Merger dan akuisisi merupakan salah satu penyelamatan Bank saat bank mengalami “kebangkrutan” sebelum melakukan likuidasi. Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598). Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan Sudomo, 2001, p.640). Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598). Jenis-jenis Merger dan Akusisi Menurut Damodaran 2001, suatu perusahaan dapat diakuisisi perusahaan lain dengan beberapa cara, yaitu : a. Merger Pada merger, para direktur kedua pihak setuju untuk bergabung dengan persetujuan para pemegang saham. Pada umumnya,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Merger dan akuisisi merupakan salah satu penyelamatan Bank saat bank mengalami
“kebangkrutan” sebelum melakukan likuidasi. Merger adalah penggabungan dua perusahaan
menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger mengambil/membeli semua assets dan
liabilities perusahaan yang di-merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki
paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang
sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru (Brealey,
Myers, & Marcus, 1999, p.598). Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari
suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan
melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset
maupun kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan
kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan Sudomo, 2001, p.640).
Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau
aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. (Brealey, Myers, & Marcus, 1999,
p.598).
Jenis-jenis Merger dan Akusisi
Menurut Damodaran 2001, suatu perusahaan dapat diakuisisi perusahaan lain dengan
beberapa cara, yaitu :
a. Merger
Pada merger, para direktur kedua pihak setuju untuk bergabung dengan persetujuan para
pemegang saham. Pada umumnya, penggabungan ini disetujui oleh paling sedikit 50%
shareholder dari target firm dan bidding firm. Pada akhirnya target firm akan menghilang
(dengan atau tanpa proses likuidasi) dan menjadi bagian dari bidding firm.
b. Konsolidasi
Setelah proses merger selesai, sebuah perusahaan baru tercipta dan pemegang saham kedua
belah pihak menerima saham baru di perusahaan ini.
c. Tender offer
Terjadi ketika sebuah perusahaan membeli saham yang beredar perusahaan lain tanpa
persetujuan manajemen target firm, dan disebut tender offer karena merupakan hostile
takeover. Target firm akan tetap bertahan selama tetap ada penolakan terhadap penawaran.
Banyak tender offer yang kemudian berubah menjadi merger karena bidding firm berhasil
mengambil alih kontrol target firm.
d. Acquisistion of assets
Sebuah perusahaan membeli aset perusahaan lain melalui persetujuan pemegang saham target
firm. (p.835). Pembagian akuisisi tersebut berbeda menurut Ross, Westerfield, dan Jaffe
2002. Menurut mereka hanya ada tiga cara untuk melakukan akuisisi, yaitu :
a. Merger atau konsolidasi
Merger adalah bergabungnya perusahaan dengan perusahaan lain. Bidding firm tetap
berdiri dengan identitas dan namanya, dan memperoleh semua aset dan kewajiban milik
target firm. Setelah merger target firm berhenti untuk menjadi bagian dari bidding firm.
Konsolidasi sama dengan merger kecuali terbentuknya perusahaan baru. Kedua perusahaan
sama-sama menghilangkan keberadaan perusahaan secara hukum dan menjadi bagian dari
perusahaan baru itu, dan antara perusahaan yang di-merger atau yang me-merger tidak
dibedakan.
b. Acquisition of stock
Akuisisi dapat juga dilakukan dengan cara membeli voting stock perusahaan, dapat
dengan cara membeli sacara tunai, saham, atau surat berharga lain. Acquisition of stock dapat
dilakukan dengan mengajukan penawaran dari suatu perusahaan terhadap perusahaan lain,
dan pada beberapa kasus, penawaran diberikan langsung kepada pemilik perusahaan yang
menjual. Hal ini dapat disesuaikan dengan melakukan tender offer. Tender offer adalah
penawaran kepada publik untuk membeli saham target firm, diajukan dari sebuah perusahaan
langsung kepada pemilik perusahaan lain.
c. Acquisition of assets
Perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan membeli semua asetnya. Pada
jenis ini, dibutuhkan suara pemegang saham target firm sehingga tidak terdapat halangan dari
pemegang saham minoritas, seperti yang terdapat pada acquisition of stock (p.817-818).
Sedangkan berdasarkan jenis perusahaan yang bergabung, merger atau akuisisi dapat
dibedakan :
· Horizontal merger terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang bergerak di bidang
industri yang sama bergabung.
· Vertical merger terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan supplier atau
customernya.
· Congeneric merger terjadi ketika perusahaan dalam industri yang sama tetapi tidak dalam
garis bisnis yang sama dengan supplier atau customernya. Keuntungannya adalah perusahaan
dapat menggunakan penjualan dan distribusi yang sama.
· Conglomerate merger terjadi ketika perusahaan yang tidak berhubungan bisnis melakukan
merger. Keuntungannya adalah dapat mengurangi resiko. (Gitman, 2003, p.717).
Alasan-alasan Melakukan Merger dan Akuisisi
Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger maupun
akuisisi, yaitu:
a. Pertumbuhan atau diversifikasi
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun
diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak memiliki
resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi,
maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.
b. Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of
scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan
pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak merger.
Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang
sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan.
c. Meningkatkan dana
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal, tetapi
dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut
menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga
menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan kewajiban keuangan. Hal
ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah.
d. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi pada
manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat mengefisiensikan
manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan teknologinya, dapat
menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.
e. Pertimbangan pajak
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai
kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan
akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak.
Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah
pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi.
Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan
dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik.
f. Meningkatkan likuiditas pemilik
Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih besar.
Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah
diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.
g. Melindungi diri dari pengambilalihan
Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak
bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya
dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk
ditanggung oleh bidding firm yang berminat (Gitman, 2003, p.714-716).
· Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi
Kelebihan Merger
Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding pengambilalihan
yang lain (Harianto dan Sudomo, 2001, p.641).
Kekurangan Merger
Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada persetujuan
dari para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk mendapatkan
persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama. (Harianto dan Sudomo, 2001, p.642)
· Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi
Kelebihan Akuisisi
Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai berikut:
a. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang saham
sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm, mereka dapat menahan
sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm.
b. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung dengan
pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga tidak
diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.
c. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan, akuisisi
saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile
takeover).
d. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas
suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi
pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi (Harianto dan Sudomo,
2001, p.643-644).
Kekurangan Akuisisi
Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut :
a. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui pengambilalihan
tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan
paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
b. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi merger.
c. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum dibalik nama
sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi. (Harianto dan Sudomo, 2001, p.643)
LIKUIDASI
Likuidasi Bank
Pembubaran dan likuidasi pada umumnya
Likuidasi bank sebagai akibat pencabutan ijin usaha
Proses dan akibat dilikuidasinya bank
Urutan Prioritas pihak-pihak yang memperoleh pembayaran dari hasil likuidasi.
Dasar Hukum
Undang-Undang N0.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang N0. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 yg mengatur pencabutan ijin usaha,
pembubaran dan likuidasi bank
Peraturan yang lebih bersifat umum yaitu:
- UU No. 1 Tahun 1995 tentang PT
- UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
- UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
- Peraturan lainnya yang berkaitan
Pembubaran Bank
Pembubaran badan hukum bank terjadi karena :
- dicabut ijin usahanya
- Jangka waktu berdirinya yg ditetapkan
dalam anggaran dasar telah berakhir
- Penetapan Pengadilan
Pencabutan Ijin Usaha Bank
Pencabutan ijin bank dilakukan Pimpinan Bank Indonesia dikarenakan bank tersebut tidak
dapat mengatasi kesulitannya atau keadaan bank yang bersangkutan membahayakan sistem
perbankan nasional.
Keadaan bank yang bersangkutan membahayakan kelangsungan usahanya apabila
berdasarkan penilaian BI, kondisi usaha bank semakin memburuk, antara lain ditandai
dengan menurunnya permodalan, kualitas aset, likuiditas, dan rentabilitas, serta pengelolaan
bank yang tidak dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian dan asas perbankan yang sehat.
Kriteria membahayakan sistem perbankan yaitu, suatu bank tidak mampu memenuhi
kewajiban-kewajiban kepada bank lain, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan dampak
berantai kepada bank-bank lainnya.
Pencabutan ijin usaha bank merupakan langkah akhir dari usaha menyehatkan bank
yang terkena kesulitan. Sebelumnya telah ditempuh langkah-langkah oleh BI agar :
1. pemegang saham menambah modal;
2. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan/atau direksi bank;
3. Bank menghapusbukukan kredit yang macet, dan memperhitungkan kerugian bank
dengan modalnya;
4. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain;
5. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban. (Pasal
37 ayat (1)) UU Perbankan
Langkah lain yg sesuai dg peraturan perundangan2 yg berlaku al:
1. Menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain.
2. Menjual sebagian harta atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada bank lain.
(SK Direksi BI No. 28/76/KEP/DIR tgl 3 Oktober 1995.
Dalam hal Direksi tidak menyelenggarakan RUPS dalam jangka waktu 60 hari
sejak tgl pencabutan ijin usaha atau dpt menyelenggarak namun tdk berhasil memutuskan
pembubaran badan hukum bank dan pembentukan Tim Likuidasi, Pimpinan BI meminta
kepada Pengadilan utk mengeluarkan penetapan sbb:
1. pembubaran badan hukum bank;
2. Penunjukan Tim Likuidasi;
3. Perintah pelaksanaan likuidasi sesuai dengan ketentuan;
4. Perintah agar Tim Likuidasi mempertanggungjawabkan pelaksanaan likuidasi kepada
BI
5. Pencabutan ijin usaha harus diumumkan secara luas kepada masyarakat melalui media
massa cetak yang mempunyai peredaran luas.
6. Dalam hal pencabutan ijin usaha terhadap BPR, pengumumannya selain seperti biasa
juga dapat dilakukan menempatkannya dalam pengumuman di Kantor Kecamatan agar
memungkinkan masyarakat setempat mengetahuinya.
Kewajiban-kewajiaban bank yang dicabut ijin usahanya, yaitu:
1. Menutup seluruh kantor-kantornya dan menghentikan segala kegiatan perbankan
sejak tanggal pencabutan ijin usaha tersebut.
2. Menyusun neraca penutupan per tanggal pencabutan ijin usaha, dan audit oleh
akuntan publik.
3. Menyelenggarkan RUPS untuk bank yg berbentuk PT atau Rapat Anggota utk bank
yg berbentu Koperasi, utk memutuskan pembubaran badan hukum bank dan pembentukan
Tim Likuidasi.
LIKUIDASI BANK
Likuidasi bank merupakan kelanjutan dari pelaksanaan pencabutan ijin usaha bank.
Likuidasi bank dilakukan dengan cara:
1. Pencairan harta dan atau penagihan piutang kepada para debitur, diikuti dengan
pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan dan atau penagihan
tersebut; atau
2. Pengalihan seluruh harta dan kewajiban bank kepada pihak lain yang disetujui oleh
BI.
TIM LIKUIDASI
Pelaksana dari likuidasi yaitu Tim Likuidasi, yang bekerja dalam jangka waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak tanggal dibentuknya Tim Likuidasi tsb utk menyelesaikan semua
hak dan kewajiban dari bank yg dilikuidasi. Apabila dalam jangka waktu yg ditetapkan
penyelesaian tidak tercapai maka ditetapkan penjualan harta bank dilakukan secara lelang.
Semua beban tanggungjawab dan kepengurusan bank dalam likuidasi berada pada pada Tim
Likuidasi.
Kewenangan yg dimiliki Tim tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun
1999 al:
1. Mewakili bank dalam likuidasi dalam segala hal yang berkaitan dengan penyelesaian
hak dan kewajiban bank tersebut (Psl 10 ayat (3))
2. Dapat meminta pembatalan kepada pengadilan mengenai segala perbuatan hukum yg
merugikan harta bankapabila perbuatan hukum tersebut dilakukan dalam kurun waktu 1
tahun sebelum pencabutan ijin usaha (Pasal 14 ayat (1))
Kewajiban Tim Likuidasi
1. Melakukan pencairan harta dan atau penagihan piutang kepada para debitur;
2. Melakukan pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan dan
atau penagihan piutang bank tersebut;
3. Melakukan pengalihan seluruh harta dan kewajiban bank kepada pihak lain apabila
disetujui oleh BI;
4. Menyusun Neraca Akhir Likuidasi.
5. Melaporkan Neraca Akhir Likuidasi kepada BI serta mempertanggungjawabkannya
kepada RUPS;
6. Mengumumkan berakhirnya likuidasi dan menempatkannya pada Berita Negara
Republik Indonesia, memberitahukan kepada instansi yg berwenang, Deperindag agar badan
hukum bank tsb dicoret dari Daftar Perusahaan.
7. Membubarkan Tim Likuidasi apabila telah selesai menjalankan tugasnya.
Larangan bagi Tim Likuidasi
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dilarang memperoleh keuntungan
untuk diri sendiri. Apabila melanggar larangan tsb mereka secara pribadi bertanggungjawab
atas perbuatannya tersebut.
Direksi dan Dewan Komisaris bank dalam likuidasi sejak terbentuknya tim, menjadi
tdk aktif, tetapi tetap mempunyai kewajiban utk setiap saat membantu memberikan segala
data dan informasi yg diperlukan oleh Tim.
Tim Likuidasi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya diawasi oleh BI.
BI mempunyai kewenangan utk: menilai pelaksanaan tugas dan wewenang dari Tim
Likuidasi, memberhentikan dan mengganti anggota Tim Likuidasi.
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No.
28/1999 mengenai Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank dan peraturan-peraturan lain yang
terkait. Untuk perusahaan Terbuka, merger diatur dalam Peraturan Bapepam No. IX.G.1
mengenai Penggabungan dan Peleburan Usaha Perusahaan Public atau Emiten.
Pendapat Dan Saran Dari segi positif dan negatif adanya merger:
Dampak positifnya antara lain:
1. Dimungkinkannya pertukaran cadangan cash flow secara internal antar perusahaan yang
melakukan merger, sehingga bank hasil merger dapat memanage risiko likuiditas dengan lebih
fleksibel.
2. Diperolehnya peningkatan modal perusahaan (biasanya CAR akan meningkat tetapi tidak
terlalu cukup tinggi) dan adanya keunggulan dalam memanage biaya akibat bertambahnya skala
usaha.
3. Dicapainya keunggulan market power dalam persaingan, yang kemudian dapat memperbesar
margin bunga pinjaman.
Sedangkan pengaruh negatifnya antara lain:
1. Karena proses merger biasanya dilakukan atas dorongan untuk cepat terselesaikannya
kemelut keuangan di salah satu bank peserta, maka harga penjualan sahamnya cenderung akan
dinilai dibawah harga pasar yang wajar.
2. Proses merger biasanya diikuti dengan peningkatan ketidakpastian pada pihak direksi,
manajer dan karyawan.
3. Proses merger perbankan nasional di Indonesia biasanya diikuti dengan pengurangan jumlah
pegawai dan staf kurang profesional di perusahaan perbankan hasil merger.
4. Terjadinya benturan kepentingan, kondisi saling curiga dan bahkan konflik diantara para
anggota komisaris dan direksi. Hal ini terjadi jika bank hasil merger tersebut dikuasai oleh lebih
satu pemegang saham pengendali.
5. Kegiatan merger dalam dua tahun pertama cenderung diikuti dengan strategi efisiensi
sehingga hal ini akan mengurangi semangat dan kreativitas dari sebagian pihak direksi dan staf
profesional.
6. Benturan budaya perusahaan tidak dapat dielakkan sehingga perusahaan hasil merger akan
mengalami penurunan dalam jangka pendek.
Contoh yang paling kuat saat ini adalah dorongan dari Bank Indonesia melalui kebijakan single presence agar bank-bank nasional melakukan merger agar menjadi lebih efisien, lebih kokoh dalam permodalan sehingga memiliki daya saing yang kuat secara internasional.
Sukses merger dari bank papan atas seperti Bank Mandiri, Bank Danamon dan Bank Permata
telah merangsang bank-bank pada papan menengah seperti Bank Haga dan Bank Hagakita
untuk bergabung dengan pihak bank asing Rabobank. Dan terakhir ini kita melihat adanya minat
dari bank-bank kecil menengah (Bank Harta, Bank Mitraniaga, Bank Harmoni) untuk melakukan
strategi serupa.
Daftar Akuisisi dan Merger Bank di Indonesia antara lain:
Nama Bank Akuisisi Saham %
01. Konsorsium Wishart Bank Anglomas Intl 90
02. Hana Bank + IFC Bank Bintang Manunggal 61
03. Triputra Persada R Bank Purba Danarta 81,49
04. Kharisma Putra K Bank Ina Perdana 55
05. Dian Intan Pertiwi Bank Finconesia 51
06. Bank Victoria Bank Swaguna 99,79
07. Rabobank Bank Haga & Hagakita -
08. BoTM-UFJ+Acom Bank Nusantara P 75,41
09. Bank Commonwealth Bank Arta Niaga K 80
10. BRI Bank Jasa Arta 100
11. Bank of India Bank Swadesi 90
12. ICBC Bank Halim 90
13. Bank Index Selindo Bank Harmoni -
14. Bank Multicor Bank Windu Kentjana -
15. Bank Panin Bank Harfa 100
16. Bank Mandiri Bank Sinar H (Bali) 80
17. Mercy Corps Bank Sri Partha 68
Data diatas, dapat anda lihat padahttp://blogelytekonomi.blogspot.com/2009/06/merger-dan-
akuisisi.html
Selain Bank, Ada beberapa Perusahaan yang juga bergabung dengan cara M&A
(Marger&Akuisisi), antara lain :
Yang sedang hangat adalah langkah agresif PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
mengakuisisi PT PP London Sumatera Tbk (LSIP). Yang lainnya adalah PT BAT Indonesia Tbk
dengan PT Benthoel International Investama Tbk sejak tahun 2009. Dan yang sedang dikaji
oleh Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah kemungkinan merger atau
penggabungan PT Semen Gresik Tbk dengan PT Semen Kupang, untuk menyelamatkan
perusahaan semen tersebut. Dan beberapa perusahaan yang lain.
Merger dan Akuisisi di Indonesia Sepanjang 2010 Capai Nilai 23 Triliun
Sepanjang tahun 2010 ini marak terjadi aksi merger dan akuisisi di antara perusahaan-
perusahaan di Indonesia. Aksi merger dan akuisisi ini memiliki beberapa alasan. Pertumbuhan
dan diversifikasi baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat dilakukan oleh
perusahaan yang melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak memiliki resiko adanya
produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan
dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.
Sementara itu kesempatan untuk melakukan sinergi dan mencapai economies of scaleyang
mampu memangkas biaya produksi per unit menjadi salah satu faktor yang dapat dicapai
dengan merger dan akusisi. Tujuan untuk mencari sumber dana baru juga menjadi faktor yang
dipertimbangkan dalam melakukan merger dan akuisisi. Proses akuisisi menguntungkan
perseroan karena kapitalisasi pasar saham perusahaan menjadi lebih besar.
Akusisi juga dipercaya menguntungkan bukan hanya bagi perusahaan, akan tetapi juga bagi
investor saham karena kapitaliasi pasar saham perusahaan menjadi lebih besar. Emiten yang
tadinya masuk di saham yang berkapitalisasi menengah-bawah, dapat ‘naik tingkat’ ke atas.
Berikut ini adalah beberapa aksi merger dan akuisisi yang terjadi sepanjang tahun 2010 di
Indonesia:
Nilai transaksi akuisisi terbesar dilakukan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Perseroan akan
mengakuisisi tiga anak usaha Grup Sinar Mas senilai total Rp 4,4 triliun. Tiga perusahaan yang
akan diakuisisi pengembang properti di kawasan Serpong, Tangerang, Banten itu adalah 85.3%
saham PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) senilai Rp 3.47 triliun, 55% saham PT Sinar Mas Wisesa Rp
387.1 miliar, dan 60% saham PT Sinar Mas Teladan senilai Rp 500.9 miliar.
Posisi berikutnya diduduki oleh PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) yang mengakuisisi
enam anak usaha Domba Mas senilai Rp 3.16 triliun. Kemudian, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
(BBRI) yang akan mengakuisisi PT Bank Agro sekitar Rp 2 triliun, dan PT United Tractors Tbk
yang akan mengakuisisi salah satu perusahaan tambang batu bara pada kuartal IV-2010 senilai
US$ 200 juta atau setara Rp 1.8 triliun.
PT Kalbe Farma Tbk dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk juga menyiapkan dana
masing-masing Rp 1 triliun untuk akuisisi. Sejumlah emiten lain juga menyiapkan agenda akuisisi
dan merger, terutama pada kuartal IV-2010. Namun, hingga kini, belum diketahui nilai transaksi
akuisisi maupun merger tersebut seperti rencana PT Semen Gresik Tbk (SMGR) yang bakal
mengakuisisi Cement Industries of Malaysia Bhd. Perseroan kabarnya mengalokasikan dana
US$ 300 juta untuk akuisisi tersebut.
Demikian pula rencana merger Esia, produk CDMA PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dan Flexi,
produk PT Telkomsel, anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Kendati gaungnya
kian kencang, hingga kini belum terang berapa nilai merger Esia dan Flexi tersebut.