1 APLIKASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SELF-REGULATION LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR Oleh: Yusup Hidayat, S.Pd. M.Si. FPOK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung e-mail. [email protected]Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran (self regulation learning dan konvensional) dan jenis kelamin terhadap hasil belajar pendidikan jasmani yang direpresentasi oleh kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan penguasaan keterampilan gerak. Penelitian dilakukan terhadap 120 siswa-siswi kelas IV dan V Sekolah Dasar Cisitu Bandung, dan dibagi kedalam empat jenis kombinasi perlakuan melalui randomize matched factorial design. Hasil belajar diukur dengan skala kemampuan analisis, skala motivasi olahraga, dan tes keterampilan gerak menggiring bola basket, pass bawah bola voli, dan lempar tangkap bola. Berdasarkan hasil analisis multivariat (MANOVA) diperoleh hasil: (1) pendekatan pembelajaran dan jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil belajar pendidikan jasmani, (2) pendekatan pembelajaran SRL memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan terhadap hasil belajar pendidikan jasmani dibandingkan dengan pendekatan konvensional, (3) tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi hasil belajar pendidikan jasmani. Kata kunci: Pendekatan pembelajaran, self regulation learning, hasil belajar, pendidikan jasmani, kemampuan analisis, motivasi olahraga, keterampilan gerak Abstract: The research was aimed to identify the influence of learning approach (Self Regulation Learning and conventional) on physical education achievement that representated by analysis ability, sport motivation, and motor skill acquisition based
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
APLIKASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SELF-REGULATION LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR
Oleh:Yusup Hidayat, S.Pd. M.Si.
FPOK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandunge-mail. [email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran (self regulation learning dan konvensional) dan jenis kelamin terhadap hasil belajar pendidikan jasmani yang direpresentasi oleh kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan penguasaan keterampilan gerak. Penelitian dilakukan terhadap 120 siswa-siswi kelas IV dan V Sekolah Dasar Cisitu Bandung, dan dibagi kedalam empat jenis kombinasi perlakuan melalui randomize matched factorial design. Hasil belajar diukur dengan skala kemampuan analisis, skala motivasi olahraga, dan tes keterampilan gerak menggiring bola basket, pass bawah bola voli, dan lempar tangkap bola. Berdasarkan hasil analisis multivariat (MANOVA) diperoleh hasil: (1) pendekatan pembelajaran dan jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil belajar pendidikan jasmani, (2) pendekatan pembelajaran SRL memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan terhadap hasil belajar pendidikan jasmani dibandingkan dengan pendekatan konvensional, (3) tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi hasil belajar pendidikan jasmani.
Kata kunci: Pendekatan pembelajaran, self regulation learning, hasil belajar, pendidikan jasmani, kemampuan analisis, motivasi olahraga, keterampilan gerak
Abstract: The research was aimed to identify the influence of learning approach (Self Regulation Learning and conventional) on physical education achievement that representated by analysis ability, sport motivation, and motor skill acquisition based on gender. It was conducted toward 120 subjects comprise of 4th and 5th grade students of Cisitu Elementary School Bandung, and devided into four treatment combinations by randomize matched factorial design. The learning achievement measured using analysis ability scale, sport motivation scale, and motor skill test on ball dribbling in basketball, under passing in volleyball, and ball throw-taking. According to the data analysis result by using multivariate analysis technique, it was obtained as follows: (1) the SRL approach model gives higher influence and significant on improvement of analysis ability, sport motivation, and motor skill compared to the traditional approach model, (2) gender gives significant influence on analysis ability, sport motivation, and motor skill and (3) there is no interaction between learning approach model and gender in influencing analysis ability, sport motivation, and motor skill
Keywords: Instructional approach, self-regulation learning, learning achievement, physical education, analysis ability, sport motivation, motor skill
2
PENDAHULUAN
Dalam mata rantai pendidikan, pendidikan jasmani dan olah raga merupakan bagian
integral dari keseluruhan proses pendidikan yang memberi sumbangsih bagi pembentukan
pribadi anak didik seutuhnya, terutama melalui pengalaman dan penghayatan gerak yang
meaningful dalam satu adegan pergaulan pedagogis. Pendidikan jasmani dan olahraga adalah
panggung tempat proses pembelajaran gerak dan atau melalui gerak atau education of and
through the physical (Lutan dalam Hidayat, 2004). Tujuan filisofis dari pembelajaran
pendidikan jasmani dan olahraga adalah memperkembangkan kepribadian sebagai suatu
keseluruhan, mencakup aspek fisik, mental, emosi, sosial, dan spiritual melalui partisipasi
aktivitas jasmani yang terbimbing, terpilih, dan metodis-sistematis sesuai dengan norma-
norma sosial dan kesehatan.
Penggunaan pendekatan pembelajaran Self Reglated Learning (SRL) dalam
pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga memiliki nilai strategis terutama karena SRL
merupakan fondasi proses belajar sepanjang hayat yang membelajarkan peserta didik
untuk mengontrol pikiran, sikap, dan tindakannya secara terencana dan siklis untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Smith, 2001). SRL merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang didasari oleh teori sosial kognisi yang menekankan adanya interaksi
antara faktor person (personal), perilaku (behaviour) dan lingkungan (environment)
(Bandura, 1997). Ketiga faktor ini saling menjadi kausalitas bagi faktor yang lain, oleh karena
itu disebut triadic reciprocality theory (Kuiper, 2002).
Self-Regulated Learning merupakan suatu kegiatan belajar atau berlatih yang melibatkan
aspek metakognisi, motivasi dan perilaku (Zimmerman dan Martinez-Pons dalam Smith,
2001). Keterlibatan aspek metakognisi terjadi dalam bentuk pembuatan perencanaan tujuan
dan strategi kegiatan belajar, pemantauan kegiatan belajar dan evaluasi terhadap
kegiatan belajar yang telah dilaksanakannya. Keterlibatan aspek motivasi berupa pengerahan
perilaku untuk mencapai tujuan kegiatan belajar, sedangkan aspek perilaku dalam SRL
berbentuk perwujudan perilaku untuk senantiasa mencapai tujuan kegiatan belajar. Peserta
didik yang melibatkan aspek-aspek metakognisi, motivasi dan perilaku dalam melaksanakan
kegiatan belajarnya akan cenderung menjadi lebih otonom dan lebih bertanggung jawab karena
3
mereka menyadari bahwa hanya atas usaha mereka sendirilah tujuan belajar akan dapat dicapai.
Sebagai sebuah strategi belajar, SRL merupakan rencana tindakan yang menggambarkan
apa yang terjadi dalam proses pembelajaran. Rencana tindakan disusun dan diarahkan
pada orientasi sasaran belajar sebagai sebuah kerangka berfikir mental yang menuntun dan
menentukan proses berfikir atau cara-cara peserta didik menginterpretasi dan merespon
achievement situation yang dimanifestasikannya dalam bentuk performa atau penguasaan
keterampilan (Barron & Harackiewecz, 2001).
Penggunaan pendekatan pembelajaran yang memberi penekanan secara seimbang pada
aspek kognisi, motivasi, dan perilaku masih sangat jarang. Didalam pembelajaran pendidikan
jasmani setiap peserta didik seharusnya terlibat langsung di dalam penyusunan tujuan, strategi,
pemantauan, dan evaluasi kegiatan belajar. Dengan begitu motivasinya akan senantiasa
mengarahkan perilakunya untuk mencapai tujuan belajar, dan pada akhirnya termanifestasikan
dalam perilakunya untuk senantiasa mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, penelitian ini menjadi sangat penting terutama
karena pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan melibatkan aktivitas belajar peserta
didik secara metakognisi, motivasional, dan behavioral. Juga menekankan pada pengem-
bangan kemandirian, tanggung jawab pribadi, dan ketermotivasian peserta didik selama
melaksanakan proses pembelajaran serta mendorong guru untuk lebih kreatif dan inovatif
dalam mengembangan alat bantu pelajaran. Oleh karena itu, diduga pendekatan pembelajaran
Self-Regulated Learning akan memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan daripada
pendekatan konvensional baik pada siswa putera maupun puteri terhadap hasil belajar
pendidikan jasmani dan olahraga yang direpresentasikan dalam aspek kemampuan analisis,
motivasi olahraga, dan penguasaan keterampilan gerak.
KAJIAN PUSTAKA
Hasil Belajar Pendidikan Jasmani
Belajar keterampilan gerak adalah seperangkat proses internal yang mengantarkan
kearah perubahan perilaku terutama perilaku gerak yang relatif permanen sebagai akibat dari
proses latihan atau pengalaman dan bukan karena pengaruh kondisi tubuh yang bersifat
sementara seperti keadaan sakit, lelah, jenuh, karena obat-obatan atau proses kematangan fisik
4
(Fischman & Oxendine, 2001). Belajar keterampilan gerak pada dasarnya merupakan suatu
proses yang merangkum tiga unsur pokok yaitu: (1) unsur masukan (input) berupa tingkah
laku individu sebelum belajar, (2) unsur proses belajar dalam bentuk pengalaman dan latihan
yang memproses masukan, dan (3) unsur keluaran (output) berupa perubahan-perubahan
perilaku yang dihasilkan. Bloom (dalam Krathwohl, 2002) menyatakan bahwa perubahan
perubahan perilaku belajar mencakup tiga kategori domain yaitu, (1) perilaku kognitif, (2)
perilaku afektif, dan (3) perilaku motorik.
Perubahan perilaku kognitif berupa keterampilan berpikir intelektual, terdiri atas
indikator pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Bloom dalam
Krathwohl, 2002), perilaku afektif terkait dengan perubahan-perubahan dalam sikap, perasaan,
emosi, dan motivasi siswa terhadap belajar, sedangkan perilaku psiko-motorik
dimanifestasikan dalam bentuk gerak anggota tubuh di bawah kendali sistem syaraf. Aspek
kemampuan gerak yang dikembangkan adalah kemampuan gerak dasar, terdiri atas
kemampuan lokomotor, kemampuan non lokomotor, dan manipulatif (Pangrazi & Dauer,
2007). Ketiga domain ini merupakan tujuan yang dijadikan kriteria perubahan yang harus
dicapai oleh siswa, dan tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan tersebut disebut hasil
belajar. Khusus dalam pendidikan jasmani, karena karakterisriknya yang khas, ada domain
lain yang dijadikan kriteria dalam menentukan keberhasilan hasil belajar, yaitu domain
kebugaran jasmani.
Pendekatan Pembelajaran Self-Regulated Learning
Self-regulated learning (SRL) atau pengelelolaan diri dalam belajar merupakan sebuah
strategi atau pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dari teori triadik kognisi sosial
dari Bandura (Zimmerman dan Martinez-Pons, dalam Budiana, 2010). Menurut teori triadik
kognisi sosial, manusia merupakan hasil dari struktur kausal yang interdependen dari aspek-
aspek yang meliputi perilaku, pribadi, dan lingkungan. Gelombang SRL berkembang dengan
menekankan pada proses belajar atau pembelajaran dan mulai popular sejak tahun 1980-an
dengan penekanan pada pentingya otonomi dan tanggung jawab pribadi bagi kegiatan
belajarnya.
5
Menurut Bandura (dalam Kermarrec, Todorovich, & Fleming, 2004), terdapat tiga aspek
determinan yang berpengaruh dalam SRL, yakni aspek diri, perilaku, dan lingkungan. Jadi,
SRL tidak hanya melibatkan aspek diri saja melainkan juga aspek perilaku dan lingkungan.
Keterlibatan ketiga proses ini saling menjadi kausalitas bagi proses yang lainnya di mana (a)
individu berusaha untuk meregulasi diri sendiri, (b) hasilnya berupa kinerja atau perilaku, dan
(c) berdampak pada perubahan lingkungan, dan demikian. Dalam proses tersebut masing-
masing aspek determinan saling berpengaruh satu sama lain.
Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Smith, 2001) mendefinisikan SRL sebagai
tingkatan dimana partisipan (peserta didik) secara aktif melibatkan aspek metakognisi,
motivasi dan perilaku dalam proses belajar. Aspek metakognisi dalam SRL mengacu pada
proses pembuatan keputusan yang mengatur pemilihan dan penggunaan berbagai jenis
pengetahuan. Aspek motivasi mengacu pada komponen-komponen yang meliputi (1) komponen
harapan (an expectancy component), yakni keyakinan peserta didik mengenai kemampuannya
dalam mengerjakan suatu tugas, (2) komponen nilai, meliputi tujuan dan keyakinan mengenai
pentingnya minat terhadap suatu tugas, (3) komponen afeksi, yakni reaksi emosional terhadap
suatu tugas, dan (4) komponen perilaku yang mengacu pada perilaku nyata yang muncul dalam
interaksinya dengan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan aktivitas belajar atau berla-
tihnya. Peserta didik yang melibatkan aspek-aspek metakognisi, motivasi dan perilaku dalam
melaksanakan kegiatan belajarnya akan cenderung untuk menjadi otonom dalam
melaksanakan kegiatan belajarnya, dan pada umumnya lebih bertanggung jawab terhadap
kegiatan belajarnya karena menyadari bahwa hanya atas usaha mereka sendirilah tujuan
belajanya akan dapat dicapai.
Sesuai dengan beberapa hasil penelitian (Kermarrec, et al., 2004; Hidayat, Budiana, &
Komarudin, 2008), ada tiga komponen teoretis yang menggambarkan proses regulasi diri
dalam bidang olahraga dan pendidikan, yaitu strategi belajar (learning strategi), strategi
pengelolaan (management strategi), dan pengetahuan tentang belajar atau knowledge of
learning. Strategi belajar merupakan strategi utama yang mengindikasikan tentang cara siswa
memilih dan memproses informasi yang disajikan dalam pelajaran. Strategi pengelolaan
adalah strategi pendukung yang merepresentasikan tentang bagaimana siswa secara mental
mengorganisasi lingkungan belajar dan memfasilitasi pemrosesan informasi, sedangkan
6
pengetahuan tentang belajar berkenaan dengan informasi umum yang digunakan oleh siswa
untuk menjelaskan cara-cara strategik dalam belajar atau latihan. Selanjutnya, ketiga
komponen SRL dielaborasi kedalam 18 sub komponen, yaitu tujuh sub komponen strategi
belajar tujuh strategi pengelolaan, dan empat pengetahuan tentang belajar, setiap komponen
dan sub komponen berkaitan satu sama lain. Selanjutnya semua komponen dan sub
komponen tersebut dikategorisasikan kedalam tiga jenis model regulasi diri dalam
pendidikan jasmani dan olahraga yaitu (1) model latihan atau pengulangan (training dan
repeating), (2) model penggunaan informasi verbal (using verbal information), dan (3) model
informasi nonverbal (nonverbal information).
Tabel 1. Komponen, Sub Komponen, dan Jenis Model Regulasi Diri dalam Belajar Pendidikan Jasmani
Komponen Sub Komponen Jenis Model Regulasi Diri
Strategi Belajar Menetapkan tujuanMendengarkan instruksi;Berfikir dan menemukan pemahaman;Melihat dan meniru;Memvisualisasikan;Memfokuskan perhatian;Mengulang dan melatih
Menggunakan informasi verbalMenggunakan informasi vervalMenggunakan informasi vervalMembuat asosiasi dengan informasi non verbal Membuat asosiasi dengan informasi non verbalLatihan dan mengulangLatihan dan mengulang
Strategi Pengelolaan Mengelola perhatian;Mencari bantuan;Mengelola tugas dan menyesuaikan tingkat
kesulitan;Mengelola waktu;Mengurangi interaksi teman sebaya;Mengelola motivasi;Melakukan evaluasi diri
Membuat asosiasi dengan informasi non verbal Menggunakan informasi verbalMenggunakan informasi verbal
Menggunakan informasi verbalMenggunakan informasi verbalMenggunakan informasi verbalMembuat asosiasi dengan informasi non verbal
Pengetahuan tentang belajar
Pengetahuan tentang diri;Pengetahuan tentang strategi;Pengetahuan tentang situasiPengetahuan tentang orang lain
Membuat asosiasi dengan informasi non verbal Menggunakan informasi verbalLatihan dan mengulangMenggunakan informasi verbal
Selanjutnya, semua komponen, sub komponen, dan jenis model regulasi diri di atas dituangkan
dalam struktur atau pentahapan pembelajaran pendidikan jasmani yang terdiri atas tiga bagian, yaitu
bagian pendahuluan, inti, dan penutup.
7
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dengan tujuan
untuk menguji efektifitas pengaruh model pendekatan pembelajaran SRL dibandingkan
dengan efektivitas model pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan oleh para
guru pendidikan jasmani dan olahraga terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga,
dan penguasaan keterampilan gerak. Desain eksperimen yang digunakan adalah faktorial
2x2 (Kerlinger, 2002; Millsap & Olivares, 2009).
Subyek Penelitian
Eksperimen dilakukan di dua Sekolah Dasar Negeri, yaitu SD Negeri Cisitu I dan II di
Kota Bandung. Sampel berjumlah 120 orang siswa kelas 4 dan kelas 5 yang ditempatkan secara
acak dipadankan (randomize matched design) ke dalam empat kelompok eksperimen (Millsap &
Olivares, 2009) sehingga setiap kelompoknya berjumlah 30 orang siswa. Tabel 2 di bawah ini
menyajikan hasil penentuan jumlah sampel, rerata (mean) dan standard deviasi usia subjek
penelitian.
Tabel 2. Jumlah sampel untuk setiap kelompok eksperimen
Kelompok KelasSiswa Puteri
Siswa Putera
Jumlah Total /Kelompok
Rerata dan Standar Deviasi Usia (N = 30)
A1B1 IV 15 -
30 M = 11,40; SD = 0,45V 15 -
A1B2 IV - 15
30 M = 11,49; SD = 0,49V - 15
A2B1 IV 15 -
30 M = 11,60; SD = 0,49V 15 -
A2B2 IV - 15
30 M = 10,24; SD = 0,44V - 15
Jumlah 60 60 120 120Rerata Usia 11.498 10.867 11.183 11.183
Standar deviasi Usia 0.478 0.463 0.471 0.471
Prosedur Eksperimen
8
Eksperimen dilakukan di dua SD Negeri, yaitu SD Negeri Cisitu I dan II di kota
Bandung selama 2 bulan yaitu bulan Mei dan Juni 2010 dengan frekuensi dua kali per minggu
yaitu pada hari selasa dan kamis. Jumlah total perlakuan yang diberikan sebanyak 16 kali,
mekanisme pembelajaran diatur dengan ketentuan, setiap guru memperoleh kesempatan mengajar
di setiap kelompok eksperimen, jadi setiap guru mengajar sebanyak 4 kali pertemuan di setiap
kelompok eksperimen. Tes akhir atau post test dilaksanakan satu hari setelah eksperimen
selesai. Jenis tes yang digunakan meliputi tes penguasaan keterampilan gerak dan teknik non
tes skala kemampuan analisis dan motivasi olahraga. Data yang dikumpulkan pada saat tes
akhir dilakukan dengan teknik tes penguasaan keterampilan gerak lempar tangkap bola,
menggiring bola, dan pas bawah, serta teknik non tes dalam bentuk skala kemampuan analisis
dan motivasi olahraga. Semua data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis varian multivariat (MANOVA) dengan bantuan program SPSS 16.
Instrumen Penelitian
Skala kemampuan analisis, penyusunan dan pengembangan skala didasarkan pada
konstrak psikologis yang dikembangkan oleh Bloom (dalam Krathwohl, 2002). Konstrak
kemampuan analisis terdiri atas dimensi konstrak kemampuan menganalisa, membedakan,
dan nilai p = 0,000 < 0,01. Artinya, keterampilan gerak siswa putera lebih tinggi dari siswa
puteri.
Uji Pasangan Interaksi
Berdasarkan hasil uji perbandingan pasangan interaksi pada tabel 6 di atas, diperoleh
hasil sebagai berikut:
(1) /A1B1-A1B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan
pembelajaran SRL, jenis kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan pengaruh
yang berbeda secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Kemam-puan analisis siswa
putera (rerata = 95,000) lebih tinggi daripada siswa puteri (rerata = 88,367).
(2) /A1B1-A1B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan
pembelajaran SRL, jenis kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan pengaruh
yang berbeda secara signifikan terhadap motivasi olahraga. Motivasi olahraga siswa
puteri (rerata = 95,233 ) lebih tinggi daripada siswa putera (rerata = 87,133).
(3) /A1B1-A1B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan
pembelajaran SRL, jenis kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan pengaruh
yang berbeda secara signifikan terhadap keterampilan gerak. Keteram-pilan gerak siswa
putera (rerata = 92,133) lebih tinggi daripada siswa puteri (rerata = 77,900).
(4) /A2B1-A2B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan
pembelajaran konvensional, jenis kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan
pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Kemampuan
analisis siswa putera (rerata = 87,333) lebih tinggi daripada siswa puteri (81,867).
(5) /A2B1-A2B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan
pembelajaran konvensional, jenis kelamin siswa putera (rerata = 75,233) dengan siswa
puteri (rerata = 73,000) tidak memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan
terhadap motivasi olahraga.
(6) /A2B1-A2B2/ = Pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan
pembelajaran konvensional, jenis kelamin siswa putera dengan siswa puteri memberikan
pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap keterampilan gerak. Keterampilan
gerak siswa putera (rerata = 83,800) lebih tinggi daripada siswa puteri (rerata = 69,267).
13
(7) /A1B1-A2B1/ = Pada siswa putera, model pendekatan pembelajaran SRL dan
konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap kemampuan
analisis. Kemampuan analisis siswa putera yang diajar dengan menggunakan model
pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 95,000) lebih tinggi daripada siswa putera yang
diajar dengan menggunakan model pende-katan pembelajaran konvensional (87,333).
(8) /A1B1-A2B1/ = Pada siswa putera, model pendekatan pembelajaran SRL dan
konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap motivasi
olahraga. Motivasi olahraga siswa putera yang diajar dengan meng-gunakan model
pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 87,133) lebih tinggi daripada siswa putera yang
diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional (75,233).
(9) /A1B1-A2B1/ = Pada siswa putera, model pendekatan pembelajaran SRL dan
konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap
keterampilan gerak. Keterampilan gerak siswa putera yang diajar dengan meng-gunakan
model pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 92,133) lebih tinggi daripada siswa putera
yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional (83,800).
(10) /A1B2-A2B2/ = Pada siswa puteri, model pendekatan pembelajaran SRL dan
konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap
kemampuan analisis. Kemampuan analisis siswa puteri yang diajar dengan menggunakan
model pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 88,367) lebih tinggi daripada siswa puteri
yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional
(81,867).
(11) /A1B2-A2B2/ = Pada siswa puteri, model pendekatan pembelajaran SRL dan
konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap motivasi
olahraga. Motivasi olahraga siswa puteri yang diajar dengan meng-gunakan model
pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 95,233) lebih tinggi daripada siswa puteri yang
diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional (73,000)
(12) /A1B2-A2B2/ = Pada siswa puteri, model pendekatan pembelajaran SRL dan
konvensional memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap
keterampilan gerak. Keterampilan gerak siswa puteri yang diajar dengan meng-gunakan
model pendekatan pembelajaran SRL (rerata = 77,900) lebih tinggi daripada siswa puteri
14
yang diajar dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran konvensional (rerata =
69,267).
PEMBAHASAN
Secara umum temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa model pendekatan
pembelajaran SRL memberikan pengaruh lebih tinggi dan signifikan terhadap peningkatan
kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak daripada model pendekatan
pembelajaran konvensional baik pada siswa putera maupun siswa puteri. Temuan-temuan ini
menguatkan bukti-bukti empirik sebelumnya, bahwa pendekatan SRL membelajarkan siswa
secara integratif antara aspek metakognitif, motivasional, dan behavioral, sementara model
pendekatan konvensional lebih menekankan pada pengembangan aspek behavioral atau
psikomotorik.
Ditinjau dari aspek proses pembelajaran, ada dua perspektif yang dapat menjelaskan
temuan penelitian ini, yaitu perspektif proses keaktifan dan proses konstruk-tif. Berdasarkan
proses keaktifan, siswa yang diajar dengan model pendekatan pem-belajaran SRL secara aktif
terlibat dalam penyusunan tujuan belajarnya, berusaha memonitor proses dan hasilnya,
meregulasi dan mengendalikan aktivitas kognisi, motivasi, sikap, dan perilakunya diarahkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetap-kannya (Liukkonen, Auweele, Vereijken,
Alferman, & Thedorajis, 2007). Aktivitas-aktivitas tersebut diasumsikan akan
memediasi hubungan interaktif antara lingkungan belajar peserta didik, peserta didik
sebagai pembelajar (seperti kognisi, afeksi, dan motivasinya), dan perilakunya. Pada
akhirnya akan menentukan keseluruhan proses belajar dan hasil belajarnya (Pintrich,
2000; Zimmerman, 2000; Zimmerman & Kitsantas, 2005). Sementara dari perspektif
konstruktif, pendekatan pembelajaran SRL membelajarkan peserta didik untuk membuat
perubahan dalam struktur pengetahuan melalui aktivitas-aktivitas merencanakan, memonitor,
dan mengendalikan atau menyesuaikan proses kognitif ketika merespon terhadap perubahan-
perubahan tuntutan dan kondisi yang ada (Wolter, 2003b). Dengan demikiam, peserta
didik yang melakukan SRL, akan lebih berhasil dalam pengembangan pengetahuan dan
keterampilan akademiknya (Pintrich, 2000a, 2000b), demikian juga dalam pengembangan
penampilan dan belajar keterampilan geraknya, karena melibatkan penyesuaian secara kognitif
15
maupun motivasional (Zimmerman, 2000; Zimmerman & Kitsantas, 2005). Seperti diketahui,
penampilan dan belajar keterampilan gerak dipengaruhi oleh aspek kognisi dan motivasi,
dan kedua aspek ini (khususnya kemampuan analisis dan motivasi) terbukti dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran yang menggunakan pendekatan SRL. Pada akhirnya,
penampilan gerak dan hasil belajar keterampilan gerak dipengaruhi oleh penggunaaan SRL,
baik secara langsung maupun melalui aspek kognisi dan motivasi. Alasan lainnya dapat dilihat
dari aspek pelibatkan komponen-komponen SRL ketika siswa sedang belajar keterampilan
gerak. Seperti telah disebutkan, siswa yang menggunakan SRL akan melibatkan tiga aspek
pokok ketika sedang belajar keteram-pilan gerak, yaitu aspek metagoknisi, motivasi, dan
perilaku secara simultan. Ketiga aspek ini sangat menentukan keberhasilan belajar
keterampilan garak.
Aspek metakognisi dalam SRL mencerminkan sebuah dinamika kesadaran,
pertimbangan, pemonitoran terhadap sejumlah aspek kognisi ketika siswa sedang terlibat
proses belajar keterampilan gerak (Liukkonen, et al., 2007), seperti menetapkan tujuan,
mendengarkan instruksi, berfikir dan menemukan pemahaman, melihat dan meniru,
memvisualisasikan atau membayangkan, dan memfokuskan perhatian (Kermirrec, et al., 2004;
Hidayat, et al., 2008). Beberapa hasil penelitian lain menunjukkan keterlibatan aspek-aspek di
atas dalam proses belajar, keterlibatan aspek metakognisi dalam SRL terjadi dalam bentuk
pembuatan perencanaan tujuan dan strategi kegiatan belajar, pemantauan kegiatan belajar dan
evaluasi terhadap kegiatan belajar yang telah dilaksanakannya. Jadi dalam proses
pembelajaran dengan pendekkatan SRL, peserta didik dilibatkan untuk menetapkan tujuan
pembelajaran, berkesempatan untuk memikirkan materi dan menemukan pemahaman, melihat
gerakan yang benar dan menirunya dengan tepat, dengan terlebih dahulu membayangkannya
dalam pikiran, dan memiliki kesempatan lebih untuk memfokuskan perhatian (Kitsantas,
Zimmerman, & Clearly, 2000). Dengan kata lain, peserta didik lebih banyak melibatkan
aspek kognitif atau melakukan proses mental untuk mengelola informasi yang
diterimanya, dan inilah salah satu kelebihan pendekatan SRL dibandingkan dengan
pendekatan pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada pengembangan
aspek psikomotorik dan lebih berpusat pada pengajar. Lebih lanjut ditegaskan oleh
Pintrich (2000b) bahwa aktivitas metakognisi siswa dalam SRL mencakup aktivitas
16
merencanakan (planning), memonitor (monitoring), dan meregulasi (regulating). Aktivitas
merencanakan berkenaan dengan proses menetapkan tujuan belajar dan menganalisis tugas
gerak yang dapat membantu mengaktifkan aspek-aspek pengetahuan sebelumnya yang relevan
dan membuat organisasi materi dengan tugas gerak sehingga lebih mudah dipahami dan
dilakukan. Aktivitas memonitor meli-batkan perhatian peserta didik ketika peserta didik
tersebut menampilkan suatu keterampilan gerak. Siswa harus melakukan evaluasi diri (self
testing atau self evaluation) sejauhmana keberhasilan yang telah dicapainya. Aktivitas
memonitor ini berguna untuk membantu peserta didik memahami dan mengintegrasikan tugas
gerak yang sedang dipelajarinya dengan tugas gerak sebelumnya dan aktivitas-aktivitas belajar
keterampilan gerak yang pernah dilakukannya. Adapun aktivitas meregulasi, Pintrich, Smith,
Garcia, & Mckeachie (1993) mengungkapkan berkenaan dengan penyetelaan (finetuning) dan
penyesuaian aktivitas kognisi peserta didik secara berkelanjutan ketika peserta didik
melakukan aktivitas belajar. Aktivitas regulasi sangat berguna untuk membantu siswa
mengecek dan mengoreksi perilakunya ketika mereka sedang melatih tugas-tugas gerak yang
harus dilakukannya.
Keterlibatan aspek motivasi dalam SRL berkenaan dengan pengarahan perilaku untuk
mencapai kegiatan belajar, sementara aspek perilaku berbentuk perwujudan perilaku untuk
senantiasa mencapai tujuan kegiatan belajar. Aktivitas belajar dalam aspek motivasi dan
perilaku selama melakukan SRL dalam kelas pendidikan jasmani antara lain mengelola tugas,
mengelola perhatian, mengelola waktu, menge-lola motivasi, mencari bantuan, menguragi
interaksi teman sebaya, menyesuaikan tingkat kesulitan, mengulang dan melatih (Kermirrec,
et al., 2004; Hidayat, et al., 2008). Liukkonen, et al., (2007) menyebutkan dua aspek yang
paling sering dilaku-kan siswa dalam SRL adalah meregulasi usaha dan mencari bantuan.
Meregulasi usaha berkenaan dengan upaya peserta didik untuk mengendalikan usaha
belajarnya. Meregulasi usaha dikenal juga dengan istilah pengeloaan sumber atau resource
management (Wolter, 2003b). Meregulasi atau mengelola usaha merupakan aspek motivasi
yang sangat penting dalam SRL yang mencerminkan komitmen yang kuat untuk mencapai
tujuan belajar, termasuk ketika peserta didik dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dalam
pembelajaran. Dalam penampilan dan aktivitas belajar keterampilan gerak, pengelolaan atau
regulasi usaha memainkan peranan penting sebab tidak hanya berguna untuk meningkatkan
17
motivasi dan membangun komitmen, tetapi juga untuk menghubungkannya dengan
penggunaan strategi-strategi belajar yang lain. Adapun aspek meminta bantuan (helf seeking),
merupakan aspek SRL yang dibutuhkan siswa terkait dengan komponen perilaku dalam SRL.
Aspek meminta bantuan dibutuhkan terutama ketika peserta didik dihadapkan pada kesulitan-
kesulitan dalam mempelajari keterampilan gerak yang tidak dapat mereka lakukan, untuk itu
bantuan guru dan teman-teman kelasnya akan sangat membantu. Aspek meminta bantuan
merupakan strategi regulasi diri terkait dengan aspek motivasi dan perilaku yang memainkan
peranan penting untuk meningkatkan penampilan dan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh
signifikan terhadap kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak, baik
secara bersama-sama terhadap ketiga variabel dependen maupun secara sendiri-sendiri,
kecuali pengaruh terhadap variabel motivasi olahraga menunjukkan hasil yang tidak signifikan
dengan besaran nilai FoB (1,116) = 2,082 dan tidak signifikan pada nilai p = 0,152 > 0.05.
Pada peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pendekatan SRL, kemampuan
analisis, motivasi olahraga dan keterampilan gerak peserta didik putera terbukti lebih tinggi
dan signifikan daripada peserta didik puteri. Adapun untuk yang diajar dengan menggunakan
model pendekatan konvensional, hanya kemampuan analisis peserta didik putera yang lebih
tinggi dan signifikan dari peserta didik puteri, sementara untuk variabel motivasi olahraga dan
keteampilan gerak tidak menun-jukkan perbedaan yang signifikan. Semua peserta didik baik
putera maupun puteri yang diajar dengan menggunakan model pendekatan SRL menunjukkan
hasil yang lebih tinggi dan signifikan daripada siswa yang diajar dengan menggunakan
model pendekatan konvensional.
Hasil lain ditemukan juga bahwa tidak ada interaksi antara model pendekatan
pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi kemampuan analisis, motivasi
olahraga, dan keterampilan gerak baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri,
kecuali pengaruh interaksi terhadap motivasi olahraga menunjukkan pengaruh yang signifikan
dengan besaran nilai FoAB (1,116) = 6,549 dan signifikan pada nilai p = 0,012 < 0.05, hal ini
berarti interaksi antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi olahraga. Dengan kata lain ada interaksi antara
model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam mempengaruhi motivasi
18
olahraga, meskipun dengan besaran partial eta squared yang relative kecil, yaitu hanya
sebesar 5,3 %.
Secara umum, hasil-hasil penelitian di atas dalam kaitannya dengan perbedaan jenis
kelamin dapat dinyatakan bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap
kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak dan ada perbedaan yang
signifikan antara siswa putera dengan siswa puteri yang diajar dengan model pendekatan SRL
dalam hal kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak. Artinya bahwa jenis
kelamin merupakan salah satu variabel yang harus dipertimbangkan ketika akan mengajar
pendidikan jasmani dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran SRL. Hasil ini
mendukung hasil-hasil penelitian sebelumnya antara lain Young & McSporran (2001), Lee
(2002), Bidjerano (2005), dan Hargittai & Shafer (2006) yang menyimpulkan bahwa peserta didik
putera dan peserta didik puteri menunjukkan perbedaan dalam menggunakan strategi regulasi diri
dalam proses belajar yang mereka lakukan. Bidjerano (2005) menemukan bahwa peserta didik
puteri menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi daripada peserta didik putera dalam
menggunakan strategi regulasi diri rehearsal, mengorganisasikan, metakognisi,
keterampilan mengelola waktu, elaborasi, dan usaha, tetapi hasil analisis menunjukkan tidak ada
perbedaan secara signifikan dalam hal sikap respek untuk belajar bersama teman, meminta
bantuan, dan keterampilan berfikir kritis. Demikian juga laporan hasil penelitian Young (2007)
yang menemukan bahwa regulasi diri peserta didik puteri untuk aspek efikasi diri lebih tinggi dan
signifikan daripada peserta didik putera. Berbeda dengan hasil penelitian yang lain, Hargittai &
Shafer (2006) melaporakan bahwa keterampilan self-assessed (menilai diri sendiri) peserta didik
putera lebih tinggi dan signifikan daripada peserta didik puteri. Lee (2002) dalam penelitiannya
menemukan adanya tiga perbedaan pokok penggunakan regulasi diri antara peserta didik putera
dengan puteri dalam hal (1) Gaya, tujuan, dan interaksi sosial, (2) faktor-faktor motivasional, dan
(3) gaya dan frekuensi mengekpresikan, membicarakan atau memberikan umpan balik sesuatu.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian ini, secara umumnya dapat katakan bahwa model
pendekatan pembelajaran Self-Regulation Learning (SRL) dapat menjadi alternatif model
pendekatan pembelajaran untuk digunakan oleh para guru pendidikan jasmani di sekolah
dasar, dan jenis kelamin peserta didik putera dan peserta didik puteri harus menjadi salah satu
faktor yang dipertimbangkan.
19
Sesuai dengan hasil penelitian ini, beberapa implikasi penting untuk pelaksanaan
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar terkait dengan penerapan model pembelajaran
Self-regulation Learning antara lain:
(1) Guru seharusnya membantu peserta didik untuk menyusun atau merumuskan tujuan aktivitas
belajarnya dengan memberikan kiu-kiu penting terkait dengan aspek-aspek penting dari tugas
gerak yang akan dipelajarinya sekaligus membantu membuat dan membimbing cara
melakukan self-monitoring kemajuan aktivitas belajarnya. Pada level awal regulasi diri,
rumusan tujuan harus lebih menekankan pada tujuan proses, dan ketika sampai pada level
yang lebih tinggi maka penekanannya pada tujuan hasil.
(2) Guru seharusnya mendorong peserta didik untuk melakukan self monitoring tentang proses
belajar keterampilan gerak yang mereka lakukan dengan membuat log learning tentang
aspek-aspek yang terkait dengan aktivitas belajar yang mereka lakukan. Log learning dapat
berisi catatan tentang unsur-unsur penting untuk mengingatkan siswa ketika melakukan
keterampilan gerak tertentu, atau menghadapi tantangan atau kesulitan tertentu agar mereka
dapat mengatasinya
(3) Guru seharusnya memberdayakan peserta didiknya sebagai model (peer modelling) dalam
mendemonstrasikan keterampilan gerak. Selain sangat berguna sebagai umpan balik, juga
dapat meningkatkan teori kemampuan inkremental dan harapan efikasi diri yang mengkin
dapat meningkatkan penggunaan regulasi di antara siswa-siswa yang lainnya.
(4) Guru seharusnya mengorganisasikan aktivitas belajar dan pembelajaran terkait dengan
pengembangan strategi kognitif dan metakognitif peserta didik. Misalnya, guru dapat
mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses regulasi diri dengan memberikan siswa
kesempatan untuk menginisiasi dan mengarahkan aktivitas belajarnya.
(5) Untuk meningkatkan keterlibatan aspek kognitif dan motivasional dalam proses
pembelajaran, guru sebaiknya mempertimbangkan pemberian materi dan tugas belajar secara
personal yang bermakna, relevan, dan menarik bagi peserta didik, juga mengandung unsur
variasi dan kebaruan.
Simpulan dan Saran
20
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut: (1) Model pendekatan SRL dan Konvensional memberikan pengaruh
signifikan terhadap peningkatan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan
gerak peserta didik, (2) model pendekatan SRL memberikan pengaruh yang lebih tinggi dan
signifikan terhadap terhadap peningkatan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan
keterampilan gerak peserta didik sekolah dasar dibandingkan dengan model pendekatan
konvensional, (3) Jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap kemampuan
analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak peserta didik sekolah dasar, (4)
Tidak ada interaski antara model pendekatan pembelajaran dengan jenis kelamin dalam
mempengaruhi kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak peserta didik
sekolah dasar.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan, ada beberapa hal
yang dapat disampaikan sebagai masukan dan saran sebagai berikut :
(1) Untuk kepentingan peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran direkomendasikan
agar model pendekatan pembelajaran SRL digunakan oleh para guru pendidikan jasmani
dan olahraga di sekolah dasar sebagai salah satu alternatif inovasi dalam pembelajaran
pendidikan jasmani, sebab terbukti mempengaruhi aspek kognitif, motivasi, dan
keterampilan gerak secara signifikan.
(2) Untuk mengokohkan efektifitas model pendekatan pembelajaran SRL terhadap hasil
belajar dalam pendidikan jasmani dibutuhkan penelitian lebih lanjut melibatkan varibel
hasil belajar pendidikan jasmani yang lain termasuk diuji efektifitas pada setting
penelitian yang berbeda, misalnya di jenjang pendidikan SMP dan SMA dengan
mempertimbangkan variabel-variabel yang lain seperti variabel perbedaan individual,
kondisi demografis, dan lain-lain.
Daftar Pustaka
21
Bandura, A. (1997). Self efficacy. The exercise of control. New York: W.H. Freeman and Company.
Barron, K.E., & Harrackiewicz. (2001). Achievement goals and optimal motivation: testing multiple goal models. Journal of Personality and Social Psychology, 80 (5), 706-722.
Bidjerano, T. (2005). Gender difference in self regulated learning. Paper Presented at the Annual Meeting of the Northeastern. 100, 69-78
Budiana, D. (2010). Self-regulated learning: Konsep dan aplikasinya dalam pendidikan jasmani. Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga. 4 (2), 169-180
Duda, J.L. & Darren C.T. (2001). Toward optimal motivation in sport: pastering athlete’s competence and sense of control,” Applied Sport Psychology: Personal Growth to Peak Performance. Fourth Edition. Ed. Jean. M. William. USA: Mayfield Publishing Company
Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS for windows. London: Sage PublicationsGhozali, I. (2008). Model persamaan struktural. Konsep dan aplikasi dengan program Amos
16.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. Hargittai, E., & Shafer, S. (2006). Differences in actual and perceived online skills: The role
of gender. Social Science Quarterly. 87 (2), 432-448.Hidayat, Y (2003). Keterlantaran pendidikan jasmani dan strategi intervensi dari perspektif
psikologi humanisme, Olahraga Majalah Ilmiah, (9), 78-99.Hidayat, Y., Budiana. D., & Komarudin (2008). Penerapan self regulated learning dalam
pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani. Laporan Peneiltian. Hibah Bersaing DIKTI.
Kerlinger, F.N. Terjemahan Simatupang, L.R. (2002). Azas-Azas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Kermarrec, G., Todorovich, J.R., dan Fleming, D.S. (2004). An investigation of the self-regulation componens student employ in physical education setting. Journal of Teaching in Physical Education, 23 (2), 142.
Kirk, D. Dan McPhail, A. (2002). Teaching games for understanding and situated learning: rethinking yhe bunker-thorpe model. Journal of Teaching in Physical Education, 21 (2).
Krathwohl, D.R. (2002). A revision of bloom’s taxonomy: an overview. Theory into Practice. 41 (4), 212-218.
Kuiper, R.A. (2002). Enhancing metacognition through the reflective use of self regulated strategies. The Journal of Countinuing Education in Nursing, 33 (2), 78-92.
Lee, I.S. (2002). Gender differences in self regulated on-line learning strategies within Korea’s University context. Educational Technology Research and Development, 50 (1), 101-109.
Liukkonen, J., Auweele, Y.V., Vereijken, B., Alferman, D., & Thedorajis, Y. (2007). Psychology for physical educators.Canada: Human Kinetics
Millsap, R.E., & Olivares, A.M. (2009). Quantitative methods in psychology. London: SageNurhasan, (2007). Tes dan pengukuran Keolahragaan. Modul. Bandung: Jurusan Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan UPI.Ormrod, E.J. (2003). Educational psychology. Developing Learners. New Jersey: Merril
Pintrich, P., Smith, D., Garcia, T., & Mckeachie, W. (1993). Predictive validity and reliability of the motivated strategies for learning questionnaire (MLSQ). Educational and Psychological Measurement, 53, 801-813
Pintrich, P. (2000a). Multiple goal, multiple pathways: The role of goal orientations in learning and achievement. Journal of Educational Psychology. 92, 544-555.
Pintrich, P. (2000b). The role of goal orientation in self regulation. In M. Boekaerts, P. Pintrich & M. Zeidner (Eds.). Handbook of self-regulation (pp. 452-502). New York: Academic Press.
Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Self-determination theory and the facilitation of Schunk, D.H. and Ertmer, P.A.1999. Self regulatory process during computer skill acquisition, goal, and self-evaluative influences. Journal of Educational Psychology, 91 (2), 251-260.
Smith, P.A. (2001). Understanding self-regulated learning and its implication for accounting educators and researchers. Issues in Accounting Education, 16 (4), 663-689.
Widarjono, A. (2010). Analisis statistika multivariate terapan. Yogyaarta. UPP STIM YKPN.
Wolter, J. (2003b). Regulation of motivation: Evaluating an under emphasized aspect of self regulated learning. Educational Psychologist, 38. 189-205.
Young, S., & McSporran, M. (2001). Confident men-successful women: Gender differences in on-line learning. In C. Montgomerie & J. Viteli (Eds). Proceeding of EdMedia 2001 Conference (pp. 2110-2112). Chesapeake, VA:AACE
Zimmerman, B (2000). Attaining self regulation: A social cognitive perspective. In M. Boekaerts, P. Pintrich & M. Zeidner (Eds.). Handbook of self-regulation (pp. 13-39). New York: Academic Press.
Zimmerman, B.J., & Kitsantas, A. (2005). The hidden dimension of personal competence: Self regulation learning and practice. In A.J. Elliot & C.S. Dweck (Eds.). Handbook of competence and motivation. (pp. 509-526). New York: Guilford Press.