PEMERINTAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM SKS-BRR TATA RUANG,LINGKUNGAN DAN EVALUASI MANFAAT DINAS PERKOTAAN DAN PERMUKIMAN Jl. Pemancar No. 5 Simpang Tiga Telp. (0651) 42885, 41130, Fax. (0651) 42230 Banda Aceh encana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam evisi Laporan Akhir Tahun 2006 - 2016
229
Embed
193642270 Laporan Akhir Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 2016
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMERINTAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
SKS-BRR TATA RUANG,LINGKUNGAN DAN EVALUASI MANFAAT
DINAS PERKOTAAN DAN PERMUKIMANJl. Pemancar No. 5 Simpang Tiga Telp. (0651) 42885, 41130, Fax. (0651) 42230 Banda Aceh
encana Tata Ruang WilayahKota Banda AcehProvinsi Nanggroe Aceh Darussalam
evisi
Laporan Akhir
master
Tahun 2006 - 2016
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
i
Kata Pengantar
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh merupakan rencana induk yang akan dijadikan sebagai pedoman/acuan bagi pemerintah kota dalam melakukan pembangunan/pengembangan Kota Banda Aceh. Mengingat pada akhir tahun 2004 telah terjadi bencana gempa dan tsunami di Provinsi NAD khususnya Kota Banda Aceh yang mengakibatkan terjadinya perubahan pemanfaatan ruang dan struktur ruang kota yang ada, sehingga diperlukan kegiatan penyempurnaan atau Revisi RTRW Kota Banda Aceh agar dapat relevan dengan kondisi setelah bencana tersebut.
Kegiatan ini merupakan penyempurnaan dari produk RTRW Kota Banda Aceh 2002 – 2010 (sebelum bencana gempa dan tsunami) dengan memperhatikan aspirasi masyarakat Kota Banda Aceh dan merujuk Urgent Plan of Banda Aceh City yang telah disusun oleh JICA serta studi-studi keruangan yang ada pasca bencana gempa dan tsunami.
Dokumen Laporan Akhir disusun sebagai produk dokumen pertama dari pekerjaan “Revisi Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) 2006 – 2016 Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam”
kerjasama antara Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias dengan konsultan pelaksana.
Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi dasar untuk penyusunan rencana tahap yang lebih rinci. Atas bantuan dan kerja sama semua pihak hingga tersusunnya dokumen ini, kami ucapkan terima kasih.
Banda Aceh, Desember 2006
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar ----------------------------------------------------------------------------------------------------- i Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ii Daftar Tabel --------------------------------------------------------------------------------------------------------- v Daftar Gambar ------------------------------------------------------------------------------------------------------ vii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang --------------------------------------------------------------------------------------------- I - 1 1.2 Issue Pokok Dalam Penyusunan Revisi RTRW ----------------------------------------------------- I - 3 1.3 Maksud, Tujuan dan Sasaran ---------------------------------------------------------------------------- I - 3 1.4 Lingkup Studi ---------------------------------------------------------------------------------------------- I - 4 1.5 Wilayah Studi ---------------------------------------------------------------------------------------------- I - 4 1.6 Substansi ---------------------------------------------------------------------------------------------------- I - 4 1.7 Metodologi ------------------------------------------------------------------------------------------------- I - 5
1.7.1 Azaz Rencana -------------------------------------------------------------------------------------- I - 5 1.7.2 Pendekatan Penataan Ruang -------------------------------------------------------------------- I - 6 1.7.3 Tahapan Pekerjaan -------------------------------------------------------------------------------- I - 8
1.8 Sistematika Laporan -------------------------------------------------------------------------------------- I - 12
BAB 2 : KARAKTERISTIK, POTENSI DAN MASALAH KOTA BANDA ACEH
2.1 Analisis Fungsi, Peran dan Kedudukan Kota Banda Aceh ---------------------------------------- II - 1 2.2 Analisis Daya Dukung ------------------------------------------------------------------------------------ II - 2
2.2.1 Geografis --------------------------------------------------------------------------------------------- II - 2 2.2.2 Topografi ------------------------------------------------------------------------------------------- II - 4 2.2.3 Hidrologi ------------------------------------------------------------------------------------------- II - 4 2.2.4 Klimatologi ----------------------------------------------------------------------------------------- II - 5 2.2.5 Geologi Tanah ------------------------------------------------------------------------------------- II - 6
2.3 Analisis Pemanfaatan Ruang ---------------------------------------------------------------------------- II - 7 2.3.1 Struktur Ruang ------------------------------------------------------------------------------------ II - 7 2.3.2 Pemanfaatan Ruang ------------------------------------------------------------------------------- II - 10 2.3.3 Intensitas Pemanfaatan Ruang ------------------------------------------------------------------ II - 20 2.3.4 Kecendrungan Perkembangan Kota ----------------------------------------------------------- II - 22
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
iii
2.4 Analisis dan Karakteristik Kependudukan dan Kemasyarakatan --------------------------------- II - 23 2.4.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk ---------------------------------------------------------- II - 23 2.4.2 Kepadatan Penduduk ---------------------------------------------------------------------------- II - 28 2.4.3 Komposisi Penduduk ---------------------------------------------------------------------------- II - 31 2.4.4 Kondisi Sosial Budaya ---------------------------------------------------------------------------- II - 33
2.5 Karakteristik dan Analisis Perekonomian ------------------------------------------------------------- II - 35 2.5.1 Struktur Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi --------------------------------------- II - 35 2.5.2 Ketenagakerjaan ----------------------------------------------------------------------------------- II - 37
2.6 Karakteristik dan Analisis Transportasi --------------------------------------------------------------- II - 38 2.6.1 Transportasi Darat -------------------------------------------------------------------------------- II - 38 2.6.2 Transportasi Penyeberangan -------------------------------------------------------------------- II - 40 2.6.3 Transportasi Laut --------------------------------------------------------------------------------- II - 40
2.7 Karakteristik dan Analisis Utilitas Kota --------------------------------------------------------------- II - 40 2.7.1 Air Bersih ------------------------------------------------------------------------------------------- II - 40 2.7.2 Air Limbah ----------------------------------------------------------------------------------------- II - 42 2.7.3 Persampahan --------------------------------------------------------------------------------------- II - 43 2.7.4 Drainase -------------------------------------------------------------------------------------------- II - 45 2.7.5 Telekomunikasi ----------------------------------------------------------------------------------- II - 46 2.7.6 Kelistrikan ------------------------------------------------------------------------------------------ II - 47
2.8 Karakteristik dan Analisis Fasilitas Kota -------------------------------------------------------------- II - 48 2.8.1 Fasilitas Pendidikan ------------------------------------------------------------------------------- II - 48 2.8.2 Fasilitas Kesehatan -------------------------------------------------------------------------------- II - 49 2.8.3 Fasilitas Peribadatan ------------------------------------------------------------------------------ II - 51 2.8.4 Fasilitas Perkantoran dan Pelayanan Umum ------------------------------------------------- II - 52
2.9 Harapan dan Aspirasi Stakeholders --------------------------------------------------------------------- II - 52 2.9.1 Pertimbangan Sosial Budaya -------------------------------------------------------------------- II - 53 2.9.2 Pertimbangan Ekonomi -------------------------------------------------------------------------- II - 53 2.9.3 Pertimbangan Infrastruktur --------------------------------------------------------------------- II - 53
BAB 3 : RENCANA TATA RUANG KOTA BANDA ACEH
3.1 Kedudukan Kota Banda Aceh Dalam Konstelasi Regional ---------------------------------------- III - 1 3.2 Skenario Perkembangan Kota --------------------------------------------------------------------------- III - 2 3.3 Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang ---------------------------------------------------------------- III - 4
3.3.1 Rencana Struktur Ruang Kota ------------------------------------------------------------------ III - 4 3.3.2 Arahan Pengembangan dan Distribusi Penduduk ------------------------------------------- III - 12 3.3.3 Rencana Sistem Pusat Pelayanan --------------------------------------------------------------- III - 13
3.4 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang --------------------------------------------------------------------- III - 14 3.4.1 Penetapan Kawasan Lindung ------------------------------------------------------------------- III - 16 3.4.2 Rencana Kawasan Budidaya --------------------------------------------------------------------- III - 21
3.5 Rencana Penetapan Intensitas Pemanfaatan Ruang ------------------------------------------------- III - 25
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
iv
3.5.1 Rencana Kepadatan Bangunan ----------------------------------------------------------------- III - 25 3.5.2 Koefisien Lantai Bangunan --------------------------------------------------------------------- III - 26 3.5.3. Ketinggian Bangunan ---------------------------------------------------------------------------- III - 27 3.5.4. Garis Sempadan Bangunan ---------------------------------------------------------------------- III - 28
3.6. Rencana Sistem Transportasi ---------------------------------------------------------------------------- III - 29 3.6.1. Sistem Perangkutan Jalan Raya ----------------------------------------------------------------- III - 29 3.6.2. Sistem Perangkutan Laut ------------------------------------------------------------------------ III - 34 3.6.3. Sistem Perangkutan Penyeberangan ----------------------------------------------------------- III - 35
3.7 Rencana Sistem Utilitas ---------------------------------------------------------------------------------- III - 36 3.7.1 Rencana Sistem Penyediaan Air Bersih ------------------------------------------------------- III - 36 3.7.2 Rencana Sistem Pembuangan Sampah -------------------------------------------------------- III - 39 3.7.3 Rencana Sistem Drainase ------------------------------------------------------------------------ III - 41 3.7.4 Rencana Penanganan Bencana Banjir ---------------------------------------------------------- III - 44 3.7.5 Rencana Sistem Penyediaan Kelistrikan ------------------------------------------------------- III - 54 3.7.6 Rencana Sistem Penyediaan Telekomunikasi ------------------------------------------------ III - 55
3.8 Rencana Sistem Fasilitas --------------------------------------------------------------------------------- III - 56 3.8.1. Rencana Penyediaan Fasilitas Pendidikan ---------------------------------------------------- III - 56 3.8.2. Rencana Penyediaan Fasilitas Kesehatan ----------------------------------------------------- III - 57 3.8.3. Rencana Penyediaan Fasilitas Peribadatan ---------------------------------------------------- III - 57
3.9 Rencana Fasilitas Jalur Darurat dan Evakuasi ------------------------------------------------------- III - 58 BAB 4 : RENCANA IMPLEMENTASI
4.1 Kelembagaan Penataan Ruang Kota Banda Aceh --------------------------------------------------- IV - 1 4.1.1 Pendahuluan ---------------------------------------------------------------------------------------- IV - 1 4.1.2 Referensi Peraturan dan Perundang-Undangan Penataan Ruang ------------------------- IV - 2 4.1.3 Azas-Azas dan Tujuan Penataan Ruang ------------------------------------------------------- IV - 3 4.1.4 Kerangka Konseptual Hubungan Rencana Tata Ruang Dengan Rencana
Pembangunan -------------------------------------------------------------------------------------- IV - 4 4.1.5 Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang --------------------------------------------- IV - 13 4.1.6 Kelembagaan Perencanaan Tata Ruang Di Kota Banda Aceh ---------------------------- IV - 20 4.1.7 Izin Mendirikan Bangunan ---------------------------------------------------------------------- IV - 26 4.1.8 Izin Gangguan ------------------------------------------------------------------------------------- IV - 32 4.1.9 Izin Tempat Usaha -------------------------------------------------------------------------------- IV - 37 4.1.10 Pengendalian Pemanfaatan Ruang ------------------------------------------------------------- IV - 42
4.2 Indikasi Program ------------------------------------------------------------------------------------------ IV - 46
LAMPIRAN 1 : ZONING REGULATION
LAMPIRAN 2 : MATRIKS PERATURAN PENGGUNAAN UNTUK KAWASAN PERMUKIMAN
LAMPIRAN 3 : KETENTUAN KDB DAN KLB
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
v
Daftar Tabel BAB 2
Tabel 2.1 Peran, Fungsi dan Kedudukan Kota Banda Aceh -------------------------------- II - 2 Tabel 2.2 Luas dan Prosentase Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh ---------------- II - 3 Tabel 2.3 Sungai di Kota Banda dan Aceh ----------------------------------------------------- II - 5 Tabel 2.4 Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Kecamatan di Kota Banda Aceh Tahun 2002 ------------------------------------------------------------------------------ II - 10 Tabel 2.5 Luas dan Persentase Tingkat Kepadatan Kawasan Terbangun di Kota Banda Aceh Tahun 2005 ------------------------------------------------------ II - 11 Tabel 2.6 Pola Penggunaan Lahan Kota Banda Aceh Tahun 2005 ------------------------------------------------------------------------------ II - 12 Tabel 2.7 Pembagian Zona, Fungsi dan Penggunaan Lahan Kota Banda Aceh Menurut URRP BAC -------------------------------------------- II - 17 Tabel 2.8 Rencana Intensitas Pemanfaatan Ruang di Kota Tahun 2010 ------------------ II - 20 Tabel 2.9 Jumlah Penduduk di Kota Banda Aceh Tahun 2001-2003 ---------------------- II - 23 Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Pasca Tsunami di Kota Banda Aceh -------------------------- II - 25 Tabel 2.11 Proyeksi Penduduk Kota Banda Aceh --------------------------------------------- II - 28 Tabel 2.12 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Banda Aceh Tahun 2003 -------------- II - 29 Tabel 2.13 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Banda Aceh Pasca Tsunami -------------------------------------------------------------------------- II - 30 Tabel 2.14 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Banda Aceh Tahun 2003 ------------------------------------------------------------------------------ II - 31 Tabel 2.15 Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Pasca Tsunami Di Kota Banda Aceh ------------------------------------------------------------------ II - 32 Tabel 2.16 Jumlah & Titik Lokasi Pengungsi dalam Wilayah Kota Banda Aceh ---------- II - 33 Tabel 2.17 Kondisi PDAM Tirta Daroy --------------------------------------------------------- II - 40 Tabel 2.18 Kondisi Sampah Berdasarkan Jenisnya -------------------------------------------- II - 43 Tabel 2.19 Kondisi Saluran dan Pintu Air Sebelum dan Setelah Bencana Tsunami ------- II - 46 Tabel 2.2 Banyaknya Fasilitas Telepon di Kota Banda Aceh Tahun 2004-2005 --------- II - 47
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
vi
Tabel 2.21 Kondisi Jaringan Listrik di Kota Banda Aceh ----------------------------------------------------------------------------- II - 48 Tabel 2.22 Jumlah TK, SD, SLTP, SLTA, dan Kejuruan di Kota Banda Aceh Tahun 2004-2005 ------------------------------------------------------- II - 49 Tabel 2.23 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ----------------------------------------------------------------- II - 49 Tabel 2.24 Jumlah Sarana Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2004-2005 ----------------------------------------------------------------------- II - 50 Tabel 2.25 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ----------------------------------------------------------------- II - 50 Tabel 2.26 Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kota Banda Aceh Tahun 2003 -------------------------------------------------------------- II – 51 Tabel 2.27 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ----------------------------------------------------------------- II – 51
BAB 3
Tabel 3.1 Pembagian Zona Pada BWK Barat Kota Banda Aceh --------------------------- III - 9 Tabel 3.2 Pembagian Zona Pada BWK Utara Kota Banda Aceh -------------------------- III - 10 Tabel 3.3 Pembagian Zona Pada BWK Selatan Kota Banda Aceh ------------------------ III - 11 Tabel 3.4 Pembagian Zona Pada BWK Timur Kota Banda Aceh ------------------------- III - 11 Tabel 3.5 Rencana Distribusi Penduduk Kota Banda Aceh Tahun 2016 ----------------- III - 12 Tabel 3.6 Rencana Sistem Pusat Pelayanan ---------------------------------------------------- III - 13 Tabel 3.7 Rencana Penggunaan Lahan Tahun 2016 ------------------------------------------ III - 15 Tabel 3.8 Rencana Kawasan Budidaya --------------------------------------------------------- III - 21 Tabel 3.9 Rencana Kepadatan Bangunan ------------------------------------------------------ III - 25 Tabel 3.10 Rencana Koefisien Lantai Bangunan ------------------------------------------------ III - 27 Tabel 3.11 Rencana Ketinggian Bangunan ------------------------------------------------------ III - 28 Tabel 3.12 Rencana Ketinggian Bangunan ------------------------------------------------------ III - 29 Tabel 3.13 Proyeksi Kebutuhan Air Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ------------ III - 36 Tabel 3.14 Proyeksi Timbulan Sampah Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 -------- III - 40 Tabel 3.15 Periode Ulang Saluran Drainase ----------------------------------------------------- III - 44 Tabel 3.16 Rencana Flood Canal ------------------------------------------------------------------ III - 45 Tabel 3.17 Normalisasi Sungai Dalam Kota ----------------------------------------------------- III - 45 Tabel 3.18 Debit dan Dimensi Saluran Primer -------------------------------------------------- III - 46 Tabel 3.19 Jumlah dan Lokasi Retarding Pond, Pintu Air dan Pompa ---------------------- III - 47 Tabel 3.20 Proyeksi Kebutuhan Listrik Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ------- III - 55 Tabel 3.21 Proyeksi Kebutuhan Jaringan Telepon Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 ---------------------------------------------------------------------------------- III - 55
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir
vii
Tabel 3.22 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 --------------------------------------------------------------------------------- III - 56 Tabel 3.23 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 --------------------------------------------------------------------------------- III - 57 Tabel 3.24 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Kota Banda Aceh Tahun 2011 dan 2016 --------------------------------------------------------------------------------- III - 57 BAB 4
Tabel 4.1 Daftar Stakeholder Revisi RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2006 ------------- IV - 21 Tabel 4.2 Dasar Pembebanan Biaya IMB ------------------------------------------------------ IV - 30 Tabel 4.3 Indikasi Program Pengembangan Kota Banda Aceh Tahun 2007 - 2016 ----- IV - 47
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir viii
Daftar Gambar
BAB 2
Gambar 2.1 Kota Banda Aceh ---------------------------------------------------------------------------- II - 3 Gambar 2.2 Bentang Alam Kota Banda Aceh --------------------------------------------------------- II - 4 Gambar 2.3 Grafik Klimatologi Kota Banda Aceh --------------------------------------------------- II - 6 Gambar 2.4 Struktur Patahan Semangko --------------------------------------------------------------- II - 7 Gambar 2.5 Peta Konsep Struktur Kota Banda ACeh Tahun 2016 -------------------------------- II - 9 Gambar 2.6 Grafik Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Kecamatan di Kota Banda Aceh Tahun 2005 ----------------------------------------------------------------------------------- II - 11 Gambar 2.7 Grafik Luas Kerusakan Lahan di Kota Banda Aceh ----------------------------------- II - 13 Gambar 2.8 Peta Penggunaan Lahan Kota Banda Aceh Tahun 2005 ------------------------------ II - 14 Gambar 2.9 Identifikasi Kerusakan Lahan di Kota Banda Aceh Pasca Tsuami ------------------ II - 15 Gambar 2.10 Kondisi Lahan di Kota Banda Aceh Pasca Tsunami ---------------------------------- II - 14 Gambar 2.11 Peta Arahan Kesesuaian Zonasi Fisik Di Kota Banda Aceh Pasca Tsunami ----- II - 16 Gambar 2.12 Peta Pembagian Zona Fisik Kota Banda Aceh ------------------------------------------ II - 19 Gambar 2.13 Grafik Perkembangan Penduduk di Kota Banda Aceh ------------------------------- II - 24 Gambar 2.14 Grafik Penurunan Jumlah Penduduk dan Jumlah Pengungsi di Kota Banda Aceh Pasca Bencana Tsunami --------------------------------------------- II - 25 Gambar 2.15 Persebaran Jumlah Orang yang Meninggal dan Hilang di Kota Banda Aceh Pasca Bencana Tsunami --------------------------------------------- II - 26 Gambar 2.16 Grafik Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Banda Aceh Tahun 2003 ---------- II - 29 Gambar 2.17 Grafik Penurunan Kepadatan Penduduk di Kota Banda Aceh Pasca Bencana Tsunami ---------------------------------------------------------------------------- II - 31 Gambar 2.18 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Banda Aceh Tahun 2003 ----------------------------------------------------------------------------------- II - 32 Gambar 2.19 Grafik Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kota Banda Aceh ------ II - 36 Gambar 2.20 Grafik distribusi PDRB Atas Harga Berlaku Per Sektor di Kota Banda Aceh ---- II - 36 Gambar 2.21 Grafik Jumlah Pencari Kerja yang Ditempatkan ---------------------------------------- II - 37 Gambar 2.22 Grafik Jumlah Pencari Kerja Yang Ditempatkan di Kota Banda Aceh Selama Periode Tahun 2000 - 2004 ---------------------------------------------------------------- II - 38 Gambar 2.23 Jaringan Jalan Kota banda Aceh Sebelum Tsunami ----------------------------------- II - 39 Gambar 2.24 IPLT di Gampong Jawa yang Direhabilitasi Pada Desember 2005 ----------------- II - 42 Gambar 2.25 Rute Operasional Truk Angkutan Sampah dan Lokasi Kontainer DKP Kota Banda Aceh ----------------------------------------------------------------------------- II - 44 Gambar 2.26 Peralatan Berat Yang Dimiliki DKP Kota Banda Aceh ------------------------------- II - 45
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir ix
BAB 3
Gambar 3.1 Tahapan Pengembangan Kota Banda Aceh --------------------------------------------- III - 3 Gambar 3.2 Peta Rencana Struktur Ruang -------------------------------------------------------------- III - 5 Gambar 3.3 Peta Arahan Fungsi Berdasarkan Zona Fisik BWK ------------------------------------ III - 8 Gambar 3.4 Peta Rencana Kawasan Lindung dan Ruang Terbuka Hijau ------------------------- III - 18 Gambar 3.5 Peta Rencana Cagar Budaya ---------------------------------------------------------------- III - 20 Gambar 3.6 Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun 2016 ----------------------------------------- III - 24 Gambar 3.7 Peta Jaringan Jalan --------------------------------------------------------------------------- III - 31 Gambar 3.8 Tipikal Potongan Melintang Jalan Poros dan Lingkar Kota Banda Aceh ---------- III - 32 Gambar 3.9 Jalan Di Atas Tanggul Laut ---------------------------------------------------------------- III - 33 Gambar 3.10 Peta Rencana Jaringan Air Bersih --------------------------------------------------------- III - 38 Gambar 3.11 Denah Lokasi Pembuangan Akhir Sampah dan IPLT Gampong Jawa Serta Rencana LPA dan IPLT Baru ------------------------------------------------------------- III – 39 Gambar 3.12 Pembagian Zona Drainase Kota Banda Aceh ------------------------------------------- III - 42 Gambar 3.13 Peta Rencana Jaringan Saluran Primer --------------------------------------------------- III - 49 Gambar 3.14 Sketsa Detected Breakwater --------------------------------------------------------------- III - 52 Gambar 3.15 Sketsa Dinding Penahan Gelombang (Seawall ) ---------------------------------------- III - 52 Gambar 3.16 Skematis Embankment (Tanggul) -------------------------------------------------------- III - 53 Gambar 3.17 Skematis Coastal Forest --------------------------------------------------------------------- III - 53 Gambar 3.18 Tidal Gate ------------------------------------------------------------------------------------- III - 54 Gambar 3.19 Peta Jalan Pelarian Darurat ----------------------------------------------------------------- III - 59
BAB 4
Gambar 4.1 Model 1 ; Perencanaan Strategis Pembangunan Daerah Berjalan Beriringan Secara Kohesif dengan Perencanaan Strategis Tata Ruang Wilayah ----------------- IV - 8 Gambar 4.2 Model II : Rencana Strategis Memayungi Rencana Pembangunan Daerah/ Sektoral dan Rencana Tata Ruang Wilayah --------------------------------------------- IV - 9
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir I - 1
PPEENNDDAAHHUULLUUAANN
11..11 LLAATTAARR BBEELLAAKKAANNGG
Gempa bumi yang diikuti gelombang tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 dan
gempa susulan pada tanggal 28 Maret 2005, telah meluluhlantakkan sebagian besar
wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera
Utara dengan korban lebih dari 200.000 (dua ratus ribu) jiwa meninggal dan
meninggalkan kerusakan fisik yang luar biasa. Oleh karena itu, wilayah ini harus
direncanakan dan ditata kembali mengikuti kaidah-kaidah dan norma-norma perencanaan
yang tepat dengan memasukkan aspek mitigasi terhadap bencana alam dalam rangka
meminimalkan resiko di kemudian hari dengan memberikan kesempatan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan implementasinya.
Dalam rangka percepatan proses penanganan bencana dan dampak luar biasa
yang ditimbulkan tersebut, Pemerintah mengeluarkan Perpu No. 2 Tahun 2005 tentang
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan
Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, serta mengeluarkan Perpres No. 30 Tahun 2005
tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat
Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara sebagai acuan bagi proses
percepatan tersebut. Rencana Induk ini merupakan dasar bagi perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan.
Tujuan penataan ruang wilayah Aceh dan Nias pasca bencana gempa bumi dan
tsunami adalah membangun kembali wilayah, kota, kawasan, dan lingkungan
permukiman yang rusak akibat bencana gempa dan tsunami sehingga masyarakat dapat
segera melakukan aktivitasnya dalam kondisi yang lebih baik dan aman dari bencana.
BAB I
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir I - 2
Kebijakan dan strategis penataan ruang dan pertanahan, sebagaimana dijelaskan
secara detail dalam lampiran 2 Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi, memberikan
gambaran konsep dan skenario penataan ruang, dan memberikan arahan pola serta
struktur tata ruang wilayah Provinsi NAD dan Kota di wilayah Propinsi NAD dan di
Kepulauan Nias. Arahan pola dan struktur tata ruang wilayah pada masing-masing wilayah
kota yang telah disusun perlu ditindaklanjuti dengan penyiapan Rencana Umum Tata
Ruang bagi kawasan permukiman utamanya.
Salah satu kota di wilayah NAD yang mengalami kerusakan akibat gempa dan
tsunami adalah Kota Banda Aceh. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh meliputi
seluruh wilayah administratif kota tersebut. Secara fungsional, RTRWK ini merupakan
penjabaran dari skenario dan arahan penataan ruang sebagaimana tertuang dalam
Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD – Nias.
Sebagaimana diamanatkan pada pasal 22 ayat 3 UU No. 24 Tahun 1992 dan
Kepmen Kimpraswil No: 327/KPYS/M/2005, RTRW Kota pada hakekatnya merupakan
strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah, yang berisikan :
a. Penetapan kawasan lindung dan kawasan budidaya;
b. Pengelolaan kawasan perkotaan, kawasan tertentu;
c. Sistem kegiatan pembangunan dan permukiman perkotaan;
d. Sistem prasarana, transportasi, telekomunikasi, energi, pengairan, dan prasarana
pengelolaan lingkungan, dan
e. Penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara dan penatagunaan
sumberdaya alam lainnya, serta memperhatikan keterpaduaan dengan sumber daya
manusia dan sumber daya buatan.
RTRW Kota menjadi pedoman untuk :
a. Merumuskan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah kota;
b. Mewujudkan Keterpaduan, Keterkaitan, dan Keseimbangan perkembangan antar
wilayah kota serta keserasian antar sektor;
c. Mengarahkan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah atau masyarakat;
d. Menyusun rencana rinci tata ruang di kota, dan
e. Melaksanakan pembangunan dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan
Analisis fungsi, peranan dan kedudukan Kota Banda Aceh, dilakukan dengan
mempertimbangkan kebijakan regional yang terkait, kondisi hubungan regional dengan
wilayah sekitar serta kecenderungan pemanfaatan ruang kota.
Walaupun mengalami kehancuran pasca tsunami tahun 2004, Kota Banda Aceh
tetap memiliki peran, fungsi, dan kedudukan yang strategis dalam konteks pelayanan
regional. Kota Banda Aceh adalah ibukota Propinsi Nangroe Aceh Darusalam sehingga
berfungsi sebagai pusat pemerintahan propinsi. Di samping itu dari aspek sosial
ekonomi, kota ini juga berperan sebagai pusat permukiman dan koleksi serta distribusi
barang dan jasa dari wilayah hinterland-nya.
Mempertimbangkan potensi dan permasalahan yang dimiliki Kota Banda Aceh dan
arahan-arahan penataan ruang yang hirarkinya lebih tinggi serta rekomendasi dari
rencana-rencana serupa yang telah disusun sebelumnya, maka dalam perencanaan ke
depan, status Kota Banda Aceh ditetapkan sebagai berikut (lihat tabel 2.1) :
BAB II
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir II - 2
TABEL 2.1 PERAN, FUNGSI DAN KEDUDUKAN KOTA BANDA ACEH
PERAN FUNGSI KEDUDUKAN
1. Sebagai Kota hirarki I pada wilayah pengembangan Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Besar, dan Kota Sabang
2. Sebagai ibukota
Provinsi Aceh
1. Sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia Bagian Barat yang mengemban fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa wilayah hiterland-nya
2. Pusat pemerintahan dan perkantoran skala kota dan regional
3. Pusat perdagangan dan jasa untuk skala kota dan regional
4. Pusat kegiatan industri kecil skala kota dan regional
5. Pusat permukiman, fasilitas umum, dan sosial skala kota dan regional
6. Pusat kegiatan keagamaan (Islamic Center)
Dalam lingkup nasional merupakan: 1. Salah satu Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) Orde II, yang diharapkan sebagai Counter Magnet bagi Kota Medan
2. Bagian dari kebijakan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle
Sumber : Hasil Analisis Konsultan 2006
22..22 AANNAALLIISSIISS DDAAYYAA DDUUKKUUNNGG
22..22..11 GGEEOOGGRRAAFFIISS
Letak geografis Kota Banda Aceh antara 5°30’ – 05035’ LU dan 95°30’ –
99016’ BT. Tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut, dengan luas wilayah
61,36 km2. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Utara : Selat Malaka
Selatan : Kecamatan Darul Imarah dan Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh
Besar
Barat : Kecamatan Peukan Bada , Kabupaten Aceh Besar
Timur : Kecamatan Barona Jaya dan Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh
Besar
Adapun Wilayah administrasi Kota Banda Aceh meliputi 9 Kecamatan, 70 desa
dan 20 kelurahan dengan pembagian tiap kecamatan seperti pada Gambar 2.1.
Sedangkan luas dan prosentase untuk tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.2 di
bawah ini.
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir II - 3
GAMBAR 2.1
PETA KOTA BANDA ACEH
Sumber: Master Plan NAD-NIAS Lampiran 2 dan 4
TABEL 2.2 LUAS DAN PROSENTASE WILAYAH KECAMATAN
DI KOTA BANDA ACEH
NO KECAMATAN LUAS (Km2) PERSENTASE (%)
1. Meuraxa 7,258 11,83
2. Baiturrahman 4,539 7,40
3. Kuta Alam 10,047 16,37
4. Syiah Kuala 14,244 23,21
5. Ulee Kareng 6,150 10,02
6. Banda Raya 4,789 7,80
7. Kuta Raja 5,211 8,49
8. Lueng Bata 5,341 8,70
9. Jaya Baru 3,780 6,16
JUMLAH 61,359 100,00 Sumber: Banda Aceh Dalam Angka, 2003
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir II - 4
22..22..22 TTOOPPOOGGRRAAFFII
Kota Banda Aceh secara geologi merupakan dataran banjir Krueng Aceh dan
70% wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Ke
arah hulu dataran ini menyempit dan bergelombang dengan ketinggian hingga 50 m di
atas muka laut. Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di sebelah Barat dan Timur
dengan ketinggian lebih dari 500 m, sehingga mirip kerucut dengan mulut menghadap
ke laut. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 2.2
GAMBAR 2.2
BENTANG ALAM KOTA BANDA ACEH Sumber: Master Plan NAD-NIAS Lampiran 2 dan 4
22..22..33 HHIIDDRROOLLOOGGII
Ada delapan sungai yang melalui Kota Banda Aceh yang berfungsi sebagai
daerah tangkapan air (Catchment Area) dan sumber air baku, kegiatan perikanan, dan
sebagainya. Wilayah Kota Banda Aceh memiliki air tanah yang bersifat asin, payau dan
tawar. Daerah dengan air tanah asin terdapat pada bagian utara dan timur kota sampai
ke tengah kota. Air payau berada di bagian tengah kota membujur dari timur ke barat.
Sedangkan wilayah yang memiliki air tanah tawar berada di bagian selatan kota
membentang dari kecamatan Baiturrahman sampai kecamatan Meuraxa. Berikut pada
Tabel 2.3, menjelaskan nama-nama sungai dan luas daerah resapannya.
Dataran banjir : – Ketinggian ≤ 5 meter – cenderung tergenang
permanen – drainase sulit – air tanah dangkal dan
payau Dataran: – ketinggian 5 – 10m – daerah hilir rawan banjir – drainase sulit terutama
pada daerah hilir – air tanah sebagian payau – bagian hulu bergelombang
Berdasarkan data penggunaan lahan, maka dapat diketahui pola penggunaan
lahan Kota Banda Aceh seperti pada Tabel 2.6 berikut.
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir II - 12
TABEL 2.6
POLA PENGGUNAAN LAHAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2005
No Pemanfaatan Ruang Luas (HA) % I Kawasan Terbangun 2.124,95 34,63 1 Permukiman 1.360,41 22,17 2 Kawasan Perdagangan dan Jasa 128,53 2,09 3 Perkantoran 113,16 1,84
II Ruang Terbuka 4.010,95 65,37 1 Kawasan Hutan Kota 285,92 4,66 2 Pertanian 651,78 10,62 3 Kanal 104,44 1,70 4 Zona Tambak Ikan 204,48 3,33
5
Ruang Terbuka Hijau 1.373,79 22,39 - Taman Kota 20,15 0,33 - Jalur Hijau 1.138,37 18,55 - Lapangan Olah Raga 24,50 0,40 - Rawa 140,16 2,28 - Alang-Alang 50,61 0,82
6 Kuburan 11,89 0,19 7 Sungai 116,74 1,90
8 Air 1.261,92 20,57 - Air Laut 1.231,41 20,07 - Danau 30,51 0,50
Total 6.135,90 100,00 Sumber : Citra 2005 JICA
Bencana Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu telah
mengakibatkan kerusakan parah pada wilayah Kota Banda Aceh khususnya pada
kawasan pesisirnya. Kondisi tersebut akan mempengaruhi pola pemanfaatan lahan di
Kota Banda Aceh di masa yang akan datang. Luas kerusakan berdasarkan jenis
penggunaan lahan di Kota Banda Aceh ditampilkan dalam gambar 2.7 berikut ini.
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir II - 13
19%
37%
13%
29%
2%Permukiman
Pertambakan
Persawahan
Perkebunan dan Belukar
Lahan Terbuka
GAMBAR 2.7 LUAS KERUSAKAN LAHAN DI KOTA BANDA ACEH
Sumber: Deputi Penginderaan Jauh, LAPAN, April 2005
Dari data diatas dapat diketahui, bahwa kecamatan yang memiliki tanah
terbangun yang tinggi adalah Kecamatan Kuta Alam, Kecamatan Baiturrahman, dan
Kecamatan Kuta Raja. Sedangkan kecamatan Banda Jaya dan Kecamatan Ulee Kareng
memiliki lahan yang cukup luas yang masih belum terbangun. Berikut ini Gambar 2.8,
yang menunjukkan peta penggunaan lahan Kota Banda Aceh.
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir II - 14
Gambar 2.8
Penggunaan Lahan Tahun 2005
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir II - 15
Identifikasi tingkat kerusakan lahan tersebut dibagi beberapa zona, sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 2.9 di bawah ini.
GAMBAR 2.9
IDENTIFIKASI KERUSAKAN LAHAN DI KOTA BANDA ACEH PASCA TSUNAMI Sumber: Master Plan NAD-NIAS, Lampiran 2 dan 4
Dampak kerusakan pasca Tsunami telah mengubah kondisi fisik lahan Kota
Banda Aceh sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.10 berikut ini. Kondisi tersebut
antara lain dipengaruhi oleh ada tidaknya genangan, kondisi air tanah, kondisi drainase
wilayah jenis tanah, dan potensi terkena Tsunami.
GAMBAR 2.10
KONDISI LAHAN DI KOTA BANDA ACEH PASCA TSUNAMI Sumber: Master Plan NAD-NIAS, Lampiran 2 dan 4
Kawasan Perkotaan Hancur
Kawasan Perkotaan Rusak
Kawasan Perkotaan Rusak
Kawasan Perkotaan Rusak
Kawasan Perdesaan Hancur
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir II - 16
Dengan karakteristik fisik sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.10 di atas,
maka arahan zonasi fisik Banda Aceh, yang secara garis besar terbagi atas Kawasan
Lindung (Conservation, Zona V), Kawasan Pengembangan Terbatas (Restristic
Development Area, meliputi zona I, II, dan III), Kawasan Pengembangan (Promoted
Development Area, zona IV). Hal ini ditunjukkan pada Gambar 2.11 berikut ini.
I Kawasan aquatic, (tambak, hutan bakau, rekreasi pantai, dan kawasan lindung pantai), kepadatan bangunan sangat rendah didukung bangunan tahan gempa/ bangunan tradisional (panggung)
II Kawasan terbangun kepadatan rendah, didukung bangunan tahan gempa dan sistem drainase yang handal (kanal). Tidak disarankan untuk kegiatan komersial atau kegiatan sosial lainnya. Perumahan masih dimungkinkan dengan persyaratan bangunan dan lingkungan yang ketat, dan disepakati oleh lebih dari 50% warga gampong semula untuk kembali bermukim di kawasan ini
III Kawasan terbangun kepadatan sedang, dgn bangunan tahan gempa dan sistem drainase yang handal. Kawawsan komersial dimungkinkan dikembangkan secara terbatas, nilai-nilai heritage disarankan untuk dipertahankan di kawasan ini.
IV Kawasan terbangun kepadatan tinggi, dgn bangunan tahan gempa, fungsi-fungsi semula didorong untuk dikembangkan, dengan insentif keringanan pajak, pengendalian harga tanah, serta kelengkapan dan kehandalan infrastruktur.
GAMBAR 2.11 ARAHAN KESESUAIAN ZONASI FISIK
DI KOTA BANDA ACEH PASCA TSUNAMI Sumber: Master Plan NAD-NIAS, Lampiran 2 dan 4
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir II - 17
Berdasarkan gambar diatas disepakati Kota Banda Aceh dibagi dalam 4 karakteristik
zona yaitu :
1. Coastal Zone
2. Eco Zone (evacuation)
3. Traditional City Center Zone (Escape Guiding)
4. Urban Development Zone (Emergency Base)
Lebih jelas lihat gambar 2.12 Peta Pembagian Zona Kota Banda Aceh lihat tabel 2.7
Pembagian Zona Fungsi , dan Jenis Penggunaan Lahannya.
TABEL 2.7 PEMBAGIAN ZONA, FUNGSI DAN JENIS PENGGUNAAN LAHAN
KOTA BANDA ACEH MENURUT URRP BAC
Zona Klasifikasi Zona
Bencana
Lokasi/Fungsi Penggunaan Lahan/Antisipasi
Bencana 1. Pesisir (Coastal Zone)
Identifikasi Mitigasi Tsunami
– Pelabuhan – Pohon Kelapa/
Mangrove
– Restorasi ekosistem pesisir
– Hutan pesisir – Pelabuhan kapal ferry – Fasilitas pemecah
gelombang di sepanjang garis pantai
2. Eco-Zone Area Evakuasi – Fasilitas peringatan bencana
– Kegiatan perikanan dan pelabuhan ikan
– Pasar ikan
– Rekonstruksi area permukiman untuk returnees
– Bangunan dan menara untuk evakuasi
– Jalur-jalur jalan untuk evakuasi
– Jalur lingkar (bagian Utara)
– Pemulihan dan konservasi ekosistem pesisir
– Pengembangan industri budidaya perikanan
– Pemanfaatan alam untuk akuakultur dan taman (untuk pendidikan, rekreasi dan pariwisata)
– Pusat Pengelolaan Sampah
– Instalasi pengolahan Limbah
3. Traditional City Center Zone
Area Pendukung Evakuasi
– Masjid Raya – Museum – Pusat Komersial
yang ada saat ini
– Kawasan kegiatan komersial
– Area fasilitas budaya – Bangunan-bangunan
untuk evakuasi
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir II - 18
Zona Klasifikasi Zona
Bencana
Lokasi/Fungsi Penggunaan Lahan/Antisipasi
Bencana – Fasilitas transportasi darat
(terminal bus) – Jalur-jalur evakuasi – Pusat pelayanan
pemerintahan – Posko-posko Bantuan
Darurat – Fasilitas pendidikan
Berdasarkan hasil diskusi dengan masyarakat Aceh, Bappeda Provinsi NAD, Dinas
Perkotaan dan Perkim Provinsi NAD, Dinas Tata Kota Banda Aceh, Bappeda Kabupaten
Aceh Besar, dan Dinas Praswil Banda Aceh, telah disepakati memilih skenario dengan
melakukan perbaikan pola dan struktur dengan memberikan 2 pilihan bagi masyarakat,
yaitu (1) pindah ke lokasi aman bagi masyarakat yang ingin pindah, dan (2) tetap di
lokasi semula yang telah dilengkapi berbagai sarana prasarana perlindungan. Namun
demikian, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
Fungsi-fungsi penting kota, seperti kantor pemerintahan, rumah sakit dalam
jangka panjang sebaiknya dipindahkan ke daerah aman.
Perlu adanya fasilitas pelindungan dan penyelamatan
Penggunaan teknologi bangunan tahan gempa dan tsunami
Pengaturan kembali fungsi-fungsi kota secara ruang dalam wujud zonasi
berdasarkan tingkat potensi kerusakan
Penataan pemukiman nelayan dan non nelayan di sekitar pantai dan bagi yang
ingin pindah diberikan alternatif tempat yang aman.
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir II - 19
GAMBAR 2.12 PETA PEMBAGIAN ZONA FISIK KOTA BANDA ACEH
Kel. Kampong Baro Kantor Lurah Kampung Baru 25 Lurah Kampung Baru
Kel. Peuniti 1. Komplek Baperis 135 Lurah Peuniti 2. Rumah Penduduk 401 Lurah Peuniti Desa Ateuk Jawo Rumah Penduduk 536 Lurah Peuniti Desa Ateuk Munjeng Rumah Penduduk 607 Lurah Peuniti
Desa Ateuk Deah Tanoh Rumah Penduduk 230 Lurah Peuniti
Desa Neusu Aceh Rumah Penduduk 513 Lurah Peuniti Jumlah 5.499
No. Kecamatan Desa/Kelurahan Nama Lokasi Pengungsian
Jumlah Pengungsi
(Jiwa) Koordinator
6. Gedung RKU I dan III Unsyiah 60 sda
7. Gedung Fak. Kedokteran Unsyiah 37 sda
8. Rumah Penduduk 724 sda Desa Rukoh 1. Rumah T. Nyak Arief 302 Kades Rukoh 2. Rumah Penduduk 1.995 sda
Desa Lamgugop Rumah Penduduk 283 Kades Lamgugob
Desa Ie Masen Kaye Adang Rumah Penduduk 752 Kades IMKA
Desa Pineung Rumah Penduduk 114 Kades Pineung Jumlah 5.115
3. Lueng Bata
Desa Lueng Bata Mesjid Jamik Lueng Bata 390 Kades Lueng Bata
Komplek Dinas SDA Prov. NAD 1.097 Sda
Rumah Penduduk 583 sda Panteriek Rumah Penduduk 253 Kades Panteriek
Lamseupeng Rumah Penduduk 516 Kades Lamseupeung
Blang Cut Rumah Penduduk 432 Kades Blang Cut
Sukadamai Rumah Penduduk & MIN 553 Kades Sukadamai
Lampaloh Rumah Penduduk 96 Kades Lampaloh Batoh Rumah Penduduk 1.056 Kades Batoh
Cot Mesjid Rumah Penduduk 794 Kades Cot Mesjid
Lamdom Rumah Penduduk 341 Kades Landom Jumlah 6.111
4. Kuta Alam
Kel. Mulia Mesjid Almukaramah 190 Lurah Mulia Posko Methodis 52 Sda Desa Lampulo Posko Hotel Rajawali 420 Kades Lampulo Kel. Beurawe Mesjid Al Furqan 698 Jiwa Lurah Beurawe Kel. Laksana Mesjid Al Huda 589 Jiwa Lurah Laksana
Kel. Bandar Baru Posko Depan PLN 138 Jiwa Lurah Bandar Baru
Kel. Keuramat Mesjid Baiturrahman 773 Jiwa Lurah Keuramat Kel. Kuta Alam Gedung DPRD Prov. NAD 450 Jiwa Lurah Kuta Alam Posko Didepan Kedai Niagara 575 Jiwa sda Rumah Penduduk 30 Jiwa sda Jumlah 3.915 Jiwa
5. Ulee Kareeng
Desa Lamglumpang Lapangan Bola 144 Jiwa Kades Lamglumpang
Desa Lambhuk MIN Lambhuk 7 Jiwa Kades Lambhuk Desa Doi Pesantren Babunajah 111 Jiwa Kades Doi Desa Ie Masen U.Kareng Mesjid 109 Jiwa Kades Ie Masen
U.K Desa Ceurih Mesjid Baitussalihin 1.431 Jiwa Kades Ceurih
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir II - 35
No. Kecamatan Desa/Kelurahan Nama Lokasi Pengungsian
Jumlah Pengungsi
(Jiwa) Koordinator
Kecamatan U. Kareng Rumah Penduduk 6.309 Jiwa Camat Ulee
Kareeng Jumlah 8.111 Jiwa
6. Banda Raya
Desa Lhong Raya Mesjid Lhong Raya 1.362 Jiwa Kades Lhong Raya
Desa Lhong Cut Rumah Penduduk 383 Jiwa Kades Lhong Cut
Desa Peunyerat Rumah Penduduk 514 Jiwa Kades Peunyerat Desa Lampeuot Rumah Penduduk 193 Jiwa Kades Lampeuot Desa Mibo Meunasah Mibo 583 Jiwa Kades Mibo Desa Lam Ara Mesjid Lam Ara 1.041 Jiwa Kades Lam Ara Desa Geuceu Kaye Jatho Rumah Penduduk 209 Jiwa Kades Geuceu
Kaye Jatho
Desa Geuceu Iniem Mesjid Geuceu Iniem 1.115 Jiwa Kades Geuceu Iniem
Komplek BLK 880 Jiwa sda
Desa Lamlagang Rumah Penduduk 1.480 Jiwa Kades Lamlagang
Jumlah 7.762 Jiwa
7. Jaya Baru
Desa Geuceu Meunara Rumah Penduduk 294 Jiwa Kades Geuceu
Meunara
Desa Lamteumen Timur Rumah Penduduk 17 Jiwa
Kades Lamteumen Timur
Desa Lamteumen Barat Rumah Penduduk 32 Jiwa
Kades Lamteumen Barat
Jumlah 343 Jiwa 8. Meuraxa Tidak Ada Pengungsi - 9. Kutaraja Tidak Ada Pengungsi -
Dari kategori perumahan penurunan mencapai 35% dari kondisi sebelum
tsunami, untuk bisnis mengalami penurunan 90,6%, sosial sebesar 33%, wartel sebesar
14,4 %, sedangkan untuk penyediaan telepon umum dan kiospon penurunan mencapai
100% pada kondisi pasca tsunami.
Normalisasi telepon, listrik dan penyaluran (bahan bakar minyak) BBM terus
diefektifkan. Status recovery layanan telekomunikasi di NAD sampai tanggal 12 Januari
2005, sudah mencapai 68% dari saat bencana terjadi serta dengan 84% area dari 44
STO yang ada di seluruh NAD sudah beroperasi normal. Meliputi 93% seluruh nomor
pelanggan di datel NAD dengan jumlah total 98.866 STT.
22..77..66 KKEELLIISSTTRRIIKKAANN
Perbaikan instalasi listrik terus dilakukan untuk menormalkan penerangan, agar
dapat bekerja pada malam hari untuk melakukan pembersihan serta kebutuhan
penerangan pada instalasi Rumah Sakit. Guna mendukung upaya ini berbagai peralat
PLN dari Jakarta yang telah diberangkatkan dari Jakarta pada tanggal 15 Januari 2006
dengan Kapal Tomini serta telah dilakukan pemasangan dan penggantian tiang listrik
yang rusak di daerah Kajhu, Ulee Lheue dan Braden. (lihat Tabel 2.21)
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir II - 48
TABEL 2.21 KONDISI JARINGAN LISTRIK DI KOTA BANDA ACEH
KOTA KONDISI KELISTRIKAN
Banda Aceh
Kondisi kelistrikan kota Banda Aceh 95% beban Puncak 25MW telah tersambung 32.000 pelanggan Dari 34.000 pelanggan yang kondisinya memungkinkan disambung (pelanggan sebelum bencana 74.000)
• Jaringan listrik menuju malahayati sepanjang 20 Km rusak total, maka pemenuhan kebutuhan listrik untuk pelabuhan Malahayati menggunakan genset
Sumber: Hasil Survey, Tahun 2005
Untuk daerah kawasan yang terkena bencana tidak bisa dilayani sampai
perbaikan rekonstruksi secara menyeluruh. Namun untuk kawasan yang tidak terkena
dampak sudah terlayani dengan baik. Berikut kondisi listrik di Kota Banda Aceh.
Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kota Banda Aceh diketegorikan dalam 9
bentuk yaitu berupa puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, poliklinik
desa, posyandu, Rumah bersalin, Rumah sakit umum, Rumah sakit jiwa, Rumah sakit
ibu dan anak. Berdasarkan data dari BPS tahun 2004 dan 2005 (lihat tabel 2.24) maka
dapat diketahui kondisi sebelum dan sesudah tsunami.
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir II - 50
TABEL 2.24 JUMLAH SARANA KESEHATAN KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2004-2005
No. Jenis Sarana Kesehatan
Jumlah 2004 2005
1. Puskesmas 9 6 2. Puskesmas Pembantu 33 9 3. Puskesmas Keliling 8 12 4. Poliklinik Desa 8 14 5. Posyandu 105 80 6. Rumah Bersalin 12 12 7. Rumah sakit umum 7 8 8. Rumah sakit jiwa 1 1 9. Rumah sakit ibu dan anak 0 1
Jumlah 183 143 Sumber: BPS 2004-2005
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penyediaan fasilitas
kesehatan mengalami penurunan mencapai 21,8% dari kondisi sebelum tsunami.
Penurunan terbesar terjadi terutama pada penyediaan puskesmas pembantu dengan
penurunan mencapai 72,7% pada pasca tsunami.
Berdasarkan proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk, maka perkiraan
kebutuhan fasilitas kesehatan di kota Banda Aceh tahun 2016 dapat dilihat pada tabel
2.25
TABEL2.25 PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BANDA ACEH
Untuk Rencana ke depannya, Skenario yang digunakan adalah dengan
menerapkan model pengembangan kota Dual Center With Multi Recidential Area. Model
pengembangan ini merupakan konsep pengembangan kota yang memiliki dua pusat kota
untuk mendorong perkembangan kota dan didukung oleh permukiman dengan kegiatan
ekonomi di dalamnya. Pusat kota yang ditetapkan adalah pusat kota lama dan pusat kota
baru. Pusat kota lama berpusat di Peunayong yang berorientasi pada Masjid Baiturrahman
dengan kegiatan yang sudah berkembang pesat baik sebelum dan sesudah Tsunami.
Sedangkan pusat kota baru berada di Batoh (Kec. Lueng Bata) dan Lampeuneurut
(Kabupaten Aceh Besar), pusat pengembangan ini diarahkan sebagai pusat pemerintahan
Propinsi NAD dan sebagai daerah evakuasi atau zona penyelamatan bila terjadi bencana.
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir III - 3
Untuk terlaksananya model pengembangan kota tersebut diperlukan beberapa
tahapan skenario pengembangan yang tepat. Pada Gambar 3.1 di bawah ini akan
dijelaskan tahapan pengembangan wilayah Banda Aceh.
GAMBAR 3.1 TAHAPAN PENGEMBANGAN KOTA BANDA ACEH
Tahap I
Tahap II
Tahap III
Tahap Rehabilitasi Pasca Bencana Tsunami: - Rehabilitasi pada kawasan konservasi, yaitu pada kawasan pesisir dengan
membangun Coastal Forest (hutan Mangrove) sebagai zona perlindungan pantai. Serta pembangunan hutan kota yang berfungsi sebagai daerah resapan air.
- Rehabilitasi permukiman sesuai dengan zoning regulation yang ditentukan pada kawasan yang terkena dampak tsunami.
- Perbaikan Infrastruktur yang belum diperbaiki, serta usaha peningkatan dalam rangka pengembangan kota yang merujuk pada konsep mitigasi bencana.
- Pengendalian kegiatan pada zona-zona yang ditentukan terutama pada Coastal Zone dan Eco Zone.
Tahap Pengendalian Pusat Kota lama dengan konsep perkembangan yang terbatas: - Optimalisasi kegiatan di pusat kota Lama yaitu pada kawasan Peunayong
dan Kampung Baru yang berorientasi pada Masjid Baiturrahman. Serta pengendalian intensitas bangunan dan penataan lingkungan agar tidak terjadi kemunduran fungsi (degradasi lingkungan).
- Peningkatan peran masing-masing sub zona sesuai dengan fungsi yang ditentukan dalam rencana struktur kota.
- Rehabilitasi kawasan konservasi terutama pada kawasan DAS Krueng Aceh dan taman kota yang berfungsi sebagai daerah resapan air.
- Peningkatan aksesibiltas melalui pembangunan lingkar utara, lingkar selatan dan lingkar dalam yang terintegrasi.
Tahap pengembangan Pusat Kota Baru dengan konsep pengembangan wilayah yang terintegrasi - Pengembangan fungsi melalui kegiatan yang telah ditentukan pada masing-
masing zona dan sub-sub zona. Pengembangan diarahakan ke Selatan Banda Aceh hingga perbatasan Aceh Besar (Lampeuneurut dan Lambaro).
- Sinkronisasi kebijakan dan rencana pengembangan wilayah antara Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar dalam pengelolaan pusat Kota Baru yang ada di Lampeuneurut serta pengembangan agropolitan pada Lambaro.
Rehabilitasi dan pengendalian
pembangunan di Utara Banda
Aceh
Revitalisasi dan pengembangan terbatas pada
Pusat Kota Lama
Pengembangan kota diarahkan pada Selatan Kota Banda
2 Kawasan Perdagangan dan Jasa 188,422 3,071 3 Perkantoran 117,453 1,914
4
Kawasan Campuran 543,482 8,857 - Kawasan Campuran Hunian & Komersial 100,744 1,642 - Kawasan Campuran Komersial & FU 383,597 6,252 - Kawasan Komersial & FU 59,141 0,964
Wisata & Hiburan 31,610 0,515 - Pasar Seni 10,655 0,174 - Kawasan Wisata PLTD Apung 18,162 0,296 - Tsunami Heritage 2,792 0,046
II Ruang Terbuka 1572,19 25,623 1 Kawasan Hutan Kota 212,686 3,466 2 Zona Hijau dan Wisata 190,955 3,112 3 Zona Perikanan Samudera 121,351 1,978 4 Zona Tambak Ikan 552,359 9,002
5
Ruang Terbuka Hijau 109,006 1,777 - Taman Kota 31,036 0,506 - Jalur Hijau 60,614 0,988 - Lapangan Olah Raga 17,356 0,283
6 Kuburan 11,060 0,180 7 Sungai 224,970 3,666 8 Air 149,804 2,441
Total 6.135,90 100,000 Sumber : Rencana Konsultan, 2006
Kawasan budidaya adalah ruang yang dapat dimanfaatkan untuk mewadahi
berbagai aktifitas yang dilakukan manusia. Rencana kawasan budidaya diarahkan di luar
kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung. Klasifikasi peruntukan Kawasan
budidaya di Kota Banda Aceh meliputi kawasan permukiman, kawasan perumahan dan
perumahan nelayan, kawasan campuran, kawasan pariwisata, kawasan perkantoran,
kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perikanan tambak dan perikanan tangkap,
Kawasan industri kecil, Kawasan Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga, serta kawasan
pelabuhan. Rencana kawasan budidaya di Kota Banda Aceh diarahkan sebagai berikut
(lihat Tabel 3.8).
TABEL 3.8 RENCANA KAWASAN BUDIDAYA
NO PERUNTUKAN KARAKTERISTIK ARAHAN 1 Permukiman Kawasan yang memiliki kegiatan
utama bukan sebagai pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat perumahan perkotaan, koleksi dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan kegiatan sosial, serta kegiatan ekonomi.
Khusus untuk peruntukan perumahan, klasifikasi perumahan di Kota Banda Aceh adalah: o Kapling Besar dengan luas 500 m2
atau lebih. o Kapling Sedang dengan luas 200 -
500 m2 o Kapling kecil dengan luas ≤ 200
m2
Permukiman diarahkan di sekitar ibukota kecamatan, BWK bagian barat, selatan, dan timur
Pengembangan kawasan permukiman ke arah utara dibatasi karena kawasan tersebut diarahkan untuk konservasi, perikanan, pelabuhan, dan wisata
2 Perumahan terbatas dan perumahan nelayan
Perumahan terbatas adalah perumahan yang dibangun dengan ketentuan-ketentuan atau persyaratan teknis bangunan/konstruksi tahan gempa, sehingga perumahan yang dibangun tahan terhadap bencana sepeti gempa dan tsunami. Perumahan ini juga ditata dengan baik dengan dilengkapi dengan jalur-jalur penyelamatan dari bencana. Perumahan seperti ini harus dibatasi pertumbuhannya dan hanya diperuntukkan untuk penduduk yang benar-benar tinggal dan bermata pencaharian di pantai seperti nelayan.
Peruntukan ini diarahkan di kawasan yang rentan terhadap tsunami, yaitu di kawasan pesisir utara Kota Banda Aceh
3 Kawasan Kawasan yang diisi oleh berbagai jenis Peruntukkan ini diarahkan di
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir III - 22
NO PERUNTUKAN KARAKTERISTIK ARAHAN Campuran kegiatan seperti perdagangan dan
jasa, perkantoran, perumahan, fasilitas umum dan sosial.
BWK bagian utara, timur, dan selatan. Secara spesifik kegiatan ini dialokasikan di Jl Pocut Baren, Jl Iskandar, Muda hingga Ulee Iheue, Jl Rama Setia, Jl T Iskandar, Sebelah utara Jl Twk Hayim Banta Muda, Jl tgk Hasan Krueng Kalee menuju Lampulo, Jl Sultan Alaidin Johansyah, Persimpangan Jl Syah Kuala dengan Jl Pocut Baren hingga Lamdingin, sebagian Jl Tbk Imam Leung Bata, Jl Cut Nyak Dhien, Jl Soekarno-Hatta, Jl Teuku Umar, Jl Tengku Abdul Rahman, dan Jl Wedana. Jl. Tgk CikDipinrang,Jl. Nyak Makam, Jl. St Malikul Saleh, Jl. Sudirman, Jl. Hasan Saldi, Jl. Mohamad Tahir, Jl. Tgk Diblang, Jl. Lingkar kampus, Jl. Tembus Batoh-Simp Surabaya, Jl. Tembus Lamduk-Pango, Keuramat, Peuniti dan Keudah.
4 Kawasan Wisata Kawasan wisata ini dapat berupa wisata alam (pantai) dan wisata budaya dan religius
Wisata alam diarahkan pada kawasan pantai mulai dari Jaya Baru sampai Alue Naga. Kawasan ini juga didukung oleh hutan mangrove dan hutan wisata
Wisata budaya diarahkan di kawasan Mesjid Raya Baiturrahman, Komplek museum Aceh, Gunongan, Taman Putroe Phang, Pendopo, Kerkhoff, Makam Syah Kuala, Makam Sultan Iskandar Muda, dan Makam Kandang XII
Kawasan wisata tsunami (tsunami herritage) diarahkan di kawasan Ulee Iheue
5 Kawasan Perkantoran
Kawasan perkantoran meliputi kegiatan-kegiatan perkantoran baik skala lokal, kota, dan regional mengingat Kota Banda Aceh merupakan ibu kota Propinsi NAD
Kawasan perkantoran juga meliputi perkantoran-perkantoran swasta, seperti bank, jasa konsultan, pos, dll
Kawasan Perkantoran pemerintahan dialokasikan di BWK bagian Pusat/Utara dan Selatan
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir III - 23
NO PERUNTUKAN KARAKTERISTIK ARAHAN 6 Kawasan
Perdagangan dan jasa
Kawasan perdagangan dan jasa adalah kawasan yang menaungi berbagai kegiatan perdagangan, jasa komersial, dan jasa perkantoran
Kawasan Perdagangan dan jasa untuk skala regional diarahkan di BWK Selatan , sedangkan untuk skala pelayanan kota dan lokal diarahkan di BWK Utara dan Timur
7 Kawasan Perikanan
Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi budidaya perikanan, baik berupa pertambakan/kolam maupun perairan darat lainnya.
Kawasan perikanan dibedakan menjadi kawasan perikanan tambak dan perikanan tangkap
Kawasan perikanan ini diarahkan di BWK bagian Utara khususnya di Lampulo
8 Kawasan Industri Kecil
Kawasan industri kecil bersifat home industry yang kegiatannya menyatu dengan permukiman penduduk
Kawasan industri kecil ini diarahkan di BWK bagian utara
9 Kawasan Pelabuhan
Kawasan Pelabuhan di Kota Banda Aceh dibedakan menjadi dua, yaitu kawasan pelabuhan barang dan penumpang internasional serta kawasan pelabuhan ikan
Kawasan pelabuhan barang diarahkan di BWK bagian utara khususnya Malahayati (Kab. Aceh Besar) dan penumpang diarahkan di BWK bagian Barat khususnya di Ulee Iheue
Kawasan pelabuhan ikan diarahkan di Lampulo yang terletak di BWK bagian utara
10 Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga
Kawasan Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga meliputi kawasan konservasi, taman kota, dan sarana olahraga
Kawasan Ruang Terbuka Hijau yang berfungsi sebagai konservasi diarahkan di BWK Bagian Utara dan Barat
Taman Kota diarahkan di BWK bagian Utara, Timur, Selatan, dan Barat
Secara umum Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar
Sungai Krueng Aceh yang mengalir melalui Kota Banda Aceh dengan beberapa
anak sungainya seperti Krueng Daroy, krueng Doy dan Krueng Neng merupakan saluran
drainase alam yang menjadi outlet dari saluran-saluran drainase yang ada. Sehingga
aliran air hujan yang mengalir disaluran-saluran drainase sangat dipengaruhi oleh
permukaan air di sungai tersebut. Padahal permukaan air sungai dipengaruhi oleh pasang
surut air laut, oleh sebab itu aliran air hujan tidak dapat selalu dialirkan secara gravitasi.
Untuk keperluan manejemen jaringan drainase Kota Banda Aceh, maka sistem Drainase
Kota Banda Aceh dibagi menjadi 7 zona sebagai berikut :
Zone 1, dibatasi oleh Kr. Neng dan Kr Doy
Zone 2, dibatasi oleh Kr. Aceh dan Kr. Doy
Zone 3, dibatasi oleh Kr. Aceh
Zone 4, dibatasi oleh Kr. Daroy dan Kr. Lhueng Paga
Zone 5, dibatasi oleh Kr. Titi Panjang dan Kr. Cut
Zone 6, dibatasi oleh Kr. Lhueng Paga dan Kr. Tanjung
Zone 7, dibatasi oleh Kr. Aceh dan Kr. Cut
Untuk lebih jelas dalam pembagian zona drainase dapat di lihat pada Gambar 3.12.
Berdasarkan kondisi fisik Kota Banda Aceh, prinsip dasar dalam penyusunan
Rencana drainase Kota Banda Aceh adalah :
a. Pembagian sistem yang jelas dan keseragaman penamaan sistem, saluran dan
bangunan-bangunan drainase lainnya (nomenklatur)
b. Sungai-sungai besar sebagai saluran primer menggunakan alur pematusan alami,
sedangkan saluran sekunder dan tersier mengikuti pola tata ruang dan jaringan jalan
c. Perhitungan debit aliran didasarkan pada rencana penggunaan lahan di masa yang
akan datang
d. Perlu ditetapkan batasan tinggi genangan yang dapat diterima dalam perencanaan,
baik untuk pemukiman, jalan, area industri/bisnis maupun area yang penting lainnya.
Hal ini sangat penting mengingat bahwa penanganan drainase sangat sulit untuk
membebaskan area dari genangan sehingga harus ada batasan tinggi genangan yang
masih bisa ditolerir.
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir III - 42
GAMBAR 3.12 PEMBAGIAN ZONA DRAINASE KOTA BANDA ACEH
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir III - 43
e. Air hujan secepatnya dialirkan badan air terdekat untuk memperpendek panjang
saluran
f. Saluran maupun infrastruktur drinase lainnya direncanakan secara ekonomis dalam
pembangunan, operasional dan pemeliharaannya
g. Flood Canal di bagian selatan Kota Banda Aceh digunakan untuk membagi debit
volume banjir dan melindungi Kota Banda Aceh dari meluapnya debit banjir dari lahan
yang lebih tinggi .
h. Saluran drainase perkotaan harus difungsikan sebagai saluran kolektor dan long
storage
i. Optimalisasi dan normalisasi sungai yang ada untuk meningkatkan daya tampung dan
kemampuan alirnya.
j. Membangun retarding basin dan retarding pond yang dilengkapi dengan pompa air
untuk mengurangi debit limpasan yang langsung mengalir ke sungai/saluran.
k. Meningkatkan peresapan air hujan ke dalam tanah untuk mengurangi volume
limpasan permukaan.
l. Dalam sistem drainase yang merupakan kombinasi dari saluran drainase, retarding
pond dan retarding basin, tidak hanya besarnya debit yang dihitung tetapi juga
volume air yang dapat dialirkan (dipompa) dan yang harus ditahan (storage).
Sehingga dalam analisa tidak cukup hanya dihitung debit banjir puncak tetapi juga
waktu konsentrasi atau dengan kata lain perlu dihitung hidrograf banjir rencana.
m. Perlunya tinjauan aspek kelembagaan dalam operasional dan pemeliharaan.
Sedangkan kriteria perencanaan dalam pengembangan sistem drainase adalah
sebagai berikut :
a. Hujan dengan ketentuan sebagai berikut :
Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisa frekuwensi terhadap data curah
hujan harian maksimum tahunan dengan lama pengamatan sekurang-kurangnya
10 tahun
Analisa frekuensi terhadap curah hujan menggunakan metode probabilitas
distribusi normal, distribusi log normal, Pearson Type III, Log Pearson Type III
dan Gumbel. Perhitungan didasarkan pada ketentuan standar kala ulang yang
disepakati
Pengecekan data hujan menggunakan metoda ekurva masa ganda, Chi Square
atau Smirnov-Kolmogorov
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir III - 44
b. Debit Banjir di hitung dengan ketentuan sebagai berikut :
Debit Banjir rencana dihitung dengan metode Rational
Koefisien Run off dihitung berdasarkan jenis tata guna lahan daerah aliran
Waktu konsentrasi adalah jumlah waktu pengaliran permukaan dan waktu
drainase
c. Periode ulang
Periode ulang perencanaan drainase harus memenuhi ketentuan dapat di lihat pada
Tabel 3.15 berikut :
TABEL 3.15 PERIODE ULANG SALURAN DRAINASE
Tipologi Kota Luas Daerah tangkapan Air (Ha)
< 10 10 - 100 101 - 500 > 500 Kota Metropolitan 2 Tahun 2-5 tahun 5-10 tahun 10-25 tahun Kota Besar 2 Tahun 2-5 tahun 2-5 tahun 5-20 tahun Kota Sedang 2 Tahun 2-5 tahun 2-5 tahun 5-10 tahun Kota Kecil 2 Tahun 2 Tahun 2 Tahun 2-5 tahun
d. Perhitungan hidrolika untuk perencanaan saluran drainase :
Kapasitas saluran dihitung dengan Persamaan Manning atau persamaan lain yang
sesuai
Saluran drainase yang terpengaruh aliran balik (backwater) perlu
memperhitungkan pengaruh aliran balik tersebut yang dapat dihitung dengan
Direct Step Method
Kecepatan maksimum saluran tanah 0.7 m/dt, saluran pasangan batu kali 2 m/dt
dan saluran beton 3 m/dt atau sesuai dengan aturan lain yang berlaku dan kondisi
Bila disimak secara mendalam, tujuan yang hendak dicapai dalam penataan ruang
adalah kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan ruang yang berkualitas, yaitu
pemanfaatan ruang yang selaras, serasi dan seimbang diantara keseluruhan kepentingan,
baik kepentingan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup manusia maupun
kepentingan kelestarian lingkungan yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup
generasi dimasa yang akan datang. Dengan demikian bila ditanya untuk siapa penataan
ruang perlu dilakukan, maka tentu tidak lain dan tidak bukan jawabnya adalah untuk para
pemangku kepentingan atau stakeholder ruang tersebut dimana para anggotanya adalah
masyarakat secara umum, kalangan dunia usaha dan pemerintah.
Apabila dapat difahami bahwa penataan ruang ditujukan bagi kemanfaatan para
pemangku kepentingan atau stakeholder, maka menjadi strategis keterlibatan secara
egaliter para pemangku kepentingan dalam proses penataan ruang, baik pada proses
perencanaan, pemanfaatan maupun pada proses pengendalian, agar tercapai
pemanfaatan ruang yang berkualitas sehingga penataan ruang mampu memberikan
kontribusi yang signifikan bagi kesejahteraan manusia dan lingkungannya.
Terdapat beberapa peraturan dan perundang-undangan yang dapat dipakai
sebagai rujukan atau pedoman bagaimana peran serta masyarakat dapat dilaksanakan
dalam penataan ruang, yaitu UU No. 24 Tahun 1992 Tentang ”Penataan Ruang”,
Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 Tentang ”Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang”,
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 Tentang ”Tata Cara Peran
Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah”.
UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan ruang menyatakan dengan tegas
tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang. Dalam pasal 5 ayat 1
Undang-Undang ini dinyatakan bahwa “Setiap orang berkewajiban berperan dalam
memelihara kualitas ruang”, sedang ayat 2 menyatakan “ Setiap orang berkewajiban
menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Sementara pasal 4 ayat 2 Undang-
Undang tersebut menyatakan “Setiap orang berhak untuk mengetahui rencana tata
ruang, berperan serta dalam penyusunan tata ruang, memperoleh penggantian yang
layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan
yang sesuai tata ruang”. Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang ini mempertegas peran serta
masyarakat dalam penataan ruang, seperti dinyatakan sebagai berikut : “Penataan ruang
dilakukan oleh Pemerintah dengan peran serta masyarakat”.
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 15
Dari pasal 4 ayat 2, pasal 5 ayat 1 dan 2 serta pasal 12 ayat 1 UU No. 24 Tahun
1992 tersebut dapat dipahami beberapa hal tentang hak, kewajiban dan peran serta
masyarakat dalam penataan ruang sebagai berikut :
1. Pada setiap fase penataan ruang, yaitu pada fase perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang setiap orang sebagai
anggota masyarakat berhak untuk terlibat secara langsung dan aktif untuk
mengambil peran sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya.
2. Lebih dari sekedar memiliki hak untuk ikut terlibat dalam penataan ruang, bahkan
setiap orang diwajibkan berperan serta dalam memelihara kualitas ruang, seperti
diamanatkan ayat 1 pasal 5 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992.
3. Setiap orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak berupa akses untuk
mendapatkan informasi yang seluas-luasnya tentang rencana tata ruang, hal ini
penting karena dengan keterbukaan tentang rencana tata ruang, diharapkan dapat
mengurangi pelanggaran tata ruang. Untuk mengoperasikan kebijakan ini tentu
diperlukan dukungan perangkat sistem informasi ketataruangan yang handal,
sehingga setiap orang dapat mengaksesnya dengan cepat, mudah, murah dan
akurat.
4. Pelaksanaan pemanfaatan ruang dengan dalih kepentingan pembangunan sekalipun
tidak boleh merugikan setiap orang yang “property” nya terkena dampak
pembangunan, namun sebaliknya setiap anggota masyarakat harus mendapat “ganti
untung” dari dampak pembangunan tersebut.
Bagaimana bentuk peran serta masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan,
diperjelas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak
dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan
Ruang. Pasal 15 peraturan pemerintah ini menyebutkan beberapa bentuk peran serta
masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota sebagai
berikut :
1. Pemberian masukan untuk menentukan arah pengembangan wilayah yang akan
dicapai.
2. Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan, termasuk bantuan
untuk memperjelas hak atas ruang wilayah, termasuk perencanaan tata ruang
kawasan.
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 16
3. Pemberian masukan dalam merumuskan perencanaan tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
4. Pemberian informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam penyusunan
strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.
5. Pengajuan keberatan terhadap rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota.
6. Kerjasama dalam penelitian
7. Bantuan tenaga ahli
Tentang peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten/kota, pasal 16 peraturan ini menyebutkan beberapa bentuk, yaitu :
1. Pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara berdasarkan peraturan perundang-
undangan, agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku.
2. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan wujud struktural dan pola
pemanfaatan di kawasan perkotaan dan perdesaan.
3. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang yang
telah ditetapkan.
4. Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya untuk
tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas
5. Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang
wilayah Kabupaten / Kota.
6. Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang.
7. Kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan
Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten dan kota, didalam pasal 17 peraturan ini, menyebutkan beberapa bentuk yang
dapat dilaksanakan, yaitu :
1. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten/Kota, termasuk
pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang.
2. Bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban kegiatan pemanfaatan
ruang dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang.
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 17
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang,
lebih lanjut diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 Tentang
Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah,
dimana didalam peraturan ini dijelaskan bahwa proses perencanaan tata ruang meliputi
2(dua) langkah utama, yaitu langkah pertama adalah penyusunan rencana tata ruang dan
dilanjutkan dengan langkah kedua yaitu penetapan rencana tata ruang.
Proses penyusunan rencana tata ruang mencakup tiga langkah penting yaitu
pertama penentuan arah pengembangan, kedua pengidentifikasian potensi dan masalah
dan yang ketiga yaitu perumusan perencanaan tata ruang. Penentuan arah
pengembangan merupakan kegiatan untuk menentukan arah pengembangan yang
hendak dicapai oleh sebuah wilayah kabupaten atau kota ditinjau dari segi ekonomi,
sosial, budaya, daya dukung dan daya tampung lingkungan serta fungsi pertahanan dan
keamanan. Pengidentifikasian potensi dan masalah adalah kegiatan yang dimaksudkan
untuk mengidentifikasi berbagai potensi dan masalah pembangunan dalam suatu wilayah
atau kawasan yang direncanakan tata ruangnya, sedang perumusan perencanaan tata
ruang adalah proses untuk merumuskan Rencana Tata Ruang Wilayah atau RTRW
Kabupaten/Kota, Rencana Detail Tata Ruang , dan Rencana Teknik Ruang.
Mengenai bentuk peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang
Kabupaten/Kota pada prinsipnya Permendagri No. 9 Tahun 1998 seperti dinyatakan dalam
pasal 6 ayat 1 dan 2 pada prinsipnya sama dengan yang dinyatakan dalam PP Nomor 69
Tahun 1996 pasal 16 tersebut diatas. Peran serta masyarakat dalam perencanaan tata
ruang dalam bentuk saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan, atau
masukan dilakukan secara lisan atau tertulis kepada Bupati/Walikota. Sementara pada
fase proses penetapan RTRW Kabupaten/Kota peran serta masyarakat dalam bentuk
saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan, atau masukan dilakukan secara
lisan atau tertulis kepada DPRD Kabupaten/Kota.
Beberapa pernyataan penting dalam Permendagri Nomor 9 Tahun 1998 yang perlu
dicatat antara lain :
• Pasal 13 ayat 2, dalam persiapan penyusunan atau penyempurnaan RTRW
Kabupaten/Kota, RDTR, Rencana Teknik Ruang, Bupati/Walikota wajib
mengumumkannya kepada masyarakat.
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 18
• Pasal 13 ayat 4, pengumuman tentang kegiatan penyusunan atau penyempurnaan
rencana tata ruang dilakukan setidaknya selama 7 (tujuh) hari melalui media cetak,
media elektronik, serta forum pertemuan.
• Pasal 13 ayat 5, forum pertemuan diadakan sampai tingkat Kecamatan untuk
penyusunan atau penyempurnaan RTRW Kabupaten/Kota.
• Pasal 16 ayat 3 dan Pasal 22 ayat 5 , pada tahap penentuan arah pengembangan dan
identifikasi potensi dan masalah pembangunan wilayah Kabupaten/Kota peran serta
masyarakat dalam bentuk pemberian masukan disampaikan kepada Bupati/Walikota
melalui Bapekab/Bapeko.
• Pasal 16 ayat 6 dan Pasal 22 ayat 5, pemberian masukan oleh masyarakat pada tahap
penentuan arah pengembangan dan identifikasi potensi dan masalah pembangunan
wilayah Kabupaten/Kota, dilaksanakan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
setelah diumumkan.
• Pasal 16 ayat 7 dan Pasal 22 ayat 6, pemberian masukan oleh masyarakat, dapat
dilakukan secara tertulis yang tembusannya disampaikan kepada Ketua DPRD
Kabupaten/Kota, atau secara lisan yang dicatat dan dituangkan dalam berita acara
yang dibuat oleh Bapekab/Bapeko.
• Pasal 17 ayat 1 dan Pasal 23 ayat 1, untuk menerima saran, pertimbangan, pendapat,
tanggapan, keberatan, atau masukan dari masyarakat, informasi tentang arah
pengembangan serta identifikasi potensi dan masalah pembangunan wilayah
Kabupaten/Kota, dibahas dalam forum pertemuan yang lebih luas dengan melibatkan
para pakar dan tokoh masyarakat bersama Bupati/Walikota dibantu BKPRD
Kabupaten/Kota dan instansi terkait.
• Pasal 32 dan 33, proses perumusan perencanaan tata ruang dilakukan dengan
melibatkan peran serta masyarakat melalui pemberian masukan yang dilaksanakan
melalui lokakarya atau sarasehan dengan melibatkan para pakar, tokoh masyarakat,
bersama Bupati/Walikota dibantu BKPRD dan instansi terkait di daerah, untuk
selanjutnya hasilnya akan dirumuskan dalam rancangan rencana tata ruang seperti
RTRW Kabupaten/Kota.
• Pasal 34 dan 35, Rancangan RTRW Kabupaten/Kota yang telah disiapkan oleh
Bapekab/Bapeko diumumkan kepada masyarakat secara luas setidaknya selama 7
(tujuh) hari melalui media cetak atau media elektronik serta melalui forum pertemuan.
Pengajuan keberatan disampaikan masyarakat maksimum selama 30 (tiga puluh) hari
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 19
sejak diumumkan, kepada Bupati/Walikota melalui Bapekab/Bapeko secara tertulis
dengan tembusan kepada Ketua DPRD Kabupaten/Kota atau secara lisan yang dicatat
dan dituangkan dalam Berita Acara yang dibuat oleh Bapekab/Bapeko. Semua
masukan dibahas dalam forum pertemuan dengan melibatkan pakar dan tokoh
masyarakat bersama Bupati/Walikota dibantu BKPRD Kabupaten/Kota,
Bapekab/Bapeko, Instansi Terkait. Hasil pembahasan pada forum pertemuan ini
ditindak lanjuti Bapekab/Bapeko untuk penyempurnaan Rancangan RTRW
Kabupaten/Kota.
• Pasal 47, Bupati/Walikota menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah dan Dokumen
RTRW Kabupaten/Kota beserta Berita Acara Peran Serta Masyarakat dalam Proses
Penyusunan RTRW Kabupaten/Kota dan disampaikan kepada DPRD Kabupaten/Kota.
Peran serta masyarakat dalam kegiatan perencanaan tata ruang, khususnya yang
berkaitan dengan penyusunan atau penyempurnaan RTRW Kabupaten/Kota, berdasar
Permendagri Nomor 9 tahun 1998 Tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam
Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah, secara sederhana dapat digambarkan dalam
diagram skematik sebagai berikut :
Proses Perencanaan Tata Ruang dan Peran Serta Masyarakat
Sumber : Warta Kebijakan
Tahap 2 Penentuan arah pengembangan termasuk identifikasi potensi dan masalah : - Penyampaian masukan
Bupati/ Walikota DPRD Bapekab/ Bapeko
Jangka waktu : 30 hari
Tahap 1 Persiapan - Pengumuman
rencana penyusunan Rencana Tata Ruang
Pengumuman lewat : - Media massa, TV,
Radio, Surat Kabar, dll
- Forum pertemuan Jangka waktu : 7 hari
Masukan publik secara : - Lisan - Tertulis - Forum pertemuan
Tahap 3Perumusan Rencana :
- Penyusunan rencana berdasarkan “Masukan Publik” dan dinas sektoral melalui lokakarya intern
- Pengumuman rancangan
lewat media massa Forum pertemuan (7 hari)
- Penyampaian keberatan Jangka waktu : 30 hari - Penyempurnaan
Rancangan
Masukan publik secara : - Lisan - Tertulis - Forum pertemuan
Tahap 4Penetapan Rencana - Penyampaian
rancangan dan berita acara
- Penetapan rencana tata ruang
Sidang DPRD
Peraturan Daerah (PERDA)
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 20
Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang
Dalam Perencanaan Tata Ruang Dalam Pemanfaatan Ruang Dalam Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Pemberian masukan untuk menentukan arah pengembangan wilayah Indentifikasi potensi dan masalah pembangunan termasuk bantuan untuk memperjelas hak atas ruang Pemberian masukan dalam merumuskan perencanaan tata ruang Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang Kerjasama penelitian dan pengembangan Bantuan tenaga ahli
Pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan bentuk dan pola pemanfaatan pedesaan dan perkotaan Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan tata ruang yang telah ditetapkan Pengaturan pemanfaatan tanah, air, udara dan sumber daya alam untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai Rencana Tata Ruang Kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian lingkungan
Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang Bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban kegiatan pemanfaatan ruang dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang
Seiring dengan adanya trend untuk mendorong terjadinya proses demokratisasi
dalam berbagai macam keputusan tentang kebijakan publik, maka semakin besar tekanan
untuk meyakinkan bahwa penataan ruang adalah bagian dari domain publik, oleh
karenanya dipandang menjadi sangat strategis keterlibatan masyarakat dan seluruh
anggota stakeholder lainnya termasuk pemerintah dan dunia usaha atau sektor swasta
dalam proses penataan ruang. Selama ini memang dirasakan pemerintah yang paling
mendominasi proses penataan ruang, yang kemudian didapati berbagai kelemahan dan
kekurangan yang diwujudkan dalam bentuk penyimpangan pemanfaatan ruang dilihat
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 21
dari rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Para pihak termasuk anggota masyarakat
dan dunia usaha sebagai bagian dari stakeholder atas lahan yang ruangnya ditata selama
ini tidak banyak dilibatkan, padahal merekalah yang memiliki property right atas lahan
tersebut sehingga semestinya development right mereka juga diperhatikan dan dihargai
dengan cara melibatkan mereka secara aktif dan egaliter dalam proses penataan ruang.
Di kota Banda Aceh, anggota stakeholder dalam penataan ruang disamping unsur
Pemerintah Kota seperti Badan Perencana Kota (Bapeko), Dinas Tata Kota, Bagian-bagian
pada Sekretariat Kota, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Pasar, Dinas Prasarana
Jalan dan Sumber Daya Air, Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Dinas
Perhubungan serta Dinas-dinas teknis kota lainnya, juga organisasi-organisasi non
pemerintah seperti organisasi masyarakat (Ormas), organisasi sosial-politik (Parpol),
lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi profesi, organisasi dunia usaha,
perguruan tinggi, lembaga penelitian, ulama, cendekiawan, mukim, tengku, lembaga adat
serta organisasi dan lembaga kemasyarakatan lainnya. Secara lebih rinci anggota
stakeholder perencanaan tata ruang (RTRW) Kota Banda Aceh tampak dalam tabel
sebagai berikut dibawah ini :
TABEL 4.1 DAFTAR STAKEHOLDER
REVISI RTRW KOTA BANDA ACEH TAHUN 2006
PEMERINTAH
1). Bapeko (Badan Perencanaan Kota) 2). Kantor Kecamatan 3). Administrator pelabuhan 4). Dinas PU 5). Bapeprop (Badan Perencanaan Propinsi) 6). Semua Kecamatan 7). Bapekab (Badan Perencanaan Kabupaten) 8). Kimpraswil 9). Sekretariat Daerah 10). Dinas Pasar 11). Dinas Tata Kota dan Pemukiman 12). Dinas Kebersihan dan Pertamanan 13). Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kelautan 14). Dinas Prasarana jalan dan Sumber Daya Air 15). Dinas Perhubungan
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 22
NON PEMERINTAH
1). Mukim 2). Ulama/Tengku/Tuku 3). Majelis Pemusyawaratan Ulama (MPU) 4). Lembaga Adat dan Kebudayaan Aceh (LAKA) 5). Jaringan Kerja Masyarakat Adat (JKMA) 6). Bakti Sosial Pembangunan Desa (UKM-BSPD) 7). Lembaga Pusat Penelitian Ilmu Budaya 8). Forum LSM Aceh 9). Walhi 10). Pusat Studi HAM 11). Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) 12). Organisasi Keagamaan 13). Organisasi Sosial 14). Prganisasi Kepemudaan 15). Forsikal (Forum Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup) 16). Partai Politik PKS, PPP, Golkar, PAN dan Demokrat) 17). Dr. Nazamuddin (Akademisi) 18). Syarifah Rahmatillah (Ketua Mispi) 19). Adli Abdullah (Akademisi) 20). Dr. Raja Masbar (Akademisi) 21). Ir. Imran A. Rahman M.Eng (Akademisi) 22). Ir. Ismail Yusuf. M.Eng (Akademisi) 23). LSM : FORSIKAL (Forum Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup)
24). LSM : KKTGA (Kelompok Kerja Transformasi Gender) 25). LSM : LPLH (Lembaga Pembelajaran Lingkungan Hidup) 26). LSM : LPSELH (Lembaga Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Hidup)
27). LSM : CCDE (Pusat Pengembangan Masyarakat dan Pendidikan)YAM (Yayasan Abdi Masyarakat) 28). LSM : YBA (Community for Farmers and Environment Development) 29). LSM : YPSI (Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia 30). LSM : SAHARA (Yayasan Suara Hati Rakyat) 31). LSM : FA (Yayasan Flower Aceh) 32). LSM : YASMA (Yayasan Karya Bersama) 33). LSM : PASE (Yayasan Pagar Alam Indonesia)
34). LSM : YAB (Yayasan Anak Bangsa) 35). LSM : YRBI (Yayasan Rumpun Bambu Indonesia 36). LSM : YAPDA (Yayasan Putra Dewantara): Empowering Circle for Society Movement 37). Masyarakat (mukim, LSM) 38). Pelaku ekonomi (KADIN, REI, kelompok pengusaha retail, dll) 39). Pelabuhan 40). Apindo 41). Masyarakat Nelayan
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 23
PENGGUNA
1). Pelaku ekonomi (KADIN, REI, kelompok pengusaha retail, dll) 2). Pengelola prasarana (pelabuhan penyeberangan, pelabuhan perikanan,
terminal 3). Investor 4). PDAM 5). PLN 6). Telkom 7). Dinas Kebersihan/TPA 8). Pemkot/Dinas sektoral 9). TNI 10). Polri 11). Asosiasi PKL 12). REI 13). Apindo 14). Organda 15). Masyarakat (mukim, LSM) 16). Kelompok profesional 17). Akademisi/pengamat
Agar proses partisipasi masyarakat dalam penyempurnaan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Banda Aceh tahun 2006 dapat berjalan dengan efektif, pada tahap awal
diusulkan dibahas 8 (delapan) issue strategis Kota Banda Aceh. Issue-issue strategis
tersebut pada dasarnya merupakan beberapa permasalahan kunci yang akan memberi
pengaruh penting bagi RTRW Kota Banda Aceh. Kedelapan usulan issue strategis tersebut
akan dibahas dalam forum konsultasi publik dimana dalam forum tersebut dibentuk
kelompok-kelompok kerja yang kelompok kerja tersebut merupakan Focus Group
Discussion (FGD). Issue-issue strategis yang diusulkan tersebut adalah :
1. Zoning umum kota dengan wawasan bencana
2. Pembatasan pemanfaatan ruang kawasan pantai
3. Pembatasan intensitas pemanfaatan ruang kawasan pusat kota lama
4. Rencana pengembangan kota kearah selatan
5. Rencana pembangunan pusat pelayanan sekunder (sub city centre)
6. Rencana pengembangan jalan utama kota
7. Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk sampah
8. Pembatasan pemanfaatan lahan sebagai solusi untuk menangani banjir
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 24
ZONING UMUM KOTA
DENGAN WAWASAN BENCANA
FGD I
SOSIALISASI KONSEP RTRW JICA DAN PU
PEMBATASAN PEMANFAAT-
AN RUANG KAWASAN
PANTAI
PEMBATASAN INTENSITAS PEMANFAAT-
AN RUANG
KAWASAN PUSAT KOTA
LAMA
RENCANA PENGEMBANGAN KOTA KE
ARAH SELATAN
FGD II
FGD III
FGD IV
FGD V
FGD VI
FGD VII
FGD VIII
REN-BANG PUSAT
PELAYANAN SEKUNDER (SUB CITY CENTRE)
RENCANA PENGEMBANGAN JALAN
UTAMA KOTA
LOKASI
TPA
PEMBATASAN
PEMANFAATAN LAHAN
SBG SOLUSI UTK
MENANGANI BANJIR
REVISI RTRW JICA DAN
PU
Masukan, Saran, Kritik, Usulan Perbaikan Konsep RTRW Jica dan PU
REKONFIRMASI/SOSIALISASI RTRW KOTA BANDA ACEH HASIL REVISI
QONUN
QONUN
Organisasi pembahasan issue-issue strategis digambarkan sebagai berikut :
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 25
Model partisipasi masyarakat dalam perencanaan sektor publik dari waktu kewaktu
terus mengalami perkembangan kualitas yang positif. Kalau pada mulanya model
partisipasi masyarakat ini hanya sampai pada tingkatan “sosialisasi” yang diartikan
sebagai perencanaan yang telah disusun oleh pemerintah sekedar hanya diinformasikan
kepada masyarakat, pada tingkatan ini masyarakat tidak secara aktif terlibat, masyarakat
terlibat pada posisi sangat pasif, hanya menerima saja perencanaan yang sudah jadi
untuk “dipaksakan” pelaksanaannya. Pada fase yang lebih maju masyarakat diundang
pada proses awal perencanaan, diminta masukan dan kritiknya, masukan dan kritik
tersebut ditampung oleh pemerintah dan kemudian hasil analisis yang berupa rencana
disampaikan kepada masyarakat untuk diimplementasikan, tetapi pada fase ini tidak ada
penjelasan tentang hasil masukan dan kritik yang telah disampaikan masyarakat mana
yang diterima, mana yang ditolak, dan mengapa masukan dan kritik tersebut diterima
atau ditolak. Pada fase yang lebih maju lagi partisipasi masyarakat perencanaan sektor
publik, khususnya pada perencanaan tata ruang, para anggota stakeholder yang
seharusnya lebih dominan dalam proses perencanaan tata ruang, sedang unsur
pemerintah sebagai bagian stakeholder lebih banyak pada posisi sebagai pihak yang
memfasilitasi proses perencanaan yang dimotori oleh masyarakat dan anggota
stakeholder lainnya. Apabila aktor utama dalam proses perencanaan tata ruang adalah
masyarakat dan anggota stakeholder lainnya, maka segala konflik-konflik kepentingan
dalam penataan ruang akan menjadi agenda pembahasan yang penting dalam proses
perencanaan tata ruang untuk dicarikan kesepakatan solusinya dengan tetap
memperhatikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip ketataruangan yang telah diterima secara
umum, dan jika ini dapat dilaksanakan maka kita sedang mengimplementasikan konsep
“consensus planning” yang diberi arti oleh Johan Woltjer sebagai “Consensus planning
is proposed here not only to include process-related quality demands such as
transparency and legitimacy, but also specifically to include, and not reject, substantive
values and expert knowledge in planning”.
Untuk mengoperasikan konsep participatory planning atau consensus planning
dalam mendorong peran serta masyarakat pada proses revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah kota Banda Aceh, dimulai dengan membahas beberapa issue strategis akan
dibahas dalam forum dialog publik, dimana para anggota stakakeholder membahas dan
menyepakati setiap permasalahan pada setiap issue strategis dalam kelompok kerja
Militer Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas
Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas
Sejenisnya yang diputuskan oleh Menteri Terkait
Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas
Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Keatas
6 Pagar Melindungi Tanah Per M Per M
Sejenis Per M Per M
44..11..88 IIZZIINN GGAANNGGGGUUAANN
Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah No
20 Tahun 1997 bahwa tempat usaha pada lokasi tertentu yang menimbulkan bahaya,
kerugian dan gangguan perlu mendapatkan izin gangguan dari walikotamadya. Pemberian
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 33
izin diberikan kepada orang atau badan yang akan mendirikan sebuah usaha dalam
memanfaatkan tata ruang dan penggunaan sumber daya alam dalam rangka untuk
menjaga kelestarian lingkungan.
Setiap usaha mendirikan bangunan/usaha perlu adanya izin gangguan dengan
tujuan untuk menata lokasi tata ruang agar tercipta lingkungan yang tertib, aman dan
nyaman.
Untuk menunjang kelancaran dan ketertibannya pemerintah telah menetapkan
syarat-syarat yang harus dilaksanakan oleh orang atau badan ketika hendak mengajukan
izin gangguan. Pengurusan Izin Gangguan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Surat permohonan yang ditandatangani permohon diatas materei Rp. 6000 diketahui
Lurah/Geuchik setempat dimana lokasi didirikan bangunan.
2. Photo copy KTP yang masih berlaku
3. Retribusi sampah dari Dispenda
4. Retribusi Kartu Tabung Racun Api
5. Rekomendasi dari Camat
6. Photo Copy Akte Perusahaan
7. Status tempat usaha
8. Bukti Lunas PBB
9. Fotocopy SITU (Surat Izin Tempat Usaha)
10. Izin HO (Izin Gangguan) dari Bagian Hukum
11. Rekomendasi Dinas Informasi & Komunikasi
12. Rekomendasi Dinas Kesehatan/Kartu Kier Kesehatan
13. Rekomendasi dari Polres
14. Rekomendasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
15. Rekomendasi dari Dinas Peternakan
16. Rekomendasi dari Dinas Industri dan Perdagangan
17. Rekomendasi dari Dinas LLAJ
18. Rekomendasi dari Majelis Permusyawaratan Ulama
19. Rekomendasi dari Bapelda
Prosedur proses perizinan gangguan melalui tahapan-tahapan yang harus dipatuhi
oleh orang atau badan untuk mempercepat prosesnya dan demi kelancarannya, tahapan
dalam pengurusan Ijin Gangguan tampak dalam diagram dibawah ini :
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 34
Bagan Alir Proses Izin Gangguan
Surat Permohonan
Bagian Umum
Asisten I
Bagian Hukum
Syarat-syarat
1. Foto Copy KTP 2. Status tempat usaha 3. Akta pendirian dari Notaris 4. Rekomendasi dari Camat 5. Gambar Situasi /sket Lokasi Usaha 6. Tanda Lunas Retribusi Sampah 7. Kartu Pemadam Kebakaran 8. Tanda Lunas PBB 9. Rekomendasi dari instansi yang
berkaitan dengan jenis usaha
Bagian hukum Bagian Ekonomi Bagian Paperda Dinas Tata Kota Pemadam
Pengklasifikasian biaya pembebanan izin gangguan berdasarkan pembebanannya
adalah sebagai berikut :
a. Obyek pembebanan perusahaan industri
No Jenis Usaha
1 Elektro motor, tenaga uap air, uap gas, uap bertekanan tinggi
2 Membuat, mengerjakan dan menyimpan mesin dan bahan peledak lainnya, termasuk tempat menyimpan petasan
3 Membuat ramuan kimia, termasuk pabrik korek api
4 Memperoleh, mengerjakan dan menyimpan bahan-bahan astiri (Vluchting) atau mudah menguap
5 Penyulingan kering dari bahan tumbuh-tumbuhan dan hewani, termasuk pabrik gas
6 Mengerjakan lemak-lemak dan damar
7 Menyimpan dan mengerjakan sampah
8 Tempat pengeringan gandum/kecambah, pabrik bir, tempat pembuatan minuman keras dengan pemanasan, tempat penyulingan spritus dan cuka, perusahaan pemurnian, pabrik tepung, perusahaan roti, pabrik strup buah-buahan
9 Tempat pembantaian, tempat pengulitan, perusahaan pengubahan jerohan, tempat penjemuran, tempat pengasapan bahan-bahan hewani, tempat penyamakan kulit
10 Pabrik porselin, pabrik pecah belah, tempat pembuatan batu merah, genteng, ubin, dan tegel, tempat pembakaran gamping, gipsa dan pembasahaan
11 Tempat pencairan logam, tempat pengecoran logam, tempat pertukangan besi, tempat penempahan logam, tempat pemipihan logam, tempat pertukangan kuningan dan kaleng, tempat pembuatan ketel
12 Tempat penggilingan tras, penggergajian kayu, pabrik minyak
13 Galangan kapal kayu, tempat pembuatan barang dari batu dan penggergajian batu, tempat pembuatan gilingan dan kereta, tempat pembuatan tong, tempat pertukangan kayu
14 Pabrik tapioka
15 Pabrik untuk mengerjakan karet, getah perca, bahan-bahan yang mengandung zat karet
16 Perusahaan kawasan industri
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 36
b. Obyek pembebanan bukan perusahaan industri
No Jenis usaha
1 Tempat persewaan kendaraan, perusahaan susu
2 Tempat penembakan
3 Gudang penggantungan tembakau
4 Gudang kapuk, perusahaan batik
5 Warung dalam bangunan tetap, tempat usaha lain yang dapat menimbulkan bahaya atau gangguan
6 Usaha rekreasi dan hiburan umum seperti : Taman gelanggang renang, pemandian alam, padang golf, kolam pancing, gelanggang permainan ketangkasan, gelanggang bowling dan bilyard, klub malam, diskotik, panti pijat, panti mandi uap, bioskop, pusat pasar seni, dunia fantasi theater atau panggung terbuka dan tertutup, taman satwa pentas pertunjukan satwa, usaha fasilitas wisata tirta, usaha sarana fasilitas olah raga, balai pertemuan, barber shop, salon kecantikan, pusat kecantikan, pusat kesegaran jasmani, fitnes center
7 Rumah makan, restoran, bar
8 Hotel berbintang, hotel melati, penginapan remaja
9 Tempat penyelenggaraan musik hidup, tempat penyelenggaraan musik tradisional atau sejenisnya
7. Rekomendasi dari Dinas Tata Kota dan Pemukiman Kota
8. Rekomendasi dari Camat
Berikut ini syarat-syarat sesuai dengan kegiatan bidang usaha :
No Nama Usaha Syarat
1 Restoran, rumah makan, katering dan kedai kopi
1. Melampirkan Kartu Kir rekomendasi dari Dinas Kesehatan, dan
2. Izin gangguan (HO)
2 Rumah kecantikan, Wisma pangkas
1. Rekomendari dari Polisi Resort 2. Rekomendasi dari Majlis Permusyawaratan
Ulama 3. Kartu Kir dari Dinas Kesehatan 4. Surat pernyataan dari pimpinan perusahaan 5. Izin Gangguan (HO)
3 Video game, Play station 1. Rekomendari dari Polisi Resort 2. Rekomendasi dari Dinas Pendidikan 3. Surat pernyataan dari pimpinan perusahaan 4. Izin Gangguan (HO)
4 Rental, Jual VCD 1. Rekomendari dari Polisi Resort 2. Rekomendasi dari Majlis Permusyawaratan
Ulama 3. Surat pernyataan dari pimpinan perusahaan 4. Izin Gangguan (HO)
5 Rumah Bilyard 1. Rekomendari dari Polisi Resort 2. Rekomendasi dari Majlis Permusyawaratan
Ulama 3. Surat pernyataan dari pimpinan perusahaan 4. Izin Gangguan (HO)
6 Warnet dan Internet 1. Rekomendari dari Polisi Resort 2. Rekomendasi dari Dinas Informasi dan
Komunikasi
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 39
No Nama Usaha Syarat
3. Izin Gangguan (HO)
7 Depot obat 1. Rekomendari dari Dinas Kesehatan 2. Pas Foto 3 x 4 sebanyak 4 lembar 3. Surat izin kerja asisten apoteker 4. Surat pernyataan asisten apoteker 5. Izin Gangguan (HO)
8 Apotik 1. Izin apotik dari Dinas Kesehatan Provinsi 2. Izin Gangguan (HO)
9 Rumah sakit, rumah bersalin, Klinik
1. Izin pendirian dari Dinas Kesehatan Provinsi 2. Izin Gangguan (HO)
10 Industri, Pabrik makanan atau minuman
1. Rekomendari dari Dinas Perindustrian dan perdagangan
2. Kartu Kir dan Rekomendasi dari Dinas Kesehatan
3. Izin Gangguan (HO)
11 Koperasi 1. Melampirkan Akte Pendirian / Akte Perubahan
12 Bengkel, Doorsmer, Ruang penyimpanan, Pergudagangan, Penimbunan minyak Oli, gas/elpiji Percetakan
1. Melampirkan izin gangguan (HO)
13 Mobil barang/penumpang
1. Melampirkan rekomendasi dari Dinas Perhubungan
14 Usaha Burung Walet 1. Rekomendasi dari Dinas Kesehatan 2. Rekomendasi dari Bapelda 3. Izin Gangguan (HO)
15 Perhotelan, Losmen, Penginapan, Wisma
1. Rekomendasri dari Majlis Permusyawaratan Ulama
2. Pajak hotel dan restoran tahun berjalan 3. Izin gangguan (HO) 4. Surat Pernyataan Pimpinan Perusahaan
Pengklasifikasian biaya pembebanan tempat usaha berdasarkan pembebanannya
adalah sebagai berikut :
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 40
No Klasifikasi Jenis Usaha
1 Peralatan kantor dan Sekolah 1. Jual buku, majalah, koran 2. Jual ATK, alat-alat sekolah, foto copy
2 Penjahit dan konveksi 1. Jual kain / pakaian 2. Jual sepatu 3. Penjahit pakaian / taylor
3 Assesoris 1. Jual kaca mata 2. Jual jam 3. Jual kaca 4. Jual keramik dan sejenisnya 5. Jual barang antik 6. Jual mainan anak-anak 7. Jual mas dan perak 8. Jual souvenir
4 Kebutuhan rumah tangga / kantor
1. Jual perabotan kayu 2. Jual perabot aluminium 3. Jual beli barang bekas 4. Jual kelontong, rempah-rempah 5. Jual barang elektronik 6. Jual alat-alat olah raga 7. Jual alat-alat musik 8. Photo studio 9. Doby
5 Kesehatan 1. Depot obat 2. Apotik 3. Praktek dokter 4. Klinik 5. Rumah Sakit 6. Tukang Gigi 7. Jual alat-alat kesehatan 8. Fitness center
6 Telkom dan Publikasi 1. Wartel 2. Kios phon 3. Warnet 4. Jaringan Telekomunikasi 5. Pemancar TV 6. Pemancar radio 7. Jual alat-alat komunikasi/HP 8. Entertaintments 9. Periklanan
7 Rental 1. Alat-alat musik 2. Perlengkapan pesta
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 41
No Klasifikasi Jenis Usaha
3. Komputer, VCD, play station, Video game 4. Mobil dan 5. Kendaraan bermotor
8 Pertambangan dan Energi 1. SPBU 2. Jual gas elpiji 3. Jual minyak Oli 4. Penimbunan Minyak dan sejenis
9 Dealer, distributor dan perbengkelan
1. Dealer mobil 2. Dealer kendaraan bermotor 3. Jual sepeda 4. Jual suku cadang kendaraan 5. Bengkel mobil 6. Bengkel kendaraan bermotor 7. Bengkel las dan cat 8. Bengkel sepeda 9. Doorsmer 10. Distributor
10 Rumah kecantikan 1. Salon wanita 2. Wisma pangkas pria 3. Jual alat-alat kecantikan
11 Makan dan minuman 1. Restoran 2. Catering 3. Rumah makan 4. Kedai kopi
12 Pertanian dan peternakan 1. Jual bunga/bibit tanaman 2. Jual pupuk/obat-obatan tanaman 3. Jual ikan hias/burung 4. Jual makanan ternak/ikan 5. Jual daging 6. Penangkapan udang 7. Hitchery/pembibitan Udang, ikan 8. Usaha burung walet
13 Biro/jasa umum 1. Jasa konstruksi, leveransiter, export - import 2. Percetakan, penerbitan 3. Jasa konsultasi 4. Konsultan hukum, pengacara, notaris 5. Jasa pengadaan tenaga kerja 6. Jasa pendidikan/kursus 7. Akuntan publik 8. Biro perjalanan 9. Biro pengurusan surat-surat dan cargo
19 Industri 1. Pembuatan sepatu/sol 2. Pembuatan tempe/tahu 3. Pengolahan air mineral 4. Bahan bangunan 5. Makanan/minuman 6. Obat-obatan 7. Panglong kayu/kayu olahan 8. Tekstil
20 Transportasi 1. Angkutan barang 2. Angkutan penumpang
Pelaksanaan kegiatan pembangunan ditingkat pusat dan daerah baik yang
dilaksanakan pemerintah maupun yang dilaksanakan oleh masyarakat seharusnya
bersesuaian atau tidak bertentangan dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan,
begitu diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan
Ruang. Didalam realita kehidupan sehari-hari sering didapati kenyataan terjadi
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 43
pelanggaran kegiatan pembangunan yang dilaksanakan dengan cara melanggar rencana
tata ruang yang telah ditetapkan sebagai produk hukum.
Pelanggaran terhadap rencana tata ruang dapat terjadi karena beberapa hal,
diantaranya dapat disebabkan karena faktor-faktor teknik, administrasi, politis dan
ekonomi terutama karena kuatnya tekanan pasar, disamping dapat juga karena proses
perencanaan tata ruangnya tidak memperhatikan kecenderungan kebutuhan
perkembangan faktor-faktor tersebut diatas terutama faktor ekonomi. Oleh karena itu
dibutuhkan sebuah model kelembagaan dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang
yang dapat mengakomodasikan rencana tata ruang disatu sisi dengan dinamika
kebutuhan pemanfaatan ruang disisi yang lain secara harmonis.
Tujuan utama pengendalian pemanfaatan ruang dengan demikian adalah untuk
menjamin pelaksanaan pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu kunci utama keberhasilan pengendalian
pemanfaatan ruang adalah kualitas rencana tata ruang yang telah ditetapkan, yaitu
rencana tata ruang yang disamping memenuhi norma dan kaidah penataan ruang juga
rencana tata ruang tersebut harus difahami dan di terima (accept) oleh masyarakat dan
semua anggota stakeholder lainnya, dengan demikian proses perencanan tata ruang
adalah awal dari keberhasilan pengendalian pemanfaatan ruang.
Disamping tersedianya rencana tata ruang yang memadai kualitasnya, faktor lain
yang dapat menunjang keberhasilan pengendalian pemanfaatan ruang adalah tersedianya
perangkat-perangkat pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri dari perangkat
kelembagaan, perangkat kebijakan dan perangkat aktifitas. Perangkat kelembagaan dapat
berupa prinsip-prinsip dalam pengendalian pemanfaatan ruang yang tentunya akan
menjadi sistem nilai atau roh yang menggerakkan dan memberi inspirasi bagi praktek-
praktek pengendalian pemanfaatan ruang. Perangkat kelembagaan yang lain adalah
organisasi pengendalian pemanfaatan ruang lengkap dengan struktur organisasi dan job
description nya serta segala uraian tentang prosedur-prosedur yang berkaitan dengan
kegiatan teknis organisasi pengendalian pemanfaatan ruang.
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 44
Perangkat kebijakan juga dapat memberi kontribusi pada upaya pengendalian
pemanfaatan ruang, yaitu yang dapat berupa insentif dan disinsentif. Dengan kebijakan
pemberian insentif dimaksudkan adalah untuk memberikan kemudahan serta fasilitas
lainnya agar masyarakat dan anggota stakeholder yang lain tertarik untuk melaksanakan
pembangunan sesuai rencana tata ruang yang telah ditetapkan karena mendapatkan
keuntungan dengan adanya kebijakan insentif tadi. Sebaliknya kebijakan disinsentif
dimaksudkan agar masyarakat dan anggota stakeholder lainnya yang mencoba untuk
“memaksa” melanggar rencana tata ruang akan mendapatkan kerugian, kesulitan
ataupun kemudaratan yang lain dalam pembangunan yang dilaksanakannya, dengan
demikian diharapkan kebijakan disinsentif ini akan dapat menekan kuantitas dan kualitas
PERENCANAAN TATA RUANG
PEMANFAATAN RUANG
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
KEBIJAKANKELEMBAGAAN AKTIVITAS
PRINSIP-PRINSIP
ORGANISASI
JOB DISKRIPSI
SIS DUR
INSENTIF
DISINSENTIF
PERIZINAN
PENGAWASAN
PENERTIBAN
CORRECTIVEACTION
REVISEDPLAN
KERANGKAPENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 45
kegiatan pembangunan dengan cara melanggar rencana tata ruang yang telah
ditetapkan.
Perangkat lainnya dalam pengendalian pemanfaatan ruang adalah aktifitas yang
lebih bersifat teknis, yaitu perangkat-perangkat perizinan, pengawasan dan penertiban.
Dengan perizinan diharapkan ada control terhadap rencana pembangunan yang akan
dilaksanakan oleh masyarakat karena mereka akan membangun sesuai ketentuan-
ketentuan yang sudah termaktub didalam klausula-klausula izin yang diberikan oleh
lembaga yang berwenang, sementara perizinan yang diberikan diharapkan untuk
menggunakan rencana tata ruang yang telah ditetapkan sebagai acuan atau rujukan,
dengan demikian diharapkan setiap aktifitas pembangunan yang berizin tidak melanggar
rencana tata ruang. Perangkat pengawasan merupakan aktifitas yang bersifat reguler,
dan berkelanjutan yang dilaksanakan oleh lembaga pengendalian pemanfaatan ruang.
Perangkat ini secara sistematis akan mendeteksi perubahan pemanfaatan ruang melalui
laporan baik dari instansi yang bersifat sektoral maupun instansi yang bersifat
kewilayahan. Selain melalui laporan, kegiatan pengawasan juga akan secara aktif
melakukan kegiatan pemantauan (monitoring) langsung dilapangan. Hasil-hasil data dan
informasi yang didapat baik melalui proses pelaporan ataupun proses pemantauan
langsung dilapangan digunakan untuk melakukan evaluasi terjadinya pelanggaran atau
penyimpangan terhadap pelaksanaan pembangunan yang terjadi dilapangan. Hasil
evaluasi ini akan berupa analisis terhadap penyebab pelanggaran, luasnya atau kuantitas
serta kualitas pelanggaran, serta coverage akibat pelanggaran tersebut terhadap rencana
tata ruang yang telah ditetapkan, sehingga rekomendasi dari hasil evaluasi ini akan
dapat berupa rekomendasi penyempurnaan terhadap rencana tata ruang, serta upaya-
upaya penertiban pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Organisasi Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang sebagai bagian dari proses penataan ruang
selama ini lebih banyak didominasi oleh pemerintah. Pengendalian pemanfaatan ruang
secara makro di daerah dilaksanakan oleh Bapekab/Bapeko melalui proses pelaporan,
pemantauan dan evaluasi. Sementara proses pengendalian pemanfaatan ruang secara
lebih mikro dan teknis pada umumnya dilaksanakan oleh Dinas Tata Kota terutama
melalui proses perizinan, pengawasan dan penertiban. Semua masukan proses
pengendalian pemanfaatan ruang selain melalui proses pemantauan langsung dilapangan,
pada umumnya diperoleh dari instansi kewilayahan seperti Kantor Kelurahan, Kantor Desa
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 46
dan Kantor Kecamatan. Karena pusat-pusat kegiatan pengendalian berada pada lapisan
kedua atau ketiga dari struktur organisasi pemerintahan daerah, maka independensi
kegiatan pengendalian ini tentu sulit dilaksanakan untuk menghadapi tekanan politis oleh
kekuasaan diatasnya.
Keterlibatan masyarakat dan anggota stakeholder lainnya dalam penataan ruang
terutama pengendalian pemanfaatan ruang, dirasakan masih terlalu rendah kalau tidak
boleh dikatakan tidak ada sama sekali. Kedepan perlu dipertimbangkan untuk
mengembangkan sebuah model organisasi pengendalian pemanfaatan ruang yang
menghadirkan keterlibatan masyarakat dan anggota stakeholder lainnya secara lebih
intensif untuk mengakomodasi sikap, pikiran dan pendapat mereka, sehingga proses
pemanfaatan ruang dapat berjalan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan sebagai bagian dari upaya mencapai kesejahteraan masyarakat.
44..22 IINNDDIIKKAASSII PPRROOGGRRAAMM
Indikasi program ini adalah penjabaran dari rencana tata ruang yang telah
dirumuskan pada bab sebelumnya. Program-program ini disusun untuk jangka waktu 10
tahun, yiatu tahun 2007 – 2016. Dalam pelaksanaannya program-program tersebut
dijabarkan ke dalam dua tahap, yiatu tahap I untuk jangka waktu lima tahun pertama
(2007 – 2011) dan tahap II untuk jangka waktu lima tahun ke dua (2012 – 2016), dimana
pentahapannya program didasarkan atas skenario pengembangan Kota Banda Aceh.
Adapun substansi program yang didasarkan atas skenario pengembangan Kota Banda
Aceh adalah:
Indikasi program tahap I meliputi:
o rehabilitasi dan pengendalian pembangunan di Utara Banda Aceh
o revitalisasi dan pengembangan terbatas pada pusat kota lama
Indikasi program tahap II meliputi pengembangan kota ke bagian selatan Banda Aceh
Selanjutnya, program-program yang telah dirumuskan dikelompokkan ke dalam
berbagai bidang pembangunan, sehingga nantinya akan memudahkan dalam
pengimplementasiannya oleh dinas atau badan terkait. Karena masih merupakan indikasi,
maka program-proram ini masih bersifat makro dan perlu dijabarkan lagi ke dalam
kegiatan-kegiatan yang lebih detail lagi untuk implementasinya. Adapun rumusan indikasi
program pengembangan Kota Banda Aceh tahun 2007- 2017 dijelaskan pada Tabel 4.1
berikut ini.
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 47
TABEL 4.3 INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2007 – 2016
No. Indikasi Program Jangka Waktu Lembaga
Pelaksana 2007 - 2011
2012 - 2016
A. Bidang Hukum dan Kelembagaan:
1. Penyusunan Qonun Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh 2007 – 2017
Bidang Hukum Pemerintah Kota Banda Aceh
Bappeko
2. Penyusunan Regulasi zoning Kota Banda Aceh
3. Peningkatan kuantitas dan kualitas staf pemerintah di bidang penataan ruang
B. Bidang Lingkungan Hidup:
1. Rehabilitasi kawasan pesisir Bappeko Dinas
Lingkungan Hidup
2. Pengembangan kawasan hutan bakau
3. Pengembangan hutan kota
4. Pengembangan kegiatan wisata terbatas di kawasan konservasi
C. Bidang Tata Ruang dan Perumahan Permukiman:
1. Rehabilitasi permukiman di daerah yang dilanda tsunami
Bappeko Dinas PU Dinas Tata Kota Dinas
Permukiman
2. Rehabilitasi dan pengendalian pengembangan pusat kota lama
3. Pengembangan pusat permukiman baru di bagian selatan kota
4. Mengkoordinasi pengembangan Kota
Banda Aceh dengan Kabupaten Aceh Besar
Bappeko Bappeda Kab
Aceh Besar d. Bidang Transportasi
1. Pembangunan jalan Lingkar Utara
• Bappeko • Dinas Prasarana jalan
dan Sumber Daya Air • Dinas PU
2. Pengembangan jalan lingkar luar sisi Selatan
3. Pengembangan Jalan Poros Barat-Timur
4. Pengembangan escape dan relief road
5. Pembangunan Terminal Penumpang Tipe A
6. Rehabilitasi dan Pengembangan terminal-terminal lama
7. Rehabilitasi dan pengembangan pelabuhan • Dinas Perhubungan
• Administrator pelabuhan
e. Bidang Prasarana Kota
1. Rehabilitasi seluruh sarana dan prasarana sistem penyediaan air bersih
• PDAM Tirta Daroy • Dinas Prasarana jalan
dan Sumber Daya Air 2. Peningkatan pelayanan air bersih
Revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006 - 2016
Laporan Akhir IV - 48
No. Indikasi Program Jangka Waktu Lembaga
Pelaksana 2007 - 2011
2012 - 2016
3. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum
4. Peningkatan pelayanan Instalasi Pengolahan Air Lambaro
5. Rehabilitasi dan pemeliharaan TPA
(Tempat Pembuangan Akhir) Sampah lama
Bappeko Dinas PU Dinas Kebersihan
6 Pengembangan TPA Baru
7. Rehabilitasi jaringan drainase yang telah ada
• Bapeko (Badan Perencanaan Kota
• Dinas Prasarana jalan dan Sumber Daya Air
• Dinas PU
8. Pengembangan sistem drainase baru
9. Pengembangan Flood Canal di bagian selatan kota
10. Optimalisasi dan Normalisasi sungai
11. Membangun retarding basin dan retarding pond
12. Rehabilitasi dan peningkatkan pelayanan Listrik
PLN Kota Banda Aceh
13. Rehabilitas dan Peningkatkan pelayanan telekomunikasi
PT. TELKOM
f. Bidang Fasilitas Kota
1. Pengembangan kuantitas dan kualitas fasilitas pendidikan
• Bapeko • Dinas Pendidikan • Dinas Kesehatan • Dinas Sosial
2. Pengembangan kuantitas dan kualitas fasilitas kesehatan
3. Pengembangan kuantitas dan kualitas fasilitas peribadatan
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN ZONING REGULATION 1. Wilayah Pengembangan Banda Aceh Barat
TABEL :1.1 UNIT ZONING REGULATION :P.1 (PESISIR BANDA ACEH BARAT) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE ZONA : A / PESISIR (COASTAL ZONE) WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
- Ruang Hijau - Perikanan
Tangkap
RH dan IT
Hutan Mangrove (Hutan Lindung)
100%
Kawasan sepanjang pantai dari Pelabuhan Ulee Lheue sampai dengan banjir kanal di Alue Naga, dengan lebar minimum 150 m dari garis pantai. Khusus, untuk garis pantai Ulee Lheue sepanjang 120 m, harus tersedia populasi mangrove minimal 72 m.
- -
Perikanan Tangkap/ Perikanan Samudera
Di seluruh wilayah perairan Kota Banda Aceh di sepanjang garis pantai Kota Banda Aceh sejauh 4 mil dari garis pantai.
- -
TABEL :1.2
UNIT ZONING REGULATION : A.1 (KAWASAN KONSERVASI MEURAXA BARAT) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE ZONA : B / ECO-ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Ruang Terbuka
RT Konservasi: - Zona hijau/pond - Wisata
40%
Di daerah genangan sekitar muara sungai Krueng Nieng mulai dari sepanjang Jl. Lok Nga, hingga ke selatan pada Jalan Lingkar Utara, berupa pond dan taman sebagai daerah resapan air di sekitarnya, sehingga juga berfungsi sebagai pariwisata.
0% -
Perumahan Terbatas
PT Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah, kategori rumah sederhana dan sangat sederhana
30%
Di sekitar Jl. Iskandar Muda dan bagian barat Jl. Lok Nga (pertemuan dengan Jl. Tgk. Abd. Rahman Meunasah Meucab), kelurahan Lamjene. 30 – 40% 0,6-0,8
Pertambakan IB Zona tambak 20% Di daerah muara Krueng Nieng berbatasan dengan kawasan Zona hijau, berupa kawasan tambak budidaya. 0% -
TABEL :1.3 UNIT ZONING REGULATION : A.2 (KAWASAN PELABUHAN ULEE LHEUE) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE ZONA : B / ECO-ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Pelabuhan PL Pelabuhan Penyeberangan Barang dan Penumpang serta fasilitas penunjangnya
100% Di kelurahan Ulee Lheue.: - Pelabuhan Ferry
10%
0,2
- Pelabuhan Samudera 20% 0,8
- Pergudangan 30% 0,3
Tsunami Heritage dan Wisata
TH - Landmark/Monumen Tsunami - Kawasan Wisata
10%
Di daerah genangan sekitar muara sungai Krueng Nieng mulai dari sepanjang jalan Lok Nga, hingga ke selatan pada Jalan Lingkar Utara, berupa Landmark/Monumen Tsunami. 10% 0,2
TABEL :1.4 UNIT ZONING REGULATION : A.3 (KAWASAN PENGEMBANGAN MEURAXA UTARA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE ZONA : B / ECO-ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Ruang Terbuka
RT Konservasi dan Pariwisata - Zona hijau/Pond - Wisata
20%
Merupakan barier/pembatas antara zona tambak dan permukiman terbatas, berada di antara jalan Rama setia dan Jl. Iskandar Muda 0%
-
Perikanan Budidaya
IB Zona Perikanan Tambak 20% Di dataran yang tergenang antara Jl. Rama Setia dan Jl. Lingkar Utara serta dibatasi zona hijau di sebelah selatan. 0% -
Permukiman Terbatas
PT Permukiman dengan tingkat kepadatan rendah
20%
Di sepanjang sisi Timur Jl. Iskandar Muda dan di sepanjang Jalan Rama Setia 30 – 40% 0,6-0,8
TABEL :1.4 UNIT ZONING REGULATION : A.3 (KAWASAN PENGEMBANGAN MEURAXA UTARA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE ZONA : B / ECO-ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Zona Perairan RT Konservasi - Hutan Mangrove - Pond
40%
Di sekitar daerah tergenang pada kelurahan Gampong Jawa, Gampong Pande dan Deah Teungoh 0% -
TABEL :1.5 UNIT ZONING REGULATION : A.4 (SUB PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN JAYA BARU) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JAYA BARU ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta
5% Di sepanjang sisi Utara Jl. Cut Nyak Dhien di sekitar pertemuan dengan Jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab dan Jl. Soekarno Hatta di sebelah Barat
30 – 50% 0,8 – 2,4
Perkantoran Pemerintahan
5% Di sepanjang sisi Utara Jl. Cut Nyak Dhien yang dibatasi Sungai Krueng Nieng di sebelah Timur. 35 – 40% 0,8 – 1,4
Mix Use
MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos
10% Di sepanjang Jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab: Di sepanjang sisi Jl. Jenderal Sudirman dan Jl. Soekarno - Hatta 30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman P - Perumahan dengan tingkat kepadatan sedang.
- Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sangat besar dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
70 % Di sisi Barat Jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab hingga Sungai Krueng Nieng dengan tingkat kepadatan sedang, di Kawasan antara jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab dengan Sungai Krueng Nieng.
40 – 50% 0,8 – 1,0
Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 5% Jalur hijau di sepanjang DAS Krueng Nieng dan Krueng Daroy dengan lebar 10 – 50 m 0% -
Pelayanan Kota PK - Sarana Pendidikan - Fasilitas Peribadatan
5% Di antara Jl. Cut Nyak Dhien dan Jl. Nasruddin Daud, Di sepanjang sisi Jl. Teuku Umar 30 – 40% 1,2 -0,8
Perdagangan Jasa
PJ Pertokoan 15% Di sepanjang sisi Jl. Teuku Umar 60% 1,8
TABEL :1.6 UNIT ZONING REGULATION : A.5 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS JAYA BARU TIMUR) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JAYA BARU ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Perkantoran K Perkantoran Swasta 2% Di sepanjang sisi Utara Jl. Cut Nyak Dhien yang dibatasi Sungai Krueng Nieng di sisi Barat dan Jl. Jendral Sudirman di sisi Timur. 30 – 50% 1 – 2,4
Perdagangan Jasa
PJ Pertokoan
5% Berada di sepanjang jalan Teuku Umar yang dibatasi anatara Jl. Jenderal Sudirman dan sungai Krueng Doy. Dan juga berada di sepanjang Jl. Iskandar Muda sisi timur yang dibatasi antara jalan lingkar utara dan sungai krueng Doy
60% 1,8
Mix Use
MU - Perdagangan-jasa - Fasum dan Fasos
5% Di sepanjang Jl. Surien yang berada di antara Jl. Pemancar dan Jl. H. Abu Bakar, serta pada Jl Surien yang berbatasan dengan Jl. Iskandar Muda.
30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman Terbatas
PT Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah 10 %
Pada daerah Punge Ujong yang berada diantara jalan lingkar utara dan Jl. Iskandar Muda, dibatasi Jl. Pendidikan pada sisi selatan. 30 – 40% 0,6-0,8
Permukiman P Perumahan dengan tingkat kepadatan sedang 60%
Dibatasi sungai Krueng Nieng pada sisi Barat, Jl. Teuku Umar pasa sisi selatan, Sungai Krueng Doy dan Jl. Iskandar Muda di sisi Timur serta jalan lingkar utara pada sisi Utara.
40 – 50% 0,8 – 1,0
Tsunami Heritage dan Wisata
TH - Landmark - Wisata bersejarah
3% Berupa Monument PLTD Apung, yang diarahkan untuk kegiatan wisata bersejarah. 10% 0,2
Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Krueng Doy dengan lebar 10 – 50 m. 0% -
Pelayanan Kota PK Sarana Pelayanan Kota Transportasi
5%
Berupa terminal kelas B yang melayani antar kota dalam propinsi. Berada di Jl Teuku Umar. 10% 0,2
Sarana Pendidikan Di sepanjang Jl. Surien yang berada di antara Jl. Pemancar dan Jl. H. Abu Bakar 30 – 40% 1,2 -0,8
TABEL : 1.7 UNIT ZONING REGULATION : A.6 (KAWASAN PERMUKIMAN MEURAXA TIMUR) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JAYA BARU ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Perdagangan Jasa
PJ Pertokoan
10% Di sepanjang Jl. Iskandar Muda bagian Utara yang berbatasan dengan Jl. Lingkar Utara dan di Jl. Habib Abdurrahman yang berada di sisi Barat Krueng Doy.
60% 1,8
Mix Use
MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos
5% Berada di sepanjang Jl.Habib Abdurrahman dibatasi oleh jalan lingkar utara dan sungai krueng Doy 30 – 60% 0,3 – 2,4
PermukimanTerbatas
PT Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah
20 % Pada wilayah Lampaseh Aceh yaitu di sisi selatan jalan lingkar Utara dan diantara Jl. Iskandar Muda dan Jl.Habib Abdurrahman. 30 – 40% 0,6-0,8
Permukiman P Perumahan dengan tingkat kepadatan sedang
50% Pada wilayah Punge Jurong yang dibatasi sungai Krueng Doy pada sisi selatan dab berada diantara Jl. Iskandar Muda dan Jl.Habib Abdurrahman.
40 – 50% 0,8 – 1,0
Ruang Terbuka
RT Konservasi: - Zona hijau/pond - Wisata
5%
Di sebelah utara berbatasan dengan jalur lingkar utara
0% -
Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Krueng Doy berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50 m dan Hutan Kota yang merupakan buffer antara kawasan permukiman dan tambak yang berada di Deah Baro
0% -
2. Wilayah Pengembangan Banda Aceh Utara
TABEL : 2.1 UNIT ZONING REGULATION : P.2 (PESISIR BANDA ACEH UTARA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMPULO ZONA : A / PESISIR (COASTAL ZONE) WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
- Ruang Hijau - Perikanan
Tangkap
RH dan IT
Hutan Mangrove (Hutan Lindung)
100%
Kawasan sepanjang pantai dari Pelabuhan Ulee Lheue sampai dengan banjir kanal di Alue Naga, dengan lebar minimum 150 m dari garis pantai. Khusus, untuk garis pantai Ulee Lheue sepanjang 120 m, harus tersedia populasi mangrove minimal 72 m.
- -
Perikanan Tangkap/ Perikanan Samudera
Di seluruh wilayah perairan Kota Banda Aceh di sepanjang garis pantai Kota Banda Aceh sejauh 4 mil dari garis pantai.
- -
TABEL :2.2 UNIT ZONING REGULATION : B.1 (TPA DAN IPLT GAMPONG JAWA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE LHEUE ZONA : B / ECO-ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH BARAT
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Pelayanan Kota
PK - TPA 10% Di Gampong Jawa, yaitu di sisi Barat Krueng Aceh. 5% 0,05 - IPLT 30% Di Gampong Jawa, yaitu di sisi Barat Krueng Aceh. 60% 0,6
Zona Perairan RT Konservasi - Hutan Mangrove - Pond
60%
Di sekitar daerah tergenang pada kelurahan Gampong Jawa, Gampong Pande dan Deah Teungoh 0% -
TABEL : 2.3 UNIT ZONING REGULATION : B.2 (KAWASAN PERIKANAN LAMPULO) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMPULO ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Perikanan Tangkap/samudera
IT dan IB
- Fasilitas Perikanan
20% Industri Pengolahan hasil Perikanan yang berbatasan dengan zona perairan selat Malaka. 50% 1,0
- Zona Perikanan Samudera 40% Di kawasan yang terletak di sekitar Jalur Lingkar Utara, Krueng Aceh, dan Jl. Syiah Kuala ke arah Utara hingga bertemu dengan kawasan fasilitas perikanan
50% 1,0
- Pelabuhan Ikan 5% Pelabuhan Ikan juga berfungsi sebagai tempat pelelangan ikan di sisi Timur Sungai Krueng Aceh di kelurahan Lampulo 50% 1,0
Mix Use
MU - Perdagangan-jasa - Fasum dan Fasos
3% Di sepanjang sisi Barat Jl. Syiah Kuala. Dan sepanjang sisi Timur Krueng Aceh pada Jl. Sisingamangaraja yang dibatasi Tempat Pelelangan ikan di sisi Utara dan Jl.Kenari Lampulo.
30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman Terbatas
PT Perumahan Nelayan 30% Perumahan Nelayan dikembangkan pada kawasan yang terletak antara Jl. Kenari Lampulo dan Jl. Bampulo SP. Gano 30 – 40% 0,6-0,8
Zona wisata TH - Wisata bersejarah 2% Pada kawasan Lamdingin, berupa kawasan peringatan Tsunami (kapal di atas rumah) 10% 0,2
TABEL : 2.4 UNIT ZONING REGULATION : B.3 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS KUTARAJA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : PEUNAYONG ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Ruang Terbuka RT Konservasi - Zona hijuau - Pond - wisata
30 % Dibatasi Jalur Lingkar Utara pada sisi Utara dan Jl Pintu Air sampai dengan Jl. KR.Gedong pada sisi Selatan. Dan pada sisi timur dibatasi Krueng Aceh. 0% -
Sempadan sungai (Konservasi) 10 % Hutan Kota di sepanjang DAS Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50 m dan di sepanjang ruas Jl. Lingkar Utara sebagai buffer untuk kawasan permukiman yang berada di sekitarnya.
0% -
Zona Wisata 5 % Berbatasan dengan Zona hijau terletak di Jl. KR. Gedong 10% 0,2 Perikanan IB/
IT Cold Storage 2% Berada di sisi Barat Krueng Aceh berbatasan langsung dengan Zona
hijau di sisi utara. 50% 1,0
Perdagangan Jasa PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Jasa Komersial
10% Di sepanjang Jl. Habib Abdurrahman dibatasi Krueng Doy di sisi Barat dan Jl. Prof A Madjid Ibrahim I. Dan di sepanjang Jl. Persatuan yang dibatasi Jl. Prof A Madjid Ibrahim II di sisi Selatan dan Jl Perdamaian di sisi Utara
60% 1,8
Mix Use
MU --- Perdagangan-jasa --- Pelayanan Umum --- Perkantoran Swasta --- Fasum dan Fasos
5% Di sepanjang Jl. Jl. Prof A Madjid Ibrahim I, dibatasi Jl.Iskandar Muda pada sisi Selatan dan Jl. Perintis di sisi Utara 30 – 60% 0,3 – 2,4
Kawasan campuran komersial dan hunian
15% Dibatasi Jl.Habib Abdurrahman di sisi Selatan, Krueng Doy di sisi Barat, Jl. Tentara Pelajar di sisi Barat, dan Jl. Pintu Air sampai dengan Jl. T.Muda di sisi Utara.
30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman Terbatas
PT Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah.
20% Kawasan permukiman dengan kepadatan rendah tidak diarahkan di jalan-jalan ujtama, melainkan dikembangkan di jalan-jalan lingkungan dan di bagian Utara yang berbatasan dengan Jl. Lingkar Utara di batasi buffer zone yang berupa taman kota sebagai daerah konservasi sekaligus mitigasi bencana.
30 – 40% 0,6-0,8
Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan 3% Di sisi Barat sepanjang Jl. Prof A Madjid Ibrahim I pada ruas yang berada di bagian Utara Jl. Perintis. 30 – 40% 0,8 – 1,2
TABEL : 2.5 UNIT ZONING REGULATION : B.4 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS KAMPUNG MULIA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : PEUNAYONG ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Mix Use
MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos
10%
Di sepanjang Jl. Pocut Baren dibatasi Jl. Panglima Polim pada sisi Barat dan Jl. Syiah Kuala pada sisi Timur. Di sepanjang Jl. TGK. Hasyim Banta Muda, sepanjang Jl. T.Blang, sepanjang Jl. Syiah Kuala yang dibatasi Jl. Pocut Baren di sisi Selatan dan Jl. Kenari Lampulo di sisi Utara. Serta sepanjang Jl. TGK Hasan Krueng Kalee yang berbatasan langsung dengan Krueng Aceh di sisi Barat sampai dengan Jl. Sisingamangaraja.
30 – 60% 0,3 – 2,4
Kawasan Campuran hunian komersial
20% Pada kawasan hunian yang dibatasi Jl. T.Blang di sisi Utara, Jl. TGK Hasan Krueng Kalee di sisi Barat, Jl. TGK Hasyim Banta Muda di sisi Timur, dan Jl. Pocut Baren di sisi Selatan.
30 – 60% 0,3 – 2,4
Perdagangan Jasa
PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial
5% Di sisi Selatan sepanjang Jl. Mayjend T Hamzah Bendahara, di kawasan antara Sungai Krueng Aceh dan Jl. Panglima Polim, di sepanjang Jl. Darma dan Jl. TH GLP Tengku Hasan Dek.
60% 1,8
Permukiman P Perumahan dengan tingkat kepadatan sedang. 30%
Pada kawasan Kampung Mulia yang dibatasi oleh Jl. Syiah Kuala di sisi Timur, Jl. T.Blang di sisi Utara, Jl. Pocut Baren di sisi Selatan dan Jl. TGK Hasyim Banta Muda di sisi Timur.
40 – 50% 0,8 – 1,0
Perumahan Terbatas
PT Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah 30%
Di kawasan yang dibatasi Jl. T.Blang di sisi Selatan, Jl. Kenari Lampulo di sisi Utara, Jl. Syiah Kuala di sisi Timur dan Jl. Sisingamangaraja di sisi Barat.
30 – 40% 0,6-0,8
Pelayanan Kota
PK Fasilitas Pendidikan 2% Pada Jl. TGK Hasan Krueng Kalee berbatasan dengan zona perdagangan dan jasa. 30 – 40% 0,8 – 1,2
Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 3%
Hutan Kota di sepanjang DAS Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50 m, sedangkan pariwisata air dilakukan di sepanjang aliran Sungai Krueng Aceh.
0% -
TABEL : 2.6 UNIT ZONING REGULATION : B.5 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS BANDAR BARU) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMPULO ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Pertambakan IB Zona tambak Pada wilayah di sebelah Utara jalan lingkar Utara yang dibatasi dengan Jl. Syiah Kuala di sisi Barat, Krueng Titi Panyang di sisi Timur dan sisi Utara.
0% -
Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta
5% Di sepanjang Jl. Mohammad Daud Beureuh. 30 – 50% 1 – 2,4
Perdagangan Jasa
PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Jasa Komersial
3% Di sekitar pertemuan antara Jl. Syiah Kuala dan Jl. Mohammad Daud Beureuh. 60% 1,8
Mix Use
MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos
7% Di sisi Timur Jl. Syiah Kuala yang berada pada ruas Utara Jl. LR. Arwana 30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman Terbatas
PT Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah
10% Dibatasi Zona hijau di sisi Utara, Jl. Mujahidin di sisi Selatan dan Jl. Syiah Kuala di sisi Barat. 30 – 40% 0,6-0,8
Permukiman P Permukiman dengan Kepadatan sedang
305 Di wilayah yang dibatasi Jl. Mohammad Daud Beureueh di sisi Selatan, Jl Mujahidin-Jl. LR Taqwa di sisi Utara, dan Jl. Syiah Kuala di sisi Barat serta berbatasn dengan Taman hiburan di Kelurahan Bandar Baru di sisi Timur.
40 – 50% 0,8 – 1,0
Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan 3% Di sisi Barat Jl Kartika pada ruas yang berpotongan dengan JL. Mohammad Daud Beureuh di sisi Selatan. 30 – 40% 0,8 – 1,2
Perikanan Budidaya
IB Kawasan Perikanan Tambak 20% Di sisi Selatan Jl. Lingkar Utara. 0% -
Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Jalur hijau di sepanjang DAS Krueng Titi Panyang dengan lebar 10 – 50m 0% -
Zona hijau 7% Di sisi Utara kawasan permukiman sebagai buffer yang membatasi dengan kawasan perikanan tambak. 0% -
Taman Hiburan 5% Di sisi Barat Sungai Krueng Titi Panyang yang berpotongan dengan Jl. Mohammad Daud Beureuh. 20% 0,2
TABEL : 2.7 UNIT ZONING REGULATION : B.6 (KAWASAN PERMUKIMAN TERBATAS BAITURRAHMAN BARAT) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : PEUNAYONG ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta
5% Di sekitar Jl. Iskandar Muda dan di selatan Jl. Teuku Umar 30 – 50% 1 – 2,4
Perdagangan Jasa
PJ Pertokoan
10% Di sepanjang Jalan Teuku Umar 60% 1,8
Mix Use
MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos
5% Di sepanjang Jl. Sultan Alaidin Johansyah dibatasi Krueng Daroy di sisi Selatan 30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman P Perumahan dengan tingkat kepadatan sedang, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sangat besar dengan fasilitas penunjang.
60 % Di kawasan segitiga antara Sungai Krueng Doy, Krueng Daroy, dan Jl. Iskandar Muda. Dan kawasan Sukaramai yang dibatasi oleh Krueng Doy di sisi Barat, dan Jl. Teuku Umar di sisi Timur. Permukiman juga terdapat di kawasan pertemuan Jl. Teuku Umar dan Jl. Sultan Alaidin Johansyah.
40 – 50% 0,8 – 1,0
Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 5% Di sepanjang DAS Krueng Doy dan Krueng Daroy berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50 m. 0% -
Taman Kota dan 5% Di kawasan Sukaramai pada Jl. Iskandar Muda 10% 0,2
wisata budaya 10% Di kawasan Sukaramai pada Jl. Teuku Umar bagian Utara. 10% 0,2
TABEL : 2.8 UNIT ZONING REGULATION : B.7 (PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN BAITURRAHMAN) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : PEUNAYONG ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum dan Pusat
Pemerintahan - Perkantoran Swasta 20%
Pada kawasan yang dibatasi Jl.TGK Abu Lamu di sisi Barat, Jl. Kandang di sisi Timur dan pertemuan antara Jl. Iskandar Muda dan Teuku Umar pada sisi Selatan. Serta pada kawasan yang dibatasi Jl. Cemara, Jl. TGK Syiah Muda Wali, Jl. Imam Bonjol dan Jl. Prof. Madjid Ibrahim II. Dan juga terdapat di sepanjang Jl. Cut Mutia yang merupakan kantor polda NAD.
30 – 50% 1 – 2,4
Perdagangan Jasa
PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial 40%
Tersebar pada kawasan pusat kota Lama mengelilingi Masjid Baiturrahman. Kawasan ini dibatasi Jl. Prof. A.Madjid Ibrahim I di sisi Barat, Jl. Diponegoro di sisi Utara, Jl. Sultan Alaidin di sisi Timur dan Jl. Mohammad Jam di sisi Selatan. Selain itu juga terdapat pada kawasan Utara Jl. Diponegoro, dengan batas Utara Jl. WR.Supratman, Batas Barat Jl. Cut Mutia dan Batas Timur Jl. Tentara Pelajar.
60% 1,8
Pelayanan Kota PK - Fasilitas Sosial (Pusat Keagamaan dan Kebudayaan) 10%
Masjid Raya Baiturrahman, terletak di Jl. Mohammad Jam 30 – 60% 0,3 – 2,4
- Terminal Kota 5% Pada perempatan Jl. WR.Supratman dan Jl. Cut Mutia. 10% 0,2
Mix Use
MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos
5%
Di sepanjang Jl. Sultan Alaidin yang dibatasi sampai dengan pertemuan Jl. Mohammad Jam dan Jl. Tengku Cik Ditiro. 30 – 60% 0,3 – 2,4
Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 5% Jalur hijau di sepanjang DAS Krueng Aceh dengan lebar 10 – 50 m 0% - Taman Kota
10%
Di kawasan antara Jl. Tgk Abu Lamu dan Jl. Tgk Abdullah Luong Rimba, dan di antara Jl. Prof A Madjid Ibrahim dan Jl. Iskandar Muda, serta di sisi utara Masjid Raya Baiturrahman di sepanjang Jl. Tgk Cik Pantekulu
0% -
Wisata Budaya 5% Di sepanjang Jalan Sultan Alaidin yang berhadapan dengan Kantor Walikota dan dibatasi Krueng Aceh di sisi Selatan. 10% 0,2
TABEL : 2.9 UNIT ZONING REGULATION : B.8 (KAWASAN PERDAGANGAN JASA PEUNAYONG) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMPULO ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta
5% Pada bagian Selatan Krueng Aceh: di Jl. Tengku Cik Ditiro sisi Selatan yang dibatasi Jl. Taman Makam Pahlawan sampai dengan Jl. Belibis. Di sepanjang Jl. Suleman Daud yang dibatasi Jl. Sentosa di sisi Barat dan Jl. Taman Makam Pahlawan di sisi Timur. Pada Bagian Utara Krueng Aceh: di Jl. Mohammad Daud Beureueh sisi Selatan yang dibatasi dari Jl. Perkasa Alam di sisi Timur sampai pertemuan dengan Jl. Panglima Polim di sisi Barat. Juga di Jl. Sri sepanjang Ratu Safiatuddin yang berbatasan dengan Krueng Aceh di sisi Selatan.
30 – 50% 1 – 2,4
Perdagangan Jasa
PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Jasa Komersial
5% Pada bagian Selatan Krueng Aceh: di sepanjang Jl. Tengku Cik Ditiro sisi Selatan yang dibatasi Jl. Taman Makam Pahlawan di sisi Timur dan Krueng Daroy di sisi Barat. Pada bagian Utara Krueng Aceh: berada di kawasan Peunayong yang dibatasi Krueng Aceh di sisi Barat dan sepanjang Jl. Panglima Polim di sisi Timur, dan Jl. TGK.Muhammad Dausyah di sisi Utara. Dan di wilayah yang dibatasi Jl. H. Dirmutala di sisi selatan dan Jl. Mayjen T. Hamzah Bendahara di sisi Utara.
60% 1,8
Mix Use
MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos
25% Pada bagian Selatan Krueng Aceh: di sepanjang Jl. Tengku Cik Ditiro sisi Utara, yang dibatasi Krueng Daroy di sebelah Barat, dan Krueng Lueng Paga pada sisi Timur. Dan di sepanjang Jl. Taman Makam Pahlawan, yang berada di sisi Utara dan Selatan taman Makam Pahlawan. Pada bagian Utara Krueng Aceh: di Jl. Mohammad Daud Beureueh sisi Utara yang dibatasi Jl. Panglima Polim di sisi Barat dan Jl. Syiah Kuala di sisi Timur. Di sepanjang Jl. Syiah Kuala dari Jl. Mohammad Daud Beureueh di sisi Selatan dan Jl. Pocut Baren di sisi Utara. Sepanjang Jl. Pocut Baren dan sepanjang Jl.Darma sampai pertemuan dengan Jl. Pocut Baren.
30 – 60% 0,3 – 2,4
TABEL : 2.9 UNIT ZONING REGULATION : B.8 (KAWASAN PERDAGANGAN JASA PEUNAYONG) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMPULO ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
- Kawasan campuran hunian komersial
Pada sisi Selatan Krueng Aceh: dibatasi Jl. Elang pada sisi selatan dan zona perdagangan dan jasa di Jl. Tengku Cik Ditiro pada sisi Utara. Pada sisi timur dibatasi Jl. Taman Makam Pahlawan. Di sisi Barat dibatasi Krueng Daroy sampai pertemuan Jl. Jl. Nyak Adam Kamil V. Pada sisi Utara Krueng Aceh; kawasan ini berada pada kawasan yang dibatasi Jl. Syiah Kuala, Pocut Baren, Jl. Mohammad Daud Beureueh dan Zona perdagangan dan Jasa di Jl. Panglima Polim.
30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman
P Perumahan dengan tingkat kepadatan sedang
40% Pada sisi Selatan Krueng Aceh: berada di wilayah Ateuk Pahlawan yang dibatasi Krueng Lueng Paga di sisi Barat dan Jl. Taman Makam Pahlawan di sisi Timur, di sisi Utara dibatasi zona perkantoran di Jl. Tengku Cik Ditiro, dan di sisi Selatan dibatasi Jl. Elang. Pada sisi Utara Krueng Aceh: di sepanjang Krueng Aceh sebelah Utara yang dibatasi Jl. TH.GLP.Payong Tengku Hasan Dek di sisi Timur dan Zona pendidikan pada sisi Barat.
40 – 50% 0,8 – 1,0
Pelayanan Kota
PK Fasilitas pendidikan 5% Dibatasi Krueng Aceh di sisi Selatan dan Jl. Mayjen T Hamzah Bendahara. 30 – 40% 0,8 – 1,2
Ruang Terbuka RT Sempadan sungai (Konservasi) 20% Hutan Kota di sepanjang DAS Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50 m dan di sepanjang ruas Jl. Lingkar Utara sebagai buffer untuk kawasan permukiman yang berada di sekitarnya.
0% -
TABEL :2.10 UNIT ZONING REGULATION : B.9 (KAWASAN PENGEMBANGAN NEUSU) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : NEUSU ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Pelayanan Kota
PK - Fasilitas Umum - Fasilitas Sosial
5% Dikembangkan di sekitar kawasan permukiman. 30 – 40% 0,8 – 1,2
Perdagangan Jasa
PJ Pertokoan 5% Berada di sepanjang Jl. Hasan Saleh yang dibatasi Jl. Nyak Adam Kamil II, sampai Jl. Sultan Alaidin Johan Syah dan sepanjang Jl. Sultan Alaidin Johan Syah.
60% 1,8
Mix Use
MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum dan
Perkantoran Swasta - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos
10% Di sekitar pertemuan antara Jl. Nyak Adam Kamil II dan Jl. Taman Makam Pahlawan dan di sisi Barat Jl. Sultan Malikul Saleh. Serta di sepanjang Jl. TGK Dilhong II.
30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman
P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sangat besar dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
70 % Dibatasi Jl. Sultan Alaidin Johan Syah dan Krueng Daroy di sisi Barat dan sisi Utara. Dan dibatasi Krueng Lueng Paga pada sisi timur serta Jl. TGK Dilhong II pada sisi Selatan.
20 – 60% 0,7 – 1,2
Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan umum - Perkantoran swasta
5% Di sepanjang Jl. Nyak Adam Kamil II sampai dengan pertemuan dengan Jl. Hasan Saleh pada sebelah Barat dan berbatasan dengan zona mix-use pada sebelah Timur.
30 – 50% 1 – 2,4
Ruang Terbuka
RT Sempadan sungai (Konservasi) 5% Di sepanjang DAS Krueng Daroy, Krueng Lueng Paga dan Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m 0% -
TABEL : 2.11 UNIT ZONING REGULATION : B.10 (KAWASAN PERMUKIMAN SYIAH KUALA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE KARENG ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH UTARA
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta
5% Di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak Arief dan di sisi Barat Jl. Tgk Nyak Makam: - Pelayanan umum dan Pemerintahan 35 – 40% 0,8 – 1,4
- Perkantoran swasta 30 – 50% 1,0 – 2,4 Perdagangan dan jasa
PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial
10% Di sepanjang Jl. Laksamana Malayahati dan di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak Arief 30 – 60% 0,3 – 1,8
Mix Use MU - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial - Perkantoran - Sarana Pelayanan Kota :
Fasilitas Umum, Fasilitas Sosial, Institusi dan Transportasi
- Industri
10% Di sepanjang Jl. Tgk Chik Dipineung dan di bagian Timur Jl. Prada Utama yang berbatasan dengan Jl. Laksamana Malayahati.
30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sedang dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
65% Di kawasan yang dibatasi oleh Jl. Laksamana Malayahati, Jl. Tgk Nyak Makam, Jl. Tgk Nyak Arief, dan Jl. Tgk Chik Dipineung
20 – 60% 0,7 – 1,2
Ruang Terbuka
RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Banjir Kanal Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m 0% -
3. Wilayah Pengembangan Banda Aceh Selatan TABEL : 3.1 UNIT ZONING REGULATION : C.1 (KAWASAN PERMUKIMAN BANDA RAYA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : NEUSU ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH SELATAN
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Pelayanan Kota
PK Fasilitas Pendidikan 5% Diarahkan dikembangkan di sekitar kawasan permukiman. 30 – 40% 0,8 – 1,2
Perdagangan Jasa
PJ Pertokoan 5% Di sekitar perempatan Jl. Sultan Malikul Saleh, Jl. Residen Danubroto, Jl. Hasan Saleh dan Jl. Sultan Aladin Johan Syah, serta di sisi Selatan Jl. Cut Nyak Dhien.
60% 1,8
Mix Use
MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos
10% Di sepanjang Jl. Soekarno Hatta, Jl. Sultan Malikul Saleh, dan Jl. Sultan Aladin Johan Syah 30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman
P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sangat besar dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
70 % Di sisi Utara Jl Wedana hingga sungai Krueng Daroy dan Krueng Doy.
20 – 60% 0,7 – 1,2
Ruang Terbuka
RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Krueng Daroy dan Krueng Doy berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m. 0% -
TABEL :3.2 UNIT ZONING REGULATION : C.2 (KAWASAN PERMUKIMAN LUENG BATA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LUENG BATA ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH SELATAN
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Perdagangan Jasa
PJ Pertokoan 10% Di sepanjang Jl. Tgk Mum Lueng Bata 60% 1,8
Mix Use
MU
- Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos
20% Di sisi Utara Jl. Amd Manunggal XLI, sepanjang jalur Poros Utara – Selatan, Jl. Angsa, dan Jl. Ke Kampus Muhamadiyah
30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman
P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sangat besar dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
50 % Dikembangkan di sepanjang Jalur Poros Utara – Selatan.
20 – 60% 0,7 – 1,2
Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan umum - Perkantoran swasta
5% Di sepanjang Jl. Lueng Bata – Lhamdom 30 – 50% 1 – 2,4
Ruang Terbuka
RT Sempadan sungai (Konservasi) 15% Di sepanjang DAS Krueng Lueng Paga berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m di sisi Timur Jl. Tgk Mum Lueng Bata. 0% -
TABEL :3.3 UNIT ZONING REGULATION : C.3 (KAWASAN PUSAT PENGEMBANGAN KOTA BARU) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : LAMDOM ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH SELATAN
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Mix Use
MU
- Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos
20% Pada Jl. Poros Utara – Selatan, yaitu di sepanjang Koridor yang menghubungkan antara Lamdhom dan Lampeuneurut, sepanjang Jl. AMD Manunggal Ali, dan Jl. Ke Kampus Muhamadiyah. 30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman
P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sangat besar dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
20 % Dibatasi oleh sebelah barat dibatasi sungai Krueng Lueng Paga, sebelah Utara dibatasi Jl. AMD Manunggal Ali dan di sisi Selatan dibatasi oleh batas administratif Kota Banda Aceh.
20 – 60% 0,7 – 1,2
Pertanian T Pertanian 40% Kawasan pertanian di kembangakan di daerah Selatan, yaitu di luar Administratif Kota Banda Aceh.
0% -
Ruang Terbuka
RT Sempadan sungai (Konservasi) 5% Di sepanjang DAS Krueng Lueng Paga berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m di sisi Timur Jl. Tgk Mum Lueng Bata. 0% -
Stadion Olahraga 15% Di kawasan antara Jl. Tgk Dilhong II dan sungai Krueng Lueng Paga 10% 0,2
TABEL : 3.4 UNIT ZONING REGULATION : C.4 (PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN BANDA ACEH BARAT) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : KEUTAPANG ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH SELATAN
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta
5% Di sisi Selatan Jl. Cut Nyak Dien 30 – 50% 1 – 2,4
Perdagangan Jasa
PJ Pertokoan 15% Di sepanjang sisi Jl. Teuku Umar 60% 1,8
Mix Use
MU - Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos
20% Di sepanjang sisi Jl. Jenderal Sudirman dan Jl. Soekarno – Hatta.
30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman
P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sangat besar dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
40 % Di kawasan antara Jl. Tgk Abd Rahman Meunasah Meucab dengan Sungai Krueng Nieng.
40 – 50% 0,8 – 1,0
Pelayanan Kota
PK Fasilitas Peribadatan
5% Di sepanjang sisi Jl. Teuku Umar 40% 0,8
Ruang Terbuka
RT Sempadan sungai (Konservasi) 15% Di sepanjang DAS Krueng Daroy berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m. 0% -
4. Wilayah Pengembangan Banda Aceh Timur TABEL : 4.1 UNIT ZONING REGULATION : P.3 (PESISIR BANDA ACEH TIMUR) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JEULINGKE ZONA : A / PESISIR (COASTAL ZONE) WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
- Ruang Hijau - Perikanan
Tangkap
RH dan IT
Hutan Mangrove (Hutan Lindung)
100%
Kawasan sepanjang pantai dari Pelabuhan Ulee Lheue sampai dengan banjir kanal di Alue Naga, dengan lebar minimum 150 m dari garis pantai. Khusus, untuk garis pantai Ulee Lheue sepanjang 120 m, harus tersedia populasi mangrove minimal 72 m.
- -
Perikanan Tangkap/ Perikanan Samudera
Di seluruh wilayah perairan Kota Banda Aceh di sepanjang garis pantai Kota Banda Aceh sejauh 4 mil dari garis pantai.
- -
TABEL : 4.2 UNIT ZONING REGULATION : D.1 (KAWASAN KONSERVASI ALUE NAGA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JEULINGKE ZONA : B / ECO-ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Permukiman Terbatas
PT Perumahan khusus Nelayan dengan tingkat kepadatan rendah, kategori rumah sederhana dan sangat sederhana
10% Di sekitar Alue Naga dan sisi Timur Banjir Kanal.
30 – 40% 0,6-0,8
Perikanan Budidaya
IB Kawasan Perikanan Tambak 30% Di sisi Utara Jalan Lingkar Utara. 0% -
Ruang Terbuka
RT - Hutan Mangrove (Konservasi) 50% Di sepanjang pesisir pantai Utara Kota Banda Aceh 0% - - Sempadan Sungai (greenbelt)
- ponds 10% Di sekitar muara Krueng Aceh dan Banjir Kanal, berupa kolam pancing
dan taman untuk daerah resapan
TABEL : 4.3 UNIT ZONING REGULATION : D.2 (SUB PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN JEULINGKE) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : JEULINGKE ZONA : C / TRADITIONAL CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Mix Use
MU
- Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum dan Kantor
Pemerintahan - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos
10% Di sisi Utara sepanjang Jl. Tengku Nyak Arief .
30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman Terbatas
PT Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah
20% Di kelurahan Jeulingke, tepatnya di sisi Utara Jl. Tengku Nyak Arief . 30 – 40% 0,6-0,8
Permukiman P Perumahan dengan tingkat kepadatan sedang
30% Berbatasan dengan zona mix-use di sepanjang sisi Utara Jl. Tengku Nyak Arief. 20 – 60% 0,7 – 1,2
Perikanan Budidaya
IB Kawasan Perikanan Tambak 30% Di sekitar Jl. Lingkar Utara.yang merupakan daerah genangan sekaligus DAS Krueng titi Panyang. 0% -
Ruang Terbuka
RT - Sempadan sungai (Konservasi)
- Sabuk hijau (greenbelt) - Taman Kota
10% Di sisi Utara kawasan permukiman sebagai buffer yang membatasi dengan kawasan perikanan tambak serta di sepanjang DAS Krueng Titi Panyang berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m. 0% -
TABEL : 4.4 UNIT ZONING REGULATION : D.3 (KAWASAN PERMUKIMAN SYIAH KUALA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE KARENG ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta
5% Di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak Arief dan di sisi Barat Jl. Tgk Nyak Makam: - Pelayanan umum dan Pemerintahan 35 – 40% 0,8 – 1,4
- Perkantoran swasta 30 – 50% 1,0 – 2,4 Perdagangan dan jasa
PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial
10% Di sepanjang Jl. Laksamana Malayahati dan di sisi Selatan Jl. Tgk Nyak Arief 30 – 60% 0,3 – 1,8
Mix Use MU - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial - Perkantoran - Sarana Pelayanan Kota :
Fasilitas Umum, Fasilitas Sosial, Institusi dan Transportasi
- Industri
10% Di sepanjang Jl. Tgk Chik Dipineung dan di bagian Timur Jl. Prada Utama yang berbatasan dengan Jl. Laksamana Malayahati.
30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sedang dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
65% Di kawasan yang dibatasi oleh Jl. Laksamana Malayahati, Jl. Tgk Nyak Makam, Jl. Tgk Nyak Arief, dan Jl. Tgk Chik Dipineung
20 – 60% 0,7 – 1,2
Ruang Terbuka
RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Banjir Kanal Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m 0% -
Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan
5% Berada di pertemuan Jl. Tgk. Chik Dipineung dan Jl.TGK Nyak Makam. 30 – 40% 0,8 – 1,2
TABEL : 4.5 UNIT ZONING REGULATION : D.4 (KAWASAN PERMUKIMAN ULEE KARENG UTARA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE KARENG ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Mix Use
MU
- Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos - Industri
20% Di sepanjang Jl. Tengku Iskandar sampai dengan pertemuan dengan Jl. Peutamerehom dan sepanjang Jl. P.Nyak Makam pada sisi timur, serta sepanjang Jl. TGK.Chik Dipineung sampai dengan pertemuan dengan Jl. Ulee Kareng Prada.
30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman P Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sedang dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
70% Tersebar di Kecamatan Ulee Kareng pada Kelurahan Pango Raya, Pango Deah, Ilie, dan Lamteh. Dibatasi oleh Jl. P Nyak Makam di sebelah Barat hingga Jl. Ulee Kareng Prada, serta Jl. Tgk Chik Dipineung di sebelah Utara dan Jl. Tengku Yusuf pada sebelah Selatan. 20 – 60% 0,7 – 1,2
Perkantoran K Perkantoran: - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta
5% Di sepanjang sisi Timur Jl. P.Nyak Makam. 35 – 40% 0,8 – 1,4
Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan
5% Berada di pertemuan Jl. Tgk. Chik Dipineung dan Jl.TGK Nyak Makam. 30 – 40% 0,8 – 1,2
TABEL : 4.6 UNIT ZONING REGULATION : D.5 (KAWASAN PERMUKIMAN ULEE KARENG SELATAN) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE KARENG ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Mix Use
MU
Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos - Industri
10% Di sepanjang Jl. Tengku Iskandar sampai dengan pertemuan dengan Jl. Tengku Yusuf. Dan rencana jalan lingkar dalam terusan dari Jl. P. Nyak Makan ke arah selatan hingga berpotongan dengan Krueng Aceh. 30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman P Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sedang dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
70% Berada di kawasan yang berbatasan dengan Krueng Aceh di sisi Barat, sampai batas administrasi Banda Aceh di sisi Timur.
20 – 60% 0,7 – 1,2
Perdagangan Jasa
PJ Perdagangan Ritel dan Grosir Jasa Pelayanan Hotel dan Restoran
5% Berada di Ujung Jl. Tengku Iskandar pada pertemuan dengan Jl. TH GLP Payong Tengku Hasan dek. 35 – 40% 0,8 – 1,4
Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan
3% Berbatasan dengan Krueng Aceh pada sisi Selatan pada Jl. Padat Karya Pango.
30 – 40% 0,8 – 1,2
Ruang Terbuka
RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m di sisi Timur Jl. Tgk Mum Lueng Bata. Serta daerah resapan air pada Meander (belokan Krueng Aceh) yang juga dapat dimanfaatkan sebagai hutan kota.
0% -
Zona Wisata 2% Berada pada wilayah Ilie, Ulee kareng 10% 0,2
TABEL : 4.7 UNIT ZONING REGULATION : D.6 (PUSAT WILAYAH PENGEMBANGAN ULEE KARENG) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : ULEE KARENG ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Perdagangan Jasa
PJ - Perdagangan Ritel dan Grosir - Jasa Pelayanan - Hotel dan Restoran
40% Di sepanjang simpang tujuh yaitu di Jl. Tengku Iskandar, Jl. Ulee Kareng Prada, Jl. Lamgapang, Jl. Lamreung, dan Jalan Mesjid Toha. 30 – 60% 0,3 – 1,8
Mix Use
MU
- Perdagangan-jasa - Pelayanan Umum - Perkantoran Swasta - Fasum dan Fasos - Industri
5% Di sepanjang Jl. Tengku Iskandar sampai dengan pertemuan dengan Jl. Tengku Nyak Makam. Dan sebagian Jl. Tengku Nyak Makam di sisi Selatan. 30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sedang dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
55% Tersebar di Kecamatan Ulee Kareng pada Kelurahan Ie Masen Ulee Kareng, Kelurahan Ceurih, dan sebagaian dari kelurahan Lam Geulumpang yang dibatasi Jl.Tengku Musa sampai dengan pertemuan dengan Jl. Tengku Yusuf pada sebelah Barat dan dibatasi dengan Krueng Cut di Sebelat Utara, Timur dan Selatan.
20 – 60% 0,7 – 1,2
TABEL : 4.8 UNIT ZONING REGULATION : D.7 (KAWASAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA) SUB WILAYAH PENGEMBANGAN : KOPELMA ZONA : D / NEW URBAN CITY CENTER ZONE WILAYAH PENGEMBANGAN : BANDA ACEH TIMUR
FUNGSI KEGIATAN YANG DIPERBOLEHKAN PROPORSI LOKASI
INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KDB KLB
Pelayanan Kota PK Fasilitas Pendidikan Tinggi 40% Kampus Universitas Syiah Kuala. 30 – 40% 0,8 – 1,2 Perdagangan dan jasa
PJ - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial
5% Di sepanjang Jl. Utama sampai dengan pertemuan dengan Jl. Kuto Inong Bale, dan sepanjang Jl. Kuto Inong Bale. 30 – 60% 0,3 – 1,8
Mix Use MU - Perdagangan Ritel/Eceran - Perdagangan Besar - Jasa Komersial - Perkantoran - Sarana Pelayanan Kota :
Fasilitas Umum dan Fasilitas sosial, Institusi dan Transportasi
- Industri
5% Di sepanjang Jalan yang membatasi wilayah Kampus Universitas Syiah Kuala di bagian Utara.
30 – 60% 0,3 – 2,4
Permukiman P - Perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kategori rumah sangat sederhana sampai dengan rumah sedang dengan fasilitas penunjang.
- Rumah susun
40% Di bagian Utara dan Barat Kampus Universitas Syiah Kuala.
20 – 60% 0,7 – 1,2
Ruang Terbuka
RT Sempadan sungai (Konservasi) 10% Di sepanjang DAS Banjir Kanal Krueng Aceh berupa jalur hijau dengan lebar 10 – 50m 0% -
LAMPIRAN 2 MATRIKS PERATURAN PENGGUNAAN UNTUK
KAWASAN PERMUKIMAN PT : PERUMAHAN TERBATAS P : PERUMAHAN PK : PELAYANAN KOTA RT : RUANG TERBUKA PJ : PERDAGANGAN DAN JASA MU : MIX USE K : PERKANTORAN
IT : PERIKANAN TANGKAP IB : PERIKANAN BUDIDAYA T : PERTANIAN PL : PELABUHAN (KAWASAN KHUSUS) AG : AGROPOLITAN (KAWASAN KHUSUS) TH : TSUNAMI HERITAGE (KAWASAN KHUSUS)
KETERANGAN : I : Penggunaan atau kategori penggunaan diijinkan sesuai dengan haknya, yang berarti bahwa tidak akan ada pembatasan atau
peninjauan atau tindakan lain dari Pemerintah Kota sebagai persyaratan memperolah ijin penggunaan selain memproses IMB. B : Penggunaan memerlukan Ijin Penggunaan Bersyarat. Ijin Penggunaan bersyarat diperlukan untuk penggunaan yang memiliki
potensi dampak penting terhadap lingkungan sekitarnya atau yang lebih luas. Oleh karena itu permohonan perlu dilengkapi AMDAL, RKL, RPL..
- : Penggunaan atau kategori penggunaan tidak diijinkan
KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH
INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG
I PERUMAHAN
1 Akomodasi Hunian Bersama (rumah petak)
- B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Kesesuaian dengan kebutuhan - Rasio MCK terhadap jumlah penghuni
2 Rumah Susun - I _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - 3 Rumah Tunggal B I _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ B - Rumah tunggal untuk Wilayah PT
(Permukiman Terbatas) adalah tipe
KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH
INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG rumah sedang, sederhana dan sangat sederhana
- Rumah tunggal untuk Wilayah AG (Agropolitan) adalah tipe rumah perdesaan
4 Rumah Dinas, Wisma Tamu - I _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - 5 Asrama Mahasiswa dan Pelajar - B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Rasio KM/WC terhadap jumlah
penghuni. - Rasio tempat parkir terhadap jumlah
penghuni. 6 Tempat kos, sebagai
penggunaan pelengkap - B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap total luas lantai
penggunaan utama (maks. 20%, dan tidak lebih dari 120 m2).
7 Rumah kos yang berdiri sendiri - B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi MCK terhadap jumlah penghuni - Rasio tempat parkir terhadap jumlah
penghuni. - Ketertiban dan keamanan lingkungan
8 Rumah Usaha, sebagai penggunaan pelengkap (praktek dokter individu, bidan, pengobatan alternatif, warung, persewaan, dll.)
B B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap total luas lantai penggunaan rumah tinggal (maks. 20% dari total luas lantai).
- Ketertiban dan keamanan lingkungan
II PERDAGANGAN RITEL/ECERAN 1 Departemen Store _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - 2 Toko -
Bahan Bangunan dan Alat Pertukangan
_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Tersedia tempat parkir dan bongkar muat barang.
Alat Rumah Tangga/Furniture
_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Tersedia fasilitas parkir dan bongkar muat barang.
Hewan Peliharaan dan Perlengkapannya
_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Ketersediaan fasilitas penunjang. - Jaminan keamanan.
Pakaian dan Kelengkapannya (butik)
_ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Rasio tempat parkir terhadap luas lantai bangunan usaha
KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH
INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG Peracangan _ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Dalam bentuk rumah usaha khusus
untuk wilayah P (Permukiman). Lihat persyaratan rumah usaha.
3 Pusat Perbelanjaan/Shopping Center/Mall
_ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Sesuai arahan Rencana Tata Ruang - Ketersediaan tempat parkir dan bongkat
muat barang. 4 Kios, Warung B B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Dalam bentuk rumah usaha khusus
untuk wilayah P (Permukiman). Lihat persyaratan rumah usaha.
5 Pasar _ _ _ _ B B _ _ B _ _ _ B - Sesuai arahan Rencana Tata Ruang - Ketersediaan sarana pengelolaan
limbah. - Ketersediaan tempat parkir dan bongkat
muat barang. 6 Restoran _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Rasio tempat parkir terhadap luas lantai
bangunan usaha. - Ketersediaan sarana pengelolaan
limbah. 8 PKL B B B _ B B B _ _ _ _ _ B - Batasan lokasi berjualan (di dalam
daerah sempadan bangunan) - Batasan jenis dagangan dan waktu
berjualan 9 Galeri _ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Disesuaikan dengan kebutuhan
setempat - Ketersediaan fasilitas pendukung. - Ketersediaan tempat parkir dan bongkar
muat barang. - Dalam bentuk rumah usaha khusus
untuk wilayah P (Permukiman). Lihat persyaratan rumah usaha.
10 Ruang Pamer dan Tempat Penjualan Kendaraan Bermotor Tertutup (dealer, showroom)
_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Boleh dilengkapi bengkel perawatan (bukan bengkel perbaikan).
- Tersedia tempat parkir dan bongkar muat barang. 11 Ruang Pamer dan Tempat _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _
KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH
INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG Penjualan Kendaraan Bermotor Terbuka
12 Ruang Pamer dan Tempat Penjualan Alat-alat Berat
_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Tersedia tempat parkir dan bongkarmuat barang.
13 Tempat Penjualan Peralatan dan Pasokan Pertanian
_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ B
14 Tempat Penjualan Suku Cadang
_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Disesuaikan kebutuhan setempat. - Tersedia tempat parkir dan bongkar
muat barang. 15 Tempat Penjualan Barang Bekas (besi, bekas bangunan)
_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _
III PERDAGANGAN BESAR/GROSIR
1 Pasar Grosir, Pasar Induk _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ B - Sesuai arahan Rencana Tata Ruang - Ketersediaan tempat parkir dan bongkat
muat barang. 2 Pertokoan Grosir _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _
3 Tempat Pelelangan Ikan _ _ _ _ _ _ _ B B _ _ _ _
IV JASA KOMERSIAL
1 Trade Centre _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Sesuai arahan Rencana Tata Ruang - Ketersediaan tempat parkir dan bongkat
muat barang. 2 Lembaga Keuangan (bank,
asuransi, leasing, bursa saham, sekuritas, money changer)
_ _ _ _ B B B _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas lahan. - Tersedia lahan parkir (proporsi terhadap
12 Perkantoran Bisnis dan Profesional (notaris, pengacara, akuntan, konsultan, kontraktor, kantor lembaga profesi)
_ _ _ _ I I I _ _ _ _ _ _ -
13 Taman Hiburan dan Teater Terbuka
_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas lahan. - Tersedia tempat parkir - Disesuaikan kebutuhan komunitas
setempat.
KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH
INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG 14 Penitipan Hewan Peliharaan _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Disesuaikan kebutuhan komunitas
setempat. - Jaminan keamanan.
15 Fasilitas Penitipan Anak _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap luas penggunaan utama
- Daya tampung (kapasitas) - Kelengkapan fasilitas
16 Pameran di Ruang Terbuka (produk unggulan, bunga)
_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Bersifat temporer - Luas lahan memenuhi
17 Studio Ketrampilan (non fasilitas pendidikan)
_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Luas lahan memenuhi - Tersedia tempat parkir
18 Panti Pijat _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Persetujuan komunitas setempat. - Tersedia tempat parkir.
19 Klub Malam, Bar, Karaoke, Cafe
_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Persetujuan komunitas setempat. - Tersedia tempat parkir.
20 Fasilitas Rekreasi Privat dan Kebugaran (club house, fitness centre)
_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Tersedia fasilitas pendukung. - Tersedia tempat parkir.
21 Fasilitas Daur Ulang - Persetujuan komunitas setempat. - Tersedia tempat parkir. - Pengendalian pencemaran lingkungan
(limbah padat)
Pengumpul kecil/besar _ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Pengolahan hasil daur ulang
_ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Pengkomposan dari bahan-bahan hijau dan organik
_ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Tempat pengumpulan puing-puing bangunan
_ B _ _ _ B _ _ _ _ _ _ _
Pengolahan buangan komersial dan pabrik
_ B _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
22 Klinik dan Rumah Sakit hewan _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimum luas lahan. - Keamanan warga sekitar - Pencemaran lingkungan
23 Tempat Persewaan Kendaraan _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimum luas lahan.
KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH
INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG - Tersedia tempat parkir
24 Bengkel Mobil _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Pengendalian pencemaran dan kebisingan
25 Bengkel Sepeda Motor _ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Pengendalian pencemaran dan kebisingan
- Dalam bentuk rumah usaha khusus untuk wilayah P (Permukiman). Lihat persyaratan rumah usaha.
26 SPBU _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimum luas lahan. - Persetujuan komunitas setempat - Keamanan terhadap kebakaran dan
bahaya ledakan - Sirkulasi kendaraan dalam tapak tidak
mengganggu lalu-lintas sekitar. V PERKANTORAN
1 Perkantoran Pemerintah (eksekutif,legislatif, yudikatif)
_ B B _ _ I I _ _ _ _ _ _ - Kesesuaian jenis kantor dengan karakter zona setempat.
- Batasan minimum luas lahan - Rasio tempat parkir terhadap luas lantai.
2 Perkantoran Organisasi Sosial-Politik-Kemasyarakatan, Kantor Yayasan, LSM
_ B _ _ _ I I _ _ _ _ _ _ - Khusus untuk wilayah P (Permukiman) harus memperhatikan proporsi terhadap luas penggunaan rumah tinggal (maks. 20%)
- Keamanan dan ketertiban lingkungan. - Persetujuan komunitas setempat.
3 Kantor Perwakilan Negara Asing
_ _ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ - Keamanan dan ketertiban lingkungan. - Persetujuan komunitas setempat. - Tersedia fasilitas yang memadai.
VI PENGGUNAAN SARANA PELAYANAN KOTA
1 Sarana Pendidikan
Taman Kanak-kanak dan Playgroup
_ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas kapling - Rasio tempat parkir terhadap luas lantai - Ketertiban dan keamanan lokasi SD sampai SMU dan MI _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _
KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH
INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG sampai MA
Sekolah Tinggi/Universitas _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _
Sekolah Kejuruan _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _
Pendidikan Kedinasan _ _ I _ _ B _ _ _ _ _ _ _
Tempat Kursus (bahasa, kecantikan, musik, tari, desain, akuntansi, komputer, mengetik, menjahit, memasak, mengemudi, montir)
_ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Proporsi terhadap luas penggunaan rumah tinggal maks. 20% bila di wilayah permukiman (P)
- Rasio tempat parkir terhadap luas penggunaan tempat usaha
- Persetujuan tetangga sekitar. Sekolah Luar Biasa _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Kelengkapan fasilitas pendukung.
- Ketertiban dan keamanan lokasi Pondok Pesantren _ B I _ _ B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan minimal luas kapling
1 Industri kecil/rumah tangga _ B _ _ B B _ _ _ _ _ _ _ - Industri Non Polutan - Batasan minimal luas kapling - Ketersediaan fasilitas penunjang - Keamanan terhadap bangunan dan
lingkungan sekitar - Persetujuan komunitas setempat - Pengendalian pencemaran lingkungan
sekitar
2 Industri Percetakan dan Surat Kabar
_ _ _ _ B B _ _ _ _ _ _ _
3 Industri Perikanan (Pengolahan ikan, pengalengan, dll)
- Batasan minimal luas kapling - Ketersediaan fasilitas penunjang
2 Fasilitas Pindahan dan Penitipan Barang (Moving and Storage)
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ B _
3 Gudang Terbuka Sementara di Luar Lokasi Pembangunan Proyek
B B B _ B B B _ _ _ _ B B - Batasan waktu (hanya diijinkan selama pembangunan proyek)
X RUANG TERBUKA HIJAU
1 Hijau Lindung _
Hutan Kota I I I I I I I I I I I I I
Hutan Bakau I I I I I I I I I I I I I
2 Hijau Binaan
Taman Kota I I I I I I I _ _ I I I I _
Rekreasi Kota (Kebun _ _ B B B B _ _ _ _ _ _ _ - Batasan luas lahan minimum
KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH
INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG Binatang, Taman Ria, Taman Remaja)
- Disesuaikan kebutuhan setempat - Persetujuan komunitas setempat Pemakaman I I I B B B _ _ _ _ _ _ B
Bumi Perkemahan _ _ B B B B _ _ _ _ _ _ B
Sabuk Hijau I I I I I I I I I I I I I _
3 Hijau Tata Air _
Tepi Sungai dan Saluran (sempadan sungai)
I I I I I I I I I I I I I
1. Tepi Waduk (sempadan waduk)
I I I I I I I I I I I I I
2. Tepi Laut (sempadan pantai)
I I I I I I I I I I I I I
4 Hijau Utilitas
▪ Jalur Hijau SUTT B B B B B B B B B B B B B - Batasan ruang bebas SUTT
▪ Jalur Hijau Pengaman Jaringan Pipa Gas
B B B B B B B B B B B B B - Batasan ruang bebas jaringan pipa gas
5 Hijau Prasarana Jalan dan Kereta Api (median, pulau jalan, interchange jalan tol, sempadan kereta api)
B B B B B B B B B B B B B - Batasan Rumija, Rumaja, Ruwasja, GSB, dan Garis Sempadan Kereta Api
6 Hijau Olah-raga
▪ Lapangan Olah-raga Terbuka (sepak bola, basket, voli)
B B B B B B _ _ _ _ _ _ _ - Kesesuaian dengan kebutuhan setempat
▪ Lapangan Golf, Driving Range
_ _ B B B B _ _ _ _ _ _ - Kesesuaian dengan kebutuhan setempat
7 Tempat Terbuka Penjualan Tanaman dan Bunga
B B B B B B _ _ _ B _ _ B - Batasan lokasi - Ketersediaan tempat parkir - Ketertiban dan keamanan lokasi - Pelestarian lingkungan
8 Tempat Pemeliharaan/Istal Kuda Pacu
_ _ B B B B _ _ _ B _ _ B - Kesesuaian dengan kebutuhan setempat
KATEGORI PENGGUNAAN FUNGSI WILAYAH
INDIKATOR PERSYARATAN
PT P PK RT PJ MU K IT IB T SO PL AG 9 Tempat Pembenihan
Holtikultura dan Rumah Kaca B B B B B B _ _ _ B _ _ B - Dalam bentuk rumah usaha khusus
untuk wilayah P (Permukiman). Lihat persyaratan rumah usaha.
- Ketertiban dan keamanan lingkungan XI PERTAMBAKAN
1 Tambak Budidaya
▪ Tambak Produksi _ _ _ _ _ _ _ _ I _ _ _ _ -
▪ Tempat Pembibitan dan Fasilitas Aquaculture
_ _ _ _ _ _ _ _ I _ _ _ _ -
2 Tambak/Kolam Rekreasi (ekowisata)
- Disesuaikan kebutuhan setempat - Pengendalian pencemaran lingkungan
(limbah padat dan cair) - Pelestarian lingkungan
Kolam Pancing _ _ B B B B _ _ B B _ _ B
Restoran Apung _ _ B B B B _ _ B B _ _ B
Rekreasi Perahu _ _ B B B B _ _ B B _ _ B
XII PERAIRAN
1 Telaga, ponds B B B B B B B B B B B B B - Kesesuaian dengan kebutuhan - Ketersediaan tanah - Batasan sempadan telaga
2 Saluran drainase B B B B B B B B B B B B B - Kesesuaian dengan kebutuhan - Batasan sempadan saluran
XIII TATA INFORMASI (SIGN)
1 Tata Informasi Proyek B B B _ B B B _ _ B _ B _ Batasan penataan signage 2 Tata Informasi Komunitas
(penunjuk lokasi, penunjuk arah, papan informasi)
B B B _ B B B _ _ B _ B _
3 Tata Informasi Komersial (reklame)
B B B _ B B B _ _ B _ B _
LAMPIRAN 3 KETENTUAN KDB DAN KLB
FASILITAS KESEHATAN
Peruntukkan KDB KLB Fasilitas Kesehatan Lingkungan (Puskesmas, BP, BKIA, Posyandu, Poliklinik, dsb.) Luas tanah minimum 300m2
50% 1
Praktek Dokter bersama Luas tanah minimum 300m2
40% 0,8
Apotik/ Laboraturium Klinis Luas tanah minimum 200m2
50% 0,5
Rumah Sakit kelas D Luas tanah minimum 5000m2
35% 0,7
Rumah Sakit kelas C Luas tanah minimum 10.000m2
40% 0,4 35% 0,7
30% 0,9 Rumah Sakit kelas B Luas tanah minimum 45.000m2
40% 0,8 35% 1,4 30% 1,8
Rumah Sakit kelas A Luas tanah minimum 70.000m2
40% 0,8 35% 1,4 30% 1,8
FASILITAS PENDIDIKAN
Peruntukkan KDB KLB Pendidikan Pra Sekolah (playgroup) Luas tanah minimum 250m2 35% 0,35 Pendidikan Dasar dan Menengah Luas tanah minimum 10.000m2
40% 0,8 30% 1,2
Pendidikan Tinggi Luas tanah minimum 50.000m2 40% 1,6 Pendidikan Luar Sekolah (Ruko atau Rukan) Luas tanah minimum 500m2
40% 0,8 30% 1,2
Pondok Pesantren Luas tanah minimum 50.000m2 40% 1,6
FASILITAS PERIBADATAN Peruntukkan KDB KLB
Mesjid Luas tanah minimum 1.000m2 40% 0,8 Gereja Luas tanah minimum 1.000m2 40% 0,8 Vihara Luas tanah minimum 1.000m2 40% 0,8
RUANG TERBUKA Peruntukkan KDB KLB
Taman Kota 0% - Lapangan Olahraga 10% 0,2 Kolam Renang 20% 0,2 Taman Pemakaman Umum 5% 0,05 Tempat Pembuangan Akhir Sampah 5% 0,05 Tempat Pembuangan Sampah Sementara 60% 0,6 Instalasi Pengolahan Tinja dan/ Air Limbah 60% 0,6 Instalasi Pengolahan Air Bersih 60% 0,6 Tempat Pemotongan Hewan 50% 1,2 Hutan Kota 0% - Kegiatan Pertanian 0% -
INDUSTRI Peruntukkan KDB KLB
Industri Rumah Luas tanah minimum 1.000m2 60% 1,2 Industri Pengolahan Ikan Luas tanah minimum 10.000m2 50% 1,0 Galangan Kapal Kayu Luas tanah minimum 10.000m2 50% 1,0 Pembangkit Listrik Luas tanah minimum 10.000m2 50% 1,0
JASA PELAYANAN Peruntukkan KDB KLB
Salon/tukang cukur/tukang jahit Luas tanah minimum 100m2 60% 1,2 Layanan Dokumen/Warnet/Wartel Luas tanah minimum 100m2 60% 1,2 Bengkel Sepeda Motor Luas tanah minimum 100m2 60% 1,2 Bengkel Mobil Luas tanah minimum 1000m2 60% 1,2 Bengkel Mesin/Listrik umum Luas tanah minimum 1000m2 50% 1,0
HOTEL DAN RUMAH MAKAN Peruntukkan KDB KLB
Penginapan/losmen/hotel melati Luas tanah minimum 1.000m2 60% 1,2 Hotel Berbintang Luas tanah minimum 5.000m2
40% 1,6 30% 2,4
Warung Nasi/Warung Kopi Luas tanah minimum 100m2 50% 0,5 Rumah Makan/Restoran/Cafe Luas tanah minimum 500m2 40% 0,8
PERDAGANGAN
Peruntukkan KDB KLB Warung/Toko Eceran Kecil Luas tanah minimum 100m2 70% 0,7 Pertokoan Luas tanah minimum 100m2 60% 1,8 Pusat Perbelanjaan/Shopping Center/Mall Luas tanah minimum 10.000m2
70% 2,8 60% 4,8
Pasar Tradisional/Pasar Hewan/Pasar Ikan Luas tanah minimum 10.000m2 50% 1,0 Depo Bahan Bangunan Luas tanah minimum 2.500m2 40% 0,4 SPBU Luas tanah minimum 5.000m2 30% 0,3
PERKANTORAN Peruntukkan KDB KLB
Perkantoran/Layanan Masyarakat dengan gedung tersendiri Luas tanah minimum 750m2
40% 0,8
35% 1,4 Perkantoran/Layanan Masyarakat pada ruko/rukan Luas lantai dasar minimum 150m2 60% 1,8 Perkantoran bukan layanan masyarakat dengan gedung sendiri Luas tanah minimum 1.000m2
50% 1,0 40% 1,6 30% 2,4
Perkantoran bukan layanan masyarakat pada ruko/rukan Luas tanah minimum 100m2 60% 2,4
FASILITAS KOMUNIKASI DAN ENERGI Peruntukkan KDB KLB
Stasiun Siaran Radio Luas tanah minimum 500m2 50% 1,0 Stasiun Siaran TV Luas lahan minimum 25.000m2 50% 2,0 Stasiun Relay TV Luas tanah minimum 1.000m2 40% 0,8 Antena Pemancar Telepon/Seluler Luas tanah minimum 100m2 40% 0,4 Stasiun Telepon Otomat Radio Luas tanah minimum 50m2 40% 0,4 Gardu Listrik Luas tanah minimum 50m2 40% 0,4 Gardu Transformasi Tegangan Listrik Luas tanah minimum 10.000m2 50% 1,0
PERUMAHAN Peruntukkan KDB KLB
Rumah ukuran sangat besar (kapling >600m2) 40% 1,2 Rumah ukuran besar (kapling 301 m2 s/d 600 m2) 40% 0,8 Rumah ukuran sedang (kapling 201m2 s/d 300m2) 50% 1,0 Rumah ukuran kecil (kapling 101m2 s/d 200m2) 50% 1,0 Rumah ukuran sangat kecil (kapling s/d 100m2) 60% 1,2 Rumah susun ukuran besar (hunian > 70m2) Luas tanah minimum 10.000m2 20% 0,8 Rumah susun ukuran kecil (hunian s/d 70m2) Luas tanah minimum 5000m2 20% 0,8 Rumah perdesaan ukuran besar (kapling >1000m2) 30% 0,6 Rumah perdesaan ukuran sedang (kapling 601 s/d 1000m2) 30% 0,6 Rumah perdesaan ukuran kecil (kapling s/d 600m2) 40% 0,8
Rekreasi dan Wisata Peruntukkan KDB KLB
Hiburan dalam ruangan yang ada dalam bangunan bersama kegiatan lain (di dalam pusat perbelanjaan, mall, dsb) Luas lantai minimum 1000m2
Mengikuti ketentuan bangunan dimana kegiatan tersebut berada
Hiburan dalam ruangan yang ada dalam suatu bangunan tersendiri Luas minimum 6000m2 30% 0.9 Rekreasi luar ruangan Luas tanah minimum 50.000m2 10% 0,2
Fasilitas Transportasi Peruntukkan KDB KLB
Terminal Bis AKAP 10% 0.2 Terminal Angkutan Kota 10% 0.2 Pelabuhan Ferry 10% 0.2 Pelabuhan Ikan 20% 0,4 Pelabuhan Samudera 20% 0,8 Depo Bahan Bakar Minyak 40% 0,8