15 BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI A. Gambaran Umum Memotong Bahan (Cutting) Kompetensi memotong bahan merupakan mata pelajaran standar kompetensi kejuruan yang termasuk program produktif diberikan pada kelas satu semester dua yang terdiri atas beberapa kompetensi dasar, di antaranya : menyiapkan tempat kerja, menyiapkan bahan, meletakkan pola diatas bahan, memotong, memindahkan tanda-tanda pola pada bahan dan mengemas pola serta bahan yang sudah dipotong. Setelah mempelajari kompetensi memotong bahan, diharapkan peserta didik memiliki pengetahuan tentang teknik dan prosedur memotong bahan, peserta didik menjadi lebih terampil melaksanakan pekerjaan memotong bahan dalam proses pembuatan busana. Dalam usaha pembuatan busana, pekerjaan memotong bahan memegang peranan yang sangat penting setelah pembuatan pola. Pekerjaan memotong bahan adalah termasuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan teliti dan seksama. Hasil potongan bahan yang kurang baik akan mempengaruhi proses pembuatan suatu busana dan berdampak pada hasil akhir busana yang dibuat. Berikut akan diuraikan langkah-langkah kegiatan memotong bahan mulai dari menyiapkan tempat kerja sampai mengemas.
28
Embed
15 BAB II SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_044354_chapter2(1).pdf · memotong bahan atau menyemat bahan ke bahan pada proses menjahit.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
15
BAB II
HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
A. Gambaran Umum Memotong Bahan (Cutting)
Kompetensi memotong bahan merupakan mata pelajaran standar
kompetensi kejuruan yang termasuk program produktif diberikan pada kelas satu
semester dua yang terdiri atas beberapa kompetensi dasar, di antaranya :
menyiapkan tempat kerja, menyiapkan bahan, meletakkan pola diatas bahan,
memotong, memindahkan tanda-tanda pola pada bahan dan mengemas pola serta
bahan yang sudah dipotong.
Setelah mempelajari kompetensi memotong bahan, diharapkan peserta
didik memiliki pengetahuan tentang teknik dan prosedur memotong bahan,
peserta didik menjadi lebih terampil melaksanakan pekerjaan memotong bahan
dalam proses pembuatan busana. Dalam usaha pembuatan busana, pekerjaan
memotong bahan memegang peranan yang sangat penting setelah pembuatan
pola.
Pekerjaan memotong bahan adalah termasuk pekerjaan yang harus
dilaksanakan dengan teliti dan seksama. Hasil potongan bahan yang kurang baik
akan mempengaruhi proses pembuatan suatu busana dan berdampak pada hasil
akhir busana yang dibuat.
Berikut akan diuraikan langkah-langkah kegiatan memotong bahan mulai
dari menyiapkan tempat kerja sampai mengemas.
1. Ruang Kerja Memotong Bahan
Ruang kerja yang digunakan
menurut Dwi Parwati (2005: 13) mengemukakan :
“Memiliki penerangan yang baik, tidak terhalang furnitur atau barang lainnya, sirkulasi udara yang cukup nyaman, bahaya/peringatan diletakkan pada tempat yang terlihatpotong rata, terbebas dari yaitu lebar meja sesuai dengan lebar kaisesuai satu model busana yang dibuat
2. Alat Jahit yang Digunakan
Alat menjahit yang digunakan untuk proses memotong bahan yaitu :
a. Pita ukur
Pilihlah pita pengukur yang terbuat dari bahan yang halus, lemas dan tidak
bertiras. Kedua permukaan berukuran centimeter dan inchi, ukuran panjangnya
150 cm, garis dan angka
Digunakan dalam keadaan lurus (tidak
digunakan dalam setiap langkah proses pembuatan suatu busan
mengambil ukuran hingga
b. Penggaris
Penggaris digunakan untuk membantu dalam
pada kain. Penggaris yang digunakan ada bermacam
Memotong Bahan
Ruang kerja yang digunakan untuk melakukan pekerjaan memotong bahan
Dwi Parwati (2005: 13) mengemukakan :
penerangan yang baik, tidak terhalang furnitur atau barang lainnya, sirkulasi udara yang cukup nyaman, bahaya/peringatan diletakkan pada tempat yang terlihat, permukaan meja potong rata, terbebas dari kotoran dengan ukuran meja potong sesuai s
bar meja sesuai dengan lebar kain yang digunakan dan panjangnya satu model busana yang dibuat”.
Digunakan untuk Memotong Bahan
Alat menjahit yang digunakan untuk proses memotong bahan yaitu :
pengukur yang terbuat dari bahan yang halus, lemas dan tidak
bertiras. Kedua permukaan berukuran centimeter dan inchi, ukuran panjangnya
150 cm, garis dan angka tercetak jelas, terdapat logam penjepit pada kedua sisi
dalam keadaan lurus (tidak bergelombang atau mulur)
digunakan dalam setiap langkah proses pembuatan suatu busan
mengambil ukuran hingga finishing.
Gambar 2.1 Pita Ukur Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
Penggaris digunakan untuk membantu dalam membuat garis
pada kain. Penggaris yang digunakan ada bermacam-macam yaitu:
16
untuk melakukan pekerjaan memotong bahan
penerangan yang baik, tidak terhalang furnitur atau barang gambar tanda
permukaan meja meja potong sesuai standar
n yang digunakan dan panjangnya
Alat menjahit yang digunakan untuk proses memotong bahan yaitu :
pengukur yang terbuat dari bahan yang halus, lemas dan tidak
bertiras. Kedua permukaan berukuran centimeter dan inchi, ukuran panjangnya
ogam penjepit pada kedua sisi.
bergelombang atau mulur). Pita ukur
digunakan dalam setiap langkah proses pembuatan suatu busana mulai dari
membuat garis-garis pola
macam yaitu:
1) Penggaris lurus digunakan untuk membuat garis lurus, garis tegak dan garis
miring dalam proses persiapan sebelum memotong.
2) Penggaris lengkung panjang digunakan untuk menggambar pola sisi rok, tepi
bawah rok dan garis hias.
3) Penggaris siku-siku digunakan untuk membuat garis siku
4) Penggaris lengkung pendek digunakan untuk menggambar pola kerung
lengan, kerung leher dan garis hias.
Penggaris lurus digunakan untuk membuat garis lurus, garis tegak dan garis
miring dalam proses persiapan sebelum memotong.
Gambar 2.2 Penggaris Lurus Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
Penggaris lengkung panjang digunakan untuk menggambar pola sisi rok, tepi
bawah rok dan garis hias.
Gambar 2.3 Penggaris Lengkung Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
siku digunakan untuk membuat garis siku-siku pada
Gambar 2.4 Penggaris Siku-siku Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
Penggaris lengkung pendek digunakan untuk menggambar pola kerung
leher dan garis hias.
Gambar 2.5 Penggaris Lengkung pendek Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
17
Penggaris lurus digunakan untuk membuat garis lurus, garis tegak dan garis
Penggaris lengkung panjang digunakan untuk menggambar pola sisi rok, tepi
siku pada pola.
Penggaris lengkung pendek digunakan untuk menggambar pola kerung
18
c. Gunting
Gunting yang digunakan untuk memotong bahan harus dalam keadaan
tajam, tidak berkarat dan tidak kendur murnya. Terdapat jenis-jenis gunting yang
dari baja tahan karat, panjangnya 20-25 cm dan mempunyai cincin pegangan
kecil untuk ibu jari dan cincin besar untuk jari-jari lainnya.
Gambar 2.6 Contoh Gunting Kain Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
2) Gunting zig-zag, terbuat dari baja tahan karat, berfungsi untuk menyelesaikan
kampuh terbuka agar tidak bertiras atau untuk menggunting pinggiran kain
sebagai garis hiasan.
Gambar 2.7 Contoh Gunting Zig-zag Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
3) Gunting benang, gunting benang yang dipergunakan khusus untuk
menggunting benang, ukurannya lebih kecil dan tidak terdapat cincin
pegangan untuk jari.
Gambar 2.8 Gunting Benang Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
19
d. Pemberat
Pemberat yang terbuat dari bahan logam dengan berbagai bentuk, berfungsi
untuk membantu menahan kedudukan bahan pada waktu memotong agar bahan
tidak bergeser. Biasanya dipakai untuk bahan yang licin atau memotong bahan
dalam jumlah banyak.
e. Alat pemberi tanda pada busana yaitu kapur jahit, rader, karbon jahit, jarum
tangan dan benang.
f. Jarum pentul
Jarum pentul yang digunakan untuk memotong bahan harus dalam keadaan
runcing, tajam dan tidak berkarat. Digunakan untuk menyematkan pola diatas
bahan. Ada beberapa ukuran jarum pentul yang digunakan dalam menjahit, yaitu :
1) Jarum pentul logam, seluruhnya dari logam baik kepala maupun ujung jarum.
Biasanya digunakan untuk pekerjaan memotong.
Gambar 2.9 Jarum Pentul Logam Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
2) Jarum pentul ukuran sedang, lebih panjang dari jarum pentul ukuran kecil.
Badan sampai ujung jarum terbuat dari logam, kepala jarum dari plastik
warna-warni, digunakan untuk menyemat pola ke bahan pada proses
memotong bahan atau menyemat bahan ke bahan pada proses menjahit.
20
Gambar 2.10 Jarum Pentul Ukuran Sedang Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
3. Persiapan Memotong Bahan
Berikut ini cara menyiapkan bahan sebelum digunting, yaitu :
a. Kain dibentangkan di atas meja potong, pada saat digunting kain dalam
keadaan lurus, datar, licin (tidak boleh kusut) dan kain diluruskan menurut
arah benang pakan (berlaku untuk semua jenis kain).
Gambar 2.11 Menggunting Kain Yang Tidak Lurus
Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
b. Kain ditarik keempat arah agar lurus.
Gambar 2.12 Meluruskan Kain
Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
21
c. Kain dilipat menjadi dua ke arah lebar bahan.
Gambar 2.13 Melipat Kain Ke Arah Lebar Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
4. Langkah-langkah Memotong Bahan
Memotong bahan adalah salah satu pekerjaan yang memegang peranan
penting baik dalam pembuatan busana maupun benda lainnya yang menggunakan
bahan dasar kain atau produk yang berhubungan dengan usaha busana, sehingga
persiapan harus dilakukan sebaik-baiknya untuk menghindari kesalahan pada saat
memotong bahan. Setelah kain yang akan dipotong dibentangkan di atas meja
kerja, pekerjaan selanjutnya adalah:
a. Menyiapkan pola
Menyiapkan pola merupakan langkah pertama untuk melakukan kegiatan
memotong bahan, yang harus diperhatikan yaitu: memeriksa kelengkapan jumlah
pola dan kelengkapan tanda-tanda pola agar tidak terjadi kekeliruan pada saat
meletakkan pola yang berakibat kesalahan memotong bahan.
b. Meletakkan pola diatas bahan
Tahapan meletakkan pola di atas bahan yaitu :
1) Meletakkan pola di atas bahan harus memperhatikan kain yang akan
digunakan, dilihat dari motif kain seperti motif kotak, garis, dan batik.
22
Sebelum meletakkan pola, kain disemat dengan jarum pentul pada
beberapa tempat agar kain yang bermotif tidak bergeser.
2) Pola-pola yang diperkirakan membutuhkan bahan yang lebih banyak
diletakkan terlebih dahulu pada bahan yang sudah disiapkan, kemudian
dilanjutkan dengan pola-pola kecil yang membutuhkan bahan tidak terlalu
banyak.
3) Setelah yakin tidak akan ada perubahan, pola disemat dengan jarum
pentul. Akan lebih aman menggunakan jarum pentul berukuran sedang
(Gambar 2.10)
4) Setelah pola dipasang di atas kain dan disemat jarum pentul, seluruh sisi
pola diberi kampuh menggunakan kapur jahit, karbon, rader atau jelujur
renggang sesuai tekstur bahan yang digunakan.
5) Ukuran kampuh pada potongan pola diatas kain disesuaikan dengan
tekstur kain dan ukuran standar yang biasa digunakan untuk bagian-bagian
pola yaitu : untuk bahu 2 cm, lingkar lubang lengan 1,5 cm, lingkar leher 1
cm, sisi depan dan sisi belakang mulai dari 1-2 cm, sisi lengan ±1,5 - 2 cm,
kelim bagian bawah blus 3 cm, kelim celana dan rok 4 cm, kelim lubang
lengan 3 cm dan bagian lapisan seperti leher, lengan dan lapisan kancing
depan ± 1-2 cm.
c. Memotong bahan
Setelah semua pola disemat dengan jarum pentul di atas bahan dengan benar,
bahan dipotong dengan menggunakan gunting kain. Pada waktu memotong bahan
yang harus diperhatikan yaitu :
23
1) Pemakaian gunting dengan posisi lubang kecil pada gunting berada diposisi
atas ditahan oleh ibu jari sedangkan lubang yang lebih besar berada dibawah,
ditahan oleh empat jari lainnya.
Gambar 2.14 Cara Memegang Gunting yang Tepat Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
2) Posisi tangan kiri berada diatas bahan, menekan agar bahan tidak terangkat,
tangan kanan memegang gunting dengan benar.
3) Gunting dibuka lebar-lebar pada tiap kali memotong, agar tepi bahan yang
digunting rata.
4) Bahan tidak boleh diangkat atau diputar posisinya pada waktu dipotong.
5) Pemberian kampuh dapat dilakukan langsung pada bahan apabila pada pola
belum diberi kelebihan kampuh, sehingga hasil potongan bahan berkampuh
sesuai dengan kebutuhan
Gambar 2.15 Cara Menggunting Bahan Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
d. Memberi Tanda
Memberi tanda
1) Untuk memberikan batasan besaran kampuh pada kain
pola.
2) Untuk memberi
Alat untuk memin
dengan tekstur bahan tekstil yang digunakan. Alat
pola ke bahan adalah:
1) Rader
Rader mempunyai dua macam yaitu :
a) Rader bergerigi adalah rader yang bagian rodanya memiliki gigi.
Digunakan untu
sedang sampai yang tebal
b) Rader licin (polos),
untuk memberi tanda pada bahan yang tipis
Memberi Tanda Pola pada Bahan
Memberi tanda pola pada bahan memiliki dua fungsi yaitu :
Untuk memberikan batasan besaran kampuh pada kain dari
Untuk memberi tanda batasan pola pada kain.
Alat untuk memindahkan tanda pola ke bahan ada 4 jenis, disesuaikan
bahan tekstil yang digunakan. Alat-alat untuk memindahkan tanda
pola ke bahan adalah:
mempunyai dua macam yaitu :
bergerigi adalah rader yang bagian rodanya memiliki gigi.
Digunakan untuk memberi tanda pada bahan yang memiliki ketebalan
sampai yang tebal.
Gambar 2.16 Rader Bergerigi Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
Rader licin (polos), bagian rodanya licin, rata, tidak bergerigi, digunakan
untuk memberi tanda pada bahan yang tipis dan tembus pandang.
Gambar 2.17 Rader Licin Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
24
memiliki dua fungsi yaitu :
dari setiap bagian
jenis, disesuaikan
alat untuk memindahkan tanda
bergerigi adalah rader yang bagian rodanya memiliki gigi.
memiliki ketebalan
rodanya licin, rata, tidak bergerigi, digunakan
tembus pandang.
25
2) Karbon Jahit
Kegunaan karbon jahit untuk memberi tanda pola pada bahan yang bertekstur
sedang dan tebal. Karbon jahit berupa lembaran seperti kertas yang
permukaannya agak tebal karena dilapisi zat seperti lilin di salah satu
permukaannya. Terdapat bermacam-macam warna karbon jahit. Tampilan
karbon jahit memiliki ketebalan yang berbeda (ada yang tebal dan tipis).
Penggunaan warna karbon jahit dapat digunakan warna senada atau
berlawanan dengan warna bahan.
Gambar 2.18 Karbon Jahit
Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
3) Kapur Jahit
Kapur jahit berfungsi untuk memindahkan tanda pola ke bahan, digunakan
untuk bahan yang bertekstur sedang dan tebal, warna kapur jahit yang dipilih
sebaiknya menggunakan warna yang berlawanan dengan kain agar terlihat
jelas tanda-tanda pola yang dibubuhkan pada kain.
Gambar 2.19 Kapur Jahit
Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
26
4) Jarum Tangan dan Benang
Jarum jahit tangan dan benang, dalam pemberian tanda pola digunakan untuk
bahan yang halus, licin dan transparant dengan memakai tusuk jelujur
renggang dan warna benang yang digunakan harus yang berlawanan dengan
warna kain agar terlihat jelas.
Gambar 2.20 Benang dan Jarum Tangan Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
Cara menggunakan alat untuk memindahkan tanda pola pada bahan, yaitu:
1. Karbon jahit dan rader
Karbon jahit yang berlilin diletakkan pada bagian buruk bahan, kemudian
rader dijalankan pada garis-garis pola yang akan dipindahkan. Fungsi
penggunaan alat ini yaitu untuk memberikan tanda pola pada seluruh bagian
sisi atau bagian–bagian yang akan disambung (dijahit). Rader dan karbon jahit
digunakan untuk kain yang bertekstur sedang sampai tebal.
Gambar 2.21 Memberi Tanda Dengan Rader dan Karbon Jahit Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
27
2. Kapur jahit
Kapur jahit digunakan untuk memberi tanda kampuh pada kain yang
bertekstur sedang dan tebal. Cara penggunaanya yaitu : Tepat pada bagian
yang akan disambung semat terlebih dahulu dengan jarum pentul, kemudian
buatlah garis mengikuti jarum pentul dengan kapur jahit.
Gambar 2.22 Memberi Tanda dengan Kapur Jahit Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
3. Jarum tangan dan benang
Penggunaan jarum tangan dan benang untuk memberi tanda pada bahan yang
tipis, melangsai dan transparant dengan tusuk jelujur renggang, langkah-
langkah menjelujur renggang yaitu :
a. Siapkan jarum tangan dan isi jarum tersebut dengan benang jahit sebanyak
dua helai, warna benang yang digunakan sebaiknya yang berlawanan
dengan warna bahan.
b. Seluruh garis-garis pola yang akan dipindahkan ke bahan dijelujur
renggang dengan jarum yang sudah diisi benang. (Gambar 2.23)
28
c. Setelah selesai menjelujur renggang, kedua helai bahan ditarik, benang
jelujur yang ada diantara kedua bahan digunting. (Gambar 2.24 dan
gambar 2.25)
Gambar 2.23 Memberi Tanda dengan Jelujur Renggang
Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
Gambar 2.24 Cara Menggunting Jelujur Renggang Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
Gambar 2.25 Hasil Jelujur Renggang Sumber : Dokumentasi Penulis 2009
e. Mengemas bahan yang sudah selesai dipotong
Setelah seluruh proses memotong bahan selesai, maka langkah selanjutnya
yang dilakukan yaitu mengemas dengan langkah sebagai berikut:
1) Melepaskan pola-pola dari kain
29
2) Pola disimpan dengan disusun satu persatu dan diberi nama
pelanggan/pemesan agar tidak sulit mencari pada saat akan dipakai
kembali.
3) Bahan yang sudah dipotong disimpan dengan cara digulung, diikat
dengan sisa bahan dan diberi nama pelanggan agar tidak tercecer dan
tertukar dengan pelanggan lainnya selanjutnya diserahkan kebagian
menjahit untuk diproses lebih lanjut.
f. Penerapan Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan (K3) dalam bekerja
Kegiatan memotong bahan harus mengikuti prosedur Kesehatan,
Keselamatan dan Keamanan dalam bekerja (K3). Karyawan yang ditugaskan
sebagai ahli memotong bahan pada saat bekerja sebaiknya menggunakan pakaian
kerja, alas kaki dan penggunaan alat-alat memotong, menjahit digunakan dengan
cara yang tepat. Selanjutnya letakkan alat-alat memotong bahan dan alat menjahit
pada tempatnya untuk menghindari kecelakaan pada saat bekerja.
Kenyamanan pada saat bekerja perlu diciptakan untuk meningkatkan
produktifitas kerja, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pekerja adalah
menjaga kebersihan lingkungan tempat bekerja, misalnya membuang perca-perca
kain sisa pemotongan bahan pada tempat yang sudah disediakan.
30
B. Pengertian Belajar Dan Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan tahapan
perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman
dengan lingkungan yang termasuk didalamnya aspek kognitif, afektif dan
psikomotor seperti yang dikemukakan oleh Arief Sadiman (2003: 1), yaitu :
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Perubahan tingkah laku pada setiap individu akan terjadi melalui kegiatan
belajar. Hasil belajar harus menunjukan perubahan keadaan menjadi lebih baik,
oleh karena itu peserta didik program keahlian tata busana SMK Negeri 9
Bandung, setelah melakukan kegiatan belajar, diharapkan mendapatkan
perubahan-perubahan baik dalam pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Perubahan yang diharapkan ialah perubahan ke arah yang lebih baik dari
sebelumnya seperti penempatan pola pada bahan kurang tepat, penerapan tanda-
tanda pola yang masih keliru dan teknik memotong yang kurang baik, sehingga
memberikan kesan kurang siap dalam melakukan praktek kerja industri di usaha
busana khususnya di usaha Butik.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu hasil yang dicapai melalui proses belajar
mengajar, berupa perubahan tingkah laku, sikap dan keterampilan yang diperlukan
oleh peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya agar lebih baik, sehingga
31
peserta didik akan memiliki nilai tambah yang bermanfaat bagi diri dan
lingkungannya. Seperti yang dikemukakan Nasution (1997: 75) ”Hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku yang mencakup ilmu pengetahuan, keterampilan
dan sikap setelah melalui proses tertentu sebagai hasil pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungan”.
Indikator adanya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seseorang dapat
dilihat dari hasil belajar yang diperolehnya. Hasil belajar menurut Nana Sudjana
(2008: 22) adalah “Kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah
menerima pengalaman belajarnya yang mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotor”.
Aspek kognitif di dalamnya mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, evaluasi dan kreasi. Aspek afektif mencakup sikap, nilai dan kepribadian
setelah mendapatkan pngetahuan dari proses belajar, dan aspek psikomotor
mencakup kesatuan psikis yang dimanifestasikan dalam tingkah laku fisik
(sekumpulan keterampilan dalam bidang tertentu).
C. Kesiapan Peserta Didik Mengikuti Praktek Kerja Industri Bidang Busana
1. Kesiapan
a. Pengertian Kesiapan
Kesiapan mengikuti praktek kerja industri merupakan suatu kondisi peserta
didik dari hasil pendidikan dan latihan atau keterampilan yang mampu
memberikan jawaban terhadap situasi lingkungan kerja. Kesiapan kerja tersebut
ditunjang oleh pendidikan dan latihan yang lebih mengarah pada profesionalisme
32
kerja yang baik dan terencana. Sejalaur dengan pendapat Slameto (2003: 113)
mengemukakan bahwa kesiapan adalah: “Keseluruhan kondisi individu yang
membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap
suatu situasi”. Lebih lanjut menurut M. Surya (1985: 45): “Kesiapan adalah
sejumlah pola-pola respon atau kecakapan tertentu yang diperlukan untuk suatu
tindakan”.
Pengertian kesiapan dalam penelitian ini mengacu pada pengertian
kesiapan tersebut yaitu, sebagai kondisi peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran yang berkaitan dengan pembuatan busana yang dilandasi dengan
kecakapan untuk mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
membuatnya siap memberi respon terhadap praktek kerja industri di usaha Butik
yang akan dilaksanakan.
b. Aspek-aspek yang mempengaruhi kesiapan
Individu yang melakukan interaksi sosial, selain dipengaruhi oleh faktor
yang ada dalam dirinya, juga dipengaruhi oleh faktor yang datang dari luar.
Sebagai contoh pengaruh yang datang dari luar diri peserta didik Program
Keahlian Tata Busana SMK Negeri 9 Bandung adalah pengkondisian peserta
didik sehingga memiliki kesiapan dalam melaksanakan Praktek Kerja Industri di
usaha Butik khususnya. Aspek-aspek yang ada dalam diri seseorang yaitu :
a. Kematangan b. Kecerdasan c. Kondisi fisik, mental dan emosional d. Kebutuhaan-kebutuhan, motif dan tujuan e. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah
dipelajari. (Slameto, 2003: 113)
33
Aspek-aspek yang mempengaruhi kesiapan pada penelitian ini mengacu
pada pengertian di atas, dapat diartikan sebagai kondisi individu yang memiliki
keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari,
sehingga mampu menghadapi suatu situasi sesuai dengan kemampuan fisik,
mental, sosial, moral dan emosional yang ada pada diri peserta didik Program
Keahlian Tata Busana SMK Negeri 9 Bandung yang mengikuti Praktek Kerja
Industri di usaha Butik.
2. Praktek Kerja Industri di Butik
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan
formal yang dapat mempersiapkan tenaga terampil, cakap dan mandiri menjadi
tenaga tingkat menengah dalam mengisi kebutuhan industri. Salah satu upaya
yang dilakukan untuk memenuhi tuntutan tersebut, peserta didik diwajibkan
menempuh praktek kerja industri yang dilaksanakan secara terpadu antara
pemenuhan kebutuhan sekolah dan industri. Pengertian praktek kerja industri
menurut Dale (Heri Mulyadi, 1996: 98) adalah:
Praktek Kerja Industri adalah program yang dirancang dan dilaksanakan bersama oleh SMK dan Industri, melalui praktek kerja industri diharapkan peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan profesional serta etos kerja yang meliputi kemampuan kerja, motivasi kerja, inisiatif, kreatifitas, hasil pekerjaan yang berkualitas, disiplin waktu dan rajin dalam bekerja sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Industri tempat pelaksanaan praktek kerja memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk melaksanakan aktivitas kerja dalam situasi dan kondisi kerja
yang sebenarnya, sehingga diharapkan peserta didik dapat menjadi tenaga kerja
yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan
34
dunia kerja serta dapat menjadi tenaga kerja yang professional dan terampil di
usaha bidang busana yaitu Garmen, Konfeksi, Butik, Sanggar Busana, dan Atelier.
Tujuan pelaksanaan praktek kerja industri dapat dicapai apabila
singkronisasi antara pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari di sekolah
dengan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari di industri. Perbedaan
antara pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari di sekolah dan di dunia
industri pada umumnya masih ada, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi lebih cepat terjadi di dunia industri. Berkaitan dengan itu pihak sekolah
perlu menyesuaikan materi pembelajaran dengan tuntutan di lapangan dan
meningkatkan kualitas peserta didiknya di bidang pengetahuan dan keterampilan
yang sesuai dengan keahlian. Selain itu diperlukan peningkatan sistem, strategi
kerja sama yang saling menguntungkan untuk kedua belah pihak. Tujuan praktek
kerja industri yang tercantum dalam kurikulum SMK 1994 (Sugiharti 2005: 20),
yaitu :
1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
2. Memperoleh keterkaitan dan kesepadanan antara sekolah dan dunia kerja
3. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional
4. Member pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.
Kutipan di atas mengandung makna bahwa praktek kerja industri Program
Keahlian Tata Busana diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan,
memperluas dan memantapkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam
bidang busana. Selain itu mempererat hubungan industri dengan sekolah serta
35
meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja di bidang
busana. Di samping itu peserta didik akan mendapatkan pengakuan dan
penghargaan dari lapangan kerja di mana peserta didik melaksanakan praktek
kerja industri.
Praktek kerja industri dilaksanakan satu semester (6 bulan) selama di kelas
dua pada semester kedua atau di kelas tiga semester pertama, hal tersebut
dilakukan apabila semua materi teori kejuruan dan praktek dasar kejuruan telah
diberikan kepada peserta didik yang akan mengikuti praktek kerja industri.
Tempat praktek kerja industri di usaha Butik, Garmen dan Sanggar Busana yang
merupakan mitra SMKN 9 Bandung. Pengalaman peserta didik berbeda-beda,
diantaranya dipengaruhi oleh tempat mitra praktek kerja. Perbedaan pengalaman
dari peserta didik tersebut dapat dijadikan suatu agenda untuk tukar pengalaman
diantara peserta didik setelah kembali ke sekolah. Selama pelaksanaan praktek
kerja industri peserta didik dibimbing oleh seorang pembimbing dari pihak
sekolah dan pihak mitra usaha yang berpengalaman serta memahami kebutuhan
belajar peserta didik. Langkah-langkah peserta didik dalam pelaksanaan praktek
kerja industri di butik, yaitu :
1) Mengikuti pengarahan dan petunjuk pelaksanaan praktek kerja industri di
butik oleh pihak mitra selaku penanggung jawab semua kegiatan selama
peserta didik melaksanakan praktek. Pengarahan tersebut bertujuan agar
peserta didik dapat melaksanakan praktek kerja dengan tanggung jawab dan
disiplin.
36
2) Melaksanakan praktek kerja industri di usaha Butik, peserta didik mempelajari
dan terjun langsung bagaimana pengelolaan usaha dan proses produksi mulai
dari pembuatan desain, pembuatan pola, proses pemotongan bahan,
penjahitan, finishing dan cara mempromosikan busana yang dihasilkan di
tempat praktek.
3) Melaksanakan evaluasi terhadap kesulitan, kemajuan yang dihadapi peserta
didik dalam menjalankan kegiatan praktek kerja industri di butik.
4) Membuat laporan kegiatan
Penilaian praktek kerja industri mencakup penilaian, proses dan hasil
pekerjaan peserta didik selama bekerja di usaha Butik. Fokus penilaian peserta
didik adalah tentang penguasaan kemampuan dan perilaku selama melaksanakan
pekerjaan di dunia usaha atau industri. Selama peserta didik melaksanakan
pekerjaan di dunia usaha, penilaian sepenuhnya menjadi wewenang pihak pemilik
usaha, dan hasil penilaian yang telah diperoleh peserta didik selama mengikuti
praktek kerja industri di serahkan kepada pihak sekolah. Tujuan penilaian selama
praktek kerja industri yaitu mengetahui perkembangan peserta didik selama
mengikuti praktek keahlian di Butik, Garmen dan Sanggar Busana yang meliputi :
kemampuan kerjasama, disiplin, perilaku, sikap, inisiatif dan kreatifitas yang
termasuk kedalam penilaian non teknis. Sedangkan penilaian teknis meliputi
prosedur kerja dan kompetensi yang dikuasai peserta didik selama kegiatan
praktek kerja di Butik, Garmen dan Sanggar Busana.
Kriteria penilaian peserta didik selama praktek kerja industri didasarkan
atas kriteria standar yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah dengan nilai 6,00-
37
7,50 = Cukup, 7,51-8,99 = Baik, dan 9,00-10,00 = Sangat Baik. Setelah praktek
kerja industri dilaksanakan, peserta didik diwajibkan membuat lapoaran kegiatan
yang dibuat secara kelompok sesuai dengan tempat praktek kerja industri.
Didalam laporan berisi gambaran tempat praktek kerja industri, pelaksanaan
praktek kerja industri dan hasil kegiatan laporan diserahkan kepada pihak sekolah
sebagai salah satu penilaian kegiatan praktek kerja di dunia usaha atau industri.
D. Manfaat Hasil Belajar Memotong Bahan Sebagai Kesiapan Mengikuti Praktek Kerja Industri
Manfaat hasil belajar Memotong Bahan yang diharapkan yaitu adanya
perubahan kognitif yaitu pengetahuan, afektif yaitu sikap/tindakan, psikomotor
yaitu keterampilan pada peserta didik Program Keahlian Tata Busana SMK
Negeri 9 Bandung sejalan dengan pendapat Benyamin Bloom dalam Nana
Sudjana (2008:23) tentang klasifikasi hasil belajar yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor.
Manfaat berdasarkan pengertian di atas adalah memfungsikan kemampuan
peserta didik Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 9 Bandung pada
kompetensi Memotong Bahan yang berupa kemampuan kognitif, kemampuan
afektif dan kemampuan psikomotor yang diperoleh setelah menerima pengalaman
belajar. Hasil belajar Memotong Bahan ini diharapkan dapat bermanfaat baik
untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
38
1. Manfaat Hasil Belajar Memotong Bahan Berupa Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan
dengan berfikir, mengetahui dan pemahaman masalah. Manfaat hasil belajar
Memotong Bahan dalam bentuk kemampuan kognitif untuk mengukur
kamampuan peserta didik dalam menerima materi pembelajaran, mengacu pada
pendapat Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2008: 23) yang penulis sarikan, yaitu :
a. Pengetahuan merupakan kemampuan dalam menghapal dan mengingat
kembali materi yang dipelajari. Contoh: Setelah mempelajari pengetahuan
kebutuhan alat memotong bahan, peserta didik dapat mengetahui pengetahuan
tersebut yang bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha
Butik.
b. Pemahaman merupakan kemampuan menggunakan atau menafsirkan makna
suatu konsep. Contoh: Setelah memiliki pengetahuan teknik memotong,
peserta didik dapat memahami pengetahuan tersebut yang bermanfaat sebagai
kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik.
c. Aplikasi merupakan kemampuan dalam menerapkan dan mengabstraksikan
suatu konsep atau ide dalam situasi baru. Contoh: Setelah memiliki
pengetahuan tanda-tanda pola, peserta didik dapat mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dalam memotong bahan yang bermanfaat sebagai
kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik.
d. Analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu integritas menjadi unsur-
unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti atau tingkatan. Contohnya:
Setelah memiliki pengetahuan menganalisis pola sebagai persiapan
39
memotong bahan, maka pengetahuan tersebut bermanfaat sebagai kesiapan
praktek kerja industri di usaha Butik.
e. Evaluasi yaitu memberikan penilaian berdasarkan kriteria atau standar yang
telah ditentukan. Contoh: Setelah memiliki pengetahuan tentang
mengevaluasi penerapan tanda-tanda pola pada bahan yang akan dipotong,
maka pengetahuan tersebut bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja
industri di usaha Butik.
f. Kreasi merupakan kemampuan dalam menciptakan unsur atau bagian yang
berkaitan satu sama lain menjadi suatu bentuk baru yang berguna. Contoh:
pengetahuan berkreasi dalam meletakan pola di atas bahan ada manfaatnya
sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik.
2. Manfaat Hasil Belajar Memotong Bahan Berupa Kemampuan Afektif
Kemampuan peserta didik berkaitan dengan sikap dan nilai, tipe hasil
belajar afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku atau sikap
peserta didik, mengacu pada pendapat Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2008:
30) yang penulis sarikan, sebagai berikut :
a. Penerimaan yakni kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar
yang datang kepada peserta didik dalam bentuk masalah, situasi atau gejala.
Contoh: Hasil pembelajaran memotong bahan dapat memberikan stimulus
pada peserta didik dalam mengerjakan tugas memotong bahan yang
bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik.
b. Menanggapi adalah suatu sikap yang diberikan oleh seseorang terhadap
stimulus yang datang dari luar yaitu kemauan mengikuti secara aktif dalam
40
kegiatan tertentu. Contohnya: Setelah belajar memotong bahan peserta didik
dapat menyelesaikan tugas memotong bahan sesuai jenis dan tekstur kain yang
bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik.
c. Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan positif, baik yang disebabkan
oleh intern maupun ekstern. Contoh: Peserta didik termotivasi untuk
memotong bahan dengan cara yang tepat dan cepat sesuai dengan SOP yang
bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik.
d. Kesungguhan, dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan dengan
maksimal. Contoh: Setelah mempelajari teknik memotong bahan peserta didik
bersungguh-sungguh dalam memotong bahan dengan memperhatikan tata
letak pola yang disesuaikan dengan tekstur kain yang bermanfaat sebagai
kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik.
e. Keingintahuan, dapat diartikan sebagai suatu langkah awal berpikir
seseorang. Contoh: Setelah mempelajari memotong bahan peserta didik
cermat dalam menggunakan alat pemindah tanda pola sesuai dengan ketebalan
kain yang bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik.
f. Disiplin, dapat diartikan sebagai suatu usaha mematuhi peraturan dan
kebiasaan hidup teratur. Contoh: Setelah belajar memotong bahan peserta
didik menjadi terbiasa tepat waktu dalam mengerjakan tugas yang bermanfaat
sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik.
41
3. Manfaat Hasil Belajar Memotong Bahan Berupa Kemampuan
Psikomotor
Kemampuan psikomotor berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan
untuk bertindak setelah peserta didik menerima pengalaman belajar. Aspek
psikomotor atau keterampilan dapat dinilai dengan tes perbuatan atau evaluasi
dalam bentuk praktek dan observasi, mengacu pada pendapat Benyamin Bloom
(Nana Sudjana, 2008: 30) yang penulis sarikan, sebagai berikut :
a. Kekuatan, bersifat memantapkan hasil belajar yang didapat dalam bentuk
pemahaman prinsip tertentu. Contoh: Setelah belajar memotong sesuai SOP
(Standar Operasional Prosedur) maka keterampilan tersebut bermanfaat
sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik.
b. Kecepatan yang dimaksud adalah kecepatan yang dimiliki oleh peserta didik
untuk menyelesaikan masalah dalam suatu pekerjaan. Contoh: peserta didik
mampu menentukan tanda-tanda pola pada bahan dengan cepat dan tepat
sehingga bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik.
c. Dorongan (impulsion) dibagi menjadi dua yaitu dorongan dari dalam dan
dorongan dari luar. Contoh: setelah belajar memotong bahan dan mendapatkan
nilai yang baik, karena peserta didik mempraktekan memotong bahan dengan
cepat dan tepat sesuai dengan model dan bahan yang disediakan sehingga
bermanfaat sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik.
d. Ketelitian (prasion) yaitu ketelitian dalam menyelesaikan suatu pekerjaan,
misalnya: Peserta didik teliti menata pola di atas bahan dengan
memperhatikan efisiensi kain sehingga bermanfaat sebagai kesiapan praktek
kerja industri di usaha Butik.
42
e. Keserasian (coordination) yaitu membuat sesuatu menjadi serasi. Contoh:
peserta didik dapat memberikan besaran kampuh untuk setiap bagian pola,
jenis dan tekstur kain yang berbeda sehingga bermanfaat sebagai kesiapan
praktek kerja industri di usaha Butik.
f. Daya tahan (endurance) yaitu daya tahan fisik dan psikis dalam situasi
tertentu. Contoh: Peserta didik mengerjakan tugas memotong bahan dengan
kondisi fisik dan mental yang seimbang dan sehat sehingga bermanfaat
sebagai kesiapan praktek kerja industri di usaha Butik.
Hasil belajar yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perbuatan yang terjadi pada peserta didik setelah melalui proses
evaluasi yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor memiliki manfaat
yang diharapkan dapat menjadi bekal dalam pelaksanaan praktek kerja industri.
Uraian teoritis pada Bab II tentang manfaat hasil belajar memotong bahan
ini, diharapkan dapat menjadi dasar pemikiran untuk uraian penjabaran hasil