Page 1
Pertemuan Ke-2 dan ke 3
DASAR – DASAR PENDIDIKAN MIPA
I. HAKEKAT MIPA
1.1 Hakekat Matematika
MIPA = Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Matematika + IPA
Ciri – Ciri khusus
IPA: 1 # Kerja sama antara ekperimen dan teori
Teori IPA pemodelan matematis terhadap berbagai prinsip dasar
yang kebenarannya harus diuji dengan eksperimen yang dapat
memberikan hasil serupa dalam keadaan yang sama.
Dengan menggunakan teori dalam IPA orang dapat
membuar prediksi (ramalan) Kuantitatif terhadap suatu prestasi.
Pada dasarnya eksperimen merupakan :
- Suatu proses induktif dalam menemukan prinsip
dasar yang baru
- Suatu proses deduktif bagi pengujian teori baru
Dalam membuat interprestasi hasil eksperimen untuk
pengambilan kesimpulan diperlukan kemampuan menggunakan
inferensi (kesimpulan) statistik.
Inilah yang dikenal dengan metode ilmiah suatu metode
yang juga digunakan ilmu – ilmu lain. alam IPA ditekankan pada
proses induktif maupun deduktif. alam Matematika terutama
menekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran
logis dan aksionatik
Matematika terkenal pula dengan materinya yang sangat
hierarkhis sifatnya serta menghasilkan bahasa yang efisien yang
sangat dibutuhkan oleh Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Dari segi kemampuan analisis kuantitatif terhadap masalah
yang berkaitan dengan pengajaran MIPA, pemodelan matematis
1
Page 2
dalam taraf sederhana dengan menerapkan pemahaman atas
berbagai konsep dan prinsip dalam MIPA merupakan hal yang
mutlak perlu dikuasai.
Ciri MIPA :
pengetahuan yang sangat terstruktur dalam arti antara
bagian yang satu dengan bagian yang lain terjalin hubungan
fungsional yang erat.
Karena itu konsep – konsep dan prinsip – prinsip dalam MIPA
akan lebih mudah dikuasai jika disajikan dalam bentuk terkait
satu dengan yang lain dengan simpulan – simpulan yang jelas.
Penerapan berbagai pengertian dan prinsip MIPA dalam taraf
sederhana terhadap masalah alamiah seringkali memerlukan:
keterpaduan berbagai komponen MIPA, dengan Matematika
sebagai dasar logika penalaran dan penyelesaian kuantitatif
sedangkan fisika, kimia, biologi sebagai deskripsi
permasalahan yang ada.
Untuk menekuninya diperlukan kecintaan yang dalam
terhadap ilmu sebagai suatu sistem logis yang indah dan
ampuh.
Kesadaran ini akan menimbulkan dedikasi yang tinggi
terhadap pemahaman ataupun pengembangan ilmu sebagai
suatu kebutuham hidup.
2.HAKEKAT PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN MIPA
2
Page 3
2.1 Pendidikan
Suatu proses untuk membantu manusia mengembangkan
dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan
permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan kreatif
tanpa kehilangan identitas dirinya.
Tujuan Pendidikan Nasional
2.1 Meningkatkan kualitas manusia
Perwujudan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Berbudi pekerti yang luhur
Berkepribadian
Berdisiplin
Bekerja keras
Tangguh
Bertanggungjawab
Mandiri
Cerdas
Sehat jasmani dan rohani
2.2 Pendidikan MIPA
MIPA sebagai suatu kumpulan mata pelajaran, hendaknya
jangan hanya dipandang sebagai :
1) Sekumpulan informasi hasil kajian orang terdahulu yang harus
diteruskan kepada peserta didik, tetapi harus pula dipandang
2) Sebagai alat pendidikan yang potensial dapat memberikan
uriman (sumbangan) nyata untuk perwujudan manusia
Indonesia yang utuh.
Implikasi dari Ciri MIPA
3
Page 4
1. Pendidikan MIPA menghendaki pendekatan – pendekatan
tertentu dan metode – metode tertentu yang sesuai, serta
sarana yang mendukung untuk memantapkan berbagai
konsep MIPA pada anak didik,
membuat mereka mampu berpikir kritis,
menggunakan nalar (akal budi) mereka secara efektif
dan efisien.
menanamkan benih sikap ilmiah pada diri mereka
Dengan ciri perilaku ini, lulusan sekolah menengah atas
akan merupakan potensi tenaga kerja berkualitas yang
merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan.
3.HAKEKAT TUGAS GURU DAN TUGAS GURU MIPA
Dalam upaya menunjang pencapaian tujuan pendidikan
nasional seperti yang selalu dikemukakan, seorang guru tidak
hanya bertugas sebagai pengajar melainkan juga sebagai
pendidik.
Misi utama guru sebagai pengajar ialah mengupayakan
tercapainya tujuan – tujuan instruksional mata pelajaran yang
diajarkannya, sedangkan misi utama guru
Sebagai pendidik ialah mengupayakan terwujudnya
perkembangan kepribadian peserta didik dalam dimensi yang
4
Page 5
lebih luas untuk memberikan iuran (sumbangan) nyata bagi
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Sejalan dengan pikiran pokok di atas, tugas guru MIPA
tidak hanya sekedar
Mengupayakan diperolehnya berbagai pengetahuan dan
ketrampilan dalam MIPA dikalangan peserta didik.
Lebih penting dari itu, seorang guru MIPA hendaknya dapat
mendorong berkembangnya pemahaman dan penghayatan
akan prinsip – prinsip dan nilai – nilai IPA dikalangan peserta
didik dalam rangka menumbuhkan daya nalar, cara berpikir
logis, sistematis dan kreatif, kecerdasan, serta sikap kritis,
terbuka dan ingin tahu.
Sehubungan dengan itu, seorang guru MIPA
Hendaknya tidak sekedar menyampaikan informasi/ceritera
tentang MIPA kepada peserta didik tetapi betul – betul
membimbing para siswanya berbuat sesuai dengan prinsip –
prinsip dan nilai – nilai yang terkandung dalam MIPA.
Dengan kata lain, guru MIPA hendaknya
Dapat membawa peserta didiknya untuk menjalani proses
MIPA itu sendiri melalui kegiatan pengamatan, percobaan,
pemecahan masalah, diskusi dengan teman – temannya dan
sebagainya.
Masih berkaitan dengan sifat dikemukakan di atas, seorang
guru MIPA hendaknya
Dapat menumbuhkan kesenangan belajar MIPA dikalangan
peserta didik. Ini akan besar pengaruhnya terhadap
pencapaian hasil yang diharapkan dari pengajaran MIPA.
Disamping itu, seorang guru MIPA
Hendaknya memiliki rasa percaya diri yang tinggi sehingga
tidak segan mengakui keterbatasan pengetahuannya tentang
5
Page 6
hal – hal tertentu kepda peserta didik tanpa mengabaikan
tanggungjawabnya membantu mereka menemukan jawaban
terhadap persoalan – persoalan yang diajukan.
6
Page 7
4. MENGENAL IPA
4.1 Manusia dan Perkembangan Tubuh serta Alam Pikirannya
4.1.1 Manusia sebagai Makhluk yang Unik
(Sifat – sifat Unik Manusia : Jasmani dan Naluri
Kehidupannya)
Menurut klasifikasi (Biosistematik), manusia tergolong
dalam Dunia Hewan. Kalau tubuh manusia dibedah, maka pada
bagian dalam tubuhnya ditemui alat – alat (organ) tubuh,
seperti : jantung, hati, paru – paru, usus dan lain – lain yang tidak
banyak berbeda dengan yang dimiliki hewan lain (misalnya:
kucing, kera, dll). Demikian pula kalau kita mempelajari sistem
pernafasan, pencernaan makanan, peredaran darah, persarafan
dan fisiologis organ – organ lainnya, pada prinsipnya sama
seperti yang terdapat pada hewan.
Manusia digolongkan dalam Vetebrata, Kelas Mamalia,
karena mempunyai ciri – ciri: mempunyai tulang belakang,
tubuhnya mempunyai rambut, menyusui anaknya, mempunyai
empat anggota gerak. Bagian – bagian anatomi manusia dengan
kera sangat serupa, oleh karena itu mereka dimasukkan kedalam
satu golongan yaitu Ordo Primates (Primata).
Kedudukan manusia dalam klasifikasi adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Primates
Subordo : Anthropoidea
Superfamili : Hominoidea
Famili : Hominidae
Species : Homo sapiens
7
Page 8
Meskipun terdapat banyak persamaan struktur dan fungsi
organ tubuh manusia dengan hewan ini, namun dalam banyak
hal manusia sangat berbeda dengan hewan, sehingga kita dapat
mengatakan bahwa manusia sebenarnya tidak dapat disebut
hewan, tetapi suatu makhluk jenis baru. Tetapi kalau diteliti lebih
lanjut, ternyata perbedaan – perbedaan itu tidaklah dalam
anatomi atau fisiologi melainkan terutama dalam tingkah laku
dan prestasi. Jadi perbedaanya terletak pada cara hidup manusia
yaitu disebut kebudayaan. Sebagaimana pula oleh Daryono
Sutoyo dikemukakan bahwa perbedaan antara manusia dengan
hewan itu terletak pada beberapa hal, antara lain berikut ini :
- kelakuan atau tingkah laku manusia dapat berubah – ubah
- kemampuan untuk mempengaruhi atau mengubah lingkungan
pada manusia adalah lebih besar
- manusia membentuk kebudayaan, sedangkan pada hewan
boleh dikatakan tidak mengenal kebudayaan (Daryono
Sutoyo:3).
Jelas disini bahwa bagi manusia terdapat lingkungan
abiotik dan lingkungan biotik, juga terdapat lingkunngan
kebudayaan (agama, adat – istiadat, hasil – hasil teknolgi).
Atas dasar ini maka dalam mempelajari biologi manusia
dianggap sebagai hewan, tidaklah mudah untuk memisahkan
manusia sebagai hewan dengan manusia budaya. Contoh :
manusia membutuhkan makanan seperti halnya hewan, tetapi
apa yang dimakan (nasi, roti, ikan, daging dan sebagainya)
bergantung kepada sikap budayanya dan tidak begitu banyak
bergantung kepada nilai gizi makanan tersebut. Dalam
mempelajari manusia terdapat daerah perpautan yang luas
antara biologi dan ilmu pengetahuan sosial.
Setiap species mempunyai ciri – ciri khas yang meliputi:
8
Page 9
- Ciri – ciri struktur;
- Ciri – ciri fisiologis;
- Ciri – ciri tingkah laku.
Walaupun diantara individu dalam species manusia banyak
terdapat keanekaragaman, species manusia dapat dibedakan
dengan jenis dari hewan yang paling menyerupai yaitu dari
Primates besar bedanya.
Jadi dilihat dari ketiga ciri khas yaitu struktur tubuh,
fisiologis dan tingkah lakunya manusia mencapai berbagai
kemampuan dan kecakapan yang melebihi hewan mamalia
lainnya terutama Primates. Manusia telah mengalami modifikasi
struktur tubuh sehingga dapat memberikan ciri fisiologi atau
fungsi dan kemampuan jasmani maupun ciri tingkah lakunnya
tersendiri, yang dapat mengatasi masalah serta penyesuaian
dalam hidupnya.
a. Ciri Struktur Tubuh Manusia :
Struktur tubuh yang mempengaruhi struktur funsi dan
tingkah laku manusia, yaitu :
1. Sikap tubuhnya yang tegak, kaki yang mempunyai lekukan
besar pada telapak kaki dengan ibu jari yang sebidang
letaknya dengan jari – jari lainnya, memungkingkan tubuh
manusia mampu berdiri, berjalan dan berlari tegak pada
kedua kakinya.
2. Lengan (kaki depan hewan) lebih pendek dari pada kaki
(kaki belakang hewan), sehingga dapat digunakan dengan
bebas untuk mengerjakan atau membawa sesuatu. Ibu jari
tangan berkembang sedekian rupa hingga dapat
dipertemukan dengan jari – jari lainnya, karena itu mampu
memegang, membuat alat.
9
Page 10
3. Kepala terletak pada tulang belakang demikian rupa,
sehingga memungkinkan untuk dapat melihat lurus kedepan
kalau berdiri tegak.
4. Otak manusia relatif besar. Manusia kini mempunyai
volume otak sebesar 1200 – 1500 cc, sedangkan rongga otak
simpanse ± 350 – 450 cc. Walaupun tidak ada hubunngan
mutlak antara besarnya otak dengan kecerdasan, tetapi tidak
dapat disangkal bahwa otak manusia mempunyai
kemampuan besar untuk belajar.
1) Gigi dan otot rahang tidak mengalami pertumbuhan yang
kuat, karena manusia telah menemukan dan membuat alat
untuk mempertahankan diri dan untuk menghancurkan
makanannya.
Dengan modifikasi atau perkembangan struktur tubuh
manusia ini dapat memberi gambaran batas-batas kemampuan
jasmani manusia. Ternyata kemampuan jasmani manusia jauh
dibawah kemampuan jasmani hewan-hewan lain.
Contoh :
1) Manusia tidak dapat bergerak/lari cepat dibanding dengan
macan, kijang, kuda atau hewan-hewan besar lainnya.
2) Manusia tidak dapat berenang cepat seperti ikan paus,
lumba-lumba.
3) Panca indera penciuman manusia tidak tajam atau kurang
berkembang seperti kucing, anjing.
4) Pendengaran juga kurang berkembang seperti pada tikus
dan kelelawar yang pendengarannya lebih halus.
Dengan kekurangannya itu manusia dapat mengatasinya
dan mengimbangi dengan kecakapan yang lebih tinggi
diberbagai lapangan dibanding dengan hewan-hewan tadi. Oleh
karena kecakapannya yang tinggi ini, manusia dapat
10
Page 11
menggunakan alat inderanya yang paling sempurna, yaitu alat
penglihat dengan sebaik-baiknya. Manusia dapat menafsirkan
rangsang yang diterimanya dan ia mempunyai pilihannya yang
tak terhingga banyaknya dalam mengadakan reaksi yang tepat
serta prestasi yang tinggi terhadap apa yang dilihatnya. Dapat
membuat alat/perkakas dan menggunakannya.
b. Ciri-ciri fisiologi :
Secara umum ciri fisiologi manusia tidak banyak berbeda
dari Mamalia lainnya terutama primates. Beberapa ciri fisiologi
yang berpengaruh pada tingkah laku manusia antara lain :
1) Manusia tidak mempunyai musim bereproduksi (berbiak).
Kegiatan reproduksi dapat terjadi setiap saat sepanjang
tahun, sehingga kelahiran anak dapat terjadi pada bulan
yang berbeda dalam setahun.
2) Umur manusia relatif lebih panjang dibanding umur hewan
mamalia pada umumnya. Hal ini karena manusia
mempunyai kemampuan merawat dan melindungi dirinya
dnegan sangat baik.
3) Manusia mempunyai perkembangan dan pertumbuhan
yang lambat. Setiap kelahiran anak manusia dalam
keadaan yang tidak berdaya, memerlukan waktu yang
cukup panjang untuk dapat berdiri sendiri atau menjadi
dewasa. Sejak lahir, anak manusia bergantung pada orang
dewasa (orang tuanya), memerlukan perawatan dan
perlindungan beberapa tahun lamanya. Dengan demikian
secara pasti dapat menjalin hubungan hidup bersama
secara bermasyarakat.
c. Ciri-ciri tingkah laku manusia :
11
Page 12
Walaupun manusia cerdas (mempunyai otak besar) kalau
hidup sebagai individu tersendiri dia tidak akan berdaya. Suatu
ciri khas manusia juga adalah hidup bersama-sama membentuk
suatu masyarakat. Sifat bermasyarakat pada manusia ini
terbanyak beasal dari keadaan bahwa manusia memerlukan
waktu lama untuk menjadi dewasa. Anak manusia selama
beberapa tahun bergantung kepada orang tuanya, menjamin
anak itu untuk dapat menjalin hubungan hidup bersama secara
bermasyarakat. Selama itu orang dewasa dapat mendidik
anaknya dan anak dapat belajar. Pengalaman generasi ini dapat
diteruskan ke generasi berikutnya. Dengan pengalaman serta
penemuan yang menjadi pengetahuan, terkumpul dalam
kelompok ini dan memungkinkan timbulnya kebudayaan.
Pemindahan ilmu pengetahuan bergantung kepada
komunikasi antar individu. Manusia dapat mengadakan
komunikasi melalui isyarat dalam hal ini adalah bahasa. Bahasa
adalah dasar kemuanusiaan dasar prestasi manusia. Tetapi kita
tak mengetahui kapan manusia mulai berbicara; tidak ada
keterangan mengenai bagaimana bahasa itu dimulai. Berbicara
adalah suatu ciri dasar tingkah laku manusia.
Dari ciri struktur maupun ciri fisiologinya memungkinkan
timbulnya ciri-ciri tingkah laku yang khas bagi manusia sebagai
Mamalia yang paling utama. Ciri-ciri tingkah lakunya itu nampak
pada sifat-sifat manusia umumnya.
Adapun sifat-sifat manusia itu sebagai berikut :
1) Berfikir :
a. Manusia itu pada umumnya berfikir egosentris.
Artinya pikirannya senantiasa berfikir kepada kepentingan
manusia.
12
Page 13
Contoh : Menebang hutan, membuat jalan, membuat
industri semuanya demi kepentingan manusia.
b. Berbudaya : Akibat berfikir, manusia mempunyai
kebudayaan. Kebudayaan berpengaruh terhadap
manusianya sendiri.
c. Senang belajar : karena senang belajar, mengakibatkan
adanya pendidikan. Pendidikan berpengaruh besar
terhadap manusianya sendiri.
d. Bermasyarakat : berbeda dengan masyarakat hewan yang
merupakan tingkah laku bawaan, masyarakat manusia
berlandaskan tingkah laku yang kebanyakan telah
dipelajarinya. Bentuk masyarakat mempengaruhi
manusiaya sendiri secara timbal balik.
Contoh: Pendidikan mempengaruhi kedudukan dalam
masyarakat, mempengaruhi penghasilan, mempengaruhi
pandangan masyarakat, jadi mempengaruhi manusianya
sendiri.
Cara berkomunikasi antara sesama dan kemampuan manusia
berbahasa, menyebabkan manusia menjadi mahluk utama di
dunia.
2) Manusia mempunyai kebutuhan makan :
Untuk keperluan hidupnya manusia memerlukan makanan.
Makanan berpengaruh terhadap : pertumbuhan,
perkembangan dan pembiakan. Gizi makanan
mempengaruhi kesehatan, kecerdasan, cara kerja,
kebudayaan, manusia, keluarga, ras, bangsa dan lain-lain.
3) Ingin panjang umur :
Akibat sifat ini, manusia itu selalu ingin sehat, mengatasi
penyakit, membatasi kerja terlalu keras, mencegah
kelaparan.
13
Page 14
4) Suka berteduh :
Akibatnya manusia memakai pakaian. Macam pakaian
dipengaruhi oleh iklim, selera masyarakat dan bahan yang
tersedia. Sedangkan cara berpakaian berpengaruh
terhadap kesehatan.
5) Suka mencari kesenangan hidup atau kebahagiaan :
Contoh : rekreasi, kesenian, kosmetika, dan sebagainya.
6) Ingin mempunyai keturunan.
Bagaimana naluri kehidupan manusia ?
Dibanding dengan hewan yang juga banyak yang hidup
bermasyarakat, misalnya: serangga, maka masyarakat manusia
itu berlandaskan tingkah laku yang kebanyakan telah dipelajari.
Sedangakn masyarakat serangga atau hewan lain itu
berlandaskan tingkah laku yang bersifat bawaan, yang terulang
secara turun temurun dan ini disebut naluri. Menurut Wildan
Yatim (1974:333) dikatakan bahwa: naluri (instinct) adalah sikap
yang dibawa turun temurun, tak berubah-ubah dan berperan
untuk memlihara kelangsungan hidup sesuatu individu di alam.
Segala macam ciri kehidupan dijalani secara naluri. Makan,
bernafas, bergerak, berlindung dan berbiak adalah naluri. Setiap
mahluk termasuk manusia sebenarnya memiliki naluri. Mahluk
yang mempunyai kecerdasan yakni yang bisa belajar,
memikirkan, memecahkan masalah dan memperbaiki sikap-sikap
meniru (stereotip) seperti manusia, akan dapat menekan sikap
asli (naluri) nya sampai batas-batas tertentu yang mungkin lebih
menguntungkan. Sampai batas-batas tertentu, karena setiap
mahluk tak akan mungkin dapat meninggalkan sama sekali
pembawaan naluri.
Contoh:
14
Page 15
Naluri makan tidak mungkin ditekan dan ditinggalkan. Namun
waktu makan dapat diatur.
Naluri masyarakat manusia telah berkembang oleh karena
kemampuan berfikir dan belajarnya.
Naluri berlindung pada manusia menyebabkan meraka
membuat jaket wool, rumah bertingkat, membuat senjata dan
lain-lain.
Inilah keunikan manusia, yang menyangkut jasmaninya yang
telah berkembang yang memungkinkan penyesuaian fisiologi
serta terbentuk sikap atau tingkah laku manusia dan prestasinya
yang agak berlainan dengan hewan. Tentunya berkat
kemampuan dan kecakapannya yang tinggi.
Rasa Ingin Tahu
Ilmu pengetahuan alam itu bermula dari rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu ini merupakan ciri khas manusia. Manusia
mempunyai rasa ingin tahu tentang alam sekitarnya, benda-
benda di sekelilingnya, gunung, awan, bulan, bintang, dan
matahari yang dipandangnya dari jauh, bahkan ia ingin tahu
tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu itu untuk memenuhi
kebutuhan fisik, mempertahankan kelestarian hidupnya, dan
untuk kebutuhan nonfisik, kebutuhan alam pikirannya.
Tumbuh-tumbuhan menunjukkan tanda-tanda kehidupan,
bertumbuh dan bergerak namun gerakan itu terbatas pada
mempertahankan kelestarian hidupnya yang bersifat tetap.
Misalnya: daun-daun yang selalu cenderung untuk mencari sinar
matahari atau akar-akar yang selalu cenderung mencari air yang
kaya mineral untuk kebutuhan hidupnya. Hal ini berlangsung
sepanjang zaman.
15
Page 16
Hewan menunjukkan adanya kehendak berpindah dari satu
tempat ke tenpat lain. Contoh : urung-burung bergerak dari satu
tempat ke tempat yang lain di dorong oleh suatu keinginan yaitu
rasa ingin tahu apakah disana ada cukup makanan atau ingin
tahu apakah di suatu tempat cukup aman untuk membuat
sarang. Setelah mengadakan peninjauan (eksplorasi), burung itu
menjadi tahu. Itulah “pengetahuan” dari burung itu. Burung juga
memiliki “pengetahuan” bagaimana caranya membuat sarang di
atas pohon. Tetapi pengetahuan itu ternyata tidak berubah dari
zaman ke zaman. Burung pipit dari dulu hingga sekarang
membuat sarang yang sama tak pernah berubah.
Rasa ingin tahu dan pengetahuan dari hewan yang tetap
sepanjang zaman itu disebut naluri (insting). Naluri ini brpusat
pada satu hal saja yaitu untuk mempertahankan kelestarian
hidupnya. Untuk itu mereka perlu makan, melindungi diri dan
berkembang biak.
Manusia memiliki naluri seperti yang dimiliki hewan. Tetapi
manusia memiliki kelebihan yaitu kemampuan “berfikir” dengan
kata lain ingin tahu tentang “apa”, juga ia ingin tahu
“bagaimana” dan “mengapa” begitu. Manusia mampu
menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikaitkan/
dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru menjadi
pengetahuan yang lebih baru. Hal yang demikian ini berlangsung
terus berabad-abad lamanya, sehingga terjadi suatu akumulasi
pengetahuan.
Contoh : manusia purba zaman dahulu yang hidup di gua-gua
atau di atas pohon. Oleh karena kemampuannya berfikir yang
tidak semata-mata didorong oleh sekedar kelestarian hidupnya
tetapi juga untuk membuat hidupnya lebih menyenangkan, maka
meraka mampu membuat rumah dia atas tiang-tiang kayu yang
16
Page 17
kokoh. Bahkan sekarang manusia mampu membuat istana
ataupun gedung-gedung pencakar langit dibandingkan dnegan
harimau yang hidup di gua-gua atau monyet yang membuat
sarang di atas pohon, tidak mengalami perubahan sepanjang
zaman.
Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah
tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan
pada manusia itu sendiri. Pengetahuan manusia berkembang
sampai kepada hal-hal bercocok tanam, menyangkut keindahan
dan sebagainya.
Mitos dan Perkembangan Alam Pikiran Manusia
Manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhan fisiknya,
tetapi juga ingin memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan
alam pikirannya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat
terjawab atas dasar pengamatan maupun pengalamannya. Untuk
memuaskan alam pikirannya, manusia membuat atau mereka-
reka sendiri jawabannya.
Contoh:
Apakah pelangi itu ?
Karena tak dapat dijawab, mereka meraka-reka dengan
jawaban bahwa pelangi adalah “selendang bidadari”.
Muncul pengetahuan baru, yaitu “bidadari”.
Mengapa gunung meletus ?
Karena tak tahu jawabannya, maka di reka-reka sendiri
dengan jawaban “yang berkuasa dari gunung sedang
marah”. Muncul pengetahuan baru, yaitu yang disebut
“yang berkuasa”.
Dengan menggunakan jalan pikiran yang sama, muncul
anggapan “yang berkuasa di dalam hutan yang lebat, sungai
17
Page 18
yang besar, pohon yang besar, matahari, bulan, kilat, raksasa
yang menelan bulan pada saat gerhana bulan. Pengetahuan ini
di terima sebagai kepercayaan masyarakat.
Pengetahuan-pengetahuan baru yang bermunculan dan
merupakan gabungan dari pengamatan, pengalaman dan
kepercayaan itu disebut mitos. Adapun cerita yang berdasarkan
atas mitos ini disebut “legenda”.
Mitos ini timbul disebabkan antara lain karena
keterbatasan alat indera manusia.Misalnya :
1) Penglihatan :
Banyak benda-benda bergerak begitu cepat sehingga tak
tampak oleh mata. Mata tak dapat membedakan seluruh
gambar yang berbeda dalam satu detik. Mata tak mampu
melihat partikel atau jauhnya benda.
2) Pendengaran :
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang
mempunyai frekuensi dari 30 sampai dengan 30.000
perdetik. Getaran dibawah 30 atau di atas 30.000 perdetik
tak terdengar.
3) Bau dan rasa :
Bau dan rasa tidak dapat dipastikan benda yang dikecap
maupun diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan
empat jenis rasa, yaitu : rasa manis, masam, asin, dan
pahit.
Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal
oleh hidung kita jika konsentrasinya di udara lebih dari
1/10 juta dari udara. Bau dapat membedakan satu benda
dengan benda yang lain, namun tidak semua orang bisa
melakukannya.
4) Alat perasa :
18
Page 19
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas
atau dingin, namun sangat relatif, sehingga tidak dapat
dipakai sebagai alat observasi yang tepat.
Alat-alat indera tersebut di atas sangat berbeda antara
manusia : ada yang sangat tajam penglihatannya ada yang tidak.
Demikian pula ada yang tajam penciumannya ada yang lemah.
akibat dari keterbatasan alat indera kita maka mungkin timbul
salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran.
Untuk meningkatkan ketepatan alat indera tersebut dapat
juga orang dilatih untuk itu, tapi tetap sangat terbatas. Usaha-
usaha lain adalah menciptakan alat, meskipun alat yang
diciptakan ini masih mengalami kesalahan. Pengulangan
pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan
pengamatan tersebut.
Jadi mitos ini dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu
karena :
a) Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena
keterbatasan penginderaan baik langsung maupun dengan
alat.
b) Keterbatasan penalaran.
c) Hasrat ingin tahunya terpenuhi.
Hasrat ingin tahunya berkembang terus dan mitos
merupakan jawaban yang paling memuaskan pada masa itu.
Puncak hasil pemikiran seperti itu yaitu pada zaman Babylonia
±700-600 SM. Alam semesta menurut pendapat mereka waktu
itu adalah berupa suatu ruangan atau selungkup. Bumi datar
sebagai lantainya dan langit-langit melengkung di atas sebagai
atapnya. Bintang-bintang, matahari dan bulan menempel dan
bergerak pada permukaan dalam langit. Pada atap ada semacam
jendela dimana air hujan dapat sampai ke bumi.
19
Page 20
Tetapi yang menakjubkan adalah bahwa mereka telah
mengenal ekliptika atau bidang edar matahari, dan telah
menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari
beredar kembali ke tempat semula, sama dengan 362,25 hari.
Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan
perbintangan juga berasal dari zaman Babylonia ini. Masyarakat
waktu itu, bahkan mungkin masih ada pada masa kini, dapat
menerimanya. Pengetahuan yang mereka peroleh dari
kenyataan pengamatan dan pengalaman tidak dapat digunakan
untuk memecahkan masalah hidup sehari-hari yang mereka
hadapi.
Contoh :
Suatu saat hasil pertanian mereka tidak memuaskan
namun pada saat yang lain baik sekali. Mereka sendiri tidak
memahami mengapa demikian. Pengetahuan mereka belum
dapat menjawab mengapa hal itu terjadi maka mereka percaya
pada mitos, dan dikaitkan nasib itu pada bulan, matahari, dan
bintang-bintang.
Pengetahuan perbintangan pada masa itu memang sedang
berkembang. Kelompok bintang atau rasi scorpio, virgo, pisces,
leo, dan sebagainya yang masih kita kenal pada zaman sekarang
ini, berasal dari zaman Babylonia. Pengetahuan ajaran orang-
orang Babylonia itu setengahnya memang berasal dari hasil
pengamatan maupun pengalaman namun setengahnya berupa
dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos. Pengetahuan seperti
ini dapat disebut sebagai “pseudo science” artinya mirip sains
tapi bukan sains.
Suatu pola berfikir yang satu langkah lebih maju daripada
mitos ataupun pseudo science tersebut di atas ialah
20
Page 21
penggabungan antara pengamatan, pengalaman, dan akal sehat
atau rasional.
Contoh : ajaran orang-orang Yunani pada 600-200 SM.
Sebagai tonggak sejarah dapat disebutkan disini seorang
ahli pikir bangsa Yunani bernama Thales (624-548 SM), seorang
astronom yang juga ahli dibidang matematika dan tehnik.
Beliaulah yang pertama berpendapat bahwa bintang-bintang
mengeluarkan cahayanya sendiri sedangkan bulan hanya
sekedar memantulakan cahayanya dari matahari.
Ia juga berpendapat bahwa bumi merupakan suatu piring
yang datar yang terapung di atas air. Dialah orang yang pertama
mempertanyakan asal usul dari semua benda yang kita lihat di
alam raya ini. Ia berpendapat bahwa adanya beranekaragamnya
benda di alam ini sebenarnya merupakan gejala saja bahan
dasarnya amat sederhana. Bahan dasar tersebut membentuk
benda-benda beraneka ragam itu melalui suatu proses, jadi tidak
berbentuk begitu saja.
Pendapat tersebut di atas sungguh merupakan perubahan
besar dari alam pikiran manusia pada masa itu. Masa itu orang-
orang beranggapan bahwa aneka ragam benda di alam itu
diciptakan oleh dewa-dewa seperti apa adanya.
Karena kemampuan berfikir manusia semakin maju dan disertai
juga oleh adanya perlengkapan pengamatan, misalnya berupa
teropong bintang yang mungkin sempurna, maka mitos dengan
berbagai legendanya makin ditinggalkan. Manusia makin
cenderung menggunakan akal sehat atau rasionya.
Orang-orang Yunani lainnya yang patut dicatat pemberi
iuran kepada perubahan pola berfikir masa itu antara lain :
1) Pythagoras (500 SM). Terkenal dibidang matematika.
21
Page 22
Kita kenal seperti sekarang yaitu “dalil Pythagoras”
(tentang segitiga siku-siku)
C2 = a2 + b2
Jumlah sudut suatu segitiga 180o
a + b + c = 180o
Tentang unsur dasar ia tentang alam semesta, Pythagoras berpendapat bahwa berpendapat : ada 4
bentuk yaitu; tanah, api, udara dan air. Tentang alam semesta, Pythagoras berpendapat bahwa bumi
ini bulat dan berputar; karena berputar maka nampaknya seolah-olah alam berputar mengelilingi
bumi.
2) Demokritos (460-370 SM).
Tentang unsur-unsur dasar ia berpendapat bahwa apabila suatu benda dipecah dan dibagi
terus menerus pada suatu saat sampailah pada bagian yang terkecil dari benda itu. Bagian terkecil
dari benda itu yang tak dapat dibagi-bagi lagi disebut atomos atau atom. Karena kecilnya, maka tidak
tampak oleh mata.
3) Aristoteles (348-322 SM).
Tentang unsur dasar ia menyebutkan adanya zat tunggal. Zat tunggal ini dapat berubah-
ubah bentuk tergantung kondisinya, yaitu menjadi bentuk tanah, air, udara atau api (transmutasi).
Adnya transmutasi ini disebabkan oleh keadaan dingin , lembab, panas dan kering.
dalam kondisi lembab dan panas bentuk udara
dalam kondisi panas dan kering bentuk api
dalam keadaan kering dan dingin bentuk tanah
dalam keadaan dingin dan lembab bentuk air
Beliau berpendapat pula bahwa apabila disuatu tempat tidak ada apa-apanya (benda) disitu ada
sesuatu yang imaterial yaitu ether. Ia tidak percaya adanya hampa udara.
Ajarannya yang penting adalah suatu pola berfikir dalam memperoleh kebenaran
berdasarkan logika..
Contoh :
semua benda jika dipanaskan dalam keadaan kering akan berubah menjadi api (1).
kayu adalah benda (2).
kayu jika dipanaskan dalam keadaan kering akan berubah menjadi api (3).
22
Page 23
1. disebut premis mayor yaitu sesuatu yang berlaku umum.
2. premis minor yaitu sesuatu yang khusus.
3. kesimpulan.
Kesimpulan ditarik dari sesuatu yang umum menuju kepada yang khusus. Cara ini dikenal
sekarang sebagai metode deduksi.
4) Ptolomeus (127-151).
Orang besar 450 tahun setelah Aristoteles. Beliau berpendapat bahwa bumi adalah pusat dari jagat
raya, berbentuk bulat, diam setimbang tanpa tiang penyangga. Bintang-bintang menempel tetap pada langit dan
berputar mengelilingi bumi sekali dalam 24 jam. Planet beredar melalui orbitnya sendiri terletak antara bumi dan
bintang.
TIMBULNYA ILMU PENGETAHUAN ALAM
Berkat makin sempurnanya alat pengamat bintang berupa teleskop dan semakin meningkatnya
kemampuan berfikir manusia maka pada tahun 1500-1600 terjadi perubahan besar atas semua ajaran
Aristoteles maupun Ptolomeus. Sebagai tinggak sejarah dapat dicatat disini adalah :
NIKOLAUS COPERNICUS (1473-1543). Ia tidak saja astronom tetapi juga ahli matematika dan pengobatan.
Tulisannya yang terkenal dan merompak pandangan astronom zaman Yunani berjudul : “De Revolutionibus
Orbium caelestium”. Artinya “peredaran alam semesta”. Buku itu ditulis pada tahun 1507 namun tidak segera
diumumkan karena prinsip heliosentrisme (pusat matahari) bertentangan dnegan kepercayaan penguasa pada
saat itu. Pokok ajarannya antara lain:
1. Matahari adalah pusat dari solar sistem. Di dalam sistem itu bumi adalah salah satu planet diantara
planet-planet lain yang beredar mengelilingi matahari.
2. Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari.
3. Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur dan mengakibatkan adanya siang dan malam dan
pandangan gerakan bintang-bintang.
Pengikut Copernicus yaitu BRUNO (1548-1600) memperoleh kesimpulan lebih jauh lagi yaitu :
1. Alam raya ini tak ada batasnya.
2. Bintang-bintang tersebar diseluruh ruang angkasa.
Karena keberaniannya mengungkapkan pendapat yang bertentangan dengan penguasa waktu itu, maka ia
dianggap kemasukan setan lalu dibakar sampai mati. tahun 1600.
23
Page 24
Ahli Astronomi lain yang juga penting dicatat adalah Johannes Kepler (1571-1630). Ia mengungkapkan
pendapatnya bahwa :
1. Planet-planet beredar mengelilingi matahari pada suatu garis edar yang berbetuk elips dengan suatu
fokus.
2. Pangkat dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet mengelilingi matahari secara penuh adalah
sebanding dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata planet itu terhadap matahari.
Perlu dicatat pula orang besar bernama Galileo (1564-1642).
Orang Italia ini dnegan berani mengumumkan penemuannya, dengan teleskop nya yang mutakhir pada saat itu,
yang bertentangan dengan pandangan penguasa. Ia membenarkan teorinya Copernicus tentang heliosentrisme
yang jelas bertentangan dengan ajaran agama saat itu yang homosentris atau geosentris. Lebih jauh ia
menemukan bahwa ada empat buah bulan yang mengelilingi jupiter. Ia juga menemukan adanya gunung-
gunung di bulan. Suatu bintik hitam di matahari yang snagat penting untuk menghitung kecepatan rotasi
matahari. kelompok taburan bintang yang ia sebut Milky Way atau bima sakti terdiri dari bermilyar bintang dan
yang sangat menakjubkan adalah ditemukannya cincing saturnus.
Dari Copernicus sampai Galileo dapat kita anggap sebagai permulaan abad ilmu pengetahuan modern
yang menempatkan suatu kebenaran berdasarkan induksi atau eksperimentasi.
HAKEKAT ILMU PENGETAHUAN ALAM.
Ilmu pengetahuan alam yang bermula timbil dari rasa ingin tahu manusia, sekarang telah berkembang
pesat dan telah banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat . Penmuan-penemuan dalam bidang ilmu
pengetahuan alam dan teknologi dapat memberikan kemudahan dan peningkatan kehidupan masyarakat.
Misalnya peningkatan penyediaan sandang dan pangan, kualitas kesehatan individu dan masyarakat.
Kecuali itu, penemuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi merupakan
dasar pembuka jalan bagi pengembangan ilmu pengetahuan alam selanjutnya. Semua penemuan-penemuan
ilmu pengetahuan alam masa kini, bukanlah hasil penemuan secara serentak, melainkan merupakan jalinan
penemuan-penemuan sebelumnya. Suatu penemuan memungkinkan terdapatnya masalah baru yang
mendorong manusia untuk bereksperimen selanjutnya. Dengan demikian terjadi proses berantai yang dinamis
dan menyebabkan ilmu pengetahuan alam berkembang pesat.
Contoh :
Penemuan tentang peranan kromosom dan gen dalam menurunkan sifat-sifat mahluk hidup dari generasi
terdahulu pada generasi berikutnya, telah ditetapkan untuk memperoleh bibit unggul. Dengan jalan perkawinan
24
Page 25
silang dan mutasi buatan, diperoleh tanaman baru yang mempunyai produksi lebih tinggi dan tahan hama. Ini
berarti dapat meningkatkan penyediaan pangan masyarakat.
Contoh lain misalnya dengan diketemukannya mikroskop sederhana, terbuka jalan untuk mempelajari
organisme-organisme kecil yang semula tidak dapat dilihat. Pengetahuan tentang mikroorganisme itu makin
berkembang dan melahirkan ilmi mikrobiologi. Selain itu, penemuan mikroskop juga membuka jalan bagi
pengembangan dan penemuan berbagai jenis mikroskop yang memiliki kemampuan lebih tinggi.
Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmiu pengetahuan alam yang bahasa asingnya “science” berasal dari kata latin “Scientia” yang
berarti saya tahu. Kata “science” sebenarnya semula berarti ilmu pengetahuan yang meliputi baik ilmu
pengetahuan sosial (Social science) maupun ilmu pengetahuan alam (natural science). Lama kelamaan, bila
seseorang mengatakan “science” maka yang dimaksud adalah “natural science” atau dalam bahasa Indonesia
disebut ilmu pengetahuan alam dan disingkat IPA. sedangkan IPA sendiri terdiri dari ilmu-ilmu fisik (Physical
science) yang natara lain kimia, fisika, astronomi dan geofisika, serta ilmu-ilmu biologi (life science).
Untuk mengidentifikasikan IPA dengan kata-kata atau dengan kalimat yang singkat tidak mudah,
karena sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap pengertian IPA tersebut. Terdapat beberapa definisi
IPA diantaranya adalah :
1) Menurut H.W. Fowler : “Ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan alam yang sistematis dan
dirumuskan , yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas
pengamatan dan deduksi”.
Definisi IPA ini tampaknya banyak diterima dan dipakai di sekolah-sekolah di Indonesia.
2) Menurut Robert B.Sund : “Ilmu pengetahuan alam adalah sekumpulan pengetahuan dan juga suatu
proses“.
Dalam definisi ini IPA mengandung dua unsur, yaitu sebagai sekumpulan pengetahuan dan sebagai
suatu proses untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan tersebut.
3) Definisi lainnya, yaitu menurut James B. Conant : “Ilmu pengetahuan alam adalah suatu rangkaian
konsep-konsep yang saling berkaitan dan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai hasil
eksperiment dan obeservasi dan bermanfaat untuk eksperimen serta observasi lebih lanjut”.
Dalam definisi ke tiga ini terdapat tiga unsur IPA. Yang pertama, adalah serangkaian konsep dan
bagan konsep yang saling berkaitan. Yang dimaksud bagan konsep ialah suatu konsep yang menyangkut
konsep-konsep lain yang relevan. Misalnya konsep evolusi yang menyangkut konsep mutasi, konsep variasi,
25
Page 26
konsep penyebaran geografis. Adapun unsur kedua dari definisi IPA tersebut, berupa proses terutama
mempergunakan metoda observasi dan eksperimen. Sedangkan unsur ketiga berupa manfaat dan
penerapannya, yaitu untuk observasi dan eksperimen lebih lanjut.
Dari ketiga contoh definisi IPA tersebut, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
suatu pengetahuan yang ilmiah, karena IPA mempunyai syarat-syarat berikut :
1) Bersifat objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan kenyataan dari objeknya dan dapat
dibuktikan dengan pengamatan dan pengamalan empirik. Adapun objek studi IPA adalah benda-benda
dan gejala-gejala kebendaan, baik benda hidup, benda mati maupun tidak hidup.
2) Bersifat sistematik, artinya IPA mempunyai sistem yang teratur. Sistem ini dipergunakan untuk
menyusun, mengorganisasikan pengetahuan, konsep-konsep dan teori IPA.
3) Mengandung metode tertentu yaitu metode ilmiah. Metode ini dipergunakan untuk mempelajari objek
studi, untuk memperoleh pengetahuan dan juga cara berfikir dan memcahkan masalah.
HAKIKAT IPA
Untuk mempelajari hakikat IPA perlu kita kaji kembali ketiga contoh definisi IPA.
IPA pada hakekatnya merupakan suatu produk, proses dan penerapan dengan penjelasan sebagai berikut :
1) IPA pada hakikatnya merupakan suatu produk atau hasil. IPA merupakan sekumpulan pengetahuan
(dalam definisi pertama dan kedua) dan sekumpulan konsep-konsep dan bagan konsep (dalam definisi
ketiga) yang merupakan hasil suatu proses tertentu.
2) IPA pada hakikatnya adalah suatu proses (dalam definisi kedua). Yaitu proses yang digunakan untuk
mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk IPA. Dalam Proses ini
digunakan metode ilmiah dan terutama ditekankan pada proses observasi dan eksperimen (dalam
definisi pertama dan kedua).
Dengan mengutip pendapat Einstein tentang proses IPA, John G. Kemeny menegaskan baha IPA
berangkat dari fakta dan berakhir pada fakta. Kemeny menjelaskan terdapatnya tiga tahapan dalam proses
tersebut;
a) Bertolak dari Fakta-fakta khusus hasil observasi dan eksperimen terdahulu, disusun konsep-
konsep kemudian teori-teori. Penyusunan teori secara demikian disebut secara induktif,
yaitu bertolak dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum, atau dari fakta-fakta
hasil eksperimen dan observasi, menuju terbentuknya teori. Tahapan ini disebut tahapan
induksi.
26
Page 27
Contoh :
Dari beberapa pengamatan menunjukkan bahwa tumbuhan berkeping satu
mempunyai akar serabut maka kita selidiki tumbuhan satu lainnya, ternyata semuanya
berakar serabut. Kemudian diambil kesimpulan umum bahwa tumbuhan berkeping satu
mempunyai akar serabut.
b) Tahapan kedua adalah deduksi.Berrtitik tolak dari suatu teori atau kesimpulan umum yang
telah dianggap benar,dapat diramalkan atau diprediksi fakta-fakta baru yang bersifat
khusus. Fakta-fakta atau ramalan-ramalan baru ini merupakan konsekuensi-konsekuensi
yang timbul dari teori atau kesimpulan umum tersebut.
Contoh :
Misalnya kita sudah menganggap benar kesimpulan umum tentang tumbuhan
berkeping satu tersebut. Bila suatu ketika ditemukan tumbuhan yang berakar serabut, maka
kita deduksikan bahwa tumbuhan tersebut berkeping satu.
c) Diketemukannya dugaan atau ramalan baru, akan mendorong dilakukannya observasi dan
eksperimen selanjutnya, untuk menguji kebenaran ramalan-ramalan tersebut. Tahapan ini
disebut tahapan verifikasi. Ramalan atau konsekuensi yang telah diuji kebenarannya
melahirkan fakta-fakta baru yang secara induktif dapat disusun teori baru lagi. Dengan
demikian, proses-proses IPA merupakan proses yang berantai dan melingkar, yang bertolak
dari fakta dan berakhir pada fakta baru. Secara singkat proses tersebut digambarkan pada
bagan berikut
Matematika mempunyai sumbangan yang penting bagi perkembangan IPA. Matematika
antara lain berperan sebagai penunjang untuk memahami gejala-gejala alam dan untuk
memperhitungkan secara logis sesuatu yang tidak dapat diperoleh dari observasi dan
eksperimen. Perkembangan IPA bukan hanya karena proses induksi dan deduksi tetapi juga
peranan matematika. Pengetahuan yang diperoleh dengan metoda ilmiah yang disertai
perhitungan matematika melahirkan IPA kuantitatif yang dipandang merupakan IPA modern.
3) Adapun hakikat IPA yang ketiga adalah bahwa IPA pada hakikatnya merupakan suatu penerapan atau
aplikasi. penerapan teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi
kehidupan. Penerapan-penerapan IPA ini juga berguna untuk mengembang teori dan teknologi baru.
27
Page 28
Erat kaitannya dengan hakikat IPA sebagai suatu penerapan, Norman Campbell memandang
IPA menjadi dua aspek yag satu sama lain tidak dapat dipisahkan bagai mata uang dnegan kedua sisi-sisinya.
Kedua aspek tersebut adalah ”practical science” dan aspek “pure science” sebagai ”practical science” IPA
sangat bermanfaat dalam kehidupan masyarakat melalui teknologi. Sebagai “pure science”, IPA tidak dapat
bermanfaat langsung bagi kehidupan, tetapi mengandung nilai intelektual. Apa yang kita pelajari secara
langsung dari IPA adalah aspek “pure science” tersebut.
CIRI-CIRI IPA
Sebagai suatu produk, proses maupun penerapan, IPA memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat
membedakan ilmu pengetahuan lain. Adapun ciri-ciri tersebut adalah :
1) Pengetahuan dalam IPA bersifat universal. Ini berarti konsep-konsep dan teori IPA tetap konsisten
danb berlaku dimana-mana. Hal ini antara lain karena IPA tidak membahas nilai-nilai moral dan etika,
dan menjangkau nilai-nilai keindahan dan seni budaya yang nilainya dipengaruhi oleh kebudayaan
masing-masing tempat.
Contoh :
Hukum gravitasi Newton berlaku mulai dari apel-apel yang jatuh ke bumi pada berbagai
tempat, hingga bergeraknya bulan mengelilingi bumi dan juga bergeraknya planet-planet mengelilingi
matahari.
2) Ciri kedua dari IPA ialah konsep-konsep dalam IPA dapat diuji kebenarannya oleh siapa saja pada
setiap waktu. ini berarti konsep-konsep IPA dapat dibuktikan oleh ilmuwan-ilmuwan lain pada waktu
yang berbeda-beda.
Contoh :
Berdasarkan hasil pengamatannya, Alexis Bouvard (Perancis) mengamati bahwa terdapat
kelainan-kelainan dari orbit planet Uranus. Dua belas tahun kemudian, John Adam (Inggris) dan Jean
Leverier (Perancis) dengan perhitungan-perhitungan teoritis menunjukkan bahwa penyimpangan orbit
Uranus tersebut disebab planet lain dibelakangnya dnegan lokasi yang dapat ditentukan. Pada tahu
1842, barulah observatorium Berlin dapat mengamati lokasi tersebut dan menemukan planet baru
yang kemudian diberi nama Neptunus. Dengan demikian hipotesis Leverier dapat dibuktikan
kebenarannya oleh orang lain.
3) Ciri ketiga dari IPA adalah bahwa konsep dari teori IPA bersifat tentatif yang berarti kemungkinan
dapat diubah bila ditemukan fakta baru yang tidak sesuai dengan konsep dan teori tersebut.
28
Page 29
Metoda Ilmiah Sebagai Ciri IPA
Metoda ilmiah merupakan cara-cara ilmiah untuk memperoleh pengetahuan dan yang menentukan
apakah suatu pengetahuan bersifat ilmiah. Metode ilmiah yang digunakan, harus menjamin akan menghasilkan
pengetahuan yang ilmiah, yaitu yang bersifat objektif, sistematis dan konsisten.
Metoda ilmiah terutama digunakan dalam IPA, tetapi juga banyak juga digunakan dalam ilmu
pengetahuan lain. Dalam bentuk dan langkah-langkah sederhana, juga dapat dipergunakan untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan agar memperoleh keputusan yang objektif. Adapun langkah-langkah operasionalnya
adalah sebagai berikut adalah :
1) Perumusan masalah
Langkah metoda ilmiah diawali dengan merasakan adanya masalah dan berkeinginan untuk
memecahkan masalah. Masalah antara lain timbul karena adanya kesenjangan antara apa yang
seharusnya terjadi dengan keadaan yang sebenarnya. Yang dimaksud dengan masalah disini
umumnya ialah berupa pertanyaan yang mengandung unsur-unsur apa, mengapa, dan bagaimana
suatu objek yang akan diteliti.
Langkah selanjutnya adalah membatasi masalah dan faktor-faktor yang mempengaruhi
untuk menentukan ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan. Kemudian masalah tersebut perlu
dirumuskan agar menjadi jelas sehingga mempermudah langkah-langkah selanjutnya dalam
memecahkan masalah tersebut.
2) Penyusunan hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang mengandung jawaban-jawaban sementara tentang masalah yang
diteliti dan yang harus diuji kebenaranya melalui observasi dan eksperimen. Hipotesis menunjukkan
adanya kemungkinan-kemungkinan jawaban atau dugaan-dugaan sementara tentang masalah yang
diteliti. Penyusunan hipotesis harus dilandasi pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3) Pengumpulan data
Yaitu mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan masalah tersebut dan yang relevan dengan
hipotesis yang telah disusun. Pengumpulan data ini antara lain dapat dilakukan dengan mencari
informasi dari buku-buku sumber atau dari orang yang dianggap banyak mengetahui tentang masalah
tersebut (resouce persons).
29
Page 30
Langkah selanjutnya dalah menyeleksi dan mengklasifikasikan data. Data yang telah
terkumpul diseleksi untuk dipilih data yang erat hubungannya dengan masalah dan yang dapat
dipergunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Mengklasifikasikan data berarti menggolong-
nggolongkan data sesuai dengan jenis dan kategorinya dalam memecahkan masalah. Bila perlu data
kuantitatif dapat disusun dalam bentuk tabel atau grafik.
4) Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan atau observasi dan dapat
dilakukan dengan melalui eksperimen. Pengujian hipotesis tidak berarti harus membenarkan hipotesis
karena suatu hipotesis dapat ditolak kebenarannya bila hasil-hasil eksperimen atau observasi tersebut
ternyata tidak mendukungnya.
Hasil-hasil eksperimen dan data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis untuk
menentukan apakan hipotesis yang telah diajukan ditolak atau diterima kebenarannya.
5) Pengambilan kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil eksperimen yang telah dilakukan pada proses pengujian
hipotesis ditarik kesimpulan hipotesis mana yang ditolak dan hipotesis mana yang diterima.
Kesimpulan yang diambil merupakan pengetahuan yang telah di uji kebenarannya. Kesimpulan
tersebut juga merupakan jawaban terhadap masalah yang diteliti atau dipecahkan, yang
dikomunikasikan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Kecuali itu dari suatu hasil penelitian,
biasanya timbul masalah-masalah baru yang perlu diteliti.
Apakah keseluruhan langkah-langkah metoda ilmiah tersebut perlu dilakukan secara berurutan ? Pada
umumnya, langkah-langkah tersebut perlu dilakukan secara teratur dan berurutan, karena langkah yang satu
merupakan landasan dari langkah berikutnya. Tetapi pada beberapa pustaka, langkah pengumpulan data
dilakukan lebih dahulu sebelum penyusunan hipotesis. Ini membawa konsekwensi, terkumpulnya data yang
akhirnya kurang relevan dengan hipotesis yang akan disusun. Sebaliknya mungkin saja terjadi, data yang
diperlukan terlewat untuk dikumpulkan, hingga perlu diulang atau dilengkapi.
Sekalipun kesimpulan suatu penelitian diambil berdasarkan metoda-metoda ilmiah, tetapi kesimpulan
tersebut tetap mempunyai kemungkinan mengandung kesalahan-kesalahan. Pengumpulan data hasil observasi
ataupun informasi dari buku-buku, dilakukan dengan melalui indera-indera manusia yang mempunyai
keterbatasan. Demikian juga alat-alat eksperimen yang dipergunakan mungkin belum memadai untuk
mengumpulkan data yang lebih akurat. Oleh karena itu, kesimpulan yang berupa pengetahuan IPA dapat
30
Page 31
berubah bila ternyata ditemukan data baru yang tidak sesuai. Inilah yang menyebabkan IPA mempunyai ciri
tentatif, seperti yang telah kita bahas.
Keterbatasan lain dari metoda ilmiah IPA ialah bahwa IPA dengan metoda ilmiahnya tidak dapat
menjangkau sistem nilai yang berkaitan dengan nilai-nilai keindahan atau estetika serta nilai-nilai yang
menyangkut kebaikan dan keburukan.
Dengan metoda ilmiah ini, para ilmuwan tidak mau dan tidak mampu menguji kebenaran-kebenaran
yang diturunkan berdasarkan wahyu Ilahi. Kebenaran wahyu Ilahi adalah kebenaran yang bersifat mutlak dan
diyakini sepenuhnya akan kebenarannya oleh pemeluknya serta abadi sepanjang masa.
SIKAP ILMIAH
Pada waktu memecahkan masalah dengan menggunakan masalah dengan menggunakan metoda
ilmiah seorang ilmuwan atau pengguna metoda ilmiah tersebut, dituntut memiliki sikap-sikap tertentu, agar
kesimpulan yang diperolehnya bersifat objektif. Sikap tersebut disebut sikap ilmiah yang antara lain sebagia
berikut :
1. Objektif terhadap fakta atau kenyataan.
Dengan jujur dia akan menyatakan suatu fakta sesuai dengan kenyataan dan tidak dipengaruhi oleh
perasaannya serta pertimbangan lain. Sikap ini akan melatih kita untuk mencintai kebenaran yang
objektif. Dengan bersifat objektif terhadap fakta ini kita dituntut untuk membedakan antara fakta dan
pendapat pribadi.
2. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan atau keputusan, bila belum cukup fakta yang dikumpulkan
yang dapat menunjang kesimpulan atau keputusan itu. Dengan demikian tidak akan mengambil
kesimpulan yang didasarkan atas prasangka.
Contoh :
Seorang ilmuwan yang secara kebetulan menemukan suatu jenis hewan dalam air dia tidak
akan menyimpulkan bahwa hewan tersebut hidup dalam air sebelum mengumpulkan data tentang
hewan tersebut ada berbagai tempat baik darat, air tawar, maupun air laut.
3. Berhati terbuka
Artinya bersedia mempertimbangkan pendapat atau penemuan orang lain, sekalipun pendapat atau
penemuan orang lain itu bertentangan atau tidak sesuai denagn pendapatnya sendiri.
Contoh :
31
Page 32
Ilmuwan tersebut (contoh 2) telah menyimpulkan bahwa hewan tadi hidup dalam air. Tetapi
ternyata ada ilmuwan lain menemukan hewan serupa hidup di atas pohon-pohon. Ilmuwan yang
pertama bersedia mengubah kesimpulannya asal dia diberi cukup bukti dan fakta.
4. Bersikap tidak memihak terhadap sesuatu pendapat tertentu tanpa alasan-alasan yang berdasarkan
fakta.
Contoh :
Ingat percobaan Galileo dari menara Pisa. Galileo tidak memihak begitu saja faham
Aristoteles bahwa benda berat akan jatuh lebih dahulu daripada benda ringan.
5. Metoda ilmiah melatih kita untuk tidak percaya kepada takhayul atau sifat untung-untungan, karena
percaya bahwa di alam ini sesuatu terjadi melalui proses tertentu.
6. Dapat bekerja sama dengan orang-orang lain dan bersedia mengkomunikasikan dan mengumumkan
hasil penelitiannya. Ini berarti bahwa penemuan atau pendapat kita rela untuk diteliti kembali
ataupun di kritik dengan alasan-alasan rasional.
7. Selalu memiliki rasa ingin tahu tentang apa, mengapa dan bagaimana sesuatu gejala yang
dijumpainya. Rasa ingin tahu ini akan melatih kepekaan mengenal masalah dan menggugah
keringinannya untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian akan mendorong kita untuk
mencari kebenaran dan penemuan-penemuan baru.
8. Memiliki ketekunan dan kesabaran serta ketelitian dalam melakukan eksperimen, observasi dan
dalam mengumpulkan data serta memecahkan masalah.
NILAI-NILAI IPA
Sekalipun IPA tidak menjangkau nilai-nilai moral atau etika dan juga tidak membahas nilai-nilai
keindahan atau estetika, tetapi IPA mengandung nilai-nilai tertentu yang berguna bagi masyarakat. Yang
dimaksud dengan nilai disini ialah sesuatu yang dianggap berharga yang terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan
yang akan dicapai. Jelaslah bahwa yang dimaksud dengan nilai dalam pembahasan ini bukanlah nilai-nilai yang
bersifat kebendaan atau bukan nilai-nilai yang dapat dikaitkan dengan harga dan bentuk uang. Adapun nilai-nilai
IPA tersebut adalah :
1) Nilai praktis
Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebaliknya teknologi telah membantu mengembangkan penemuan-
penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat bagi kehidupan. Oleh karena itu, IPA
32
Page 33
telah membuka jalan ke arah penemuan-penemuan yang secara langsung dan tidak langsung dapat
bermanfaat. Dengan demikian IPA mempunyai nilai praktis yaitu sesuatu yang bermanfaat dan
berharga dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh :
Penemuan listrik oleh Faraday telah diterapkan dalam teknologi hingga melahirkan berbagai
alat listrik yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tentang hubungan antara IPA dan teknologi ini Paul B.Weiz mengungkapkan bahwa IPA merupakan
tanah tempat teknologi tumbuh dan berkembang. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa antara IPA
dan teknologi terdapat hubungan saling mermbutuhkan, saling isi mengisi agar dapat terus tumbuh
dan berkembang.
2) Nilai intelektual
Metoda ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak dimanfaatkan manusia untuk memecahkan masalah.
Tidak saja masalah-masalah alamiah tetapi juga masalah-masalah sosial, ekonomi, dan lain-lain.
Metoda ilmiah ini telah melatih ketrampilan dan ketekunan, serta melatih pengambilan
keputusan-keputusan dengan pertimbangan yang rasional bagi penggunaannya. Kecuali itu agar
pemecahan masalah berhasil dengan baik, maka metoda ilmiah menuntut sifat ilmiah bagi
penggunaannya. Keberhasilan memecahkan masalah ini akan memberikan kepuasan intelektual.
Dengan demikian yang dimaksud dengan nilai intelektual adalah sesuatu yang memberikan kepuasan
kepada seseorang karena dia telah mampu menyelesaikan atau memecahkan masalah. Bedakanlah
kepuasan intelektual ini dengan kepuasan seseorang pedagang yang memperoleh untung besar atau
bandingkanlah dengan seorang politikus yang bangga karena mengalahkan lawan politiknya.
3) Nilai-nilai sosial-ekonomi-politik
IPA mempunyai nilai-nilai sosial-ekonomi-politik berarti, kemajuan IPA dan teknologi suatu negara,
menyebabkan negara tersebut memperoleh kedudukan yang kuat dalam percaturan sosial-ekonomi-
politik internasional.
Prestasi-prestasi tinggi yang dapat dicapai oleh suatu negara dalam bidang IPA dan
teknologi memberikan rasa bangga akan bangsanya. Rasa bangga akan kemampuan atau potensi
nasional dan rasa bangga terhadap bangsanya adalah nilai-nilai sosial-politik suatu negara.
Contoh :
33
Page 34
Negara-negara yang telah maju, misalnya Amerika, mereka sadar dan bangga terhadap
kemampuan atau potensi bangsanya dalam bidang sosial politik.
Produk IPA dan teknologi dapat membuka jalan ke arah industrialisasi dan mekanisasi
pertanian yang dapat meningkatkan ekonomi dan neraca perdagangan suatu negara. Sekalipun
memiliki kemampuan IPAdan eknologi tinggi, tidak dapat menggali sumber daya alamnya dengan
sebaik-baiknya. Kemungkinan bahkan akan menyerahkan pengusahaan sumber daya alam negaranya
kepada bangsa lain yang hanya memikirkan keuntungan sebanyak banyaknya, tanpa memperhatikan
alamnya. Dalam hal ini maka IPA dan teknologi memiliki nilai sosial-ekonomi.
Kemajuan IPA dan teknologi suatu negara dapat menempatkan negara itu dalam kedudukan
pilotik internasional yang menentukan.
Contoh :
a) Ketika Amerika berhasil mendaratkan manusia di bulan dengan apolo 11, martabat
Amerika dalam percaturan politik melonjak lebih tinggi.
b) Juga ketika Rusia mampu meluncurkan satelit buatannya yang pertama, yaitu Sputnik I,
martabat Rusia dimata dunia meningkat.
c) Jepang dan RRC karena kemampuan IPA dan teknologinya tinggi, hingga banyak hasil
indusrinya merebut pasar dunia, maka kedudukannya di dunia internasional makin kuat.
4) Nilai keagamaan dari IPA
Banyak orang berprasangka, dengan mempelajari IPA dan teknologi secara mendalam akan
mengurangi kepercayaan manusia kepada Tuhan. Prasangka tersebut didasarkan pada alasan bahwa
IPA hanya mempelajari benda dan gejala-gejala kebendaan. Prasangka ini tidak benar makin
mendalam orang mempelajari IPA, makin sadarlah orang itu akan adanya kebenaran hukum-hukum
alam, sadar akan adanya suatu ketertiban di dalam alam raya ini dengan maha pengaturnya. Walau
bagaimanapun manusia telah berusaha untuk membaca mempelajari dan menterjemahkan alam,
manusia makin sadar akan keterbatasan ilmunya. Karena dengan keterbatasan ilmunya manusia
belum dan tidak akan pernah mengetahui asal mula dam akhir dari alam raya dengan pasti.
Contoh :
a) Anda mengetahui, berapa banyak biaya dan tenaga ahli yang dikerahkan untuk persiapan
pendaratan dibulan. Manusia tidak akan mampu membuat atau menciptakan bulan. Oleh
karena itu, makin sadarlah akan kebesaran Maha Penciptanya.
34
Page 35
b) Dengan susah payah dan waktu yang lama manusia dapat mempelajari hukum gravitasi,
tetapi keterbatasan ilmunya, manusia tidak mampu meniadakan gravitasi itu sendiri.
Dengan penemuan-penemuannya manusia makin sadar akan kebesaran Tuhan.
c) Dengan mempergunakan mikroskop, manusia mampu mempelajari kehidupan
mikroorganisme, keindahan pergerakan protoplasma, serta kerumitan dan keteraturan
reaksi-reaksi di dalamnya. semua pengamatan ini akan mempertebal kesadaran kita
tentang kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan contoh-contoh tersebut, jelaslah seorang ilmuwan yang beragama akan lebih tebal
keimanannya kepada Tuhan. Keimanan ini tidak hanya didukung oleh dogma-dogma saja. Keimanannya juga
ditunjang oleh akal pikiran yang didukung segala pengamatannya terhadap benda-benda dan gejala-gejala alam,
yang merupakan manifestasi kebesaran Tuhan.
Dari uraian-uraian ini jelaslah bahwa IPA mempunyai nilai-nilai keagamaan yang sejalan dan sejajar
dengan pandanagn agama. Tentang hubungan nilai-nilai IPA dan agama ini, ilmuwan terkenal Albert Einstein
menggambarkan dalam ungkapan sebagai berikut “Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta dan agama
tanpa ilmu pengetahuan adalah lumpuh”.
5) Nilai-nilai kependidikan dalam IPA.
Sekitar satu abad yang lampau, karena pelajaran IPA lebih ditekankan pada fakta-fakta saja, ahli-ahli
pendidikan belum mengangap IPA mempunyai kedudukan penting dalam kurikulum sekolah. Kecuali
itu pelajaran IPA pada waktu tersebut sedikit sekali yang didasarkan atas penemuan-penemuan
psikologi belajar.
Dengan makin berkembangnya IPA dan teknologi serta diterapkannya psikologi belajar pada
pelajaran IPA, maka IPA diakui bukan hanya suatu pelajaran melainkan pula suatu alat pendidikan.
Pelajaran IPA bersama-sama dengan pelajaran lain merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Nilai-nilai IPA apakah yang dapat ditanamkan pada pelajaran IPA?
a) Kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metoda
ilmiah yang sering dipergunakannya.
b) Ketrampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat
eksperimentasi untuk memecahkan masalah.
c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik kaitannya dengan
pelajaran IPA maupun dalam kehidupan.
35
Page 36
Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidikan
IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu yaitu :
a) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat kita hidup dan
tentang bagaimana kita harus bersikap yang benar terhadap alam. Dengan
pengetahuannya, siswa diharapkan dapat memanfaakan dan mengelola sumber
daya alam secara tepat.
b) Menanamkan sikap hidup ilmiah, yang harus dibawanya dalam perjalanan
hidupnya dan bukan hanya dalam memecahkan masalah ilmiah saja. Sikap ini
timbul dari kesadaran akan pentingnya metoda dan sikap ilmiah yang biasa
digunakan oleh para ahli IPA. Dengan memberikan latihan kepada siswa untuk
memecahkan masalah secara ilmiah, siswa akan mampu mencari jawab
persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidupnya secara ilmiah.
c) Memberikan ketrampilan untuk melakukan pengamatan, pengukuran dan
menggunakan alat-alat. Latihan ketrampilan ini dapat mengembangkan bakat
ketrampilan tanga siswa yang berguna untik dasar-dasar ketrampilan industri.
Praktikum, percobaan-percobaa dalam pelajaran IPA adalah bagian penting yang
bermanfaat dalam mencapai tujuan pendidikan IPA. Kecuali itu pendidikan IPA
harus dapat memberikan untuk tumbuhnya ketrampilan-ketrampilan dasar ini.
d) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para
ilmuwan dan penemuan-penemuannya yang telah berguna bagi dunia. Yang perlu
kita didikkan kepada para siswa untuk menghargai para ilmuwan itu, adalah
mengetahui bagaimana penemuan-penemuan itu dilakukan, menghargai jasa
pengorbanannya. Dengan demikian siswa akan tergugah untuk melakukan
percobaan dan penemuan-penemuan baru yang berguna bagi manusia.
PERANAN MATEMATIKA TERHADAP ILMU PENGETAHUAN ALAM
Menurut dugaan sejarah, kemampuan manusia untuk mulai dapat menulis sama tuanya dengan
kemampuan manusia untuk dapat berhitung, yaitu kurang lebih 10.000 tahun sebelum masehi. Tulisan itu pada
hakekatnya simbol dari apa yang ia tulis.
Berhitung, pada awal mulanya berbentuk korespondensi persatuan dari onyek yang dihitung. Misalnya
sesorang ingin menghitung berapa jumlah ternaknya, maka ternak itu dimasukkan ke dalam kandang satu
36
Page 37
persatu. Tiap ekor diwakili oleh satu batu kecil, maka jumlah ternaknya adalah jumlah batu kecil itu. Dengan
sekantung batu-batu itu ia dapat mengontrol apakah ada ternak yang belum kembali atau hilang atau malah
bertambah karena beranak.
Jadi, setiap awal kehidupan manusia matematika itu merupakan alat bantu untuk mengatasi setiap
permasalahan menghadapi lingkungan hidupnya. Sumbangan matematika terhadap perkembangan IPA sudah
jelas bahkan boleh dikatakan bahwa tanpa matematika IPA tidak akan berkembang. Hal ini disebabkan oleh
karena IPA menggantungkan diri dari metode induksi. Dengan metoda induksi semata tak mungkin orang
mengetahui jarak antara bumi dan bulan atau bumi dnegan matahari, bahkan untuk menyatakan keliling bumi
saja hampir tidak mungkin. Berkat bantuan matematikalah maka Erathotenes (240 SM) pada zaman Yunani
dapat menghitung besarnya bumi dnegan metode gabungan antara induksi dan deduksi matematika sebagai
berikut:
Pada tanggal 21 juni di Syene (Mesir) pada tengah hari matahari berada tepat di atas kepala. Saat
yang mana di kota Alexandria yang jauhnya 500 Mil tepat berada disebelah utara Syene matahari jatuh dnegan
membentuk 7,4o . Ini dapat diukur melalui bayang-bayang sebuah tongkat. Dengan asumsi bahwa bumi ini bulat
maka keliling bumi atau besarnya bumi dapat dihitung secara matematika. Erathotenes sampai pada kesimpulan
bahwa keliling bumi adalah 24.000 mil dan garis tengah bumi adalah 8.000 mil.
Hipparchus (150 SM) dapat menghitung jarak bumi ke bulan. perhitungannya diilhami oleh ajaran
Aristoteles yang menyatakan bahwa bulan terletak di anatar bumi dan matahari, juga diilhami oleh gerhana
bulan dimana bayang-bayang bumi pada bulan dipergunakan untuk memperkirakan besarnya bumi. Ia
berkesimpulan bahwa jarak bumi ke bulan adalah 24.000 mil.
Aristarchus juga secara matematika mencoba menghitung jarak bumi ke matahari. Namun karena
kesalahan instrumen ia berkesimpulan bahwa jarak bumi ke matahari itu adalah 20 kali jarak bumi ke bulan,
padahal jarak yang benar adalah 400 kali. Kesimpulan lain yang ia peroleh berdasarkan matematika adalah sinar
matahari itu tentunya lebih besar dari bumi. Ia perkirakan sedikitnya tujuh kali lebih besar. Ia berpendapat tidak
logis kalau matahari yang besar itu beredar mengelilingi bumi yang jauh lebih kecil. Mestinya sebaliknya bumilah
yang mengelilingi matahari. Namun pendapatnya tak mendapat tanggapan oleh masyarakat, sampai pada
zaman baru dimana Copernicus dnegan bantuan teleskopnya serta perhitungan matematik mengumumkan
prinsip heliosentrik.
Ahli-ahli matematika yang banyak sumbangannya dalam IPA antara lain adalah :
37
Page 38
Phthagoras mengadakan perhitungan terhadap benda-benda segi banyak. Apollonius mengadakan
perhitungan pada benda-benda yang bergaris lengkung. Kepler (1609) berjasa dalam perhitungan jarak beredar
yang berbentuk elips dari planet-planet. Galileo (1642) berjasa dalam menetapkan hukum lintasa peluru, gerak
dan percepatan. Huygens (1695) dapat memecahkan teka teki adanya cincin Saturnus, perhitungan tentang
bandulan dan ini terkenal dnegan perhitungan tentang kecepatan cahaya, yaitu 600.000 kali kecepatan suara
(pada masa itu orang beranggapan bahwa cahaya tak membutuhkan waktu untuk memancar). Ini semua adalah
sekedar gambaran yang menunjukkan bahwa perkembangan IPA selalu ditunjang atau secara mutlak
membutuhkan tunjangan matematika.
Bagaimana dalam masa sekarang? kiranya tak dapat diragukan lagi fungsi matematika itu dalam
zaman modern sekarang ini pembuatan mesin-mesin, pabrik-pabrik, bendungan-bendungan, jembatan, bahkan
perjalanan ke ruang angkasa tak akan berlangsung tanpa bantuan matematika.
IPA KUALITATIF DAN KUANTITATIF
Pada uraian terdahulu telah diterangkan bahwa penemuan-penemuan yang didapat oleh Copernicus
sampai Galileo pada awal abad 17 merupakan perintis ilmu pengetahuan. Artinya ialah bahwa penemuan-
penemuan itu berdasarkan empirik dengan metode induksi yang objektif dan bukan atas dasar deduksi filosopik
seperti zaman Yunani atau berdasar mitos seperti zaman Babylonia. Penemuan-penemuan itu misalnya saja
bahwa di bulan terdapat gunung-gunung, Jupiter mempunyai empat buah bulan, di matahari terdapat bercak
hitam yang dapat digunakan untuk mengukur percepatan rotasi matahari dan sebagainya.
Penemuan-penemuan seperti ini kita sebut sebagai ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kualitatif.
Ipa yang kualitatif ini tidak dapat menjawab pertanyaan yang sifatnya kausal atau hubungan
38