-
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang konsep anemia pada ibu
hamil,
konsep perilaku, nilai dan budaya, nilai dan budaya Madura, dan
peran perawat
maternitas.
2.1 Konsep Anemia Pada Ibu Hamil 2.1.1 Pengertian anemia
Anemia adalah berkurangnya kualitas dan kuantitas sel darah
merah, yang
mengakibatkan berkurangnya kapasitas oksigen didalam darah. Hal
ini
sangat umum terjadi pada kehamilan (Pillitteri, 2003). Anemia
adalah
berkurangnya kapasitas pengikatan oksigen didalam darah yang
disebabkan
oleh berkurangnya sel darah merah, rendahnya konsentrasi
haemoglobin,
atau kombinasi keduanya (Cuningham, 2007).
Walsh (2001) mendefinisikan anemia sebagai kadar haemoglobin
kurang
dari normal atau konsentrasi sel darah merah kurang dari normal.
World
Health Organization (WHO) merekomendasikan kadar Hb tidak
boleh
kurang dari 11 g/dl selama kehamilan (Coad, 2006)
Anemia adalah permasalahan pada ibu hamil dan merupakam
masalah
kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama
negara
berkembang. Anemia dalam kehamilan biasanya disebabkan oleh
kurangnya
nutrisi seperti zat besi dan folat (Decherney, 2007). Anemia
dalam
kehamilan biasanya adalah anemia defisiensi besi (Walsh,2001).
WHO
melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami
defisiensi besi
sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan pertambah
usia
kehamilan. Anemia defisiensi besi dapat terjadi sebelum
kehamilan yang
disebabkan oleh tidak adekuatnya nutrisi dan kehilangan banyak
darah saat
11 Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
12
menstruasi. Hemodilusi dan meningkatnya kebutuhan zat besi
merupakan
predisposisi anemia pada kehamilan (Walsh, 2001).
2.1.2 Klasifikasi anemia Anemia dapat diklasifikasi berdasarkan
konsentrasi hemoglobin dalam
darah, dan berdasarkan penyebab anemia. WHO
mengklasifikasikan
anemia berdasarkan konsentrasi Hb yaitu normal (Hb11 gr/dl),
anemia
ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl).
Klasifikasi anemia
sesuai penyebabnya: 1). Anemia defisiensi besi, 2). Anemia
defisiensi asam
folat, 3). Haemoglobinopati, 4). Anemia karena perdarahan atau
infeksi dan
anemia aplastik (Coad,2006).
2.1.3 Gejala anemia Menurut Walsh (2001), Ibu hamil dengan
anemia ringan tidak menunjukan
gejala, tetapi dengan berkembangnya anemia dan berkurangnya
haemoglobin lebih lanjut dapat memberikan tanda dan gejala
seperti cepat
lelah, lemah, sakit kepala. Wanita dengan anemia berat dapat
menunjukan
gejala dispnea , palpitasi, dan edema mucosa pucat, stomatitis,
bibir kering,
glossitis dan kuku rapuh, nyeri abdomen, nyeri tulang, ikterus,
cepat
marah, pusing (Coad, 2003; Decherney, 2007).
2.1.4 Etiologi Anemia defisiensi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor meliputi :
a. Hemodilusi
Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah total,
peningkatan
sebagian besar terjadi pada volume plasma, sedangkan volume sel
darah
merah tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma. Hal
tersebut
berakibat terjadinya hemodilusi fisiologis sehingga kadar
hemoglobin
menurun (Walsh, 2001; Pillitteri, 2003; Coad, 2006; Cuningham,
2007).
Kadar Hb mencapai titik terendah pada kehamilan 16-22 minggu
(Walsh,
2006). Volume plasma selama kehamilan meningkat 30%-50%
(Pilliteri,
20030
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
13
Hipervolemia yang diinduksi oleh kehamilan mempunyai fungs
penting:
1). Untuk memenuhi kebutuhan uterus yang membesar dengan
sistem
vaskular yang sangat hipertrofi, 2). Melindungi ibu dan juga
janinnya
terhadap efek merusak dari terganggunya aliran balik vena pada
posisi
terlentang dan berdiri tegak, 3). Menjaga ibu dari efek samping
kehilangan
darah yang dikaitkan dengan persalinan (Cunningham, 2006).
b.Meningkatnya kebutuhan zat besi pada kehamilan.
Pada kehamilan terjadi adaptasi anatomi, fisiologis, dan
biokimia
(Cuningham, 2006), sebagai akibat adanya janin yang selalu
berkembang
dalam tubuh ibu (Decherney, 2007). Kondisi tersebut
meningkatkan
kebutuhan nutrisi yang seimbang dan meningkatnya kebutuhan
spesifik
seperti asam folat, kalsium, zinc. Zat besi berfungsi sebagai
pembentuk
Haemoglobin, kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan zat besi
dapat
menyebabkan terjadinya anemia (Cuningham, 2006).
c. Asupan zat besi yang tidak adekuat
Kurangnya zat besi dalam makanan ibu hamil. Ketidaksetaraan
gender
berdampak pada pemenuhan nutrisi ibu hamil dimana ibu selalu
makan
paling terakhir dan bukan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Menurut
Maswita (2007), anemia merupakan salah satu penyebab angka
kematian ibu bukan merupakan masalah medis dan kesehatan tetapi
sangat
kental dengan masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya,
perekonomian perempuan serta rendahnya perhatian laki-laki
terhadap ibu
hamil dan melahirkan.
Asupan zat besi juga dipengaruhi oleh sosial ekonomi
masyarakat.
Tingginya biaya kebutuhan hidup membuat masyarakat tidak
memiliki
kemampuan untuk membeli makanan yang mengandung zat besi
tinggi
seperti daging merah, ikan, kuning telor, sayuran hijau,
aprikot, sereal,
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
14
polong-polongan, prune, padi dengan beras yang masih kulit
arinya
(Walsh,2006).
d.Gangguan pencernaan dan absorbsi
Gangguan gastrointestinal seperti muntah dan diare akan
mempengaruhi
penyerapan zat besi dalam saluran pencernaan. Malabsorpsi zat
besi
berhubungan dengan makan makanan yang terlalu alkalis, kurang
vitamin
C . Zat besi dapat terhambat penyerapan karena mengkonsumsi
tinggi
zinc, teh, kopi, antasida dan tetracyclin (Walsh 2001).
e. Kebutuhan nutrisi ibu hamil
Kehamilan adalah kondisi ibu yang didalam tubuhnya berkembang
janin.
Perkembangan janin dan pemeliharaan kesehatan ibu sangat
tergantung
pada nutrisi yang dikonsumsi (Decherney, 2007). Dengan adanya
janin
didalam tubuh ibu maka nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil
berbeda
dengan perempuan yang tidak hamil. Peningkatan kebutuhan
tersebut
berakibat pada peningkatan laju metabolik basal (basal metabolic
rate)
sekitar 20% selama masa hamil. Peningkatan ini sudah
termasuk
pemakaian energi untuk sintesis jaringan (Bobak, 2004). Nutrisi
yang
dibutuhkan oleh ibu hamil meliputi :.
f. Protein
Protein memiliki fungsi struktur dan fungsi fungsional.
Didalam
kehamilan kedua fungsi protein tersebut memegang peranan
pada
kehamilan untuk pertumbuhan janin dan pembentukan sel-sel pada
ibu
seperti uterus dan payudara, sedangkan fungsi fungsional adalah
fungsi
protein dalam mengatur fungsi tubuh yang diperankan hormon
(Hollman,
2000; Coad,2005). Protein juga berfungsi dalam menjaga tekanan
darah
dan keseimbangan air didalam sel (Hollman, 2000). Kebutuhan
protein
pada kondisi tidak hamil berdasarkan rekomendasi internasional
yaitu
Recomendation Diet Intake (RDI) adalah 60 gram/hari. Pada saat
hamil
kebutuhan protein meningkat terutama pada trimester kedua
sebesar
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
15
1gram/kg ditambah 20 gram perhari (Decherney at al, 2007).
Sumber
protein yang memiliki kualitas tinggi berasal dari protein
hewani seperti
daging, ikan, telur, ayam, keju. Sedangkan protein nabati
kualitasnya
kurang dibandingkan protein hewani (Coad, 2006).
g.Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi untuk sel, terutama sel
otak.
Selama kehamilan janin sangat tergantung kepada ibunya untuk
memenuhi
kebutuhan energinya. Karbohidrat diklasifikasikan menjadi
karbohidrat
simpel dan karbohidrat komplek. Monosakarida dan disakarida
masuk
dalam karbohidrat simpel, sedangkan polisakarida termasuk
dalam
karbohidrat komplek (Howard,2002).
Kebutuhan karbohidrat berdasarkan RDI adalah 130 gram perhari
pada
wanita yang tidak hamil, sedangkan pada wanita hamil
kebutuhan
meningkat menjadi 175 gram perhari (Trumbo, 2002).
Masyarakat
Indonesia sangat tergantung dengan nasi dalam memenuhi
kebutuhan
karbohidrat /energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Alternatif lain
adalah
jagung dan ubi serta singkong.
h.Lemak
Lemak dibutuhkan dalam diet sebagai sumber energi, isolator
panas dan
dan disimpan dalam tubuh untuk digunakan pada saat intake
kurang
(Coad, 2006). Asam lemak esential yang terkandung dalam
lemak
merupakan nutrisi yang penting untuk perkembangan kesehatan
janin
Asam lemak dapat memfasilitasi absorpsi beberapa vitamin yang
larut
dalam lemak dan kalsium yang sangat berguna pada masa
kehamilan
(Pilliteri,2003).
i. Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral yang disebut micronutrien adalah zat organik
yang
digunakan oleh tubuh sebagai katalis dalam reaksi metabolisme
intrasel
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
16
(Varney, 2004). Vitamin dan mineral dibutuhkan dalam jumlah
kecil
(Decherney, 2007), dan secara normal dapat dipenuhi melalui
makan
makanan yang seimbang tanpa suplemen (Varney, 2004).
Beberapa mineral yang sering dibutuhkan dalam kualitas besar
yang tidak
dapat dipenuhi melalui diet adalah: kalsium, zat besi dan asam
folat
(Varney, 2004). Kalsium diperlukan untuk pembentukan tulang dan
gigi,
membantu mengikat zat besi, membantu pembekuan darah dan
mengatur
denyut jantung (Bobak,2005). Satu persen kalsium tubuh terdapat
dalam
cairan ekstra sel, struktur sel dan membran sel.Kalsium di
ekstrasel
memainkan peran penting dalam mengantarkan syaraf, kontraksi
otot,
permiabel membran dan pembekuan darah. Fungsi kalsium tersebut
sangat
penting dalam kehamilan karena berfungsi menjaga kekuatan tulang
dan
pembentukan tulang dan gigi bayi (Arisman, 2007).
Kebutuhan kalsium meningkat 1.5gram/hari pada akhir kehamilan
dan
masa laktasi (Decherney, 2007) sedangkan RDI
merekomendasikan
konsumsi kalsium 1200 mg perhari. Apabila kebutuhan kalsium
tidak
adekuat maka kebutuhan bayi akan diambilkan dari tulang ibu.
Simpanan
kalsium ibu dapat dihabiskan selama laktasi (Decherney,
2007).
Zat besi dibutuhkan untuk membuat hemoglobin yang berfungsi
mengikat
oksigen dalam darah. Zat besi juga penting untuk metabolisme
protein,
pertumbuhan tulang, mencegah penyakit dan mencegah kelelahan
Pada
kehamilan terjadi haemodilusi fisiologis yaitu peningkatan
volume plasma
darah yang tidak disertai peningkatan sel darah merah. Kondisi
tersebut
dapat menimbulkan anemia (Decherney, 2007).
Kebutuhan zat besi selama hamil dapat dipenuhi dari inake
nutrisi dan dari
cadangan zat besi yang dimiliki ibu (Pillitteri, 2003). Zat besi
ada dua tipe
yaitu heme dan non heme. Zat besi heme yang terkandung dalam
daging,
ikan, unggas diabsorbsi dengan lebih mudah dibandingkan dengan
zat besi
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
17
non heme yang terkandung dalam sayuran, buah, kacang-kacangan,
dan
padi-padian (Varney, 2004). Intake nutrisi yang tidak adekuat
selama
hamil dapat berdampak terjadinya anemia karena cadangan zat besi
akan
terkuras habis pada akhir kehamilan (Arisman, 2007).
Asam folat yang juga disebut folat atau folasin adalah suatu
koenzim yang
dalam metabolisme asam nukleat (Arisman,2007), bekerja sama
dengan
vitamin B12 untuk memproduksi eritrosit, dan juga penting
dalam
memelihara sistem syaraf, saluran gastrointestinal dan leukosit,
meliputi
produksi choline dan metionin untuk perkembangan janin.
Deficiency
asam folat berhubungan dengan kejadian defek tabung neural
dan
penyakit autoimin (Varney, 2004; Pillitteri, 2003).
Makanan yang mengandung asam folat adalah sayuran berwarna
hijau,
padi-padian, kacang, jeruk, brokoli,tuna, hati dan ginjal
(Varney,2004). Di
Indonesia suplemen asam folat yang diberikan adalah 200-300
mg/hari
Depkes, 2007).
Mineral yang dibutuhkan untuk perkembangan otak,kelenjar tiroid
adalah
zinc. Kebutuhan zinc meningkat 30%, apabila kadar zinc tidak
adekuat
maka akan terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan,
keterlambatan maturitas seksual atau kemandulan, kelelahan
(Coad,2006).
Secara umum semua vitamin dibutuhkan oleh tubuh
vitamin-vitamin
yang berperan dalam penyerapan zat besi adalah vitamin C.
Vitamin C
penting untuk sel, jaringan, syaraf, gigi, kesehatan tulang,
penyembuhan
luka, metabolisme asam amino, dan memfasilitasi absorpsi zat
besi
(Pilliteri, 2003). Kehamilan dengan kadar vitamin C yang rendah
beresiko
tinggi mengalami infeksi dan ketuban pecah dini (Bobak,
2005).
Vitamin B12 yang disebut cobalamin sangat penting untuk
pembentukan
tulang, eritrosit, sistem syaraf, perkembangan RNA dan DNA,
mengatur
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
18
nilai normal vitamin C di dalam darah, dan penting dalam
metabolisme
karbohidrat (Walsh, 2001). Kebutuhan vitamin B12 meningkat
secara
bermakna selama kehamilan. Defisiensi Vitamin B12 selama
kehamilan
dapat menyebabkan terjadinya anemia pernisiosa, gangguan
pertumbuhan,
kehilangan memori, gangguan syaraf dan ataksia (Varney,
2004).
2.1.5 Kebutuhan Fe dalam kehamilan Menurut Sediaoetama (2000),
zat besi (Fe) merupakan microelement yang
esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam
hemopoesis
(pembentukan darah), yaitu dalam sintesa hemoglobin (Hb).
Absorpsi zat
besi terjadi di duodenum, dan zat besi diikat oleh transferin
untuk
ditransport ke hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada
tempat-tempat
tersebutlah hemoglobin diproduksi dan kelebihannya disimpan
dalam bentuk
feritin (Pillitteri, 2003). Zat besi dibutuhkan tubuh sebagai
komponen dari
enzim pada semua jaringan tubuh dan untuk memproduksi
haemoglobin
darah yang berperan penting dalam transportasi oksigen.
Kebutuhan zat besi dalam kehamilan meningkat sebagai dampak
dari
meningkatnya kebutuhan ibu dan janin. Diperkirakan kebutuhan zat
besi
pada kehamilan rata-rata 1000mg, 300 mg diperlukan untuk
pertumbuhan
janin dan plasenta, 500 mg digunakan untuk meningkatkan
hemoglobin ibu,
sedangkan 200 mg di ekskresi melalui urin, faeces, dan keringat
(Walsh,
2001).
Zat besi selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan bayi dan
peningkatan
sel darah merah ibu, zat besi juga dibutuhkan untuk mencegah
kehilangan
zat besi sebagai akibat perdarahan dalam persalinan. Zat besi
selama
kehamilan didapatkan dari simpanan ibu, asupan dalam diet dan
suplemen
zat besi (Walsh, 2001). Kebutuhan zat besi pada trimester I
relatif sedikit,
kemudian meningkat pada trimester II dan III. Pada usia
kehamilan 20
minggu janin mulai menyimpan zat besi dalam heparnya untuk
memenuhi
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
19
kebutuhan zat besi 3 bulan pertama setelah kelahirannya, ketika
kandungan
zat besi dalam air susu ibu menurun (Pillitteri, 2003).
Zat besi selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan bayi dan
peningkatan
sel darah merah ibu, zat besi juga dibutuhkan untuk mencegah
kehilangan
zat besi sebagai akibat perdarahan dalam persalinan. Peningkatan
kebutuhan
zat besi sebenarnya masih dapat dipenuhi dari cadangan besi dan
asupan zat
besi yang adekuat. Namun apabila cadangan besi sedikit atau
ekstremnya
tidak ada sama sekali maka pemberian suplemen zat besi sangat
diperlukan.
Menurut Pillitteri (2003), simpanan zat besi ibu rata-rata
kurang dari
kebutuhan ( 500 mg), oleh sebab itu seluruh ibu hamil harus
diberikan tambahan zat besi untuk mencegah terjadinya anemia
sebanyak 60 mg
perhari. Sedangkan apabila ibu terdiagnosa mengalami anemia
defisiensi
besi maka harus diberikan zat besi untuk pengobatan dengan dosis
120-
180mg perhari.
2.1.6 Program pencegahan anemia Program pemerintah saat ini,
setiap ibu hamil mendapatkan tablet besi 90
tablet selama kehamilannya. Tablet besi yang diberikan
mengandung FeSO4
320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,25 mg. (Saifuddin,
2002). Program
tersebut bertujuan mencegah dan menangani masalah anemia pada
ibu hamil.
Adapun program pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan
dalam
mencegah anemia meliputi:
a. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin sebanyak 90
tablet untuk
meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat. Tablet besi untuk
ibu hamil
sudah tersedia dan telah didistribusikan ke seluruh provinsi
dan
pemberiannya dapat melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Posyandu
dan Bidan di Desa. Dan secara teknis diberikan setiap bulan
sebanyak 30
tablet.
b.Diterbitkannya buku pedoman pemberian zat besi bagi petugas
tahun 1995,
dan poster-poster mengenai tablet besi sudah dibagikan.
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
20
c. Diterbitkan buku Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia
Gizi bagi
petugas tahun 1996.
2.1.7 Cara Minum Zat besi Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam mengkonsumsi tablet besi
untuk meningkatkan efektifitas zat besi. Menurut Walsh
(2001)
penyerapan zat besi dapat terganggu oleh asupan nutrisi yang
mengandung
tinggi zinc, teh, kopi, dan antasida, serat adanya infeksi
parasit, dan
tetracycline. Makanan yang mengandung tinggi serat juga
berdampak pada
berkurangnya penyerapan zat besi oleh sebab itu ibu harus
mengurangi
mengkonsumsi makanan tersebut. Minum teh dan kopi juga harus
dihindari
pada saat minum tablet besi.
Absorpsi tablet besi baik pada suasana asam, oleh sebab itu
setelah minum
tablet besi sebaiknya disertai makan buah-buahan, seperti
pisang, pepaya,
jeruk atau makanan yang mengandung vitamin C atau minum tablet
besi
bersama air jeruk. Tablet besi sebaiknya disimpan di tempat yang
kering,
terhindar dari sinar matahari langsung, dijauhkan dari jangkauan
anak untuk
mencegah overdosis. Tablet besi yang telah berubah warna
sebaiknya tidak
diminum (Walsh, 2001; Pillitteri, 2003; Decherney, 2007).
Untuk mengurangi rasa mual yang merupakan gejala sampingan
konsumsi
tablet besi, sebaiknya tablet besi diminum setelah makan malam
atau
menjelang tidur. Disamping itu dosis tablet besi dapat dibagi
dua, setengah
diminum pagi hari dan setengahnya pada malam hari, untuk
mengurangi
efek mual, konstipasi, atau diare akibat zat besi-folat (Walsh,
2001).
2.2 Konsep Perilaku 2.2.1 Perilaku manusia dan perilaku
kesehatan
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang
dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar, yang
dilakukan dalam upaya beradaptasi dengan lingkungan
(Notoatmodjo,
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
21
2002). Respon setiap orang terhadap stimulus berbeda-beda
tergantung
dari karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang
bersangkutan.
Respon yang berbeda-beda dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor
eksternal. Adapun faktor internal adalah karakteristik individu
yang
bersifat bawaan misalnya kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin,
dan sebagainya. Faktor eksternal meliputi faktor diluar individu
seperti
lingkungan fisik, social, budaya , ekonomi, politik. Dari
kedua
faktor/domain diatas faktor eksternal lah yang paling
dominan
mempengaruhi perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Notoatmojo (2007), perilaku manusia dapat dibedakan
menjadi
perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Perilaku tertutup adalah
respon
manusia terhadap stimulus yang masih terbatas pada
perhatian,
persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap. Perilaku terbuka
adalah
respon manusia terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata.
Dari
penjelasan diatas maka perilaku yang dapat diamati oleh orang
lain
adalah perilaku terbuka, misalnya: seorang ibu mengkonsumsi zat
besi
pada saat hamil.
Perilaku kesehatan adalah suatu respon terhadap stimulus atau
objek
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan,
makanan, dan minuman serta lingkungan ( Sugiyono, 2007).
Perilaku
kesehatan ditentukan oleh : 1) Pandangan terhadap bahaya
penyakit dan
persepsi terhadap kemungkinan akibat bila terserang penyakit;
2)
dipandang dari sudut kebaikan dan kemanfaatan, serta persepsi
terhadap
pengorbanan, 3) Adanya kunci melakukan kegiatan yaitu faktor
internal (gejala penyakit) dan eksternal (misalnya interaksi
interpersonal, komunikasi masa).
Perilaku kesehatan menurut Sugiyono (2007) dapat
diklasifikasikan
menjadi:
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
22
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan yaitu perilaku untuk
memelihara
atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
menyembuhkan penyakit
a) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit
bila
sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari
penyakit. Menurut Foster (2008), perilaku pencegahan berada
jauh
dibawah perilaku pengobatan yakni perhatian masyarakat
langsung
pada kebutuhan-kebutuhan kesehatan sebagaimana yang mereka
persepsikan.
b) Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam
keadaan
sehat. Perilaku ini didasari pada persepsi bahwa kesehatan
bersifat
dinamis, maka upaya mencapai kesehatan yang optimal perlu
dilakukan.
c) Perilaku gizi dan minuman. Perilaku seseorang terhadap
makanan
dan minuman dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang
seperti ibu hamil yang asupan zat besinya kurang akan
terjadi
anemia defisiensi besi.
b.Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas
kesehatan.
Yang termasuk dalam perilaku ini adalah tindakan seseorang pada
saat
menderita penyakit atau kecelakaan.
c. Perilaku kesehatan lingkungan.
Kesehatan seseorang dipengaruhi bagaimana respon seseorang
terhadap lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya.
2.2.2 Tiga faktor utama yang mempengaruhi perilaku manusia
menurut
Lawrence Green dalam Sugiyono (2007) adalah :
Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)
a. Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat,
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
Untuk
berperilaku mengkonsumsi tablet besi ibu harus memiliki
pengetahuan
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
23
dan kesadaran tentang manfaat zat besi. Di samping itu
kepercayaan,
tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong
atau
menghambat ibu dalam mengkonsumsi tablet besi.
b.Faktor-faktor pemungkin atau pendukung (enambling factor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana
atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: ketersediaan
makanan
yang bergizi. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan
seperti:
puskesmas, rumah sakit, posyandu, polindes, dokter, bidan
praktek
swasta.
c. Faktor Penguat/pendorong (reinforcing factors)
yaitu faktor yang merupakan sumber pembentukan perilaku yang
berasal
dari orang lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
seperti
keluarga, teman, guru atau petugas kesehatan.
2.3 Konsep Nilai dan Budaya Nilai adalah sesuatu yang
dipentingkan manusia sebagai subyek, menyangkut
baik dan buruk sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari
pengalaman
(Soelaeman, 2001). nilai disusun oleh empat unsur pokok yang
saling
berkaitan meliputi: nilai diukur dari kegunaan, keperluan/
kepentingan dari
subyek untuk menjadi, penilaian dari subyek, dan kebutuhan dari
subyek
untuk menjadi lebih baik.
Nilai dapat berlaku pada semua orang yang disebut nilai mutlak,
dan nilai
dapat berlaku hanya untuk beberapa kebudayaan yang
diklasifikasikan
menjadi nilai relatif (Soelaeman, 2001). Dari klasifikasi nilai
tersebut dapat
disimpulkan bahwa nilai berlaku karena nilai memiliki kualitas.
mengemukan
empat kualitas tentang nilai yaitu: 1) nilai adalah sesuatu yang
abstrak yang
ditarik dari pengalaman-pengalaman seseorang; 2) nilai memiliki
suatu aspek
emosi; 3) nilai berfungsi sebagai kriteria dalam memiliki
tujuan; 4) nilai
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
24
berhubungan dengan pilihan, dan pilihan merupakan persyaratan
untuk
mengambil suatu tindakan.
Nilai membentuk landasan bagi hati nurani individu, dalam hal
ini individu
menjiwai dan menghayati suatu nilai. Individu memandang keliru
perilaku
yang tidak sesuai dengan nilai yang dianut. Disamping itu ada
juga nilai yang
diutamakan daripada nilai-nilai lain yang disebut nilai dominan.
Suatu nilai
dikatakan dominan tergantung dari luas tidaknya, dan lamanya
pengaruh yang
dirasakan, serta gigih tidaknya nilai tersebut dipertahankan,
dan prestise dari
orang-orang yang menganut nilai tersebut. Nilai dominan
merupakan patokan
bagi tingkah laku sehari-hari (Soelaeman, 2001).
Menurut Soelaeman (2001) budaya dan kebudayaan memiliki arti
yang sama
yaitu keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
menusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan
belajar (Koentjaraningrat, 2002). Tiga wujud budaya menurut
Soelaeman
(2001) yaitu:
a. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia yang disebut
dengan
sistem budaya. Sistem budaya yang merupakan wujud abstrak
dari
kebudayaan memiliki fungsi memantapkan dan menata tindakan
serta
tingkah laku manusia.
b. Kompleks aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat
konkret,
dapat diamati yang disebut dengan sistem sosial. Unsur-unsur
yang
membentuk sistem sosial adalah keyakinan, perasaan, tujuan,
norma,
status, tingkatan,pengaruh, sangsi, fasilitas, dan tekanan
ketegangan.
c. Budaya yang berwujud sebagai benda, baik benda bergerak
maupun benda
diam, karena aktivitas manusia tidak terlepas dari penggunaan
peralatan
dalam mencapai tujuan.
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
25
Sedangkan menurut Koentjaraningrat (2003), kebudayaan
dibedakan
menjadi empat wujud yaitu: kebudayaan sebagai artifacts,
kebudayaan
sebagai sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola,
kebudayaan
sebagai sistem gagasan, dan kebudayaan sebagai sistem gagasan
yang
ideologis.
2.4 Nilai dan Budaya Suku Madura Suku Madura merupakan
masyarakat yang sangat memegang teguh budaya
nenek moyangnya. Hal tersebut dapat dilihat dari realitas yang
ada,
dimanapun masyarakat Madura berada mereka dengan mudah dapat
dikenali
dari identitas suku Madura seperti dari bahasa Madura yang
digunakan
dalam kehidupan sehari-harinya. Kondisi ini juga tampak pada
masyarakat
suku Madura di Jember ( Wiyata, 2002).
Masyarakat Madura di Kabupaten Jember adalah masyarakat Madura
yang
merantau untuk meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan
mereka.
Masyarakat Madura di Kabupaten Jember masih memegang system
kebudayaan mereka, hal ini dapat dilihat dari pemukiman
masyarakat Madura
yang berkelompok berhubungan dengan kekerabatan dan ikatan
kekeluargaan yang disebut tanean lanjang (Wiyata, 2002). Ciri
masyarakat
Madura yang juga masih dipegang teguh adalah upacara selamatan
dalam
setiap tahap peralihan kehidupan manusia. Salah satu upacara
selamatan
yang dilakukan adalah upacara selamatan pada usia kehamilan tiga
bulan
dan bulan ke lima atau ketujuh.
Upacara selamatan pada usia bayi tiga bulan lebih sepuluh hari
yang
dinamakan nyebe dilakukan didasari keyakinan bahwa roh telah
masuk ke
tubuh bayi yang awalnya hanya berupa gumpalan darah. Menurut
masyarakat
madura kehamilan diawali dengan berhentinya menstruasi dan
darah
menstruasi akan menggumpal membentuk janin, saat usia kehamilan
kurang
dari tiga bulan sepuluh hari janin belum memiliki nyawa. Oleh
sebab itu
tujuan dilakukan upacara selamatan tiga bulanan atau majheng roh
baji
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
26
(menyelamati kedatangan roh bayi) adalah untuk kesempurnaan
pertumbuhan dan perkembangan janin dan keselamatan ibu
sampai
melahirkan (Handayani, 2002).
Sedangkan upacara selamatan tujuh bulanan merupakan serangkaian
acara
yang melambangkan symbol-symbol untuk memperlancar proses
melahirkan. Rangkaian upacara ini hanya dilakukan pada kehamilan
pertama
sedangkan pada kehamilan kedua dan selanjutnya hanya memohon
doa
keselamatan kepada tetangga dan keluarga terdekat (Handayani,
2002).
Selain upacara selamatan pada masa kehamilan, perilaku dan sikap
mental
masyarakat Madura masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
kultur Madura
yang primodialistik seperti nilai kultur yang terungkap dalam
pameo
Buppa, Babu, Rato ( Ayah-Ibu, Guru, Raja). Makna dari ungkapan
tersebut
adalah orang pertama yang dihormati, diikuti , dipatuhi dan
ditaati
masyarakat madura adalah kedua orang tuanya. Setelah itu
penghormatan,
kepatuhan dan ketaatan diberikan kepada guru (dalam hal ini
Kiai) dan
terakhir kepada raja. (Wiyata, 2002). Perilaku dan sikap mental
masyarakat
tersebut sangat berpengaruh terhadap kepatuhan masyarakat dalam
kegiatan
pemerintahan maupun pembangunan.
Ciri khas lain dari masyarakat Madura adalah sikap yang penuh
samudana
yaitu gugon tuhon. Gugon tuhon mengandung makna masyarakat
Madura
percaya terhadap ungkapan yang bermakna magis, dan meyakini
apabila
tidak diikuti akan tertimpa bahaya. Salah satu gugon tuhon yang
masih
dipercaya masyarakat Madura adalah mon baqna otaba binena
baqna
ngandung taq olle matege mokolan binatang ban nyale orang cacat,
kediq
bhajiqna/anqna cacat yang artinya jika kamu dan istrimu atau
istrimu
sedang hamil, tidak boleh membunuh atau memukul binatang dan
mencela
orang cacat , nanti bayimu atau anakmu cacat. Wibisono,
2001).
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
27
2.5 Peran Perawat Maternitas Perawat maternitas sebagai bagian
dari petugas kesehatan berperan
memberikan asuhan keperawatan disepanjang kehidupan wanita
secara
komprehensif (Pillitteri, 2003). Asuhan keperawatan yang
diberikan
tergantung dari respon manusia terhadap stimulus yang ada.
Leininger (2002), mengidentifikasi tiga prinsip pelayanan
keperawatan yang
menekankan sentuhan budaya pada pelayanan keperawatan terhadap
klien
meliputi:
a. Cultural care preservation (maintenance), yaitu memberi
bantuan,
memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya untuk
membantu
individu menentukan kesehatan dan gaya hidup berkaitan dengan
konsumsi
tablet besi.
b.Cultural care accommodation (negotiation), yaitu memberi
bantuan,
memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya yang
merefleksikan
cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau
mempertimbangkan
kesehatan dan gaya hidup ibu hamil agar terbebas dari komplikasi
akibat
defisiensi zat besi.
c. Cultural care repatterning (restructuring), yaitu
merekonstruksi atau
merubah desain untuk membantu perubahan kesehatan dan pola hidup
klien
kearah meningkatkan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi
Pendekatan budaya pada pelayanan keperawatan diharapkan dapat
mencegah
terjadinya permasalahan pada ibu hamil berkaitan dengan
pencegahan
terjadinya anemia melalui program pemberian tablet besi. Dengan
pendekatan
ini perawat dapat memahami budaya yang dianut klien dan
dapat
mengidentifikasi budaya-budaya yang mendukung perilaku kesehatan
dan
perilaku yang kurang mendukung sehingga perawat dapat
memodifikasi
asuhan keperawatan yang diberikan.
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009
-
28
2.6. Kerangka Teori Anemia dalam
kehamilan 1. Hemodilusi 2. Meningkatnya
kebutuhan 3. Simpanan zat besi
tidak adekuat 4. Intake zat besi
tidak memadai
Defisiensi zat besi
Perilaku Konsumsi tablet besi
Supplement tablet besi
Faktor predisposisi : - pengetahuan - sikap masyarakat - tradisi
- kepercayaan - sistem nilai - budaya Madura
Faktor Pendukung: Ketersediaan sarana prasaranan/ fasilitas
kesehatan
Faktor pendorong: Faktor pembentukan perilaku dari orang lain
yang merupakan kelompok referensi
Tidak anemia dalam
kehamilan
perilaku.
Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih,
FIK UI, 2009