Top Banner
Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden Gumilang Masdar Nurulloh * Mahasiswa Pascasarjana Prodi Sejarah Kebudayaan Islam (S2) Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung ABSTRAK Hasan Al Banna melalui gerakan Ikhwanul Muslimun telah menginspirasi pembaharuan Islam pada abad ke-20. Corak pemikiran yang diketengahkannya adalah pemikiran Islam yang moderat, tidak berlebih-lebihan dan tidak pula serba memudahkan. Menjadi alternatif bagi pemikiran umum yang berkembang saat itu, yakni pemikiran sekularisme (memisahkan urusan agama dengan negara). Warisan terbesar Hasan Al Banna adalah jama’ah Ikhwanul Muslimun, yang didirikannya pada bulan Maret 1928 masehi, bertepatan dengan bulan Zulqa’idah 1347 hijriyah. Hasan Al Banna tewas ditembak pada 12 Februari 1949 di depan Kantor Pusat Pemuda Ikhwanul Muslimun, lewat sebuah perencanaan tingkat tinggi petinggi militer Mesir dikomandoi Mahmud Abdul Majid, seperti yang diungkap Fathi Yakan. Menjadi semakin menarik lagi, apabila pemikiran Hasan Al Banna ditinjau lebih dalam, untuk mengangkat gagasan-gagasan orisinilnya tentang perkembangan dan pergerakan keislaman, akan dipaparkan pemikiran-pemikiran Hasan Al Banna meliputi Islam, aqidah, hadits, fiqih, tasawuf dan tarekat, masalah-masalah khilafiyah, tarbiyah, ilmu pengetahuan, ekonomi, paham-paham ideologi, gender, jihad, politik, sistem pemerintahan, dan persoalan Khilafah. KATA KUNCI: Hasan Al Banna, Pemikiran, Pembaharuan Islam, Ikhwanul Muslimun, Moderat PENDAHULUAN Hasan Al Banna adalah mujaddid (pembaharu) pada permulaan abad ke-14 hijriyah, sekaligus pendiri salah satu gerak- an Islam terbesar dunia, Ikhwanul Musli- min di Mesir, sebuah gerakan yang dalam perkembangannya sudah memiliki penga- ruh lebih di 70 negara dunia (Rahmat Abdullah, 2013). Hasan Al Banna sendiri semasa hidupnya merupakan tokoh kharismatik dan sangat diwaspadai oleh negara-negara Barat yang saat itu men jajah negeri-negeri Muslim, hingga Richard Mitchell seorang diplomat Amerika Serikat pada waktu itu cerita (alm) KH. Rahmat Abdullah mengajukan rekomendasi agar mewaspadai pengajaran Sirah Nabawiyah karena akan membang-kitkan militansi para pemuda * Dosen Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas Muslimin. Perlu diketahui bahwa, pengajaran Sirah Nabawiyah menjadi salah satu pengajaran wajib dalam manhaj Tarbiyah yang digagas Hasan Al Banna lewat Ikhwanul Muslimun disamping materi penting lainnya seperti Aqidah, Akhlak, Al Quran, Hadits, Ghazwul Fikri, dan lain-lain. Warisan terbesar Hasan Al Banna adalah jama’ah Ikhwanul Muslimun, yang didirikannya pada bulan Maret 1928 mase- hi, bertepatan dengan bulan Zulqa’idah 1347 hijriyah. Hasan Al Banna tewas ditembak pada 12 Februari 1949 di depan Kantor Pusat Pemuda Ikhwanul Muslimun, lewat sebuah perencanaan tingkat tinggi petinggi militer Mesir dikomandoi Mahmud Abdul Majid, seperti yang diungkap Fathi YakanHerry
22

13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

Mar 11, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 13 -

SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA

Deden Gumilang Masdar Nurulloh*

Mahasiswa Pascasarjana Prodi Sejarah Kebudayaan Islam (S2)Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK

Hasan Al Banna melalui gerakan Ikhwanul Muslimun telah menginspirasi pembaharuan Islampada abad ke-20. Corak pemikiran yang diketengahkannya adalah pemikiran Islam yangmoderat, tidak berlebih-lebihan dan tidak pula serba memudahkan. Menjadi alternatif bagipemikiran umum yang berkembang saat itu, yakni pemikiran sekularisme (memisahkan urusanagama dengan negara). Warisan terbesar Hasan Al Banna adalah jama’ah Ikhwanul Muslimun,yang didirikannya pada bulan Maret 1928 masehi, bertepatan dengan bulan Zulqa’idah 1347hijriyah. Hasan Al Banna tewas ditembak pada 12 Februari 1949 di depan Kantor PusatPemuda Ikhwanul Muslimun, lewat sebuah perencanaan tingkat tinggi petinggi militer Mesirdikomandoi Mahmud Abdul Majid, seperti yang diungkap Fathi Yakan. Menjadi semakinmenarik lagi, apabila pemikiran Hasan Al Banna ditinjau lebih dalam, untuk mengangkatgagasan-gagasan orisinilnya tentang perkembangan dan pergerakan keislaman, akandipaparkan pemikiran-pemikiran Hasan Al Banna meliputi Islam, aqidah, hadits, fiqih, tasawufdan tarekat, masalah-masalah khilafiyah, tarbiyah, ilmu pengetahuan, ekonomi, paham-pahamideologi, gender, jihad, politik, sistem pemerintahan, dan persoalan Khilafah.

KATA KUNCI: Hasan Al Banna, Pemikiran, Pembaharuan Islam, Ikhwanul Muslimun,Moderat

PENDAHULUANHasan Al Banna adalah mujaddid

(pembaharu) pada permulaan abad ke-14hijriyah, sekaligus pendiri salah satu gerak-an Islam terbesar dunia, Ikhwanul Musli-min di Mesir, sebuah gerakan yang dalamperkembangannya sudah memiliki penga-ruh lebih di 70 negara dunia (RahmatAbdullah, 2013).

Hasan Al Banna sendiri semasahidupnya merupakan tokoh kharismatikdan sangat diwaspadai oleh negara-negaraBarat yang saat itu men jajah negeri-negeriMuslim, hingga Richard Mitchell seorangdiplomat Amerika Serikat pada waktu itucerita (alm) KH. Rahmat Abdullahmengajukan rekomendasi agar mewaspadaipengajaran Sirah Nabawiyah karena akanmembang-kitkan militansi para pemuda

*Dosen Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas

Muslimin. Perlu diketahui bahwa,pengajaran Sirah Nabawiyah menjadi salahsatu pengajaran wajib dalam manhajTarbiyah yang digagas Hasan Al Bannalewat Ikhwanul Muslimun disampingmateri penting lainnya seperti Aqidah,Akhlak, Al Quran, Hadits, Ghazwul Fikri,dan lain-lain.

Warisan terbesar Hasan Al Bannaadalah jama’ah Ikhwanul Muslimun, yangdidirikannya pada bulan Maret 1928 mase-hi, bertepatan dengan bulan Zulqa’idah1347 hijriyah.

Hasan Al Banna tewas ditembak pada12 Februari 1949 di depan Kantor PusatPemuda Ikhwanul Muslimun, lewat sebuahperencanaan tingkat tinggi petinggi militerMesir dikomandoi Mahmud Abdul Majid,seperti yang diungkap Fathi YakanHerry

Page 2: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 14 -

Nurdi, 2011). Syahidnya Mursyid ‘AmIkhwanul Musli-min ini karena sangatmembahayakan kepentingan-kepentinganBarat di kawasan Timur Tengah, sehinggabegitu beredarnya kabar tewasnya AlBanna sekaligus pembubaran gerakan inioleh pemerintah Mesir, mereka sangatgembira (Sayyid Qutub, 1987).

Diantara pemikiran terpenting danorisinal yang dilontarkan oleh Hasan AlBanna adalah Al Maratibul Amal (urutanamal) yang terdiri dari, memperbaiki dirisendiri (bina’usy Syakhsyiyah Islamiyah);membentuk keluarga Muslim (takwinbaitul Muslim); membimbing masyarakat(Irsyadul mujtama’i); memerdekakan tanahair (tahrirul wathan); membenahi pemerintahan (ishlahul hukumah); mengembalikaneksistensi kenegaraan (al kayyan ad dauli);dan, sakaguru peradaban (ustadziyatul‘alam). Tujuh tahapan amal ini dikenalsebagai cetak biru yang menginspirasipergerakan Islam di setiap penjuru duniasampai saat ini.

Ada juga sebagian kalangan yangmenuduh Hasan Al Banna sebagai ideologdari pemahaman takfiri (pengkafiran).Namun bantahan ini datang dari seorangcendekiawan Muslim ternama, YusufQaradhawi. Syaikh Qaradhawi telah mela-kukan studi dan melacak akar pemikirantakfiri dalam tubuh Ikhwanul Muslimun,dan tiba pada kesimpulan bahwa pahampengkafiran ini tidak dikenal semasa HasanAl Banna masih hidup dan menjadi mursyid‘Am Ikhwanul Muslimun, lebih lengkapnyaSyaikh Qaradhawi menyatakan:

Ada anggapan bahwa jam’ah takfirmerupakan perpanjangan tangan dari AlIkhwan Al Muslimun. Tapi sesungguhnya,benih kelompok ini mulai muncul di dalampenjara perang. Mereka mulai mengkafir-kan di dalam penjara dan akhirnyamengkafirkan setiap orang, mulai dariorang yang menyiksa mereka tanpa belaskasih, para penguasa yang mengeluarkanperintah penyiksaan terhadap mereka, jugamasyarakat yang diam melihat tindakanpenyiksaan tersebut.

Di dalam penjara, kelompok yangberpandangan seperti itu mulai menyendi-ri, membuat kelompok baru dan meninggalkan Al Ikhwan Al Muslimun. Mereka tidaklagi salat bersama para tahanan AlIkhwan. Bahkan terjadi perdebatan yangpanjang antara mereka dan Al Ikhwan.Mursyid jama’ah, yakni Al Ustadz HasanHudaibi (pengganti Hasan Al Banna sete-lah wafatnya) dalam tulisan yang kemudianbeliau rangkum di dalam bukunya Du’at LaQudhat membantah pemikiran pengkafirantersebut.

Amir Syukri Mustafa, selaku pemimpindan pendiri kelompok At Takfir menuduhpemimpin Al Ikhwan Al Muslimun telahmelakukan pengkhianatan besar, karena AlIkhwan tidak melakukan perlawanan ter-hadap pihak keamanan dan kepolisianserta membiarkan kulit-kulit saudaranyadicambuk dan leher-leher mereka dipancu-ng.

Jadi, bagaimana bisa Al Ikhwan AlMuslimun dianggap bertanggungjawab at-as kelompok yang telah memisahkan diridari mereka dan bahkan menuduh AlIkhwan dengan tuduhan yang sangat bu-ruk? (Amer Syamakh, 2011).

Hal itu menegaskan apa yang sebelumnya pernah dinyatakan Hasan Al Banna,bahwa sebagaimana dalil-dalil Al Quran,Islam memerintahkan berlaku objektif danberinteraksi dengan baik terhadap orangkafir yang mengikat perjanjian denganumat Islam (Ahlul Dzimmi).

Kita tidak mengkafirkan seorang Mus-lim yang telah mengikrarkan dua kalimatsyahadat, mengamalkan tuntutan-tuntutan-nya dan melaksanakan kewajiban-kewajib-an, baik karena pendapatnya maupun ke-maksiatannya, kecuali jika ia mengatakankata-kata kufur, atau mengingkari sesuatuyang telah diakui sebagai asas dari agama,atau mendustakan ayat-ayat Al Quran yangsudah jelas maknanya, atau menafsirkan-nya dengan cara yang tidak sesuai dengankaidah bahasa Arab, atau melakukan suatuperbuatan yang tidak mungkin dinterpreta-

Page 3: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 15 -

sikan kecuali kekufuran (Hasan Al banna,2012).

Akan menjadi semakin menarik lagi,apabila pemikiran Hasan Al Banna ditinjaulebih dalam, untuk mengangkat gagasan-gagasan orisinilnya tentang perkembangandan pergerakan keislaman. Dalam jurnalini, akan dipaparkan pemikiran-pemikiranHasan Al Banna meliputi Islam, aqidah,hadits, fiqih, tasawuf dan tarekat, masalah-masalah khilafiyah, tarbiyah, ilmu pengeta-huan, ekonomi, paham-paham ideologi,gender, jihad, politik, sistem pemerintahan,dan persoalan Khilafah, rujukan utamanyaadalah dua kitab yang dituliskan sendirioleh Hasan Al Banna, yakni, Majmu’aturRasail (Kumpulan Risalah Dakwah), danMudzakkiratud Da’wah Wad Da’iyah(Untuk Dakwah dan Para Da’inya), serta beberapa buku lainnya sebagai penunjang.Dengan demikian diharapkan dapat meng-hadirkan sebuah rekonstruksi pemikiranyang utuh mengenai Hasan Al Banna.

Riwayat Hidupnya Secara RingkasSuatu kali, seorang wartawan mewa-

wancarai Hasan Al Banna, wartawan itu meminta beliau menjelaskan tentang kepribadiannya kepada orang lain, maka Hasan AlBanna menjawab:

“Saya adalah pengembara yang seda-ng mencari kebenaran, seorang manusiayang sedang memahami hakikat kemanusiaannya diantara mereka, seorang warganegara yang selalu mendengungkan kemu-lian kemerdekaan, ketenangan, dan kehi-dupan yang baik bagi negerinya di bawahnaungan Islam yang lurus. Saya berkonsentrasi untuk memahami rahasian keberada-an-Nya. Kemudian beliau berseru, sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, danmatiku hanyalah untuk Allah Rabb semestaalam. Tiada sekutu bagi-Nya’ dan demikianitulah yang diperintahkan kepadaku danaku adalah orang yang pertama-tamamenyerahkan diri kepada Allah.” (AbbasAs Sissy, 2001).

Hasan Al Banna lahir pada hari Ahad14 Oktober 1906 masehi, bertepatan

dengan tanggal 25 Sya’ban 1324 Hijriyahdi Kota Mahmudiyah, sebuah wilayah dipropinsi Buhairah, lebih kurang 90 km dariKairo, Mesir (Amer Syamakh, 2011).

Namanya bermakna Sang PembangunKebaikan. Ayahnya adalah sa-lah seorangahli fiqih dan hadits ternama di masanya,Syaikh Ahmad Abdurrahman Al Banna AlSa’ati. Beliau memiliki karya-karya yangbaik dalam bidang hadits Rasul ullah, baikberupa penyusunan, hingga penjelasanhadits sehingga mendapatkan penghormat-an dari ulama sezamannya.

Diantara karya-karya Syaikh AhmadAbdurrahman Al Banna Al Sa’ati adalahBadaiul Minan fi Tartibi Musnad Imam AsySyafi’i (Kumpulan Musnad dan SunanImam Syafi’i sesuai dengan bab-bab fiqih),demkian pula dengan musnad Imam AbuHanifah. Selain itu beliau menyusun hadits-hadits dalam musnad Imam Ahmad yangmencapai 40.000 hadits sesuai dengan bab-bab fiqih yang diberi judul Al Fath ArRabbani li Tartib Musnad Al Imam Ahmadbin Hanbal As Syaibani. Hadits-hadits didalam kitab ini kemudian diberikan syarahatau penjelasan yang dilengkapi denganhikmah serta hukum-hukum dalam sebuahkitab yang diberi judul Bulughul Amani minAsraaril Fathi Ar Rabbani. Dikarenakansangat besar, maka beliau meringkasnyalagi dalam sebuah kitab berjudul Mukhtas-har Bulughul Amani min Asraaril Fathi ArRabbani yang terdiri dari 24 jilid besarUntuk menafkahi keluarganya, sang ayahmembuka toko arloji (Muhammad AbdulQadir Abu Faris,

Sewaktu kecil, Hasan Al Banna menimba ilmu di Madrasah Diniyah Ar Rasyad dibawah bimbingan Syaikh MuhammadZahran. Selain belajar insya’ (mengarang),qawa’id (tata bahasa), dan tahbiq (praktek-nya), Madrasah Ar Rasyad mengenalkanpembaharuan materi-materi kepada murid-muridnya, suatu materi yang pada saat itutidak populer di madrasah-madrasah seje-nis, misalnya adab (tata karma) yang ditua-ngkan dalam pelajaran muthala’ah (waca-na), atau imla’ (dikte), serta mahfuzhat

Page 4: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 16 -

(hafalan) yang dituangkan dalam bentukpuisi atau prosa yang indah. Al Banna jugabelajar hadits dengan target hafalan tertentusekaligus memahaminya. Mengenai itusemua, Hasan Al Banna menceritakan:

Semua murid diharuskan mengkajihadits baru yang sebelumnya telahdisampaikan syarahnya kepada merekasampai mereka mampu memahaminya. Halini dilakukan setiap pekan sekali padaakhir jam pelajaran, yakni pada hariKamis. Mereka harus mengulang-ulangnyasampai hafal, di samping masih harus hafaljuga hadits-hadits yang telah merekapelajari sebelumnya. Sehingga ketikamereka telah menempuh pendidikan satutahun saja, mereka telah memperolehperbendaharaan hadits yang cukup.Sebagian besar dari hadits-hadits yangdihafalkan itu benar-benar melekat dalamotak sejak saat itu (Hasan Al Banna, 2013.

Hasan Al Banna tidak lama belajar diAr Rasyad, seiring kepindahan SyaikhMuhammad Zahran dari sekolah tersebut.Al Banna melanjutkan pendidikannya diMadrasah I’dadiyah. Di sini, selain menim-ba pelajaran umum, Hasan Al Banna turutmemulai upaya menghafal Al Quranlangsung di bawah bimbingan ayahnyasetiap selesai salat subuh hingga menjelangberangkat ke sekolah.

Salah satu gurunya yang berpengaruhterhadap perkembangan Hasan Al Bannaadalah Syaikh Muhammad Afandi AbdulKhaliq, guru matematika dan olahraga yangmemiliki kemuliaan akhlak. Dari SangSyaikh ini, Hasan Al Banna mulai menge-nal organisasi, ketika Syaikh MuhammadAfandi Abdul Khaliq menginisiasi pendiri-an Perhimpunan Akhlak Mulia bagi siswa-siswa kelas tiga. Seluruh anggotaperhimpunan ini harus saling mengingatkanagar berpegang teguh kepada agama,menunaikan salat tepat pada waktunya, taatkepada Allah, mematuhi kedua orang tua,dan mematuhi siapa saja yang lebih tua atauyang lebih mulia (Hasan Al Banna, 2013.

Memasuki usia ke-13, Hasan Al Bannapindah ke Madrasah Al Mu’allimin Al

Awwaliyah di Damanhur, yakni sekolahcalon guru, guna mewujudkan cita-citanyamenjadi seorang pendidik. Pendidikan diMadrasah Al Mu’allimin ini beliau tempuhselama tiga tahun. Di sini, beliau bergurukepada Syaikh Abdul Aziz Athiyah, SyaikhFarhat Salim, Syaikh Abdul Fattah Abu‘Allam, Syaikh Al Hajj’ Ali Sulaiman, danSyaikh Al Basyuni. Suatu kali, SyaikhAbdul Aziz Athiyah berkata kepada HasanAl Banna:

Bagus sekali jawabanmu. Seandainyaada nilai yang lebih tinggi dari sepuluh,tentu akan kuberikan kepadamu.

Selama bersekolah di sana, beliauberhasil menghafal berbagai matan (teksbuku yang berupa intisari ilmu), sepertiMalhatul I’rab Al Hariri, Alfiyah IbnuMalik, Al Yaqutiyah Mushthalat Hadits, AlJauharah tentang tauhid, Ar Rahbiyahtentang warisan, As Sulam mengenai man-tiq (logika), Al Qadwari mengenai fiqihAbu Hanifah, Al Ghayan wal At TaqribAbu Syuja’ mengenai fiqih madzhabMaliki (Hasan Al Banna, 2013).

Dengan kemampuannya itu, tidakheran bila Hasan Al Banna menjadi lulusanterbaik di madrasahnya dan terbaik ke-5 diMesir waktu itu. Pendidikan tingginya, iaselesaikan di Darul ‘Ulum Kairo pada bulanJuni 1927. Kemudian beliau mendapatkantugas mengajar dari pemerintah Mesir dikota Ismailia pada 19 September 1927. Dikota inilah, Hasan Al Banna mulai mengembangkan metode dakwahnya.

Metode Dakwah Hasan Al BannaUlama tasawuf kontemporer sekaligus

penulis kitab Tadzkiratun Nafs yang meru-pakan intisari dari pemikiran-pemikiranImam Al Ghazali dalam kitab IhyaUlumuddin, Sa’id Hawwa menyebutkan,Hasan Al Banna adalah peletak dasar teorigerakan Islam melalui gagasan-gagasannyayang aplikatif dan dapat diterima olehsetiap Muslim (Sa’d Hawwa, 2005).

Dalam metode dakwahnya, Hasan AlBanna menyebarkan pemurnian prinsip-prinsip Islam dan seruan kembali kepada Al

Page 5: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 17 -

Quran dan keshalihan Islam (Ira M.Lapidus, 2000). Didorong oleh kegelisahanyang ia saksikan sendiri di negerinyaberupa munculnya budaya permisivisme dikalangan masyarakat dan jauh dari akhlakyang Islami, serta arus lalu-lintas suratkabar yang isinya bertenta-ngan dengannilai-nilai Islam, ditambah lagi gelapnyamasyarakat umum terhadap hukum-hukumagama, Hasan Al Banna ber pendapatbahwa, kalau hanya masjid yang digunakansebagai sarana untuk menyam-paikanajaran Islam kepada masyarakat luas,tidaklah cukup (Hasan Al Banna, 2013).

Hasan Al Banna kemudian mengklasi-fikasikan masyarakat Mesir menjadi empatgolongan objek dakwah dalam sebuah pen-jelasan yang sangat panjang pada tulisan-nya Majmu’atur Rasail yakni al mu’minin(mukmin), al mutaraddin (orang yangragu), al naf’iyin (orang oportunis), dan almutahaamilin (orang yang arogan), yangdipungkasi oleh sebuah kalimat, sebagaimana diterjemahkan:

Kami ingin agar kaum kami mengeta-hui bahwa dakwah ini tidak tepat, kecualiuntuk orang yang telah memahami berba-gai aspeknya dan memberikan segala biayayang dibutuhkannya; baik jiwa, harta,waktu, dan kesehatan (Hasal Al Banna,2006).

Menurut Syaikh Jum’ah Amin, dak-wah yang dijalankan oleh Hasan Al Bannaadalah dakwah dengan penuh hikmah, di-hiasi nasihat yang indah dan memuaskanakal dengan argumentasi yang baik. Tiadapaksaan dan kekerasan. Ditopang denganprinsip-prinsip Islam yang luhur dan ber-sumber dari kitabullah yang nyata dan ke-hidupan Rasul-Nya yang terpercaya. Untukmencapai tujuan itu dibutuhkan beberapaperkara, pemahaman yang detail; iman ya-ng mandala; cinta yang kokoh; kesadaranyang sempurna, dan; amal yang berkelan-jutan (Jum’ah Amin, 2011).

Hasan Al Banna kemudian berpikiruntuk membuat sebuah kelompok pelatihanberceramah dan penyuluhan agama yangakan disebarkan secara luas ke masjid-

masjid, kafe-kafe, dan di tengah masyara-kat umum.

Beberapa kolega yang ikut andil dalamproyek dakwah ini, sebagaimana disebut-kan Al Banna dalam memoarnya adalahustadz Muhammad Madkur, Syaikh Hamid‘Askariyah, Syaikh Ahmad Abdul Hamid,dan lain-lain. Adapun kitab-kitab yangdijadikan rujukan sebagai materi pendidik-an para da’i ini antara lain kitab IhyaUlumuddin Imam Al Ghazali, Al Anwar AlMuhammadiyah karangan Syaikh AnNabhani, Tanwirul Qulub fi Mu’amalati‘Allamil Ghuyub karangan Syaikh AlKurdi, dan beberapa buku biografi (HasanAl Banna, 2013).

Setelah proses pendidikan para da’i ituselesai, tiba saatnya mengirim mereka ketengah masyarakat. Hasan Al Banna memi-liki suatu gagasan yang unik kepadamereka, yakni percobaan untuk berdakwahdi kedai-kedai kopi yang memang banyaktersebar di seantero Mesir umumnya. Padamulanya, tentu saja mereka menolak gagasan tersebut. Mereka berpikir bahwa cera-mah yang efektif adalah di mimbar-mimbarmasjid. Selain itu mereka berpendapatbahwa pemilik kedai-kedai kopi tentu akanmenolak kehadiran para da’i sebab ditakut-kan mengganggu kenikmatan para pengunjung yang berniat melepas lelah dari rumitnya pekerjaan sehari-hari.

Tetapi Hasan Al Banna berbedapendapat dengan mereka, dalam pandanganbeliau, kebanyakan orang-orang yang adadi kedai kopi justru siap mendengarkanceramah. Hasan Al Banna menilai bahwamelalui cara-cara penyampaian yang tepatdan tidak melukai perasaan, kegiatan inimerupakan hal yang unik langka dan barubuat para pengunjung. Beliau mengingat-kan bahwa ceramah yang efektif itu meng-habiskan waktu antara lima hingga sepuluhmenit saja. Paling sama seperempat jam,sebab beliau berpikir berpanjang-panjangdalam ceramah khawatir dapat menjenuh-kan para pendengarnya. Tema-tema yangbeliau kupas dalam ceramah-ceramah di kedai kopi itu meliputi tema-tema pokok yang

Page 6: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 18 -

bersifat umum. Senantiasa mengingatkanpara pengunjung agar mengingat Allah danhari akhir, serta menyampaikan targhib(kabar gembira) dan tarhib (peringatan).

Secara terus terang, Hasan Al Bannamenceritakan kisah safari dakwah di kedai-kedai kopi dalam memoarnya:

Ternyata pendengar sangat takjub.Mereka semua terdiam mendengarkan ce-ramah dengan seksama. Para pemilik kedaipada mulanya seperti kurang berkenan,namun setelah itu mereka justru minta agarceramah ditambah lagi. Mereka ingin agarsetelah menyampaikan cermah, kami mi-num-minum terlebih dulu, atau minta apasaja yang diinginkan. Namun dengan haluskami tolak. Kami meminta maaf kepadamereka karena tidak bisa memenuhikeinginan mereka dengan alasan sempitnyawaktu. Kami memang telah berjanji kepadadiri sendiri untuk mengoptimalkan penggunakan waktu untuk Allah. Karenanya, kamitidak ingin memanfaatkannya untuk yanglain. Sikap kami ini dapat memberikanpengaruh yang cukup besar bagi jiwamereka. Tidak perlu heran, karena Allahswt., tidak pernah mengutus seorang rasulatau nabi, melainkan motto pertamanyaadalah, ‘Katakanlah, “Saya tidak akanmeminta upah dari kalian atas dakwahini.” Kesucian niat inilah yang memberikanpengaruh yang positif dalam jiwa paramad’u (objek dakwah) (Hasan Al Banna,2013).

Metode dakwah Hasan Al Banna memberikan prioritas kepada sepuluh kepribadi-an seorang Muslim, yaitu qowiyul jism(kuat fisiknya), matinul khuluq (kokohakhlaknya), mutsaqoful fikri (luas wawas-annya), qodirun ‘alal kasbi (mandiri ekonominya), salimul aqidah (selamat aqidah-nya), shohihul ibadah (benar ibadahnya),mujahidun linafsihi (melakukan mujahadahterhadap dirinya sendiri), haritsun ‘alawaqtihi (penuh perhatian akan waktunya),munadzdzaman fii syu’unihi (rapiurusannya), naafi’an lighairihi (bermanfaatbagi orang lain) (Hasan Al Banna, 2006).

Mendirikan Ikhwanul MuslimunSetelah dakwah dari satu kedai kopi ke

kedai yang lainnya berjalan optimal, berkunjunglah enam orang yang telah mendapat-kan pengaruh dan sentuhan yang disampaikan oleh Hasan Al Banna, mereka antaralain: Hafidz Abdul Hamid, Ahmad AlHashari, Fuad Ibrahim, AbdurrahmanHasbullah, Ismail Izz, dan Zaki AlMaghribi (Hasan Al Banna, 2013).

Mereka berkumpul dan mengungkap-kan kegelisahannya terhadap realitas umatIslam yang terbelenggu, jauh dari keduduk-an dan kemuliaan. Menjadi buruh di negerinya sendiri, dan dikuasai oleh penguasaasing yang menjajah negeri. Semuanya menyadari bahwa ada satu kewajiban seorangMuslim yang tidak boleh luput di tengahujian ini, yakni kewajiban untuk beramal.Setelah itu, terjadilah baiat, sumpah setiabahwa mereka akan hidup bersaudara,beramal untuk Islam dan berjihad di jalan-Nya. Hasan Al Banna mengusulkanperkumpulan ini bernama Al Ikhwan AlMuslimun dan disetujui oleh semuanya. AlIkhwan Al Muslimun atau IkhwanulMuslimun mengandung makna, “Saudara-saudara yang sama-sama Muslim.”

Namun dalam perkembangan selanjutnya khususnya di Indonesia, jama’ah inilebih populer dengan sebutan IkhwanulMuslimin yang maknanya, “Saudara-saudaranya kaum Muslimin.”

Ikhwanul Muslimun memiliki delapankarakteristik dakwah yang khas, sepertidijelaskan Hasan Al Banna, yakni sebagaimana diterjemahkan: (Hasan Al Banna,2006).1. Da’watun salafiiyun: Karena mereka

mengajak kembali bersama Islamkepada sumbernya yang jernih dari kitabAllah dan sunnah Rasul-Nya.

2. Thariqatun sunniyatun: karena merekamembawa jiwanya untuk mengamalkansunnah yang suci dalam segala hal,khususnya dalam masalah aqidah danibadah, selama ada kemampuan.

3. Haqiiqatun shufiyyatun: karena merekamemahami bahwa asas kebaikan adalah

Page 7: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 19 -

kesucian jiwa, kejernihan hati, kontinui-tas amal, berpaling dari ketergantungankepada makhluk, cinta karena Allah, danketerikatan kepada kebaikan.

4. Hai’atun siyaasiyyatun: karena secarainternal mereka menuntut perbaikanpemerintahan, meluruskan persepsi ya-ng terkait dengan hubungan umat Islamterhadap bangsa-bangsa lain di luar ne-geri, menarbiyah bangsa agar memilikikebanggan dan kemuliaan, serta menja-ga nasionalisme sebisa mungkin.

5. Jamaa’atun riyaadhiyatun: karena me-reka sangat memperhatikan fisik dan memahami benar bahwa seorang mukminyang kuat itu lebih baik daripada seorangmukmin yang lemah. Nabi Muhammadsaw., besabda, “Sesungguhnya badan-mu mempunyai hak atas dirimu (untukdiperhatikan).” Sesungguhnya, semuakewajiban dalam Islam tidak mungkindapat dilaksanakan dengan sempurnadan benar tanpa didukung fisik yangkuat. Salat, puasa, haji, dan zakat jugaharus dilakukan dengan fisik yang dapatmemikul beban pekerjaan, amal, dan perjuangan untuk mencari rezeki. Merekajuga memperhatikan struktur dan klub-klub olahraga yang dapat menandingi,bahkan terkadang mengungguli keban-yakan klub yang dikhususkan untuk olahraga fisik.

6. Rabithatun ‘ilmiyyatun tsaqaafiyyatun:karena Islam menjadikan thalabul ‘ilmiisebagai kewajiban bagi setiap Muslimdan Muslimah. Dan, karena majelis-majelis ikhwan pada dasarnya adalahtempat pengajaran dan peningkatan wa-wasan. Sedangkan lembaga-lembaganyaadalah tempat untuk menarbiyah fisik,akal, dan ruh.

7. Syarikatun iqtishadiyyatun: karena Is-lam sangat memperhatikan pengelolaandan pendapatan kekayaan sebagaimanamestinya. Inilah yang disabdakanRasulullah saw., “Sebaik-baik hartaadalah harta halal (yang dipegang) olehseorang yang shalih.” Rasulullah jugabersabda, “Barangsiapa yang memasuki

waktu sore dalam keadaan lelah karenabekerja, maka ia diampuni.” Beliau jugabersabda, “Sesungguhnya Allah menyu-kai seorang mukmin yang kreatif.”

8. Fikratun ijtimaa’iyyatun: karena merekasangat menaruh perhatian pada segalapenyakit yang ada dalam masyarakatIslam, dan berusaha menemukan carapengobatan, dan mengupayakan penyembuhan umat darinya.

Kemudian dalam risalah da’watunaafii thaurin jadiid yang dibuat setelah PerangDunia kedua meletus, Hasan Al Bannamerangkum kembali karakteristik dakwahIkhwanul Muslimun menjadi Rabbaniyatun‘alamiyyatun atau Rabbani dan universal.Prinsip Rabbani yang dimaksudkan olehbeliau adalah prinsip dasar yang melandasiseluruh tujuan gerakan, yakni agar manusiamengenal Tuhannya dan dari hubunganinilah mereka dapat meraih kekuatan ruhi-yah yang sanggup membebaskan dirimereka dari belenggu kejumudan, hinggamencapai kesucian dan keindahan kemanu-siaan. Sedangkan prinsip universal ialahkarena ia ditujukan kepada semua manusiadengan prinsip bahwa semua manusiaadalah saudara. Dengan demikian IkhwanulMuslimun tidak mengakui rasisme dantidak pula mendukung fanatisme terhadapras dan warna kulit (Hasan Al Banna,2012).

Tujuan Ikhwanul Muslimun terbagidua. Pertama, tujuan jangka pendek yangmeliputi berperan aktif dalam medan kebi-jakan secara umum dan bakti sosial apapunbentuknya selama kondisi memungkinkan.Kedua, tujuan asasi yakni perubahan totaldan integral yang melibatkan semua unsurkekuatan umat, saling bahu membahu,bersatu padu untuk menghadapi danmengadakan perubahan secara total yaknimenerapkan nilai-nilai Islam dalam seluruhaspek kehidupan (Hasan Al Banna, 2012).

Dalam menjalankan aktivitasnya, Ikh-wanul Muslimun meliputi berbagai hal,mula-mula berkecimpung dalam dunia pen-didikan, pelayanan sosial, kegiatan-kegia-

Page 8: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 20 -

tan olahraga, keagamaan, hingga berpolitik.Namun Hasan Al Banna menolak apabiladikatakan Ikhwanul Muslimun itu sebagailembaga politik, yayasan sosial, ataupunsebagai perkumpulan olahraga. Meskipunia mengakui bahwa politik yang berlandas-kan kaidah Islam merupakan intisari fikrahmereka, kerja sosial dan perbaikan merupa-kan bagian terbesar tujuan mereka, danolahraga menjadi salah satu perangkat ter-penting mereka. Hasan Al Banna menye-butkan bahwa Ikhwanul Muslimun adalahfikrah yang menyeluruh, sebagaimanaditerjemahkan:

Kami adalah pemikiran dan aqidah,sistim dan manhaj, yang tidak dibatasi olehtempat, tidak diikat oleh jenis suku bangsa,tidak terhalangi oleh batas geografis, dantidak berhenti hingga Allah mewarisi bumibeserta segala isinya (Hasan Al Banna,2012).

Dengan kata lain, sejak awal berdiri-nya, Ikhwanul Muslimin telah menjadipergerakan yang terbuka bagi setiap umatIslam di manapun berada, tanpa memanda-ng suku bangsa dan negara. Mengenai halini, Hasan Al Banna menuliskan dalamrisalah da’watunna sebagaimana diterje-mahkan:

Kami tidak meminta sesuatu pun darimanusia, tidak mengharap harta, tidak me-nuntut balasan, tidak menginginkan popularitas, dan tidak menghendaki imbalan sertaucapan terimakasih. Sungguh, pahala kamihanyalah dari Dzat yang telah menciptakankami.

Kami ingin agar umat mengetahuibahwa mereka lebih kami cintai daripadadiri kami sendiri. Sungguh, jiwa-jiwa kamiini senang gugur sebagai penebus bagikehormatan mereka, jika memang tebusanitu yang diperlukan. Atau melayang untukmembayar kejayaan, kemuliaan, agama,dan cita-cita mereka, jika memangmencukupi.

Tiada yang membawa kami pada sikapseperti ini kepada mereka, kecuali karenarasa kasih sayang yang telah mencengke-

ram hati kami, menguasai perasaan kami,menghilangkan kantuk kami, dan mengalirair mata kami. Sungguh, kami benar-benarsedih melihat apa yang menimpa umat ini,sementara kita hanya sanggup menyerahpada kehinaan, rida pada kerendahan, danpasrah pada keputusasaan.

Sungguh, kami berbuat di jalan Allahuntuk kemaslahatan seluruh manusia, lebihbanyak dari apa yang kami lakukan untukkepentingan diri kami. Kami adalah milikkalian wahai saudara-saudara tercinta,bukan untuk orang lain. Sesaat pun kamitidak akan pernah menjadi musuh kalian(Hasan Al Banna, 2012).

Meskipun gerakan dakwah ini didiri-kan di negeri Mesir, secara tegas Hasan AlBanna mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimun tidak mengkhususkan dakwah untuksalah satu negeri Islam saja, tetapi merekajuga menyampaikan dakwah sebagai seruanyang diharapkan sampai ke telinga parapemimpin dan penguasa di negara-negarayang rakyatnya memeluk agama Islam(Hasan Al Banna, 2012).

Melalui pergerakan Ikhwanul Musli-mun inilah, Hasan Al Banna menuangkanpemikiran-pemikirannya.

Pemikiran Hasan Al Banna MengenaiIslam

Menurut pemikiran Hasan Al Banna,Islam adalah nilai yang komprehensifmencakup seluruh dimensi kehidupan.Islam adalah solusi bagi semua penyakityang menyebabkan kemunduran kaumMuslimin pada masa kini. Islam memberifatwa tentang seluruh masalah kehidupan,menetapkan sistemnya secara akurat, tidakstatis terhadap setiap permasalahan yangdinamis.

Dalam Risalah Ta’alim Hasan AlBanna menjelaskan pengertian Islam secararingkas, padat, namun terperinci. Islamadalah sistem yang syaamil, mencakupseluruh aspek kehidupan. Maka ia adalahnegara dan tanag air atau pemerintahan danumat, moral dan kekuatan atau kasihsayang dan keadilan, wawasan dan undang-

Page 9: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 21 -

undang atau ilmu pengetahuan dan hukum,materi dan kekayaan alam atau penghasilandan kekayaan, serta jihad dan dakwah ataupasukan dan pemikiran. Sebagaimana iajuga adalah aqidah yang murni dan ibadahyang benar, tidak kurang tidak lebih.

Deskripsi Hasan Al Banna di atas me-rupakan inti kebenaran tentang Islam. Inimerupakan aksioma terpenting yang telahsirna dari pikiran sebagian besar kaumMuslimin. Padahal teks-teks Al Quran se-cara gamblang menerangkan masalahtersebut (Sa’id Hawwa, 2010).

Dalam Ushul ‘Isyrin, pada poin nomor18, Hasan Al Banna menyebutkan bahwaIslam telah membebaskan akal pikiran,menganjurkan untuk melakukan penelitianpada alam, mengangkat derajat ilmu danpara ulama, dan menyambut kehadiransegala sesuatu yang baik dan bermanfaat.

Dalam Risalah Hal nahnu qaumu‘amaliyyun (Apakah kita Para Aktivis),Hasan Al banna menulis: Telah disebutkandalam riwayat shahih, yang kurang lebihisinya bahwa Mu’adz ra., berjalan bersamaRasululullah saw., beliau berkata, “WahaiMu’adz, jika kamu mau, saya akanmengatakan padamu pokok urusan agamaini serta puncak ketinggiannya. Pokokurusan ini adalah engkau bersaksi bahwatiada Tuhan selain Allah saja, tiada sekutubagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalahhamba dan Rasul-Nya. Pilar urusan iniadalah menegakkan salat dan menunaikanzakat. Dan, puncaknya adalah jihad dijalan Allah. Sesungguhnya saya diutusuntuk memerangi manusia sehingga mere-ka menegakan salat, menunaikan zakat,dan bersaksi bahwa tiada Tuhan kecualiAllah saja, tiada sekutu bagi-Nya danbahwa Muhammad adalah hamba danRasul-Nya. Jika mereka melakukan itusemua, niscaya mereka akan terlindungdan dilindungi darah dan harta mereka,kecuali dengan haknya, dan setelah ituhitungannya dikembalikan peada Allah.Demi Dzat yang Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah wajah menjadi pucat dantelapak kaki berdebu dalam amal untuk

mengarapkan surga, setelah salat wajib,dan menandingi jihad di jalan Allah. Dan,tiada lebih mempererat timbangan seoranghamba melebihi kendaraan yang mati dijalan Allah yang menjadikan pengangkutdk jalan Allah swt.” Inilah definisi Islammenurut Nabi saw., dan beliau adalah yangpaling tahu tentang Islam (Hasan AlBanna, 2012).

Pemikiran Hasan Al Banna MengenaiAqidah

Menganai aqidah, Hasan Al Bannamenulis sebuah risalah sederhana berjudulRisalatul ‘Aqa’id. Bahwasanya aqidah ada-lah perkara-perkara yang wajib dibenarkanoleh hati anda dan jiwa anda menjaditentram karenanya, serta mejadi keyakinanpada diri anda, tanpa tercampuri oleh kera-guan dan kebimbangan (Hasan Al Banna,2012). Aqidah Islamiyah terbagi menjadiempat bagian pokok dan masing-masingmempunyai banyak cabang. Empat pokokitu adalah Al Illahiyat, An Nubuwwat, ArRuhaniyyat, dan As Sam’iyyaat.

Tingkatan aqidah Islam tertinggiadalah ma’rifatullah, meng-Esa-kan-Nya,dan Me-Mahasuci-kan-Nya (Hasan AlBanna, 2012). Lebih jauh, Hasan Al Bannaberpendapat bahwa ayat-ayat dan hadits-hadits shahih tentang sifat-sifat Allahadalah termasuk mutasyabihat. SetiapMuslim wajib mengimaninya seba-gaimana adanya, tanpa menta’wilkan dantanpa pengingkaran (ta’thil), serta tidakperlu memperuncing perbedaan pendapatdiantara para ulama tentang hal tersebut.

Aqidah adalah asas bagi aktivitas; amalhati itu lebih penting daripada amal anggotabadan. Namun upaya mencapai kesempur-naan pada kedua hal tersebut merupakantuntutan syariat, meskipun kadar tuntutanmasing-masing berbeda (Hasan Al Banna,2012).Dengan kata lain, aqidah merupakanikatan yang paling kokoh dan paling mahal.Kesamaan aqidah akan memunculkankekuatan ukhuwah yang tulus dalam hatisetiap Muslim.

Page 10: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 22 -

Dalam pengertian pergerakan, HasanAl Banna menyatakan bahwa Aqidah ada-lah batas nasionalisme Islam, sehingga se-tiap jengkal tanah yang ditempati manusiayang memeuk agama Isla, adalah bagiandari tanah air Islam. Di mana Islam mewa-jibkan setiap pemeluknya untuk berusahamelindunginya dan berupaya membahagia-kan warganya (Hasan Al Banna, 2012).

Pemikiran Hasan Al Banna Mengenai AlQuran

Al Quran adalah rujukan setiap Mus-lim dalam hukum-hukum Islam. Al Quranharus dipahami sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, tanpa takalluf (memaknakan suatu ayat hingga melampaui artiyang sewajarnya), dan ta’assuf (serampangan) (Hasan Al Banna, 2012).

Hasan Al Banna memiliki semboyanuntuk menyimpulkan pemahamannya me-ngenai Al Quran, yakni:

Al Quran dustuurunaa (Al Quran adalah undang-undang kami).

Al Quran adalah kitab komprehensif,Allah swt., menghimpun di dalamnya dasardasar keyakinan, prinsip-prinsip kemasla-hatan sosial, kaidah-kaidah global tentangaturan keduniaan, beberapa perintah, danberbagai larangan (Hasan Al Banna, 2012).

Ada tiga tujuan terpenting yang harusdicapai umat Islam terkait dengan AlQuran, yaitu:1. Memperbanyak tilawah, meniatkan iba-

dah dengan membacanya, mendekatkandiri kepada Allah swt., dengannya;

2. Menjadikannya sebagai sumber hukumdan syari’at agama, darinya hukum diambil, disimpulkan, diterima, dan dipelaja-ri;

3. Menjadikannya landasan bagi hukum-hukum di dunia, darinya hukum duniadiambil dan kesesuaian materi-materi-nya yang bijak diterapkan.

Pemikiran Hasan Al Banna MengenaiHadits

Bersama dengan Al Quran, Haditsadalah rujukan bagi setiap Muslim dalam

mengambil langkah-langkah hukum Islam.Untuk memahami hadits harus melalui paraahli hadits yang terpercaya.

Mengenai hadits, Hasan Al Bannamembuat sebuah risalah khusus yangberkaitan dengan ini dan diberi judulRisaalatun fii ‘ilmil hadiitsi (Risalah IlmuMusthalah Hadits), di dalamnya berisikanpengertian-pengertian mengenai isnad danmatan; Keistimewaan isnad bagi umatIslam; Tingkatan-tingkatan penerimaanriwayat hadits; Ijazah tertua yang tercatat;ketelitian dan luasnya pengetahuan ulamahadits tentang kondisi perawi; Kehebatanhafalan ulama hadits; Perbedaan derajathadits sesuai tingkat kedudukan perawi;Hadits, Khabar, dan Atsar; Hadits Qudsi;Hadits Mutawatir dan Ahad; Macam-macam hadits dan derajatnya.

Pemikiran Hasan Al BannaMengenai Fiqih

Semenjak kecil Hasan Al banna sudahmemiliki wawasan yang luas dan hidupdalam lingkungan ilmiah terutama ilmufiqih. Sebagaimana yang sudah diungkitdalam bahasan terdahulu. Seperti yang di-jelaskan oleh Syaikh Muhammad AbdulKadir Abu Faris, Hasan Al Banna telahmenghafal kitab Malhatul I’rab karya AlHariri dan kitab Alfiyah Ibnu Malik dalammasalah ilmu nahwu dan kaidah-kaidahbahasa. Selain itu beberapa kitab klasik lainyang dihafalnya adalah, Al Yaqutiyyahdalam masalah hadits Rasulullah saw.,(hafal di luar kepala), hafal kitab ArRahbiyah fi Ilmil Mawarits dalam bidangilmu waris. Menghafal sebagian kitab AsSulam yakni kitab dalam bidang ilmumantiq. Menghafal kitab Al Fath Al Qadirdalam bidang fiqih madzhab Abu Hanifah.Menghafal kitab Al Ghayah wa Taqriibkarya Abu Syuja’ dalam bidang ilmu fiqihmadzhab Imam Syafi’i. serta menghafalsebagian isi kitab Manzhumah Ibnu Amiryakni kitab fiqih dalam madzhab ImamMalik. Selain mempelajari ilmu-ilmubahasa Arab dan ilmu-ilmu Syari’ah.Semua itu ia pelajari di bawah bimbinganmasyaikh Al Azhar selama berkuliah di

Page 11: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 23 -

Darul ‘Ulum (Muhammad Abdul Qadir,2011).

Sumber-sumber fiqih menurut HasanAl Banna ada tiga yakni Al Quran, SunnahRasulullah saw., dan kitab-kitab fiqih.

Ketika masih di madrasah, ia mendiri-kan Jami’iyah man’ Al Muharramat(Asosiasi Anti Haram) bersama beberapasahabatnya antara lain ustadz MuhammadAli Badir, Labib Afandi Nawwar, Al AkhAbdul Muta’al Sankal Afandi, ustadzAbdurrahman As Sa’ati, dan ustadz Sa’idBadir. Aktivitas asisoasi ini adalah meng-ingatkan masyarakat setempat apabila telahmelalaikan ibadah, seperti salat, berpuasa(di bulan Ramadan), dan hal-hal lain yangdipandang perlu diperbaiki dalam sudutpandang syari’at (Hasan Al Banna, 2012).

Hasan Al Banna berpendapat, tidak adacelaan bagi para mujtahid apabila iamengeluarkan dua fatwa berbeda terhadappersoalan yang sama. Dasarnya, beliaumencontohkan tentang Abdullah bin Umar,dan juga Imam Syafi’i di mana keduanyamemiliki fatwa lama dan fatwa baru berke-naan dengan persoalan yang sama (HasanAl Banna, 2012). Dian-tara kaidah yangdiungkapkan oleh Hasan Al Banna yaituRasulullah tidak memilih antara duaperkara kecuali yang paling mudah, selamahal itu bukan masalah yang haram (HasanAl Banna, 2012).

Contoh-contoh bagaimana Hasan AlBanna menggali solusi terhadap persoalanfiqih adalah tentang zikir berjamaah. Iaberpendapat, terdapat banyak hadis yangmengisyaratkan disunahkannya zikir berja-maah. Dalam hadist yang diriwayatkanImam Muslim, Rasulullah saw., bersabda,“Tidaklah suatu kaum duduk-duduk untukberzikir kepada Allah, kecuali para malai-kat mengitari mereka, rahmat memayungimereka, ketenangan turun kepada mereka,dan Allah menyebut-nyebut mereka dikalangan makhluk yang berada di sisi-Nya.”

Rasulullah, menurut Hasan Al Banna,keluar dan bertemu sekelompok sahabatyang berzikir pada Allah di masjid, maka

beliau memberikan kabar gembira dantidak melarang mereka. Berjamaah dalamketaatan itu pada dasarnya dianjurkan,apalagi jika membuahkan banyak manfaat,seperti: keterpautan hati, kuatnya ikatan,menggunakan waktu untuk sesuatu yangbermanfaat, memberi pengajaran kepadaorang awam yang belum belajar denganbaik, dan mempublikasikan syi’ar agamaAllah swt.

Adapun berjamaah dalam zikir yangdilarang, menurut Hasan Al Banna, jikamenimbulkan hal-hal yang terlarang secarasyar’i, seperti mengganggu orang salat,senda gurau dan tertawa, menyelewengkanlafal, bacaan sebagian mengikuti bacaanlain, atau hal-hal lain yang diharamkandalam syari’at. Dengan demikian, zikirsecara berjamaah dilarang karena ada keru-sakan-kerusakan tersebut, bukan karenaberjamaah itu sendiri (Hasan Al Banna,2013).

Peristiwa Salat ‘Id menjadi contoh lainbagaimana Hasan Al Banna mengeluarkankemampuan tinjauan berpikirnya mengenaimasalah fiqih. Ketika itu beliau masihmengajar di Ismailia. Ia menjelaskan bahwasalat ‘id itu sunnahnya dilakukan di lapang-an, agar semua orang, laki-laki maupunperempuan dapat hadir. Ia mengatakan, pa-ra imam madzhab telah sepakat mengenaikeutamaan salat ‘Id di lapangan, kecualiImam Syafi’i yang memang memfatwakanbahwa shalat ‘Id di masjid itu lebih utama,namun dengan catatan jika di suatu wilayahtertentu terdapat masjid luas yang dapatmenampung seluruh penduduk wilayahtersebut (Hasan Al Banna, 2013).

Pemikiran Hasan Al Banna MengenaiTasawuf dan Tarekat

Sebelum berkiprah bersama IkhwanulMuslimun, Hasan Al Banna pernah berke-cipung dalam dunia tasawuf dan tarekat.

Nasehat-nasehat Hasan Al Banna da-lam risalah Kewajiban Aktivis sangatfilosofis dan penuh dengan muatan spiritualserta jalan tasawuf yang meneduhkan,

Page 12: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 24 -

didalamnya termuat 38 nasehat yang sang-at, antara lain:

Hendaknya engkau memiliki wiridharian dari kitabullah (Al Quran) yangtidak kurang dari satu juz. Dan berusaha-lah dengan sungguh-sungguh untuk meng-khaamkan al Quran dalam waktu tidaklebih dari satu bulan dan tidak kurang daritiga hari. Hendaklah engkau senantiasamemperbaharui taubat dan istigfar (HasanAl Banna, 2012).

Ilmu tasawuf, dalam istilah Hasan AlBanna ‘Ulum At Tarbiyah wa As Suluk(Ilmu Pembinaan dan Perilaku). Ia berpen-dapat, ilmu tasawuf merupakan bagian dariintisari Islam, tujuannya adalah terapi danpengobatan jiwa. Mengenai amalamtasawuf seperti berdiam diri, menahanlapar, tidak tidur malam, dan uzlah(mengasingkan diri), Hasan Al Bannaberpendapat bahwa semuanya ada dasarpijakannya dalam agama. Ia berkata:

Diam misalnya, ia berartimenghindarkan diri dari laghwun (perilakuyang tidak berguna). Sedangkan menahanlapar berarti ia puasa. Tidak tidur di waktumalam berarti qiyamullail, dan ‘uzlahhakikatnya adalah memelihara diri. Kalausaja pengamalannya proposional, tepatpada garis-garis yang telah ditetapkan olehsyara’, tentu hal itu merupakan gudangsegala kebajikan (Hasan Al Banna, 2013).

Tasawuf dan tarekat telah menjadifaktor penting yang ikut menyebarkanIslam di berbagai negeri-negeri yang jauh,di mana Islam tidak mungkin sampai disana melainkan melalui tangan para da’iitu.

Hasan Al Banna mengaku ketika masihberusia antara 12, ia mengenal At TariqahAl Hashafiyah Asy Syadziliyah dibawahbimbingan Syaikh Abdul Wahhab AlHashafi yang meninggalkan pengaruh yangdalam terhadap jiwanya. Syaikh AbdulWahhab Al Hashafi termasuk ulama AlAzhari yang mendalami fiqih madzhabImam Syafi’i, ia memiliki pendirian yangkuat, serta tegas dalam memelihara hal-halyang wajib maupun sunnah. Ia tidak penah

memperkenankan para pengikutnya untukmemperbanyak debat dalam masalah-masalah khilafiyah dan mutasyabihat, ataumenyitir pendapat kaum atheis, zindiq,maupun misionaris kecuali dalam diskusi ilmiah secara khusus untuk dibuka hakikat-nya. Adapun kepada masyarakat umum,beliau menganjurkan pengikutnya untukberbicara dengan pengertian-pengertian ya-ng secara yang secara nyata dapat memberikan pengaruh kepada mereka untuk melak-sanakan ketaatan kepada Allah. Hasan AlBanna bergabung dengan tarekat ini pada 4Ramadhan 1341 hijriyah bersama sahabat-nya, Ahmad As Sukri.

Alasannya bergabung dengan tarekatitu karena halaqah-halaqah zikir yangsantun, semangat ruhiyahnya yang menggelora. Ia pun terpikat karena menyaksikanbetapa toleran dan rendah hatinya merekadalam menghadapi anak-anak kecil yangikut meramaikan majelis mereka untukberzikir. Di tarekat ini ia mengamalkanwirid Al Wazhifah Az Zuruqiyah pada pagidan sore hari. Wirid ini telah di syarah olehayah Hasan Al Banna, yaitu Syaikh AhmadAbdurrahman Al Banna Al Sa’ati berjudulTanwirul Af’idah Az Zakiyah bi AdillatiAdzkar Az Zuruqiyah. Wirid-wirid ini tidaklebih dari ayat-ayat Al Quran dan hadits-hadits Nabi saw., mengenai doa-doa pagidan petang yang ditulis dalam kitab-kitabsunan (buku-buku hadits). Tidak ada tam-bahan ucapan-ucapan asing sama sekali,tidak juga ungkapan filsafat, atau kata-katayang mirip mantera. Semuanya berupa doa(Hasan Al Banna, 2012).

Berdasarkan interaksinya yang menda-lam dengan Syaikh Al Hashafi, Hasan AlBanna berpendapat mengenai karamahyang lazim dimiliki para musryid tarekat,bahwasanya karamah paling agung yangdiberikan oleh Allah swt adalah taufik danhidayah-Nya untuk menyebarkan dakwahIslam berdasarkan fondasi-fondasi yanglurus dan benar, rasa benci kepada hal-halyang diharamkan oleh Allah swt., dansenantiasa beramar ma’ruf nahi munkar(Hasan Al Banna, 2013). Karamah yang

Page 13: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 25 -

sesuai dengan syarat-syarat syari’at itubenar adanya. Namun harus diyakini bahwamereka (para Waliyullah radhiyallahuanhu) tidak memiliki mudha-rat maupunmanfaat bagi dirinya sendiri, baik ketikamasih hidup maupun setelah meninggaldunia, apalagi bagi orang lain (Hasan AlBanna, 2012).Pemikiran Hasan Al Banna MengenaiMasalah-masalah Khilafiyah

Dalam risalah Muktamar Al Khomis(muktamar kelima), Hasan Al Banna menu-lis:

Ikhwan menjauhi titik-titik perselisih-an dalam fiqih, karena mereka berkeyakin-an bahwa perselisihan dalam hal-hal yangbersifat cabang (tidak prinsip) adalahsesuatu keniscayaan. Sebab prinsip-prinsipIslam terdiri dari ayat-ayat, hadits-hadits,dan amalan-amalan yang akal pikiran danpemahaman pasti mengalami perbedaandalam menafsirkan dan memahaminya.Oleh karena itu, perbedaan juga terjadi dikalangan sahabat, dan akan terus-menerusdemikian sampai hari kiamat nanti. Sung-guh, alangkah bijaknya Imam Malik ra.,tatkala berkata kepada Khalifah Abu Ja’faryang meminta beliau agar mengkondisikanmanusia semuanya untuk mengikuti AlMu’watha, “Sesungguhnya para sahabatRasul berpencar ke seluruh penjuru negeri,dan setiap kaum itu mempunyai ilmu, makajika aku bawa mereka kepada satupendapat, tentu akan terjadi fitnah.”

Bukanlah termasuk aib, manakala kitaberbeda pendapat. Namun, yang merupa-kan aib adalah fanatic pada satu pendapatdan membatasi akal serta pendapatmanusia. cara pandang terhadap masalah-masalah khilafiyah seperti ini dapatmenghimpun hati yang bercerai-beraiikepada satu fikrah. Cukuplah manusia ituberhimpun atas sesuatu yang menjadikanseorang Muslim itu Muslim, sebagaimanadikatakan oleh Zaid ra., “cara pandangseperti ini merupakan keniscayaan bagisebuah jamaah yang ingin menebarkansuatu fikrah di suatu negeri, di mana hawaperbedaan atas hal-hal yang sebenarnya

tidak berarti untuk diperdebatkan dandiperselisihkan tidak pernah reda.” (HasanAl Banna, 2012).

Mengenai masalah-masalah khilafiyahHasan Al Banna mengemukakan empatgagasan penting, yaitu Tujmi’u wa laatufarriqu (menghimpun bukan memecah-belah), al khilaafu dharuuriyi (perbedaanitu sesuatu yang niscaya), al ijmaa’a ‘alaamrin far’iyin muta’adzirin (kesepakatandalam masalah cabang itu sangat sulit), danta’tadziru limukhalifiinaa (memaklumiorang-orang yang berbeda pendapat dengankami) (Hasan Al Banna, 2012).

Beliau menganjurkan kaum Musliminyang belum mencapai kemampuan untukmenelaah secara mandiri terhadap dalil-dalil hukum furu’ (cabang), untuk mengikuti salah satu imam madzhab atau ittiba’.

Hasan Al Banna tidak menyenangiberlebar-lebar masalah ketika memahamimasalah furu’, dan berharap hal ini tidakmenjadi faktor perpecahan dalam beraga-ma, tidak menjadi sebab bermusuhan, dantidak melahirkan kebencian. Beliau berpendapat setiap Mujtahid akan mendapatkanpahala masing-masing. Namun demikian,beliau juga berkata tidak ada laranganuntuk melakukan studi ilmiah yang jujurdalam persoalan khilafiyah ataupun masa-lah-masalah fiqih yang masih diperselisih-kan oleh ulama, dalam bingkai ukhuwahdan saling mencintai sebagai seorang Mus-lim, serta tolong-menolong untuk mencapaikebenaran yang sebenarnya. Beliau meng-kritik kebiasaan dari sebagian kaumMuslimin yang melakukan perdebatan sia-sia mengenai masalah khilafiyah hinggaberlarut-larut dan mengungkapkan bahwaperdebatan itu sengaja dimunculkan olehmusuh-musuh Islam dengan maksud agarukhuwah kaum Muslimin merenggang,tercerai berai dan dengan demikian musuh-musuh Islam dapat menguasai negeri-negeri Muslim dengan mudah.

Setiap kali ada perbedaan pendapat,Hasan Al Banna terbiasa mendatangi parasyaikh atau guru tersebut, berdiskusi secaramendalam untuk saling memberikan penje-

Page 14: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 26 -

lasan yang bisa diterima dengan baik satusama lain. Beliau selalu menghindar dariperdebatan yang keras, kecuali dalam hal-hal yang prinsipil dalam Islam.

Pemikiran Hasan Al Banna MengenaiTarbiyah

Aspek Rabbaniyah dalam pandanganHasan Al Banna merupkan aspek pendidik-an yang paling penting sangat signifikandan memiliki pengaruh yang sangat dalam,karena tujuan utama pendidikan Islamadalah membentuk pribadi manusia yangberiman (Syaikh Yusuf Qaradhawi, 2005).

Syaikh Yusuf Qaradhawi memberikanpenjelasan bahwa, dalam konsep tarbiyahHasan Al Banna, ia berusaha menggabung-kan unsur-unsur keimanan yang benar yangdiunggulkan oleh ahli kalam, kaum sufi,dan para ulama fiqih, memperbaharui nilai-nilai yang benar yang terlantar oleh kaumMuslimin pada abad-abad terakhir. Kemba-li kepada sumber-sumber murni untukmengambil iman yang hakiki dan menjadiacuan pendidikan, khususnya bagi paraanggota Ikhwanul Muslimun.

Tonggak dari tarbiyah RabbaniyahHasan Al Banna adalah hati yang hidup dansenantiasa berhubungan dengan Allah swt.,yakin bahwa suatu saat nanti akan berjumpadengan-Nya dan dihisab oleh-Nya, mengharapkan belas kasih-Nya dan takut akansiksa-Nya. Beliau senantiasa mengingatkanpara anggota Ikhwan khususnya, dan kaumMuslimin pada umumnya agar senantiasaikhlas dalam berdakwah. Beliau menyadaribahwa penyakit yang paling berbahayayang kerap menjangkiti para aktivis adalahfitnah popularitas, ambisi kepemimpinan,dan ingin mencuat, itulah penyakit hati danjiwa.

Hasan Al Banna senantiasa menekan-kan bahwa aplikasi dari tarbiyah adalahberbaurnya setiap kaum Muslimin dalammasyarakatnya. Hasan Al Banna mengata-kan seorang Muslim adalah salah satu ang-gota aktif dalam masyarakatnya, ia dituntutagar mampu merasakan penderitaannyasehingga berusaha sekuat tenaga untuk

menghilangkannya atau paling tidak dapatmeringankannya. Ia tidak boleh menjadipenonton yang hanya tertegun melihatorang yang lapar atau sakit, padahal mampumengulurkan bantuan dan menolongnya(Syaikh Yusuf Qaradhawi, 2005).

Tujuan tarbiyah, sebut Hasan Al Bannaadalah membentuk pribadi Muslim yangberkontribusi dalam peradaban Rabbani,humanis, universal dan sarat dengan nilai-nilai moral, yang menggabungkan antarakekuatan ilmu dan iman, mengelaborasikanmateri dengan ruh dan menyeimbangkanantara dunia dan akhirat, serta menjagakarakteristik dan martabat manusia.

Pemikiran Hasan Al Banna MengenaiIlmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan menurut Hasan AlBanna dalam tulisannya, secara ringkasdapat dijelaskan sebagaimana berikut ini,ilmu pengetahuan adalah suatu kebutuhanbagi masyarakat yang sedang membangunnegaranya. Menuntut ilmu adalah salah satukewajiban bagi setiap manusia. Hasan AlBanna menceritakan bahwa, Rasulullahsaw., menetapkan tebusan bagi kaum mus-yrikin yang tertawan dalam perang Badar,yaitu setiap tawanan mengajar baca tuliskepada sepuluh anak kaum Muslimin, da-lam rangka menghapuskan buta huruf.Bahwasanya Allah tidak pernah menyama-kan orang-orang yang berilmu denganorang-orang yang bodoh. Islam, menyeta-rakan tinta para ulama dengan darah parasyuhada, serta mengolaborasikan antarailmu dan kekuatan, contohnya seperti da-lam surat At Taubah ayat 122, “Tidaksepatutnya orang-orang yang mukmin itupergi semuanya (ke medan perang). Meng-apa tidak pergi dari tiap-tiap golongandiantara mereka beberapa orang untukmemperdalam pengetahuan tentang agamadan untuk memberi peringatan kepadakaumnya apabila mereka telah kembalikepadanya, supaya mereka itu dapatmenjaga dirinya?”

Lebih jauh, Hasan Al Banna menyebutkan bahwa Al Quran tidak membedakan

Page 15: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 27 -

ilmu agama dengan ilmu dunia, karenakeduanya saling berhimpun, dan dianjurkanbagi umat untuk memilikinya, serta menja-dikannya sebagai cara untuk takut kepadaAllah dan jalan untuk mengenal-Nya(Hasan Al Banna, 2012).

Pemikiran Hasan Al Banna MengenaiEkonomi

Pandangan Hasan Al Banna mengenaiekonomi terarah pada kerancuan ideologiekonomi yang menjangkit di tengah masyarakat Muslim, seperti kapitalisme, sosialis-me, bahkan komunisme. Sistem-sistemekonomi tersebut hanya menghasilkan ke-senjangan yang mengerikan antara masya-rakat kaya dan miskin, dan membiarkansumber daya alam negeri dieksploitasiasing. Karena ideologi-ideologi tersebuttumbuh/berasal bukan dari negeri Muslim,dan didorong oleh perkembangan kondisiserta lingkungan yang berbeda dengankondisi kaum Muslimin (Hasan Al Banna,2012).

Hasan Al Banna menawarkan Islamsebagai solusi kebangkitan ekonomi umat.Islam telah meletakkan dasar-dasar konsepekonomi yang lentur sehingga andai sajakaum Muslimin menguasai dan menerap-kannya dengan benar, maka semua persoa-lan ekonomi umat akan teratasi.

Kaidah-kaidah sistem ekonomi Islamterangkum dalam poin-poin diantaranya:1. Memandang harta yang halal sebagai

penopang penghidupan, sehingga harusgigih mendapatkannya, lalu mengaturdan menginvestasikannya dengan baik.

2. Mengharuskan setiap orang yang mam-pu untuk bekerja dan berusaha.

3. Mengeksplorasi sumber-sumber kekayaan alam dan harus memanfaatkan segalapotensi dan bahan baku yang terdapat dibumi.

4. Mengharamkan pendapatan melaluiusaha-usaha kotor.

5. Memperkecil kesenjangan antara berba-gai lapisan masyarakat hinga dapatmenghilangkan fenomena kelompok karya yang bergelimang harta dan kelom-

pok miskin yang terhimpit kesulitanhidup.

6. Memberikan jaminan sosial dantunjangan hidup kepada setiap warganegara, serta mengupayakan ketenangandan kesejahteraannya.

7. Menggalakkan penggunaan kekayaanuntuk mendukung segala bentuk kebaikan, membangun solidaritas sosial diantara sesama warga negara dan mewa-jibkan gotong-royong dalam kebaikandan takwa.

8. Menetapkan kesulitan harta dan meng-hormati kepemilikan selama tidak betentangan dengan kepentingan umum.

9. Mengatur segala bentuk muamalatkeuangan dengan peraturan yang adildan penuh kasih sayang, dan sangat jelidalam urusan-urusan yang berkaitandengan uang.

10. Menetapkan negara harus bertanggu-ng jawab melindungi sistem ini (HasanAl Banna, 2012).

11.

Pemikiran Hasan Al Banna MengenaiPaham-paham Ideologi

Mengenai berbagai isme (ideologi)Hasan Al Banna bersikap pertengahan.Maksudnya, yang sesuai dengan dakwahmaka akan disambut, sedangkan yang tidaksesuai, maka berlepas diri darinya adalahpilihan yang tepat.

Al Wathaniyah atau nasionalisme,mengenai paham ini Hasan Al Bannamenjelaskan bahwa paham nasionalismeterbagi menjadi lima hal yang diringkas,yakni sebagaimana diterjemahkan: (HasanAl Banna, 2013).1. Wathaniyyatul haniini (nasionalisme

kerinduan), jika yang dimaksud nasio-nalisme olehpara penyerunya adalahcinta tanah air, akrab dengannya, rindukepadanya, dan ketertarikan pada haldi sekitarnya. Nasionalisme semacamini adalah yang telah tertanam dalamfitrah manusia di satu sisi, dan sisi laindiperintahkan oleh Islam. Dalilnya,Rasulullah saw., mendengar gambaran

Page 16: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 28 -

tentang Makkah dari Ushail, tiba-tibasaja air mata beliau bercucuran, karenarindu padanya. Maka beliau berkata,“Wahai Ushail biarkan hati initenteram.”

2. Wathaniyyatul hurriyyati wal ‘izzati(nasionalisme kebebasan dan kehormatan), jika nasionalisme yang merekamaksud adalah keharusan bekerjaserius untuk membebaskan tanah airdari penjajah, mengupayakan kemerdekaannya, serta menanamkan maknakehormatan dan kebebasan dalam jiwaputra-putranya, maka kami bersamamereka dalam hal itu. Sebab Islamtelah menegaskan perintah itu dengansetegas-tegasnya. Dalilnya firmanAllah, “Padahal kekuatan ituhanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya,dan bagi orang-orang mukmin, tetapiorang-orang munafik itu tidakmengetahui.” (QS. Al Munafiqun: 8),dan, “Dan Allah sekali-kali tidak akanmemberi jalan kepada orang-orangkafir untuk memusnahkan orang-orangberiman.” (QS An Nisa’: 141).

3. Wathaniyyatul mujtama’I (nasionalis-me kemasyarakatan), jika nasionalismeyang mereka maksud adalah memper-kuat ikatan antaranggota masyarakat disatu wilayah dan membimbing merekamenemukan cara pemanfaatan kokoh-nya ikatan untuk kepentingan bersama,maka kami juga sepakat denganmereka. Karena Islam menganggap itusebagai kewajiban dan tidak dapatditawar. Dalilnya, Nabi saw., bersabda,“Dan jadilah kamu hamba-hambaAllah yang bersaudara.” Adapun da-lam Al Quran, “Wahai orang-orangyang beriman, janganlah kamu ambilmenjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu(karena) mereka tidak henti-hentinya(menimbulkan) kemudharatan bagimu.Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian darimulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar

lagi. Sungguh telah kami terangkankepadamu ayat-ayat (kami), jika kamumemahami.” (QS. Ali Imran: 119).

4. Wathaniyyatul fathi (nasionalismepembebasan), jika nasionalisme yangmereka maksud adalah pembebasannegara-negara dan kepemimpinan du-nia, maka Islam telah mewajibkan haltersebut dan mengarahkan para pembebas pada pemakmuran yang palingbaik serta pembebasan yang palingberkah. Dalilnya, “Dan perangilahmereka itu, sehingga tidak ada lagifitnah dan (sehingga) agama itu hanyauntuk Allah belaka.” (QS. Al Baqarah:193).

5. Wathaniyyatul hizbiyyati (nasionalis-me kepartaian), jika nasionalisme yangmereka maksud adalah memecah-be-lah umat menjadi kelompok-kelompokyang saling bermusuhan, memendamdendam, mencaci, melempar tuduhan,dan saling membuat tipu daya, jugamendukung sistem buatan manusiayang dipandu syahwat, dihormat ambi-si duniawi, dan ditafsirkan sesuaikepentingan pribadi, nasionalisme se-perti itu adalah nasionalisme palsuyang tidak membawa kebaikan.Batas nasionalisme yang dilontarkan

Hasan Al Banna adalah aqidah, bukan batasteritorial negara dan batasan geografis. Me-nurut Hasan Al Banna, setiap jengkal tanahyang dihuni Muslim yang mengucapkansyahadat, adalah tanah air kaum Musliminyang berhak mendapatkan pengormatan,penghargaan, kecintaan, ketulusan, danjihad demi kebaikannya.

Al Qaumiyyatu atau kebangsaan. Seba-gaimana memahami nasionalisme, HasanAl Banna merinci paham kebangsaan seca-ra ringkas, sebagaimana diterjemahkan:(Hasan Al Banna, 2012).1. Qaumiyyatul majdi (kebangsaan kejaya-

an), jika yang dimaksud adalah bahwagenerasi penerus harus mengikuti parapendahulunya dalam meniti tanggakejayaan dan kebesaran, serta kecemer-langan dan obsesi, juga menjadikan me-

Page 17: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 29 -

reka sebagai teladan yang baik karena-nya ada kesinambungan dan pewarisan,maka prinsip seperti ini adalah keingin-an baik dan indah yang selalu dianjur-kan, yakni menjadikan para pendahulusebagai inspirasi semangat masa kini.Dalilnya, Rasulullah bersabda, manusiaitu seperti tambang; yang terbaik diantara mereka di masa jahiliyah adalahjuga yang terbaik di masa Islam, jikamereka memahaminya.”

2. Qaumiyyatul ummati (kebangsaanumat), jika yang dimaksud kebangsaanadalah bahwa keluarga besar seseorangatau umatnya itu lebih utama mendapatkebaikan dan baktinya, serta lebihberhak dengan kebajikan dan jihadnya,maka ini benar.

3. Qaumiyyatul jaahiliyyatu (kebangsaanjahiliyah), jika yang dimaksud kebang-saan adalah adalah menghidupkan tradi-si jahiliyah yang sudah lapuk, membangkitkan kenangan using yang sudahterlupakan, menghapus peradaban baruyang bermanfaat dan telah mapan, me-lepaskan ikatan Islam dengan alasandemi kebangsaan dan kebanggaan deng-an etnik, maka prinsip kebangsaandalam makna ini ialah buruk, tercela.

4. Qaumiyyatul ‘udwaani (kebangsaan per-musuhan), jika yang dimaksud kebangsaan itu adalah membanggakan ras, hinggamelecehkan ras lain, memusuhinya, danmengorbankannya demi eksistensi sertakejayaan suatu bangsa, maka ini jugamakna tercela dan sama sekali tidakmemiliki nilai kemanusiaan.

Kebangsaan yang dipahami Hasan AlBanna adalah afiliasi universal, yaitu per-saudaraan antar suku bangsa, saling meno-long antar berbagai jamaah, dan membasmiberbagai ambisi yang didasari fanatisme dimana apinya telah mengobarkan perpecah-an dan permusuhan di antara berbagai umat(Hasan Al Banna, 2012).Pemikiran Hasan Al Banna MengenaiGender

Hasan Al Banna sangat memperhati-kan kaum wanita sejak awal mendirikan

Ikhwanul Muslimun. Di Ismailia, beliaumendirikan sekolah khusus untuk wanitayaitu sekolah Ummahatul Mukminin.Madrasah ini dibentuk setelah madrasahMa’had Hira’ untuk laki-laki sudah mapan.Kurikulum dan metode yang digunakanbersifat Islami dan modern; memadukanantara adab dan bimbingan Islam yangluhur terhadap para pemudi, kaum ibu, danpara istri dengan berbagai tuntutan modern,berupa ilmu-ilmu teoritis dan praktis. Paraguru yang mengajar adalah para guruwanita yang oleh Hasan Al Banna digelarisebagai Fiqratul Akhwat Al Muslimat(Hasan Al Banna, 2013).

Dalam pemikirannya, wanita adalahsetengah masyarakat, bahkan ia adalah setengah bagian yang sangat mempengaruhikehidupan masyarakat. Sebab, dia sekolahpertama yang membentuk dan mencetakgenerasi. Gambaran yang diterima anakdari ibunya sangat menentukan nasibbangsa dan orientasi umat. Disamping itu,wanita memberi pengaruh yang pertamabagi kehidupan pemuda maupun kaum laik-laki (Hasan Al Banna, 2013).

Islam telah meninggikan kedudukanwanita, mengangkat harkatnya, dan meng-anggapnya sebagai saudara laki-laki sertaparter hidupnya. Maka, wanita adalah bagi-an dari laki-laki dan laki-laki bagian dariwanita. Islam mengakui hak-hak pribadiwanita secara sempurna, hak-hak sipilnyasecara sempurna, dan hak-hak politiknyasecara sempurna.

Islam telah mengatur hubungan laki-laki dan perempuan secara komprehensif,menjaga harga diri mereka, dan melindungimereka dari fitnah yang dihembuskan olehmusuh-musuhnya. Hasan Al Banna berpen-dapat tidak memperbolehkan wanita untukterjun ke dalam politik praktis kecuali da-lam keadaan darurat diukur sesuai dengankadarnya dan pekerjaan itu tidak bolehmenjadi peraturan umum. Karena tugasutamanya yaitu mendidik generasi-generasisesuai dengan ajaran agama Islam(Muhammad Abdul Qadir, 2005).

Page 18: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 30 -

Pemikiran Hasan Al Banna MengenaiJihad

Hasan Al Banna menulis satu risalahkhusus mengenai jihad yang diberi judulRisalatul Jihaad. Berisikan hukum-hukumjihad ditinjau dalam pandangan Al Quran,Hadits, Fiqih. Ia berpendapat bahwa jihadadalah kewajiban setiap Muslim (Hasan AlBanna, 2012).

Allah menetapkan kewajiban Jihadkepada kaum Muslimin, jelas Al Banna,bukan untuk menyebarkan permusuhanataupun sarana memenuhi ambisi pribadi,melainkan untuk melindungi dakwah danmenjamin perda-maian, serta menjalankanrisalah paling agung yang diusung olehkaum Muslimin, yaitu risalah petunjuk bagimanusia menuju kebenaran dan keadilan.

Jihad merupakan rukun bai’at nomorempat dalam Risalah Ta’alim. MenurutHasan Al Banna jihad adalah sebuahkewajiban yang terus berlaku sampai harikiamat.

Beliau kemudian menerangkan urutan-urutan jihad. Urutan yang pertama adalahpengingkaran hati dan puncaknya berpera-ng di jalan Allah swt. Di antara keduanyaada jihad dengan lisan, pena, tangan, dankata-kata yang benar di hadapan penguasayang zalim. Dakwah menurut beliau, tidakakan pernah hidup kecuali dengan jihad.Ketinggian dan luasnya cakrawala dakwahmenjadi tolak ukur bagi keagungan jihad dijalannya, besarnya pahala yang harus dibayar untuk mendukungnya, dan banyaknyapahala yang disediakan untuk para aktivi-tasnya. Tidak ada jihad di dunia ini yangtidak disertai pengorbanan.

Al Jihaadu sabilunaa wal mautu fiisabilillah asma amaaniina (jihad adalahjalan kami, dan mati di jalan Allah adalahcita-cita kami tertinggi) merupakan sembo-yan yang digagas oleh Hasan Al Bannamewakili prinsipnya mengenai jihad. Jihadadalah hak kemanusiaan, yakni menyebar-kan dan menawarkan dakwah Islam kepadaumat manusia, dengan argument dan bukti(Hasan Al Banna, 2012).

Diantara makna-makna jihad di dalamIslam menurut Hasan Al Banna adalah me-relakan sebagian waktu, harta dan kebutuh-an pribadi untuk kebaikan Islam dan kaumMuslimin. Mencegah kemungkaran, memerintahkan kebaikan, serta berlaku tulusdalam mentaati Allah, Rasul-Nya, kitab-Nya.

Hasan Al Banna telah membuktikanhakikat jihad Islam ketika berpartisipasi da-lam petempuran menghadapi tentara ZionisIsrael tahun 1948, dengan membentuk Niz-hamul Khas dengan tujan pembebasanPalestina (Amer Syamakh, 2011).Meskipun pemerintahan Mesir bersikappasif dan tunduk kepada Inggris, beberapapetinggi militer Mesir bergerak menyertaiperang Palestina seperti Jenderal AlMawawi, dan Jenderal Shadiq sebagai-mana disebutkan oleh Syaikh YusufQaradhawi dalam memoarnya mengenaiTarbiyah Jihadiyah Hasan Al Banna(Yusuf Qaradhawi, 2005).

Meskipun Hasan Al Banna memberi-kan perhatian yang cukup besar terhadapperang dan terjun langsung di medan pera-ng, namun perang bukanlah satu-satunyamakna jihad. Hasan Al Banna selalu menjelasan kepada seluruh anggota IkhwanulMuslimun bahwa pengertian jihad lebihluas daripada pengertian qital (perang).Dalam pandangannya, berperang terhadappenjajah dan kolonial adalah suatu kewajiban yang tetap dan merupakan tuntutankewajiban dari agama yang suci. Dengandemikian, pemikiran Hasan Al Bannamengenai jihad ini tidak melenceng denganpemikiran umum para ulama. Sebagaicontoh di Indonesia, dikenal Resolusi JihadHadratush Syaikh Hasyim As’ary sebagaiseruannya untuk melawan penjajahBelanda dengan sekutunya.

Pemikiran Hasan Al Banna MengenaiPolitik, Sistem Pemerintahan, danKhilafah

Hasan Al Banna berpendapat, sesung-guhnya dalam Islam ada politik, namun

Page 19: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 31 -

isinya adalah kebahagiaan dunia dan kebi-jakan akhirat (Hasan Al Banna, 2012).

Selain ia menolak anggapan bahwaIslam tidak membahas masalah politik danmengatakan bahwa orang-orang yangberkata seperti itu telah menzalimi dirisendiri dan pengetahuannya terhadap Is-lam. Kesalahan kaum Muslimin pada saatini adalah melupakan Islam dan memisah-kan urusan agama dari politik, walaupunsecara teori Hasan Al Banna tidak bisamemungkiri bahwa undang-undang yangada (dalam hal ini undang-undang Mesir)menegaskan bahwa agama resmi negaraadalah Islam.

Diantara teori politik yang dikembang-an oleh Hasan Al banna adalah teori politikbagi ahli sunnah sebagaimana diungkap Dr.Muhammad Abdul Qadir Abu Faris yaituketika menyatakan dengan sangat tegasbahwa seorang pejabat dalam pemerintahIslam jika tidak dapat melaksanakan tugas-tugasnya, tidak mendengarkan nasehat-nasehat dari ahlul hali wal Aqdi dan tidakmendengarkan seruan untuk meluruskanpenyimpangan-penyimpangannya makapejabat itu harus dicopot (MuhammadAbdul Qadir Abu Faris, 2011).

Pada awalnya, gerakan IkhwanulMuslimun tidak langsung terjun ke dalampolitik praktis di Mesir waktu itu. Perbaik-an-perbaikan yang dilakukan oleh Hasan AlBanna dan gerakannya, terfokus untukperbaikan kultural, demikian marhalah(tahapan) dakwah yang dilakukan, hinggasetelah masyarakat dapat dikondisikan, dananggota-anggotanya telah memahami dengan sebaik-baiknya tujuan gerakan ini,Hasan Al Banna mengumunkan secara res-mi pada muktamar keenam Ikhwanul Mus-limin pada bulan Zulhijjah 1361 hijriyahatau bulan Januari 1941 masehi, bahwaIkhwanul Muslimun ikut serta dalam pemi-lihan umum anggota parlemen. MelaluiIkhwanul Muslimun, Hasan Al Bannamengatakan:

Sudah seharusnya bagi ikhwan untukmenggetarkan mimbar perlemben denganpara orator dan dai’i-da’inya. Tujuannya

agar mereka bisa menyuarakan dakwahsecara lantang dari atasnya, agar dakwahmereka bisa sampai kepada para wakilumat Islam dalam lingkup resmi dan terba-tas setelah sebelumnya dakwah merekasudah berkembang dan sampai kepadaumat itu sendiri dalam lingkup masyarakatumum. Oleh karena itu, Maktab Al IrsyadAl ‘Am memutuskan agar ikhwan ikut da-lam pemilihan umum anggota parlemen.

Hasan Al Banna kemudian terpilihmenjadi calon anggota legislatif padapemilihan umum 1942, namun atas tekananInggris, An Nahhas Pasha meminta beliaumengundurkan diri dari pencalonan. HasanAl Banna menyetujuinya setelah ada kese-pakatan penghapusan prostitusi illegal,kewajiban menggunakan bahasa Arab di seluruh perusahaan, mengizinkan ikhwan un-tuk melakukan aktivitasnya kembali sertamenerbitkan surat kabar untuk kalaganinternal. Pada masa pemerintahan AhmadMahir, Hasan Al Banna terpilih menjadicalon anggota parlemen kembali.

Terjunnya Hasan Al Banna ke dalampolitik praktis melahirkan komentar-komentar negatif, beliau kemudian menulissebuah risalah yang diberi judul RisalatulIkhwani wal intikhabats (Risalah Ikhwandan Pemilihan Umum). Beliau menjelaskanpemikirannya kepada Hai’ah Ta’sisiyah(Dewan Pendiri Ikhwan). Dalam penjelas-annya, beliau menyebutkan alasan orangyang menginginkan agar ikhwan ikut dalampemilihan umum dan alasan orang yangtidak menginginkan ikhwan terlibat dalampemilihan umum. Setelah itu, Hai’ahTa’sisiyah memutuskan agar ikhwan masukdan terlibat dalam pemilihan umum.

Ketika Hasan Al Banna menyatakanIslam sebagai solusi, ia tidak menganggapsistem pemerintahan di negara-negara saatini bukan negara Islam, namun menyadaridengan sebenar-benarnya bahwa telahbanyak tejadi penyimpangan yang sangatserius terhadap Islam dan undang-undangnya. Sehingga ia terdorong danberupaya untuk memperbaikinya (AmerSyaamkh, 2011).

Page 20: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 32 -

Dalam risalah Nahwanuur (MenujuCahaya) yang Hasan Al Banna tulis untukRaja Faruq dan perdana menteri Mesir saatitu Mustaafa Nahhas Pasha, ia menjelaskansecara panjang lebar mengenai keunggulansistem Islam yang dapat diringkas sebagaiberikut. Islam sebagai solusi dari perbaikanpemerintahan, dan menjadi ruh yang meng-gerakannya, karena Islam dapat membang-kitkan kebanggaan dan kecintaan umatpada tanah airnya, menjalin persatuan yangselama ini terceraiberaikan oleh berbagaiperbedaan pendapat. Islam dapat melahir-kan rasa patriotisme di dalam jiwa masya-rakatnya.

Yang dimaksud pemerintahan dalamIslam, menurut Hasan Al Banna dalamRisalah Nizamul Hukama:

Islam yang hanif ini mengharuskanpemerintahannya menjadi salah satu pene-gak dari beberapa penegak sistem sosialyang hadir untuk umat manusia. Islam ti-dak mentolelir kekacauan, dan tidak mem-berikan umat hidup tanpa pemimpin.Rasulullah saw., bersabda kepada sahabatnya, “Jika engkau berada di sebuah negeriyang tidak ada kepemimpinan di dalamnya,maka tinggalkan negeri itu.” dalam haditslain, Rasul bersabda, “Jika kalian bertiga,angkatlah salah seorang di antara kaliansebagai pemimpin.” (Hasan Al Banna,2012).

Ia menyitir kalimat Imam Al Ghazali,“Ketahuilah bahwa syariat itu pondasi,dan raja itu penjaganya. Sesuatu yangtidak ada pondasinya pasti akan hancur,dan sesuatu yang tidak ada penjaganyaniscaya akan hilang.”

Ada tiga tiang penyangga pemerintah-an dalam Islam menurut Hasan Al Banna:

Pertama, mas’uliyatul haakimi (tang-gung jawab pemerintah) dalam hal inipemerintah bertanggungjawab kepadaAllah dan rakyatnya, ia adalah pelayan danpekerja bagi rakyat yang menjadi tuannya.

Kedua, Wahdatul ummati (kesatuanmasyarakat) dalam hal ini umat Islamadalah umat yang satu karena ukhuwahadalah salah satu landasan iman, bagi umat

Islam tidak ada perbedaan dalam hal-halprinsip, sementara perbedaan dalam hal-halfuru’ tidaklah membahayakan. Dan ketiga,ihtiraamu iradatil ummati (menghormatiaspirasi masyarakat) karena diantara hakumat Islam adalah mengawasi roda peme-rintahan dan aktif bermusyawarah berke-nan sesuatu yang dipandang baik (Hasan AlBanna, 2012).

Sistem Islam dalam makna ini, menu-rut Hasan Al Banna tidak mementingkanbentuk atau nama, selama kaidah-kaidahpokok tadi terwujudkan, di mana tidakmungkin suatu hukum akan tegak tanpanya,dan selama diterapkan secara tepat hinggadapat menjaga keseimbangan satu samalain. Beliau memberikan contoh bahwasistem ini pernah terwujud sempurna padamasa Khulafaur Rasyidin.

Hasan Al Banna tidak mempermasa-salahkan sistem pemerintahan, apakah itusistem parlementer (wizaaratut tafwiidh)ataukah sistem presidensial (wizaratuttanfiidz) selama sistem tersebut sanggupmemikul tugas-tugas yang disyariatkanoleh Islam.

Mengenai Khilafah, Hasan Al Bannaberpendapat Khilafah adalah lambing kesa-tuan Islam dan bukti adanya keterikatanantarbangsa Muslim. Ia merupakan identi-tas Islam yang wajib dipikirkan dan diper-hatikan oleh kaum Muslimin. Khalifahadalah tempat rujukan bagi pemberlakuansebagian besar hukum dalam agama Islam.Oleh karena itu para sahabat lebih mendahulukan penanganannya daripada mengurusdan memakamkan jenazah Nabi saw.,sampai mereka benar-benar menyelesaikantugas tersebut. Bahkan, melalui IkhwanulMuslimun, Hasan Al Banna menjadikanupaya untuk mengembalikan eksistensikhilafah sebagai agenda utama dalammanhajnya (Hasan Al Banna, 2012).

Ustadz Rappung Samuddin memberi-kan penjelasan yang ringkas mengenaialasan, “Para sahabat lebih mendahulukanpenanganannya daripada mengurus danmemakamkan jenazah Nabi saw.,” ada duaulasannya sebagai berikut:

Page 21: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

IAIS Sambas Vol 4 No. 1 Januari – Juni 2018

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 33 -

Perlu diketahui bahwa di antara atur-an politik yang mengakar dalam masyara-kat Arab sebelum diutusnya Nabi, pengangkatan pemimpin dalam setiap kabilah ataujama’ah yang disebut sebagai Al Sayyidatau Syaikh Kabilah, yang bertugas menjaga persatuan, mengatur utusan mereka,memimpin peang, menyambut utusan(duta), mengikat perjanjian damai danselainnya, hingga jika mereka wafat secaraotomatis berpindah pada orang lain yangmenggantikan posisinya. Perhatian besardalam hal mengangkat pemimpin yangakan mengurus persoalan-persoalan Ma-nusia yang ada pada aturan politik bangsaArab sebelum kenabian tersebut, mendapatperhatian besar dari Nabi saw., yang ke-mudian disaksikan oleh para sahabattatkala negara Islam tegak di kotaMadinah. Nabi saw., senantiasa menunjukseseorang sebagai pemimpin dlam setiappengiriman pasukan-pasukan kecil kendatijumlah mereka sedikit serta waktu keluar-nya sangat pendek. Bahkan, tatkala beliaukhawatir akan tejadi sesuatu yang burukterhadap pasukan kaum Muslimin dalamperang Mut’ah, beliau lantas mempersiap-kan tiga nama yang bakal saling menggantikan dalam kepemimpinan. Demikian pu-la, beliau tidak pernah meninggalkanMadinah melainkan setelah menunjuksalah seorang yang mewakili beliau untuksementara waktu sebagai pemimpin.Semisal perhatian akan pengaturan politiktersebut dilakukan oleh Rasulullah saw.,dalam negara Islam, dalam kondisi-kondisiyang mungkin saja bukan darurat, meng-uatkan dalam benak para sahabat akankewajiban untuk bersegera dalam personalan yang dikategorikan urusan paling

mendesak dan darurat dalam sebuah negara yang baru terbentuk, yaitu menegakkandan mengangkat pemimpin kaum Musliminpada saat wafatnya Nabi saw.

Kedua, kondisi kota Madinah saat itutidak dalam keadaan aman. KetikaRasulullah saw., wafat, banyak orangmurtad, Yahudi dan Nasrani mulai menggeliat dan mencari kesempatan berperang,kemunafikan mulai tampak. Jadi untuk menjaga maslahat agama, negara, serta kaumMuslimin dari berbagai ancaman danmakar-makar musuh Islam disegerakanmemilih pemimpin (Rappung Samudin,2013).

Adapun mengenai langkah-langkahuntuk mengembalikan eksistensi khilafah,selain yang tertera dalam maratibul ‘amal,Hasan Al Banna kembali meringkasnyamenjadi tiga poin penting, yaitu:1. Harus ada kerja sama yang sempurna

antara bangsa-bangsa Muslim, menyangkut masalah wawasan, sosial, dan ekonomi.

2. Setelah itu membentuk persekutuan dankoalisi, serta menyelenggarakan berba-gai pertemuan dan muktamar di antaranegara-negara tersebut.

3. Setelah itu membentuk persekutuanbangsa-bangsa Muslim. Jika hal itu bisadiwujudkan dengan sempurna, akan di-hasilkan sebuah kesepakatan untukmengangkat pemimpin yang satu, dima-na ia merupakan penengah, pemersatu,penentram hati, dalam naungan Allah dimuka bumi (Hasan Al Banna, 2012).

Page 22: 13 - SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM HASAN AL BANNA Deden

Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 34 -

DAFTAR PUSTAKA

Abu Faris, Muhammad Abdul Qadir, Dr., Fiqih Politik Hasan Al Banna. Media InsaniPublishing, Solo, 2011.

Amin, Jum’ah., Ats Tsawabit wal Mutaghayyirat: Konsep Permanen dan FleksibelDakwah Ikhwan. Al I’tishom, Jakarta, 2011.

Al Banna, Hasan., Mudzakkiratud Da’wah wad Da’iyah. Era Adicitra Intermedia, Solo,2013.

Al Banna, Hasan., Majmu’atur Rasail: Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al Banna jilid1. Al I’tishom, Jakarta, 2012.

Al Banna, Hasan., Majmu’atur Rasail: Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al Banna jilid2. Al I’tishom, Jakarta, 2012.

Al Banna, Hasan., Majmu’atur Rasail: Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al Banna jilid3. Al I’tishom, Jakarta, 2012.

Al Banna, Hasan., Majmu’atur Rasail: Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al Banna jilid4. Al I’tishom, Jakarta, 2013.

Hawwa, Sa’id., Fi Afaqi Ta’alim: Studi Analitis atas Konsep Dakwah Hasan Bannadalam Risalah Ta’alim. Era Intermedia, Solo, 2005

Hawwa, Sa’id., Tarbiyah Ruhiyah Konsep Pembersihan Hati Aktivis Dakwah. EraAdicitra Intermedia, Solo, 2010.

Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian Ketiga. RajaGrafindo Persada,Jakarta, 2000.

Nurdi, Herry., Perjalanan Meminang Bidadari: Kisah Luarbiasa 10 Tokoh SyahidModern. Lingkar Pena Publishing House, Jakarta, 2011.

Ar Rasyid, Muhammad Ahmad., Tadzkiratun Naqib. Robbani Press, Jakarta, 2015.Ridha, Abu., Islam dan Politik Mungkinkah Bersatu?. Syaamil Cipta Media, Bandung,

2004.Samuddin, Rappung, Fiqih Demokrasi, Gozian Press, Jakart, 2013.As Sisiy, Abbas., Ikhwanul Muslimin dalam Kenangan. Gema Insani Press, Jakarta, 2001.Sjafril, Akmal., Geliat Partai Dakwah Memasuki Ranah Kekuasaan. Afnan Publishing,

Jakarta, 2013.Syamakh, Amer., Al Ikhwan Al Muslimun Siapa dan Apa yang Kami Inginkan. Era

Adicitra Intermedia, Solo, 2011.Al Qaradhawi, Yusuf., Fiqh Negara. Robbani Press, Jakarta, 1997.Al Qaradhawi, Yusuf . Tarbiyah Hasan Al Banna Dalam Jamaah Al Ikhwan Al Muslimun.

Robbani Press, Jakarta, 2005.Quthb, Sayyid., Mengapa Saya Dihukum Mati?. Mizan, Bandung, 1987.