RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2015-2019 PERUBAHAN KEDUA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM, MESIN, ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2019
RENCANA STRATEGIS
DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2015-2019
PERUBAHAN KEDUA
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM, MESIN,
ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
2019
KEPUTUSAN DIREKTUR INDUSTRI LOGAM
NOMOR : 001 /ILMATE.2/KEP/RENSTRA/1/2019
TENTANG
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN 2015 – 2019
PERUBAHAN KEDUA
Menimbang: a. Bahwa dalam rangka penyesuaian terhadap organisasi
Kementerian Perindustrian sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 135 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketujuh
atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara, perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) Direktorat
Industri Logam Tahun 2015 – 2019 sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri perindustrian Nomor 35 Tahun 2018;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu dikeluarkan Keputusan Direktur Industri
Logam.
Mengingat: a. Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014 tentang Perubahan
Ketujuh atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara;
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan: :
KEPUTUSAN DIREKTUR INDUSTRI LOGAM TENTANG RENCANA
STRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM TAHUN
2015 – 2019 PERUBAHAN KEDUA
Pasal 1
1) Menyusun Perubahan Kedua Rencana Strategis (Renstra) Direktorat
Industri Logam tahun 2015 – 2019 menjadi sebagaimana tercantum
pada Lampiran Keputusan Direktur Industri Logam ini.
2) Perubahan kedua Renstra Direktorat Industri Logam 2015-2019
disebabkan oleh perubahan organisasi pada Kementerian Perindustrian
sehingga diperlukan perubahan Indikator Kinerja Sasaran pada tahun
2019.
3) Perubahan Kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Indikator Kinerja Sasaran terkait TKDN yaitu “Produk industri
tersertifikasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN)” dihapus
karena telah terbentuk Pusat P3DN Kementerian Perindustrian.
Pasal 2
Peraturan Direktur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 21 Januari 2019
Direktur Industri Logam
Doddy Rahadi
Tembusan: 1) Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika; 2) Sesditjen ILMATE.
31
KATA PENGANTAR
Sehubungan dengan Sehubungan dengan perubahan Rencana
Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika periode 2015-2019, dipandang perlu dilakukan penyusunan kembali Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Industri Logam periode 2015-2019
Renstra Direktorat Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan dimaksudkan untuk merencanakan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015), Kebijakan Industri Nasional (Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007), Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015) serta disusun antara lain berdasarkan analisa terhadap dinamika perubahan lingkungan strategis baik tataran daerah, nasional, maupun di tataran global, serta perubahan paradigma peningkatan daya saing dan kecenderungan pengembangan industri ke depan.
Keberhasilan pelaksanaan dan terwujudnya pencapaian Visi Renstra Direktorat Industri Logam periode 2015-2019 dapat direalisasikan melalui evaluasi secara berkala dan untuk mengantisipasi kebutuhan serta perubahan lingkungan strategis, maka apabila diperlukan akan disempurnakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dengan tanpa mengubah visi dan misi Direktorat Industri Logam periode 2015-2019.
Target jangka menengah setiap sektor pencapaiannya akan dipantau dan dievaluasi sehingga kekurangan dan keberhasilannya dapat segera diketahui dan ditindaklanjuti. Renstra Direktorat Industri Logam periode 2015-2019 diharapkan akan mampu meningkatkan keterpaduan, keteraturan, dan keterkendalian perencanaan program dan kegiatan di lingkungan Direktorat Industri Logam dalam rangka mencapai kinerja yang tinggi sebagaimana yang digariskan pada indikator kinerja Direktorat Industri Logam.
Jakarta, 21 Januari 2019
Direktur Industri Logam
Doddy Rahadi
31
i
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI .………………………………………………………………..…………. i
DAFTAR TABEL ………………………………………..……………………………… iii
DAFTAR GAMBAR………………………………………..…………………………… iv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………..……………………….. ii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………...……………………………. 1
1.1 Kondisi Umum .……………..……………………............. 1
1.2 Kinerja Industri Logam Tahun 2014 - 2018 .............. 8 1.3 Potensi dan Permasalahan ....................................... 11
1.4 Perubahan Kedua Renstra Direktorat Industri Logam……………………………………………………………
16
BAB II. VISI, MISI DAN TUJUAN DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM ………………………...………………………............
19
2.1 Visi Direktorat Industri Logam ...........………….......... 19 2.2 Misi Direktorat Industri Logam................................... 20 2.3. Tujuan Direktorat Industri Logam .............................. 20 2.4. Indikator Kinerja Tujuan Direktorat Industri Logam .... 21 2.5. Sasaran Strategis Direktorat Industri Logam ............ 22 2.6. Indikator Kinerja Sasaran ........................................... 26 2.7. Program Direktorat Industri Logam………………….. 28
BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM …………………...………………............
30
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi ILMATE......................... 30 3.2 Analisa SWOT Industri Logam …................................ 30 3.3 Arah Kebijakan dan Strategi Industri Logam …........... 33 3.4 Fokus Pengembangan Industri Logam. ..................... 36
ii
BAB IV. TARGET KINERJA DAN PENDANAAN ............................. 39
4.1 Target Kinerja ….......................................................... 39 4.2 Kerangka Pendanaan …............................................. 39
BAB V. PENUTUP ........................................................................... 40
LAMPIRAN
- Relevansi Tujuan dengan Indikator Kinerja Utama Direktorat Industri Logam
- Kriteria Smart Indikator Kinerja Tujuan Direktorat Industri Logam
- Kriteria Smart Indikator Sasaran Strategis Direktorat Industri Logam
- Matriks kinerja dan pendanaan program Direktorat Industri Logam
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Logam Tahun 2013-2018..................... 8
Tabel 1.2 Ekspor Industri Logam Tahun 2014-2018............................... 9
Tabel 1.3 Impor Industri Logam Tahun 2014-2018................................ 9
Tabel 1.4 Nilai Produktivitas Industri Logam Tahun 2014-2018…………. 10
Tsbel 1.5 Perkembangan Nilai Investasi Industri Logam Tahun 2011-2015.......................................................................................
10
Tabel 1.6 Perbandingan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Sebelum dan Sesudah Perubahan Kedua tahun 2019.......................................................................................
18
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan Industri Logam Tahun 2017 – 2019........... 21
Tabel 2.2 Kontribusi Industri Logam terhadap PDB Nasional Tahun 2017 – 2019...........................................................................
21
Tabel 2.3 Penyerapan Tenaga Kerja Industri Logam Tahun 2017 – 2019
..............................................................................................
22
Tabel 2.4 Indikator Kinerja Sasaran Direktorat Industri Logam 2015-2016…………………………………………………………………………….
26
Tabel 2.5 Indikator Kinerja Sasaran Direktorat Industri Logam 2017-2019…………………………………………………………………………….
27
Tabel 3.1 Industri Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan Industri Prioritas Tahun 2015-2019.....................................................
34
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tahapan Pembangunan Industri Nasional......................... 4
Gambar 1.2 Bangun Industri Nasional................................................. 5
Gambar 3.1 Target Pengembangan Industri Baja……………………………. 37
Gambar 3,2 Target Pengembangan Industri Non Ferro……………………. 38
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. KONDISI UMUM
Industri logam merupakan industri vital yang menopang
industri di berbagai bidang khususnya industri manufaktur,
pertanian, konstruksi dan lain sebagainya. Berbagai kegiatan
industri selalu berhubungan dengan peralatan yang berupa
mesin dimana komponen utamanya (sekitar >85%) adalah
berupa logam, terutama baja, alumunium dan tembaga.
Sebagai komponen utama pembangunan ekonomi
nasional, sektor industri logam berpotensi memberikan
kontribusi terhadap pembangunan ekonomi melalui “added
value” serta akan menjadi ”multiplier effect” bagi aktifitas
sosial ekonomi, penyerapan tenaga kerja, penghasil devisa
dan pada akhirnya akan menjadi faktor pendorong (push
factor) bagi peningkatan daya saing ekonomi bangsa. Agar
potensi industri logam dapat termanfaatkan secara optimal
maka perlu dibuatkan suatu perencanaan pembangunan
industri logam nasional yang terarah dan menyeluruh.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian telah meletakkan industri sebagai salah satu
pilar ekonomi dan memberikan peran yang cukup besar
kepada pemerintah untuk mendorong kemajuan industri
nasional secara terencana. Peran tersebut diperlukan dalam
mengarahkan perekonomian nasional untuk tumbuh lebih
cepat dan mengejar ketertinggalan dari negara lain yang lebih
dahulu maju.
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 2
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014
tentang Perindustrian, dinyatakan bahwa perindustrian
diselenggarakan dengan tujuan:
a. mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak
perekonomian nasional;
b. mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri;
c. mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan
maju, serta Industri Hijau;
d. mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat,
serta mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh
satu kelompok atau perseorangan yang merugikan
masyarakat;
e. membuka kesempatan berusaha dan perluasan
kesempatan kerja;
f. mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke
seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan
memperkukuh ketahanan nasional; dan
g. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat secara berkeadilan.
Visi Pembangunan Industri Nasional adalah Indonesia
Menjadi Negara Industri Tangguh. Industri Tangguh
bercirikan:
1. struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat, dan
berkeadilan;
2. industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global; dan
3. industri yang berbasis inovasi dan teknologi.
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, pembangunan
industri nasional mengemban misi sebagai berikut:
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 3
1. meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan
penggerak perekonomian nasional;
2. memperkuat dan memperdalam struktur industri
nasional;
3. meningkatkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan
maju, serta Industri Hijau;
4. menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat,
serta mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh
satu kelompok atau perseorangan yang merugikan
masyarakat;
5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan
kesempatan kerja;
6. meningkatkan persebaran pembangunan industri ke
seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan
memperkukuh ketahanan nasional; dan
7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat secara berkeadilan.
Penahapan capaian pembangunan industri prioritas
dilakukan untuk jangka menengah dan jangka panjang.
Sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN), tahapan dan arah rencana pembangunan
industri nasional secara rigkas dapat digambarkan sebagai
berikut:
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 4
Gambar I.1 Tahapan Pembangunan Industri Nasional
Pada kerangka pikir bangun industri nasional, industri
logam dasar termasuk pada Industri Hulu. Industri Hulu
merupakan industri prioritas yang bersifat sebagai industri
logam yang menghasilkan bahan baku yang dapat disertai
perbaikan spesifikasi tertentu yang digunakan untuk industri
hilirnya.
Berdasarkan penetapan industri prioritas, ditetapkan
Bangun Industri Nasional sebagaimana tercantum pada
gambar berikut:
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 5
Gambar I.2 Bangun Industri Nasional
Sesuai dengan pentahapan pembangunan industri dan
penetapan industri prioritas ditetapkan tahapan
pembangunan industri logam dasar. Adapun jenis industri
yang dikembangkan periode tahun 2017-2019 , yaitu sebagai
berikut:
1. Industri Pengolahan dan Pemurnian Besi dan Baja Dasar
- Iron ore pellet
- Lumps
- Fines
- Sponge iron
- Pig iron dan besi cor
- Nickel Pig Iron
- Ferronickel
- Paduan besi (ferro alloy)
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 6
- Baja untuk keperluan khusus (antara lain untuk
kesehatan, pertahanan, otomotif)
2. Industri Pengolahan dan Pemurnian Logam Dasar Bukan
Besi
- Alumina SGA (Smelter Grade Alumina) dan Alumina
CGA (Chemical Grade Alumina)
- Alumunium, Alumunium alloy, billet, dan slab
- Nickel matte
- Tembaga katoda
- Copper/Brass Sheet
- Nickel Hydroxide
- Fe Ni Sponge, Luppen Fe Ni, dan Nugget Fe Ni
3. Industri Tanah Jarang (Rare Earth)
- Konsentrat logam tanah jarang
Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional disebutkan bahwa
tujuannya adalah (a) mendukung koordinasi antar pelaku
pembangunan; (b) menjamin terciptanya integrasi,
sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah, antarwaktu,
antarfungsi pemerintah maupun antarpusat dan daerah; (c)
menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan; (d)
mengoptimalkan partisipasi masyarakat; (e) menjamin
tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 juga menyatakan
bahwa Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan (a)
rencana pembangunan jangka panjang (b) rencana
pembangunan jangka menengah (c) rencana pembangunan
tahunan.
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 7
Penentuan arah kebijakan pembangunan industri nasional
jangka menengah mengacu kepada Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 yang tercantum
pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. Dalam Undang-
Undang tersebut ditetapkan bahwa Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Kementerian/ Lembaga (Renstra
K/L) adalah dokumen perencanaan Kementerian/ Lembaga
untuk periode lima tahun. Dalam RPJM Kementerian disusun
perencanaan global pengembangan industri secara umum
mengingat karakteristik industri yang sangat heterogen,
sedangkan strategi pengembangan secara detail hanya dapat
dilakukan di masing-masing organisasi yang membina
industri yang spesifik dan homogen. Penyusunan RPJM
dimaksukan untuk menjembatani tujuan pengembangan
industri logam jangka panjang dengan program tahunan,
berdasarkan hasil analisis fakta dan situasi yang akurat
dengan melibatkan seluruh stakeholders terkait.
Penyusunan Rencana Strategi dan Langkah Pengembangan
Jangka Menengah Industri Logam Tahun 2017-2019 perlu
dilakukan untuk merumuskan strategi dan kebijakan yang
tepat untuk mencapai tujuan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN). Selanjutnya rencana strategi dan
langkah pengembangan tersebut akan dijadikan acuan dalam
menyusun kegiatan dan kebijakan pengembangan industri
logam selama masa pengembangan lima tahun.
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 8
1.2. KINERJA INDUSTRI LOGAM TAHUN 2011 - 2015
A. Pertumbuhan Industri Logam
Pertumbuhan subsektor Industri Logam dari tahun 2013-
2018 tumbuh berfluktuasi antara 10,67% sampai 7,52 %
dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011, dan
pertumbuhan rata-rata dalam kurun waktu 5 tahun tersebut
sebesar 7,08%.
Tabel 1.1
Pertumbuhan Industri Logam Tahun 2013-2018
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Pertumbuhan (%)
Ekonomi Nasional 5,56 5,01 4,88 5,03 5,07 5,17
Industri Pengolahan 4,37 4,64 4,33 4,26 4,29 4,27
Industri Non Migas 5,45 5,61 5,05 4,43 4,85 4,77
ILMATE 10,77 4,12 5,46 3,91 3,75 3,34
Industri Logam 10,67 5,54 10,08 2,35 6,33 7,52
sumber: BPS diolah
B. Ekspor Industri Logam
Nilai ekspor Industri Logam mengalami fluktuasi dalam
rentang 5 (lima) tahun terakhir, dimana nilai ekspor
mengalami kenaikan dan penurunan. Hal ini terkait dengan
faktor kondisi ekonomi global dan kondisi ekonomi domestic/
nasional. Nilai ekspor produk industry logam selama kurun
waktu lima tahun terakhir yang tertinggi dicapai pada tahun
2018 –mencapai US$ 13,6 milyar.
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 9
Tabel 1.2
Ekspor Industri Logam Tahun 2014-2018 US$ Miliar
Uraian 2014 2015 2016 2017 2018
Nasional 176,3 150,4 144,5 168,7 180,2
Industri Non Migas 117,4 106,9 109,1 125,0 130,0
ILMATE 32,0 28,0 28,3 31,8 35,8
Industri Logam 9,7 8,3 7,8 10,6 13,6 sumber: BPS diolah
C. Impor Industri Logam
Nilai impor Industri Logam mengalami fluktuasi dalam
rentang 5 (lima) tahun terakhir. Hal ini terkait dengan
kebutuhan pasar domestic yang tinggi untuk bahan baku dan
kondisi ekonomi global. Pada tahun 2018, nilai impr industry
logam adalah yang tertinggi pada lima tahun terakhir,
mencapai US$ 20,5 miliar.
Tabel 1.3
Impor Industri Logam Tahun 2014-2018 US$ Miliar
Uraian 2014 2015 2016 2017 2018
Nasional 178,2 142,7 135,7 156,9 188,7
Industri Non Migas 123,8 108,9 107,6 122,9 148,3
ILMATE 72,6 62,7 60,8 69,0 84,0
Industri Logam 17,4 14,2 13,5 16,4 20,5 sumber: BPS diolah
D. Nilai Produktivitas Industri Logam
Nilai produktivitas ILMATE mengalami kenaikan dan
penurunan dari Rp, 507 juta Perorang Pertahun pada tahun
2015 menjadi Rp. 585,8 Juta Perorang Pertahun pada tahun
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 10
2018. Nilai produktivitas tertinggi sector industry logam pada
kurun waktu empat tahun terakhit adalah pada tahun 2017 –
mencapai Rp. 600,1 juta per orang.
Tabel 1.4
Nilai Produktivitas Industri Logam Tahun 2014-2018 Rp. juta
sumber: BPS diolah
E. Perkembangan Nilai Investasi Industri
Logam
Penambahan nilai investasi Industri Logam tertinggi
terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar Rp. 50,58 Trilyun.
Tabel 1.5
Perkembangan Nilai Investasi Industri Logam Tahun 2011-2015 Rp.Milyar
No. Industri Logam 2014 2015 2016 2017 2018
PMA dan PMDN
1 Logam Besi 5.960,9 13.477,8 17.984,5 14.601,6 20.203,5
2 Logam Bukan Besi 13.531,5 20.355,2 28.364,6 29.613,8 13.800,1
3 Logam Lainnya 1.660,3 4.050,4 4.228,8 5.478,3 7.505,7
Total 21.152,7 37.883,3 50.577,8 49.693,7 41.509,2
sumber: BPS diolah
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 11
1.3. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Berikut ini hasil identifikasi potensi dan permasalahan
serta tindak lanjut yang diperlukan untuk mengatasi
permasalahan dan memanfaatkan potensi yang ada dalam
rangka mewujudkan visi Direktorat Industri logam tahun
2015 – 2019.
a. POTENSI
Dinamika Sektor Industri
1) perubahan jumlah dan penduduk, serta peningkatan
kesejahteraan penduduk mendorong sektor industri
untuk dapat tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan
PDB Nasional. Hal itu berarti pertumbuhan untuk
industri logam harus meningkat.
2) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
masa depan akan memudahkan dan meningkatkan
produksi produk industri logam.
3) Globalisasi proses produksi akan meningkatkan
peluang akses pasar luar negeri termasuk untuk
produk industri logam.
4) Indonesia memiliki potensi energi berbasis sumber
daya alam (batubara, panas bumi, air)
5) Peningkatan kepedulian terhadap lingkungan
mendorong peningkatan efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumber daya secara berkelanjutan
sehingga mampu menyelaraskan pembangunan
industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat.
Perjanjian Kerjasama Ekonomi dengan Negara Lain
Peluang bagi industri logam untuk memperluas pasar
bagi produk-produk industri logam
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 12
Kebijakan Otonomi Daerah
Dengan adanya kesetaraan hubungan antara pemerintah
pusat dengan Pemerintah daerah, maka pemerintah
daerah provinsi, kabupaten dan kota berpeluang untuk
mempercepat pembangunan dan persebaran industri
pada industri logam di daerah.
b. PERMASALAHAN
Permasalahan utama yang masih dihadapi dalam
pembangunan industri nasional antara lain:
Dinamika Sektor Industri
1) Tidak meratanya persebaran dan tingkat pendapatan
penduduk.
2) Rendahnya tingkat pendidikan, ketrampilan, dan
produktivitas tenaga kerja
3) Lemahnya penguasaan teknologi oleh sektor industri
yang menyebabkan daya saing produk industri lemah
dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.
4) Belum terpadunya pengembangan iptek di lembaga-
lembaga penelitian yang tersebar di berbagai instansi
dengan dunia industri.
5) Keterlibatan industri nasional dalam rantai pasok
global berpotensi pada kerentanan terhadap gejolak
perekonomian dunia
6) Kelangkaan energi yang disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan energi sektor indutri. Pada
tahun 2030 kebutuhan energi diperkirakan akan
meningkat menjadi hampir tiga kali lipat
7) Masih banyak industri yang belum menerapkan
standar industri hijau dalam kegiatan produksinya.
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 13
Perjanjian Kerjasama Ekonomi dengan Negara Lain
1) semakin berkurangnya instrumen perlindungan, baik
yang bersifat tarif maupun non-tarif, bagi
pengembangan, ketahanan maupun daya saing
industri di dalam negeri
2) Semakin derasnya arus impor produk barang dan jasa
yang berpotensi mengancam kondisi neraca
perdagangan dan neraca pembayaran
3) Semakin ketatnya persaingan antara pekerja asing
dengan pekerja domestik dengan adanya pergerakan
pekerja terampil (Movement of Natural Person – MNP),
sehingga dikhawatirkan pekerja terampil asing
mengungguli pekerja terampil domestik
Kebijakan Otonomi Daerah
1) Permasalahan internal lambannya birokrasi, kualitas
SDM aparatur, dan koordinasi dengan pihak-pihak
terkait.
2) Permasalahan eksternal: keterbatasan ketersediaan
infrastruktur dan lahan industri. Otonomi daerah
berdampak kepada pengelolaan keuangan daerah
dimana ruang gerak daerah dalam pembiayaan sektor-
sektor cenderung terbatasan dana yang dimiliki
pemerintah daerah karena sebagian besar dari
pendapatan daerah dialokasikan untuk belanja
pegawai.
Infrastruktur
1) Tidak tersedianya secara memadai fasilitas jalan dan
pelabuhan dalam rencana pembangunan smelter
untuk industri pengolahan mineral terutama di
kawasan timur Indonesia (Sulawesi, Kalimantan, dan
Papua).
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 14
2) Semakin menurunnya tingkat pelayanan jalan dan
pelabuhan di Pulau Jawa terutama di sekitar
Jabodetabek yang diindikasikan dengan meningkatnya
waktu tempuh dari kawasan-kawasan industri ke
Pelabuhan Tanjung Priok dan waktu tunggu (dwelling
time) yang lebih lama di Pelabuhan Tanjung Priok.
Energi
1) Permasalahan harga gas dan kuota gas sebagai bahan
baku dan bahan energi untuk industri Baja.
2) Belum tersedianya energi listrik yang dapat
mencukupi kebutuhan pembangunan smelter maupun
industri baru lainnya.
3) Belum optimalnya diversifikasi energi.
Lahan
Belum terselesaikannya Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dan perizinan kawasan industri berbasis mineral
logam sehingga berpotensi menghambat rencana
investasi, contohnya lahan untuk kawasan industri
Berbasis Industri Nikel di Morowali Provinsi Sulawesi
tengah
Regulasi
1) Tidak harmonisnya tarif bea masuk produk – produk
industri antara hulu dan hilir
2) Belum optimalnya pemanfaatan insentif fiskal seperti
tax holiday, tax allowance dan BMDTP karena
prosedur administrasi yang rumit dan panjang.
3) Prosedur pengembalian restitusi pajak bagi wajib
pajak yang memanfaatkan fasilitas KITE relatif lama
sehingga mengganggu cash flow perusahaan
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 15
Ketergantungan impor bahan baku, barang modal dan
bahan penolong
Masih tingginya ketergantungan industri dalam negeri
terhadap impor bahan baku, barang modal dan bahan
penolong. Pada Tahun 2013, impor bahan baku dan
penolong sebesar US$ 89,54 miliar (68,14%), diikuti oleh
barang modal US$ 31,49 miliar (23,96%), dan barang
konsumsi US$ 10,37 miliar (7,38%). Hal ini disebabkan
belum kuat dan dalamnya struktur industri karena
belum berkembangnya industri hulu dan antara sehingga
sangat rentan terhadap pengaruh kondisi sosial ekonomi
negara asal dan menghabiskan devisa dalam jumlah yang
besar.
c. POTENSI DAN PERMASALAHAN DIREKTORAT INDUSTRI
LOGAM
Potensi:
a. Indonesia memiliki cadangan bahan baku yang cukup besar, dalam hal ini sumber daya mineral lokal sebagai bahan baku;
b. Indonesia memiliki cadangan sumber energi berupa gas alam dan batubara;
c. Indonesia memiliki tenaga kerja industri (sumber daya manusia) yang kompeten;
d. Telah diberlakukannya SNI Wajib untuk beberapa produk industri logam dalam rangka meningkatkan daya saing industri melalui penguasan pasar dalam negeri maupun ekspor;
Permasalahan:
a. Belum terintegrasinya kebijakan pengembangan dan pembinaan industri logam;
b. Struktur industri logam masih lemah ditandai tingginya kandungan impor bahan baku serta lemahnya daya saing di pasar global
c. Nilai yang dibutuhkan untuk berinvestasi sangat tinggi, dikarenakan infrastruktur industrinya belum memadai sehingga selain membangun pabrik, investor harus membangun infrastruktur pendukung lainnya.
d. Ketergantungan pada bahan baku impor serta produk antara tertentu, menjadikan posisi
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 16
tawar industri logam nasional, baik di pasar lokal apalagi pasar global menjadi lemah karena cenderung didikte pasar dalam hal pasokan bahan baku;
e. Pada umumnya industri logam masih menggunakan teknologi dan mesin produksi sudah tua;
f. Efisiensi dan daya saing rendah;
g. Penggunaan energi belum efisien;
h. Belum adanya standarisasi kompetensi kerja nasional indonesia sektor industri logam
i. Belum sinkronnya progam penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh lembaga penelitian dan akademisi dengan kebutuhan industri (skala ekonomis);
j. Ekonomi biaya tinggi.
1.4. PERUBAHAN KEDUA RENSTRA DIREKTORAT INDUSTRI
LOGAM
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal ILMATE Nomor
18/ILMATE/4/2019, maka disusun perubahan kedua Renstra
Ditjen ILMATE pada sasaran strategis dalam rangka menetapkan
perubahan sasaran startegis dan indikator kinerja industri logam,
mesin, alat transportasi dan elektronika. Hal ini menjadi dasar
pertimbangan Direktorat Industri Logam sebagai bagian dari
DItjen ILMATE untuk melakukan penyesuaian dengan mengubah
dokumen Rencana Strategis DIrektorat Industri Logam.
Perubahan kedua pada Renstra Direktorat Industri Logam
disebabkan adanya perubahan struktur organisasi Kementerian
Perindustrian berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun
2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 29
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 17
Tahun 2015 Tentang Kementerian Perindustrian dan Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian.
Pada struktur organisasi Kementerian Perindustrian tersebut
terbentuk satuan kerja baru yaitu Pusat Peningkatan Penggunaan
Produk Dalam Negeri (P3DN) yang memiliki tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, rencana, program, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan bidang peningkatan
penggunaan produk dalam negeri. Dengan adanya strukturbaru
tersebut maka kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan
penggunaan produk dalam negeri akan dibina oleh Pusat P3DN.
Terkait dengan Renstra Direktorat Industri Logam, perubahan
struktur organisasi ini menyebabkan Indikator Kinerja Sasaran
“Produk industri logam tersertifikasi tingkat komponen dalam
negeri (TKDN)” yang merupakan bagian dari Sasaran Strategis
“Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian
yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan bidang perindustrian
yang berdaya saing dan berkelanjutan” dala Perspektif Proses
Bisnis Internal agar dhapuskan.
Perubahan Renstra Direktorat Industri Logam dapat dilihat pada
tabel berikut:
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 18
Tabel 1.6 Perbandingan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja
Sasaran Sebelum dan Sesudah Perubahan Kedua tahun 2019
Sebelum perubahan kedua (Januari 2019)
No. Sasaran Strategis IndikatorKinerjaSasaran Satuan 2017 2018 2019
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)
1 Meningkatnya populasi dan persebaran industri
Jumlah unit industri pengolahan non-migas besar sedang
Unit 119 152 171
Nilai investasi di sektor industri pengolahan non-migas
Rp. Triliun 39.1 - 42.1 41.3 - 43.9 51.8 - 53.9
2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
Kontribusi ekspor produk industri pengolahan non-migas terhadap ekspor nasional
Persen 6.0 - 6.1 6.0 - 6.1 6.0 – 6.1
Produktivitas SDM industri Rp. Juta 571.5 625.1 689.9
Perspektif Proses Bisnis Internal
1 Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif
Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
RSNI 5 5 5
Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib
Regulasi 3 3 3
2 Terselenggara nya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
Produk industri tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Sertifikat 50 100 100
Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
SKKNI 1 2 2
Sesudah perubahan kedua (Januari 2019)
No. Sasaran Strategis IndikatorKinerjaSasaran Satuan 2019
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S) 1 Meningkatnya populasi dan
persebaran industri Jumlah unit industri pengolahan non-migas besar sedang
Unit 171
Nilai investasi di sektor industri pengolahan non-migas
Rp. Triliun 51.8 - 53.9
2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
Kontribusi ekspor produk industri pengolahan non-migas terhadap ekspor nasional
Persen 6.0 – 6.1
Produktivitas SDM industri Rp. Juta 689.9
Perspektif Proses Bisnis Internal
1 Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif
Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
RSNI 5
Jumlah regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib
Regulasi 3
2 Terselenggara nya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
SKKNI 2
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 19
BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN
PEMBANGUNAN INDUSTRI LOGAM
2.1. VISI DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM
Kegiatan Penyusunan Rencana Strategi (RENSTRA) dan
Langkah Pengembangan Direktorat Industri Logam maka
diharapkan akan memberikan acuan kerja, pembinaan dan
langkah-langkah pengembangan terhadap industri logam
yang komprehensif dan terarah dalam rangka pengembangan
industri logam yang tangguh, berdaya saing tinggi dan
berkelas internasional mulai dari kawasan ASEAN, Asia dan
bahkan dunia dalam kurun waktu lima tahun kedepan dari
tahun 2015 sampai dengan 2019. Dalam langkahnya,
pembangunan industri logam nasional diharapkan
mempunyai Misi dan Visi ke depan dengan mengacu pada ciri
dan karakteristik sub sektor Industri Material Dasar Logam
serta perannya dalam pembangunan industri nasional.
Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan, dan
tantangan yang dihadapi ke depan, maka Direktorat Industri
Logam sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai
salah satu tingkat Eselon II di Kementerian Perindustrian
dituntut untuk melakukan pengaturan, pembinaan, dan
pengembangan industri dibidang material dasar logam. Untuk
itu, maka disusunlah visi dan misi Direktorat Industri Logam
berdasarkan visi dan misi Kementerian Perindustrian dan
Direktorat Industri logam yang akan dicapai melalui
pencapaian tujuan, sasaran strategis, dan pelaksanaan
program dan kegiatan utama maupun kegiatan pendukung.
Dalam hal ini visi dan misi yang disusun berdasarkan RPJMN
Tahun 2015 – 2019.
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 20
Visi Industri Logam tahun 2015 – 2019 adalah
“Terwujudnya Industri Logam yang Berdaya Saing dengan
Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam
dan Berkeadilan”
2.2. MISI DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan
nyata dalam bentuk 3 (tiga) Misi sesuai dengan tugas dan fungsi
Direktorat Industri Logam sebagai berikut :
1. Peningkatan populasi industri logam untuk memperkuat dan
memperdalam struktur industri nasional;
2. Peningkatan daya saing dan produktivitas industry logam
untuk mewujudkan industri nasional yang mandiri, berdaya
saing, maju, dan berwawasan lingkungan;
3. Peningkatkan nilai tambah industri logam di dalam negeri
melalui pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan
dengan meningkatkan penguasaan teknologi dan inovasi�
2.3. TUJUAN DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM
Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi di atas,
Direktorat Industri Logam menetapkan tujuan yang akan
dicapai dalam 5 (lima) tahun ke depan, yaitu “Terbangunnya
Industri Logam yang tangguh dan berdaya saing”.
Adapun tujuan rencana strategis Direktorat Industri
Logam adalah meningkatnya peran industri Logam dalam
perekonomian nasional.
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 21
Untuk mewujudkan pencapaian tujuan pembangunan
industri logam maka perlu dirumuskan indikator-indikator
kinerja tujuan yang sifatnya kuantitatif sehingga dapat
diukur keberhasilan pencapaiannya. Adapun indikator
ketercapaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan
yaitu:
1. Laju pertumbuhan industri logam
2. Kontribusi industri logam terhadap PDB Nasional
3. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Logam
2.4. INDIKATOR KINERJA TUJUAN DIREKTORAT INDUSTRI
LOGAM
Indikator kinerja sasaran Direktorat Industri Logam dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Laju Pertumbuhan Industri
Tabel 2.1
Laju Pertumbuhan Industri Logam Tahun 2017 - 2019
No Laju Pertumbuhan Industri Logam (%) 2017 2018 2019
1 4,94 - 4,82 4,82 - 5,22 4,81 - 5,3
2. Kontribusi Industri Logam terhadap PDB Nasional
Tabel 2.2
Kontribusi Industri Logam terhadap PDB Nasional
Tahun 2017 - 2019
No Kontribusi Industri Logam Terhadap PDB Nasional (%)
2017 2018 2019 1 1,49 - 1,51 1,51 - 1,53 1,52 - 1,55
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 22
3. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Logam
Tabel 2.3
Penyerapan Tenaga Kerja Industri Logam
Tahun 2017 - 2019
No Penyerapan Tenaga Kerja Industri Logam ( Juta Orang)
2017 2018 2019 1 0,76 0,77 - 0,79 0,79 - 0,81
2.5. SASARAN STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM
Untuk pencapaian misi, visi, tujuan dan sasaran Direktorat
Industri Logam, maka dalam kebijakan Direktorat Industri Logam
di susun 2 (dua) sasaran strategis dalam Perspektif Pemangku
Kepentingan/ Stakeholder, dan 2 (dua) sasaran strategis dalam
Perspektif Proses Pelaksanaan Tugas Pokok yang akan dicapai
dengan indikator kinerja sasaran strategis seperti yang diuraikan
berikut :
1. Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder
Sasaran Strategis 1: Meningkatnya populasi dan
persebaran industri logam
Penyebaran dan pemerataan Industri
Logam ke seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
dilakukan melalui pengembangan
perwilayahan industri dengan tujuan
untuk meningkatkan kontribusi sektor
industri pengolahan non-migas di luar
pulau jawa dan menumbuhkan
populasi unit usaha industri besar dan
sedang di luar pulau jawa. Adapun
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 23
meningkatnya populasi industri
nasional diindikasikan dengan
peningkatan jumlah unit industri
pengolahan non-migas serta
penyerapan tenaga kerja sektor industri
pengolahan non-migas baik industri
sedang besar (IBS)
Indikator kinerja utama (IKU) dari
sasaran ini adalah:
1. Jumlah unit industri logam non-
migas besar - sedang
2. Nilai investasi di sektor industri
logam
Sasaran Strategis 2: Meningkatnya daya saing dan
produktivitas sektor industri logam
Meningkatnya daya saing dan
produktivitas sektor Industri Logam
dimaksudkan untuk meningkatkan
penjualan produk dalam negeri
dibandingkan dengan seluruh pangsa
pasar baik dalam negeri maupun luar
negeri. Peningkatan daya saing dan
produktivitas dilakukan melalui
pengembangan inovasi dan penguasaan
teknologi industri yang bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi,
produktivitas, nilai tambah, daya saing
dan kemandirian industri nasional
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 24
Indikator kinerja utama (IKU) dari
sasaran ini adalah:
1. Kontribusi ekspor produk industri
logam terhadap ekspor nasional
2. Produktivitas SDM industri logam
2. Perspektif Proses Bisnis Internal
Sasaran Strategis 1: Tersedianya Kebijakan pembangunan
industri logam yang efektif
Sesuai dengan amanah Undang-Undang
No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian,
peran pemerintah dalam mendorong
kemajuan sektor industri ke depan
dilakukan secara terencana serta disusun
secara sistematis dalam suatu dokumen
perencanaan. Dokumen perencanaan
tersebut harus menjadi pedoman dalam
menentukan arah kebijakan pemerintah
dalam mendorong pembangunan sektor
industri dan menjadi panduan bagi
seluruh pemangku kepentingan yang
terlibat dalam pembangunan industri
nasional
Indikator kinerja utama (IKU) dari sasaran
ini adalah:
1. Jumlah Rancangan Standar Nasional
Indonesia (RSNI) Produk Industri Logam
2. Jumlah Regulasi teknis pemberlakuan
SNI, ST dan/atau PTC secara wajib
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 25
Sasaran Strategis 2: Terselenggaranya urusan pemerintah di
bidang perindustrian yang berdaya saing
Standardisasi industri logam dan
peningkatan kompetensi tenaga kerja
industri logam bertujuan untuk
meningkatkan daya saing industri logam
dan produktivitas dalam rangka
penguasaan pasar dalam negeri maupun
ekspor. Pembangunan tenaga kerja
industri kompeten yang siap kerja sesuai
dengan kebutuhan perusahaan industri
dan/atau perusahaan kawasan industri
berdampak meningkatkan produktivitas
tenaga kerja Industri, meningkatkan
penyerapan tenaga kerja di sektor industri
logam serta memberikan perlindungan dan
kesejahteraan bagi tenaga kerja industri
logam.
Indikator kinerja utama (IKU) dari sasaran
ini adalah:
1. Infrastruktur kompetensi yang
terbentuk.
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 26
2.6. INDIKATOR KINERJA SASARAN
Indikator kinerja sasaran Direktorat Industri Logam dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.4
Indikator Kinerja Sasaran Direktorat Industri Logam 2015-2016
Sasaran IndikatorKinerjaSasaran SatuanTARGET
2015 2016PERSPEKTIFPEMANGKUKEPENTINGAN
I Meningkatnyaperanindustrylogamdalamperekonomiannasional
1 LajupertumbuhanIndustriLogam
% 10.09 10.49
2 KontribusiIndustriLogamterhadapPDBNasional
% 1.59 1.72
II Meningkatnyapenguasaanpasardidalamdanluarnegeri
1 KontribusieksporprodukIndustriLogamterhadapekspornasional
% 5.53 5.55
III Meningkatnyapenyerapantenagakerjadisektorindustrilogam
1 JumlahpenyerapantenagakerjadisektorIndustriLogam
JutaOrang
0.23 0.02
IV Menguatnyastrukturindustrilogam
1 Rasioimporbahanbaku,bahanpenolong,barangmodal,terhadapPDBIndustrinonmigas
Persen 9.05 11.87
PERSPEKTIFPROSESINTERNAL
I
Meningkatnyadayasaingindustrilogammelaluipengembanganstandardisasiindustri
1 JumlahRancanganStandarNasionalIndonesia(RSNI)
RSNI 5 5
2 JumlahProdukSNIWajib SNIWajib
3 3
II Meningkatnyainvestasisektorindustrilogammelaluifasilitasipemberianinsentiffiskaldannonfiskal
1 Nilaiinvestasidisektorindustri
RpTriliun
41.3 49.5
III Meningkatnyaketersediaandatasektorindustrilogammelaluipenyelenggaraansisteminformasiindustrinasional
1 JenisDatayangtersediapadaSistemInformasiIndustriNasional
Database
1 1
2 JenisInformasiyangtersediapadaSistemInformasiIndustriNasional
JenisInformasi
1 1
PERSPEKTIFPEMBELAJARANORGANISASI
I Meningkatnyaketersediaansaranadanprasarana
1 Tingkatpemenuhansaranadanprasaranakerja
persen 90 90
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 27
pendukungpelaksanaantugasdanfungsi
II Meningkatnyakualitasperencanaandanpenganggaran
1 Tingkatkesesuaianrencanakegiatandengandokumenperencanaan
persen 90 90
III Meningkatnyakualitaspelaporanpelaksanaankegiatandananggaran
1 NilaiSAKIPDirektoratIndustriLogam
Predikat
B B
IV Meningkatnyaimplementasikebijakanindustrilogammelaluimonitoringdanevaluasipelaksanaankebijakan
1 Jumlahrekomendasiperbaikankebijakanindustrylogam
Rekomendasi
1 1
Tabel 2.5
Indikator Kinerja Sasaran Direktorat Industri Logam 2017-2019
No. SasaranStrategis IndikatorKinerjaSasaran Satuan 2017 2018 2019
PerspektifPemangkuKepentingan/Stakeholder(S)1 Meningkatnya
populasidanpersebaranindustrilogam
Jumlahunitindustrilogambesar-sedang Unit 119 152 171
Nilaiinvestasidisektorindustrilogam Rp.Triliun 39.1-42.1 41.3-43.9 51.8-53.9
2 Meningkatnyadayasaingdanproduktivitassektorindustrilogam
Kontribusieksporprodukindustrilogamterhadapekspornasional
Persen 6.0-6.1 6.0-6.1 6.0–6.1
ProduktivitasSDMindustrilogam Rp.Juta 571.5 625.1 689.9
PerspektifProsesBisnisInternal1 Tersedianya
kebijakanpembangunanindustrilogamyangefektif
JumlahRancanganStandarNasionalIndonesia(RSNI)
RSNI 5 5 5
JumlahregulasiteknispemberlakuanSNI,STdan/atauPTCsecarawajib
Regulasi 3 3 3
2 Terselenggaranyaurusanpemerintahandibidangperindustrianyangberdayasaingdanberkelanjutan
ProdukindustrilogamtersertifikasiTingkatKomponenDalamNegeri(TKDN)
Sertifikat 50 100 -
Infrastrukturkompetensiyangterbentuk
SKKNI 1 2 2
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 28
Indikator Kinerja Sasaran tersebut selanjutnya ditetapkan
menjadi Indikator Kinerja Utama Direktorat Industri
Logam.
Tata cara perhitungan Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada Lampiran Rencana Strategis
2.7. Program Direktorat Industri Logam
Dalam rangka mendukung pencapaian indikator kinerja sasaran
Direktorat Industri Logam melaksanakan Program
Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam dengan
beberapa program kegiatan, diantaranya:
1. Melakukan Fasilitasi peningkatan kompetensi SDM bidang
produksi komponen yang berbasis teknologi skala medium ke
atas di Kab. Morowali Melakukan Fasilitasi Program
Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri Sektor
Industri Logam
2. Pengembangan Pusat Teknologi Untuk Mendukung Hilirisasi
Industri logam
3. Penyiapan Infrastruktur Untuk Mendukung Penerapan
Standar
4. Pengembangan Industri Berbasis Logam Tanah Jarang
5. Pengembangan rantai pasok industri logam dalam
mendukung proyek infrastruktur
6. Melakukan Fasilitasi peningkatan kompetensi SDM bidang
produksi komponen yang berbasis teknologi skala medium ke
atas di Kab. Bantaeng
7. Pengembangan Klaster 10 Juta Ton Produksi Logam Nasional
8. Pengembangan Industri Berbasis Tembaga dan Turunannya
9. Pengembangan Industri Berbasis Aluminium dan Nikel
Beserta Turunannya
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 29
10. Melakukan Fasilitasi Pengembangan Industri Pengolah Hasil
Tambang Mineral Menjadi Produk dan Jasa Industri
11. Melakukan Fasilitasi Pengembangan Industri Logam Khusus
Bernilai Tambah Tinggi
12. Melakukan Fasilitasi Penciptaan Iklim Investasi dan Usaha
Industri Logam Yang Kondusif
13. Melakukan Fasilitasi Pengembangan Kerjasama Sektor
Industri Logam
14. Melakukan penyusunan standar produk industri logam dan
standar kompentensi kerja sektor industri logam
15. Meningkatkan pengawasan penerapan standar
16. Meningkatkan akses pasar dalam dan luar negeri
17. Meningkatkan pengembangan SDM industri logam yang
berstandarisasi
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 30
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
INDUSTRI LOGAM
3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI INDUSTRI LOGAM
Arah Kebijakan Pengembangan Industri Logam Tahun
2015 – 2019 mengacu pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2014 tentang Perindustrian dan Rencana Induk
Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015 – 2035
mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut:
1. Merevitalisasi sektor industri logam dan meningkatkan
peran sektor industri logam dalam pereknomian nasional.
2. Membangun struktur industry logam dalam negeri yang
sesuai dengan prioritas nasional dan kompetensi daerah.
3. Mendorong pertumbuhan industri logam di luar Pulau
Jawa.
4. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor
pembangunan yang lain dalam mendukung pembangunan
industri logam nasional.
5. Pembangunan industri pendukung dan andalan secara
selektif melalui penyiapan SDM yang ahli dan kompeten di
bidang industri logam.
6. Meningkatkan penguasaan teknologi di bidang industri
logam.
3.2 ANALISIS SWOT SEKTOR INDUSTRI LOGAM
Berdasarkan potensi dan permasalahan sektor-sektor
Industri Logam maka dapat dilakukan analisa berdasarkan
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan untuk masing-
masing sektor agar dapat menentukan arah, kebijakan dan
strategi Industri Logam dimasa yang akan datang.
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 31
Berikut analisa SWOT sektor Industri Logam:
Kekuatan:
a. Indonesia memiliki cadangan bahan baku yang cukup besar, dalam hal ini sumber daya mineral lokal sebagai bahan baku;
b. Indonesia memiliki cadangan sumber energi berupa gas alam dan batubara;
c. Indonesia memiliki tenaga kerja industri (sumber daya manusia) yang kompeten;
d. Telah diberlakukannya SNI Wajib untuk beberapa produk industri logam dalam rangka meningkatkan daya saing industri melalui penguasan pasar dalam negeri maupun ekspor;
Kelemahan:
a. Belum terintegrasinya kebijakan pengembangan dan pembinaan industri logam;
b. Struktur industri logam masih lemah ditandai tingginya kandungan impor bahan baku serta lemahnya daya saing di pasar global
c. Nilai yang dibutuhkan untuk berinvestasi sangat tinggi, dikarenakan infrastruktur industrinya belum memadai sehingga selain membangun pabrik, investor harus membangun infrastruktur pendukung lainnya.
d. Ketergantungan pada bahan baku impor serta produk antara tertentu, menjadikan posisi tawar industri logam nasional, baik di pasar lokal apalagi pasar global menjadi lemah karena cenderung didikte pasar dalam hal pasokan bahan baku;
e. Pada umumnya industri logam masih menggunakan teknologi dan mesin produksi sudah tua;
f. Efisiensi dan daya saing rendah;
g. Penggunaan energi belum efisien;
h. Belum adanya standarisasi kompetensi kerja nasional indonesia sektor industri logam
i. Belum sinkronnya progam penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh lembaga penelitian dan akademisi dengan kebutuhan industri (skala ekonomis);
j. Ekonomi biaya tinggi.
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 32
Peluang:
a. Adanya UU No. 4 Tahun 2009 yang mewajibkan untuk melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri;
b. Adanya Perpres 54 tahun 2010 untuk lebih meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri dalam pengadaan barang khususnya oleh Pemerintah;
c. Kebutuhan industri logam yang terus meningkat;
Tantangan:
a. Kapasitas industri baja nasional belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri;
b. Industri baja nasional belum dapat membuat produk baja khusus untuk otomotif, perkapalan maupun kereta api dengan spesifikasi khusus;
c. Kurangnya fasilitas infrastruktur.
d. Terbatasnya pendanaan untuk investasi & modal kerja.
e. Industri logam seperti smelter merupakan industri yang mempunyai kharakteristik industry padat modal dan teknologi;
f. Industri logam yang berbasis sumber daya pengembangannya cenderung mendekati wilayah penghasil bahan baku;
g. Ketentuan yang mengikat dari negara principal untuk menggunakan bahan baku logam dari Negara asal.
h. Agresifnya negara lain dalam menarik investasi asing.
i. Kurangnya link and match antara industri dengan institusi pendidikan.
j. Terbatasnya kemampuan Balai pengujian dan Litbang untuk pengembangan industri logam.
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 33
3.3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI INDUSTRI LOGAM 3.2.1. Arah Kebijakan Pengembangan Industri Logam
Arah Kebijakan Pengembangan Industri Logam Tahun
2015 – 2019 sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2014 dan
Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN)
Tahun 2015 – 2035 mencakup beberapa hal pokok sebagai
berikut:
2) Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran
sektor industri dalam perekonomian nasional.
7. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai
dengan prioritas nasional dan kompetensi daerah.
8. Mendorong pertumbuhan industri di luar Pulau Jawa.
9. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor
pembangunan yang lain dalam mendukung pembangunan
industri nasional.
10. Pembangunan industri pendukung dan andalan secara
selektif melalui penyiapan SDM yang ahli dan kompeten di
bidang industri.
11. Meningkatkan penguasaan teknologi.
Industri logam dalam negeri dibangun dan dikembangkan
dengan mengacu pada penyusunan dan penerapan
standardisasi, pengembangan kompetensi SDM, penguatan
lembaga uji, penguatan posisi dalam kerjasama luar negeri,
penguatan sistem informasi dan penguasaan teknologi.
3.2.2. Strategi Pengembangan Industri Logam
Dengan memperhatikan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia (KBLI) tahun 2009 ditentukan 10 industri prioritas
yang akan dikembangkan tahun 2015 - 2019. Kesepuluh
industri prioritas tersebut dikelompokkan kedalam 6 (enam)
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 34
industri andalan, 1 (satu) industri pendukung, dan 3 (tiga)
industri hulu dengan rincian sebagai berikut:
1. Industri Pangan;
2. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan;
3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka;
4. Industri Alat Transportasi;
5. Industri Elektronika dan Telematika (ICT);
6. Industri Pembangkit Energi;
7. Industri Barang Modal, Komponen, dan Bahan
Penolong;
8. Industri Hulu Agro;
9. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam;
dan
10. Industri Kimia Dasar (Hulu dan Antara).
Industri prioritas yang menjadi Rencana Aksi Direktorat
Industri Logam meliputi Industri Logam Dasar..
Pembangunan industri prioritas periode tahun 2015-2019
dilaksanakan dengan mengacu pada rencana aksi yang telah
diamanatkan oleh Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional. Rencana aksi pembangunan untuk masing- masing
industri prioritas adalah sebagaimana tabel berikut :
Tabel 3.1
Industri Prioritas dan Rencana Aksi Pembangunan
Industri Prioritas Tahun 2015-2019
No. INDUSTRI PRIORITAS RENCANA AKSI
1. INDUSTRI LOGAM DASAR DAN BAHAN GALIAN BUKAN LOGAM a. Industri Pengolahan dan
Pemurnian Besi dan Baja Dasar: Iron ore pellet, Lumps, Fines, Sponge iron, Pig iron dan besi cor, Nickel Pig Iron,
1. Memfasilitasi pembangunan pabrik iron ore pellet
2. Meningkatkan jumlah atau kapasitas blast furnace
3. Meningkatkan kapasitas produksi bijih/pasir besi dalam negeri sebagai bahan baku direct reduction furnace dan blast furnace
4. Revitalisasi industri baja untuk efisiensi konsumsi energi dan ramah
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 35
Ferronickel, Paduan besi (ferro alloy), Baja untuk keperluan khusus (special steel).
b. Industri pengolahan dan pemurnian logam dasar bukan besi: Alumina SGA dan Alumina CGA , Alumunium, Alumunium alloy, billet dan slab, Nickel matte, Tembaga katoda, Copper/Brass Sheet, Nickel Hydroxide, Fe Ni Sponge, Luppen Fe Ni, Nugget Fe Ni.
c. Industri logam mulia, tanah jarang (rare earth), dan bahan nuklir: logam mulia, konsentrat, logam tanah jarang.
d. Industri bahan galian non-logam: Semen, Keramik, Kaca/gelas, Kaca/gelas Pharmaceutical Grade, Refractory, Zirkonia, zirkon silikat, bahan kimia zirkon, Zirkon Opacifier
lingkungan 5. Memfasilitasi pembangunan
smelter pengolahan bauksit menjadi alumina
6. Memfasilitasi pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel menjadi nikel pig iron, ferronikel atau nikel matte,
7. Memfasilitasi peningkatan kapasitas produksi smelter tembaga dan smelter aluminium.
8. Memfasilitasi pembangunan smelter tembaga tambahan dari yang sudah ada
9. Meningkatkan kapasitas produksi semen atau mendirikan pabrik baru dengan memanfaatkan terak tembaga yang dihasilkan smelter tembaga
10. Meningkatkan kapasitas produksi industri steel making (slab, billet, HRC, CRC, besi beton, wire rod)
11. Peningkatan kapasitas produksi Pengecoran (casting), Ekstrusi (extrusion), Penempaan (forging), Penarikan (wire drawing), Penggilingan (rolling) besi dan paduannya serta bukan besi dan paduannya
12. Memfasilitasi pembangunan industri baja untuk keperluan khusus (special steel) termasuk baja paduan untuk industri permesinan, otomotif dan alat berat
13. Memfasilitasi pembangunan pabrik besi/baja dan bukan besi/baja untuk mendukung agroindustry
14. Memfasilitasi pembangunan pabrik besi/baja dan bukan besi/baja untuk mendukung industri petrokimia
15. Meningkatkan penerapan dan pengawasan SNI wajib, serta penguatan infrastruktur standardisasi.
16. Penerapan industri hijau 17. Peningkatan penggunaan produksi
dalam negeri 18. Penguatan balai melalui
kerjasama penelitian tentang paduan logam bernilai tambah tinggi
19. Memfasilitasi pembangunan pabrik konsentrasi logam tanah jarang
20. Memfasilitasi pembangunan pabrik penghasil logam mulia dari lumpur anoda maupun bahan baku lainnya
21. Fasilitasi penyediaan lahan dan konsesi penambangan untuk investasi baru, khususnya di luar Pulau Jawa.
22. Menyiapkan SDM lokal yang kompeten. 23. Menyusun SKKNI bidang industri
logam
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 36
3.4 FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI LOGAM
Dalam rangka mencapai target kegiatan yang akan dicapai
maka ditetapkan fokus pengembangan Industri Logam adalah
sebagai berikut:
a. Pengembangan Kawasan Industri Hilir Stainless Steel Di
Kawasan Industri Morowali
b. Pengembangan Program Industri Berbasis Mineral Logam
Besi Dan Nikel Di Kawasan Industri Bantaeng
c. Pengembangan Klaster 10 Juta Ton Industri Baja di
Cilegon, Banten
d. Peningkatan Kemampuan “Know How” Industri Logam
Nasional dalam rangka Lokalisasi Bahan Baku melalui
“Secondary Steel Technology” (Long Product) untuk
Memenuhi Kebutuhan Special Steel pada Industri
Komponen Otomotif, Kereta Api dan Perkapalan
e. Pengembangan Industri Berbasis Alumina berkapasitas 4
juta ton di KalimantanUtara
f. Melakukan Fasilitasi Pengembangan Industri Pengolah
Hasil Tambang Mineral Menjadi Produk dan Jasa Industri
g. Melakukan Fasilitasi Pengembangan Industri Logam
Khusus
h. Melakukan Fasilitasi Penciptaan Iklim Investasi dan
Usaha Industri Logam Yang Kondusif
i. Melakukan Fasilitasi Pengembangan Kerjasama Sektor
Industri Logam
j. Meningkatkan pengawasan penerapan standar;
k. Meningkatkan akses pasar dalam dan luar negeri
l. Meningkatkan pengembangan SDM industri logam yang
berstandarisasi
m. Melakukan Fasilitasi Program Peningkatan Penggunaan
Produksi Dalam Negeri Sektor Industri Logam
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 37
n. Pengembangan Pusat Teknologi Untuk Mendukung
Hilirisasi Industri
o. Penyiapan Infrastruktur Untuk Mendukung Penerapan
Standar
p. Pengembangan Industri Berbasis Logam Tanah Jarang
q. Pengembangan rantai pasok industri logam dalam
mendukung proyek infrastruktur
Berikut adalah target pengembangan industri logam:
Gambar 3.1 Target Pengembangan Industri Baja
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 38
Gambar 3.2 Target Pengembangan Industri Non Ferro
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 39
BAB IV TARGET KINERJA DAN PENDANAAN
4.1. TARGET KINERJA
Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam
bertujuan untuk menumbuhkan dan menguatkan struktur
industri logam, meningkatkan penerapan standar, serta
meningkatkan kemampuan SDM industri. Rincian target
kinerja untuk masing-masing program Direktorat Industri
Logam disajikan pada Matriks Relevansi Tujuan dan Indikator
Utama dan Kriteria Smart Indikator Kinerja Tujuan dan
Indikator Sasaran Strategis sebagaimana terlampir pada
bagian akhir renstra.
4.2. KERANGKA PENDANAAN
Dalam rangka mencapai sasaran strategis Direktorat
Industri Logam tahun 2015- 2019, dibutuhkan pendanaan
bagi program dan kegiatan sebagaimana yang dijabarkan di
atas. Rincian kebutuhan pendanaan untuk masing-masing
program Direktorat Industri Logam disajikan pada matriks
kinerja dan pendanaan sebagaimana terlampir di bagian
akhir renstra.
Rencana Strategis Dit Industri Logam Tahun 2015 -2019 40
BAB V PENUTUP
Rencana strategis (Renstra) Direktorat Industri Logam Tahun
2015 – 2019 merupakan turunan dari Rencana Strategis
Kementerian Perindustrian dan Renstra Direktorat Jenderal
Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Tahun
2015 – 2019 yang penyusunannya mengacu pada RPJPN 2005-
2025, RPJMN III (2017-2019 ), Undang-Undang Nomor 3 tahun
2014 tentang Perindustrian, Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional 2015 - 2035 dan Kebijakan Industri Nasional 2015-2019 .
Renstra Direktorat Industri Logam ini merupakan pedoman
pelaksanaan tugas dan fungsi dari Direktorat Industri Logam dalam
mewujudkan visi pembangunan industri nasional yaitu Indonesia
Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur
Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan
Berkeadilan.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan industri nasional
tidak semata-mata bergantung pada keberhasilan pelaksanaan
program dan kegiatan Direktorat Industri Logam yang merupakan
bagian unit Eselon II dari Direktorat Jenderal Industri Logam,
Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, tetapi kesuksesan
pembangunan industri nasional juga membutuhkan dukungan dari
seluruh pemangku kepentingan, baik dari pemerintah daerah,
dunia usaha, akademisi, dan masyarakat luas.
Akhirnya, dengan sasaran-sasaran strategis, program dan
kegiatan yang telah ditetapkan, diharapkan Industri Logam dapat
berkontribusi dalam pengembangan sektor industri yang akhirnya
dapat meningkatkan pembangunan ekonomi nasional.
TujuanIndikator Kinerja
Sasaran Program/ Kegiatan
1. Laju pertumbuhan industri logam2. Kontribusi industri logam terhadap PDB Nasional3. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Logam
Meningkatnya populasi dan persebaran industri logamIndikator kinerja utama (IKU) dari sasaran ini adalah:1. Jumlah unit industri logam non-migas besar - sedang2. Nilai investasi di sektor industri logam
- Pengembangan Klaster10 Juta Ton Produksi Logam Nasional dan Peningkatan Kemampuan “Know How” dalam rangka Lokaliasasi Bahan Baku Logam *- Peningkatan Kemampuan “Know How” Industri Logam Nasional dalam rangka Lokalisasi Bahan Baku melalui “Secondary Steel Technology” untuk Memenuhi Kebutuhan Special Steel pada Industri Komponen Otomotif, Kereta Api dan Perkapalan *- Pengembangan Kerjasama Internasional pada Industri Logam- Pengembangan Industri PengolahHasil Tambang Mineral Menjadi Produk dan Jasa Industri- Pengembangan Industri LogamKhusus (Logam Tanah Jarang)- Penciptaan dan Peningkatan IklimUsaha dan Iklim Investasi yang Kondusif
Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri logamIndikator kinerja utama (IKU) dari sasaran ini adalah:1. Kontribusi ekspor produk industri logam terhadap ekspor nasional2. Produktivitas SDM industri logam
- Pengembangan Klaster10 Juta Ton Produksi Logam Nasional dan Peningkatan Kemampuan “Know How” dalam rangka Lokaliasasi Bahan Baku Logam *- Peningkatan Kemampuan “Know How” Industri Logam Nasional dalam rangka Lokalisasi Bahan Baku melalui “Secondary Steel Technology” untuk Memenuhi Kebutuhan Special Steel pada Industri Komponen Otomotif, Kereta Api dan Perkapalan *
LAMPIRAN
KeterkaitanKeterangan
MATRIKS RELEVANSI TUJUAN, INDIKATOR KINERJA SASARAN, DAN PROGRAM/ KEGIATANRENSTRA DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM 2015 - 2019
TujuanIndikator Kinerja
Sasaran Program/ Kegiatan
KeterkaitanKeterangan
- Pengembangan Kerjasama Internasional pada Industri Logam- Pengembangan Industri PengolahHasil Tambang Mineral Menjadi Produk dan Jasa Industri- Pengembangan Industri LogamKhusus (Logam Tanah Jarang)- Penciptaan dan Peningkatan IklimUsaha dan Iklim Investasi yang Kondusif
Tersedianya Arah Kebijakan pembangunan industri logam yang efektifIndikator kinerja utama (IKU) dari sasaran ini adalah:1. Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Produk Industri Logam2. Jumlah Regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib
- Penyusunan Rancangan StandarNasional Indonesia (RSNI) Industri Logam- Penyusunan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib IndustriLogam- Bimbingan Teknis Penerapan Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib Produk Industri Logam- Pengawasan Pemberlakuan SNIWajib Produk Industri Logam- Peningkatan Penggunaan ProduksiDalam Negeri Sektor Industri Logam- Pelatihan SDM Industri Logam- Penguatan Infrastruktur Lab UjiSNI Wajib Produk Logam *
Terselenggaranya urusan pemerintah di bidang perindustrian yang berdaya saingIndikator kinerja utama (IKU) dari sasaran ini adalah:1. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk.
- Penyusunan Rancangan StandarKompetensi Kerja Nasional Indonesia(RSKKNI) Sektor Industri Logam
KRITERIA SMART INDIKATOR KINERJA TUJUAN
SMART Laju pertumbuhan Industri Logam :
• Specific : Tidak Dwimakna
• Measurable : Cara menghitung diukur melalui pertumbuhan nilai
tambah dihitung dengan melihat tingkat pertumbuhan rata-
rata sektor industri sesuai data dari BPS. Untuk setiap
sektor akan mengikuti dengan mencantumkan nilai
pertumbuhan dalam persentase masing-masing jenis
industri dan data diperoleh dari BPS
• Achievable : dapat dicapai melalui penciptaan iklim usaha dan iklim
investasi serta pendalaman dan kekuatan struktur
industri
• Relevance
: Terkait dengan upaya mewujudkan industri sektor
ilmate sebagai pilar perekonomian
• Timebound : satu tahun periode
SMART Kontribusi Industri Logam terhadap PDB Nasional:
• Specific : Tidak Dwimakna
• Measurable : Data diperoleh dari hasil kompilasi BPS dimana data
utamanya berdasarkan dokumen ekspor impor dari
Ditjen Beacukai
• Achievable : Dapat dicapai melalui monitoring dan evaluasi
tingkat Ekspor
• Relevance
: Terkait dengan upaya meningkatkan struktur industri
sektor industri logam
• Timebound : satu tahun periode
SMART Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Logam:
• Specific : Tidak Dwimakna
• Measurable : Data diperoleh dari laporan SAKERNAS dan BKPM
• Achievable : Dapat dicapai melalui monitoring dan evaluasi
Penyerapan tenaga kerja
• Relevance
: Terkait dengan upaya meningkatkan penyerapan
tenaga kerja industri sektor industri logam
• Timebound : satu tahun periode
KRITERIA SMART INDIKATOR KINERJA SASARAN
1. SMART Unit Industri Logam:
• Specific : Tidak Dwimakna
• Measurable : Jumlah industri pengolahan non-migas baru besar sedang
yang tumbuh, note: merupakan jumlah penambahan pada
tahun berjalan saja, bukan kumulatif Cakupan industri
baru merupakan penumbuhan maupun perluasan
• Achievable : dapat dicapai melalui perumusan dan pelaksanaan
kebijakan dalam rangka Peningkatan Populasi dan
Persebaran Industri
• Relevance
: Terkait dengan upaya meningkatkan Populasi dan
Persebaran Industri logam
• Timebound : satu tahun periode
2. SMART Nilai investasi PMDN dan PMA sektor Industri Logam:
• Specific : Tidak Dwimakna
• Measurable : Data diperoleh dari laporan realisasi investasi PMA/PMDN
berdasarkan laporan LKPM-BKPM
• Achievable : dapat dicapai melalui monitoring dan evaluasi realisasi
investasi
• Relevance
: Terkait dengan upaya meningkatkan Populasi dan
Persebaran Industri logam
• Timebound : satu tahun periode
3. SMART Kontribusi ekspor produk Industri Logam:
• Specific : Tidak Dwimakna
• Measurable : Data diperoleh dari hasil kompilasi BPS dimana data
utamanya berdasarkan dokumen ekspor impor dari Ditjen
Beacukai
• Achievable : dapat dicapai melalui monitoring dan evaluasi tingkat
Ekspor
• Relevance
: Terkait dengan upaya meningkatkan struktur industri
logam
• Timebound : satu tahun periode
4. SMART Produktivitas dan kemampuan SDM industri:
• Specific : Tidak Dwimakna
• Measurable : Data diperoleh dari laporan SAKERNAS dan BKPM
• Achievable : Dapat dicapai melalui monitoring dan evaluasi Penyerapan
tenaga kerja
• Relevance
: Terkait dengan upaya meningkatkan penyerapan tenaga
kerja pada industri logam
• Timebound : satu tahun periode
5. SMART Rancangan Standard Nasional Indonesia (RSNI):
• Specific : Tidak Dwimakna
• Measurable : Jumlah tersusunnya Rancangan Standar Nasional
Indonesia (RSNI)
• Achievable : Dapat dicapai monitoring dan evaluasi progres Penyusunan
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
• Relevance
: Terkait dengan upaya untuk meningkatkan daya saing
sektor industri logam
• Timebound : satu tahun periode
6. SMART Regulasi teknis pemberlakukan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib:
• Specific : Tidak Dwimakna
• Measurable : Jumlah tersusunnya Rancangan Peraturan Pemberlakuan
SNI ST dan/atau PTC secara wajib
• Achievable : Dapat dicapai monitoring dan evaluasi progres Penyusunan
Rancangan Peraturan Pemberlakuan SNI ST dan/atau PTC
secara wajib
• Relevance
: Terkait dengan upaya untuk meningkatkan daya saing
sektor industri logam
• Timebound : satu tahun periode
7. SMART Infrastruktur kompetensi yang terbentuk:
• Specific : Tidak Dwimakna
• Measurable : Tingkat realisasi pemenuhan sarana dan prasarana kerja
dibagi dengan tingkat ideal pemenuhan sarana dan
prasarana kerja dan Realisasi Penyusunan RSKKNI
• Achievable : Dapat dicapai melalui monitoring dan evaluasi Realisasi
pemenuhan sarana dan prasarana kerja dan Realisasi
Penyusunan RSKKNI
• Relevance
: Terkait dengan upaya meningkatkan daya saing industri
logam dan daya saing tenaga kerja industri logam
• Timebound : satu tahun periode
2015 2016 2017 2018 2019
32.708,60 10.000,0 12.856,14 23.176,45 26.502,92
17.505,74 1.340,80 1.450,52 3.118,62 3.586,41
- Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam rangka fasilitasi pengembangan industri pengolah hasil tambang mineral menjadi produk dan jasa industri (rekomendasi kebijakan)
- Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam rangka fasilitasi pengembangan industri logam khusus (Special Steel, Aluminium Alloy, Rare Earth Metal, dll) (rekomendasi kebijakan)
2.597,4 1.524,4 2.398,56 2.758,3 3.172,1
- Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam rangka penciptaan dan peningkatan iklim usaha dan iklim investasi yang kondusif (rekomendasi kebijakan)
- Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam rangka implementasi kerjasama internasional sektor industri logam (rekomendasi kebijakan)
1.356,6 1.010,15 1.610,35 1.851,9 2.129,7
- Terstandardisasinya kualitas produk industri logam (RSNI)
1.478,76 898,0 1.138,26 1.309,00 1.505,35
- Diterapkannya pemberlakuan SNI Wajib Produk Industri Logamb (SNI Wajib)
766,80 459,2 947,70 1.089,86 1.253,33
- Terlaksananya pengawasan pemberlakuan SNI Wajib produk industri logam (Perusahaan)
1.133,85 431,6 944,80 1.086,52 1.249,50
- Meningkatnya kemampuan industri logam dalam penerapan standar mutu (Jumlah perusahaan yang terfasilitasi)
1.952,8 1.031,1 0,0 2.916,6 3.354,1
- Terfasilitasinya penguatan infrastruktur dalam rangka penerapan pemberlakuan SNI Wajib produk industri logam (Unit Penerima Bantuan)
1.040,80 1.097,6 899,63 1.214,50 1.396,68
- Terstandardisasinya kompetensi SDM industri logam (RSKKNI)
2.741,7 321,7 983,26 1.622,4 1.865,7
- Meningkatnya kompetensi SDM industri logam (Orang/ Peserta Pelatihan)
431,75 445,36 1.048,98 1.416,12 1.628,54
LAMPIRAN MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN DIREKTORAT INDUSTRI LOGAM 2015 - 2019
SDM sektor industri logam yang terlatih
Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Industri Logam
Regulasi Pemberlakuan SNI Wajib Produk Industri Material Dasar Logam
Pengawasan Pemberlakuan SNI Wajib Produk Industri Logam
Bimbingan teknis dalam rangka peningkatan daya saing industri logam
Bantuan mesin dan/atau peralatan uji dalam rangka penerapan standar mutu industri logam
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Indonesia (RSKKNI) Sektor Industri Logam
Rekomendasi kebijakan dalam rangka mendorong iklim investasi
Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Industri dalam rangka peningkatan daya saing dan produktifitas
Sasaran Program (outcome) / Sasaran Kegiatan (output)/Indikator
LokasiAlokasi (Rp Juta)
2015 2016 2017 2018 2019
Sasaran Program (outcome) / Sasaran Kegiatan (output)/Indikator
LokasiAlokasi (Rp Juta)
- Terfasilitasinya industri logam dalam Program Peningkatan Produk Dalam Negeri (P3DN) (Sertifikasi Produk)
700,22 500,29 430,58 538,23 618,96
- Jumlah Perusahaan Yang Terfasilitasi
0,00 0,00 0,00 3.000,00 3.300,00
- Terfasilitasinya penguatan struktur industri logam (Unit Penerima Bantuan)
1.002,2 939,84 1.003,5 1.254,4 1.442,5
- Tersusunnya dokumen perencanaan dan evaluasi program Direktorat Industri Logam (Dokumen)
- Tersusunnya dokumen penangganan isu-isu aktual sektor industri logam (Dokumen)
Promosi/ pameran kemampuan industri logam
Bantuan mesin/ peralatan/ pembiayaan dalam rangka penumbuhan industri logam
Perencanaan dan evaluasi program serta penyelesaian isu-isu teraktual sektor industri logam