RESIN MELAMIN FORMALDEHID DAN RESIN FENOL FORMALDEHID
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengetahuan Bahan
Pembimbing : Ir. Retno ,MscPenyusun : Allensius Karelsta Harefa
(091411003) Yudi Sam Pratama (091411031)Kelas:2-AJurusan:Teknik
KimiaKelompok : 11
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJURUSAN TEKNIK KIMIAD3 TEKNIK
KIMIA2011
ISI
PENDAHULUAN Polimer Molekul besar (makromolekul) yang terbangun
oleh susunan unit ulangan kimia yang kecil, sederhana dan terikat
oleh ikatan kovalen. Unit ulangan ini biasanya setara atau hampir
setara dengan monomer yaitu bahan awal dari polimer. Monomer
Sebarang zat yang dapat dikonversi menjadi suatu polimer. Untuk
contoh, etilena adalah monomer yang dapat dipolimerisasi menjadi
polietilena (lihat reaksi berikut). Asam amino termasuk monomer
juga, yang dapat dipolimerisasi menjadi polipeptida dengan
pelepasan air.
Sumber polimer dibagi dua yaitu alami contohnya Pati, Selulosa,
Protein, Lipid, Asam Nukleat, dsb dan Sintetik contohnya
Polietilena, Polivinil Klorida, dsb.Cara Pembuatan dibagi menjadi
dua proses yaitu Polimer Adisi dan Polimer Kondensasi. Polimerisasi
Adisi, Monomer mengadisi monomer lain sehingga produk polimer
mengandung semua atom yang ada pada monomer awal. Polimerisasi
Kondensasi, Sebagian dari molekul monomer tidak termasuk dalam
polimer akhir.Polimer memiliki 2 Reaksi terhadap Kalor yaitu
Polimer Termoplastik Bila dipanaskan melunak dan dapat dibentuk
dengan bantuan tekanan dan Polimer Termoset Dapat dilebur dalam
pembuatannya tapi menjadi keras selamanya tidak melunak dan tidak
dapat dicetak ulang.Contoh polimer termoset ialah :a. Resi Phenol
Resin phenol, merupakan resin sintetik yang dibuat dengan
mereaksikan phenol dengan formaldehida, wujud nya keras, kuat, awet
dan dapat dicetak pada berbegai kondisi.Bahan ini mempunyai daya
tahan panas dan air yang baik dan dapat diberi macam-macam warna,
sering digunakan sebagai bahan pelapis dan laminating, pengikat
batu gerinda, pengikat logam atau gelas, dapat dicetak menjadi
kotak, isolator listrik, tutup botol dan tangkai pisau.b. Resin
Amino Ada 2 jenis resin amino terpenting, yakni: formaldehida urea
dan formaldehida melamin. Resin ini banyak di pasar kan dalam
bentuk serbuk, untuk kemudian di cetak, sedangkan bila bentuk cair
(larutan), untuk digunakan sebagai perekat.Untuk meningkatkan sifat
mekanik dan listrik, maka pada melamin ditambahkan bahan pengisi,
sehingga dapat juga digunakan untuk membuat sendok-garpu, bagian
busi, tombol-tombol dan alat cukur. Sedangkan resin urea, dapat
dicetak tekan, memiliki permukaan yang keras dan mempunyai nilai
dielektrik yang tinggi dan dapat diberi berbagai warna. Produk yang
dihasilkan dari resin urea adalah: peralatan listrik, kancing, dll.
Kedua jenis resin ini banyak juga digunakan untuk mencegah berkerut
dan kusut nya kain katun dan untuk mencegah menyusut nya kayu.c.
Resin Furan Resin ini berasal dari hasil pengolahan limbah
pertanian, seperti: tongkol jagung dan biji kapas. Warna produk nya
agak tua, tahan air dan mempunyai sifat-sifat listrik yang baik. d.
Resin Epoksida Resin jenis ini banyak dipakai untuk keperluan:
pengecoran, pelapisan, protektor alat-alat listrik, campuran cat
dan sebagai adhesif (perekat/lem). Karena alasan resin ini tahan
terhadap aus dan beban kejut, maka sering juga digunakan untuk
membuat cetakan tekan (metalurgi serbuk), panel sirkuit listrik,
tangki dan jig.e. Resin Silikon Polimer dengan silikon sebagai
bahan dasar, mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan bahan dasar
plastik (atom karbon) lain nya. Sifat-sifat spesifik nya adalah:
stabilitas (tahan terhadap suhu tinggi), kedap air, oleh karena itu
sering digunakan untuk membuat: minyak gemuk (fat), resin, perekat
dan karet sintetis. Contoh polimer termoplastik ialaha. Selulosa
Selulosa dibuat dari serat kapas dan kayu, namun sangat kuat dan
ulet serta dapat diberi ber- bagai warna.b. Polisteren Bahan ini
diciptakan khusus untuk keperluan cetak injeksi dan ekstrusi, berat
jenis nya cukup rendah, yaitu 1,07 kg/m3, daya tahan terhadap air,
panas dan zat-zat kimia cukup baik serta dimensinya yang stabil.c.
Polietilen Produk nya mempunyai fleksibilitas pada suhu ruang
maupun rendah, kedap air, tidak ber- reaksi dengan zat kimia, dapat
disambung dengan cara dipanaskan dan dapat diberi warna.d.
Polipropilen Polipropilen dibentuk dengan berbagai tekni
termoplastik, memiliki sifat-sifat listrik yang baik, tahan
terhadap impak, kekuatan nya tinggi dan tahan terhadap suhu tinggi
serta zat-zat kimia. e. Polisulfona Bahan ini tahan terhadap panas
dan mempunyai sifat fisis yang unggul, yang dibuat dengan cara
cetak-injeksi, pembentukan termal dan cetak-tiup.f. Plastik ABS
Bahan ini merupakan campuran antara: akrilonitril, butadien dan
stirena, diamana hasil nya cukup keras, fleksibel (supel) dan ulet
serta mampu bertahan sampai suhu 105 C.g. Poli-imida Di pasaran,
poli-imida ini dapat ditemukan dalam bentuk padat (primer SP), film
(Kapton) atau larutan dan bahan ini tahan sampai suhu hingga 400 C.
Karakteristik yang lain dari plastik ini adalah: koefisien gesk nya
yang rendah, tahan terhadap radiasi dan sifat listrik yang baik.h.
Nilon Kata lain dari nilon adalah poliamida, digunakan sebagai
serat tekstil atau filamen dan biasanya dibuat melalui pencetakan
atau ekstrusi. i. Resin Akrilik Resin ini mempunyai daya tembus
cahaya yang baik dan tahan terhadap kelembaban. j. Resin Vinil Di
pasaran, jenis resin ini dapat ditemukan sebagai: polivinil
klorida, polivinil butirat dan poliviniliden klorida, yang melalui
proses cetak-tekan atau cetak-injeksi atau ekstrusi atau
cetak-tiup, dapat menghasilkan lembaran untuk pelapis permukaan
yang kaku maupun fleksibel. k. Karet Sintetis Karet sintetis yang
banyak dikenal adalah: GR-S, nitril, Thiokol, neopren, Butil dan
karet silikon. Namun yang paling banyak di produksi adalah dari
jenis GR-S, sebab sangat sesuai untuk membuat ban kendaraan, bahan
ini merupakan suatu polimer dari butadiena dan stirena yang dapat
ditingkatkan kekerasan nya dengan menambahkan black carbon, bila
untuk ban kendaraan, ditambah kan lagi karet alami.
Dalam makalah ini akan difokuskan pada resin melamin formaldehid
dan reson fenol formaldehid yang merupakan jenis dari resin
termostat.
Resin Secara Umum
Resin atau damar adalah suatu campuran yang kompleks dari
ekstret tumbuh-tumbuhan dan insekta, biasanya berbentuk padat dan
amorf dan merupakan hasil terakhir dari metabolisme dan di bentuk
diruang-ruang skizogen dan skizolisigen. Banyak penyelidik percaya
bahwa resin adalah hasil oksidasi dari terpen-terpen.Secara fisis
resin (damar) ini biasanya keras, transparan plastis dan pada
pemanasan menjadi lembek atau leleh. Secara kimiawi resin adalah
campuran yang kompleks dari asam-asam resinat, alkoholiresinat,
resinotannol, ester-ester dan resene-resene. Bebas dari zat lemas
dan mengandung sedikir oksigen. Karena mengandung zat karbon dalam
kadar tinggi, maka kalau dibakar menghasilkan hangus. Juga ada yang
menganggap bahwa resin terdiri dari zat-zat terpenoid, yang dengan
jalan adisi dengan air menjadi damar dan fitosterin. Sifat larut
dalam air, sebagian larut dalam alkohol, larut dalam eter, aseton,
petroleum eter, kloroform, minyak terpenting dan lain-lain minyak.
Apabila resin-resin di pisahkan dan di murnikan, biasanya dibentuk
zat padat bis terbakar. Resin ini juga tidak larut dalam air,tetapi
larut dalam alkohol dan lain-lain pelarut organik yang membentuk
larutan yang apabila di uapkan meninggalkan sisa yang berupa
lapisan tipis seperti vernis (Nadjeeb, 2009).
Beberapa sifat resin secara umum antara lain:=> Secara
fisika:1. Keras2. Transparan3. Plastis4. Lembek/ leleh=> Secara
kimia, campuran dari:1. Asam-asam resinat2. Alkohol rersinat3.
Resino tannol4. Ester-ester5. Resen-resen6. Bebas Zat lemak7.
Sedikit mengandung oksigen dan banyak mengandung karbon ( Anonim,
2010g).
Mengenai isi dari resin pada umumnya adalah sebagai berikut
:1.Asam-asam resinat, terdiri dari asam-asam oksi yang banyak
jenisnya, biasanya mempunyai sifat gabungan dari asam-asam
karboksilat dan fenol-fenol. Asam-asam ini terdapat baik dalam
keadaan bebas maupun terikat sebagai ester-ester. Pada umumnya
asam-asam ini larut di dalam larutan alkai membentuk larutan
seperti sabun ataupun suspensi koloidal. Garam-garam logamnya di
kenal sebagai resinat, beberapa di antaranya banyak di gunakan
untuk membuat sabun yang murah dan vernis. Sebagai contoh biasanya
asam abietat di dalam colophonium, asam kopaivat dan oksikopoivant
di dalam Balsamum Copaive asam guiakonat didalam Guajac, asam
pimarat(pimarinat) di dalam Burgundy Pitch (Picea excelsa) dan asam
komnifora di dalam myrrha. 2.Alkohol-alkohol resinat, terdiri dari
alkohol-alkohol kompleks yang mempunyai berat nolekul yang tinggi
yang di sebut resinotannol sebagai hasil polimerisasi dari alkohol
damar resinol, yang dengan garam-garam ferri memberikan reaksi
seperti tannin. Alkohol-alkohol resinat terdapat dalam keadaan
bebas maupun terikat sebagai ester dengan asan-asam aromatis, asam
benzoat, asam salisilat, asam sinnamat, asam umbellate. Beberapa
resinol misalnya : Benzorsinol dari benzoin Steresinol dari styrax
Guaiaresinol dari gurjun balsem (depterocarpus) Guaiaresinol dari
guaiac resin3.Resene-resene. Resene adalah zat-zat yang kompleks
yang tidak mempunyai sifat-sifat kimiawi yang khas. Resene ini
tidak membentuk garam atau ester, tidak larut di dalam larutan
alkali dan tidak terhidrolisa dengan alkali. Sebagai contoh adalah
alban dan fluavil dari gutta percha, kopalresene dari copal,
dammarresene dari dammar, drakoresene dari sanguis draconis,
olibanoresene dari olibanum (Anonim, 2010g).
RESIN MELAMIN-FORMALDEHIDA
PENDAHULUANResin melamin-formaldehida diperkenalkan di Jerman
oleh Henkel pada tahun 1935. Resin ini termasuk dalam golongan
resin amino yang diproduksi melalui reaksi polikondensasi antara
melamin dan formaldehida. Dibanding resin amino lainnya, seperti
resin urea-formaldehida, mempunyai kelebihan yakni transparan;
kekerasan(hardeness) yang lebih baik; stabilitas termal yang
tinggi; tahan terhadap air, bahan kimia, dan goresan; dan bersifat
sebagai flame retardant. Dari kelebihan ini, penggunaan resin ini
sangat luas, seperti pada industri perekat, tekstil, laminasi,
kertas, pelapisaan permukaan ( surface coatings), moulding dan
sebagainya.Amerika saerikat, Eropa dan Asia Tenggara adalah pasar
terbesar dari melamin. Permintaan akan material ini di Amerika
Serikat dan Eropa Barat tumbuh sekitar 3% pertahun dalam kurung
waktu 2001 2006 dan secara global diprediksi tumbuh sekitar 4,5%
pertahun. Laju pertumbuhan akan permintaan di Asia Tenggara
diharapkan akan lebih cepat karena peningkatan produksi laminat
untuk keperluan domestic dan ekspor.
ASPEK KIMIAWI
Reaksi pembentukan resin melamin-formaldehida merupakan reaksi
polikondensasi yang sampai pada tahap akhir penggunaannya terdiri
dari tiga tahap. Tahap pertama adalah reaksi metilolasi dengan
formaldehida membentuk melamin termetilolasi (gambar 1).
Molekul melamin mengandung tiga gugus amina primer dan setiap
gugus tersebut mempunyai potensi untuk bereaksi dengan dua mol
formaldehida hingga dapat membentuk produk heksametilolmelamin,
jika rasio formaldehida/melamin cukup tinggi. Dalam medium alkali
(pH >9) maka produk yang dihasilkan secara esensial adalah
trimetilolmelamin dan heksametilolmelamin
Tahap kedua adalah tahap kondensasi membentuk jembatan eter dan
melepaskan air atau pembentukan jembatan metilen dengan melepaskan
formaldehida, bergantung pada pH. Sebagai contoh kondensasi dari
molekul monometilolmelamin
Tahap akhir adalah tahap kondensasi lanjut yang pada akhirnya
membentuk produk polimer terikatsilang dengan struktur jejaring
tiga dimensi. Parameter yang sangat penting dalam pembentukan resin
melamin-formaldehida adalah: rasio molar atau rasio massa dari
bahan baku (melamin dan formaldehida) kemurnian bahan baku pH waktu
dan temperature
PROSES PRODUKSI
Resin melamin-formaldehida biasanya dipreparasi secara batch (5
20 m3). Proses kontinu juga dapat dilakukan, terutama untuk
produksi resin perekat (lem).
a. Produksi BatchwiseProsedur batchwise adalah metode yang
paling banyak digunakan untuk produksi resin melamin-formaldehida
secara industrial. Walaupun kapasitas produksi relative kecil,
proses ini dapat dilakukan perluasan varitas produk dan setiap saat
dapat dilakukan perubahan produk. Gambar 1 menyajikan diagram
pabrik untuk produksi resin dalam bentuk larutan berair (aqueous
solutions).
Gambar 1. Diagram pabrik untuk produksi larutan berair resin
melamin-formaldehida.a) Reaktor, b) masukan/umpan starting
materials, c) kondensor refluks, d) kontener/wadah temporer, e)
pompa, f) alat penguap (vaporizer), g) wadah produk final, h)
kondensor, i) pompa vakum, k) wadah uap terkondensasi (kondensat),
l) pendingin.
Reaksi dilakukan dengan dua atau lebih tahapan dalam reaktor
(stainless steel, No. St. 1.4541 atau St. 1.4571) berpengaduk
(berbentuk piringan atau jangkar). Reaktor ini juga dilengkapi
dengan alat pemanas dan pendingin,serta alat ukur pH dan
temperatur. Pada tahap pertama (reaksi hidroksimetilasi atau
metilolasi) dilakukan pada pH, temperatur dan waktu tertentu,
bergantung pada sifat produk yang diinginkan. Tahap berikutnya
adalah reaksi kondensasi dengan pengadukan dan pemanasan secara
refluks. pH larutan dipertahankan pada nilai tertentu dan lamanya
refluks bergantung dari sifat produk yang diinginkan.Setelah
kondensasi selesai, produk dievaporasi dengan tekanan tereduksi
untuk memproteksi resin terhadap oksidasi/deteorisasi. Evaporasi
dilakukan hingga diperoleh larutan dengan konsentrasi tertentu.
Kualitas resin yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan
spesifikasinya dan selanjutnya dimasukkan kedalam tangki penyimpan
(wadah produk final).Sebagai contoh, pembuatan resin untuk
impragnasi kertas yang digunakan dalam memproduksi bahan laminasi
dekoratif. 126 bagian (berbasis massa) melamin dimasukkan ke dalam
larutan yang diaduk berisi 120 bagian formaldehida 40% dan 70
bagian air pada temperature ruang. Campuran reaksi dibawa ke pH 9
dengan penambahan larutan natrium hidroksida dan dipanaskan secara
cepat (20 30 menit) sampai temperature 100oC. Setelah melamin
terlarut, proses berlangsung secara eksotermal, penambahan larutan
natrium hidroksida dilakukan secara kontinu, untuk memelihara pH
8,5 8,8 sampai sepanjang proses kondensasi. Kondensasi dilakukan
dengan cara refluk dan pengadukan secara kuat. Indikator bahwa
kondensasi selesai yakni dengan mengambil sampel, kemudian diuji
kompatibilitasnya dengan air. Jika pada rasio 1 : 1,5 masih
kompatibel, dicirikan dengan sedikit kekeruhan ketika air yang
ditambahkan sebanyak 1,5 kali dari jumlah larutan sampel pada suhu
20oC. Selanjutnya, larutan didinginkan secara cepat dan pH dibawa
ke nilai 9,5 10 pada temperature ruang. Produk yang dihasilkan
mempunyai kandungan padatan 55% dan biasanya jernih.
Resin melamin-formaldehida dapat juga diproduksi dalam bentuk
bubuk/padatan (gambar 2). Dalam hal ini, pertama-tama dibuat
larutan resin aqueous dan kemudian diumpankan/dimasukkan ke dalam
spray drier, dimana ia akan teratomisasi oleh suatu spray disk atau
nozzle.
Gambar 2. Diagram pabrik untuk produksi bubuk resin
melamin-formaldehidaa) Masukan/umpan starting materials, b)
reactor, c) kondensor refluks, d) wadah temporer, e) pompa, f)
spray drier, g) blower, h) pemanas udara, i) filter, j) mixing bin,
k) penyaring dengan vibrasi
Tetesan (droplets) yang dihasilkan dipanaskan dalam aliran gas
panas yang dibangkitkan melalui pemanasan udara tak langsung dalam
suatu heat exchanger atau dengan campuran gas buangan panas dengan
udara. Bubuk dikumpul pada menara dan dialirkan kedalam pemisah
siklon atau filter. Selanjutnya dilewatkan ke wadah pencampur
(mixing bin) dan penyaring vibrasi untuk kemudian dikemas dalam
kantong atau drum.
b. Produksi Kontinu (Sinambung)
Industri produksi kontinu dari resin melamin-formaldehida
diselenggarakan untuk memperbesar kapasitas karena adanya
peningkatan permintaan. Kekurangan dari produksi kontinu adalah
bahwa banyaknya yang diproduksi per satuan waktu pada pabrik
tertentu hanya dapat bervariasi dalam batas yang relatif sempit.
Merubah produk juga bukan hal yang mudah. Dilain pihak, prosedur
kontinu memberikan kualitas produksi sangat seragam.
Gambar 3. Diagram proses produksi kontinu dari larutan resin
aqueous melamin-formaldehida. a) umpan starting materials, b)
reaktor, c) kondensor refluks, d) flare, e) wadah temporer, f)
pompa, g) alat penguap, h) wadah produk, i) pendingin, k)
kondensor, l) pompa vakum, m) wadah untuk uap terkondensasi
Dari berbagai proses kontinu yang dipatenkan, umumnya
menunjukkan perbedaan dalam variasi temperature, pH, konsentrasi
atau modifier. Aliran proses dan produk tetap tidak berubah. Gambar
3 menyajikan diagram prose produksi kontinu untuk larutan resin
aqueous. Dibanding dengan proses batch, perbedaan utama nampak pada
seri reaktor yang digunakan dalam proses kontinu.Produksi resin
dalam bentuk bubuk juga dapat dilakukan dengan proses kontinu,
yakni larutan resin dalam wadah temporer diumpankan secara kontinu
ke spray tower dan selanjutnya seperti dalam pembentukan bubuk
dalam proses batch.
APPLIKASIAplikasi dari resin melamin-formaldehida sangat luas
meliputi: a. Bahan perekat dalam industri pengerjaan kayu
(woodworking industry)b. Pembuatan kertas untuk tujuan dekoratifc.
Bahan cetakan (molding materials)d. Bahan baku untuk pelapis
permukaan (surface coatings)e. Bahan peningkat daya regang/rentang
dan kekuatan basah(wet strength) dalam industry kertasf. Sebagai
textile auxiliaries dan leather auxiliariesg. Sebagai flameproofing
agents
RESIN FENOL FORMALDEHID
Phenol formaldehid merupakan resin sintetis yang pertama kali
digunakan secara komersial baik dalam industri plastik maupun cat
(surface coating). Phenol formaldehid dihasilkan dari reaksi
polimerisasi antara phenol dan formaldehid. Reaksi terjadi antara
phenol pada posisi ortho maupun para dengan ormaldehid untuk
membentuk rantai yang crosslinking dan pada akhirnya akan membentuk
jaringan tiga dimensi (Hesse, 1991). Salah satu aplikasi dari resin
phenol formaldehid adalah untuk vernis. Vernis adalah bahan pelapis
akhir yang tidak berwarna (clear unpigmented coating). Istilah
vernis digunakan untuk kelompok cairan jernih yang memiliki
viskositas 2 3 poise, yang bila diaplikasikan akan membentuk
lapisan film tipis yang kering dan bersifat gloss (glossy film).
Proses pengeringan pada vernis dapat melalui penguapan (evaporasi)
dari solvent, oksidasi dengan udara, dan polimerisasi sejumlah
unsur yang terkandung dalam vernis. Hasil akhir dari vernis adalah
lapisan film transparan yang memperlihatkan tekstur bahan yang
dilapisi (Martens, 1967). Perkembangan phenol formaldehid untuk
aplikasi vernis dan lacquer telah mampu menyaingi produk melamin
formaldehid karena harganya yang lebih murah. Selain itu, hasil
aplikasinya dapat memunculkan jenis vernis dan lacquer yang
berwarna sedangkan melamin formaldehid tidak berwarna sehingga bila
diinginkan hasil aplikasi yang berwarna tidak perlu penambahan zat
warna. Produk phenol formaldehid ada yang memberikan warna jernih
kekuning-kuningan tetapi ada juga yang kecoklatan sampai
kemerah-merahan. Berdasarkan perbandingan mol reaktan dan jenis
katalis yang digunakan, resin phenol formaldehid dibagi menjadi 2
jenis yaitu novolak dan resol. Resol merupakan hasil reaksi antara
phenol dengan formaldehid ekses oleh adanya katalis basa. Jenis
katalis basa yang sering digunakan adalah natrium hidroksida dan
ammonium hidroksida pada pH = 8-11. Produk phenol formaldehid yang
dihasilkan dengan katalis natrium hidroksida akan mempunyai sifat
larut dalam air dan apabila katalis yang digunakan ammonium
hidroksida akan memberikan sifat tidak larut dalam air yang
dikarenakan terbentuk bis dan tris hydroksylbenzylamin (Martin,
1956). Novolak merupakan hasil reaksi antara phenol ekses dengan
formaldehid oleh adanya katalis asam. Jenis katalis asam yang
sering digunakan adalah asam sulfat, asam klorida, dan asam oksalat
dengan konsentrasi rendah. Hasil reaksi akan membentuk produk yang
termoplast dengan berat molekul 500 - 900. Agar novolak menjadi
bersifat termoset maka membutuhkan pemanasan dan penambahan
crosslinking agent (Frisch, 1967). Tahap reaksi dalam pembentukan
novolak tersaji pada gambar 1 dan 2. Pada novolak, reaksi
polikondensasi dapat berlangsung sempurna sampai membentuk rantai
dengan struktur methylene link dan phenol terminate tanpa adanya
gugus fungsional dan tidak dapat cure dengan sendirinya. Pada
suasana asam, raeksi kondensasi (pembentukan jembatan methylene)
berjalan cepat dibanding pembentukan gugus methylol (Hesse,
1991).
Adapun flowchart pembuatan Novolak adalah sebagai berikut :
Mulai
Disiapkan fenol
Ditambahkan formaldehid
Diperoleh monomethylol phenol
Ditambahkan fenol
Diperoleh dihidroksi diphenil methane
Selesai
Gambar 1.3 Flowchart Pembuatan Novolak (Rokhati,
2008).AplikasiPembuatan Resin Phenol Formaldehid Terhadap
Aplikasinya Sebagai VernisSalah satu aplikasi dari resin phenol
formaldehid adalah untuk vernis. Vernis adalah bahan pelapis akhir
yang tidak berwarna (clear unpigmented coating). Istilah vernis
digunakan untuk kelompok cairan jernih yang memiliki viskositas 2 3
poise, yang bila diaplikasikan akan membentuk lapisan film tipis
yang kering dan bersifat gloss (glossy film). Proses pengeringan
pada vernis dapat melalui penguapan (evaporasi) dari solvent,
oksidasi dengan udara, dan polimerisasi sejumlah unsur yang
terkandung dalam vernis. Hasil akhir dari vernis adalah lapisan
film transparan yang memperlihatkan tekstur bahan yang
dilapisi.Perkembangan phenol formaldehid untuk aplikasi vernis dan
lacquer telah mampu menyaingi produk melamin formaldehid karena
harganya yang lebih murah. Selain itu, hasil aplikasinya dapat
memunculkan jenis vernis dan lacquer yang berwarna sedangkan
melamin formaldehid tidak berwarna sehingga bila diinginkan hasil
aplikasi yang berwarna tidak perlu penambahan zat warna. Produk
phenol formaldehid ada yang memberikan warna jernih
kekuning-kuningan tetapi ada juga yang kecoklatan sampai
kemerah-merahan. Berdasarkan perbandingan mol reaktan dan jenis
katalis yang digunakan, resin phenol formaldehid dibagi menjadi 2
jenis yaitu novolak dan resol. Resol merupakan hasil reaksi antara
phenol dengan formaldehid ekses oleh adanya katalis basa. Jenis
katalis basa yang sering digunakan adalah natrium hidroksida dan
ammonium hidroksida pada pH = 8-11. Produk
Pengaruh terhadap badanKarena resin formaldehida dipakai dalam
bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa
semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida
pelan-pelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam
ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari
0,1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi
kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluarnya air mata,
pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan.Jika terpapar
formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa
menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi
menjadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas
menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai
kepada kematiannya.Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan
terikatnya DNA oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik
yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida
terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya,
sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan
artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida
dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam
bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk
hidup yang terpapar zat tersebut.Pertolongan pertama bila terjadi
keracunan akutPertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan
gejala yang dialami korban. Sebelum ke rumah sakit, berikan arang
aktif (norit) bila tersedia. Jangan melakukan rangsangan agar
korban muntah, karena akan menimbulkan resiko trauma korosif pada
saluran cerna atas. Di rumah sakit biasanya tim medis akan
melakukan bilas lambung (gastric lavage), memberikan arang aktif
(walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu penglihatan pada
saat endoskopi). Endoskopi adalah tindakan untuk mendiagnosis
terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna. Untuk meningkatkan
eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukan hemodialisis (cuci
darah). Tindakan ini diperlukan bila korban menunjukkan tanda-tanda
asidosis metabolik berat.
DAFTAR PUSTAKA Billmeyer, F.W., (1962), Text Book of Polymer
Science, Intescience Publishers, a Division of John Wiley and Sons,
New York Charles R. Martens, (1967), Technology of Paint, Varnishes
and Lacquers, Associated Products The Sherwin Williams Company
Cleveland, Ohio Frisch, K.C., (1967), Phenolic Resin and Plastics
dalam Kirk Othmer Encyclopedia of Chemical Technology, Vol. 15
Edisi 2, Mei Ya Publication Inc Hesse, W., (1991), Phenolic Resin
dalam Ulmanns Encyclopedia of Industrial Chemistry, Vol. 19 Edisi
5, VCH Publishers, New York Martin, R. W., (1956), The Chemistry of
Phenolic Resins, John Willey & Sons Inc, New York Malcolm,
P.S., 2001. Polymer Chemistry : An Introduction, diindonesiakan
oleh Lis Sopyan, cetakan pertama, PT Pradnya Paramita : Jakarta
Fried, J.R., 1995. Polymer Science and Technology. Prentice Hall
PTR : New Jersey
Mark, J.E. 1992. Inorganic Polymers. Prentice-Hall
International, Inc. : New Jersey
Odian, G. 1991. Principles of Polymerization. 3rd edition, John
Wiley & Sons, Inc : New York
Van Krevelen, D.W., 1990. Properties of Polymers. Elsevier
Science B.V : Amsterdam
Sperling, L.H., 1986. Introduction to Physical Polymer Science.
John Wiley & Sons, Inc : New York
Billmeyer, F.W., 1984. TextBook of Polymer Science. 3rd edition,
Joh Willey & Sons Inc : New York
McCaffery, E.L., 1970. Laboratory Preparation for Macromolecular
Chemistry. McGraw-Hill Book Company : New York
LAMPIRAN
TABEL