1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia Pendidikan terutama dalam lingkungan sekolah, memerlukan peran seorang guru atas terciptanya suatu proses pembelajaran yang bernilai edukatif seperti tujuan, bahan pelajaran, metode, adal dan sumber, serta evaluasi. Guru memiliki peranan yang penting dalam mengorganisasikan komponen-komponen dari system tersebut, untuk menciptakan lingungan belajar yang kreatif sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Pengajaran IPA merupakan salah satu bentuk pengajaran yang memiliki cara yang berbeda dalam metode pengajarannya dibandingkan dengan bidang- bidang yang lain.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia Pendidikan terutama dalam lingkungan sekolah, memerlukan
peran seorang guru atas terciptanya suatu proses pembelajaran yang bernilai
edukatif seperti tujuan, bahan pelajaran, metode, adal dan sumber, serta
evaluasi. Guru memiliki peranan yang penting dalam mengorganisasikan
komponen-komponen dari system tersebut, untuk menciptakan lingungan
belajar yang kreatif sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
Pengajaran IPA merupakan salah satu bentuk pengajaran yang memiliki
cara yang berbeda dalam metode pengajarannya dibandingkan dengan bidang-
bidang yang lain.
Komponen yang sangat berpangaruh dalam proses pembelajaran adalah
metode mengajar yang berisi prosedur baku untuk melakukan penyajian materi
pelajaran. Beberapa metode mengajar yang sering digunakan adalah
demonstrasi, latihan, eksperimen, dan sebagainya. Suatu metode biasanya
divariasikan dengan metode lainnya agar pembelajaran tidak monoton seperti
ceramah, tanya jawab, dan litihan.
1
2
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkwajiban memilih dan
menentukan metode mengajar yang tepat agar tujuan dari pembelajaran tapad
tercapai. Menurut Suryosubroto (1997: 12) bahwa dalam memilih metode
mengajar harus memperhatikan beberapa faktor antara lain, tujuan yang ingin
dicapai, siswa, situasi, dan fasilitas yang diperlukan dalam pembelajaran
tersebut. Apabila guru dalam memperhatikan situasi siswa maupun lingkungan
belajar yang mendukung. Selain itu, juga ditunjang dengan fasilitas yang
lengkap maka akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Untuk memperlancar kegiatan pengajaran dalam pembelajaran IPA
diperlukan metode atau suatu rumusan sistem cara pengajaran karena metode
pengajaran merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pengajaran.
Peran suatu metode sangatlah besar dalam suatu pengajaran dan bersangkutan
dengan siswa yang menjadi objek pengajaran. Menerapkan metode pengajaran
demonstrasi dalam pelajaran IPA. Ada beberapa hal yang sebaiknya
diperhatikan terlebih dahulu oleh para pengajar antara lain :
1. Pengajaran harus disesuaikan dengan kultur sosial dari objek siswa.
2. Menggunakan metode yang dianggap mudah oleh pengajar dan dapat
diterima oleh para siswa.
3. Melalui pendekatan yang sifatnya komunikatif dalam kegiatan belajar
mengajar
3
Mata Pelajaran IPA memiliki sejumlah materi yang cukup padat dengan
alokasi waktu penyajian yang terbatas, salah satu diantaranya adalah pesawat
sederhana. Apalagi didukung dengan kurangnya pengetahuan prasyarat yang
dimiliki siswa. Pengetahuan prasyarat disini adalah syarat-syarat pengetahuan
yang harus dimiliki siswa sebagai modal dasar untuk mempelajari materi inti
dalam pembelajaran. Apabila siswa sudah mengusai pengetahuan prasyarat
dari suatu materi maka materi tersebut akan lebih mudah dikuasai siswa.
Seperti halnya hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 6 Januari
2010 di SD No. 11 Inpres Allaere, yaitu rendahnya nilai rata-rata untuk nilai
mata pelajaran khususnya mata pelajaran IPA dan ini bisa dilihat dari nilai
rata-rata kelas untuk ulangan semester siswa yaitu Bahasa Indonesia 8,00,
matematika 7,50, IPA 5,25, dan PKn 8,00. Ini disebabkan karena banyak hal
di antaranya yaitu kurangnya pemahaman konsep dasar IPA utamanya pada
materi pesawat sederhana dan kurang aktifnya siswa dalam proses
pembelajaran.
Materi pesawat sederhana cukup kompleks untuk dikuasai siswa mulai
dari menghapal, memahami menganalisis, menerapkan, dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Adanya asumsi bahwa
materi ini cukup sulit dikuasai siswa, sehingga diperlukan suatu metode yang
tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terutama dalam
4
menyelesaikan soal-soalnya. Metode latihan berstruktur dipandang mampu
meningkatkan prestasi siswa dalam hal ini, sesuai dengan bunyi hukum latihan
(law of exercise) yang dikemukakan oleh Higard dan Bower (dalam syah:
2004) bahwa “semakin sering sebuah perilaku dilatih atau digunakan semakin
mantap eksistensi perilaku tersebut.”
Bedaasarkan uraian di atas, penulis mencoba menyusun suatu penelitian
dengan mengangkat judul : “Peningkatan Prestasi Belajar IPA melalui Metode
Demonstrasi pada Siswa Kelas V SD Inpres No. 11 Allaere, Kecamatan
Tanralili Kabupaten Maros.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat mengemukakan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi?
3. Bagaimana evaluasi pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a. Perencanaan pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi
5
b. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi
c. Evaluasi pembelajaran IPA dengan metode demontrasi
2. Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
a. Manfaat teoritis
1) Sebagai bahan informasi untuk dapat mengetahui strategi pembelajaran
yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar sains khususnya dengan
penerapan metode demonstrasi.
2) Dapat memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan hasil belajar
sains di SD.
b. Manfaat praktis
1) Bagi sekolah, dapat menjadi bahan kompetensi mengenai kemampuan
siswa dalam menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA.
2) Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan prestasi
beajar siswa khususnya mata pelajaran IPA untuk materi pesawat
sederhan.
3) Bagi siswa, diharapkan dengan penerapannya metode demonstrasi
siswa lebih mudah menyelesaikan soal-soal yang diberikan,
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Metode Demontrasi
Proses pembelajaran memiliki hubungan yang erat antara strategi
dengan metode. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal,
diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Menurut Sagala (2003), metode
adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengolah informasi yang berupa
fakta, data dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam
suatu strategi. Demonstrasi adalah unjuk rasa untuk menyatakan sikap (Tim
Reality, 2008 : 197). Demonstrasi yang dimaksud sebagaimana defenisi
tersebut ialah untuk materi pembelajaran.
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
membelajarkan peserta didik dengan cara menceritakan dan memperagakan
suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu (Nursidik, 2009 : 1). Pengertian ini
menerangkan bahwa metode demonstrasi merupakan pertunjukan tentang
proses terjadinya suatu peristiwa sampai pada penampilan tingkah laku yang
dicontohkan agar dapat dipahami oleh peserta didik, baik secara nyata maupun
secara tiruan. Secara spesifik dalam istilah pendidikan dapat disimpulkan
6
7
bahwa metode demonstrasi adalah metode yang digunakan guru untuk
mempertunjukkan gerakan yang mengandung unsur mendidik prosedur yang
benar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:740) “metode adalah cara
kerja yang bersistem untuk mencapai tujuan yang ditentukan”. Selanjutnya
menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000). “ Metode demonstrasi adalah metode
yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu
yang berkenaan dengan bahan pelajaran”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang
barang, kejadain, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan,baik secara
langsung melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok
bahasan atau materi yang sedang disajika.
2. Tujuan metode demonstrasi
Metode demonstrasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang
lebih jelas tentang hal-hal dengan mengatur sesuatu, membuat sesuatu, bekerja
sesuatu, mengerjakan atau menggunakan sesuatu, komponen-komponen yang
membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain dan untuk
mengetahui atau melihat kebenaran.
8
Dengan demikian, tujuan metode demonstrasi adalah peniruan terhadap
model yang dapat dilakukan. Agar dapat meniru contoh perbuatan yang
didemonstrasikan oleh guru, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan
oleh guru, antara lain:
1. Sesuatu yang ditunjukkan dan dilakukan oleh guru harus dapat
diamati secara jelas oleh anak yang diajar. Bilamana merasa perlu
diulang, maka pengulangan demonstrasi itu tidak dilakukan secara
tergesa-gesa, tetapi dilakukan dengan penuh kesabaran dan
ketenangan agar tidak berdampak negatif terhadap anak.
2. Dalam memberikan penjelasan, suara guru harus dapat didengar
dengan jelas
3. Manfaat pembelajaran demonstrasi
Demonstrasi merupakan salah satu wahana untuk memberikan
pengalaman belajar agar dapat menguasai materi pelajaran dengan baik.
Melalui metode demonstrasi, anak dibimbing menggunakan mata dan
telinganya secara terpadu, sehingga hasil pengamatan kedua indera itu akan
saling melengkapi pemahaman anak tentang segala hal yang ditunjukkan,
dikerjakan, dan dijelaskan dalam kegiatan demonstrasi tersebut.
9
Metode demonstrasi dapat dipergunakan untuk memenuhi manfaat
berikut ini:
1) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan,
2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat
dalam diri siswa.
4) Dapat dipergunakan untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan
informasi kepada anak.
Metode demonstrasi dapat meningkatkan daya piker anak terutama
daya piker anak dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat, dan
berpikir
4. Urgensi pembelajaran
pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk
memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan
yaitu tercapainya tujuan kurikulum (Whandie, 17 Februari 2007). Soekamto
(1992 : 27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain
berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Perkembangan jaman yang
semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut
10
adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan
pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia tersebut adalah belajar. sedangkan belajar dapat dilakukan melalui
proses pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi
sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran UU sistem penelitian
nasional No. 20 tahun 2003, menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengertian dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU Sisdiknas : 2003).
Fungsi mata pelajaran IPA adalah sebagai sarana pengembangan
penalaran pembelajaran IPA selain untuk meningkatkan keterampilan berfikir,
bernalar dan kemampuan memperluas wawasan, pernyataan di atas menjadi
dasar pemikiran model pembelajaran demonstrasi sebagai salah satu alternatif
metode dalam pembelajaran dilandasi oleh dua alasan, yakni alasan teoritis
dan empiris. Alasan teoritis ini didukung oleh karena dasar belajar IPA adalah
untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan bernalar.
11
Alasan empiris berkaitan dengan hasil nilai-nilai penelitian yang
menunjukkan bahwa model pembelajaran demonstrasi secara meyakinkan
lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional, baik dalam
meningkatkan keterampilan berfikir maupun dalam prestasi belajar.
5. Model pembelajaran demonstrasi
Metode demonstrasi adalah salah satu metode pembelajaran yang
digunakan dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaan diartikan
sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Akhmad Sudrajat wordpress.com/2008.09.12). ada beberapa
metode pembelajaran, diantaranya : (1) ceramah, (2) demonstrasi (3) diskusi,
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan
peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah
pengerjaan sesuatu (Yahya Nursidik, 2008 : 1).
Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta.
Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan, demontrasi proses
12
untuk memahami langkah demi langkah, dan demonstrasi hasil untuk
memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.
Setelah melakukan pembelajaran dengan metode demonstrasi biasanya
dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Tujuan dari praktek ialah agar
peserta didik memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat,
melakukan dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang
dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan.
6. Metode demonstrasi dalam pembelajaran
Pengertian mengajar pada umumnya adalah usaha guru untuk
menciptakan kondisi atau menata lingkungan sedemikian rupa, sehingga
terjadi interaksi antara murid dengan lingkungan termasuk guru, alat pelajaran
dan sebagainya yang disebut proses belajar, sehingga tercapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan (Bagus, 2009 : 1). Dengan demikian pada
hakikatnya suatu proses, yakni proses mengatur organisasi lingkungan yang
ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan, mendorong dan
memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam melakukan proses
belajarnya.
13
Definisi mutakhir menurut Sahabuddin (2007:13) adalah :
“Sistem kegiatan untuk membimbing atau merangsang belajar anak
mengerti dan membimbing anak sebagai individu dan sebagai
kelompok dengan maksud terpenuhinya kelengkapan pengalaman
belajar yang memungkinkan setiap anak dapat berkembang terus secara
teratur mencapai kedewasaannya”.
Sesuai pokok bahasan yang telah diuraikan di atas, maka langkah-
langkah yang ditempuh dalam pembelajaran dengan menggunakan model
demonstrasi adalah :
1.Sebelum guru mengemukakan masalah yang akan dikerjakan siswa,
terlebih dahulu guru menentukan tingkah laku atau tujuan yang ingin
dicapai dengan model demonstrasi tanpa memberi informasi tentang
teori orientasi model dan apersepsi. Pada tahap ini guru mengajukan
permasalahan yang dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk
mengemukakan pendapatnya. Permasalahan tersebut berupa
pengkajian terhadap suatu karya.
2.Pada tahap ini siswa menetapkan hipotesis / praduga jawaban untuk
dikaji lebih lanjut.
14
3.Pada tahap ini siswa mengidentifikasi beberapa kemungkinan
jawaban dan menarik kesimpulan selanjutnya. Guru mengumpulkan
hasil penyelidikan atau eksperimen untuk menjawab permasalahan
yang diajukan oleh guru.
Pada tahap ini guru mengajak dan membimbing siswa untuk
merumuskan dan menemukan sendiri teori tentang abiogenesis berdasarkan
fakta-fakta yang mereka temukan dari hasil tanya jawab dikelas.
7. Prinsip-prinsip metode demonstrasi dalam pembelajaran
Secara umum persiapan guru untuk merancang kegiatan demonstrasi
adalah:
a) Menetapkan rancangan tujuan kegiatan demonstrasi
Dalam menetapkan tujuan demonstrasi, guru mengidentifikasi
perbuatan-perbuatan yang akan diajarkan kepada anak dalam pernyataan yang
spesifik dan operasional. Pernyataan spesifik mengandung arti bersifat khusus,
sedangkan operasional mengandung arti bentuk keadaan tingkah laku yang
dapat diamati.
b) Menetapkan rancangan bentuk demonstrasi yang dipilih
Demonstrasi yang disertai dengan penjelasan merupakan demonstrasi
yang dilakukan guru untuk mengajarkan keterampilan dengan cara
15
menunjukkan, melakukan, menjelaskan secara terpadu. Tiap anak mendapat
kesempatan untuk memperhatikan sesuatu yang ditunjukkan, dikerjakan, dan
dijelaskan oleh guru agar memperoleh pemahaman yang lebih tepat dan jelas
tentang sesuatu yang dicontohkan oleh guru itu.
c) Menetapkan rancangan bahan dan alat yang diperhatikan untuk
demonstrasi
d) Menetapkan rancangan langkah kegiatan demonstrasi
e) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan demonstrasi
8. Prestasi belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Istilah belajar tersusun atas dua kata yaitu kata prestasi dan belajar.
Menurut Syaiful Bahri (1994: 32) bahwa : “prestasi merupakan suatu kegiatan
yang dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok.” Jadi,
pada dasarnya prestasi diperoleh setelah melakukan suatu kegiatan, sedangkan
belajar merupakan suatu proses yang aktif.
Belajar menurut Slameto (2003: 56) adalah “suatu proses usaha
perubahan tingkah laku, pengetahuan, keterampilan dan kegemaran sebagai
hasil pengamatan individu dalam interaksi dengan lingkungannya”. Pengertian
lain yang dikemukakan oleh RIdwan (2004: 23) bahwa “belajar adalah proses
16
mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu, sehingga belajar
bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami.”
Belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh
setiap individu untuk memenuhi kebutuhan. Berdasarkan pengertian prestasi
dan belajar di atas, maka prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang
diperoleh individu setelah melalui suatu kegiatan dalam hal ini adalah proses
belajar.
Menurut Gunarso (1993 : 77) prestasi belajar adalah usaha maksimal
yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap
peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah
mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen
tes atau instrumen yang relevan (www.//KTI/pendidikan.com.id).
Pengertian tersebut mengandung arti bahwa prestasi belajar adalah hasil
pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, huruf yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak
pada periode tertentu. Prestasi menjadi ukuran terhadap peserta didik yang
meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses
pembelajaran.
17
Prestasi banyak digunakan di dalam berbagai bidang dan diberi
pengertian sebagai kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam
menyelesaikan sesuatu. Menurut Syamsul Bahri Djamarah (1994 : 19) prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara
individu maupun secara kelompok. Pendapat ini berarti prestasi tidak akan
pernah dihasilkan apabila seseorang tidak melakukan kegiatan. Hasil belajar
atau prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah
melakukan kegiatan belajar.
Prestasi belajar bukan hal yang berdiri sendiri melainkan dipengaruhi
oleh factor dinamis belajar dalam suatu proses pembelajaran sehingga
berpeluang untuk memperoleh prestasi belajar yang optimal.
Dikatakan bahwa “prestasi belajar adalah hasil yang dicapai murid
dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes sebagai alat pengukur
keberhasilan seorang murid. Prestasi belajar mempunyai arti penting bagi
siswa dalam belajar dan bagi guru dalam proses pembelajaran. Dengan
prestasi belajar yang dicapai, siswa memperoleh gambaran tentang
kemampuannya dan akan memotivasinya untuk belajar lebih giat. Sementara
itu bagi guru, prestasi belajar yang dicapai oleh siswa akan dijadikan masukan
dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran
18
Prestasi belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik internal
maupun eksternal. Menurut Mulyasa (2004: 47), faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat digolongkan menjadi empat
yaitu:
1. Bahan atau materi yang dipelajari
2. Lingkungan
3. Faktor instrumental
4. Kondisi peserta didik.
Faktor-faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama
memberikan konstribusi tertentu terhadap prestasi belajar siswa.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Hal ini dikarenakan berhasil tidaknya tujuan
pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami
murid sebagai anak didik.
Menurut Ali (1992: 14), belajar adalah sebagai proses perubahan
perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungannya.” Pendapat ini
menekankan pada aspek perubahan tingkah laku sebagai dampak dari adanya
interaksi dengan lingkunga, baik lingkungan sekolah, masyarakat, maupun
lingkungan keluarga. Sedangkan menurut Roestiyah (1986: 43) bahwa belajar
adalah “perbahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap”.
19
Jadi, belajar adalah merupakan prose perubahan dalam arti seseorang
yang menyangkut perubaha afektif, kognitif dan psikomotorik. Perubahan
tersebut terjadi sebagai akibat dari belajar. Setelah dikemukakan arti belajar,
selanjutnya dikemukakan pengertian prestasi.
Poerwadarmita (1996: 108) mengemukakan bahwa “prestai adalah hasil
yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dsb.)”. sedangkan Djamarah (1991:
19) sebagai “hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik
secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan
selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan”.
Dari pengertian di atas, jelas bahwa prestasi merupakan hasil yang
dicapai dari suatu kegiatan. Setelah dikemukakan tentang pengertian prestasi
dan belajar, berikut dikemukakan pengertian prestasi belajar.
Dari pendapat di atas, prestasi belajar tidak lain adalah yang dicapai
oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil tersebut merupakan
kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil
belajar, yang hasilnya dapat dilihat pada buku rapor.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
Menurut Roesiyah (1986: 151-155), faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar murid terdiri atas:
20
1) Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri
seperti: Kesahatan, rasa aman, kemampuan, minat, dan sebagainya.
2) Faktor eksternel, ialah yaitu faktor yang dating dari luar diri anak
seperti: kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan dan
sebagainya.
Pendapata Roestiyah di atas menekanakan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar meliputi: faktor dari dalam diri muri dan dari
luar murid. Lebih jelasnya mengenai faktor-faktor yang berasal dari luar diri
murid yang mempengaruhi prestasi belajar, dikemukakan oleh Roestiyah
(1986: 151-155) yaitu:
1. Yang bersumber dari sekolah:
a. Interaksi guru dengan murid
b. Cara penyajian
c. Hubungan antara murid
d. Standar pembangunan di atas ukuran
e. Media pendidikan
f. Kurikulum
g. Keadaan gedung
h. Waktu sekolah
i. Pelaksanaan disiplin
21
2. Yang bersumber dari masyarakat:
a. Massa media
b. Teman bergaul
c. Kegiatan lain
d. Cara hidup lingkungan
3. Yang bersumber dari keluarga:
a. Cara mendidik
b. Suasana keluarga
c. Pengertian orang tua
d. Keadaan social ekonomi
e. Latar belakang kebudayaan
Untuk lebih jelasnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar, berikut diuraikan satu persatu.
1) Faktor intern
Dalam membahasa faktor intern, berikut ini akan akan dibahas dua
bagian yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:
a) Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah merupakan faktor intern yang mempengaruhi prestasi
belajar seseorang yang biasanya dipengaruhi oleh faktor kesehatan sehingga
22
menganggu konsentrasi murid dalam belajar, faktor cacata tubuh yang
biasanya mengakibatkan orang rendah hati, dan sebagainya.
b) Faktor psikologi
Faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar seseorang yaitu:
(1) Intelegensi
Intelegensi merupakan kecakapan yang terdiri dari
jenis, yaitu : kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan diri secara cepat dan efektif ke dalam situasi
yang baru, mengetahui konsep-konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan
cepat.
(2) Perhatian
Perhatian yang terpusat pada materi pelajaran akan
mengaktifkan belajar, dengan adanya perhatian
terhadap pembangunan akan memungkinkan murid
dapat belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar
yang maksimal.
23
(3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap
memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminta seseorang akan cenderung
diperhatikan terus-menerus disertai dengan rasa
tentang. Misalnya: murid yang akan mempunyai
minat yang tinggi terhadap pelajaran tertentu, di
kelas ia dengan tekun memperhatikan materi yang
disajikan guru. Jadi berbeda dengan perhatian, karena
perhatian bersifat sementara dan belum tentu diikuti
dengan perasaan senang.
(4) Bakat
Bakat merupakan kemampuan untuk belajar,
kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jadi, jika
bahan yang dipelajari murid sesuai dengan bakatnya,
maka hasil belajarnya akan lebih baik.
(5) Motif
24
Motif erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai.
Dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau
tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu
berbuat. Motif sendiri sebagai daya penggeraknya.
(6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat fase dalam
pertumbuhan seseorang kematngan dimana alat-alat
tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan
baru. Misalnya, anak dengan kakinya sudah siap
untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap
untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk
berpikir abstrak, dan sebagainya. Kematangan belum
berarti anak dapat melaksakan kegiatan terus-
menerus.
(7) Kesiapan
Kesiapan merupakan kesediaan untuk member respon
atau reaksi kesediaan itu dimbul dari dalam
25
seseorang dan juga berhubungan dengan
kematangan, karena kematarngan berarti kesiapan
untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu
diperhatikan dalam proses belajar, jika murid belajar
dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil
belajarnya akan lebih baik.
(8) Faktor kelelahan
Kelelahan berpengaruh terhadap kegiatan seseorang.
Kelelahan senantiasa di alami setiap orang, tidak
terkecuali murid melakukan berbagai aktifitas
sehingga tidak mampu melakukan belajar secara
maksimal. Dengan tingkat kelelahannya, murid dapat
saja mengabaikan tugas-tugas yang diberikan
ataupun tidak konsentrasi terhadap pelajaran di kelas.
2) Faktor ekstern
Faktor-faktor ekstern atau yang bersumber dari luar diri murid yang
mempengaruhi prestasi belajarnya, terdiri atas.
a) Faktor keluarga
26
Siswa yag belajar akan menerima pengaruh dari keluarga, berupa: cara
orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga,
keadaan ekonomi keluarga.
(1) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anak besar pengaruhnya terhadap belajar
anak. Hal ini jelas karena keluarga merupakan lembaga pendidikan
yang pertama dan utama. Oleh kerana itu, orang tua harus mampu
melakukan pendidikan terhadap anak-anaknya karena merupakan
kesuksesan dari kegiatan belajar di sekolah.
(2) Relasi antar anggota keluarga
Dalam setiap keluarga diharapkan terjalin suatu relasi yang baik. Relasi
antar anggota keluarga yang baik adalah adalah relasi antara orang tua
dengan anaknya. Selain itu, reaksi anak dengan saudaranya atau dengan
anggota keluarga yang lain pun turu mempengaruhi belajar anak.
Wujud relasi itu misalnya, apakah hubungan itu pernah dengan kasih
saying dan perhatian ataukah sikah acuh tak acuh.
(3) Suasana rumah
27
Suasana rumah dapat menentukan kegiatan belajar anak. Suasana
rumah atau keluarg dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian
yang sering terjadi di dalam keluarga di masa anak berada dan belajar.
Suasana juga termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang
tegang, rebut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran dengan anggota
keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar
rumah, akibatnya anak menjadi kacau.
(4) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.
Anak sedang belajar selain harus dipengaruhi kebutuhan pokoknya,
misalnya: makan, pakaian, perlindungan, kesehatan juga membutuhkan
fasilitas belajar, fasilitas belajar anak baru dapat terpenuhi jika keluarga
mempunyai cukup uang.
(5) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi
sikap anak dalam belajar. Anak perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan
yang baik agar mendorong semangatnya untuk belajar.
b) Faktor sekolah
28
Faktor sekolah terdiri atas berbagai faktor, khususnya berkaitan dengan
proses belajar mengajar.
(1) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui dalam
mengajar. Mengajar itu sendiri merupakan penyajian bahan
pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain menerima,
menguasai, dan mengembangkannya.
(2) Kurikulum
Kurikulum bisa diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada murid. Kegiatan itu sebagaian besar adalah menyajikan
bahan pelajaran agar murid menerima, menguasai dan
mengembangkan bahan pelajaran itu, jelasnya bahan pelajaran akan
mempengaruhi belajar murid.
(3) Relasi guru dengan murid
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan murid. Proses
tersebut dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri.
Guru yang kurang berinterkasi dengan murid secara akrab,
menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar. Juga murid
merasa jauh dari guru, maka murid akan enggan untuk berpartisipasi
29
secara efektif dalam belajar. Jadi, cara belajar murid juga
dipengaruhi oleh relasinya dengan guru.
(4) Relasi murid dengan guru
Dalam kelas sering ada kelompok yang bersaing secara tidak sehat.
Adak pula murid yang mempunyai sifat-sifat yang kurang
menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang
mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok.
Alasannya makin parah masalah yang dialami dana akan
mengganggu belajarnya.
(5) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan murid
dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan di sekolah
mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan
tata tertib, kedisiplinan pegawai dalam pekerjaannya dan
kedisiplinan murid melaksanakan tata tertib sekolah.
B. Kerangka Pikir
30
Aspek utama yang menjadi topik dalam pembahasan ini adalah
mengkaji secara spesifik keutamaan metode demonstrasi atau metode
mempraktikkan langsung dengan tidak terlepas dari tujuan pendidikan
nasional dan kerangka pengajaran IPA di tingkat SD.
Untuk meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan sekolah dasar
diperlukana perhatian yang besar, karena itu pada akhir-akhir ini perhatian
terhadap peningkatan mutu sekolah dasar sudah mulai muncul antara lain
dengan penyediaan alat-alat pelajaran untuk sekolah dasar.
Untuk itu guru yang mengajar khususnya bidang studi IPA harus
memahami betul tentang penerapan metode demonstrasi pada materi pokok
pesawat sederhana. Karena penerapan metode demonstrasi dalam proses
belajar mengajar siswa dapat secara langsung mengamati sendiri tentang apa
yang disajikan guru di depan kelas, bahkan dapat dicoba secara langsung oleh
siswa itu sendir. Begitu pula dapat meningkatkan keterampilan dan
menciptakan suasana akrab, sehingga keterampilan dapat meningkatkan
prestasinya.
Untuk menciptakan suasana beljar seperti itu, tampaknya guru sangat
diharapkan untuk senantiasa menerapkannya dalam proses belajar mengajar
meningkatkan alat tersebut dapat membantu siswa untuk memudahkan
Pembelajaran IPA
Silabus
ReferensiRPP
Materi Ajar
Metode Pembelajaran
Minat
Prestasi
Metode Demonstrasi
31
pemahaman konsep dan prinsip yang bersifat abstrak demi teriptanya prestasi
siswa seperti apa yang diharapkan bersama.
Gambar 1 Kerangka Pikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SD Inpres No 11 Allaere Kecamatan
Tanralili, Kabupaen Maros. Sekolah ini dipilih sebagai lokasi penelitian
32
karena letaknya yang strategis, ditangani dilakukan penelitian menyangkut
materi penggunaan metode demonstrasi pada bidang mata pelajaran IPA.
B. Variabel Penelitian dan Desain Penelitian
1. Variabel penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel yang menkaji tentang
penggunaan metode demonstrasi dalam pengajaran teori abiogenesis untuk
meningkatkan prestasi belajar IPA, variabel tersebut adalah :
a. Metode demontrasi sebagai variabel bebas.
b. Prestasi belajar dan keaktifan belajar sebagai variabel terikat.
2. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan bentuk eksperien.
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu :
a. Melakukan perencanaan, yaitu menyusun teknis atau langkah-
langkah dan metodelogi pelaksanaan kegiatan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
b. Pelaksanaan pembelajaran yaitu menerapkan langkah-langkah yang
telah direncakan untuk mendapatkan informasi tentang sasaran
pembelajaran.
31
Siklu I
Perencanaan
Perencanaan Perencanaan
Perencanaan
Perencanaan
Perencanaan PerencanaanSiklu II
33
c. Obsevasi yaitu peninjauan langsung untuk melihat pelaksanaan
proses pembelajaran.
d. Refleksi yaitu telaah ulang untuk mengetahui sejarah mana bukti
autentik dan informasi yang telah diperoleh untuk menunjang
keilmuan hasil penelitian.
Adapun siklus kegiatan pembelajaran yang digunakan yaitu :
34
Gambar 2 Siklus penelitian tindakan kelas
C. Metode Pengumpulan Data
1. Tes
Data prestasi belajar siswa yang dikumpulkan dengan mengunakan tes
pada setiap akhir siklus.
2. Observasi
Observasi yang akan dilibatkan dalam proses penelitian dilakukan
untuk memastikan layak tidaknya sekolah tersebut untuk dilakukan penelitian,
khususnya dari pihak sekolah yang terkati secara langsung dalam kegiatan
penelitian karena setidak-tidaknya kegiatan penelitian khusunya saat
pemberian tes dan perlakuan berupa pembelajaran akan mempengaruhi proses
pembelajaran yang sebenarnya. Kegiatan observasi tersebut sekaligus
memastikan pihak-pihak yang terkati secara langsung dalam kegiatan
penelitian ini.
35
Data tentang keaktifan siswa berdasarkan hasil observasi dikumpulkan
melalui pengamatan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data tentang
jumlah murid SD Inpres NO. 11 Allaere pada tahun pelajaran 2009-2010.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah perilaku guru dan siswa dalam
belajar, dan gambar-gambar atau catatan-catatan yang diperoleh baik dari asrip
sekolah ataupun gambar yang direkam oleh peneliti. Sumber data penelitian
ini adalah guru dan siswa kelas V SD Inpres No 11 Allaere dalam proses
pembelajaran.
E. Populasi dan Sampel
Arikunto (1998 : 115) mengatakan bahwa “Populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian”. Dengan demikian populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V
36
SD Inpres No 11 Allaere Kabupaten Maros, yakni 18 orang. Karena kurang
dari 100 orang maka sampel penelitian adalah populasi itu sendiri, sehingga
disebut juga sebagai populasi sampel.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melaui teknik sebagai berikut:
a. Tes hasil belajar adalah daftar pertanyaan yang berisi pilihan
jawaban dan jawaban tertulis sesuai dengan keadaan yang terlihat
dan dirasakan oleh sampel.
b. Observasi, daftar ii digunakan sebagai konsep atau kumpulan
pertanyaan yang diajukan yang sangat berkaitan erat denga daftar
dan checklist agar pertanyaan yang diberikan tidak lepas dari
pencarian data yang dibutuhkan peneliti.
c. Pengambilan dokumentasi, dokumentasi dilakukan untuk
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai lokasi dan objek
penelitian serta item-item yang diamil sebagai contoh penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adlaah model
Alir (Miles dan huberman dalam Salam, 2004). Hasil perpaduan kedua konsep
tersebut menghasilkan metode analisis seperti: Pencatatan data, reduksi data,
TRIANGGULASI
Reduksi Data
Penyajian Data Perencanaan Silabus Pelaksanaan PBM Evaluasi Tindak Lanjut
Penarikan Kesimpulan
Sementara
Akhir
ANALISIS
37
penyajian data, penarikan kesimpulan sementera, validasi (shahih), dan
penarikan kesimpulan akhir.
Kegiatan analisis data dimulai dari kegiatan pencatatan data. Kegiatan
reduksi data pada dasarnya merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,
penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi “data mentah”. Reduksi data
dimaksudkan untuk menyesuaikan bentuk data yang ada dengan bentuk data
yang dibutuhkan dengan kegiatan analisis. Kegiatan reduksi data setiap saat
dapat dilakukan selama dalam proses pengumpulan dan analisis data. Apabila
ada data yang tidak relevan dengan masalah, dilakukan reduksi data berupa
pembuangan data.
Setelah diperoleh data yang representative melalui kegiatan reduksi
data,selanjutnya dilakukan kegiatan penilaian data. Penyajian data diharapkan
dapat tersusun secara sistematis sehingga memudahkan peneliti mengamati
dan menafsirkan (menginterpretasi) data-data tersebut.
Penarikan kesimpulan sementara dilakukan dengan merumuskan
prestasi belajar IPA melalui metode demonstrasi pada SD Inpres No 11
Allaere Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros.
38
Gambar 3Alur kegiatan analisis data
Pengujian keabsahan data dilakukan dengan teknik trianggulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan melibatkan
sejumlah orang yang dianggap memiliki kemampuan atau kapasitas yang
memadai dalam menganalisis dan menafsirkan data.
Trianggulasi dilakukan dengan jalan mengecek atau memeriksa
keshahihan data sebagai berikut:
a. Membandingkan hasil pengamatan, baik yang terencanan maupun
tidak:
b. Membandingkan data penulis/ hasil pencatatan dengan pertimbanag
atau berdiskusi dengan teman sejawat atau orang-orang yang
dianggap mempunyai kompetensi, misalnya rekan-rekan mahasiswa
atau sesame guru, dan
c. Membandingkan data pengamatan dengan argumentasi orang yang
memiliki pengetahuan/ wawasan dalam bidang yang dikaji.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini akan dibahas hasi dari data-data yang diambil
selama melakukan penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi dalam
proses meningkatkan hasil prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Inpres No.
11 Allaere Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros.
40
Data tentang hasil belajar siswa yang diambil dari hasil tes akan
dibahas secara kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif dan data
tentang hasil pengamatan beserta tanggapan siswa dianalisis secara kualitatif.
A. Hasil Penelitian
1. Aktivitas siswa
Data kuantitatif merupakan data sikap siswa kelas V SD Inpres No. 11
Lemo-Lemo Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros dalam mengikuti metode
demonstrasi yang diperoleh dari lembar observasi. Lembar observasi
pelaksanaan metode demonstrtasi terdiri dari dua, yaitu lembar observasi
siklus I dan siklus II. Lembar observasi siklus I merupakan gambaran sikap
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tiap pertamuan pada siklus I,
sedang lembar observasi pada siklus II merupakan gambaran sikap siswa
selama mengikuti proses pembelajaran tiap pertemuan pada siklus II. Berikut
ini hasil analisis sikatp siswa selama mengikuti proses pembelajaran siklus I
dan siklus II.
Tabel 1. Frekuensi Hasil Observasi dengan menggunakan metode Demonstrasi pada siswa Kelas V SD Inpres No.11 Allaere Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros pada Siklus I dan Siklus II
No KategoriFrekuensi Persentase (%)
Siklus I
Siklus II
x Siklus I
Siklus II
x
1 Menyimak Pengajaran Guru 13 17 15 72 94 83
39
41
2 Kerja sama Kelompok 15 18 17 83 100 923 Meminta Bimbingan Guru 10 6 8 56 33 444 Mengajukan Pertanyaan 10 10 10 56 56 56
5Kegiatan yang tidak relevan dengan KBMa Keluar Masuk Kelas 1 0 0,5 6 0 2,8b Mengganggu teman 2 0 1 11 0 5,6
Dari tabel observasi di atas diketahui bahwa rata-rata siswa yang
menyimak penjelasan guru pada siklus I dan siklus II adalah 15 orang dengan
persentase 83%, rata-rata kerjasama kelompok yakni 17 orang dengan
persentase 92%, rata-rata siswa yang meminta bantuan guru adalah 8 orang
dengan persentase 86%, rata-rata siswa yang sering keluar masuk 0,5 dengan
persentase 2,8%, rata-rata siswa yang sering menganggu temannya adalah 1
dengan persentase 5,6, rata-rata yang dapat mengklasifikasikan adalah 5
dengan persentase 28%, rata-rata yang dapat mengkomunikasikan adalah 13
dengan persentase 44%, rata-rata yang dapat mengukut adalah 6,5 dengan
42
persentase 36%, rata-rata yang dapat menyimpulkan, merangcang penelitian
dan bereksperimen adalah 18 dengan persentase 100%.
2. Analisis kuantitatif
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil prestasi belajar IPA
melalui metode demonstrasi. Untuk memperoleh data mengenai apakah hasil
prestasi belajar dapat meningkatkan maka diambil sampel siswa kelas V SD
Inpres No. 11 Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros. Sebelum mengadakan
tindakan kelas dalam rangka menerapkan metode demonstrasi, terlebih dahulu
disiapkan rencana pembelajaran yang disusun sesuai dengan materi yang
dipelajari oleh siswa pada saat itu serta sesuai dengan kurikulum, lembar
obervasi, tes siklus I dan siklus II.
a. Siklus I
Proses belajar mengajar dimulai dengan perkenalan oleh guru dengan
siswa. Siklus I dilakukan dua kali pertemuan proses belajar mengajar, dan tes
akhir siklus I pada pertemuan ketiga. Khusus untuk pertemuan pertama semua
siswa hadir, dan begitu pun pada pertemuan kedua semua siswa hadir yang
berjumlah 18 orang sebagai subjek penelitian. Pertemuan ketiga yang
merupakan tes akhir siklus I semua siswa menjadi sampel hadir. Tes akhir ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang
43
tela diberikan, adapun skor hasil prestasi belajar IPA siswa dapat dilihat pada
tabel 2 berikut
Tabel 2. Skor Hasil Perolehan Belajar IPA Siswa pada Siklus I
No Skor Frekuensi Persentase (%)
1 10 0 0
2 20 0 0
3 30 2 11,11
4 40 2 11,11
5 50 1 5,56
6 60 5 27,78
7 70 6 33,33
8 80 2 11,11
9 90 0 0
10 100 0 0
Jumlah 18 100
Sumber : Hasil Perolehan, 2010
Dari tabel 2 di peroleh data bahwa tidak ada siswa yang memperoleh
skor 10 sampai dengan 20 pada siklus I, namun siswa yang memperoleh skor
30 sebanyak 2 orang dengan persentase 11,11%, siswa yang memperoleh skor
40 sebanyak 2 orang dengan persentase 11,11%, siswa yang memperoleh skor
50 sebanyak 1 orang dengan persentase 5,56%, siswa yang memperoleh skor
60 sebanyak 5 orang dengan persentase 27,78%, siswa yang memperoleh skor
70 sebanyak 6 orang dengan persentase 33,33%, siswa yang memperoleh skor
44
80 sebanyak 2 orang dengan persentase 11,11%, sedangkan siswa yang
memperoleh skor 90 dan 100 tidak ada atau 0%.
Data tabel 2 di atas dapat dibuat dalam bentuk dalam data statistik
sebaga berikut.
Tabel 3 Statistik Hasil Prestasi Belajar Siswa Kelas V melalui Metode Demonstrasi pada Siklus I
Statistik Nilai Statistik
Subjek Penelitian 18
Mean 59,44
Median 60
Modus 70
Standar Deviasi 15,52
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terendah 30
Sumber : Hasil Statistik, 2010
Dari Tabel 3 di atas diperoleh data statistik yaitu, dari 18 subjek
penelitian, nilai mean yang diperoleh adalah 59,44, nilai median yang
diperoleh adalah 60, nilai modus yang diperoleh adalah 70, nilai standar
deviasi yang diperoleh adalah 15,52, nilai tertinggi yang diperoleh adalah 80,
dan nilai tertinggi yaitu 30.
45
Jika skor penguasaan siswa pada tabel 3 di atas, dikelompokkan ke
dalam lima kategori, maka diperoleh distriusi frekuensi skor seperti yang
ditunjukkan pada tabel 4 berikut.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Prestasi Belajar siswa Kelas V SD Inpres No. 11 Allaere Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros pada Siklus I
Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 39 Sangat Rendah 2 11,11
40 – 54 Rendah 3 16,67
55 – 74 Sedang 11 61,11
75 – 84 Tinggi 2 11,11
85 – 100 Sangat Tinggi 0 0
Jumlah 18 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2010
Dari Tabel 4 di atas, diperoleh data bahwa dari 18 siswa kelas V SD
Inpres No. 11 Allaere kecamatan Tanralili Kabupaten Maros untuk kategori
sangat rendah frekuensinya adalah 2 orang dengan persentase 11,11%, untuk
kategori rendah frekuensinya adalah 3 orang dengan persentase 16,67%, untuk
kategori sedang frekuensinya adalah 11 orang dengan persentase 61,11%,
untuk kategori tinggi frekuensinya adalah 11,11%, dan untuk kategori sangat
tinggi frekuensinya adalah 0 atau 0%.
Dari data tabel 4 di atas dapat pula dilihat dalam bentuk grafik berikut.
46
Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
0 – 39 40 – 54 55 – 74 75 – 84 85 – 100
010203040506070
11,1116,67
61,11
11,11
0
Siklus I
Kategori dan Interval
Pers
enta
se
Gambar 4 Grafik Persentase Skor Hasil Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I
Dari grafik di atas sangat jelas menunjukkan nilai dari masing-masing
kategori yang telah ditentukan pada tabel 3 di atas.
Dari tabel 3 dan 4 di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata siklus I
berada pada kategori sedang.
Persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5 Deskripsi Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I
Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 69 Tidak Tuntas 10 55,56
70 – 100 Tuntas 8 44,44
47
Jumlah 18 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2010
Berdasarkan tabel 5 di atas, diperoleh bahwa dari 18 siswa kelas V SD
Inpres No. 11 Allaere Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, menunjukkan
bahwa 55,56% siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas dalam
pembelajaran IPA melalui demonstrasi dan 44,44% siswa termasuk dalam
kategori tuntas dalam pembelajaran IPA. Hal ini berarti masih ada siswa
sebanyak 10 orang yang memerlukan perbaikan secara individual.
Dari tabel 5 di atas, dapat pula ditunjukkan dalam bentuk grafik sebagai
berikut.
Gambar 5 Grafik Ketuntasan Hasil Prestasi Belajar IPA Siswa pada Siklus I
Dari grafik tersebut jelas sekali menunjukkan bahwa pada siklus masih
terdapat siswa yang belum tuntas pembelajaran IPA pada siklus I.
Tidak Tuntas Tuntas0 – 69 70 – 100
0102030405060
SikluS
Kategori dan Interval
Pers
enta
se
48
b. Siklus II
Setelah melihat siklus tes akhir siklus I, maka semua yang ada pada
siklus I dilakukan perbaikan pada proses tindakan siklus II. Proses belajar
mengajar pada siklus II dilakukan selama dua kali pertemuan dan pertemuan
ketiga diadakah tes akhir. Hasil akhir siklus II dapat dilihat pada tabel 5
berikut.
Tabel 6. Skor Hasil Perolehan Belajar IPA Siswa pada Siklus II
No Skor Frekuensi Persentase (%)
1 10 0 0
2 20 0 0
3 30 0 0
4 40 0 0
5 50 0 0
6 60 0 0
7 70 5 27,78
8 80 12 66,67
9 90 1 5,56
10 100 0 0
Jumlah 18 100
Sumber : Hasil Perolehan, 2010
Dari Tabel 6 di peroleh data bahwa tidak ada siswa yang memperoleh
skor 10 sampai dengan 60 pada siklus II, siswa yang memperoleh skor 70
49
sebanyak 5 orang dengan persentase 27,78%, siswa yang memperoleh skor 80
sebanyak 12 orang dengan persentase 66,67%, siswa yang memperoleh skor
90 sebanyak 1 orang dengan persentase 5,56%, sedangkan siswa yang
memperoleh skor 100 tidak ada atau 0%.
Data Tabel 6 di atas dapat dibuat dalam bentuk dalam data statistik
sebaga berikut.
Tabel 7 Statistik Hasil Prestasi Belajar Siswa Kelas V melalui Metode Demonstrasi pada Siklus I
Statistik Nilai Statistik
Subjek Penelitian 18
Mean77,78
Median80
Modus80
Standar Deviasi5,48
Nilai Tertinggi90
Nilai Terendah70
Sumber : Hasil Statistik, 2010
Dari Tabel 7 di atas diperoleh data statistik yaitu, dari 18 subjek
penelitian, nilai mean yang diperoleh adalah 77,78, nilai median yang
diperoleh adalah 80, nilai modus yang diperoleh adalah 80, nilai standar
deviasi yang diperoleh adalah 5,48, nilai tertinggi yang diperoleh adalah 90,
dan nilai tertinggi yaitu 70.
50
Jika skor penguasaan siswa pada tabel 7 di atas, dikelompokkan ke
dalam lima kategori, maka diperoleh distriusi frekuensi skor seperti yang
ditunjukkan pada tabel 8 berikut.
Tabel 8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Prestasi Belajar siswa Kelas V SD Inpres No. 11 Allaere Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros pada Siklus I
Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 39 Sangat Rendah 0 0
40 – 54 Rendah 0 0
55 – 74 Sedang 5 27,78
75 – 84 Tinggi 12 66,67
85 – 100 Sangat Tinggi 1 5,56
Jumlah 18 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2010
Dari tabel 8 di atas, diperoleh data bahwa dari 18 siswa kelas V SD
Inpres No. 11 Allaere kecamatan Tanralili Kabupaten Maros untuk kategori
sangat rendah frekuensinya adalah 0 atau 0%, untuk kategori rendah
frekuensinya adalah 0 atau 0%, untuk kategori sedang frekuensinya adalah 5
orang dengan persentase 27,78%, untuk kategori tinggi frekuensinya adalah 12
orang dengan persentase 66,67%, dan untuk kategori sangat tinggi
frekuensinya adalah 1 dengan persentase 5,56%.
Dari data Tabel 8 di atas dapat pula dilihat dalam bentuk grafik berikut.
51
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi0 – 39 40 – 54 55 – 74 75 – 84 85 – 100
01020304050607080
0 0
27,78
66,67
5,56
Siklus II
Kategori dan Interval
Pers
enta
se
Gambar 6 Grafik Persentase Skor Hasil Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II
Dari grafik di atas sangat jelas menunjukkan nilai dari masing-masing
kategori yang telah ditentukan pada tabel 3 di atas.
Dari Tabel 7 dan 8 di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata siklus II
berada pada kategori tinggi.
Persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 9 Deskripsi Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II
Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 69 Tidak Tuntas 0 0
70 – 100 Tuntas 18 100
52
Jumlah 18 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2010
Berdasarkan Tabel 9 di atas, diperoleh bahwa dari 18 siswa kelas V SD
Inpres No. 11 Allaere Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, menunjukkan
bahwa 0% siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas dalam pembelajaran
IPA melalui demonstrasi dan 100% siswa termasuk dalam kategori tuntas
dalam pembelajaran IPA.
Dari Tabel 9 di atas, dapat pula ditunjukkan dalam bentuk grafik
sebagai berikut.
Tidak Tuntas Tuntas0 – 69 70 – 100
020406080
100120 Siklus II
Kategori dan Interval
Pers
enta
se
Gambar 7 Grafik Ketuntasan Hasil Prestasi Belajar IPA Siswa pada Siklus II
Dari grafik tersebut jelas sekali menunjukkan bahwa pada siklus tidak
terdapat siswa yang belum tuntas pembelajaran IPA pada siklus II. Hal ini
berarti tidak dibutuhkan siklus berikutnya.
53
3. Perbandingan hasil tes prestasi belajar siswa kelas V SD Inpres No 11 Allaere Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros
Untuk melihat secara jelas perubahan yang terjadi setelah penerapan
metode demonstrasi dalam meningkatkan prestasi belajar dari siklus I hingga
siklus II. Perhatikan tabel 9 berikut.
Tabel 10. Statistik hasil prestasi belajar siswa kelas V SD Inpres No. 11 Allaere Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros
Siklus MeanNilai
MaksimumMedian
Nilai
Minimum
Modu
s
Standar
Deviasi
I 59,44 80 60 30 70 15,52
II 77,78 90 80 70 80 5,48
Sumber : Hasil Penelitian, 2010
Dari Tabel 10 di atas diperoleh data statistik pada siklus I dan siklus II,
dimana bahwa terjadi peningkatan pada sikus I ke siklus II, diketahui bahwa
nilai rata-rata pada siklus I adalah 59,44 dan pada siklus II senilai 77,78. Nilai
median pada siklus I adalah 60 dan pada siklus II senilai 80, nilai modus pada
siklus I adalah 70 dan pada siklus II senilai 80, nilai tertinggi pada siklus I
adalah 80 dan pada siklus II senilai 90, dan nilai terendah pada siklus I adalah
70 dan pada siklus II senilai 80.
Adapun tabel statistik di atas dapat dilihat dari grafik berikut.
54
Mean
Median
Modus
Standar Deviasi
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
020406080
100120140160180
59.44 6070
15.52
80
30
77.78 8080
5.48
90
70
Siklus II
Siklus I
Statistik
Nila
i
Gambar 10 Grafik Statistik Siklus I dan Siklus II
Pada grafik di atas sangat jelas memperlihatkan peningkatan hasil
belajar siklus I dan siklus II.
Adapun distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar siswa kelas V
SD Inpres No. 11 Allaere Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros pada siklus I
dan siklus II, dapat dilihat pada tabel 10 berikut.
Tabel 10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar IPA melalui Metode Demonstrasi siswa kelas V SD Inpres No. 11 Allaere Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros
Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)
55
Siklus I
Siklus II
Siklus I
Siklus II
0 – 39 Sangat Rendah 2 0 11,11 0
40 – 54 Rendah 3 0 16,670
55 – 74 Sedang 11 5 61,11 27,78
75 – 84 Tinggi 2 12 11,11 66,67
85 – 100 Sangat Tinggi 0 1 0 5,56
Jumlah 18 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2010
Tabel 11 di atas, menunjukkan bahwa terjadi perubahan hasil belajar
siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I frekuensi skor hasil belajar siswa
yang berada pada kategori sangat rendah yaitu 2 orang dengan persentase
11,11% dan pada siklus II frekuensinya adalah 0 atau 0%, kategori rendah
pada siklus I yaitu 3 orang dan siklus II adalah 0 atau 0%, kategori sedang
pada siklus I frekuensinya adalah 11 orang dengan persentase 61,11% dan
pada siklus II frekuensinya adalah 5 orang dengan persentase 27,78%, kategori
tinggi frekuensinya adalah 2 orang dengan persentase 11,11% dan siklus II
frekuensinya adalah 12 orang dengan persentase 66,67%, dan kategori sangat
tinggi pada siklus I adalah tidak ada, namun pada siklus II bernilai 1 dengan
presentase 5,56%.
Adapun tabel 11 di atas, dapat dilihat dari grafik berikut ini.
56
Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
0 – 39 40 – 54 55 – 74 75 – 84 85 – 100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
11,1116,67
61,11
11,11
00 0
27,78
66,67
5,56
Siklus ISiklus II
Kategori dan Interval
Pers
enta
se
Gambar 11 Grafik Kategori Hasil Belajar IPA Siklus I dan Siklus II
Tabel 12 Deskripsi Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II
Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 69 Tidak Tuntas 10 0 55,56 0
70 – 100 Tuntas 8 18 44,44 100
Jumlah 18 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2010
Dari tabel 12 di atas, diketahui bahwa pada siklus I masih ada siswa
yang tidak menuntaskan hasil belajar IPA, namun pada siklus II tidak ada lagi
siswa yang tak menuntaskan hasil belaja IPA, diketahui bahwa pada siklus II
dari 18 subjek penelitian semua menuntaskan hasil belajar IPA.
Adapun tabel 12 di atas dapat dibuatkan grafik sebagai berikut.
57
Tidak Tuntas Tuntas0 – 69 70 – 100
0
20
40
60
80
100
120
55,5644,44
0
100
Siklus ISiklus II
Kategori dan Interval
Pers
enta
se
Gambar 12. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I dan Siklus II
Dari grafik di atas sangatlah jelas menunjukkan bahwa pada siklus I ke
siklus II terjadi peningkatan prestasi belajar, dimana pada siklus I terdapat
siswa yang tidak tuntas belajar IPA. Namun pada siklus II tidak ada siswa
yang tidak tuntas hasil belajar IPA.
B. Pembahasan
1. Aktivitas siswa
Faktor lain yang menyebabkan belum maksimalnya hasiul belajar siswa
pada siklus I, dikarenakan masih banyak siswa yang melakukan aktivitas yang
tidak relevan dengan pembelajaran di antaranya : tidak memperhatikan
penjelesan guru, mengobrol teman, mengerjakan tugas lain, bersikap seadanya
dalam melakukan kegiatan. Meskipun jumlah siswa yang melakukan kegiatan
58
tersebut tidak terlalu signifikan dan masih terktegori ditoleransi, namun tetap
harus menjadi perhatian karena jika dibiarkan tanpa tindakan korektif akan
mengakibatkan orientasi belajar siswa terganggu sehingga tujuan
pembelajaran tak dapat dicapai.
Pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I. Siklus II keaktifan
siswa sudah Nampak, dorongan dan minat siswa dalam belajar sudah dapat
terlihat dari keaktifannya bertanya, bekerja sama dalam kelompok dan hasil
belajarnya.
2. Hasil belajar
Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah dilakukan tes siklus I dalam
metode demonstrasi adalah rata-rata yang diperoleh adalah 59,44 dengan nilai
tertinggi 80 dan terendah adalah 30 serta mediannya adalah 60 dari skor ideal
100, berada pada ketegori sangat rendah yaitu frekuensinya adalah 2 dengan
persentase 11,11%. Hal ini disebakan karena kurangnya motivasi belajar
sehingga siswa tidak tertarik dengan pembelajaran yang diberikan. Dalam
metode demonstrasi siswa ditekankan pada pembelajaran secara berkelompok,
namum dalam siklus I siswa belum dapat bekerja seefisien mungkin, dalam
berkelompok masih banyak siswa yang memonopoli tugas yang diberikan dan
yang lainnya hanya bercerita dan tidak membantu temannya. Siswa belum
59
mengetahui apa arti dalam bekerja sama dalam kelompok. Oleh karen itu,
dalam siklus I ini guru lebih membimbing dan mengarhakan siswa.
Tes siklus II menunjukkan nilai yang lebih baik dari siklus I yaitu
dengan rata-rata 77,78%, nilai tertinggi adalah 90 dan terendah adalah 70,
mediannya adalah 80 dan modusnya adalah 80 dengan standar deviasi 5,48
berada pada kategori tinggi. Dengan metode demonstrasi aktivitas siswa dalam
kelompok sudah baik, pasangan-pasangan bekerja dengan baik, laporan
lembar kerja siswa sudah merupakan hasil diskusi kelompok.
Dari pembahasan di atas diketahui bahwa pada siklus I dengan siklus II
terjadi peningkatan mulai dari rata-ratanya naik sebesar 18,34. Dan standar
deviasinya juga mengalami kenaikan sebesar 10,04. Begitupun untuk nilai
tertingginya kenaikannya dari 80 menjadi 90. Nilai terendah adalah dari 30
menjadi 70 dan nilai yang paling banyak muncul pada siklus I adalah 70 naik
menjadi 80, jadi kebanyak siswa telah memperoleh nilai 80 pada siklus II.
3. Refleksi siklus I dan siklus II
Dari siklus I ke siklus II terbukti bahwa terjadi peningkatan prestasi
hasil belajar IPA, dari pembahasan di atas menjelaskan bahwa pada siklus I
yang menyebakan rendahnya hasil belajar hal ini disebabkan kerana masih ada
siswa yang melakukan hal-hal yang tidak relevan dengan proses pembelajaran
60
seperti masih ada siswa yang mengganggu temannya dan tidak mengerjakan
tugas sesuai dengan lembar kerja yang diberikan serta masih banyak siswa
yang keluar masuk, menyebebkan siswa tidak memperhatikan atau menyimak
penjelasan guru. Oleh karena itu pada siklus I dibuatkan refleksi untuk
dijadikan bahan perencanaan pada siklus II. Upaya yang dilakukan peneliti
adalah memberikan motivasi kepada siswa untuk memperhatikan penjelasan
guru, utamanya untuk metode demonstrasi siswa lebih banyak melakukan
aktifitas dibandingkan dengan guru melalui perancangan pesawat sederhana
dan melakukan demontrasi dari hasil perencangan tadi dengan sebelumnya
siswa telah berkomunikasi dengan guru untuk langkah-langkah demonstrasi
yang diberikan. Hal ini yang menyebabkan sehingga pada siklus II meningkat
karena siswa yang lebih berperan aktif dalam mendemonstrasikan pesawat
sederhana yang dieksperimentkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
61
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi
akan dapat :
1. Meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Inpres No. 11 Allaere
Kacamatan Bontoa Kabupaten Maros dengan metode demonstrasi, nilai
rata-rata yang diperoleh adalah 59,44 dengan nilai tertinggi 80 dan
terendah adalah 30 serta mediannya adalah 60 dari skor ideal 100, berada
pada ketegori sangat rendah yaitu frekuensinya adalah 2 dengan persentase
11,11%. Tes siklus II menunjukkan nilai yang lebih baik dari siklus I yaitu
dengan rata-rata 77,78%, nilai tertinggi adalah 90 dan terendah adalah 70,
mediannya adalah 80 dan modusnya adalah 80 dengan standar deviasi 5,48
berada pada kategori tinggi. diketahui bahwa pada siklus I dengan siklus II
terjadi peningkatan mulai dari rata-ratanya naik sebesar 18,34. Dan standar
deviasinya juga mengalami kenaikan sebesar 10,04. Begitupun untuk nilai
tertingginya kenaikannya dari 80 menjadi 90. Nilai terendah adalah dari 30
menjadi 70 dan nilai yang paling banyak muncul pada siklus I adalah 70
naik menjadi 80, jadi kebanyak siswa telah memperoleh nilai 80 pada
siklus II60
62
2. Meningkatkan ketuntasan hasil belajar IPA kelas V SD Inpres No. 11
Allaere Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros. Pada siklus I masih ada
siswa yang tidak menuntaskan hasil belajarnya yaitu 10 orang dengan
persentase 55,56%, namun pada siklus II tidak ada lagi siswa yang tidak
tuntas.
3. Aktivitas siswa dan guru juga terjadi peningkatan ke arah yang lebih baik
siswa kelas V SD Inpres No. 11 Allaere Kecamatan Tanralili Kabupaten
Maros. Jika diperhatikan rekapitulasi data pada hasil penelitian aktivitas
siswa diperoleh bahwa pada siklus I masih ada 13 orang yang tak
memperhatikan penjelasan guru, dan 15 orang yang belum mengerti
tentang kerja sama kelompok. Pada siklus II siswa yang memperhatikan
penjelasan guru naik menjadi 17 orang, kenaikannya adalah 4 orang saja
dari 18 subjek penelitian. Begitupun siswa yang melakukan hal-hal yang
tidak relevan seperti menggaggu teman pada siklus I siswa yang sering
mengganggu temannya adalah 2 orang dan pada siklus II sudah tidak ada
lagi. Pada siklus II siswa sudah mulai memperhatikan dan mengamati
demonstrasi yang akan siswa lakukan sehingga tak ada perhatian lain
selain dari pada konsentrasi pada demonstrasi yang yang dilakukan berupa
pesawat sederhana.
63
B. Saran
Dari upaya peningkatan hasil belajar IPA dengan metode demonstrasi
maka melalui penelitian ini disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Menetapkan metode demontrasi untuk meningkatkan hasil belajar IPA
siswa dalam menyelesaikan pembelajaran IPA.
2. Dalam kegiatna pembelajaran guru hendaknya memberikan situasi yang
bervariasi sehingga tidak menyebabkan kejenuhan bagi siswa.
3. Diharapkan para peneliti dibidang pendidikan, agar dapat melakukan
penelitian lebih lanjut tentang metode demonstrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, 1992. Konsep dan penerapan CBSA dalam pengajaran. Bandung : PT. Sarana Panca Karya.
64
Arifin, Zaenal. 1999. Evaluasi Instruksional. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta : Balai Pustaka.
Bagus, Ide. November 2009. http//www.indoskripsi.com.
Danim, Sudarwan. 1997. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku.Jakarta : Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional RI. 2003. UU RI No. 20 Tahin 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 1993. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasbuan, JJ dan Moedgino. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Poerwadarmita, W.J.S. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rostiyah, N.K. 2001. Stratgi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudrajat, Akhmad. Pengertian Pendekatan, Metode dan Strategi. Wordpres.com. diakses pada 2008-09-12
Whandie, 17 Februari 2007. Pengertian Belajar. www//whandie.net
65
SILABUS
Sekolah : SD Inpres No. 11 Allaere Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros Kelas / Semester : V (lima) Genap Mata Pelajaran : IPA Standar Kompetensi : 5. Memahami hubungan antara Gaya, gerak, dan energy serta fungsinya
Kompetensi Dasar
Materi Pokok/ Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran IndikatorPenilaian
Alokasi Waktu
Sumber belajarTeknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
5.1. Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan, energy melalui percobaan
Gaya Gravitasi gaya Magnet gaya gesek
1. Mencari informasi bebagai jenis kegiatan pesawat sederhana
2. Mendata alat rumah tangga berdasarkan penggolongan pesawat sederhana
3. Mengumpulkan data berbagai kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana
4. Melakukan percobaan menggunakan pesawat sederhana
1. Mengklasifikasikan jenis pesawat sederhana
2. Membuat contoh pesawat sederhan
Tes Tertulis
UraianPG
Kerjakanlah !1. Sebutkan dua contoh alat
yang menerapkan prinsip pesawat sederhana berikuti : pengungkity bidang miring dan katrol. Datalah alat-alat di rumah yang kerjanya menggunggunakan prinsip pesawat sederhana
2. Gunting merupakan alat yang menggunakan prinsip pesawat sederhana jenis …
3. Sediakan sebuah kaleng bertutup dan sendok makan. Bukalah dengan tangan, tutupilah kembali, bukalah dengan menggunakan sendok makan
4 JP 1. Buku IPA
2. LKS 3. Gunti
ng, tang, Sendok Makan, dan laian-lain
66
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SD Inpres No. 11 Allaere Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros
Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)Kelas / Semester : V (lima)/ GenapStandar kompetensi : 5. Memahami hubungan antar gaa, gerak, dan
energi, serta fungsinyaKompetensi Dasar : 5.2. Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat
membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat
Indikator : 5.2.1. Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat misal: Pengungkit, bidang miring, dan katrol
5.2.2. Menggolongkan berbagai alat rumah tangga sebagai pengungkit bidang miring, katrol, dan roda
5.2.3. Mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana
5.2.4. Mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana
Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran Tujuan Pembelajaran : 1. Mencari informasi berbagai jenis pesawat serta kegunaan pesawat
sederhana2. Mendata alat rumah tangga berdasarkan penggolongan jenis-jenis pesawat
sederhana 3. Mengumpulkan data berbagai kegiatan yang menggunakan pesawat
sederhana 4. Melakukan percobaan menggunakan pesawat sederhana.
Materi Pembelajaran Pesawat sederhana
Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran
a. Direct Instruction (DI)b. Cooperative Learning (CL)
2. Metode a. Demonstrasi
67
b. Eksperimen c. Diskusi tanya jawab
Langkah-langkah pembelajaran Pertemuan pertama1. Kegiatan Awal
a. Memotivasi Guru menanyakan kepada peserta didik dapatkah orang mengangkat mobil?
b. Pengetahuan prasyarat Mengapa dibengkel satu orang saja yang mampu mengangkat mobil dengan mudah?
2. Kegiatan Inti a. Guru membagi peserta didik secara berpasangan b. Guru mengarahkan jawaban pertanyaan dengan meminta peserta didik
untuk membuka dan membaca buku siswa. c. Guru mempresentasikan pengetahuan deklaratif tentang jenis-jenis
pesawat sederhana dan kegunaannya. d. Guru meminta peserta didik untuk membuktikan jenis pekerjaan yang
menggunakan pengungkit percobaan pesawat sederhana.e. Guru mempresentasikan pengetahuan deklaratif tentang prinsip kerja
bidang miring.f. Guru mendemonstrasikan prinsip kerja bidang miring.g. Guru meminta peserta didik mengerjakan LKS yang sudah disiapkan
oleh guruh. Guru memeriksa kegiatan peserta didik apakah sudah dilakukan dapat
melakukan kegiatan dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
3. Kegiatan Akhir a. Memberi penghargaan pada kelompok kerja dengan kerja yang baikb. Membimbing siswa merangkum pelajaran c. Uji kompetensi lisan
Sebutkan benda-benda yang termasuk pesawat sederhana di sekitarmu!
Pertemuan Kedua 1. Kegiatan Awal
a. Motviasi
68
Guru menanyakan kepada peserta didik bagaimana cara mengambil air dari dalam sumur !
b. Pengetahuan Prasayarat Mengapa besi kamu menggunakan timba?
2. Kegiatan Inti a. Guru membagi peserta didik secara berpasangan b. Guru mengarahkan jawaban pertanyaan dengan meminta peserta didik
untuk membuka dan membaca buku siswa c. Guru mempresentasikan pengetahuan deklaratif tentang jenis-jenis
katrol serta roda berporos d. Guru meminta peserta didik untuk mempraktikan percobaan untuk
mengetahui prinsip kerja roda berporos e. Guru meminta peserta didik untuk mempraktikkan percobaan untuk
mengetahui prinsip kerja roda pada traktorf. Guru meminta peserta didik mengerjakan LKS yang sudah disiapkan
oleh guru.g. Guru memeriksa kegiatan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan
benar. Jika masih ada peserta didik yang belum dapat melakukan kegiatan dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
3. Kegiatan Akhir a. Memberi penghargaan pada kelompok kerja dengan kinerja yang baik b. Membimbing siswa merangkum pelajaran c. Uji Kompetensi tertulis
Sebutkan 2 (dua) contoh alat yang kerjanya menggunakan prinsip katrol
Sumber belajar 1. Buku IPA Kelas V untuk SD/MI2. Aneka benda disekitar siswa
Penilaian1. Teknik Penilaian
a. Tes unjuk kerja b. Tes identifikasi c. Uji petik kerja prosedur
2. Bentuk Instrumenta. Tes Terulis PG b. Essai
3. Contoh Instrument
69
a. Soal Identifikasi dan uji petik kerja prosedur Lakukan pengujian untuk mengetahui jenis pekerjaan yang menggunakan pengungkit.
b. Contoh tes PG dan Essai 1) Alat yang menggunakan prinsip kerja pengungkit yaitu:
Derek Membuka botol Timba sumur Kursi roda
2) Apakah yang dimaksud dengan pesawat sederhana? Berikan contohnya!
Mengetahui : Maros, Juni 2010 Kepala Sekolah, Peneliti,
Burhanuddin M., S. Pd. IrmawatiNIP. 130 760 089 NIM.
Lampiran 1
70
LATIHAN SOAL SIKLUS IPetunjuk Soal Berilah Tanda Silang (X) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang benar!
1. Pesawat sederhana berguna untuk …a. Memudahkan pekerjaan b. Mempersingkat waktu c. Mempersingkat perjalanan d. Menciptakan gaya
2. Alat di bawah ini yang bukan tuas adalah …a. Baji b. Katrol c. Drei d. Gegep
3. Pembuatan sekrup dan batu menggunanakan prinsip …a. Bidang Miring b. Tuas c. Roda d. Poros
4. Berikut ini yang menggunakan katrol tetap adalah …a. Mesin miringb. Jungkat-jangkit a. Sumur timbab. Sumur pompa
5. Pesawat yang rumit terdiri atas beberapa pesawat …a. Sederahanab. Modern c. Mewah d. Ringan
6. Di bawah ini yang merupakan tuas golongan pertama adalah …a. Sekop b. Alat memancing c. Gegep d. Gunting
7. Pembuatan atap rumah menggunakan prinsip…
71
a. Katrol b. Tuas c. Bidang miring d. Roda
8. Jenis paku yang batangnya menggunaan prinsip bidang miring adalah a. Paku paying b. Paku pines c. Paku ulir d. Paku jarum
9. Tuas disebut juga …a. Bidang miring b. Pengungkit c. Katrol d. Pesawat
10. Pesawat sederhana dikelompokkan menjadi … macam.a. 2 b. 3c. 4d. 5
Jawaban 1. A2. A3. D4. B5. A6. D7. D8. B9. D10. D
LATIHAN SOAL SIKLUS II
72
Petunjuk Soal Berilah Tanda Silang (X) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang benar!
1. Jenis pesawat yang menggunakan prinsip tuas adalah …a. Gunting kuku b. Ketapel c. Engsel pintu d. Paku jarum
2. Setiap alat yang berguna untuk memudahkan pekernaan manusia disebut …a. Katrol b. Tuas c. Mobil d. Pesawat
3. Katrol mempunyai titik tumpu, kuasa, dan dan beban.oleh karena itu, pada prinsipnya katrol termasuk …a. Pengungkit b. Bidang miring c. Roda d. Bidang datar
4. Roda termasuk pesawat sederhana jenis …a. Katrol tetap b. Katrol bebas c. Pengungkit d. Bidang miring
5. Sekop yang kita gunakan untuk menyerok tanah merupakan tuas golongan a. Pertama b. Kedua c. Ketigad. Keempat
6. Keuntungan tuas golongan kedua adalah …a. Murah b. Beban yang berat dapat digerakkan dengan ringan c. Beban yang berat tidak dapat digerakkan dengan ringan d. Lebih cepat
7. Untuk mengangkat atau menarik benda, sebaliknya kita menggunakan ..
73
a. Roda berputarb. Bidang miring c. Katrol d. Tuas
8. Di bawah ini adalah contoh penggunaan roda berputar, kecuali…a. Setir mobil b. Setir kapal c. Roda sepedad. Dongkrak
9. Di bawah ini adalah macam-macam katrol, kecuali…a. Katrol tetap b. Katrol lepas c. Katrol bebas d. Katrol majemuk
10. Iwan sedang memotong kukunya yang panjang, maka ia menggunakan pesawat jenis …a. Tuas b. Katrol c. Bidang miring d. Roda