Top Banner
ALIRAN-ALIRAN TEOLOGI ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH, MA
32

1.Aliran-Aliran Teologi Islam

Dec 23, 2015

Download

Documents

Ananda Bibah

study islam
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

ALIRAN-ALIRAN TEOLOGI ISLAMSYARIF HIDAYATULLAH, MA

Page 2: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

MU’TAZILAH

Aliran Mu’tazilah merupakan salah satu aliran yang tertua dalam sejarah perkembangan pemikiran Islam.

Aliran ini juga disebut sebagai aliran pemikiran Islam pertama yang rasionalis.

Banyak menggunakan rasio atau akal dalam memahami dan memecahkan problema-problema teologis. Karena itu mereka disebut “kaum rasionalis Islam”.

Meskipun kaum mu’tazilah lebih banyak menggunakan akal dalam pemikiran-pemikiran teologisnya dan membawa persoalan teologi bersifat filosofis, namun tidak berarti mereka meninggalkan atau tidak memperdulikan wahyu.

Mereka tetap berpegang pada wahyu, hanya dalam memberikan interpretasi terhadap wahyu dan menyelesaikan problema-problema teologis, mereka lebih banyak menggunakan akal atau rasio.

Page 3: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

Kelahiran dan kemunculannyaKelahiran dan kemunculannya

Menurut Ahmad Amin, Istilah Mu’tazilah sudah muncul pada pertengahan abad pertama Hijriah. Istilah ini digunakan untuk orang-orang (para sahabat) yang memisahkan diri atau bersikap netral dalam peristiwa-peristiwa politik yang terjadi setelah Usman bin Affan wafat. (Pertama, pertentangan atara Aisyah, Thalhah dan Zubair dengan Ali bin Abi Thalib sehingga meletus perang Jamal. Kedua, Perselisihan antara Muawiyah dan Ali bin Abi Thalib sehingga pecah perang Shiffin).

Di antara sahabat yang bersikap demikian adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Umar, Muhammad bin Maslamah, Usamah bin Zaid, Suhaib bin Sinan dan Zaid bin Tsabit. Karena mereka memisahkan diri dari kelompok-kelompok yang bertikai, mereka dinamakan mu’tazilah yang berarti “orang yang memisahkan diri.”

Mu’tazilah yang terkenal dan kita bahas disini adalah Mu’tazilah lahir pada abad kedua hijriah dengan tokoh utamanya Washil bin Atha’.

Di dalam beberapa buku yang membicarakan tentang teologi Islam sering disebutkan bahwa Mutazilah lahir pada abad kedua hijriah dengan tokoh utamanya Washil bin Atha’. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah ada hubungan antara mu’tazilah yang muncul pada abad pertama dengan mu’tazilah yang muncul pada abad kedua hijriah ini?

Page 4: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

… … Kelahiran dan kemunculannyaKelahiran dan kemunculannya Kalau diperhatikan keadaan masyarakat dan situasi politik serta latar belakang

lahirnya kedua mu’tazilah tersebut, nampaknya tidak ada hubungan antara mu’tazilah yang muncul di abad pertama hijriah dengan yang dipelopori oleh Waashil bin Atha’. Yang pertama lahir akibat kemelut politik, sedangkan yang kedua lahir karena didorong oleh persoalan akidah atau keimanan.

Al-Syahrastani menceritakan bagaimana mu’tazilah kedua tersebut lahir. Katanya, pada suatu hari ada seorang laki-laki datang menemui Hasan Al-Bashri (21-110 H/642-728 M) di majelis pengajiannya di Bashrah, menanyakan status orang yang melakukan dosa besar, apakah mereka kafir atau tetap mukmin.

Ketika Hasan Al-Bashri masih merenung untuk memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut, Washil bin Atha’, salah seorang peserta dalam majelis tersebut, memberikan jawaban lebih dulu, “Aku tidak mengatakan orang yang berbuat dosa besar itu mukmin secara mutlak, dan tidak pula kafir secara mutlak. Statusnya berada di antara mukmin dan kafir (al-manzilah bain al-manzilatain). Orang itu tidak mukmin, tidak pula kafir.

Setelah memberikan jawaban itu, Washil berdiri dan berjalan menuju salah satu sudut masjid seraya menjelaskan pendapatnya tersebut kepada teman-temannya. Melihat sikap Washil demikian, Hasan Al-Bashri berkata, “I’tazala ‘anna Washil bin Atha’(Washil bin Atha’ telah memisahkan diri dari kita)”. Sejak itulah Washil dan kawan-kawan serta pengikutnya dinamakan mu’tazilah, karena memisahkan atau mengasingkan diri dari jama’ah majelis gurunya dan mengadakan majelis sendiri di suatu sudut masjid Basrah tersebut

Page 5: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

… … Kelahiran dan kemunculannyaKelahiran dan kemunculannya

Mu’tazilah muncul pada masa kekuasaan Khalifah Hisyam bin Abdul Malik (101-125 H) dari Bani Umayyah.

Istilah Mu’tazilah pertama kali muncul / dalam bentuk pertama (adalah para sahabat yang memisahkan diri atau bersikap netral dalam peristiwa-peristiwa politik serelah Utsman bin Affan wafat), (yaitu pada abad pertama hijriah), tidak berkembang dan bukan merupakan aliran teologi dalam Islam. Mu’tazilah yang berkembang dan menjadi salah satu aliran teologi adalah mu’tazilah bentuk kedua, pimpinan Washil bin Atha’, (yang muncul pada masa kekuasaan Khalifah Hisyam bin Abdul Malik).

Selain nama Mu’tazilah, aliran ini dikenal pula dengan sebutan ashhab al-‘adl wa al-tauhid atau ahl ‘adl wa al-tauhid, al-qadariah, al-‘adl, al-muattilah dan kaum rasionalis Islam.

Dinamakan ashhab al-‘adl wa al-tauhid karena golongan ini menitikberatkan pendapat mereka pada aspek keadilan dan keesaan Allah, yang kedua aspek tersebut termasuk dalam lima prinsip pokok Mu’tazilah.

Disebut dekat dengan al-qadariah karena mereka menganut paham free will dan free act, yaitu makhluk sendirilah yang mentukan dan mewujudkan perbuatannya.

Dinamakan al-muattilah sebab mereka menolak paham bahwa Tuhan memiliki sifat, dan disebut kaum rasionalis Islam karena mereka memecahkan problema keagamaan –khususnya masalah teologis – secara filosofis dan lebih banyak menggunakan rasio (akal). Dari beberapa nama yang diberikan kepada golongan ini, yang paling mereka sukai adalah ashhab (ahl) al-‘adl wa al-tauhid.

Page 6: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

Al-Ushul Al-Khomsah (Lima Prinsip Pokok Mu’tazilah)Al-Ushul Al-Khomsah (Lima Prinsip Pokok Mu’tazilah)

Sekalipun firqah Mu’tazilah terpecah belah menjadi 22 aliran, namun aliran-aliran tersebut masih mempunyai lima prinsip ajaran yang mereka sepakati, yaitu: (1) tauhid, (2) adil, (3) janji dan ancaman (4) tempat diantara dua tempat dan (5) amar ma’ruf nahi munkar.

Al-Khayyath, tokoh Mu’tazilah pada abad ke-3 H menegaskan:

Tوحيد ولعدل والوعد والوعيد _ْجbم_ع_ى الَق_ولZ باالُصZول الخمسة: الّت Tى َي hْسbَم_ االعّتزال حّت وليس َيسّتحّقT أحدl ِمhنهَمb ا

qلىhز_ _ةZ فهو المZعbّت _مZَل_ْتb فيه هذه الخ_ْصbَل TهُيZ عِنh المنكِرh فاذاَك والمنزلةZ بيِن المنزلّتيِنh واالِمِر بالمعِروِفh والن

Artinya: Seseorang tidak berhak dinamakan Mu’tazilah, sehingga bersatu padanya lima pokok ajaran. Yaitu: tauhid, adil, janji dan ancaman, tempat di antara dua tempat dan amar ma’ruf nahi munkar. Apabila padanya telah sempurna kelima ajaran ini, dinamakan Mu’tazilah.

Page 7: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

Penjelasan kelima prinsip ajaran Mu’tazilah tersebut adalah sebagai berikut:1. Tauhid Tauhid adalah prinsip dan dasar pertama dalam akidah Islam. Jadi prinsip ini bukan hanya milik Mu’tazilah, melainkan milik semua umat Islam. Akan tetapi, Mu’tazilah mempermasalahkannya lebih mendalam dan filosofis. Mu’tazilah memiliki penafsiran yang khusus mengenai masalah ini dan mereka mempertahankannya, sehingga mereka menamakan dirinya ahlul adli wat tauhid. Yang pertama mengajarkan ajaran ini adalah Washil bin Atha’ dan ‘Amr bin Ubaid. Dari prinsip at-Tauhid, lahir beberapa pendapat Mu’tazilah, diantaranya :a. Menafikan sifat-sifat Allah. Mu’tazilah tidak mengakui adanya sifat pada Allah. Apa yang dipandang orang sebagai sifat, bagi Mutazilah tidak lain adalah zat Allah itu sendiri. Alasannya, menurut Mu’tazilah jika Tuhan mempunyai sifat berarti ada dua yang qadim (Terdahulu), yaitu zat dan sifat. Sedangkan bagi Mu’tazilah, yang qadim itu hanya satu, yaitu Allah. Menurut Mu’tazilah Laa qadima illa Allah (tidak ada yang qadim kecuali Allah).b. Al-Qur’an adalah makhluk. Karena itu, Al-Qur’an diciptakan dan tidak qadim.c. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala di akhirat kelak. Yang dapat dilihat dengan mata kepala bukanlah Tuhan.d. Tuhan tidak sama dengan makhluk (tajassum). Oleh karena itu, setiap ada ayat Al-Qur’an yang menunjukkan seolah-olah ada persamaan antara Tuhan dengan makhluk seperti mempunyai tangan, mata dan telinga, ayat itu dita’wilkan sehingga tidak ada lagi kesan bahwa Tuhan ada persamaan dengan makhluk-Nya.

Page 8: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

2. Adil (Keadilan Tuhan) Keadilan disini bermakna meletakkan tanggung jawab manusia atas perbuatan-

perbuatannya. Tuhan tidak menghendaki keburukan bagi manusia, manusia sendirilah yang mengehendaki keburukan itu.

Manusia dengan kemampuan yang diberikan Tuhan pada dirinya dapat melakukan yang baik. Karena itu, jika ia melakukan kejahatan berarti ia sendiri yang menghendaki hal tersebut.

Dari prinsip ini timbul ajaran Mu’tazilah yang dikenal dengan nama al-shalah wa al-ashlah, maksudnya Allah hanya menghendaki yang baik, bahkan yang terbaik untuk kemashlahatan manusia.

Dengan dasar keadilan ini, mereka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Allah telah mentaqdirkan seseorang berbuat maksiat, lalu dia diazab oleh Allah.

3. Janji dan Ancaman Janji Allah yang akan memberikan pahala kepada orang yang berbuat baik dan menyiksa

orang yang berbuat jahat pasti akan dipenuhi oleh Allah. Karena Allah tidak akan mungkir terhadap janji-Nya.

Siapa yang berbuat baik maka dibalas dengan kebaikan dan sebaliknya mereka yang berbuat kejahatan akan dibalas dengan kejahatan pula.

Tidak ada ampunan terhadap dosa besar tanpa taubat, sebagaimana tidak mungkin ada orang yang berbuat baik yang tidak menerima pahala.

Dengan prinsip ini, Mu’tazilah menolak adanya syafa’at di hari kiamat, sebab syafa’at (pertolongan di hari kiamat) bertentangan dengan janji Allah

Page 9: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

4. Tempat Diantara Dua Tempat (al-Manzilah bain al-Manzilatain) Pendapat ini dimunculkan oleh Washil bin Atha’, merupakan pendapat Mu’tazilah yang

pertama muncul. Menurut ajaran ini seorang Muslim yang melakukan dosa besar dan tidak bertaubat

kepada Allah, tidaklah mu’min, tetapi tidak pula kafir. Menurut ajaran Mu’tazilah ini, orang seperti ini berada pada posisi antara dua posisi (al-

Manzilah bain al-Manzilatain), ia tidak mu’min karena melakukan dosa besar, dan tidak pula kafir karena masih percaya kepada Allah dan berpegang kepada kalimat syahadat, Washil bin Atha’ menyebut orang semacam ini fasiq.

Kaum Mu’tazilah membagi maksiat kepada dua macam: Pertama maksiat yang merusak dasar agama seperti syirk (menyekutukan Allah), orang

yang melakukan maksiat seperti ini digolongkan kafir. Kedua maksiat yang tidak sampai merusak dasar agama, seperti perbuatan-perbuatan

dosa besar. Jika seorang muslim melakuakan maksiat jenis ini ia tidak dianggap kafir tetapi fasiq.

5. Amr Ma’ruf Nahi Munkar Masalah amr ma’ruf nahi munkar banyak disebutkan dalam Al-Qur’an antara lain pada Ali

Imran ayat 104 dan Luqman ayat 17. Kaum Mu’tazilah sangat gigih melaksanakan hal ini. Kegigihan ini sempat menjadi kekerasan terhadap sesama Muslim, seperti pada masa

Khalifah Al-Ma’mun (813-833 H), yang dikenal dengan peristiwa minhah (ujian/pemeriksaan paham seseorang mengenai permasalahan agama, terutama mengenai kemakhlukan Al-Qur’an. Namun peristiwa minhah ini justru menyebabakan turunnnya popularitas Mu’tazilah dan masyarakat menjadi antipati kepada kelompok ini. Apalagi setelah naiknya Khalifah al-Mutawakkil yang mencerai-beraikan kekuatan Mu’tazilah.

Page 10: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

KHAWARIJ

Khawarij adalah aliran teologi pertama dalam Islam.

Aliran ini muncul bersamaan dengan aliran Syi’ah.

Pada mulanya aliran ini hanya bersifat aliran politis, yaitu orang-orang yang orang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib, karena memandang Ali telah berbuat salah dengan menerima arbitrase (tahkim), karena itulah mereka disebut Khawarij (kelompok/orang-orang yang keluar),

Persoalan politik ini akhirnya membawa khawarij kepada persoalan teologi, yaitu siapa yang kafir dan siapa yang tidak, maksudnya siapa yang telah keluar dari Islam (murtad) dan siapa yang masih tetap dalam Islam.

Khawarij menyebut dirinya sendiri Syurah, yang berarti golongan yang mengorbankan diri karena Allah.

Mereka juga biasa disebut al-Haruriyah, dari kata Harura, yaitu tempat mereka berkumpul setelah kelura dari kelompok Ali dan kemudian menjadi pusat kegiatan mereka.

Mereka juga biasa disebut al-Muhakkimah, karena mereka terkenal dengan semboyan mereka: Laa Hukma illa li Allah (Tidak ada hukum kecuali hukum Allah).

Mereka juga disebut al-Mariqah oleh lawan-lawannya, al-Mariqah berasal dari kata “maraqa,” yaitu anak panah yang telah keluar dari busurnya. Julukan ini diberikan karena mereka dianggap telah keluar dari agama atau telah keluar dari jalan kebenaran.

Page 11: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

Doktrin-Doktrin KhawarijDoktrin-Doktrin Khawarij Khawarij terdiri dar orang-orang Arab Baduwi yang hidup di padang pasir yang

tandus, mereka biasanya bersifat sederhana, garang, keras hati, tidak takut mati, merdeka dan tidak tergantung pada orang lain.

Meskipun sudah masuk Islam, namun sikap kebaduwian mereka tidak berubah, mereka cenderung memahami prinsip-prinsip keimanan secara sempit.

Mereka keluar dari golongan pendukung Ali karena mereka tidak setuju dengan arbitrase/Tahkim yang digunakan Ali untuk menyelesaikan masalah dengan Muawiyah.

Menurut keyakinan mereka, semua masalah harus diselesaikan dengan merujuk kepada hukum-hukum yang diturunkan oleh Allah SWT, sesuai dengan Al-Qur’an, Surah al-Maidah ayat 44:

...“ … Siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan oleh Allah, maka

mereka itu adalah orang-orang kafir.” Menurut mereka, berdasarkan ayat ini, Ali, Muawiyah dan semua yang menyetujui

tahkim/arbitrase menurut mereka telah menjadi kafir, karena menetapkan hukum tidak berdasakan hukum Allah yang ada dalam Al-Qur’an.

Selanjutnya mereka menyinggung soal iman dan kafir, menurut paham Khawarij, Iman tidak cukup dengan pengakuan dengan hati dan lisan saja, tetapi juga harus disertai dengan amal shalih. Sedangkan yang dimaksud kafir adalah pengingkaran terhadap Allah dan Rasul-Nya, juga berbuat dosa besar.

Page 12: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

… … Doktrin-Doktrin KhawarijDoktrin-Doktrin Khawarij

Jadi setelah pada mulanya mereka hanya memandang kafir kepada orang yang mengingkari Allah dan Rasul-Nya, ditambah orang-orang yang menyetujui arbitrase/tahkim, tapi kemudian mereka meluaskannya juga kepada semua orang yang melakukan dosa besar.

Mengenai kekhalifahan, mereka memandang bahwa setiap Muslim meskipun non Quraisy, bahkan non Arab bisa menjadi khalifah, selama ia memiliki kapasitas untuk memangku jabatan itu.

Menurut mereka seorang khalifah tetap pada jabatannya selama ia berlaku adil, melaksanakan syari’at serta jauh dari kesalahan dan penyelewengan, tetapi jika ia menyimpang maka wajib dijatuhkan dari jabatannya atau dibunuh.

Page 13: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

MURJI’AH

Kata murji’ah berasal dari Bahasa Arab, irja atau arja’a yang berarti penundaan, mengakhirkan dan pengharapan, sedangkan kata murji’ah sendiri berarti orang yang menunda atau orang yang memberikan harapan.

Maka kelompok ini disebut Murji’ah karena mereka adalah kelompok yang menunda keputusan mengenai orang-orang yang berselisih dan berdosa besar (apakah ia tetap mu’min atau sudah kafir) hingga ke hari perhitungan dihadapan Allah pada hari kiamat.

Jadi mereka tidak mau memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah, juga tidak mau memutuskan apakah pelaku dosa besar itu tetap mu’min atau sudah kafir.

Kelompok ini pada mulanya muncul sebagai golongan yang ingin bersikap netral dan tidak mau ikut-ikutan mengkafirkan seorang Muslim.

Page 14: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

Doktrin-Doktrin Murji’ahDoktrin-Doktrin Murji’ah Ajaran pokok Murji’ah bersumber dari gagasan irja’ atau arja’a yang diaplikasikan

pada banyak permasalahan., baik polotik maupun teologis. Maka kelompok ini biasa disebut sebagai the quietists (kelompok diam/bungkam,)

karena mereka selalu diam terhadap permasalahan-permaslahan politik. Adapun dibidang teologi, doktrin irja’ dikembangkan ketika menanggapi persoalan-

persoalan yang muncul pada zamannya. Misalnya mengenai orang yang berdosa besar, menurut mereka orang mu’min yang

melakukan dosa besar tetap mu’min, bukan kafir, selama ia tetap mengakui Allah sebagai Tuhannya dan Muhammad SAW sebagai rasul-Nya.

Kelompok ini berpendapat bahwa yang terpenting dalam kehidupan beragama adalah aspek iman baru kemudian amal shalih. Maka apabila seorang yang masih memiliki iman melakukan dosa besar maka ia tetap mu’min bukan kafir. Adapun hukuman bagi dosa besar itu terserah pada Allah, apakah kelak ia akan diampuni atau tidak.

Page 15: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

JABARIYAH

Kata jabariyah berasal dari Bahasa Arab Jabara yang berarti memaksa.

Jabariyah disini berarti suatu kelompok atau aliran yang menafikan perbuatan secara hakiki dan menyandarkannya pada Allah, maksudnya manusia tidak memiliki kehendak sendiri juga tidak mempunyai pilihan, semuanya sudah ditentukan Tuhan,

Dengan kata lain menurut mereka manusia dalam setiap perbuatannya, manusia itu terpaksa, tanpa adanya kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya.

Menurut sebagian sejarawan, paham ini pertama kali disebarkan oleh orang Yahudi, sedangkan sebagian lagi berpendapat bahwa aliran ini pertama kali dibuat oleh orang muslim sendiri yaitu Ja’d bin Dirham dan disebarkan oleh Syuraih bin Haris.

Page 16: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

Doktrin-Doktrin JabariyahDoktrin-Doktrin Jabariyah Manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Manusia tidak memiliki daya, kehendak dan

pilihan sendiri. Surga dan neraka tidak kekal, tidak ada yang kekal selain Tuhan. Iman adalah membenarkan dengan hati, dalam hal ini mereka mirip dengan konsep

iman menurut Murji’ah. Kalamullah / Kalam Tuhan (Al-Qur’an) adalah makhluk. Allah Maha Suci dari

keserupaan dengan makhluk seperti berbicara, mendengar dan melihat. Tuhan tidak dapat dilihat diakhirat kelak.

Ayat-Ayat yang digunakan oleh Jabariyah untuk ajarannya:Ayat-Ayat yang digunakan oleh Jabariyah untuk ajarannya: ... اَء_ الَله _َش_ _ْنb َي hال� أ Zوا ِإ Zْؤbِمhن _ْنb َي Zوا أ _اُن ... و_ ِم_ا َك

… niscaya mereka (juga) tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki… (al-An’am ayat 111)

... ِم_ى bْت_ و_لكhِن� الَله_ َر_ ِم_ي hذb َر_ bْت_ ِإ ِم_ي ... و_ِم_ا َر_… dan bukan kamu yang melempar ketika melempar, tetapi Allah-lah yang

melempar… (al-Anfal ayat 17)ْنbوZ _عbم_َل Zَمb و_ِم_ا َت _َق_ك َل ... و_ الَلهZ َخ_

… padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu (al-Shaffat ayat 96)

... ه_ا_ أ bِر_ _ْب ْنb ُن_ bِلh أ _اٍب� ِمhِنb َق_ْب hّت hال� فhُي َك Zَمb ِإ ك hسZُفb _ُن َرbِضh و_ال_ فhُي أ

_ bُي اَأْلhة� ف_ bْب ُص_اٍب_ ِمhِنb ِمZْصhي_ ... و_ِم_ا أ

… tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak (pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh al-mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya… (al-Hadid ayat 22)

...اَء_ الَله _َش_ _ْنb َي hال� أ اَءZوbْن_ ِإ _َش_ ... و_ِم_ا َت…dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah… (al-

Insan ayat 30)

Page 17: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

QADARIYAH

Kata qadariyah berasal dari Bahasa Arab qadara yang berarti kemampuan atau kekuatan.

Qadariyah disini berarti suatu aliran atau paham yang meyakini bahwa setiap perbuatan manusia itu adalah kehendaknya sendiri tanpa adanya intervensi dari Tuhan, maksudnya adalah manusia dalam menentukan kehidupannya adalah berdasarkan keinginan dan kekuatannya sendiri, dengan demikian manusia tidak terpaksa tunduk kepada ketentuan Tuhan.

Menurut sebagian cendekiawan, aliran ini pertama kali disebarkan oleh Ma’bad al-Juhni dan Ghailan al-Dimasyqi, sedangkan menurut sebagian lagi, aliran ini disebarkan oleh orang-orang Kristen yang dipekerjakan di istana-istana Khalifah.

Page 18: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

Doktrin-Doktrin QadariyahDoktrin-Doktrin Qadariyah

Manusia menentukan kehidupannya berdasarkan kieinginana dan kekuatannya sendiri (free act free will).

Maka jika seseorang berbuat baik dan diberikan ganjaran surga kelak, dan bila berbuat jahat diberi ganjaran neraka, itu berdasarkan pilihan pribadinya, bukan karena takdir Tuhan.

Menurut qadariyah takdir bukan berarti nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu, tetapi takdir menurut mereka adalah ketentuan Allah yang telah diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta isinya, yaitu sunnatullah.

Contohnya menurut mereka adalah: manusia tidak mempunyai sirip seperti ikan yang bisa berenang dilautan lepas. Akan tetapi manusia memiliki manusia memiliki daya pikir kreatif dan anggota tubuh yang dapat dilatih terampil, sehingga bisa meniru ikan dan berenang di lautan lepas.

Maka menurut mereka tidak ada alasan yang tepat untuk menyandarkan segala perbuatan manusia kepada Tuhan.

Page 19: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

Ayat-Ayat yang digunakan oleh Qadariyah untuk ajarannya:Ayat-Ayat yang digunakan oleh Qadariyah untuk ajarannya:

... ...

… maka siapa yang ingin beriman maka hendaklah ia beriman, dan siapa yang ingin (kafir), maka biarkanlah ia kafir… (al-Kahfi ayat 29)

Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana (datangnya) kekalahan ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri … (Ali Imran ayat 165)

... ...

… sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri… (al-Ra’d ayat 11)

...

… Siapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri… (al-Nisa ayat 111)

Page 20: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH

Ahlussunnah wal Jama’ah adalah istilah yang memiliki makna luas, sehingga banyak golongan yang mengklaim dirinya adalah ahlusunnah wal jamaah.

Dalam makna luas Ahlussunnah wal Jama’ah adalah golongan selain Syi’ah.

Dalam makna sempit biasanya diidentikkan dengan al-Asy ‘ariyah dan al-Maturidiyah.

Namun mayoritas ulama mengatakan bahwa Ahlussunnah wal Jama’ah merupakan golongan mayoritas ummat dan secara konsisten mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.

Page 21: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

AL-ASY’ARIYAH

Al-Asy’ariyah atau Al-Asyairah adalah pengikut dari ajaran Abu Hasan Al-Asy’ari. Ia lahir di Bashrah pada 260 H dan wafat di Baghdad pada tauhn 304 H.

Awalnya ia adalah pengikut aliran Mu’tazilah, merupakan murid dari tokoh Mu’tazilah yang terkenal, Ali al-Jubba’i, ia menganut aliran ini hingga umur 40 tahun.

Ada beberapa pendapat mengenai keluarnya Abu Hasan Al-Asy’ari dari aliran Mu’tazilah:

1.Pendapat pertama mengatakan bahwa alasannya adalah Abu Hasan Al-Asy’ari bermimpi bahwa Nabi Muhammad SAW berkata kepadanya agar meninggalkan aliran yang sedang dianutnya, yaitu Mu’tazilah dan memegang pendirian sebagaimana orang-orang sebelumnya yang berpegang kepada sunnah beliau.

2. Pendapat kedua mengatakan bahwa alasannya adalah munculnya kegelisahan dalam diri Abu Hasan Al-Asy’ari menegnai ajaran-ajaran Mu’tazilah dan ia pun sering mengadakan perdebatan dengan gurunya.

3.Pendapat ketiga mengatakan bahwa alasannya adalah Abu Hasan Al-Asy’ari merupakan pengikut mazhab fiqh Syafi’i, sedangkan al-Syafi’i sendiri mempunyai paham bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah yang tidak diciptakan (bukan makhluk), juga adanya Ru’yatullah (melihat Allah) pada Hari Akhir (sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah al-Qiyamah ayat 22-23) sehingga bertentangan dengan ajaran Mu’tazilah.

Page 22: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

Pendapat Pendapat Al-Asy’ariyah Seputar Al-Asy’ariyah Seputar Ilmu KalamIlmu Kalam Ru’yatullah (melihat Allah) pada Hari Akhir (sebagaimana disebutkan dalam Al-

Qur’an surah al-Qiyamah ayat 22-23), Al-Asy’ari berpendapat bahwa Allah bisa dilihat pada hari akhir, karena kondisi berbeda dengan di dunia.

Mengenai Sifat Allah, Al-Asy’ari mengambil jalan pertengahan, ia berpendapat bahwa sifat Allah itu semuanya ada dan diketahui melalui teks-teks syar’i (Al-Qur’an), akan tetapi sifat-sifat ini berbeda dengan sifat pada makhluk, jadi pendengaran Allah berbeda dengan pendengaran makhluk, begitupula penglihatan-Nya dan lain-lain,

berbeda dengan Mu’tazilah yang menafikan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hanya mensifati Allah dengan wujud, qidam, baqa dan wahdaniyah saja, juga berbeda dengan pendapat hasyawiyah yang menyerupakannya dengan sifat hawadits / makhluk.

Mengenai Keadilan Allah, Al-Asy’ari berpendapat bahwa Allah berkuasa mutlak, keadilan-Nya tidak disertai kewajiban atas-Nya, Allah bebas berbuat sekehendak-Nya.

Mengenai perbuatan manusia, Al-Asy’ari juga mengambil jalan pertengahan, ia berpendapat bahwa manusia memiliki kemampuan untuk memilih perbuatannya (baik dan buruk), akan tetapi kemampuan untuk memilih ini diciptakan/diberikan oleh Allah.

Page 23: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

AL-MATURIDIYAH

Al-Maturidiyah adalah kelompok pengikut dari Abu Manshur Al-Maturidi. Ia lahir pada abad ke-3 Hijriyah, di maturidi, Samarkand dan wafat pada tahun 333 H. Ia adalah pengikut mazhab fiqh Hanafi, ia mempelajari ilmu Kalam dari Nasr bin Yahya al-Balkhi (Wafat 268 H).

Al-Maturudi lebih luas penggunaan akal sebagai dalilnya dari Al-Asy’ari, tetapi sebagai tokoh Ahlussunnah, Al-Maturidi juga menggunakan metode dan sikap tawasshuth / jalan tengah, yaitu antara tidak tidak berbuat jika tidak terdapat nash dan larut tidak terkendali dalam menggunakan nalar.

Penyebaran ajaran Al-Maturidi tidak lepas dari keberadaan pengikut-pengikutnya, seperti Abu Al-Yusr Muhammad Al-Bazdawi (421-493 H), yang dalam beberapa hal berbeda pendapat dengan Al-Maturidi sendiri.

Maka aliran ini terbagi dua, yaitu Al-Maturidiyah Samarkand, yang merupakan pengikut-pengikut Abu Mansur Al-Maturidi sendiri, dan Al-Maturidiyah Bukhara yang merupakan pengikut dari Al-Bazdawi.

Page 24: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

Pendapat Pendapat Al-Maturidiyah Seputar Ilmu Al-Maturidiyah Seputar Ilmu KalamKalam Mengenai permasalahan mengetahui Tuhan, Al-Maturidi berpendapat bahwa

mengetahui adanya Tuhan dimungkinkan kewajibannya menggunakan akal, dan jika manusia mau mengarahkan akalnya secara lurus dan melepasnya dari hawa nafsu maka ia akan dapat mengetahui tentang adanya Tuhan, akan tetapi mengetahui kewajiban-kewajiban terhadap Tuhan (al-Ahkam Taklifiyah) tidak dapat diketahui dengan akal, harus dengan wahyu.

Meskipun pendapat ini dekat dengan Mu’tazilah, namun masih terdapat perbedaan yaitu bila Mu’tazilah menggunakan kata “wajib” bagi akal untuk mengetahui Tuhan, namun Al-Maturidi menggunakan kata “Mungkin”.

Mengenai masalah kebaikan dan keburukan, Al-Maturidi berpendapat bahwa akal dapat mngetahui baik dan buruknya suatu perbuatan, namun meskipun akal dapat mengetahuinya, kewajiban melakukan perbuatan datangnya dari syara’ (berdasarkan wahyu).

Pendapat ini berbeda dengan Mu’tazilah yang mengatakan bahwa apa yang diketahui dengan akal, maka wajib/harus dikerjakan berdasarkan akal, begitupula sebaliknya.

Sedangkan Al-Asy’ari berpendapat bahwa sesuatu itu tidak diketahui baik dan buruk melainkan karena adanya perintah syara’ (berdasarkan wahyu) atau larangannya, atau dengan kata lain kebaikan dan keburukan itu bergantung pada Tuhan.

Page 25: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

GERAKAN / DA’WAH SALAFIYAH / WAHABI Salafiyah berasal dari kata salaf yang artinya telah berlalu atau yang terdahulu Salaf secara istilah menurut para ulama adalah sahabat Rasulullah, tabi’in (orang yang mengikuti sahabat), dan tabi’ at-tabi’in (orang yang mengikuti tabi’in), tiga generasi ini dikenal dengan nama salafush shalih (orang-orang terdahulu yang shalih).

Gerakan / Da’wah salafiyah berarti gerakan untuk mengajak kembali kepada ajaran/mazhab para salafush shalih.

Gerakan ini biasa dikenal dengan istilah Wahabi karena tokohnya sekaligus pendirinya bernama Abdul Wahab Al-Masyrafi Al-Tamimi Al-Najdi (1115-1206 H / 1703 – 1791 M).

Kelompok Wahhabi menganggap kelompoknya sebagai bagian dari Ahlussunnah wal Jama’ah.

Tujuan utama dari kelompok ini adalah untuk meluruskan atau memurnikan aqidah umat Islam dari syirk, khurafat dan bid’ah, dengan kembali kepada ajaran para salafus shalih (Generasi pertama dan terbaik dari umat Islam, yang terdiri dari para sahabat, tabi’in, dan tabi’ at-tabi’in), yang dianggap sebagai ahlus sunnah wal-jama’ah yang sejati.

Kelompok Wahhabi juga menolak filsafat dan tasawwuf, karena –menurut mereka- filsafat banyak berlandaskan khayalan, sedangkan tasawwuf banyak mengandung khurafat.

Page 26: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

Pemikiran-Pemikiran WahabiPemikiran-Pemikiran Wahabi Mengajak untuk membuka kembali pintu ijtihad.

Menekankan untuk selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta tidak menerima persoalan apapun tentang aqidah yang tidak bersandar kepada dalil yang langsung dan jelas dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Mengajak untuk kembali dan berpegang teguh kepada manhaj/metode para salafus shalih (Generasi pertama dan terbaik dari umat Islam, yang terdiri dari para sahabat, tabi’in, dan tabi’ at-tabi’in) dalam memahami dalil dan berdasarkan kepadanya.

Menyeru kepada pemurnian tauhid, menuntut kepada umat Islam untuk mengembalikan tauhid sebagaiman pada masa awal Islam, serta membersihkan aqidah umat Islam dari syirk, khurafat dan bid’ah.

Menetapkan asma (nama-nama) dan sifat-sifat Allah sebagaimana yang telah ditetapkan-Nya untuk diri-Nya sendiri atau ditetapkan melalui Rasul-Nya.

Page 27: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

PERMASALAHAN-PERMASALAHAN YANG BIASA DIBAHASPERMASALAHAN-PERMASALAHAN YANG BIASA DIBAHAS1. Masalah Iman dan Dosa Besar

Aliran Ilmu Kalam

Unsur Iman I Unsur Iman II Unsur Iman III Orang yang Berdosa Besar

Khawarij Tashdiq bi al-Qalb (Membenarkan Dengan Hati)

Iqrar bi al-Lisan (Ucapkan dengan Perkataan)

Amal bi al-Arkan (Melakukan dengan Perbuatan)

Menjadi Kafir

Murjiah Tashdiq bi al-Qalb X X Tetap Mu’min

Mu’tazilah Tashdiq bi al-Qalb Iqrar bi al-Lisan Amal bi al-Arkan Diantara Kafir dan Mu’min

al-Jabariyah Tashdiq bi al-Qalb X X Tetap Mu’min

al-Asy’ariyah Tashdiq bi al-Qalb X X Tetap Mu’min

al-Maturidiyah Samarkand

Tashdiq bi al-Qalb Iqrar bi al-Lisan Amal bi al-Arkan Tetap Mu’min

al-Maturidiyah Bukhara

Tashdiq bi al-Qalb Iqrar bi al-Lisan X Tetap Mu’min

Page 28: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

2. Masalah Kapasitas Akal dan Fungsi Wahyu

Aliran Ilmu Kalam

Mengetahui Tuhan

Kewajiban Mengetahui Tuhan

Mengetahui Baik dan Buruk

Kewajiban Mengetahui Baik dan Buruk

Corak Ilmu Kalam

Mu’tazilah Akal Akal Akal Akal Rasional

al-Asy’ariyah Akal Wahyu Wahyu Wahyu Tradisional

al-Maturidiyah Samarkand

Akal Dimungkinkan kewajibannya dengan Akal

Akal Wahyu Rasional

al-Maturidiyah Bukhara

Akal Wahyu Akal Wahyu Tradisional

Page 29: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

3. Masalah Perbuatan manusia (أفعال العْباد)

Aliran Ilmu kalam Kehendak Daya Perbuatan

al-Qadariyah Manusia Manusia Manusia

al-Jabariyah Tuhan Tuhan Tuhan

Mu’tazilah Manusia Manusia Manusia

al-Asy’ariyah Tuhan Manusia (al-Kasb) yang sebenarnya diberikan oleh Tuhan

Manusia tetapi dengan ridha dari Tuhan

al-Maturidiyah Samarkand

Manusia Manusia Manusia

al-Maturidiyah Bukhara Tuhan Manusia (al-Kasb) yang sebenarnya diberikan oleh Tuhan

Manusia tetapi dengan ridha dari Tuhan

Page 30: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

4. Masalah Kekuasaan Tuhan ( الْجْبِر و االَخّتياَر) :

Aliran Ilmu kalam Kekuasaan Tuhan

Mu’tazilah Kekuasaan Tuhan Tidak Mutlak Lagi

al-Asy’ariyah Kekuasaan Tuhan Bersifat Mutlak

al-Maturidiyah Samarkand Kekuasaan Tuhan Tidak Mutlak Lagi

al-Maturidiyah Bukhara Kekuasaan Tuhan Bersifat Mutlak

Page 31: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam

5. Masalah Keadilan Tuhan

Aliran Ilmu Kalam Masalah Keadilan tuhan

Mu’tazilah Tuhan Berkewajiban Memberikan Hak-Hak Bagi Manusia Sesuai dengan Kualitas Perbuatannya.Perbuatan Baik dengan Pahala, Perbuatan Jahat dengan Siksa.

al-Asy’ariyah Memposisikan Tuhan yang Berkuasa Mutlak terhadap Makhluk-Nya.Tuhan Boleh berbuat Sekehendak-Nya terhadap Seluruh makhluk-Nya

al-Maturidiyah Samarkand Tuhan Berkewajiban Memberikan Hak-Hak Bagi Manusia Sesuai dengan Kualitas Perbuatannya.Perbuatan Baik dengan Pahala, Perbuatan Jahat dengan Siksa.

al-Maturidiyah Bukhara Memposisikan Tuhan yang Berkuasa Mutlak terhadap Makhluk-Nya.Tuhan Boleh berbuat Sekehendak-Nya terhadap Seluruh makhluk-Nya

Page 32: 1.Aliran-Aliran Teologi Islam