PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
DI LAHAN PRAKTIKdisampaikan dalam seminar pencegahan infeksi
nosokomial di Poltekkes Kemenkes RI Padang Minggu, 14 April 2013A.
PendahuluanHealth-care Associated Infections (HAIs) merupakan
komplikasi yang paling sering terjadi di pelayanan kesehatan. HAIs
selama ini dikenal sebagai Infeksi Nosokomial atau disebut juga
sebagai Infeksi di rumah sakit Hospital-Acquired Infections
merupakan persoalan serius karena dapat menjadi penyebab langsung
maupun tidak langsung kematian pasien. Kalaupun tak berakibat
kematian,pasien dirawat lebih lama sehingga pasien harus membayar
biaya rumah sakit yang lebih banyak.
HAIs adalah penyakit infeksi yang pertama muncul (penyakit
infeksi yang tidak berasal dari pasien itu sendiri) dalam waktu
antara 48 jam dan empat hari setelah pasien masuk rumah sakit atau
tempat pelayanan kesehatan lainnya, atau dalam waktu 30 hari
setelah pasien keluar dari rumah sakit. Dalam hal ini termasuk
infeksi yang didapat dari rumah sakit tetapi muncul setelah pulang
dan infeksi akibat kerja terhadap pekerja di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Angka kejadian terus meningkat mencapai sekitar 9%
(variasi3-21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah
sakit seluruh dunia.Kondisi ini menunjukkan penurunan mutu
pelayanan kesehatan. Tak dipungkiri lagi untuk masa yang akan
datang dapat timbul tuntutan hukum bagi sarana pelayanan kesehatan,
sehingga kejadian infeksi di pelayanan kesehatan harus menjadi
perhatian bagi Rumah Sakit.
Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien
merupakan kelompok yang berisiko mendapat HAIs. Infeksi ini dapat
terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien
ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun
dari petugas kepada pasien. Dengan demikian akan menyebabkan
peningkatan angka morbiditas, mortalitas, peningkatan lama hari
rawat dan peningkatan biaya rumah sakit.
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat Penting
untuk melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari
resiko tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas juga berkunjung
ke suatu rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Keberhasilan program PPI perlu keterlibatan lintas profesional:
Klinisi, Perawat, Laboratorium, Kesehatan Lingkungan, Farmasi,
Gizi, IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain sehingga
perlu wadah berupa Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Beberapa rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan lahan praktik bagi mahasiswa/siswa serta peserta magang
dan pelatihan yang berasal dari berbagai jenjang pendidikan dan
institusi yang berbeda-beda. Tak diragukan lagi bahwa semua
mahasiswa/siswa dan peserta magang/pelatihan mempunyai kontribusi
yang cukup besar dalam penularan infeksi dan akan beresiko
mendapatkan HAIs. Oleh karena itu penting bagi mahasiswa/siswa,
peserta magang/pelatihan, termasuk juga karyawan baru memahami
proses terjadinya infeksi, mikroorganisme yang sering menimbulkan
infeksi, serta bagaimana pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit. Sebab bila sampai terjadi infeksi nosokomial akan
cukup sulit mengatasinya, pada umumnya kuman sudah resisten
terhadap banyak antibiotika. Sehingga semua mahasiswa/siswa,
peserta magang/pelatihan yang akan mengadakan praktik di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, termasuk juga
karyawan baru yang akan bertugas harus diberikan Layanan Orientasi
dan Informasi (LOI) tentang Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi.
B. Rantai Penularan InfeksiPengetahuan tentang rantai penularan
infeksi sangat penting karena apabila satu mata rantai dihilangkan
atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen
yang diperlukan sehingga terjadi penularan adalah:
1. Agen infeksi (infectious agent) adalah Mikroorganisme yang
dapat menyebabkan infeksi. Pada manusia dapat berupa bakteri ,
virus, ricketsia, jamur dan parasit. Dipengaruhi oleh 3 faktor,
yaitu: patogenitas, virulensi, dan jumlah (dosis, atau load)
2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup,
tumbuh, berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir
yang paling umumadalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah,
air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada manusia: permukaan kulit,
selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina
3. Port of exit ( Pintu keluar) adalah jalan darimana agen
infeksi meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran
pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit
dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh
lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana
transport agen infeksi dari reservoir ke penderita (yang
suseptibel). Ada beberapa cara penularan yaitu :
a. Kontak (contact transmission):
1) Direct/Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman
penyebab secara fisik pada saat pemeriksaan fisik, memandikan
pasen
2) Indirect/Tidak langsung (paling sering !!!): kontak melalui
objek (benda/alat) perantara: melalui instrumen, jarum, kasa,
tangan yang tidak dicuci
b. Droplet : partikel droplet > 5 m melalui batuk, bersin,
bicara, jarak sebar pendek, tdk bertahan lama di udara, deposit
pada mukosa konjungtiva, hidung, mulut contoh : Difteria,
Pertussis, Mycoplasma, Haemophillus influenza type b (Hib), Virus
Influenza, mumps, rubella c.Airborne : partikel kecil ukuran 1m
Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan, pintu boleh
terbuka
b) APD petugas:
Masker Bedah/Prosedur, dipakai saat memasuki ruang rawat
pasien
c) Transport pasien
Batasi transportasi pasien, pasangkan masker pada pasien saat
transportasi
Terapkan hyangiene respirasi dan etika batuk
3.Kewaspadaan transmisi udara/airbornea) Penempatan pasien :
Di ruangan tekanan negatif
Pertukaran udara > 6-12 x/jam,aliran udara yang
terkontrol
Jangan gunakan AC sentral, bila mungkin AC + filter HEPA
Pintu harus selalu tertutup rapat.
kohorting
Seharusnya kamar terpisah, terbukti mencegah transmisi, atau
kohorting jarak >1 m
Perawatan tekanan negatif sulit, tidak membuktikan lebih efektif
mencegah penyebaran
Ventilasi airlock ventilated anteroom terutama pada varicella
(lebih mahal)
Terpisah jendela terbuka (TBC ), tak ada orang yang lalu
lalang
b) APD petugas:
Minimal gunakan Masker Bedah/Prosedur
Masker respirator (N95) saat petugas bekerja pada radius