-
BAB I
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan
kulit
boleh dikata sangat menjengkelkan. Namun banyak dari mereka yang
sering
menyepelekan keadaan ini, apabila belum terjadi hal-hal yang
sekiranya
mengkhawatirkan keadaan tubuh mereka.
Cacar air adalah salah satu penyakit yang umum ditemui pada
anak-anak.
90% kasus cacar air terjadi pada anak di bawah sepuluh tahun.
Dan lebih dari
90% orang telah mengalami cacar air pada saat mereka berusia 15
tahun.
Insidens penyakit ini paling tinggi terlihat pada usia 5 9
tahun. Cacar air
terjadi akibat infeksi primer (pertama kali) Varicella Zoster
Virus (VZV). Karena
disebabkan virus, penyakit ini sembuh dengan sendirinya. Namun
setelah
sembuh, VZV tidak benar-benar hilang dari tubuh. Virus ini akan
menetap di
bagian saraf tertentu dan nantinya dapat terakivasi kembali
dalam bentuk
herpes zoster (cacar ular atau shingles). Herpes zoster ini
umumnya terjadi pada
usia di atas 60 tahun dan pada sebagian besar kasus hanya
terjadi sekali.
Infeksi pada kulit itu sendiri disebabkan antara lain oleh :
Bakteri, misalnya impetigo, furunkel (bisul), karbunkel
Virus, misalnya herpes zoster
Fungus (jamur), misalnya kutu air (Athletes foot); tinea pedis;
tinea
kapitis
Kutu, misalnya pedikulosis; skabies
B TUJUAN
1. Tujuan Umum
-
Setelah menyelesaikan perkuliahan ini mahasiswa diharapkan
mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Infeksi
Kulit
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan perkuliahan ini mahasiswa diharapkan
mampu:
1. Dapat menjelaskan macam-macam Infeksi Kulit
2. Dapat menyebutkan etiologi dan manifestasi klinis dari
Infeksi Kulit
3. Dapat menentukan diagnosa keperawatan dari Infeksi Kulit
4. Dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Infeksi
Kulit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
-
A INFEKSI VIRUS
HERPES ZOSTER (CACAR AIR)
Cacar air atau varisela adalah penyakit akut yang disebabkan
oleh virus
varisela zoster. Kenapa disebut varisela zoster ? Karena setelah
seseorang
mendapat varisela (biasanya pada anak-anak) jika ia telah dewasa
dan daya
tahan tubuhnya berkurang (kurang gizi, stress, dll) maka
varisela ini akan
muncul dalam bentuk Herpes Zoster. Jadi penyakit ini hanya bisa
muncul sekali
seumur hidup jika kekebalannya terbentuk penuh (oleh sebab itu
tanpa indikasi
yang jelas lebih baik jangan mengkonsumsi obat anti viral). Sama
seperti
penyakit virus yang lain (influensa misalnya), penyakit ini akan
sembuh sendiri.
Yang perlu diperhatikan hanyalah efek samping dari penyakit ini
seperti gatal,
panas, dll. Gatal jika digaruk sampai luka maka akan
meninggalkan jaringan
parut. Bisa juga timbul infeksi (baik lokal maupun sistemik)
jika luka garukan
terkena kuman penyakit. Penularannya ? Orang yang terkena
varisela akan
menularkan ke orang lain selama kurang lebih 7 hari dihitung
dari timbulnya
gejala di kulit.Tentunya orang lain itu berdekatan dengan si
sakit.Ada yang
mengatakan bahwa sebaiknya varisela dialami pada waktu kecil
daripada sudah
dewasa.
Masa inkubasi
Waktu terekspos sampai kena penyakit dalam tempo 2 sampai 3
pekan.
Gejala
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek,
cepat
merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk
infeksi virus. Pada
kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit
kepala dan pusing.
Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang
berukuran kecil
-
yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau
punggung lalu
diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi
cairan
dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri
atau gatal
sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan
maka akan segera
mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan
terlepas dan
meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi).
Bercak ini
lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak
akan
meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta
akan segera
terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama.
kondisi ini
memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi.
setelah
mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang
dalam. Terlebih
lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar
air akan lebih
sulit menghilang.
Diagnosis
Diagnosis cacar air dilakukan secara klinis, artinya dari
riwayat penyakit
dan pemeriksaan fisik saja.3 Pemeriksaan laboratorium hanya
dibutuhkan pada
pasien dengan gejala yang tidak khas atau kompleks, atau untuk
menentukan
status kekebalan terhadap VZV pada orang-orang dengan risiko
tinggi jika
terinfeksi VZV.
Komplikasi
Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi,
komplikasi dapat berupa
a. Infeksi kulit oleh bakteri. Ini adalah komplikasi yang paling
umum
ditemukan.
-
b. Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar
air terjadi
pada anak yang usianya lebih tua atau pada orang dewasa. Bekas
luka yang
menetap ini tidak berhubungan dengan digaruk atau tidaknya luka
maupun
berat ringannya penyakit.
c. Acute cerebellar ataxia. Komplikasi ini tidak umum ditemukan,
dan
cenderung lebih mungkin terjadi pada anak yang lebih tua.
Komplikasi ini
ditandai dengan gerakan otot yang tidak terkoordinasi sehingga
anak dapat
mengalami kesulitan berjalan, kesuliatn berbicara, dan gerakan
mata yang
berganti-ganti dengan cepat (nystagmus). Ataxia ini akan
menghilang
dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan.
d. Pneumonia (infeksi paru-paru) atau encephalitis (infeksi
otak) jarang sekali
terjadi pada anak yang sebelumnya sehat.
e. Angka kematian akibat cacar air adalah sekitar
1,4/100.000
Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan komplikasi
yang
serius seperti cacar air yang berat di seluruh tubuh, pneumonia,
dan
hepatitis. Yang termasuk dalam kelompok tersebut misalnya:
Bayi di bawah usia 28 hari.
f. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah (misalnya
pasien dengan
HIV, penerima cangkok organ, penerima kemoterapi, pasien
dengan
leukemia)
Penularan
Cacar air sangat menular. Penularan dapat terjadi sejak 48 jam
sebelum
ruam pertama muncul hingga 5 hari setelahnya. Dengan demikian
anak yang
mengalami cacar air sebenarnya dapat kembali ke sekolah setelah
5 hari
tersebut berlalu. Setelah tertular, umumnya dibutuhkan waktu
sekitar 10 21
hari sebelum gejala awal timbul. Jangka waktu ini dikenal
sebagai masa
-
inkubasi. Cacar air ditularkan melalui udara pernapasan, kontak
langsung
dengan cairan ruam, dan kontak dengan barang yang terkena cairan
ruam seperti
seprai, selimut, atau handuk.
Penanganan
Karena cacar air pada umumnya ringan dan sembuh dengan
sendirinya,
penanganan cacar air terutama ditujukan untuk meringankan
gejala. Yang dapat
dilakukan adalah:
a. Tirah baring secukupnya
b. Parasetamol untuk menurunkan demam
c. Calamine dan mandi dengan air suam-suam kuku untuk
meringankan rasa
gatal
d. Sarung tangan untuk mencegah anak menggaruk ruam mungkin
dibutuhkan
pada anak-anak yang sangat kecil.
e. Makanan yang lebih lembut dan menyejukkan jika ada ruam di
dalam
mulut.
Sedangkan beberapa penanganan yang tidak dianjurkan adalah:
a. Antihistamin yang bersifat sedatif (membuat tidur)
seperti
chlorpheniramine. Obat golongan ini tidak signifikan untuk
menangani rasa
gatal pada cacar air.
b. Antivirus tidak direkomendasikan penggunaannya pada cacar air
tanpa
komplikasi. Bahkan jika mulai diberikan pada hari di mana ruam
pertama
kali muncul, antivirus hanya mengurangi satu hari dari lamanya
sakit.
Penelitian yang dilakukan juga menunjukkan bahwa acyclovir
(salah satu
antivirus) tidak bermakna dalam menurunkan risiko komplikasi
pada cacar
air. Selain itu penggunaan antivirus secara teori juga dapat
berubahnya
respon kekebalan tubuh sehingga virus dapat teraktivasi kembali
lebih cepat
-
dalam bentuk herpes zoster (cacar ular). Antivirus dapat
dipertimbangkan
untuk digunakan pada cacar air dengan komplikasi yang berat,
cacar air
pada bayi di bawah usia 28 hari, atau pada orang dedngan sistem
kekebalan
tubuh yang rendah. Pemberian antivirus ini harus dilakukan dalam
jangka
waktu 48 jam setelah ruam pertama kali muncul.
c. Antibiotik. Antibiotik hanya dibutuhkan jika ada infeksi
kulit oleh bakteri.
Pencegahan
Cacar air dapat dicegah dengan beberapa cara:
a. Vaksinasi. Vaksinasi memberikan perlindungan penuh dari cacar
air pada 8
9 dari 10 orang. Pada orang yang tetap mengalami cacar air
setelah
vaksinasi, cacar air yang dialami sangat ringan, dengan jumlah
ruam di
bawah 50, demam ringan atau tanpa demam, dan hanya
berlangsung
beberapa hari. Vaksinasi diberikan pada kelompok-kelompok
berikut:
b. Anak dengan usia antara 12 18 bulan yang belum pernah
mengalami cacar
air harus mendapatkan satu dosis vaksinasi
c. Anak dengan usia antara 19 bulan hingga 13 tahun yang belum
pernah
mengalami cacar air harus mendapatkan satu dosis vaksinasi
d. Orang dewasa yang belum pernah mengalami cacar air dan
bekerja atau
tinggal di lingkungan di mana penularan cacar air sangat mungkin
terjadi,
misalnya di sekolah, penitipan anak, rumah sakit, asrama,
penjara, atau
barak militer
e. Wanita usia reproduktif yang belum pernah mengalami cacar air
dan tidak
dalam keadaan hamil
f. Orang dewasa dan remaja yang belum pernah mengalami cacar air
dan
tinggal dengan anak-anak
g. Orang yang hendak bepergian ke luar negeri dan belum pernah
mengalami
cacar air
-
h. Varicella Zoster Immunoglobulin (VZIG). VZIG adalah zat
kekebalan
terhadap virus penyebab cacar air. VZIG diberikan hanya pada
kelompok-
kelompok tertentu yaitu:
i. Orang dengan sistem kekebalan yang rendah
j. Wanita hamil yang terpapar kasus cacar air dan belum pernah
mengalami
cacar air sebelumnya
k. Bayi di bawah usia 28 hari yang lahir kurang dari usia
kehamilan 28 minggu
atau berat lahirnya kurang dari 1000 g
l. Bayi di bawah usia 28 hari yang ibunya terpapar kasus cacar
air atau
mengalami cacar air antara 7 hari sebelum persalinan hingga 7
hari setelah
persalinan
Yang penting diingat adalah bahwa VZIG hanya efektif
mencegah
terjadinya cacar air jika diberikan dalam jangka waktu 96 jam
setelah paparan
terhadap kasus cacar air.
Waktu karantina yang disarankan
Selama 5 hari setelah ruam mulai muncul dan sampai semua lepuh
telah
berkeropeng. Selama masa karantina sebaiknya penderita tetap
mandi seperti
biasa, karena kuman yang berada pada kulit akan dapat
menginfeksi kulit yang
sedang terkena cacar air. Untuk menghindari timbulnya bekas luka
yang sulit
hilang sebaiknya menghindari pecahnya lenting cacar air. Ketika
mengeringkan
tubuh sesudah mandi sebaiknya tidak menggosoknya dengan handuk
terlalu
keras. Untuk menghindari gatal, sebaiknya diberikan bedak talk
yang
mengandung menthol sehingga mengurangi gesekan yang terjadi pada
kulit
sehingga kulit tidak banyak teriritasi. Untuk yang memiliki
kulit sensitif dapat
juga menggunakan bedak talk salycil yang tidak mengandung
mentol. Pastikan
anda juga selalu mengkonsumsi makanan bergizi untuk mempercepat
proses
-
penyembuhan penyakit itu sendiri. Konsumsi buah- buahan yang
mengandung
vitamin C seperti jambu biji dan tomat merah yang dapat dibuat
juice.
B INFEKSI KUTU
a. SCABIES
Definisi
Scabies merupsksn penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi
kutu
Sarcoptes Scabies yang dapat menimbulkan gatal
Etiologi
Scabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual akan
disebabkan oleh Sarcoptes Scabies. Penyakit ini dapat ditemukan
pada
orang-orang miskin yang hidup dengan kondisi hygine dibawah
standar
sekalipun juga sering terdapat diantara orang-orang yang sangat
bersih.
Namun demikian infeksi parasit ini sering juga menjangkit
jari-jari tangan
dan dapat menimbulkan infeksi. Tinggal semalam dengan orang
yang
terinfeksi dan saling bergantian pakaian dengan orang yang
terjangkit dapat
-
menjadi sumber infeksi. Eptugas kesehatan yang melakukan kontak
fisik
yang lama dengan pasien Scabies dapat pula terinfeksi.
Patofisiologi
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan Scabies,
seperti
keadaan ekonomi yang rendah, hygine yang buruk dan berhubungan
seksual
yang bersifat promiskuitas. Scabies berkembang sewaktu tungau
gatal yang
mikroskopis yang memasuki tubuh manusia sebagai tuan rumahnya
dan
mengganggu reaksi sensitifitas kulit. Tungau dapat hidup
sepanjang
hidupnya dalam kulit manusia. Tungau betina membat liang kedalam
kulit
untuk meletakkan telurnya yang berjumlah 2-3 butir sehari selama
sebulan.
Larva menetas dalam waktu 2-4 hari berlanjut menjadi nimfa dan
kutu
dewasa dalam tempo 10 hari.
Diperlukan waktu 4 minggu sejak saat kontak hingga timbulnya
gejala. Pasien akan mengeluh gatal-gatal yang hebat akibat
reaksi imunologi
tipe lambat terhadap kutu dan butiran fesesnya. Dengan
pemeriksaan yang
menggunakan kaca pembesar dan senter maka ditemukan terowongan
pada
permukaan kulit yang berupa tonjolan kulit yang kecil.
Terowongan bisa
berupa lesi lurus atau bergelombang. Biasanya terowongan
terdapat pada
permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki, ujung-ujung sendi
siku,
lipatan aksila, lipatan paha, atau lipatan gluteus.
Manifestasi klinis
Pasien akan mengeluhkan rasa gatal-gatal yang hebat. Salah satu
tanda
scabies yang klasik adalah peningkatan rasa gatal yang terjadi
pada malam
hari dan keadaan ini mungkin disebabkan oleh peningkatan
kehangatan kulit
yang menimbulkan efek stimulus terhadap parasit tersebut. Lesi
sekunder
cukup sering dijumpai dan mencakup papula, vesikel, ekskoriasi
serta kusta.
Sumber infeksi bakteri dapat terjadi dari terowongan dan
papula.
Penatalaksanaan
-
Penderita Scabies diminta agar mandi dengan air hangat dan
sabun
untuk menghilangkan debris yang mengelupas dari krusta dan
kemudian
kulit dibiarkan kering benar. Preparat Scabisida, seperti
Lindane (Kwell)
atau Krotamiton (krim dan lotion eurax) dioleskan tipis-tipis
pada seluruh
permukaan kulit, mulai dari leher bawah dengan hanya
meninggalkan
daerah muka dan kulit kepala (yang pada Scabies tidak terkena).
Obat ini
dibiarkan selama 12-24 jam dan sesudah itu, pasien diminta
untuk
membasuh dirinya sampai bersih. Aplikasi obat 1x sudah dapat
memberikan
efek kuratif, tetapi disarankan agar terapi tersebut diulang
sesudah 1 minngu
kemudian
b. PEDIKULOSIS
Ada 3 varietas kutu yang menjangkit manusia, yaitu:
1. Pedikulus kapitis
Merupakan infeksi kutu kepala atau tuma yang disebut
pediculus
humanus capitis pada kulit kepala
Etiologi
Infeksi kutu kepala disebabkan oleh kondisi yang terlalu
berjubel
hygine seseorang yang buruk. Umumnya pada anak-anak terutama
pada
anak perempuan, ditularkakn melalui berbagai macam cara
seperti
pakaian, topi, sisir, wig, dan sikat rambut.
Patofisiologi
Umumnya menjangkit anak perempuan, ditularkakn melalui
berbagai macam cara seperti pakaian, topi, sisir, wig, dan sikat
rambut
yang terinfeksi oleh tuma. Telur iniakan melekat erat pada
rambut
dengan suatu substansi yang liat. Kutu meletakkan telur sebanyak
+ 3
buah setiap harinya. Telur akan menetas menjadi tuma dalam
waktu
sekitar 10 hari dan mencapai maturasinya dalam tempo 2 minggu.
Telur
tuma berbentuk oval, mengkilap, dan berwarna perak yang sulit
dilepas.
-
Gigitan serangga ini menyebabkan rasa gatal yang hebat dan
garukan
yang dilakukan untuk menghilangkan gatal sering menimbulkan
infeksi
bakteri sekunder seperti impetigo dan furunkulosis.
2. Pedikulus korporis
Merupakan infeksi kutu pada badan yang disebut pedikulosis
humanus corporis
Etiologi
Keadaan ini menghinggapi orang yang jarang mandi atau yang
hidup dalam lingkungan yang rapat srta tidak pernah
mengganti
bajunya. Penyebab umum dari infeksi kutu tubuh antara lain
pemakaian
pakaian yang sama untuk beberapa hari, hygine seseorang yang
buruk
dan kondisi yang berjubel. Kutu tubuh menyebar melalui
kontak
langsung atau melalui pakaian, seperi dan handuk.
Patofisiologi
Kutu tubuh hidup dalam lipatan pakaian, menyebar ke kulit
dan
menusuk kulit penderita dengan probosisnya untuk menghisap
darah.
Gigitan kutu menyebabkan bintik-bintik perdarahan yang kecil
dank has.
Pedikulosis korporis disebarkan melalui kontak langsung atau
menggunakan pakaian, tempat tidur, dan handuk yang
bergantian.
3. Pedikulus pubis
Merupakan infeksi phthrus pubis pada rambut pubis, tetapi
kadang-kadang juga pada alis, bulu mata dan rambut aksila.
etiologi
Pedikulosis pubis merpakan infeksi phthrus pubis yang sangat
sering dijumpai. Kutu ini menyerupai kepiting kecil yang
menjepit
rambut pubik. Infeksi parasit ini pada umumnya terjadi di daerah
genital
-
terutama rambut kelamin. Phthirus pubis menyebar melalui
hubungan
kelamin atau kontak pakaian, seprei dan handuk yang
terkontaminasi.
Patofisiologi
Kutu kemaluan dapat menginfestasi rambut dada, aksila,
janggut
dan bulu mata. Gigitan phthiruspubis menimbulkan macula yang
dapat
dilihat pada paha sebagai akibat ekskresi yang dihasilkan oleh
kelenjar
liur kutu. Phithirus pubis merayap disepanjang batang rambut
kemaluan
dan telurnya menempel erat dengan rambut. Infeksi kutu kemaluan
dapat
dijumpai bersama dengan penyakit menular kelamin.
Infestasi Kutu (Pedikulosis) adalah serbuan kutu yang
menyebabkan rasa
gatal hebat dan bisa menyerang hampir setiap kulit tubuh.Kutu
hampir tak
dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang mudah
menular dari
orang ke orang melalui kontak badan dan karena pemakaian bersama
baju
atau barang lainnya. Kutu kepala sangat mirip dengan kutu badan,
meskipun
sebenarnya merupakan spesies yang berlainan.Kutu kemaluan
memiliki
badan yang lebih lebar dan lebih pendek dibandingkan kutu kepala
dan kutu
badan. Kutu kepala dan kutu kemaluan hanya ditemukan pada
manusia,
sedangkan kutu badan juga sering ditemukan pada pakaian yang
bersentuhan dengan kulit. Kutu kepala ditularkan melalui kontak
langsung
atau melalui sisir/sikat/topi yang digunakan bersama-sama.
Infestasi kutu
kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata dan janggut. Kutu
kepala sering
ditemukan pada murid-murid di satu sekolah. Penularan kutu badan
tidak
semudah penularan kutu rambut. Kutu badan biasanya menyerang
orang-
orang yang tingkat kebersihan badannya buruk dan orang-orang
yang
tinggal di pemukiman yang padat. Kutu badan bisa membawa
penyakit
tifus, demam parit dan demam kambuhan. Kutu kemaluan
menyerang
daerah kemaluan, ditularkan pada saat melakukan hubungan
seksual.
-
Infestasi kutu menyebabkan gatal-gatal hebat. Penggarukan
seringkali
menyebabkan kulit terluka, yang bisa menyebabkan terjadinya
infeksi
bakteri. Kadang terjadi pembengkakan kelanjar getah bening di
leher
belakang akibat adanya infeksi kulit kepala. Anak-anak hampir
tidak
menyadari adanya kutu kepala atau hanya merasakan iritasi kulit
kepala
yang samar-samar. Rasa gatal akibat kutu badan biasanya lebih
hebat
dirasakan di bahu, bokong dan perut. Kutu kemaluan menyebabkan
rasa
gatal di sekitar penis, vagina dan anus.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik
(ditemukan kutu). Kutu betina melepaskan teluar berwarna
abu-abu
keputihan yang berkilau dan tampak sebagai butiran kecil yang
menempel
di rambut.
Kutu badan dewasa dan telurnya tidak hanya ditemukan pada
rambut
badan, tetapi juga pada lipatan baju yang bersentuhan dengan
kulit. Kutu
kemaluan meninggalkan kotoran berwarna coklat tua di pakaian
dalam.
Kutu kemaluan sulit ditemukan dan bisa terlihat sebagai bintik
kecil
kebiruan di kulit. Telurnya menempel di dasar rambut, sangat
dekat dengan
kulit.
Pengobatan
Permethrin merupakan pengobatan kutu yang paling aman,
paling
efektif dan paling nyaman. Lindane (tersedia dalam bentuk krim,
losyen
atau sampo) juga bias mengatasi kutu tetapi tidak dapat
diberikan kepada
anak-anak karena bisa menimbulkan komplikasi neurologis.
Kadang
digunakan piretrin. Ketiga obat tersebut bisa menimbulkan
iritasi. 10 hari
setelah pemakaian, ketiga obat tersebut harus dioleskan kembali
untuk
membunuh kutu yang baru menetas. Infestasi pada alis atau bulu
mata sulit
untuk diobati; kutu biasanya diambil dengan menggunakan tang
khusus. Jeli
-
minyak polos bisa membunuh atau melemahkan kutu di bulu mata.
Jika
sumber infestasi (sisir, topi, pakaian dan seprei) tidak
dibersihkan melalui
pencucian, penguapan atau dry cleaning, maka kutu bisa bertahan
hidup dan
kembali menginfeksi manusia.
Permethrin merupakan pengobatan kutu yang paling aman,
paling
efektif dan paling nyaman. Lindane (tersedia dalam bentuk krim,
losyen
atau sampo) juga bias mengatasi kutu tetapi tidak dapat
diberikan kepada
anak-anak karena bisa menimbulkan komplikasi neurologis.
Kadang
digunakan piretrin. Ketiga obat tersebut bisa menimbulkan
iritasi. 10 hari
setelah pemakaian, ketiga obat tersebut harus dioleskan kembali
untuk
membunuh kutu yang baru menetas.
Infestasi pada alis atau bulu mata sulit untuk diobati; kutu
biasanya
diambil dengan menggunakan tang khusus. Jeli minyak polos
bisa
membunuh atau melemahkan kutu di bulu mata. Jika sumber
infestasi (sisir,
topi, pakaian dan seprei) tidak dibersihkan melalui pencucian,
penguapan
atau dry cleaning, maka kutu bisa bertahan hidup dan kembali
menginfeksi
manusia.
-
C INFEKSI FUNGUS (JAMUR)
KANDIDIASIS
Etiologi
Kandidiasis (Moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur
Candida, yang
sebelumnya disebut Monilia.
Penyebab
Jamur Candida.
Candida biasanya menginfeksi kulit dan selaput lendir (contohnya
mulut
dan vagina). Kadang jamur ini menyusup ke jaringan yang lebih
dalam
(misalnya darah) dan menyebabkan kandidiasis sistemik, yang bisa
berakibat
fatal. Infeksi yang lebih serius ini paling sering terjadi pada
penderita gangguan
sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS atau penderita kanker
yang
menjalani kemoterapi).
Candida adalah penghuni normal saluran pencernaan dan vagina
yang
biasanya tidak menimbulkan penyakit. Tetapi ada beberapa faktor
resiko yang
mendorong terjadinya infeksi oleh Candida:
a. Kelembaban dan kehangatan.
Jika lingkungan sekitarnya menguntungkan (misalnya lembab atau
hangat)
atau jika terdapat gangguan sistem kekebalan, maka jamur bisa
menginfeksi
kulit.
Candida tumbuh dengan subur dalam suasana hangat dan lembab.
b. Pemakaian antibiotik.
Kadang orang yang mengkonsumsi antibiotik menderita infeksi
Candida
karena antibiotik membunuh bakteri yang dalam keadaan normal
terdapat di
dalam jaringan, sehingga pertumbuhan Candida tidak
terkendali.
-
c. Kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan
organ.
Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi
jamur.
d. Kehamilan
e. Obesitas (kegemukan)
f. Diabetes.
Gejala
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada bagian tubuh yang
terkena:
a. Infeksi pada lipatan kulit (infeksi intertriginosa).
Infeksi pada lipatan kulit atau pusar biasanya menyebabkan
ruam
kemerahan, yang seringkali disertai adanya bercak-bercak
yang
mengeluarkan sejumlah kecil cairan berwarna keputihan. Bisa
timbul bisul-
bisul kecil, terutama di tepian ruam dan ruam ini menimbulkan
gatal atau
rasa panas. Ruam Candida di sekitar anus tampak kasar, berwarna
merah
atau putih dan terasa gatal.
b. Infeksi vagina (vulvovaginitis).
Sering ditemukan pada wanit hamil, penderita diabetes atau
pemakai
antibiotik.
Gejalanya berupa keluarnya cairan putih atau kuning dari vagina
disertai
rasa panas, gatal dan kemerahan di sepanjang dinding dan daerah
luar
vagina.
c. Infeksi penis.
-
Sering terjadi pada penderita diabetes atau pria yang mitra
seksualnya
menderita infeksi vagina. Biasanya infeksi menyebabkan ruam
merah
bersisik (kadang menimbulkan nyeri) pada bagian bawah penis.
d. Thrush.
Merupakan infeksi jamur di dalam mulut. Bercak berwarna
putih
menempel pada lidah dan pinggiran mulut, sering menimbulkan
nyeri.
Bercak ini bisa dilepas dengan mudah oleh jari tangan atau
sendok. Thrush
pada dewasa bisa merupakan pertanda adanya gangguan
kekebalan,
kemungkinan akibat diabetes atau AIDS. Pemakaian antibiotik
yang
membunuh bakteri saingan jamur akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya thrush.
e. Perlche.
Merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang
menyebabkan
retakan dan sayatan kecil. Bisa bersal dari gigi palsu yang
letaknya bergeser
dan menyebabkan kelembaban di sudut mulut sehingga tumbuh
jamur.
f. Paronikia.
Candida tumbuh pada bantalan kuku, menyebabkan pembengkakan
dan pembentukan nanah. Kuku yang terinfeksi menjadi putih atau
kuning
dan terlepas dari jari tangan atau jari kaki.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya
Pengobatan
-
Penginfeksi biasanya mudah diatasi dengan krim atau lotion.
Untuk
infeksi kulit, vagina dan penis biasanya digunakan krim nistatin
selama 7-10
hari.
Untuk infeksi vagina dan anus juga tersedia obat dalam bentuk
suppositoria
(obat yang dimasukkan langsung ke dalam vagina atau anus). Obat
kumur atau
dalam bentuk permen hisap diberikan kepada penderita thrush.
Untuk infeksi kulit kadang diberikan salep corticosteroid
bersamaan
dengan krim anti-jamur karena salep bisa mengurangi gatal dan
nyeri (meskipun
tidak membantu penyembuhan infeksinya sendiri).
Menjaga kulit tetap kering dapat membantu meredakan infeksi dan
mencegah
kembalinya jamur. Bedak polos atau bedak yang mengandung
nistatin bsia
membantu menjaga agar kulit tetap kering.
D INFEKSI BAKTERI
TETANUS
Tetanus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Clostridium
tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan
tetanospasmin.
-
Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan
dibawa ke
sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi
gangguan pada
aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim
pesan ke otot.
Infeksi tetanus terjadi karena luka. Entah karena terpotong,
terbakar, aborsi ,
narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam
kulit)
maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri
tetanus tidak dapat
hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil
apapun dapat
menjadi tempat berkembang biaknya bakteria tetanus.. Kuman
yang
menghasilkan toksin yang sangat kuat ini menyukai luka yang
kotor, dalam, dan
tidak terbuka sebagai tempat hidupnya.
Kuman ini biasanya masuk ke dalam tubuh melalui luka tusuk atau
luka
iris yang dalam dan kotor. Selain itu bisa masuk melalui luka
tusukan akibat
duri, paku yang berkarat, atau benda-benda lain yang menyebabkan
luka. Juga
bisa karena luka kena peluru, pisau, gigitan hewan, atau tindik
yang dibuat
dengan jarum yang kotor.
Pada bayi yang baru lahir, kuman ini dapat masuk melalui luka
iris tali
pusat yang tidak dipotong dengan pisau steril. Penyakit tetanus
pada bayi yang
baru lahir disebut tetanus neonatorum dan merupakan salah satu
penyebab
kematian terbanyak pada bayi.
Masa Inkubasi
Masa inkubasi kuman ini sangat bervariasi, 2 sampai 60 hari.
Gejala yang
timbul pada awalnya adalah nyeri kepala, gelisah. Rahang menjadi
kaku,
kemudian diikuti dengan otot-otot leher dan bagian-bagian tubuh
lainnya.
Serangan kejang nyeri pada rahang dan akhirnya pada seluruh
tubuh. Selain itu,
cahaya terang dan suara yang mendadak dan menggerakkan atau
menyentuh
penderita bisa menyebabkan kontraksi otot yang mendadak dan
tidak dapat
dikendalikan.
Gejala
-
Gejala tetanus pada bayi, tiga sampai sepuluh hari setelah
persalinan, bayi
menangis terus menerus dan tidak mau menyusui. Tubuhnya demam,
daerah
pusat tampak kotor dan meradang, memerah dan membengkak akibat
infeksi.
Jika menemukan gejala ini, segera cari pertolongan ke rumah
sakit atau dokter
terdekat. Carilah atau periksalah seluruh tubuh penderita, luka
atau borok yang
meradang. Bukalah luka tersebut dan cucilah dengan sabun serta
air matang dan
keluarkan seluruh kotoran dari luka tersebut.
Selama penderita masih bisa menelan, berikanlah cairan yang
bergizi sedikit
demi sedikit dan sering. Sedapat mungkin jangan menyentuh atau
memindahkan
penderita. Hindarkanlah dari cahaya dan bunyi-bunyian.
Untuk mencegahya, lakukan vaksinasi tetanus sekeluarga. Bila
terdapat luka,b
ersihkan dan rawatlah dengan baik. Pada bayi yang baru lahir
jagalah
kebersihannya dengan baik. Mag
Patofisiologi
Spora kuman tetanus yang ada di lingkungan dapat berubah
menjadi
bentuk vegetatif bila ada dalam lingkungan anaerob, dengan
tekanan oksigen
jaringan yang rendah. Kuman ini dapat membentuk metalo-exotosin
tetanus, yang
terpenting untuk manusia adalah tetanospasmin. Gejala klinis
timbul sebagai
dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan neuromuscular
junction serta
syaraf otonom. Toksin dari tempat luka menyebar ke motor
endplate dan setelah
masuk lewat ganglioside dijalarkan secara intraaxonal kedalam
sel saraf tepi,
kemudian ke kornu anterior sumsum tulang belakang, akhirnya
menyebar ke SSP.
Manifestasi klinis terutama disebabkan oleh pengaruh eksotoksin
terhadap
susunan saraf tepi dan pusat. Pengaruh tersebut berupa gangguan
terhadap inhibisi
presinaptik sehingga mencegah keluarnya neurotransmiter inhibisi
yaitu GABA
dan glisin, sehingga terjadi eksitasi terus-menerus dan spasme.
Kekakuan dimulai
pada tempat masuk kuman atau pada otot masseter (trismus), pada
saat toxin
masuk ke sungsum belakang terjadi kekakuan yang makin berat,
pada extremitas,
otot-otot bergaris pada dada, perut dan mulia timbul kejang.
Bilamana toksin
mencapai korteks cerebri, penderita akan mulai mengalami kejang
umum yang
-
spontan. Tetanospasmin pada sistem saraf otonom juga
berpengaruh, sehingga
terjadi gangguan pada pernafasan, metabolisme, hemodinamika,
hormonal,
saluran cerna, saluran kemih, dan neuromuskular. Spame larynx,
hipertensi,
gangguan irama jantung, hiperpirexi, hyperhydrosis merupakan
penyulit akibat
gangguan saraf otonom, yang dulu jarang dilaporkan karena
penderita sudah
meninggal sebelum gejala timbul. Dengan penggunaan diazepam
dosis tinggi dan
pernafasan mekanik, kejang dapat diatasi namun gangguan saraf
otonom harus
dikenali dan dikelola dengan teliti.
Biasanya penyakit ini terjadi setelah luka tusuk yang dalam
misalnya luka
yang disebabkan tertusuk paku, pecahan kaca, kaleng, karena luka
tersebut
menimbulkan keadaan anaerob yang ideal. Selain itu luka
laselerasi yang kotor,
lika bakar dan patah tulang terbuka juga akan mengakibatkan
keadaan anaerob
yang ideal untuk pertumbuhan C. Tetani ini. Walaupun demikian
luka-luka ringan
seperti luka gores, lesi pada mata, telinga, atau tonsil dan
traktus digestivus serta
gigitan serangga dapat pula merupakan porte dentree (tempat
masuk)dari C.
Tetani.
Hipotesis mengenai cara absorbsi dan bekerja toksin:
1. Toksin diabsorsi di ujung syaraf motorik dan melalui aksis
silindrik di bawa
ke kornu anterior susunan syaraf pusat.
2. Toksin diabsorbsi oleh susunan liumfatik, masuk ke dalam
sirkulasi darah
arteri kemudian masuk ke dalam susunan syaraf pusat.
Toksin tersebut besifat seperti antigen, sangat mudah diikat
oleh jaringan
syaraf dan apabila keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan
oleh antitoksin
spesifik. Namun toksin yang bebas dalam perdarahan sangat mudah
dinetralkan
oleh antitoksin. Hal ini penting untuk pencegahan dan pengobatan
penyakit ini.
Pada tetanus pada neonatus disebabkan oleh spora C. Tetani yang
masuk
melalu luka tali pusat, karena perawatan atau tindakan yang
tidak memenuhi
syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan
bambu/gunting yang
tidak steril, atau setelah dipotong dibubuhi abu, tanah, minyak,
daun-daunan dan
-
sebagainya. Perjalanan penyakitnya seperti pada tetanus pada
anak, tetapi lebih
cepat dan berat.
Derajat penyakit tetanus
Derajat I (tetanus ringan)
Trismus (lebar antar gigi sama atau lebih 2 cm)
Kekakuan umum
Tidak dijumpai kejang
Tidak dijumpai gangguan respirasi
Derajat II (tetanus sedang)
Trismus (lebar kurang dari 1 cm)
Kekakuan umum makin jelas
Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang spontan
Derajat III a. tetanus berat
Trismus berat (kedua baris gigi rapat)
Otot sangat spastis, timbul kejang spontan
Takipnea, takikardia
Apneic spell (spasme laryng)
Derajat III b. tetanus dengan gangguan saraf otonom
Gangguan otonom berat
Hipertensi berat dan takikardi, atau
Hipotensi dan bradikardi
Hipertensi berat atau hipotensi berat
Cara mengatasi
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya
karena
mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Bagaimana gejala dan
apa
penyebabnya? Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot
rahang
-
(dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan
timbulnya
pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau
punggung. Kejang-
kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan
paha.
Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir.
Neonatal
tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di
tempat yang tidak
bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal
tetanus dapat
menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara
berkembang.
Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik
melahirkan
yang sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat
ditekan. Selain
itu antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam
kandungan
juga dapat mencegah infeksi tersebut.
Apa yang menyebabkan infeksi tetanus? Infeksi tetanus disebabkan
oleh
bakteri yang disebut dengan Clostridium Tetani yang memproduksi
toksin yang
disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat
syaraf di
sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf
tulang belakang,
sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf.
Terutama pada
syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi
karena luka. Entah
karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya memakai
silet untuk
memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka
kecil bukan
berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali
orang lalai, padahal
luka sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya
bakteria tetanus.
Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan
gejala yang
mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala
mulai pada dua
minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus
merupakan
penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan
yang benar
maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya terjadi
selama 4-6
minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai
bagian dari
imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat
terus
dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval
lima tahun: 25,
-
30, 35 dan seterusnya. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi
juga dan
melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya.
D P T
Walau vaksin seperti DPwT untuk penanggulangan Difteria,
Pertusis, dan
Tetanus (DPT) cukup ampuh, tapi masih ada beberapa hambatan
dalam
pemberian vaksin ini yaitu efek samping sebagai gejala ikutan
setelah
pemberian vaksin DPwT seperti demam, bengkak dan nyeri di
sekitar suntikan.
Hal ini disebabkan karena salah satu komponen dari vaksin ini
yaitu komponen
untuk pertusis merupakan sel yang utuh.
Pada tahun 1974 di Jepang, vaksin DPwT ini untuk sementara
dihentikan
karena adanya beberapa kasus yang menyebabkan kematian.
Perkembangan
teknologi yang demikian cepat dan canggih mendorong para ahli
untuk terus
berusaha mengembangkan jenis vaksin DPT baru yang sama
khasiatnya dengan
vaksin yang telah ada namun tidak menimbulkan efek samping yang
merugikan
seperti diatas. Pada awal 1980 para ahli Jepang memperkenalkan
vaksin DPT
dengan komponen pertusis asellular (bukan sel utuh) yang bisa
mengatasi
permasalah tersebut diatas.
Penggunaan vaksin DPaT secara luas dimulai pada 1994 di
Jerman,
dimana GlaxoSmithKline sebagai perusahan farmasi terdepan dalam
penelitian
dan pengembangan vaksin yang pertama kali meluncurkan vaksin
DPaT dengan
merek dagang Infantrix. Menurut dr. Fransiscus Chandra, Direktur
Medikal
GSK , kami menyadari bahwa salah satu faktor penting bagi
suksesnya program
imunisasi nasional adalah dengan meningkatkan pengertian orang
tua akan
pentingnya vaksinasi DPT dengan pemberian vaksin yang paling
memberikan
rasa nyaman atau efek samping yang paling minimal bagi bayi.
Aselular pertusis yang terdapat dalam Infanrix terbentuk dari
tiga
komponen, yakni toksoid pertusis, filamentous haemagglutinin
(FHA), dan
pertactin (PRN). Selain Aselular pertusis, dalam Infanrix juga
terdapat garam
aluminium sebagai adjuvants (penguat), dan 2-phenoxyethanol
sebagai
-
pengawet. Dalam setiap 0,5 ml (1 dosis), vaksin ini terdiri dari
>30 IU toksoid
difteri, >40 IU toksoid tetanus, 25 mcg toksoid pertusis, 25
mcg FHA, dan 8
mcg PRN.
Vaksin DPaT juga sangat bermanfaat untuk anak dengan riwayat
kejang,
demam dan kelainan syaraf. Bahkan, jenis vaksin baru ini juga
tidak
menyebabkan demam yang dapat memprovokasi terjadinya kejang.
Vaksin Tetanus (DPT)
Vaksin ini akan melindungi tubuh terhadap difteri, tetanus dan
pertussis.
DPT (DTP) dan DTaP adalah vaksin yang sama, hanya bentuknya saja
berbeda.
Vaksin yang diberikan lewat suntikan, ini terbukti mampu
menghilangkan
kemungkinan terkena difteri dan tetanus pada masa kanak-kanak,
serta
mengurangi secara nyata kasus pertussis. Di beberapa negara
maju, saat
mendaftar sekolah calon murid harus menunjukkan bukti telah
mendapatkan
vaksin ini secara lengkap.
Vaksin diberikan sebagai satu seri yang terdiri dari lima kali
suntik, yaitu
pada usia dua bulan, empat bulan, enam bulan, 15-18 bulan dan
terakhir saat
sebelum masuk sekolah (empat sampai enam tahun). Dianjurkan
untuk
mendapatkan vaksin Td (penguat terhadap difteri dan tetanus)
pada usia 11-12
tahun atau paling lambat lima tahun setelah imunisasi DTP
terakhir. Setelah itu,
direkomendasikan untuk mendapatkan Td setiap sepuluh tahun.
Tapi, pemberian vaksin harus ditunda, jika:
anak sakit lebih dari sekadar panas badan ringan,
anak memiliki kelainan syaraf atau tidak tidak tumbuh secara
normal.
Dianjurkan untuk tidak memberikan komponen pertussis dari
vaksin, cukup DT
(difteri & tetanus) saja. Setelah mendapatkan vaksin DTP
(DTaP) timbul gejala
seperti dibawah konsultasikan dengan dokter anak sebelum
mendapatkan vaksin
lainnya :
-
kejang-kejang dalam 3-7 hari setelah imunisasi
kejang-kejang yang makin memburuk jika mengalami itu
sebelumnya
reaksi alergi
kesulitan makan atau gangguan pada mulut, tenggorokan atau
muka
panas badan lebih dari 40 derajat celcius (105 derajat
fahrenheit)
pingsan dalam dua hari pertama setelah imunisasi
terus menangis lebih dari tiga jam di dua hari pertama
setelah
imunisasi
Anak mungkin mengalami panas badan ringan dan atau
kemerah-merahan di
sekitar bekas suntikan. Untuk mencegah panas badan kadangkala
dokter anak
memberikan resep obat sebelum imunisasi. Seringkali pemberian
vaksin, ini
menimbulkan panas badan ringan atau panas di sekitar bekas
suntikan yang
diakibatkan oleh komponen pertussis dalam vaksin.
Penatalaksanaan
Pencegahan
a. Imunisasi aktif
Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali sejak usia 2 bulan
dengan
interval 4-6 minggu, ulangan pada umur 18 bulan dan 5 tahun
(lihat
Bab Jadwal Imunisasi).
Eliminasi tetanus neonatorum dilakukan dengan imunisasi TT
pada
ibu hamil, wanita usia subur, minimal 5 x suntikan toksoid.
(untuk
mencapai tingkat TT lifelong-card).
b. Pencegahan pada luka
Luka dibersihkan, jaringan nekrotik dan benda asing dibuang
Luka ringan dan bersih
Imunisasi lengkap : tidak perlu ATS atau tetanus
imunoglobulin
Imunisasi tidak lengkap : imunisasi aktif DPT/DT.
-
Luka sedang/berat dan kotor
Imunisasi (-)/tidak jelas : ATS 3000-5000 U, atau tetanus
imunoglobulin 250-500 U. Toksoid tetanus pada sisi lain.
Imunisasi (+), lamanya sudah > 5 tahun : ulangan toksoid,
ATS
3000-5000 U, tetanus imunoglobulin 250-500 U.
Pemeriksaan Penunjang
Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat,
pemeriksaannya
meliputi :
Darah
Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N
2.5-
5.5 mmol/L)
BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan
indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
Elekrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 4.5 6.5 mmol/L )
Natrium ( N 135 144 mmol/L )
Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang
dan
adanya lesi
Waktu karantina yang disarankan