian
kawasan CA menjadi TWA melalui skema perubahan
parsial, tembusan ke Sekjen KLHK dan Dirjen KSDAE
(minggu ke-2 November 2016)
5. Proses perubahan fungsi di internal Kementerian LHK
6. SK Menteri LHK tentang perubahan luasan CA dan
TWA Kawah Ijen Merapi Ungup-ungup (Minggu ke-4
Desember 2016)
B. Review Penataan Blok Pengelolaan dan Desain Tapak
TWA Ijen
1. Pengesahan penataan blok pengelolaan TWA oleh
Dirjen KSDAE (1 bulan setelah SK disahkan)
2. Pengesahan disain tapak oleh Direktur PJLHK (1
bulan setelah pengesahan blok)
C. Pengusulan RPPA dan Peta Site Plan baru untuk Cable
Car TWA Ijen oleh PT. SPS
D. Revisi peta Site Plan baru lampiran ijin RPPA untuk Cable
Car TWA Ijen oleh PT. SPS
E. Penyampaian usulan peta baru oleh PT. SPS kepada
Dirjen KSDAE
F. Penyampaian dokumen peta baru kepada BKPM untuk
mendapatkan ijin definitif oleh Biro Hukum KSDAE
(Akhir Februari 2017)
G. BKPM mengeluarkan ijin Definitif IUPSWA PT. SPS untuk
TWA Ijen
Pada tanggal 15-16 Februari 2016 telah disusun bersama
seluruh pemangku kepentingan Geopark Ciletuh 5 (lima) jalur
geowisata dengan tema yang spesifik untuk setiap jalur, yaitu:
₋ Jalur Geowisata 1: Menyusuri Curug, Surganya Pajampangan
₋ Jalur Geowisata 2: Puncak Tertinggi Girimukti
₋ Jalur Geowisata 3: Gemerlapnya Bebatuan Mandrajaya
₋ Jalur Geowisata 4: Hamparan Bebatuan Ter-Hade di Surade
₋ Jalur Geowisata 5: Jejak Fosil Tektonik di Ciletuh
Selain itu, telah dihasilkan pula tema-tema produk pariwisata
untuk daya tarik dan sumber daya wisata berbasis budaya dan
keanekaragaman hayati. Tema produk tersebut adalah:
Kegiatan ini dilanjutkan dengan Perencanaan Interpretasi dalam
Pengembangan Jalur Geowisata yang merupakan bagian integral
dari pengembangan jalur geowisata Geopark Ciletuh, dan
sekaligus dapat memberikan nilai tambah bagi produk
Jeram ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
para pelaku wisata
petualangan arung
jeram khususnya
mengenai prosedur
keselamatan dan
keamanan wisata
petualangan arung
jeram.
Staf pada kegiatan
petualangan atau
kegiatan alam bebas
bertanggung jawab dalam menyediakan keamanan bagi para
pesertanya. Rasa tanggung jawab ini menuntut staf lapangan
untuk memimpin kegiatan tersebut dengan keamanan tanpa
batas. Karena kegiatan tersebut. berjalan bersama dengan
bahaya yang datang dari
aspek manusianya, peralatan
dan lingkungan alam. Staf
lapangan harus menyiapkan
pesertanya untuk
mengetahui, berlatih dalam
menghadapi kecelakaan,
sekaligus juga
mengembangkan kemampuan untuk mengantisipasi resiko fisik,
mental dan emosional. Karena itu pada kegiatan di atas maka
adalah perlu staf lapangan harus menyatukan berbagai aspek
keamanan dengan intregritas peserta.
Di kegiatan arung jeram, siapa saja yang terlibat akan
mengambil bagian dalam kegiatan yang mana resiko
dikecelakaan bisa jadi lebih besar dari kegiatan sehari hari.
Konsekuensinya, staf lapangan mempunyai tanggung jawab
khusus untuk menjamin tindakan pencegahan yang cukup dan
berkeinambungan. Tidak hanya untuk menghindarkan bahaya
tapi juga menyakinkan mereka untuk aman di setiap situasi
terkendali. Mengarahkan mereka untuk lebih bisa menghadapi
segala resiko dan penanganan lebih tersiapkan. Bahaya
seharusnya tidak menjadi tanggung jawab mereka sendiri,
tujuannya adalah menghindarkan bahaya dan resiko secara
terorganisir dan terlatih bila hal hal itu terjadi.
Kegiatan Workshop di Kelas
Peningkatan Kapasitas Penyelamat Wisata Pantai
Pengembangan pariwisata yang berbasis kegiatan bahari dan
pantai merupakan kegiatan yang berpotensi besar untuk
dijadikan sebagai kegiatan utama penggerak ekonomi di
kawasan pesisir dan lautan. Namun, di lain pihak pengelolaan
kawasan pesisir dan lautan dirasakan masih kurang terlaksana
dengan baik. Banyaknya kecelakaan yang terjadi di daya tarik
wisata bahari khususnya wisata pantai membuat
ketidaknyamanan wisatawan untuk melakukan rekreasi. Untuk
itu, diperlukan peningkatan kapasitas SDM penjaga pantai yang
berkualitas dan berkuantitas di sekitar lokasi daya tarik wisata
bahari, agar menciptakan rasa aman dan nyaman bagi
wisatawan yang melakukan aktivitas rekreasi.
Kegiatan Asdep Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan
Buatan dilaksanakan pada bulan Februari dan April tahun 2016,
dipimpin oleh Kepala Bidang Pengembangan Wisata Bahari,
didampingi oleh Kepala Sub
Bidang Wisata Pantai dan
Pesisir beserta Staf Bidang
Pengembangan Wisata Bahari.
Rumusan hasil rangkaian
kegiatan Peningkatan Kapasitas
Penyelamat Wisata Pantai
adalah sebagai berikut :
Bimbingan Teknis Peningkatan
Kapasitas Penyelamat Wisata
Pantai dilaksanakan pada
tanggal 25 – 26 Februari di Banyuwangi, dan 4 – 6 April di
Lampung. Kegiatan ini telah memberikan sertifikasi kepada
penyelamat wisata pantai lokal dengan kompetensi Basic Life
Guard dan First Aid sebanyak masing-masing 25 orang di
Banyuwangi dan Lampung. Hasil dari kegiatan ini diharapkan
dapat meningkatkan kapasitas SDM penyelamat wisata pantai
lokal yang berkualitas dan berstandar Internasional, sehingga 2
wilayah tersebut dapat menjadi destinasi pilihan para
wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata pantai.
Pelaksanaan kegiatan Bimtek dimaksud merupakan kerjasama kementerian pariwisata c.q. Asdep Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan Buatan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi c.q. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabipaten Banyuwangi dan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Pesawaran, Lampung untuk meningkatkan kualitas
SDM penyelamat wisata pantai di destinasi wisata bahari.
1. Pelatih atau Tenaga Ahli adalah Bapak Kiki Murdiatmoko, Bapak Jurianto M. Nur, Bapak Wahyu Suparta, Bapak Arif Budiman, dan Bapak M. Daud Abdurahman yang memiliki pengalaman melatih anggota Badan SAR Nasional
2. Peserta Bimtek terdiri dari berbagai stakeholder wisata pantai seperti masyarakat lokal dan Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) dari beberapa pantai di Banyuwangi dan Kabupaten Pesawaran, Lampung.
3. Bimbingan teknis peningkatan kapasitas penyelamat wisata pantai Banyuwangi dilaksanakan dengan materi pelatihan kelas dan kolam pada hari pertama yang berlokasi di Hotel Berlian Abadi dan sesi praktek di laut selama satu hari di Pantai Bangsring, Banyuwangi dan Lampung dilaksanakan dengan materi pelatihan kelas dan kolam pada hari pertama yang berlokasi di Hotel Bukit Randu dan sesi praktek di laut selama satu hari di Pantai Mutun, Kab. Pesawaran, Lampung.
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyelamat Wisata Pantai
ini diharapkan dapat
memberikan manfaat
kepada para SDM
penyelamat pantai yang
terlibat dalam
pengembangan wisata
pantai serta meningkatkan peran serta masyarakat dan
memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat.
Peningkatan Kapasitas Pemandu Wisata Selam
Dalam rangka mendukung terlaksananya rencana program kerja
pengembangan wisata alam dan buatan, khususnya wisata
selam (diving) perlu didukung dengan pengembangan SDM lokal
di titik-titik selam guna memberikan pelayanan prima bagi
wisatawan selam dengan tujuan memberikan pelayanan yang
prima bagi wisatawan selam terkait kemanan dan kenyamanan
selama berkunjung ke destinasi wisata bahari di Indonesia.
Untuk itu, perlu diberikan pelatihan untuk menambah kuantitas
SDM wisata selam yang bersertifikasi khususnya di destinasi
wisata selam yang sedang dikembangkan agar menghasilkan
dive guide (pemandu selam) yang berkualitas.
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2016,
dipimpin oleh Asdep Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan
Buatan, dan didampingi oleh Kepala Bidang, Kepala Sub Bidang
Wisata Laut beserta Staf Bidang Pengembangan Wisata Bahari.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas SDM
pemandu selam (dive guide) lokal yang berkualitas dan
berstandar internasional dengan mensertifikasi guide selam
Rescue dan Dive Master dalam rangka peningkatan pelayanan
prima bagi wisatawan selam (diving). Diharapkan dari kegiatan
Bimbingan Teknis ini dapat menjadikan Wilayah Raja Ampat,
Wakatobi, dan Sabang sebagai destinasi wisata selam unggulan
dan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan selam,
serta meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan bagi
wisatawan selam di 3 wilayah tersebut.
Rumusan hasil rangkaian kegiatan ini adalah sebagai berikut :