Top Banner

of 33

140710080041_2_7253

Jun 03, 2018

Download

Documents

Aditya Dharma
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    1/33

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Geologi Regional Cekungan Sumatera SelatanCekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan belakang busur yang dibatasi

    oleh Bukit Barisan di sebelah barat dan Paparan Sunda di sebelah timur. Cekungan

    Sumatera Selatan terbentuk pada periode tektonik ektensional Pra-Tersier sampai

    Tersier Awal yang berarah relatif barat timur.

    Gambar 2.1 Cekungan Sumatera Selatan(Anonim, 2006)

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    2/33

    6

    2.2. Tektonik Regional Cekungan Sumatera SelatanStruktur Cekungan Sumatera Selatan yang ada saat ini merupakan hasil dari 3

    periode, yaitu :

    Periode 1, terbentuknya horst graben berarah timurlaut baratdaya dan utara selatan selama periode ekstensional Kapur Akhir Oligosen Awal. Sedimen

    pengisinya merupakan sedimen klastik kasar dan vulkanuklastik, serta

    lingkungannya pengendapannya darat atau lakustrin.

    Periode 2, graben yang terbentuk mengalami subsidencesampai periode dimanatektonik tidak aktif (Oligosen Akhir Miosen Awal), kemudian cekungan berada

    pada lingkungan laut. Pada Miosen Awal MiosenTengah mulai terjadi aktivitas

    tektonik yang menghasilkan lipatan kompresional dikarenakan adanya subduksi

    obliquedari lempeng samudera yang berada di sebelah tenggara pulau Sumatera.

    Periode 3, pada Pliosen Plistosen terjadi tektonik kompresional yang sangatkuat disertai uplifting busur vulkanik ke arah barat sehingga mengaktifkan

    kembali fitur-fitur struktur sebelumnya, yaitu sesar normal menjadi sesar naik.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    3/33

    7

    Gambar 2.2 Kerangka Tektonik Cekungan Sumatera Selatan (Anonim, 2006)

    2.3. Stratigrafi Cekungan Sumatera SelatanStratigrafi Cekungan Sumatera Selatan dikelompokan menjadi 2, yaitu Kelompok

    Telisa yang merupakan formasi-formasi yang terbentuk pada fase transgresi dan

    Kelompok Palembang yang terbentuk pada fase regresi.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    4/33

    8

    Gambar 2.3 Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan (Anonim, 2006)

    2.3.1. Kelompok Telisa2.3.1.1. Formasi Lahat

    Formasi Lahat merupakan suatu rangkaian breksi vulkanik tebal, tuf, endapan

    lahar dan aliran lava, serta dicirikan dengan kehadiran sisipan lapisan batupasir

    kuarsa. Anggota Formasi Lahat dari tua ke muda adalah Kikim Bawah, anggota

    batupasir kuarsa, Kikim Atas.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    5/33

    9

    Formasi Lahat diendapan pada lingkungan darat, serta berumur Eosen Oligosen

    Awal.

    2.3.1.2. Formasi Talang AkarSetelah pengendapan Formasi Lahat, terjadi proses erosi secara regional. Bukti

    erosi ini diperlihatkan oleh Formasi Talang Akar yang terendapkan tidak selaras

    diatas Formasi Lahat. Setelah masa hiatus umur Oligosen Tengah, kemudian

    diendapkan sedimen pada topografi yang rendah pada Oligosen Akhir. Variasi

    lingkungan pengendapannya berkisar dari lingkungan sungai teranyam dan sungai

    bermeander yang berangsur berubah menjadi lingkungan delta front dan lingkungan

    prodelta.

    Formasi Talang Akar berakhir pada masa transgresi maksimum dengan

    munculnya endapan laut pada cekungan selama Miosen Awal.

    2.3.1.3. Klastik Pra-BaturajaFormasi ini merupakan sedimen klastik dengan variasi yang kompleks yang

    ditemukan di antara Formasi Lahat dan Formasi Baturaja lingkungan laut, berumur

    Miosen awal. Bagian dasarnya yang berupa sedimen vulkaniklastik dan lempung

    lakustrin disebut Formasi Lemat.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    6/33

    10

    Formasi Lemat merupakan fasies distal dari Formasi Lahat, atau dapat dikatakan

    juga sebagai unit yang lebih muda dan kaya akan material jatuhan dari Formasi

    Lahat.

    2.3.1.4. Formasi BaturajaFormasi Baturaja dicirikan denga kehadiran batugamping yang berada di sekitar

    bagian dasar Formasi Telisa. Formasi Baturaja ini masuk ke dalam rentang umur

    yang ekuivalen dengan foraminifera planktonik dengan kisaran umur N5 N6 atau

    Miosen Awal.

    2.3.1.5. Formasi Telisa / Formasi GumaiPuncak transgresi pada Cekungan Sumatera Selatan dicapai pada waktu

    pengendapan Formasi Gumai, sehingga formasi ini mempunyai penyebaran yang

    sangat luas pada Cekungan Sumatera Selatan. Formasi ini diendapkan selaras diatas

    Formasi Baturaja dan anggota Transisi Talang Akar.

    Dicirikan dengan adanya serangkaian batulempung tebal berwarna abu-abu gelap.

    Terdapat foraminifera planktonik yang membentuk lapisan tipis berwarna putih, tuf

    berwarna keputihan serta lapisan turbidit berwarna coklat yang tersusun atas material

    andesit tufaan. Pada bagian atas formasi banyak ditemukan lapisan berwarna coklat

    dengan nodul lensa karbonatan berdiameter sampai 2 nmeter.

    Umur dari formasi ini sangat beragam. Ketika batugamping Baturaja tidak

    berkembang, pada bagian dasarnya lapisan Formasi Telisa memiliki zona N4

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    7/33

    11

    foraminifera planktonik (Miosen Awal), sedangkan saat dimana Baturaja berkembang

    dengan tebal, lapisan tertua Formasi Telisa memiliki zona fauna N6 atau

    N7 (Miosen Awal). Bagian atasnya juga bervariasi dari zona N8 (Miosen Awal)

    hingga N10 (Miosen Tengah), bergantung pada posisi cekungan dan dimana letak

    penentuan batas formasi.

    2.3.2. Kelompok Palembang2.3.2.1. Formasi Air Benakat

    Formasi Air Benakat diendapkan secara selaras di atar Formasi Gumai, dan

    merupakan awal fase regresi. Didominasi oleh shale sisipan batulanau, batupasir dan

    batugamping. Ketebalannya antara 100 1000 meter. Berumur Miosen Tengah

    sampai Miosen Akhir, dan diendapkan di lingkungan laut dangkal.

    2.3.2.2. Formasi Muara EnimBagian atas dan bawah formasi ini dicirikan oleh keterdapatan lapisan batubara

    yang menerus lateral. Ketebalan formasi sekitar 500 700 meter, 15% nya berupa

    batubara. Bagian formasi yang menipis, lapisan batubaranya pun tipis atau bahkan

    tidak ada. Hal ini menunjukan bahwa tingkat subsidence berperan penting dalam

    pengendapan batubara. Formasi Muara Enim berumur Miosen Akhir

    Pliosen Awal,

    dan diendapkan secara selaras di atas Formasi Air Benakat pada lingkungan laut

    dangkal, paludal, dataran delta dan non-marine.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    8/33

    12

    2.3.2.3. Formasi KasaiLitologi Formasi Kasai berupa pumice tuff, batupasir tufaan dan batulempung

    tufaan. Fasies pengendapannyafluvialdan alluvial fandengan sedikit ashfall(jatuhan

    erupsi vulkanik, non-andestik). Pada Formasi Kasai hanya ditemukan sedikit fosil,

    beupa moluska air tawar dan fragmen-fragmen tumbuhan. Umur Formasi Kasai

    adalah Pliosen Akhir Plistosen.

    2.4. Geologi Daerah PenelitianLapangan Izzati berada pada Blok Jabung, Sub-Cekungan Jambi, Cekungan

    Sumatera Selatan, daerah penelitian difokuskan pada Formasi Gumai. Kondisi

    geologi Lapangan Izzati sama dengan kondisi geologi Blok Jabung yang proses

    pembentukannya dibagi menjadi dua periode, yaitu prose pembentukan batuan Pra-

    Tersier dan Batuan Tersier. Batuan Pra-Tersier memiliki beragam litologi, tetapi pada

    umumnya adalah granit dengan sedikit didominasi oleh batuan sedimen teralterasi

    serta batugamping.

    Batuan Tersier tersusun oleh sikuen yang sangat mirip dengan yang ditemukan

    pada Cekungan Sumatera Selatan. Dimulai dari Syn-Rift Megasequence(40 29 Ma)

    yang merupakan hasil dari gaya ekstensional pada Eosen Oligosen Awal,

    membentuk half-grabenyang besar serta merupakan awal sedimentasi, yaitu Formasi

    Lahat, Formasi Lemat dan Formasi Talang Akar Bawah.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    9/33

    13

    Post-Rift Megasequence (29 5 Ma) yang terbentuk pada saat proses rifting

    berhenti. Adanya pembebanan termal mengakibatkan cekungan mengalami

    subsidence yang kemudian diisi oleh Formasi Talang Akar Atas dan Formasi

    Baturaja. Dilanjutkan dengan pengendapan sedimen laut hingga laut dalam, yaitu

    Formasi Telisa/Gumai sebagai pengaruh dari tingkat subsidence yang tinggi dan

    muka air laut relatifnya tinggi. Hal ini disebabkan oleh lamanya fase transgresi. Pada

    saat proses subsidencemulai melambat dan/atau supplysedimen meningkat (16 5

    Ma), Formasi Air Benakat dan Muara Enim mulai terendapkan.

    Yang terakhir adalah fase Syn-Orogenic / Inversion Megasquence (5 Ma

    present), yaitu proses terjadinya kompresi tektonik yang mengakibatkan terbentuknya

    Bukin Barisan. Terbentuk pula perpanjangan lipatan-lipatan berarah baratlaut

    tenggara di sepanjang cekungan. Cekungan mengalami subsidence terus-menerus

    sebagaimanasupplysedimen yang kian meningkat karena terjadi erosi Bukit Barisan.

    Arah erosi ke selatan dan barat, menghasilkan endapan Formasi Kasai dan endapan

    aluvium seperti yang nampak saat ini.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    10/33

    14

    Gambar 2.4 Stratigrafi Umum Blok Jabung, Sub-Cekungan Jambi, Cekungan

    Sumatera Selatan (Petrochina, 1998 dalam Saifuddin dkk., 2001)

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    11/33

    15

    2.5. FasiesFasies adalah suatu kenampakan lapisan atau kumpulan lapisan batuan yang

    memperlihatkan karakteristik, geometri dan sedimentologi tertentu yang berbeda

    dengan sekitarnya (Boggs, 1987). Perbedaan karakteristik yang menjadi dasar bagi

    pengamatan fasies bisa ditinjau dari berbagai hal seperti karakter fisik dari lithologi

    (lithofacies), kandungan biogenic (biofacies), atau berdasarkan pada metoda tertentu

    yang dipakai sebagai cara pengamatan fasies contohnya fasies seismik atau fasies log.

    Menurut Walker (1992), fasies merupakan kenampakan suatu tubuh batuan yang

    dikarekteristikan oleh kombinasi dari lithologi, struktur fisik dan biologi yang

    merupakan aspek pembeda dari tubuh batuan di atas, di bawah, ataupun

    disampingnya. Sedangkan menurut Yarmanto dkk. (1997), fasies merupakan

    kenampakan menyeluruh suatu tubuh batuan sedimen, berdasarkan pada gambaran

    khususnya (tipe batuan, kandungan mineral, struktur sedimen, perlapisan, fosil,

    kandungan organik) yang dapat membedakannya dengan tubuh batuan yang lainnya.

    Suatu fasies akan mencerminkan suatu mekanisma pengendapan tertentu atau

    berbagai mekanisma yang bekerja serentak pada saat yang bersamaan. Fasies ini

    dapat dikombinasikan menjadi asosiasi fasies (facies associations) yang merupakan

    merupakan suatu kombinasi dari dua atau lebih fasies yang membentuk tubuh batuan

    dalam berbagai skala dan kombinasi yang secara genetik saling berhubungan pada

    suatu lingkungan pengendapan. Asosiasi fasies mencerminkan lingkungan

    pengendapan atau proses dimana fasies itu terbentuk.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    12/33

    16

    Sedangkan yang dimaksud dengan suksesi fasies (facies succession)adalah suatu

    bagian vertikal dari fasies dikarakteristikan oleh perubahan yang meningkat pada satu

    atau beberapa parameter seperti ukuran butir maupun struktur sedimen. Dikenal juga

    architectural elements yang merupakan suatu morfologi dari sistem pengendapan

    tertentu yang dikarakteristikan oleh pengelompokan fasies, geometri fasies, dan

    proses pengendapan.

    2.6. Konsep Dasar dan Jenis Well LogLog adalah suatu grafik kedalaman, dari satu set data yang menunjukkan

    parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur ( Adi

    Harsono, 1997). Log sangat membantu dalam menentukan karakter fisik dari batuan

    seperti litologi, porositas, dan permeabilitas.

    Data hasil logging ini digunakan untuk mengidentifikasi zona-zona produktif,

    kedalaman, ketebalan, dan membedakan fluida baik itu minyak, gas, dan air, sehingga

    dapat menghitung cadangan hidrokarbon di dalam suatu reservoir.

    2.6.1. Log Radioaktif2.6.1.1. Log Gamma Ray

    Log Gamma Ray adalah suatu pengukuran terhadap kandungan radioaktivitas

    alam dari suatu formasi, yang radioaktifnya berasal dari tiga unsur radioaktif yang ada

    di dalam bumi yaitu Uranium-U, Thorium-Th, dan Potasium-K. Sinar gamma sangat

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    13/33

    17

    efektif untuk membedakan lapisan permeabel dan yang tidak permeabel karena

    radioaktif cenderung berpusat dalam serpih yang tidak permeabel (kurva log GR

    defleksi ke kanan), sedangkan untuk lapisan permeabel unsur radioaktif jumlahnya

    sedikit (kurva log GR defleksi ke kiri). Log GR diskala dalam satuan API (American

    Petroleum Institute).

    Log Gamma Ray digunakan juga dalam korelasi pada sumur yang berselubung,

    korelasi dari sumur ke sumur sangat baik karena sejumlah tanda-tanda perubahan

    litologi hanya akan terlihat dengan jelas pada jenis log ini. Gabungan perekaman CCL

    (Casing Collar Locator) memungkinkan alat perforasi diposisikan dengan tepat di

    depan formasi yang akan dibuka. Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa kegunaan

    dari log GR adalah sebagai berikut:

    1. Evaluasi lapisan yang berpotensi banyak radioaktif sehingga disimpulkan sebagailapisan shale

    2. Korelasi log antar sumur3. Penentuan lapisan permiabel dan tidak permeabel dengan pencocokan dengan

    karakteristik log-log lainnya.

    4. Evaluasi kandungan serpih

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    14/33

    18

    2.6.1.2. Log NeutronLog Neutron memberikan suatu perekaman reaksi formasi terhadap penambahan

    neutron ditentukan dalam neutron porosity unit. Log ini mencerminkan banyaknya

    atom hidrogen (hydrogen index) dalam formasi. Suatu formasi menunjukkan nilai

    neutron yang tinggi saat formasi tersebut mengandung hidrogen, dalam konteks

    geologi berarti formasi tersebut ter-supply oleh air. Log ini prinsipnya mengukur

    kandungan air dalam formasi, maupun ikatan air, air yang terkristalisasi ataufree pore

    water. Kandungan hidrogen ini seperti yang telah disebutkan sebelumnya disebut

    Hydrogen Index (HI).Namun pada aplikasi di dunia migas, ketertarikan pada indeks

    ini hanya karena untuk penentuan pori yang biasanya diisi oleh air atau jenis fluida

    lainnya. Jadi berdasarkan indikasi adanya porositas tersebut dapat ditentukan neutron

    porosity unitnya. Nilai porositas ini bernilai maksimal pada clean limestones, dan

    bernilai berbeda pada litologi lainnya.

    Biasanya semakin banyak fluida dalam formasi akan memberikan pembacaan

    porositas yang tinggi sebab fluida menunjukkan pori-pori batuannya besar hingga

    harga porositas neutronnya tinggi.

    Secara kuantitatif log neutron digunakan untuk mengukur porositas dan juga

    pembeda yang sangat baik antara minyak dan gas. Secara pendekatan geologi dapat

    digunakan untuk menentukan litologi, evaporasi, dan kenampakan pada batuan

    vulkanik. Jika dikombinasikan dengan log density pada skala tertentu, merupakan

    indikator litologi yang terbaik.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    15/33

    19

    2.6.1.3. Log DensitasPrinsip kerja log densitas ini adalah sumber radioaktif yang ada pada alat akan

    memancarkan gamma rayske dalam formasi dengan energi sebesar (0.2 2.0 Mev)

    dan memperhitungkan pengurangan radioaktivitas antara sumber dan detektor.

    Analoginya, seperti halnya hubungan fisika pada pengurangan elektron pada hukum

    penyebaran Compton, proses ini merupakan fungsi dari jumlah elektron yang

    dikandung pada suatu formasi. Pada formasi yang densitasnya tinggi pengurangan

    elektron sangat signifikan dan hanya sedikit sinar gamma yang mampu mencapai

    detektor menunjukkan kehilangan energi yang besar, sedangkan pada formasi yang

    densitasnya rendah, energi yang dapat atau sinar gamma yang mencapai detektor

    tinggi.

    Sumber radioaktif yang digunakan adalah Cs137

    . Pada prinsipnya Log Densitas

    mengukur densitas elektron pada formasi yang dinyatakan dalam satuan gram/cc.

    Hasil perekaman log densitas biasanya dalam skala bulk density (b).

    Secara kuantitatif log densitas digunakan untuk menghitung porositas dan secara

    tidak langsung untuk menentukan densitas hidrokarbon. Log dapat pula membantu

    perhitungan acoustic impedancedalam kalibrasi pada seismik. Secara kualitatif log

    ini berguna sebagai indikator penentuan litologi, yang dapat digunakan untuk

    mengindentifikasi densitas mineral-mineral, lebih jauh lagi dapat memperkirakan

    kandungan organik dari source rock dan dapat mengidentifikasi overpressure dan

    fracture porosity.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    16/33

    20

    2.6.2. Log ElektrikDigunakan untuk mengukur sifat kelistrikan batuan, yaitu resistivity atau tahanan

    jenis dan potensial diri batuan.

    2.6.2.1. Spontaneous Potential Log (SP Log)Merupakan pengukuran perbedaan potensi alam berupa selisih antara sebuah

    elektroda yang ditempatkan di permukaan tanah dengan yang diturunkan ke dalam

    lubang bor, dengan satuan milivolt.

    Prinsip penggunaan dari log SP adalah dengan mengukur resistivitas formasi air,

    untuk menentukan permiabilitas, memperkirakan volume shale, menentukan fasies

    dan korelasi.

    Tiga faktor yang diperlukan dalam menentukan arus SP : fluida yang konduktif

    dalam lubang bor, lapisan yang berpori dan permeabel dikelilingi oleh formasi yang

    impermiabel dan perbedaan salinitas (atau tekanan) antara fluida di lubang bor dan di

    dalam formasi.

    Log ini bekerja berdasarkan perbedaan konsentrasi keseragaman antara air

    lumpur dengan air formasi hingga kurva log SP mengalami defleksi baik positif

    ataupun negatif.

    Defleksi negatif terjadi apabila salinitas formasi lebih besar dari salinitas lumpur,

    dan defleksi positif akan terjadi apabila salinitas formasi lebih kecil dari salinitas

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    17/33

    21

    lumpur, sedangkan bila salinitas keduanya sama, maka kurva log SP akan merupakan

    suatu garis lurus (Shale base line) atau potensishalemuncul.

    Log SP memiliki beberapa kegunaan, yaitu :

    Mencari zona-zona yang permiabel. Parameter untuk menghitung harga resistivitas air formasi (Rw). Menghitung banyaknya lempung dalam suatu reservoir. Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi sumur berdasarkan batas

    tersebut.

    2.6.2.2. Log ResistivitasResistivitas adalah kemampuan batuan untuk menghambat jalannya arus listrik

    yang bergantung kepada sifat atau karakter fisik batuan diantaranya porositas,

    salinitas dan jenis batuan. Jadi log resistivitas merupakan pengukuran dari sifat

    resistivitas formasi. Beberapa hal yang dapat dianalisis dalam log resistivitas adalah

    sebagai berikut: :

    Lapisan permiabel yang mengandung air tawar, harga resistivitas akan tinggi,karena air tawar bersifat isolator.

    Lapisan permiabel yang mengandung air asin, harga resistivitas akan rendah,karena salinitas air asin lebih tinggi serta bersifat konduktif.

    Lapisan yang mengandung hidrokarbon harga resistivitas akan tinggi karenahidrokarbon bersifat resistif.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    18/33

    22

    Matriks batuannya yang berada dalam keadaan kering bersifat isolator sehinggaresistivitas akan tinggi.

    Pada lapisan dengan sisipan shale, harga resistivitas akan tergantung kepadapresentase sisipan, ketebalan tiap lapisan dalam sistem berselang seling tersebut,

    dan resolusi vertikal dari lognya.

    Log resistivitas yang tersaji dalam bentuk kurva log resistivitas ini merupakan

    hasil dari pengukuran tahanan jenis formasi. Cara yang dilakukan untuk dapat

    menghasilkan kurva ini adalah dengan mengalirkan arus listrik ke dalam formasi

    kemudian mengukur kemampuan formasi tersebut untuk menghantarkan arus listrik.

    Selain itu juga, kurva log ini dapat diperoleh dengan menginduksikan arus listrik ke

    dalam formasi dan mengukur besarnya induksi tersebut.

    Resistivitas formasi sebenarnya tergantung dari jenis kandungan fluidanya, arus

    listrik dapat mengalir dalam formasi akibat dari adanya air sedangkan minyak dan gas

    tidak mengalirkan arus sehingga parameter terbatas pada air yang dikandung oleh

    formasi dan diukur dengan peralatan yang khusus pula. Resistivitas formasi

    tergantung dari:

    resistivitas air formasi yang dikandungnya jumlah air formasi yang ada struktur geometri pori-pori

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    19/33

    23

    2.6.2.3. Log Akustik / Sonic LogBerfungsi untuk mendapatkan harga porositas dari batuan dengan memancarkan

    gelombang suara dari transmitter dan akan diterima oleh receiver. Harga porositas

    akan berbanding terbalik terhadap waktu rambat gelombang suara tersebut.

    Prinsip kerja dari log akustik adalah dengan menggunakan gelombang suara yang

    dikirimkan oleh pemancar (transmitter) kemudian dihitung selang waktu rambatan

    (t) yang sampai pada alat penerima (receiver). Interval Transit Time (t) adalah

    waktu yang dibutuhkan oleh gelombang suara kompresional untuk melewati atau

    menembus kedalaman 1 kaki dari formasi yang ditembusnya, berbanding terbalik

    dengan kecepatannya, dan tergantung pada porositas dan karakteristik litologi suatu

    formasi.

    Yang termasuk ke dalam jenis log ini adalah Log Sonik (misalnya : Borehole

    Compensated Sonic Log), sedangkan besaran yang dipakai oleh log ini umumnya

    adalah microsecond per feet (s/ft).

    Perangkat kerja yang terpenting dari log sonik terdiri dari satu pemancar dan dua

    penerima, kecuali pada Borehole Compensated (BHC). Susunannya terdiri dari dua

    pasang pemancar dan penerima yang menempel berlawanan arah. Pemancar pertama

    sebagai pemancar bagian bawah, yang dimaksudkan untuk mengimbangi efek dari

    lubang bor.

    Secara kuantitatif log sonik ini digunakan untuk :

    menentukan porositas

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    20/33

    24

    menentukan selang kecepatan (Interval Velocity) melakukan kalibrasi seismic

    Sedangkan secara kualitatif digunakan untuk :

    menentukan litologi korelasi antar sumur pemboran evaluasi batuan sumber hidrokarbon

    Tabel 2.1Konsep dasar wireline beserta fungsi dan tujuannya (Adi Harsono, 1997)

    Jenis Log Fungsi Kualitatif Fungsi Kuantitatif

    Spontaneous

    Potensial (SP)

    - Identifikasi lapisan permeabel

    - Identifikasi fasies- Korelasi antar sumur

    - Untuk mengetahui hargaResistivitas air formasi

    (Rw)- Untuk menghitung volume

    shale

    Gamma Ray

    (GR)

    - Menentukanshale- Membedakan litologi

    - Identifikasi fasies

    - Identifikasi sequence

    - Korelasi antar sumur

    - Untuk mengetahui hargaResistivitas air formasi(Rw)

    - Menghitung volumeshale

    Resistivitas

    - Identifikasi litologi

    - Identifikasi fasies

    - Identifikasi fluida formasi

    - Menghitung volume shale(Vsh)

    - Menghitung formasi

    RHOB- Identifikasi litologi

    - Identifikasi kandungan fluida- Menghitung saturasi

    NPHI

    -Identifikasi fluid dalam pori

    bersama dengan log densitas

    - Identifikasi litologi

    - Porositas

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    21/33

    25

    2.7.

    Konsep Motif Log

    Konsep motif log adalah suatu metode yang mengkorelasikan bentuk pola log

    yang sama. Menurut Walker dan James (1992), pola-pola log menunjukkan energi

    pengendapan yang berubah, yakni berkisar dari energi tingkat tinggi sampai rendah.

    Dalam interpretasi geologi, suatu lompatan (looping) dilakukan dari energi

    pengendapan sampai lingkungan pengendapan, pola-pola log selalu diamati pada

    kurva gamma ray atau spontaneous potential, tetapi kesimpulan yang sama juga

    dapat didukung dari logNeutron-Density.

    Log sumur memiliki beberapa bentuk dasar yang bisa mencirikan karakteristik

    suatu lingkungan pengendapan. Bentuk-bentuk dasar tersebut dapat berupa

    cylindrical, irregular, bell, funnel, symmmetrical, dan asymmetrical (Walker &

    James, 1992).

    2.7.1. CylindricalBentuk ini cenderung diminati oleh para ahli geologi karena dianggap sebagai

    bentuk dasar yang merepresentasikan homogenitas. Bentuk cylindrical diasosiasikan

    dengan endapan sedimen braided channel, estuarine, atau sub-marine channel fill,

    anastomosed channel, eolian dune, dan tidal sands.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    22/33

    26

    2.7.2. IrregularMeskipun bentuk irregular merupakan bentuk yang kurang disukai, namun di lain

    pihak, bentuk ini cenderung terlalu mudah untuk dianggap sebagai interpretasi awal

    yang menyesatkan (misleading). Bentuk irregular diasosiasikan dengan endapan

    sedimen alluvial plain,flood plain, tidal sands,shelf, atau back barriers. Umumnya

    mengindikasikan lapisan tipis silang siur (thin interbedded). Unsur endapan tipis

    mungkin berupa crevasse splay, over bank deposits dalam laguna, turbidit dalam

    lingkungan air dalam, atau lapisan-lapisan yang teracak.

    Dengan diintegrasikannya analisis berskala mikro dan pemahaman mengenai

    kualitas reservoar, terbukti bahwa lapisan-lapisan yang semula dianggap tidak

    prospek dan tidak produktif berubah statusnya menjadi lapisan yang prospek dan

    produktif.

    2.7.3. Bell shapedBentuk bell ini selalu diasosiasikan sebagai fining upward. Pengamatan

    membuktikan bahwa range besar butir pada setiap level cenderung sama, namun

    jumlahnya memperlihatkan gradasi (fraksi butir halus dalam artian lempung yang

    bersifat radioaktif makin banyak ke arah atas, dan bukan menghalus ke atas).

    Interpretasi fining-upward merepresentasikan keheterogenitasan batuan

    reservoar. Bentuk bell merupakan rekaman dari endapan point bars, tidal deposits,

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    23/33

    27

    transgressive shelf sand (tide and storm dominated),submarine channel dan endapan

    turbidit.

    2.7.4. Funnel shapedBentuk funnel merupakan kebalikan dari bentuk bell dengan dampak

    ketidaksesuaian batas geologi dan tata waktu/runtunannya, dan selalu diasosiasikan

    sebagai coarsening-upward. Pengamatan juga membuktikan bahwa rangebesar butir

    pada setiap level cenderung sama, namun jumlahnya memperlihatkan gradasi (fraksi

    butir kasar makin banyak ke arah atas dan bukan mengkasar ke atas). Bentuk funnel

    merupakan hasil dari delta front (distributary mouth bar), crevasse splay, beach and

    barrier beach (barrier island), strandplain, shoreface, prograding (shallow marine)

    shelf sands,submarine fan lobes.

    2.7.5. Symmetri cal shapedBentuk symmetrical merupakan keserasian kombinasi bentuk bell-funnel.

    Kombinasi coarsening-fining upward ini dapat dihasilkan oleh proses bioturbasi,

    selain settingsecara geologi yang merupakan ciri dari shelf sand bodies, submarine

    fans dan sandy offshore bars. Bentuk asymmetrical merupakan ketidakselarasan

    secara proporsional dari kombinasi bell-funnel pada lingkungan pengendapan yang

    sama.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    24/33

    28

    Gambar 2.5 Klasifikasi elektrofasies berdasarkan respon log (Walker&James,

    1992)

    Gambar 2.6Gambaran umum respon kurva loggamma rayterhadap variasi ukuran

    butir (Walker & James, 1992)

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    25/33

    29

    2.8. Konsep Dasar Metode SeismikMetode seismik adalah metode pemetaan struktur geologi yang menggunakan

    gelombang akustik yang ditembakan kedalam bumi dan menganalisa gelombang hasil

    pantulanya. Prinsip dasar metode seismik adalah perambatan energi gelombang

    seismik yang ditimbulkan oleh sumber getaran dari permukaan bumi ke dalam bumi

    atau formasi batuan, kemudian dipantulkan ke permukaan oleh bidang pantul yang

    merupakan bidang batas lapisan yang memiliki akustik impedansi yang berbeda.

    Salah satu sifat akustik yang khas pada batuan adalah impedansi akustik yang

    merupakan hasil perkalian antara densitas Batuan dan kecepatan, dimana didapatkan

    persamaan :

    IA : Impedansi akustik

    : Densitas batuan (gr/cc)

    V : Kecepatan (m/s)

    Impedansi akustik secara umun dianggap sebagai ukuran dari acoustic hardness

    (kekuatan batuan untuk berubah). Dengan melihat hal tersebut dan berdasarkan fakta

    bahwa kekuatan batuan untuk berubah juga bergantung pada ukuran elastis,

    selanjutnya kita dapat mengatakan bahwa impedansi akustik adalah bagian daripada

    accoustic hardness.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    26/33

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    27/33

    31

    memperoleh hasil peta struktur waktu yang meyakinkan antara peta struktur yang

    diperoleh dari sumur.

    2.8.2. Atribut SeismikAtribut seismik merupakan pengukuran kuantitatif dari karakteristik seismik,

    seperti amplitudo, dip, frekuensi, fase, dan polarity yang berguna untuk membantu

    interpretasi struktur geologi, stratigrafi, serta kandungan fluida pada batuan. Secara

    garis besar, atribut seismik dibagi menjadi dua, yaitu atribut seismik geometri yang

    berhubungan dengan karakteristik geometri dari data seismik (dip, azimuth,

    kontinuitas), dan atribut seismik fisik yang menunjukan parameter fisik bawah

    permukaan serta yang berhubungan dengan litologi (amplitudo, fase, dan frekuensi).

    Atribut seismik yang digunakan dalam penelitian ini adalah instantaneous phase

    yang membantu memperjelas bidang kontinuitas/diskontinuitas dari refleksi seismik.

    Instantaneous phase dapat memperjelas eventseismik yang kuat, serta efektif dalam

    pembacaan patahan, kontak sudut dan tampilan lapisan batuan. Batas-batas sikuen

    seismik, pola-pola layer sedimen serta pola-pola onlap/offlap dapat terlihat sangat

    jelas pada atribut seismik ini.

    2.9. Seismik StratigrafiSeismik stratigrafi merupakan studi stratigrafi dan pengendapan fasies sebagai

    interpretasi dari data seismik. Pola rekaman seismik ini menunjukkan pola tertentu.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    28/33

    32

    Pola-pola ini mencirikan/mencerminkan fasies tertentu, yang pada akhirnya bersama

    dengan log, biostrat, cutting dll, membantu dalam interpretasi lingkungan

    pengendapan yang lebih terperinci dan valid.

    Gambar 2.7Pola Pengisian Sedimen dalam Tampilan Seismik (Mitchum, 1977)

    Suatu sekuen seismik diinterpretasikan sebagai sekuen pengendapan yang terdiri

    dari suatu paket yang secara genetik berhubungan dan dibatasi oleh unconformity

    atau correlative conformitypada bagian atas dan bawahnya.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    29/33

    33

    Gambar 2.8Pola Pantulan Seismik (Mitchum, 1977)

    Gambar 2.9Modifikasi Pola Pantulan Seismik (Mitchum, 1977)

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    30/33

    34

    Analisa fasies seismik menginterpretasikan lingkungan pengendapan dan

    lithofasies dari data seismik. Secara umum pola pantulan seismik dibagi menjadi

    parallel, subparallel, divergent, prograding, chaotic dan pola bebas (tidak teratur).

    Pola prograding sendiri dibagi menjadi sigmoid, oblique, complex sigmoid-oblique,

    shingleddan hummocky clinoform. Pola ini dimulai dari pola yang sederhana hingga

    pola yang kompleks, maupun modifikasi dan gabungan beberapa pola.

    Parallel dan subparallelPola ini menunjukkan suatu perlapisan yang relatif sejajar. Modifikasi pola ini adalah

    even dan wavy. Pola subparallel mirip dengan parallel, perbedaannya berupa

    perlapisan yang tidak semuanya sejajar. Di suatu tempat mengecil dan di tempat lain

    membesar, namun masih saling berhubungan.

    DivergenPola ini dicirikan adanya perlapisan miring pada bagian bawah dan memusat ke suatu

    arah. Semakin ke atas berubah menjadi lapisan horisontal. Pola ini dibentuk oleh

    suatu variasi rata-rata pengendapan secara lateral atau naiknya permukaan

    pengendapan.

    ProgradingProgradingmerupakan pola refleksi kompleks. Modifikasi pola ini berupa sigmoid,

    oblique, shingleddan hummocky.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    31/33

    35

    1. SigmoidSigmoidadalah pola prograding clinoformyang berbentuk sigmoid(bentuk S) yang

    terbentuk oleh perlapisan tipis yang menyudut pada bagian atas dan bawah serta

    menebal pada bagian tengah perlapisan. Pada bagian atas perlapisan hampir

    horisontal (sudut dip kecil) dan concordant dengan permukaan atas unit fasies ini.

    Pola ini diinterpretasikan sebagai suatu tingkat up building yang berlanjut

    (agradational) yang berkolaborasi denganprogradingpada bagian tengah. Bentukan

    ini terjadi pada lingkungan dengan suplai sedimen yang kecil, penurunan dasar

    cekungan yang cepat atau naiknya muka air laut dengan cepat.

    2. ObliquePola prograding clinoform yang merupakan bentukan ideal pengendapan. Pola ini

    terbagi menjadi tangential obliquedanparallel oblique.

    Tangential oblique : suatu pola bentukan progradational paternyang menunjukkan

    penurunan besaran dip secara gradual dan berubah. Pola ini memiliki dip tinggi di

    bagian atas dan berupa pola top lap yang semakin ke bawah berangsur berubah

    menjadi horizontal.

    Parallel obligue: Suatu bentukan perlapisan miring yang dibatasi sudut tinggi down

    lap pada bagian bawah. Pola ini diinterpretasikan sebagai suatu hasil pengisian

    channel kecil. Bentukan ini terbentuk dari kombinasi sediment supply yang besar,

    tidak ada atau sedikit penurunan dasar cekungan dan permukaan air laut yang tetap

    dan diikuti pengisian cekungan secara cepat dan bypass.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    32/33

    36

    Complex sigmoid-oblique : suatu bentukan kombinasi dari sigmoid dan oblique

    progradational. Berupa pola perlapisan yang horisontal berubah menjadi down dip

    dengan sudut besar dan berakhir pada bagian bawah dengan suatu down lap. Pola ini

    dibentuk oleh suatu up building dan depositional bypass pada bagian atas dengan

    energi pengendapan yang tinggi.

    3. ShingledBerupa konfigurasi refleksi progradational tipis yang dibatasi perlapisan parallel

    bagian atas dan bawah yang diantaranya terdapat perlapisan yang menumpang tidak

    terhubung. Pola ini diinterpretasikan sebagai unit pengendapan prograding pada

    suatu lingkunganshallow water.

    4. Hummocky clinoformBerupa konfigurasi pantulan yang menunjukkan pola subparallelyang tidak teratur

    dan tidak menerus. Pola ini secara umum diinterpretasikan sebagai perlapisan tipis

    yang menjari di dalam suatu lingkunganshallow waterpada lingkunganprodeltaatau

    interdeltaic.

  • 8/12/2019 140710080041_2_7253

    33/33

    37

    Gambar 2.10Pola Pantulan Seismik Sebagai Hasil Proses Prograding (Mitchum,

    1977)

    Chaotic

    Pola chaotic merupakan pola tidak teratur yang terbentuk oleh suatu high energy,

    terjadi deformasi,penecontemporaneous,slump, cut and fill channel complex, highly

    faulted, foldedatau contorted zone.

    Reflection freeBerupa bentukan dengan litologi seragam, tidak berlapis, highly contorted. Pola ini

    biasanya berupa masa batuan beku yang besar, kubah garam dll.