BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kita perlu mengetahui efek dari suatu obat yang akan kita berikan kelak kepada pasien. Efek dari suatu obat berhubungan erat dengan dosis yan diberikan. Semakin besar dosis obat yang diberikan maka efeknya akan lebih kuat, karena reseptor yang berikatan dengan obat tersebut untuk menimbulkan suatu efek jumlahnya lebih banyak. Pemberian suatu obat harus memperhatikan dosis, baik itu dosis efektif ( ED), dosis toksik ( TD), ataupun dosis letal (LD), karena dosis yang besar akan menimbulkan efek toksik dan akhirnya dapat menyebabkan kematian. Dosis terapuetis adalah dosis di mana obat menghasilkan efek yang diinginkan.Dalam hal ini dikenal ED50 dan LD50. ED50 adalah dosis yang secara farmakologi menimbulkan efek( efektif) pada 50% populasi yang terpapar obat. LD50 yaitu dosis yang menimbulkan kematian pada 50% populasi yang terpapar obat 1,2 .Indeks terapi merupakan perbandingan antara ED50 dengan LD50 yang merupakan suatu ukuran untuk keamanan obat. Semakin besar indeks terapi semakin aman obat tersebut. Dilakukannya praktikum ini untuk menimbulkan respon tidur dengan menggunakan fenobarbital pada hewan coba tikus. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kita perlu mengetahui efek dari suatu obat yang akan kita berikan kelak
kepada pasien. Efek dari suatu obat berhubungan erat dengan dosis yan diberikan.
Semakin besar dosis obat yang diberikan maka efeknya akan lebih kuat, karena
reseptor yang berikatan dengan obat tersebut untuk menimbulkan suatu efek
jumlahnya lebih banyak. Pemberian suatu obat harus memperhatikan dosis, baik
itu dosis efektif ( ED), dosis toksik ( TD), ataupun dosis letal (LD), karena dosis
yang besar akan menimbulkan efek toksik dan akhirnya dapat menyebabkan
kematian.
Dosis terapuetis adalah dosis di mana obat menghasilkan efek yang
diinginkan.Dalam hal ini dikenal ED50 dan LD50. ED50 adalah dosis yang
secara farmakologi menimbulkan efek( efektif) pada 50% populasi yang terpapar
obat. LD50 yaitu dosis yang menimbulkan kematian pada 50% populasi yang
terpapar obat 1,2 .Indeks terapi merupakan perbandingan antara ED50 dengan
LD50 yang merupakan suatu ukuran untuk keamanan obat. Semakin besar indeks
terapi semakin aman obat tersebut. Dilakukannya praktikum ini untuk
menimbulkan respon tidur dengan menggunakan fenobarbital pada hewan coba
tikus.
1.2. Tujuan
1. Melatih kita untuk menghitung dosis dengan benar
2. mengamati perubahan aktivitas perilaku setelah pemberian fenobarbital
3. menghitung onset on action dan duration of action fenobarbital
berdasarkan dosis obat yang diberikan
4. menetukan ED50/ dosis yang menimbulkan efek tidur fenobarbital secara
IP( intraperitonial)
5. menguji statistic terhadap besar dosis yang diberikan terhadap efek obat
pada tikus
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Phenobarbital
Phenobarbital atau disebut juga phenobarbitone merupakan obat bius tidur.
Pertama kali dipasarkan sebagai luminal oleh Friedr Bayer et comp. banyak
digunakan sebagai antikonvulsan di selururh dunia dan tertua yang masih
umum digunakan. Digunakan untuk hipnotik dan menenangkan.
Phenobarbital tidak digunakan sebagai obat yang pertama kali diberikan
untuk pengobatan, namun digunakan sebagai alternative ketika pasien gagal
diterapi dengan pengobatan yang lebih modern 1,2
2.1.1. Sejarah
Phenobarbital sudah lama dipasarkan pada tahun 1912 oleh
perusahaan Bayer dengan menggunakan merek luminal. Dan digunakan oleh
dokter di Jerman untuk membunuh anak yang lahir dengan deformitas, yang
saat itu merupakan kebijakan Nazi, Jerman. Dulu juga digunakan untuk
penyakit kuning dan profilaxis pada kejang dema 1
2.1.2. Indikasi
Digunakan untuk perawatan semua jenis serangan pada epilepsi
sebagai alternatif 1
2.1.3. Efek Samping
Yaitu sedatif, hipnotik, Bisa terjadi withdrawal syndrom bisa
terjadi akibat penghentian mendadak atau jika dosis obat dikurangi secara
tajam. Gejala-gejala withdrawal antara lain: anxiety ,increased heart rate,
sweating, confusion ,seizures, kematian. Efek pada system saraf yaitu ataxia,
nystagmus, dan pusing. Pada orang tua dapat menimbulkan rasa gembira
dan rasa bingung, sedang pada anak dapat menyebabkan hiperaktif 1,2,3
2.1.4. Farmakokinetik
Babiturat diabsorbsi per oral dan beredar luas di seluruh tubuh.
Obat tersebar dalam tubuh dari otak sampai ke daerah splanknikus. Otot
skelet dan akhirnya ke jaringan lemak. Gerakan ini penting dalam
menentukan jangkau waktu kerja yang singkat dari thiopental dan derivat
2
jangka pendek lainnya. Barbiturat dimetabolisme dalam hati dan metabolit
yang tidak aktif dikeluarkan dalam urin 3
Phenobarbital memiliki bioavailabilitas 90%. Dalam plasma
puncaknya mencapai 8-12 jam. Akan berada dalam tubuh sekitar 2-7 hari
dan mengikat protein 20-40%. Dimetabolisme oleh hati, terutama melalui
hidroksilasi dan glukoronidasi, dan menginduksi banyak isozim dari sistem
sitokrom P450 1
2.1.5. Farmakodinamik
Susunan Saraf Pusat. Efek utama barbiturat ialah depressi SSP.
Semua tingkat depresi dapat di capai, mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai
tingkat anastesia, koma, sampai kematian. Barbiturat tidak dapat
mengurangi rasa nyeri, tanpa disertai hilangnya kesadaran, dan dosis kecil
barbiturat dapat meningkatkan reaksi terhadap rangsangan nyeri. Pada
beberapa individu, dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa sakit,
barbiturat tidak menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi
(kegelisahan dan delirium). hal ini mungkin disebabkan adanya depresi
pusat penghambatan 3
Efek pada tingkatan tidur. Efek hipnotik barbiturat
meningkatkan total lama tidur dan mempengaruhi tingkatan tidur yang
bergantung pada dosis 3
Tempat dan mekanisme kerja pada SSP. Barbiturat bekerja pada
seluruh SSP, walaupun pada setiap tempat tidak sama kuatnya. Dosis non
anesthesi terutama menekan respon pasca sinaps. Penghambatan hanya
terjadi pada sinaps GABA-nergik.. Barbiturat memperlihatkan beberapa efek
yang berbeda pada eksitasi dan inhibisi transmisi sinaps, kapasitas barbiturat
membantu kerja GABA sebagian menyerupai kerja benzodiazephin, namun
pada dosis yang lebih tinggi bersifat sebagai agonist GABA-nergik,
sehingga dalam dosis tinggi barbiturat dapat menimbulkan depresi SSP yang
berat 1,3
Pernapasan. Barbiturat menyebabkan depresi nafas. Pemberian
barbiturat dosis sedatif hampir tidak berpengaruh terhadap pernafasan,
sedangkan dosis hipnotik oral menyebabkan pengurangan frekuensi dan
3
amplitudo nafas, ventilasi alveol sedikit berkurang sesuai dengan keadaan
tidur fisiologis. Pemberian oral barbiturat yang sangat tinggi atau suntikan iv
yang terlalu cepat menyebabkan depresi nafas yang lebih berat 2,4
Sistem Kardiovaskular. Pada dosis oral sedatif atau hipnotik,
barbiturat tidak memberikan efek yang nyata terhadap sistem
kardiovaskular. Frekuensi nadi dan tekanan darah sedikit menurun seperti
terjadi dalam keadaan tidur fisiologis. Pemberian babiturat dosis terapi iv
secara cepat dapat menyebabkan tekanan darah turun secara mendadak
sebentar. Efek kardiovaskular terhadap intoksikasi barbiturat sebagian besar
disebabkan oleh hipoksia sekunder akibat infeksi nafas. Dosis tinggi
barbiturat menyebabkan depresi pusat vasomotor diikuti vasodilatasi perifer
sehingga terjadi hipotensi. Barbiturat dosis sangat tinggi berpengaruh
langsung terhadap kapiler sehingga menyebabkan syok kardiovaskular 2,1
2.1.6. Kontraindikasi
Akut porpiria, oversensitive terhadap barbiturat, stress, hiperkinesi 1
2.2. Hubungan Kadar/Dosis – Intensitas
Menurut teori pendudukan reseptor (receptor occupancy), intensitas
efek obat berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang diduduki atau
diikatnya, dan intensitas efek mencapai maksimal jika seluruh reseptor
diduduki oleh obat. Oleh karena interaksi obat-reseptor ini analog dengan
interaksi substrat-enzim, berlaku persamaan Michaellis-Menten: 2
E = intensitas efek obat
Emax = efek maksimal
[D] = kadar obat bebas
KD = k2∕k1
Hubungan antara kadar atau dosis obat [D] dengan besarnya efek
[E] terlihat sebagai kurva dosis-intensitas efek (graded dose-effect
curve=DEC) yang berbentuk hiperbola. Jika dosis dalam log, maka
hubungan antara log D dengan besarnya efek E terlihat sebagai kurva log
dosis-intensitas efek (log DEC) yang berbentuk igmoid. Ini hanya berlaku
untuk satu efek. Jika efek yang diamati merupakan gabungan beberapa efek,
4
maka log DEC-nya dapat bermacam-macam bentuknya. Tetapi untuk
masing-masing efek tersebut, log DEC umumnya berbentuk sigmoid 4
1/KD menunjukkan afinitas obat terhadap reseptor, artinya
kemampuan obat untuk berikatan dengan reseptornya (kemampuan obat
untuk membentuk kompleks obat-reseptor). Jadi makin besar KD (= dosis
menimbulkan ½ efek maksimal), makin kecil afinitas obat terhadap
reseptornya. Emax menunjukkan aktivitas intrinsik atau efektivitas obat,
yakni kemampuan intrinsik kompleks obat-reseptor untuk menimbulkan
aktivitas/efek farmakologik 4
2.3. Indeks Terapi
Hampir semua obat pad a dosis yang cukup besar
menimbulkan efek toksis (dosis toksis, TD) dan pada akhirnya dapat
mengakibatkan kematian (dosis letal, LD). Dosis terapeutis adalah
takaran dimana obat menghasilkan efek yang diinginkan 5
Untuk menilai keamanan dan efek suatu obat, di dalam
laboratorium farmakologi dilakukan penelitian menggunakan binatang
percobaan. Yang ditentukan adalah khusus ED50 dan LD50 yaitu dosis
yang masing-masing memberikan efek atau yang mematikan 50% dari
jumlah binatang 5
Indeks terapi merupakan perbandingan antara kedua dosis itu,
yang merupakan suatu ukuran keamanan obat. Semakin besar indeks
terapi, semakin aman penggunaan obat tersebut. Tetapi, indeks terapi
ini tidak dengan begitu saja dapat dikorelasikan terhadap manusia,
seperti semua hasil percobaan dengan binatang, karena adanya
perbedaan metabolisme5
Luas terapi adalah jarak antara LD50 dan ED50 juga
dinamakan jarak keamanan (safety margin). Seperti indeks terapi, luas
terapi berguna pula sebagai indikasi untuk keamanan obat, terutama
untuk obat yang digunakan secara kronis. Obat dengan luas terapi
kecil, yaitu dengan selisih kecil antara dosis terapi dan dosis
toksisnya, mudah sekali menimbulkan keracunan bila dosis normalnya
dilampaui 5
5
BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
1. Stopwatch
2. Kapas
3. Alkohol 70%Spuit 3 cc
4. Kawat kasa
5. Klem
6. Aquades
7. Phenobarbital injeksi
8. Tikus putih
3.2. Cara Kerja
1. Berat badan/BB tikus ditimbang.
2. Dihitung dosis obat yang akan diberikan berdasarkan BB tikus.
3. Diberikan phenobarbital i.p dengan dosis 50, 100, 150 mg/kg BB.
4. Diamati perubahan perilaku pada aktivitas motor, tes kasa, analgesia,
ptosis, dan kematian pada hewan.
Aktivitas motorik
25 = gerak spontan
50 = gerak spontan bila dipegang
75 = gerakan menurun pada saat dipegang
100= tidak ada gerak spontan pada saat dipegang
Test Kasa
25 = Tidak jatuh apabila kasa dibalik dan digoyang
50 = jatuh apabila kasa dibalik
75 = jatuh apabila posisi kasa 90o
100= jatuh apabila posisi kasa dibalik 45o
Analgesia
25= Respon menarik kaki dengan cepat setelah telapak kaki dijepit
disertai gerakan kepala ke arah kaki yang dijepit berkurang pada
saat telapak kaki dijepit
6
50= respon menarik kaki dengan cepat setelah kaki dijepit tetapi tidak
diikuti oleh gerakan kepala
75= respon menarik kaki dengan lambat dan tidak ada gerakan pada
kepala
100= tidak ada respon pada saat telapak kaki dijepit
Ptosis
25 = ptosis kurang dari 1/2
50 = ptosis 1/2
75 =seluruh palpebra tertutup tetapi masih dapat dibuka jika
digoncangkan
100= seluruh palpebra tertutup dan tidak terbuka jika digoncangkan
3.3. Uji Statistik
Menggunakan analisis deskriptif dan inverensi dengan tes parametrik
ANOVA dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, menggunakan komputer
program Microsoft Office Excel 2003.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
Tabel 1. Respon Tidur pada Tikus Semua Kelompok
DosisRespon tidur (+/-) pada tikus Kelompok % Indikasi
yang Berespon1 2 3 4 5 650 mg - - - + - - 16.67
100 mg + + - - + - 50
150 mg + + - - - - 33.33
Nilai positif (+) = 100 pada dua atau lebih parameter yang diamati
Nilai negatif (-) = < 100 (25, 50, 75) atau hanya satu parameter yang bernilai 100
Grafik 1. Persamaan regresi linear y=ax+b, hubungan antara dosis dengan %
indikasi yang berespon.
Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dosis dengan efek
adalah uji One Way ANNOVA.
8
Pengaruh Phenobarbital (50 mg/kgBB)
0
10
20
30
40
50
60
5 10 15 20 30 40 50 60
Menit
Re
sp
on
s
AKTIVITASMOTORIK
TES KASA
ANALGESIK
PTOSIS
A. DATA KELAS (SEMUA KELOMPOK)
A. Tikus ITIKUS I AKTIVITAS MOTORIK TES KASA ANALGESIK PTOSIS
1 2 3 4 5 6 MEAN SE 1 2 3 4 5 6 MEAN SE 1 2 3 4 5 6 MEAN SE 1 2 3 4 5 6 MEAN SE