-
Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan
GeologiBandung, 29 November 2007
OPTIMALISASI PEMANFAATAN RUANG KOTA PARE-PAREBERDASARKAN ASPEK
GEOLOGI LINGKUNGAN
Oleh :Oki Oktariadi
SARI
Informasi geologi tata lingkungan yang memuat data karakteristik
lahan, potensi sumber daya alam (bahangalian, sumber daya air) dan
faktor kebencanaan merupakan salah satu data dasar beraspek fisik
yangmempunyai peranan penting dalam penataan ruang dan pengembangan
wilayah sehingga, pembangunanyang dicapai tidak hanya berorientasi
pada upaya pemberdayaan sumber daya dari aspek ekonomi, tetapijuga
mempertimbangkan kemampuan daya dukungnya.
Kota Pare-pare menunjukkan bentangalam perbukitan, dan pedataran
dengan karakteristik lahanyang cukup mencolok, baik dari bentuk dan
konvigurasi topografi, kemiringan lereng, jenis batuan dansifat
fisiknya. Keadaan tersebut mencerminkan karakteristik lahan,
keberadaan sumber daya (terutamaair) dan faktor kebencanaan yang
tercakup kedalam faktor pendukung dan kendala.
Berdasarkan faktor pendukung, dan kendala ini, serta atas kajian
kawasan fungsi utamanya (budi dayadan non budi daya), Kota
Pare-pare dapat direkomendasikan atas 4 (empat) kawasan, yaitu :
(1).Kawasan lindung, (2). Kawasan pemukiman dan industri , (3).
Kawasan Pertanian lahan basah danpemukiman, setempat industri, TPA,
Bahan galian golongan C dan (4). Kawasan Pertamian lahankering,
perkebunan, hutan produksi, setempat pemukiman, TPA, dan bahan
galian golongan C.
1. PENDAHULUANBerdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW)
Provinsi Sulawesi Selatan dan hasilanalisi geologi lingkungan
wilayah KAPETPAREPARE menunjukkan Kota Parepare dapatberperan
sebagai pusat pelayanan kegiatan.Oleh karena itu untuk mengetahui
daya dukunglahan dan lingkungan maka dalam bab inimengkaji analisis
geologi lingkungan pada skala1 : 50.000 sehingga gambaran wilayah
KotaParepare sebagai pusat pelayanan bagi KAPETParepare dapat
dicermati dalam pengaturanpemanfataan dan struktur ruang yang
efisien,efektif dan berkelanjutan.1.1. Gambaran Umum Kota
Pare-PareAdapun gambaran umum Kota Parepare yangdiuraikan meliputi
kondisi Geofisik-kimia,biologi, sesial dan ekonomi, dan social
budaya,sebagai berikut.IklimData iklim yang dianalisis dalam studi
inimeliputi temperature udara, kelembaban udara,kecepatan angina
serta curah hujan dan harihujan. Temperature rata-rata di Kota
Parepareberkisar antara 280 C. Temperatur rata-rata yangtertinggi
tercatat pada bulan Desember danterendah pada bulan Februari.
Kelembaban udara relative rata-rata di Kotaparepare cukup tinggi
yaitu berkisar antara 81-85 %. Hal ini dimungkinkan karena
KotaParepare terletak di pesisir pantai.Wilayah Kota Parepare
terbagi dalam dua zonehujan masing-masing zone C2 dan D2.
KotaParepare didominasi oleh tipe iklim C2 dimanajumlah bulan basah
lebih dominant dibandingbulan kering. Zona iklim tipe C2 dicirikan
olehjumlah bulan basah sekitar 5-6 bulan kering 2-3bulan. Dari data
curah hujan yang diperoleh daristasiun pengamatan Kecamatan
Ujungmenunjukkan bahwa rata-rata curah hujantahunan berkisar 1798
mm/tahun. Curah hujanbulanan yang terjadi di wilayah ini
umumnyalebih kecil dari 400 mm kecuali pada
bulanDesember.Penggunaan Lahan dan Tata RuangPenggunaan lahan
terluas di Kota Parepareadalah hutan yaitu 4.311 ha (43,40 %),
berikutpadang rumput 2.174,98 ha (21,90 %) dan kebun tegalan
1.841,97 ha (18,56 %).Penyebaran ke tiga bentuk penggunaan lahan
inijuga terluas di Kecamatan Bacukiki.Berdasarkan Struktur Tata
Ruang, KotaParepare terbagi ke dalam pusat-pusatpertumbuhan dan
pelayanan kota. Untuk pusat
-
Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan
GeologiBandung, 29 November 2007
pertumbuhan, Kota Parepare akan berkembangdengan karakteristik
perpaduan kota perbukitandan kota pantai, dengan fungsi utamanya
adalahsebagai pusat pertumbuhan pemukiman,perdagangan dan jasa,
serta industripergudangan. Sedangkan pusat-pusatpertumbuhan di
daerah sekitarnya (hinterland)akan lebih berfungsi sebagai pusat
pertumbuhanpengumpul hasil-hasil pertanian danpemukiman. Sedangkan
untuk pusat pelayanankota, Kota Parepare terbagi dalam
beberapapusat pelayanan kota berdasarkan bidangpelayanan dan pusat
lokasi fasilitas-fasilitasnyayaitu Pusat Pemerintah Kota, Pusat
industriManufaktur, Pusat Perdagangan, PusatPelayanan Kesehatan dan
Pusat PelayananTransportasi Darat.KependudukanKependudukan
merupakan aspek penentudinamika sosial dan ekonomi suatu
wilayah.Keadaan jumlah penduduk, kepadatanpenduduk, jenis kelamin,
rasio penduduk, sexratio, jumlah KK, jumlah tanggungan
anggotakeluarga dan rata-rata pertumbuhan pendudukdi wilayah
penyelidikan.Pertumbuhan penduduk Kota Parepare rata-ratahanya
1,64% (tahun 2000-2004) relatif lebihbesar dibandingkan dengan
pertumbuhanpenduduk Kota Makassar (1,56%).1.2. Kondisi Geologi
Lingkungan1.2.1. Morfologi dan Kemiringan LerengMorfologi Kota
Pare-pare dapat dibagi menjaditiga satuan yaitu dataran rendah,
perbukitan danpegunungan, masing-masing dijelaskan
sebagaiberikut.Dataran rendah, terdapat pada bagian yangsempit
sekitar muara sungai Karajae dansepanjang pesisir, dan melebar di
sekitarKecamatan Soreang, Kecamatan Ujung.Ketinggian berkisar
antara 0-50 meter di atasmuka laut, dengan lereng datar sampai
landai (0 2%). Daerah ini menempati sekitar 11.0 %dari luas total
wilayah. Penggunaan lahan saatini masih didominasi sebagai kebun
campuran,pemukiman dan jasa perdagangan.Morfologi perbukitan,
secara luas menempatibagian barat, memanjang arah utara selatan
danumumnya berlereng landai (2 15%) hinggacuram (15 -25%).
Ketinggiannya berkisar antara50-250 m di atas muka laut. Tersebar
di sekitarBacukiki dan Lapade satuan ini menempatidaerah sempit di
antara morfologi dataranrendah dan pegunungan. Luas sekitar
25%.
Penggunaan lahan saat ini terutama kebunsejenis dan kebun
campuran, sawah hujan danhutan sejenis.Morfologi pegunungan,
menempati bagiantenggara Kota Pare-Pare yang membentang
arahutara-selatan dan melebar di bagian selatan.Satuan morfologi
ini umumnya berlereng terjal (25 - 40%) dan sangat terjal (>40%)
denganketinggian melebihi 250 m di atas muka laut.Luas wilayah
sekitar 64% dari luas total KotaPare-Pare, sebagian besar termasuk
KecamatanBacukiki. Penggunaan saat ini terutama sebagaihutan
lindung dan sebagian lagi berupa kebunsejenis dan kebun
campuran.Morfologi Karst, Morfologi kars makromerupakan bentukan
alam/landform yangmemiliki ukuran meter hingga kilometer.Kenampakan
dilapangan satuan morfologi inimemperlihatkan bukit-bukit yang
umumnyaberbentuk kanopi dengan ketinggian berkisar50 m hingga 400 m
di atas permukaan laut.Bentuk bentangalam ini sangat karakteristik
danmempunyai tanda-tanda yang mudah dikenalbaik di lapangan, pada
peta topografi maupunpada potret udara juga memiliki gua-gua
keringwalaupun dibeberapa tempat terdapat rembesanatau tetesan air
terutama pada musim hujan.Sebarannya terdapat di tenggara Kota
Parepareyang berbatasan dengan Kabupaten Barru danKabupaten
Sidenrangrepang.1.2.2. Batuan dan TanahBerdasarkan Litostratigrafi,
daerah pareparemencakup 4 tempat) satuan batuan yaitu tufakasar dan
halus masam, batugamping, batuanbeku masam dan alluvial.Satuan tufa
kasar dan tufa halus masammenempati wilayah Parepare bagian
utara,bersesuaian dengan satuan morfologi dataranrendah, satuan
batugamping dijumpai di daerahTanah mailiye dalam komposisi
kalkaranit,kemudian menumpang tidak selaras di atassatuan tufa
yaitu satuan breksi vulkanik. Satuanbatuan ini terdiri dari fragmen
dan matrik yangbersifat andesitan. Batuan ini tersingkap denganbaik
di bagian selatan dan barat Parepare,meliputi sebagian lokasi
rencana kegiatanpembangunan kilang. Satuan batuan bekumasam
dijumpai di pantai Lumpue, sementarasatuan batuan alluvial
menempati sebagianpantai Parepare. Bahannya berupa
bongkahan,kerakal, kerikil, pasir dan lempung sertaendapan pantai
yang sampai sekarangpembentukannya masih berlangsung.
-
Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan
GeologiBandung, 29 November 2007
Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan Eksisting, Kota Pare-pare
-
Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan
GeologiBandung, 29 November 2007
1.2.3. Sumber Daya GeologiA. Sumber Daya A irSumber daya air
yang dijelaskan dibawah initerdiri dari sumber daya air permukaan,
sumberdaya air tanah dan kondisi hidrooceanogarfi.Air PermukaanAir
permukaan merupakan air yang terdapatatau mengalir di permukaan
tanah, seperti mataair, sungai, danau dan laut. Air permukaan
yangterdapat di tapak proyek berasal dari air atmosfir(air hujan)
yang mengalir di permukaan (run-off) dan masuk ke dalam sungai.
Pada bagianhulu terdapat dua sungai yaitu Sungai Jawijawiyang
berada di sebelah selatan dan SungaiAlokoe yang terletak di sebelah
utara. SungaiAlokoe mengalir dari utara ke selatan danbermuara ke
Sungai Jawijawi, sedangkan SungaiJawijawi bermuara ke Sungai
Karajae. Dengandemikian semua sungai tersebut merupakananak Sungai
Karajae.Kondisi hidrologi pada tapak proyek sangatdipengaruhi oleh
keberadaan Sungai Karajae.Pola aliran DAS Karajae secara
umumberbentuk dendritik, dan setempat menyiku. Dibagian hulu dan
tengah aliran sungainya. erositegak berjalan lebih giat dan
lembahnyaberbentuk "V' dengan aliran yang deras. Dibagian muara
sebagian S. Karajae berkelok-kelok dan membentuk gasang-gasang
denganlembah berbentuk U". Di beberapa tempatterjadi penyempitan
dan erasi tebing sungai.Air TanahAir tanah merupakan air yang
mengalir atautertampung di dalam lapisan tanah
(akuifer).Berdasarkan genesanya, air tanah dapatdibedakan menjadi
air tanah tidak tertekan danair tanah tertekan.v Air tanah tidak
tertekan
Air tanah tidak tertekan adalah air tanahyang sistem akuifernya
pada bagian bawahdidasari oleh lapisan kedap air, sedangkanpada
bagian atasnya tidak tertutup olehlapisan kedap air. Keberadaan air
tanahtidak tertekan sangat dipengaruhi olehkondisi dan situasi
lingkungannya sepertitopografit iklim khususnya curah hujan,
danpenggunaan lahan. Air tanah jenis ini diareal proyek dapat
ditemukan karenakeadaan topografinya yang landai.
v Air tanah tertekanAir tanah tertekan adalah air tanah
yangtersimpan pada akuifer yang bagian atasdan bawahnya tertutup
oleh lapisan kedap
air. Air tanah yang terdapat pada akuifer inidapat dimanfaatkan
dengan cara pembuatansumur bor dalam. Berdasarkan atas
kondisigeologi, maka sangat sulit ditemukan airtanah tertekan.
B. Bahan GalianCadangan bahan galian golongan C sebagianbesar
berada dalam wilayah kecamatanBacukiki. Untuk bongkah batuan,
kerikil danpasir terdapat terutama di aliran S. Karajae.Khusus
untuk pasir sebagian besar terdapat dimuara S. Karajae. Cadangan
bahan galiangolongan C cukup besar, terutama yang terdapatdi
dataran dan topografi bergelombang, hanyavolume cadangan terukur
secara pasti belumpernah dilakukan penelitian dan perhitungan.C.
Kebencanaan Beraspek GeologiAspek kebencanaan geologi yang teramati
diwilayah Kota Pare-Pare antara lain Kegempaandan Tsunami, longsor
dan banjir.KegempaanKota Parepare terletak pada wilayah
bahayagempabumi XIII yang memiliki skala MMI Vsampai VII. Data
mengungkapkan bahwadaerah Parepare dan sekitarnya mempunyaisejarah
kegempaan yaitu kejadian gempa diPinrang tahun 1997 yang terasa
juga diParepare.LongsorBeberapa daerah yang berpotensi longsor
diKota Parepare meliputi sebagian kelurahanLumpuE, Watang Bacukiki,
Bumi Harapan danKelurahan LemoE. Kondisi topografi padadaerah
tersebut berada pada kemiringan di atas40% dengan tutupan vegetasi
yang relatifmerupakan kawasan yang syarat untukdilakukan
konservasi.Abrasi PantaiAbrasi adalah erosi batuan atau tanah
olehaktifitas air laut. Lokasinya terdapat disepanjang pantai
Parepare terutama pantai yangberteluk.Abrasi yang terjadi umumnya
pada pantaiberteluk dengan batuan penyusunnya adalahlempung tufaan
dan napal yang tersebar dibagian tengah dan utara Kota Pare-Pare
sampaimemasuki perbatasan dengan KabupatenPinrang. Abrasi pada
umumnya terjadi padabulan Oktober sampai Mei dimana saat itutekanan
ombak terhadap pantai cukup besar,namun bagi pantai yang memiliki
hutanmangrove abrasi dapat dihindari.
-
Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan
GeologiBandung, 29 November 2007
BanjirWilayah yang berpotensi banjir adalah sebagianwilayah
Kelurahan Labukkang dan kelurahanLumpuE yaitu poros jalan sebelah
selatan sungaiSumpangminangae.Kemudian daerah Lakassi, Ujung lare,
WatangSoreang, Kampung Baru, Ujung Sabbang,Kampung Pisang dan
beberapa permukimankumuh di pesisir pantaiPenyebab banjir utama
wilayah Kota Pare-Pareumumnya tersusun oleh batuan vulkanik
tuadengan nilai infiltarsi rata-rata kurang dari 10-3,ketebalan
tanah relatif tipis (kurang dari 1meter) dan vegetatif yang jarang
sehinggaapabila hujan turun deras kecepatan run offmelebihi
kecepatan infiltarasinya dan mengisicekungan-cekungan yang terdapat
di pedataran.
1. PENGKATAGORIAN GEOLOGILINGKUNGAN PERKOTAAN
Geologi lingkungan merupakan gambarankondisi suatu daerah yang
mencakupsumberdaya geologi (sumberdaya air dan bahangalian) dan
bahaya lingkungan beraspek geologi(gerakan tanah, erosi tanah,
abrasi dankegempaan). Keadaan geologi lingkunganberhubungan erat
dengan kebutuhan atau syaratpenggunaan lahan, termasuk di dalamnya
untuksyarat pengembangan kawasan pemukiman,industri, perkantoran
dan jasa perdagangan.
2.1. Metode Analisis Geologi LingkunganPerkotaan
Analisis geologi lingkungan di sini merupakananalisis terhadap
komponen-komponen geologilingkungan berupa faktor pendukung
dankendala / pembatas fisik dalam pengembanganwilayah. Komponen
tersebut terdiri dari keadaanlereng, daya dukung tanah dan batuan
terhadapbangunan / fondasi, kondisi keairan /hidrogeologi,
gempabumi, tsunami, dan gerakantanah / longsor. Dalam melakukan
analisis inidiperlukan suatu satuan unit analisis yangberupa satuan
geologi lingkungan sebagaikerangka analisis yang di dalamnya
terdapatkesamaan karakteristik dari seluruh atausebagian besar
komponen geologi lingkungansehingga akan diketahui gambaran secara
umumtentang faktor pendukung dan pembatas yangada.Metoda yang
digunakan untuk analisis iniadalah kualitatif empiris dengan
melakukanskoring terhadap komponen tersebut padadaerah / wilayah
yang tidak tersisihkan. Olehkarena itu dalam analisis dengan metoda
ini
juga melibatkan komponen penyisih geologi dannon geologi seperti
pada tabel 1. Sebelummelakukan skoring, setiap komponen
geologilingkungan diberi bobot dan nilai sesuai dengantingkat
kepengaruhannya terhadap kesesuaianpenggunaan lahan. Oleh karena
komponengeologi lingkungan yang dianalisis lebih darisatu, maka
metoda ini melibatkan proses overlay/ tumpang susun terhadap setiap
komponen yangdianalisis. Proses overlay terhadap peta-petatematik
komponen geologi lingkungan danproses skoring ini menggunakan
programkomputer Map Info. Tahap akhir dari analisisini adalah
melakukan klasifikasi berdasarkanskor yang dimilikinya untuk
mengetahui tingkatkeleluasaannya bagi pengembangan
wilayahperkotaan.2.2. Hasil AnalisisBerdasarkan hasil analisis
setiap parameterpenentu kelayakan wilayah perkotaan makadapat
diklasifikasikan menjadi wilayah limitasi,wilayah kendala dan
wilayah potensial.2.2.1. Wilayah LimitasiWilayah limitasi adalah
wilayah yang fisikdasarnya memiliki tingkat kesesuaian lahanyang
tidak dapat dikembangkan menjadibudidaya, baik budidaya perkotaan
maupunbudidaya non perkotaan, meskipun telahdiberikan masukan
teknologi. Wilayah inibiasanya memiliki kemiringan lahan >
40%dengan ketinggian > 1.000 meter dan sangatpeka terhadap
erosi. Wilayah ini umumnyamempunyai curah hujan tinggi
danmenyebabkan kerusakan tanah dan tata air. Olehkarena itu wilayah
tersebut sebaiknya diarahkanmenjadi kawasan lindung.
2.2.2. Wilayah KendalaWilayah kendala atau bersyarat yaitu
wilayahyang memerlukan masukan teknologi bagipembangunan dan
pengembangannya, dengankonsekuensi perlunya biaya tambahan
untukmenanggulangi kendala tersebut. Wilayah initidak cocok untuk
dikembangkan kawasanbudidaya permukiman, akan tetapi lebih
cocokuntuk dikembangkan sebagai budidayapertanian. Dalam
pengembangan perkotaan,wilayah kendala ini dapat digunakan
sebagaiwilayah cadangan, apabila wilayah potensisudah tidak mampu
lagi menampungperkembangan kota.Untuk mengantisipasi pengembangan
KotaParepare 10 tahun ke depan wilayah kendala inidikelompokkan
menjadi 3 (tiga) yaitu
-
Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan
GeologiBandung, 29 November 2007
Tabel 1.KRITERIA PENILAIAN KOMPONEN GEOLOGI LINGKUNGAN
PERKOTAAN
A.KOMPONEN SUMBER DAYA GEOLOGI
No. Komponen Kisaran Kelas Nilai Bobot Skor
Air tanaha. Zonakonservasi
Daerah aman 4
(pengambilan air tanah)
Daerah rawan (termasuk daerah imbuhan) 2
Daerah kritis dan rusak 1
Baik 4 12
Tinggi (> 3 lt/dt) 4Sedang (1- 3 lt/dt) 3Rendah (0,5-1 lt/dt)
2
b.Produktifitas akuifer
Sangat rendah (200m) 1
Buruk 2 6
1. Air tanah dangkal sesuai untukair baku sampai setempat
tercemaratau setempat tidak sesuai untuk airbaku. Air tanah dalam
sesuai untukair baku.
4
2. Air tanah dangkaltidak sesuai untuk air baku. Airtanah dalam
sesuai untuk air baku.
3
3. Air tanah dangkal dan airtanah dalam setempat tidak
sesuaiuntuk air baku.
2
1.
d.Kesesuaian/kela- yakan sebagai air baku air minum
4. Air tanah dangkal tidak sesuaiuntuk air baku. Air tanah
dalamsetempat tidak sesuai sampaiseluruhnya tidak sesuai untuk
airbaku
1
P
O
T
E
N
S
I
Sa-ngatburuk 1
3
3
Datar (0 5%) Baik 4 16Landai (5 10%) Sedang 3 12Terjal (10 15%)
Buruk 2 8
2 Kemiringanlereng
Sangat Terjal (>15%) Sangat Buruk 1
4
4Tanah/batuan N-SPT
(Pembor-an)
kg/cm2
(Son-dir)
ton/m2
(Qall)Jenis materialpermukaan
Keras >50 > 150 > 21,6 Batuan Baik 4 20
Sedang30 50 60-150 7,2-21,6 Tanah residu
(>2m)Pasir &kerikil?? 5m)
Se-dang 315
Lunak10 - 30 20 60 3,6-7,2 Lanau, pasir, dan
kerikil (
-
Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan
GeologiBandung, 29 November 2007
B. KOMPONEN BAHAYA GEOLOGINo Komponen Kisaran Kelas Nilai Bobot
Skor
MMI RichterI, II,III,IV,V 6,5 Sangat Buruk 1
4
4Sangat rendah Baik 4 16Rendah Sedang 3 12
2. Kerentanan gerakantanah
Menengah Buruk 14
4Aman Baik 4 8Kawasan Rawan I Sedang 3 6
3. Gunungapi
Kawasan Rawan II Buruk 12
2Ketinggian tempat Tinggi landaanTidak Berpotensi Tidak
Berpotensi Baik 4 8
5 15 m 0 - 2 m Sedang 3 62 5 m 2 - 5 m Buruk 2 4
4. Tsunami(Potensi Landaan)
0 2 m 5 - 15 m Sangat Buruk 12
2
C. KOMPONEN PENYISIH GEOLOGI
No Komponen Kriteria Kelas Keterangan1. Zona sesar aktif Jarak
< 100 meter Tidak Layak2. Bahaya gunungaapi Kawasan Rawan III
Tidak Layak3. Kerentanan gerakan
tananKerentanan Tinggi Tidak Layak
Berkaitan denganfaktor keamanan
D. KOMPONEN PENYISIH NON-GEOLOGI
No Komponen Kriteria Kelas Keterangan1 Kawasan lindung Dalam
Kawasan Lindung Tidak Layak Berkaitan dengan peraturan dan per-
undang-undangan2 Banjir periode ? 5
tahunanDalam Daerah GenanganBanjir
Tidak Layak Gangguan mobilitas dan kenyamanan, pen-cemaran,
wabah penyakit dan lain-lain.
3 Daerah pasang surutair laut
Dalam Genangan PasangTertinggi
Tidak Layak Gangguan mobilitas dan kenyamanan, pen-cemaran,
wabah penyakit dan lain-lain.
24 38 52 67 81 96
Limitasi Kendala tinggi Kendala sedang Kendala rendah
Potensial
Klasifikasi Zona Pengembangan Wilayah Kota Berdasarkan Total
SkorKomponen Geologi Lingkungan
Zona
Pengembangan
Total Skor
-
Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan
GeologiBandung, 29 November 2007
wilayah kendala rendah peruntukan lahannyauntuk kegiatan
perkantoran dan perdagangan,wilayah kendala sedang peruntukan
lahannyauntuk pertanian dan setempat permukiman,wilayah kendala
tinggi peruntukan lahannyauntuk hutan dan setempat pertanian.2.2.3.
Wilayah PotensialWilayah potensial sering dikatakan sebagaikawasan
manfaat atau kawasan kemungkinanyaitu kawasan yang lingkungan fisik
dasarnyamemiliki tingkat kesesuaian lahan aktual untukdibangun dan
dikembangkan bagi kawasanbudidaya perkotaan, maupun kawasan
budidayanon perkotaan.3. ARAH PENGGUNAAN LAHANKota Parepare sebagai
pusat pertumbuhanKAPET Parepare mempunyai posisi strategisyang
berada pada silang jalur transportasiregional Sulsel arah utara
selatan denganarah Barat, serta implementasi UU OtonomiDaerah, maka
tidak tertutup kemungkinanapabila kabupaten-kabupaten di sekitar
KotaParepare akan membangun agroindustri didaerah masing-masing di
tempat yang memilikiaksebilitas tinggi ke pelabuhan Parepare.
Untukmengantisipasi kemungkinan fenomena inimaka Kota Parepare
perlu mengakomodirperan Kota Parepare sebagai kota
jasatransportasi, pergudangan peti kemas,perbankan, permukiman,
rekreasi, perbelanjaandsb. Kemungkinan terbentuk nya kota baru
didaerah pinggiran kota (suburban new town)adalah cukup
besar.Wilayah Kota Parepare berdasarkan analisisgeologi lingkungan
memiliki 3 (tiga) katagorilahan yaitu lahan limitasi, lahan kendala
danlahan potensial, oleh karena itu diperlukanarahan penggunaan
lahan untuk berbagaiaktivitas/ kegiatan perkotaan sesuai dengandaya
dukung lahan dan lingkungan.3.1. Pemanfaatan RuangBerdasarkan
ketiga kriteria tersebut di atas makasecara umum wilayah
pengembangan KotaParepare dapat diarahkan ke bagian barat
dariKecamatan Ujung dan Kecamatan Soreang,karena memiliki
ketersediaan lahan yang cukupluas dan belum terbangun. Selain itu
kondisitopografinya cukup landai. Sedangkan lokasiuntuk berbagai
kegiatan perkotaan dijelaskansebagai berikut ;3.1.1. Pengembangan
kawasan industri.Pengembangan kawasan industri diarahkan dibagian
utara dan di bagian selatan, keduanyamemiliki kelebihan
masing-masing.
Bagian utara memiliki tingkat aksebilitas yangdekat dengan
pelabuhan tetapi tidak didukungdengan potensi air yang berlimpah
baik airpermukaan maupun air tanah dalam, sedangkandi bagian
selatan memiliki dukungan sumber dayaair permukaan yang melimpah
karena berdekatandengan sungai Karajae, sebaliknya
dukunganaksebilitas jalan kurang baik artinya memerlukaninventasi
pengembangan jalan yang sesuai untukkawasan industri.3.1.2.
Pengambangan Kawasan Pemukiman.Pengembangan kawasan permukiman
bertujuanuntuk terpenuhinya kebutuhan perumahan yangmemnuhi syarat
kesehatan, keamanan, dankenyamanan bagi seluruh lapisan
masyarakatyang ditunjang oleh penyediaan prasaran dansarannya.Saat
ini pemukiman eksisting telah mengisi lahanyang sesuai dengan
persyaratan kelayakan lahanuntuk pemukiman seperti pada kemiringan
lereng0-15% dan daya dukung tanah > 7,2 ton/m2sehingga
pengembangan selanjutnya mulaimerambah ke lahan yang memiliki
kriteria layakbersyarat yang disebut sebagai kota atas.Oleh karena
itu pengembangan kota atas tersebutmemerlukan program penataan
lingkunganperumahan untuk meningkatkan kondisi layakbersyarat
menjadi layak antara lain denganmelakukan terasering/ cut and fill
sesuai dengantingkat keamanan lereng dan tetapmempertimbangkan
pengadaan ruang terbukahijau untuk memenuhi Koefisien Dasar
Bangunan(KDB) sesuai daya dukung lingkungannya.3.1.3. Pengambangan
aktivitas Perdagangan
dan Jasa.Pertimbangan utama dalam penentuan lokasiuntuk kegiatan
perdagangan dan jasa adalahfaktor kemudahan (aksesibilitas)
pencapaian darilokasi permukiman. Untuk lokasi perdaganganyang
mempunyai skala pelayanan lokal (eceran)diusahakan mendekati
kelompok permukimansedangkan untuk kegiatan perdagangan
yangmempunyai skala pelayanan regional (grosir)diusahakan menjauhi
lokasi pemukiman.
3.1.4. Kelayakan Lokasi TPA SampahKota Parepare saat ini secara
umum dikelolaoleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kotamulai dari
rumah penduduk ke TPS selanjutnyadiangkut ke TPA. Sedangkan sampah
pasardikelola oleh dinas pasar sampai ke TPS.
-
Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan
GeologiBandung, 29 November 2007
Gambar 2. Peta Geologi Lingkungan Pusat Pertumbuhan Kapet
Parepare.
-
Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan
GeologiBandung, 29 November 2007
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampahyang ada saat ini di Kota
Parepare berada ditimur kota termasuk kelurahan Lapadde
yangberbatasan langsung dengan KabupatenSindrap dengan kapasitas
penampungan + 10,5Ha dan memiliki umur pakai sampai 5 (lima)tahun
kedepan, sehingga dibutuhkan lokasiTPA yang baru.Berdasarkan hasil
pengamatan lapangan dandata laboratorium mekanika tanah dan
batuansekitar lokasi yang memiliki tingkat kelayakantinggi
(hipotetis) antara lain ; Di wilayah selatan Kota Parepare
yaitu
di sekitar Kampung Lakaliki KecamatanBacukiki. Parameteri
geologi lingkunganmemiliki jenis tanah lempung merah(tanah
terarosa) dengan nilai permeabilitas> dari 10-5, muka air tanah
- 15 meter,kemiringan lereng < 15% dan jauh daripemukiman.
Di wilayah utara Kota Parepare beradadi sekitar Kampung Pisang
KecamatanSoreang. Parameter geologi lingkunganmemiliki jenis tanah
lempung lanauandengan nilai permeabilitas > dari 10-6,muka air
tanah > - 10 meter, kemiringanlereng < 15% dan jauh dari
pemukiman.
Untuk kebutuhan jangka panjang makasebaiknya dilakukan studi
geologi lingkungankelayakan TPA Sampah secara konprehensifsehingga
dampak negatif yang mungkin terjadidapat dihindari.
3.2. Analisis Daya Dukung Tanah UntukPengembangan Sarana
Prasarana Kota.Sebagai data penunjang untuk perencanaanpondasi
bangunan sipil di daerah rencanapembangunan sarana dan prasarana
KotaParepare, aspek geologi teknik akanmemberikan masukan mengenai
penentuandaya dukung tanah untuk berbagai kegiatanpenggunaan lahan
secara umum.Penentuan daya dukung tanah hanya dilakukanperhitungan
untuk tipe bangunan ringan ataupondasi dangkal , yaitu dengan
batasan lebarpondasi 1,2 m, kedalaman 1 m sedangkanuntuk analisa
daya dukung bangunan berat(pondasi dalam) diperlukan penelitian
lebihdetail lagi. Perhitungan daya dukung dangkalmenggunakan data
laboratorium mekanikatanah hasil dari pengambilan sampel dilapangan
menggunakan rumus seperti dibawahini, untuk lebar pondasi 1,5 m dan
kedalaman 1m, yaitu:
Q. ult = (C x Nc + m x Df x Nq + 0,5 x mx B x Ny)
C = kohesi (kg/cm2)m = berat isi tanahB = lebar pondasi (m)Df =
kedalaman pondasi (m)Nc, Nq, Ny = faktor daya dukungQ. ult = daya
dukung ultimit
Hasil perhitungan untuk masing-masing satuanlitologi dengan
lebar pondasi 1,2 m dankedalaman 1 m sebagai berikut.
Tabel 2 Hasil Perhitungan Daya Dukung Tanah
Tiap Satuan LitologiJenis Litologi Daya Dukung Tanah
(ton/m2)1. Lempung
lanauan 16,778 - 30,553
2. Lempung merah 11,785 - 17,428
Adapun klasifikasi daya dukung tanah yangdijinkan yaitu sebagai
berikut.
Tabel 3Klasifikasi Daya Dukung Tanah Diijinkan
Kriteria Daya Dukung Diijinkan(ton/m2)
RendahSedangTinggi
< 7,27,2 - 21,6
> 21,6
Dari hasil perhitungan daya dukung tanah diwilayah potensial
maka dapat dikelompokkanmenjadi 2 (dua) , yaitu sebagai
berikut.
Tabel 4Klasifikasi Daya Dukung Tanah
di Daerah PenyelidikanJenis Litologi Daya Dukung
Tanah (ton/m2)Kriteria
Lempunglanauan
16,76728 - 30,355 Tinggi
Lempungmerah (tanahterarosa)
11,7558 - 17,4328 Sedang
-
Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan
GeologiBandung, 29 November 2007
Gambar 3. Peta Arah Peruntukan Lahan Kota Parepare
-
Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan
GeologiBandung, 29 November 2007
5. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis geologi lingkungan, KotaParepare dapat
dibagi menjadi zona limitasiuntuk pengembangan, zona kendala
tinggi,zona kendala sedang, zona kendala rendah danzona potensial
untuk dikembangkan Olehkarena itu rekomendasi peruntukannya
berupakawasan budidaya, lindung dan penyangga.Zona limitasi di
arahkan menjadi kawasanlindung tersebar di bagian tenggara
KotaParepare, zona potensial diarahkan menjadiwilayah pengembangan
perkotaan dankawasan industri. Sedangkan zona kendaladiarahkan
menjadi kawasan penyangga sepertiwilayah perkebunan, pertanian,
pariwisata danpertambangan bahan galian golongan C.Kendala yang
mungkin terjadi dalampengembangan Kota Parepare sebagai
pusatkegiatan KAPET Parepare adalah keterbatasansumber daya air
baik air permukaan maupun airtanah dalam. Oleh karena itu kerjasama
denganKabupaten Sekitarnya sangat diperlukankhususnya dalam
memanfaatkan sumber daya airpermukaan dalam lingkup Daerah Aliran
Sungai(DAS).
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2000, Program PembangunanDaerah 2001-2005 Pemerintah
PropinsiSulawesi Selatan.
2. Bakosurtanal, 1993, Peta Rupa Bumi skala1 : 250.000 Lembar
Majene, LembarWatampone, Lembar Larompong danLembar Parepare,
Bogor.
3. Bakosurtanal, 1991, Peta Rupa Bumi skala1 : 50.000 Lembar
Sinderang, LembarWatansoppeng, Lembar batubatu,Lembar Barru, Lembar
Pinrang danLembar Parepare, Bogor.
4. Calvert, S.J. 2000, The Cenozoic geologyof the Lariang and
Karamaregions,Western Sulawesi, Indonesia. PhDThesis
5. Djuri, Sudjatmiko, Bachri, 1998, PetaGeologi Lembar Majene
dan BagianBarat Lembar Palopo, Sulawesi, skala1 : 250.000, Pusat
Penelitian danPengembangan Geologi, Bandung.
6. Hall, Robert, 2003, Cenozoic Tectonics ofIndonesia Problems
and Models, ShortCourse, Indonersian Petroleum
Association and Royal HollowayUniversity of London.
7. Kantor Kapet Parepare, 2005, LaporanAkhir Penyusunan dan
PembuatanRencana Strategis (Rentra) KAPETParepare.
8. Pemda Kota Parepare, 2000, LaporanRencana Tata Ruang Wilayah
KotaParepare, Bappeda Parepare.
9. Pemda Sulawesi Selatan, 2000, RevisiRencana Tata Ruang
Sulawesi Selatan2000 2015, Bappeda Sulawesi Selatan.
10. Suhala S, Arifin M., 1997 ; Bahan GalianIndustri, Pusat
Penelitian danPengembangan Teknologi Mineral,Bandung.
11 Sukamto, R, 1975 ; Peta Geologi LembarPangkajene dan
Watampone bagianbarat, Sulawesi, skala 1 : 250.000, PusatPenelitian
dan Pengembangan Geologi,Bandung3
-
Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan
GeologiBandung, 29 November 2007
203