SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PT. TELKOM Paper Untuk memenuhi Tugas SISTEM INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERNAL Disusun Oleh : Jemmy Esrom Serang NIM : 55516120030 Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA Program Studi Magister Akuntansi FAKULTAS PASCA SARJANA UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2017
58
Embed
15 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, sistem pengendalian internal pt. telkom, universitas mercu buana, 2017
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PT. TELKOM
Paper
Untuk memenuhi Tugas SISTEM INFORMASI DAN PENGENDALIAN
INTERNAL
Disusun Oleh : Jemmy Esrom Serang
NIM : 55516120030
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
Program Studi Magister Akuntansi
FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2017
ABSTRAK
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar
kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem
penyelenggaraan rekam medis yaitu mulai pencatatan selama pasien mendapatkan
pelayanan medik, dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang
meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat
penyimpanan untuk melayani permintaan maupun peminjaman dari pasien atau
untuk keperluan lainnya. Rekam medis mempunyai dua bagian yang perlu
diperhatikan yaitu bagian pertama adalah tentang individu yaitu suatu informasi
tentang kondisi kesehatan dan penyakit pasien yang bersangkutan dan sering
disebut pateint record, bagian kedua adalah tentang manajemen merupakan suatu
informasi tentang pertanggungjawaban apakah dari segi manajemen maupun
keuangan dari kondisi kesehatan dan penyakit pasien yang bersangkutan. Rekam
medis di Puskesmas merupakan salah satu sumber data penting yang nantinya akan
diolah menjadi informasi. Pengisian rekam medis di Puskesmas dimulai di Unit
Pendaftaran dengan menggunakan komputerisasi, selanjutnya pasien langsung
menuju ke tempat dia mau diperiksa, sementara identitas pasien sudah langsung
terkirim ke semua ruangan di Puskesmas. Oleh tenaga kesehatan, pasien tersebut
dianamnesia dan diperiksa serta kalau dibutuhkan dilakukan pemeriksaan
penunjang. Akhirnya dilakukan penegakkan diagnosa dan sesuai kebutuhan, pasien
tersebut diberi obat atau tindakan medis lainnya. Sehingga untuk rekam medik para
perawat tinggal melihat dari komputer berapa jumlah pasien, apa yang diberikan,
apakah pasien lama atau baru dan lain sebagainya.
ABSTRACT
Medical records have a very broad sense, not just registration activities, but have
an understanding as a delivery system of medical records that began recording for
patients to get medical services, followed by handling medical record file that
includes the implementation of storage as well as spending a file from a storage
area to airport demand and borrowing from a patient or for other purposes.
Medical record has two parts that need to be considered that the first part is about
the individual that is an information about health conditions and diseases the
patient concerned and often called pateint record, the second part is about the
management of an information on liability whether in terms of management and
finance of health conditions and diseases of the patient concerned. Medical records
in primary health care is one of the important sources of data which will be
processed into information. Charging medical records in the health center began
in the Registration Unit by using computerized, then the patient directly to the place
she wanted to be checked, while the identity of the patient is directly sent to all the
rooms in the health center. By skilled health personnel, these patients dianamnesia
and examined and if need be investigated. Finally do enforcement diagnosis and as
needed, the patient is given a drug or other medical action. So for the nurses
medical record live view of the computer how many patients, what is given, whether
old or new patients and others.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan anugrah, kemudahan, serta rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan paper yang berjudul : “SISTEM
PENGENDALIAN INTERNAL PT. TELKOM” sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas Sistem Informasi Dan Pengendalian Internal.
Penulis menyadari sebagai manusia biasa dalam penulisan ini tidak lepas
dari kesalahan dan kekurangan akibat keterbatasan pengetahuan serta pengalaman.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa paper ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Semoga paper ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan khususnya
bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Akhir kata dengan segala ketulusan dan
kerendahan hati, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kelemahan dalam
paper ini.
Jakarta, 11 juni 2017
Jemmy Esrom Serang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis di Indonesia dari masa ke masa terasa semakin
kompetitif. Karena semakin banyaknya perusahaan asing yang berekspansi ke peta
persaingan bisnis di Indonesia, maka diperlukan berbagai kualitas dari dalam
perusahaan. Untuk dapat bersaing secara wajar dan sehat dalam rangka mencapai
kerangka tujuannya masing-masing selain dapat menghasilkan output (baik barang
atau jasa yang berkualitas) serta dapat diserap dengan baik oleh para calon
konsumen, pihak perusahaan juga harus dapat melaksanakan proses produksi secara
terkendali serta terarah sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Hal ini dilakukan
untuk mencapai tingkat efektivitas dan efesiensi operasi yang di inginkan yang
bermuara pada peningkatan profit perusahaan (Elsha Indah Cecilia,2011).
Pengendalian intern dalam perusahaan sangat penting, sehingga perusahaan
dapat melakukan evaluasi diri dan mengambil tindakan yang perlu untuk
memperbaiki sistem pengendalian intern yang ada saat ini. Serta dapat digunakan
sebagai bahan kajian ataupun study komparatif dalam mengevaluasi sistem
pengendalian intern perusahaan pada umumnya. Pada era informasi dan globalisasi
menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat pesat dengan
tingkat persaingan ketat. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan dituntut untuk
melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien umtuk
mempertahankan eksistensinya, sehingga pengetahuan merupakan kekuatan yang
sangat penting untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan.Informasi
yang berkualitas yaitu informasi yang akurat, relevan, dan tepat waktu sehingga
keputusan bisnis yang tepat dapat dibuat yang disesuaikan dengan sistem informasi
yang diterapkan di masing-masing perusahaan. Dengan demikian, pengelolaan
sistem informasi merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan (Tiolina
Evi,2009).
Gondodiyoto (2003:75), berpendapat bahwa tujuan utama dari sistem
pengendalian internal adalah :
1. Mengamankan aset organisasi
2. Memperoleh informasi yang akurat dan dapat dipercaya
3. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi kegiatan
4. Mendorong kepatuhan pelaksanaan terhadap kebijaksanaan organisasi/ pimpinan
Struktur pengendalian interen mengarahkan aktivitas organisasi usaha untuk
mencapai tujuan. Sistem ini terdiri dari kebijakan dan prosedur-prosedur untuk
menyediakan jaminan yang memadaibahwa tujuan perusahaan dapat tercapi tanpa
hambatan. Konsep struktur pengendalian interen didasarkan dua premis utama,
yakni tanggung jawab manajemen dan jaminan yang memadai (Idris Asmuni,
2005.) Pada organisasi yang besar, manajemen berada jauh dari aktivitas operasi
perusahaan. Sebagai pengganti kehadiran, manajemen harus mengandalkan diri
pada berbagai teknik pengendalian untuk mengimplementasikan keputusannya dan
tujuan organisasi, serta untuk mengatur aktivitas yang menjadi tanggung jawab
utama manajer. Pengendalian mencakup rentang aktivitas yang cukup luas, seperti
pengawasan kuantitas persediaan, konsumsi bahan habis pakai dalam proses
produkisi maupun dalam kegiatan administrasi, serta pembayaran tagihan dalam
periode potongan. Pengendalian internal yang baik merupakan faktor kunci
pengelolaan organisasi yang efektif (George H. Bodnar, 2006). Dikutip dari
pernyataan Uchok Sky Khadafi dalam Forum Indonesia untuk Transportasi
Anggaran (FITRA), telah memaparkan 24 BUMN yang dinilai sebagai sarang
korupsi dan merugikan negara. Hal ini dikarenakan beberapa hal yang mendasari
kerugian ini. "Kelemahan sistem pengendalian intern, terbagi menjadi tiga, sistem
pengendalian akuntansi dan pelaporan, dimana pencatatannya tidak akurat dan
proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan" ujar Koordinator Investigasi dan
Advokasi Seknas FITRA Uchok Sky Khadafi dalam keterangan tertulis, Senin
(17/7/2012) Ditambahkan Uchok, sistem pengendalian pelaksanaan anggaran juga
menjadi sebab hilangnya potensi penerimaan Negara dari sektor BUMN.
"Perencanaan tidak memadai, penyimpangan terhadap perundang-undangan bidang
teknis tertentu, kebijakan yang tidak tepat dan penetapan kebijakan yang tidak
tepat," tambahnya. Selain itu, kelemahan struktur pengendalian intern juga
berpengaruh terhadap penyelenggaraan BUMN. "Tidak memiliki SOP yang formal,
tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yan memadai," tandasnya. Sebelumnya,
FITRA merilis 24 BUMN terkorup. Telkom menempati BUMN terkorup dan
kemudian RNI, Jasa Marga, PT Bahana PUI dan PT PLN. Dalam kutipan artikel
tersebut, pernyataan Uchok Sky Khadafy menyinggung kelemahan Sistem
Pengendalian Internal pada beberapa perusahaan BUMN, termasuk PT. Telkom,
tbk. Hal ini menyebabkan tindak pidana korupsi, dan hal-hal yang merugikan
Negara terjadi.
Masyarakat telah semakin tergantung pada sistem informasi akuntansi, yang
juga telah berkembang semakin kompleks untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
atas informasi.Sejalan dengan peningkatan kompleksitas sistem dan
ketergantungan pada sistem tersebut, perusahaan menghadapi peningkatan resiko
atas sistem mereka yang sedang dinegoisasikan tersebut. Empat jenis ancaman
perusahaan yaitu; (1) kehancuran karena bencana alam dan politik, (2) kesalahan
pada software dan tidak berfungsinya peralatan, (3) tindakan tidak sengaja, dan (4)
tindakan sengaja (kejahatan komputer). Ancaman dari tindakan disengaja, yang
biasanya disebut sebagai kejahatan komputer, berbentuk sabotase, yang tujuannya
adalah menghancurkan sistem atau beberapa komponennya. Penipuan komputer
adalah jenis kejahatan komputer lainnya, dengan tujuan untuk mencuri benda
berharga seperti uang, data, atau waktu/ pelayanan komputer.Kini perusahaan-
perusahaan menyadari masalah-masalah tersebut dan mengambil langkah positif
untuk meningkatkan pengendalian dan keamanan komputer (Agus Prasetyo Utomo,
2006). Untungnya perusahaan-perusahaan kini menyadari masalah-masalah
tersebut dan mengambil langkah positif untuk meningkatkan pengendalian dan
keamanan komputer. Contohnya mereka menjadi proaktif dalam pendekatan
mereka. Mereka kini menyediakan pegawai tetap untuk menangani masalah
pengendalian dan keamanan, serta mendidik paran pegawai mereka mengenai
ukutan-ukuran pengedalian. Banyak perusahaan yang membuat dan menerapkan
kebijakan keamanan informasi secara formal. Mereka membuat pengendalian
sebagai bagian dari proses pengembangan aplikasi, dan memindahkan data yang
sensitive keluar dari sistem klien/ server yang tidak aman ke lingkungan yang lebih
aman, seperti komputer utama (mainframe) (Marshall B. Romney, 2003).
Barangkali aspek yang paling penting dari sistem informasi akuntansi
adalah peranannya dalam proses pengendalian internal organisasi. Istilah proses
pengendalian internal mengindikasikan tindakan yang diambil dalam suatu
organisasi untuk mengatur dan mengarahkan aktivitas dalam organisasi tersebut
(George H. Bodnar, 2004). Dengan semakin berkembangnya teknologi, khususnya
teknologi informasi dan komputer, maka banyak perusahaan yang sudah
mengadopsi system informasi akuntansi berbasis komputer sebagai bagian penting
dari kelancaran kegiatan operasi perusahaan. Namun dikarenakan suatu sistem
informasi akuntansi yang telah terkomputerisasi adalah investasi jangka panjang
yang mahal, maka beberapa perusahaan masih tetap mengaplikasikan sistem
akuntansi konvensional. Dengan sistem informasi akuntansi, resiko terjadinya
kekeliruan dan kesalahan pencatatan atau kekeliruan perhitungan dapat di
minimalisasi sehingga mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami kerugian.
Suatu system yang berkualitas, dirancang, dibangun, dan dapat bekerja dengan baik
apa- bila bagian bagian yang terintegrasi dengan sistem tersebut beroperasi sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Salah satu didalam system
informasi akuntansi yang menunjang kelancaran kerja sistem informasi akuntansi
tersebut adalah pengendalian internal (internal control) (Elsha Indah Cecilia, 2011).
Perkembangan penggunaan komputer dalam bisnis akan mempengaruhi metode
pelaksanaan audit, demikian pula dengan ilmu pengetahuan lainnya. Satuan usaha
(organisasi/ perusahaan) disebut menggunakan sistem berkomputer (PDE) apabila
dalam memproses data penyusunan laporan keuangan menggunakan komputer dan
tipe dan jenis tertentu. Baik dioperasikan oleh perusahaan sendiri atau pihak lain.
Kebutuhan terhadap auditing di sistem berkomputer (EDP Auditing) semakin perlu
untuk dipenuhi agar tujuan auditing tetap dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Meskipun tujuan dasar auditing tetap tidak berubah, tapi proses audit mengalami
perubahan yang signifikan baik dalam pengumpulan dan evaluasi bukti maupun
pengendaliannya. Auditor harus mempelajari keahlian-keahlian baru untuk bekerja
secara efektif dalam suatu lingkungan bisnis yang berkomputerisasi untuk meriview
teknologi komputer.Auditor harus memahami dan mempertimbangkan sifat sistem
PDE. Sistem ini akan mempengaruhi sistem akuntansi dan system pengendalian
intern yang akhirnya akan mempengaruhi luas, lingkup dan jangka waktu audit
(Nanang Sasongko, 2013) PT Telekomunikasi Indonesia disebut sebagai badan
usaha milik Negara (BUMN) yang paling "korup" dari 144 BUMN induk
berdasarkan hasil pemeriksaan anggaran yang dilakukan Badan Pemeriksa
Keuangan tahun 2005 -2011. Potensi kerugian negara di BUMN itu sebesar Rp 12
miliar dan 130,2 juta dollar AS. "Ada enam temuan kasus (dugaan penyimpangan
penggunaan keuangan) di PT Telekomunikasi Indonesia," kata Uchok Sky Khadafi
Koordinator Investigasi dan Advokasi Sekretaris Nasional Forum Indonesia untuk
Transparansi Anggaran (FITRA) di Jakarta, Minggu (15/7/2012). Uchok
mengatakan, potensi kerugian negara dalam 144 BUMN induk mencapai Rp 4,9
triliun, 305 juta dollar AS, dan 3,3 juta yen Jepang dengan total dugaan
penyimpangan penggunaan keuangan sebanyak 2.757 kasus. Dari jumlah itu, 1.527
kasus masih dalam proses tindak lanjut. "Sisanya belum ditindak lanjuti," kata
Uchok. Potensi kerugian negara itu, kata Uchok, terjadi akibat lemahnya sistem
pengendalian akuntansi dan pelaporan, lemahnya system pengendalian pelaksanaan
anggaran, dan lemahnya pengendalian internal. Dalam pernyataannya, Uchok
menyebutkan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan yang tidak akurat,
dimana akan mempengaruhi kehandalaninformasi akuntansi. Lalu penyusunan
laporan tidak sesuai yang disebabkan karena terjadinya error dan sumber data yang
tidak akurat.
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian diatas didapat pembahasan untuk paper ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui sistem pengendalian internal di PT. TELKOM ?
2) Apa contoh implementasi Pengendalian Internal di PT. TELKOM ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran
Adapun tujuan dari paper ini untuk
1. Meningkatkan pemahaman tentang teknologi informatika di PT.
TELKOM
2. Dapat memberikan masukan tentang penggunaan teknologi informatika di
PT.TELKOM
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL
2.1.1 Pengertian sistem pengendalian internal
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam bukunya “Standar
Profesional Akuntan Publik” (2011:319) “Pengendalian Intern adalah suatu proses
yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan
tujuan berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektifitas dan efisiensi
operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Berikut
penjelasan tujuannya:
a. Keandalan pelaporan keuangan
Manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan kreditor dan
para pengguna lainnya. Manajemen memiliki tanggung jawab hukum maupun
profesionalisme untuk meyakinkan bahwa informasi disajikan dengan wajar sesuai
dengan ketentuan dalam pelaporan. Tujuan pengendalian yang efektif terhadap
laporan keuangan adalah untuk memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan ini.
b. Efektivitas dan efisiensi operasi
Pengendalian dalam suatu perusahaan akan mendorong penggunaan sumber daya
perusahaan secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran yang dituju
perusahaan.
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Perusahaan publik, non-publik maupun organisasi nirlaba diharuskan untuk
memenuhi beragam ketentuan hukum dan peraturan. Beberapa peraturan ada yang
terkait dengan akuntansi secara tidak langsung, misalnya perlindungan terhadap
lingkungan dan hukum hak-hak sipil. Sedangkan yang terkait erat dengan
akuntansi, misalnya peraturan pajak penghasilan dan kecurangan. Menurut
Mulyadi (2013:163), sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi,
metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi
dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengendalian internal adalah metode, proses, dan kebijakan yang didesain oleh
dewan komisaris, manajemen dan personel lain untuk memberi jaminan yang
memadai atas tercapainya efisiensi dan efektifitas operasi, keandalan laporan
keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
2.1.2 Komponen pengendalian internal
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2015:345), Internal ControlIntegrated
Framework yang dikeluarkan COSO, yaitu kerangka kerja pengendalian internal
yang paling luas diterima di Amerika Serikat, menguraikan lima komponen
pengendalian internal yang dirancang dan diimplementasikan oleh manajemen
untuk memberikan kepastian yang layak bahwa tujuan pengendaliannya akan
tercapai. Komponen pengendalian internal COSO meliputi hal-hal berikut ini:
1. Lingkungan pengendalian (control environment) terdiri atas tindakan, kebijakan,
dan prosedur yang mencerminkan sikap manajemen puncak, para direktur, dan
pemilik entitas secara keseluruhan mengenai pengendalian internal serta arti
pentingnya bagi entitas itu. Untuk memahami dan menilai lingkungan
pengendalian, auditor harus mempertimbangkan subkomponen pengendalian yang
paling penting.
a. Integritas dan nilai-nilai etis, meliputi tindakan manajemen untuk menghilangkan
atau mengurangi dorongan dan godaan yang mungkin membuat karyawan
melakukan tindakan tidak jujur, ilegal, atau tidak etis. Ini juga meliputi
pengkomunikasian nilai-nilai entitas dan standar perilaku kepada para karyawan
melalui pernyataan kebijakan, kode perilaku, dan teladan.
b. Komitmen pada kompetensi, meliputi pertimbangan manajemen tentang tingkat
kompetensi bagi pekerjaan tertentu, dan bagaimana tingkatan tersebut
diterjemahkan menjadi keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan.
c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit, berperan penting dalam tata kelola
korporasi yang efektif karena memikul tanggung jawab akhir untuk memastikan
bahwa manajemen telah mengimplementasikan pengendalian internal dan proses
pelaporan keuangan yang layak.
d. Filosofi dan gaya operasi manajemen, dimana manajemen melalui aktivitasnya,
memberikan isyarat yang jelas kepada karyawan tentang pentingnya pengendalian
internal. Sebagai contoh, apakah manajemen mengambil risiko yang cukup besar,
atau justru menghindari risiko tersebut? Apakah target penjualan dan laba tidak
realistis, dan apakah karyawan didorong untuk melakukan tindakan yang agresif
guna mencapai target tersebut?. Memahami aspek ini serta aspek-aspek ini serupa
dalam filosofi dan gaya operasi manajemen akan membuat auditor dapat merasakan
sikap manajemen tentang pengendalian internal.
e. Struktur organisasi, menentukan garis-garis tanggung jawab dan kewenangan
yang ada.
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
2. Penilaian risiko (risk assessment) atas pelaporan keuangan adalah tindakan yang
dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko-risiko yang
relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan GAAP.
3. Aktivitas pengendalian (control acivities) adalah kebijakan dan prosedur, selain
yang sudah termasuk dalam empat komponen lainnya, yang membantu memastikan
bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil untuk menangani risiko guna
mencapai tujuan entitas. Aktivitas pengendalian dibagi menjadi lima jenis
yaitu:
a. Pemisahan tugas yang memadai
b. Otorisasi yang sesuai atas transaksi dan aktivitas
c. Dokumen dan catatan yang memadai
d. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan
e. Pemeriksaan kinerja secara independen
4. Informasi dan komunikasi (information and communication)
bertujuan untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi yang
dilakukan entitas serta mempertahankan akuntabilitas aktiva terkait. Untuk
memahami perancangan system informasi akuntansi, auditor menentukan
a. Kelas transaksi utama entitas
b. Bagaimana transaksi dimulai dan dicatat
c. Catatan akuntansi apa saja yang ada serta sifatnya
d. Bagaimana sistem itu menangkap peristiwa-peristiwa lain yang penting bagi
laporan keuangan, seperti penurunan nilai aktiva
e. Sifat serta rincian proses pelaporan keuangan yang diikuti, termasuk prosedur
pencacatan transaksi dan penyesuaian dalam buku besar umum.
5. Pemantauan (monitoring) berhubungan dengan penilaian mutu pengendalian
internal secara berkelanjutan atau periodik oleh manajemen untuk menentukan
bahwa pengendalian itu telah beroperasi seperti yang diharapkan, dan telah
dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi.
2.1.3 Tujuan pengendalian internal
Pengendalian internal yang dirumuskan pada suatu perusahaan harus
mempunyai beberapa tujuan, sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh Mardi
(2011:59), maka dapat dirumuskan tujuan dari pengendalian internal, yaitu:
1. menjaga keamanan harta milik perusahaan;
2. memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi;
3. meningkatkan efisiensi operasional perusahaan; dan
4. membantu menjaga kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu adanya syarat tertentu yang digunakan
sebagai unsur pendukung agar pengendalian internal dapat diterapkan dengan baik.
Menurut Mulyadi (2013:163), tujuan sistem pengendalian intern adalah:
1. Menjaga kekayaan organisasi
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
3. Mendorong efisiensi
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2015:340), biasanya manajemen memiliki tiga
tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian internal yang efektif:
1. Reliabilitas pelaporan keuangan
Manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan bagi para investor,
kreditor, dan pemakai lainnya. Manajemen memikul baik tanggung jawab hukum
maupun profesional untuk memastikan bahwa informasi telah disajikan secara
wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan seperti prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum (GAAP). Tujuan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan
keuangan adalah memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut.
2. Efisiensi dan efektivitas operasi
Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber daya secara
efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran-sasaran perusahaan. Tujuan yang
penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi keuangan dan
nonkeuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan
keputusan.
3. Ketaatan pada hukum dan peraturan
Section 404 mengharuskan semua perusahaan public mengeluarkan laporan tentang
keefektifan pelaksanaan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Selain
mematuhi ketentuan hukum dalam Section 404, organisasi-organisasi publik,
nonpublik, dan nirlaba diwajibkan menaati berbagai hukum dan peraturan.
Beberapa hanya berhubungan secara tidak langsung dengan akuntansi, seperti UU
perlindungan lingkungan dan hak sipil, sementara yang lainnya berkaitan erat
dengan akuntansi seperti peraturan pajak penghasilan dan kecurangan.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian untuk makalah ini adalah kepustakaan, dimana informasi
diperoleh penulis berasal dari buku teks, artikel, modul atau internet.
BAB IV
STUDI KASUS
pengendalian internal secara umum adalah untuk menilai keefektifan dan
kesesuaian prosedur yang telah diterapkan oleh perusahaan berdasarkan lima
komponen pengendalian internal menurut COSO (Committee of Sponsoring
Organization), yaitu Lingkungan Pengendalian (Control Environment), Penilaian
Risiko (Risk Assessment), Aktivitas Pengendalian (Control Activities), Informasi
dan Komunikasi (Information and Communication), dan Pemantauan (Monitoring).
Kelima komponen ini harus terpenuhi dalam kegiatan pengendalian internal
perusahaan untuk menunjukkan bahwa pengendalian yang diterapkan oleh
perusahaan sudah berjalan dengan efektif dan efisien demi tercapainya tujuan
perusahaan.
4.1 Evaluasi Pengendalian Internal atas PT. Telkom Secara Umum
4.1.1 Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian merupakan fondasi untuk keempat
komponen pengendalian yang lain didalam perusahaan. Pengendalian ini
terdiri dari tindakan, kebijakan, dan prosedur yang menggambarkan
bagaimana sikap manajemen puncak, direksi, dan pemilik entitas mengenai
pengendalian internal dan pentingnya bagi entitas.
1. Integritas dan nilai etis
Suatu entitas perlu menetapkan standar etis dan perilaku yang
dikomunikasikan kepada karyawan dan diperkuat dengan praktik dari
hari ke hari. Cara paling baik untuk mengkomunikasikan integritas dan
perilaku etis dalam entitas adalah melalui pernyataan kebijakan dan
aturan perilaku.
PT. Telkom telah menerapkan kode etik yang berlaku bagi
komisaris, direktur utama, direktur keuangan, direktur dan pejabat kunci
lainnya serta seluruh karyawan sesuai dengan ketentuan Sarbanes Oxley
Act (SOA). Pemahaman dan penerapan etika bisnis yang telah
dilakukan juga telah diaudit secara internal maupun eksternal melalui
proses audit terkait dengan penerapan lingkungan pengendalian sesuai
kerangka kerja pengendalian internal COSO.
Dalam sosialisasi dan penerapannya, setiap tahun PT. Telkom selalu
mengingatkan karyawan mengenai tata nilai dan etika melalui survei
internal untuk mengetahui efektivitas penerapan budaya perusahaan dan
etika bisnis yang didalamnya memuat kuesioner dan studi kasus terkait