BAB I LAPORAN KASUS 1.1. IDENTIFIKASI Nama : Ny.F Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 30 tahun Kebangsaan : Indonesia Agama : Islam Status : Menikah Pekerjaan : PNS Alamat : Sungai Gerong MRS : 4 September 2012 1.2. ANAMNESIS (alloanamnesis tanggal 4 september 2012) - Keluhan Utama: Luka bakar api pada wajah, dada, perut, punggung, dan kedua lengan - Riwayat Perjalanan Penyakit: ± 4 jam SMRS penderita tersambar api pada saat membakar sampah. Luka terdapat pada wajah, dada, perut, punggung, dan kedua lengan, penderita tampak sesak nafas (+), sukar bicara (+), lalu penderita 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1. IDENTIFIKASI
Nama : Ny.F
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 30 tahun
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : PNS
Alamat : Sungai Gerong
MRS : 4 September 2012
1.2. ANAMNESIS (alloanamnesis tanggal 4 september 2012)
- Keluhan Utama:
Luka bakar api pada wajah, dada, perut, punggung, dan kedua lengan
- Riwayat Perjalanan Penyakit:
± 4 jam SMRS penderita tersambar api pada saat membakar sampah. Luka
terdapat pada wajah, dada, perut, punggung, dan kedua lengan, penderita
tampak sesak nafas (+), sukar bicara (+), lalu penderita dibawa ke rumah sakit
Rivai Abdullah dan dirujuk ke RSMH.
- Riwayat terperangkap dalam ruangan tidak ada
- Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita tidak ada
1
1.3. PEMERIKSAAN FISIK
- Survey primer
A : Baik
B : Pernafasan = 36x/ menit
C : Tekanan Darah = 130/80 mmHg
Nadi = 98x/ menit
Suhu badan = 37,2 ºC
Berat badan = 65 kg
Tinggi badan = 150 cm
- Survey sekunder :
o Tampak luka bakar api pada :
Wajah dan leher : 9%
Dada : 5%
Perut : 4%
Punggung : 16 %
Lengan kanan : 6%
Lengan kiri : 5%
TOTAL : 45%
2
1.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 4 September 2012)
Hb : 15,9 g/dl
Ht : 45 vol%
Eritrosit : 5.290.000 mm³
Leukosit : 25.300 mm³
Trombosit : 209.000 mm³
Hitung jenis : 0/0/1/83/12/4
Ureum : 20 mg/dl
Creatinin : 0,5 mg/dl
Natrium : 141 mmol/l
Kalium : 4,1 mmol/l
BSS : 87 mg/dl
EKG : Normal EKG
1.5 DIAGNOSIS KERJA
Luka bakar api derajat IIA 45% dengan trauma inhalasi
3
1.7 PENATALAKSANAAN
– Pipa Endotrakeal + Oksigen
– Resusitasi dengan RL metoda Baxter
Jumlah RL= 4cc x 65 Kg x 45% = 11700 cc
50% diberikan dalam 8 jam I = 5850 cc
50% diberikan dalam 16 jam berikutnya = 5850 cc
– Pemasangan NGT
– Pemasangan Kateter urin
– Rencana pemeriksaan AGD + pemasangan CVC
– Antibiotik
– Analgetik
– Antitetanus
– Wound toilet : Silver Sulfadiazine cream
– Observasi vital sign dan urin output
– Debridement
1.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia
Quo ad functionam : Dubia
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi1,3
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh panas(api, cairan panas, arus
listrik,radiasi) bahan kimia, dan penyebab lain dengan akibat serangan yang
mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam1.
II. Etiologi1,2,4,6,7
Luka bakar disebabkan antara lain oleh api, air panas, bahan kimia, listrik,
petir, radiasi, sengatan sinar matahari dan arena tungku panas atau udara panas1.
Pada luka bakar listrik harus dibedakan :
-akibat ledakan
-akibat arus listrik disini ada luka masuk dan luka ke luar yang kecil tetapi dalam.
III. Patofisiologi3
Akibat pertama luka bakar adalah shok karena kaget dan kesakitan, pembuluh
kapiler yang terkena suhu tinggi rusak, aliran listrik akan merangsang jaringan atau
organ yang yang dilalui, misalnya
- Otot
Otot yang teraliri listrik akan kontraksi, sehingga telapak tangan yang
memegang listrik tidak akan melepaskan kabel, diafragma akan lumpuh sehingga
penderita berhenti bernapas bila berkepanjangan akan terjadi hipoksi
- Jantung
Terjadi fibrilasi sampai “cardiac arrest” dan asidosis. Pada resusitasi harus
diberi bicarbonas natricus.
- Tulang
Akibat tulang yang dialiri panas, otot disekitarnya akan terbakar . Mioglobin
akan keluar melalui urin dan urin berwarna hitam
5
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bullae.
Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler, tubuh kehilangan
cairan antar ½-1% blood volume setiap 1% luka bakar. Kerusakan kulit akibat luka
bakar menyebabkan kehilangan cairan karena penguapan yang meningkat(insensible
water loss meningkat).
Bila luka bakar terjadi lebih dari 20% akan terjadi shok hipovolemik dengan
gejala-gejala seperti gelisah, pucat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun.jumlah produksi urine yang turun pada luka bakar dapat mengakibatkan
kegagalan ginjal.
Pada luka bakar yang mengenai muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan
napas karena gas, asap atau uap panas yang tersisa. Gejala yang timbul adalah sesak
napas, takipnue, stridor, suara serak, dan berdahak berwarna gelap karena berjelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas co2, tanda-tanda keracunan yang ringan
adalah lemas, bingung, pusing, mual, dan muntah.
Pada luka bakar yang berat terjadi ileus paralitik. Pada edema yang luas dan
mendadak akibat luka bakar dapat terjadi gangguan sirkulasi karena perubahan
permebilitas pembuluh darah. Koloid dengan berat 300.000 dapat keluar dari
pembuluh darah menyebabkan menurunnya tekanan onkotik. Hal ini menyebabkan
mudahnya cairan ke luar dari pembuluh darah. Perubahan tekanan onkotik juga
menyebabkan potensial membrane sel menurun akibat na dan air masuk kedalam sel
dan kalium keluar sel, hal ini menyebabkan peristaltik usus menurun.
6
IV. Diagnosis1
Diagnosis luka bakar ditegakkan berdasarkan:
1. Luas
2. Kedalaman
3. Penyebab
4. Lokasi
IV.a Luas Luka Bakar2
Perhitungan luka bakar berdasarkan “rules of nine” dari Wallace:
- kepala, leher 9%
- lengan, tangan 2x9%
- paha, betis, kaki 4x9%
- dada, perut, punggung, bokong 4x9%
genitalia 1%
Gambar 1. rule of nine, luas luka bakar
7
untuk anak umur 5 tahun(menurut Lund and Browder):
- kepala 14%
- tungkai, kaki 16%
- bagian yang lain sama dengan dewasa
Gambar 1.2 modifikasi rule of nine menurut Lund and Browder
bayi 1 tahun(menurut Lund and Browder):
- kepala, leher 18%
- tungkai,kaki 14%
- bagian lain sama dengan dewasa
Gambar 1.3 modifikasi rule of nine menurut Lund and Browder
8
untuk luka bakar yang distribusinya tersebar, rumus luas permukaan telapak
tangan(tidak termasuk jari-jari) penderita sama dengan 1% luas permukaan tubuhnya.
IV.b Kedalaman Luka Bakar1,3,4,5,6,8
Luka Bakar Derajat 1
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis, ditandai dengan kemerahan, nyeri
karena ujung-ujung saraf sensori teriritasi, dan setelah 24 jam timbul gelembung yang
kemudian kulit mengelupas, penyembuhan kulit spontan tanpa pengobatan khusus.
Luka Bakar Derajat 2
Kerusakan sampai lapisan dermis, ditandai dengan timbulnya bullae, luka
bakar dengan kedalaman ini sering kali disertai dengan rusaknya struktur di bawah
kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebaseus (minyak), atau jaringan kolagen sangat
terasa nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Dalam fase penyembuhan akan
tampak daerah bintik-bintik biru dari kelenjar sebacea dan akar rambut
Luka bakar derajat dua dibagi menjadi :
A. Superfisial
Mengenai epidermis dan lapisan atas dermis, akan sembuh dalam 2minggu
tanpa terbentuk sikatrik.
B. Dalam
Kerusakan seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit.
Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertofi, penyembuhan melalui
jaringan granulasi tipis dan sempit akan ditutup oleh epitel yang berasal dari dasar
luka selain dari tepi luka.biasanya penyembuhan luka terjadi lebih dari satu bulan.
Luka Bakar Derajat 3
Kerusakan seluruh lapisan kulit atau lebih dalam sampai mencapai subkutan,
otot dan tulang. Tampak epitel terkelupas dan daerah putih karena koagulasi protein
9
dermis. Tidak dijumpai bullae, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena
ujung-ujung sensori rusak.
Dermis yang tebakar kemudian mengering dan menciut, disebut esker. Bila
eskar melingkar akan menekan arteri, vena dan syaraf perifer. Yang tertekan pertama
biasanya saraf dengan gejala rasa kesemutan. Sayatan longitudinal lapisan dermis dan
tanpa memotong vena akan membebaskan penekanan dan tanpa perdarahan yang
berarti. Setelah minggu kedua eskar mulai lepas karena lesi diperbatasan dengan
jaringan sehat kemudian tampak jaringan granulasi dan memerlukan penutupan
dengan skin graft. Bila granulasi dibiarkan, akan menebal dan berakhir dengan
jaringan parut yang menyempit. Keadaan ini disebut kontraktur.
Gambar 2.1 derajat luka bakar
10
IV.c Penyebab Luka Bakar3,9
1. Luka bakar panas (thermal)
Luka bakar panas (thermal) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lain.
2. Luka bakar kimia (chemical)
Luka bakar kimia (chemical) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan
asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan
yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat
terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang
industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat
menyebabkan luka bakar kimia
3. Luka Bakar listrik (Electric)
Luka bakar listrik (electric) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik
yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya
kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka bakar radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau
dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh
sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka
bakar radiasi.
11
V. Komplikasi Luka Bakar2
1. Syok karena kehilangan cairan.
2. Sepsis / toksis.
3. Gagal Ginjal mendadak
4. Peneumonia
VI. Prognosis :
1. Tergantung derajat luka bakar.
2. Luas permukaan
3. Daerah yang terkena, perineum, ketiak, leher dan tangan karena sulit perawatan
dan mudah kontraktur.
4. Usia dan kesehatan penderita.
VII. Penggolongan Luka Bakar1,3
1. luka bakar berat
- derajat 2, luas luka 25% pada orang dewasa dan 20% pada anak-anak.
- derajat 3, luas luka bakar 10%
- luka bakar mengenai muka, telinga, mata, kaki, tangan, dan genitalia/perineum .
- luka bakar disertai trauma jalan napas dengan cedera inhalasi, trauma jaringan lunak
yang luas, atau fraktura.
- luka bakar akibat listrik.
2. luka bakar sedang
- derajat 2, luas luka bakar 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
- derajat 3 kurang dari 10%, kecuali muka tangan, kaki.
3. luka bakar ringan
12
- derajat 2 kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10% pada anak-anak.
- derajat 3 kurang dari 2%
Indikasi Rawat Inap1:
1. derajat 2 lebih dari 15% pada orang dewasa dan lebih dari 10% pada anak-anak.
2. derajat 2 pada muka, tangan, kaki, dan perineum.
3. derajat 3 lebih dari 2% pada orang dewasa dan setiap derajat 3 pada anak.
4. luka bakar yang disertai trauma viscera, tulang dan jalan napas
VIII. Fase Luka Bakar2
Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan
penyakitnya dibedakan dalam 3 fase yaitu akut, subakut dan fase lanjut. Namun
demikian pembagian fase menjadi tiga tersebut tidaklah berarti terdapat garis
pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka berpikir
dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kotak fase dan tetap harus
terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis pada
fase selanjutnya.
1. Fase akut / fase syok / fase awal.
Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di IRD
/Unit luka bakar. Pada fase ini penderita luka bakar, seperti penderita trauma lainnya,
akan mengalami ancaman dan gangguan airway (jalan napas), breathing (mekanisme
bernafas) dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi trauma , inhalasi dalam 48-72 jam
pasca trauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian utama penderita pada
fase akut. Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan
dan elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya syok
yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih
berhubungan akibat problem
13
instabilitas sirkulasi.
2. Fase Subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang
terjadi dapat menyebabkan beberapa masalah yaitu :
a. Proses inflamasi atau infeksi.
b. Problem penutupan luka
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat
jalan. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.
IX. Penatalaksanaan1
IX.1. Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar
1. Jauhkan dari sumber trauma, dengan cara api dipadamkan, kulit yang panas
disiram air, bahan kimia disiram air mengalir. Cara mematikan api yaitu penderita
dibaringkan lalu ditutup kain basah atau berguling-guling.
2. Bebaskan jalan napas misalnya dengan membuka baju yang terbakar, menghisap
lendir pada jalan pernapasan, bila ada keraguan pada jalan napas dilakukan
trakeostomi.
3. Perbaiki pernapasan(resusitasi pernapasan).
4. Perbaiki sirkulasi dengan pemberian cairan infuse
5. Bila terbakar diruang tertutup sangat mungkin terjadi keracunan co dengan gejala
sakit kepala dan muntah-muntah, maka diberikan o2 murni.
6. Pada luka bakar akibat trauma asam/basa, bilas tubuh yang terbakar dengan air
yang mengalir terus menerus.
7. Pakaian, alas dan penutup luka diganti dengan yang steril.
14
IX.2. Resusitasi Cairan1,2,3
1. Formula Evans
hari 1 : berat badan(kg) x % luka bakar x 1cc(elektrolit/Nacl)
berat badan(kg) x % luka bakar x 1cc koloid
dekstrose(D5W)10% 2000cc
hari 2 : berat badan(kg) x % luka bakar x 1/2cc(elektrolit/Nacl)
berat badan(kg) x % luka bakar x 1/2cc koloid
dekstrose(D5W)10% 2000cc
monitor urine; ½-1cc per jam
Hal yang harus diperhatikan :
1. Jenis cairan
2. Permeabilitas akan membaik setelah 8 jam pasca trauma.
3. Koloid, setelah permeabilitas pembuluh darah membaik, koloid diberikan dalam
bentuk plasma.
4. Penderita yang datang dengan gangguan sirkulasi dalam keadaan shok
hipovolemik.
Untuk monitor pasang :
- Kateter urine
-CVP
Bila CVP +4 atau lebih, hati-hati.
Pemberian cairan:
1. Jumlah volume cairan merupakan perkiraan.
2. Pemberian disesuaikan dengan monitoring.
15
3. ½ volume diberikan 8 jam pertama sejak trauma.
4. ½ jam volume sisa diberikan 16 jam berikutnya
5. Cairan tubuh yang diperlukan untuk mengatasi shok tidak termasuk dalam