Top Banner
1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link Net Tbk. Kode Emiten LINK Lampiran 4 Perihal Keterbukaan Informasi Yang Perlu Diketahui Publik - Informasi Perkembangan Usaha Perseroan dan Industry Report Perseroan / Emiten melaporkan hal-hal sebagai berikut: Pada tanggal 19 September 2014 Perseroan mengalami peristiwa/memperoleh informasi/fakta material yaitu: Penggabungan usaha atau Peleburan usaha Pembelian Saham Pembentukan Usaha Patungan Pemecahan Saham Pembagian Dividen Saham Pendapatan dari Dividen yang Luar Biasa Sifatnya Perolehan atau Kehilangan Kontrak Penting Produk atau Penemuan Baru yang Berarti Perubahan dalam Pengendalian atau Perubahan Penting dalam Manajemen Pengumuman Pembelian Kembali atau Pembayaran Efek yang Bersifat Utang Penjualan Tambahan Efek ke Masyarakat atau Secara Terbatas yang Material Jumlahnya Pembelian atau Kerugian Penjualan Aktiva Yang Material Perselisihan Tenaga Kerja yang Relatif Penting Pemogokan Karyawan Tuntutan Hukum yang Penting Terhadap Perusahaan, Dan Atau Direktur Dan Komisaris Perusahaan Pengajuan Penawaran Untuk Pembelian Efek Perusahaan Lain Penggantian Wali Amanat Perubahan Tahun Fiskal Perusahaan Perkembangan Restrukturisasi Hutang Kebakaran Fasilitas Produksi Bencana Alam Penghentian Sebagian atau Seluruh Aktivitas Operasi Perseroan dan/atau Anak Perusahaan dan/atau Segmen Usaha karena Pertimbangan Bisnis Dibekukannya Produk Utama atau Mengalami Kondisi yang Berpotensi Mengakibatkan Pembekuan Produk Utama Pernyataan Tidak Mampu Membayar Bunga Pinjaman dan/atau Pokok Pinjaman Menerima Pernyataan Default dari Kreditur Pencabutan Sebagian atau Seluruh Ijin Usaha Penambahan Unit Usaha Pembentukan Anak Perusahaan atau Perusahaan Asosiasi Baru Perubahan Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum dari yang telah Ditetapkan dalam Prospektus Libur Perusahaan Lainnya: - Informasi Perkembangan Usaha Perseroan dan Industry Report Dampak kejadian, informasi atau fakta penting tersebut terhadap Perseroan sebagai berikut:
334

1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

Dec 30, 2016

Download

Documents

dangtuyen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

1/2

Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14

Nama Emiten PT Link Net Tbk.

Kode Emiten LINK

Lampiran 4

PerihalKeterbukaan Informasi Yang Perlu Diketahui Publik - Informasi Perkembangan Usaha Perseroan dan

Industry Report

Perseroan / Emiten melaporkan hal-hal sebagai berikut:

Pada tanggal 19 September 2014 Perseroan mengalami peristiwa/memperoleh informasi/fakta material yaitu:

Penggabungan usaha atau Peleburan usaha

Pembelian Saham

Pembentukan Usaha Patungan

Pemecahan Saham

Pembagian Dividen Saham

Pendapatan dari Dividen yang Luar Biasa Sifatnya

Perolehan atau Kehilangan Kontrak Penting

Produk atau Penemuan Baru yang Berarti

Perubahan dalam Pengendalian atau Perubahan Penting dalam Manajemen

Pengumuman Pembelian Kembali atau Pembayaran Efek yang Bersifat Utang

Penjualan Tambahan Efek ke Masyarakat atau Secara Terbatas yang Material Jumlahnya

Pembelian atau Kerugian Penjualan Aktiva Yang Material

Perselisihan Tenaga Kerja yang Relatif Penting

Pemogokan Karyawan

Tuntutan Hukum yang Penting Terhadap Perusahaan, Dan Atau Direktur Dan Komisaris Perusahaan

Pengajuan Penawaran Untuk Pembelian Efek Perusahaan Lain

Penggantian Wali Amanat

Perubahan Tahun Fiskal Perusahaan

Perkembangan Restrukturisasi Hutang

Kebakaran Fasilitas Produksi

Bencana Alam

Penghentian Sebagian atau Seluruh Aktivitas Operasi Perseroan dan/atau Anak Perusahaan dan/atau Segmen Usaha karena

Pertimbangan Bisnis

Dibekukannya Produk Utama atau Mengalami Kondisi yang Berpotensi Mengakibatkan Pembekuan Produk Utama

Pernyataan Tidak Mampu Membayar Bunga Pinjaman dan/atau Pokok Pinjaman

Menerima Pernyataan Default dari Kreditur

Pencabutan Sebagian atau Seluruh Ijin Usaha

Penambahan Unit Usaha

Pembentukan Anak Perusahaan atau Perusahaan Asosiasi Baru

Perubahan Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum dari yang telah Ditetapkan dalam Prospektus

Libur Perusahaan

Lainnya:

- Informasi Perkembangan Usaha Perseroan dan Industry Report

Dampak kejadian, informasi atau fakta penting tersebut terhadap Perseroan sebagai berikut:

Page 2: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

2/2

Dampak terhadap Kegiatan Operasional:

-

Dampak terhadap kondisi keuangan dan proyeksi keuangan:

-

Dampak Hukum:

-

Dampak terhadap kelangsungan usaha Perseroan:

-

Nama Pengirim Dicky Setiadi Moechtar

Jabatan Corporate Secretary

Tanggal dan Jam 20 September 2014 18:24:06

Lampiran

LN_BEI - 20140919 - SB-082 - Informasi Perkembangan Usaha (Business Update).pdf

Business Update LN - Bahasa.pdf

Business Update LN - English.pdf

Industry Report - Media Partners Asia - English.pdf

Dokumen ini merupakan dokumen resmi PT Link Net Tbk. yang tidak memerlukan tanda tangan karena dihasilkan secara elektronik.

PT Link Net Tbk. bertanggung jawab penuh atas informasi tertera di dalam dokumen ini.

Page 3: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

Lirtl< Net|akarta, 19 September 2074

No. SB-082 / CSL / LN / tDx/ tx/ 1,4

Kepada Yth.

PT Bursa Efek Indonesia

Gedung Bursa Efek Indonesia Tower I Lt.4

fl. fend. Sudirman Kav.52-53

|akarta 7219A

Perihal; Informasi Perkembangan Usaha PT Link Net Tbk. ("Perseroan"J fBusiness UpdateJ

Dengan Hormat

Dalam rangka untuk memenuhi ketentuan keterbukaan informasi sebagaimana diatur di dalamKeputusan Direksi PT Bursa Efek lakarta Nomor Kep-306/BEl/07-2AA4 tentang PeraturanNomor I-E tentang Kewajiban Penyampaian Informasi, Perseroan bermaksud untukmenyampaikan informasi terkini mengenai kegiatan operasional dan finansial Perseroan

fterlampir dalam versi Bahasa Indonesia dan InggrisJ.

Lebih lanjut, Perseroan juga bermaksud untuk menyampaikan informasi mengenai laporanindustri (industry report) yang telah disiapkan oleh Media Partners Asia terkait dengan blaangusaha yang dijalankan oleh Perseroan (terlampir dalam versi Bahasa Inggris). Versi BahasiIndonesia dari laporan industri ini sedang dipersiapkan oleh Perseroan dan akan diumumkandalam jangka waktu lima hari sejak pengumuman informasi ini.

Informasi yang disampaikan oleh Perseroan ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuanatau gambaran awal kepada investor publik sebelum Perseroan menerbitkan laporan tahunanPerseroan untuk tahun buku 2014.

Demikian kami sampaikan. Atas kerjasaminya, kami ucapkan terima kasih.

w"y

Dicky Setiadi MoechtarCorporate Secretary PT Link Net Tbk

Tembusan:

KepadaYth:

Kepala Divisi Pencatatan Sektor Jasa

PT Link Net TbkBeritasatu Plaza 4th Fi., Jl. Jend Gatot subroto Kav. s5-s6, Jakarta 12gs0, lndonesia

T : (62-21) 527 BB11 (Hunting) F : (62-21) S27 BB33

Page 4: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 1

INFORMASI BISNIS

Pembahasan berikut memuat informasi terkini dan diskusi

mengenai kinerja operasional dan keuangan PT Link Net Tbk.

(“Perusahaan”).

DOKUMEN INI BUKAN DAN TIDAK MERUPAKAN SUATU PENAWARAN UNTUK

MENJUAL ATAU UPAYA-UPAYA DARI SUATU PENAWARAN UNTUK MEMBELI

EFEK (“EFEK”) DARI PERUSAHAAN DI REPUBLIK INDONESIA,

AMERIKA SERIKAT ATAU DIMANAPUN. PERUSAHAAN BELUM

MENDAFTARKAN DAN TIDAK BERMAKSUD UNTUK MENDAFTARKAN EFEKNYA

BERDASARKAN US SECURITIES ACT OF 1933, SEBAGAIMANA TELAH

DIUBAH (“SECURITIES ACT”) DAN EFEK TIDAK DAPAT DITAWARKAN

ATAU DIJUAL DI AMERIKA SERIKAT TANPA ADANYA PENDAFTARAN

BERDASARKAN SECURITIES ACT TERSEBUT ATAU DENGAN ADANYA

SUATU PENGECUALIAN DARI PENDAFTARAN ATAU DALAM SUATU

TRANSAKSI YANG TIDAK TUNDUK KEPADA PENDAFTARAN. PERUSAHAAN

TIDAK BERMAKSUD UNTUK MELAKUKAN SUATU PENAWARAN UMUM ATAS

EFEKNYA DI AMERIKA SERIKAT ATAU DALAM SUATU YURISDIKSI

LAIN.

Data-data non-GAAP yang disajikan dalam dokumen ini

merupakan data tambahan mengenai kinerja Perusahaan yang

tidak dipersyaratkan oleh, atau disajikan sesuai dengan,

IFAS atau IFRS dan tidak dapat dianggap sebagai suatu

alternatif dari data-data yang terkait dengan laba bersih,

laba usaha atau setiap indikator kinerja lainnya yang

dibuat sesuai dengan IFAS. Data-data tersebut memiliki

Page 5: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 2

keterbatasan sebagai alat untuk menganalisa, dan Anda

sebaiknya tidak mempertimbangkan data-data ini secara

terpisah dari, atau sebagai suatu pengganti dari, analisa

Anda sendiri mengenai kondisi keuangan atau hasil-hasil

operasional Perusahaan sebagaimana dilaporkan berdasarkan

IFAS. Data-data non-GAAP ini bukan merupakan ketentuan

penyajian yang standar, sehingga suatu perbandingan

langsung di antara perusahaan-perusahaan yang menggunakan

ketentuan-ketentuan tersebut tidak mungkin dilakukan.

Data-data tertentu dalam dokumen ini, termasuk informasi

keuangan, statistik, dan informasi operasional telah

dibulatkan. Sebagai konsekuensi dari pembulatan tersebut,

jumlah keselurahan data yang disajikan dalam dokumen ini

dapat sedikit berbeda dari jumlah perhitungan sebenarnya

dari data tersebut. Persentase-persentase dalam tabel telah

dibulatkan dan karenanya mungkin tidak mencapai 100%.

Dokumen ini mencakup keterangan-keterangan yang

berorientasi ke depan. Keterangan-keterangan berorientasi

ke depan melibatkan risiko-risiko dan ketidakpastian yang

diketahui dan tidak diketahui, dan banyak di antaranya

berada di luar kendali Perusahaan dan seluruh informasi-

informasi tersebut hanya didasarkan atas keyakinan dan

ekspektasi saat ini dari Manajemen terkait dengan

peristiwa-peristiwa di masa depan. Keterangan-keterangan

yang berorientasi ke depan tersebut terkadang ditandai

Page 6: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 3

dengan penggunaan istilah yang berorientasi ke depan

seperti “percaya”, “berharap”, “dapat”, “akan”, “mungkin

dapat”, “seharusnya”, “akan”, “risiko”, “bermaksud”,

“memperkirakan”, “bertujuan”, “menargetkan”, “berrencana”,

“memprediksi”, “meneruskan”, “menganggap”, “tunduk pada”

atau “mengantisipasi” atau makna negatif daripadanya,

variasi lainnya atau isitlah-istiah lain yang serupa.

Keterangan-keterangan berorientasi ke depan ini mencakup

segala hal yang bukan merupakan fakta-fakta historis.

Keterangan-keterangan tersebut terdapat di sejumlah tempat

di dalam dokumen ini dan meliputi pernyataan-pernyataan

mengenai maksud, keyakinan atau ekspektasi yang ada saat

ini dari Manajemen atau Perusahaan tentang, antara lain,

rencana perluasan usaha, hasil usaha, kondisi keuangan,

likuiditas, prospek usaha, pertumbuhan, strategi usaha, dan

kebijakan dividen Perusahaan dan industri di mana

Perusahaan menjalankan usahanya. Keterangan-keterangan yang

berorientasi ke depan ini dan keterangan-keternangan lain

yang termuat dalam dokumen ini mengenai hal-hal yang bukan

merupakan fakta historis melibatkan prediksi. Tidak ada

jaminan yang dapat diberikan bahwa hasil-hasil di masa yang

akan datang tersebut akan tercapai; peristiwa-peristiwa

atau hasil-hasil yang sebenarnya dapat berbeda sebagai

secara material sebagai akibat dari risiko-risiko dan

Page 7: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 4

ketidakpastian-ketidakpastian yang dihadapi Perusahaan,

termasuk:

kemampuan Perusahaan untuk dengan sukses menerapkan

strategi Perusahaan untuk dapat terus melangsungkan

pertumbuhan dan perluasan usaha, termasuk kemampuannya

untuk mempertahankan pelanggan dan mengelola

perputaran pelanggan;

perubahan teknologi broadband yang dapat mengakibatkan

usangnya teknologi tertentu atau dapat meningkatkan

biaya dalam menjalankan bisnis;

kondisi-kondisi ekonomi, sosial dan politik di

Indonesia;

perubahan-perubahan terhadap lingkungan demografi;

perubahan-perubahan terhadap biaya sewa;

perubahan-perubahan dalam persaingan usaha;

tindakan dari para pelanggan dan para pemasok;

permasalahan perburuhan dan kesulitan-kesulitan lain;

peningkatan beban berdasarkan regulasi di Indonesia;

kinerja pasar keuangan global;

fluktuasi nilai tukar mata uang asing; dan

risiko, ketidakpastian dan faktor-faktor lainnya

sebagaimana diuraikan dalam dokumen ini.

Risiko-risiko dan ketidakpastian-ketidakpastian tersebut

dapat menyebabkan hasil aktual yang berbeda-beda secara

Page 8: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 5

material terhadap hasil-hasil di masa depan yang

diindikasikan, dinyatakan, atau diisyaratkan dalam

keterangan-keterangan yang berorientasi ke depan tersebut

di atas. Keterangan-keterangan berorientasi ke depan yang

termuat dalam dokumen ini hanya ada sejak tanggal dokumen

ini. Perusahaan, Komisaris, Direksi, Manajemen dan

afiliasi-afiliasi serta perwakilan-perwakilan mereka secara

tegas menolak setiap kewajiban atau kesanggupan untuk

memperbarui keterangan-keterangan berorientasi ke depan

yang termuat dalam dokumen ini untuk mencerminkan setiap

perubahan dalam ekspektasi mereka atau setiap perubahan

peristiwa, kondisi, atau situasi di mana keterangan-

keterangan tersebut didasarkan, kecuali diwajibkan demikian

oleh hukum atau peraturan yang berlaku.

PEMBARUAN

Sejalan dengan visi dan misinya, Perusahaan telah berfokus

untuk merintis Next Generation Broadband (“NGBB”) dan pasar TV kabel di Indonesia, dengan memberikan tawaran yang

sangat menarik bagi konsumen Indonesia, yang sebagian besar

hanya memiliki teknologi ADSL dan DTH sebagai penggantinya.

Perusahaan telah secara cepat memperluas Jaringannya di

wilayah metropolitan yang terbesar dan yang paling menarik

di Indonesia (berdasarkan MPA) sejak Juni 2011 untuk

memenuhi tingginya permintaan yang terpendam dan belum

Page 9: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 6

terlayani atas layanan NGBB di Indonesia, dan pada saat

yang sama memimpin inovasi dalam industri TV berbayar

Indonesia melalui tawaran produk HD terbesar dan layanan

nilai tambah lainnya, seperti TV Anywhere, video-on-demand,

catch-up TV, paket konten add-on TV dan set-top box baru

yang telah diperbarui.

Saat ini, Perusahaan menjadi yang terdepan dan satu-satunya

operator skala besar di pasar NGBB Indonesia dengan 685.368

RGU pada 30 Juni 2014 dan sekitar 98% pangsa pasar NGBB,

berdasarkan jumlah pelanggan NGBB pada Desember 2013

(berdasarkan MPA). Perusahaan adalah pemimpin teknologi

broadband di Indonesia dan pasar TV berbayar, yang

mengoperasikan jaringan dua arah HFC terkini dengan sekitar

1,3 juta Home Passed pada 30 Juni 2014. Jaringan ini

dirancang dan dibangun dengan spesifikasi yang, berdasarkan

MPA, sesuai dengan standar internasional yang ditetapkan

oleh operator terkemuka di Asia, Eropa dan Amerika Serikat.

Jaringan ini dilengkapi dengan DOCSIS 3.0, yang

memungkinkan Perusahaan untuk menawarkan kecepatan unduh

broadband hingga 100 Mbps ke hampir seluruh homes passed di

seluruh Jaringan. Jaringan ini diharapkan memiliki lebih

dari 60% 1 GHz diaktifkan dengan sisa Jaringan sepenuhnya

870 MHz pada akhir kwartal pertama tahun 2015, yang

menegaskan kepemimpinan teknis Perusahaan di pasar NGBB dan

Page 10: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 7

memungkinkannya untuk memberikan tawaran yang lebih luas

untuk saluran HD, 3D dan SD.

Perusahaan ini berfokus pada dan memperoleh sebagian besar

pendapatan (79,0% dari total pendapatan pada tahun 2013)

dari menyediakan layanan NGBB perumahan dan TV Kabel,

dengan menyasar segmen kelas atas dan menengah yang besar

dan berkembang pesat di wilayah cakupan inti saat ini

termasuk Jabodetabek, Surabaya dan Bandung, yang merupakan

wilayah metropolitan terbesar dan paling menarik di

Indonesia. Inti basis pelanggan target adalah 4,1 juta

Rumah Tangga A dan Rumah Tangga B yang besar dan berkembang

pesat dengan pengeluaran bulanan di atas Rp 2 juta di

daerah-daerah metropolitan ini, yang telah tumbuh dengan

CAGR sekitar 17,6 % dari 2010 hingga 2013, berdasarkan

Nielsen. Paket entry-level Perusahaan juga diberikan harga

untuk menarik sejumlah besar Rumah Tangga C1 (dengan

pengeluaran bulanan di atas Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta di

daerah yang sama, yang mencapai 2,6 juta rumah tangga pada

31 Desember 2013).

Perusahaan memasarkan layanan NGBB perumahan dengan merek

“FastNet” dan Layanan TV Kabel dengan merek “HomeCable”.

Memanfaatkan Jaringan terkini yang dimilikinya dan

posisinya sebagai satu-satunya operator skala besar di

Page 11: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 8

pasar NGBB Indonesia, Perusahaan telah menerapkan strategi

produk yang berhasil - layanan NGBB yang dikemas dengan

berbagai tawaran TV Kabel - sehingga menghasilkan tawaran

nilai menarik bagi konsumen. Layanan NGBB Perusahaan yang

cepat dan handal menawarkan pilihan yang sangat menarik

bagi rumah tangga di daerah cakupan Perusahaan, yang

sebagian besar memiliki ADSL dengan kecepatan maksimum 3

Mbps sebagai satu-satunya teknologi alternatif. Pada saat

yang sama, tawaran TV kabel Perusahaan memberikan layanan

yang handal dan dengan kualitas gambar yang tinggi, yang

membedakan dirinya dari operator DTH, dengan penawaran HD

terbesar di Indonesia dengan, pada tanggal 31 Juli 2014,

sekitar 60 saluran nasional dan internasional serta layanan

nilai tambah lainnya yang diaktifkan melalui Jaringan

berteknologi canggih. Perusahaan berkeyakinan bahwa

kualitas NGBB dan Layanan TV Kabel Perusahaan dan fokus

Perusahaan pada layanan pelanggan, penyediaan antarmuka

pelanggan yang baik pada kedua layanan tersebut, merupakan

faktor kuat yang berkontribusi terhadap keberhasilan dan

tarif bundling yang tinggi, dengan 92% dari semua konsumen

berlangganan pada NGBB dan Layanan TV Kabel pada 30 Juni

2014.

Selain penyediaan NGBB perumahan dan Layanan TV Kabel,

Perusahaan telah memanfaatkan Jaringan dan berasal sebagian

Page 12: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 9

besar pendapatan yang tersisa (17,1% dari total pendapatan

pada tahun 2013) terutama melalui (i) penyediaan komunikasi

data dan layanan dukungan bagi perusahaan lokal

(“Enterprise Services”) dengan merek “DataComm” dan (ii)

Iklan Penjualan. Sehubungan Enterprise Services, target

Perusahaan adalah perusahaan-perusahaan yang membutuhkan

kecepatan tinggi dan koneksi data berkualitas tinggi, di

mana kehandalan jaringan sering menjadi suatu hal yang

“mission-critical”, termasuk Bursa Efek Indonesia dan

lembaga-lembaga keuangan seperti PT Bank Central Asia Tbk

dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. Sehubungan Iklan Penjualan,

basis pelanggan inti Perusahaan (terdiri dari Rumah Tangga

A dan Rumah Tangga B di Jabodetabek, Surabaya dan Bandung)

memberikan kesempatan bagi pengiklan untuk menerapkan

strategi pemasaran yang terfokus menargetkan konsumen yang

berada di segmen kelas atas dan menengah dari beberapa

wilayah metropolitan yang paling menarik di Indonesia.

Fokus Perusahaan pada perluasan Jaringan, memimpin inovasi,

meningkatkan layanan pelanggan dan mencapai keunggulan

operasional telah menyebabkan rekam jejak yang konsisten

pertumbuhan dan profitabilitas. Pada 2013, total pendapatan

Perusahaan dan EBITDA yang disesuaikan adalah sebesar Rp

1.664,6 milyar dan Rp 900,6 milyar, yang mencerminkan

kenaikan 28,0% dan 28,3%, masing-masing, dibandingkan

Page 13: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 10

dengan tahun sebelumnya. Untuk enam bulan yang berakhir

pada tanggal 30 Juni 2014, total pendapatan Perusahaan dan

EBITDA yang disesuaikan adalah sebesar Rp 1.016,0 milyar

dan Rp 581,0 milyar, yang mencerminkan kenaikan 29,1% dan

33,7%, masing-masing, dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2013.

PENGUKURAN PERFORMA FINANSIAL

Tabel di bawah ini mencantumkan langkah-langkah pokok

tertentu kinerja keuangan Perusahaan untuk periode yang

dikaji. Perusahaan telah menyediakan data keuangan tambahan

ini sehingga investor dapat diberikan dengan informasi yang

Manajemen gunakan untuk mengukur kinerja bisnis. Manajemen

berkeyakinan bahwa pengukuran ini adalah tambahan yang

berguna untuk data keuangan yang disajikan di bawah IFAS

sebagai ukuran kinerja operasional historis Perusahaan dan

kemampuannya untuk menghasilkan kas dari operasi.

Untuk tahun-tahun yang berakhir per 31 Desember

Untuk 6 bulan yang berakhir per 30 Juni

2011 2012 2013 2013 2014

(Rp milyar, kecuali dinyatakan lain) (tak diaudit)

EBITDA ................................................................ 329,4 701,8 874,2 432,4 5810 Marjin EBITDA (%) ................................................................56,5% 54,0% 52,5% 54,9% 57,2% EBITDA yang disesuaikan ................................ 329,4 701,8 900,6 434,5 581,0 Marjin EBITDA yang disesuaikan (%) ................................56,5% 54,0% 54,1% 55,2% 57,2%

Page 14: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 11

EBITDA dan EBITDA yang disesuaikan dicocokan dengan akun

terkait dalam laporan keuangan di bawah ini.

Penyesuaian dari laba tahu berjalan untuk EBITDA dan EBITDA

yang Disesuaikan

Tabel berikut ini menyatakan penyesuaian dari laba tahun

berjalan, sesuai PSAK, EBITDA yang Disesuaikan yang bukan

berdasarkan PSAK.

Untuk tahun yang berakhir per 31 Desember

Untuk semester yang berakhir per 30 Juni

2011 2012 2013 2013 2014

(milyar Rp)

Laba pada tahun/semester ................................ 148,4 339,0 362,2 210,0 277,7 Penyesuaian tambah/(kurang) Beban pajak penghasilan ................................................................ 52,2 120,7 125,1 71,9 95,3 Laba sebelum pajak penghasilan ................................ 200,6 459,7 487,3 281,9 373,0 Penyesuaian tambah/(kurang) Besaran kerugian terkait ................................................................ - 0,9 10,0 0,1 15,1 Pendapatan keuangan ................................................................ (17,5)

(1) (38,4)

(1) (24,3) (16,8) (8,2)

Biaya keuangan ................................................................ 33,3 72,1 120,8 41,4 20,2 Laba usaha ................................................................ 216,4 494,3 593,8 306,6 400,1 Penyesuaian tambah/(kurang) Beban penyusutan ................................................................110,6 203,4 271,2 122,1 174,0 Beban amortisasi ................................................................ 2,4 4,1 9,2 3,7 6,9 EBITDA ................................................................ 329,4 701,8 874,2 432,4 581,0 Penyesuaian tambah/(kurang) Biaya perbaikan karena perubahan kebijakan ................................- - 13,1 - - Biaya terkait tindakan perusahaan

- - 13,3 2,1 -

EBITDA Suaian ................................................................329,4 701,8 900,6 434,5 581,0

Catatan:

(1) Telah dikelompokkan ulang. Beberapa akun dalam laporan

posisi keuangan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2012

dan laporan laba rugi komprehensif untuk tahun yang

berakhir 31 Desember 2011 dan 2012 telah

direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian laporan

Page 15: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 12

posisi keuangan pada tanggal 31 Desember 2013 dan

laporan laba rugi komprehensif untuk tahun yang

berakhir 31 Desember 2013

Beban tak berulang selama periode laporan terdiri dari: (1)

biaya kerusakan yang terkait dengan perubahan kebijakan

satu waktu Rp 13,1 milyar yang mencerminkan biaya yang

berkaitan dengan penyisihan piutang yang meragukan yang

diambil sehubungan dengan perubahan dalam perhitungan

pemutusan dan penghentian Paket Promosi Pilihan dan (2)

biaya yang berkaitan dengan aksi perusahaan sebesar Rp 13,3

milyar.

INDIKATOR KINERJA UTAMA

Tabel di bawah ini memperlihatkan indikator kinerja utama

dari usaha Perusahaan selama periode yang dikaji.

Pada dan untuk tahun yang berakhir per 31 Desember

Pada dan untuk

periode 6 bulan yang berakhir per

30 Juni

2011(a)

2012 2013 2014

(tak diaudit) Jumlah rumah tangga (dalam ribuan)

(1) ................................654,9 932,8 1.194,3 1.313,0

RGU (dalam ribuan) - Broadband

(2) (4) ................................................................192,9 289,8

(1) 332,9 357,1

- TV Kabel(3)

................................................................ 165,4 265,8(2)

304,2 328,3 Tingkat penetrasi (%) ................................................................29% 31% 28% 27% ARPU (Rp ribuan/bulan)

(5)

- Broadband ................................................................ 231,3 205,7 203,4 219,9 - TV Kabel

(6) ................................................................ 168,2 150,4 151,1 183,0

Pemutusan (%)

Page 16: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 13

- Broadband ................................................................ 1,6% 1,3% 2,4% 2,4% - TV Kabel ................................................................ 1,8% 1,5% 2,6% 2,4%

Catatan:

(1) Jumlah rumah tangga pada 30 Juni 2013 adalah sekitar

1.046.000.

(2) Termasuk RGU dari Paket Promosi Pilihan sekitar

27.800.

(3) Termasuk RGU dari Paket Promosi Pilihan sekitar

27.600.

(4) Hanya RGU perumahan dan tidak termasuk RGU apartemen.

(5) Sekitar 60% dari pendapatan dari paket Combo

disebabkan pendapatan broadband dan sisanya sebesar

40% adalah disebabkan pendapatan TV kabel. Alokasi ini

tidak termasuk biaya sewa untuk set-top box dan modem

kabel.

(6) Termasuk perumahan unit tunggal yang tinggal saja dan

tidak termasuk unit multi tinggal dan klien perusahaan

lain seperti hotel. Dihitung berdasarkan penerimaan

perumahan (tidak termasuk unit multi tinggal dan

pendapatan lainnya) dibagi dengan rata-rata RGU untuk

periode tersebut.

(a) Informasi keuangan dan indikator kinerja utama untuk

tahun yang berakhir 31 Desember 2011 mencerminkan

hasil pasca-akuisisi yang dihasilkan dari aset

tertentu, kewajiban dan hak yang digunakan dalam

Page 17: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 14

kaitannya dengan Jaringan Bisnis, Bisnis Broadband dan

bisnis TV kabel yang diperoleh dari First Media pada

Juni 2011.

Indikator kinerja utama melibatkan estimasi manajemen,

bukan bagian dari laporan keuangan Perusahaan atau sistem

pelaporan keuangan dan belum diaudit atau dikaji oleh

auditor eksternal, konsultan atau ahli. Definisi dan metode

perhitungan untuk masing-masing metrik ini diatur di bawah

ini dalam “Definisi Tindakan Keuangan dan Indikator Kinerja

Utama”.

ARPU per bulan untuk setiap periode tertentu dihitung

dengan membagi pendapatan yang dihasilkan untuk periode

dengan jumlah rata-rata RGU untuk periode yang berlaku.

Rata-rata jumlah RGU dihitung dengan menambahkan jumlah RGU

pada awal periode dengan jumlah RGU pada akhir periode dan

membaginya dengan dua. Hasilnya kemudian dibagi dengan

jumlah bulan dalam periode yang relevan untuk menurunkan

angka per bulan. ARPU per bulan untuk tahun yang berakhir

31 Desember 2011 dihitung berdasarkan RGU dari Juli 2011

sampai Desember 2011, yang sepenuhnya mencerminkan hasil

pasca-akuisisi yang dihasilkan dari aset tertentu,

kewajiban dan hak yang digunakan dalam kaitannya dengan

Jaringan Bisnis, Bisnis Broadband dan Bisnis TV kabel

Page 18: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 15

setelah selesainya Pengambilbagian Saham oleh ALD pada Juni

2011.

Manajemen berkeyakinan bahwa ARPU adalah metrik berguna

untuk memantau kinerja operasional Perusahaan terutama

ketika diukur selama periode waktu yang lebih singkat.

Namun, karena Perusahaan tumbuh dan meningkatkan jumlah

pelanggan dengan cepat selama periode tertentu, angka ARPU

ditentukan secara tahunan atau enam bulan akan terdistorsi

dengan jumlah yang lebih rendah dari RGU pada awal periode.

Pada kuartal kedua tahun 2012 Perusahaan memperkenalkan

biaya broadband rendah dan paket promosi TV kabel kepada

pelanggan dipilih (“Paket Promosi Pilihan”). Namun karena titik harga awal rendah dibandingkan dengan paket-paket

lain Perusahaan, Paket Promosi Pilihan memiliki dampak

negatif pada ARPU keseluruhan Perusahaan. Perusahaan

berhenti menjual Paket Promosi Pilihan pada akhir 2012 dan

mengalihkan sisa konsumen Paket Promosi Pilihan untuk

bundel paket dengan tingkat yang lebih rendah di Februari

2013.

Jumlah RGU pada 31 Desember 2012 yang tertuang dalam tabel

di atas termasuk sekitar 27.800 dan 27.600 RGU broadband

dan TV kabel, masing-masing. RGU ini menghasilkan

pendapatan secara signifikan lebih rendah sebagai paket

Page 19: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 16

memiliki poin harga lebih rendah dari titik harga normal

Perusahaan. Angka RGU tinggi pada tahun 2012 dan 2013

mengurangi ARPU, dan penghentian Paket Promosi Pilihan

meningkat pemutusan pada tahun 2013.

Manajemen berkeyakinan bahwa peningkatan kadar RGU dan

pendapatan yang lebih rendah yang dihasilkan dari mereka

mendistorsi kinerja bisnis yang mendasari termasuk

pertumbuhan pelanggan target utama penonton Perusahaan.

Data keuangan dan operasional pertengahan tahun

Tabel berikut menyajikan data operasional keuangan tertentu

Perusahaan untuk setiap periode enam bulan dari 1 Juli 2011

sampai dengan 30 Juni dengan tahun 2014.

Data laporan laba rugi per enam bulan yang tidak diaudit

ditetapkan di bawah telah disiapkan secara konsisten dengan

laporan keuangan tahunan Perusahaan. Hasil sejarah

Perusahaan belum tentu menjadi patokan hasil yang dapat

diharapkan di masa depan.

Pada dan untuk semester yang berakhir per

31 Des.

2011 30 Juni

2012 31 Des.

2012 30 Juni

2013 31 Des.

2013 30 Juni

2014

(tak teraudit) Pendapatan (milyar Rp) - - - 787,2 877,4 1.0160,0 EBITDA Suaian (milyar Rp) - - - 434,5 466,1 581,0 RGU (dalam ribuan) - Broadband ................................ 192,9 226,4 289,8 293,9 332,9 357,1 - TV Kabel ................................ 165,4 200,8 265,8 264,0 304,2 328,3 ARPU (Rp juta/bulan)

(1)

- Broadband ................................ 231,3 228,0 199,6 206,5 211,9 219,9

Page 20: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 17

- TV Kabel ................................ 168,2 170,0 144,5 150,9 162,4 183,0

Catatan:

(1) Sekitar 60% dari pendapatan dari paket Combo

disebabkan pendapatan broadband dan sisanya sebesar

40% adalah disebabkan pendapatan TV kabel. Alokasi ini

tidak termasuk biaya sewa untuk kotak set-top dan

modem kabel.

DEFINISI PENGUKURAN FINANSIAL DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

EBITDA dan marjin EBITDA

EBITDA adalah ukuran non-PSAK dan didefinisikan sebagai

laba Perusahaan untuk tahun sebelumnya biaya keuangan,

pendapatan pembiayaan, berbagi kerugian perusahaan

asosiasi, beban pajak penghasilan, penyusutan dan

amortisasi.

Marjin EBITDA adalah EBITDA dibagi dengan pendapatan.

EBITDA yang Disesuaikan dan Marjin EBITDA yang Disesuaikan

EBITDA yang Disesuaikan adalah ukuran non-PSAK dan

didefinisikan sebagai laba Perusahaan untuk tahun

sebelumnya biaya keuangan, pendapatan pembiayaan, berbagi

Page 21: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 18

kerugian perusahaan asosiasi, beban pajak penghasilan,

penyusutan dan amortisasi dan disesuaikan lebih lanjut

dengan menambahkan biaya yang tidak berulang kembali

tertentu laba Perusahaan untuk tahun ini.

Home Passed

Home Passed mengacu pada jumlah rumah dan unit hunian

lainnya, seperti apartemen, yang terhubung atau dapat

dihubungkan ke Jaringan. Langkah ini melibatkan estimasi

manajemen koneksi potensi untuk Jaringan dan akurasi

perkiraan ini bisa beragam, tergantung sejumlah faktor.

ARPU (broadband dan TV Kabel)

ARPU mengacu pada rata-rata pendapatan per pelanggan

perumahan, yang dihitung secara tahunan atau setengah

tahun.

ARPU per bulan untuk setiap periode tertentu dihitung

dengan membagi pendapatan yang dihasilkan berlaku untuk

periode dengan jumlah rata-rata RGU untuk periode yang

berlaku. Rata-rata jumlah RGU dihitung dengan menambahkan

jumlah RGU pada awal periode dengan jumlah RGU pada akhir

periode dan membaginya dengan dua. Hasilnya kemudian dibagi

dengan jumlah bulan dalam periode yang relevan untuk

menurunkan angka per bulan. ARPU per bulan untuk tahun yang

berakhir 31 Desember 2011 dihitung berdasarkan RGU dari

Page 22: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 19

Juli 2011 sampai Desember 2011, yang sepenuhnya

mencerminkan hasil pasca-akuisisi yang dihasilkan dari aset

tertentu, kewajiban dan hak yang digunakan dalam kaitannya

dengan Bisnis Jaringan, Bisnis Broadband dan Bisnis TV

Kabel setelah selesainya Saham Berlangganan oleh ALD pada

Juni 2011.

Dalam dokumen ini, Perusahaan menyajikan ARPU bulanan

berdasarkan pendapatan yang dihasilkan dari produk

broadband dan TV kabel, masing-masing. Dalam setiap kasus,

rata-rata pendapatan bulanan yang relevan untuk periode

dibagi dengan jumlah rata-rata RGU masing-masing untuk

periode tersebut.

Untuk menghindari keraguan, ARPU Kabel TV hanya untuk

perumahan Unit pelanggan tunggal yang tinggal, dan tidak

termasuk kontribusi dari unit multi tinggal seperti

apartemen, serta klien perusahaan lain seperti hotel.

RGU (broadband dan TV Kabel)

RGU mengacu pada pendapatan unit pembangkit, yang

berhubungan dengan sumber-sumber pendapatan, yang mungkin

tidak selalu sama dengan jumlah rekening nasabah.

Perusahaan mengukur RGU sepanjang layanan TV kabel

broadband dan untuk memantau kinerja tren bisnis dan ulasan

pasarnya, terutama yang berkaitan dengan permintaan paket

dibundel.

Page 23: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 20

Dalam dokumen ini, Perusahaan menyajikan RGU berdasarkan

broadband dan pelanggan TV kabel. Sebagai contoh, seorang

pelanggan yang berlangganan untuk paket paket yang dianggap

baik RGU broadband dan RGU TV Kabel. Tingkat pemutusan

mempengaruhi perhitungan jumlah pelanggan yang pada

gilirannya mempengaruhi ARPU selama periode tersebut. Paket

Promosi Pilihan juga berdampak pada jumlah pelanggan serta

beberapa metrik operasi Perusahaan lainnya.

Untuk menghindari keraguan, RGU TV Kabel hanya untuk

perumahan Unit pelanggan tunggal yang tinggal, dan tidak

termasuk unit multi tinggal seperti apartemen, serta klien

perusahaan lain seperti hotel.

Tingkat penetrasi

Tingkat penetrasi mengacu pada perkiraan jumlah pelanggan

broadband potensial yang telah berhasil dikonversi menjadi

pelanggan broadband sebenarnya dari Perusahaan. Tingkat

penetrasi dihitung dengan membagi jumlah RGU broadband pada

tanggal yang relevan dengan jumlah Home Passed pada tanggal

tersebut.

Dalam dokumen ini, Perusahaan menyajikan RGU broadband

sebagai metrik pelanggan perwakilan karena kepemimpinan

kami di pasar NGBB di Indonesia. Karena tidak semua

pelanggan berlangganan paket broadband yang dibundel,

jumlah RGU broadband lebih rendah dari jumlah pelanggan

Page 24: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 21

yang unik. Tingkat penetrasi broadband dengan demikian

lebih rendah daripada jika Perusahaan menghitung tingkat

ini berdasarkan pelanggan yang unik.

Pemutusan

Tingkat pemutusan mengacu pada ukuran persentase jumlah

pelanggan yang memiliki, secara sukarela atau tidak,

dihentikan layanan yang telah berlangganan selama periode

yang relevan dibagi dengan jumlah awal pelanggan untuk

periode tersebut.

Pada kuartal II 2012, Perusahaan memperkenalkan Paket

Promosi Pilihan. Namun, Perusahaan berhenti menjual Paket

Promosi Pilihan pada akhir 2012 dan bermigrasi sisa Dipilih

pelanggan Paket Promosi ke tingkat yang lebih rendah paket

yang terbungkus Februari 2013 penghentian ini menyebabkan

peningkatan tingkat pemutusan pada tahun 2013.

Pada bulan Juni 2013 Perusahaan mengubah cara di mana

menghitung tingkat pemutusan-nya. Sesuai dengan praktik

industri, jangka waktu yang digunakan Perusahaan untuk

menentukan apakah pelanggan telah hilang dan karena itu

harus dimasukkan dalam perhitungan tingkat pemutusan akan

tergantung pada apakah pemutusan adalah sukarela (misalnya,

pelanggan tidak memperbarui langganan kadaluarsa) atau

sukarela (misalnya, karena pelanggan pindah rumah atau

mengikuti non-pembayaran biaya berlangganan). Sebelum Juni

Page 25: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/12 164137-0001

Tidak untuk diedarkan di atau ke Amerika Serikat

Halaman 22

2013, pelanggan termasuk dalam perhitungan tingkat

pemutusan: (i) di mana pemutusan adalah sukarela, pada

akhir periode itu dua bulan setelah penghentian layanan

yang relevan; dan (ii) di mana pemutusan adalah sukarela,

pada akhir periode yang enam bulan setelah penghentian

layanan yang relevan. Dari Juni 2013 dan seterusnya, jangka

waktu tersebut disingkat menjadi: (i) segera untuk

pemutusan sukarela; dan (ii) tiga bulan untuk pemutusan

sukarela.

RGU untuk 2013 (dimulai dengan hasil operasi di paruh kedua

2013) dan enam bulan pertama 2014 telah disesuaikan untuk

mencerminkan definisi baru pemutusan digunakan oleh

Perusahaan. Perubahan ini mempengaruhi komparabilitas

indikator kinerja utama Perusahaan di tahun 2011 dan 2012

dengan 2013 dan periode berikutnya.

Page 26: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 23

FAKTOR-FAKTOR PENTING YANG MEMPENGARUHI HASIL USAHA

PERUSAHAAN

Jumlah RGU

Hasil Perusahaan operasi sangat tergantung pada

kemampuannya untuk melanjutkan perluasan Jaringan dan

pertumbuhan secara terus menerus dari basis pendapatan.

Karena Perusahaan terus aktif meluncurkan Jaringan yang

dimilikinya, Perusahaan telah meningkatkan jumlah pelanggan

broadband dan TV kabel selama periode kajian. Perusahaan

memantau penambahan bersih broadband dan RGU TV kabel.

Pertumbuhan RGU telah menjadi pendorong utama pertumbuhan

pendapatan selama periode kajian.

Jumlah Home Passed

Untuk meningkatkan jumlah pelanggan, yang pada gilirannya

menimngkatkan pendapatan dan pertumbuhan laba, perusahaan

bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah baru yang menarik

untuk ekspansi Jaringan, mengeksekusi ekspansi secara

efisien dan menyediakan pemasaran yang terfokus untuk

mendorong penetrasi dari layanannya. Dikarenakan Jaringan

Perusahaan telah diperluas, Perusahaan mampu mencapai

peningkatan jumlah pelanggan dalam target inti pasar Rumah

Tangga A dan B. Bersama dengan peluncuran lanjutan dari

Jaringan di Jakarta, Perusahaan memperluas Jaringan dari

Surabaya ke juga mencakup Wilayah Surabaya yang lebih luas

Page 27: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 24

pada tahun 2013 dan memperluas Jaringan ke Bandung

menjelang akhir tahun 2013. Perusahaan mengukur pertumbuhan

yang Jaringan melalui metrik home passed yang memperkirakan

jumlah rumah dan unit hunian lainnya, seperti apartemen,

yang terhubung atau dapat dihubungkan ke Jaringan. Hal ini

memungkinkan Perusahaan untuk memperkirakan pasar yang

dituju dan memusatkan perhatian pada rencana peluncuran dan

upaya pemasaran. Jumlah home passed telah berkembang dari

sekitar 506.000 pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi

sekitar 1,3 juta pada 30 Juni 2014. Perusahaan bertujuan

untuk meningkatkan jumlah home passed menjadi sekitar 1,8

juta pada tahun 2016 dalam daerah cakupan inti yakni

Jabodetabek, Surabaya dan Bandung.

Tingkat penetrasi

Kemampuan Perusahaan untuk menarik pelanggan baru di

wilayah cakupan jaringan mempengaruhi RGU, dan karenanya

mempengaruhi pendapatannya.

Perusahaan menggunakan metrik tingkat penetrasi untuk

mengukur persentase pelanggan berhasil dikonversi dari

total jumlah home passed Jaringan. Manajemen menggunakan

RGU broadband sebagai metrik pelanggan karena kepemimpinan

Perusahaan di pasar NGBB di Indonesia. Sebagai sejumlah

kecil pelanggan tidak berlangganan paket broadband yang

dibundel, jumlah RGU broadband sedikit lebih rendah dari

Page 28: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 25

jumlah pelanggan yang unik. Tingkat penetrasi broadband

dengan demikian lebih rendah dari itu akan membuat

Perusahaan menghitung tingkat ini berdasarkan pelanggan

yang unik. Tingkat penetrasi broadband sedikit menurun dari

29% pada tanggal 31 Desember 2011 hingga 27% pada tanggal

30 Juni 2014 karena tingginya tingkat kenaikan di home

passed selama periode itu. Pesatnya laju peningkatan telah

menghasilkan Jaringan berada di tahap yang relatif awal

dari cakupan. Sekitar 760.000 rumah dari saat ini 1,3 juta

home passed disahkan setelah Juni 2011. Vintages yang

kurang matang dari home passed umumnya memiliki penetrasi

yang lebih rendah dibandingkan dengan vintages yang lebih

matang. Sebagai campuran vintages kurang matang dari home

passed meningkat karena ekspansi jaringan yang cepat,

secara keseluruhan menurunkan tingkat penetrasi Perusahaan.

Perusahaan ini memiliki rekam jejak untuk mencapai ekspansi

yang menguntungkan karena tingkat penetrasi yang tinggi

dalam ekspansi Jaringan baru, yang merupakan hasil dari

kerja sama yang efektif antara tim peluncuran Jaringan dan

tim penjualan dan pemasaran. Perusahaan telah mampu

mencapai peningkatan yang konsisten pada tingkat penetrasi

dalam wilayah ekspansi dan telah mampu menghasilkan arus

kas yang signifikan yang mengarah ke periode pembayaran

kembali yang cepat dan pengembalian tinggi pada modal.

Page 29: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 26

Setelah area dalam jangkauan Perusahaan jatuh tempo

melampaui fase ekspansi awal, Perusahaan menggunakan upaya

pemasaran yang ditargetkan untuk lebih meningkatkan

penetrasi dan meningkatkan pengembalian belanja modal yang

diinvestasikan selama ekspansi jaringan.

Demografi Target

Kondisi demografi yang berlaku di Indonesia, dan khususnya

di daerah di mana Perusahaan saat ini beroperasi, memiliki

dampak pada kemampuan Perusahaan untuk menghasilkan

pendapatan, baik dari segi jumlah RGU dan ARPU. Peningkatan

permintaan untuk layanan broadband dan TV kabel telah

mendukung perluasan jaringan Perusahaan sejak tahun 2011.

Perusahaan menargetkan segmen pendapatan besar dan

tingkatan tinggi yang berkembang pesat dan menengah di

daerah cakupan inti yang saat ini termasuk Jabodetabek,

Surabaya dan Bandung, yang merupakan daerah metropolitan

terbesar dan paling menarik di Indonesia. Inti basis

pelanggan target adalah 4,1 juta Rumah Tangga A cepat

berkembang dan dan Rumah Tangga B dengan pengeluaran

bulanan lebih Rp 2,0 juta di wilayah-wilayah metropolitan

ini. Paket level awal Perusahaan juga menetapkan harga

untuk menarik sejumlah besar Rumah Tangga C1 (dengan

pengeluaran bulanan lebih dari Rp 1,5 juta di wilayah yang

Page 30: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 27

sama, yang mencapai 2,6 juta rumah tangga pada 31 Desember

2013).

Perusahaan ini diharapkan untuk fokus pada daerah cakupan

inti yakni Jabodetabek, Surabaya dan Bandung dalam jangka

menengah. Namun, Perusahaan juga akan terus mengevaluasi

kota-kota baru di Indonesia berdasarkan demografi kota dan

potensi profil pulang keuangan.

Dengan meningkatnya tingkat pendapatan, populasi pelanggan

di wilayah sasaran Perusahaan diperkirakan akan tumbuh

lebih lanjut disaat orang-orang dari segmen berpenghasilan

rendah bertransisi ke dalam kelompok berpenghasilan

menengah dan transisi kelompok berpenghasilan menengah ke

kelompok berpenghasilan tinggi dan permintaan atas

kecepatan yang lebih tinggi dan kualitas layanan broadband

dan TV kabel. Seiring dengan peningkatan disposable income

pelanggan, Perusahaan berkeyakinan bahwa permintaan untuk

produk dan layanan Perusahaan akan meningkat.

Mengelola tingkat pemutusan

Kemampuan Perusahaan untuk berhasil mengelola pemutusan

pelanggan mempengaruhi pendapatan dan profitabilitas.

Pada bulan Juni 2013 Perusahaan mengubah cara di mana

menghitung tingkat pemutusan-nya. Sesuai dengan praktik

industri, jangka waktu yang digunakan Perusahaan untuk

menentukan apakah pelanggan telah hilang dan karenanya

Page 31: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 28

harus dimasukkan dalam perhitungan tingkat pemutusan akan

bergantung pada apakah pemutusan adalah secara sukarela

(misalnya, pelanggan tidak memperbarui langganan yang telah

kadaluarsa) atau tida secara sukarela (misalnya, karena

pelanggan pindah rumah atau setelah tidak dilakukannya

pembayaran biaya berlangganan). Sebelum Juni 2013,

pelanggan termasuk dalam perhitungan tingkat pemutusan: (i)

di mana pemutusan adalah sukarela, pada akhir periode yang

dua bulan setelah penghentian layanan yang relevan; dan

(ii) di mana pemutusan adalah tidak secara sukarela, pada

akhir periode yang enam bulan setelah penghentian layanan

yang relevan. Dari Juni 2013 dan seterusnya, jangka waktu

tersebut disingkat menjadi: (i) segera untuk pemutusan

sukarela; dan (ii) tiga bulan untuk pemutusan tidak secara

sukarela. Tidak ada penyesuaian telah dibuat angka

pemutusan Perusahaan sebelum Juni 2013.

Produk dan penetapan harga

Kemampuan Perusahaan untuk mengeksekusi strategi bundling

layanan broadband dan layanan TV kabel pada harga menarik

langsung mempengaruhi pendapatan dan profitabilitas

Perusahaan. Perusahaan ini menawarkan paket berjenjang

berdasarkan tingkat NGBB bandwidth dan program TV kabel.

Ketika pelanggan berlangganan untuk kedua broadband dan TV

Page 32: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 29

kabel, Perusahaan mengalokasikan pendapatan antara dua lini

produk.

Perusahaan mengalokasikan pendapatan yang dihasilkan dari

paket-paket antara broadband dan TV kabel dengan sekitar

60% akan biaya berlangganan untuk layanan broadband dan

sekitar 40% akan biaya berlangganan untuk TV kabel. Alokasi

ini tidak termasuk dekoder dan kabel modem biaya sewa yang

dikenakan secara terpisah dan dialokasikan untuk pendapatan

masing-masing TV Kabel dan Broadband.

Paket bundel

Untuk menarik permintaan pelanggan dan menyederhanakan

pilihan produk, Perusahaan menawarkan paket paket layanan

broadband dan layanan TV kabel. Sebagian besar pelanggan

berlangganan paket dibundel dengan paket paket yang

mewakili sekitar 89%, 91% dan 92% dari semua pelanggan

(bukan RGU) pada tahun 2012, 2013 dan enam bulan yang

berakhir 30 Juni 2014, masing-masing. Perusahaan percaya

bahwa kemampuannya untuk memberikan paket-paket menarik

dengan memberikan keunggulan kompetitif terhadap pesaing

yang hanya menawarkan layanan internet atau layanan TV

berbayar atau hanya mampu menawarkan pilihan terbatas untuk

paket paket, seperti yang ditunjukkan proporsi yang tinggi

dari pelanggan yang berlangganan paket paket bundle

tersebut.

Page 33: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 30

Ketika bundling TV kabel dengan kecepatan broadband yang

berbeda, Perusahaan telah mampu mempertahankan

profitabilitas pada paketnya. Tergantung pada campuran

saluran pada lapis tertentu, biaya konten terkait dapat

mempengaruhi profitabilitas setiap tier. Tingkatan yang

lebih tinggi termasuk kecepatan broadband yang lebih tinggi

dan lebih banyak saluran, yang menghasilkan biaya broadband

yang lebih tinggi dan biaya lebih banyak konten, namun

menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi.

Penetapan Harga

Strategi harga Perusahaan untuk produk dan layanan secara

langsung mempengaruhi pendapatan dan profitabilitas.

Perusahaan dikemas ulang produknya dengan peningkatan harga

paket yang terbungkus Juli 2013 dan Februari 2014

peningkatan Produk biasanya meningkatkan pendapatan yang

dihasilkan oleh masing-masing broadband dan TV kabel RGU,

namun pertumbuhan pendapatan sebagian diimbangi oleh

peningkatan pemutusan dari pelanggan yang sangat sensitif

terhadap harga atau yang tidak mengadopsi layanan

Perusahaan yang dikemas ulang.

Pada kuartal kedua tahun 2012 Perusahaan memperkenalkan

Paket Promosi Pilihan sebagai biaya broadband rendah dan

paket promosi TV kabel kepada pelanggan terpilih. Paket

Promosi Pilihan menyebabkan peningkatan yang signifikan

Page 34: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 31

dalam jumlah langganan Perusahaan. Namun karena titik harga

awal rendah dibandingkan dengan paket-paket lain

Perusahaan, Paket Promosi Pilihan memiliki dampak negatif

pada ARPU keseluruhan Perusahaan. Perusahaan berhenti

menjual Paket Promosi Pilihan pada akhir 2012 dan

mengalihkan sisa pelanggan Paket Promosi Pilihan pada paket

bundle dengan tingkat yang lebih rendah pada bulan Februari

2013. Penghentian ini dikombinasikan dengan peningkatan

produk umum yang meningkatkan harga pada awal 2013

menyebabkan peningkatan tingkat pemutusan.

ARPU

Hasil Perusahaan operasi dipengaruhi oleh kemampuan

Perusahaan untuk meningkatkan ARPU. Sebagai bagian dari

strategi Perusahaan untuk menawarkan layanan broadband

premium dan TV kabel di pasar Indonesia di mana

Perusahaanberoperasi, Perusahaan berupaya untuk

memaksimalkan pendapatan yang dihasilkan oleh setiap

pelanggan dengan upselling dan cross-selling.

Perusahaan mampu mengenakan biaya yang lebih untuk paket

dengan tingkat yang lebih tinggi dari kecepatan broadband

yang positif dampak ARPU. Perusahaan fokus pada upaya

pemasarannya untuk menggerakan pelanggan dari paket tingkat

lebih rendah menjadi paket tingkat yang lebih tinggi untuk

meningkatkan pendapatan dan profitabilitas dan upaya

Page 35: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 32

upselling yang umum, baik melalui layanan nilai tambah atau

lebih konten. Pada tanggal 30 Juni 2014, 81,4% dari

pelanggan Perusahaan berlangganan paket tingkat yang lebih

rendah dibandingkan dengan 86,6% pada tanggal 31 Desember

2013 127290, 133710 dan 69435 transaksi upselling terjadi

di mana pelanggan Perusahaan upgrade ke paket tingkat yang

lebih tinggi atau dibeli nilai tambah tambah produk pada

tahun 2012 dan 2013 dan enam bulan yang berakhir 30 Juni

2014, masing-masing. Strategi pemasaran Perusahaan juga

berfokus pada penjualan layanan nilai tambah lainnya,

seperti TV mana saja, video-on-demand, add-on paket konten

TV dan upgrade set-top boxes baru. Penjualan ini

memungkinkan Perusahaan untuk menghasilkan pendapatan

tambahan dan keuntungan.

Manajemen mengukur kinerja operasi Perusahaan menggunakan

ARPU dari layanan yang disediakan. ARPU menyediakan

manajemen dengan indikator untuk mengukur apakah setiap

pelanggan berlangganan untuk layanan yang menghasilkan

peningkatan pendapatan. Perusahaan ini kemudian dapat

memodifikasi campuran produk dan strategi harga untuk

mendorong peningkatan ARPU dan pendapatan keseluruhan.

Komposisi biaya

Biaya paling signifikan Perusahaan meliputi biaya

broadband, biaya konten, biaya staf, listrik, biaya sewa,

Page 36: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 33

biaya untuk hak jalan dan lisensi biaya. Beberapa biaya

Perusahaan, seperti sebagian dari operasi jaringan, layanan

pelanggan, penagihan dan administrasi biaya yang relatif

tetap, sementara sebagian biaya pemasaran dan isinya adalah

variabel. Perusahaan secara berkala mengkaji peluang untuk

mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan secara

keseluruhan.

Biaya broadband

Perusahaan memerlukan biaya yang signifikan untuk

menyediakan pelanggan broadband bandwidth melalui jaringan

serta pemasok bandwidth yang lain. Perusahaan memantau

kecepatan broadband yang ditawarkan kepada pelanggan untuk

menyelaraskan biaya broadband dengan permintaan untuk

kecepatan broadband yang lebih tinggi yang menghasilkan

pendapatan yang lebih tinggi bagi Perusahaan.

Biaya broadband Perusahaan terdiri biaya sehubungan dengan

pembelian bandwidth tambahan. Biaya tersebut berkorelasi

dengan: (i) pertumbuhan RGU broadband Perusahaan; (ii)

kecenderungan pelanggan untuk secara bertahap upgrade ke

kecepatan broadband yang lebih tinggi; dan (iii) penciptaan

konektivitas antarkota sebagai Perusahaan berekspansi ke

daerah-daerah baru. Pembayaran untuk bandwidth tambahan

dibuat untuk kedua penyedia bandwidth internasional dan

lokal, tergantung pada jenis bandwidth yang dibeli.

Page 37: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 34

Perusahaan berharap bahwa layanan broadband akan terus

meningkat sebagai basis pelanggan Perusahaan tumbuh dan

menuntut tingkat yang lebih tinggi dari kecepatan

broadband. Selain itu, biaya Broadband juga terdiri biaya

sehubungan dengan pembelian kabel bawah laut tambahan.

Perusahaan terutama menimbulkan biaya-biaya broadband dalam

dolar AS. Biaya ini meningkatkan eksposur Perusahaan

terhadap fluktuasi antara dolar AS dan Rupiah, mata uang

fungsional.

Biaya Broadband mempengaruhi profitabilitas paket-paket

yang ditawarkan Perusahaan. Perusahaan bertujuan untuk

memaksimalkan keuntungan dengan menawarkan set berbeda

pelayanan pada titik harga yang sesuai dengan biaya

broadband dengan pendapatan yang dihasilkan.

Biaya konten

Perusahaan memerlukan biaya yang signifikan terkait untuk

menyediakan konten TV kabel. Kemampuan Perusahaan untuk

terus memperoleh pelanggan baru dan Upsell paket harga yang

lebih tinggi yang meningkatkan pendapatan dan

profitabilitas kepada pelanggan yang ada tergantung pada

produk dan layanan yang ditawarkan kepada pelanggan.

Perusahaan secara aktif mempertimbangkan biaya memperoleh

pemrograman tambahan pendapatan yang berasal dari pelanggan

baru dan paket tingkat yang lebih tinggi.

Page 38: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 35

Perusahaan mendapatkan sumber konten TV kabel terutama dari

penyedia konten internasional dan dengan demikian,

menimbulkan sebagian besar dari biaya konten dalam dolar

AS. Biaya ini meningkatkan eksposur Perusahaan terhadap

fluktuasi antara dolar AS dan Rupiah, mata uang fungsional.

Kontrak ditandatangani untuk mendapatkan konten biasanya

berkisar dari satu sampai tiga tahun dengan mayoritas

kontrak berjalan selama dua tahun dengan batas eskalasi

yang telah ditentukan. Biaya konten Perusahaan sebagian

besar berkorelasi dengan pertumbuhan jumlah TV kabel RGUs.

Perusahaan mengharapkan bahwa biaya isinya akan terus

meningkat seiring dengan Jaringan mengembang dan basis

pelanggan Perusahaan tumbuh.

Biaya isi yang berhubungan dengan layanan TV Perusahaan

Kabel mempengaruhi profitabilitas paket yang menawarkan.

Perusahaan ini bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan

dengan menawarkan set berbeda pelayanan pada titik harga

yang sesuai biaya puas dengan pendapatan yang dihasilkan.

Perusahaan juga berbagi kegiatan pembelian konten dengan

perusahaan asosiasi, IMTV.

Program belanja modal

Kegiatan operasi Perusahaan yang padat modal karena

strategi untuk memperluas dan kebutuhan untuk

mempertahankan Jaringan-nya, dan kemampuannya untuk

Page 39: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 36

berhasil melaksanakan rencana belanja modal memiliki dampak

langsung pada pendapatan dan profitabilitas.

Perusahaan telah membangun jaringan yang luas di

Jabodetabek. Perusahaan memperluas jaringan ke Surabaya dan

pada tahun 2013 dan memperluas jaringan ke Bandung

menjelang akhir tahun 2013 Perusahaan bermaksud untuk

melanjutkan perluasan dan cakupan yang Jaringan di kota-

kota Indonesia.

Perusahaan sedang dalam proses program perluasan jaringan

yang signifikan, dengan tujuan mencapai sekitar 1,8 juta

Home Passed 2016 Wilayah sasaran baru umumnya berdekatan

dengan daerah layanan inti yang ada di Jabodetabek,

Surabaya dan Bandung, yang memiliki terbukti menerima

produk dan layanan premium Perusahaan yang diukur dengan

tingkat penetrasi dan ARPU.

Perusahaan ini diharapkan untuk fokus pada daerah cakupan

inti saat Jabodetabek, Surabaya dan Bandung dalam jangka

menengah. Namun, Perusahaan juga akan terus mengevaluasi

kota-kota baru di Indonesia berdasarkan demografi kota dan

potensi keuangan pengembalian profil .

Perusahaan mengharapkan untuk berinvestasi sekitar Rp 1

triliun belanja modal pada 2014 saja, dengan belanja modal

pemeliharaan yang tersisa di tingkat yang sama dengan tahun

2013 historis, kebutuhan modal Perusahaan telah didanai

melalui kas yang dihasilkan dari operasi dan pendanaan

Page 40: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 37

pemegang saham awal oleh ALD pada Juni 2011 untuk

memperoleh Jaringan dan mendanai ekspansi awal. Ke depan,

Perusahaan mengharapkan untuk mendanai belanja modal untuk

ekspansi organik perusahaan Jaringan melalui kas yang

dihasilkan dari operasi. Perusahaan secara aktif memonitor

kebutuhan dana untuk mengoptimalkan struktur modal dan

memastikan bahwa ia memiliki dana yang cukup dari sumber

internal dan fasilitas pinjaman yang tersedia. Berdasarkan

ARPU sejarah baru-baru ini Perusahaan dan perbaikan yang

diharapkan dalam tingkat penetrasi karena upaya pemasaran,

Perusahaan berharap dapat mencapai hasil yang kuat pada

belanja modal pertumbuhan dengan periode pengembalian

relatif pendek pada setiap pelanggan.

Kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi ekonomi dunia

Perusahaan mengoperasikan bisnis TV NGBB dan kabel yang

sangat tergantung pada keadaan perekonomian Indonesia.

Permintaan untuk layanan broadband dan TV kabel tergantung

pada tingkat ukuran dan disposable income dari segmen

pendapatan menengah ke atas di Indonesia, yang pada

gilirannya tergantung terutama pada keadaan ekonomi

Indonesia. Sebagai ekonomi tumbuh, lebih banyak konsumen

memiliki disposable income yang cukup untuk mampu membayar

layanan broadband premium dan pelanggan yang sudah ada

permintaan membaik dan diversifikasi Kabel TV konten, yang

Page 41: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 38

keduanya berpotensi meningkatkan ukuran target pasar

konsumen Perusahaan dan permintaan untuk layanan

Perusahaan. Berdasarkan MPA, pertumbuhan PDB riil Indonesia

adalah 6,5%, 6,3% dan 5,8% pada tahun 2011, 2012 dan 2013,

masing-masing, dan diperkirakan akan tumbuh pada tingkat

pertumbuhan tahunan rata-rata 5,8% antara tahun 2013 dan

2018.

Perubahan peraturan dan teknologi

Hasil operasional Perusahaan telah dipengaruhi oleh

perubahan peraturan seperti kenaikan upah minimum

diamanatkan di Indonesia. Peningkatan upah minimum pada

tahun 2012, 2013 dan 2014 meningkat secara signifikan beban

usaha Perusahaan. Misalnya, pada 2013, kenaikan tingkat

upah minimum di Jakarta adalah sekitar 40%, dan pada tahun

2014, kenaikan itu sekitar 20%. Kenaikan lebih lanjut dalam

upah minimum material dapat mempengaruhi profitabilitas

Perusahaan jika tidak mampu menyampaikan biaya ini dalam

bentuk harga yang lebih tinggi untuk layanan. Hasil

Perusahaan operasi juga dapat dipengaruhi oleh perubahan

lain dalam lingkungan peraturan di Indonesia. Misalnya,

pemerintah bisa memerlukan lisensi tambahan atau bisa

memerlukan kabel jaringan di Jakarta atau kota-kota lain di

mana perusahaan beroperasi untuk dimakamkan bawah tanah.

Perubahan peraturan ini bisa mengakibatkan peningkatan

Page 42: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 39

biaya kepatuhan bagi Perusahaan atau penundaan yang

signifikan dalam rencana ekspansi Perusahaan.

Penyediaan layanan broadband dan TV di Indonesia telah

menjadi semakin beragam. Perusahaan saat ini menggunakan

teknologi HFC, yang merupakan teknologi yang menggunakan

serat optik dan kabel koaksial. Perusahaan bersaing dengan

perusahaan lain berdasarkan berbagai teknologi, termasuk

serat, nirkabel dan DTH. Perusahaan terus-menerus

memperbarui sistem, yang menghasilkan belanja modal

tambahan. Sementara Perusahaan tetap terbuka untuk

mengadopsi teknologi baru, Perusahaan berkeyakinan bahwa

penggunaan teknologi HFC menyediakan itu dengan keunggulan

kompetitif di pasar Indonesia, khususnya terhadap pesaing

hanya menggunakan kabel tembaga.

Inflasi

Pendapatan Perusahaan dipengaruhi oleh inflasi, terutama

melalui peningkatan biaya karyawan dan biaya lainnya.

Inflasi yang signifikan dapat menurunkan permintaan

keseluruhan untuk produk dan layanan Perusahaan sebagai

pelanggan memiliki lebih sedikit pendapatan tambahan untuk

dibelanjakan. Namun, inflasi pada tingkat yang terkendali,

sambil meningkatkan biaya, cenderung untuk benar-benar

menguntungkan bisnis, seperti kenaikan harga inflasi yang

dipimpin memiliki dampak positif pada margin-nya. Pelanggan

Page 43: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 40

sasaran Perusahaan umumnya memiliki lebih banyak pendapatan

yang biasanya memungkinkan mereka untuk menyerap sebagian

dari kenaikan harga konsumen. Berdasarkan MPA, tingkat

inflasi tahunan Indonesia, yang diukur dengan perubahan

indeks harga konsumen di Indonesia, adalah 5,4% pada tahun

2011, 4,4% pada 2012 dan 7,0% pada tahun 2013.

Dampak fluktuasi nilai tukar

Mata uang fungsional dan pelaporan Perusahaan adalah

Rupiah. Pada tanggal 30 Juni 2014, Perusahaan memiliki

hampir tidak ada pendapatan yang dihasilkan dalam mata uang

selain Rupiah, dan menjadikan biaya tertentu yang

dinyatakan dalam mata uang dolar Amerika Serikat, termasuk

pembelian bandwidth broadband dan biaya konten. Perusahaan

juga memiliki utang dalam mata uang dolar. Ini subyek

Perusahaan terhadap risiko nilai tukar. Pada 2013, hasil

usaha Perusahaan terkena dampak signifikan melemahnya nilai

tukar mata uang Rupiah terhadap dolar AS. Hal ini

mengakibatkan peningkatan biaya biaya pendapatan dan

keuangan pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan periode-

periode sebelumnya.

Aktiva dan kewajiban moneter yang menimbulkan risiko valuta

asing adalah kas dan setara kas, piutang usaha, hutang

usaha dan utang jangka panjang dalam mata uang dolar AS.

Manajemen telah menyiapkan kebijakan yang mengharuskan

Page 44: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 41

Perusahaan untuk mengelola risiko nilai tukar mata uang

asing terhadap Rupiah yang timbul dari transaksi komersial

di masa depan dan aset diakui dan kewajiban. Perusahaan

mengelola risiko mata uang asing dengan terus memantau

fluktuasi nilai tukar mata uang sehingga dapat menyesuaikan

tingkat pembelian dalam dolar AS dan campuran dolar AS

utang dalam mata uang.

Secara historis, Perusahaan belum melakukan lindung nilai

eksposur nilai tukar asing karena belum layak secara

komersial untuk melakukannya. Namun, mungkin masuk ke dalam

susunan lindung nilai di masa depan. Perusahaan juga dapat

dikenakan tambahan utang dalam mata uang selain Rupiah,

yang akan meningkatkan eksposur terhadap fluktuasi nilai

tukar.

Hutang dan tingkat bunga

Peningkatan utang dan fluktuasi suku bunga berdampak pada

beban keuangan Perusahaan. Perusahaan secara historis

didanai sebagian besar biaya operasional dan belanja modal

melalui kas yang dihasilkan dari operasi.

Untuk tahun 2011, 2012, 2013 dan enam bulan yang berakhir

30 Juni 2013 dan 2014, beban keuangan Perusahaan adalah Rp

33,3 milyar, Rp 72,1 milyar, Rp 120,8 milyar, Rp 41,4

milyar dan Rp 20,2 milyar, mencerminkan peningkatan utang

Perusahaan pada tahun 2012 dan fluktuasi nilai tukar pada

Page 45: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 42

tahun 2013 dibahas di atas. Pada 2013, Perusahaan

menggunakan sebagian dari kas di tangan, serta hasil dari

fasilitas kredit revolving baru, untuk melunasi utang pihak

terkait dan untuk melunasi sebagian jumlah yang terhutang

di bawah tertentu dari Pinjaman Penyedia.

Pinjaman bank Perusahaan dan Penyedia Pinjaman dikenakan

bunga. Hasil Perusahaan operasi dipengaruhi oleh beban

bunga yang timbul sehubungan dengan utang.

Perusahaan akan terus memantau kondisi pasar dan kinerja

Perusahaan dalam upaya untuk mengoptimalkan struktur

permodalan Perusahaan.

Perpajakan

Profitabilitas Perusahaan dipengaruhi oleh beban pajaknya.

Tarif pajak yang berlaku di Perusahaan adalah 26,0%, 26,2%,

25,7% dan 25,5% untuk tahun 2011, 2012, 2013 dan enam bulan

yang berakhir 30 Juni 2014, masing-masing.

Berdasarkan peraturan perpajakan Indonesia, perusahaan

berhak atas tarif pajak penghasilan badan yang lebih rendah

dari 20% dengan ketentuan: (i) setidaknya 40% atau lebih

dari total perusahaan modal disetor saham dimiliki oleh

publik; (ii) perusahaan memiliki setidaknya 300 pemegang

saham yang masing-masing memiliki kurang dari 5% dari total

modal disetor saham perusahaan; dan (iii) kriteria (i) dan

(ii) di atas terpenuhi untuk jangka waktu lebih dari enam

Page 46: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 43

bulan (183 hari kalender) selama tahun buku yang

bersangkutan.

Penurunan tarif pajak ini diharapkan berlaku efektif mulai

1 Januari 2015 dan dampak profitabilitas Perusahaan dari

waktu itu.

Posisi hutang

Pinjaman Vendor Baru

Pada bulan Juli 2014, Perusahaan mengadakan perjanjian

pinjaman penjual dengan jumlah pokok sebesar US$ 1,4 juta

dan US$ 5.500.000 dengan Cisco dalam setiap kasus yang akan

dilunasi selama periode 36-bulan di 12 kali cicilan

triwulanan sejak tanggal penarikan di bawah perjanjian yang

relevan . Hasil ini Pinjaman Penyedia baru akan digunakan

untuk membeli peralatan elektronik dari Cisco. Maskapai

Pinjaman Penyedia baru tingkat bunga tetap sebesar 2,35%

per tahun.

Acara default di bawah Pinjaman Penyedia baru termasuk

peristiwa adat default. Selain itu, event of default akan

dipicu bawah Pinjaman Penyedia baru jika Perusahaan

mengalami perubahan pengendalian mayoritas sahamnya dan

gagal untuk memberitahu Cisco atau jika Perusahaan

memberitahukan Cisco dalam keadaan di mana perubahan

tersebut kontrol akan merugikan kemampuan Perusahaan untuk

memenuhi kewajiban pembayaran kepada Cisco.

Page 47: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 44

Perusahaan belum menggunakan fasilitas ini.

Garansi Pinjaman IMTV

Pada bulan Juli 2014, asosiasi Perusahaan, IMTV

menandatangani US$ 15 juta fasilitas jangka dijamin senior

BNP Paribas (Cabang Singapura) untuk keperluan modal kerja.

Fasilitas IMTV dijamin dengan tuduhan atas aset IMTV ini,

pengalihan pinjaman antar subordinasi pinjaman pemegang

saham dibuat untuk IMTV dan jaminan dari pemegang saham

tertentu IMTV. Perusahaan menjadi penjamin parsial

fasilitas sehubungan dengan 15% dari jumlah fasilitas

(sesuai dengan yang 15% kepemilikan saham).

KETERANGAN AKUN PILIHAN DALAM LAPORAN PENDAPATAN

KOMPREHENSIF

Pembahasan berikut memberikan gambaran tentang komposisi

item baris tertentu dalam laporan Perusahaan rugi

komprehensif untuk periode yang disebutkan.

Pendapatan

Pendapatan Perusahaan terdiri dari nilai wajar imbalan yang

diterima atau piutang untuk layanan yang disediakan dalam

kegiatan kegiatan Perusahaan. Pendapatan ditampilkan

setelah dikurangi pajak pertambahan nilai. Perusahaan ini

menghasilkan sebagian besar pendapatan dalam mata uang

Rupiah.

Page 48: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 45

Pendapatan dari biaya berlangganan bulanan dan iklan diakui

pada saat penyerahan layanan tersebut. Biaya ditagih di

muka ditangguhkan dan diakui sebagai biaya berlangganan

ditangguhkan dalam laporan posisi keuangan sampai layanan

diberikan.

Pendapatan dari sewa jaringan diakui secara garis lurus

selama masa sewa.

Perusahaan mengalokasikan pendapatan yang dihasilkan dari

paket paket antara broadband dan TV kabel dengan sekitar

60% akan biaya berlangganan untuk layanan broadband, yang

disebut sebagai pendapatan broadband, dan sekitar 40% akan

biaya berlangganan untuk kabel TV, yang disebut sebagai

pendapatan TV kabel. Alokasi ini tidak termasuk dekoder dan

kabel modem biaya sewa yang dikenakan secara terpisah dan

dialokasikan untuk pendapatan TV Kabel dan Broadband,

masing-masing. Mengingat tingginya persentase pelanggan

berlangganan paket dibundel, alokasi ini memiliki dampak

material terhadap pendapatan broadband dan pendapatan TV

kabel. Alokasi ini dan tingginya persentase paket paket

mengakibatkan layanan broadband Perusahaan biasanya

menghasilkan ARPU lebih tinggi dari layanan TV kabel-nya.

Usaha Perusahaan terdiri dari satu segmen dalam hal

akuntansi - monetisasi Jaringan nya. Tabel berikut ini

memuat rincian pendapatan berdasarkan kategori:

Page 49: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 46

Pendapatan

Untuk tahun yang berakhir per 31 Desember

Untuk semester yang berakhir per

30 Juni

2011(1)

2012 2013 2013 2014

(dalam milyar Rp,kecuali prosentasi)

(tak

teraudit) Biaya langganan internet broadband dan layanan jaringan (“Pendapatan Broadband”) (2) (3)

............................................................................. 353,8 748,6 953,1 451,5 564,7 Prosentase pendapatan total ................................ 60,7% 57,6% 57,3% 57,4% 55,6% - Pendapatan Broadband – rumah tangga .............. 262,2 601,6 762,6 364,5 455,0 - Prosentase pendapatan total ................................ 45,0% 46,3% 45,8% 46,3% 44,8% - Pendapatan Broadband – badan usaha ............... 91,6 147,0 190,5 87,0 109,7 - Prosentase pendapatan total ................................ 15,7% 11,3% 11,4% 11,1% 10,8% Biaya langganan televisi berlangganan (“Pendapatan TV berlangganan”)(3) (4)

...................... 173,1 409,8 552,5 251,1 373,8 Prosentase pendapatan total ................................ 29,7% 31,5% 33,2% 31,9% 36,8% Pendapatan Media (“Penjualan Iklan”) ...................... 29,8 73,5 94,3 49,8 47,8 Prosentase pendapatan total ................................ 5,1% 5,6% 5,7% 6,3% 4,7% Lain-lain

(5) ................................................................ 25,9 68,7 64,7 34,8 29,7

Prosentase pendapatan total ................................ 4,4% 5,3% 3,9% 4,4% 2,9%

PENDAPATAN TOTAL .............................................. 582,6 1.300,6 1.664,6 787,2 1.016,0

Catatan:

(1) Perusahaan mengakuisisi aset tertentu, kewajiban dan hak

penggunaan yang berkaitan dengan Jaringan Bisnis, Bisnis

Broadband dan TV kabel bisnis pada Juni 2011 dari First

Media dan memulai bisnis saat ini pada tahun 2011 Saham

Berlangganan oleh ALD selesai pada Juni 2011 dan

informasi keuangan Perusahaan untuk tahun yang berakhir

31 Desember 2011 mencakup hasil pasca-akuisisi yang

dihasilkan dari aset tertentu, kewajiban dan hak yang

digunakan dalam kaitannya dengan Jaringan Bisnis, Bisnis

Broadband dan TV Kabel Bisnis. Hasil bisnis yang

diakuisisi sepenuhnya tercermin dari tanggal Penyertaan

Page 50: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 47

Saham selesai. Akibatnya, informasi keuangan Perusahaan

untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011 adalah tidak

secara langsung sebanding dengan hasil tahun penuh

Perusahaan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012.

(2) Merupakan biaya berlangganan untuk layanan broadband dan

jaringan dan termasuk pendapatan perumahan dan

perusahaan.

(3) Sekitar 60% dari pendapatan dari paket Combo disebabkan

pendapatan broadband dan sisanya sebesar 40% adalah

disebabkan pendapatan TV kabel. Alokasi ini tidak

termasuk biaya sewa untuk kotak set-top dan modem kabel.

(4) Merupakan biaya berlangganan untuk TV kabel, termasuk

setiap biaya sewa dari set-top box. Selain biaya

tersebut dari perumahan unit tunggal yang tinggal, biaya

berlangganan untuk TV kabel juga termasuk biaya dari

unit multi tinggal dan klien perusahaan lain seperti

hotel.

(5) “Lain-lain” terutama meliputi pendapatan dari biaya

instalasi, penjualan modem kabel dan barang-barang

promosi.

Beban Pokok Pendapatan

Beban pokok pendapatan (tidak termasuk penyusutan aset

tetap dan amortisasi biaya aktiva tidak berwujud) (“beban

pokok pendapatan”) merupakan terutama biaya distribusi

Page 51: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 48

program televisi kabel dan layanan teknis dan layanan

internet broadband tersedia. Beban tersebut diakui pada

saat terjadinya berdasarkan metode akrual. Biaya Broadband

terutama terdiri dari biaya bandwidth dan biaya terkait

bandwidth. Perusahaan menimbulkan sebagian besar biaya

pendapatan - terutama biaya konten dan biaya broadband -

dalam dolar AS.

Tabel di bawah ini menetapkan komponen biaya pendapatan

untuk periode yang disebutkan.

Untuk tahun yang berakhir per 31 Desember

Untuk semester yang berakhir per 30

Juni

2011 2012 2013 2013 2014

(milyar Rp)

(tak

teraudit) Layanan distribusi pemrograman

televise berlangganan dan layanan teknis (“Biaya konten TV berlangganan”) .........................................................57,5 136,8 188,1 84,3 121,1

Internet Broadband (“Biaya Broadband”) ..............................................................44,5 85,9 116,1 45,5 60,4

Lain-lain(1)

................................................................ 12,7 38,1 49,1 29,2 39,7

TOTAL ................................................................ 114,7 260,8 353,3 159,0 221,2

Catatan:

(1) Lain-lain terutama merupakan tiang sewa dan lisensi

biaya.

Beban Penjualan

Beban penjualan terutama terdiri dari biaya karyawan untuk

staf penjualan, promosi, komisi dan lain-lain. Komisi

Page 52: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 49

mencakup jumlah yang dibayarkan kepada karyawan dan pihak

ketiga.

Tabel di bawah ini menggambarkan komponen beban penjualan

untuk periode yang disebutkan.

Untuk tahun yang berakhir per 31 Desember

Untuk semester yang berakhir per 30

Juni

2011 2012 2013 2013 2014

(milyar Rp)

(tak

teraudit) Biaya pegawai...............................................................19,0 45,6 67,7 31,9 40,6 Promosi ................................................................ 8,3 23,2 30,3 9,9 12,1 Komisi ................................................................ 9,1 23,3 26,7 13,5 12,5 Lain-lain

(1) ................................................................ 2,9 10,6 17,6 9,4 6,5

TOTAL ................................................................ 39,3 102,7 142,3 64,7 71,7

Catatan:

(1) Lainnya terutama merupakan biaya perjalanan,

pencetakan faktur dan biaya kurir, biaya lain-lain dan

sewa.

Beban umum dan administrasi

Beban umum dan administrasi terutama terdiri dari biaya

karyawan untuk staf non-penjualan, biaya penyisihan piutang

usaha, biaya kerusakan peralatan untuk instalasi, sewa,

listrik, air dan telepon dan lain-lain.

Tabel di bawah ini menggambarkan komponen beban umum dan

administrasi untuk periode yang disebutkan.

Untuk tahun yang berakhir per 31 Desember

Untuk semester yang berakhir per 30 Juni

2011 2012 2013 2013 2014

(milyar Rp) (tak teraudit) Biaya pegawai ..............................................................57,9 126,8 160,7 72,7 81,2 Kerugian piutang usaha ................................ 4,1 34,5 40,2 14,0 19,3 Kerugian instalasi peralatan ................................ - - 2,4 - - Sewa................................................................ 9,2 23,0 21,3 10,4 10,8

Page 53: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 50

Untuk tahun yang berakhir per 31 Desember

Untuk semester yang berakhir per 30 Juni

2011 2012 2013 2013 2014

Listrik, air dan telepon................................ 8,3 20,8 27,4 12,0 15,7 Lain-lain

(1) ................................................................ 14,9 29,8 42,2 21,6 15,5

TOTAL ................................................................ 94,4 234,9 294,2 130,7 142,5

Catatan:

(1) Lain-lain terutama terdiri dari biaya perjalanan,

biaya profesional dan, pada tahun 2013, biaya-biaya lain

yang terkait dengan aksi korporasi.

Beban Penyusutan

Beban penyusutan terdiri penyusutan properti, pembangkit

dan peralatan.

Beban Amortisasi

Beban amortisasi terdiri amortisasi aset tidak berwujud

terutama merupakan perangkat lunak komputer.

Page 54: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 51

Beban/pendapatan lain-lain

Beban lain-lain terutama mencakup biaya non-operasional

lainnya, seperti kerugian atas penjualan aset tetap dan

pajak pembelian tanah. Pendapatan lainnya termasuk

pendapatan non-operasional lainnya, seperti pendapatan dari

penjualan scrap dan/atau aset tetap dan penggantian biaya

konsultasi atau properti.

Laba operasional

Laba operasional terdiri dari biaya pendapatan dikurangi

dengan pendapatan, biaya-biaya penjualan, biaya-biaya umum

dan administrasi, biaya-biaya penyusutan, amortisasi dan

biaya-biaya lainnya.

Biaya keuangan

Biaya keuangan terutama terdiri dari bunga atas pinjaman.

Penyedia Kredit Perusahaan sebagian besar dalam mata uang

dolar AS. Pinjaman Perusahaan berdasarkan fasilitas kredit

bergulir sebagian besar dalam mata uang Rupiah.

Pendapatan keuangan

Pendapatan keuangan terutama terdiri dari bunga deposito

bank dan pendapatan bunga. Pendapatan bunga diperhitungkan

Page 55: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 52

atas dasar proporsi waktu dengan menggunakan metode bunga

efektif.

Bagian kerugian pada mitra

Bagian rugi perusahaan asosiasi terutama merupakan kerugian

bersama dari IMTV, perusahaan yang 15% sahamnya dimiliki

oleh Perusahaan. Investasi ini dicatat dengan menggunakan

metode ekuitas. Pada Januari 2013, Perusahaan menjual 5%

dari kepemilikannya di IMTV, mengurangi kepemilikannya dari

20% menjadi 15%.

HASIL OPERASIONAL

Perbandingan hasil usaha untuk enam bulan yang berakhir

pada tanggal 30 Juni 2013 (tidak diaudit) dan enam bulan

yang berakhir 30 Juni 2014

Pendapatan

Pendapatan Perusahaan meningkat sebesar Rp 228,8 milyar,

atau 29,1%, dari Rp 787,2 milyar pada enam bulan yang

berakhir 30 Juni 2013 hingga Rp 1.016,0 milyar pada enam

bulan yang berakhir 30 Juni 2014. Kenaikan ini terutama

disebabkan oleh kenaikan bersih RGU dari broadband dan TV

kabel dari 63.158 dan 64.257, masing-masing, dalam enam

bulan yang berakhir 30 Juni 2014 jika dibandingkan dengan

periode yang sama pada 2013 jumlah pelanggan broadband dan

pelanggan TV kabel tumbuh sejalan dengan satu sama lain

Page 56: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 53

karena mayoritas besar pelanggan perusahaan berlangganan

paket paket. Perusahaan juga mengemas ulang penawaran

produk di Februari 2014 yang mengakibatkan peningkatan ARPU

yang, oleh karenanya, berdampak positif pada pendapatan.

Mayoritas pendapatan Perusahaan dihasilkan di Jakarta dalam

enam bulan pertama 2014, meskipun peningkatan dihasilkan di

Surabaya dan Bandung setelah terjadinya ekspansi lanjutan

dan peluncuran Jaringan di masing-masing kota tersebut.

Pendapatan broadband Perusahaan dari pelanggan perumahan

meningkat sebesar Rp 90,5 milyar, atau 24,8%, dari Rp 364,5

milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 hingga Rp

455,0 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014

terutama disebabkan oleh pertumbuhan pelanggan. Pendapatan

broadband tumbuh sejalan dengan Perusahaan memperdalam

penetrasi di Jakarta dan Surabaya pada tahun 2014 sementara

memperluas nya Jaringan ke Bandung. Perusahaan berhenti

menjual Paket Promosi yang Dipilih pada akhir 2012 dan

Promosi Paket pelanggan Yang Dipilih dimigrasikan untuk

paket bundle dengan tingkat yang lebih rendah pada Februari

2013, yang secara positif berdampak pada awal ARPU di paruh

kedua 2013. Broadband ARPU Perusahaan adalah Rp 206,471 per

bulan dalam enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2013 dan

Rp 219,944 per bulan dalam enam bulan yang berakhir pada 30

Juni 2014.

Page 57: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 54

Pendapatan broadband Perusahaan dari klien perusahaan

meningkat sebesar Rp 22,7 milyar, atau 26,1%, dari Rp 87,0

milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 hingga Rp

109,7 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014,

terutama disebabkan oleh pertumbuhan dari jumlah klien

perusahaan sejalan dengan perluasan Jaringan Perusahaan.

Pendapatan TV kabel Perusahaan meningkat sebesar Rp 122,7

milyar, atau 48,8%, dari Rp 251,1 milyar pada enam bulan

yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 373,8 milyar pada enam

bulan yang berakhir 30 Juni 2014 terutama disebabkan oleh

kenaikan bersih jumlah pelanggan. Perusahaan TV kabel ARPU

adalah Rp 150.896 per bulan dalam enam bulan yang berakhir

30 Juni 2013 dan Rp 183.049 per bulan dalam enam bulan yang

berakhir 30 Juni 2014 Kabel TV ARPU meningkat pada tingkat

yang lebih cepat dari ARPU broadband, terutama disebabkan

oleh peningkatan pendapatan dari set-top box. Kabel TV ARPU

dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 juga

dipengaruhi oleh Paket Promosi yang Dipilih.

Pendapatan Perusahaan dari Penjualan Iklan menurun Rp 2,0

milyar, atau 4,1%, dari Rp 49,8 milyar dalam enam bulan

yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 47,8 milyar pada enam

bulan yang berakhir 30 Juni 2014. Penurunan ini dikarenakan

fluktuasi permintaan dan tingkat harga relatif karena

Perusahaan melakukan penyesuaian terhadap sebagian tarif

iklannya di tahun 2014.

Page 58: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 55

Biaya Pokok Pendapatan

Biaya Perusahaan pendapatan meningkat sebesar Rp 62,2

milyar, atau 39,2%, dari Rp 159,0 milyar pada enam bulan

yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 221,2 milyar dalam enam

bulan yang berakhir 30 Juni 2014 Biaya pendapatan tumbuh

lebih cepat daripada pendapatan karena meningkatnya biaya

broadband dan biaya konten sejalan dengan ekspansi usaha

Perusahaan. Biaya pendapatan juga tumbuh lebih cepat

daripada pendapatan karena efek valuta asing karena biaya

Perusahaan pendapatan terutama berada dalam mata uang dolar

AS dan Rupiah melemah secara signifikan terhadap dolar AS

dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 dibandingkan

dengan enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013.

Biaya pendapatan tumbuh lebih cepat daripada pendapatan,

terutama disebabkan oleh pertumbuhan yang lebih cepat dalam

bisnis TV kabel, yang meningkatkan biaya konten. Biaya

pendapatan sebagai persentase dari pendapatan pada enam

bulan yang berakhir 30 Juni 2014 adalah 21,8% yang

merupakan peningkatan dari 20,2% dalam enam bulan yang

berakhir 30 Juni 2013.

Page 59: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 56

Biaya penjualan

Beban penjualan Perusahaan meningkat sebesar Rp 7,0 milyar,

atau 10,8%, dari Rp 64,7 milyar pada enam bulan yang

berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 71,7 milyar pada enam bulan

yang berakhir 30 Juni 2014 Peningkatan ini terutama

disebabkan oleh kenaikan biaya karyawan dan biaya promosi.

Biaya penjualan sebagai persentase dari pendapatan pada

enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 adalah 7,1% yang

mewakili penurunan dari 8,2% dalam enam bulan yang berakhir

30 Juni 2013 karena optimalisasi insentif penjualan dan

komisi.

Biaya karyawan meningkat secara signifikan terutama

disebabkan oleh kenaikan gaji tahunan dan peningkatan yang

diperlukan dalam upah minimum pada bulan Januari 2014,

meskipun kenaikan tersebut sebagian diimbangi oleh

perampingan penjualan Perusahaan dan operasional pemasaran.

Biaya umum dan administrasi

Biaya umum dan administrasi Perusahaan meningkat sebesar Rp

11,8 milyar, atau 9,0%, dari Rp 130,7 milyar selama enam

bulan yang berakhir selama 30 Juni 2013 hingga Rp 142,5

milyar selama enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2014.

Kenaikan ini terutama disebabkan oleh: (i) peningkatan

biaya karyawan sebesar Rp 8,5 milyar, atau 11,6%, sebagai

Page 60: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 57

akibat dari kenaikan upah minimum, diimbangi sebagian

dengan perampingan operasional umum dan administrasi; (ii)

peningkatan biaya penyisihan piutang usaha dari 5,3 milyar,

atau 37,9%; dan (iii) peningkatan listrik, air dan telepon

Rp 3,7 milyar, atau 31,0%, dikarenakan kenaikan tarif

listrik serta peningkatan kebutuhan listrik karena

perluasan bisnis Perusahaan. Peningkatan beban umum dan

administrasi secara keseluruhan sebagian diimbangi dengan

penurunan beban lain. Beban umum dan administrasi juga

termasuk biaya profesional non-berulang terkait dengan aksi

korporasi dari Rp 2,1 milyar selama enam bulan yang

berakhir pada 30 Juni 2013. Biaya umum dan administrasi

sebagai persentase dari pendapatan selama enam bulan yang

berakhir pada 30 Juni 2014 adalah 14,0%, yang mewakili

penurunan dari 16,6% dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni

2013 karena sebagian besar beban umum dan administrasi

Perusahaan yang secara sifatnya relatif tetap.

Biaya penyusutan

Biaya penyusutan Perusahaan meningkat sebesar Rp 51,9

milyar, atau 42,5%, dari Rp 122,1 milyar pada enam bulan

yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 174,0 milyar pada enam

bulan yang berakhir 30 Juni 2014 karena meningkatnya

investasi dalam properti dan peralatan pembangkit yang

terdiri dari kabel jaringan, set-top boxes dan peralatan

Page 61: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 58

terkait dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 sebagai

hasil dari peluncuran lanjutan dari jaringan Perusahaan.

Biaya amortisasi

Biaya amortisasi Perusahaan meningkat sebesar Rp 3,2

milyar, atau 85,3%, dari Rp 3,7 milyar pada enam bulan yang

berakhir 30 Juni 2013 hingga 6,9 milyar pada enam bulan

yang berakhir 30 Juni 2014 karena amortisasi aset tidak

berwujud yang terutama terdiri dari perangkat lunak

komputer yang dibutuhkan untuk mendukung Jaringan

Perusahaan yang semakin luas serta sistem informasinya.

Biaya lain-lain/pendapatan

Perusahaan mengakui beban lain Rp 0,4 milyar selama enam

bulan yang berakhir pada 30 Juni 2013 dan pendapatan

lainnya sejumlah Rp 0,4 milyar pada enam bulan yang

berakhir 30 Juni 2014 laba bersih lainnya ini terutama

mencerminkan tingkat yang lebih tinggi dari pendapatan non-

operasional.

Laba usaha

Laba usaha Perusahaan meningkat sebesar Rp 93,5 milyar,

atau 30,5%, dari Rp 306,6 milyar pada enam bulan yang

berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 400,1 milyar pada enam bulan

yang berakhir 30 Juni 2014 karena alasan yang dijelaskan di

atas. Marjin laba usaha Perusahaan meningkat dari 38,9%

Page 62: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 59

dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 menjadi 39,4%

pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 terutama karena

operating leverage Perusahaan.

Biaya keuangan

Biaya keuangan Perseroan menurun sebesar Rp21.2 miliar,

atau 51.1%, dari Rp41.4 miliar pada enam bulan yang

berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp20.2 miliar pada enam bulan

yang berakhir 30 Juni 2014 Penurunan ini terutama

disebabkan oleh: (i) Perusahaan sepenuhnya membayar kembali

pinjaman pihak terkait dan secara sebagian membayar

Pinjaman Vendor pada tahun 2013 dan (ii) biaya dimuka yang

terkait dengan fasilitas kredit revolving yang terjadi pada

tahun 2013 yang tidak muncul kembali pada tahun 2014.

Pendapatan keuangan

Pendapatan pembiayaan Perusahaan menurun sebesar Rp 8,6

milyar, atau 50,9%, dari Rp 16,8 milyar pada enam bulan

yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 8,2 milyar pada enam

bulan yang berakhir 30 Juni 2014 karena kas Perusahaan di

tangan memiliki imbal hasil yang lebih rendah karena

Perusahaan memeliki lebih banyak dalam bentuk tunai.

Page 63: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 60

Bagian kerugian pada mitra

Bagian Perusahaan atas rugi perusahaan mitra meningkat

sebesar Rp 15,0 milyar dari Rp 0,1 milyar pada enam bulan

yang berakhir 30 Juni 2013 hingga Rp 15,1 milyar pada enam

bulan yang berakhir 30 Juni 2014 karena investasinya di

IMTV. IMTV mulai beroperasi secara komersial pada November

2013 dan mengakui kerugian lebih tinggi dalam enam bulan

yang berakhir 30 Juni 2014 seperti di tahap awal operasi

yang mengakibatkan kerugian yang lebih besar pada tahun

2014 bila dibandingkan dengan 2013.

Laba sebelum pajak penghasilan

Laba Perusahaan sebelum pajak penghasilan meningkat sebesar

Rp 91,1 milyar, atau 32,3%, dari Rp 281,9 milyar pada enam

bulan yang berakhir 30 Juni 2013 hingga Rp 373,0 milyar

pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 karena alasan

yang dijelaskan di atas, termasuk kenaikan 29,1% pada

pendapatan dan peningkatan laba operasi Rp 400,1 milyar,

sebagian diimbangi oleh peningkatan biaya beban pendapatan

dan penyusutan dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014.

Biaya pajak penghasilan

Karena peningkatan laba, biaya pajak penghasilan Perusahaan

meningkat sebesar Rp 23,4 milyar, atau 32,6%, dari Rp 71,9

Page 64: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 61

milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp

95,3 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014.

Laba bersih

Untuk alasan yang dijelaskan di atas, laba Perusahaan untuk

periode meningkat sebesar Rp 67,7 milyar, atau 32,3%, dari

Rp 210,0 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013

untuk Rp 277,7 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni

2014.

Perbandingan hasil usaha tahun 2012 dan 2013

Pendapatan

Pendapatan Perusahaan meningkat sebesar Rp 364,0 milyar,

atau 28,0%, dari Rp 1.300,6 milyar pada tahun 2012 menjadi

Rp 1.664,6 milyar pada 2013 Peningkatan ini terutama

disebabkan oleh kenaikan bersih broadband dan TV kabel RGU

dari 43.064 dan 38.387, masing-masing, pada tanggal 31

Desember 2013 jika dibandingkan dengan akhir tahun 2012,

serta perubahan harga dari paket yang ditawarkan pada 2013.

Jumlah broadband RGU dan TV kabel tumbuh sejalan dengan

satu sama lain sebagai sebagian besar pelanggan Perusahaan

berlangganan ke dibundel paket. Pada 2013, Perusahaan

menghasilkan sekitar 96% dari total pendapatan dari

operasinya di wilayah Jakarta tetapi juga diperluas

Page 65: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 62

Jaringan ke Surabaya, yang juga memberikan kontribusi

terhadap pendapatan meningkat.

Pendapatan broadband Perusahaan dari pelanggan perumahan

meningkat sebesar Rp 161,0 milyar, atau 26,8%, dari Rp

601,6 milyar pada tahun 2012 untuk Rp 762,6 milyar pada

2013. Pendapatan Broadband tumbuh sejalan dengan kenaikan

pendapatan secara keseluruhan sebagai Perusahaan

memperdalam penetrasi di Jakarta sementara ekspansi ke

Surabaya dan pada 2013 ARPU broadband Perusahaan adalah Rp

205.683 per bulan pada tahun 2012 dan Rp 203.410 per bulan

pada 2013. Penurunan broadband ARPU sebagian besar

disebabkan efek Paket Promosi yang Dipilih yang

menghentikan Perusahaan menjual pada akhir 2012 dan

bermigrasi sisa Dipilih pelanggan paket bundle Promosi

untuk paket dengan tingkat yang lebih rendah pada Februari

2013, yang menyebabkan lebih tinggi dari pemutusan biasa.

Pendapatan broadband Perusahaan dari klien perusahaan

meningkat sebesar Rp 43,5 milyar, atau 29,6%, dari Rp 147,0

milyar pada tahun 2012 menjadi Rp 190,5 milyar 2013,

terutama disebabkan oleh pertumbuhan jumlah klien

perusahaan sebagai Jaringan Perusahaan diperluas.

Pendapatan TV kabel Perusahaan meningkat sebesar Rp 142,7

milyar, atau 34,8%, dari Rp 409,8 milyar pada tahun 2012

untuk Rp 552,5 milyar pada 2013 pendapatan TV kabel

meningkat pada tingkat yang lebih cepat daripada pendapatan

Page 66: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 63

broadband karena peningkatan pendapatan sewa dari set- top

box karena peningkatan pelanggan. Perusahaan TV kabel ARPU

adalah Rp 150.357 per bulan pada tahun 2012 dan Rp 151.095

per bulan pada 2013 Kabel TV ARPU meningkat sedikit karena

meningkatnya pendapatan dari set-top box diimbangi dengan

efek Paket promosi yang Dipilih.

Pendapatan Perusahaan dari Iklan Penjualan meningkat Rp

20,8 milyar, atau 28,4%, dari Rp 73,5 milyar pada tahun

2012 menjadi Rp 94,3 milyar pada 2013 Peningkatan ini

sejalan dengan pertumbuhan pendapatan Perusahaan secara

keseluruhan dan mencerminkan ekspansi Perusahaan skala

pelanggan yang tertarik meningkatnya permintaan iklan.

Biaya pokok pendapatan

Biaya Perusahaan pendapatan meningkat sebesar Rp 92,5

milyar, atau 35,5%, dari Rp 260,8 milyar pada tahun 2012

menjadi Rp 353,3 milyar pada 2013 Peningkatan ini

disebabkan oleh ekspansi usaha Perusahaan yang menyebabkan

biaya broadband meningkat (termasuk biaya yang terkait

dengan ekspansi ke Surabaya dan Bandung pada tahun 2013)

dan biaya konten. Biaya konten Perusahaan juga meningkat

karena memperoleh lebih banyak konten untuk menyertakan

dalam paket tingkat yang lebih tinggi.

Biaya pendapatan tumbuh lebih cepat daripada pendapatan

karena efek valuta asing sebagai biaya Perusahaan

Page 67: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 64

pendapatan terutama dalam mata uang dolar AS dan Rupiah

melemah secara signifikan terhadap dolar AS pada 2013 Beban

pokok penghasilan sebagai persentase dari pendapatan tahun

2013 adalah 21,2% yang merupakan peningkatan dari 20,1%

pada tahun 2012.

Biaya penjualan

Beban penjualan Perusahaan meningkat sebesar Rp 39,6

milyar, atau 38,6%, dari Rp 102,7 milyar pada tahun 2012

menjadi Rp 142,3 milyar pada 2013 Kenaikan ini terutama

disebabkan oleh kenaikan biaya karyawan dan biaya promosi.

Biaya karyawan meningkat secara signifikan sebagai akibat

dari kenaikan upah minimum tahun 2013, serta peningkatan

jumlah staf karena perluasan jaringan Perusahaan, terutama

di Surabaya. Beban promosi meningkat terutama karena upaya

pemasaran Perusahaan di Jakarta serta belanja baru di

Surabaya pada tahun 2013.

Beban penjualan sebagai persentase dari pendapatan tahun

2013 adalah 8,5% yang merupakan peningkatan dari 7,9% pada

tahun 2012 karena adanya kenaikan biaya karyawan dan biaya

promosi dan komisi.

Biaya umum dan administrasi

Biaya umum dan administrasi Perusahaan meningkat sebesar Rp

59,3 milyar, atau 25,2%, dari Rp 234,9 milyar pada tahun

Page 68: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 65

2012 menjadi Rp 294,2 milyar pada 2013 Peningkatan ini

terutama disebabkan oleh: (i) peningkatan biaya karyawan

sebesar Rp 33. 9 milyar, atau 26,8%, yang merupakan hasil

dari peningkatan upah minimum dan kenaikan jumlah staf

karena perluasan jaringan Perusahaan, khususnya di

Surabaya; (ii) peningkatan penurunan nilai piutang usaha

dan peralatan untuk instalasi Rp 8,1 milyar, atau 23,5%;

dan (iii) peningkatan listrik, air dan telepon dari Rp 6,6

milyar, atau 31,5%, karena kenaikan tarif listrik pada

tahun 2013 serta peningkatan kebutuhan listrik untuk

perluasan bisnis Perusahaan. Biaya umum dan administrasi

juga termasuk biaya tidak berulang profesional terkait

dengan tindakan perusahaan sebesar Rp 13,3 milyar dan biaya

kerusakan akibat perubahan kebijakan pemutusan dari Rp 13,1

milyar pada 2013. Kenaikan biaya umum dan administrasi

secara keseluruhan sebagian diimbangi dengan penurunan

biaya sewa sebagai perusahaan membutuhkan sedikit ruang

untuk rumah peralatan jaringan lebih kompak. Biaya umum dan

administrasi sebagai persentase dari pendapatan tahun 2013

adalah 17,7% yang merupakan penurunan dari 18,1% pada tahun

2012 karena adanya peningkatan biaya karyawan.

Biaya penyusutan

Beban penyusutan Perusahaan meningkat sebesar Rp 67,8

milyar, atau 33,4%, dari Rp 203,4 milyar pada tahun 2012

Page 69: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 66

menjadi Rp 271,2 milyar pada tahun 2013 disebabkan oleh

peningkatan investasi dalam aktiva tetap pada tahun 2013

terkait dengan perluasan jaringan.

Biaya amortisasi

Biaya amortisasi Perusahaan meningkat sebesar 5,1 milyar,

atau 123,3%, dari Rp 4,1 milyar pada tahun 2012 untuk Rp

9,2 milyar pada tahun 2013 disebabkan oleh amortisasi

aktiva tidak berwujud terutama terdiri dari perangkat lunak

komputer yang dibutuhkan untuk mendukung perluasan Jaringan

Perusahaan begitu pula dengan sistem informasinya.

Biaya lain-lain

Beban lain Perusahaan meningkat sebesar Rp 0,2 milyar, atau

34,7%, dari Rp 0,4 milyar pada tahun 2012 untuk Rp 0,6

milyar pada tahun 2013 karena tambahan beban non-

operasional yang dikeluarkan oleh Perusahaan.

Laba usaha

Laba usaha Perusahaan meningkat sebesar Rp 99,5 milyar,

atau 20,1%, dari Rp 494,3 milyar pada tahun 2012 untuk Rp

593,8 milyar pada tahun 2013 karena alasan yang dijelaskan

di atas, termasuk kenaikan 28,0% pendapatan, sebagian

diimbangi oleh peningkatan biaya pendapatan, biaya dan

beban umum dan administrasi penjualan. Marjin laba usaha

Page 70: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 67

Perusahaan mengalami penurunan dari 38,0% pada tahun 2012

untuk 35,7% pada tahun 2013 terutama karena biaya one-off

profesional terkait dengan tindakan korporasi dan penurunan

biaya karena pemutusan perubahan kebijakan.

Biaya keuangan

Biaya keuangan Perusahaan meningkat sebesar Rp 48,7 milyar,

atau 67,5%, dari Rp 72,1 milyar pada tahun 2012 menjadi Rp

120,8 milyar pada 2013 Peningkatan ini terutama disebabkan

oleh: (i) efek valuta asing sebagai hutang Perusahaan dalam

mata uang dolar AS dan Rupiah melemah secara signifikan

terhadap dolar AS pada tahun 2013; dan (ii) biaya dimuka

dan beban bunga yang terkait dengan fasilitas kredit baru

bergulir masuk ke tahun 2013.

Pendapatan pembiayaan

Pendapatan pembiayaan Perusahaan menurun sebesar Rp 14,1

milyar, atau 36,7%, dari Rp 38,4 milyar pada tahun 2012

untuk Rp 24,3 milyar pada 2013 karena Perusahaan memiliki

kas kurang dalam bank dan deposito berjangka menyusul

pembayaran sebagian pinjaman Penyedia tertentu dan terkait

utang pihak, serta biaya pendanaan yang terkait dengan

perluasan jaringan dan kabel konten TV Perusahaan.

Page 71: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 68

Bagian kerugian mitra

Bagian Perusahaan atas rugi mitra perusahaanmeningkat

sebesar Rp 9,1 milyar dari Rp 0,9 milyar pada tahun 2012

menjadi Rp 10,0 milyar pada tahun 2013 karena investasinya

di IMTV. IMTV mulai beroperasi secara komersial pada

November 2013 tetapi tidak menghasilkan pendapatan pada

tahun 2013.

Laba sebelum pajak penghasilan

Laba Perusahaan sebelum pajak penghasilan meningkat sebesar

Rp 27,6 milyar, atau 6,0% dari Rp 459,7 milyar pada tahun

2012 menjadi Rp 487,3 milyar pada tahun 2013 karena alasan

yang dijelaskan di atas, termasuk kenaikan 28,0% pendapatan

dan peningkatan laba operasi Rp 593,8 milyar, sebagian

diimbangi oleh beban usaha meningkat dan beban keuangan

pada tahun 2013.

Biaya pajak penghasilan

Karena peningkatan laba sebelum pajak penghasilan, beban

pajak penghasilan Perusahaan meningkat sebesar Rp 4,4

milyar, atau 3,7%, dari Rp 120,7 milyar pada tahun 2012

menjadi Rp 125,1 milyar pada tahun 2013.

Page 72: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 69

Laba bersih

Untuk alasan yang dijelaskan di atas, laba Perusahaan untuk

tahun ini meningkat Rp 23,2 milyar, atau 6,8%, dari Rp

339,0 milyar pada tahun 2012 menjadi Rp 362,2 milyar pada

tahun 2013.

Perbandingan hasil usaha tahun 2011 dengan 2012

Perusahaan mengakuisisi aset tertentu, kewajiban dan hak

penggunaan yang berkaitan dengan Jaringan Bisnis, Bisnis

Broadband dan TV kabel bisnis pada Juni 2011 dari First

Media dan memulai bisnis saat ini pada tahun 2011 Saham

Berlangganan oleh ALD selesai pada Juni 2011 dan informasi

keuangan Perusahaan untuk tahun yang berakhir 31 Desember

2011 mencakup hasil pasca-akuisisi yang dihasilkan dari

aset tertentu, kewajiban dan hak yang digunakan dalam

kaitannya dengan Jaringan Bisnis, Bisnis Broadband dan TV

Kabel Bisnis. Di bawah IFAS, kombinasi bisnis antar entitas

sepengendali dicatat sesuai dengan PSAK No 38 ‘Akuntansi

Restrukturisasi Entitas Sepengendali “. Sesuai dengan PSAK

No 38, aset dan kewajiban dialihkan dalam transaksi

restrukturisasi entitas sepengendali diakui pada nilai buku

dengan cara yang sama sebagai kombinasi bisnis yang dicatat

dengan menggunakan metode penyatuan kepemilikan. Dengan

demikian, hasil dari bisnis yang diakuisisi sepenuhnya

Page 73: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 70

tercermin dari tanggal Penyertaan Saham selesai. Akibatnya,

informasi keuangan Perusahaan untuk tahun yang berakhir 31

Desember 2011 adalah tidak secara langsung sebanding dengan

hasil tahun penuh Perusahaan untuk tahun yang berakhir 31

Desember 2012.

Pendorong utama untuk perubahan item tertentu antara tahun

2011 dan 2012 adalah enam bulan pasca periode - akuisisi

pada tahun 2011 dibandingkan dengan tahun penuh pada 2012

Uraian di bawah ini berfokus pada penyebab yang

melatarbelakangi mempengaruhi hasil usaha Perusahaan selama

periode tersebut.

Pendapatan

Pendapatan Perusahaan meningkat sebesar Rp 718,0 milyar,

atau 123,2%, dari Rp 582,6 milyar pada tahun 2011 menjadi

Rp 1.300,6 milyar pada 2012 Peningkatan ini terutama

disebabkan 2012 menjadi refleksi dari hasil setahun penuh

pasca-akuisisi, sebagai akuisisi hanya selesai pada Juni

2011. Ada kenaikan bersih broadband dan TV kabel RGU dari

96.882 dan 100.430, masing-masing, pada tanggal 31 Desember

2012 jika dibandingkan dengan akhir 2011 jumlah RGU tahun

2012 mencerminkan dampak dari Terpilih Paket promosi yang

menyebabkan peningkatan RGU Perusahaan tetapi dampak

negatif ARPU. Perusahaan ini menghasilkan hampir semua

Page 74: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 71

pendapatan dari operasi di wilayah Jakarta pada tahun 2011

dan 2012.

Pendapatan broadband Perusahaan dari pelanggan perumahan

meningkat sebesar Rp 339,4 milyar, atau 129,4%, dari Rp

262,2 milyar pada tahun 2011 menjadi Rp 601,6 milyar pada

tahun 2012 pendapatan Broadband tumbuh sejalan dengan

peningkatan RGU sebagai Perusahaan memperluas cakupan

jaringan di Jakarta pada tahun 2012 ARPU broadband

Perusahaan adalah Rp 231.338 per bulan pada tahun 2011 dan

Rp 205.683 per bulan pada tahun 2012 broadband ARPU menurun

terutama karena dampak Paket Promosi yang Dipilih pada

tahun 2012.

Pendapatan broadband Perusahaan dari klien perusahaan

meningkat sebesar Rp 55,4 milyar, atau 60,4%, dari Rp 91,6

milyar pada 2011 menjadi Rp 147,0 milyar 2012, terutama

disebabkan oleh 2012 menjadi refleksi dari hasil setahun

penuh pasca-akuisisi, sebagai akuisisi hanya selesai pada

Juni 2011.

Pendapatan TV kabel Perusahaan meningkat sebesar Rp 236,7

milyar, atau 136,8%, dari Rp 173,1 milyar pada 2011 menjadi

Rp 409,8 milyar pada tahun 2012 Perusahaan Kabel TV ARPU

adalah Rp 168.220 per bulan pada tahun 2011 dan Rp 150.357

per bulan pada tahun 2012 Kabel TV ARPU menurun terutama

karena dampak Paket Promosi yang Dipilih pada tahun 2012.

Page 75: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 72

Pendapatan Perusahaan dari Iklan Penjualan meningkat Rp

43,7 milyar, atau 146,6%, dari 29,8 milyar pada 2011

menjadi Rp 73,5 milyar pada tahun 2012 Peningkatan ini

sejalan dengan pertumbuhan pendapatan Perusahaan secara

keseluruhan dan mencerminkan ekspansi Perusahaan skala

pelanggan yang tertarik meningkatnya permintaan iklan.

Biaya pokok pendapatan

Biaya Perusahaan pendapatan meningkat sebesar Rp 146,1

milyar, atau 127,4%, dari Rp 114,7 milyar pada 2011 menjadi

Rp 260,8 milyar pada tahun 2012. Peningkatan ini terutama

disebabkan karena pada 2012 menjadi refleksi dari hasil

setahun penuh pasca-akuisisi, sebagaimana akuisisiselesai

pada Juni 2011.

Biaya pendapatan tumbuh sebagian besar sejalan dengan

pendapatan. Biaya pendapatan sebagai persentase dari

pendapatan tahun 2012 adalah 20,1% yang mewakili sedikit

peningkatan dari 19,7% pada tahun 2011.

Biaya penjualan

Biaya penjualan Perusahaan meningkat sebesar Rp 63,4

milyar, atau 161,2%, dari Rp 39,3 milyar pada 2011 menjadi

Rp 102,7 milyar pada tahun 2012 Peningkatan ini terutama

disebabkan 2012 menjadi refleksi dari hasil setahun penuh

Page 76: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 73

pasca-akuisisi, seperti akuisisi hanya selesai pada Juni

2011.

Biaya umum dan administrasi

Biaya umum dan administrasi Perusahaan meningkat sebesar Rp

140,5 milyar, atau 148,8%, dari Rp 94,4 milyar pada 2011

menjadi Rp 234,9 milyar pada tahun 2012 Peningkatan ini

tercermin: (i) peningkatan biaya karyawan Rp 68,9 milyar,

atau 119,0%; (ii) peningkatan penurunan nilai piutang usaha

dari Rp 30,4 milyar; (iii) peningkatan biaya sewa dari 13,8

milyar, atau 149,5%; dan (iv) peningkatan listrik, air dan

telepon dari Rp 12,5 milyar, atau 149,5%. Peningkatan ini

terutama disebabkan oleh 2012 menjadi refleksi dari hasil

pasca-akuisisi satu tahun penuh, karena akuisisi terkait

hanya selesai pada Juni 2011.

Biaya penyusutan

Beban penyusutan Perusahaan meningkat sebesar Rp 92,8

milyar, atau 83,8%, dari Rp 110,6 milyar pada 2011 menjadi

Rp 203,4 milyar pada tahun 2012 karena peningkatan jumlah

asset, pembangkit dan peralatanpada tahun 2012.

Biaya amortisasi

Biaya amortisasi Perusahaan meningkat sebesar Rp 1,7

milyar, atau 74,7%, dari Rp 2,4 milyar pada 2011 menjadi Rp

Page 77: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 74

4,1 milyar pada tahun 2012 terutama disebabkan oleh 2012

menjadi refleksi dari hasil setahun penuh pasca-akuisisi,

seperti akuisisi hanya selesai pada Juni 2011.

Biaya lain-lain

Biaya lain-lain Perusahaan menurun Rp 4,4 milyar, atau

91,5%, dari Rp 4,8 milyar pada 2011 menjadi Rp 0,4 milyar

pada 2012 karena reorganisasi Perusahaan pada tahun 2011.

Laba usaha

Laba usaha Perusahaan meningkat Rp 277,9 milyar, atau

128,4%, dari Rp 216,4 milyar pada tahun 2011 menjadi Rp

494,3 milyar pada tahun 2012 karena alasan yang dijelaskan

di atas, termasuk peningkatan 123,2% pendapatan, sebagian

diimbangi oleh peningkatan beban pokok pendapatan , biaya

dan beban umum dan administrasi penjualan. Margin laba

usaha Perusahaan meningkat dari 37,1% pada 2011 menjadi

38,0% pada tahun 2012.

Beban keuangan

Biaya keuangan Perusahaan meningkat sebesar Rp 38,8 milyar,

atau 116,5%, dari Rp 33,3 milyar pada 2011 menjadi Rp 72,1

milyar pada 2012. Peningkatan ini terutama disebabkan 2012

menjadi refleksi dari hasil setahun penuh pasca-akuisisi,

seperti akuisisi baru saja selesai pada Juni 2011.

Page 78: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 75

Pendapatan keuangan

Pendapatan pembiayaan Perusahaan meningkat sebesar Rp 20,9

milyar, atau 119,6%, dari Rp 17,5 milyar pada 2011 menjadi

Rp 38,4 milyar pada tahun 2012 terutama disebabkan oleh

2012 menjadi refleksi dari hasil setahun penuh pasca-

akuisisi, seperti akuisisi hanya selesai pada Juni 2011.

Bagian kerugian mitra

Bagian Perusahaan atas rugi perusahaan mitra pada tahun

2012 adalah Rp 0,9 milyar yang disebabkan investasi di IMTV

yang diakuisisi pada bulan Juli 2012 IMTV mulai beroperasi

secara komersial pada November 2013.

Laba sebelum pajak penghasilan

Laba Perusahaan sebelum pajak penghasilan meningkat sebesar

Rp 259,1 milyar, atau 129,2%, dari Rp 200,6 milyar pada

2011 menjadi Rp 459,7 milyar pada tahun 2012 karena alasan

yang diuraikan di atas termasuk peningkatan 123,2%

pendapatan dan peningkatan laba operasi Rp 494,3 milyar,

sebagian diimbangi oleh beban usaha meningkat dan beban

keuangan pada tahun 2012.

Beban pajak penghasilan

Karena peningkatan laba sebelum pajak penghasilan, beban

pajak penghasilan Perusahaan meningkat sebesar sebesar Rp

Page 79: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 76

68,5 milyar, atau 131,4%, dari Rp 52,2 milyar pada 2011

menjadi Rp 120,7 milyar pada tahun 2012.

Laba bersih

Untuk alasan sebagaimana dijelaskan di atas, laba

Perusahaan untuk tahun ini meningkat Rp 190,6 milyar, atau

128,4%, dari Rp 148,4 milyar pada tahun 2011 menjadi Rp

339,0 milyar pada tahun 2012.

LIKUIDITAS DAN SUMBER MODAL

Arus kas

Tabel berikut menyajikan arus kas historis aktual

Perusahaan untuk periode tertentu.

Tahun yang berakhir per 31 Desember

Semester yang berakhir per 30

Juni

2011 2012 2013 2013 2014

(milyar Rp)

(tidak

teraudit) Arus kas bersih dari kegiatan usaha ................................247,1 701,2 741,6 353,0 560,4 Arus kas bersih yang digunakan dalam kegiatan investasi ................................................................(1.628,7) (612,8) (864,5) (465,1) (460,2) Arus kas bersih dari/(digunakan dalam) kegiatan pembiayaan ................................................................2.113,0 (14,2) (325,1) (321,3) (91,0)

Kenaikan/(penurunan) kas dan setara kas bersih ................................................................................................731,4 74,2 (448,0) (433,4) 9,2 Kas dan setara kas awal tahun ................................ 12,3 743,7 817,9 817,9 370,0 Dampak perubahan nilai tukar terhadap kas dan setara kas ................................................................ - - 0,1 0,2 (0,4) Kas dan setara kas dari anak perusahaan yang dibeli ................................................................................................- - - - 0,5

Kas dan setara kas akhir tahun/periode ................................743,7 817,9 370,0 384,7 379,3

Page 80: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 77

Arus kas bersih dari kegiatan usaha

Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi

meningkat sebesar Rp 207,4 milyar, atau 58,7%, dari Rp

353,0 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013

untuk Rp 560,4 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni

2014. Kenaikan ini terutama disebabkan peningkatan

penerimaan dari pelanggan dari Rp 268,3 milyar, atau 35,0%,

dari Rp 766,2 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni

2013 untuk Rp 1.034,5 milyar pada enam bulan yang berakhir

30 Juni 2014. Peningkatan ini sebagian diimbangi sebagian

oleh peningkatan Rp 58,9 milyar pembayaran kepada pemasok,

terutama karena biaya konten, peningkatan milyar Rp 34,0

pembayaran kepada para karyawan karena kenaikan upah

minimum dan peningkatan gaji, penurunan bunga yang diterima

dari Rp 8,6 milyar dari Rp 16,8 milyar dalam enam bulan

yang berakhir 30 Juni 2013 untuk Rp 8,2 milyar pada enam

bulan yang berakhir 30 Juni 2014 (karena kas yang lebih

rendah di tangan dan suku bunga yang lebih rendah) dan

karena penurunan pembayaran pajak penghasilan perusahaan

untuk Rp 77,5 milyar dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni

2014 dari Rp 118,1 milyar pada enam bulan yang berakhir 30

Juni 2013.

Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi

meningkat sebesar Rp 40,4 milyar, atau 5,8%, dari Rp 701,2

Page 81: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 78

milyar pada tahun 2012 untuk Rp 741,6 milyar pada 2013.

Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan

penerimaan dari pelanggan dari Rp 417,8 milyar, atau 33,7%,

dari Rp 1.239,7 milyar pada tahun 2012 untuk Rp 1.657,5

milyar pada 2013. Peningkatan ini sebagian diimbangi oleh

peningkatan Rp 239,0 milyar pembayaran sebagian besar

pemasok konten, peningkatan Rp 33,7 milyar pembayaran

kepada karyawan karena kenaikan upah minimum, peningkatan

gaji dan peningkatan aktivitas penjualan penurunan

penerimaan pendapatan bunga dari Rp 14,1 milyar dari Rp

38,4 milyar pada tahun 2012 untuk Rp 24,3 milyar pada tahun

2013 dan karena peningkatan pembayaran pajak penghasilan

perusahaan untuk Rp 179,1 milyar pada tahun 2013 dari Rp

88,5 milyar di 2012

Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi

meningkat sebesar Rp 454,1 milyar, atau 183,8%, dari Rp

247,1 milyar pada tahun 2011 menjadi Rp 701,2 milyar pada

tahun 2012 Peningkatan ini terutama disebabkan oleh

peningkatan penerimaan dari pelanggan dari Rp 677,6 milyar,

atau 120,5%, dari Rp 562,1 milyar pada tahun 2011 menjadi

Rp 1.239,7 milyar pada tahun 2012 peningkatan ini sebagian

diimbangi oleh peningkatan milyar Rp 55,9 pembayaran untuk

sebagian besar pemasok konten, peningkatan milyar Rp 108,1

pembayaran kepada karyawan karena kenaikan upah minimum dan

peningkatan aktivitas penjualan, dan peningkatan pembayaran

Page 82: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 79

pajak penghasilan badan untuk Rp 88,5 milyar pada 2012 dari

Rp 4,5 milyar pada tahun 2011 kas bersih yang diperoleh

dari aktivitas operasi juga meningkat karena peningkatan

penerimaan pendapatan bunga dari 24,5 milyar dari Rp 13,9

milyar pada 2011 menjadi Rp 38,4 milyar pada tahun 2012.

Hari perputaran piutang usaha Perusahaan mengalami

penurunan dari 29,8 hari pada tahun 2011 menjadi 23,5 hari

pada tahun 2012, menjadi 22,7 hari pada tahun 2013 dan

menjadi 21,8 hari dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni

2014. Hari hutang usaha omset Perusahaan meningkat dari

63,2 hari di 2.011 sampai 89,3 hari pada tahun 2012, dan

138,9 hari di tahun 2013. Hari hutang usaha omset

Perusahaan turun menjadi 118,5 hari dalam enam bulan

pertama yang berakhir 30 Juni 2014.

Arus kas bersih yang digunakan dalam kegiatan investasi

Kas yang digunakan untuk aktivitas investasi menurun dari

Rp 465,1 milyar kas keluar dalam enam bulan yang berakhir

30 Juni 2013 untuk arus kas keluar Rp 460,2 milyar pada

enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014. Penurunan ini

terutama disebabkan oleh penurunan arus kas keluar untuk

akuisisi aset dan peralatan yang berhubungan dengan

perluasan jaringan tahun 2013, khususnya ekspansi ke

Surabaya, dan sebagian diimbangi oleh peningkatan investasi

tambahan pada mitra Perusahaan, IMTV.

Page 83: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 80

Kas yang digunakan untuk aktivitas investasi meningkat dari

Rp 612,8 milyar kas keluar pada tahun 2012 untuk arus kas

keluar Rp 864,5 milyar pada 2013. Peningkatan ini terutama

disebabkan oleh meningkatnya arus kas keluar untuk akuisisi

aset tetap karena perluasan Jaringan pada tahun 2013,

terutama ekspansi ke Surabaya, dan akuisisi kabel bawah

laut antara Singapura dan Indonesia pada tahun 2013 sekitar

Rp 248 milyar, serta peningkatan investasi tambahan pada

perusahaan asosiasi Perusahaan, IMTV.

Kas yang digunakan untuk aktivitas investasi menurun dari

arus kas keluar dari Rp 1.628,7 milyar pada 2011 menjadi

arus kas keluar dari Rp 612,8 milyar pada tahun 2012. Kas

digunakan untuk aktivitas investasi pada tahun 2011

terutama terdiri Rp 1.629,3 milyar untuk akuisisi aset

Jaringan pada bulan Juni 2011 serta akuisisi aset dan

perluasan peralatan yang berhubungan Jaringan, yang turun

menjadi Rp 604,3 milyar pada tahun 2012. Kas yang digunakan

dalam kegiatan investasi pada tahun 2012 termasuk investasi

awal pada mitra Perusahaan, IMTV, dari Rp 8,5 milyar.

Arus kas bersih dari dan yang digunakan dalam kegiatan

pembiayaan

Arus kas yang digunakan untuk aktivitas pendanaan adalah Rp

321,3 milyar pada enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013

dibandingkan dengan Rp 91,0 milyar pada enam bulan yang

Page 84: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 81

berakhir 30 Juni 2014. Dalam enam bulan yang berakhir 30

Juni 2013, Perusahaan memiliki arus kas dari Rp 532,5

milyar mewakili pembayaran utang jangka panjang yang

sebagian diimbangi oleh Rp 213,3 milyar dana hasil utang

jangka panjang baru. Dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni

2014, Perusahaan memiliki arus kas dari Rp 40,5 milyar yang

merupakan pembayaran utang jangka panjang dan Rp 8,5 milyar

dalam pembayaran bunga. Perusahaan juga membayar dividen

sebesar Rp 42,0 milyar dalam enam bulan pertama 2014.

Arus kas yang digunakan untuk aktivitas pendanaan adalah Rp

14,2 milyar pada tahun 2012 dibandingkan dengan Rp 325,1

milyar pada 2013. Pada 2012, Perusahaan memiliki arus kas

dari Rp 13,1 milyar mewakili pembayaran utang jangka

panjang. Pada 2013, Perusahaan memiliki arus kas dari Rp

565,4 milyar mewakili pembayaran utang jangka panjang yang

sebagian diimbangi oleh Rp 247,0 milyar dana hasil utang

jangka panjang baru.

Arus kas masuk yang dihasilkan dari aktivitas pendanaan

adalah Rp 2.113,0 milyar pada tahun 2011 dibandingkan

dengan arus kas yang digunakan untuk aktivitas pembiayaan

Rp 14,2 milyar pada tahun 2012. Perubahan ini terutama

disebabkan oleh arus kas masuk pada tahun 2011 yang terdiri

dari dana hasil utang jangka panjang baru. Pada tahun 2012,

Perusahaan memiliki arus kas dari Rp 13,1 milyar mewakili

pembayaran utang jangka panjang.

Page 85: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 82

Likuiditas

Sumber utama Perusahaan likuiditas untuk operasi adalah kas

yang dihasilkan dari aktivitas operasi. Perusahaan memiliki

Rp 370,0 milyar di kas dan kas yang setara pada tanggal 31

Desember 2013. Penggunaan utama Perusahaan dari kas

pendanaan operasi dan perluasan jaringan serta memperoleh

konten program tambahan. Selama periode track record,

Perusahaan telah terutama memperluas Jaringannya di Jakarta

dan pada tingkat lebih rendah di Wilayah Surabaya (tahun

2013). Ke depan, belanja modal meningkat akan digunakan

untuk memperluas jaringan di Jakarta (dan Jabodetabek),

Surabaya (dan Wilayah Surabaya), Bandung dan daerah

lainnya.

Perusahaan berkeyakinan kas, kas yang dihasilkan dari

aktivitas operasi dan kredit revolving cukup untuk menutupi

biaya kas yang diharapkan untuk perluasan Jaringannya dan

memperdalam penetrasi pasar khususnya di Jakarta, dengan

total nilai sekitar Rp 1 triliun untuk tahun 2014.

HUTANG

Pinjaman pihak terkait

Selama periode laporan, utang jangka panjang Perusahaan

adalah dalam bentuk pinjaman pihak terkait dari pemegang

saham. Pinjaman ini telah dilunasi pada tahun 2013.

Page 86: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 83

Pinjaman Vendor

Perusahaan membeli peralatan jaringan, perangkat lunak

lisensi dan layanan dari Cisco berdasarkan Perjanjian

Pinjaman Vendor:

berdasarkan perjanjian pendanaan vendor tanggal 31

Oktober 2011, Perusahaan menandatangani perjanjian

yang mana ia berhak untuk meminjam US$ 4,1 juta dari

Cisco, dengan tingkat bunga 5% per tahun;

berdasarkan perjanjian pembiayaan vendor kedua tanggal

31 Oktober 2011, Perusahaan menandatangani perjanjian

yang mana ia berhak untuk meminjam US$ 0,9 juta dari

Cisco, dengan tingkat bunga 5% per tahun;

berdasarkan perjanjian pembiayaan vendor tanggal 22

Maret 2013, Perusahaan menandatangani perjanjian yang

mana ia berhak untuk meminjam US$ 11,7 juta dari

Cisco, dengan tingkat bunga 4,75% per tahun;

berdasarkan perjanjian pendanaan vendor tanggal 22

Maret 2013, Perusahaan menandatangani perjanjian yang

mana ia berhak untuk meminjam US$ 3,4 juta dari Cisco,

dengan tingkat bunga 4,75% per tahun;

berdasarkan perjanjian pendanaan vendor tanggal 21

Juli 2014, Perusahaan mengadakan perjanjian yang mana

Page 87: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 84

ia berhak untuk meminjam US$ 5,5 juta dari Cisco,

dengan tingkat bunga 2,35% per tahun; dan

berdasarkan perjanjian pendanaan vendor tanggal 21

Juli 2014, Perusahaan mengadakan perjanjian yang mana

ia berhak untuk meminjam US$ 1,4 juta dari Cisco,

dengan tingkat bunga 2,35% per tahun,

dengan jumlah yang dipinjam dalam tiap-tiap perjanjian

pendanaan akan dilunasi dalam periode 36-bulan dengan 12

kali setara dengan triwiulan cicilan sejak tanggal

penarikan berdasarkan perjanjian terkait. Dalam pengaturan

ini, Cisco menyediakan pembiayaan kepada Perusahaan dalam

jumlah yang sama dengan total harga produk yang dipesan

oleh Perusahaan dari Cisco dan pemasok lainnya.

Wanprestasi berdasarkan Pinjaman Vendor termasuk peristiwa

wanprestasi secara umum. Selain itu, wanprestasi dapat

dipicu berdasarkan Pinjaman Vendor jika Perusahaan

mengalami perubahan pengendalian mayoritas saham Perusahaan

dan gagal untuk memberitahukan Cisco atau jika Perusahaan

memberitahukan Cisco dan perubahan control tersebut akan

mempengaruhi kemampuan Perusahaan untuk memenuhi kewajiban

pembayaran kepada Cisco.

Berdasarkan masing-masing Pinjaman Vendor Perusahaan

menyediakan Cisco dengan gadai tertentu atas peralatan

telekomunikasinya.

Page 88: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 85

Agregat jumlah pokok hutang di semua Pinjaman Vendor

sekitar US$ 11,1 juta dan Perusahaan belum ditarik setiap

jumlah di bawah salah satu dari dua perjanjian pembiayaan

vendor tanggal 21 Juli 2014.

Fasilitas pinjaman Revolving Citibank

Perusahaan mengadakan Rp 300 milyar perjanjian fasilitas

pinjaman revolving tanggal 4 Juni 2013 dengan Citibank, NA

untuk tujuan belanja modal Perusahaan dan kebutuhan dana

perusahaan secara umum. Jumlah yang ditarik di bawah

fasilitas ini adalah sebesar Rp 100 milyar.

Tingkat bunga yang dibayarkan untuk setiap pinjaman yang

ditarik dari fasilitas ini adalah JIBOR ditambah margin

baik 3,25% atau 3,75% per tahun, tergantung pada rasio

Perusahaan atas total hutang terhadap EBITDA. Margin yang

berlaku adalah 3,25%. Perusahaan juga diharuskan untuk

membayar biaya komitmen Citibank tahunan antara 0,25% dan

1,25% dari komitmen yang tersedia.

Perusahaan harus membayar seluruh saldo terhutang pada

tanggal jatuh tempo 4 Juni 2016. Penuh atau pembayaran

secara sukarela untuk sebagian dapat dilakukan dengan

memberikan tiga hari kerja ‘pemberitahuan tertulis (atau

periode yang lebih pendek sebagaimana pemberi pinjaman

mungkin setuju), tunduk pada jumlah minimum dan biaya break

Page 89: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 86

(break cost) jika pembayaran tidak dilakukan pada hari

terakhir periode bunga.

Sejumlah representasi dan jaminan secara umum telah

diberikan di dalam perjanjian fasilitas, semua yang diulang

pada setiap pemanfaatan fasilitas. Perjanjian fasilitas ini

juga mengharuskan Perusahaan untuk mematuhi sejumlah usaha

adat, termasuk jumlah apapun ditarik peringkat secara pari

passu dengan kreditur konkuren dan kreditur non-subordinasi

(unsubordinated) lainnya, hal-hal yang tidak boleh

dilakukan, pemeliharaan bisnis dan larangan terbatas pada

penggabungan, pelepasan atau dividen, tunduk pada ambang

batas materialitas tertentu dan pengecualian. Perjanjian

fasilitas ini juga memuat ketentuan-ketentuan keuangan

tertentu. Pembatasan keuangan menetapkan total hutang

terhadap EBITDA maksimum dengan rasio 2,75: 1 dan rasio

minimum EBITDA terhadap beban bunga dari 3,25: 1.

Peristiwa Wanprestasi termasuk peristiwa wanprestasi pada

umumnya. Terdapat juga Peristiwa Wanprestasi lainnya,

termasuk: (i) ketentuan khusus yang membutuhkan FMTV untuk

mempertahankan Izin TV Kabel; (ii) ketentuan dalam

peristiwa wanprestasi jika Perjanjian TV kabel berakhir

atau terdapat perubahan material terhadap Perjanjian TV

kabel yang berakhir, menunda atau material dan dampak

negatif penggunaan Izin TV kabel oleh Perusahaan; dan (iii)

Page 90: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 87

kententuan peristiwa wanprestasi jika ada perubahan

pengendali Perusahaan.

Fasilitas kredit BNP Paribas

Perusahaan mengadakan unsecured Perjanjian fasilitas kredit

revolving sebesar Rp 300 milyar pada tanggal 18 Oktober

2013 dengan PT Bank BNP Paribas Indonesia untuk tujuan

belanja modal dan kebutuhan pendanaan perusahaan secara

umum. Anak Perusahaan material memberikan jaminan yang

berkelanjutan (continuing guarantee) terhadap kewajiban

Perusahaan berdasarkan perjanjian ini. Perusahaan belum

menggunakan fasilitas ini.

Tingkat bunga pada setiap pinjaman yang ditarik dari

fasilitas ini JIBOR ditambah margin sebesar 3,25%, per

tahun. Perusahaan juga diharuskan untuk membayar PT Bank

BNP Paribas Indonesia biaya komitmen, dihitung 1,2% per

tahun dari komitmen yang tersedia, dibayarkan setiap tiga

bulan.

Perusahaan harus membayar seluruh saldo terhutang pada

tanggal jatuh tempo yaitu 18 Oktober 2016.

Sejumlah representasi dan jaminan secara umum telah

diberikan di dalam perjanjian fasilitas, mayoritas yang

diulang pada tanggal setiap permintaan pemanfaatan dan pada

hari pertama setiap periode bunga. Perjanjian fasilitas ini

juga mengharuskan Perusahaan untuk mematuhi sejumlah

undertakings, termasuk usaha informasi undertakings, hal-

Page 91: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 88

hal yang tidak boleh dilakukan, pemeliharaan bisnis dan

pembatasan terhadap larangan pada penggabungan, pelepasan

atau dividen, sesuai dengan ambang batas materialitas

tertentu dan pengecualian. Perjanjian fasilitas juga berisi

perjanjian keuangan, yang mana total hutang Perusahaan

terhadap EBITDA tidak melebihi rasio 2,75: 1.

Peristiwa wanprestasi termasuk peristiwa wanprestasi secara

umum yang berkaitan dengan pelanggaran perjanjian

fasilitas, kepailitan, cross-default di bawah instrumen

utang lainnya, litigasi, perubahan material, masuk ke

proses kreditur, moratorium pemerintah sehubungan dengan

pembayaran hutang keuangan, penghentian bisnis,

nasionalisasi aset kelompok atau saham, perbuatan melawan

hukum dan repudiation. Sebagai tambahan, jika perubahan

pengendalian terjadi, Perusahaan harus memberitahukan BNP

Paribas atas perubahan tersebut dan BNP Paribas dapat

menolak fund untilisation, membatalkan komitmen dan/atau

menyatakan seluruh saldo terhutang segera jatuh tempo dan

dapat ditagih.

PERIKATAN DAN KEWAJIBAN BERSYARAT

Perikatan

Perusahaan memiliki berbagai kewajiban kontrak dan komitmen

komersial untuk melakukan pembayaran di masa mendatang,

termasuk hutang usaha, hutang non-perdagangan dan utang

Page 92: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 89

jangka panjang. Tabel di bawah ini menganalisa kewajiban

keuangan Perusahaan. Jumlah diungkapkan dalam tabel

dihitung mengacu pada kas terdiskonto arus jumlah.

Kewajiban Perusahaan lainnya, termasuk hutang usaha dan

hutang non-trade, adalah karena dalam waktu kurang dari 12

bulan pada tanggal 30 Juni 2014.

Kurang dari satu tahun

Antara satu dan dua tahun

Antara dua dan tiga tahun

Lebih dari tiga tahun

Total

(milyar Rp)

Hutang jangka panjang ................................ 86,7 176,8 3,7 - 267,2

Kewajiban Bersyarat

Perusahaan tidak memiliki kewajiban bersyarat yang

signifikan pada tanggal 31 Desember 2011, 2012, 2013, dan

30 Juni 2013 dan 2014.

Garansi Pinjaman IMTV

Pada bulan Juli 2014, mitra Perusahaan, IMTV menandatangani

berjangka yang dijamin senilai US$ 15 juta dengan BNP

Paribas (Cabang Singapura) untuk keperluan modal kerja.

Perusahaan menjadi penjamin parsial fasilitas sehubungan

dengan 15% dari jumlah fasilitas (sesuai dengan yang 15%

kepemilikan saham).

Page 93: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 90

BELANJA MODAL

Tabel berikut menyajikan belanja modal Perusahaan di

periode yang disebutkan:

Tahun yang berakhir per 31 Desember

Semester yang

berakhir per 30 Juni

2011 2012 2013 2014

(milyar Rp)

Terkait jaringan

(1) ................................................................1.155,2 428,0 776,7 230,2

CPE (2)

................................................................................................65,7 116,3 173,2 73,1 Lain-lain

(3) ................................................................ 18,4 26,7 45,3 18,5

Belanja modal total

(4) ................................................................1.239,3 571,0 995,2 321,8

Catatan:

(1) Belanja modal terkait jaringan adalah jumlah

penambahan head-end elektronik dan titik kontrol

layanan jaringan.

(2) Belanja modal CPE adalah jumlah penambahan konverter,

decoder, kabel modem dan set-top box.

(3) Belanja modal lainnya adalah jumlah penambahan tanah,

bangunan, prasarana, perabot dan perlengkapan,

peralatan kantor dan kendaraan.

(4) Belanja modal merupakan penambahan aset tetap.

Penambahan pada tahun 2011 lebih tinggi dibandingkan

tahun-tahun berikutnya sebagai nilai dasar aset tetap

nihil pada saat Penyertaan Saham pada Juni 2011.

Kegiatan operasi Perusahaan yang padat modal karena

strategi untuk memperluas jaringan serta terkait dengan

Page 94: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 91

biaya pemeliharaan. Manajemen memperkirakan bahwa biaya

pemeliharaan Perusahaan secara historis menyumbang sekitar

4-8% dari total pendapatan.

Perusahaan telah membangun jaringan yang luas di

Jabodetabek, dan mulai berkembang di Surabaya pada tahun

2013 dan Bandung menjelang akhir tahun 2013. Perusahaan

bermaksud untuk melanjutkan perluasan dan cakupan

Jaringannya pada kota-kota Indonesia ini. Secara historis,

kebutuhan modal Perusahaan telah didanai melalui kas yang

dihasilkan dari operasi dan pendanaan pemegang saham.

Rencana belanja modal

Perusahaan sedang dalam proses program perluasan jaringan

yang signifikan, dengan tujuan mencapai sekitar 1,8 juta

Home Passedpada tahun 2016. Perusahaan memperluas jaringan

ke wilayah Surabaya pada tahun 2013 dan memperluas jaringan

ke Bandung menjelang akhir tahun 2013. Perusahaan

mengharapkan untuk berinvestasi sekitar Rp 1 triliun

belanja modal pada 2014 saja dengan tingkat yang sama dari

belanja modal pemeliharaan 2013. wilayah sasaran yang

berdekatan dengan daerah layanan inti yang ada di

Jabodetabek, Wilayah Surabaya dan Bandung, yang telah

terbukti menerima produk premium Perusahaan dan layanan

yang diukur dengan penetrasi pasar dan ARPU. Setelah

mencapai cakupan layanan yang ditargetkan di wilayah ini,

Page 95: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 92

Perusahaan akan mempertimbangkan memperluas jaringan untuk

memasukkan kota-kota besar lainnya dalam jangka menengah.

Ke depan, Perusahaan mengharapkan untuk mendanai belanja

modal untuk ekspansi organik perusahaan Jaringan melalui

kas yang dihasilkan dari operasi. Perusahaan secara aktif

memonitor kebutuhan dana untuk mengoptimalkan struktur

modal dan memastikan bahwa ia memiliki dana yang cukup dari

sumber internal dan fasilitas pinjaman yang tersedia.

Berdasarkan ARPU sejarah baru-baru ini Perusahaan dan

perbaikan yang diharapkan dalam tingkat penetrasi karena

upaya pemasaran, Perusahaan berharap dapat mencapai hasil

yang kuat pada belanja modal pertumbuhan dengan periode

pengembalian relatif pendek pada per pelanggan secara.

PERMODALAN DAN HUTANG

Tabel di bawah ini menunjukkan kas dan setara kas dan

kapitalisasi Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2014 secara

aktual. Informasi ini telah diambil dari informasi keuangan

yang telah diaudit Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2014.

Pada 30 Juni 2014

(milyar Rp)

(milyar dolar AS)(1)

Kas dan setara kas 379,3 31,7

Batas waktu hutang jangka panjang saat ini – bagian yang jatuh

tempo dalam satu tahun ......................................................................... 70,0 5,8 Hutnag jangka panjang – bagian yang jatuh tempo lebih dari satu

tahun....................................................................................................... 163,3 13,6

Page 96: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 93

Pada 30 Juni 2014

(milyar Rp)

(milyar dolar AS)(1)

Hutang Total .............................................................................................. 233,3 19,4 Saham modal .............................................................................................. 304,3 25,4 Tambahan modal disetor ............................................................................. 1.431,1 119,6 Laba ditahan ................................................................................................ 1.019,5 85,2 Bunga pengendali ....................................................................................... (0,2)

Ekuitas Total .............................................................................................. 2.754,7 230,2

Permodalan Total (termasuk kas dan setara kas) ................................ 2.988,0 249,7

Catatan:

(1) Semata-mata untuk kenyamanan pembaca, jumlah Rupiah

telah dikonversikan ke dalam dolar AS dengan menggunakan

kurs US$ 1 = Rp 11.969 memberlakukan pembulatan, di mana

berlaku. Terjemahan kenyamanan adalah tidak diaudit dan

tidak boleh ditafsirkan bahwa jumlah Rupiah mewakili,

atau telah atau dapat dikonversi menjadi, dolar AS di

atau kurs pertukaran lainnya.

KEBIJAKAN DIVIDEN

Pembayaran dividen

Perusahaan tidak melakukan pembagian dividen pada tahun

2011, 2012 dan 2013.

Pada tahun 2014, Perusahaan menyatakan dan membayarkan

dividen final sebesar Rp 42 milyar sehubungan dengan tahun

buku 2013.

Perusahaan tidak berniat menyatakan dividen final atau

sementara dalam waktu dekat.

Page 97: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 94

USAHA

VISI DAN MISI

Perusahaan bertujuan menjadi pilihan pertama dalam layanan

broadband, televise dan media serta mengubah kehidupan

konsumen Indonesia dengan menyediakan layanan dan solusi

broadband dan media yang inovatif dan maju.

3 KEKUATAN

3.1 Perusahaan beroperasi di pasar yang besar, sangat

menarik dan minim penetrasi

Berdasarkan MPA, Indonesia merupakan pasar broadband yang

paling minim penetrasi dan dengan pertumbuhan tercepat

dalam 20 ekonomi global terbesar. Indonesia adalah negara

dengan penduduk terpadat keempat di dunia, dengan populasi

mencapai 248 juta orang, dan merupakan negara terbesar ke-

16 berdasarkan PDB sebesar US$ 870 milyar pada tahun 2013

(berdasarkan MPA). Indonesia merupakan salah satu negara

dengan perekonomian yang tumbuh paling cepat di dunia

dengan PDB nyata diperkirakan tumbuh dengan CAGR 5,8%

antara tahun 2013 dan 2018, berdasarkan MPA.

Belanja konsumen menyumbang 59% dari PDB nasional pada

tahun 2013. Tingkat konsumsi yang tinggi ini didukung oleh

kuatnya keyakinan konsumen Indonesia yang, berdasarkan

Nielsen, menduduki peringkat tertinggi kedua dalam

Page 98: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 95

keyakinan konsumen nasional secara global. Kelas affluent

ini besar dan cepat tumbuh diperkirakan akan meningkat dari

45 juta orang pada 2010 menjadi 135 juta penduduknya pada

tahun 2030, dengan asumsi pertumbuhan PDB per tahun 5-6%,

berdasarkan McKinsey. Inti Pasar Pelanggan Perusahaan A

Rumah Tangga dan Rumah Tangga B berjumlah 4,1 juta pada

tahun 2013 di daerah cakupan intinya, tumbuh pada CAGR

sebesar 17,6% 2010-2013, dengan C1 Rumah Tangga berjumlah

2,6 juta pada tahun 2013, berdasarkan Nielsen.

Indonesia memiliki salah satu populasi termuda di dunia,

berdasarkan MPA. Pada 2013, 54% penduduk Indonesia berada

di bawah usia 30 konsumen muda cenderung menggunakan lebih

banyak produk digital dan jasa, yang menyebabkan

peningkatan volume data yang digunakan oleh konsumen dan

meningkatnya permintaan untuk koneksi internet, terutama

dengan kecepatan tinggi. Hal ini membuat Indonesia menjadi

pasar yang penting bagi semua perusahaan yang menawarkan

jasa-internet terkait, seperti Perusahaan.

Di antara top 20 ekonomi di dunia, tingkat penetrasi

layanan broadband tetap di Indonesia merupakan yang

terendah kedua, yaitu sebesar 5,4% pada 2013, berdasarkan

MPA. MPA memperkirakan bahwa tingkat penetrasi TV berbayar

di Indonesia adalah 8,6% pada tahun 2013, secara signifikan

di belakang yang lain top 20 ekonomi di dunia. MPA

mengharapkan underpenetration ini di kedua broadband dan TV

Page 99: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 96

berbayar untuk mendorong peningkatan tajam dalam jumlah

pelanggan. Ini mengharapkan pelanggan broadband meningkat

pada CAGR sebesar 13,4% 2013-2018 dan membayar pelanggan TV

pada CAGR sebesar 15,8% dari tahun 2013 sampai 2018 NGBB

dan kabel pasar TV adalah subset dari broadband Indonesia

dan membayar sektor TV tetap, menyiratkan bahkan

underpenetration lebih signifikan. Perusahaan adalah

operator tunggal skala di pasar ini dan langsung akan

mendapatkan keuntungan dari proyeksi kenaikan tingkat

penetrasi.

3.2 Perusahaan beroperasi di sejumlah wilayah metropolitan

yang paling menarik di Indonesia

Semakin berkembangnya perekonomian Indonesia telah

menyebabkan kecenderungan kelas menengah yang semakin

perkotaan, berkonsentrasi PDB Indonesia di daerah

perkotaan. McKinsey memperkirakan bahwa proporsi penduduk

Indonesia yang hidup di daerah perkotaan akan meningkat

dari 53% pada tahun 2010 menjadi 71% pada tahun 2030 yang

akan meningkatkan pangsa keseluruhan PDB Indonesia di

daerah perkotaan dari 74% pada tahun 2010 menjadi 86% pada

tahun 2030.

Meningkatnya urbanisasi dan PDB tren konsentrasi ini akan

menguntungkan broadband tetap dan operator TV kabel,

seperti Perusahaan, karena jumlah rumah tangga beralamat

Page 100: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 97

untuk produk-produknya, terutama inti Rumah Tangga A makmur

Perusahaan dan Rumah Tangga B, meningkat. Peningkatan

konsentrasi rumah tangga inti dan beralamat harus

meningkatkan penetrasi pelanggan di wilayah cakupan

jaringan yang ada, dan memberikan kesempatan untuk mencapai

laba atas investasi untuk jaringan perluasan jaringan di

daerah cakupan baru di daerah metropolitan.

Daerah cakupan inti Perusahaan saat ini terdiri dari

Jabodetabek, Surabaya dan Bandung. Daerah ini adalah di

antara mereka dengan tertinggi kontribusi PDB dan kerapatan

populasi di Indonesia dan merupakan pusat ekonomi dan

komersial yang penting. Selain itu, berdasarkan McKinsey,

kota dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia akan menjadi

kota menengah besar (didefinisikan sebagai kota dengan

jumlah penduduk antara 5 sampai 10 juta) dan menengah

menengah kota (didefinisikan sebagai kota dengan jumlah

penduduk antara 2 sampai 5 juta) yang memperkirakan akan

tumbuh pada CAGR PDB riil sebesar 9,1% dan 6,9%, masing-

masing, 2010-2030, tunduk pada investasi yang cukup dalam

infrastruktur perkotaan seperti perumahan, air, energi dan

transportasi, serta terus membaiknya produktivitas di

Indonesia. Kota-kota ini termasuk beberapa kota dimana

Perusahaan beroperasi, seperti Jakarta, Bogor, Bekasi dan

Tangerang di Jabodetabek, serta Surabaya dan Bandung.

Page 101: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 98

3.3 Pemimpin pasar NGBB di Indonesia yang belum

tertandingi dengan keunggulan yang kuat sebagai pelopor

Perusahaan memiliki pangsa pasar sekitar 98% dari pasar

NGBB di Indonesia pada tanggal 31 Desember 2013

(berdasarkan MPA) dan merupakan satu-satunya operator

skala, berdasarkan jumlah Home Passed, dalam pasar NGBB di

negara ini. Dengan tidak ada operator lain skala di pasar

NGBB, layanan broadband melalui teknologi ADSL dengan

kecepatan maksimum diiklankan dari 3 Mbps adalah satu-

satunya alternatif bagi sebagian besar konsumen di daerah

cakupan inti Perusahaan.

Perusahaan secara aktif tumbuh pasar NGBB melalui program

perluasan jaringan dan berharap dapat mempertahankan

kepemimpinan pasar yang signifikan. Jaringan telah

menambahkan lebih dari 250.000 rumah baru disahkan per

tahun di setiap 2012 dan 2013, dan berdasarkan MPA, ini tak

tertandingi oleh operator lain berusaha untuk memperluas

jaringan NGBB di Indonesia. Perusahaan berkeyakinan telah

mencapai keuntungan penggerak pertama, membangun posisi

pasar yang kuat di Jabodetabek dan Surabaya, dan pada saat

yang sama ekspansi ke Bandung.

Dengan menjadi operator pertama yang menawarkan layanan

menggunakan jaringan HFC berkualitas tinggi maju,

Perusahaan telah mampu menarik target pelanggan dalam

wilayah cakupan inti dan mencapai tingkat penetrasi yang

Page 102: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 99

tinggi sehingga laba atas investasi untuk perluasan

jaringan. Perusahaan memiliki perusahaan Jaringan, termasuk

kabel mil terakhir kepada pelanggan, kecuali dalam beberapa

kasus di mana pengembang properti memiliki Jaringan sampai

dengan mil terakhir. Penyedia layanan lainnya tidak dapat

menggunakan jaringan Perusahaan atau kabel tanpa

persetujuan Perusahaan dan agar dapat memberikan layanan

kepada pelanggan di wilayah cakupan Perusahaan yang ada,

penyedia layanan biasanya akan perlu menginstal jaringan

sendiri dan mil terakhir dari kabel.

Ada lebih rintangan alami bagi operator NGBB potensial lain

(“Pengikut”) untuk memperluas ke daerah-daerah cakupan

Perusahaan yang ada di tingkat masyarakat dan tingkat

pelanggan. Di tingkat masyarakat, tokoh masyarakat dan

warga dapat mempertimbangkan manfaat menambahkan operator

NGBB lainnya, yang umumnya memiliki kurang dari track

record perluasan jaringan dan operasi, terhadap gangguan

dan gangguan selama masa konstruksi. Pengikut juga harus

meletakkan kabel mereka sendiri untuk rumah pelanggan.

Dalam konteks mayoritas kota di Indonesia, ini bisa menjadi

mengganggu dan memakan waktu, karena sebagian besar rumah

tangga kaya yang rumah keluarga tunggal (unit hunian

tunggal). Ini bisa membuat pelanggan potensial enggan untuk

beralih penyedia layanan, terutama jika mereka sudah puas

dengan layanan yang ada. Dengan demikian, Perusahaan

Page 103: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 100

berkeyakinan faktor-faktor ini cenderung mengarah pada

tingkat penetrasi rendah untuk Followers. Perusahaan

berkeyakinan bahwa tinggi kebutuhan belanja modal untuk

perluasan jaringan, instalasi last-mile dan investasi dalam

peralatan premis pelanggan, ketika diambil bersama-sama

dengan tingkat penetrasi pasti, secara signifikan dapat

mengurangi return Follower atas investasi, yang mengarah ke

payback period lebih lama. Bahkan jika Followers dapat

peluncuran secepat Perusahaan, Perusahaan berkeyakinan

bahwa hal itu akan membawa mereka hingga enam tahun untuk

mencapai dimana Perusahaan saat ini.

Perusahaan berkeyakinan bahwa faktor-faktor ini berpotensi

menciptakan ekonomi miskin Pengikut dan dapat dianggap oleh

Pengikut sebagai penghalang alami untuk masuk ketika

merenungkan ekspansi atau masuk ke area layanan Perusahaan.

3.4 Jaringan NGBB canggih yang besar dan tahan banting,

yang mencerminkan investasi dan keahlian yang unggul

Perusahaan memiliki dan mengoperasikan jaringan NGBB paling

maju di Indonesia, dengan platform pengiriman yang unggul.

Berdasarkan MPA, Jaringan Perusahaan adalah maju dan

sejalan dengan jaringan NGBB lain dengan standar

internasional yang ditetapkan oleh operator terkemuka di

Asia, Eropa dan Amerika Serikat. Jaringan terdiri dari

sekitar 17.300 kilometer kabel diletakkan di daerah kunci

Page 104: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 101

dari area layanan Perusahaan (dengan sekitar 15.400

kilometer di Jabodetabek, 1.600 kilometer di Surabaya, 200

kilometer di Bandung dan 100 kilometer di Bali), yang

terdiri dari sekitar 7.000 kilometer serat kabel optik yang

menghubungkan tiga headends besar di Jakarta, Surabaya dan

Bali dengan 17 hub distribusi dan 3.627 node, dan 10.300

kilometer kabel koaksial yang menghubungkan node ke rumah.

Perusahaan berkeyakinan bahwa jaringan HFC adalah modus

yang paling cocok penyampaian layanan broadband di daerah

layanan inti Perusahaan, yang terdiri dari daerah-daerah

padat penduduk dan paling kaya dari Indonesia,

memaksimalkan kembali ekonomi Perusahaan.

Jaringan adalah jaringan kabel terbesar skala di Indonesia,

berdasarkan jumlah Home Passed dalam segmen residensial.

Hal ini sudah sepenuhnya DOCSIS 3.0 compliant yang

memungkinkan Perusahaan untuk menawarkan kecepatan download

broadband hingga 100 Mbps ke hampir seluruh rumah melewati

seluruh jaringan, dan memiliki kapasitas teknologi untuk

menawarkan kecepatan yang lebih tinggi. Manajemen berharap

bahwa jaringan akan lebih dari 60% 1 GHz diaktifkan dengan

sisa jaringan menjadi 870 MHz sesuai pada akhir kuartal

pertama 2015, lebih lanjut menegaskan kepemimpinan teknis

Perusahaan di pasar NGBB dan memungkinkan untuk memberikan

penawaran yang lebih luas HD, 3D dan saluran SD. Kapasitas

bandwidth spektrum yang tinggi ini memungkinkan pengiriman

Page 105: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 102

sejumlah besar saluran, terutama bandwidth yang intensif

saluran HD, yang meningkatkan daya tarik nya Layanan TV

kabel bagi pelanggan TV kabel yang. Selain itu, Jaringan

Perusahaan sepenuhnya dua arah diaktifkan yang memungkinkan

Perusahaan untuk menawarkan layanan nilai tambah

interaktif, seperti video-on-demand, TV mana saja dan

catch-up TV kepada pelanggannya.

Perusahaan percaya bahwa perusahaan jaringan mampu

mendukung pertumbuhan permintaan pelanggan dalam jangka

menengah. Perusahaan berkeyakinan bahwa dengan persyaratan

belanja modal yang wajar Jaringan bisa upgrade ke DOCSIS

3.1 dan bersama dengan perbaikan dalam peralatan pelanggan

premis, ini bisa memberikan kecepatan hingga 4 Gbps

berpotensi. Jaringan juga telah sengaja dirancang untuk

memiliki rendah rumah-ke-node rasio sekitar 360 rumah per

node rata-rata per Juni 2014, salah satu yang terendah di

seluruh dunia (berdasarkan MPA). Oleh karena itu,

Perusahaan berkeyakinan bahwa jaringan sangat upgradeable

dan mampu mencapai bandwidth yang gigabit dengan

persyaratan belanja modal yang wajar dalam jangka menengah,

jika dan ketika masuk akal secara komersial untuk

melakukannya.

Page 106: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 103

3.5 Beragam paket produk yang memberikan nilai unggul

pelanggan

Dengan memanfaatkan Jaringan canggih, Perusahaan mampu

menawarkan cepat, baik nilai, layanan internet terpercaya,

berbagai pilihan dalam konten TV premium, kualitas terbaik

di kelasnya pelayanan dan paket paket menarik. Perusahaan

berkeyakinan bahwa kombinasi dari karakteristik ini

memungkinkan Perusahaan untuk mempertahankan kepemimpinan

pasar.

Untuk pelanggan NGBB, Perusahaan menawarkan kecepatan

download yang tinggi hingga 100 Mbps ke hampir seluruh

rumah melewati nya “FastNet” persembahan. Tidak ada

penyedia jasa lainnya NGBB di Indonesia skala, berdasarkan

jumlah Home Passed, yang dapat memberikan kecepatan

download yang tinggi.

Untuk pelanggan TV kabel yang, Perusahaan menawarkan

berbagai pilihan saluran HD dan SD melalui nya “HomeCable”

persembahan. Pada tanggal 31 Juli 2014, itu menawarkan 60

saluran HD nasional dan internasional, yang berdasarkan

MPA, adalah jauh pilihan terluas saluran HD yang ditawarkan

oleh salah satu operator di Indonesia. Terluas kedua HD

menawarkan adalah melalui Biznet Max3 dengan 29 saluran HD,

diikuti oleh MNC Skyvision dengan 5 saluran HD (yang

dibatasi oleh teknologi DTH) berdasarkan MPA. Selain itu,

Page 107: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 104

Jaringan Perusahaan memungkinkan untuk memberikan layanan

hiburan canggih seperti video-on-demand, TV mana saja dan

layanan TV, yang tidak dapat ditawarkan oleh beberapa

teknologi saat ini bersaing dengan TV kabel, seperti DTH

catch-up.

Perusahaan telah menerapkan strategi bundling sukses.

Penawaran produk dipimpin oleh seorang cepat dan handal

NGBB korban, dibundel dengan layanan TV kabel yang kaya dan

berbeda yang bersaing pada kualitas dan inovasi,

menciptakan nilai proposisi menarik bagi konsumen.

Pelanggan Perusahaan menemukan nilai nyata dalam paket

Combo, seperti yang ditunjukkan oleh tingkat bundling

tinggi dimana sekitar 89%, 91% dan 92% dari semua pelanggan

pada tahun 2012, 2013 dan dalam enam bulan yang berakhir 30

Juni 2014 berlangganan paket Combo. Perusahaan berkeyakinan

bahwa hasil strategi bundling ini peningkatan penetrasi,

loyalitas pelanggan yang lebih tinggi dan peningkatan

pendapatan dari pelanggan. Perusahaan saat ini satu-satunya

operator skala di Indonesia yang mampu menawarkan baik NGBB

dan TV kabel dengan satu baris kabel ke rumah pelanggan,

yang menawarkan sangat menarik one-stop kenyamanan

proposisi.

Page 108: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 105

3.6 Rekam jejak pertumbuhan dan keterlabaan yang konsisten

Sejak bulan Juni 2011, Perusahaan telah mencapai

pertumbuhan pendapatan yang konsisten dan berkelanjutan

didorong oleh kepemimpinan pasar Perusahaan dan kinerja

operasional. Perusahaan terus meningkatkan pendapatan

dengan 28,0% pada tahun 2013 dari tahun sebelumnya dan

29,1% dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 dari

periode yang sama sebelumnya pada tahun 2013.

Pertumbuhan Residensial

Pertumbuhan NGBB perumahan dan TV kabel Layanan telah

didorong oleh (i) cepat dan menguntungkan ekspansi

jaringan, (ii) meningkatkan penetrasi daerah cakupan

jaringan yang ada, dan (iii) peningkatan strategi produk.

Selain strategi khusus untuk mendorong pertumbuhan di masa

depan di NGBB perumahan dan kabel TV Services, yang

selanjutnya dijelaskan di bawah “- Strategi” di bawah ini,

ada faktor-faktor yang mendasari bahwa Perusahaan berharap

dapat memberikan pertumbuhan tambahan sebagai berikut:

(i) Luasnya kesempatan ekspansi di wilayah jangkauan utama

saat ini

Berdasarkan jumlah Rumah Tangga inti A dan B Rumah Tangga,

dan setelah mempertimbangkan berbagai faktor termasuk

kelayakan Jaringan membangun-out dan pertimbangan geografis

Page 109: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 106

tertentu, Perusahaan memperkirakan bahwa yang Jaringan

mencakup 45% dari daerah bahwa Perusahaan saat ini percaya

adalah beralamat dan layak secara komersial untuk membangun

Jaringan-out (dengan “Perkiraan Cakupan Ratio”) di wilayah

Jabodetabek pada tanggal 30 Juni 2014 Perusahaan

memperkirakan Perkiraan Cakupan Ratio untuk wilayah

Surabaya dan Bandung adalah 45% dan 10%, masing-masing.

Dengan demikian, ada ruang yang signifikan bagi Perusahaan

untuk memperluas dalam daerah cakupan inti saat ini.

Estimasi Rasio Cakupan diperkirakan berdasarkan A Rumah

Tangga dan B Data Rumah Tangga pada tanggal 31 Desember

2013 dan tidak memperhitungkan pertumbuhan dan migrasi ke A

Rumah Tangga dan Rumah Tangga B di masa depan.

(ii) Luasnya kesempatan kenaikan penetrasi wilayah

jangkauan Jaringan yang ada

Perusahaan percaya ada ruang yang signifikan bagi

peningkatan lebih lanjut dalam tingkat penetrasi di daerah

cakupan jaringan yang ada. Keseluruhan penetrasi pelanggan

broadband Perusahaan adalah 27,2% Home Passed, pada tanggal

30 Juni 2014 secara keseluruhan penetrasi yang relatif

rendah dibandingkan dengan operator TV terkemuka NGBB dan

kabel global, termasuk di Belgia, Prancis, Belanda, Inggris

dan Amerika Serikat, yang penetrasi berkisar antara sekitar

35% dan 72% pada tanggal 31 Desember 2013, berdasarkan MPA.

Penetrasi yang relatif rendah Perusahaan disebabkan

Page 110: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 107

ekspansi jaringan yang signifikan dan cepat. Pada tanggal

30 Juni 2014, sekitar 50% dari total rumah yang disahkan

oleh Perusahaan berusia kurang dari 2,5 tahun. Berdasarkan

profil penetrasi jatuh tempo sejarah, Perusahaan

mengharapkan penetrasi rumah saat ini kurang matang

melewati meningkat seiring waktu dan dampak positif tingkat

penetrasi keseluruhan dicapai oleh Perusahaan. Selain itu,

tingkat penetrasi yang lebih tinggi dari operator TV kabel

NGBB dan lainnya di negara-negara lain dibandingkan dengan

Perusahaan juga mungkin disebabkan oleh disposable income

yang relatif tinggi di negara-negara dibandingkan dengan

Indonesia. Perusahaan mengharapkan pertumbuhan pendapatan

disposable di Indonesia untuk memberikan dukungan lebih

lanjut untuk peningkatan penetrasi di daerah cakupan

jaringan yang ada.

(iii) Strategi produk

Paket Perusahaan telah dirancang untuk berada di berbagai

titik harga. Paket masuk ditargetkan pada C1 Rumah Tangga,

sedangkan paket yang lebih tinggi dari memberikan pilihan

yang signifikan dan diferensiasi untuk Rumah Tangga Sebuah

inti dan Rumah Tangga B. Perusahaan berkeyakinan bahwa

pertumbuhan dan migrasi ke A Rumah Tangga dan Rumah Tangga

B di daerah cakupan inti Perusahaan harus memberikan

dukungan tambahan untuk upaya pemasaran terfokus Perusahaan

di tempat untuk Upsell paket tingkat yang lebih tinggi,

Page 111: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 108

menjual add-on paket dan tambahan nilai tambah produk, yang

diharapkan untuk menyebabkan ARPU yang lebih tinggi.

Pertumbuhan Badan Usaha

DataComm telah menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan

bisnis Enterprise Services Perusahaan, lebih dari dua kali

lipat jumlah klien perusahaan sejak 2011, meningkat dari

495 pada 31 Desember 2011, untuk 1332 pada 30 Juni 2014

pendapatan DataComm tumbuh pada CAGR 43,9% antara tahun

2011 dan 2013, dengan pendapatan meningkat dari Rp91.6

miliar menjadi Rp147 miliar menjadi Rp190.5 miliar untuk

tahun yang berakhir 31 Desember 2011, 2012 dan 2013,

masing-masing. Pendapatan dalam enam bulan pertama 30 Juni

2014 adalah Rp109.7 miliar, yang mencerminkan pertumbuhan

26,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pertumbuhan yang kuat di klien perusahaan sesuai dengan

pertumbuhan pendapatan dan dapat memberikan kontribusi

terhadap tiga faktor berikut: (i) perluasan jaringan di

wilayah Jabodetabek telah memberikan kesempatan untuk

DataComm untuk menangkap sejumlah besar klien perusahaan;

(ii) pola penggunaan komplementer di mana klien perusahaan

memanfaatkan kelebihan bandwidth pelanggan perumahan selama

jam kerja telah mengakibatkan beban operasional yang rendah

untuk DataComm, sehingga harga bisnis DataComm untuk

menjadi kompetitif dan untuk menarik klien perusahaan baru;

Page 112: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 109

(iii) kualitas broadband unggul yang telah membantu dalam

DataComm menjadi salah satu layanan penyedia komunikasi

data yang mengarah ke komunitas bisnis di Indonesia,

menarik klien baru perusahaan.

Perusahaan juga diharapkan dapat memberikan manfaat segmen

iklan pay TV cepat tumbuh, lanjut mengemudi pendapatan

Periklanan Penjualan nya. Kontributor lain untuk

pertumbuhan ini telah menjadi produk iklan digital yang

inovatif Perusahaan telah ditawarkan seperti iklan di kami

panduan program elektronik dan aplikasi TV interaktif, yang

telah terbukti berhasil dalam menumbuhkan pendapatan

Periklanan Penjualan.

Keterlabaan dan Penghasilan secara Keseluruhan

Perusahaan telah dipertahankan dan ditingkatkan

profitabilitas sementara mencapai pertumbuhan pendapatan

yang kuat melalui keunggulan operasional dan disiplin

keuangan. Margin EBITDA Disesuaikan Perusahaan secara

konsisten termasuk yang tertinggi di industri, berdasarkan

MPA, di 54,0%, 54,1% dan 57,2% pada tahun 2012, 2013 dan

enam bulan pertama 2014, masing-masing.

Perusahaan arus kas yang kuat dari operasi yang ada

memungkinkan Perusahaan untuk terus memperluas jaringan

dengan cepat. Perusahaan berharap bahwa belanja modal untuk

ekspansi jaringan akan terutama didukung oleh arus kas dari

Page 113: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 110

operasi. Ekspansi Jaringan ini memungkinkan perusahaan

untuk menghasilkan pendapatan tambahan, laba dan arus kas,

yang pada gilirannya dapat diinvestasikan kembali untuk

pertumbuhan lanjutan dari Jaringan.

Perusahaan memiliki neraca yang kuat, yang berdasarkan

keyakinan Perusahaan akan memungkinkan untuk kapasitas

pendanaan yang cukup besar diperlukan untuk pertumbuhan di

masa depan.

3.7 Tim manajemen berpengalaman dengan rekam jejak yang

jelas

Perusahaan ini dipimpin oleh tim manajemen yang

berpengalaman yang terdiri terkemuka profesional Indonesia

dan veteran industri internasional. Tim ini memiliki lebih

dari 150 tahun pengalaman gabungan (rata-rata lebih dari 22

tahun per anggota) di sektor TV NGBB dan kabel, sektor

teknologi, keuangan dan bisnis konsumen.

Pengalaman tim manajemen dengan organisasi terkemuka

seperti StarHub, Microsoft dan Motorola signifikan

internasional NGBB, Cable TV dan teknologi telah

menyebabkan jaringan terbaik di kelasnya dan produk dan

layanan yang inovatif menawarkan dengan standar global,

didukung oleh teknologi canggih Perusahaan.

Melengkapi keahlian teknis internasional, tim memiliki

pengalaman yang signifikan dalam sektor konsumen terkait

Page 114: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 111

dan layanan pelanggan dengan lembaga-lembaga terkemuka.

Pemahaman yang kuat dari pasar dan konsumen Indonesia

memungkinkan Perusahaan untuk menangkap peluang tumbuh

besar dan cepat di pasar TV NGBB dan kabel dan berkembang

dengan cepat dan pesat ke daerah-daerah cakupan yang

menarik.

Pengalaman tim manajemen yang kuat di bidang keuangan dan

operasi juga merupakan pendorong utama disiplin keuangan

Perusahaan, yang memungkinkan eksekusi mulus strategi

ekspansi dipercepat tanpa mengorbankan hasil operasional

dan keuangan. Hal ini telah menyebabkan Perusahaan untuk

mencapai salah satu yang tertinggi Disesuaikan EBITDA

margin di sektor ini (berdasarkan MPA), dan untuk

menghasilkan arus kas yang kuat untuk mendanai ekspansi

jaringan yang cepat.

Tim Manajemen Perusahaan telah berhasil diawasi beberapa

tonggak penting dalam pengembangan Perusahaan sejak tahun

2011, termasuk mencapai 1 juta rumah disahkan pada 2013,

lebih dari dua kali lipat jumlah Home Passed antara Juni

2011 dan Juni 2014 dan memperluas wilayah cakupan intinya

dari Jabodetabek ke Wilayah Surabaya dan Bandung.

Page 115: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 112

4 STRATEGI

4.1 Memperluas jangkauan jaringan kabel ke wilayah yang

potensial

Pasar broadband Indonesia masih sangat underpenetrated.

Berdasarkan perkiraan MPA, broadband dan TV berbayar

penetrasi rumah tangga di Indonesia hanya 5,4% dan 8,6%

pada akhir tahun 2013, masing-masing. NGBB dan kabel pasar

TV adalah subset dari broadband Indonesia dan membayar

sektor TV, yang bahkan lebih underpenetrated, dengan

Perusahaan sebagai satu-satunya operator skala baik di

pasar. Manajemen memandang ini sebagai peluang yang sangat

besar untuk memperluas pendapatan Jaringan sebagai

permintaan NGBB di Indonesia meningkat.

Perusahaan telah berhasil meningkatkan rumah dilalui lebih

dari 250.000 rumah di kedua 2012 dan 2013 menyebabkan

pertumbuhan pendapatan yang kuat dan profitabilitas.

Perusahaan atribut keberhasilannya dalam seperti ekspansi

jaringan yang cepat dan menguntungkan kemampuannya untuk

mengidentifikasi daerah-daerah baru yang menarik ekspansi,

serta keahlian akumulasi dan pendekatan terstruktur untuk

peluncuran baru, yang mempromosikan koordinasi yang efektif

dan efisien antara Jaringan ekspansi dan kegiatan

pemasaran.

Perusahaan ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah Home

Passed sekitar 1,8 juta pada tahun 2016 berfokus pada

Page 116: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 113

daerah cakupan inti saat Jabodetabek, Surabaya dan Bandung

dan menargetkan Rumah Tangga A inti besar, menarik dan

cepat tumbuh dan Rumah Tangga B, serta menargetkan C1 Rumah

Tangga sebagai potensi upside. Kehadiran Perusahaan dan

fokus pada tiga bidang metropolitan yang paling menarik di

Indonesia memberikan fleksibilitas yang signifikan bagi

Perusahaan untuk mempertahankan ekspansi yang cepat dan

menguntungkan dari Jaringan.

Sementara fokus Perusahaan akan tetap pada daerah cakupan

inti saat dalam jangka menengah, Manajemen terus

mengevaluasi kota-kota baru di Indonesia berdasarkan

demografi kota dan potensi profil keuntungan finansial.

4.2 Kenaikan penetrasi di wilayah jangkauan yang ada

melalui pemasaran ulang

Perusahaan memonitor penetrasi rumah yang berlalu,

pengelompokan rumah melewati bulan dimana mereka menjadi

operasional. Setiap kelompok seperti rumah adalah

“vintage”. Pada 31 Mei 2014, ada 41 vintages Home Passed

sejak Januari 2011 Kurva penetrasi bawah ini merupakan

penetrasi rata-rata 41 vintages di setiap bulan karena

setiap vintage Home Passed menjadi operasional. Jumlah

vintages dimasukkan dalam perhitungan rata-rata menurun

sebagai jumlah bulan sejak vintage menjadi meningkat

operasional. Misalnya, penetrasi rata-rata untuk bulan 1

Page 117: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 114

dihitung berdasarkan semua 41 vintages, sedangkan penetrasi

median rata-rata untuk bulan 36 berdasarkan 6 vintages yang

telah beroperasi selama setidaknya 36 bulan:

4.3%

21.1%

27.0%

37.6%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

Mo

nth

1

Mo

nth

2

Mo

nth

3

Mo

nth

4

Mo

nth

5

Mo

nth

6

Mo

nth

7

Mo

nth

8

Mo

nth

9

Mo

nth

10

Mo

nth

11

Mo

nth

12

Mo

nth

13

Mo

nth

14

Mo

nth

15

Mo

nth

16

Mo

nth

17

Mo

nth

18

Mo

nth

19

Mo

nth

20

Mo

nth

21

Mo

nth

22

Mo

nth

23

Mo

nth

24

Mo

nth

25

Mo

nth

26

Mo

nth

27

Mo

nth

28

Mo

nth

29

Mo

nth

30

Mo

nth

31

Mo

nth

32

Mo

nth

33

Mo

nth

34

Mo

nth

35

Mo

nth

36

% ta

ke u

p r

ate

(a)

Month 10

Month 20

Month 36

Month 1

(a) Tingkat penetrasi% dihitung berdasarkan rata-rata

tingkat penetrasi bulanan historis setiap vintage yang

bulanan digulirkan dari Januari 2011 sampai Mei 2014

Sebagai hasil dari ekspansi yang cepat, Jaringan relatif

muda, dengan sekitar 760.000 rumah yang berlalu setelah

Juni 2011 dari PERMODALAN DAN HUTANG

Tabel di bawah ini menunjukkan kas dan setara kas dan

kapitalisasi Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2014 secara

aktual. Informasi ini telah diambil dari informasi keuangan

yang telah diaudit Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2014.

Page 118: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 115

Pada 30 Juni 2014

(milyar Rp)

(milyar dolar AS)(1)

Kas dan setara kas 379,3 31,7

Batas waktu hutang jangka panjang saat ini – bagian yang jatuh

tempo dalam satu tahun ......................................................................... 70,0 5,8 Hutnag jangka panjang – bagian yang jatuh tempo lebih dari satu

tahun....................................................................................................... 163,3 13,6

Hutang Total .............................................................................................. 233,3 19,4 Saham modal .............................................................................................. 304,3 25,4 Tambahan modal disetor ............................................................................. 1.431,1 119,6 Laba ditahan ................................................................................................ 1.019,5 85,2 Bunga pengendali ....................................................................................... (0,2)

Ekuitas Total .............................................................................................. 2.754,7 230,2

Permodalan Total (termasuk kas dan setara kas) ................................ 2.988,0 249,7

Catatan:

(1) Semata-mata untuk kenyamanan pembaca, jumlah Rupiah

telah dikonversikan ke dalam dolar AS dengan menggunakan

kurs US$ 1 = Rp 11.969 memberlakukan pembulatan, di mana

berlaku. Terjemahan kenyamanan adalah tidak diaudit dan

tidak boleh ditafsirkan bahwa jumlah Rupiah mewakili,

atau telah atau dapat dikonversi menjadi, dolar AS di

atau kurs pertukaran lainnya.

KEBIJAKAN DIVIDEN

Pembayaran dividen

Perusahaan tidak melakukan pembagian dividen pada tahun

2011, 2012 dan 2013.

Pada tahun 2014, Perusahaan menyatakan dan membayarkan

dividen final sebesar Rp 42 milyar sehubungan dengan tahun

buku 2013.

Page 119: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 116

Perusahaan tidak berniat untuk menyatakan dividen final

atau sementara dalam waktu dekat.

USAHA

VISI DAN MISI

Perusahaan bertujuan menjadi pilihan pertama dalam layanan

broadband, televisi dan media serta mengubah kehidupan

konsumen Indonesia dengan menyediakan layanan dan solusi

broadband dan media yang inovatif dan maju.

3 KEKUATAN

3.1 Perusahaan beroperasi di pasar yang besar, sangat

menarik dan minim penetrasi

Berdasarkan MPA, Indonesia merupakan pasar broadband yang

paling minim penetrasi dan dengan pertumbuhan tercepat

dalam 20 ekonomi global terbesar. Indonesia adalah negara

dengan penduduk terpadat keempat di dunia, dengan populasi

mencapai 248 juta orang, dan merupakan negara terbesar ke-

16 berdasarkan PDB sebesar US$ 870 milyar pada tahun 2013

(berdasarkan MPA). Indonesia merupakan salah satu negara

dengan perekonomian yang tumbuh paling cepat di dunia

dengan PDB nyata diperkirakan tumbuh dengan CAGR 5,8%

antara tahun 2013 dan 2018, berdasarkan MPA.

Belanja konsumen menyumbang 59% dari PDB nasional pada

tahun 2013. Tingkat konsumsi yang tinggi ini didukung oleh

Page 120: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 117

kuatnya keyakinan konsumen Indonesia yang, berdasarkan

Nielsen, menduduki peringkat tertinggi kedua dalam

keyakinan konsumen nasional secara global. Kelas besar dan

pertumbuhan konsumen yang cepat diperkirakan akan meningkat

dari 45 juta orang pada 2010 menjadi 135 juta penduduk pada

tahun 2030, dengan asumsi pertumbuhan PDB per tahun 5-6%,

berdasarkan McKinsey. Inti Pasar Pelanggan Perusahaan Rumah

Tangga A dan Rumah Tangga B berjumlah 4,1 juta pada tahun

2013 di daerah cakupan intinya, tumbuh pada CAGR sebesar

17,6% 2010-2013, dengan C1 Rumah Tangga berjumlah 2,6 juta

pada tahun 2013, berdasarkan Nielsen.

Indonesia memiliki salah satu populasi termuda di dunia,

berdasarkan MPA. Pada 2013, 54% penduduk Indonesia berada

di bawah usia 30. Konsumen muda cenderung menggunakan lebih

banyak produk digital dan jasa, yang menyebabkan

peningkatan volume data yang digunakan oleh konsumen dan

meningkatnya permintaan untuk koneksi internet, terutama

dengan kecepatan tinggi. Hal ini membuat Indonesia menjadi

pasar yang penting bagi semua perusahaan yang menawarkan

jasa-internet terkait, seperti Perusahaan.

Di antara top 20 ekonomi di dunia, tingkat penetrasi

layanan broadband di Indonesia tetap merupakan yang

terendah kedua, yaitu sebesar 5,4% pada 2013, berdasarkan

MPA. MPA memperkirakan bahwa tingkat penetrasi TV berbayar

di Indonesia adalah 8,6% pada tahun 2013, secara signifikan

Page 121: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 118

di belakang yang lain top 20 ekonomi di dunia. MPA

mengharapkan tingkat penetrasi dibawah di kedua broadband

dan TV berbayar dapat mendorong peningkatan tajam dalam

jumlah pelanggan. MPa juga mengharapkan pelanggan broadband

meningkat pada CAGR sebesar 13,4% dari 2013 sampai 2018 dan

membayar pelanggan TV pada CAGR sebesar 15,8% dari tahun

2013 sampai 2018. NGBB dan Pasar TV kabel adalah bagian

dari broadband Indonesia dan sektor TV berbayar,

menyiratkan tingkat penetrasi dibawah lebih signifikan.

Perusahaan adalah operator tunggal skala di pasar ini dan

langsung akan mendapatkan keuntungan dari proyeksi kenaikan

tingkat penetrasi.

3.2 Perusahaan beroperasi di sejumlah wilayah metropolitan

yang paling menarik di Indonesia

Semakin berkembangnya perekonomian Indonesia telah

menyebabkan bertambahnya kelas menengah yang semakin urban,

berkonsentrasi pada PDB Indonesia di daerah urban. McKinsey

memperkirakan bahwa proporsi penduduk Indonesia yang hidup

di daerah perkotaan akan meningkat dari 53% pada tahun 2010

menjadi 71% pada tahun 2030 yang akan meningkatkan pangsa

keseluruhan PDB Indonesia di daerah perkotaan dari 74% pada

tahun 2010 menjadi 86% pada tahun 2030.

Meningkatnya urbanisasi dan PDB tren konsentrasi ini akan

menguntungkan broadband tetap dan operator TV kabel,

Page 122: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 119

seperti Perusahaan, karena jumlah rumah tangga yang dapat

ditujukan untuk produk-produknya, terutama inti Rumah

Tangga A makmur Perusahaan dan Rumah Tangga B, meningkat.

Peningkatan konsentrasi rumah tangga inti dan yang dapat

ditujukan harus meningkatkan penetrasi pelanggan di wilayah

cakupan jaringan yang ada, dan memberikan kesempatan untuk

mencapai laba atas investasi untuk jaringan perluasan

jaringan di daerah cakupan baru di daerah metropolitan.

Daerah cakupan inti Perusahaan saat ini terdiri dari

Jabodetabek, Surabaya dan Bandung. Daerah ini adalah di

antara mereka dengan tertinggi kontribusi PDB dan kerapatan

populasi di Indonesia dan merupakan pusat ekonomi dan

komersial yang penting. Selain itu, berdasarkan McKinsey,

kota dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia akan menjadi

kota menengah besar (didefinisikan sebagai kota dengan

jumlah penduduk antara 5 sampai 10 juta) dan menengah

menengah kota (didefinisikan sebagai kota dengan jumlah

penduduk antara 2 sampai 5 juta) yang diperkirakan akan

tumbuh pada CAGR PDB riil sebesar 9,1% dan 6,9%, masing-

masing, 2010-2030, tunduk pada investasi yang cukup dalam

infrastruktur perkotaan seperti perumahan, air, energi dan

transportasi, serta terus semakin baiknya produktivitas di

Indonesia. Kota-kota ini termasuk beberapa kota dimana

Perusahaan beroperasi, seperti Jakarta, Bogor, Bekasi dan

Tangerang di Jabodetabek, serta Surabaya dan Bandung.

Page 123: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 120

3.3 Pemimpin pasar NGBB di Indonesia yang belum

tertandingi dengan keunggulan yang kuat sebagai pelopor

Perusahaan memiliki pangsa pasar sekitar 98% dari pasar

NGBB di Indonesia pada tanggal 31 Desember 2013

(berdasarkan MPA) dan merupakan satu-satunya operator

skala, berdasarkan jumlah Home Passed, dalam pasar NGBB di

negara ini. Dengan tidak ada operator lain skala di pasar

NGBB, layanan broadband melalui teknologi ADSL dengan

kecepatan maksimum diiklankan dari 3 Mbps adalah satu-

satunya alternatif bagi sebagian besar konsumen di daerah

cakupan inti Perusahaan.

Perusahaan secara aktif tumbuh pasar NGBB melalui program

perluasan jaringan dan berharap dapat mempertahankan

kepemimpinan pasar yang signifikan. Jaringan telah

menambahkan lebih dari 250.000 rumah baru disahkan per

tahun di setiap 2012 dan 2013, dan berdasarkan MPA, ini tak

tertandingi oleh operator lain berusaha untuk memperluas

jaringan NGBB di Indonesia. Perusahaan berkeyakinan telah

mencapai keuntungan penggerak pertama, membangun posisi

pasar yang kuat di Jabodetabek dan Surabaya, dan pada saat

yang sama ekspansi ke Bandung.

Dengan menjadi operator pertama yang menawarkan layanan

menggunakan jaringan HFC berkualitas tinggi, Perusahaan

telah mampu menarik target pelanggan dalam wilayah cakupan

Page 124: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 121

inti dan mencapai tingkat penetrasi yang tinggi sehingga

laba atas investasi untuk perluasan jaringan. Perusahaan

memiliki perusahaan Jaringan, termasuk last mile kabel

kepada pelanggan, kecuali dalam jumlah kasus yang terbatas

di mana pengembang properti memiliki mil terakhir dari

Jaringan. Penyedia layanan lainnya tidak dapat menggunakan

jaringan Perusahaan atau kabel tanpa persetujuan Perusahaan

dan agar dapat memberikan layanan kepada pelanggan di

wilayah cakupan Perusahaan yang ada, penyedia layanan

biasanya akan perlu menginstal jaringan sendiri dan kabel

sampai mil terakhir.

Terdapat rintangan alami yang signifikan lebih lanjut bagi

operator NGBB potensial lain (“Pengikut”) untuk memperluas

ke daerah-daerah cakupan Perusahaan yang ada di tingkat

masyarakat dan tingkat pelanggan. Di tingkat masyarakat,

tokoh masyarakat dan warga dapat mempertimbangkan manfaat

menambahkan operator NGBB lainnya, yang umumnya memiliki

kurang dari track record perluasan jaringan dan operasi,

terhadap gangguan dan gangguan selama masa konstruksi.

Pengikut juga harus meletakkan kabel mereka sendiri untuk

rumah pelanggan. Dalam konteks mayoritas kota di Indonesia,

ini bisa menjadi mengganggu dan memakan waktu, karena

sebagian besar rumah tangga kaya yang rumah keluarga

tunggal (unit hunian tunggal). Hal ini dapat membuat

pelanggan potensial enggan untuk beralih terhadap penyedia

Page 125: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 122

layanannya, terutama jika mereka sudah puas dengan layanan

yang ada. Dengan demikian, Perusahaan berkeyakinan bahwa

faktor-faktor ini cenderung mengarah pada tingkat penetrasi

rendah untuk para pengikut. Perusahaan berkeyakinan bahwa

tinggi kebutuhan belanja modal untuk perluasan jaringan,

instalasi last-mile dan investasi dalam peralatan premis

pelanggan, ketika diambil bersama-sama dengan tingkat

penetrasi pasti, secara signifikan dapat mengurangi return

Para pengikut atas investasi, yang mengarah ke payback

period lebih lama. Bahkan jika para pengikut dapat berjalan

secepat Perusahaan, Perusahaan berkeyakinan bahwa hal itu

akan membawa mereka hingga enam tahun untuk mencapai dimana

Perusahaan saat ini.

Perusahaan berkeyakinan bahwa faktor-faktor ini berpotensi

menciptakan persaingan ekonomi yang buruk bagi Para

Pengikut dan dapat dianggap oleh Pengikut sebagai

penghalang alami untuk masuk ketika berpikiran untuk

melakukan ekspansi atau masuk ke area layanan Perusahaan.

3.4 Jaringan NGBB canggih yang besar dan tahan banting,

yang mencerminkan investasi dan keahlian yang unggul

Perusahaan memiliki dan mengoperasikan jaringan NGBB paling

maju di Indonesia, dengan platform pengiriman yang unggul.

Berdasarkan MPA, Jaringan Perusahaan adalah maju dan

sejalan dengan jaringan NGBB lain dengan standar

Page 126: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 123

internasional yang ditetapkan oleh operator terkemuka di

Asia, Eropa dan Amerika Serikat. Jaringan terdiri dari

sekitar 17.300 kilometer kabel diletakkan di daerah utama

dari area layanan Perusahaan (dengan sekitar 15.400

kilometer di Jabodetabek, 1.600 kilometer di Wilayah

Surabaya, 200 kilometer di Bandung dan 100 kilometer di

Bali), yang terdiri dari sekitar 7.000 kilometer serat

kabel optik yang menghubungkan tiga headends besar di

Jakarta, Surabaya dan Bali dengan 17 hub distribusi dan

3.627 node, dan 10.300 kilometer kabel koaksial yang

menghubungkan node ke rumah. Perusahaan berkeyakinan bahwa

jaringan HFC adalah model yang paling cocok penyampaian

layanan broadband di daerah layanan inti Perusahaan, yang

terdiri dari daerah-daerah padat penduduk dan paling kaya

dari Indonesia, memaksimalkan kembali ekonomi Perusahaan.

Jaringan adalah jaringan kabel terbesar skala di Indonesia,

berdasarkan jumlah Home Passed dalam segmen residensial.

Hal ini sudah sepenuhnya DOCSIS 3.0 compliant yang

memungkinkan Perusahaan untuk menawarkan kecepatan

mengunduh broadband hingga 100 Mbps ke hampir seluruh rumah

melewati seluruh jaringan, dan memiliki kapasitas teknologi

untuk menawarkan kecepatan yang lebih tinggi. Manajemen

berharap bahwa jaringan akan lebih dari 60% 1 GHz

diaktifkan dengan sisa jaringan menjadi 870 MHz sesuai pada

akhir kuartal pertama 2015, lebih lanjut menegaskan

Page 127: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 124

kepemimpinan teknis Perusahaan di pasar NGBB dan

memungkinkan untuk memberikan penawaran yang lebih luas HD,

3D dan saluran SD. Kapasitas bandwidth spektrum yang tinggi

ini memungkinkan pengiriman sejumlah besar saluran,

terutama bandwidth yang intensif saluran HD, yang

meningkatkan daya tarik nya Layanan TV kabel bagi pelanggan

TV kabel. Selain itu, Jaringan Perusahaan sepenuhnya dua

arah diaktifkan memungkinkan Perusahaan untuk menawarkan

layanan nilai tambah interaktif, seperti video-on-demand,

Anywhere TV dan catch-up TV kepada pelanggannya.

Perusahaan percaya bahwa perusahaan jaringan mampu

mendukung pertumbuhan permintaan pelanggan dalam jangka

menengah. Perusahaan berkeyakinan bahwa dengan persyaratan

belanja modal yang wajar Jaringan bisa upgrade ke DOCSIS

3.1 dan bersama dengan perbaikan dalam peralatan pelanggan

premis, ini berpotensi untuk memberikan kecepatan hingga 4

Gbps. Jaringan juga telah sengaja dirancang untuk memiliki

rendah rumah-ke-node rasio untuk sekitar 360 rumah per node

rata-rata per Juni 2014, salah satu yang terendah di

seluruh dunia (berdasarkan MPA). Oleh karena itu,

Perusahaan berkeyakinan bahwa jaringan sangat mampu untuk

ditingkatkan dan mampu mencapai gigabit bandwidth dengan

persyaratan belanja modal yang wajar dalam jangka menengah,

jika dan ketika masuk akal secara komersial untuk

melakukannya.

Page 128: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 125

3.5 Beragam paket produk yang memberikan nilai unggul

pelanggan

Dengan memanfaatkan Jaringan canggih, Perusahaan mampu

menawarkan secara cepat, nilai yang baik, layanan internet

terpercaya, berbagai pilihan dalam konten TV premium,

kualitas terbaik di kelasnya pelayanan dan paket paket

menarik. Perusahaan berkeyakinan bahwa kombinasi dari

karakteristik ini memungkinkan Perusahaan untuk

mempertahankan kepemimpinan pasar.

Untuk pelanggan NGBB, Perusahaan menawarkan kecepatan

mengunduh yang tinggi hingga 100 Mbps ke hampir seluruh

rumah melalui penawaran “FastNet”. Tidak ada penyedia jasa

NGBB lainnya di skala Indonesia, berdasarkan jumlah rumah

yang dilalui, yang dapat memberikan kecepatan mengunduh

yang tinggi.

Untuk pelanggan TV kabel yang, Perusahaan menawarkan

berbagai pilihan saluran HD dan SD melalui penawaran

“HomeCable”. Pada tanggal 31 Juli 2014, itu menawarkan 60

saluran HD nasional dan internasional, yang berdasarkan

MPA, adalah jauh pilihan terluas saluran HD yang ditawarkan

oleh salah satu operator di Indonesia. Terluas kedua HD

menawarkan adalah melalui Biznet Max3 dengan 29 saluran HD,

diikuti oleh MNC Skyvision dengan 5 saluran HD (yang

dibatasi oleh teknologi DTH) berdasarkan MPA. Selain itu,

Page 129: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 126

Jaringan Perusahaan memungkinkan untuk memberikan layanan

hiburan canggih seperti jasa video-on-demand, Anywhere TV

dan catch-up TV, yang tidak dapat ditawarkan oleh beberapa

teknologi saat ini bersaing dengan TV kabel, seperti DTH

catch-up.

Perusahaan telah menerapkan strategi paket yang sukses.

Penawaran produk dipimpin oleh seorang cepat dan handal

pada penawaran NGBB, dikemas dengan layanan TV kabel yang

kaya dan berbeda yang bersaing pada kualitas dan inovasi,

menciptakan nilai proposisi menarik bagi konsumen.

Pelanggan Perusahaan menemukan nilai nyata dalam paket

Combo, seperti yang ditunjukkan oleh tingkat bundling

tinggi dimana sekitar 89%, 91% dan 92% dari semua pelanggan

pada tahun 2012, 2013 dan dalam enam bulan yang berakhir 30

Juni 2014 berlangganan paket Combo. Perusahaan berkeyakinan

bahwa hasil strategi bundling ini peningkatan penetrasi,

loyalitas pelanggan yang lebih tinggi dan peningkatan

pendapatan dari pelanggan. Perusahaan saat ini satu-satunya

operator skala di Indonesia yang mampu menawarkan baik NGBB

dan TV kabel dengan satu baris kabel ke rumah pelanggan,

yang menawarkan sangat menarik one-stop kenyamanan

proposisi.

Page 130: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 127

3.6 Rekam jejak pertumbuhan dan keterlabaan yang konsisten

Sejak bulan Juni 2011, Perusahaan telah mencapai

pertumbuhan pendapatan yang konsisten dan berkelanjutan

didorong oleh kepemimpinan pasar Perusahaan dan kinerja

operasional. Perusahaan terus meningkatkan pendapatan

dengan 28,0% pada tahun 2013 dari tahun sebelumnya dan

29,1% dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014 dari

periode yang sama sebelumnya pada tahun 2013.

Pertumbuhan Residensial

Pertumbuhan NGBB perumahan dan TV kabel Layanan telah

didorong oleh (i) cepat dan menguntungkan ekspansi

jaringan, (ii) meningkatkan penetrasi daerah cakupan

jaringan yang ada, dan (iii) peningkatan strategi produk.

Selain strategi khusus untuk mendorong pertumbuhan di masa

depan di NGBB perumahan dan kabel TV Services, yang

selanjutnya dijelaskan di bawah “- Strategi” di bawah ini,

ada faktor-faktor yang mendasari bahwa Perusahaan berharap

dapat memberikan pertumbuhan tambahan sebagai berikut:

(i) Luasnya kesempatan ekspansi di wilayah jangkauan utama

saat ini

Berdasarkan jumlah Rumah Tangga inti A dan Rumah Tangga

inti B, dan setelah mempertimbangkan berbagai faktor

termasuk kelayakan Jaringan yang dibangun keluar dan

Page 131: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 128

pertimbangan geografis tertentu, Perusahaan memperkirakan

bahwa yang Jaringan mencakup 45% dari daerah bahwa

Perusahaan saat ini mempercayai bahwa hal tersebut dapat

dijawab dan mungkin secara komersial untuk membangun

Jaringan yang dibangun keluar (dengan “Perkiraan Cakupan

Ratio”) di wilayah Jabodetabek pada tanggal 30 Juni 2014

Perusahaan memperkirakan Perkiraan Cakupan Ratio untuk

wilayah Surabaya dan Bandung adalah 45% dan 10%, masing-

masing. Dengan demikian, ada ruang yang signifikan bagi

Perusahaan untuk memperluas dalam daerah cakupan inti saat

ini. Estimasi Rasio Cakupan diperkirakan berdasarkan Rumah

Tangga A dan Data Rumah Tangga B pada tanggal 31 Desember

2013 dan tidak memperhitungkan pertumbuhan dan migrasi ke

Rumah Tangga A dan Rumah Tangga B di masa depan.

(ii) Luasnya kesempatan kenaikan penetrasi wilayah

jangkauan Jaringan yang ada

Perusahaan percaya ada ruang yang signifikan bagi

peningkatan lebih lanjut dalam tingkat penetrasi di daerah

cakupan jaringan yang ada. Keseluruhan penetrasi pelanggan

broadband Perusahaan adalah 27,2% home passed, pada tanggal

30 Juni 2014 secara keseluruhan penetrasi yang relatif

rendah dibandingkan dengan operator TV terkemuka NGBB dan

Operasional TV kabel global, termasuk di Belgia, Perancis,

Belanda, Inggris dan Amerika Serikat, yang penetrasi

berkisar antara sekitar 35% dan 72% pada tanggal 31

Page 132: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 129

Desember 2013, berdasarkan MPA. Penetrasi yang relatif

rendah Perusahaan disebabkan ekspansi jaringan yang

signifikan dan cepat. Pada tanggal 30 Juni 2014, sekitar

50% dari total home passed oleh Perusahaan berusia kurang

dari 2,5 tahun. Berdasarkan profil penetrasi jatuh tempo

sejarah, Perusahaan mengharapkan penetrasi home passed saat

ini kurang matang melewati meningkat seiring waktu dan

dampak positif tingkat penetrasi keseluruhan dicapai oleh

Perusahaan. Sebagai tambahan, tingkat penetrasi yang lebih

tinggi dari NGBB lainnya dan operator TV kabel di negara-

negara lain dibandingkan dengan Perusahaan juga mungkin

disebabkan oleh disposable income yang relatif tinggi di

negara-negara dibandingkan dengan Indonesia. Perusahaan

mengharapkan pertumbuhan pendapatan disposable di Indonesia

untuk memberikan dukungan lebih lanjut untuk peningkatan

penetrasi di daerah cakupan jaringan yang ada.

(iii) Strategi produk

Paket Perusahaan telah dirancang untuk berada di berbagai

titik harga. Paket masuk ditargetkan pada C1 Rumah Tangga,

sedangkan paket yang lebih tinggi dari memberikan pilihan

yang signifikan dan diferensiasi untuk Rumah Tangga inti A

dan Rumah Tangga inti B. Perusahaan berkeyakinan bahwa

pertumbuhan dan migrasi ke Rumah Tangga A dan Rumah Tangga

B di daerah cakupan inti Perusahaan harus memberikan

dukungan tambahan untuk upaya pemasaran terfokus Perusahaan

Page 133: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 130

di tempat untuk Upsell paket tingkat yang lebih tinggi,

menjual add-on paket dan tambahan nilai tambah produk, yang

diharapkan untuk menyebabkan ARPU yang lebih tinggi.

Pertumbuhan Badan Usaha

DataComm telah menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan

bisnis Enterprise Services Perusahaan, lebih dari dua kali

lipat jumlah klien perusahaan sejak 2011, meningkat dari

495 pada 31 Desember 2011, menjadi 1332 pada 30 Juni 2014

pendapatan DataComm tumbuh pada CAGR 43,9% antara tahun

2011 dan 2013, dengan pendapatan meningkat dari Rp91,6

miliar menjadi Rp 147 miliar menjadi Rp 190,5 miliar untuk

tahun yang berakhir 31 Desember 2011, 2012 dan 2013,

masing-masing. Pendapatan dalam enam bulan pertama 30 Juni

2014 adalah Rp109,7 miliar, yang mencerminkan pertumbuhan

26,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pertumbuhan yang kuat di klien perusahaan sesuai dengan

pertumbuhan pendapatan dan dapat memberikan kontribusi

terhadap tiga faktor berikut: (i) perluasan jaringan di

wilayah Jabodetabek telah memberikan kesempatan untuk

DataComm untuk menjaring sejumlah klien perusahaan; (ii)

pola penggunaan komplementer di mana klien perusahaan

memanfaatkan kelebihan bandwidth pelanggan perumahan selama

jam kerja telah mengakibatkan beban operasional yang rendah

untuk DataComm, sehingga harga bisnis DataComm untuk

Page 134: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 131

menjadi kompetitif dan untuk menarik klien perusahaan baru;

(iii) kualitas broadband unggul yang telah membantu dalam

DataComm menjadi salah satu layanan penyedia komunikasi

data yang mengarah ke komunitas bisnis di Indonesia,

menarik klien baru perusahaan.

Perusahaan juga diharapkan dapat memberikan manfaat segmen

iklan pay TV cepat tumbuh, lanjut mengemudi pendapatan

Periklanan Penjualan nya. Kontributor lain untuk

pertumbuhan ini telah menjadi produk iklan digital yang

inovatif Perusahaan telah ditawarkan seperti iklan di kami

panduan program elektronik dan aplikasi TV interaktif, yang

telah terbukti berhasil dalam menumbuhkan pendapatan

Periklanan Penjualan.

Keterlabaan dan Penghasilan secara Keseluruhan

Perusahaan telah mempertahankan dan meningkatkan

profitabilitas sementara itu, mencapai pertumbuhan

pendapatan yang kuat melalui keunggulan operasional dan

disiplin keuangan. Margin EBITDA Disesuaikan Perusahaan

secara konsisten termasuk yang tertinggi di industri,

berdasarkan MPA, di 54,0%, 54,1% dan 57,2% pada tahun 2012,

2013 dan enam bulan pertama 2014, masing-masing.

Perusahaan arus kas yang kuat dari operasi yang ada

memungkinkan Perusahaan untuk terus memperluas jaringan

dengan cepat. Perusahaan berharap bahwa belanja modal untuk

Page 135: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 132

ekspansi jaringan akan terutama didukung oleh arus kas dari

operasi. Ekspansi Jaringan ini memungkinkan perusahaan

untuk menghasilkan pendapatan tambahan, laba dan arus kas,

yang pada gilirannya dapat diinvestasikan kembali untuk

pertumbuhan lanjutan dari Jaringan.

Perusahaan memiliki neraca yang kuat, yang berdasarkan

keyakinan Perusahaan akan memungkinkan untuk kapasitas

pendanaan yang cukup besar diperlukan untuk pertumbuhan di

masa depan.

3.7 Tim manajemen berpengalaman dengan rekam jejak yang

jelas

Perusahaan ini dipimpin oleh tim manajemen yang

berpengalaman yang terdiri terkemuka profesional Indonesia

dan veteran industri internasional. Tim ini memiliki lebih

dari 150 tahun pengalaman gabungan (rata-rata lebih dari 22

tahun per anggota) di NGBB dan sektor kabel TV, sektor

teknologi, keuangan dan bisnis konsumen.

Pengalaman tim manajemen dengan organisasi terkemuka

seperti StarHub, Microsoft dan Motorola signifikan

internasional NGBB, TV Kabel dan teknologi telah

menyebabkan jaringan terbaik di kelasnya dan produk dan

layanan yang inovatif menawarkan dengan standar global,

didukung oleh teknologi canggih Perusahaan.

Sebagai pelengkap dari keahlian teknis internasional, tim

Page 136: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 133

memiliki pengalaman yang signifikan dalam sektor konsumen

terkait dan layanan pelanggan dengan lembaga-lembaga

terkemuka. Pemahaman yang kuat dari pasar dan konsumen

Indonesia memungkinkan Perusahaan untuk menangkap peluang

tumbuh besar dan cepat di pasar TV NGBB dan kabel dan

berkembang dengan cepat dan pesat ke daerah-daerah cakupan

yang menarik.

Pengalaman tim manajemen yang kuat di bidang keuangan dan

operasi juga merupakan pendorong utama disiplin keuangan

Perusahaan, yang memungkinkan eksekusi mulus strategi

ekspansi dipercepat tanpa mengorbankan hasil operasional

dan keuangan. Hal ini telah menyebabkan Perusahaan untuk

mencapai salah satu yang tertinggi Disesuaikan EBITDA

margin di sektor ini (berdasarkan MPA), dan untuk

menghasilkan arus kas yang kuat untuk mendanai ekspansi

jaringan yang cepat.

Tim Manajemen Perusahaan telah berhasil diawasi beberapa

tonggak penting dalam pengembangan Perusahaan sejak tahun

2011, termasuk mencapai 1 juta rumah disahkan pada 2013,

lebih dari dua kali lipat jumlah Home Passed antara Juni

2011 dan Juni 2014 dan memperluas wilayah cakupan intinya

dari Jabodetabek ke Wilayah Surabaya dan Bandung.

Page 137: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 134

4 STRATEGI

4.1 Memperluas jangkauan jaringan kabel ke wilayah yang

potensial

Pasar broadband Indonesia masih sangat underpenetrated.

Berdasarkan perkiraan MPA, broadband dan TV berbayar

penetrasi rumah tangga di Indonesia hanya 5,4% dan 8,6%

pada akhir tahun 2013, masing-masing. NGBB dan kabel pasar

TV adalah subset dari broadband Indonesia dan membayar

sektor TV, yang bahkan lebih underpenetrated, dengan

Perusahaan sebagai satu-satunya operator skala baik di

pasar. Manajemen memandang ini sebagai peluang yang sangat

besar untuk memperluas pendapatan Jaringan sebagai

permintaan NGBB di Indonesia meningkat.

Perusahaan telah berhasil meningkatkan rumah dilalui lebih

dari 250.000 rumah di kedua 2012 dan 2013 menyebabkan

pertumbuhan pendapatan yang kuat dan provitabilitas.

Perusahaan atribut keberhasilannya dalam seperti ekspansi

jaringan yang cepat dan menguntungkan kemampuannya untuk

mengidentifikasi daerah-daerah baru yang menarik ekspansi,

serta keahlian akumulasi dan pendekatan terstruktur untuk

peluncuran baru, yang mempromosikan koordinasi yang efektif

dan efisien antara Jaringan ekspansi dan kegiatan

pemasaran.

Perusahaan ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah Home

Passed sekitar 1,8 juta pada tahun 2016 berfokus pada

Page 138: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 135

daerah cakupan inti saat Jabodetabek, Surabaya dan Bandung

dan menargetkan Rumah Tangga A inti besar, menarik dan

cepat tumbuh dan Rumah Tangga B, serta menargetkan C1 Rumah

Tangga sebagai potensi upside. Kehadiran Perusahaan dan

fokus pada tiga bidang metropolitan yang paling menarik di

Indonesia memberikan fleksibilitas yang signifikan bagi

Perusahaan untuk mempertahankan ekspansi yang cepat dan

menguntungkan dari Jaringan.

Sementara fokus Perusahaan akan tetap pada daerah cakupan

inti saat dalam jangka menengah, Manajemen terus

mengevaluasi kota-kota baru di Indonesia berdasarkan

demografi kota dan potensi profil keuntungan finansial.

4.2 Kenaikan penetrasi di wilayah jangkauan yang ada

melalui pemasaran ulang

Perusahaan memonitor penetrasi rumah yang berlalu,

pengelompokan rumah melewati bulan dimana mereka menjadi

operasional. Setiap kelompok seperti rumah adalah

“vintage”. Pada 31 Mei 2014, ada 41 vintages Home Passed

sejak Januari 2011 Kurva penetrasi bawah ini merupakan

penetrasi rata-rata 41 vintages di setiap bulan karena

setiap vintage Home Passed menjadi operasional. Jumlah

vintages dimasukkan dalam perhitungan rata-rata menurun

sebagai jumlah bulan sejak vintage menjadi meningkat

operasional. Misalnya, penetrasi rata-rata untuk bulan 1

Page 139: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 136

dihitung berdasarkan semua 41 vintages, sedangkan penetrasi

median rata-rata untuk bulan 36 berdasarkan 6 vintages yang

telah beroperasi selama setidaknya 36 bulan:

4.3%

21.1%

27.0%

37.6%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

Mo

nth

1

Mo

nth

2

Mo

nth

3

Mo

nth

4

Mo

nth

5

Mo

nth

6

Mo

nth

7

Mo

nth

8

Mo

nth

9

Mo

nth

10

Mo

nth

11

Mo

nth

12

Mo

nth

13

Mo

nth

14

Mo

nth

15

Mo

nth

16

Mo

nth

17

Mo

nth

18

Mo

nth

19

Mo

nth

20

Mo

nth

21

Mo

nth

22

Mo

nth

23

Mo

nth

24

Mo

nth

25

Mo

nth

26

Mo

nth

27

Mo

nth

28

Mo

nth

29

Mo

nth

30

Mo

nth

31

Mo

nth

32

Mo

nth

33

Mo

nth

34

Mo

nth

35

Mo

nth

36

% ta

ke u

p r

ate

(a)

Month 10

Month 20

Month 36

Month 1

(a) Tingkat % (persentase) penetrasi dihitung berdasarkan

rata-rata tingkat penetrasi bulanan historikal pada

setiap vintage bulanan yang diperhitungkan dari

Januari 2011 sampai Mei 2014

Sebagai hasil dari ekspansi yang pesat, dengan Jaringan

yang relatif muda, dengan sekitar 760.000 rumah telah

diserahkan sejak Juni 2011 dari total 1,3 juta rumah

yang telah diserahkan oleh Jaringan.

Untuk mempercepat penetrasi di daerah ekspansi yang relatif

baru dan mengambil keuntungan dari meningkatnya urbanisasi

dan kemakmuran konsumen Indonesia, Perusahaan secara aktif

memonitor penetrasi Jaringan dan secara aktif terlibat

dalam program pemasaran. Program-program pemasaran ulang

Page 140: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 137

memungkinkan Perusahaan untuk menggunakan inisiatif lokal

untuk menargetkan pelanggan baru di daerah layanan yang

ada.

4.3 Mendorong pertumbuhan ARPU melalui penawaran produk

unggulan dan inisiatif penjualan terfokus

Jaringan canggih Perusahaan memungkinkan pengiriman unggul

berkualitas tinggi NGBB berdasarkan kecepatan dan

kehandalan, selain TV kabel yang memiliki berbagai macam

konten pemrograman premium. Bundling kedua produk melalui

paket Combo memberikan Perusahaan lebih banyak

fleksibilitas untuk mengemas ulang layanannya dalam rangka

mencapai pertumbuhan ARPU, dengan tetap mempertahankan

nilai yang menarik sehingga berdampak positif secara

keseluruhan pada hasil operasional dan keuangan. Contoh

dari hal ini adalah keberhasilan pelaksanaan Perusahaan

program peningkatan produk pada bulan Februari 2014 dan

Juli 2013. Sebagai bagian dari program ini, Perusahaan

meningkatkan layanan yang ditawarkan oleh paket Combo nya,

sementara meningkatkan harga per bulan yang harus dibayar

oleh pelanggan untuk mencerminkan perangkat tambahan ini.

Misalnya di Juli 2013 kecepatan broadband yang ditawarkan

oleh paket D’Lite Combo HD meningkat dari 2 Mbps sampai 3

Mbps dengan demikian harga ikut meningkat dari Rp280,000

per bulan untuk Rp309,000 per bulan dan pada bulan Februari

Page 141: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 138

2014 mengadakan penawaran peningkatan kecepatan broadband

lebih lanjut dari 6 Mbps dan tambahan 19 saluran TV kabel

dengan kenaikan harga Rp339,000 per bulan. Paket Elite

Combo HD juga mengalami peningkatan. Pada bulan Juli 2013

kecepatan broadband meningkat dari 3 Mbps sampai 5 Mbps dan

pelanggan memiliki akses ke 101 saluran TV kabel, daripada

93 dan pada bulan Februari 2014 kecepatan broadband

meningkat menjadi 10 Mbps dan pelanggan memiliki akses ke

110 saluran TV kabel. Untuk mencerminkan peningkatan

layanan yang diterima oleh pelanggan Elite Combo HD, harga

per bulan untuk paket meningkat dari Rp390,000 per bulan

pada akhir tahun 2012 untuk Rp429,000 per bulan dan

Rp469,000 per bulan di Juli 2013 dan Februari 2014, masing-

masing. Pada saat yang sama dengan D’Lite paket Combo HD

dan Elite Combo HD yang dikemas ulang, harga untuk paket

Family Combo HD meningkat dari Rp150.000 per bulan pada

akhir tahun 2012 untuk Rp159,000 per bulan di Juli 2013 dan

Rp169,000 di Februari 2014.

Strategi pemasaran aktif Perusahaan memungkinkan Perusahaan

untuk Upsell produk secara efektif. Ada 127.290, 133.710

dan 69.435 transaksi upgrade yang mencakup upgrade ke paket

tingkat lebih tinggi atau pembelian add-on tambahan paket

dan nilai tambah produk dalam tahun yang berakhir 31

Desember 2012 dan 2013 dan enam bulan yang berakhir 30 Juni

2014, masing-masing.

Page 142: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 139

Perusahaan terus berinovasi dalam menawarkan produk TV

kabel dengan berinvestasi dalam teknologi baru dan

memperluas kepemimpinannya dalam penawaran HD dan pilihan

saluran. Perusahaan mengharapkan hal tersebut dapat

memberikan dukungan jangka panjang untuk meningkatkan ARPU

dan mengurangi gangguan sebagai pengalaman pelanggan,

kepuasan, loyalitas dan persepsi nilai ditingkatkan. Contoh

dari hal ini adalah peluncuran menjelang akhir 2014 dari

generasi baru set-top box HD milik Perusahaan, yaitu set-

top box hybrid dua arah interaktif dengan fungsi Android

yang menawarkan fitur baru yang menarik bagi pelanggan,

termasuk televisi catch-up, video-on-demand, integrasi

media sosial, fungsi pencarian suara dan akses ke aplikasi

melalui toko aplikasi Android.

4.4 Mendorong pendapatan dari klien badan usaha yang

membebani platform canggih Perusahaan

Jangkauan Jaringan Perusahaan yang telah ada di kota-kota

Jabodetabek, Surabaya dan Bandung, daerah metropolitan

dengan kalangan kontribusi PDRB tertinggi di Indonesia,

berdasarkan MPA. Pada tanggal 30 Juni 2014, Perusahaan

memiliki sekitar 1.332 klien dalam bisnis DataComm, naik

dari 495 klien per 31 Desember 2011. Selain belanja modal

tambahan yang relatif rendah diperlukan untuk menyediakan

layanan kepada klien perusahaan, Perusahaan juga

Page 143: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 140

memanfaatkan jaringan yang melalui penggunaan komplementer

antara pelanggan perumahan dan klien perusahaan. Hal ini

mengakibatkan klien perusahaan mengkonsumsi sebagian besar

data mereka sepanjang hari ketika konsumsi di antara

pelanggan perumahan berada pada titik terendah. Dengan

demikian, biaya operasional sehubungan dengan penggunaan

kelebihan kapasitas bandwidth Jaringan pada siang hari

rendah. Perusahaan juga bermaksud untuk menerapkan strategi

tambahan yang meliputi: peningkatan target klien pada

pasar perusahaan besar di Jabodetabek, yang berdasarkan

keyakinan Perusahaan sebagian besar belum dimanfaatkan;

meningkatkan penjualan produk dan memperluas bandwidth

untuk meningkatkan pendapatan dari pelanggan yang sudah

ada; dan memberikan kualitas layanan yang unggul

dibandingkan dengan pesaing sehingga mendapatkan loyalitas

pelanggan. Perusahaan yakin strategi ini akan memberikan

kontribusi untuk mempertahankan rekam jejak yang sangat

menguntungkan bagi DataComm yang akan terus didukung oleh

Sales Team dan layanan komunikasi yang fokus.

Perusahaan juga berusaha untuk memanfaatkan Jaringan

melalui Penjualan Iklan nya. Melalui kemitraan dengan

penyedia konten TV, Perusahaan mampu menawarkan slot iklan

untuk pengiklan baik di saluran internasional dan lokal

untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu, Perusahaan juga

telah mengembangkan solusi periklanan digital yang inovatif

Page 144: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 141

pada panduan program elektronik dan aplikasi TV interaktif.

Pendapatan dari Penjualan Iklan tumbuh 28,4% dari Rp73.5

miliar untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012 menjadi

Rp94.3 miliar untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013.

Perusahaan berkeyakinan bahwa tren secara keseluruhan dari

pertumbuhan pendapatan dari Penjualan Iklan telah dicapai

melalui solusi inovatif periklanan, slot iklan tambahan dan

basis pelanggan yang tumbuh dengan cepat, semua yang

membuat Jaringan sarana menarik iklan. Ke depan, Perusahaan

bermaksud untuk terus meningkatkan Penjualan Iklan dengan

berbasis pada peningkatan pelanggan dan kemampuannya untuk

menawarkan solusi iklan bertarget.

4.5 Terus memusatkan perhatian pada efesiensi kerja guna

memaksimalkan keuntungan melalui skala

Basis pelanggan besar di seluruh Jaringan meliputi

Jabodetabek, Surabaya dan Bandung, memberikan kesempatan

kepada Perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari skala

ekonomi ketika membuat pembelian dari Jaringan dan

peralatan konsumen pemasok. Hal ini memungkinkan Perusahaan

untuk membeli peralatan dengan biaya lebih rendah,

meningkatkan efisiensi belanja modal. Selain itu,

Perusahaan telah melakukan investasi modal yang signifikan

dalam perolehan kapasitas bandwidth internasional yang

besar dari 180 Gbps, yang memungkinkan untuk memberikan

Page 145: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 142

layanan internet yang cepat dan handal sehingga memberikan

keuntungan dan manfaat dari skala ekonomi.

Biaya konten TV biasanya tergantung pada jumlah pelanggan

Perusahaan yang paketnya mencakup konten tersebut. Pada

umumnya, unsur biaya akan berkurang dengan meningkatnya

jumlah pelanggan yang paketnya mencakup konten TV tersebut.

Besarnya jumlah pelanggan Perusahaan memungkinkan

Perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari skala ekonomi,

yang secara efektif membayar biaya konten yang semakin

kecil untuk setiap pelanggan. Pertumbuhan pelanggan

Perusahaan juga berarti bahwa Perusahaan telah

mengembangkan suatu hubungan erat antara penyedia konten TV

lokal dan internasional, memperkuat posisi negosiasi ketika

mengadakan kontrak dengan pihak penyedia konten. Hal ini

memungkinkan Perusahaan untuk menegosiasikan biaya konten

yang lebih rendah dan manfaat tambahan, seperti peningkatan

slot waktu yang dapat menjual kepada pengiklan pihak ketiga

atau digunakan untuk iklan sendiri.

5 TENTANG PERUSAHAAN

5.1 Riwayat singkat

Perusahaan ini awalnya didirikan dengan nama PT Seruling

Indah Permai pada tahun 1996 dan pada 20 April 2000 merubah

namanya menjadi PT Link Net. Pada Juni 2011, Perusahaan

mengakuisisi Jaringan dari First Media dan menjadi satu-

Page 146: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 143

satunya NGBB dan operator TV kabel berskala di Indonesia.

Sebagai bagian dari akuisisi Jaringan, Perusahaan

menandatangani Perjanjian Jangka Panjang tertentu dengan

First Media meliputi, antara lain, penggunaan kekayaan

intelektual, kerjasama dengan FMTV untuk TV kabel Bisnis

dan hal-hal operasional lainnya.

Perusahaan mengubah status menjadi perusahaan terbuka

sehubungan dengan pencatatan di BEI dan penawaran umum

perdana pada tahun 2014. Perusahaan ini secara resmi

tercatat di BEI pada 2 Juni 2014 dengan kode saham “LINK”.

6 RANCANGAN DAN PERLUASAN JARINGAN

Perusahaan ini memberikan layanan broadband, layanan TV

Kabel dan komunikasi data melalui Jaringan canggih HFC,

yang merupakan skala jaringan paling canggih di Indonesia.

Jaringan memiliki sekitar 1,1 juta, 185.000 dan 21.000

rumah melintas di Jabodetabek, Surabaya, dan Bandung,

masing-masing, pada 30 Juni 2014. Jaringan telah dirancang

dan dibangun dengan spesifikasi yang, berdasarkan MPA,

sejalan dengan standar internasional yang ditetapkan oleh

operator terkemuka di Asia, Eropa dan Amerika Serikat.

Jaringan terdiri dari 7.000 kilometer kabel serat optik

yang menghubungkan tiga headends besar di Jakarta, Surabaya

dan Bali dengan 17 hub distribusi dan sekitar 3.600 nodes,

dan 10.300 kilometer kabel koaksial yang menghubungkan node

Page 147: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 144

ke rumah. Jaringan juga telah dirancang untuk memiliki

rasio rendah rumah-ke-node yaitu sekitar rata-rata 360

rumah per node, yang merupakan salah satu terendah di

dunia, berdasarkan MPA, memastikan layanan broadband yang

konsisten, cepat dan handal di seluruh Jaringan. Perusahaan

berkeyakinan bahwa rasio rendah rumah ke node juga

memberikan fleksibilitas yang signifikan bagi Perusahaan

untuk meng-upgrade ke teknologi FTTH, yang menurut

keyakinan Perusahaan dapat dicapai dengan kebutuhan belanja

modal yang wajar, jika dan ketika komersial masuk akal

untuk melakukannya dalam jangka menengah. Inti Jaringan

telah dirancang dengan cincin serat DWDM di tempat untuk

secara otomatis dan cepat beralih rute dalam hal sebagian

dari Jaringan inti rusak atau terputus, sehingga kehandalan

jaringan yang tinggi dan rasio ketersediaan minimal 99,74%

di semua layanan pada tahun 2013.

Page 148: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 145

Perluasan Jaringan

Jaringan menyediakan layanan TV kabel pertama kali pada

tahun 1999, layanan internet pada tahun 2000 dan layanan

broadband di tahun 2007 sampai 2008. Sejak Juni 2011,

Perusahaan telah memulai program perluasan jaringan yang

pesat dengan meningkatkan jumlah rumah dari 553.080 pada

tanggal 30 Juni 2011 hingga 1,3 juta rumah pada 30 Juni

2014. Pada awalnya Perusahaan memfokuskan diri pada

pengembangan dan membangun benteng di Jabodetabek, namun

mulai memperluas operasinya di Surabaya pada tahun 2012 dan

Bandung (sehubungan dengan jasa broadband saja) menjelang

akhir tahun 2013, mengenali peluang yang signifikan di dua

Page 149: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 146

wilayah metropolitan yang menarik. Perusahaan berkeyakinan

bahwa terdapat permintaan laten yang signifikan dan

permintaan yang kurang terlayani yangmemberikan peluang

signifikan bagi Perusahaan untuk melanjutkan ekspansi yang

cepat dan menguntungkan bagi Jaringan nya. Perusahaan akan

menawarkan Layanan TV Kabel di Bandung setelah menerima

persetujuan untuk melakukannya dari Menkominfo. Perusahaan

mengharapkan untuk mendapatkan persetujuan ini pada akhir

tahun 2014. Perusahaan menargetkan untuk meningkatkan

jumlah Home Passedsekitar 1,8 juta pada tahun 2016 yang

berfokuskan pada daerah cakupan inti di Jabodetabek,

Surabaya dan Bandung.

Perusahaan memiliki catatan signifikan atas rekam jejak,

keterampilan, keahlian, karyawan yang berdedikasi dan

sumber daya keuangan untuk melaksanakan rencana ekspansi

pesat ini. Jaringan Peluncuran Tim Perusahaan, yang terdiri

dari sekitar 140 personil, berfokus pada identifikasi

daerah yang menarik untuk ekspansi jaringan, mendapatkan

izin yang diperlukan dan lisensi, dan merancang dan

mengawasi pelaksanaan peluncuran Jaringan. Hal ini dipimpin

oleh tim inti yang memiliki pengalaman yang signifikan dan

rekam jejak, menggelar dan memperluas jaringan dengan lebih

dari 250.000 rumah lewat di kedua 2012 dan 2013 Pekerjaan

konstruksi dikontrakkan kepada kontraktor eksternal, dengan

Jaringan Rollout Tim mengawasi semua aspek konstruksi dan

Page 150: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 147

membangun. Mengingat peluang pasar yang signifikan,

Perusahaan mengharapkan untuk berinvestasi sekitar Rp1

triliun dalam program perluasan jaringan di tahun 2014, dan

mempertahankan kecepatan investasi hakekatnya sama untuk

mencapai tujuan yaitu sekitar 1,8 juta rumah melewati 2.016

(rata-rata meningkat sekitar 200.000 rumah per berlalu

tahun). Perusahaan arus kas yang kuat dari operasi yang ada

memungkinkan Perusahaan untuk terus memperluas jaringan

dengan cepat. Berdasarkan rencana dan pertumbuhan saat

lintasan Perusahaan, Perusahaan mengharapkan bahwa belanja

modal untuk ekspansi jaringan akan terutama didukung oleh

arus kas dari operasi, dengan dana tambahan yang terbatas

yang dapat ditarik dari fasilitas pinjaman yang ada.

Ekspansi jaringan ini juga memungkinkan perusahaan untuk

menghasilkan pendapatan tambahan, laba dan arus kas, yang

pada gilirannya dapat diinvestasikan kembali untuk

pertumbuhan lanjutan dari Jaringan.

Pendekatan peluncuran Jaringan

Perusahaan telah mengembangkan sebuah model yang telah

terbukti dan terstruktur, dengan koordinasi yang signifikan

antara Jaringan Tim Peluncuran, Tim Pemasaran, Tim Keuangan

dan Tim Teknologi dan Teknis, untuk mencapai biaya efektif

dan peluncuran yang pesat. Kemampuan untuk mengelola,

proses peluncuran berlapis yang memakan waktu memberikan

Page 151: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 148

Perusahaan keuntungan strategis yang sulit untuk ditiru.

Sejak perencanaan awal sampai operasi penuh, peluncuran

Jaringan lingkungan tertentu bisa berlangsung dari satu

bulan sampai dua belas bulan, tergantung dari waktu

persetujuan eksternal dan izin.

Untuk mencapai cepat peluncuran Jaringan tetap menjaga

disiplin keuangan, Jaringan Tim Peluncuran, Tim Pemasaran

dan Tim Keuangan secara berkala mengkoordinasikan dan

memberikan kriteria persetujuan yang akan memungkinkan

Jaringan Tim Peluncuran untuk memperluas jaringan tanpa

mencari persetujuan internal tambahan. Kriteria utama

meliputi (i) biaya per Home Passed adalah dalam jumlah

maksimum yang disetujui dan (ii) wilayah ekspansi target

memiliki campuran cukup menarik klasifikasi rumah tangga

berdasarkan sistem klasifikasi milik Perusahaan. Jika

kriteria tersebut tidak terpenuhi di daerah ekspansi

tertentu, Jaringan Tim Peluncuran lebih lanjut dapat

berkoordinasi dengan Tim Pemasaran dan Tim Keuangan untuk

melakukan analisis yang lebih mendalam sebelum memutuskan

dan melanjutkan ekspansi. Berikut ini adalah tahapan kunci

dalam proses Jaringan peluncuran:

a) Identifikasi Wilayah dan Survei Pasar

Jaringan proses peluncuran biasanya dimulai dengan survei

pasar yang mendalam dan perencanaan, dengan

mengidentifikasi daerah yang paling menarik untuk

Page 152: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 149

memperluas jaringan tersebut. Selain informasi publik dan

survei lainnya, Jaringan Tim Peluncuran Perusahaan

menggunakan teknik survei miliknya, indikator kemakmuran

rumah tangga dan kriteria seleksi yang telah dioptimalkan

dari menganalisis informasi dan data dari ekspansi jaringan

sebelumnya. Indikator kemakmuran rumah tangga eksklusif dan

kriteria seleksi terdiri dari berbagai faktor termasuk,

misalnya, ukuran rumah, penampilan lingkungan dan

sekitarnya dan kepemilikan kendaraan. Manajemen

berkeyakinan bahwa pengetahuan milik Perusahaan Jaringan

peluncuran dan pemahaman yang kuat dari konsumen Indonesia

merupakan pendorong utama keberhasilan, memungkinkan untuk

ekspansi jaringan yang cepat dan menguntungkan sejak 2011.

b) Permohonan Persetujuan dan Perizinan

Setelah Perusahaan menyelesaikan proses identifikasi dan

survei, itu berlaku untuk hak yang diperlukan dari cara,

izin lokal dan persetujuan dari pemerintah daerah dan

masyarakat. Untuk menjaga laju ekspansi, Perusahaan

biasanya mengidentifikasi beberapa lingkungan untuk

ekspansi dan berlaku untuk persetujuan yang diperlukan dan

memungkinkan untuk beberapa lingkungan pada saat yang sama.

Mendapatkan persetujuan dan izin yang diperlukan merupakan

proses yang kompleks mengingat kebutuhan biasanya berurusan

dengan beberapa lembaga dengan kepentingan yang berbeda dan

reseptif terhadap membangun keluar. Kemampuan Perusahaan

Page 153: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 150

untuk terlibat dengan beberapa instansi, menyeimbangkan

kepentingan pemerintah daerah, masyarakat dan pemangku

kepentingan lainnya merupakan faktor penting dalam mencapai

perluasan jaringan yang berkelanjutan dan cepat.

Kemampuan konsisten Perusahaan untuk terlibat dengan

masyarakat dan membangkitkan minat besar dalam layanan

Perusahaan adalah faktor lain berkontribusi terhadap

kemampuannya untuk mendapatkan persetujuan dan izin yang

diperlukan dari komunitas tersebut. Perusahaan berinteraksi

dengan masyarakat untuk membangun kesadaran kedatangan

tertunda layanan Perusahaan ke daerah, melalui selebaran

yang ditargetkan dan penggunaan kegiatan promosi, seperti

dengan mengemudi kendaraan promosi melalui area dan

mendirikan stasiun demonstrasi dan pementasan musik dan

pertujukan magis. Anggota masyarakat juga didorong untuk

menunjukkan minat mereka sebagai pelanggan potensial dan

kemudian dapat dihubungi ketika jaringan beroperasi di

daerah itu.

c) Rancangan dan Pembangunan

Setelah menerima semua persetujuan dan izin yang

diperlukan, Perusahaan kemudian mulai merancang dan

melaksanakan peluncuran Jaringan melalui aanggota tim

teknis Perusahaan dan kontraktor pihak ketiga. Setelah

menyelesaikan konstruksi dan aktivasi, tangan Jaringan Tim

Peluncuran atas infrastruktur jaringan baru untuk Teknologi

Page 154: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 151

Perusahaan dan Tim Teknik untuk operasi dan pemeliharaan.

Perusahaan percaya bahwa pengalaman yang signifikan dalam

manajemen proyek untuk Jaringan peluncuran memastikan bahwa

ekspansi jaringan ditargetkan selesai tepat waktu dan

sesuai anggaran, yang memungkinkan Perusahaan untuk

mencapai pertumbuhan yang konsisten dan laba atas

investasi.

Tim Pemasaran berkoordinasi erat dengan Jaringan Rollout

Tim melalui proses peluncuran Jaringan, yang diawali dengan

keterlibatan masyarakat selama tahap permohonan sampai

mikro-pemasaran yang mengarah ke aktivasi. Menggambar pada

pengalaman yang signifikan dan rekam jejak panjang ekspansi

jaringan, Perusahaan telah mampu mencapai cepat ramp-up

penetrasi pelanggan seperti yang ditunjukkan pada grafik di

bawah “Strategi” ayat 4.2 di bagian saat ini.

7 PRODUK

Usaha Perusahaan meliputi: (i) layanan NGBB bawah merek

FastNet, diarahkan pada pelanggan perumahan; (ii) Layanan

TV kabel dengan merek HomeCable, diarahkan pada pelanggan

perumahan; (iii) komunikasi data dan layanan dukungan

perusahaan dengan merek DataComm, diarahkan pada klien

perusahaan; dan (iv) Iklan Penjualan pada platform TV

Perusahaan kabel. Perusahaan ini berfokus pada pelanggan

residensial. Berlangganan, penggunaan dan penerimaan lain

Page 155: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 152

dari rekening nasabah perumahan Perusahaan membuat sebagian

besar pendapatan Perusahaan dengan sekitar 79% dan 82% dari

pendapatan Perusahaan berasal dari pelanggan ini selama

tahun 2013 dan paruh pertama 2014, masing-masing.

Salah satu strategi bisnis inti Perusahaan adalah untuk

menawarkan layanan broadband dan layanan TV kabel ke

pelanggan perumahan dalam bundel, sebagai “Combo” paket.

Perusahaan berkeyakinan bahwa paket Combo ini mewakili

proposisi nilai yang jelas kepada pelanggan, karena mereka

menawarkan kenyamanan yang menerima NGBB dan TV kabel

berkualitas tinggi dari penyedia layanan tunggal, dan pada

harga yang lebih rendah dibandingkan dengan layanan

berlangganan terpisah. Berdasarkan MPA, tingkat churn

Perusahaan adalah salah satu yang terendah di broadband

Indonesia dan membayar pasar TV, yang menurut keyakinan

Perusahaan adalah fungsi dari bundling paket Combo, serta

NGBB korban superior dan dibedakan TV menawarkan kabel

dengan inovasi yang signifikan dan pilihan terluas saluran

HD.

7.1 Pelanggan rumah tangga

Mayoritas pelanggan perumahan Perusahaan tinggal di unit

hunian tunggal, yaitu sebuah bangunan yang ditempati oleh

hanya satu rumah tangga atau keluarga, sejalan dengan

prevalensi bangunan seperti di lingkungan makmur dalam

Page 156: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 153

wilayah cakupan inti Perusahaan. Sisa dari pelanggan

perumahan Perusahaan berada dalam multi-unit hunian,

seperti apartemen. Dalam kasus unit tunggal yang tinggal,

Perusahaan memiliki mil terakhir dari kabel dari node ke

rumah pelanggan. Adapun pelanggan dalam unit multi tinggal,

Perusahaan biasanya melakukan kontrak dengan perusahaan

manajemen unit multi-hunian untuk memungkinkan Perusahaan

untuk memasang peralatan dan menyediakan akses ke layanan.

Pelanggan perumahan berlangganan secara bulanan, membayar

untuk layanan satu bulan di muka. Mereka membayar tagihan

bulanan yang terdiri dari tiga unsur: (i) harga paket; (ii)

biaya set-top box sewa; dan (iii) untuk broadband saja atau

Combo pelanggan paket, biaya sewa modem kabel. Pelanggan

perumahan dapat membayar tagihan mereka dengan berbagai

cara, termasuk dengan kartu kredit, dengan menggunakan

internet atau layanan perbankan mobile dan melalui anjungan

tunai mandiri. Metode pembayaran memiliki dampak pada churn

pelanggan, dengan pelanggan perumahan membayar dengan kartu

kredit memiliki tingkat churn terendah. Proporsi pembayaran

dengan kartu kredit telah di kecenderungan meningkat,

seiring dengan meningkatnya penetrasi kartu kredit di

Indonesia.

Page 157: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 154

FastNet

Perusahaan menawarkan layanan NGBB untuk pelanggan

perumahan tetapnya melalui Jaringan canggih. Wilayah

layanan inti dari jaringan adalah Jabodetabek, Surabaya dan

Bandung. Jaringan hampir sepenuhnya DOCSIS 3.0 diaktifkan,

yang memungkinkan Perusahaan untuk menawarkan kecepatan

download broadband hingga 100 Mbps ke hampir seluruh rumah

melewati seluruh jaringan. Akibatnya, Perusahaan menjadi

operator pertama di Indonesia yang menawarkan 100 Mbps

kecepatan broadband untuk pelanggan perumahan pada tahun

2013.

Saat ini, Perusahaan menawarkan empat tingkatan mandiri

layanan broadband (“FastNet Ultimate”, “FastNet Tak

Terbatas”, “FastNet Commerce” dan “FastNet SOHO”), salah

satu standalone tingkat layanan TV kabel (“HomeCable

Ultimate HD”) dan lima tingkatan layanan broadband dalam

paket Combo nya (“Family HD”, “D’Lite HD”, “Elite HD”,

“Maha HD” dan “Maxima HD”), dengan kecepatan download

broadband mulai dari 1 Mbps (“Keluarga HD”) 100 Mbps

(“FastNet Tak Terbatas”). Pengguna broadband telah menjadi

semakin canggih dan sekarang menuntut bandwidth yang lebih

tinggi dan kecepatan untuk mengakses website dengan grafis

berat dan/atau konten video. Sejak meluncurkan layanan

berkecepatan tinggi, FastNet telah berhasil dikonversi

Page 158: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 155

sebagian besar pelanggan baru dan yang sudah ada broadband

untuk tingkatan kecepatan yang lebih tinggi.

Pelanggan perumahan dikenakan biaya bulanan flat yang

bervariasi dengan kecepatan berlangganan untuk, dan semua

paket layanan broadband menawarkan penggunaan tak terbatas.

Perusahaan ini bertujuan untuk membedakan dirinya baik

melalui kecepatan broadband cepat dan keandalan layanan.

Kecepatan broadband yang cepat dibandingkan dengan pilihan

alternatif yang terbatas di pasar broadband menyebabkan

penetrasi yang kuat dan pertumbuhan basis pelanggan FastNet

ini.

Pada tanggal 30 Juni 2014, FastNet tersedia layanan

broadband kepada lebih dari 357.000 pelanggan atau 27% dari

Home Passed dan dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014

dihasilkan sebuah ARPU Rp219,944, dibandingkan dengan

Rp206,471 untuk enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013.

HomeCable

Perusahaan ini menawarkan Layanan kabel TV, yang mencakup

program berlangganan dan konten dari penyedia pihak ketiga

video-on-demand di bawah merek HomeCable nya. HomeCable

adalah satu-satunya operator TV kabel berskala di Indonesia

dengan sekitar 328.000 pelanggan per 30 Juni 2014 basis

pelanggan HomeCable telah berkembang terus sejak Juni 2011.

Dalam enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014, HomeCable

dihasilkan sebuah ARPU Rp183,049, dibandingkan dengan

Page 159: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 156

Rp150,896 untuk enam bulan yang berakhir 30 Juni 2013 dan

untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013, HomeCable

dihasilkan sebuah ARPU Rp151,095, dibandingkan dengan

Rp150,357 untuk tahun sebelumnya.

Berkelanjutan sistem upgrade Perusahaan untuk sepenuhnya

mengaktifkan 870 MHz spektrum bandwidth yang terus

meningkatkan kapasitas saluran yang tersedia. Pada tanggal

31 Juli 2014, HomeCable menawarkan 120 saluran SD nasional

dan internasional, 60 saluran HD nasional dan internasional

dan 1 channel 3D. Paket yang dirancang untuk menarik

keluarga menyediakan campuran berkualitas tinggi anak-anak,

pendidikan, hiburan, berita, musik, gaya hidup, film dan

program olahraga.

Konten program

Sumber Perusahaan dan menyiarkan berbagai saluran TV lokal

dan internasional, seperti Discovery Channel, Disney

Channel, HBO, FOX, Star World, NBA TV, CNN International,

Berita Satu, Indosiar dan ANTV dan sejumlah kecil saluran

radio dan juga telah disiarkan hak Liga Inggris yang

populer.

Sebagai pemilik dan operator dari jaringan yang paling

canggih dari skala di Indonesia, Perusahaan diposisikan

secara unik untuk memimpin inovasi di sektor TV berbayar,

menawarkan pilihan yang luas dari saluran HD dan layanan

nilai tambah lainnya. Perusahaan menyediakan penyedia

Page 160: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 157

konten kesempatan untuk menampilkan program mereka pada

platform yang paling maju dan inovatif di Indonesia, secara

signifikan menarik minat mereka dalam bekerja dengan

Perusahaan.

Perusahaan sumber-sumber TV nya konten kabel melalui

perjanjian distribusi Program dan layanan teknis dengan

berbagai penyedia konten TV lokal dan internasional.

Perjanjian ini terbarukan dan berlaku untuk jangka waktu

tertentu, biasanya berkisar antara satu sampai tiga tahun.

Perjanjian tertentu memungkinkan Perusahaan untuk berbagi

waktu komersial dan beberapa memerlukan penempatan uang

jaminan kepada pemasok program.

Perusahaan membayar biaya bulanan untuk penyedia konten.

Biasanya biaya tersebut dihitung dalam satu dari tiga cara:

(i) Perusahaan membayar biaya dasar ditambah biaya tambahan

per pelanggan yang memiliki hak untuk menerima konten; (ii)

Perusahaan membayar biaya per pelanggan yang memiliki hak

untuk menerima konten, dikenakan biaya minimum; atau (iii)

Perusahaan membayar biaya tetap.

Sesuai dengan kontrak tersebut penyedia konten menyediakan

Perusahaan dengan jumlah tertentu menit per jam airtime.

Perusahaan dapat menggunakan menit ini untuk mempromosikan

saluran lain atau produk broadband dan, dalam beberapa

kasus, Perusahaan dapat menjual menit ini kepada pihak

ketiga sebagai bagian dari Iklan Penjualan nya.

Page 161: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 158

Perusahaan memiliki perjanjian dengan sekitar 44 penyedia

konten, termasuk: HBO Pacific Partners, vof, Walt Disney

Company (Southeast Asia) Pte. Ltd, Fox International

Channel, ESPN Star Sports and Discovery Networks Asia-

Pacific Pte. Ltd

Interactive TV

Perusahaan ini menawarkan pelanggan dilengkapi dengan kotak

set-top interaktif pilihan untuk menggunakan beberapa

layanan interaktif. Selain layanan seperti catatan Program

dan catch-up TV, Perusahaan menawarkan transaksional video-

on-demand, yang memungkinkan pelanggan untuk memesan film

terbaru dan acara televisi, membayar per transaksi. Selain

itu, Perusahaan telah mengembangkan sebuah aplikasi

interaktif yang disebut Multimedia Rumah Platform (“MHP”)

dengan pemrograman berbasis Java tertanam dalam set-top

box. MHP adalah dasar untuk mengembangkan aplikasi lain

untuk memberikan nilai tambah bagi pelanggan HomeCable,

seperti informasi cuaca, update bursa, permainan dan

pemantauan lalu lintas.

Pada 2013 Perusahaan meluncurkan sebuah aplikasi interaktif

untuk saluran sepak bola yang disebut “Sepakbola Liga Super

Application”. Aplikasi ini dirancang untuk mendukung

promosi saluran sepak bola baru HomeCable ini, Bein Sport 1

dan Bein Sport 2 Aplikasi terbuka bila pelanggan menekan

tombol merah pada remote control saat menonton dua saluran

Page 162: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 159

olahraga ini dan memberikan informasi sepak bola seperti

tabel liga, jadwal pertandingan, hasil terakhir dan garis

tim up. Aplikasi ini juga memiliki kuis sepak bola

interaktif setiap hari, yang pelanggan dapat berpartisipasi

dalam melalui akun Twitter HomeCable ini.

Menjelang akhir 2014 Perusahaan diharapkan dapat

meluncurkan generasi berikutnya HD set-top box, dua arah

hibrida interaktif set-top box dengan fungsi Android yang

menawarkan fitur baru yang sangat menarik bagi pelanggan,

termasuk televisi catch-up/video on demand , integrasi

media sosial, fungsi pencarian suara dan akses ke aplikasi

melalui toko aplikasi Android.

TV Anywhere

Pada bulan Februari 2014 Perusahaan adalah penyedia layanan

TV berbasis langganan pertama di Indonesia yang menawarkan

pelanggannya layanan dengan mana mereka dapat mengakses

melalui perangkat pribadi, seperti ponsel atau tablet,

hingga 50 saluran TV berdasarkan paket HomeCable yang

mereka pilih untuk berlangganan. Ini adalah layanan nilai

tambah dimana Perusahaan menawarkan kepada para

pelanggannya.

Layanan bundling

Perusahaan saat ini menawarkan lima jenis layanan paket

dalam paket Combo nya: “Maxima HD”, “Maha HD”, “Elite HD”,

Page 163: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 160

“D’Lite HD” dan “Family HD”, dalam rangka penurunan tingkat

layanan dan harga.

Nama Paket Uraian

Harga per bulan (per

30 Juni 2014)(Rp)

Maxima

Combo HD

Menargetkan pelanggan

yang lebih memilih paket

hiburan penuh dan adalah

pengguna berat layanan

hiburan digital,

khususnya broadband.

Muncul dengan kecepatan

hingga 32 Mbps, 101 SD

dan 51 saluran HD.

1,479,000

Supreme

Combo HD

Target pelanggan yang

mencari akses penuh ke

NGBB dan berbagai

saluran TV kabel. Muncul

dengan kecepatan hingga

16 Mbps, dengan 100 SD

dan 51 saluran HD.

689,000

Page 164: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 161

Nama Paket Uraian

Harga per bulan (per

30 Juni 2014)(Rp)

Elite

Combo HD

Target pelanggan yang

biasa pengguna layanan

broadband dan TV kabel.

Muncul dengan kecepatan

hingga 10 Mbps, dengan

85 SD dan 39 saluran HD.

469,000

D’Lite

Combo HD

Target pelanggan yang

baru untuk layanan

hiburan digital dan

mencakup berbagai

saluran dan layanan

populer. Muncul dengan

kecepatan hingga 6 Mbps,

dengan 73 SD dan 29

saluran HD.

339,000

Page 165: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 162

Nama Paket Uraian

Harga per bulan (per

30 Juni 2014)(Rp)

Family

Combo HD

Menargetkan pelanggan

yang lebih memilih paket

dasar, yang dirancang

untuk memenuhi kebutuhan

layanan hiburan digital

sehari-hari. Muncul

dengan kecepatan hingga

1 Mbps, dengan 63 SD dan

19 saluran HD.

169,000

7.2 Klien badan usaha

DataComm

Perusahaan difokuskan pada pengembangan penawaran untuk

klien perusahaan, yang saat ini terdiri dari komunikasi

data dan layanan dukungan perusahaan lain di bawah merek

DataComm nya.

Perusahaan merupakan salah satu layanan penyedia komunikasi

data yang mengarah ke komunitas bisnis di Indonesia.

Layanan menawarkan kepada klien perusahaan drive tarif

tambahan bagi Perusahaan dan memanfaatkan jaringan dan

bandwidth yang ada kapasitas Perusahaan karena pola

penggunaan komplementer pelanggan perumahan, yang

menggunakan bandwidth kecil selama jam kerja dan klien

Page 166: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 163

perusahaan yang menggunakan sebagian besar bandwidth mereka

selama jam kerja. Untuk klien perusahaan yang membutuhkan

kecepatan tinggi dan koneksi data berkualitas tinggi,

seperti BEI, Perusahaan berkeyakinan memiliki kemampuan

untuk menyediakan lebih dari 99,95% dalam hal ketersediaan

jaringan secara keseluruhan dan kehandalan. DataComm

memiliki sekitar 40 staf yang berdedikasi penjualan dan

menyediakan pelanggan dengan akses ke berbagai layanan

konektivitas termasuk internet untuk cabang kota, arahkan

ke protokol point untuk koneksi node, kapasitas backhaul

telekomunikasi, perusahaan TV untuk industri perhotelan dan

sirkuit leased swasta internasional.

Layanan DataComm sebagian besar terfokus pada Jabodetabek,

Surabaya dan Bandung, dan, pada tingkat lebih rendah, di

Bali, di mana ia menargetkan hotel dan restoran industri.

DataComm akan terus memperluas jaringan Multi-Protocol

Layer Switching (“MPLS”) di kawasan pusat bisnis Jakarta

untuk mendorong penetrasi dan dukungan ARPU yang 14,7 juta

per bulan per 30 Juni 2014 Medium untuk perusahaan besar

Target pelanggan inti, termasuk lembaga keuangan, sekolah

dan hotel - mayoritas hotel berbintang 5 di Jabodetabek

yang terhubung ke Jaringan. Pada tanggal 30 Juni 2014,

DataComm memiliki 1.332 perusahaan klien dan 2027 koneksi

di Jabodetabek, Surabaya, Bandung dan Bali, dengan 95

gedung perkantoran yang terhubung dengan serat langsung ke

Page 167: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 164

Jaringan nya. Perusahaan telah lebih dari dua kali lipat

jumlah klien perusahaan sejak 2011, meningkat dari 495 pada

31 Desember 2011, untuk 794 pada tanggal 31 Desember 2012,

untuk 1160 pada tanggal 31 Desember 2013 dan 1332 pada 30

Juni 2014 DataComm telah memenangkan klien perusahaan

berdasarkan ketersediaan bandwidth dan kehandalan dan

dengan menyediakan mil terakhir Perusahaan untuk klien

perusahaan sebagai koneksi serat, dengan demikian

meningkatkan kecepatan keseluruhan layanan. Selain itu,

pelanggan yang didukung oleh 24 jam NOC dan perusahaan

dukungan khusus.

Perusahaan klien DataComm ini membeli layanan komunikasi

broadband dan data lain dalam paket yang telah disesuaikan

untuk memenuhi kebutuhan mereka dan harga sesuai. Kontrak

ini biasanya untuk periode awal dari satu sampai dua tahun

dan akan diperpanjang secara otomatis setelah berakhirnya

masa awal, atau dapat dibatalkan dengan pemberitahuan

sebelum berakhirnya kontrak satu bulan. Pelanggan membayar

pembayaran instalasi dan pembayaran berlangganan bulanan.

Kedua pembayaran jatuh tempo pada dua minggu terakhir

setelah penerimaan tagihan. Meskipun kontrak secara

individual disesuaikan, klien perusahaan biasanya membayar

biaya instalasi untuk biaya pemasangan peralatan dan biaya

bulanan di muka untuk menggunakan layanan Perusahaan.

Perusahaan ini biasanya di bawah kewajiban untuk menjaga

Page 168: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 165

layanan komunikasi dan membuat perbaikan yang tepat,

meskipun klien perusahaan membayar biaya perbaikan untuk

gangguan pada peralatan yang disebabkan oleh kelalaian

mereka sendiri.

Pelanggan DataComm dibebankan pasar tingkat kompetitif

untuk layanan broadband, dengan harga berdasarkan kapasitas

bandwidth berlangganan untuk. DataComm menawarkan klien

enterprise empat pilihan paket layanan:

Nama Paket Uraian

HDIPA (High

Dedicated

Internet Protocol

Access)

Target klien perusahaan yang membutuhkan

data yang cepat dan pertukaran

komunikasi dalam proses bisnis mereka.

Fitur seperti bandwidth pelaporan

pemanfaatan, bandwidth-on-demand,

delapan alamat IP statis gratis, serta

konversi dari serat untuk konektor RJ-45

Ethernet.

Leased Line

Services (FO-

LINK)

Target klien perusahaan yang membutuhkan

pertukaran data terpadu dan komunikasi

hubungan antara beberapa kantor.

Page 169: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 166

Nama Paket Uraian

CIS (Corporate

Internet Sharing)

Target klien perusahaan yang membutuhkan

kecepatan data yang disesuaikan dengan

kebutuhan bisnis mereka. Layanan ini

sangat cocok untuk bisnis skala menengah

dengan anggaran terbatas.

International

MPLS

Target klien perusahaan yang membutuhkan

koneksi internasional antara kantor

regional mereka.

Persentase dari total pendapatan disebabkan sepuluh klien

perusahaan terbesar Perusahaan gabungan kurang dari 5%

untuk tahun 2013 Perusahaan memiliki atas klien perusahaan

kualitas di berbagai industri, termasuk Kompas Gramedia,

Unilever, Lippo Group, WPP, PT Bank Central Asia Tbk,

Antam, PT Bank CIMB Niaga Tbk, NSIAPay, dan juga Bursa Efek

Indonesia (Indonesian Stoc Exchange) yang DataComm adalah

satu-satunya penyedia layanan internet untuk pasar modal

terintegrasi jaringan perdagangan dan yang telah menerima

layanan internet untuk modal pasar jaringan perdagangan

yang terintegrasi melalui jaringan sejak tahun 2002.

Pendapatan Perusahaan dari DataComm tumbuh pada CAGR

sebesar 43,9% antara tahun 2011 dan 2013, dengan pendapatan

meningkat dari Rp91.6 miliar menjadi Rp147.0 miliar menjadi

Rp190.5 miliar untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011,

2012 dan 2013, masing-masing. Dalam enam bulan pertama 2014

Page 170: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 167

Perusahaan mencatat Rp109.7 miliar dalam pendapatan, yang

mencerminkan pertumbuhan 26,1% dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya. Dalam beberapa tahun ke depan,

Perusahaan berkeyakinan akan ada pertumbuhan yang

signifikan dalam bisnis DataComm sebagai bisnis yang lebih

Indonesia mulai menuntut komunikasi data semakin canggih

dan layanan manajemen informasi.

Saat ini, DataComm menangkap hanya sebagian kecil dari

pasar yang ada mencerminkan komunitas bisnis belum

dimanfaatkan besar yang bisa dilayani oleh DataComm.

Perusahaan ini bertujuan untuk memperkuat posisi pasar

DataComm untuk, dan menjadi bisnis penyedia komunikasi data

terkemuka di, Jabodetabek, Surabaya dan Bandung melalui

rencana berikut:

meningkatkan layanan DataComm dan penawaran produk untuk

bersaing dengan kemajuan teknologi dan perubahan

kebutuhan manajemen data dan telekomunikasi klien

enterprise;

terus peluncuran jangkauan jaringan MPLS di kawasan

bisnis Jakarta dan kota-kota lain termasuk Surabaya,

Bandung dan Bali; dan

bermitra dengan operator internasional untuk menyediakan

layanan koneksi global leverage pada koneksi kabel bawah

laut Perusahaan.

Page 171: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 168

Penjualan Iklan

Perusahaan menjual waktu iklan pada saluran HomeCable

tertentu (“Penjualan Iklan”) ke berbagai perusahaan

nasional, regional dan lokal serta ruang iklan digital pada

panduan program elektronik dan TV interaktif aplikasi

Perusahaan. Ini memiliki enam biro iklan besar sebagai

klien. Perusahaan berkeyakinan bahwa pengiklan bisnis

menemukan berbagai saluran HomeCable yang menarik karena

memungkinkan bisnis untuk mencapai Rumah Tangga A dan Rumah

Tangga B di Jabodetabek, Surabaya dan Bandung dengan iklan

terfokus. Berdasarkan MPA, industri periklanan di Indonesia

telah menyaksikan pertumbuhan yang cepat dalam beberapa

tahun terakhir dan, khususnya, industri periklanan TV

dihasilkan Rp16,625 miliar dari pendapatan tahun 2013 dan

diperkirakan akan tumbuh ke Rp21,618 miliar pada tahun

2015, pada CAGR suatu dari 14%. Meskipun FTA TV diharapkan

dapat menangkap sebagian besar kolam renang pendapatan ini,

Perusahaan berkeyakinan HomeCable menyediakan jalan yang

kredibel untuk pengiklan yang ingin menargetkan segmen

tertentu dari pasar, terutama konsumen yang lebih makmur

yang pelanggan TV kabel.

Perusahaan telah mengalokasikan sebagian dari iklan air

time untuk setiap jam waktu siaran, di mana ia menempatkan

iklan pelanggan ‘untuk menghasilkan pendapatan iklan

penjualan. Perusahaan saat ini menjalankan iklan di 27

Page 172: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 169

saluran internasional selama lebih dari 200 merek yang

berbeda dan produk. Its pelanggan Iklan Penjualan

menyertakan nama domestik dan internasional terkemuka

seperti Unilever, Procter & Gamble, Honda, Samsung,

Nutrifood, Japfa dan Optik Tunggal. Berbagai saluran yang

ditawarkan oleh Perusahaan memungkinkan untuk menawarkan

segmen pelanggan yang berbeda sehingga pengiklan dapat

menargetkan iklan tepat.

Iklan Penjualan tumbuh pada tingkat 28,4% antara tahun 2012

dan 2013, menghasilkan Rp94.3 miliar atau 5,7% dari total

pendapatan Perusahaan untuk tahun yang berakhir 31 Desember

2013.

8 PENJUALAN DAN PEMASARAN

8.1 Strategi pemerekan

Keinginan perusahaan adalah untuk menjadi pilihan pertama

untuk layanan broadband, televisi dan media dan untuk

mengubah kehidupan konsumen Indonesia dengan menyediakan

layanan yang inovatif dan luar biasa, memenuhi kebutuhan

dan gaya hidup mereka. Untuk mencapai tujuan ini,

Perusahaan merek strategi berfokus pada:

terus memimpin dalam inovasi produk: di pasar broadband,

Perusahaan bermaksud untuk mempertahankan

kepemimpinannya dengan menyediakan jaringan berskala

dengan kecepatan tertinggi di pasar Indonesia untuk

Page 173: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 170

memenuhi tuntutan pertumbuhan data konsumen tech savvy.

Dengan memberikan penawaran lebih sebagai sebuah

industri terkemuka saluran HD, saluran 60 HD Perusahaan

(pada tanggal 31 Juli 2014) dibandingkan dengan

kompetitor lain dan yang paling pernah ditawarkan di TV

mana saja pada layanan multi-screen. Konten yang

memimpin pasar tersebut dapat dikaitkan dengan Jaringan

Perusahaan berkapasitas tinggi 870 MHz yang canggih

(sepenuhnya 870 MHz sesuai pada akhir kuartal pertama

2015) dan saluran hubungan yang kuat terhadap konten

sumber. Paket bundle Perusahaan yang bervariasi yang

mengkombinasikan produk layanan broadband dan TV kabel

juga menawarkan nilai yang signifikan bagi pelanggan dan

terus menerus diperbarui untuk meningkatkan pengalaman

pelanggan;

kemitraan strategis dengan merek terkemuka: Perusahaan

telah menandatangani sejumlah kemitraan strategis dengan

industri terkemuka konsumen, elektronik, lembaga

keuangan rumah dan merek peritel lokal. Dengan melakukan

berbagai inisiatif co-branding dengan perusahaan seperti

Samsung, LG, Nescafe, VISA, Citibank dan Hartono

Elektronika, Perusahaan telah memperkuat merek dan akan

terus melakukannya dengan kemitraan strategis yang

saling menguntungkan di masa depan; dan

Page 174: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 171

manajemen segmen dan wawasan berbasis pelanggan:

Perusahaan melakukan analisis penjualan segmen

berdasarkan (berdasarkan segmen konsumen atau vintage

yang pelanggan) untuk mendorong ARPU, membangun

loyalitas pelanggan dan mengembangkan branding.

Perusahaan ini menawarkan identifikasi pengguna unik

yang disebut “ID Pertama” sebagai single sign-on untuk

pengalaman pelanggan mulus - memungkinkan pelanggan

untuk secara efisien mengelola akun mereka melalui

“MyFirstMedia” layanan online dan juga mengakses laman

layanan konten video online streaming milik First Media,

“Firstmedia Live”. Pendekatan-segmen berbasis juga

dipimpin oleh paket Perusahaan yang dibundel dengan

layanan NGBB dan Jasa TV Kabel, mewakili nilai proposisi

yang menarik dan berbeda bagipelanggan. Hal ini dapat

terlihat dari NGBB yang berkualitas tinggi dan layanan

TV kabel premium, yang ditawarkan bersama-sama melalui

penyedia tunggal, yang mendukung pertumbuhan pelanggan,

loyalitas pelanggan dan potensi peningkatan penjualan.

Inisiatif merek baru Perusahaan dapat dirumuskan dengan

istilah “layanan yang luar biasa” yang menjadi slogan

pemasaran kunci bagi Perusahaan pada tahun 2013. Slogan ini

bukan hanya slogan pemasaran, namun juga standar Perusahaan

yang telah ditetapkan dalam melaksanakan layanan layanan

dan memberikan kepuasan pelanggan. Kata “layanan” adalah

Page 175: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 172

kata kunci yang mengingatkan Perusahaan untuk tidak hanya

fokus pada pengembangan produk-produk inovatif baru untuk

membawa ke pasar, tetapi juga untuk memperhatikan daerah

layanan lain seperti keunggulan operasional dan membangun

hubungan pelanggan yang kuat melalui kualitas layanan

pelanggan.

Perusahaan ingin menciptakan merek Total gaya hidup bagi

pelanggan residensial, yang mewakili sekitar 88% dari

broadband Perusahaan dan pendapatan berbasis TV Kabel

(untuk periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2014),

dengan menyediakan “luar biasa” komunikasi dan hiburan

jasa. Strategi merek Perusahaan adalah untuk menciptakan

merek gaya hidup yang kuat yang identik dengan kebutuhan

pelanggan. Merek FastNet dan HomeCable bertujuan untuk

menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari bagi

pelanggan dan mencerminkan kehandalan layanan, kenyamanan

dan akses cepat ke informasi. Secara khusus, strategi merek

untuk FastNet adalah untuk mengasosiasikannya dengan

layanan broadband cepat, terjangkau dan sederhana. Fitur

inti ini diperkuat oleh citra dan slogan-slogan yang

digunakan dalam bahan iklan perusahaan.

Perusahaan menyediakan semua produk di bawah “First Media”

merek/nama sesuai dengan haknya berdasarkan Perjanjian

Merek Pemanfaatan. Perusahaan memiliki hubungan panjang dan

didirikan dengan First Media; Nama merek ini mapan di

Page 176: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 173

Indonesia dan, sebagai hasilnya, Perusahaan tidak memiliki

rencana untuk phase out produk ini atau berhenti

menggunakan First Media merek/nama dalam jangka pendek dan

menengah. Namun demikian, jika Perusahaan tidak dapat

memperbaharui Perjanjian Pemanfaatan Merek pada 2031,

ketika sudah diatur untuk berakhir, Perusahaan berkeyakinan

akan memiliki lead time yang cukup untuk transisi ke merek

baru.

Hubungan Perusahaan dengan mitra strategis juga

memungkinkan untuk melakukan co-brand dengan industri

terkemuka dan merek-merek elektronik rumah tangga, seperti

Samsung, LG dan Nescafé dan untuk menawarkan produk promosi

khusus melalui kemitraan dengan lembaga keuangan, penyedia

kartu kredit dan pengecer lokal, seperti Visa, ANZ Bank,

Citibank, Bank Central Asia, Hartono Elektronika dan

Dukomsel.

DataComm bertujuan untuk memungkinkan perusahaan untuk

mengakses, bergerak, proses dan mengelola data dalam jumlah

besar dengan cepat dan aman. Merek DataComm diposisikan

sebagai merek premium untuk menarik klien perusahaan cerdas

yang memerlukan layanan premium dan kualitas produk layanan

bisnis mereka.

Page 177: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 174

8.2 Strategi pemasaran

Target utama basis konsumen Perusahaan terdiri dari Rumah

Tangga A dan Rumah Tangga B dengan kenaikan tambahan dari

penjualan ke Rumah Tangga C1. Strategi pemasaran Perusahaan

difokuskan pada promosi, kecanggihan superior dari jaringan

NGBB yang unggul pada segmen ini, dalam konteks di mana

jaringan ADSL bersaing mengiklankan kecepatan maksimum

hingga 3 Mbps, dibandingkan dengan penawaran paket saat ini

Perusahaan hingga 100 Mbps. Perusahaan berkeyakinan bahwa

Jaringan adalah yang pertama yang menawarkan kecepatan

kepada pelanggan di Indonesia dari 3 Mbps pada tahun 2007,

10 Mbps pada tahun 2009, 20 Mbps pada tahun 2010, 30 Mbps

pada tahun 2012 dan 100 Mbps pada tahun 2013. Selain itu,

Perusahaan menjangkau baru dan pelanggan yang sudah ada dan

membangun, mengembangkan dan meningkatkan loyalitas merek.

Mengingat permintaan pasar laten dan terlayani akses NGBB,

layanan broadband telah menjadi sopir pemasaran utama

Perusahaan. Strategi bundling Perusahaan adalah faktor

pembeda yang kuat dalam broadband Indonesia dan membayar

sektor TV, di mana ada alternatif paket penawaran terbatas.

Perusahaan ini berfokus pada inovasi produk sesuai dengan

tren konsumen sebagai sarana utama meningkatkan pendapatan

dan untuk meningkatkan proporsi pendapatan nasabah

digunakan untuk membeli produk Perusahaan. Contoh tren

Page 178: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 175

konsumen yang Perusahaan telah diidentifikasi dan ditangani

adalah sebagai berikut:

perbedaan produk kebutuhan, preferensi pelanggan dan

harapan: sejak 2007-2008 pelanggan Jaringan telah

menawarkan berbagai pilihan melalui berbagai paket

Combo, bukan satu ukuran cocok untuk semua pendekatan;

permintaan untuk pengalaman hiburan premium: korban

Perusahaan dari 60 saluran HD (pada tanggal 31 Juli

2014) lebih dibandingkan dengan kompetitor lain dan yang

paling pernah ditawarkan pada TV multi-screen mana saja

layanan. Perusahaan juga telah menawarkan pelanggan satu

saluran 3D sejak awal tahun 2012 mendatang saluran HD

pertama kali diperkenalkan melalui Jaringan pada kuartal

terakhir tahun 2010;

konsumsi TV kabel tidak lagi terbatas pada satu ruangan:

sebagai konsumsi media TV kabel tidak lagi terbatas pada

satu ruangan, produk Perusahaan sedemikian rupa sehingga

dengan tambahan set-top pelanggan box dapat menonton

saluran TV kabel yang berbeda di ruangan yang berbeda

dari rumah;

preferensi untuk hiburan yang diminta: keinginan alamat

pelanggan untuk layanan lebih nyaman tersedia waktu

mereka pilihan, Perusahaan memperkenalkan layanan video-

on-demand untuk pelanggan di Oktober 2011 dan layanan

Page 179: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 176

perekaman video pribadi untuk pelanggan di akhir 2012 ;

dan

keinginan untuk konektivitas yang lebih besar di luar

rumah: pelanggan ingin mengkonsumsi media luar rumah,

sehingga Perusahaan memperkenalkan layanan TV Anywhere

di Februari 2014 sehingga pelanggan dapat mengakses

produk Perusahaan saat berada di luar rumah.

Perusahaan percaya bahwa kemampuannya untuk menawarkan

paket paket menarik dan harga yang kompetitif kepada

konsumen, layanan konsumen yang kuat dan ketersediaan

penjualan dan saluran pemasaran berkontribusi terhadap

peningkatan daya saing dan pangsa pasar Perusahaan.

8.3 Strategi penjualan

Strategi penjualan Perusahaan bertujuan untuk membangun dan

mengeksploitasi keunggulan kompetitif sebagai berikut:

strategi perluasan jaringan untuk merancang dan

membangun-out di daerah perumahan bernilai tinggi

lainnya yang berjarak area layanan yang ada dan baru;

kekuatan penjualan yang efektif dan efisien yang

didedikasikan untuk wilayah geografis yang ditugaskan

untuk menembus, meningkatkan dan melindungi pangsa pasar

dan untuk memberikan standar yang tinggi dari layanan

purna jual;

Page 180: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 177

pusat penjualan taktis terletak di komunitas perumahan

yang ditargetkan, yang berfungsi sebagai point of

presence untuk mempromosikan penjualan dan memfasilitasi

instalasi, perbaikan dan waktu lain layanan sensitif;

saluran penjualan yang inovatif terlihat di gerai ritel

yang terletak di posisi strategis dalam bidang layanan;

aliansi strategis dengan bank, vendor dan mitra utama

lainnya; dan

efektif menggunakan informasi pelanggan yang

dikumpulkan.

Tenaga penjualan

Perusahaan Koordinat tenaga penjualan dengan saluran

individu yang ditujukan untuk berbagai kategori pelanggan.

Saluran terdiri dari “push” saluran, menjadi saluran yang

menjangkau pelanggan potensial dengan tujuan membuat satu-

satu penjualan, dan “menarik” saluran, menjadi saluran yang

dihubungi oleh pelanggan baru atau yang sudah ada. Jalur

“push” terdiri dari:

rumah hunian: 600 agen penjualan langsung yang melakukan

penjualan door-to-door dan di jalan, dan 60 agen outbond

yang melakukan penjualan melalui telemarketing dan

telesales platform;

Page 181: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 178

kondominium dan apartemen: empat manajer pengembangan

bisnis dan sembilan manajer account yang menghubungi

operator unit multi tinggal yang Perusahaan sedang

mempertimbangkan memperluas jaringannya; dan

ruko (rumah toko), warnet (warung internet), penyewa

pusat perbelanjaan dan klien perusahaan: sembilan agen

penjualan komersial yang mengatur hubungan Perusahaan

dengan klien perusahaan.

Jalur “tarik” saluran terdiri dari 30 agen penjualan masuk,

25 agen tele-retensi dan pusat kontak pelanggan beberapa

yang ada dan pelanggan perumahan baru dapat menghubungi.

Pelatihan dan retensi tenaga para penjualan

Perusahaan memastikan bahwa ia memiliki tenaga penjualan

yang produktif dan berdedikasi melalui perekrutan tenaga

penjualan dan retensi staf yang efektif. Perusahaan

berusaha untuk menarik dan merekrut staf penjualan terbaik

dengan menyaring pelamar melalui agen rekrutmen profesional

dan berinvestasi besar dalam memberikan pelatihan untuk

staf. Staf penjualan juga diberikan pelatihan berkelanjutan

seiring dengan pengeluaran produk baru dari waktu ke waktu

oleh Perusahaan. Perusahaan berusaha untuk mempertahankan

staf yang memiliki prestasi sangat baik dengan memberikan

komisi individu kepada anggota staf tenaga penjualan ,

berdasarkan jumlah pelanggan baru yang diperoleh oleh

Page 182: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 179

masing-masing staf yang berprestasi tersebut. Perusahaan

juga memiliki langkah-langkah lain untuk mengetahui staf

penjualan yang berprestasi terbaik, seperti memberikan

jenjang/peringkat yang lebih tinggi yang mengarah pada

promosi jabatan dan kenaikan gaji/remunerasi, serta

pengembangan dan kemajuan karir staf.

Siklus hidup pelanggan

Perusahaan memiliki strategi penjualan yang dirancang

secara khusus yang memuat tahapan siklus hidup pelanggan.

Tahap Satu: Akuisisi

Pada tahap pertama siklus hidup pelanggan, Perusahaan

membuat kontak awal dengan calon pelanggan melalui

inisiatif berikut:

• strategi peluncuran baru: sebagai bagian dari

peluncuran Jaringannya ke daerah-daerah baru,

Perusahaan menjalankan kegiatan mikro-marketing

(pemasaran mikro) dengan tujuan untuk meningkatkan

pengenalan merek Link Net dan bagi Perusahaan sendiri

untuk mendapatkan pengetahuan awal mengenai

masyarakat. Langkah-langkah awal meliputi persetujuan

izin untuk mengedarkan materi pemasaran di daerah baru

yang menjadi target, sosialisasi dengan anggota

masyarakat mengenai preferensi broadband dan TV kabel

di area tersebut, dan menyebarkan brosur yang

Page 183: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 180

memperkenalkan Perusahaan dan penawarannya. Setelah

komunitas masyarakat tersebut telah mengetahui latar

belakang Perusahaan dan kehadirannya di daerah mereka,

Perusahaan secara aktif mulai menjual produknya dengan

mengeluarkan barang-barang promosi seperti mail drop

dan door hanger dan memiliki tim penjualan langsung

yang menawarkan produk kepada anggota masyarakat.

Perusahaan kemudian mengembangkan tahap akuisisi

pelanggan lebih lanjut dengan melibatkan masyarakat

dengan mengadakan acara-acara seperti bersepeda

santai, pusat-pusat permainan dan demo, dan

pertunjukan musik dan sulap. Acara-acara pemasaran ini

mampu meningkatkan citra Perusahaan di antara

masyarakat luas;

• upaya pemasaran di daerah baru: setelah strategi

peluncuran baru Perusahaan berlangsung dan layanannya

telah tersedia di daerah baru, Perusahaan menggunakan

berbagai platform media untuk memasarkan produknya dan

melakukan branding. Ini termasuk iklan cetak, brosur,

buletin, papan iklan, iklan digital, dan roadshow dan

aktivitas pemasaran dengan mitra strategis seperti

merek elektronik rumah tangga yang dapat menampilkan

produk peralatan mereka bersama-sama dengan layanan

broadband Perusahaan; dan

Page 184: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 181

• pemasaran ulang: dalam upaya pemasaran ulang, daerah

yang diidentifikasi akan dibagi menjadi beberapa

daerah terpisah. Masing-masing tim pemasaran ulang

yang dipimpin oleh general manager yang ditempatkan di

satu daerah, akan mengunjungi kembali daerah-daerah

tersebut dengan sasaran calon pelanggan baru yang

tinggal di rumah-rumah yang dikunjungi tetapi belum

menjadi pelanggan Perusahaan. General manager berfokus

pada one-on-one sales dengan menawarkan diskon dan

penawaran khusus kepada calon pelanggan tersebut.

Proses pemasaran ulang ini dilakukan dalam dua tahap.

Tahap pertama berlangsung dalam waktu 7 sampai dengan

24 bulan setelah produk Perusahaan telah beroperasi di

daerah layanan dengan pemasaran ulang melalui surat

iklan secara langsung dan roadshow di daerah-daerah

ramai. Tahap kedua berlangsung selama 24 sampai dengan

36 bulan setelah produk Perusahaan telah beroperasi di

daerah layanan dengan penawaran yang lebih agresif

yang didukung oleh pemasaran mikro dan menawarkan

instalasi yang bisa selesai dalam satu hari.

Perusahaan ingin mencapai tingkat penetrasi 20% pada

akhir enam bulan pertama setelah produk Perusahaan

telah beroperasi di satu daerah layanan. Melalui

pemasaran ulangnya Perusahaan kemudian ingin

Page 185: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 182

meningkatkan tingkat penetrasi antara 30% dan 38% pada

masing-masing akhir fase pertama dan fase kedua.

Tahap Dua: Membangun Loyalitas

Pada tahap kedua dari siklus hidup pelanggan, Perusahaan

berupaya untuk membangun loyalitas terutama melalui edukasi

terhadap pelanggan dan kualitas layanan. Perusahaan

memberikan pengetahuan kepada pelanggan mengenai produk

yang mereka beli atau produk yang berpotensi akan dibeli

oleh pelanggan melalui demonstrasi langsung, video panduan

dan pedoman interaktif yang membantu pelanggan untuk

memahami fungsi dan fitur produk. Pedoman ini menciptakan

loyalitas pelanggan melalui pengalaman atas penggunaan yang

baik dan lebih mudah terhadap produk. Perusahaan juga

berfokus pada peningkatan kualitas layanan pelanggan

melalui pendekatan-pendekatan berikut:

• beberapa titik kontak: hal ini terdiri dari layanan

pelanggan kusus di seluruh penjualan, bantuan umum dan

bantuan teknis sehingga dapat membangun loyalitas

pelanggan. Sering berinteraksi dengan pelanggan lama

sesuai dengan strategi penjualan “push and pull”,

melalui penjualan langsung dan tim penjualan melalui

telepon Perusahaan serta melalui kehadiran mereka di

gerai ritel dan di acara-acara promosi penjualan. NOC

dan enterprise client helpdesk Perusahaan memungkinkan

Page 186: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 183

Perusahaan untuk secara aktif membantu pelanggan dalam

menyelesaikan pertanyaan atau masalah, di samping

membangun hubungan yang diciptakan oleh bantuan teknis

Perusahaan; dan

• kualitas layanan: Perusahaan memastikan bahwa

Perusahaan memberikan kualitas layanan yang unggul

melalui karyawan penjualan yang diberi pelatihan

formal minimal tiga sampai empat minggu setiap tahun

tahun di wilayah penjualan masing-masing. Prosedur

penyampaian masalah tiga tahap juga memberikan cara

praktis untuk menyelesaikan masalah pelanggan: (i)

contact center sebagai tempat kontak pertama bagi

pelanggan untuk mengajukan pertanyaan umum; jika tidak

diselesaikan, panggilan dialihkan ke (ii) spesialis

solusi teknis yang memiliki pengetahuan lebih luas;

dan jika masih belum teratasi, kemudian diteruskan ke

(iii) agen lapangan teknis yang akan mengunjungi rumah

rumah atau lokasi pelanggan untuk mendiagnosa dan

menyelesaikan masalah. Perusahaan bangga terhadap

kekuatan layanan pelanggan milik Perusahaan dan

kepuasan pelanggan yang membangun loyalitas pelanggan.

Inisiatif ini mencakup survei umpan balik pelanggan

pasca-instalasi dan welcome call kepada pelanggan

baru. Survei pelanggan yang dilakukan oleh Perusahaan

telah membuahkan hasil dimana sekitar 98% pelanggan

Page 187: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 184

merasa puas setelah satu bulan menerima layanan dari

Perusahaan. Sebagai bukti telah memiliki kualitas

layanan yang unggul, Perusahaan telah memenangkan

berbagai penghargaan di daerah ini.

Tahap Tiga: Optimalisasi

Pada tahap ketiga dari siklus hidup pelanggan, Perusahaan

berupaya untuk mengoptimalkan pendapatannya yang dapat

diperoleh dari pelanggan melalui strategi pertumbuhan

portofolio yang melibatkan inisiatif upselling. Tim

penjualan menghubungi semua pelanggan setidaknya sekali

setahun, menerapkan kombinasi strategi push & pull untuk

mengarahkan konversi dengan tujuan untuk mengalihkan

pelanggan ke tingkatan paket yang lebih tinggi dan menjual

produk tambahan. Ini merupakan strategi optimasi saluran

yang didorong ARPU yang dipasarkan melalui telepon, email,

pesan SMS, dan iklan umum di televisi, internet dan media

cetak. Perusahaan mengakui bahwa ARPU dan pelanggan segmen

yang lebih tinggi memiliki kecenderungan lebih besar untuk

mengambil pelayanan yang lebih baik, membeli tambahan set-

top box dan mengaktifkan produk tambahan, dan karena itu

memperhitungkan hal ini ketika berfokus pada pelanggan

untuk meningkatkan penjualan.

Page 188: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 185

Tahap Empat: Retensi

Pada tahap keempat dari siklus hidup pelanggan, Perusahaan

bertujuan untuk mempertahankan pelanggan lama untuk

meminimalkan churn melakui kategorisasi pelanggan,

manajemen churn didefinisikan dan manajemen retensi.

Perusahaan memprioritaskan retensi segmen pelanggan ARPU

tingkat sangat tinggi dan menengah karena pelanggan ini

memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pendapatan

Perusahaan dan memiliki churn yang lebih rendah.

Perusahaan mengidentifikasi pelanggan inti dengan

mengelompokkan mereka ke dalam empat kategori tergantung

pada tingkat potensi keuntungan yang dapat diperoleh dari

pelanggan dan kemungkinan pelanggan untuk pindah langganan.

Misalnya, untuk pelanggan dengan potensi keuntungan yang

tinggi tetapi dengan potensi churn yang tinggi pula,

Perusahaan dapat memilih untuk membela dan mempertahankan

pelanggan ini melalui optimasi rencana. Namun, untuk

pelanggan dengan potensi keuntungan yang rendah dan potensi

churn tinggi, Perusahaan dapat memilih untuk kehilangan

pelanggan ini.

Page 189: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 186

Dalam hal strategi untuk mempertahankan dan meminimalkan

churn pada pelanggan ARPU golongan sangat tinggi dan

menegah, Perusahaan menerapkan strategi berikut:

• mempertahankan pelanggan: tindakan yang dilakukan

antara lain welcome call, memprioritaskan contact

centre service hotline, pemberian manajemen akun

online, dan fleksibilitas dalam metode dan ketentuan

pembayaran. Selain itu, Perusahaan juga secara

proaktif upsell pelanggan lama dalam bentuk layanan

nilai tambah, paket konten tambahan, set-top-box

tambahan, dll;

• analisis dan penelitihan data aktif: Perusahaan

melakukan survei bulanan pelanggan yang churn pada

bulan itu dan menggunakan hasil survei ini untuk

mengidentifikasi penyebab churn. Data ini juga

diperkaya dengan informasi yang diperoleh Perusahaan

dari sumber miliknya sendiri, seperti panggilan ke

contact center Perusahaan, dan sumber data eksternal

lainnya. Hal ini memungkinkan sarana pemodelan

prediktif Perusahaan untuk menghasilkan prediksi yang

Page 190: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 187

lebih akurat untuk berbagai skenario yang dapat

mencerminkan ukuran yang diperkirakan dan penyebab

potensi churn di masa mendatang. Data dan alat-alat

analisis tersebut memberdayakan Perusahaan dengan

meminimalkan churn sesuai dengan strategi dan segmen

pelanggannya masing-masing. Perusahaan memperkaya data

dengan data milik sendiri dan data dari eksternal

secara berkelanjutan untuk dapat memehami lebih dalam

mengenai terjadinya churn pada pelanggan; dan

• manajemen siklus hidup: Perusahaan sangat menekankan

pada pencapaian pengalaman positif dengan pelanggan

dalam tahun pertama mereka dengan memonitor akun

pelanggan dan tetap menghubungi pelanggan secara

berkala. Dalam tiga bulan pertama mendaftar paket, Tim

Layanan Pelanggan Perusahaan lebih sering

berkomunikasi dengan pelanggan melalui Welcome Call,

surat email, pengenalan paket tambahan dan bantuan

dengan formulir aplikasi, dan pesan SMS yang ramah

pada bulan pertama pembayaran. Perusahaan yakin bahwa

interaksi tersebut mampu menciptakan kepuasan

pelanggan yang positif, yang merupakan kontributor

yang signifikan untuk meningkatkan retensi masa depan

dan mengurangi tingkat manajemen pelanggan seiring

dengan usia pelanggan melalui siklus hidup pelanggan.

Page 191: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 188

8.4 Kemitraan strategis

Perusahaan telah menjalin kemitraan strategis dengan

beberapa perusahaan multinasional dan lokal terkemuka untuk

meningkatkan penjualan dan pengetahuan masyarakat tentang

produk-produknya. Hubungan asosiasi Perusahaan dengan merek

premium tersebut memungkinkan Perusahaan untuk mengambil

keuntungan dari platform pemasaran luas mitranya, saluran

distribusi yang luas dan database pelanggan sasaran.

Kemitraan tersebut memberikan cara lain untuk menawarkan

produk promosi dan tarif khusus kepada pelanggan sehubungan

dengan mitra strategis.

Mitra strategis Perusahaan meliputi:

• konsumer dan peralatan elektronik rumah tangga:

kemitraan dengan produsen peralatan elektronik rumah

tangga seperti Samsung dan LG memungkinkan Perusahaan

untuk menampilkan keunggulan broadband pada waktu

demonstrasi peralatan mitra mereka, seperti smart

television, laptop dan tablet, di forum seperti

peluncuran produk, roadshow dan pameran. Perusahaan

juga melakukan pemasaran bersama dengan merek makanan

seperti Nescafé, dimana misalnya, Perusahaan akan

memberikan hadiah gratis dari mitranya kepada

pelanggan yang mendaftar untuk berlangganan paket.

Pemasaran bersama ini sekaligus mempromosikan produk-

produk merek makanan dan proposisi penjualan dari

Page 192: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 189

penawaran Perusahaan. Perusahaan juga memperoleh

keuntungan dengan berbagi biaya iklan dan dapat

mengambil keuntungan dari pengakuan pelanggan melalui

merek mitranya;

• lembaga keuangan dan penyedia kartu kredit: Perusahaan

bekerja sama dengan para mitra strategis ini untuk

mengembangkan proposisi nilai keluarga dan gaya hidup.

Perusahaan biasanya akan menggunakan eksposur mitra

untuk demografi pelanggan tertentu dan menawarkan

promosi seperti penawaran cash back oleh mitra atau

berlangganan gratis dalam jangka waktu terbatas dengan

salah satu paket Perusahaan. Hal ini membantu

Perusahaan dalam melakukan promosi produk yang menarik

untuk ditawarkan kepada basis pelanggan sasaran guna

mendorong pengalihan pelanggan ke Perusahaan. Mitra

tersebut antara lain Visa, ANZ Bank, Citibank dan Bank

Central Asia; dan

• pengecer lokal: mitra strategis ini bertindak sebagai

tempat penjualan tambahan dan memberikan kesempatan

kepada pelanggan untuk mencoba layanan Perusahaan

pertama kali di took ritel mitra dan mempermudah untuk

mendapatkan pelanggan baru. Mitra ritel lokal ini

antara lain Hartono Elektronika di Surabaya dan

Dukomsel di Bandung.

Page 193: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 190

8.5 Strategi Periklanan

Perusahaan berkomitmen untuk mempromosikan dan memasarkan

merek, produk dan jasanya melalui: (i) berbagai media

seperti TV nasional, koran lokal, radio, internet dan media

luar ruang lokal; (ii) berbagai media internal, seperti

saluran TV komunitas, website, newsletter dan amplop

tagihan lokal Perusahaan; dan (iii) sponsor acara

masyarakat setempat. Perusahaan yakin bahwa berpartisipasi

aktif dalam kegiatan masyarakat setempat akan meningkatkan

visibilitas Perusahaan dan kesadaran masyarakat terhadap

produk Perusahaan.

Perusahaan juga mengiklankan dirinya di acara-acara musik

seperti Java Jazz, Java Rockinland dan Java Soulnation,

yang merupakan peristiwa yang efektif bagi Perusahaan untuk

memasarkan layanannya kepada demografis pelanggan sasaran

yang lebih muda. Produk Perusahaan, seperti HomeCable dan

FastNet, sering digunakan pada acara-acara dan ditampilkan

secara jelas oleh event organizer untuk membantu inisiatif

iklan. Perusahaan biasanya menyesuaikan kampanye iklanya

dengan tema acara musik.

Perusahaan menggunakan beberapa platform media sosial,

seperti Facebook dan Twitter untuk mempromosikan produk dan

jasanya. Twitter telah menjadi alat utama Perusahaan untuk

mengevaluasi umpan balik dan kepuasan pelanggan dan pada 30

Juni 2014 Perusahaan telah mencatat lebih dari 35.000

Page 194: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 191

pengikut Twitter. Ini menyediakan Perusahaan suatu jalur

komunikasi langsung dengan pelanggan untuk pemasaran produk

baru dan produk lama, dan untuk terlibat dalam berbagai

topik pembicaraan yang berkaitan dengan produk dan layanan

Perusahaan.

8.6 Layanan Pelanggan

Tujuan utama dari Tim Layanan Pelanggan Perusahaan adalah

untuk menawarkan layanan berkualitas tinggi kepada

pelanggan dengan tetap menjaga efisiensi efektivitas biaya

operasional. Perusahaan berusaha untuk meningkatkan sumber-

sumber pendapatan dengan upselling paket tingkat yang lebih

tinggi dan menjual produk add-on dengan mengubah interaksi

pelanggan menjadi peluang untuk penjualan dan

mempertahankan mereka. Perusahaan berkeyakinan bahwa

melalui upaya ini ia mampu memaksimalkan sumber daya untuk

mencapai target penjualan yang tinggi atas produk yang

dipaket dan menjaga loyalitas pelanggan.

Perusahaan menyediakan bantuan contact center 24 jam sehari

7 hari seminggu kepada pelanggan dan menyelesaikan semua

masalah, permintaan dan pertanyaan mengenai layanan dan

produk Perusahaan. Pelanggan juga bisa menghubungi

Perusahaan melalui email, website atau media sosial seperti

Twitter dan Facebook. Pemantauan tingkat layanan dilakukan

Page 195: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 192

setiap hari untuk memastikan ketepatan waktu merespon

pelanggan.

Sebagian besar panggilan ke contact centre Perusahaan dapat

diselesaikan oleh petugas contact centre, tetapi untuk

masalah teknis yang membutuhkan penyelesaian yang lebih

rumit, panggilan akan diteruskan ke Tim Dukungan Teknis

yang akan menghubungi pelanggan yang bersangkutan. Jika

pada tahap ini masalah teknis tidak bisa diselesaikan

melalui telepon, agen lapangan teknik akan mengunjungi

lokasi pelanggan.

Untuk memastikan layanan pelanggan berkualitas tinggi dan

konsisten, Perusahaan melakukan langkah-langkah sebagai

berikut:

• melakukan welcome call dan mengirimkan email kepada

pelanggan baru untuk memastikan standar kualitas

sedang disampaikan mulai dari menawarkan layanan

sampai selesai instalasi di tempat pelanggan;

• melakukan panggilan pasca kunjungan secara acak kepada

pelanggan yang dijadwalkan akan dikunjungi untuk

memastikan bahwa kebutuhan pelanggan telah terpenuhi

dan setiap gangguan layanan sepenuhnya diselesaikan;

dan

• melakukan penelaahan secara berkala atas kontrak

pelanggan dan kecenderungan di dalam keluhan pelanggan

Page 196: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 193

yang memungkinkan Perusahaan untuk menyusun inisiatif

layanan untuk perbaikan di masa mendatang.

Perusahaan mengoperasikan dua pusat kontak pelanggan yang

berada di kota Tangerang dan Surabaya yang dilengkapi

dengan sistem respon suara interaktif berbahasa Inggris dan

Indonesia. Semua agen layanan pelanggan Perusahaan secara

teratur dilatih dalam soft skill dan mengenai penawaran dan

promosi produk baru. Perusahaan menawarkan nomor telepon

gratis kepada pelanggan ARPU berkelas tinggi yang dipilih,

yang menawarkan pelayanan satu atap, prioritas terjamin

untuk kunjungan lapngan dan pemantauan penyelesaian masalah

layanan. Perusahaan menugaskan tim yang khusus bertanggung

jawab untuk semua menangani pertanyaan DataComm dari klien

Perusahaan.

Sampai dengan tanggal 30 Juni 2014, Perusahaan

mempekerjakan total 210 petugas layanan pelanggan.

Berdasarkan Call Centre Agreement, Perusahaan diharuskan

untuk mengalokasikan hingga 14 lokasi kerja (“Karyawan

Khusus”) dalam pengoperasian customer contact centre

Perusahaan yang secara khusus diawaki oleh karyawan yang

berdedikasi tinggi untuk menangani pertanyaan dan

memberikan dukungan kepada pelanggan Bisnis Wireless First

Media. Perusahaan dapat mempekerjakan Karyawan Khusus

secara langsung atau menyerahkan penyediaan layanan kepada

pihak ketiga berdasarkan Call Centre Agreement. First Media

Page 197: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 194

membayar biaya yang telah ditentukan berdasarkan jumlah

lokasi kerja khusus yang diminta oleh First Media dan

dipekerjakan oleh Perusahaan.

Perusahaan menerapkan praktik internasional terbaik dalam

penyelesaian keluhan pelanggan dan perselisihan. Pada bulan

Juni 2014, waktu penanganan rata-rata setiap panggilan

adalah 245 detik.

Perusahaan juga menyediakan pelayanan instalasi dan bantuan

layanan teknis kepada pelanggan. Tim Instalasi Jaringan

bertanggung jawab untuk menyediakan bantuan last mile

Jaringan kepada pelanggan. Bantuan ini mencakup jasa

instalasi, panggilan servis dan kunjungan penyelesaian

masalah. Tabel di bawah ini menetapkan jumlah kunjungan per

bulan ke pelanggan untuk semua jenis layanan yang dilakukan

oleh Tim Instalasi Jaringan pada bulan Juni 2014.

Area layanan Instalasi Servis Troubleshooting

Inbound agent % of total contacts ‐

Jabodetabek 15,195 30,218 21,265 Surabaya, Bandung dan Bali 3,412 2,145 1,662

8.7 Penghargaan

Pada tahun 2014, produk broadband Perusahaan, di bawah

merek First Media, telah meraih penghargaan TOP Fixed

Internet 2014 pada pemberian penghargaan TOP IT & TOP TELCO

2014 oleh Itech Magazine, Ikatan Konsultan Teknologi

Informasi Indonesia (IKTII), ASOSIASI PERGURUAN TINGGI

Page 198: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 195

INFORMATIKA DAN ILMU KOMPUTER (APTIKOM), Forum Teknologi

Informasi SOE (FORTI), Departemen Komunikasi dan

Informatika (Kominfo), Masyarakat Telematika Indonesia

(MASTEL), Alvara Strategic Indonesia, sebuah lembaga riset

pemasaran dan beberapa asosiasi TI lainnya. Penghargaan ini

berdasarkan survei persepsi pelanggan dengan menggunakan

sampel 1.550 responden, berusia antara 15 s/d 54 tahun yang

menggunakan internet atau internet HP dan yang merupakan

bagian dari rumah tangga dengan penghasilan lebih dari Rp

1,5 juta per bulan, berasal dari enam kota besar di

Indonesia: Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang

dan Bekasi); Surabaya; Medan; Bandung; Makassar; dan

Balikpapan, serta kuesioner, wawancara dan rekomendasi dari

perusahaan pengguna TI.

Satu dan lain hal, survei persepsi pelanggan telah mengukur

“TOP IT index” dari produk broadband Perusahaan dengan

merek First Media terhadap “TOP TI index” dari perusahaan

pesaing Speedy. “TOP IT index” dihitung dengan menggunakan

tiga ukuran: kesadaran merek; citra merek; dan keterlibatan

merek. Hasil perbandingan ini ditampilkan di dalam grafik

dan tabel di bawah ini:

Page 199: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 196

Selain itu, kekuatan kepuasan pelanggan dan merek

Perusahaan telah terbukti berdasarkan penghargaan utama

berikut yang telah diterima oleh Perusahaan sejak 2011

sampai saat ini:

Tahun Penghargaan

2014 s/d

sekarang

Corporate Image Award 2014 for PT Link Net, Category : Internet Provider (Tempo

Media Group and Frontier Consulting Group)

Corporate Image Award 2014 for PT Link Net, Category : Pay TV (Tempo Media Group

and Frontier Consulting Group)

Top Brand Award for First Media/FastNet (Frontier Consulting Group and Marketing

Magazine)

2013 Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2013 for PT Link Net, Brand : Pay TV

(Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko)

Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2013 for PT Link Net, Brand : FastNet

(Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko)

Certificate of Performance 5-Star Quality Product in 2013 for Brand First Media,

Page 200: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 197

Tahun Penghargaan

Category : Pay TV (CSS and ACSI)

Word of Mouth Marketing 2013 for PT Link Net, Brand : Fast Net (SWA Magazine)

2013 The Best Contact Center Indonesia for PT Link Net (ICCA)

Top Brand Award for First Media/FastNet (Frontier Consulting Group and Marketing

Magazine)

World Class Quality Achievement 2013 5-Star Quality Product 2013 for PT Link Net,

Brand: First Media, Category : Pay TV (GCSS, ACSI and Swa Magazine)

2012 Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2012 for PT Link Net, Brand : FastNet

(Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko)

Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2012 for PT Link Net, Brand : Pay TV

(Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko)

Corporate Image Award 2012 for PT Link Net, Category : Pay TV (Bloomberg

Businessweek and Frontier Consulting Group)

Certificate of Performance 5-Star Quality Product in 2012 for Brand First Media,

Category : Pay TV (GCSS and ACSI)

Indonesia Brand Champion 2012 for FastNet (Marketeers and Markplusinsight)

Word of Mouth Marketing 2012 for PT Link Net, Brand : Fast Net (SWA Magazine)

Social Media Award 2012 for FastNet (Frontier Consulting Group and Marketing

Magazine)

Top Brand Award for First Media, Category: Internet Service Provider Fixed (Frontier

Consulting Group and Marketing Magazine)

2011 Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2011 for PT Link Net, Brand : FastNet

(Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko)

Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2011 for PT Link Net, Brand : Pay TV

(Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko)

The Best Contact Centre Indonesia 2011 for PT First Media Tbk (ICCA)

Page 201: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 198

Tahun Penghargaan

Indonesia Brand Champion 2011 for FastNet (Mark Plus Insight and Marketeers)

Word of Mouth Marketing 2011 for PT First Media Tbk, Brand : Fast Net (SWA

Magazine)

Corporate Image Award 2011 for PT First Media Tbk, Category Pay TV (Bloomberg

Businessweek and Frontier Consulting Group)

9. INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI JARINGAN HFC

9.1 Jaringan

Perusahaan memiliki jaringan skala NGBB yang paling canggih

di Indonesia. Jaringan HFC dua arah Perusahaan sudah

sepenuhnya menggunakan teknologi DOCSIS 3.0 dan

diperkirakan akan lebih dari 60% 1 GHz diaktifkan, dengan

sisa jaringan 870MHz diaktifkan, pada akhir kuartal pertama

2015, yang memungkinkan untuk interaktivitas lancar,

kecepatan dan kapasitas yang cukup. Pada tanggal 30 Juni

2014, Jaringan telah menjangkau lebih dari 17.300 kilometer

(15.400 kilometer di wilayah Jakarta, 1.600 kilometer di

wilayah Surabaya, 200 kilometer di wilayah Bandung dan 100

kilometer di Bali) dan melewati lebih dari 1,3 juta rumah,

dengan cakupan luas daerah pemukiman utama di Jakarta,

Surabaya dan Bandung.

Per 31 Desember Per 30 Juni

2014 2011 2012 2013

Kumulatif rumah yang dilalui 654,921 932,834 1,194,346 1,312,970

Kumulatif kilometer 10,226 12,805 16,309 17,367

Page 202: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 199

9.2 Arsitektur Jaringan

Diagram dibawah menggambarkan arsitektur end-to-end dari

jaringan HFC Perusahaan.

Jaringan terbuat dari serat optik dan kabel koaksial untuk

membuat jaringan broadband. Jaringan membentang dari

headend utama ke pusat distribusi lingkungan, dan terakhir

ke salah satu dari 3.627 fiber optic node

Jaringan yang masing-masing melayani sekitar 360 rumah pada

tanggal 30 Juni 2014. Setiap fiber node dapat dibagi

menjadi kuadran dari mana jasa diangkut dalam beberapa

ratus meter terakhir atau “last mile” dengan kabel koaksial

ke set-top box pelanggan. Penggunaan fiber optik untuk

headend menjamin kualitas sinyal yang baik, karena serat

memiliki tingkat kehilangan transmisi yang lebih kecil

dibandingkan dengan media listrik. Untuk layanan video

(analog dan TV digital), headend mencakup satellite

Page 203: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 200

downlink untuk menerima konten video yang masuk dari

berbagai pemasok. Demikian pula, layanan broadband

diberikan dengan menggunakan switch internet protocol

(“IP”), router dan sistem terminasi kabel modem (“CMTS”)

seperti yang ditentukan oleh standar DOCSIS. Kawat jaringan

yang terbuat dari serat memanjang pada rata-rata dalam 500

meter dari rumah dan kantor pelanggan yang memungkinkan

Perusahaan untuk memberikan akses broadband berkecepatan

tinggi dan layanan canggih kepada pelanggan. Ketersediaan

tahunan rata-rata Jaringan dan platform produk Perusahaan

adalah sekitar 99,74% selama tahun yang berakhir 31

Desember 2013.

Kabel Jaringan ini ditanam di saluran bawah tanah dan

diikat ke tiang utilitas. Ketika saluran bawah tanah

digunakan, Perusahaan bertanggung jawab untuk memperoleh

izin dari pemilik tanah dan pihak berwenang Indonesia dan

menanggung biaya penggalian saluran bawah tanah dan

pemasangan kabel. Biaya pemasangan kabel bawah tanah secara

signifikan lebih mahal daripada di atas tanah untuk

dihubungkan ke tiang. Meskipun izin pemerintah gratis,

namun Perusahaan mungkin harus membayar biaya kepada

pengembang atau pemilik tanah di mana kabel dipasang. Jika

kabel adalah kabel udara, maka akan diikatkan ke tiang.

Jika Perusahaan menyediakan tiang sendiri, ia akan

bertanggung jawab untuk mendapatkan izin dari pemerintah

Page 204: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 201

sehubungan dengan pemasangan tiang tersebut. Perusahaan

tidak perlu mendapatkan izin pemerintah untuk menggunaan

tiang listrik yang bukan miliknya untuk pemasangan kabel

udara, tetapi harus mendapatkan hak untuk menggunakan

tiang-tiang tersebut dari pemilik yang bersangkutan. Bila

memungkinkan, Perusahaan lebih memilih untuk tidak

dikenakan biaya pemasangan tiang utilitasnya sendiri.

Perusahaan memiliki tiga headend yang ada di Jakarta,

Surabaya dan Bali. Untuk pengiriman konten secara efisien,

jaringan telah dirancang dengan headend utama dengan

beberapa pusat distribusi yang terhubung melalui ring kabel

serat optik untuk mengurangi frekuensi dan ukuran gangguan

layanan. Perusahaan memiliki total 17 hub distribusi dengan

12 hub distribusi di Jabodetabek, empat di Surabaya dan

satu di Bandung.

Masa operasional desain Jaringan berkisar antara delapan

s/d sepuluh tahun, sedangkan umur desain peralatan terkait

berkisar antara lima sampai tujuh tahun. Perusahaan

memperbaiki, mengganti dan meng-upgrade jaringan dan

peralatan terkait selama proses pemantauan dan pemeliharaan

Jaringan.

9.3 Gambaran spectrum frekuensi HFC

Jaringan HFC dua arah Perusahaan memungkinkan Perusahaan

untuk menawarkan produk digital canggih kepada pelanggan,

Page 205: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 202

termasuk layanan HD dan TV interaktif dan broadband.

Diharapkan lebih dari 60% 1 GHz Jaringan ini diaktifkan dan

sisanya 870 MHz diaktifkan pada akhir kuartal pertama 2015.

Bandwidth spektrum tambahan memberikan kapasitas yang cukup

bagi Perusahaan untuk menawarkan peningkatan layanan data

intensif kepada pelanggan tanpa perlu memperpanjang kabel

jaringan ke dekat rumah pelanggan.

Diagram di bawah menunjukkan spektrum HFC Jaringan dimana

870 MHz diaktifkan:

Filter

Not

Useable

DOCSIS DOCSIS + VOD Digital TV (SD + HD Channel)

5 M

Hz

23

MH

z

62

MH

z

11

8 M

Hz

34

2 M

Hz

87

0 M

Hz

Upstream Downstream

Fully interactive 2-way network

•Downlink uses 122 – 870 MHz

•Uplink uses 5 – 62 MHz

•DOCSIS Upstream : 12 Channel per Fiber Node

•DOCSIS Downstream + VOD : 36 Channel per Fiber Node

•Digital TV Channel (SD + HD) : 64 RF Channel

Jaringan ditingkatkan pada tahun 2013 menjadi teknologi

DOCSIS 3.0 sepenuhnya dan Perusahaan saat ini menawarkan

layanan broadband dengan kecepatan download tertinggi

hingga 100 Mbps ke hampir seluruh rumah yang dilalui

jaringan. Perusahaan terus memonitor kapasitas jaringan dan

penggunaan pelanggan. Jika diperlukan, dapat meningkatkan

kapasitas jaringan secara bertahap, misalnya dengan membagi

node atau mengalokasikan spektrum frekuensi tambahan.

Page 206: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 203

Perusahaan percaya bahwa Jaringan miliknya memungkinkan

Perusahaan untuk menawarkan broadband dengan kecepatan dan

tingkat pelayanan yang lebih tinggi dari pada yang

ditawarkan oleh pesaingnya di setiap wilayah layanan.

Jaringan yang ada memiliki kapasitas untuk pertumbuhan di

masa mendatang, sebagai berikut:

• pada tanggal 31 Juli 2014, Perusahaan menawarkan

saluran 60 HD, 1 3D dan 120 SD. Spektrum frekuensi

Perusahaan pada saat ini untuk TV digital ternyata

dapat mengakomodasi lebih dari 350 saluran HD atau 800

saluran SD; dan

• saat ini Perusahaan menggunakan 10 frekuensi pada 6

MHz per channel DOCSIS untuk layanan broadband. Ini

dapat ditingkatkan dengan mengalokasikan lebih banyak

saluran dan menerapkan teknologi bonding saluran

(channel bonding technology) untuk memperluas

kapasitas data lebih lanjut.

9.4 Set-top boxes

Pelanggan Perusahaan menggunakan set-top box untuk menerima

konten untuk layanan TV kabel mereka. Perusahaan menyewakan

set-top box kepada masing-masing pelanggan TV kabel dan

mengenakan biaya sewa kepada mereka. Setelah berhenti

berlangganan TV kabel, set-top box harus dikembalikan

kepada Perusahaan. Berdasarkan track record-nya baru-baru

Page 207: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 204

ini, Perusahaan memperkirakan bahwa ada 1,3-1,4 set-top box

setiap RGU.

Sebagian besar set-top box yang digunakan pada saat ini

dipasok oleh Samsung dan mampu mendukung fitur-fitur

canggih seperti definisi tinggi, perekaman video pribadi,

serta layanan interaktif berbasis Java. Menjelang akhir

2014, Perusahaan meluncurkan generasi set-top box

berikutnya dengan prosesor yang lebih kuat, built-in cable

modem, dual tuner, wifi dan remote control canggih. Hal ini

mampu menawarkan fitur tambahan, seperti video-on-demand,

catch-up TV, aplikasi Android, pencarian suara dan

konektivitas media sosial.

9.5 Sistem manajemen konten

Perusahaan mengoperasikan sistem manajemen konten (“CMS”)

sehubungan dengan pelayanan TV Anywhere dan video-on-demand

pada set-top box interaktif yang Perusahaan tawarkan kepada

pelanggan TV kabel. CMS mendukung intake dan kemasan konten

digital, pendaftaran pelanggan dan manajemen langganan,

serta interaksi pelanggan secara langsung. Hal ini juga

digunakan dengan manajemen hak digital dan jaringan

distribusi konten untuk mengenkripsi dan streaming konten

untuk pelanggan TV Kabel dan terhubung dengan sistem

penagihan Perusahaan dan sistem sign-on tunggal untuk

otentikasi pelanggan dan pembayaran pelanggan.

Page 208: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 205

10 INFRASTRUKTUR IT

10.1 Platform IT

Platform IT Perusahaan dipilih karena kinerja, keandalan

dan skalabilitasnya. Sistem TI mencakup bidang-bidang

fungsional berikut:

• sistem pendukung interaksi: kontak dan interaksi

pelanggan, termasuk sistem pendukung contact centre

pelanggan, interactive voice response unit, berbagai

situs dan portal;

• sistem pendukung bisnis: manajemen hubungan pelanggan,

manajemen pesanan, trouble ticketing, penagihan,

penanganan penipuan, jaminan pendapatan, penagihan

interkoneksi dan rekonsiliasi, commissioning dan

manajemen SLA;

• sistem pendukung operasi: provisioning, persediaan

jaringan, jaminan layanan, pengumpulan data lalu

lintas dan sistem mediasi jaringan, perencanaan

jaringan, manajemen tenaga kerja dan manajemen proyek;

• sistem pendukung keputusan: gudang data, data mining

dan pelaporan sistem bisnis;

• sistem perencanaan sumber daya perusahaan: mendukung

proses internal seperti manajemen buku besar,

perbendaharaan dan sumber daya manusia; dan

Page 209: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 206

• layanan infrastruktur IT: otomatisasi kantor,

komunikasi, intranet, jaringan IP internal, hosting

dan penyimpanan aplikasi dan database.

Perusahaan menggunakan Oracle Financials sebagai sistem

Enterprise Resource Planning (“ERP”). Sistem ini

memungkinkan Perusahaan untuk mengotomatisasi seluruh

siklus pengadaan yang harus dibayar (procurement-to-pay

cycle) dengan menangani semua kebutuhan pembelian seraya

beradaptasi dengan bisnis dan persyaratan kepatuhan pada

setiap langkah dari proses pengadaan, mulai dari

permintaan, sourcing, pembelian dan pembayaran.

Aplikasi inti lain yang digunakan oleh Perusahaan termasuk

Amdocs (untuk sistem layanan bisnis, yang meliputi

manajemen pelanggan, manajemen penagihan, manajemen order,

manajemen penagihan, manajemen rumah-rumhan yang dilalui

jaringan, provisioning, manajemen produk, manajemen tenaga

kerja) dan Cisco CNR (untuk provisioning).

Perusahaan telah mengembangkan aplikasi in-house untuk

mendukung beberapa proses dan sistem operasional utama,

termasuk pelacakan pelanggan, manajemen informasi sumber

daya manusia dan penggajian.

Infrastruktur dan sistem IT Perusahaan akan ditingkatkan

dari waktu ke waktu untuk mendukung layanan dan produk yang

disediakan, untuk meningkatkan fungsi dan proses kerja

Page 210: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 207

(baik pelanggan dan internal) dan untuk memperkenalkan

kemampuan teknis baru.

10.2 Perlindungan data

Undang-undang perlindungan data mengatur penggunaan data

oleh Perusahaan yang diperoleh dari pelanggan. Undang-

undang ini mengatur cara pengumpulan, penggunaan dan

keamanan data pribadi. Perusahaan dianggap sebagai

“pengguna data” ketika mengumpulkan informasi tentang

pelanggan dan tidak dapat menggunakan data pribadi untuk

tujuan pemasaran langsung kecuali persyaratan tertentu

telah dipenuhi, termasuk persetujuan pelanggan kepada

Perusahaan untuk menggunakan data pribadi untuk tujuan ini.

Perusahaan memiliki sistem untuk meminta pihak manapun yang

mengendalikan pengumpulan, penanganan, pengolahan atau

penggunaan data sesuai dengan kewajiban hukum Perusahaan

sehubungan dengan perlindungan data.

10.3 Perbaikan Akibat Bencana

Pusat pemulihan bencana Perusahaan berfungsi penuh secara

mandiri, dan memiliki duplikat mengatur perangkat keras dan

perangkat lunak Perusahaan. Hal ini akan memungkinkan

Perusahaan untuk beralih ke pusat pemulihan bencana dan

terus beroperasi jika terjadi gangguan signifikan terhadap

infrastruktur Jaringan yang ada. Mengingat lokasi

Page 211: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 208

geografisnya, Indonesia rentan terhadap gempa bumi, dan

strategi manajemen pemulihan bencana yang memadai dipandang

oleh Perusahaan sebagai komponen kunci dari manajemen

risiko secara keseluruhan.

Persediaan jaringan inti IP tersebut berlebih, dengan

duplikat penuh mengatur perangkat keras dan perangkat lunak

Perusahaan melalui jaringan DWDM dan pusat pemulihan

bencana TV headend mampu menyediakan sekitar 80% dari

saluran siaran keseluruhan.

Walaupun Perusahaan memiliki beberapa hub distribusi, namun

saat ini Perusahaan hanya memiliki satu NOC. Jika NOC

tersebut gagal berfungsi, Perusahaan memiliki peraturan

untuk membuat cadangan data, tetapi tidak memiliki

fasilitas NOC alternatif.

10.4 Penagihan dan manajemen kredit

Perusahaan mengelola operasi penagihan secara internal.

Perusahaan menggunakan sistem manajemen pelanggan Amdocs

untuk mengelola basis pelanggan perumahan. Saat ini

Perusahaan memiliki empat siklus penagihan yang jatuh pada

tanggal 7, 15, 23 dan 27 pada setiap bulannya. Berbagai

siklus memungkinkan Perusahaan untuk mendistribusikan beban

kerja per bulan, memastikan penagihan yang benar dan tepat

waktu dan memfasilitasi distribusi arus kas.

Page 212: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 209

Perusahaan menagih pelanggannya melalui penagihan secara

elektronik dan / atau tagihan tercetak yang lebih

tradisional. Setiap bulan tagihan dikirim ke pelanggan

melalui email bagi pelanggan yang memilih penagihan secara

elektronik dan melalui pengiriman lewat kantor pos bagi

pelanggan yang memilih penagihan secara penagihan tercetak.

Pelanggan yang memilih cara penagihan tradisional dengan

tagihan cetak dan pengiriman pos akan dikenakan biaya

pemrosesan nominal. Penagihan secara elektronik

menghasilkan sistem operasi penagihan lebih efisien serta

penghematan biaya bagi Perusahaan. Pelanggan memiliki

pilihan untuk membayar tagihan mereka melalui transfer bank

atau kartu kredit. Untuk mempermudah dan mempercepat

penerimaan pembayaran dari pelanggan, Perusahaan telah

menandatangani perjanjian penagihan dengan beberapa lembaga

perbankan terkemuka di Indonesia termasuk PT Bank Central

Asia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Negara Indonesia

(Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero ) Tbk dan bank-bank

lain.

Perusahaan memiliki departemen penagihan yang bertanggung

jawab untuk memastikan penagihan piutang secara tepat

waktu. Tim ini bertanggung jawab untuk mengingatkan

pelanggan untuk membayar tagihan yang terhutang melalui

panggilan langsung, pesan teks dan pemberitahuan dan surat

permintaan pembayaran. Pelanggan yang gagal untuk

Page 213: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 210

menyelesaikan tagihannya setelah menerima peringatan

beberapa kali dari Perusahaan akan dikenakan sanksi berupa

pemutusan sementara akun mereka. Meskipun layanan kepada

pelanggan telah diputus, Tim Retensi Perusahaan akan

menghubungi pelanggan yang bersangkutan untuk mencoba

membujuk mereka untuk mengadakan kontrak langganan baru.

Pelanggan DataComm ditagih sesuai dengan ketentuan dalam

perjanjian layanan mereka - pelanggan ditagih di muka

secara bulanan, triwulanan atau, dalam beberapa kasus,

secara tahunan. Tanggal jatuh tempo pembayaran biasanya 15

hari setelah faktur dikirim. Departemen penagihan bekerja

sama dengan account executives dari divisi penjualan untuk

memastikan kepuasan pelanggan dan berupaya untuk

mendapatkan pembayaran secara tepat waktu oleh para

pelanggan yang bernilai tinggi ini.

Untuk Advertising Sales (Penjualan Iklan), penagihan

dilakukan setelah iklan ditayangkan dan biasanya pada akhir

setiap bulan. Sesuai dengan praktik industri, penagihan

penerimaan Iklan Penjualan biasanya terjadi 3-6 bulan

setelah faktur dikirim ke klien.

Perusahaan menelaah penyisihan untuk piutang tak tertagih

yang timbul dari pelanggan perumahan yang diputus dan

pelanggan perusahaan yang tidak membayar secara teratur.

Perusahaan menyediakan penyisihan tambahan atau menghapus

kredit macet jika dianggap perlu.

Page 214: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 211

10.5 Penanganan Penipuan

Potensi adanya penipuan eksternal adalah terbatas karena

sifat infrastruktur Jaringan Perusahaan - Jaringan terdiri

dari infrastruktur fixed fibre (serat tetap) dan kabel dan

Perusahaan menyimpan catatan semua rumah yang dilalui.

Namun demikian, Perusahaan telah membuat suatu mekanisme

penanganan penipuan yang kuat untuk mendeteksi dan mencegah

potensi penipuan, sebagai berikut:

• keamanan sistem IT dan keamanan akses sistem:

Perusahaan menerapkan manajemen user ID dan jejak

audit standar, serta sistem keamanan firewall untuk

mencegah akses tanpa wewenang ke sistem Perusahaan;

dan

• pengendalian internal: Perusahaan menerapkan mekanisme

pengendalian internal dalam semua proses Perusahaan

dan menyimpannya selama jangka waktu kontrak dengan

setiap pelanggan. Ini termasuk pemeriksaan secara acak

terhadap semua pelanggan baru, pemeriksaan pada saat

instalasi untuk menilai apakah seorang pelanggan

perumahan mungkin untuk menggunakan produk dan layanan

Perusahaan untuk tujuan komersial (bukan untuk

penggunaan pribadi) dan pemeriksaan pasca-pemasangan

untuk memastikan apakah sudah atau belum ada tawaran

layanan non-standar oleh staf penjualan atau hadiah

uang tunai yang diberikan kepada teknisi pada saat

Page 215: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 212

instalasi. Perusahaan juga mengkaji rekaman panggilan

layanan pelanggan untuk memastikan tidak ada informasi

yang menyesatkan yang diberikan kepada pelanggan oleh

petugas layanan dan bahwa semua masalah layanan

pelanggan diselesaikan secara memuaskan.

Perusahaan juga mengawasi tingkat penggunaan pelanggan

layanan FastNet dan mengumpulkan data dengan menggunakan

sistem manajemen Sandvine bandwidth. Jika pelanggan

terbukti menunjukkan gejala dan kecenderungan penggunaan

broadband yang sesuai untuk penggunaan untuk keperluan

komersial dan bukan penggunaan perumahan, Perusahaan akan

mengambil tindakan yang diperlukan untuk memvalidasi

kesimpulan ini sebelum mengakhiri sambungan pelanggan dan

mengambil tindakan penegakan aturan lainnya.

11. KARYAWAN

11.1 Staf

Pada tanggal 30 Juni 2014, Perusahaan memiliki 677 karyawan

yang semuanya bekerja di Indonesia. Perusahaan tidak

memiliki serikat pekerja dan, sepengetahuan Perusahaan,

tidak ada karyawan yang menjadi anggota serikat pekerja.

Perusahaan menganggap hubungan dengan karyawannya berjalan

baik. Perusahaan berusaha untuk menjaga hubungan baik

dengan semua karyawan dengan mengelola masalah dan setiap

keluhan melalui komunikasi yang terbuka dan jelas.

Page 216: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 213

Departemen sumber daya manusia juga berkoordinasi dan

mendukung beberapa kegiatan karyawan dalam perusahaan,

misalnya mengatur perayaan Hari Kartini yang mengundang

seluruh karyawan Perusahaan dan mengadakan forum

kepemimpinan minimal sekali setahun untuk kepala divisi dan

departemen dimana Manajemen menyampaikan apresiasinya

kepada karyawan atas kerja keras mereka dan berbagi hasil

kinerja, target dan harapan Perusahaan.

Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah karyawan Perusahaan

per 30 Juni 2014 dan 31 Desember 2011, 2012 dan 2013:

Per 31

Desember 2011

Per 31

Desember 2012

Per 31

Desember 2013

Per 30 Juni

2014

Senior manajer 7 8 13 13

Technical 47 55 68 63

Operations 242 335 321 313

Sales and marketing 101 123 140 113

General

administration

96

115 107 92

Regional 47 56 80 83

Total karyawan 540 692 729 677

Pada tahun 2014 Perusahaan merasionalisasi operasi

penjualan dan pemasaran dan sebagai akibatnya terjadi

pengurangan jumlah karyawan pada tanggal 31 Desember 2013.

Page 217: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 214

11.2 Pelatihan Karyawan

Perusahaan memberikan pelatihan kepada karyawan di semua

tingkatan dan telah menetapkan “Program Pengembangan

Fungsional & Kepemimpinan” yang komprehensif dan

terstruktur yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi

keterampilan teknis dan soft skill bagi para karyawannya.

Program pelatihan umum meliputi pelatihan induksi bagi

karyawan baru mengenai kebijakan dan prosedur Perusahaan.

Staf Penjualan diberikan pelatihan mengenai layanan

pelanggan dan supervisor dan manajer diberi pelatihan yang

berkaitan dengan keterampilan khusus yang diperlukan untuk

memenuhi peran dan tanggung jawab mereka. Sejak 2011

Perusahaan memiliki program pelatihan bahasa Inggris untuk

karyawan.

11.3 Manajemen Kinerja

Evaluasi kinerja karyawan dilakukan dengan menggunakan

Electronic Performance Management System yang terbaik di

kelasnya (“E-PMS”). Pengembangan E-PMS terinspirasi oleh

prinsip “Manajemen berdasarkan Tujuan” Perusahaan. Bonus,

kenaikan gaji dan promosi jabatan karyawan disesuaikan

dengan kinerja pekerjaan. E-PMS digunakan oleh departemen

sumber daya manusia Perusahaan untuk menghitung insentif

karyawan tahunan.

Page 218: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 215

11.4 Tunjangan karyawan

Sesuai dengan peraturan di Indonesia, seluruh karyawan

Perusahaan berhak atas manfaat pensiun berdasarkan Program

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Program ini

memerlukan iuran bulanan sebesar 6,24% dari gaji kotor

karyawan, dimana 2% dipotong langsung dari gaji karyawan.

Selain membayar iuran bulanan sebesar 4,24% dari gaji kotor

karyawan, Perusahaan tidak memiliki kewajiban lebih lanjut

untuk memberikan pembayaran kepada karyawan di dalam

program ini.

12. IZIN BEROPERASI

Untuk dapat menjalankan bisnisnya secara sah, Perusahaan

telah memperoleh atau memiliki perijinan berikut ini:

• Izin Penyelenggaraan Jasa Akses Internet (“Ijin ISP”);

• Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal Berbasis

Packet Switched (“Ijin Jaringan Tetap Lokal”);

• Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Tertutup; dan

• Izin Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran

Berlangganan Jasa Penyiaran Televisi (“IPP”) – ijin

ini berlaku selama sepuluh tahun sejak tanggal

dikeluarkan dan dapat diperpanjang dengan mengajukan

permohonan kepada Menkominfo. Izin ini dipegang oleh

oleh FMTV dan Perusahaan memiliki hak untuk

Page 219: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 216

mengoperasikan Bisnis TV Kabel dengan ijin ini sesuai

dengan Perjanjian TV Kabel.

Ijin ISP, Ijin Jaringan Tetap Lokal dan Ijin

Penyelenggaraan Jaringan Tetap Tertutup berlaku selama

Perusahaan mematuhi ketentuan-ketententuan yang disebutkan

di dalamnya, yang dapat dilakukan evaluasi setiap tahun dan

evaluasi lebih mendalam setiap lima tahun sekali.

Perusahaan percaya bahwa Perusahaan telah memiliki semua

izin usaha yang diperlukan untuk mengoperasikan bisnisnya.

13. PERSAINGAN

Perusahaan menghadapi persaingan dari perusahaan lain di

setiap bisnisnya. Layanan NGBB Perusahaan bersaing dengan

penyedia layanan broadband nasional dan regional seperti

Speedy (PT Telkom) dan Max3 (Biznet); layanan TV Kabel

Perusahaan bersaing dengan penyedia satelit DTH seperti

Indovision (PT MNC Sky Vision Tbk); dan layanan komunikasi

data bersaing dengan penyedia Enterprise Services lainnya

seperti PT Telkom dan PT Indosat. Perusahaan percaya bahwa,

meskipun pasar TV broadband dan TV berbayar di Indonesia

kompetitif, Perusahaan memiliki keuntungan yang signifikan,

seperti yang tertuang dalam “Kekuatan dan Strategi”

tersebut di atas, baik terhadap pesaing lama maupun calon

pesaing baru.

Page 220: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 217

13.1 Broadband

Layanan broadband di Indonesia tersedia melalui dua

teknologi utama: (i) layanan fixed broadband seperti ADSL,

kabel broadband dan serat; dan (ii) broadband nirkabel

melalui teknologi mobile, seperti LTE dan 3G.

Mengingat topografi yang khas di Indonesia, yang terdiri

dari 17.000 pulau, dan penduduknya tersebar luas, broadband

nirkabel merupakan teknologi yang lebih ekonomis untuk

penyediaan layanan broadband di luar kota-kota besar di

Indonesia, khususnya bagi pelanggan dalam kategori sosial

ekonomi rendah dan untuk rumah tangga di luar area cakupan

broadband tetap. Namun, berdasarkan MPA, meskipun layanan

broadband nirkabel tumbuh lebih cepat, broadband nirkabel

diperkirakan tidak bersaing sebagai pengganti teknologi

broadband tetap karena konektivitas broadband nirkabel yang

kurang dapat diandalkan dan stabil. Berdasarkan MPA,

broadband nirkabel diperkirakan akan menjadi pelengkap

broadband tetap.

Berdasarkan MPA, pasar broadband tetap sebagian besar

adalah ADSL, yang mewakili 89,9% dari total jumlah

pelanggan broadband tetap, sedangkan teknologi broadband

tetap generasi berikutnya, seperti kabel, menempati sisanya

sebesar 10,1% dari total pelanggan. Namun, berdasarkan MPA,

kompetisi untuk broadband di Indonesia masih belum agresif

pada tahap ini, dengan terbatasnya sejumlah pemain yang

Page 221: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 218

menawarkan layanan koneksi kecepatan tinggi terkait dengan

hambatan yang besar yang antara lain belanja modal yang

cukup besar untuk membangun network build-out dan kesulitan

dalam mendapatkan persetujuan dan ijin dari pemerintah

daerah dan masyarakat untuk menggunakan jaringan last mile.

Pasar broadband tetap diperkirakan akan tetap sangat

terbatas dan supply driven selama lima tahun ke depan.

Dalam pasar NGBB di Indonesia, Perusahaan adalah pemimpin

pasar dengan pangsa pasar sekitar 98% berdasarkan jumlah

pelanggan per 31 Desember 2013, berdasarkan MPA. Perusahaan

merupakan satu-satunya pemain dengan track record yang

terbukti memperluas jaringan broadband generasi berikutnya

dengan lebih dari 250.000 rumah yang dicapai pada tahun

2012 dan 2013. MPA percaya kekuatan dan kemampuan untuk

peluncuran perluasan jaringan Perusahaan merupakan faktor

kunci Perusahaan dalam mempertahankan kepemimpinan pasar

dan keunggulan first mover nya.

Jaringan NGBB Perusahaan menyediakan layanan broadband

cepat dan handal, dengan kecepatan download hingga 100

Mbps, yang menawarkan pilihan menarik kepada pelanggan

rumahan di daerah cakupan. Berdasarkan MPA, di beberapa

daerah cakupan, satu-satunya alternatif yang tersedia bagi

rumah tangga adalah broadband ADSL dengan kecepatan

maksimum 3 Mbps yang disediakan oleh Speedy milik PT

Telkom, yang merupakan pesaing utama Perusahaan dalam

Page 222: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 219

broadband tetap. Selain itu, PT Telkom, yang merupakan

badan usaha milik negara, mendorong tujuan MP3EI pemerintah

Indonesia untuk menyediakan akses nasional yang luas bagi

broadband, sementara Perusahaan terutama menargetkan pasar

pelanggan inti yang relatif lebih makmur yakni Rumah Tangga

A dan Rumah Tangga B di Jabodetabek, Surabaya dan Bandung.

Mengingat keunggulan teknologi dan skala yang dimiliki oleh

Perusahaan, berdasarkan MPA, intensitas kompetitif dalam

ruang broadband tetap relatif belum agresif.

Sejauh ini potensi persaingan baru dalam teknologi FTTH

memiliki dampak terbatas. Berdasarkan MPA, operator

jaringan FTTH mengalami kesulitan dalam meluncurkan

jaringan ini sehingga menyebabkan penundaan yang cukup

lama. Misalnya, meskipun PT Telkom telah mengumumkan

rencananya pada tahun 2011 untuk meluncurkan jaringan FTTH

secara agresif, namun ia belum mengumumkan atau

mengindikasikan peluncuran jaringan skala FTTH rumahan

sampai saat ini. Berdasarkan MPA, peluncuran FTTH MQM ini

kemungkinan akan terbatas dan dibatasi oleh properti milik

Sinarmas, perusahaan induknya. Berdasarkan MPA, MNC Play

baru-baru ini diluncurkan pada bulan Januari 2014 untuk

meluncurkan jaringan FTTH dan peluncuran tersebut masih

dalam tahap uji coba dengan tidak ada indikasi kapan bisa

sepenuhnya digunakan secara komersial. Selain itu,

mengingat keunggulan Perusahaan sebagai first mover dan

Page 223: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 220

tingkat penetrasi yang tinggi, peluncuran jaringan FTTH

diperkirakan tidak akan tumpang tindih dengan wilayah

cakupan Perusahaan yang ada dan mengakibatkan tekanan

persaingan yang signifikan karena Perusahaan yakin bahwa

pesaing mungkin mempertimbangkan potensi kerugian ekonomi

bagi operator kedua untuk masuk karena kendala alami yang

tinggi.

13.2 TV Kabel

Mirip dengan teknologi broadband nirkabel, karena kondisi

topografi Indonesia dan populasinya yang tersebar luas,

satelit DTH telah menjadi platform inkumben untuk TV

Berbayar karena memberikan platform yang secara ekonomi

layak untuk pengiriman konten TV secara nasional.

PT MNC Sky Vision Tbk merupakan pelaku awal dan merupakan

pemimpin pasar saat ini, tetapi rendahnya hambatan terkait

dengan bisnis satelit DTH terus menarik minat pemain baru

seperti TransVision, K-Vision dan IMTV, sehingga

menimbulkan tekanan persaingan langsung di TV berbayar DTH

dalam hal tarif, konten dan kemasan.

TV Kabel, yang merupakan pilihan alternatif bagi pelanggan

TV berbayar Indonesia, telah dirintis oleh Perusahaan

dengan memanfaatkan kemampuan jaringan tersebut. Layanan TV

Kabel Perusahaan telah menjadi platform TB berbayar yang

menarik di area layanan Perusahaan seperti Jabodetabek,

Page 224: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 221

Surabaya dan Bandung, karena Perusahaan memiliki Jaringan

yang sangat canggih, penawaran produk unggulan dan hubungan

yang baik dengan pelanggan. Sehubungan dengan pesaing TV

berbayar DTH Perusahaan dapat memanfaatkan keunggulan

kompetitif Jaringannya untuk membedakan dirinya dari para

pemain DTH lain dengan menyediakan kepada pelanggan layanan

kualitas gambar yang lebih cerah, pilihan saluran HD yang

lebih luas dan layanan interaktif dua arah, seperti video-

on-demand. Selain itu, Perusahaan juga mampu menerapkan

strategi bundling yang berbeda dengan menyediakan paket

layanan broadband yang berkualitas dan TV kabel dengan

harga yang menarik. Strategi bundling tersebut memungkinkan

Perusahaan untuk menjadi kurang bergantung pada harga dan

konten dan untuk mengurangi tingkat churn.

Dalam ruang NGBB, operator lain, termasuk Biznet dan UseeTV

milik PT Telkom (yang menggunakan teknologi IPTV), saat ini

hanya menawarkan sejumlah saluran TV dan merupakan pemain

skala lebih kecil di pasar TV berbayar, berdasarkan MPA.

Televisi terrestrial digital adalah potensi pesaing lain di

pasar. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan untuk

melakukan digitalisasi jaringan terrestrial analog nasional

dan meluncurkan televisi terestrial digital (DTT). Dua fase

pertama alokasi lisensi untuk menjalankan jaringan

multipleks / antena sudah diselesaikan, dengan para pemain

FTA utama diberikan minimal satu lisensi. Meningkatnya

Page 225: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 222

ketersediaan saluran FTA tambahan - baik SD maupun HD -

bisa mengakibatkan berkurangnya pangsa pemirsa saluran TV

berbayar dan potensi penurunan pendapatan iklan bagi TV

berbayar. Perusahaan percaya bahwa bundling strategy

broadband yang dipimpin dan keunggulan teknologi

Jaringannya seharusnya mengurangi potensi dampak tersebut

akibat dari adanya televisi terestrial digital.

13.3 Komunikasi data

Dalam memberikan bisnis DataComm kepada klien perusahaan,

Perusahaan terutama bersaing dengan operator telekomunikasi

lama seperti PT Telkom dan PT Indosat di wilayah cakupan

inti dan dengan Biznet di Jakarta. Perusahaan memfokuskan

pemasarannya pada perusahaan-perusahaan besar terkemuka

yang memerlukan koneksi data berkecepatan tinggi dan

berkualitas tinggi, di mana keandalan jaringan sering

menjadi “mission-critical”, termasuk Bursa Efek Indonesia

dan lembaga-lembaga keuangan seperti PT Bank Central Asia

Tbk dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. Perusahaan percaya bahwa

keunggulan kompetitif kunci di bidang ini adalah kualitas

layanan, yang didukung oleh backbone jaringan serat yang

canggih yang menjamin Perusahaan dapat menawarkan kapasitas

bandwidth yang signifikan dan handal kepada para klien

perusahaan.

Page 226: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 223

14 MANAJEMEN DAN OPERASI/PELAKSANAAN

14.1 Organisasi dan fungsi Manajemen

Manajemen Perusahaan disusun dalam tiga tingkatan: (i)

manajemen pusat yang terletak di kantor pusatnya di

Jakarta, (ii) manajemen regional di area layanan Jakarta,

Surabaya dan Bandung dan (iii) manajemen tingkat bisnis

untuk masing-masing bisnis perumahan dan perusahaan. Saat

ini manajemen regional di Surabaya juga bertanggung jawab

untuk area layanan Bali.

Manajemen pusat

Kantor pusat Perusahaan terletak di Jakarta, di mana fungsi

inti seperti jaringan dan teknologi, pemasaran, ekspansi

infrastruktur dan pemeliharaan, keuangan dan akuntansi,

sumber daya manusia, pengadaan, Manajemen tempat dan

persediaan, fungsi sekretaris hukum dan korporasi dikelola.

Bagan di bawah ini menunjukkan struktur dari manajemen

pusat Perusahaan.

Page 227: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 224

CEO

Regional

Direct Sales

Jakarta

Direct Sales

Surabaya & Bali

Direct Sales

Bandung

Business

Residential

Enterprise

Headquarters

(Jakarta)

Technology &

Network

Operations

Marketing &

Content

Finance &

Accounting

Procurement,

Workplace H&S &

HR

Legal & Corporate

Secretary

Manajemen regional

Setiap kantor regional dipimpin oleh seorang manajer

cabang. Fungsi inti seperti perluasan jaringan dan

infrastruktur, pengelolaan gudang, manajemen keuangan dan

akuntansi dan tempat ditetapkan dalam skala kecil untuk

mengoptimalkan pengalaman pelanggan di wilayah ini.

Surabaya memiliki operasi pusat kontak dan telesales

sendiri, dan Bandung memanfaatkan infrastruktur pusat

kontak Jakarta. Bagan di bawah ini menunjukkan struktur

dari manajemen daerah Perusahaan.

Page 228: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 225

DIRECTOR

Branch Manager

Technology &

Network

Operations

Marketing

Finance &

Accounting

Procurement,

Workplace H&S &

HR

Headquarters

Residential (single

dwelling unit)

Enterprise

(Datacomms & TV)

Headquarters

Manajemen tingkat bisnis

Manajemen di tingkat bisnis dibagi menjadi perumahan dan

perusahaan. Manajemen perumahan bertanggung jawab atas

penyediaan produk broadband utama FastNet dan HomeCable di

wilayah pemukiman. Manajemen perusahaan bertanggung jawab

atas bisnis DataComm, bersama dengan Penjualan Iklan.

15 SUPPLIERS

Perusahaan menerapkan kebijakan pengadaan disiplin untuk

memastikan proses yang tepat waktu dan efisien serta

memaksimalkan pengaruh ekonomi Perusahaan. Hal ini dicapai

melalui praktek pemasok yang telah menyetujui sebelumnya

Page 229: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 226

dan sistem Perusahaan yang mengharuskan persetujuan untuk

setiap pesanan pembelian.

Perusahaan menyimpan daftar pemasok yang telah disetujui

yang memungkinkannya untuk mengembangkan suatu database

yang solid tentang pemasok terdaftar sebagai sumber barang

dan jasa, konsultan dan kontraktor. Perusahaan melakukan

uji tuntas terhadap satu pemasok sebelum menambahkannya ke

daftar tersebut, berkenaan dengan posisi keuangan pemasok

dan persyaratan pasokan dan harga dan melakukan kunjungan

fisik (jika perlu). Pemasok yang mempertahankan standar

yang diharapkan oleh Perusahaan ditambahkan ke daftar

pemasok yang disetujui Perusahaan. Pemasok yang termasuk

dalam daftar atau pemasok yang disetujui akan dievaluasi

setiap tahun berdasarkan harga mereka, kemampuan mereka

untuk mengirim dan kualitas yang mereka tawarkan.

Permintaan pembelian harus diserahkan atas setiap pembelian

barang atau jasa. Persyaratan permintaan pembelian berbeda

sesuai dengan nilai pembelian yang relevan tetapi setiap

permintaan pembelian minimal harus, diserahkan kepada

kepala divisi yang relevan dan direktur yang bertanggung

jawab dan disertai dengan setidaknya dua kutipan resmi

kompetitif dari vendor terkemuka yang telah disetujui

sebelumnya oleh Perusahaan. Para penandatangan pesanan

pembelian akan tergantung pada nilai barang yang dibeli,

Page 230: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 227

tetapi setiap pesanan pembelian akan ditandatangani oleh

setidaknya Kepala Departemen Pengadaan dan Kepala Divisi

ManajemenSupply Chain.

Lima pemasok utama Perusahaan (kecuali penyedia konten)

adalah: PT Samsung Electronics Indonesia (box set-top); PT

Multipolar Technology Tbk (sistem terminasi modem kabel);

PT Catur Mitra Adhikara (kabel koaksial, konektor dan bahan

pendukung lainnya); PT Konexindo Unitama (kabel koaksial,

konektor dan materi hub lainnya); dan PT Furukawa Optical

Solutions Indonesia (kabel serat optik). Persentase

pembelian ke pemasok terbesar Perusahaan (tidak termasuk

penyedia konten) kurang dari 13% dari total pengeluaran

Perseroan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013.

Perusahaan membeli sebagian besar peralatan Jaringan

komputer nya dari Cisco, sesuai dengan Kredit Vendor. Dalam

pengaturan ini Cisco mengirimkan peralatan dimuka kepada

Perusahaan dalam nilai yang sama dengan total harga produk

yang dipesan oleh Perusahaan dari Cisco untuk jangka waktu

tiga tahun. Perusahaan melunasi pengiriman dimuka tersebut

dengan cicilan per triwulan. Kredit Vendor ini memungkinkan

Perseroan untuk mengakses pembiayaan untuk peralatan

jaringan pada tingkat bunga yang lebih rendah.

Perusahaan membeli bandwith dari operator lapis pertama,

baik nasional maupun internasional dan memiliki kapasitas

Page 231: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 228

bandwidth internasional 180 Gbps. Perusahaan bergantung

pada bandwidth ini untuk menghubungkan jaringan fisik di

setiap wilayah layanan. First Media dan Perusahaan berada

di bawah pengaturan dimana setiap pihak setuju untuk

mengatur penyediaan bandwidth untuk yang lain jika memiliki

kelebihan bandwidth yang tersedia. Dengan cara ini, masing-

masing pihak memanfaatkan posisi tawar yang lain ketika

membeli bandwith dari pemasok pihak ketiga. Perusahaan

memiliki hak untuk menggunakan 10 Gbps kapasitas transmisi

kabel laut Nap Info ini dari Jakarta ke Singapura untuk

jangka waktu 15 tahun, mulai 1 Januari 2011. Perusahaan

dapat memperpanjang perjanjian ini pada akhir masa

berlakunya untuk jangka waktu lima tahun, dengan ketentuan

bahwa izin operasional Nap Info ini masih berlaku.

Perusahaan memiliki opsi untuk membeli hak untuk

menggunakan 20 Gbps tambahan kapasitas transmisi yang dapat

dilaksanakan sampai 1 Oktober 2015 dengan harga US $ 15

juta.

Perusahaan memiliki hak untuk menggunakan satu pasang kabel

serat optik komunikasi laut PT Indosat dari Jakarta ke

Singapura untuk periode 1 Januari 2013 sampai dengan 31

Desember 2024 Perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT

Indosat pada 28 Januari 2013 dimana Indosat akan

menyediakan jasa operasional dan pemeliharaan sehubungan

Page 232: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 229

dengan kabel serat optik tersebut dan Perusahaan akan

membayar US $ 675.000 per tahun untuk layanan operasional

dan pemeliharaan tersebut.

Biaya yang dibayarkan kepada penyedia konten TV kabel

adalah biaya operasi tertinggi untuk Perusahaan Bisnis TV

Kabel. Bila memungkinkan, Perusahaan melakukan perjanjian

tripartit (misalnya dengan IMTV) dan penyedia konten untuk

memaksimalkan posisi tawar.

16 KEKAYAAN INTELEKTUAL

Perusahaan bergantung pada kombinasi merek dagang, merek

layanan, pendaftaran nama domain, perlindungan hak cipta

dan pembatasan kontrak untuk membangun dan melindungi nama

merek dan logo, desain pemasaran dan nama domain internet.

Perusahaan tidak sangat tergantung pada paten milik pihak

ketiga atau lisensi selain lisensi untuk menggunakan First

Media (HomeCable) dan First Media (FastNet) dan FiRST Media

(FastNet HomeCable DataComm) dari First Media.

16.1 Merek dan hak kekayaan intelektual berlisensi

Perusahaan menawarkan produk dibawah merek First Media dan

dibawah sub-merek FastNet, HomeCable dan DataComm.

Page 233: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 230

Perusahaan telah menandatangani perjanjian lisensi dengan

First Media untuk menggunakan merek berikut yang meliputi

"First Media" Nama: FiRST Media (HomeCable); FiRST Media

(FastNet); dan FiRST Media (FastNet HomeCable DataComm),

dan hak kekayaan intelektual terkait, yang mengikuti suatu

perjanjian amandemen, dan akan berakhir pada 26 Juni 2031.

16.2 Merek dagang

Perusahaan menggunakan merek dagang tertentu dalam

operasinya sehari-hari, termasuk semua merek dagang yang

berkaitan dengan merek FastNet, HomeCable dan DataComm, dan

melindungi hak kekayaan intelektual melalui pendaftaran

dengan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Direktorat

Hak Kekayaan Intelektual.

Tabel di bawah ini mencantumkan semua merek dagang di mana

Perusahaan memiliki kepentingan terdaftar.

Merek Dagang Terdaftar

Sertifikat Merek Dagang Merek Dagang

IDM000050752 tertanggal 14 September 2005 MyNet

IDM0000116830 tertanggal 4 Mei 2012 DIGITAL CABLEVISION

IDM000118254 tertanggal 7 Mei 2012 DIGITAL CABLEVISION

IDM000184099 tertanggal 4 Mei 2012 FASTNET 1500

IDM000184100 tertanggal 4 Mei 2012 HOMECABLE 88 PREMIUM

IDM000184101 tertanggal 4 Mei 2012 FASTNET 768

Page 234: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 231

Perusahaan saat ini sedang dalam proses pendaftaran hak

atas merek dan merek dagang berikut:

IDM000184102 tertanggal 4 Mei 2012 FASTNET

IDM000184103 tertanggal 4 Mei 2012 FASTNET 384

IDM000184104 tertanggal 4 Mei 2012 HOMECABLE 17+

IDM000184105 tertanggal 4 Mei 2012 FASTNET 64

IDM000184106 tertanggal 4 Mei 2012 HOMECABLE 88

IDM000184107 tertanggal 4 Mei 2012 FASTNET 3000

IDM000184108 tertanggal 4 Mei 2012 FASTNET 512

IDM000184109 tertanggal 4 Mei 2012 HOMECABLE

IDM000187171 tertanggal 4 Mei 2012 HOMECABLE SWEET 15

IDM000188868 tertanggal 4 Mei 2012 3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM

IDM000188869 tertanggal 4 Mei 2012 3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM

IDM000188871 tertanggal 4 Mei 2012 3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM

IDM000188873 tertanggal 4 Mei 2012 3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM

481584 tertanggal 29 Juni 2001 Link Net

481585 tertanggal 29 Juni 2001 Link Net

481586 tertanggal 29 Juni 2001 Link Net

479738 tertanggal 4 Mei 2012 K@BELNET

480362 tertanggal 4 Mei 2012 K@BELNET

IDM000032392 tertanggal 4 Mei 2012 KABELNET

IDM000032393 tertanggal 4 Mei 2012 KABELVISION

Nomor Permohonan Merek Dagang Etiket

J00 2011 047442 tertanggal 22 November 2011 HomeCable Showtime

J00 2011 0 47444 tertanggal 22 November 2011 Showtime

Page 235: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 232

16.3 Nama domain

Perusahaan memiliki sejumlah nama domain internet. Ini

termasuk nama domain aktif, yaitu: (i) Linknet.co.id; (ii)

Linknet.id; dan (iii) Link.net.id.

17 INVESTASI LAIN DAN AKUISISI POTENSIAL

IMTV

Perusahaan memiliki kepemilikan ekuitas sebesar 15% di

IMTV, penyedia layanan TV berbayar melalui satelit dibawah

merek "BIGTV".

IMTV meluncurkan layanannya pada September 2013 dan

mencapai cakupan nasional pada bulan November 2013. IMTV

menggunakan kapasitas tujuh transponder untuk membawa

hingga 153 saluran SD dan 24 saluran HD. Basis sasaran

pelanggan inti adalah Rumah Tangga kelas B, C dan D.

Perusahaan saat ini tidak menganggap IMTV sebagai pesaing

utama bagi HomeCable, terutama karena IMTV baru memasuki

pasar pada tahun 2013 dan menawarkan layanan TV, yang

dilakukannya melalui satelit. IMTV tidak menawarkan layanan

broadband. Perusahaan juga melihat kemampuannya dalam

menawarkan layanan TV paket broadband dan berbasis

Page 236: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 233

langganan sebagai keunggulan kompetitif yang signifikan

terhadap IMTV dan operator DTH lainnya.

Perusahaan percaya bahwa investasi di IMTV adalah sebagai

pelengkap untuk Bisnis TV kabel yang sudah ada karena

memberikan kepada Perusahaan eksposur tidak langsung ke

pasar yang saat ini tidak dilayani, dan dengan demikian

memberikan Perusahaan intelijen pasar yang berguna yang

menyuplai informasi untuk strategi perluasan jaringan

jangka menengah hingga jangka panjang Perusahaan. IMTV juga

memberikan Perusahaan visibilitas tentang driver dan

tantangan komersial yang dihadapi oleh para operator DTH.

Perusahaan dan IMTV memanfaatkan sinergi dalam bisnis

mereka dengan menggunakan daya beli gabungan mereka untuk

membuat dalam perjanjian tripartit dengan berbagai penyedia

konten televisi untuk mengamankan posisi terbaik.

FMTV dan Lynx

Perusahaan mungkin mempertimbangkan untuk mengakuisisi

secara substansial seluruh saham di FMTV yang dimiliki oleh

First Media ("Akuisisi FMTV") dan / atau di Lynx yang

dimiliki oleh PT Graha Investama Andalan Terpadu ("Akuisisi

Lynx" dan bersama-sama dengan Akuisisi FMTV, disebut

sebagai "Akuisisi Usulan"). Diskusi dengan para pemegang

Page 237: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 234

saham masing-masing berada pada tahap awal dan belum ada

perjanjian formal telah dilakukan. Pertimbangan pembayaran

oleh Perusahaan tidak diharapkan dalam bentuk materi.

Penyempurnaan Akuisisi Usulan akan tunduk pada berbagai

kondisi, termasuk, antara lain, persetujuan Menkominfo dan

kepatuhan terhadap peraturan OJK yang berlaku tentang

transaksi afiliasi. Dengan demikian waktu dan apakah

Akuisisi Usulan (atau salah satu dari mereka) akan

dilanjutkan sama sekali masih belum pasti. Perusahaan tidak

lagi mengharapkan adanya perubahan material pada usahanya

sebagai akibat dari Akuisisi Usulan, terlepas dari apakah

transaksi tersebut selesai atau tidak.

18 PROPERTI, MESIN INDUSTRI DAN PERALATAN

Aset utama Perusahaan adalah Jaringannya yang terdiri dari

banyak kabel, instalasi telekomunikasi, pertukaran berbagai

ukuran dan peralatan transmisi, yang semuanya terletak di

Indonesia. Dalam menjalankan usahanya, Perusahaan juga

memiliki keuntungan hak penggunaan lahan tertentu dalam

bentuk HGB , yang diberikan oleh badan pertanahan nasional

Indonesia dan yang akan jatuh tempo antara 2018 dan 2043,

tunduk pada hak yang berpihak pada perusahaan untuk

memperbarui. HGB diberikan untuk jangka waktu maksimum 30

tahun. Sebuah HGB dapat diperpanjang untuk jangka waktu

Page 238: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 235

tambahan tidak melebihi 20 tahun oleh pemegang HGB yang

mengajukan permohonan perpanjangan ke kantor pertanahan

terkait sebelum berakhirnya jangka waktu. Sebelum

berakhirnya setiap jangka tambahan tersebut pemegang HGB

dapat mengajukan permohonan untuk perpanjangan HGB tersebut

pada sebidang lahan yang sama ke kantor pertanahan relevan.

Aplikasi untuk pembaharuan dan perpanjangan HGB harus

dilakukan selambat-lambatnya dua tahun sebelum berakhirnya

jangka waktu HGB terkait. Meskipun badan pertanahan

nasional memiliki kebijaksanaan berkaitan dengan pemberian

berbagai perpanjangan cenderung memberikan perpanjangan dan

perbaruan HGB hanya jika: (a) tanah masih sepatutnya

digunakan sesuai dengan kondisi, sifat dan tujuan pemberian

HGB tersebut ; (b) semua syarat dan ketentuan pemberian

perpanjangan seperti HGB telah dipenuhi oleh pemegang HGB ;

(c) pemegang HGB masih layak untuk memegang HGB; dan (d)

belum ada perubahan dalam kebijakan zonasi oleh pemerintah,

pengabaian tanah, kerusakan tanah (melalui misalnya bencana

alam atau tindakan tuhan) atau pencabutan HGB karena

pertimbangan kepentingan umum.

Perseroan berkeyakinan bahwa mereka telah menerima semua

lisensi dan izin yang diperlukan dari pemerintah setempat

dan pemilik lahan untuk penempatan infrastruktur Jaringan

Perusahaan atas tiang-tiang yang dimiliki oleh pihak

Page 239: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 236

ketiga, saluran bawah tanah yang dimiliki oleh otoritas

lokal dan pemilik tanah lainnya dan lokasi kabel di wilayah

udara pihak ketiga.

Perusahaan juga mengadakan perjanjian sewa standar untuk

menyewa ruang untuk menempatkan kabel serat optik pendukung

di unit multi-hunian. Persyaratan perjanjian sewa standar

tersebut antara tiga sampai lima tahun dan dapat

diperpanjang dengan pemberitahuan tertulis sebelumnya oleh

Perusahaan.

Perseroan berkeyakinan bahwa properti, mesin-mesin dan

peralatannya, tetap berada dalam kondisi baik dan cocok dan

memadai untuk kegiatan usahanya. Tak satu pun dari properti

materialnya yang tunduk pada easements materi yang mencegah

atau membatasi kegiatan usaha Perusahaan saat ini atau yang

diyakini memerlukan investasi atau biaya besar kedepannya.

Pada tanggal 30 Juni 2014, Perseroan memiliki 16 bangunan

dan sewa pada sewa jangka tetap (tidak termasuk tempat

bersama di bawah perjanjian tempat bersama, lisensi jangka

pendek dan sewa tiang-tiang yang melayani Jaringan) sekitar

21 bangunan dan bidang tanah, yang mencakup kantor-kantor ,

situs operasional dan gudang. Kantor pusat Perusahaan

berlokasi di Gedung BeritaSatu Plaza, Jalan Jenderal Gatot

Subroto Kav 35-36, Jakarta Selatan, dan ditempati secara

sewa. Sewa ini berakhir pada 31 Mei 2017.

Page 240: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 237

Beberapa aset tetap Perusahaan digunakan sebagai jaminan

untuk Cisco untuk Kredit Vendor.

18 PROSES HUKUM

Dari waktu ke waktu, Perseroan mungkin terlibat dalam

proses hukum menyangkut hal-hal yang timbul sehubungan

dengan pelaksanaan usahanya. Saat ini, tidak ada materi

klaim atau proses hukum yang tertunda, juga tidak ada

proses hukum yang melibatkan Perusahaan yang tidak dalam

kegiatan usaha normal.

Meskipun Perusahaan tidak terlibat atau menjadi pihak

kepada proses perkara terkait, Perusahaan memahami,

berdasarkan laporan tahunan dan informasi publik lainnya,

bahwa pemegang saham First Media, yang memiliki 41% dari

saham yang diterbitkan, terlibat dalam proses arbitrase di

Singapore International Arbitration Centre sehubungan

dengan sengketa atas joint venture, sehubungan dimana

Pengadilan Banding Singapura telah memutuskan bahwa sekitar

USD700.000 dari kewajiban pembayaran di bawah putusan

arbitrase awal dilaksanakan terhadap First Media. Jumlah

ini adalah di bawah 1% dari kewajiban pembayaran total di

bawah putusan arbitrase awal. Terkait dengan proses di

Singapura, First Media dan pemegang saham AcrossAsia

Page 241: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 238

Limited ("AcrossAsia"), yang memiliki 55,1% dari First

Media, terlibat dalam proses penegakan hukum di pengadilan

Hong Kong. Selain itu, AcrossAsia telah dikenakan proses

arbitrase dan kebangkrutan di Indonesia dalam kaitannya

dengan sengketa pinjaman dengan First Media. Manajemen

tidak percaya bahwa salah satu tuntutan hukum tersebut

berdampak, atau akan berdampak, pada Perusahaan atau

Penawaran ini.

19 PERJANJIAN YANG TERKAIT DENGAN AKUISISI JARINGAN PADA

JUNI 2011

Pada tanggal 21 Maret 2011 Perusahaan mengadakan perjanjian

dengan First Media menurut yang mana Perusahaan membeli

aset , kewajiban dan hak penggunaan tertentu yang berkaitan

dengan Jaringan Bisnis, Bisnis Broadband dan bisnis TV

kabel dari First Media ("Perjanjian Master"). Para pihak

tersebut selanjutnya sepakat untuk melaksanakan

implementasi kesepakatan-kesepakatan berikut untuk

memberikan pengaruh terhadap akuisisi:

Hak kekayaan intelektual: dua Perjanjian Pengalihan Hak

Kekayaan Intelektual ("Perjanjian Pengalihan Hak

Kekayaan Intelektual") mengakibatkan pengalihan hak

Page 242: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 239

kekayaan intelektual tertentu kepada Perusahaan,

termasuk merek "FastNet", "HomeCable" dan "DataComm";

Bisnis TV Kabel: Perusahaan tersebut tidak memiliki izin

siaran televisi, agar Perusahaan dapat menyediakan

Layanan TV Kabel, Perusahaan dan FMTV menandatangani

Perjanjian TV kabel dimana FMTV secara tidak dapat

dibatalkan dan tanpa syarat memberikan Perusahaan hak

eksklusif untuk mengelola bisnis TV kabel di Indonesia

untuk jangka waktu yang berakhir pada 10 November 2020.

Perusahaan memiliki hak untuk memperbaharui perjanjian

untuk maksimal 10 tahun. Berdasarkan perjanjian ini,

sebagaimana telah diubah, Perusahaan membayar FMTV biaya

berlangganan Rp3.000 (tidak termasuk PPN) per pelanggan

per bulan. FMTV juga membayar Perusahaan untuk berbagai

layanan dan biaya;

Lisensi merek: berdasarkan Perjanjian Pemanfaatan Merek

antara First Media dan Perusahaan, First Media

memberikan kepada Perusahaan izin yang tidak dapat

dipindahtangankan dan bebas royalti untuk menggunakan

dan melakukan sampai 2031 dengan "Izin HKI", merek merek

FiRST Media (HomeCable), FiRST Media (FastNet) dan FiRST

Media (FastNet HomeCable DataComm) (yaitu merek

Perusahaan sendiri dikombinasikan dengan nama "First

Media"). First Media saat ini menawarkan layanan

Page 243: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 240

broadband sebagai bagian dari Bisnis Wireless di bawah

merek First Media. Namun demikian, Perusahaan tidak

menganggap First Media sebagai pesaing yang signifikan

untuk Bisnis Broadband perusahaan karena Bisnis Wireless

yang sangat kecil dalam hal jumlah pelanggan dan hanya

tersedia di Jabodetabek dan Medan;

Perjanjian Pemanfaatan Jaringan: setelah mendapatkan

kepemilikan aset Jaringan dari First Media, Perusahaan

menandatangani Perjanjian Pemanfaatan Jaringan dimana

First Media diberikan akses ke jaringan untuk

menyampaikan Bisnis Wireless nya (dan jasa-jasa lain

yang disepakati oleh Perusahaan dan First Media) kepada

para pelanggan dengan bayaran terhutang kepada

Perusahaan berdasarkan konsumsi First Media. Jaringan

Pemanfaatan Perjanjian juga mengharuskan, antara lain,

Perusahaan untuk: (i) memberikan kepada First Media

Bandwidth Internet alokasi tertentu, bersama dengan

layanan nama domain atau DNS, sejauh diperlukan, dan

satu protokol internet publik atau alamat IP kelas B ;

dan (ii) membangun kabel tambahan dalam kaitannya dengan

base transceiver station ("BTS") dari First Media,

dengan First Media membayar 50% dari biaya yang

dikeluarkan oleh Perusahaan. Perjanjian ini berakhir

Page 244: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92245/2 164137-0001

Halaman 241

pada 21 Juni 2026, meskipun salah satu pihak dapat

memperpanjang untuk periode lima tahun; dan

Layanan transisional dan pendukung: Perusahaan dan First

Media telah menandatangani beberapa perjanjian lainnya

dimana mereka setuju untuk menyediakan layanan transisi

dan dukungan tertentu kepada satu sama lain, seperti

dukungan layanan pelanggan, penyewaan ruang kantor dan

lokasi bersama untuk peralatan jaringan, untuk mendukung

usaha masing-masing.

Page 245: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 1

BUSINESS UPDATE

The following discussion contains an update and discussion on the operating and financial performance of PT

Link Net Tbk. (the “Company”). THIS DOCUMENT DOES NOT CONSTITUTE AND IS NOT AN OFFER TO SELL OR THE SOLICITATION OF AN OFFER TO

BUY SECURITIES (THE “SECURITIES”) OF THE COMPANY IN THE REPUBLIC OF INDONESIA, THE UNITED STATES

OR ELSEWHERE. THE COMPANY HAS NOT REGISTERED AND DOES NOT INTEND TO REGISTER THE SECURITIES

UNDER THE US SECURITIES ACT OF 1933, AS AMENDED (THE “SECURITIES ACT”) AND THE SECURITIES MAY NOT BE OFFERED OR SOLD IN THE UNITED STATES ABSENT REGISTRATION UNDER THE SECURITIES ACT OR

PURSUANT TO AN EXEMPTION FROM, OR IN A TRANSACTION NOT SUBJECT TO, REGISTRATION. THE COMPANY

DOES NOT INTEND TO MAKE ANY PUBLIC OFFERING OF THE SECURITIES IN THE UNITED STATES OR IN ANY

OTHER JURISDICTION.

The non-GAAP measures presented in this document are supplemental measures of the Company’s performance that are not required by, or presented in accordance with, IFAS or IFRS and should not be considered as an alternative to net profit,

operating profit or any other performance measures derived in accordance with IFAS. They have limitations as analytical tools,

and you should not consider it in isolation from, or as a substitute for, your own analysis of the Company’s financial condition or results of operations, as reported under IFAS. These non-GAAP measures are not standardised terms, hence a direct comparison

between companies using such terms may not be possible.

Certain data in this document, including financial, statistical, and operating information has been rounded. As a result of the

rounding, the totals of data presented in this document may vary slightly from the actual arithmetic totals of such data.

Percentages in tables have been rounded and accordingly may not add up to 100%.

This document includes forward-looking statements. These forward-looking statements involve known and unknown risks and

uncertainties, many of which are beyond the Company’s control and all of which are based on Management’s current beliefs and expectations about future events. Forward-looking statements are sometimes identified by the use of forward-looking terminology

such as “believe”, “expects”, “may”, “will”, “could”, “should”, “shall”, “risk”, “intends”, “estimates”, “aims”, “targets”, “plans”, “predicts”, “continues”, “assumes”, “positioned” or “anticipates” or the negative thereof, other variations thereon or

comparable terminology. These forward-looking statements include all matters that are not historical facts. They appear in a

number of places throughout this document and include statements regarding the intentions, beliefs or current expectations of the

Management or the Company concerning, among other things, expansion plans, the results of operations, financial condition,

liquidity, prospects, growth, strategies, and dividend policy of the Company and the industry in which it operates. These forward-

looking statements and other statements contained in this document regarding matters that are not historical facts involve

predictions. No assurance can be given that such future results will be achieved; actual events or results may differ materially as

a result of risks and uncertainties facing the Company, including:

the Company’s ability to successfully implement its strategy for growth and expansion, including its ability to retain

customers and manage customer churn;

changes in broadband technologies that could render certain technologies obsolete or could increase the cost of doing

business;

economic, social and political conditions in Indonesia;

changes in the demographic environment;

changes in rent costs;

changes in the competitive landscape;

actions by customers and suppliers;

labour unrest and other difficulties;

increases in regulatory burdens in Indonesia;

performance of global financial markets;

fluctuations in foreign currency exchange rates; and

Page 246: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 2

other risks, uncertainties and factors set forth in this document.

Such risks and uncertainties could cause actual results to vary materially from the future results indicated, expressed, or implied

in such forward-looking statements. Such forward-looking statements contained in this document speak only as of the date of this

document. The Company, the Commissioners, the Directors, Management and their respective affiliates and representatives

expressly disclaim any obligation or undertaking to update these forward-looking statements contained in the document to reflect

any change in their expectations or any change in events, conditions, or circumstances on which such statements are based unless

required to do so by applicable law or regulation.

UPDATE

In line with its vision and mission, the Company has focused on pioneering the Next Generation Broadband (“NGBB”) and Cable TV markets in Indonesia, providing a highly attractive proposition to the Indonesian consumer, who in the vast majority of cases has only ADSL and DTH technologies as alternatives. The Company has rapidly expanded its Network in the largest and the most attractive metropolitan areas of Indonesia (according to MPA) since June 2011 to meet latent and underserved demand for NGBB services in Indonesia, while at the same time leading innovation in the Indonesian pay TV industry through the largest HD product offering and other value-added services, such as TV Anywhere, video-on-demand, catch-up TV, add-on TV content packages and new upgraded set-top boxes.

Today, the Company is the undisputed leader and the only operator of scale in the NGBB market in Indonesia with 685,368 RGUs as at 30 June 2014 and an approximately 98% share of the NGBB market, based on number of NGBB customers as at December 2013 (according to MPA). The Company is the technology leader in Indonesia’s broadband and pay TV markets, operating an advanced fully bi-directional HFC network with approximately 1.3 million homes passed as at 30 June 2014. The Network has been designed and built out with specifications that are, according to MPA, in line with international standards set by leading operators in Asia, Europe and the United States. The Network is completely DOCSIS 3.0 enabled, allowing the Company to offer broadband download speeds of up to 100 Mbps to substantially all homes passed throughout the Network. The Network is expected to be over 60% 1 GHz enabled with the remaining Network to be fully 870 MHz compliant by the end of the first quarter of 2015, further affirming the Company’s technical leadership in the NGBB market and enabling it to provide a wider offering of HD, 3D and SD channels.

The Company focuses on and derives the majority of its revenue (79.0% of total revenue in 2013) from providing residential NGBB and Cable TV Services, targeting the large and fast-growing upper- and middle-income segments in the core coverage areas that currently include Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, which are among the largest and most attractive metropolitan areas of Indonesia. Its core target customer base is the large and fast–growing 4.1 million A Households and B Households with monthly expenditure of over Rp2.0 million in these metropolitan areas, which has been growing at a CAGR of approximately 17.6% from 2010 to 2013, according to Nielsen. The Company’s entry-level package is also priced to attract the large number of C1 Households (with monthly expenditure of over Rp1.5 million to Rp2.0 million in the same areas, which totalled 2.6 million households as at 31 December 2013.

The Company markets its residential NGBB services under the “FastNet” brand and its Cable TV Services under the “HomeCable” brand. Leveraging its advanced Network and its position as the only operator of scale in the NGBB market in Indonesia, the Company has implemented a successful product strategy – NGBB services bundled with a differentiated Cable TV offering – resulting in an attractive value proposition to the consumer. The Company’s fast and reliable NGBB service offers a highly attractive option to households in the Company’s coverage areas, which in the majority of cases have ADSL with maximum advertised speeds of 3 Mbps as the only alternative technology. At the same time, the Company's Cable TV proposition offers reliable service and high picture quality, differentiating itself from DTH operators, with the largest HD offering in Indonesia with, as at 31 July 2014, approximately 60 national and international channels and other value-added services that are enabled through its technologically advanced Network. The Company believes that the quality of the Company’s NGBB and Cable TV Services and its focus on customer service, providing a seamless customer interface for both services, are strong factors contributing to its success and high bundling rates, with 92% of all customers subscribing to both NGBB and Cable TV Services as at 30 June 2014.

In addition to the provision of residential NGBB and Cable TV Services, the Company further leverages its Network and derives most of its remaining revenue (17.1% of total revenue in 2013) primarily through (i) the provision of data communications and support services to enterprise clients (“Enterprise Services”) under the “DataComm” brand and (ii) Advertising Sales. In respect of Enterprise Services, the Company targets leading corporations that require high-speed and high-quality data connections, where network reliability is often “mission-critical”, including the Indonesian Stock Exchange and financial institutions such as PT Bank Central Asia Tbk and PT Bank CIMB Niaga Tbk. In respect of Advertising Sales, the Company’s core customer base (comprising A Households and B Households in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung) provides advertisers with an opportunity to implement focused marketing strategies targeting affluent consumers in the upper- and middle-class segments of some of the most attractive metropolitan areas in Indonesia.

Page 247: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 3

The Company’s focus on expanding the Network, leading innovation, enhancing customer service and achieving operational excellence has led to a consistent track record of growth and profitability. In 2013, the Company’s total revenue and adjusted EBITDA were Rp1,664.6 billion and Rp900.6 billion, respectively, representing increases of 28.0% and 28.3%, respectively, compared to the previous year. For the six months ended on 30 June 2014, the Company’s total revenue and adjusted EBITDA were Rp1,016.0 billion and Rp581.0 billion, respectively, representing increases of 29.1 % and 33.7%, respectively, compared to the same period in 2013.

MEASURES OF FINANCIAL PERFORMANCE

The table below sets out certain principal measures of the Company’s financial performance for the periods under review. The Company has provided this supplemental financial data so investors can be provided with the information that Management uses to measure the performance of the business. Management believes that these measures are useful supplements to the financial data presented under IFAS as a measure of the Company’s historical operating performance and its ability to generate cash from operations.

For the years ended 31 December

For the six months ended 30

June

2011 2012 2013 2013 2014

(Rp billions, unless otherwise stated)

(unaudited)

EBITDA ................................................................ 329.4 701.8 874.2 432.4 581.0 EBITDA Margin (%) ................................................................56.5% 54.0% 52.5% 54.9% 57.2% Adjusted EBITDA ................................................................ 329.4 701.8 900.6 434.5 581.0 Adjusted EBITDA Margin (%) ................................ 56.5% 54.0% 54.1% 55.2% 57.2%

EBITDA and Adjusted EBITDA are reconciled to the relevant line items in the financial statements below.

Reconciliation from profit for the year to EBITDA and Adjusted EBITDA

The following table sets out the reconciliation from profit for the year, a GAAP measure, to Adjusted EBITDA which is a non- GAAP measure.

For the years ended 31 December

For the six months ended 30

June

2011 2012 2013 2013 2014

(Rp billions)

Profit for the year/period ................................ 148.4 339.0 362.2 210.0 277.7 Plus/(minus) adjustments Income tax expenses ................................................................ 52.2 120.7 125.1 71.9 95.3 Profit before income tax ................................ 200.6 459.7 487.3 281.9 373.0 Plus/(minus) adjustments Share of loss in associate ................................................................ - 0.9 10.0 0.1 15.1 Finance income................................................................ (17.5)(1) (38.4)(1) (24.3) (16.8) (8.2) Finance costs ................................................................ 33.3 72.1 120.8 41.4 20.2 Operating profit ................................................................ 216.4 494.3 593.8 306.6 400.1 Plus/(minus) adjustments Depreciation expenses ................................................................110.6 203.4 271.2 122.1 174.0 Amortisation expense ................................................................2.4 4.1 9.2 3.7 6.9 EBITDA................................................................ 329.4 701.8 874.2 432.4 581.0 Plus/(minus) adjustments Impairment charges due to policy change ................................- - 13.1 - - Fees related to corporate action - - 13.3 2.1 -

Adjusted EBITDA ................................................................329.4 701.8 900.6 434.5 581.0

Note: (1) As reclassified. Certain accounts in the statements of financial position as at 31 December 2011 and 2012 and statements of comprehensive income for

the years ended 31 December 2011 and 2012 have been reclassified to conform with the presentation of the statement of financial position as at 31 December 2013 and the statement of comprehensive income for the year ended 31 December 2013

Page 248: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 4

The non-recurring expenses during the periods under review comprise: (1) impairment charges related to a one time policy change of Rp13.1 billion which reflected charges relating to allowances for doubtful receivables taken in connection with the change in the calculation of churn and the discontinuation of the Selected Promotional Package and (2) fees related to corporate action of Rp13.3 billion.

KEY PERFORMANCE INDICATORS

The table below sets out the key performance indicators of the Company’s operations for the period under review.

As at and for the years ended 31 December

As at and for

the six

months

ended 30

June

2011(a)

2012 2013 2014

(unaudited)

Number of homes passed (in thousands)

(1) ................................654.9 932.8 1,194.3 1,313.0 RGU (in thousands) - Broadband ................................................................ 192.9 289.8(2) 332.9 357.1 - Cable TV(4) ................................................................ 165.4 265.8(3) 304.2 328.3 Penetration rate (%) ................................................................29% 31% 28% 27% ARPU (Rp thousands/month)

(5)

- Broadband ................................................................ 231.3 205.7 203.4 219.9 - Cable TV(6) ................................................................ 168.2 150.4 151.1 183.0 Churn (%) - Broadband ................................................................ 1.6% 1.3% 2.4% 2.4%

- Cable TV ................................................................ 1.8% 1.5% 2.6% 2.4%

Note: (1) The number of homes passed as at 30 June 2013 was approximately 1,046,000. (2) Includes RGUs from the Selected Promotional Package of approximately 27,800.

(3) Includes RGUs from the Selected Promotional Package of approximately 27,600. (4) Only accounts for residential RGUs and excludes multi-dwelling unit RGUs.

(5) Around 60% of revenue from Combo packages is attributed to broadband revenue and the remaining amount of around 40% is attributed to Cable TV revenue. This allocation excludes rental fees for set-top boxes and cable modems.

(6) Includes residential single-dwelling units only and excludes multi-dwelling units and other enterprise clients such as hotels. Calculated based on residential revenues (excluding multi-dwelling units and other revenues) divided by the average RGUs for the period.

(a) The financial information and key performance indicators for the year ended 31 December 2011 reflects the post-acquisition results generated from certain assets, liabilities and rights used in connection with the Network Business, the Broadband Business and the Cable TV Business which were acquired from First Media in June 2011.

These key performance indicators involve management estimates, are not part of the Company’s financial statements or financial reporting systems and have not been audited or otherwise reviewed by an external auditor, consultant or expert. The definitions and method of calculation for each of these metrics is set out below in “Definitions of Financial Measures and Key Performance Indicators”.

ARPU per month for any given period is calculated by dividing the revenue generated for that period by the average number of RGUs for the applicable period. The average number of RGUs is calculated by adding the number of RGUs at the beginning of the period to the number of RGUs at the end of the period and dividing by two. The result is then divided by the number of months in the relevant period to derive the per month figure. The ARPU per month for the year ended 31 December 2011 is calculated based on RGUs from July 2011 to December 2011, which fully reflect the post-acquisition results generated from certain assets, liabilities and rights used in connection with the Network Business, the Broadband Business and the Cable TV Business upon completion of the Shares Subscription by ALD in June 2011.

Management believes that ARPU is a useful metric for monitoring the operational performance of the Company particularly when measured over shorter periods of time. However, as the Company is growing and increasing the number of subscribers rapidly during the indicated periods, the ARPU figures determined on an annual or six-month basis will be distorted by the lower number of RGUs at the beginning of the period.

In the second quarter of 2012 the Company introduced a low cost broadband and Cable TV promotional package to selected customers (the “Selected Promotional Package”). However due to its low entry price point compared to the Company’s other

Page 249: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 5

packages, the Selected Promotional Package had a negative impact on the Company’s overall ARPU. The Company stopped selling the Selected Promotional Package at the end of 2012 and migrated the remaining Selected Promotional Package customers to its lower tier bundled packages in February 2013.

The number of RGUs as at 31 December 2012 set out in the table above includes approximately 27,800 and 27,600 broadband and Cable TV RGUs, respectively. These RGUs generated significantly lower revenue as the packages had lower price points than the Company’s normal price points. The higher RGU numbers in 2012 and 2013 reduced ARPU, and discontinuation of the Selected Promotional Package increased the churn in 2013.

Management believes that these elevated levels of RGUs and the lower revenue generated from them distort the performance of the underlying business including the subscriber growth of the Company’s core target audience.

Half year financial and operating data

The following table sets out certain financial operating data of the Company for each of the six month periods from 1 July 2011 to 30 June 2014.

The unaudited six-month income statement data set forth below has been prepared on a basis consistent with the Company’s annual financial statements. The Company’s historical results are not necessarily indicative of the results that may be expected in the future.

As at and for the six months ended

31 Dec.

2011

30 June

2012 31 Dec.

2012

30 June

2013

31 Dec.

2013

30 June

2014

(unaudited)

Revenue (Rp billions) - - - 787.2 877.4 1,016.0

Adjusted EBITDA (Rp

billions) - - - 434.5 466.1 581.0

RGU (in thousands)

- Broadband................................ 192.9 226.4 289.8 293.9 332.9 357.1

- Cable TV ................................ 165.4 200.8 265.8 264.0 304.2 328.3

ARPU (Rp

thousands/month)(1)

- Broadband................................ 231.3 228.0 199.6 206.5 211.9 219.9

- Cable TV ................................ 168.2 170.0 144.5 150.9 162.4 183.0

Note: (1) Around 60% of revenue from Combo packages is attributed to broadband revenue and the remaining amount of around 40% is attributed to Cable TV

revenue. This allocation excludes rental fees for set-top boxes and cable modems.

DEFINITIONS OF FINANCIAL MEASURES AND KEY PERFORMANCE INDICATORS

EBITDA and EBITDA margin

EBITDA is a non-GAAP measure and is defined as the Company’s profit for the year before finance costs, finance income, share of loss in associate, income tax expenses, depreciation and amortisation.

EBITDA Margin is EBITDA divided by revenue.

Adjusted EBITDA and Adjusted EBITDA Margin

Adjusted EBITDA is a non-GAAP measure and is defined as the Company’s profit for the year before finance costs, finance income, share of loss in associate, income tax expenses, depreciation and amortisation and is further adjusted by adding back certain non-recurring expenses to the Company’s profit for the year.

Homes passed

Homes passed refers to the number of homes and other residential units, such as apartments, that are connected or can be connected to the Network. This measure involves management estimates of potential connections to the Network and accuracy of these estimates may vary due to a number of factors.

Page 250: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 6

ARPU (broadband and Cable TV)

ARPU refers to average revenue per residential customer, calculated on a yearly or half-year basis.

ARPU per month for any given period is calculated by dividing the applicable revenue generated for that period by the average number of RGUs for the applicable period. The average number of RGUs is calculated by adding the number of RGUs at the beginning of the period to the number of RGUs at the end of the period and dividing by two. The result is then divided by the number of months in the relevant period to derive the per month figure. The ARPU per month for the year ended 31 December 2011 is calculated based on RGUs from July 2011 to December 2011, which fully reflect the post-acquisition results generated from certain assets, liabilities and rights used in connection with the Network Business, the Broadband Business and the Cable TV Business upon completion of the Shares Subscription by ALD in June 2011.

In this document, the Company presents monthly ARPU based on its revenue generated from broadband and Cable TV products, respectively. In each case, the relevant monthly average revenue for the period is divided by the average number of respective RGUs for the period.

For the avoidance of doubt, the Cable TV ARPU is only for residential single-dwelling unit customers, and excludes contribution from multi-dwelling units such as serviced apartments, as well as other enterprise clients such as hotels.

RGUs (broadband and Cable TV)

RGUs refer to revenue generating units, which relate to sources of revenue, which may not always be the same as the number of customer accounts. The Company measures RGUs along its broadband and Cable TV services to monitor the performance of its business and review market trends, particularly relating to demand for bundled packages.

In this document, the Company presents RGUs based on its broadband and Cable TV customers. For example, a customer who subscribes for a bundled package is considered both a broadband RGU and a Cable TV RGU. The churn rate affects the calculation of the number of subscribers which in turn affects ARPU during the period. The Selected Promotional Package also had an impact on the number of customers as well as some of the Company’s other operating metrics.

For the avoidance of doubt, the Cable TV RGUs are only for residential single-dwelling unit customers, and excludes multi-dwelling units such as serviced apartments, as well as other enterprise clients such as hotels.

Penetration rate

Penetration rate refers to the estimated amount of potential broadband customers who have been successfully converted to actual broadband customers of the Company. The penetration rate is calculated by dividing the number of broadband RGUs as at the relevant date by the number of homes passed as at that date.

In this document, the Company presents broadband RGUs as the representative customer metric due to our leadership in the NGBB market in Indonesia. As not all customers subscribe for broadband-inclusive bundled packages, the number of broadband RGUs is lower than the total number of unique customers. The broadband penetration rate is thus lower than if the Company calculated this rate based on unique customers.

Churn

Churn rate refers to the percentage measure of the number of customers who have, voluntarily or involuntarily, discontinued a service for which it had subscribed during the relevant period divided by the beginning number of customers for that period.

In the second quarter of 2012, the Company introduced the Selected Promotional Package. However, the Company stopped selling the Selected Promotional Package at the end of 2012 and migrated the remaining Selected Promotional Package customers to its lower tier bundled packages in February 2013. This discontinuation led to an increase in the churn rate in 2013.

In June 2013 the Company changed the manner in which it calculates its churn rate. In keeping with industry practice, the time period the Company uses to determine whether a customer has been lost and therefore to be included in the churn rate calculations will depend on whether the churn was voluntary (for example, the customer not renewing an expired subscription) or involuntary (for example, due to a customer moving residence or following non-payment of subscription fees). Prior to June 2013, a customer was included in the churn rate calculations: (i) where the churn was voluntary, at the end of the period that was two months following the discontinuation of the relevant service; and (ii) where the churn was involuntary, at the end of the period that was six months following the discontinuation of the relevant service. From June 2013 onwards, these time periods were shortened to: (i) immediately for voluntary churn; and (ii) three months for involuntary churn.

The RGUs for 2013 (beginning with the operating results in the second half of 2013) and the first six months of 2014 have been adjusted to reflect the new definition of churn used by the Company. This change affects the comparability of the Company’s key performance indicators in 2011 and 2012 with 2013 and subsequent periods.

Page 251: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 7

Page 252: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 8

SIGNIFICANT FACTORS AFFECTING THE COMPANY’S RESULTS OF OPERATIONS

Number of RGUs

The Company’s results of operations are highly dependent on its ability to continue the expansion of its Network and the continued growth of its revenue generating base. As the Company continues to actively rollout its Network, the Company has increased the number of broadband and Cable TV customers during the periods under review. The Company monitors the net additions of broadband and Cable TV RGUs. The growth in RGUs has been the primary driver of revenue growth during the periods under review.

Number of homes passed

To increase the number of customers, which in turn drive revenue and profit growth, the Company aims to identify new attractive areas for Network expansion, execute the expansion efficiently and provide focused marketing to drive early penetration of its services. As the Company’s Network reach broadens, the Company is able to reach an increasing number of customers in its core target market of A and B Households. Along with the continued rollout of the Network in Jakarta, the Company expanded the Network from Surabaya to also include Greater Surabaya in 2013 and expanded the Network into Bandung towards the end of 2013. The Company measures the growth of its Network through a homes passed metric which estimates the number of homes and other residential units, such as apartments, that are connected or can be connected to the Network. This allows the Company to estimate the addressable market and focus its rollout plans and marketing efforts. Total homes passed has grown from approximately 506,000 as at 31 December 2010 to approximately 1.3 million as at 30 June 2014. The Company aims to increase the number of homes passed to approximately 1.8 million by 2016 within the current core coverage areas of Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung.

Penetration rates

The Company’s ability to attract new customers within its network coverage area affects its RGUs, and hence its revenues.

The Company uses the penetration rate metric to measure the percentage of customers successfully converted from the total number of homes passed by the Network. Management uses broadband RGUs as the customer metric due to the Company’s leadership in the NGBB market in Indonesia. As a small number of customers do not subscribe for broadband-inclusive bundled packages, the number of broadband RGUs is slightly lower than the total number of unique customers. The broadband penetration rate is thus lower than it would be had the Company calculated this rate based on unique customers. The broadband penetration rate decreased slightly from 29% as at 31 December 2011 to 27% as at 30 June 2014 due to the high rate of increase in homes passed during that period. The rapid rate of increase has resulted in the Network being in a relatively early stage of coverage. Approximately 760,000 homes out of the current 1.3 million homes passed were passed after June 2011. The relatively less mature vintages of homes passed generally have lower penetration than those with more mature vintages. As the mix of less mature vintages of homes passed increases due to the rapid Network expansion, the Company's overall penetration rate decreases.

The Company has an established track record of achieving profitable expansion due to the high penetration rates in new Network expansion, which are the result of effective cooperation between the Network rollout team and the sales and marketing team. The Company has been able to achieve consistent increases in penetration rates within the expansion areas and has been able to generate significant cash flow leading to a fast payback period and high returns on capital.

Once an area within the Company's coverage matures beyond the initial expansion phase, the Company uses targeted remarketing efforts to further improve penetration rates and enhance returns on capital expenditure invested during the Network expansion.

Target demographics

The prevailing demographic conditions in Indonesia, and particularly in the areas where the Company currently operates, have an impact on the Company’s ability to generate revenues, both in terms of the number of RGUs and ARPU. Increased demand for broadband and Cable TV services has supported the expansion of the Company’s network since 2011.

The Company targets the large and fast-growing upper- and middle-income segments in the core coverage areas that currently include Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, which are the largest and most attractive metropolitan areas of Indonesia. Its core target customer base is the large and fast–growing 4.1 million A Households and B Households with monthly expenditures of over Rp2.0 million in these metropolitan areas. The Company’s entry-level package is also priced to attract a large number of C1 Households (with monthly expenditures of over Rp1.5 million in the same areas, which totaled 2.6 million households as at 31 December 2013).

The Company is expected to focus on the current core coverage areas of Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung over the medium term. However, the Company will also continue to evaluate new cities in Indonesia based on the demographics of the city and the potential financial return profile.

With increasing income levels, the customer population in the Company’s target areas is expected to grow further as people from the large lower-income segment transition into the middle-income group and the middle-income group transitions into the upper-

Page 253: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 9

income group and demand higher speed and quality of broadband and cable TV services. As customers’ disposable income increases, the Company believes that the demand for the Company's products and services will increase.

Managing churn rate

The Company’s ability to successfully manage the churn of customers affects its revenue and profitability.

In June 2013 the Company changed the manner in which it calculates its churn rate. In keeping with industry practice, the time period the Company uses to determine whether a customer has been lost and therefore should be included in the churn rate calculations will depend on whether the churn was voluntary (for example, the subscriber not renewing an expired subscription) or involuntary (for example, due to a customer moving residence or following non-payment of subscription fees). Prior to June 2013, a customer was included in the churn rate calculations: (i) where the churn was voluntary, at the end of the period that was two months following the discontinuation of the relevant service; and (ii) where the churn was involuntary, at the end of the period that was six months following the discontinuation of the relevant service. From June 2013 onwards, these time periods were shortened to: (i) immediately for voluntary churn; and (ii) three months for involuntary churn. No adjustment has been made to the Company’s churn figures prior to June 2013.

Products and pricing

The Company’s ability to execute its strategy of bundling its broadband services and Cable TV services at an attractive pricing directly affects the Company’s revenue and profitability. The Company offers tiered packages based on levels of NGBB bandwidth and Cable TV programming. When the customer subscribes for both broadband and Cable TV, the Company allocates revenue among the two product lines.

The Company allocates the revenue generated from bundled packages between broadband and Cable TV with around 60% going to subscription fees for broadband services and around 40% going to subscription fees for Cable TV. This allocation does not include the set-top box and cable modem rental fees which are charged separately and allocated to Cable TV and Broadband revenue, respectively.

Bundled packages

To appeal to customer demand and simplify the choice of products, the Company offers bundled packages of broadband services and Cable TV services. The large majority of its customers subscribe for bundled packages, with bundled packages representing approximately 89%, 91% and 92% of all customers (rather than RGUs) in 2012, 2013 and the six months ended 30 June 2014, respectively. The Company believes that its ability to deliver attractive bundled packages provides it with a competitive advantage against competitors who offer only internet service or Pay TV services or are only able to offer limited options for bundled packages, as demonstrated the high proportion of customers subscribing for its bundled packages.

When bundling Cable TV with differing broadband speeds, the Company has been able to maintain profitability across its packages. Depending on the mix of channels in a given tier, the associated content costs can affect the profitability of each tier. Higher tiers include higher broadband speeds and more channels, which results in higher broadband costs and more content costs, but generates higher revenue.

Pricing

The Company’s pricing strategy for its products and services directly affects its revenue and profitability.

The Company repackaged its products with increased prices for its bundled packages in July 2013 and February 2014. Product enhancement typically increases the revenue generated by each broadband and Cable TV RGU, but revenue growth is partially offset by increased churn from customers who are particularly price sensitive or who do not adopt the Company’s repackaged services.

In the second quarter of 2012 the Company introduced the Selected Promotional Package as a low cost broadband and Cable TV promotional package to selected customers. The Selected Promotional Package led to a significant increase in the Company’s subscription numbers. However due to its low entry price point compared to the Company’s other packages, the Selected Promotional Package had a negative impact on the Company’s overall ARPU. The Company stopped selling the Selected Promotional Package at the end of 2012 and migrated the remaining Selected Promotional Package customers to its lower tier bundled packages in February 2013. This discontinuation combined with the general product enhancement which increased prices in early 2013 led to an increase in the churn rate.

ARPU

The Company’s results of operations are affected by the Company’s ability to increase ARPU. As part of the Company’s strategy to offer premium broadband and Cable TV services in the Indonesian markets in which it operates, the Company attempts to maximise the revenue generated by each customer by upselling and cross-selling.

Page 254: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 10

The Company is able to charge more for packages with higher levels of broadband speeds which positively impacts ARPU. The Company focuses its marketing efforts on moving customers from lower tier packages to higher tier packages to increase revenue and profitability and on general upselling efforts, whether through value added services or more content. As at 30 June 2014, 81.4% of the Company’s customers subscribed for lower tier packages compared to 86.6% as at 31 December 2013. 127,290, 133,710 and 69,435 upselling transactions occurred in which the Company’s customers upgraded to a higher tier package or purchased additional value added products in 2012 and 2013 and the six months ended 30 June 2014, respectively. The Company’s marketing strategy also focuses on selling other value added services, such as TV Anywhere, video-on-demand, add-on TV content packages and new upgraded set-top boxes. These sales enable the Company to generate additional revenue and profit.

Management measures the Company’s operating performance using the ARPU of the services it provides. ARPU provides management with an indicator to measure whether each customer is subscribing for services that generate increased revenue. The Company is then able to modify its product mix and pricing strategy to drive increases in ARPU and revenue overall.

Cost structure

The Company’s most significant costs include broadband costs, content costs, staff costs, electricity, rental expenses, fees for rights of way and licence fees. Some of the Company’s costs, such as a portion of its network operations, customer care, billing and administration costs are relatively fixed, while a portion of its marketing and content costs are variable. The Company regularly reviews opportunities to decrease its costs and improve its overall profitability.

Broadband costs

The Company incurs significant costs in order to provide customers broadband bandwidth through its Network as well as other bandwidth suppliers. The Company actively manages the broadband speeds offered to customers to align its broadband costs with the demand for higher broadband speeds which generate higher revenue for the Company.

The Company’s broadband costs comprise costs in connection with the purchase of additional bandwidth. Such costs correlate with: (i) the growth in the Company’s broadband RGUs; (ii) the trend of customers to gradually upgrade to higher broadband speeds; and (iii) the creation of intercity connectivity as the Company expands into new areas. Payment for additional bandwidth is made to both international and local bandwidth providers, depending on the type of bandwidth purchased. The Company expects that its broadband services will continue to increase as the Company’s customer base grows and demands higher levels of broadband speed. In addition, Broadband costs also comprise costs in connection with the purchase of additional subsea cables.

The Company primarily incurs broadband costs in US dollars. These costs increase the Company’s exposure to fluctuations between US dollars and the Rupiah, its functional currency.

Broadband costs affect the profitability of the bundled packages that the Company offers. The Company aims to maximise profitability by offering distinct sets of services at price points that match broadband costs with the revenue generated.

Content costs

The Company incurs significant costs related to providing Cable TV content. The Company’s ability to continue to acquire new customers and upsell higher priced packages that increase revenue and profitability to existing customers is dependent on the products and services offered to customers. The Company actively considers the cost of acquiring additional programming with the revenue derived from new customers and higher tier packages.

The Company sources its Cable TV content primarily from international content providers and as such, incurs substantial portion of content costs in US dollars. These costs increase the Company’s exposure to fluctuations between US dollars and the Rupiah, its functional currency.

The contracts entered into to procure content typically range from one to three years with the majority of contracts running for two years with pre-determined escalation thresholds. The Company’s content costs are largely correlated with the growth in the number of Cable TV RGUs. The Company expects that its content costs will continue to increase as the Network expands and the Company’s customer base grows.

The content costs associated with the Company’s Cable TV services affect the profitability of the packages that it offers. The Company aims to maximise profitability by offering distinct sets of services at price points that match content costs with the revenue generated.

The Company also shares content purchasing activities with its associate, IMTV.

Page 255: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 11

Capital expenditure programme

The Company’s operations are capital intensive due to its strategy to expand and the need to maintain its Network, and its ability to successfully execute its capital expenditure plan has a direct impact on its revenues and profitability.

The Company has built an extensive Network in Greater Jakarta. The Company expanded the Network to Greater Surabaya in 2013 and expanded the Network into Bandung towards the end of 2013. The Company intends to continue the expansion and coverage of its Network in these Indonesian cities.

The Company is in the process of a significant network expansion programme, with the aim of achieving approximately 1.8 million homes passed by 2016. The new target areas are generally adjacent to the existing core service areas in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, which have proven receptive to the Company’s premium products and services as measured by penetration rates and ARPU.

The Company is expected to focus on the current core coverage areas of Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung over the medium term. However, the Company will also continue to evaluate new cities in Indonesia based on the demographics of the city and the potential financial return profile.

The Company expects to invest approximately Rp1 trillion in capital expenditure in 2014 alone, with maintenance capital expenditure remaining at similar levels to 2013. Historically, the Company’s capital needs have been primarily funded through cash generated from operations and initial shareholder funding by ALD in June 2011 to acquire the Network and fund initial expansion. Going forward, the Company expect to fund the capital expenditure for the organic expansion of its Network through cash generated from operations. The Company actively monitors its funding requirements to optimise its capital structure and ensure that it has sufficient funds from internal sources and available debt facilities. Based on the Company’s recent historical ARPU and the expected improvement in its penetration rates due to marketing efforts, the Company expects to achieve strong returns on its growth capital expenditure with comparatively short payback periods on a per customer basis.

The state of the Indonesian economy and general economic conditions

The Company operates a NGBB and Cable TV business that is highly dependent on the state of the Indonesian economy. Demand for broadband and cable TV services depends upon the size and disposable income levels of Indonesia’s upper and middle income segments, which in turn depends primarily upon the state of the Indonesian economy. As the economy grows, more consumers have sufficient disposable income to be able to afford premium broadband services and existing customers demand improved and diversified Cable TV content, both of which potentially increase the size of the Company’s target consumer market and demand for the Company’s services. According to MPA, Indonesia’s real GDP growth was 6.5%, 6.3% and 5.8% in 2011, 2012 and 2013, respectively, and is forecasted to grow at an annual average growth rate of 5.8% between 2013 and 2018.

Regulatory and technology changes

The Company’s results of operations have been impacted by regulatory changes such as increases in the minimum wage mandated in Indonesia. Increases in the minimum wage in 2012, 2013 and 2014 significantly increased the Company’s operating expenses. For example, in 2013, the increase in the minimum wage rate in Jakarta was approximately 40%, and in 2014, the increase was approximately 20%. Further increases in the minimum wage could materially affect the Company’s profitability if it is not able to pass on these costs in the form of higher prices for its services. The Company’s results of operations may also be affected by other changes in the regulatory environment in Indonesia. For example, the government could require additional licences or could require the network cables in Jakarta or other cities in which the Company operates to be buried underground. These regulatory changes could result in increased compliance costs for the Company or significant delays in the Company’s expansion plans.

The provision of broadband and TV services in Indonesia has become increasingly diversified. The Company is currently using HFC technology, which is a technology that uses fibre-optic and coaxial cable. The Company competes with other companies based on various technologies, including fibre, wireless and DTH. The Company is constantly updating its systems, which results in additional capital expenditure. While the Company remains open to adopting new technology, the Company believes that the use of HFC technology provides it with a competitive advantage in its Indonesian markets, particularly against competitors using only copper cable.

Inflation

The Company’s results are affected by inflation, primarily through increases in staff costs and other costs. Significant inflation can decrease the overall demand for the Company’s products and services as customers have less discretionary income to spend. However, inflation at manageable levels, while increasing its costs, tends to actually benefit its business, as inflation-led price increases have a positive impact on its margins. The Company’s targeted customers generally have more disposable income which typically allows them to absorb a portion of customer price increases. According to MPA, Indonesia’s annual inflation rate, as measured by changes in Indonesia’s consumer price index, was 5.4% in 2011, 4.4% in 2012 and 7.0% in 2013.

Page 256: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 12

Impact of exchange rate fluctuations

The Company’s functional and reporting currency is the Rupiah. As at 30 June 2014, the Company had almost no revenue generated in currencies other than the Rupiah, and incurs certain expenses that are primarily denominated in US dollars, including purchases of broadband bandwidth and content costs. The Company also has US dollar-denominated indebtedness. This subjects the Company to exchange rate risk. In 2013, the Company’s results of operations were impacted by the significant weakening of the Rupiah against the US dollar. This resulted in increased cost of revenue and finance costs in 2013 when compared to prior periods.

Monetary assets and liabilities that give rise to foreign exchange risk are cash and cash equivalents, trade receivables, trade payables and long-term debt denominated in US dollars. Management has set up a policy requiring the Company to manage foreign exchange rate risk against the Rupiah arising from future commercial transactions and recognised assets and liabilities. The Company manages its foreign currency risk by continuously monitoring the fluctuation in currency rates so that it can adjust the levels of purchases in US dollars and the mix of US dollar denominated debt.

Historically, the Company has not hedged its foreign exchange rate exposure as it has not been commercially viable to do so. However, it may enter into a hedging arrangement in the future. The Company may also incur additional debt denominated in currencies other than the Rupiah, which would increase its exposure to exchange rate fluctuations.

Debt and interest rates

Increases in debt and fluctuations in interest rates impact the Company’s finance costs. The Company has historically funded the majority of its operating expenses and capital expenditure through cash generated from operations.

For 2011, 2012, 2013 and the six months ended 30 June 2013 and 2014, the Company’s finance costs were Rp33.3 billion, Rp72.1 billion, Rp120.8 billion, Rp41.4 billion and Rp20.2 billion, respectively, reflecting an increase in the Company’s debt in 2012 and the exchange rate fluctuations in 2013 discussed above. In 2013, the Company used a portion of its cash on hand, as well as proceeds from new revolving credit facilities, to pay off related party debt and to partially repay amounts owed under certain of the Vendor Loans.

The Company’s bank borrowings and Vendor Loans are interest bearing. The Company’s results of operations are affected by the interest expense incurred in relation to its debt.

The Company will continue to monitor market conditions and the performance of the Company in an effort to optimise the Company’s capital structure.

Taxation

The Company’s profitability is affected by its tax expenses. The Company’s effective tax rates were 26.0%, 26.2%, 25.7% and 25.5% for 2011, 2012, 2013 and the six months ended 30 June 2014, respectively.

Under Indonesian tax rules and regulations, companies are entitled to a lower corporate tax rate of 20% provided that: (i) at least 40% or more of the company’s total paid up share capital is owned by the public; (ii) the company has at least 300 shareholders who each own less than 5% of the company’s total paid up share capital; and (iii) criteria (i) and (ii) above are met for a period of more than six months (183 calendar days) during the relevant fiscal year.

This reduction in tax rate is expected to apply with effect from 1 January 2015 and to impact the Company’s profitability from that time.

Debt position

New Vendor Loans

In July 2014, the Company entered into vendor loan agreements with principal amounts of US$1.4 million and US$5.5 million with Cisco in each case to be repaid over a 36-month period in 12 equal quarterly instalments from the date of drawdown under the relevant agreement. The proceeds of these new Vendor Loans will be used to purchase electronic equipment from Cisco. These new Vendor Loans bear fixed interest at 2.35% per annum.

Events of default under the new Vendor Loans include customary events of default. In addition, an event of default would be triggered under the new Vendor Loans if the Company undergoes a change of control of the majority of its shares and fails to notify Cisco or if the Company notifies Cisco in circumstances where such change of control would adversely affect the Company’s ability to meet its payment obligations to Cisco.

The Company has not used these facilities.

IMTV Loan Guarantee

In July 2014, the Company’s associate, IMTV entered into a US$15 million senior secured term facility with BNP Paribas (Singapore Branch) for general working capital purposes. The IMTV facility is secured by charges over IMTV’s assets,

Page 257: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 13

assignment of intercompany loans, subordination of shareholder loans made to IMTV and guarantees from certain shareholders of IMTV. The Company is a partial guarantor of the facility with respect to 15% of the facility amount (in accordance with its 15% shareholding interest).

DESCRIPTION OF SELECTED LINE ITEMS IN THE STATEMENT OF COMPREHENSIVE INCOME

The following discussion provides a description of the composition of certain line items in the Company’s statement of comprehensive income for the periods indicated.

Revenue

The Company’s revenue comprises the fair value of the consideration received or receivable for the services provided in the ordinary course of the Company’s activities. Revenue is shown net of value-added tax. The Company generates the majority of its revenue in Rupiah.

Revenue from monthly subscription charges and advertising are recognised when the services are rendered. Fees billed in advance are deferred and recognised as unearned subscription fees in the statements of financial position until the services are rendered.

Revenue from network leases is recognised on a straight-line basis over the lease term.

The Company allocates the revenue generated from bundled packages between broadband and Cable TV with around 60% going to subscription fees for broadband services, which is referred to as broadband revenue, and around 40% going to subscription fees for Cable TV, which is referred to as Cable TV revenue. This allocation does not include the set-top box and cable modem rental fees which are charged separately and allocated to Cable TV and Broadband revenue, respectively. Given the high percentage of customers subscribing for bundled packages, this allocation has a material impact on broadband revenue and Cable TV revenue. This allocation and the high percentage of bundled packages result in the Company’s broadband services typically generating higher ARPU than its Cable TV services.

The Company’s business is comprised of one segment in accounting terms – monetisation of its Network. The following table sets out a breakdown of its revenue by category:

Revenue For the years ended 31 December

For the six months ended

30 June

2011(1) 2012 2013 2013 2014

(Rp in billions, except percentages)

(unaudited)

Subscription fees for broadband internet and network services (“Broadband revenue”) (2) (3) ............................................. 353.8 748.6 953.1 451.5 564.7

Percentage of total revenue ................................................. 60.7% 57.6% 57.3% 57.4% 55.6%

- Broadband revenue – residential revenue only .............. 262.2 601.6 762.6 364.5 455.0

- Percentage of total revenue ........................................... 45.0% 46.3% 45.8% 46.3% 44.8%

- Broadband revenue – enterprise revenue only ............... 91.6 147.0 190.5 87.0 109.7

- Percentage of total revenue ........................................... 15.7% 11.3% 11.4% 11.1% 10.8%

Subscription fees for cable television (“Cable TV

revenue”)(3) (4)...................................................................... 173.1 409.8 552.5 251.1 373.8

Percentage of total revenue ................................................. 29.7% 31.5% 33.2% 31.9% 36.8%

Media revenue (“Advertising Sales”) ................................. 29.8 73.5 94.3 49.8 47.8

Percentage of total revenue ................................................. 5.1% 5.6% 5.7% 6.3% 4.7%

Others(5) ............................................................................... 25.9 68.7 64.7 34.8 29.7

Percentage of total revenue ................................................. 4.4% 5.3% 3.9% 4.4% 2.9%

TOTAL REVENUE ........................................................... 582.6 1,300.6 1,664.6 787.2 1,016.0

Notes: (1) The Company acquired certain assets, liabilities and rights of use relating to the Network Business, the Broadband Business and the Cable TV Business in

June 2011 from First Media and commenced its current business in 2011. The Shares Subscription by ALD was completed in June 2011 and the financial information of the Company for the year ended 31 December 2011 includes the post-acquisition results generated from certain assets, liabilities and rights used in connection with the Network Business, the Broadband Business and the Cable TV Business. The results of the acquired businesses were fully reflected from the date on which the Shares Subscription was completed. As a result, the financial information of the Company for the year ended 31 December 2011 is not directly comparable to the full year results of the Company for the year ended 31 December 2012.

Page 258: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 14

(2) Represents subscription fees for broadband and network services and includes residential and enterprise revenue. (3) Around 60% of revenue from Combo packages is attributed to broadband revenue and the remaining amount of around 40% is attributed to Cable TV

revenue. This allocation excludes rental fees for set-top boxes and cable modems. (4) Represents subscription fees for Cable TV, inclusive of any rental fees from set-top boxes. In addition to such fees from residential single-dwelling units,

subscription fees for Cable TV also includes fees from multi-dwelling units and other enterprise clients such as hotels. (5) “Others” principally include revenue from installation charges, sales of cable modems and promotional items.

Cost of revenue

Cost of revenue (excluding depreciation of property, plant and equipment and amortisation of intangible assets expenses) (“cost of

revenue”) represents primarily the costs of cable television programming distribution and technical services and broadband internet services provided. These expenses are recognised when incurred on an accrual basis. Broadband costs primarily represent bandwidth and bandwidth-related costs. The Company incurs most of its cost of revenue – particularly content costs and broadband costs – in US dollars.

The table below sets out the components of cost of revenue for the periods indicated.

For the years ended 31 December

For the six months ended

30 June

2011 2012 2013 2013 2014

(Rp billions)

(unaudited)

Cable television programming distribution and technical services (“Cable TV content costs”) ....... 57.5 136.8 188.1 84.3 121.1

Broadband internet (“Broadband costs”) ................... 44.5 85.9 116.1 45.5 60.4

Others(1) ........................................................................ 12.7 38.1 49.1 29.2 39.7

TOTAL ........................................................................ 114.7 260.8 353.3 159.0 221.2

Note:

(1) Others primarily represent pole rent and licence fees.

Selling expenses

Selling expenses primarily comprise employee costs for sales staff, promotion, commission and others. Commission includes amounts paid to employees and third parties.

The table below sets out the components of selling expenses for the periods indicated.

For the years ended 31 December

For the six months ended

30 June

2011 2012 2013 2013 2014

(Rp billions)

(unaudited)

Employee costs ............................................................ 19.0 45.6 67.7 31.9 40.6

Promotion .................................................................... 8.3 23.2 30.3 9.9 12.1

Commission ................................................................. 9.1 23.3 26.7 13.5 12.5

Others(1) ........................................................................ 2.9 10.6 17.6 9.4 6.5

TOTAL ................................................................................. 39.3 102.7 142.3 64.7 71.7

Note:

(1) Others primarily represent travel expenses, invoice printing and courier expenses, miscellaneous expenses and rent.

General and administrative expenses

General and administrative expenses primarily comprise employee costs for non-sales staff, impairment charges of trade receivables, impairment charges of equipment for installation, rent, electricity, water and telephone and others.

Page 259: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 15

The table below sets out the components of general and administrative expenses for the periods indicated.

For the years ended 31 December

For the six months ended

30 June

2011 2012 2013 2013 2014

(Rp billions)

(unaudited)

Employee costs ............................................................. 57.9 126.8 160.7 72.7 81.2

Impairment charges of trade receivables ...................... 4.1 34.5 40.2 14.0 19.3

Impairment charges of equipment for installation ........ - - 2.4 - -

Rent .............................................................................. 9.2 23.0 21.3 10.4 10.8

Electricity, water and telephone ................................... 8.3 20.8 27.4 12.0 15.7

Others(1) ........................................................................ 14.9 29.8 42.2 21.6 15.5

TOTAL ................................................................................. 94.4 234.9 294.2 130.7 142.5

Note:

(1) Others primarily represent travel costs, professional fees and, in 2013, other expenses related to corporate action.

Depreciation expenses

Depreciation expenses comprise depreciation of property, plant and equipment.

Amortisation expense

Amortisation expense comprises amortisation of intangible assets mainly representing computer software.

Other expenses/income

Other expenses primarily include other non-operating expenses, such as losses on the sale of fixed assets and land purchase taxes. Other income includes other non-operating income, such as revenue from the sale of scrap and/or fixed assets and the reimbursement of consulting or property fees.

Operating profit

Operating profit comprises revenue less cost of revenue, selling expenses, general and administrative expenses, depreciation expenses, amortisation expenses and other expenses.

Finance costs

Finance costs primarily comprise interest on borrowings. The Company’s Vendor Loans are largely denominated in US dollars. The Company’s borrowings under its revolving credit facilities are largely denominated in Rupiah.

Finance income

Finance income primarily comprises interest from bank deposits and interest income. Interest income is recognised on a time proportion basis using the effective interest method.

Share of loss in associate

Share of loss in associate primarily represents the loss shared from IMTV, a company that is 15% owned by the Company. This investment is accounted for using the equity method. In January 2013, the Company sold 5% of its ownership interest in IMTV, reducing its stake from 20% to 15%.

RESULTS OF OPERATIONS

Comparison of the results of operations for the six months ended 30 June 2013 (unaudited) and the six months ended

30 June 2014

Revenue

The Company’s revenue increased by Rp228.8 billion, or 29.1%, from Rp787.2 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp1,016.0 billion in the six months ended 30 June 2014. This increase was primarily due to net increases of broadband and Cable TV RGUs of 63,158 and 64,257, respectively, in the six months ended 30 June 2014 when compared to the same period in 2013. The number of broadband customers and Cable TV customers grew in line with each other as the large majority of the Company’s customers subscribe to bundled packages. The Company also repackaged its product offerings in February 2014 which resulted in

Page 260: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 16

increased ARPU which, in turn, positively impacted revenue. The majority of the Company’s revenue was generated in Jakarta in the first six months of 2014, although an increasing amount was generated in Surabaya and Bandung following the continued expansion and rollout of the Network in those cities, respectively.

The Company’s broadband revenue from residential customers increased by Rp90.5 billion, or 24.8%, from Rp364.5 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp455.0 billion in the six months ended 30 June 2014 primarily due to customer growth. Broadband revenue grew as the Company deepened penetration in Jakarta and Surabaya in 2014 while expanding its Network into Bandung. The Company stopped selling the Selected Promotional Package at the end of 2012 and migrated the remaining Selected Promotional Package customers to its lower tier bundled packages in February 2013, which positively impacted ARPU beginning in the second half of 2013. The Company’s broadband ARPU was Rp206,471 per month in the six months ended 30 June 2013 and Rp219,944 per month in the six months ended 30 June 2014.

The Company’s broadband revenue from enterprise clients increased by Rp22.7 billion, or 26.1%, from Rp87.0 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp109.7 billion in the six months ended 30 June 2014, primarily due to the growth of the number of enterprise clients as the Company’s Network expanded.

The Company’s Cable TV revenue increased by Rp122.7 billion, or 48.8%, from Rp251.1 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp373.8 billion in the six months ended 30 June 2014 primarily due to the net increase in customers. The Company’s Cable TV ARPU was Rp150,896 per month in the six months ended 30 June 2013 and Rp183,049 per month in the six months ended 30 June 2014. Cable TV ARPU increased at a faster rate than broadband ARPU, primarily due to increased revenue from set-top boxes. Cable TV ARPU in the six months ended 30 June 2013 was also affected by the Selected Promotional Package.

The Company’s revenue from Advertising Sales decreased by Rp2.0 billion, or 4.1%, from Rp49.8 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp47.8 billion in the six months ended 30 June 2014. This decrease was due to fluctuations in demand and relative pricing rates as the Company adjusted a portion of its advertising rates in 2014.

Cost of revenue

The Company’s cost of revenue increased by Rp62.2 billion, or 39.2%, from Rp159.0 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp221.2 billion in the six months ended 30 June 2014. Cost of revenue grew more quickly than revenue due to increased broadband costs and content costs in line with the expansion of the Company’s business. Cost of revenue also grew more quickly than revenue due to foreign exchange effects as the Company’s costs of revenue are primarily denominated in US dollars and the Rupiah weakened significantly against the US dollar in the six months ended 30 June 2014 as compared to the six months ended 30 June 2013.

Cost of revenue grew more quickly than revenue, mainly due to the faster growth in the Cable TV business, which increased content costs. Cost of revenue as a percentage of revenue in the six months ended 30 June 2014 was 21.8% which represented an increase from 20.2% in the six months ended 30 June 2013.

Selling expenses

The Company’s selling expenses increased by Rp7.0 billion, or 10.8%, from Rp64.7 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp71.7 billion in the six months ended 30 June 2014. This increase was primarily due to increases in employee costs and promotion expenses. Selling expenses as a percentage of revenue in the six months ended 30 June 2014 was 7.1% which represented a decline from 8.2% in the six months ended 30 June 2013 due to the optimisation of sales incentives and commissions.

Employee costs increased significantly primarily due to annual salary increases and a required increase in the minimum wage in January 2014, although such increases were partially offset by a streamlining of the Company’s sales and marketing operations.

General and administrative expenses

The Company’s general and administrative expenses increased by Rp11.8 billion, or 9.0%, from Rp130.7 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp142.5 billion in the six months ended 30 June 2014. This increase was primarily due to: (i) an increase in employee costs of Rp8.5 billion, or 11.6%, as a result of increases in the minimum wage, offset partially by a streamlining of the general and administrative operations; (ii) increases in impairment charges of trade receivables of Rp5.3 billion, or 37.9%; and (iii) increases in electricity, water and telephone of Rp3.7 billion, or 31.0%, due to rate increases for electricity as well as increased electricity requirements as the Company’s business expanded. Increases in overall general and administrative expenses were partially offset by decreases in other expenses. General and administrative expenses also included non-recurring professional fees in relation to corporate action of Rp2.1 billion in the six months ended 30 June 2013. General and administrative expenses as a percentage of revenue in the six months ended 30 June 2014 was 14.0% which represented a decline from 16.6% in the six months ended 30 June 2013 due to large portion of the Company’s general and administrative expenses being relatively fixed in nature.

Page 261: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 17

Depreciation expenses

The Company’s depreciation expenses increased by Rp51.9 billion, or 42.5%, from Rp122.1 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp174.0 billion in the six months ended 30 June 2014 due to the increased investment in property, plant and equipment consisting of network cables, set-top boxes and related equipment in the six months ended 30 June 2014 as a result of the continued rollout of the Company’s Network.

Amortisation expense

The Company’s amortisation expense increased by Rp3.2 billion, or 85.3%, from Rp3.7 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp6.9 billion in the six months ended 30 June 2014 due to the amortisation of intangible assets consisting mainly of computer software needed to support the Company’s expanding Network as well as its information systems.

Other expenses/income

The Company recognised other expenses of Rp0.4 billion in the six months ended 30 June 2013 and other income of Rp0.4 billion in the six months ended 30 June 2014. This net other income primarily reflected higher levels of non-operating income.

Operating profit

The Company’s operating profit increased by Rp93.5 billion, or 30.5%, from Rp306.6 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp400.1 billion in the six months ended 30 June 2014 due to the reasons described above. The Company’s operating profit margin increased from 38.9% in the six months ended 30 June 2013 to 39.4% in the six months ended 30 June 2014 primarily due to operating leverage of the Company.

Finance costs

The Company’s finance costs decreased by Rp21.2 billion, or 51.1%, from Rp41.4 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp20.2 billion in the six months ended 30 June 2014. This decrease was primarily due to: (i) the Company fully repaying its related party loan and partially repaying Vendor Loans in 2013 and (ii) upfront costs associated with the revolving credit facilities incurred in 2013 which did not recur in 2014.

Finance income

The Company’s finance income decreased by Rp8.6 billion, or 50.9%, from Rp16.8 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp8.2 billion in the six months ended 30 June 2014 because the Company’s cash on hand generated lower returns as the Company held more cash in current accounts.

Share of loss in associate

The Company’s share of loss in associate increased by Rp15.0 billion from Rp0.1 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp15.1 billion in the six months ended 30 June 2014 due to its investment in IMTV. IMTV began commercial operation in November 2013 and recognised higher losses in the six months ended 30 June 2014 as it was in the initial phase of operations which resulted in greater losses in 2014 when compared to 2013.

Profit before income tax

The Company’s profit before income tax increased by Rp91.1 billion, or 32.3%, from Rp281.9 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp373.0 billion in the six months ended 30 June 2014 due to reasons described above, including the 29.1% increase in revenue and the increase of operating profit to Rp400.1 billion, partially offset by the increased cost of revenue and depreciation expenses in the six months ended 30 June 2014.

Income tax expense

Due to the increase in profit, the Company’s income tax expenses increased by Rp23.4 billion, or 32.6%, from Rp71.9 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp95.3 billion in the six months ended 30 June 2014.

Net profit

For the reasons described above, the Company’s profit for the period increased by Rp67.7 billion, or 32.3%, from Rp210.0 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp277.7 billion in the six months ended 30 June 2014.

Comparison of the results of operations for 2012 and 2013

Revenue

The Company’s revenue increased by Rp364.0 billion, or 28.0%, from Rp1,300.6 billion in 2012 to Rp1,664.6 billion in 2013. This increase was primarily due to net increases in broadband and Cable TV RGUs of 43,064 and 38,387, respectively, as at 31 December 2013 when compared to the end of 2012, as well as changes in prices of packages offered in 2013. The number of

Page 262: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 18

broadband and Cable TV RGUs grew in line with each other as a large majority of the Company’s customers subscribe to bundled packages. In 2013, the Company generated approximately 96% of its revenue from its operations in the Jakarta area but also expanded its Network to Surabaya, which also contributed to revenue increases.

The Company’s broadband revenue from residential customers increased by Rp161.0 billion, or 26.8%, from Rp601.6 billion in 2012 to Rp762.6 billion in 2013. Broadband revenue grew in line with the overall revenue increase as the Company deepened penetration in Jakarta while expanding into Greater Surabaya in 2013. The Company’s broadband ARPU was Rp205,683 per month in 2012 and Rp203,410 per month in 2013. The slight decrease in Broadband ARPU is largely due to the effects of the Selected Promotional Package which the Company stopped selling at the end of 2012 and migrated the remaining Selected Promotional Package customers to its lower tier bundled packages in February 2013, which led to a higher than usual churn.

The Company’s broadband revenue from enterprise clients increased by Rp43.5 billion, or 29.6%, from Rp147.0 billion in 2012 to Rp190.5 billion 2013, primarily due to the growth of the number of enterprise clients as the Company’s Network expanded.

The Company’s Cable TV revenue increased by Rp142.7 billion, or 34.8%, from Rp409.8 billion in 2012 to Rp552.5 billion in 2013. Cable TV revenue increased at a faster rate than broadband revenue due to increased rental revenue from set-top boxes due to the increase in customers. The Company’s Cable TV ARPU was Rp150,357 per month in 2012 and Rp151,095 per month in 2013. Cable TV ARPU increased slightly due to the increased revenue from set-top boxes offset by the effects of the Selected Promotional Package.

The Company’s revenue from Advertising Sales increased by Rp20.8 billion, or 28.4%, from Rp73.5 billion in 2012 to Rp94.3 billion in 2013. This increase is in line with the Company’s overall revenue growth and reflects the expansion of the Company’s subscriber scale which attracted increased advertising demand.

Cost of revenue

The Company’s cost of revenue increased by Rp92.5 billion, or 35.5%, from Rp260.8 billion in 2012 to Rp353.3 billion in 2013. This increase was due to the expansion of the Company’s business which resulted in increased broadband costs (including costs associated with the expansion into Surabaya and Bandung in 2013) and content costs. The Company’s content costs also increased as it acquired more content to include in its higher tier packages.

Cost of revenue grew more quickly than revenue due to foreign exchange effects as the Company’s costs of revenue are primarily denominated in US dollars and the Rupiah weakened significantly against the US dollar in 2013. Cost of revenue as a percentage of revenue in 2013 was 21.2% which represented an increase from 20.1% in 2012.

Selling expenses

The Company’s selling expenses increased by Rp39.6 billion, or 38.6%, from Rp102.7 billion in 2012 to Rp142.3 billion in 2013. This increase was primarily due to increases in employee costs and promotion expenses.

Employee costs increased significantly as a result of the increase in the minimum wage in 2013, as well as an increase in the number of staff due to the expansion of the Company’s Network, particularly in Greater Surabaya. Promotion expenses increased primarily due to the Company’s marketing efforts in Jakarta as well as new spending in Greater Surabaya in 2013.

Selling expenses as a percentage of revenue in 2013 was 8.5% which represented an increase from 7.9% in 2012 due to increases in employee costs and promotion and commission expenses.

General and administrative expenses

The Company’s general and administrative expenses increased by Rp59.3 billion, or 25.2%, from Rp234.9 billion in 2012 to Rp294.2 billion in 2013. This increase was primarily due to: (i) an increase in employee costs of Rp33.9 billion, or 26.8%, which was the result of increases in the minimum wage and increases in the number of staff due to the expansion of the Company’s Network, particularly in Surabaya; (ii) increases in impairment of trade receivables and equipment for installation of Rp8.1 billion, or 23.5%; and (iii) increases in electricity, water and telephone of Rp6.6 billion, or 31.5%, due to electricity rate increases in 2013 as well as increased electricity requirements as the Company’s business expanded. General and administrative expenses also included non-recurring professional fees in relation to corporate actions of Rp13.3 billion and impairment charges due to changes in churn policy of Rp13.1 billion in 2013. Increases in overall general and administrative expenses were partially offset by decreases in rent expenses as the Company needed less space to house more compact Network equipment. General and administrative expenses as a percentage of revenue in 2013 was 17.7% which represented a decrease from 18.1% in 2012 due to an increase in employee costs.

Depreciation expenses

The Company’s depreciation expenses increased by Rp67.8 billion, or 33.4%, from Rp203.4 billion in 2012 to Rp271.2 billion in 2013 due to the increased investment in property, plant and equipment in 2013 related to the Network expansion.

Page 263: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 19

Amortisation expense

The Company’s amortisation expense increased by Rp5.1 billion, or 123.3%, from Rp4.1 billion in 2012 to Rp9.2 billion in 2013 due to the amortisation of intangible assets consisting mainly of computer software needed to support the Company’s expanding Network as well as its information systems.

Other expenses

The Company’s other expenses increased by Rp0.2 billion, or 34.7%, from Rp0.4 billion in 2012 to Rp0.6 billion in 2013 due to additional non-operating expenses incurred by the Company.

Operating profit

The Company’s operating profit increased by Rp99.5 billion, or 20.1%, from Rp494.3 billion in 2012 to Rp593.8 billion in 2013 due to the reasons described above, including the 28.0% increase in revenue, partially offset by increased cost of revenue, selling expenses and general and administrative expenses. The Company’s operating profit margin decreased from 38.0% in 2012 to 35.7% in 2013 primarily due to one-off professional fees in relation to corporate action and impairment charges due to churn policy change.

Finance costs

The Company’s finance costs increased by Rp48.7 billion, or 67.5%, from Rp72.1 billion in 2012 to Rp120.8 billion in 2013. This increase was primarily due to: (i) foreign exchange effects as the Company’s indebtedness is denominated in US dollars and the Rupiah weakened significantly against the US dollar in 2013; and (ii) upfront costs and interest charges associated with the new revolving credit facilities entered into in 2013.

Finance income

The Company’s finance income decreased by Rp14.1 billion, or 36.7%, from Rp38.4 billion in 2012 to Rp24.3 billion in 2013 because the Company had less cash in banks and time deposits following the partial repayment of certain Vendor Loans and related party debt, as well as funding costs associated with the expansion of the Company’s Network and Cable TV content.

Share of loss in associate

The Company’s share of loss in associate increased by Rp9.1 billion from Rp0.9 billion in 2012 to Rp10.0 billion in 2013 due to its investment in IMTV. IMTV began commercial operation in November 2013 but did not generate revenue in 2013.

Profit before income tax

The Company’s profit before income tax increased by Rp27.6 billion, or 6.0% from Rp459.7 billion in 2012 to Rp487.3 billion in 2013 due to reasons described above, including the 28.0% increase in revenue and the increase of operating profit to Rp593.8 billion, partially offset by the increased operating expenses and finance costs in 2013.

Income tax expense

Due to the increase in profit before income tax, the Company’s income tax expenses increased by Rp4.4 billion, or 3.7%, from Rp120.7 billion in 2012 to Rp125.1 billion in 2013.

Net profit

For the reasons described above, the Company’s profit for the year increased by Rp23.2 billion, or 6.8%, from Rp339.0 billion in 2012 to Rp362.2 billion in 2013.

Comparison of the results of operations for 2011 and 2012

The Company acquired certain assets, liabilities and rights of use relating to the Network Business, the Broadband Business and

the Cable TV Business in June 2011 from First Media and commenced its current business in 2011. The Shares Subscription by

ALD was completed in June 2011 and the financial information of the Company for the year ended 31 December 2011 includes

the post-acquisition results generated from certain assets, liabilities and rights used in connection with the Network Business, the

Broadband Business and the Cable TV Business. Under IFAS, business combinations among entities under common control are

accounted for in accordance with PSAK No. 38 ‘Accounting for Restructuring Transactions of Entities Under Common Control’. In accordance with PSAK No. 38, assets and liabilities transferred in the restructuring transaction of entities under common

control are recognised at book value in the same manner as a business combination that is accounted for using the pooling of

interest method. Accordingly, the results of the acquired businesses were fully reflected from the date on which the Shares

Subscription was completed. As a result, the financial information of the Company for the year ended 31 December 2011 is not

directly comparable to the full year results of the Company for the year ended 31 December 2012.

Page 264: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 20

The primary driver for changes in specific line items between 2011 and 2012 is the six month period post - acquisition in 2011

compared to the full year in 2012. The discussion below focuses on the underlying drivers affecting the Company’s results of operations during those periods.

Revenue

The Company’s revenue increased by Rp718.0 billion, or 123.2%, from Rp582.6 billion in 2011 to Rp1,300.6 billion in 2012. This increase was primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011. There were net increases in broadband and Cable TV RGUs of 96,882 and 100,430, respectively, as at 31 December 2012 when compared to the end of 2011. The number of RGUs in 2012 reflects the impact of the Selected Promotional Package which led to an increase in the Company’s RGUs but negatively impacted ARPU. The Company generated almost all of its revenue from its operations in the Jakarta area in 2011 and 2012.

The Company’s broadband revenue from residential customers increased by Rp339.4 billion, or 129.4%, from Rp262.2 billion in 2011 to Rp601.6 billion in 2012. Broadband revenue grew in line with the RGU increase as the Company expanded its Network coverage in Jakarta in 2012. The Company’s broadband ARPU was Rp231,338 per month in 2011 and Rp205,683 per month in 2012. Broadband ARPU decreased primarily due to the impact of the Selected Promotional Package in 2012.

The Company’s broadband revenue from enterprise clients increased by Rp55.4 billion, or 60.4%, from Rp91.6 billion in 2011 to Rp147.0 billion 2012, primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011.

The Company’s Cable TV revenue increased by Rp236.7 billion, or 136.8%, from Rp173.1 billion in 2011 to Rp409.8 billion in 2012. The Company’s Cable TV ARPU was Rp168,220 per month in 2011 and Rp150,357 per month in 2012. Cable TV ARPU decreased primarily due to the impact of the Selected Promotional Package in 2012.

The Company’s revenue from Advertising Sales increased by Rp43.7 billion, or 146.6%, from Rp29.8 billion in 2011 to Rp73.5 billion in 2012. This increase is in line with the Company’s overall revenue growth and reflects the expansion of the Company’s subscriber scale which attracted increased advertising demand.

Cost of revenue

The Company’s cost of revenue increased by Rp146.1 billion, or 127.4%, from Rp114.7 billion in 2011 to Rp260.8 billion in 2012. This increase was primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011.

Cost of revenue grew largely in line with revenue. Cost of revenue as a percentage of revenue in 2012 was 20.1% which represented a slight increase from 19.7% in 2011.

Selling expenses

The Company’s selling expenses increased by Rp63.4 billion, or 161.2%, from Rp39.3 billion in 2011 to Rp102.7 billion in 2012. This increase was primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011.

General and administrative expenses

The Company’s general and administrative expenses increased by Rp140.5 billion, or 148.8%, from Rp94.4 billion in 2011 to Rp234.9 billion in 2012. This increase reflected: (i) an increase in employee costs of Rp68.9 billion, or 119.0%; (ii) increases in impairment of trade receivables of Rp30.4 billion; (iii) increases in rent expenses of Rp13.8 billion, or 149.5%; and (iv) increases in electricity, water and telephone of Rp12.5 billion, or 149.5%. These increases were primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011.

Depreciation expenses

The Company’s depreciation expenses increased by Rp92.8 billion, or 83.8%, from Rp110.6 billion in 2011 to Rp203.4 billion in 2012 due to the increased amount of property, plant and equipment in 2012.

Amortisation expense

The Company’s amortisation expense increased by Rp1.7 billion, or 74.7%, from Rp2.4 billion in 2011 to Rp4.1 billion in 2012 primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011.

Other expenses

The Company’s other expenses decreased Rp4.4 billion, or 91.5%, from Rp4.8 billion in 2011 to Rp0.4 billion in 2012 due to the Company’s reorganisation in 2011.

Page 265: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 21

Operating profit

The Company’s operating profit increased Rp277.9 billion, or 128.4%, from Rp216.4 billion in 2011 to Rp494.3 billion in 2012 due to the reasons described above, including the 123.2% increase in revenue, partially offset by increased cost of revenue, selling expenses and general and administrative expenses. The Company’s operating profit margin increased from 37.1% in 2011 to 38.0% in 2012.

Finance costs

The Company’s finance costs increased by Rp38.8 billion, or 116.5%, from Rp33.3 billion in 2011 to Rp72.1 billion in 2012. This increase was primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011.

Finance income

The Company’s finance income increased by Rp20.9 billion, or 119.6%, from Rp17.5 billion in 2011 to Rp38.4 billion in 2012 primarily due to 2012 being a reflection of a full year’s results post-acquisition, as the acquisition was only completed in June 2011.

Share of loss in associate

The Company’s share of loss in associate in 2012 was Rp0.9 billion which was attributable to its investment in IMTV that was acquired in July 2012. IMTV began commercial operation in November 2013.

Profit before income tax

The Company’s profit before income tax increased by Rp259.1 billion, or 129.2%, from Rp200.6 billion in 2011 to Rp459.7 billion in 2012 due to reasons described above including the 123.2% increase in revenue and the increase in operating profit to Rp494.3 billion, partially offset by the increased operating expenses and finance costs in 2012.

Income tax expense

Due to the increase in profit before income tax, the Company’s income tax expenses increased by Rp68.5 billion, or 131.4%, from Rp52.2 billion in 2011 to Rp120.7 billion in 2012.

Net profit

For the reasons described above, the Company’s profit for the year increased by Rp190.6 billion, or 128.4%, from Rp148.4 billion in 2011 to Rp339.0 billion in 2012.

LIQUIDITY AND CAPITAL RESOURCES

Cash flows

The following table summarises the Company’s actual historical cash flows for the periods indicated.

Years ended 31 December

Six months ended 30

June

2011 2012 2013 2013 2014

(Rp billions)

(unaudited)

Net cash flows provided from operating activities ...............................247.1 701.2 741.6 353.0 560.4

Net cash flows used in investing activities ................................(1,628.7) (612.8) (864.5) (465.1) (460.2)

Net cash flows provided from/(used in) financing

activities ................................................................................................2,113.0 (14.2) (325.1) (321.3) (91.0)

Net increase/(decrease) in cash and cash equivalents ...............................731.4 74.2 (448.0) (433.4) 9.2

Cash and cash equivalents at the beginning of the year ............................12.3 743.7 817.9 817.9 370.0

Effects in foreign exchange changes in cash and cash equivalents ...............................................................................................- - 0.1 0.2 (0.4)

Cash and cash equivalents from acquired subsidiary ...............................- - - - 0.5

Cash and cash equivalents at end of year/period ................................743.7 817.9 370.0 384.7 379.3

Page 266: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 22

Net cash flows provided from operating activities

Net cash flows provided from operating activities increased by Rp207.4 billion, or 58.7%, from Rp353.0 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp560.4 billion in the six months ended 30 June 2014. This increase was primarily due to increased receipts from customers of Rp268.3 billion, or 35.0%, from Rp766.2 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp1,034.5 billion in the six months ended 30 June 2014. This increase was partially offset in part by a Rp58.9 billion increase in payments to suppliers, primarily due to content costs, a Rp34.0 billion increase in payments to employees due to increases in the minimum wage and increased salaries, a decrease in interest received of Rp8.6 billion from Rp16.8 billion in the six months ended 30 June 2013 to Rp8.2 billion in the six months ended 30 June 2014 (due to lower cash on hand and lower interest rates) and due to a decrease in corporate tax payments to Rp77.5 billion in the six months ended 30 June 2014 from Rp118.1 billion in the six months ended 30 June 2013.

Net cash flows provided from operating activities increased by Rp40.4 billion, or 5.8%, from Rp701.2 billion in 2012 to Rp741.6 billion in 2013. This increase was primarily due to increased receipts from customers of Rp417.8 billion, or 33.7%, from Rp1,239.7 billion in 2012 to Rp1,657.5 billion in 2013. This increase was offset in part by a Rp239.0 billion increase in payments largely to content suppliers, a Rp33.7 billion increase in payments to employees due to increases in the minimum wage, increased salaries and increased sales activity a decrease in receipts of interest income of Rp14.1 billion from Rp38.4 billion in 2012 to Rp24.3 billion in 2013 and due to an increase in corporate tax payments to Rp179.1 billion in 2013 from Rp88.5 billion in 2012

Net cash flows provided from operating activities increased by Rp454.1 billion, or 183.8%, from Rp247.1 billion in 2011 to Rp701.2 billion in 2012. This increase was primarily due to increased receipts from customers of Rp677.6 billion, or 120.5%, from Rp562.1 billion in 2011 to Rp1,239.7 billion in 2012. This increase was offset in part by a Rp55.9 billion increase in payments to largely to content suppliers, a Rp108.1 billion increase in payments to employees due to increases in the minimum wage and increased sales activity, and an increase in corporate income tax payments to Rp88.5 billion in 2012 from Rp4.5 billion in 2011. Net cash flows provided from operating activities also increased due to an increase in receipts of interest income of Rp24.5 billion from Rp13.9 billion in 2011 to Rp38.4 billion in 2012.

The Company’s trade receivables turnover days decreased from 29.8 days in 2011 to 23.5 days in 2012, to 22.7 days in 2013 and to 21.8 days in the six months ended 30 June 2014. The Company’s trade payables turnover days increased from 63.2 days in 2011 to 89.3 days in 2012, and to 138.9 days in 2013. The Company’s trade payables turnover days decreased to 118.5 days in the first six months ended 30 June 2014.

Net cash flows used in investing activities

Cash used in investing activities decreased from Rp465.1 billion cash outflow in the six months ended 30 June 2013 to a Rp460.2 billion cash outflow in the six months ended 30 June 2014. This decrease was primarily due to decreased cash outflows for the acquisition of property, plant and equipment related to the expansion of the Network in 2013, particularly the expansion into Surabaya, and was partially offset by an increase in the additional investment in the Company’s associate, IMTV.

Cash used in investing activities increased from Rp612.8 billion cash outflow in 2012 to a Rp864.5 billion cash outflow in 2013. This increase was primarily due to increased cash outflows for the acquisition of property, plant and equipment due to expansion of the Network in 2013, particularly the expansion into Surabaya, and acquisition of subsea cables between Singapore and Indonesia in 2013 for approximately Rp248 billion, as well as an increase in the additional investment in the Company’s associate, IMTV.

Cash used in investing activities decreased from a cash outflow of Rp1,628.7 billion in 2011 to a cash outflow of Rp612.8 billion in 2012. Cash used in investing activities in 2011 primarily comprised Rp1,629.3 billion for the acquisition of the Network assets in June 2011 as well as acquisition of property, plant and equipment related expansion of the Network, which decreased to Rp604.3 billion in 2012. Cash used in investing activities in 2012 included an initial investment in the Company’s associate, IMTV, of Rp8.5 billion.

Net cash flows provided from and used in financing activities

Cash outflows used in financing activities were Rp321.3 billion in the six months ended 30 June 2013 as compared to Rp91.0 billion in the six months ended 30 June 2014. In the six months ended 30 June 2013, the Company had cash outflows of Rp532.5 billion representing the repayment of long-term debt which was partially offset by Rp213.3 billion in proceeds from new long-term debt. In the six months ended 30 June 2014, the Company had cash outflows of Rp40.5 billion representing the repayment of long-term debt and Rp8.5 billion in interest payments. The Company also paid a dividend of Rp42.0 billion in the first six months of 2014.

Cash outflows used in financing activities were Rp14.2 billion in 2012 as compared to Rp325.1 billion in 2013. In 2012, the Company had cash outflows of Rp13.1 billion representing the repayment of long-term debt. In 2013, the Company had cash outflows of Rp565.4 billion representing the repayment of long-term debt which was partially offset by Rp247.0 billion in proceeds from new long-term debt.

Page 267: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 23

Cash inflows generated from financing activities were Rp2,113.0 billion in 2011 as compared to cash outflows used in financing activities of Rp14.2 billion in 2012. This change was primarily due to cash inflows in 2011 comprising proceeds from new long-term debt. In 2012, the Company had cash outflows of Rp13.1 billion representing the repayment of long-term debt.

Liquidity

The Company’s primary source of liquidity for its operations is cash generated from its operating activities. The Company had Rp370.0 billion in cash and cash equivalents as at 31 December 2013. The Company’s primary uses of cash are funding its operations and the expansion of its Network as well as acquiring additional programming content. During the track record period, the Company has primarily expanded its Network in Jakarta and to a lesser extent Greater Surabaya (in 2013). Going forward, increased capital expenditure will be used to expand its Network in Jakarta (and Greater Jakarta), Surabaya (and Greater Surabaya), Bandung and other areas.

The Company believes its cash on hand, cash generated from operating activities and revolving credit facilities are sufficient to cover its expected cash requirements for the expansion of its Network and deepening of its market penetration particularly in Jakarta, totalling approximately Rp1 trillion for 2014.

INDEBTEDNESS

Related party loans

During the period under review, the Company’s long-term debt was in the form of related party loans from shareholders. These loans were fully repaid in 2013.

Vendor Loans

The Company purchases network equipment, licensing software and services from Cisco pursuant to the Vendor Loans:

under a vendor financing agreement dated 31 October 2011, the Company entered into an agreement under which it is entitled to borrow US$4.1 million from Cisco, at an interest rate of 5% per annum;

under a second vendor financing agreement dated 31 October 2011, the Company entered into an agreement under which it is entitled to borrow US$0.9 million from Cisco, at an interest rate of 5% per annum;

under a vendor financing agreement dated 22 March 2013, the Company entered into an agreement under which it is entitled to borrow US$11.7 million from Cisco, at an interest rate of 4.75% per annum;

under a vendor financing agreement dated 22 March 2013, the Company entered into an agreement under which it is entitled to borrow US$3.4 million from Cisco, at an interest rate of 4.75% per annum;

under a vendor financing agreement dated 21 July 2014, the Company entered into an agreement under which it is entitled to borrow US$5.5 million from Cisco, at an interest rate of 2.35% per annum; and

under a vendor financing agreement dated 21 July 2014, the Company entered into an agreement under which it is entitled to borrow US$1.4 million from Cisco, at an interest rate of 2.35% per annum,

with the amount to be borrowed in each case to be repaid over a 36-month period in 12 equal quarterly instalments from the date of drawdown under the relevant agreement. Under these arrangements, Cisco provides financing to the Company in an amount equal to the total price of products ordered by the Company from Cisco and other suppliers.

Events of default under the Vendor Loans include customary events of default. In addition, an event of default would be triggered under the Vendor Loans if the Company undergoes a change of control of the majority of the Company’s shares and fails to notify Cisco or if the Company notifies Cisco and such change of control would adversely affect the Company’s ability to meet its payment obligations to Cisco.

Under each of the Vendor Loans the Company provides Cisco with a pledge over certain of its telecommunication equipment.

The aggregate principal amount outstanding across all Vendor Loans is approximately US$11.1 million and the Company has not drawn down any amount under either of the two vendor financing agreements dated 21 July 2014.

Revolving credit facility with Citibank

The Company entered into a Rp300 billion revolving credit facility agreement dated 4 June 2013 with Citibank, N.A for the purpose of the Company’s capital expenditure and general corporate funding requirements. The outstanding amount drawn down under this facility is Rp100 billion.

Page 268: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 24

The interest rate payable for each loan drawn under this facility is JIBOR plus a margin of either 3.25% or 3.75% per annum, depending on the Company’s ratio of total debt to EBITDA. The applicable margin is 3.25%. The Company is also required to pay Citibank an annual commitment fee of between 0.25% and 1.25% of the available commitment.

The Company must repay all outstanding loans on the final maturity date of 4 June 2016. Full or partial voluntary prepayment may be made by giving three business days’ prior written notice (or such shorter period as the lender may agree), subject to minimum amounts and break costs if the prepayment does not take place on the last day of an interest period.

A number of customary representations and warranties have been given in the facility agreement, all of which are repeated on each utilisation of the facility. The facility agreement also requires the Company to comply with a number of customary undertakings, including that any amounts drawn down rank pari passu with other unsecured and unsubordinated creditors, a negative pledge, maintenance of business and a limited prohibition on mergers, disposals or dividends, subject to certain materiality thresholds and exceptions. The facility agreement also contains certain financial covenants. The financial covenants set a maximum total debt to EBITDA ratio of 2.75:1 and a minimum ratio of EBITDA to interest expenses of 3.25:1.

The events of default include customary events of default. There are also certain other events of default, including: (i) a specific provision requiring FMTV to maintain its Cable TV Licence; (ii) provision for event of default if the Cable TV Agreement terminates or there is a material change to the Cable TV Agreement which terminates, suspends or materially and adversely impacts the use of the Cable TV Licence by the Company; and (iii) provision for event of default if there is a change of control of the Company.

Credit facility with BNP Paribas

The Company entered into a Rp300 billion unsecured revolving credit facility agreement dated 18 October 2013 with PT Bank BNP Paribas Indonesia for the purpose of its capital expenditure and general corporate funding requirements. The Company’s material subsidiaries provide a continuing guarantee of the Company’s obligations under this agreement. The Company has not utilised this facility.

The interest rate payable on each loan drawn under the facility is JIBOR plus a margin of 3.25%, per annum. The Company is also required to pay PT Bank BNP Paribas Indonesia a commitment fee, calculated as 1.2% per annum of the available commitment, payable quarterly.

The Company must repay all outstanding loans on the final maturity date of 18 October 2016.

A number of customary representations and warranties have been given in the facility agreement, the majority of which are repeated on the date of each utilisation request and on the first day of each interest period. The facility agreement also requires the Company to comply with a number of customary undertakings, including information undertakings, a negative pledge, maintenance of business and a limited prohibition on mergers, disposals or dividends, subject to certain materiality thresholds and exceptions. The facility agreement also contains a financial covenant, under which the Company’s total debt to EBITDA ratio may not exceed 2.75:1.

The events of default include customary events of default relating to breach of the facility agreement, insolvency, cross-default under other debt instruments, litigation, material adverse change, entry into creditors’ process, government moratorium in respect of any payment of financial indebtedness, cessation of business, nationalisation of the group’s assets or shares, unlawfulness and repudiation. In addition, if a change of control occurs, the Company must notify BNP Paribas of such change and BNP Paribas may refuse to fund utilisations, cancel the commitment and/or declare all outstanding loans immediately due and payable.

COMMITMENTS AND CONTINGENT LIABILITIES

Commitments

The Company has various contractual obligations and commercial commitments to make future payments, including trade payables, non-trade payables and long-term debt. The table below analyses the Company’s financial liabilities. The amounts disclosed in the table are calculated in reference to undiscounted cash flows amounts.

The Company’s other liabilities, including trade payables and non-trade payables, are due in less than 12 months as at 30 June 2014.

Less

than

one

year

Between

one and

two years

Between

two and

three years

Beyond

three

years

Total

(Rp billions)

Long-term debt ............................................... 86.7 176.8 3.7 - 267.2

Page 269: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 25

Contingent Liabilities

The Company had no significant contingent liabilities as at 31 December 2011, 2012, 2013, and 30 June 2013 and 2014.

IMTV Loan Guarantee

In July 2014, the Company’s associate, IMTV entered into a US$15 million senior secured term facility with BNP Paribas (Singapore Branch) for general working capital purposes. The Company is a partial guarantor of the facility with respect to 15% of the facility amount (in accordance with its 15% shareholding interest).

CAPITAL EXPENDITURE

The following table sets forth the Company’s capital expenditure in the periods indicated:

Years ended 31 December

Six

months

ended 30

June

2011 2012 2013 2014

(Rp billions)

Network-related(1) ..................................................................................... 1,155.2 428.0 776.7 230.2

CPE (2) ................................................................................................ 65.7 116.3 173.2 73.1

Other(3) ................................................................................................ 18.4 26.7 45.3 18.5

Total capital expenditure(4) ................................................................ 1,239.3 571.0 995.2 321.8

Notes: (1) Network-related capital expenditure is the sum of additions to head-end electronics and network service control points. (2) CPE capital expenditure is the sum of additions to converters, decoders, cable modem and set-top boxes. (3) Other capital expenditure is the sum of additions to land, buildings, leasehold improvements, furniture and fixtures, office equipment and vehicles (4) Capital expenditure represents additions to property, plant and equipment. The additions in 2011 are higher than in subsequent years as the base value

of property, plant and equipment was nil at the time of the Shares Subscription in June 2011.

The Company’s operations are capital intensive due to its strategy to expand its Network as well as the associated maintenance costs. Management estimates that the Company’s maintenance costs have historically accounted for approximately 4-8% of total revenue.

The Company has built an extensive Network in Greater Jakarta, and began expanding in Greater Surabaya in 2013 and Bandung towards the end of 2013. The Company intends to continue the expansion and coverage of its Network in these Indonesian cities. Historically, the Company’s capital needs have been primarily funded through cash generated from operations and shareholder funding.

Planned capital expenditure

The Company is in the process of a significant network expansion programme, with the aim of achieving approximately 1.8 million homes passed by 2016. The Company expanded the Network to Greater Surabaya in 2013 and expanded the Network into Bandung towards the end of 2013. The Company expects to invest approximately Rp1 trillion in capital expenditure in 2014 alone with similar levels of maintenance capital expenditure as 2013. The target areas are adjacent to existing core service areas in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, which have proven receptive to the Company’s premium products and services as measured by market penetration and ARPU. After achieving its targeted service coverage in these regions, the Company will consider expanding the Network to include other major cities in the medium term.

Going forward, the Company expect to fund the capital expenditure for the organic expansion of its Network through cash generated from operations. The Company actively monitors its funding requirements to optimise its capital structure and ensure that it has sufficient funds from internal sources and available debt facilities. Based on the Company’s recent historical ARPU and the expected improvement in its penetration rates due to marketing efforts, the Company expects to achieve strong returns on its growth capital expenditure with comparatively short payback periods on a per customer basis.

Page 270: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 26

CAPITALISATION AND INDEBTEDNESS

The table below shows the cash and cash equivalents and capitalisation of the Company as at 30 June 2014 on an actual basis. This information has been extracted from the Company’s audited financial information as at 30 June 2014.

As at 30 June 2014

(Rp billions)

(US dollars millions)(1)

Cash and cash equivalents 379.3 31.7

Current maturities of long-term debt – portion due within one year ........... 70.0 5.8

Long-term debt – portion due over one year ............................................... 163.3 13.6

Total debt ................................................................................................ 233.3 19.4

Capital stock ............................................................................................... 304.3 25.4

Additional paid in capital ............................................................................ 1,431.1 119.6

Retained earnings ........................................................................................ 1,019.5 85.2

Controlling interest ..................................................................................... (0.2) -

Total equity ................................................................................................ 2,754.7 230.2

Total capitalisation (excluding cash and cash equivalents) ................... 2,988.0 249.7

Note:

(1) Solely for the convenience of the reader, the Rupiah amounts have been translated into US dollars using the exchange rate of US$1 = Rp11,969 giving effect to rounding, where applicable. The

convenience translation is unaudited and should not be construed as a representation that the Rupiah amounts represent, or have been or could be converted into, US dollars at this or at any other

exchange rate.

DIVIDEND POLICY

Dividend payments

The Company did not make any dividend payments in 2011, 2012 and 2013.

In 2014, the Company declared and paid a final dividend of Rp 42.0 billion in respect of the 2013 financial year.

The Company does not intend to declare a final or interim dividend in the short to medium term.

BUSINESS

VISION AND MISSION

The Company aims to be the first choice for broadband, television and media services and to transform the lives of Indonesian consumers by providing innovative and exceptional broadband and media services and solutions.

3 STRENGTHS

3.1 The Company operates in a large and highly attractive underpenetrated market

According to MPA, Indonesia is the most underpenetrated and fastest growing broadband market in the top 20 largest global economies. It is the fourth most populous country in the world, with a population of 248 million people, and is the 16th largest country by nominal GDP, with US$870 billion in 2013 (according to MPA). Indonesia is one of the fastest growing economies in the world with real GDP expected to grow at a CAGR of 5.8% between 2013 and 2018, according to MPA.

Consumer expenditure contributed to 59% of national Indonesian GDP in 2013. This high level of consumer consumption is underpinned by strong Indonesian consumer confidence, which, according to Nielsen, is the second highest level of national consumer confidence globally. This large and fast-growing affluent consumer class is expected to increase from 45 million people in 2010 to 135 million people in 2030, assuming 5-6% GDP growth per annum, according to McKinsey. The Company’s core customer market of A Households and B Households numbered 4.1 million in 2013 in its core coverage areas, growing at a CAGR of 17.6% from 2010 to 2013, with C1 Households numbering 2.6 million in 2013, according to Nielsen.

Indonesia has one of the youngest populations in the world, according to MPA. In 2013, 54% of the Indonesian population was under the age of 30. Younger consumers tend to use a greater number of digital products and services, leading to an increase in the data volume used by consumers and growing demand for internet connections, especially with high speeds. This makes Indonesia an important market for all companies offering internet-related services, such as the Company.

Among the top 20 economies in the world, the penetration rate of fixed broadband services in Indonesia is the second lowest, at 5.4% in 2013, according to MPA. MPA estimates that the pay TV penetration rate in Indonesia was 8.6% in 2013, significantly behind the other top 20 economies in the world. MPA expects this underpenetration in both broadband and pay TV to drive a

Page 271: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 27

strong increase in the number of customers. It expects fixed broadband customers to increase at a CAGR of 13.4% from 2013 to 2018 and pay TV customers at a CAGR of 15.8% from 2013 to 2018. The NGBB and Cable TV markets are subsets of the Indonesian broadband and pay TV sectors, implying even more significant underpenetration. The Company is the sole operator of scale in both these markets and will directly benefit from the projected increase in penetration rates.

3.2 The Company operates in some of the most attractive metropolitan areas of Indonesia

The continued development of the Indonesian economy has led to a trend of an increasingly urbanised middle class, concentrating Indonesia’s GDP in urban areas. McKinsey forecasts that the proportion of Indonesians living in urban areas will increase from 53% in 2010 to 71% in 2030 which would increase the overall share of Indonesian GDP in urban areas from 74% in 2010 to 86% in 2030.

These increasing urbanisation and GDP concentration trends will benefit fixed broadband and Cable TV operators, such as the Company, as the number of addressable households for its products, particularly the Company’s core affluent A Households and B Households, increases. The increased concentration of core and addressable households should increase customer penetration in existing Network coverage areas, and provide opportunities to achieve a strong return on investment for Network expansion into new coverage areas in metropolitan areas.

The Company’s core coverage areas currently comprise Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung. These regions are among those with the highest GDP contribution and population densities in Indonesia and are important economic and commercial centres. In addition, according to McKinsey, the fastest growing cities in Indonesia will be the large middleweight cities (defined as cities with a population of between 5 to 10 million) and mid-size middleweight cities (defined as cities with a population of between 2 to 5 million) which it forecasts will grow at a real GDP CAGR of 9.1% and 6.9%, respectively, from 2010 to 2030, subject to sufficient investment in urban infrastructure such as housing, water, energy and transportation, as well as continued improvement in productivity in Indonesia. These cities include several of the cities in which the Company operates, such as Jakarta, Bogor, Bekasi and Tangerang in Greater Jakarta, as well as Surabaya and Bandung.

3.3 Undisputed market leader of NGBB in Indonesia with strong first mover advantages

The Company has an approximately 98% share of the NGBB market in Indonesia as at 31 December 2013 (according to MPA) and is the only operator of scale, by number of homes passed, within the NGBB market in the country. With no other operator of scale in the NGBB market, broadband services via ADSL technology with maximum advertised speeds of 3 Mbps are the only alternative for most consumers in the Company’s core coverage areas.

The Company is actively growing the NGBB market through its Network expansion programme and expects to maintain its significant market leadership. The Network has added over 250,000 new homes passed per year in each of 2012 and 2013, and according to MPA, this is unmatched by any other operator seeking to expand a NGBB network in Indonesia. The Company believes it has achieved first mover advantage, establishing a strong market position in Greater Jakarta and Greater Surabaya, and at the same time expanding into Bandung.

By being the first operator to offer services using an advanced high-quality HFC network, the Company has been able to attract its target customers within its core coverage areas and achieve high penetration rates resulting in a strong return on investment for the Network expansion. The Company owns its Network, including the last mile of cable to the customer, except in a limited number of cases where a property developer owns the last mile of the Network. Other service providers cannot use the Company’s Network or cable without the Company’s consent and so in order to provide services to customers in the Company’s existing coverage areas, a service provider would typically need to install its own network and last mile of cable.

There are further significant natural hurdles for other potential NGBB operators (the “Followers”) to expand into the Company’s existing coverage areas at the community level and customer level. At the community level, community leaders and residents may weigh the benefit of adding other NGBB operators, who generally have less of a track record of network expansion and operations, against disruptions and nuisance during the construction period. Followers would also have to lay their own cable to the customer’s home. In the context of the majority of Indonesian cities, this could be disruptive and time-consuming, as most affluent households are single family homes (single dwelling units). This could make potential customers reluctant to switch service providers, especially if they are already satisfied with existing services. As such, the Company believes these factors are likely to lead to a lower penetration rate for Followers. The Company believes that the high capital expenditure requirement for network expansion, last-mile installation and investment in customer premise equipment, when taken together with uncertain penetration rates, could significantly diminish a Follower’s return on investment, leading to a longer payback period. Even if the Followers can rollout as fast as the Company, the Company believes that it would take them up to six years to reach where the Company is today.

The Company believes that these factors could potentially create poor economics for Followers and could be considered by Followers as natural barriers to entry when contemplating expansion or entry into the Company’s service areas.

Page 272: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 28

3.4 Large and technologically resilient state-of-the-art NGBB network, reflecting significant investment and expertise

The Company owns and operates the most advanced NGBB network in Indonesia, with a superior delivery platform. According to MPA, the Company’s Network is advanced and is in line with other NGBB networks by international standards set by leading operators in Asia, Europe and the United States. The Network consists of approximately 17,300 kilometres of cable laid out in the key regions of the Company’s service areas (with approximately 15,400 kilometres in Greater Jakarta, 1,600 kilometres in Greater Surabaya, 200 kilometres in Bandung and 100 kilometres in Bali), comprising approximately 7,000 kilometres of fibre optic cable connecting three major headends in Jakarta, Surabaya and Bali with 17 distribution hubs and 3,627 nodes, and 10,300 kilometres of coaxial cable connecting nodes to homes. The Company believes that a HFC network is the most suitable mode of delivery of broadband services in the Company’s core service areas, which comprise the densely populated and most affluent areas of Indonesia, maximising the Company’s economic return.

The Network is the largest cable network of scale in Indonesia, by number of homes passed in the residential segment. It is already fully DOCSIS 3.0 compliant which allows the Company to offer broadband download speeds of up to 100 Mbps to substantially all homes passed throughout the Network, and has the technological capacity to offer even higher speeds. Management expects that the Network will be over 60% 1 GHz enabled with the remaining Network to be 870 MHz compliant by the end of the first quarter of 2015, further confirming the Company’s technical leadership in the NGBB market and enabling it to provide a wider offering of HD, 3D and SD channels. This high-spectrum bandwidth capacity allows delivery of a large number of channels, particularly bandwidth intensive HD channels, which increases the attractiveness of its Cable TV Services for its Cable TV customers. In addition, the Company’s Network is fully two-way enabled which allows the Company to offer interactive value-added services, such as video-on-demand, TV Anywhere and catch-up TV to its customers.

The Company believes that its Network is capable of supporting growing customer demands in the medium term. The Company believes that with a reasonable capital expenditure requirement the Network could be upgraded to DOCSIS 3.1 and along with improvements in customer premise equipment, this could provide for speeds up to potentially 4 Gbps. The Network has also been intentionally designed to have a low homes-to-nodes ratio of approximately 360 homes per node on average as at June 2014, among the lowest globally (according to MPA). Therefore, the Company believes that the Network is highly upgradeable and is capable of achieving gigabit bandwidth with a reasonable capital expenditure requirement in the medium term, if and when commercially sensible to do so.

3.5 Differentiated product packages offering significant customer value

By leveraging its state-of-the-art Network, the Company is able to offer fast, good value, reliable internet services, a wide choice in premium TV content, best-in-class quality of service and attractive bundled packages. The Company believes that the combination of these characteristics allows the Company to sustain its market leadership.

For its NGBB customers, the Company offers high download speeds of up to 100 Mbps to substantially all homes passed through its “FastNet” offerings. There is no other provider of NGBB services in Indonesia of scale, by number of homes passed, who can provide such a high download speed.

For its Cable TV customers, the Company offers an extensive range of HD and SD channels via its “HomeCable” offerings. As at 31 July 2014, it offered 60 national and international HD channels, which according to MPA, was by far the widest selection of HD channels offered by one operator in Indonesia. The second widest HD offering is through Biznet’s Max3 with 29 HD channels, followed by MNC Skyvision with 5 HD channels (which is limited by DTH technology) according to MPA. In addition, the Company’s Network enables it to deliver advanced entertainment services such as video-on-demand, TV Anywhere and catch-up TV services, which cannot be offered by some of the current technologies competing with Cable TV, such as DTH.

The Company has implemented a successful bundling strategy. Its product offerings are led by a fast and reliable NGBB offering, bundled with a rich and differentiated Cable TV Service that competes on quality and innovation, creating an attractive value proposition for consumers. The Company’s customers find real value in the Combo packages, as demonstrated by the high bundling rate where approximately 89%, 91% and 92% of all customers in 2012, 2013 and in the six months ended 30 June 2014 are subscribing for Combo packages. The Company believes that this bundling strategy results in increased penetration, higher customer loyalty and increased revenues from customers. The Company is currently the only operator of scale in Indonesia who is able to offer both NGBB and Cable TV with one wired line into the customer’s home, which offers a highly attractive one-stop convenience proposition.

3.6 Consistent track record of growth and profitability

Since June 2011, the Company has achieved consistent and sustainable revenue growth driven by the Company’s market leadership and operational performance. The Company continued to increase revenue by 28.0% in 2013 from the previous year and 29.1% in the six months ended 30 June 2014 from the previous corresponding period in 2013.

Residential Growth

The growth in residential NGBB and Cable TV Services has been driven by (i) fast and profitable Network expansion, (ii) increasing penetration of existing network coverage areas, and (iii) improvements in product strategy. In addition to the specific

Page 273: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 29

strategies to drive future growth in residential NGBB and Cable TV Services, which are further described under “– Strategies” below, there are underlying factors that the Company expects to provide additional growth as follows:

(i) Significant room for expansion in current core coverage areas

Based on the number of the core A Households and B Households, and after taking into account various factors including feasibility of Network build-out and specific geographical considerations, the Company estimates that its Network covers 45% of areas that the Company currently believes are addressable and commercially feasible for Network build-out (the “Estimated

Coverage Ratio”) in the Greater Jakarta area as at 30 June 2014. The Company estimates that its Estimated Coverage Ratio for Greater Surabaya and Bandung are 45% and 10%, respectively. Accordingly, there is significant room for the Company to expand within the current core coverage areas. The Estimated Coverage Ratios are estimated based on A Households and B Households data as at 31 December 2013, and do not take into account the growth and migration into A Households and B Households in the future.

(ii) Significant room for increased penetration of existing Network coverage areas

The Company believes there is significant room for further increase in penetration rates in the existing Network coverage areas. The Company’s overall broadband customer penetration is 27.2% of homes passed, as at 30 June 2014. The overall penetration is relatively low compared to other leading NGBB and Cable TV operators globally, including in Belgium, France, the Netherlands, the United Kingdom and the United States, whose penetration ranges between approximately 35% and 72% as at 31 December 2013, according to MPA. The Company's relatively low penetration is attributable to significant and rapid Network expansion. As at 30 June 2014, approximately 50% of the total homes passed by the Company are less than 2.5 years old. Based on its historical penetration maturity profile, the Company expects the penetration of currently less mature homes passed to increase over time and positively impact the overall penetration rate achieved by the Company. In addition, the higher penetration rate of other NGBB and Cable TV operators in other countries as compared to the Company’s may also be attributable to the relatively high disposable income in those countries as compared to Indonesia. The Company expects disposable income growth in Indonesia to provide further support for an increase in penetration in existing Network coverage areas.

(iii) Product strategy

The Company’s packages have been designed to be at a variety of price points. The entry package is targeted at C1 Households, while higher priced packages provide significant choice and differentiation to the core A Households and B Households. The Company believes that growth and migration into A Households and B Households in the Company’s core coverage areas should provide additional support to the Company’s focused marketing efforts in place to upsell higher tier packages, sell add-on packages and additional value-added products, which are expected to lead to higher ARPUs.

Enterprise Growth

DataComm has been the key driver to the growth in the Company’s Enterprise Services business, more than doubling the number of its enterprise clients since 2011, increasing from 495 as at 31 December 2011, to 1,332 as at 30 June 2014. DataComm revenue grew at a CAGR of 43.9% between 2011 and 2013, with revenues increasing from Rp91.6 billion to Rp147 billion to Rp190.5 billion for the years ending 31 December 2011, 2012 and 2013, respectively. Revenue in the first six months to 30 June 2014 was Rp109.7 billion, reflecting growth of 26.1% versus the previous corresponding period. Strong growth in enterprise clients corresponds with revenue growth and can be contributed to the following three factors: (i) Network expansion across the Greater Jakarta region has provided the opportunity for DataComm to capture a larger number of enterprise clients; (ii) complementary usage patterns where enterprise clients utilise residential customers’ excess bandwidth during business hours has resulted in low operating expense for DataComm, allowing DataComm’s business pricing to be competitive and to attract new enterprise clients; (iii) superior broadband quality that has assisted in DataComm becoming one of the leading data communications services providers to the business community in Indonesia, attracting new enterprise clients.

The Company is also expected to benefit from the fast growing pay TV advertising segment, further driving its Advertising Sales revenue. Another contributor to this growth has been the innovative digital advertising products the Company has offered such as advertisements on our electronic programme guides and interactive TV applications, which have proved successful in growing Advertising Sales revenue.

Overall Profitability and Cash Generation

The Company has maintained and improved profitability while achieving strong revenue growth through operational excellence and financial discipline. The Company’s Adjusted EBITDA margins are consistently among the highest in the industry, according to MPA, at 54.0%, 54.1% and 57.2% in 2012, 2013 and the first six months of 2014, respectively.

The Company’s strong cash generation from its existing operations allows the Company to continue to expand the Network rapidly. The Company expects that the capital expenditure for Network expansion will be primarily supported by cash flow from operations. This Network expansion enables the Company to generate additional revenue, profits and cash flow, which in turn can be reinvested for continued growth of the Network.

Page 274: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 30

The Company maintains a strong balance sheet, which the Company believes will allow for substantial funding capacity is required for future growth.

3.7 Experienced management team with a strong track record

The Company is led by an experienced management team comprising of leading Indonesian professionals and international industry veterans. The team has over 150 years combined experience (an average of over 22 years per member) in the NGBB and Cable TV sectors, technology sector, finance and consumer businesses.

The significant international NGBB, Cable TV and technology experience of the management team with leading organisations such as StarHub, Microsoft and Motorola has led to a best-in-class network and innovative product and service offering by global standards, underpinned by the Company’s state-of-the-art-technology.

Complementary to the international technical expertise, the team has significant experience in consumer related sectors and customer service with leading institutions. The strong understanding of the Indonesian market and consumers allows the Company to capture the large and fast growing opportunities in the NGBB and Cable TV markets and to expand quickly and rapidly into attractive coverage areas.

The management team’s strong experience in finance and operations is also a key driver of the Company’s financial discipline, which allows seamless execution of the accelerated expansion strategy without compromising operational and financial results. This has led the Company to achieve one of the highest Adjusted EBITDA margins in the sector (according to MPA), and to generate strong cash flows to fund the rapid Network expansion.

The Company’s management team has successfully overseen several significant milestones in the Company’s development since 2011, including reaching 1 million homes passed in 2013, more than doubling the number of homes passed between June 2011 and June 2014 and expanding its core coverage areas from Greater Jakarta into Greater Surabaya and Bandung.

4 STRATEGIES

4.1 Expand cable network coverage into areas with attractive penetration potential

The Indonesian broadband market remains highly underpenetrated. According to MPA’s estimates, the broadband and pay TV penetration of households in Indonesia was just 5.4% and 8.6% as at the end of 2013, respectively. The NGBB and Cable TV markets are subsets of the Indonesian broadband and pay TV sectors, which are even more underpenetrated, with the Company as the sole operator of scale in both markets. Management views this as a significant opportunity to expand the Network’s revenues as the demand for NGBB in Indonesia increases.

The Company has successfully increased its homes passed by over 250,000 homes in both 2012 and 2013 leading to strong revenue growth and profitability. The Company attributes its success in such a rapid and profitable Network expansion to its ability to identify attractive new expansion areas, as well as its accumulated expertise and structured approach to new rollout, which promotes effective and efficient coordination between Network expansion and marketing activities.

The Company aims to increase the number of homes passed to approximately 1.8 million by 2016 focusing on the current core coverage areas of Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung and targeting the large, attractive and fast growing core A Households and B Households, as well as targeting C1 Households as potential upside. The Company’s presence in and focus on the three most attractive metropolitan areas in Indonesia provides significant flexibility for the Company to maintain a rapid and profitable expansion of the Network.

Whilst the Company’s focus will remain on the current core coverage areas over the medium term, Management continues to evaluate new cities in Indonesia based on the demographics of the city and potential financial return profile.

4.2 Increase penetration in existing coverage areas through remarketing

The Company monitors the penetration of its homes passed, grouping homes passed by the month in which they became operational. Each such group of homes is a “vintage”. As at 31 May 2014, there were 41 vintages of homes passed since January 2011. The penetration curve below summarises the average penetration of the 41 vintages at each month since each vintage of homes passed became operational. The number of vintages included in the average calculation decreases as the number of months since the vintage became operational increases. For example, the average penetration for month 1 is calculated based on all 41 vintages, while the average median penetration for month 36 is based on 6 vintages that have been operational for at least 36 months:

Page 275: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 31

4.3%

21.1%

27.0%

37.6%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

Mo

nth

1

Mo

nth

2

Mo

nth

3

Mo

nth

4

Mo

nth

5

Mo

nth

6

Mo

nth

7

Mo

nth

8

Mo

nth

9

Mo

nth

10

Mo

nth

11

Mo

nth

12

Mo

nth

13

Mo

nth

14

Mo

nth

15

Mo

nth

16

Mo

nth

17

Mo

nth

18

Mo

nth

19

Mo

nth

20

Mo

nth

21

Mo

nth

22

Mo

nth

23

Mo

nth

24

Mo

nth

25

Mo

nth

26

Mo

nth

27

Mo

nth

28

Mo

nth

29

Mo

nth

30

Mo

nth

31

Mo

nth

32

Mo

nth

33

Mo

nth

34

Mo

nth

35

Mo

nth

36

% ta

ke u

p r

ate

(a)

Month 10

Month 20

Month 36

Month 1

(a) % penetration rates are calculated based on the average of the historical monthly penetration rate of each monthly vintage rolled out from January 2011

to May 2014

As a result of rapid expansion, the Network is relatively young, with approximately 760,000 homes being passed after June 2011 out of the current 1.3 million homes passed by the Network.

In order to accelerate penetration in relatively new expansion areas and take advantage of the increasing urbanisation and affluence of Indonesian consumers, the Company actively monitors the penetration of its Network and actively engages in remarketing programmes. These remarketing programmes allow the Company to use local initiatives to target new customers in existing service areas.

4.3 Drive ARPU accretion via superior product proposition and focused upselling initiatives

The Company’s state-of-the-art Network enables the superior delivery of high-quality NGBB based on speed and reliability, in addition to Cable TV that features a wide range of premium programming content. Bundling both products through Combo packages provides the Company with more flexibility to repackage its services in order to achieve ARPU growth, while maintaining a compelling value proposition resulting in overall positive impact on operational and financial results. An example of this is the Company’s successful implementation of product enhancement programmes in February 2014 and July 2013. As part of these programmes the Company enhanced the services offered by its Combo packages, whilst increasing the price per month payable by customers to reflect this enhancement. For example in July 2013 the broadband speed offered by the D’Lite Combo HD package increased from 2 Mbps to 3 Mbps and the price consequently increased from Rp280,000 per month to Rp309,000 per month and in February 2014 it offered a further increased broadband speed of 6 Mbps and an additional 19 Cable TV channels with a consequent price increase to Rp339,000 per month. The Elite Combo HD package was similarly enhanced. In July 2013 the broadband speed increased from 3 Mbps to 5 Mbps and customers had access to 101 Cable TV channels, rather than 93 and in February 2014 the broadband speed increased to 10 Mbps and customers had access to 110 Cable TV channels. To reflect the enhanced services received by Elite Combo HD customers, the price per month for the package increased from Rp390,000 per month at the end of 2012 to Rp429,000 per month and Rp469,000 per month in July 2013 and February 2014, respectively. At the same time as the D’Lite Combo HD and Elite Combo HD packages were repackaged, the price for the Family Combo HD package increased from Rp150,000 per month at the end of 2012 to Rp159,000 per month in July 2013 and to Rp169,000 in February 2014.

The Company’s active marketing strategies enable the Company to upsell its products effectively. There were 127,290, 133,710 and 69,435 upgrade transactions that include upgrading to a higher tier package or the purchase of additional add-on packages and value added products in the years ended 31 December 2012 and 2013 and the six months ended 30 June 2014, respectively.

The Company continues to innovate its Cable TV product offerings by investing in new technology and extending its leadership in HD offerings and channel selection. The Company expects this to provide long-term support for increased ARPU and reduced churn as customer experience, satisfaction, loyalty and value perception is enhanced. An example of this is the launch towards the end of 2014 of the Company’s next generation HD set-top box, a two-way hybrid interactive set-top box with Android functionalities that offers new features that appeal to customers, including catch-up television, video-on-demand, social media integration, voice search functions and access to applications through the Android applications store.

4.4 Grow revenues from enterprise clients leveraging the Company’s state-of-the-art platform

The Company’s existing Network coverage is in the cities of Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, metropolitan areas with among the highest regional GDP contribution in Indonesia, according to MPA. As at 30 June 2014, the Company had

Page 276: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 32

approximately 1,332 clients in its DataComm business, up from 495 clients as at 31 December 2011. In addition to the relatively low incremental capital expenditure required to provide services to enterprise clients, the Company also leverages its Network through the complementary usage between residential customers and enterprise clients. This involves enterprise clients consuming the vast majority of their data during the day which is when consumption amongst residential customers is at its lowest. The operating costs associated with utilising the Network’s excess bandwidth capacity during the day is therefore low. The Company also intends to employ additional strategies that include: increasing target clients in Greater Jakarta’s large enterprise market, which the Company believes to be mostly untapped; upselling products and expanding bandwidth to increase revenues from existing customers; and delivering superior service quality compared to competitors so as to achieve customer retention. The Company believes these strategies will contribute to maintaining the highly profitable track record of DataComm which will continue to be supported by a focused Sales Team and contact centre.

The Company also seeks to leverage its Network through its Advertising Sales. Through partnerships with its TV content providers, the Company is able to offer advertising slots to advertisers on both international and local channels to generate revenues. In addition, the Company has also developed innovative digital advertising solutions on its electronic programme guide and interactive TV applications. Revenue from Advertising Sales grew 28.4% from Rp73.5 billion for the year ended 31 December 2012 to Rp94.3 billion for the year ended 31 December 2013.

The Company believes that the overall trend of revenue growth from Advertising Sales has been achieved through its innovative advertising solutions, its additional advertising slots and its fast-growing customer base, all of which make the Network an attractive means of advertising. Going forward, the Company intends to continue to grow its Advertising Sales given its increasing customer base and its ability to offer targeted advertising solutions.

4.5 Continue to focus on operational efficiency to maximise profitability through scale

The large customer base across the Network covering Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, enables the Company to benefit from economies of scale when making purchases from its Network and consumer equipment suppliers. This allows the Company to purchase equipment at a lower cost, enhancing its capital expenditure efficiency. In addition, the Company has made significant capital investment in the acquisition of a large international bandwidth capacity of 180 Gbps, allowing it to deliver fast and reliable internet services profitably and to benefit from economies of scale.

The cost of TV content typically depends on the number of the Company’s customers whose packages will include that content. In the vast majority of cases an element of that cost will decrease as the number of customers whose packages include that TV content increase. The Company’s large number of customers enables the Company to benefit from this economy of scale, effectively paying a reduced content cost per customer. The Company’s growing customer base has also meant that the Company has developed key relationships with international and local TV content providers, strengthening its negotiating position when contracting with the content providers. This enables the Company to negotiate lower content costs and additional benefits, such as increased time slots which it can sell to third party advertisers or use for its own advertising.

5 THE COMPANY

5.1 Brief history

The Company was originally established under the name of PT Seruling Indah Permai in 1996 and on 20 April 2000 changed its name to PT Link Net. In June 2011, the Company acquired the Network from First Media and became the only NGBB and cable TV operator of scale in Indonesia. As part of the acquisition of the Network, the Company entered into certain Long Term Agreements with First Media covering, amongst other things, the use of intellectual property, cooperation with FMTV for the Cable TV Business and other operational matters.

The Company changed its status to a public company in connection with its listing on the IDX and initial public offering in 2014. The Company was formally listed on IDX on 2 June 2014 under the stock code “LINK”.

6 NETWORK DESIGN AND EXPANSION

The Company delivers its broadband services, Cable TV Services and data communications services through its state-of-the art HFC Network, which is the most advanced network of scale in Indonesia. The Network has approximately 1.1 million, 185,000 and 21,000 homes passed across Greater Jakarta, Greater Surabaya, and Bandung, respectively, as at 30 June 2014. The Network has been designed and built out with specifications that are, according to MPA, in line with international standards set by leading operators in Asia, Europe and the United States. The Network consists of 7,000 kilometres of fibre optic cable connecting three major headends in Jakarta, Surabaya and Bali with 17 distribution hubs and approximately 3,600 nodes, and 10,300 kilometres of coaxial cable connecting nodes to homes. The Network has also been intentionally designed to have a low homes-to-nodes ratio of approximately 360 homes per node on average, among the lowest globally, according to MPA, ensuring consistent, fast and reliable broadband services across the Network. The Company believes that the low homes to nodes ratio also provides significant flexibility for the Company to upgrade to FTTH technology, which the Company believes can be achieved with reasonable capital expenditure requirement, if and when commercially sensible to do so in the medium term. The core Network has been designed with a DWDM fibre ring in place to automatically and quickly switch routes in the event a portion of the core Network is

Page 277: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 33

damaged or disconnected, resulting in high network reliability and an availability ratio of at least 99.74% across all services in 2013.

Network Expansion

The Network first provided Cable TV services in 1999, internet services in 2000 and broadband services in 2007 to 2008. Since June 2011, the Company has embarked on a rapid Network expansion programme increasing the number of homes passed from 553,080 as at 30 June 2011 to 1.3 million homes as at 30 June 2014. The Company first focused on expanding and establishing a stronghold in Greater Jakarta, but began to expand its operations in Greater Surabaya in 2012 and Bandung (in respect of broadband services only) towards the end of 2013, recognising significant opportunities across the two attractive metropolitan areas. The Company believes that there is significant latent and underserved demand, providing significant opportunities for the Company to continue the rapid and profitable expansion of its Network. The Company will offer Cable TV Services in Bandung once it has received approval to do so from MOCI. The Company expects to receive this approval by the end of 2014. The Company aims to increase the number of homes passed to approximately 1.8 million by 2016 focusing on the current core coverage areas of Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung.

The Company has significant track record, skills, expertise, dedicated employees and financial resources to execute this rapid expansion plan. The Company’s Network Rollout Team, consisting of approximately 140 personnel, focuses on identifying attractive areas for Network expansion, obtaining the necessary permits and licences, and designing and overseeing the execution of the Network rollout. It is led by a core team who have significant experience and track record, rolling out and expanding the Network by over 250,000 homes passed in both 2012 and 2013. The construction work is contracted out to external contractors, with the Network Rollout Team overseeing all aspects of the construction and build out. Given the significant market opportunities, the Company expects to invest approximately Rp1 trillion in its Network expansion programme in 2014, and maintain substantially similar investment pace to achieve its goal of approximately 1.8 million homes passed by 2016 (averaging an increase of approximately 200,000 homes passed per year). The Company’s strong cash generation from its existing operations allows the Company to continue to expand the Network rapidly. Based on the Company’s current plan and growth trajectory, the Company expects that the capital expenditure for Network expansion will be primarily supported by cash flow from operations, with limited additional funding to be drawn from existing debt facilities. This Network expansion also enables the Company to generate additional revenue, profits and cash flow, which in turn can be reinvested for continued growth of the Network.

Network rollout approach

The Company has developed a proven and structured model, with significant coordination between the Network Rollout Team, Marketing Team, Finance Team and Technology and Engineering Team, to achieve a cost effective and rapid rollout. The ability

Page 278: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 34

to manage a time-consuming, multi-layered rollout process provides the Company a strategic advantage that is difficult to replicate. From initial planning to full operation, the Network rollout for a particular neighbourhood can take anywhere from one month to twelve months, depending of the timing of external approvals and permits.

To achieve rapid Network rollout while maintaining financial discipline, the Network Rollout Team, the Marketing Team and the Finance Team periodically coordinate and pre-approve criteria that would allow the Network Rollout Team to expand the Network without seeking additional internal approvals. The key criteria include (i) cost per homes passed is within a maximum approved amount and (ii) the target expansion area has a sufficiently attractive mix of household classifications based on the Company’s proprietary classification system. If the criteria are not met in a particular expansion area, the Network Rollout Team may further coordinate with the Marketing Team and the Finance Team to conduct a more in-depth feasibility analysis before deciding and proceeding with the expansion. The following are key stages in a typical Network rollout process:

a) Area Identification and Market Survey

The Network rollout process typically begins with in-depth market survey and planning, identifying the most attractive areas in which to expand the Network. In addition to public information and other surveys, the Company’s Network Rollout Team employs its proprietary survey technique, household affluence indicators and selection criteria that have been optimised from analysing information and data from prior Network expansions. The proprietary household affluence indicators and selection criteria comprise a wide variety of factors including, for example, home size, appearance of neighbourhoods and surrounding areas and vehicle ownership. Management believes that the Company’s proprietary knowledge of Network rollout and its strong understanding of the Indonesian consumer is a key driver of success, allowing for its rapid and profitable Network expansion since 2011.

b) Solicitation of Approvals and Permits

Once the Company completes the identification and survey process, it applies for the necessary rights of way, local permits and approvals from local governments and communities. To maintain rapid pace of expansion, the Company typically identifies multiple neighbourhoods for expansion and applies for the necessary approvals and permits for multiple neighbourhoods at the same time. Obtaining the necessary approvals and permits is a complex process given the need typically to deal with multiple agencies with different interests and receptiveness towards the build out. The Company’s ability to engage with multiple agencies, balancing the interests of local governments, communities and other stakeholders is a critical factor in achieving sustainable and rapid Network expansion.

The Company’s consistent ability to engage with the communities and generate significant interest in the Company’s services is another factor contributing towards its ability to obtain the necessary approvals and permits from those communities. The Company interacts with the community to build awareness of the pending arrival of the Company’s services to the area, through targeted flyers and the use of promotional activities, such as by driving promotional vehicles through the area and setting up demonstration stations and staging music and magic performances. Members of the community are also encouraged to indicate their interest as potential customers and can then be contacted when the Network is operational in that area.

c) Design and Construction

Upon receiving all the necessary approvals and permits, the Company then proceeds to design and implement the Network rollout through a team of in-house technical personnel and third party contractors. Upon completion of the construction and activation, the Network Rollout Team hands over the new Network infrastructure to the Company’s Technology and Engineering Team for operations and maintenance. The Company believes that its significant experience in project management for Network rollout ensures that the targeted Network expansion is completed on time and on budget, allowing the Company to achieve consistent growth and return on investment.

The Marketing Team coordinates closely with the Network Rollout Team through the Network rollout process, beginning with community engagement during the solicitation phase through to micro-marketing leading up to activation. Drawing on significant experience and its long track record of Network expansion, the Company has been able to achieve rapid ramp-up in customer penetration as shown in the chart under “Strategies” paragraph 4.2 in the current section.

7 PRODUCTS

The Company’s business includes: (i) NGBB services under the FastNet brand, directed at residential customers; (ii) Cable TV Services under the HomeCable brand, directed at residential customers; (iii) data communications and corporate support services under the DataComm brand, directed at enterprise clients; and (iv) Advertising Sales on the Company’s Cable TV platform. The Company focuses on its residential customers. Subscription, usage and other revenues from the Company’s residential customer accounts make up most of the Company’s revenues with approximately 79% and 82% of the Company’s revenues coming from these customers during 2013 and the first half of 2014, respectively.

One of the Company’s core business strategies is to offer its broadband services and Cable TV Services to its residential customers in bundles, as “Combo” packages. The Company believes that these Combo packages represent a clear value proposition to customers, as they offer the convenience of receiving both NGBB and high-quality Cable TV from a single service

Page 279: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 35

provider, and at a lower price than if the services had been separately subscribed for. According to MPA, the Company’s churn rates are amongst the lowest in the Indonesia broadband and pay TV markets, which the Company believes is a function of the bundling of Combo packages, as well as the superior NGBB offering and differentiated Cable TV offering with significant innovation and the widest selection of HD channels.

7.1 Residential customers

The majority of the Company’s residential customers live in single dwelling units, i.e. a building occupied by just one household or family, in line with the prevalence of such buildings in affluent neighbourhoods within the Company’s core coverage areas. The remainder of the Company’s residential customers reside in multi-dwelling units, such as apartment buildings. In the case of single-dwelling units, the Company owns the last mile of cable from nodes to the customers’ homes. As for customers in multi-dwelling units, the Company typically enters into a contract with the management company of the multi-dwelling unit to allow the Company to install equipment and provide access to its services.

Residential customers subscribe on a monthly basis, paying for services one month in advance. They pay a monthly bill comprising three elements: (i) price of package; (ii) set-top box rental charge; and (iii) for broadband only or Combo package customers, a cable modem rental charge. Residential customers can pay their bills by a variety of means, including by credit card, using internet or mobile banking and via automatic teller machines. The method of payment has an impact on customer churn, with residential customers paying by credit card having the lowest churn rate. The proportion of payment by credit card has been on an increasing trend, in line with increasing credit card penetration in Indonesia.

FastNet

The Company offers fixed NGBB services to its residential customers through its state-of-the-art Network. The core service areas of the Network are Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung. The Network is almost completely DOCSIS 3.0 enabled, allowing the Company to offer broadband download speeds of up to 100 Mbps to substantially all homes passed throughout the Network. As a result, the Company became the first operator in Indonesia to offer 100 Mbps broadband speeds to residential customers in 2013.

Today, the Company offers four standalone tiers of broadband service (“FastNet Ultimate”, “FastNet Infinite”, “FastNet Commerce” and “FastNet SOHO”), one standalone tier of Cable TV service (“HomeCable Ultimate HD”) and five tiers of broadband service within its Combo packages (“Family HD”, “D’Lite HD”, “Elite HD”, “Supreme HD” and “Maxima HD”), with broadband download speeds ranging from 1 Mbps (“Family HD”) to 100 Mbps (“FastNet Infinite”). Broadband users have become increasingly sophisticated and now demand higher bandwidth and speed to access websites with heavy graphic and/or video content. Since launching its high-speed services, FastNet has successfully converted a significant portion of its new and existing broadband customers to higher speed tiers.

Residential customers are charged a flat monthly fee that varies with the speed subscribed for, and all broadband service packages offer unlimited usage. The Company aims to differentiate itself through both fast broadband speeds and the reliability of its service. The fast broadband speeds compared to the limited alternate choices in the broadband market led to strong penetration and growth in FastNet’s customer base.

As at 30 June 2014, FastNet provided broadband services to more than 357,000 customers or 27% of homes passed and in the six months ended 30 June 2014 generated an ARPU of Rp219,944, compared with Rp206,471 for the six months ended 30 June 2013.

HomeCable

The Company offers Cable TV Services, which include both subscription programming and video-on-demand content from third party providers under its HomeCable brand. HomeCable is the only Cable TV operator of scale in Indonesia with approximately 328,000 customers as at 30 June 2014. HomeCable’s customer base has grown steadily since June 2011.

In the six months ended 30 June 2014, HomeCable generated an ARPU of Rp183,049, compared with Rp150,896 for the six months ended 30 June 2013 and for the year ended 31 December 2013, HomeCable generated an ARPU of Rp151,095, compared with Rp150,357 for the previous year.

The Company’s ongoing systems upgrades to fully enable 870 MHz spectrum bandwidth continue to increase the available channel capacity. As at 31 July 2014, HomeCable offered 120 national and international SD channels, 60 national and international HD channels and 1 3D channel. Its packages are designed to appeal to families providing a mix of high-quality children’s, education, entertainment, news, music, lifestyle, film and sports programming.

Programme content

The Company sources and broadcasts a wide range of local and international TV channels, including Discovery Channel, Disney Channel, HBO, FOX, Star World, NBA TV, CNN International, Berita Satu, Indosiar and AnTV and a small number of radio channels and also has broadcast rights to the popular English Premier League.

Page 280: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 36

As the owner and operator of the most advanced network of scale in Indonesia, the Company is uniquely positioned to lead innovation in the pay TV sector, offering the widest selection of HD channels and other value-added services. The Company provides content providers an opportunity to showcase their programming on the most advanced and innovative platform in Indonesia, significantly attracting their interest in working with the Company.

The Company sources its Cable TV content through programme distribution and technical services agreements with various providers of local and international TV content. The agreements are renewable and valid for a fixed term, usually ranging from one to three years. Certain agreements allow the Company to share commercial time and some require placement of security deposits with programme providers.

The Company pays a monthly fee to the content provider. Typically such fees are calculated in one of three ways: (i) the Company pays a base fee plus an additional fee per customer who has a right to receive the content; (ii) the Company pays a fee per customer who has a right to receive the content, subject to a minimum fee; or (iii) the Company pays a fixed fee.

Under these contracts the content providers provide the Company with a specified number of minutes per airtime hour. The Company may use these minutes to promote other channels or its broadband products and, in some cases, the Company can sell these minutes to third parties as part of its Advertising Sales.

The Company has agreements with approximately 44 content providers, including: HBO Pacific Partners, v.o.f., The Walt Disney Company (Southeast Asia) Pte. Ltd., Fox International Channel, ESPN Star Sports and Discovery Networks Asia-Pacific Pte. Ltd.

Interactive TV

The Company offers customers equipped with interactive set-top boxes the option to use several interactive services. In addition to services such as programme record and catch-up TV, the Company offers transactional video-on-demand, which allows customers to order recent movies and television shows, paying per transaction. In addition, the Company has developed an interactive application called Multimedia Home Platform (“MHP”) with Java-based programming embedded in the set-top box. MHP is a foundation for developing other applications to provide added value for HomeCable customers, such as weather information, stock exchange updates, games and traffic monitoring.

In 2013 the Company launched an interactive application for its football channels called “Football Super League Application”. This application was designed to support the promotion of HomeCable’s new football channels, beIN Sport 1 and beIN Sport 2. The application opens when customers press the red button on the remote control while watching these two sport channels and provides football information such as league tables, match schedules, recent results and team line ups. The application also has a daily interactive football quiz, which customers can participate in via HomeCable’s Twitter account.

Towards the end of 2014 the Company expects to introduce its next generation HD set-top box, a two-way hybrid interactive set-top box with Android functionalities that offers new features which are very appealing to customers, including catch-up television / video on demand, social media integration, voice search functions and access to applications through the Android applications store.

TV Anywhere

In February 2014 the Company was the first subscription based TV services provider in Indonesia to offer its customers a service by which they can access via personal devices, such as mobile phones or tablets, up to 50 TV channels based on the HomeCable package for which they subscribe. This is a value added service which the Company offers to its customers.

Bundled services

The Company currently offers five types of bundled services in its Combo packages: “Maxima HD”, “Supreme HD”, “Elite HD”, “D’Lite HD” and “Family HD”, in order of decreasing service level and price.

Package Name Description Price per month (as at 30 June 2014) (Rp)

Maxima Combo HD Targeting customers who prefer a full entertainment package and are heavy users of digital entertainment services, especially broadband. It comes with speeds of up to 32 Mbps,101 SD and 51 HD channels.

1,479,000

Supreme Combo HD Targeting customers who are looking for full access to NGBB and a full range of Cable TV channels. It comes with speeds of up to 16 Mbps, with 100 SD and 51 HD channels.

689,000

Page 281: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 37

Package Name Description Price per month (as at 30 June 2014) (Rp)

Elite Combo HD Targeting customers who are regular users of broadband services and Cable TV. It comes with speeds of up to 10 Mbps, with 85 SD and 39 HD channels.

469,000

D’Lite Combo HD Targeting customers who are new to digital entertainment services and includes a variety of popular channels and services. It comes with speeds of up to 6 Mbps, with 73 SD and 29 HD channels.

339,000

Family Combo HD Targeting customers who prefer a basic package, designed to meet the needs of everyday digital entertainment services. It comes with speeds of up to 1 Mbps, with 63 SD and 19 HD channels.

169,000

7.2 Enterprise clients

DataComm

The Company is focused on developing its offerings to enterprise clients, which are currently comprised of data communications and other corporate support services under its DataComm brand.

The Company is one of the leading data communications services providers to the business community in Indonesia. The service offering to enterprise clients drives incremental rates for the Company and leverages the Company’s existing network and bandwidth capacity due to complementary usage patterns of residential customers, who use little bandwidth during office hours and enterprise clients who use most of their bandwidth during business hours. For enterprise clients that require high speed and high quality data connections, such as the Indonesia Stock Exchange, the Company believes it has the capability to provide over 99.95% in terms of overall network availability and reliability. DataComm has approximately 40 dedicated sales staff and provides its customers with access to a wide range of connectivity services including internet for city branches, point to point protocol for node connection, telecommunications backhaul capacity, enterprise TV for the hospitality industry and international private leased circuits.

DataComm services are largely focused on Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, and, to a lesser extent, in Bali, where it targets the hotel and restaurant industry. DataComm will continue to expand its network of Multi-Protocol Layer Switching (“MPLS”) in the central business district of Jakarta to drive penetration and support ARPU that was Rp14.7 million per month as at 30 June 2014. Medium to large enterprises are core target customers, including financial institutions, schools and hotels - a majority of 5-star hotels in Greater Jakarta are connected to the Network. As at 30 June 2014, DataComm had 1,332 enterprise clients and 2,027 connections across Greater Jakarta, Greater Surabaya, Bandung and Bali, with 95 office buildings connected by direct fibre to its Network. The Company has more than doubled the number of its enterprise clients since 2011, increasing from 495 as at 31 December 2011, to 794 as at 31 December 2012, to 1,160 as at 31 December 2013, and to 1,332 as at 30 June 2014. DataComm has been winning enterprise clients based on its bandwidth availability and reliability and by providing the Company’s last mile to enterprise clients as a fibre connection, thereby improving the overall speed of service. In addition, customers are supported by the 24 hour NOC and a dedicated enterprise helpdesk.

DataComm’s enterprise clients purchase broadband and other data communications services in packages which have been tailored to meet their requirements and are priced accordingly. These contracts are typically for an initial period of one to two years and will be automatically renewed after the expiry of the initial term, or can be cancelled with one month’s notice prior to the contract expiry. The customer pays an installation payment and a monthly subscription payment. Both payments are due at the latest two weeks after the receipt of the invoice. Although contracts are individually tailored, enterprise clients typically pay an installation fee for the cost of installing the equipment and a monthly fee in advance to use the Company’s services. The Company is typically under an obligation to maintain the communications services and make appropriate repairs, although enterprise clients pay repair fees for disturbance to equipment caused by their own negligence.

DataComm customers are charged a market competitive rate for broadband services, with prices based on the bandwidth capacity subscribed for. DataComm offers its enterprise clients a choice of four service packages:

Package Name Description

HDIPA (High Dedicated Internet Protocol Access)

Targeting enterprise clients who require rapid data and communications exchange in their business processes. Features such as bandwidth utilisation reporting, bandwidth-on-demand, eight free static IP addresses, as well as the conversion of fibre to Ethernet RJ-45 connector.

Page 282: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 38

Package Name Description

Leased Line Services (FO-LINK) Targeting enterprise clients who require an integrated data exchange and communications connection between multiple offices.

CIS (Corporate Internet Sharing) Targeting enterprise clients who require data rates to be tailored to their business needs. This service is suitable for medium sized businesses with limited budgets.

International MPLS Targeting enterprise clients who require international connections between their regional offices.

The percentage of total revenue attributable to the Company’s ten largest enterprise clients combined was less than 5% for 2013. The Company has top quality enterprise clients across a range of industries, including Kompas Gramedia, Unilever, Lippo Group, WPP, PT Bank Central Asia Tbk, Antam, PT Bank CIMB Niaga Tbk, NSIApay, and also Bursa Efek Indonesia (the Indonesian Stock Exchange) to which DataComm is the sole provider of internet service to its capital markets integrated trading network and which has received its internet service for its capital markets integrated trading network through the Network since 2002.

The Company’s revenue from DataComm grew at a CAGR of 43.9% between 2011 and 2013, with revenues increasing from Rp91.6 billion to Rp147.0 billion to Rp190.5 billion for the years ending 31 December 2011, 2012 and 2013, respectively. In the first six months of 2014 the Company recorded Rp109.7 billion in revenue, reflecting growth of 26.1% compared to the previous corresponding period. In the next few years, the Company believes there will be significant growth in the DataComm business as more Indonesian businesses begin to demand increasingly sophisticated data communications and information management services.

Currently, DataComm captures only a small portion of the existing market reflecting a large untapped business community that could be serviced by DataComm. The Company aims to strengthen DataComm’s market position to, and be the leading business data communications provider in, Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung through the following plans:

enhance DataComm’s services and product offerings to keep up with technological advances and the changing data management and telecommunications needs of its enterprise clients;

continue to rollout its MPLS network coverage in the business district of Jakarta and other cities including Surabaya, Bandung and Bali; and

partner with international carriers to provide connection services globally to leverage on the Company’s submarine cable connections.

Advertising Sales

The Company sells advertising time on certain HomeCable channels (“Advertising Sales”) to a variety of national, regional and local businesses as well as digital advertisement space on the Company’s electronic programme guide and interactive TV applications. It has six large advertising agencies as clients. The Company believes that business advertisers find the variety of HomeCable’s channels appealing as they enable the businesses to reach the affluent A Households and B Households in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung with focused advertisements. According to MPA, the advertising industry in Indonesia has witnessed rapid growth in recent years and, in particular, the TV advertising industry generated Rp16,625 billion of revenue in 2013 and is expected to grow to Rp21,618 billion by 2015, at a CAGR of 14%. Although FTA TV is expected to capture the bulk of this revenue pool, the Company believes HomeCable provides a credible avenue for advertisers who are looking to target specific segments of the market, particularly the more affluent consumers who are Cable TV customers.

The Company has allocated a portion of advertising air time for each hour of broadcast time, into which it places its customers’ commercials to generate Advertising Sales revenue. The Company currently runs advertisements on 27 international channels for over 200 different brands and products. Its Advertising Sales customers include leading domestic and international names such as Unilever, Procter & Gamble, Honda, Samsung, Nutrifood, Japfa and Optic Tunggal. The variety of channels offered by the Company enables it to offer different customer segments so that advertisers can target advertisements appropriately.

Advertising Sales grew at a rate of 28.4% between 2012 and 2013, generating Rp94.3 billion or 5.7% of the Company’s total revenues for the year ended 31 December 2013.

8 SALES AND MARKETING

8.1 Branding strategy

The Company’s desire is to be first choice for broadband, television and media services and to transform the lives of Indonesian consumers by providing innovative and exceptional services, catering to their needs and lifestyle. To achieve this goal, the Company branding strategy focuses on:

Page 283: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 39

continuing to lead in product innovation: in the broadband market, the Company intends to maintain its leadership by providing a network of scale with the highest speeds in the Indonesian market in order to satisfy the growing data demands of tech savvy consumers. With an industry leading HD channel offering, the Company’s 60 HD channels (as at 31 July 2014) is more than any other competitor and the most ever offered on multi-screen TV Anywhere services. Such market-leading content can be attributed to the Company’s state-of-the-art 870MHz high capacity Network (to be fully 870 MHz compliant by the end of the first quarter of 2015) and strong relationship channels to content sourcing. The Company’s differentiated bundled product packages combining broadband and Cable TV services also offer significant value to customers and are continually refreshed to improve customer experience;

strategic partnerships with leading brands: the Company has entered into a number of strategic partnerships with industry leading consumer, home electronic, financial institution and local retailer brands. By conducting numerous co-branding initiatives with companies such as Samsung, LG, Nescafe, VISA, Citibank and Hartono Elektronika, the Company has strengthened its brand and will continue to do so with mutually beneficial strategic partnerships in the future; and

segment and insight-driven customer management: the Company undertakes a segment-based sales analysis (based on consumer segments or customer vintage) to drive ARPU, build customer loyalty and develop branding. The Company offers a unique user identification called “First ID” as a single sign-on for a seamless customer experience – allowing customers to efficiently manage their account via “MyFirstMedia” online services and also access First Media’s proprietary online video streaming content services page, “FirstMedia Live”. The segment-based approach is also led by the Company’s bundled packages of NGBB services and Cable TV Services, representing an attractive and differentiated value proposition for customers. This is implied by both high-quality NGBB and premium Cable TV services, offered together through a single provider, and supports customer growth, customer loyalty and upselling potential.

The Company’s recent branding initiatives can be encapsulated by the term “Superb services” which became a key marketing slogan for the Company in 2013. This slogan is not just a marketing catchphrase, it is also the standard the Company has set itself for service delivery and customer satisfaction. The word “service” is a keyword that reminds the Company to focus not only on developing new innovative products to bring to market, but also to pay attention to other service areas such as operational excellence and building strong customer relationships through quality customer service.

The Company aims to create a total brand lifestyle for its residential customers, who represent approximately 88% of the Company’s broadband and Cable TV based revenue (for the six month period ended 30 June 2014), by providing them with “superb” communication and entertainment services. The Company’s brand strategy is to create strong lifestyle brands which are synonymous with its customers’ needs. The FastNet and HomeCable brands aim to become an integral part of everyday living for customers and reflect service reliability, convenience and speedy access to information. In particular, the brand strategy for FastNet is to associate it with fast, affordable and simple broadband services. These core features are reinforced by the imagery and slogans used in the Company’s advertising material.

The Company provides all of its products under the “First Media” brand/name pursuant to its rights under the Brand Utilisation Agreement. The Company has a long and established relationship with First Media; this brand name is well established in Indonesia and, as a result, the Company has no immediate plans to phase out these products or cease using the First Media brand/name in the short to medium term. Nevertheless, if the Company is unable to renew the Brand Utilisation Agreement in 2031, when it is set to lapse, the Company believes it will have sufficient lead time to transition to a new brand.

The Company’s relationship with its strategic partners also enables it to co-brand with industry leading consumer and home electronic brands, such as Samsung, LG and Nescafé and to offer special promotional products through its partnerships with financial institutions, credit card providers and local retailers, such as Visa, ANZ Bank, Citibank, Bank Central Asia, Hartono Elektronika and Dukomsel.

DataComm aims to enable businesses to access, move, process and manage vast amounts of data quickly and securely. The DataComm brand is positioned as a premium brand to appeal to discerning enterprise clients who require premium service and product quality to service their businesses.

8.2 Marketing strategy

The Company’s core target consumer base comprises A Households and B Households with additional upside from sales to C1 Households. The Company’s marketing strategy is focused on promoting its superior, state-of-the-art NGBB network to these segments, in a context where the competing legacy ADSL network advertises maximum speeds of up to 3 Mbps, compared to the Company’s current package offerings of up to 100 Mbps. The Company believes that the Network was the first to offer Indonesian customers speeds of 3 Mbps in 2007, 10 Mbps in 2009, 20 Mbps in 2010, 30 Mbps in 2012 and 100 Mbps in 2013. In addition, the Company reaches out to new and existing customers and establish, develop and enhance brand loyalty. Given the latent and underserved market demand for NGBB access, broadband services have become the Company’s principal marketing driver. The Company’s bundling strategy is a strong differentiating factor in the Indonesian broadband and pay TV sector, where there are limited alternative bundled offerings.

Page 284: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 40

The Company focuses on product innovation in line with consumer trends as a key means of increasing its revenue and to increase the proportion of customers’ incomes spent on the Company’s products. Examples of the consumer trends which the Company has identified and addressed are as follows:

divergence of customers’ product needs, preferences and expectations: since 2007 to 2008 Network customers have been offered a range of options through various Combo packages, rather than a one size fits all approach;

demand for premium entertainment experiences: the Company’s offering of 60 HD channels (as at 31 July 2014) is more than any other competitor and the most ever offered on multi-screen TV Anywhere services. The Company has also offered customers one 3D channel since the beginning of 2012. HD channels were first introduced through the Network in the last quarter of 2010;

Cable TV consumption no longer being restricted to one room: as Cable TV media consumption is no longer restricted to one room, the Company’s products are such that with an additional set-top box customers can watch different Cable TV channels in different rooms of a house;

preference for on-demand entertainment: to address customers’ desires for more convenient services available at their time of choice, the Company introduced video-on-demand services to customers in October 2011 and personal video recording services for customers at the end of 2012; and

desire for greater connectivity beyond the home: customers want to consume media beyond the home, so the Company introduced its TV Anywhere services in February 2014 so that customers can access the Company’s products when outside of the home.

The Company believes that its ability to offer attractive and competitively priced bundled packages to consumers, strong consumer service and availability of sales and marketing channels contribute towards increasing the Company’s competitiveness and market share.

8.3 Sales strategy

The Company’s sales strategy aims to build on and exploit the following competitive advantages:

a network expansion strategy to design and build-out in more high-value residential areas within existing and new service areas;

an effective and efficient sales force dedicated to assigned geographic territories to penetrate, increase and protect market share and to provide high standards of after-sales services;

tactical sales centres located in targeted residential communities, which serve as points of presence to promote sales and facilitate installation, repair and other time sensitive services;

innovative sales channels visible in retail outlets located in strategic positions within service areas;

strategic alliances with banks, vendors and other key partners; and

effective use of aggregated customer information.

Sales force

The Company coordinates its sales force with individual channels devoted to different categories of customers. The channels comprise of “push” channels, being the channels which reach out to potential customers with the aim of making one-on-one sales, and of “pull” channels, being the channels which are contacted by new or existing customers. The “push” channels comprise:

residential homes: 600 direct sales agents who conduct sales door-to-door and on the road, and 60 outbound agents who conduct sales through telemarketing and telesales platforms;

condos and apartments: four business development managers and nine account managers who contact operators of multi-dwelling units to which the Company is considering extending its Network; and

rukos (shophouses), warnets (internet cafes), shopping mall tenants and enterprise clients: nine commercial sales agents who manage the Company’s relationships with enterprise clients.

The “pull” channels comprise 30 inbound sales agents, 25 tele-retention agents and multiple customer contact centres whom existing and new residential customers may contact.

Page 285: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 41

Training and retention of sales force

The Company ensures it has a productive and dedicated sales force through effective sales force recruitment and retention of staff. It seeks to attract and recruit the best sales force staff by screening applicants through professional recruiting agencies and heavily investing in staff training. Sales forces are also given ongoing training as the Company releases new products over time. The Company seeks to retain its top performing staff by paying individual commissions to members of the sales force staff, based on the number of new customers acquired by the respective staff member. The Company also has other measures in place to recognise its top-performing sales force staff, such as higher gradings that lead to promotions and improved remuneration, as well as staff development and career advancement.

Customer lifecycle

The Company has a tailored sales strategy that addresses each stage of the customer lifecycle.

Phase One: Acquisition

In the first phase of the customer lifecycle, the Company makes initial contact with potential customers through the following initiatives:

new rollout strategy: as part of its Network rollout into new areas, the Company engages in micro-marketing with the aim of growing awareness of the Link Net brand and for the Company to gain initial insight on the community. Preliminary steps include permit approval to circulate marketing materials in the newly targeted area, socialisation with community members on broadband and Cable TV preferences in the area, and flyers introducing the Company and its offerings. As the respective community becomes aware of the Company’s background and presence in their area, the Company actively begins to sell its products by issuing promotional items such as mail drops and door hangers and having direct sales teams engage members of the community. The Company further develops this customer acquisition phase by engaging the community through events such as fun bike rides, games and demo stations, and music and magic performances. These marketing events raise the Company’s brand image amongst the wider community;

dedicated marketing efforts in new areas: once the Company’s new rollout strategy is underway and its services become available in a new area, the Company uses various media platforms to market its products and project its branding. These include printed advertisements, flyers, newsletters, billboards, digital advertisements, and roadshows and marketing events with strategic partners such as home electronic brands who can showcase their devices alongside the Company’s broadband services; and

remarketing: in a remarketing effort, the areas identified are typically sub-divided into separate regions. Individual remarketing teams, each led by a general manager dedicated to a region, would revisit those areas to target potential new customers who reside in homes passed but are not current customers. The general manager focuses on one-on-one sales by offering discounts and special offers to such potential customers. This remarketing process is carried out in two phases. The first phase takes place in the 7 to 24 months after the Company’s products have been operational in a service area and involves remarketing offers through direct mail advertising and roadshows in high traffic areas. The second phase takes place in the 24 to 36 months after the Company’s products have been operational in a service area and involves a more aggressive offer supported by micro marketing and offers of same-day installation. The Company aims to achieve a penetration rate of 20% by the end of the first six months after the Company’s products have been operational in a service area. Through its remarketing the Company then aims to increase this to a penetration rate of 30% and 38% by the end of the first phase and second phase, respectively.

Phase Two: Build Loyalty

During the second phase of the customer lifecycle, the Company seeks to build loyalty primarily through customer education and service quality. The Company educates customers on products they purchase or may potentially purchase through providing live demonstrations, video guides and interactive manuals that assist customers to understand the functionality and features of products. This guidance builds loyalty through a more user-friendly and wholesome experience. The Company also focuses on enhancing customer service quality through the following approaches:

multiple contact points: this comprises dedicated customer service across sales, general support and technical assistance so as to build customer loyalty. There is frequent interaction with existing customers on a “push and pull” selling strategy basis, through the Company’s direct sales and telesales teams as well as through its presence at retail outlets and at sales promotion events. The Company’s NOC and dedicated enterprise client helpdesk allow the Company to actively assist customers in resolving any questions or issues, in addition to the relationships built by the Company’s technical support; and

service quality: the Company believes it provides superior service quality through its dedicated full-time sales employees who receive no less than three to four weeks of formal training per year in their respective sales area. A three-step troubleshoot escalation procedure also delivers practical resolution to customer issues: (i) contact centre as first point of customer contact for general enquiries; if not resolved, a call is transferred to (ii) a technical solutions specialist with more in-depth knowledge; and if still not resolved, further escalated to (iii) a technical field agent who will visit the customer’s home or premises to

Page 286: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 42

diagnose and resolve the issue. The Company prides itself on the strength of its customer service and customer satisfaction which builds customer loyalty. Such initiatives have included customer feedback surveys post-installation and welcome calls to new customers. Customer surveys conducted by the Company have yielded results of approximately 98% of customers being satisfied after one month of receiving their services. As a testament to the Company’s superior service quality, it has won numerous awards in this area.

Phase Three: Optimisation

In the third phase of the customer lifecycle, the Company seeks to optimise revenue it can achieve from customers through a portfolio growth strategy involving upselling initiatives. Sales teams call all customers at least once a year, employing a combination of push and pull strategies to drive conversions in the aim of moving customers up the package tiers and selling add-on products. This is an ARPU driven channel optimisation strategy which is marketed via outbound calls, emails, SMS messages, and general advertising across television, internet and print media. The Company recognises that higher ARPU and consumer segment customers have a greater propensity to take up better services, purchase additional set-top boxes and activate add-on products, and therefore take this into account when focusing on customers to upsell to.

Phase Four: Retention

In the fourth phase of the customer lifecycle, the Company aims to retain its existing customers to minimise churn through customer categorisation, defined churn management and retention management. The Company prioritises the retention of its very high- and mid-ARPU customer segments as these customers contribute more to revenues and have lower churn.

The Company identifies its core customers by categorising them into four categories depending on the level of potential profit that can be earned from that customer and the likelihood of a customer to churn. For example, for a customer with high potential profit but with high potential to churn, the Company may choose to defend and retain this customer through plan optimisation. However, for a customer with low potential profit and high potential to churn, the Company may choose to lose this customer.

In terms of strategies to retain and minimise churn for the Company’s very high- to mid-ARPU customers, the Company adopts the following strategies:

customer retention: actions include welcome calls, prioritising contact centre service hotline, provision of online account management, and flexibility in payment methods and terms. In addition, the Company proactively upsells existing customers in the form of value-add services, add-on content packages, additional set-top-boxes, etc;

active data analytics and research: the Company conducts a monthly survey of customers who churn for that month and uses these results to identify the causes of churn. This data is also enriched with information the Company holds from its own proprietary sources, such as calls to its contact centres, and other external data sources. This enables the Company’s predictive modelling tools to produce more accurate predictions for various scenarios that can reflect expected size and causes of potential future churn. Such data and analytical tools empower the Company by minimising churn according to its respective strategies and customer segments. The Company enriches its data with proprietary and externally sourced data on an ongoing basis for greater insight with respect to churn; and

life cycle management: the Company places significant emphasis on achieving a positive experience with customers within their first year by closely monitoring their account and maintaining periodic contact. In the first three months of signing up to a package, the Company’s Customer Service Team provides its highest frequency of communication through a welcome call, welcome email, introduction of add-on packages and assistance with application forms, and a friendly SMS message on the first month of payment. The Company believes that such interaction creates positive customer satisfaction, which is a significant contributor to improving future retention and reduces the required levels of customer management as the customer ages through the customer lifecycle.

8.4 Strategic partnerships

The Company has entered into strategic partnership with several leading multinational and local companies to increase sales and awareness of its products. The Company’s association with such premium brands enables the Company to take advantage of its

Page 287: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 43

partners’ extensive marketing platforms, broad distribution channels and targeted customer databases. Such partnerships provide an additional avenue to offer customers special promotional products and rates in conjunction with its strategic partners.

The Company’s strategic partners include:

consumer and home electronic brands: partnerships with home electronic brands such as Samsung and LG allows the Company to showcase its broadband superiority at their partners’ demonstrations of devices, such as smart televisions, laptops and tablets, at forums such as product launches, roadshows and showrooms. The Company also markets alongside consumer brands such as Nescafé, where for example, the Company would provide a free gift from the partner in conjunction to a customer signing up to a package. This form of co-marketing concurrently promotes the products of the consumer brand and the selling proposition of the Company’s offering. The Company also benefits by sharing advertising costs and can take advantage of customer recognition through its partner’s brand;

financial institutions and credit card providers: the Company works with these strategic partners to develop family and lifestyle value propositions. The Company would typically utilise the partners’ exposure to certain customer demographics and offer promotions such as cash back offers by the partner or a free limited period of subscription with one of the Company’s packages. This assists in the promotion for an attractive product offering to a targeted customer base in order to drive customer conversion for the Company. Such partners include Visa, ANZ Bank, Citibank and Bank Central Asia; and

local retailers: these strategic partners act as additional points of sales and provide customers the opportunity to experience the Company’s services first hand at the partners’ retail shopfronts and facilitate any new customer acquisitions. Local retail partners include Hartono Elektronika in Surabaya and Dukomsel in Bandung.

8.5 Advertising strategies

The Company is committed to promoting and marketing the Company’s brands, products and services through: (i) a wide range of media outlets such as national TV, regional print, radio, internet and local outdoor media; (ii) a wide range of internal media, such as the Company’s local community TV channels, website, newsletter and invoice envelopes; and (iii) sponsorship of local community events. The Company believes that taking an active participation in local community activities increases its visibility and product awareness.

The Company also advertises itself at music events such as Java Jazz, Java Rockinland and Java SoulNation, which are effective events for the Company to market its service offerings to its younger target customer demographic. The Company’s products, such as HomeCable and FastNet, are often used at the events and prominently displayed by event organisers to assist advertising initiatives. The Company typically tailors its advertising campaigns to the theme of the music event.

The Company uses several social media platforms, such as Facebook and Twitter to promote its products and services. Twitter has become the Company’s main tool to evaluate customer feedback and satisfaction and as at 30 June 2014, the Company had recorded over 35,000 Twitter followers. This provides the Company with a direct line of communication to customers for marketing new and existing products, and to engage in various conversation topics related to the Company’s product and service offerings.

8.6 Customer service

The primary goal of the Company’s Customer Service Team is to offer customers high quality service while maintaining operational efficiency and cost effectiveness. The Company seeks to enhance its sources of revenue by upselling higher tier packages and selling add-on products by turning customer interactions into opportunities for sales and retention. The Company believes that through these efforts it is able to maximise resources to achieve high sales of bundled products and maintain low churn rates.

The Company provides 24 hour, 7 day a week contact centre support to its customers and addresses all enquiries, requests and queries regarding the Company’s services and products. Customers can also reach the Company through email, its website or through social media such as Twitter and Facebook. Monitoring of service levels is performed daily to ensure the utmost timeliness of customer response.

Most calls to the Company’s contact centres can be resolved by the contact centres, but where a technical problem requires more complex troubleshooting, the call will be escalated to the Technical Support Team who will perform an outbound call to the customer. If at this stage the technical problem cannot be resolved over the phone, technical field agents will visit the customer’s premises.

To ensure consistent and high quality customer care, the Company employs the following processes:

welcome calls and emails to new customers to ensure quality standards are being delivered from the point of service offer until completion of onsite installation at the customer’s premises;

post visit calls conducted on a sampling basis to customers scheduled for onsite service site visits to ensure that the customer’s needs had been met and any service disruptions were fully resolved; and

Page 288: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 44

periodic review of customer contracts and trends in customer complaints, which enable the Company to devise service initiatives for future improvements.

The Company operates two customer contact centres, each within Tangerang and Surabaya that are equipped with an interactive voice response system with both English and Bahasa capabilities. All of the Company’s customer service agents are regularly trained in soft skills and on new product offerings and campaigns. The Company offers a premium service line for selected high-ARPU customers, which offers one-stop service delivery, guaranteed priority for onsite visits and a high level of post resolution monitoring of any service issues. A dedicated and specialised team is responsible for all DataComm enquiries from enterprise clients.

As at 30 June 2014, the Company employed a total of 210 customer service representatives.

Pursuant to the Call Centre Agreement, the Company is required to allocate up to 14 dedicated workstations (“Dedicated

Employees”) in its customer contact centre operations that are exclusively manned by dedicated employees to handle enquiries and provide support to customers of First Media’s Wireless Business. The Company may employ the Dedicated Employees directly or outsource the provision of the services under the Call Centre Agreement to a third party. First Media pays a prescribed fee based on the number of dedicated workstations requested by First Media and engaged by the Company.

The Company follows best international practices in the resolution of customer complaints and disputes. In June 2014, the average handling time per call was 245 seconds.

The Company also provides installation and technical service support to customers. The Network Installation Team is responsible for providing the last mile Network support to customers. This support includes installation services, servicing calls and troubleshooting visits. The table below sets out the number of visits per month to customers in respect of all of the types of services which the Network Installation Team made in June 2014.

Service area Installation Servicing Troubleshooting ‐Greater Jakarta 15,195 30,218 21,265 Greater Surabaya, Bandung and Bali 3,412 2,145 1,662

8.7 Awards

In 2014, the Company’s broadband products, under the First Media brand, were awarded the TOP Fixed Internet 2014 award at the TOP IT & TOP TELCO 2014 awards by Itech Magazine, the Indonesian IT Consultant Association (IKTII), the Informatics and Computer Science University Association (APTIKOM), the IT Forum of SOE (FORTI), the Communication and Informatics Ministry (Kominfo), the Society of Telematics (MASTEL), Alvara Strategic Indonesia, a marketing research agency and some other IT associations. The award was based on a customer perception survey using a sample of 1,550 respondents, aged between 15 and 54 years old who are internet or mobile internet users and who are part of households with a monthly income which is over Rp1.5 million per month, from six major Indonesia cities: Jabodetabek (Jakarta and its surrounding urban area); Surabaya; Medan; Bandung; Makassar; and Balikpapan, as well as a questionnaire, judging interviews and recommendations of IT user companies.

Among other things, the customer perception survey measured the “TOP IT index” of the Company’s broadband products under the First Media brand against the “TOP IT index” of its competitor Speedy. The “TOP IT index” is calculated using three measures: brand awareness; brand image; and brand engagement. The results of this comparison are set out in the chart and table below:

Page 289: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 45

In addition, the strength of customers’ satisfaction and the Company’s brands is evident in the following key awards that it has received since 2011 to date:

Year Awards

2014 to date Corporate Image Award 2014 for PT Link Net, Category : Internet Provider (Tempo Media Group and Frontier Consulting Group)

Corporate Image Award 2014 for PT Link Net, Category : Pay TV (Tempo Media Group and Frontier Consulting Group)

Top Brand Award for First Media/FastNet (Frontier Consulting Group and Marketing Magazine)

2013 Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2013 for PT Link Net, Brand : Pay TV (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2013 for PT Link Net, Brand : FastNet (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) Certificate of Performance 5-Star Quality Product in 2013 for Brand First Media, Category : Pay TV (CSS and ACSI) Word of Mouth Marketing 2013 for PT Link Net, Brand : Fast Net (SWA Magazine) 2013 The Best Contact Center Indonesia for PT Link Net (ICCA) Top Brand Award for First Media/FastNet (Frontier Consulting Group and Marketing Magazine) World Class Quality Achievement 2013 5-Star Quality Product 2013 for PT Link Net, Brand: First Media,

Category : Pay TV (GCSS, ACSI and Swa Magazine)

2012 Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2012 for PT Link Net, Brand : FastNet (Net Promoter Loyalty

Partner and Hachiko) Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2012 for PT Link Net, Brand : Pay TV (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) Corporate Image Award 2012 for PT Link Net, Category : Pay TV (Bloomberg Businessweek and Frontier Consulting Group) Certificate of Performance 5-Star Quality Product in 2012 for Brand First Media, Category : Pay TV (GCSS and ACSI) Indonesia Brand Champion 2012 for FastNet (Marketeers and Markplusinsight) Word of Mouth Marketing 2012 for PT Link Net, Brand : Fast Net (SWA Magazine)

Social Media Award 2012 for FastNet (Frontier Consulting Group and Marketing Magazine) Top Brand Award for First Media, Category: Internet Service Provider Fixed (Frontier Consulting Group and

Page 290: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 46

Year Awards

Marketing Magazine)

2011 Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2011 for PT Link Net, Brand : FastNet (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) Consumer Loyalty Award Net Promoter Leader 2011 for PT Link Net, Brand : Pay TV (Net Promoter Loyalty Partner and Hachiko) The Best Contact Centre Indonesia 2011 for PT First Media Tbk (ICCA) Indonesia Brand Champion 2011 for FastNet (Mark Plus Insight and Marketeers) Word of Mouth Marketing 2011 for PT First Media Tbk, Brand : Fast Net (SWA Magazine) Corporate Image Award 2011 for PT First Media Tbk, Category Pay TV (Bloomberg Businessweek and Frontier Consulting Group)

9 HFC NETWORK INFRASTRUCTURE AND TECHNOLOGY

9.1 Network overview

The Company has the most advanced NGBB network of scale in Indonesia. The Company’s two-way HFC network is already fully DOCSIS 3.0 compliant and is expected to be over 60% 1 GHz enabled, with the remainder of the Network to be 870MHz enabled, by the end of the first quarter of 2015, allowing for smooth interactivity, fast speed and ample capacity. As at 30 June 2014, the Network was over 17,300 kilometres (with approximately 15,400 kilometres in Greater Jakarta, 1,600 kilometres in Greater Surabaya, 200 kilometres in Bandung and 100 kilometres in Bali) and passed more than 1.3 million homes, with widespread coverage of the major residential areas in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung.

9.2 Network architecture

The diagram below illustrates the end-to-end architecture of the Company’s HFC Network.

As at 31 December As at 30 June

2014 2011 2012 2013

Cumulative homes passed 654,921 932,834 1,194,346 1,312,970

Cumulative kilometres 10,226 12,805 16,309 17,367

Page 291: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 47

The Network incorporates optical fibres and coaxial cables to create a broadband network. The Network extends from the master headend out to a neighbourhood distribution hub, and finally to any one of the Network’s 3,627 fibre optic nodes, each of which serves an average of 360 homes as at 30 June 2014. Each fibre node can be split into quadrants from which services are transported over the last few hundred metres or “last mile” by coaxial cable to customers’ set-top boxes. The use of optical fibre from the headend ensures a good signal quality, as fibre has fewer transmission losses as compared to electrical mediums. For video services (analogue and digital TV), the headend includes a satellite downlink to receive incoming video content from various suppliers. Similarly, broadband services are delivered using internet protocol (“IP”) switches, routers and cable modem termination system (“CMTS”) as defined by the DOCSIS standard. The fibre-based backbone extends on average to within 500 metres of customers’ homes and offices, which allows the Company to provide high broadband access speeds and advanced services to its customers. Average annual availability of the Company’s Network and product platforms was approximately 99.74% during the year ended 31 December 2013.

The Network’s cables are laid in underground conduits and fixed to utility poles. Where underground conduits are used, the Company is responsible for obtaining the relevant permits from the land owners and Indonesian authorities and incurs the costs of digging the underground conduits and installing the cable. The cost of laying cables underground is significantly more expensive than affixing aerial cables to poles. Although no fee is paid for governmental permits, the Company may need to pay a fee to the developer or owner of the land where the cable is being laid. If the cable is an aerial cable, it will be affixed to poles. Where the Company constructs its own pole it will be responsible for obtaining government permits in respect of that pole. The Company is not required to obtain any government permits in respect of utility poles it does not construct to which it affixes aerial cables, but it will need to obtain the right to use such utility poles from the relevant owner. Where possible, the Company prefers not to incur the costs of installing its own utility poles.

The Company has three headends located in Jakarta, Surabaya and Bali. For efficient delivery of content, the Network has been designed with a master headend with multiple distribution hubs that is connected via redundant fibre optic cable rings to reduce frequency and size of service disruptions. The Company has a total of 17 distribution hubs with 12 distribution hubs located in Greater Jakarta, four in Surabaya and one in Bandung.

The Network’s design life ranges between eight and ten years, while related equipment design life ranges between five and seven years. The Company repairs, replaces and upgrades the Network and related equipment during its ongoing monitoring and maintenance of the Network.

9.3 HFC frequency spectrum overview

The Company’s two-way HFC network enables it to offer to its customers advanced digital products, including HD and interactive TV and broadband services. The Network is expected to be over 60% 1 GHz enabled with the remainder of the Network to be 870 MHz enabled by the end of the first quarter of 2015. The additional spectrum bandwidth provides the Company with sufficient capacity to offer customers increased data intensive services without the need to extend the fibre-based network backbone closer to customers’ homes.

The diagram below shows the HFC spectrum of the Network where it is 870 MHz enabled:

Filter

Not

Useable

DOCSIS DOCSIS + VOD Digital TV (SD + HD Channel)

5 M

Hz

23

MH

z

62

MH

z

11

8 M

Hz

34

2 M

Hz

87

0 M

Hz

Upstream Downstream

Fully interactive 2-way network

•Downlink uses 122 – 870 MHz

•Uplink uses 5 – 62 MHz

•DOCSIS Upstream : 12 Channel per Fiber Node

•DOCSIS Downstream + VOD : 36 Channel per Fiber Node

•Digital TV Channel (SD + HD) : 64 RF Channel

The Network was upgraded in 2013 to be fully DOCSIS 3.0 compliant and the Company currently offers broadband services with top download speeds of up to 100 Mbps to substantially all homes passed throughout the Network. The Company continues to

Page 292: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 48

monitor closely its Network capacity and customer usage. Where necessary, it can increase Network capacity incrementally, for instance by splitting nodes or allocating additional frequency spectrum. The Company believes that its Network allows it to offer broadband at speeds and service levels that exceed those offered by its competitors in each of its service areas.

The existing Network has capacity for future growth, as follows:

as at 31 July 2014, the Company offered 60 HD, 1 3D and 120 SD channels. The Company’s current frequency spectrum for digital TV can, in fact, accommodate more than 350 HD channels or 800 SD channels; and

the Company is currently using 10 frequencies at 6 MHz per DOCSIS channel for its broadband services. This can be upgraded by allocating more channels and applying channel bonding technology to expand the data capacity further.

9.4 Set-top boxes

The Company’s customers use set-top boxes to receive the content for their Cable TV Services. The Company rents the set-top boxes to each Cable TV customer and charges a rental fee. Upon termination of a Cable TV subscription, the set-top box is returned to the Company. Based on its recent track record, the Company estimates that there are 1.3 to 1.4 set-top boxes per RGU.

The majority of the deployed set-top boxes are currently supplied by Samsung and are capable of supporting advanced features such as high definition, personal video recording, as well as Java-based interactive services. Towards the end of 2014 the Company launched the next generation set-top box with a more powerful processor, a built-in cable modem, dual tuner, wifi and advanced remote control. It is capable of offering additional features, such as video-on-demand, catch-up TV, Android applications, voice search and social media connectivity.

9.5 Content management system

The Company operates a content management system (“CMS”) in connection with the TV Anywhere and video-on-demand services on its interactive set-top boxes it offers to Cable TV customers. The CMS supports the intake and packaging of digital content, customer registration and subscription management, as well as live customer interaction. It is also used with the digital rights management and content distribution network to encrypt and stream content to Cable TV customers and interfaces with the Company’s billing system and single sign-on system for customer authentication and customer payments.

10 IT INFRASTRUCTURE

10.1 IT platforms

The Company’s IT platforms were selected for their performance, reliability and scalability. The IT systems cover the following functional areas:

interaction support systems: customer contact and interaction, including customer contact centre support systems, interactive voice response units, various websites and portals;

business support systems: customer relationship management, order management, trouble ticketing, billing, fraud management, revenue assurance, interconnection billing and reconciliation, commissioning and SLA management;

operations support systems: provisioning, network inventory, service assurance, traffic data collection and network mediation systems, network planning, workforce management and project management;

decision support systems: data warehousing, data mining and business reporting systems;

enterprise resource planning systems: supporting internal processes such as general ledger, treasury and human resource management; and

IT infrastructure services: office automation, communications, intranet, internal IP networking, application and database hosting and storage.

The Company uses Oracle Financials as its Enterprise Resource Planning (“ERP”) system. This system enables the Company to automate the entire procurement-to-pay cycle by handling all of its purchasing needs while adapting to business and compliance requirements at every step of the procurement process, from requesting to sourcing, purchase and payment.

The other core applications used by the Company include Amdocs (for business service systems, covering customer management, billing management, order management, collection management, homes passed management, provisioning, product management, workforce management) and Cisco CNR (for provisioning).

The Company has developed in-house applications to support several key operational processes and systems, including customer tracking, human resources information management and payroll.

Page 293: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 49

The Company’s IT infrastructure and systems will undergo enhancements from time to time to support the services and products it provides, to improve functionality and working processes (both customer-facing and internal) and to introduce new technical capabilities.

10.2 Data protection

Data protection laws govern the Company’s use of data that it gathers from customers. These laws govern the manner of collection, use and security of personal data. The Company is considered to be a “data user” when it collects information on its customers and it cannot use this personal data for direct marketing purposes unless certain requirements have been complied with, including the customer giving its consent for the Company to use its data for these purposes. The Company has systems in place to require any person who controls the collection, holding, processing or use of data complies with the Company’s statutory obligations in respect of data protection.

10.3 Disaster recovery

The Company’s disaster recovery centre is fully functional on a standalone basis, and has a duplicate set up of the Company’s hardware and software. This would allow the Company to switch over to the disaster recovery centre and continue to operate in the event of any significant disruption to its existing Network infrastructure. Given its geographic location, Indonesia is prone to earthquakes, and adequate disaster recovery management strategies are viewed by the Company as a key component of overall risk management.

The IP core network is fully redundant, with a full duplicate set up of the Company’s hardware and software via a DWDM network and the TV headend disaster recovery centre is able to provide approximately 80% of the total broadcast channels.

Although the Company has several distribution hubs, it currently has only one NOC. If the NOC fails, the Company has made provision to back-up the data, but has no alternative NOC facilities.

10.4 Billing and credit management

The Company manages its billing operations internally. It uses the Amdocs customer management system to manage its residential customer base. It currently has four billing cycles that fall on the 7th, 15th, 23rd and 27th days of the month. The multiple cycles enable the Company to distribute the workload through the month, ensure proper and timely billing of accounts and facilitate cash flow distribution.

The Company bills its customers by means of electronic billing and/or more traditional paper billing. Each month a bill is sent to customers, by email to customers who have opted into electronic billing and otherwise by post. Customers who have opted for traditional billing by printed copy and postal delivery are charged a nominal processing fee. Electronic billing has resulted in more efficient billing operations as well as cost savings for the Company. Customers have the option of paying their bills via bank transfer or credit card. To facilitate fast receipt of customers’ payments, the Company has entered into collection agreements with several of Indonesia’s leading banking institutions including PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk and others.

The Company has a collection department which is responsible for ensuring timely collection of its receivables. This team is responsible for sending out reminders to customers to pay their outstanding bills through direct calling, text messaging and issuing notices and letters of demand. Customers who fail to settle their outstanding bills after several reminders will have their accounts temporarily disconnected. Even after service to a customer has been disconnected, the Company’s Retention Team will contact the former customer to try to persuade him or her to enter into a new subscription contract.

Customers of the DataComm business are billed in accordance with the terms of their service agreement – customers are billed in advance on a monthly, quarterly or, in some cases, annual basis. The due date for payment is usually 15 days after the invoice is sent. The collection department works closely with account executives from the sales division to ensure customer satisfaction and to procure timely payment by these high-value customers.

For Advertising Sales, billing takes place after the advertisement is aired and usually at the end of every month. Following industry practice, collection for Advertising Sales receipts usually happens three to six months after the invoice is sent to the client.

The Company reviews its allowance for bad debts arising from disconnected individual residential customers and non-paying enterprise clients on a regular basis. It provides for an additional allowance or write off for bad debts when deemed necessary.

10.5 Fraud management

The potential for external fraud is limited due to the nature of the Company’s Network infrastructure – the Network consists of fixed fibre and cable infrastructure and the Company keeps a record of all homes passed. Nevertheless, the Company has developed the following robust fraud management mechanisms to detect and prevent potential frauds:

Page 294: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 50

IT system security and systems access security: standard user ID management and audit trails, as well as a firewall security system, are implemented to prevent unauthorised access to the Company’s systems; and

internal control: internal control mechanisms are implemented in all of the Company’s processes and are maintained throughout the term of each customer’s contract. These include random screening of all new customers, checks at the time of installation to assess whether a residential customer is likely to use the Company’s products and services for commercial purposes (and not for domestic personal use) and post-installation checks to confirm that there have not been any offers of non-standard services by sales staff or cash gifts given to technicians at the time of installation. The Company also reviews recordings of customer service calls to check that misleading information is not given to customers by its service representatives and that all customer service issues are resolved in a satisfactory manner.

The Company also monitors residential customers’ usage levels of its FastNet services and gathers data using the Sandvine bandwidth management system. If a customer is found to display symptoms and trends of broadband usage that are consistent with commercial rather than domestic use, the Company will take the necessary actions to validate this conclusion before terminating the customer’s connection and taking other enforcement actions.

11 EMPLOYEES

11.1 Staffing

As at 30 June 2014, the Company had 677 employees, all of whom are employed in Indonesia. The Company does not have a labour union and, to the best of the Company’s knowledge, none of its employees are members of any labour union. The Company considers its relations with its employees to be good. The Company strives to maintain good relationships with all employees by managing issues and any grievances through open and clear communication. The human resources department also coordinates and supports several employee activities within the Company, for example arranging Kartini Day celebrations to which all Company employees are invited and holding leadership forums at least once a year for heads of divisions and departments at which Management expressed its appreciation for the employees’ hard work and shares the Company’s performance results, targets and expectations.

The table below sets out the number of the Company’s employees as at 30 June 2014 and 31 December 2011, 2012 and 2013:

As at 31 December

2011

As at 31 December

2012

As at 31 December

2013 As at 30 June 2014

Senior managers 7 8 13 13

Technical 47 55 68 63

Operations 242 335 321 313

Sales and marketing 101 123 140 113

General administration 96 115 107 92

Regional 47 56 80 83

Total employees 540 692 729 677

In 2014 the Company rationalised its sales and marketing operations and, as a result, the number of employees has decreased since as at 31 December 2013.

11.2 Employee training

The Company implements training at all levels and has developed a comprehensive and structured “Functional & Leadership Development Programme”, which is catered to develop technical skill competencies and soft skills for its employees. General training programmes include induction training for new employees on the Company’s policies and procedures. Sales staff are provided with training on customer services and supervisors and managers are provided with training related to the specific skills required to fulfil their roles and responsibilities. Since 2011 the Company has an established English training programme for employees.

11.3 Performance management

Evaluation of employees’ performance is conducted using the best-in-class Electronic Performance Management System (“E-

PMS”). The development of E-PMS was inspired by the Company’s “Management by Objectives” principles. Employee bonuses, salary increments and promotions are tied to job performance. E-PMS is used by the Company’s human resources department to develop annual employee incentives.

11.4 Employee benefits

In accordance with regulations in Indonesia, all of the Company’s employees are entitled to pension benefits under the Man Power Social Security Programme (Jaminan Sosial Tenaga Kerja – Jamsostek). The programme requires a contribution of 6.24% of

Page 295: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 51

employees’ gross salary, of which 2% comes directly from the employees. Other than a contribution of 4.24% of employees’ gross salary, the Company has no further obligations to provide payments to its employees under this programme.

12 LICENCES TO OPERATE

In order to operate its business, the Company has obtained or has the benefit of the following licences:

Internet Service Provider Licence (Izin Penyelenggaraan Jasa Akses Internet) (“ISP Licence”);

Local Fixed Network Packet-Switched Based Provider Licence (Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal Berbasis Packet

Switched) (“Local Fixed Network Licence”);

Closed Fixed Network Provider Licence (Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Tertutup) (“Closed Fixed Network

Licence”); and

Broadcasting Licence (Ijin Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan Jasa Penyiaran Televisi) (“IPP”) – this licence is valid for ten years from the date of its issue and may be extended by making an application to MOCI. It is held by FMTV and the Company has the right to operate its Cable TV Business under this licence pursuant to the Cable TV Agreement.

The ISP Licence, Local Fixed Network Licence and Closed Fixed Network Licence are valid for as long as the Company complies with the terms stipulated therein, subject to annual evaluation and a more extensive evaluation every five years.

The Company believes that it holds or has the benefit of all business licences necessary to operate its business.

13 COMPETITION

The Company faces competition from other companies in each of its businesses. The Company’s NGBB services compete with national and regional providers of broadband such as Speedy (PT Telkom) and Max3 (Biznet); its Cable TV services compete with DTH satellite providers such as Indovision (PT MNC Sky Vision Tbk); and its data communication services compete with other Enterprise Services providers such as PT Telkom and PT Indosat. The Company believes that, although the broadband and pay TV markets in Indonesia are competitive, the Company has significant advantages, as set out in “Strengths and Strategies” above, over both existing and potential new competitors.

13.1 Broadband

Broadband services in Indonesia are available through two main technologies: (i) fixed broadband services such as ADSL, cable broadband and fibre; and (ii) wireless broadband via mobile technologies, such as LTE and 3G.

Given Indonesia’s unique topography, which comprises 17,000 islands, and its widely spread population, wireless broadband is a more economically feasible technology for the provision of broadband services outside of the major metropolitan cities of Indonesia, particularly for customers in the lower socio-economic categories and for households outside of fixed broadband coverage areas. However, according to MPA, despite the faster growth in wireless broadband services, wireless broadband is not expected to compete as a substitute for fixed broadband technology due to the lack of reliable and stable wireless broadband connectivity. According to MPA, wireless broadband is expected to be complementary to fixed broadband.

The fixed broadband market is largely composed of ADSL, which represents 89.9% of the total number of fixed broadband customers, according to MPA, while next-generation fixed broadband technologies, such as cable, represent the remaining 10.1% of customers. However, according to MPA, the competitive environment for broadband in Indonesia remains benign at this stage, with a limited number of players offering high speed services on account of the high entry barriers which include high capital expenditure required for network build-out and difficulty in obtaining approvals and permits from local governments and communities for deploying last mile networks. The fixed broadband market is expected to continue being significantly underpenetrated and supply-driven over the next five years.

Within the emerging NGBB market in Indonesia, the Company is the market leader with a market share of approximately 98% based on number of customers as of 31 December 2013, according to MPA. The Company is the only player with a proven track record of expanding next-generation broadband networks with over 250,000 homes passed achieved in 2012 and 2013. MPA believes the Company’s strength and ability to rollout network expansion is a key factor in maintaining its market leadership and first mover advantages.

The Company’s NGBB Network provides fast and reliable broadband services, with download speeds up to 100 Mbps, offering a compelling option to households in its coverage areas. According to MPA, in many of its coverage areas, the only alternative available to households is ADSL broadband with maximum offered speed of 3 Mbps provided by PT Telkom’s Speedy, which is the Company’s main competitor in fixed broadband. In addition, PT Telkom, being a state-owned enterprise, is driving Indonesian government’s MP3EI goal of providing extensive nationwide access to broadband, while the Company mainly targets the relatively more affluent core customer market of A Households and B Households in Greater Jakarta, Greater Surabaya and

Page 296: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 52

Bandung. Given the technological and scale advantages that the Company has, according to MPA, the competitive intensity within the fixed broadband space has been relatively benign.

Potential new competition through FTTH technology has had limited impact so far. According to MPA, operators of FTTH networks have experienced difficulties in rolling out these networks, which has caused considerable delays. For example, whilst PT Telkom had announced a plan in 2011 to aggressively rollout FTTH network, it has not announced or indicated any residential FTTH network of scale to date. According to MPA, MQM’s FTTH rollout is likely to be limited and restricted to the properties owned by Sinarmas, its parent company. According to MPA, MNC Play was only recently launched in January 2014 to rollout FTTH network and the rollout is still in its test phase with no indication of when it might be fully commercially deployed. In addition, given the Company’s first mover advantages and high penetration rates such FTTH network rollout is not expected to significantly overlap with the Company’s existing coverage areas and result in significant competitive pressures as the Company believes that they may consider the potentially poor economics for a second operator to be a high natural barrier to entry.

13.2 Cable TV

Similar to wireless broadband technologies, due to Indonesia’s unique topography and its widely spread population, DTH satellite has been the incumbent platform for pay TV because it provides an economically feasible platform for delivery of TV content nationwide.

PT MNC Sky Vision Tbk is an early mover and is the current market leader, but the lower entry barriers associated with the DTH satellite business continues to attract new players such as TransVision, K-Vision and IMTV, resulting in direct competitive pressures in the DTH pay TV space in terms of pricing, content and packaging.

Cable TV, which is an alternative option for Indonesian pay TV customers, has been pioneered by the Company by leveraging its Network capabilities. The Company’s Cable TV Services have been an attractive pay TV platform in the Company’s service areas such as Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, because of the Company’s state-of-the-art Network, superior product offerings and existing relationships with customers. Relative to DTH pay TV competitors the Company is able to leverage its Network competitive advantage to differentiate itself from DTH players by providing customers with enhanced viewing quality, a wider choice of HD channels and two-way interactive services, such as video-on-demand. In addition, the Company is able to implement a differentiated bundled strategy by packaging both quality broadband services and Cable TV at attractive pricing. The bundling strategy enables the Company to be less dependent on price and content and to reduce churn rates

Within the NGBB space, other operators, which include Biznet and PT Telkom’s UseeTV (which uses IPTV technology), currently only offer a limited number of TV channels and are meaningfully smaller scale players in the pay TV market, according to MPA.

Digital terrestrial television is another potential competitor in the market. The Indonesian government has already put in place plans for digitising the nation’s analogue terrestrial networks and launching digital terrestrial television (DTT). The first two phases of licence allocations to run the multiplex/antenna networks have already concluded, with major FTA players being awarded at least one licence. The increased availability of additional FTA channels – in both SD and HD – could result in reduced viewership share for pay TV channels and a potential decline in advertising revenue for pay TV. The Company believes that its broadband-led bundling strategy and Network technology advantage should mitigate such potential impact from digital terrestrial television.

13.3 Data communications

In providing the DataComm business to its enterprise clients, the Company mainly competes with existing telecommunication operators such as PT Telkom and PT Indosat in its core coverage areas and with Biznet in Jakarta. The Company focusses on large leading corporations that require high-speed and high-quality data connections, where network reliability is often “mission-critical”, including the Indonesia Stock Exchange and financial institutions such as PT Bank Central Asia Tbk and PT Bank CIMB Niaga Tbk. The Company believes its key competitive advantage in this area is the quality of its services, which is supported by its state-of-the-art fibre network backbone that ensures the Company can offer significant and reliable bandwidth capacity to its enterprise clients.

14 MANAGEMENT AND OPERATIONS

14.1 Management organisation and functions

The Company’s management is structured in three tiers: (i) central management is located at its headquarters in Jakarta, (ii) regional management in the Jakarta, Surabaya and Bandung service areas and (iii) business level management for each of the residential and enterprise businesses. Currently the regional management in Surabaya is also responsible for the Bali service area.

Central management

The Company’s headquarters are located in Jakarta, in which core functions such as network and technology, marketing, infrastructure expansion and maintenance, finance and accounting, human resources, procurement, premises and inventory

Page 297: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 53

management, legal and corporate secretarial functions are managed. The chart below shows the structure of the Company’s central management.

CEO

Regional

Direct Sales

Jakarta

Direct Sales

Surabaya & Bali

Direct Sales

Bandung

Business

Residential

Enterprise

Headquarters

(Jakarta)

Technology &

Network

Operations

Marketing &

Content

Finance &

Accounting

Procurement,

Workplace H&S &

HR

Legal & Corporate

Secretary

Regional management

Each regional office is led by a branch manager. Core functions such as network and infrastructure expansion, warehouse operation, finance and accounting and premises management are established on a small scale in order to optimise customer experiences in the region. Surabaya has its own contact centre and telesales operations, and Bandung leverages Jakarta’s contact centre infrastructure. The chart below shows the structure of the Company’s regional management.

DIRECTOR

Branch Manager

Technology &

Network

Operations

Marketing

Finance &

Accounting

Procurement,

Workplace H&S &

HR

Headquarters

Residential (single

dwelling unit)

Enterprise

(Datacomms & TV)

Headquarters

Business level management

Management at the business level is divided into residential and enterprise. Management of residential are responsible for the provision of the main broadband products of FastNet and HomeCable in residential areas. Management of enterprise are responsible for the DataComm business, together with Advertising Sales.

15 SUPPLIERS

The Company operates a disciplined procurement policy to ensure a timely and efficient process as well as to maximise the Company’s economic leverage. This is achieved through its practice of pre-approving suppliers and its system of requiring approvals for each purchase order.

Page 298: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 54

The Company keeps a register of its approved suppliers which has enabled it to develop a solid database of registered suppliers from which to source goods and services, consultants and contractors. The Company conducts due diligence in respect of a supplier before it is added to the register, considering the supplier’s financial position and its terms of supply and prices and conducting a physical site visit (if necessary). Suppliers who maintain the standards expected by the Company are added to the Company’s approved supplier list. Suppliers who are included in the register or are approved suppliers will be evaluated annually on the basis of their prices, their ability to deliver and the quality that they offer.

A purchase request must be submitted in respect of each purchase of goods or services. The requirements of a purchase request differ according to the value of the relevant purchase but each purchase request must at least, be submitted to the relevant division head and director in charge and be accompanied by at least two competitive formal quotes from reputable vendors who have been pre-approved by the Company. The signatories of the purchase order will depend on the value of the goods being purchased, but each purchase order will be signed by at least the Procurement Department Head and the Supply Chain Management Division Head.

The Company’s top five suppliers (excluding content providers) are: PT Samsung Electronics Indonesia (set-top boxes); PT Multipolar Technology Tbk (cable modem termination system); PT Catur Mitra Adhikara (coaxial cable, connectors and other supporting materials); PT Konexindo Unitama (coaxial cable, connectors and other hub materials); and PT Furukawa Optical Solutions Indonesia (fibre optic cable). The percentage of purchases to the Company’s largest supplier (excluding content providers) was less than 13% of the Company’s total spending for the year ended 31 December 2013.

The Company purchases the majority of its Network equipment from Cisco, pursuant to the Vendor Loans. Under these arrangements Cisco advances the Company an amount equal to the total price of products ordered by the Company from Cisco for a term of three years. The Company repays the advances quarterly in arrears. These Vendor Loans enable the Company to access financing for its network equipment at lower interest rates.

The Company purchases bandwidth from first tier operators, both nationally and internationally and has an international bandwidth capacity of 180 Gbps. The Company depends on this bandwidth to link its physical networks in each of its service areas. First Media and the Company are under a standing arrangement whereby each party agrees to arrange the provision of bandwidth to the other if it has excess bandwidth available. This way, each party leverages off the other’s bargaining position when purchasing bandwidth from third party suppliers. The Company has the right to use 10 Gbps transmission capacity of Nap Info’s marine cable from Jakarta to Singapore for a period of 15 years, from 1 January 2011. The Company may extend this agreement on its expiry for another period of five years, provided that Nap Info’s operational licence is still valid. The Company has an option to purchase the right to use an additional 20 Gbps transmission capacity which is exercisable until 1 October 2015 for a price of US$15 million.

The Company has the right to use PT Indosat’s one pair fibre optic marine communication cable from Jakarta to Singapore for the period 1 January 2013 to 31 December 2024. The Company entered into agreement with PT Indosat on 28 January 2013 whereby Indosat will provide operational and maintenance services in respect of such fibre optic cable and the Company will pay

US$675,000 annually for such operational and maintenance services.

The fees paid to Cable TV content providers are the highest operating costs for the Company’s Cable TV Business. Where practicable, the Company enters into tripartite agreements (for example with IMTV) and the content provider to maximise its bargaining position.

16 INTELLECTUAL PROPERTY

The Company relies on a combination of trademarks, service marks, domain name registrations, copyright protection and contractual restrictions to establish and protect its brand name and logos, marketing designs and internet domain names. The Company is not critically dependent upon any third party patents or licences other than the licence to use the First Media (HomeCable) and FiRST Media (FastNet) and FiRST Media (FastNet HomeCable DataComm) brands from First Media.

16.1 Brands and licensed intellectual property rights

The Company offers its products under the First Media brands and under the FastNet, HomeCable and DataComm sub-brands. The Company has entered into a licence agreement with First Media to use the following brands which include the “First Media” name: FiRST Media (HomeCable); FiRST Media (FastNet); and FiRST Media (FastNet HomeCable DataComm), and related intellectual property rights, which following an amendment agreement, expires on 26 June 2031.

16.2 Trademarks

The Company uses certain trademarks in its day-to-day operations, including all trademarks relating to the FastNet, HomeCable and DataComm brands, and protects its intellectual property rights through registration with the Department of Law and Human Rights, Directorate of Intellectual Property Rights.

The table below lists all trademarks in which the Company has a registered interest.

Registered Trademarks

Page 299: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 55

The Company is currently in the process of registering its rights over the following brands and trademarks:

16.3 Domain names

The Company owns a number of internet domain names. These include its active domain names which are: (i) Linknet.co.id; (ii) Linknet.id; and (iii) Link.net.id.

17 OTHER INVESTMENTS AND POTENTIAL ACQUISITIONS

IMTV

The Company has a 15% equity interest in IMTV, a provider of pay TV services via satellite under the “BIGTV” brand.

IMTV launched its services in September 2013 and reached national coverage in November 2013. It utilises the capacity of seven transponders to carry up to 153 SD and 24 HD channels. Its core target customer base is B Households, C Households and D Households.

Trademark Certificate Trademark

IDM000050752 dated 14 September 2005 MyNet

IDM0000116830 dated 4 May 2012 DIGITAL CABLEVISION

IDM000118254 dated 7 May 2012 DIGITAL CABLEVISION

IDM000184099 dated 4 May 2012 FASTNET 1500

IDM000184100 dated 4 May 2012 HOMECABLE 88 PREMIUM

IDM000184101 dated 4 May 2012 FASTNET 768

IDM000184102 dated 4 May 2012 FASTNET

IDM000184103 dated 4 May 2012 FASTNET 384

IDM000184104 dated 4 May 2012 HOMECABLE 17+

IDM000184105 dated 4 May 2012 FASTNET 64

IDM000184106 dated 4 May 2012 HOMECABLE 88

IDM000184107 dated 4 May 2012 FASTNET 3000

IDM000184108 dated 4 May 2012 FASTNET 512

IDM000184109 dated 4 May 2012 HOMECABLE

IDM000187171 dated 4 May 2012 HOMECABLE SWEET 15

IDM000188868 dated 4 May 2012 3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM

IDM000188869 dated 4 May 2012 3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM

IDM000188871 dated 4 May 2012 3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM

IDM000188873 dated 4 May 2012 3 TRIPLE PLAY FASTNET HOMECABLE DATACOMM

481584 dated 29 June 2001 Link Net

481585 dated 29 June 2001 Link Net

481586 dated 29 June 2001 Link Net

479738 dated 4 May 2012 K@BELNET

480362 dated 4 May 2012 K@BELNET

IDM000032392 dated 4 May 2012 KABELNET

IDM000032393 dated 4 May 2012 KABELVISION

Trademark Application Number Etiquette

J00 2011 047442 dated 22 November 2011 HomeCable Showtime

J00 2011 0 47444 dated 22 November 2011 Showtime

Page 300: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 56

The Company does not currently consider IMTV a major competitor to HomeCable, primarily because IMTV only entered the market in 2013 and offers TV services, which it does via satellite. IMTV does not offer broadband services. The Company also sees its ability to offer bundled broadband and subscription based TV services as a significant competitive advantage over IMTV and other DTH operators.

The Company believes its investment in IMTV is complementary to its existing Cable TV Business because it gives the Company indirect exposure to markets that it currently does not service, and thereby provides the Company with useful market intelligence which informs its medium to long term network expansion strategy. IMTV also gives the Company visibility of the commercial drivers and challenges faced by DTH operators. The Company and IMTV leverage the synergies in their businesses by using their combined buying power to enter into tripartite agreements with various television content providers to secure the best possible terms.

FMTV and Lynx

The Company may consider acquiring substantially all of the shares in FMTV held by First Media (the “FMTV Acquisition”) and/or in Lynx held by PT Graha Investama Andalan Terpadu (the “Lynx Acquisition” and together with the FMTV Acquisition, the “Proposed Acquisitions”). Discussions with the respective shareholders are at a preliminary stage and no formal agreements have been executed. The consideration payable by the Company is not expected to be material. Completion of the Proposed Acquisitions would be subject to various conditions, including, among others, the approval of MOCI and compliance with applicable OJK regulations concerning affiliated transactions. Accordingly the timing and whether the Proposed Acquisitions (or either of them) will proceed at all remain uncertain. The Company does not expect any material change to its business as a result of the Proposed Acquisitions, regardless of whether any such transactions are completed or not.

18 PROPERTY, PLANT AND EQUIPMENT

The Company’s principal asset is its Network, which consists of numerous cables, telecommunications installations, exchanges of various sizes and transmission equipment, all of which are located in Indonesia. In conducting its business, the Company also has the benefit of certain land use rights in the form of HGB Title, which were granted by the national land agency of Indonesia and which will expire between 2018 and 2043, subject to a right in favour of the Company to renew. HGB Titles are granted for a maximum initial term of 30 years. A HGB Title may be extended for an additional term not exceeding 20 years by the HGB Title holder submitting an extension application to the relevant land office prior to the expiry of the initial term. Prior to the expiry of any such additional term the HGB Title holder may submit an application for the renewal of such HGB Title upon the same parcel of land to the relevant land office. The application for the renewal and extension of a HGB Title must be made no later than two years prior to the expiry of the term of the relevant HGB Title. Although the national land agency has discretion with regard to granting the various extensions it tends to grant extensions and renewals of HGB Titles only if: (a) the land is still duly used in accordance with the conditions, nature and objective of the granting of such HGB Title; (b) all terms and conditions of the granting of such HGB Title have been fulfilled by the HGB Title holder; (c) the HGB Title holder is still eligible to hold a HGB Title; and (d) there have not been any changes in zoning policies by the government, abandonment of the land, destruction of land (through for example natural disasters or act of god) or revocation of the HGB Title due to public interest considerations.

The Company believes that it has received all the necessary licences and permits from local authorities and landowners for the placement of the Company’s Network infrastructures on utility poles that are owned by third parties, underground conduits owned by local authorities and other landowners and the location of cables in the airspace of third parties.

The Company has also entered into standard lease agreements in order to lease spaces to place its backbone fibre optic cable in multi dwelling units. Terms of such standard lease agreements are ranging from three to five years and are extendable with prior written notification by the Company.

The Company believes that its properties, plant and equipment are in good condition and are suitable and adequate for its business operations. None of its significant properties are subject to material easements that prevent or restrict the Company’s current business activities or that are believed to require major investments or costs going forward.

As of 30 June 2014, the Company owns 16 buildings and leases on fixed term leases (excluding shared premises under co-location agreements, short term licences and leases of utility poles serving the Network) approximately 21 buildings and plots of land, which include offices, operational sites and warehouses. The Company’s headquarters are located at BeritaSatu Plaza Building, Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav 35-36, Southern Jakarta, and is occupied on a leasehold basis. This lease expires on 31 May 2017.

Some of the Company’s fixed assets are used as collateral to Cisco for the Vendor Loans.

18 LEGAL PROCEEDINGS

From time to time, the Company may be involved in legal proceedings concerning matters arising in connection with the conduct of its business. Currently, there are no material pending claims or legal proceedings, nor are there any legal proceedings involving the Company that are not in the ordinary course of business.

Page 301: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG88987/16 164137-0001

Page 57

Although the Company is not involved or a party to any related proceedings, the Company understands, based on annual reports and other publicly available information, that its shareholder First Media, which owns 41% of the issued Shares, was involved in arbitration proceedings at the Singapore International Arbitration Centre in relation to a dispute in respect of a joint venture, in respect of which the Singapore Court of Appeal has decided that approximately USD700,000 of the payment obligation under the original arbitration award is enforceable against First Media. This amount consists of less than 1% of the total payment obligation under the original arbitration award. Related to the proceedings in Singapore, First Media and its shareholder AcrossAsia Limited (“AcrossAsia”), which owns 55.1% of First Media, were involved in enforcement proceedings in the Hong Kong courts. In addition, AcrossAsia has been subject to Indonesian arbitration and bankruptcy proceedings in relation to a loan dispute with First Media. Management do not believe that any of these proceedings impact, or will impact, the Company or this Offering.

19 AGREEMENTS RELATED TO THE ACQUISITION OF THE NETWORK IN JUNE 2011

On 21 March 2011 the Company entered into an agreement with First Media pursuant to which the Company acquired certain assets, liabilities and rights of use relating to the Network Business, the Broadband Business and the Cable TV Business from First Media (the “Master Agreement”). The parties further agreed to enter into the following implementation agreements to give effect to the acquisition:

Intellectual property rights: the two Intellectual Property Rights Transfer Agreements (the “Intellectual Property Rights

Transfer Agreements”) effected the transfer of certain intellectual property rights to the Company, including the “FastNet”, “HomeCable” and “DataComm” brands;

Cable TV Business: the Company does not hold a television broadcast licence, in order for the Company to provide the Cable TV Services, the Company and FMTV entered into the Cable TV Agreement whereby FMTV irrevocably and unconditionally granted the Company an exclusive right to manage the Cable TV Business in Indonesia for a term expiring on 10 November 2020. The Company has the right to renew the agreement for a maximum of 10 years. Under this agreement, as amended, the Company pays FMTV a subscription fee of Rp3,000 (exclusive of VAT) per customer per month. FMTV also pays the Company for various services and expenses;

Brand licence: under the Brand Utilisation Agreement between First Media and the Company, First Media granted to the Company a non-transferable, royalty free licence to use and deal until 2031 with the “Licensed IPR”, being the FiRST Media (HomeCable), FiRST Media (FastNet) and FiRST Media (FastNet HomeCable DataComm) brands (i.e. the Company’s own brands combined with the name “First Media”). First Media currently offers broadband services as part of its Wireless Business under the First Media brand. However, the Company does not consider First Media a significant competitor to its Broadband Business due to the Wireless Business being very small in terms of customer numbers and is only available in Greater Jakarta and Medan;

Network Utilisation Agreement: upon acquiring the ownership of the Network assets from First Media, the Company entered into the Network Utilisation Agreement under which First Media is given access to the Network to deliver its Wireless Businesses (and any other services agreed by the Company and First Media) to its customers for a fee payable to the Company based on First Media’s consumption. The Network Utilisation Agreement also requires, among other things, the Company to: (i) provide to First Media certain allocated Internet Bandwidth, together with a domain name service or DNS, to the extent required, and one class B public internet protocol or IP address; and (ii) construct the additional cable in relation to any base transceiver station (“BTS”) of First Media, with First Media paying for 50% of the costs incurred by the Company. This agreement expires on 21 June 2026, although either party may extend the term for a further period of five years; and

Transitional and support services: the Company and First Media have entered into several other agreements wherein they agree to provide certain transitional and support services to each other, such as customer service support, lease of office space and co-location of network equipment, to support their respective businesses.

Page 302: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

INDUSTRY REPORT This document is a report on the industry in which PT Link Net Tbk. (the “Company”) operates and

has been prepared by Media Partners Asia (“MPA”). A Bahasa Indonesia version of this document is

being prepared and will be published within five business days after publication of this information.

THIS DOCUMENT DOES NOT CONSTITUTE AND IS NOT AN OFFER TO SELL OR THE

SOLICITATION OF AN OFFER TO BUY SECURITIES (THE “SECURITIES”) OF THE

COMPANY IN THE REPUBLIC OF INDONESIA, THE UNITED STATES OR ELSEWHERE.

THE COMPANY HAS NOT REGISTERED AND DOES NOT INTEND TO REGISTER THE

SECURITIES UNDER THE US SECURITIES ACT OF 1933, AS AMENDED (THE

“SECURITIES ACT”) AND THE SECURITIES MAY NOT BE OFFERED OR SOLD IN THE

UNITED STATES ABSENT REGISTRATION UNDER THE SECURITIES ACT OR PURSUANT

TO AN EXEMPTION FROM, OR IN A TRANSACTION NOT SUBJECT TO, REGISTRATION.

THE COMPANY DOES NOT INTEND TO MAKE ANY PUBLIC OFFERING OF THE

SECURITIES IN THE UNITED STATES OR IN ANY OTHER JURISDICTION.

This document, including all data (actual, estimated and forecast, and unless stated otherwise) relating to,

among other things, demand and market share information, has been prepared by MPA, a leading

provider of information services on the media industry in Asia. The information presented in this

document has been derived from publicly available documents, government publications as well as

industry sources. Neither the Company nor its affiliates, directors, officers, representatives or advisors

make any representation as to the accuracy, correctness and/or completion of the information provided or

presented in this document. These sources are based on economic and other assumptions that may prove

to be incorrect and the information has not been independently verified by the Company, any of its

affiliates, directors, officers or representatives, nor any of its advisors and none of the parties can

guarantee its validity. You should recognise that certain industry data contained in this document is

estimated in the absence of official company confirmation or reliable country source information, and you

should not place undue reliance on such data. Some amounts in this document are rounded.

In making any investment decision, any party must rely upon its own examination of the Company including the risks involved. The information provided in this document is not to be construed as legal or business advice. Each party should consult its own lawyer or financial adviser for legal or financial advice.

This document includes forecasts (including where indicated by the letter “F”), estimates and other forward-looking statements. These forecasts, estimates and other forward-looking statements are

necessarily based on various assumptions and estimates that are inherently subject to various risks and

uncertainties relating to possible invalidity of the underlying assumptions and estimates and possible

changes or development of social, economic, business, industry, market, legal, government, and

regulatory circumstances and conditions and actions taken or omitted to be taken by others. Assumptions

relating to the foregoing involve judgments with respect to, among other things, future economic and

competitive market conditions and future government and business decisions, all of which are difficult or

impossible to predict accurately. Actual results and future events could differ materially from such

projections. You should not place undue reliance on such statements, or on the ability of MPA, publicly

available documents, government publications, industry sources or any other third party to accurately

predict future industry trends or performance. All figures in this document shown in USD are based on a constant exchange rate of USD1=Rp12,000 for

comparative purposes.

Page 303: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 2

INDUSTRY REPORT PREPARED BY MEDIA PARTNERS ASIA

1. OVERVIEW

The subscriber base for the overall Indonesia broadband and pay TV markets comprise of 38.4 million

and 3.2 million subscribers as at 31 December 2013, respectively.

The broadband industry is made up of the wireless broadband and fixed broadband segments. Within the

fixed broadband segment, ADSL represents 89.9% of total subscribers, while the Next Generation

broadband market ("NGBB") represents the remaining 10.1% of the fixed broadband subscriber base.

NGBB is defined as fixed networks capable of providing high speed broadband such as cable broadband

and FTTH. As there has been limited rollout and subscriber acquisition by operators using FTTH

technology, the NGBB market in Indonesia is primarily driven by cable broadband currently.

Exhibit 1: Broadband subscriber share by technology and ARPU, 2013

Source: MPA

The Company operates in the NGBB market, owning and operating the only next generation network of

scale in Indonesia, resulting in 97.9% market share in the market for 2013 based on number of NGBB

subscribers. The growth of the NGBB market since 2011 has been driven by the Company’s rapid Network rollout ("NRO"), increasing the number of the Company’s homes passed from 553,080 to 1.31 million between the end of June 2011 to the end of June 2014, with limited rollout from other players.

The NGBB market is expected to continue being significantly underpenetrated and supply-driven over the

next five years. Demand for high speed broadband services are mainly driven by pent-up demand for

faster and more reliable services currently offered by ADSL, which has a wider network coverage

currently.

The Indonesia pay TV industry had 3.2 million subscribers comprising of DTH, Cable TV and a very

small and nascent IPTV / digital terrestrial television (“DTT”) segments at the end of 2013. DTH

Page 304: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 3

represents 87.0% of the overall pay TV subscriber base as at 31 December 2013, with Cable TV

representing 10.2%. DTT and IPTV represent 2.9% of the pay TV subscriber base combined.

Exhibit 2: pay TV subscriber share by technology and ARPU, 2013

Source: MPA

As the owner and operator of the only next generation network of scale in Indonesia, the Company is the

only operator of scale in the Cable TV market and has been the driver of the overall cable market growth,

offering pay TV services bundled with its next generation broadband offering.

2. KEY HIGHLIGHTS

Macro momentum. Indonesia is a large and attractive market for broadband and pay television services, and has the lowest broadband and Pay TV penetration among the 20 largest economies globally. Fixed broadband penetration in India, China and US in 2013 were 5.7%, 45.6% and 81.1% respectively, compared to 5.4% in Indonesia. Pay TV penetration in 2013 for China, India and US was 51.8%, 79.9% and 85.0% respectively, compared to Indonesia’s 8.6% as of 2013. According to the International Monetary Fund (the “IMF”), the country is the fourth largest in the world with a population of 248 million, and ranks 16th largest by nominal GDP. The Indonesian political landscape is stable and its economy is expected to grow rapidly with real GDP set to expand at 5.8% CAGR over the next five years, according to the IMF. The population is one of the youngest in the world, with 54% under 30-years of age as of end 2013, and is increasingly online savvy. This, combined with increasing urbanisation, income growth and consumption, will ensure that consumer households will increasingly adopt and spend more on broadband and pay TV services.

Significantly under penetrated and fastest growing broadband market. MPA forecasts that fixed broadband subscribers will grow at 13.4% CAGR to reach 6.3 million by 2018 with household penetration increasing from 5.4% to 9.8% between 2013 and 2018. The projected penetration rate of 9.8% in 2018 is still significantly below current penetration levels of broadband markets in neighbouring countries including Thailand (22.1% for 2013). MPA also forecasts that cable broadband subscribers will grow at a CAGR of 20.4% between 2013 and 2018 to reach 860,000 by 2018, with monthly ARPU rising 7.0% CAGR to Rp280,569. The growth of fixed broadband penetration, subscribers and ARPUs is attributable to a number of key drivers including: (i) urbanisation, the growth of an affluent consumer class, and a thriving youth population; (ii) rising demand for online content including video-based entertainment, social networking and online news; and (iii) strong execution by incumbent operators (Telekom for ADSL and the Company for cable broadband representing the majority of the NGBB market).

Complementing fixed broadband growth is the market for mobile broadband, which enables

subscribers to access broadband outside of their homes and outside of current fixed broadband

coverage areas, albeit at higher cost per bandwidth. MPA forecasts that the market for mobile

broadband will grow at 33.2% CAGR between 2013 and 2018, reaching 146.8 million subscribers

Indonesia Pay TV

Subs

3,160k

DTH

Subs

2,749k

ARPU

Rp108,784

Cable TV

Subs

321k

ARPU

Rp150,685

IPTV

Subs

8k

ARPU

Rp50,000

DTT

Subs

82k

ARPU

Rp82,000

87.0% 10.2% 0.3% 2.6%

Page 305: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 4

by 2018. MPA forecasts that mobile broadband per capita penetration will rise from 14.1% in

2013 to 56.0% by 2018.

Large and fast-growing addressable market. The Company’s core target customers are A Households and B Households, which are households comprising of four persons and having a monthly household income in excess of Rp2.0 million. The Company also targets to attract customers in the C1 Households (defined as households with monthly household income of Rp1.5 million to Rp2.0 million) through its entry level package priced at Rp169,000 per month. In the Company’s current coverage area in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, the number of core A Households and B Households has grown at a CAGR of 17.6% between 2010 and 2013, reaching 4.1 million. As at 31 December 2013, including C1 Households, there are 6.6 million addressable A Households, B Households and C1 Households in the Company’s coverage area. The large addressable households should provide significant room for growth to the Company.

The role of the Company and HFC cable. The Company has capitalised on its first mover advantage position in the provision of bundled broadband and digital pay TV services. The Company’s state-of-the-art HFC cable Network, which passes more than 1.3 million households in three urban centres, including Greater Jakarta, has captured a significant portion of the attractive consumer demographic addressable market, and is currently the only next generation network of scale in Indonesia. The Company's churn rates are amongst the lowest in Indonesia broadband and pay TV markets primarily due to the function of the bundling of superior broadband offering and differentiated Cable TV offering with significant innovation and the widest selection of HD channels. The Company’s Adjusted EBITDA margins are consistently among the highest in the industry at 54.0%, 54.1% and 57.2% in 2012, 2013 and the first six months of 2014, respectively.

The following table summarises the current state of competitors' next generation networks as at

December 31, 2013.

Exhibit 3: Comparison of competitor networks

Telkom Announced a significant investment plan. Details have been limited with no report of any significant completed FTTH residential network rollout.

Biznet 0.17 million homes passed. MNC Play Media Began FTTH rollout in January 2014. Currently in a test phase with limited

home passes. MQM (Sinarmas) Focus on FTTH rollout in properties constructed by Sinarmas, its parent

group, with no available public information on rollout and very limited track record outside of Sinarmas properties

Source: MPA

HFC cable networks are one of the most suitable and cost effective delivery methods to serve the

densest and most affluent regions of Indonesia. Competition in bundled services and in the

broadband market itself is relatively benign, driven by technological and scale advantages that the

Company has derived from its Network, allowing the Company to offer compelling and attractive

bundled packages.

The Company’s Network is expected to be over 60% 1 GHz compliant with the remaining 40% 870 MHz compliant by the end of the first quarter of 2015. The Network has been designed and

built out with specifications that are in line with international standards set by leading operators

in Asia, Europe and the United States. The Network, combined with its deployment of DOCSIS

3.0 technologies and high definition premium pay TV channels, has enabled the Company to

maintain its market leadership in terms of product innovation. The Company has rapidly

Page 306: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 5

expanded its Network in the largest and most attractive metropolitan areas of Indonesia since

June 2011 to meet latent and underserved demand for NGBB services in Indonesia, while at the

same time leading innovation in the Indonesian pay TV industry through the largest HD product

offering and other value-added services, such as TV Anywhere (“TVA”), video-on-demand

(“VoD”), catch-up TV, add-on TV content packages and new upgraded set-top boxes. As a result,

the Company offers consumers the most reliable and the fastest broadband download speeds

amongst Indonesian broadband providers.

Pay TV upside. The market for pay TV continues to grow at a significant pace, driven largely by DTH satellite which can cover the expansive Indonesian archipelago, compared to local coverage areas of Cable TV. The growth of Cable TV is driven by network expansion of key players (currently only the Company offers Cable TV services of scale), offering higher quality TV services including HD channels and 2-way capabilities and good value proposition in bundled offerings. 94.4% of total cable broadband customers subscribed to Cable TV in 2013. According to MPA forecasts, total pay TV penetration is expected to grow from 8.6% in 2013 to 16.2% by 2018 while Cable TV is expected to expand at a CAGR of 20.2% over the same period, reaching 808,000 by 2018. According to MPA forecasts, monthly Cable TV ARPU is expected to expand at a CAGR of 3.5% between 2013 and 2018 to reach Rp179,046 by 2018.

Exhibit 4: Indonesia key broadband and pay TV indicators

Broadband 2013 2014 2015 2016 2017 2018

%

CAGR

2013-18

Wireless broadband (thousands

) 35,000 56,000 78,400 101,920 122,304 146,765 33.2

Fixed broadband (thousands

) 3,353 4,115 4,963 5,588 6,009 6,297 13.4

ADSL (thousands

) 3,013 3,703 4,423 4,923 5,224 5,437 12.5

Cable (thousands

) 340 412 540 665 785 860 20.4

Total broadband

subscribers

(thousand

s)

38,353 60,115 83,363 107,508 128,313 153,062 31.9

% Penetration

% Wireless broadband penetration per capita

(%)

14.1% 22.3% 30.8% 39.6% 47.1% 56.0%

% Fixed broadband penetration/household

(%) 5.4% 6.6% 7.9% 8.8% 9.4% 9.8%

ARPU

Monthly cable

broadband ARPU (Rp)

200,481 216,708 235,553 251,256 268,006 280,569 7.0

Pay TV

Pay TV

subscribers

(thousand

s)

3,160 4,016 4,765 5,430 6,052 6,578 15.8

DTH (thousands

) 2,749 3,511 4,139 4,684 5,169 5,611 15.3

Cable TV (thousands

) 321 390 490 602 733 808 20.2

IPTV (thousands

) 8 10 12 14 18 25 25.6

Page 307: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 6

DTT (thousands

) 82 105 125 130 132 135 10.5

% Penetration

% Pay TV per TV household

(%) 8.6 10.7 12.5 13.9 15.2 16.2

% Cable TV subscribers / Cable broadband subscribers

(%)

94.5 94.7 90.7 90.6 93.4 93.9

ARPU 8.6% 10.7% 12.5% 13.9% 15.2% 16.2%

Monthly Cable TV

ARPU (Rp)

150,685 163,260 170,382 173,375 176,239 179,046 3.5

Source: MPA

3. MACROECONOMIC OVERVIEW OF INDONESIA

3.1 INDONESIA

Indonesia’s economy has experienced strong growth in recent years, with real GDP expanding at a CAGR of 5.8% between 2008 and 2013 driven by a combination of growing domestic consumption and robust

commodity exports. Inflation has been relatively stable at an average of 6.0% during the same period

according to the IMF.

Indonesia experienced some macro-economic headwinds in 2013. These included continued impact from

Eurozone economies and a slow-down of the Chinese economy, which is one of Indonesia’s larger commodity importers. This has resulted in Indonesia’s GDP growth falling below the 6% mark to 5.8% in 2013 according to the IMF, driven mainly by the fall in exports. Inflation rates have also been high at

7.7% for the full year in 2013 according to the IMF, brought about by government reducing fuel subsidies

in order to combat a rising current account deficit. Despite these factors, Indonesia’s GDP is forecasted by the IMF to grow at a higher CAGR (2013-2018) of 5.8%, compared to other Asian countries

(Singapore: 3.6%, Korea: 3.8%, Malaysia: 5.0%, Thailand: 4.1%), as well as those seen in both the US

(2.9%) and UK (2.5%). The only three Asian markets that are expected to grow at rates marginally higher

than Indonesia are China (7.7%), India (6.3%) and Philippines (6.2%). Furthermore, domestic

consumption (59% of 2013 GDP according to Badan Pusat Statistik) has not been significantly dampened

by these factors and Indonesia ranks second most optimistic market globally according to the Nielsen's

Global Consumer Confidence Index For 2Q 2014.

The political situation in Indonesia is stable and positive, following the election of new president Joko

Widodo, who ran on a campaign pledging national reforms and anti-corruption. The new government is

expected to initiate steps to reign in both inflation and a current account deficit, which could bolster the

economy and improve future GDP growth rates. This will help bolster consumer expenditure on bundles

of pay TV and broadband services.

Page 308: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 7

Exhibit 5: Nominal GDP and Real GDP growth across key global markets in 2013

Source: MPA based on IMF data

Exhibit 6: Nominal and real GDP growth projections by key global markets

Nominal

GDP (USD

billions)

2013 2018

Nominal

GDP, %

CAGR

2013-18

Real GDP,

% CAGR

2013-18

US 16,800 21,180 4.7 2.9

China 9,181 13,997 9.8 7.0%

Japan 4,902 5,540 2.3 1.0

UK 2,536 3,543 4.5 2.5

India 1,871 2,826 12.9 6.3

Korea 1,222 1,739 5.7 3.8

Indonesia 870 1,156 11.6% 5.8

Taiwan 489 651 4.4 4.0

Malaysia 312 491 8.5 5.0

Philippines 272 466 10.2 6.2

Thailand 387 464 6.1 4.1

HK 274 386 7.1 3.9

Singapore 296 361 4.9 3.6

Source: MPA based on IMF data

In addition, broad macro trends support higher consumption and spend in pay TV and broadband. Key

trends include:

Young demographics and growing population. Indonesia’s growth trajectory is anchored to its growing middle class and young working population. The IMF estimates that Indonesia’s population, currently at 248 million in 2013, will grow by 1.4% CAGR over the next five years.

16.800

9.181

4.902

2.536 1.871

1.222 870 489 387 312 296 274 272

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

No

min

al

GD

P (

US

D b

illi

on

s)

% Real GDP, CAGR 2013-18

2.9%

2.5% 6.3% 3.8%

5.8% 4.0% 4.1% 5.0% 3.6% 3.9% 6.2%

1.0%

7.0%

Page 309: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 8

This closely mirrors trends seen in India, Philippines and Malaysia, and is significantly faster than mature markets with an ageing population including Korea, Japan and Taiwan. According to the World Bank, 66% of Indonesia’s population is in the working age group of 15-65 years, while CEIC Data estimates that 34.6% fall within the 15-34 age group, indicating a healthy working population now and in the future.

Exhibit 7: Population by key global markets, 2013

Source: IMF

Exhibit 8: Population aged 15-34 by key global markets, 2013

Source: CEIC Data, MPA

Strong domestic consumption. Domestic consumption is stable contributing to 59.0% of GDP. Despite a slowdown in GDP growth and relatively high inflation in 2013 of 7.7%, consumer sentiment remains positive.

Increasing urbanisation. In line with other developing economies in Asia, Indonesia’s rural population continues to migrate towards urban areas. Between 2006 and 2013, the proportion of population living in urban areas has increased from 47% to 52% according to the World Bank. Crucially, this continuing transition to urbanisation is likely to bring with it increasing household incomes and drive gains in disposable income, as well as increase consumer spend on broadband and pay TV services. McKinsey, in its report titled “The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential”, estimates that approximately 70% of the Indonesian population will be

1.361 1.243

316 248

127 97 68 64 50 30 23 7 5

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

Po

pu

lati

on

(m

illi

on

s.)

1.3%

0.8% 1.4%

-0.3% 2.0% 0.4% 0.7% 0.4% 1.7% 0.2% 0.9% 1.1%

0.5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

% Population aged 15-34 / total population

% CAGR 2013-18

Page 310: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 9

living in urban areas by 2030. McKinsey further estimates that the contribution to Indonesia’s GDP from urban areas will increase from 74% in 2010, to 85% in 2030.

Exhibit 9: Indonesia urbanisation trends, 2006-2013

Source: World Bank, MPA

Fast growing middle and upper class. Indonesia's GDP per capita has grown rapidly from 2010 to 2013 at CAGR of 5.6% according to the IMF. The middle and upper classes defined as A Households and B Households is expected to experience the fastest growth among all social economic segments. In the Company’s current core coverage area, there were 4.1 million A Households and B Households in 2013, representing 53.6% of total households and growing at a CAGR of 17.6% between 2010 and 2013.

In conclusion, such macro momentum will encourage: (i) higher demand for communication and

entertainment services such as pay TV and broadband; (ii) greater consumer expenditure on pay TV and

broadband services as well as premium and value added services including HD channels, VoD and digital

video recordings (“DVRs”) and (iii) increased advertising expenditure across the pay TV sector.

3.2. MACROECONOMIC ADVANTAGES OF THE COMPANY

High per capita income and favourable demographics. The favourable economic outlook bodes well for the Company, which operates in the most attractive metropolitan areas in Indonesia comprising Greater Jakarta (JaBoDeTaBek), Greater Surabaya (largest city in East Java) and Bandung (largest city in West Java) which comprise the most densely populated and most affluent areas of Indonesia. This is because these metropolitan areas (Greater Jakarta, Bandung and Surabaya) are situated in the top three provinces (Jakarta, East Java, West Java) that represent the top three provinces in terms of GDP contribution to Indonesia representing 37% of total GDP in 2013 according to Badan Pusat Statistik. Jakarta has a population density of 15,211 per square kilometre, Surabaya has population density of 9,425 per square kilometre and Bandung has population density of 14,386 per square kilometre.

Exhibit 10: Population density by top three metropolitan areas, Indonesia

2013 Population

(millions)

Land area (square

kilometre)

2013 Population

density per square

kilometer

Jakarta - 10.1 664.0 15,210.6

Surabaya 3.1 330.0 9,424.8

119 119 119 119 119 119 119 119

102 106 110 113 117 121 125 129

47% 48% 48% 49% 50% 51% 51% 52%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

50

100

150

200

250

300

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Po

pu

lati

on

(m

il.)

Urban population Rural population % Urbanization

Page 311: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 10

Bandung 2.5 172.7 14,386.3

Source: Badan Pusat Statistik, www.surabaya.go.id, www.bandungkota.bps.go.id,

www.regionalinvestment.bkpm.go.id

Exhibit 11: Top 12 provinces by GDP

Provinces 2013 GDP (USD

millions) % of Indonesia

% CAGR

2010-13

2013 Population

(millions)

Jakarta 117,000 13.4 7.4% 10.1

East Java 106,874 12.3 7.8% 38.0

West Java 98,641 11.3 5.3% 45.2

Central Java 58,664 6.7 6.4% 32.5

Riau 50,091 5.8 9.7% 6.1

East Kalimantan 42,675 4.9 6.6% 3.9

North Sumatera 37,046 4.3 7.1% 13.3

Banten 22,301 2.6 5.8% 11.4

South Sumatera 21,994 2.5 8.4% 7.8

South Sulawesi 17,332 2.0 10.3% 8.2

Lampung 15,398 1.8 9.0% 7.8

West Sumatera 11,581 1.3 6.6% 5.0

Source: Badan Pusat Statistik

Consumer demographics are advantageous and favourable across the Company’s coverage areas. According to Nielsen, in the Greater Jakarta region in 2013, 49.3% of the population falls within

the top A Households and B Households (defined as households having monthly household

income in excess of Rp2.0 million), which is the core target demographic of the Company. This

figure has increased from 31.7% as at 31 December 2010. When including C1 Households

(defined as households having household income between Rp1.5 million to Rp2.0 million), this

figure reaches 75.8% in 2013 from 55.7% as at 31 31 December 2010.

In other areas such as Greater Surabaya and Bandung, where the Company has operations and

plans to expand in the future, 58.8% and 69.7% of the population are in the key A Households, B

Households and C1 Households as at 31 December 2013, respectively, according to Nielsen.

These figures have increased from 31.2% and 59.7% as at 31 December 2010 in Greater Surabaya

and Bandung, respectively, indicating the regions’ current and future prospects for adopting pay TV and broadband services.

Exhibit 12: Household distribution by monthly household expenditure

Household Category By Region 2010

(thousands)

2013

(thousands)

2010-2013

% CAGR

AB 2,496 4,059 17.6

Greater Jakarta 2,105 3,347 16.7

Greater Surabaya 243 474 25.0

Bandung 149 238 16.9

C1 2,153 2,570 6.1

Page 312: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 11

Greater Jakarta 1,592 1,795 4.1

Greater Surabaya 434 654 14.7

Bandung 127 121 -1.7

C2 2,371 1,762 -9.4

DE 2,245 828 -28.3

% contribution of total households 2010 2013

A1 2.9 6.4

A2 6.3 9.1

B 17.8 28.6

C1 23.2 27.9

C2 25.6 19.1

D 16.9 6.8

E 7.3 2.2

Source: Nielsen

Note: AB Households defined as households with monthly expenditure of over Rp2.0 million; A1 –

>Rp4.5 million, A2 – Rp3.0-4.5 million, B – Rp2.0-3.0 million, C1 – Rp1.5-2.0 million; C2 – Rp1.0-1.5

million; D – Rp700,000-1.0 million; E –Rp700,000 and below

Larger inflows of Foreign Direct Investment (“FDI”). According to Badan Pusat Statistik, Indonesia garnered approximately USD30 billion in FDI in 2013, of which 60.0% was directed towards the Java island, followed by Sumatera (11%) and Kalimantan (9%) – underlying Java island’s position as the nation’s economic backbone and engine.

3.3 KEY CONCERNS

Despite a positive long-term outlook for the Indonesian economy, short-term pressure exists which could

impact consumption in pay TV and broadband markets. These include:

Increase in inflation. A second round of fuel subsidy cuts could follow once the new president is sworn in and government takes charge. The new government’s priority will be reigning in of the current account deficit – which is close to 3% of GDP. Although consumer sentiment remained strong after the first round of subsidy cuts and subsequent rise in inflation, a second round of subsidy cuts will likely prolong inflationary pressure, and may weaken consumer sentiment and may reduce discretionary household spend.

Increase in unemployment and slowing household formation related to commodities export. A ban on the export of unprocessed minerals, which has impacted GDP growth, has also resulted in growing unemployment in the mining sector. Similarly, there has also been a weakening in the pricing power of commodity export due to slowdown in Chinese demand. This could further exacerbate if the Chinese economy continues to face headwinds and place further pressure on unemployment. Increasing unemployment could also place pressures on household formation, which has already been slow, growing at a CAGR of 0.6% between 2010 and 2013, and marginally faster than developed economies such as Japan. Between 2013 and 2018, household formation is expected to see a further slowdown to a CAGR of 0.3%, but faster than economies such as Japan, Taiwan and Korea according to MPA. The trend is mitigated by the Company’s focus on large cities in Java which have less economic exposure to commodities exports. At the same time, slow household formation at a national level should be mitigated by urbanisation trend increasing population and households at large cities where the Company operates.

Page 313: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 12

Further currency depreciation. The Indonesian rupiah has remained weak against the US dollar throughout 2013, reaching the Rp11,000-11,500 mark. For the pay TV and broadband industries, including the Company, a weakening rupiah will place further pressure on margins as content deals and consumer premises equipment are pegged to the US dollar. These risks will likely be well managed by better capitalised players in the market, including the Company.

4. INDONESIA’S BROADBAND SECTOR

Availability of high-speed broadband services and its uptake – both via fixed and mobile - remain nascent

in Indonesia. As of 2013, the country’s lower fixed broadband penetration levels (5.4%) versus markets like Korea (99.5%), Hong Kong (96.0%), Singapore (99.6%) and Thailand (22.1%) suggest room for

growth, especially in urban areas where fixed networks are being rapidly deployed, and upgraded.

Fixed network growth has been relatively fast in countries such as Singapore and Hong Kong due to small

size (limited area to cover) and density of population. However, due to Indonesia’s unique topography (consisting of 17,000 islands), large scale deployments of fixed networks have been uneconomical in

areas outside of the main cities and towns, and subsequently, broadband access remains limited. MPA

estimates that Indonesia is the most underpenetrated and fastest growing broadband market globally of

the top 20 largest global economies.

Exhibit 13: Fixed broadband penetration comparison by market, 2013

% Fixed broadband

penetration /

household

2013 2018 Subscriber growth, %

CAGR, 2013-18

Singapore 99.6 99.9 1.0

Korea 99.5 100.2 0.7

Hong Kong 96.0 97.3 1.5

US 81.1 91.0 4.5

UK 79.0 89.0 3.8

Japan 70.3 72.9 0.7

Taiwan 69.4 77.3 2.7

Australia 67.2 75.2 3.1

China 45.6 57.0 5.7

Malaysia 33.8 34.7 2.0

Thailand 22.1 36.3 11.1

Philippines 6.6 9.7 9.2

India 5.7 6.3 4.6

Indonesia 5.4 9.8 13.4

Source: MPA

The increasing presence of international players such as Google, Yahoo and Facebook in Indonesia, as

well as the establishment of home grown firms such as Okezone, Liputan and Kompas signify the

importance and growth potential of the Indonesian broadband and internet sectors.

International web analytics firm Alexa estimated that Facebook was the second most accessed website in

Indonesia in 2013, while Facebook itself claims to have a user base of 65 million active users in

Indonesia. This equates to approximately 90% of all internet users in the country, and accounts for nearly

Page 314: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 13

16% of Facebook’s user base in the Asia Pacific region. Similarly, Google’s YouTube is estimated by Alexa as being the fourth most popular website in the country, up from seventh place in 2011, indicating

the increasing popularity and growing consumption of online video in Indonesia, and consequently

increasing demand for higher speeds and bandwidth.

Providing an added impetus to the growth of the Internet sector is the improvement in online advertising

measurement systems and metrics. Media buyers and planners in Indonesia are now placing an

increasingly large portion of their advertising budgets on online, improving monetisation opportunities for

online players, and encouraging new players to enter the market.

MPA estimates that the online advertising market generated Rp1 trillion in net revenues in 2013, up 50%

year-on-year, and growing at a CAGR of 58%. Of this, it is estimated that the top three players –

Facebook, Yahoo and Google (including YouTube) accounted for approximately 71% or, Rp$715.7

billion. Between 2013 and 2018, MPA estimates that the sector will grow at a CAGR of 31% to reach

Rp2.6 trillion.

Exhibit 14: Top 10 websites in Indonesia (2011 vs. 2014)

Website Ranking (End

2011)

Ranking (July 2014)

Google.co.id 2 1 Facebook 1 2 Google.com 3 3 Youtube 7 4 Blogspot - 5 Yahoo 4 6 Kaskus 8 7 Detik 9 8 Kompas 12 9 Wordpress 6 10

Source: Alexa

4.1. KEY BROADBAND TECHNOLOGIES

Broadband internet services in Indonesia are available through fixed/wired broadband services such as

copper/telephone lines (for ADSL), fibre (for fibre-to-the-x) and HFC cable (for cable broadband); and

wireless via mobile devices like smartphones and dongles.

As at 31 December 2013, there were 38.4 million broadband subscribers across Indonesia, comprising

both wireless and fixed broadband. Indonesia’s broadband market continues to grow at a rapid pace, adding 15.7 million net new subscribers in 2013. MPA forecasts that the market will continue to grow at a

CAGR of 31.9% between 2013 and 2018, to reach 153.1 million subscribers.

The two main technologies through which broadband is available are:

1. Mobile broadband. With 35 million subscribers and 14.1% penetration of population at the end

of 2013, mobile broadband was driven primarily by the deployment of 3G networks and the

availability of low cost smartphones in the market. Given fixed broadband rollout’s limited reach

outside of the big cities/towns, relatively high pricing (on an absolute basis, not in terms of per

megabyte of bandwidth) as well as on-the-go internet connectivity, wireless broadband has

become the platform of choice for the households/population in the lower socio economic

categories and households outside of fixed broadband's coverage areas. Operators such as Lippo

and Telkom have also begun to deploy 4G networks, though their availability is limited to

Page 315: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 14

Jakarta, in the case of Lippo, and still in planning/construction phase in the case of Telkom. With

the current technology and equipment costs, 4G mobile broadband is still significantly more

expensive on a per megabyte of bandwidth basis, and is expected to remain a complementary

service to fixed broadband. Furthermore, reliability of mobile broadband connections in Indonesia

remains low on account of the low number of 3G base stations, and unavailability of fibre

backhaul to support high levels of data usage. While telecom operators are upgrading their

networks to allow greater data usage, networks will continue to remain inferior to the speeds and

reliability offered by fixed networks.

2. Fixed broadband. With approximately 3.4 million subscribers at end 2013, it is estimated that

fixed broadband penetration of households was just 5.4%. Fixed broadband in Indonesia is

delivered largely through copper-based ADSL services (from incumbent telecommunications

company Telkom Indonesia), and via HFC cable (from the Company). On account of its legacy

copper infrastructure, Telkom offers fixed line services nationwide, while the Company has a

more focused service area in Greater Jakarta, Greater Surabaya, Bandung and Bali

(predominantly for hotels and enterprise clients). In addition, in areas in which the Company’s cable broadband services are currently not available, consumers are often restricted in their choice

of broadband platform/technology, mostly with ADSL as their only option, with a maximum

advertised speed of 3Mbps. Fixed broadband, which accounts for 8.7% of total broadband

subscribers, added 717,000 net new subscribers in 2013 to grow at approximately 27.2% year on

year.

The increasing demand for data and bandwidth, illustrated by the growth in e-commerce websites, news

portals, social media services and online video delivery platforms, highlight the market potential for fixed

broadband operators, especially in the NGBB market, such as the Company. The Company is in a good

position to capture such a market potential providing stable and reliable high-speed broadband

connectivity. Similarly, despite the faster growth in wireless broadband services, the lack of reliable &

stable wireless broadband connectivity and limited coverage area for 3G services all point to the fact that

wireless broadband will continue to remain as a complimentary service to fixed broadband networks,

rather than emerging as a substitute technology.

Exhibit 15: Broadband subscribers and market share by technology, 2011-13

Fixed

broadband

subscribers

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 CAGR

2013-18

(thousands) (%)

Total

1,982 2,636 3,353 4,115 4,963 5,588 6,009 6,297 13.4

Cable

193 295 340 412 540 665 785 860 20.4

ADSL

1,789 2,341 3,013 3,703 4,423 4,923 5,224 5,437 12.5

Market share 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

(%)

Cable

9.7 11.2 10.1 10.0 10.9 11.9 13.1 13.7

ADSL

90.3 88.8 89.9 90.0 89.1 88.1 86.9 86.3

Source: MPA

The two key players that deliver fixed broadband services in Indonesia are:

Page 316: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 15

1. Telkom Indonesia. Indonesia’s incumbent state-owned telecommunications company, which

provides copper-based ADSL services under the ‘Speedy’ brand. Speedy had 3 million subscribers, or 90% market share of fixed broadband at the end of 2013. Telkom has announced

an ambitious nationwide upgrade plans in recent years. The upgrade plans have faced some

execution issues and delays. So far, Telkom has publicly stated that as of first half of 2014, 8.5

million home passed have been upgraded to a combination of FTTH, fibre to the kerb (“FTTK”) and ADSL in the last mile. The breakdown of FTTH, FTTK and ADSL are not disclosed, but the

vast majority of its 3 million customers are on an ADSL platform and there has been no

announcement or indication of any residential FTTH network of scale to date.

2. The Company. Cable broadband services provided by the Company had 10% market share of

fixed broadband, but has 98% of the NGBB market, with 332,886 broadband subscribers as of 31

December 2013. The Company provides the fastest broadband speeds in the residential segment

of up to 100Mbps, compared to Telkom's highest offering of 3Mbps via ADSL, based on

information available from its website, or Biznet’s highest speeds of 50Mbps. The Company’s fast and reliable NGBB service offers a highly attractive option to households in its coverage

areas, who in the vast majority of cases have as the only alternative ADSL with maximum

advertised speed of 3 Mbps. In addition, unlike Telkom, the Company does not have a nationwide

mandate and goals for broad access to broadband nationwide, and therefore mainly focuses on its

core customer demographic, expanding its HFC Network in Greater Jakarta, Greater Surabaya

and Bandung.

MPA believes that HFC technology adopted by the Company has an advantage over ADSL and FTTH in

the Indonesia broadband context in several key aspects:

Current capacity vs. ADSL. The Company’s Network is upgraded to support 870MHz capacity, and is capable of offering residential speeds of up to 100Mbps. Furthermore, in other global markets where DOCSIS 3.0 technology has been used by cable operators, it has been proven to be able to offer download speeds of up to 250Mbps through network upgrades, providing the Company with additional capacity in the future. However, the majority of the residential broadband market are still subscribing to substantially lower broadband speeds. Incumbent Telkom, despite having a significant lead in both home passed and subscribers, is currently unable to provide such speeds on account of its legacy copper infrastructure. While copper networks in other markets have been upgraded to ADSL2+ and VDSL to offer speeds of up to 50 and 100Mbps, this is entirely dependent on the age and quality of the copper network and distance of the home from the cabinet.

Technologically Resilient: The Company's Network is advanced in comparison to global standards for broadband networks and is virtually fully DOCSIS 3.0 compliant. The Network is designed to have a low homes-to-nodes ratio of approximately 360 homes per node on average as at June 2014, among the lowest globally. The Company has a clear path towards speeds up to 860 Mbps with reasonable capital expenditure requirements, allowing the Company to further increase its current industry leading NGBB speeds. However, the majority of the residential broadband market are still subscribing to substantially lower broadband speeds today. HFC technology is also capable of offering a large number of HD channels and value added services which means that there is no real advantage in product offering for FTTH technology.

Consumer Premises Equipment (“CPE”) costs lower for HFC vs. FTTH: CPE costs are significantly higher for a FTTH delivered broadband service than HFC. Deploying FTTH broadband requires not only a modem/router, as is the case with cable broadband, but also additional in-home wiring given that few buildings in Indonesia are constructed with fibre built in. Additionally, it also requires the installation of an optical network terminal) – a device that converts the signals carried by the optic fibre into electronic signals that a router/modem can

Page 317: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 16

read. With HFC networks, CPE is limited to the deployment of a cable modem and signal splitter. Subsequently, CPE-related capital expenditure for FTTH services is significantly higher than HFC.

Higher technical requirement for workforce servicing FTTH Networks: A key advantage of HFC over fibre is the availability of qualified technicians for network expansion and in-home installation. HFC network, due to its maturity as a platform and sturdiness, is relatively easy to install and maintain within households. On the other hand, fibre network installation requires highly trained experts as fibre strands are more prone to breakages/damages when compared to HFC. Even in advanced markets like Singapore, the availability of installation crews trained to deploy fibre remains limited, resulting in delays in network expansion and in-home installations.

Exhibit 16: Comparison of key fixed broadband technologies

Platform Operator

Network

technology

Maximum

advertised speeds

(D/L)

Possibility of

capacity

expansion

Cost per

home

passed

Pros And

Cons

Digital Subscriber Line (“DSL”)

Telkom Copper telephone lines

10Mbps(ADSL) 20Mbps(ADSL2+) 100Mbps(very-high-bit-rate digital subscriber line (“VDSL”)) Maximum speed offered by Telkom in most areas as at August 2014 is 3Mbps

Low – depending on quality of copper wiring, upgrades to ADSL/VDSL

NA Pros: Legacy network, widely deployed in most markets, cost effective deployment when copper network exists Cons: Outdated technology, high up-front capital expenditure for fibre upgrades, bandwidth lower than HFC/FTTH and depends on distance from local exchange

HFC the Company, Biznet

Mix of fibre to the node, and coaxial cable in the last mile

250Mbps (DOCSIS 3.0) Maximum speed offered by the Company as at August 2014 is 100Mbps

Capacity increases significantly via upgrading to DOCSIS 3, 3.1

- USD150-

200 for new HP of existing HFC network in Asia. Figures possibly exclude

Pros: Can compete with FTTH in the near-medium term (cheaper to upgrade for faster speeds,

Page 318: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 17

need for new headend, fibre backhaul etc.

- USD70-

120 if upgrading existing network from DOCSIS 1 to 2 or 3.0. Company already upgraded to DOCSIS 3.0.

compared to fibre), high bandwidth capacity, most suitable for delivery in technically dense urban areas, flexibility to upgrade to FTTH Cons: -Some speed limitations compared to FTTH, large upfront capital expenditure, higher maintenance cost relative to ADSL

FTTH MNC Play Media, Telkom, MQM

Fibre throughout network

1Gpbs+ Very high – either via splitting nodes in last mile, or adding new fibre strands

USD180-

250 – figures vary by country for a greenfield layout, and for urban and rural areas. Cost of labour is ~70-80% in developed nations, but is ~20-25% in developing nations

Pros: FTTH has maximum bandwidth and expansion capability, limited signal degradation Cons: Greenfield deployments are highly capital intensive, rollout cost higher than HFC and ADSL

Source: MPA

4.2 BROADBAND INDUSTRY ECONOMICS

Average monthly fixed broadband ARPUs reached Rp152,005 at the end of 2013, declining from

Rp201,523 in 2011, representing a CAGR of -13.2%. Much of this decline is attributable to heavy

discounting of ADSL services by incumbent Telkom. Telkom experienced a 14.2% decline in its Speedy

Page 319: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 18

fixed broadband ARPUs between 2011 and 2013 on account of introducing a new prepaid broadband

service, targeting the lower socio-economic demographics.

During 2011 - 2013, the Company’s broadband ARPUs contracted at a CAGR of -6.2%, as it introduced a

low-priced special promotion (the "Selected Promotional Package") to attract customers outside of the

A Households, B Households andC1 Households at select nodes in 2012, which were subsequently

discontinued by February 2013 through a mandatory price increase back to the entry package levels.

Following the discontinuation, the Company's ARPU have increased substantially to Rp219,944 achieved

in the six months ended 30 June 2014.

Going forward, MPA estimates that fixed broadband ARPUs will stay flat between 2013 and 2018. MPA

estimates that ADSL is expected to remain under pressure on account of retail level discounting,

declining at a CAGR of -1.4%. Between 2013 and 2018, MPA forecasts cable broadband ARPUs to

increase by a 7.0% CAGR, driven by:

1. Steady upselling and repackaging by the Company (the leader in cable broadband / NGBB), as it

continues to target the A Households, B Households and C1 Households, and differentiates itself

based on quality and perceived value proposition, rather than one price.

2. Targeted upselling of customers to higher speed tiers, as consumer demand for

bandwidth/download speeds increase on account of growing consumption of data-intensive

applications and services such as online video.

Exhibit 17: Fixed broadband ARPUs by technology 2011-2018

Rp 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Cable 226,130 201,005 200,481 216,708 235,553 251,256 268,006 280,569

ADSL 198,911 188,442 146,566 142,378 140,955 139,545 138,150 136,768

Source: MPA

Broadband industry revenues remain robust, generating Rp15.2 trillion at the end of 2013. Fixed

broadband contributed Rp5.5 trillion, while the remaining was generated from wireless broadband. ADSL

networks generated approximately Rp4.7 trillion in subscription revenues, while cable generated Rp763.8

billion, approximately 14% of total fixed network revenues, despite having only 10.1% market share of

fixed broadband subscribers. Cable revenues also grew faster from 2011 to 2013 when compared to

ADSL, growing at a CAGR of 24.2%, compared to ADSL’s 7%, indicating its ability to secure higher paying subscribers via the provision of faster, more reliable networks.

MPA estimates that by 2018, broadband revenues are forecast to grow by a CAGR of 28.0% to Rp52.1

trillion, of which Rp11.5 trillion will come from fixed networks. MPA estimates that Cable’s contribution during the same period is expected to grow from Rp763.8 billion (2013) to Rp2.8 trillion (2018), a CAGR

of 29.4%.

Page 320: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 19

Exhibit 18: Fixed broadband revenues by technology 2010-2018

Source: MPA

4.3 KEY BROADBAND OPERATORS IN INDONESIA

1. The Company (homes passed: 1.3 million; subscribers December 2013: approximately

333,000). Indonesia’s largest NGBB player and second largest fixed broadband provider by home

passed, with 1.3 million homes passed and approximately 7,000 kilometres of fibre backbone

network. Management targets expansion of homes passed to reach approximately 1.8 million by

2016. Management expects the Company’s Network to be over 60% 1 GHz compliant with the

remaining 40% 870 MHz compliant by the end of the first quarter of 2015. Management targets

to upgrade this remaining portion of the Network to 870MHz by the end of the first quarter of

2015.

The Company currently remains the only player in Indonesia that commercially offers speeds of

up to 100 Mbps to residential subscribers. Enterprise subscribers are served via Metro Ethernet,

an alternate fixed broadband technology to HFC. Enterprise customers are largely located in the

Greater Jakarta area. The Company has ramped up its presence in the enterprise segment,

growing from approximately 500 clients in 2011, to approximately 1,300 at 30 June 2014.

As at June 2014, the Company had approximately 357,000 residential broadband customers –

adding approximately 24,000 net new customers over six months. Between 2011 and first half of

2014, the Company’s customer growth registered a CAGR of 22.8%.

The Company currently offers five different bundled propositions, which combine pay TV and

broadband. With speeds ranging from 1 to 32 Mbps, a vast majority of customers currently take

packages that offer between 1 to3 Mbps – indicating the room for ARPU growth as subscribers

move from lower speed tiers to higher speeds over time. The Company’s residential broadband

bundles have also experienced a speed upgrade in recent months, with entry level subscribers now

having access to 6Mbps download speeds (up from 1Mbps earlier, at Rp 279,000). These remain

substantially faster than the speeds offered by rivals Biznet (4Mbps, Rp 300,000 per month) and

Telkom’s (512Kbps, Rp 99,000 per month). The following diagram summarises the packages offered by the Company compared to packages offered by its competitors as first half of 2014.

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Rp

(b

illi

on

s).

ADSL

Cable

Page 321: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 20

Availability of MNC Play and Biznet's packages are limited due to the current small scale of their

networks and coverage areas.

Exhibit 19: Comparison of broadband/bundled offering by operator

Source: Corporate websites of service providers and as of Aug 2014, Company data, MPA

2. Telkom Indonesia (estimated ADSL homes passed: 8.5 million; subscribers December 2013:

3 million). Indonesia’s incumbent telecom operator has a broadband network with 8.5 million homes passed as at the end of 2013. These 8.5 million home passes have been upgraded to a

combination of FTTH, FTTK and ADSL in the last mile. The breakdown of FTTH, FTTK and

ADSL are not disclosed, but the vast majority of its 3 million customers are on an ADSL platform

and there has been no announcement or indication of any residential FTTH network of scale to

date. Telkom’s ‘Speedy’ ADSL service had 3 million broadband subscribers at end 2013, adding 672,000 net new customers during the year. However, subscriber growth has been slowing down

to 100,000 to 150,000 net additions per quarter on account of increasing competition as well as

the inability of Telekom’s legacy network to provide broadband services to all homes on its fixed line network. Management is targeting acceleration in fixed broadband growth to 5 million

subscribers by the end of 2014, and 15 million by the end of 2015. However, these targets are

unlikely and unrealistic given the difficulties Telekom faces in obtaining last mile permits for

upgrading its copper network, as well as lack of availability of skilled labour for carrying out

fibre upgrades. In addition, Telkom will need to balance financial returns of any new FTTH

network rollout versus cannibalisation of existing ADSL business.

Budgeted capital expenditure for Telkom will reach Rp20.5 trillion in 2014, of which 40% will be

devoted to network infrastructure enhancement, including switching copper wire to fibre optics

and building a national backbone. The Indonesian government’s ‘Master Plan for Acceleration

169

339 339

275

415

300

330

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

LinkNet (1Mbps +

82 channels)

LinkNet (6 Mbps +

102 channels)

MNC Play (7 Mbps +

54 channels)

Speedy + UTV (1

Mbps + 25 channels)

Speedy + UTV (3

Mbps + 25 channels)

Max3 Biznet (4

Mbps + 45 channels)

Innovate (10 Mbps

+58 channels)

Packag

e P

rice (

Rp

tho

us

an

ds

/mo

nth

)

Launchedin Jan 14

8.5 mil.(ADSL only)

0.2 mil. Largelylimited toSinarmasproperties

1.3 mil.

Homes

passed:

Page 322: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 21

and Expansion of Economic Development’ has stated that it is targeting 30% household coverage by a national broadband network, a project largely driven by incumbent Telkom Indonesia.

However, previous attempts at this project, such as the Palapa Ring project – a consortium formed

to build and operate a national fibre backbone network - had faced significant delays on account

of execution issues. The large and broad nationwide project and mandate as a state-owned

enterprise differentiates Telkom's focus from that of the Company's, which mainly targets the A

Households, B Households and C1 Households in Greater Jakarta, Greater Surabaya and

Bandung.

Telkom has changed its pay TV strategies over the last few years, and sold its DTH platform

Telkom Vision to CT Corp in 2013. Following the sale, Telkom has instead focused on

expanding its IPTV services under the Useetv brand, and offers a bundled proposition along with

its fixed broadband services. Useetv has approximately 700,000 registered users but the paying

base is estimated to be small at less than 40,000 to 50,000 in 2013. Useetv offers a limited

selection of up to 50 channels only.

3. Biznet (estimated HFC homes passed: 170,000; subscribers December 2013: 7,000): Biznet,

part of the MidPlaza group, is an enterprise broadband-focused player which launched residential

cable TV and broadband services in 2012. Biznet’s core focus remains on its sale of wholesale capacity via its own intercity fibre backbone network, enterprise broadband services via metro

ethernet and provision of datacenter and webhosting services to enterprises, especially banks.

At the end of 2013, Biznet had approximately 9,000 kilometres of fibre backbone network, and is

targeting an expansion to 11,000 kilometres by the end of 2014 – expanding the network to 65

cities nationwide, including Bali. Its residential network, delivered via HFC, has 170,000 homes

passed, though the residential broadband subscriber base remains low at approximately 7,000 due

to limited TV channel offerings as compared to the competition, as well as issues in obtaining last

mile permits for network build out. Biznet’s residential cable network is currently supplying speeds of up to 50Mbps.

4. Sinarmas (estimated homes passed: not available but largely limited to properties of

Sinarmas Group): A leading multi-sector conglomerate in Indonesia, the Sinarmas group’s subsidiary Mora Quatro Multimedia, under the brand – “Innovate”, has been deploying FTTH broadband services within its own real estate developments in Jakarta. The group is targeting a

homes passed network of 500,000 by end 2014 and will look to launch a quadruple play service

consisting of high speed broadband, TV, over the top (“OTT”) video and IP telephony. There is no public information in relation to the current size of the network, but the network area is likely

to be limited and restricted to Sinarmas's properties. The target 500,000 expansion is high given

that Sinarmas has limited track record in rollout of next-generation broadband network and the

Company, which has a longer track record of network expansion, has never expanded its network

by more than 300,000 in any given year. Subsequently, there could be delays in Sinarmas’ network rollout.

5. MNC Play (estimated homes passed: not available): Leveraging the MNC Group's strong

media and pay TV experience, MNC play is an effort launched by the MNC Group in January

2014 to rollout FTTH network and offer bundled product offering. MPA's understanding is that

the rollout is still in its test phase and MNC Group has limited track record in rollout of next-

generation broadband network. Subsequently, there could be potential delays in MNC Play

Media’s network rollout. There could also be potential cannibalisation of MNC Sky Vision’s DTH pay TV business.

Page 323: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 22

4.4. KEY DRIVERS OF THE COMPANY IN THE BROADBAND SECTOR

There are significant opportunities for the Company to both bolster its presence in the market, and

continue to gain market share. These include:

1. Network rollout. The Company currently owns the only next generation network of scale in

Indonesia with 1.3 million homes passed. The Network has added over 250,000 new homes

passed per year in each of 2012 and 2013, and this is unmatched by any other operator seeking to

expand a next generation network in Indonesia. Its strength and ability to rollout network

expansion is a key factor in maintaining its market leadership and first mover advantages. There

are also significant natural hurdles for other NGBB operators to expand into the Company’s existing coverage areas at the community level and customer level, which could lead to lower

penetration, profitability and returns on investment for the new entrants.

2. Increasing penetration at existing homes passed. The Company's customer penetration is

27.2% as at June 2014. Approximately a half of its homes passed are less than 2.5 years old,

which should mean significant upside in existing homes passed. The overall penetration is

relatively low compared to other best-in-class NGBB and Cable TV operators globally, whose

penetration ranges between approximately 35% and 72% as of 31 December 2013. Furthermore,

the Company has an active re-marketing program allowing further penetration of more mature

homes passed.

Exhibit 20: % Subscribers per home passed by key global players, 2013

Operator Market % subscribers/homes passed

Telenet Belgium 72.3

Cablevision US 63.3

Ziggo Netherlands 62.7

Time Warner Cable US 50.2

Shaw Communications Canada 49.9

Comcast US 49.6

StarHub Singapore 41.1

Virgin Media UK 39.2

Charter US 37.2

Numericable France 34.8

Source: Public corporate filings of global cable players, MPA

3. Upselling broadband services to TV-only homes. The Company currently has one of the

highest proportions of double play bundle subscribers amongst Asian NGBB operators.

Approximately 92% of the Company’s subscribers take both Cable TV and broadband services. However, MPA believes there remains further opportunity for broadband growth, especially to

homes that take only take a single service, i.e. pay TV, from competitors either due to the

unavailability of reliable fixed broadband networks in their area, or due to lack of education about

Next Generation broadband networks and its benefits. The Company’s expansion of its products/services portfolio to include set-top boxes with built-in cable modems will enable it to

not only sell TV services to competitor subscribers, but also to introduce cable broadband

Page 324: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 23

services to the same customer at a later stage, but without the added costs/logistics of CPE

deployment.

4. Upgrading subscribers to higher speeds. As availability and consumption of online video

services increase, subscribers are increasingly moving to higher speed and greater bandwidth

plans in order to support browsing habits. The Company’s DOCSIS 3.0 Network is currently one of the only networks in Indonesia capable of offering speeds of up to 100Mbps, providing

customers with access to reliable broadband connections. This enables the Company to provide

customers with higher broadband speeds than the competitors, but at comparable price levels,

enabling: (i) customers to get accustomed to higher speeds and reliable networks; and (ii)

allowing the Company to remain competitive without having to resort to price cuts and

weakening ARPUs.

5. Introduction of broadband-delivered Value Added Services (“VAS”). Operators in advanced

markets have often resorted to bundling broadband with value-added services (i.e.

Multiscreen/OTT). These strategies have had some success in boosting ARPUs in highly

competitive broadband markets, where they have enabled operators to upsell subscribers to

higher-speed tiers in exchange for providing free/discounted access to OTT and multiscreen

services. In addition, high-speed broadband customers and double play subscribers who take both

TV and broadband services are less likely to churn away, providing operators with an additional

tool to combat churn. However, the deployment of these strategies and services continue to be

nascent in Indonesia, indicating the room for growth for the Company to further differentiate

itself from Telkom and cement its position as the leading operator for high-speed broadband

access.

6. Benign competitive environment. The competitive environment for broadband in Indonesia

remains benign at this stage, with limited number of players offering high-speed services on

account of high barriers to entry. These include: (i) high capital expenditure required for network

build-out; and (ii) difficulty in obtaining approvals and permits from local governments and

communities for deploying last mile networks. Although Telkom Indonesia has launched FTTH

services, actual fibre homes passed is estimated to be low, reducing the availability of speeds

beyond 3 Mbps. Additionally, following its sale of TelkomVision to CT Corp, Telkom does not

possess a strong pay TV service which it can leverage to deliver a double play offering

comprising of pay TV and broadband. It does offer content via the Useetv IPTV service, though

content availability via this service is limited when compared to other pay TV operators.

Subsequently, Telkom’s ability to compete with the Company on double play services remains limited.

Similarly, although Biznet offers high speed broadband bundled with pay TV, its lack of a

compelling pay TV channel offering and limited homes passed (140,000 as opposed to the

Company’s 1.3 million) ensure that the current competitive situation is skewed in favour of the

Company.

5. OVERVIEW OF THE INDONESIA PAY-TV SECTOR

The market for pay TV in Indonesia continues to grow from a low base, reaching subscriber base of

approximately 3.2 million in 2013, which represents 8.6% penetration of total TV homes. Total pay TV

industry turnover reached approximately Rp4.2 trillion at the end of 2013. Pay TV operators added a

combined 712,000 net new subscribers in 2013, compared to 824,000 in 2012. Between 2014 and 2018,

MPA forecasts indicate that pay TV operators will further add a combined 3.4 million subscribers, taking

Page 325: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 24

the overall base to 6.6 million subscribers and 16.2% penetration of TV homes. By the end of 2018, the

pay TV industry is expected to generate annual revenues of Rp10 trillion according to MPA forecasts.

Pay TV penetration in Indonesia is relatively low when compared to other markets in Asia, including

South East Asia. Unlike other markets in Southeast Asia, sports content is not a key driver of pay TV in

Indonesia. pay TV penetration in Indonesia, which is expected to increase by 7%, is driven by the

increasing availability of local content, both basic and premium, on pay TV, in particular on DTH

platforms, and the greater affordability of services as household incomes increase.

Exhibit 21: Pay TV penetration by key Asian markets, 2013 against 2018

Source: MPA

The two main modes of pay TV distribution in the country are DTH satellite and cable. Given Indonesia’s unique topography (comprising of 17,000 islands, of which approximately 6000 are inhabited), DTH

satellite is the more popular platform because of national reach. DTH had 87.0% of total pay TV

subscribers at the end of 2013.

However, in the larger cities such as Greater Jakarta, Cable TV services offered by the Company continue

to gain significant traction given its double play bundles offering pay TV and broadband via DOCSIS 3.0

and extensive HD channel lineup. Cable TV had 10.2% share of the pay TV market at the end of 2013.

IPTV services are currently offered only by incumbent telecommunications company Telkom, and have

faced significant headwinds in ramping up coverage and subscriber numbers due to low number of home

passed that are capable of receiving TV services over ADSL networks.

Exhibit 22: Pros and cons of various pay TV technologies

Platform Pros Cons

DTH National reach Not a two way network

Low costs for expanding reach/homes passed

Inconsistent signal quality affected by weather Channel capacity constraints

Cable TV Full two way network

HFC network is not impacted by rain fade

Expansion of reach/homes passed is expensive compared to DTH

Easy to install last mile – availability of qualified install teams

Maintenance of network more expensive, and possibility of last mile disruptions higher, than DTH

Low CPE costs compared to FTTH-delivered IPTV Ability to provide bundled packages

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

2013

2018

Page 326: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 25

of broadband and pay TV on the same network infrastructure

IPTV Full two way network High costs for expanding of last mile reach

Significantly higher symmetrical bandwidth available via FTTH deployment

Limited availability of work force/technicians skilled in fibre deployments

DTT

Low capital expenditure due to ability to launch using existing terrestrial network, free for customers

Low channel carrying capacity, limited by spectrum availability, not a two way network, inconsistent signal quality affected by weather

Source: MPA

Exhibit 23: Pay TV market share by platform, 2013

Source: MPA

MPA forecasts cable to steadily increase market share of pay TV subscribers from 10.2% at the end of

2013, to 12.3% by the end of 2018, largely driven by the increase in the Company’s share of subscribers. This is attributable to its bundling proposition (i.e. pay TV and broadband), strong tiering capabilities in

terms of pricing and package bundling, and the highest number of HD channels available in the market.

The second widest HD offering is through Biznet’s Max3 with 29 HD channels, followed by MNC Sky Vision with only 5 HD channels, limited by DTH technology.

In addition, there is likely to be a consolidation in the DTH space as weaker players either cease their

operations, or merge with competitors due to strong competition with low natural barriers to entry.

Despite this, cable’s presence and performance in the market is unlikely to be affected given its focus on

the higher socio economic demographics, and ability to provide these households with a double play

bundle comprising of TV and broadband, decreasing reliance on pricing and costly content to attract

subscribers, higher video quality with greater range of HD channels, two-way communication and

services.

Exhibit 24: Pay TV market share by platform comparison, 2013-2018

2013 2014 2015 2016 2017 2018

CAGR

2013-

18

Cable TV subscribers (millions) 0.32 0.39 0.49 0.60 0.73 0.81 20.2%

Cable TV market share 10.2% 9.7% 10.3% 11.1% 12.1% 12.3%

DTH subscribers (millions) 2.75 3.51 4.14 4.68 5.17 5.61 15.3%

DTH market share 87.0% 87.4% 86.8% 86.3% 85.4% 85.3%

Cable ; 10,2%

DTH ; 87,0%

IPTV ; 0,3% DTT ; 2,6%

Page 327: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 26

IPTV subscribers (millions) 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02 0.03 25.6%

IPTV market share 0.3% 0.2% 0.3% 0.3% 0.3% 0.4%

DTT subscribers (millions) 0.08 0.11 0.13 0.13 0.13 0.14 10.5%

DTT market share 2.6% 2.6% 2.6% 2.4% 2.2% 2.1%

Source: MPA

Key drivers of growth in the pay TV marketplace include:

Macro factors. An improving economy, income growth and ex-Jakarta consumption, backed by a new pro-reform government.

Competition and execution. MPA forecasts assume competition will ease and execution will improve across the market as the industry consolidates and pricing rationalises. The most meaningful platforms with strong execution capabilities will include: (i) MNC Sky Vision (“MNCSV”), which operates three DTH brands that had a combined 72.8% market share in 2013; (ii) the Company, which operates a compelling bundle of pay TV and broadband services; (iii) the Lippo-owned Big TV, a DTH service; (iv) Trans Vision, a DTH platform owned by CT Corp; and (v) K Vision, linked to the Kompas group.

Content dynamics. The significance of local content and exclusive content will increase, especially in the DTH segment where content and price are key drivers. This is already occurring as operators increase their exclusive agreements with turnaround channels and enter into exclusive licensing agreements for local offerings. MPA believes that local content to a certain extent plays a smaller role in the overall Cable TV industry as the Company in particular provides a compelling broadband bundled offering, higher video quality / HD and other value added services. The market for local pay TV will also grow as operators increase their in-house channel offerings, while global channel begin to offer local programming across selected genres.

5.1 INDONESIA PAY-TV LANDSCAPE

While there are 13 operators in the market, the landscape is consolidating with only a handful of players

delivering sustainable subscriber growth to fund future capital expenditure and content costs. At the end

of 2013, the top players, –MNCSV, the Company and Trans Vision, had more than 90% share of

subscribers with MNCSV firmly established as the market leader with 72.8% market share.

Exhibit 25: Pay TV market share by operator, 2013

Source: MPA

MNC Sky

Vision; 72,8%

Telekom Vision;

8,5%

First Media;

9,6%

Aora; 2,8%

NexMedia;

2,6%

Orange; 3,2% Others; 0,5%

Page 328: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 27

Pay TV ARPU fell by a CAGR of -3.8% between 2011 and 2013, from a monthly Rp121,734 to

Rp112,608. This was due to competition for subscribers and market share, resulting in price-based

competition. In 2013 and in the three month period ending 31 March 2014, key operators have started to

rationalise pricing and packaging and implement rate increases. The Lippo group-owned IMTV, which

launched Big TV services on a DTH satellite platform in the three month period ending 31 December

2013 and is focused on non-metro areas, was disruptive to this trend, with aggressive discounts. Big TV

has started to reduce the discounts towards the end of the three month period ending 31 March 2014.

Cable TV and the Company were relatively less impacted due to its broadband-led bundling strategy with

less dependence on price and content compared to DTH operators.

Exhibit 26: Indonesia pay TV and ARPU trends, 2013-18

Source: MPA

Exhibit 27: pay TV ARPU by platform, 2011-2018

Rp 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

%

CAG

R

2013-

18

pay TV ARPU/Month

121,734

118,408

112,608

116,121

117,914

119,490

121,238

123,565

1.9

Cable 133,27

1 147,14

8 150,68

5 163,26

0 170,38

2 173,09

0 176,00

2 179,04

6 3.5

DTH 114,71

6 115,14

1 108,50

0 113,54

1 115,71

5 117,15

7 118,40

1 119,58

9 2.0

IPTV 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 -

DTT 99,000 85,000 82,000 80,000 81,600 83,232 84,897 86,595 1.1

Source: MPA

The main pay TV operators in Indonesia are:

1. MNCSV – DTH; December 2013 subscribers: 2.3 million): MNCSV ended 2013 with 2.3

million subscribers. MNCSV is the leading pay TV operator in Indonesia, benefiting from parent

Global Mediacom, which owns leading FTA TV stations and content group, MNC. During 2013,

MNCSV added 579,000 net new subscribers via its three brands, Indovision, Top TV and Oke

Vision, compared to 538,000 in 2012.

3.160 4.016

4.765 5.430 6.052 6.578

112.608 116.121 117.914 119.490 121.238 123.565

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Pay T

V A

RP

U (ID

R)

Pay T

V s

ub

sri

bers

(t

ho

usan

ds)

Pay-TV Subs Pay-TV ARPU

Page 329: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 28

MNCSV is targeting approximately 2.9 million subscribers at the end of 2014, nationwide.

MNCSV is expanding its sales operations in 2014, in order to capitalise on growth outside

Jakarta, and to tap into the growing affluence outside of the capital.

MNCSV’s key focus areas going forward include: (i) developing and acquiring more exclusive content; and (ii) developing TVE Everywhere (“TVE”) and OTT video services to increase customer retention. In June 2014, TVE services were launched. MNCSV will also likely to

leverage sister concern MNC Play Media’s plans to build a fibre network in Jakarta and launch a bundle of broadband and IPTV services.

As at June 2014, MNCSV offered its customers 118 pay TV channels with 31 exclusive channels.

Transition to MPEG-4 is targeted for the end of 2014, giving it additional capacity to add more

than 30 new channels. MNCSV leverages the content capabilities of MNC Group (its parent) to

program more than 20 in-house channels, a number of which perform well in ratings across its

pay TV platforms.

MNCSV provides DTH services via both the Protostar and SES-7 satellites. It offers DTH

services on S-band frequencies, which are more resilient to rain fade, on the Protostar, while Ku

band capacity on SES 7 has been acquired for providing Chinese language channels and DTH

package. On account of capacity limitations on the Protostar satellite, MNCSV has chosen to

limit the number of HD channels it carries to five, and has been transitioning to an MPEG4

system to accommodate more SD channels.

2. The Company (Cable TV; December 2013 subscribers: approximately 304,000): The

Company is Indonesia’s leading provider of bundled broadband and digital Cable TV services. As

at June 2014, the Company had approximately 328,000 Cable TV customers. More than 90% of

customers subscribe to bundled packages, which include broadband services. Bundled service

offering are the Company’s unique selling proposition with no other pay TV and broadband

operator offering such a wide range of bundled services. More than 90% of the Company’s customers in the core Jakarta region are derived from single home households. This underlines its

ability to acquire subscribers from the affluent demographics (A Households, B Households and

C1 Households) because of its premium service offerings, which includes a bundled offering of

pay TV and next generation broadband.

The Company owns and operates a state of the art HFC Network which runs on the latest

DOCSIS 3.0 standard. Over 70% of the HFC Network has been upgraded to 870 MHz or higher,

and is scheduled to be fully upgraded to at least 870 MHz by the end of the first quarter of 2015.

Significantly, given that a vast majority of the Company cable Network is already upgraded up to

the CMTS level, provisioning advanced cable TV and broadband services require minimal

upgrade. The Network’s high capacity allows the Company to provide up to 350 HD channels or 800 SD channels. The Company provides 120 SD channels, 60 HD channels and 1 3D channel as

at 31 July 2014. The Company has also developed 10 in-house channels, leveraging parent First

Media’s in house production capability.

As at June 2014, the Company’s Network passed approximately 1.3 million homes,

predominantly in Jakarta (approximately 1.1 million), as well as in Surabaya and Bandung. Plans

are in place to expand its Network to Medan, Semarang and Jogjakarta in the future, and the

Company is expected to expand its Network to approximately 1.8 million homes passed by 2016.

Page 330: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 29

The Company debuted TVA and OTT Services with subscription VoD packs in February 2014,

which include access to over 50 live streaming channels, giving subscribers access to content both

within and outside the home. The Company aims to increase this offering to 100 live streaming

channels over the course of the second half of 2014.

A new HD box developed in tandem with Samsung was introduced in the market in April 2014.

Further developments include the launch of a new Android based set-top box in the third quarter

of 2014, which will support DVR via an external hard disk and other interactive services.

3. TransVision (DTH; December 2013 subscribers: 268,000): Previously owned by Telkom and

branded as TelkomVision, the DTH platform was sold to CT Corp (80% stake) in 2013, and

rebranded to TransVision in May 2014. CT Corp is a major conglomerate in Indonesia with

ownership of key media and lifestyle assets, including two of the top five free TV stations (Trans

and Trans TV) in the market. The operator ended 2013 with 268,000 pay TV customers, and the

company is looking to accelerate an MPEG-4 upgrade in order to increase its channel carrying

capacity. The company is offering customers 116 TV channels, including 12 pay channels

produced by Trans. TransVision is targeting customers in the ABC categories, with entry level

monthly pricing of Rp169,000 – in line with that offered by Indovision.

Smaller operators adding up to 8.2% of market

4. Big TV (DTH; December 2013 subscribers: 50,000): IMTV, a company majority-owned by the

Lippo group launched DTH services under the Big TV brand in Q4 2013. The company launched

with aggressive discounts, bundling its services with Bolt, a 4G mobile service owned by Lippo.

By the end of 2013, Big TV had installed approximately 100,000 boxes installed, with 50,000

paying subscribers. Its service offered 177 channels and the core focus is on the non-metro areas,

and specifically areas where the Company currently does not have a footprint. The pricing of the

service has been designed to target the BCD segment of the market, with entry-level package

priced at Rp89,000 per month.

5. K Vision (DTH; December 2013 subscribers: Not available): Owned by the print focused

Kompas group, K Vision launched DTH services on C and Ku-band in 2014. By the end of May

2014, the company had installed 200,000 set-top boxes on C-band with 80,000 paying

subscribers. Kompas’ diversification into pay TV is part of its strategy to move into TV and multimedia industries. The company launched a regional free-to-air (“FTA”) offering in September 2011 called Kompas TV, which now covers the top 10 cities in Indonesia covered by

Nielsen for its FTA TV ratings. The company has 40 channels on C-band, including a pay TV

sports channel called Bola Channel Indonesia.

6. Other players (DTH, DTT): Orange continues to grow its service but subscriber acquisition and

ARPU is not trending at a level comfortable for its shareholders, despite its sport-focused strategy

starting with Barclays Premier League football rights. Aora has lost customers over 2013 and

2014. NexMedia, a pay TV operator using DTT technology in Jakarta, is funded by the well-

capitalised media group Emtek, which owns FTA networks SCTV and Indosiar. NexMedia had

100,000 subscribers at the end of 2013 but there is no long-term strategic vision on its future.

Page 331: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 30

Exhibit 28: Top three operator comparison, 2013

MNCSV Company TransVision

Pay TV subscribers (2013) 2,300,000 304,190 268,000

Pay TV ARPU (Rp- 2013) 132,000 151,095 90,000

Target demographic ABCD ABC1 BCD

SD channels 99 120 110

HD channels 5 60 6

Total number of channels 104 181(a) 116

DVR Yes Yes No

TVE Yes Yes No

Two-way boxes Yes Yes Yes

Source: MPA Note:

(a) As at 31 July 2014; includes 1 3D channel

5.2 DRIVERS OF THE COMPANY’S PERFORMANCE IN THE PAY-TV SEGMENT

Despite the low penetration of pay TV in Indonesia, MPA remains confident that the market holds

significant potential for growth, provided that operators are able to effectively execute. In particular,

MPA identifies the following key drivers of the Company’s growth in the pay TV sector:

1. Growing A Households, B Households and C1 Households: Indonesian pay TV’s growth story is strongly anchored to that of its growing population, and their movement across socio economic

categories. Based on Nielsen’s data, MPA estimates that the addressable household base for the Company’s services, defined as A Households and B Households, in Greater Jakarta alone reached 3.3 million at the end of 2013, a CAGR of 16.7% since 2010. When combined to add

Greater Surabaya and Bandung, the addressable household base increased to 4.1 million, growing

at a CAGR of 17.6% between 2010-2013. The Company also targets to attract customers in the

C1 Households through its entry level package priced at Rp169,000 per month. As at 31

December 2013, including C1 Households, there are 6.6 million addressable A Households, B

Households and C1 Households in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung, which grew

at 12.6% CAGR between 2010-2013. The large addressable households should provide

significant room for growth to the Company.

2. Bundled proposition: The Company has significant competitive advantage in that its return path

capability allows the Company to offer bundled digital pay TV and broadband services. Globally,

operators in the US, UK, Japan, Korea, Taiwan, Thailand, Singapore and Hong Kong, have built

a stronger consumer proposition from multiple services. These services provide stickiness and

reduce churn while also helping to drive yields or ARPUs. In Indonesia, the Company is the only

major pay TV operator in Indonesia that has both a strong pay TV and next generation broadband

product bundled into one package.

3. Larger selection of HD channels and VAS: Despite the increase in flat screen HD-capable

television sets, the availability of HD channels remains low in Indonesia. HD channels are non-

existent on FTA terrestrial, and Indonesia’s largest pay TV operator MNC Sky Vision offers a very limited selection of HD channels on account of bandwidth constraints. With 60 HD channels

Page 332: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 31

in its lineup as of July 31, 2014, the Company possesses a clear lead in this space, and has

established itself as a clear choice for premium customers seeking access to HD channels. HD

further serves as a key differentiator in the market, especially amongst quality conscious

customers in the AB demographic.

The Company is also the first operator in the market to provide return-path enabled VAS such as

TVA and VoD, features that have been adopted by leading operators in other advanced markets to

drive incremental ARPU and reduce churn. The Company will also be launching a new Android-

based set top box in the second half of 2014, which will enable it to provide customers access to

both pay TV and online content, in addition to deploying features like recommendation engines.

4. Increase in local premium content: A future driver of the pay TV sector is the development of

premium local language content. Local content is currently available only via FTA terrestrial,

although most of these channels are also distributed via pay TV platforms. However, the creation

and programming of local language premium channels with content unavailable on terrestrial

FTA, MPA believes, will be a key future driver for increasing pay TV penetration. Currently, a

number of top pay TV operators such as MNCSV and TransVision are expanding their channel

lineup with locally produced premium channels, in a bid to differentiate themselves from the

competition, especially in the DTH segment.

MPA believes that local content to a certain extent could play a smaller role in the overall cable

TV industry and the Company in particular given its next generation broadband network and wide

offering of double play bundles that include TV and broadband.

6. OVERVIEW OF THE INDONESIA TV SECTOR

Indonesia’s media sector continues to grow at a robust pace, with the media sector generating total advertising revenues of approximately USD2.3 billion (net of discounts), according to MPA. This

represented 15% year-on-year growth in 2013 and TV retained its dominance with more than 69% of the

total advertising revenue.

In line with a number of South East Asian countries, the Indonesian media sector is dominated by the

FTA terrestrial television industry, which accounted for 68% of the media advertising pie in 2013. The

FTA terrestrial market has ten national broadcasters, of which three (MNCTV, RCTI, Global TV) belong

to the MNC group, and two each to the Emtek group (SCTV, Indosiar), Viva (Antv, TVOne) and CT

Corp (Trans, Trans7). As pay TV penetration is growing from a low base, its share of the advertising

market is small but growing at a significant rate in terms of volume, driven by two players, the Company

and national DTH satellite platforms offered by MNCSV.

Exhibit 29: Indonesia net advertising, 2010-2013

Net advertising market (Rp trillions) 2011 2012 2013

TV 14.5 16.6 19.1

FTA 14.3 16.3 18.6

Pay 0.2 0.3 0.5

Print 5.2 5.8 6.5

Others 1.2 1.5 1.9

Total net advertising 20.9 23.9 27.5

% year on year growth 17.6 14.8 14.7

Source: MPA

Page 333: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 32

Exhibit 30: Indonesia net advertising market share, 2010-13

% Market share 2011 2012 2013

TV 69.5 69.3 69.2

FTA 68.4 68.0 67.6

Pay 1.2 1.4 1.6

Print 24.8 24.2 23.6

Others 5.7 6.5 7.2

Total 100.0 100.0 100.0

Source: MPA

7. KEY RISKS FOR THE COMPANY IN THE PAY-TV AND BROADBAND SECTORS

Despite the existence of significant upside for the pay TV and broadband sectors in general, and the

Company in particular, MPA acknowledges the existence of threats, which include:

1. Increased competition in pay TV segment. In the pay TV segment, TransVision (previously

Telkom Vision - 8.5% market share) has recently completed its transition to MPEG-4, and is

expected to commercially launch services in the six month period ending 31 December 2014.

TransVision also has plans to ramp up its HD and in-house channel count, and could dilute some

of the Company’s current advantages. A second threat comes from the MNC group, whose parent Global Mediacom plans to build out a fibre network in Jakarta and elsewhere to launch bundled

broadband and IPTV services (branded MNC Play Media) by the end of 2014, capitalising on

content, packaging and sales at pay TV operator MNCSV. However, as at the date of the current

report, MNC Play Media is still in its test phase.

2. Digitalisation of analogue FTA terrestrial systems. The Indonesian government has already put

in place plans for digitizing the nation’s analogue terrestrial networks and launching DTT. The first two phases of licence allocations to run the multiplex antenna networks have already

concluded, with each of the major FTA players (MNC, Lippo, Emtek, Viva) winning at least one

licence. Per the plan, each MUX will be capable of supporting up to 12 SD channels, or a

combination of SD and HD channels, with a total of 5 MUX in each region.

Although the DTT plans have faced regulatory headwinds, with Indonesia’s Supreme Court asking the ministry to review and revise the regulations governing the licence auction and

allotment, the launch of the network is expected to be approved and see commercial activation in

2016-2017. For pay TV operators, the key threat would be via the increased availability of

additional FTA channels – in both SD and HD – which could result in: (i) reduced

viewership/audience share for pay TV channels; and (ii) subsequent decline in advertising

revenue for pay TV.

3. Increased competition from Telkom in the broadband segment. Telkom’s management has put in place a target of 15 million fibre homes passed by 2015, and have stated that they have

already reached 8.5 million homes passed via a mixture of FTTH, FTTK and ADSL. The

breakdown of FTTH, FTTK and ADSL are not disclosed, but the vast majority of its 3 million

customers are on an ADSL platform and there has been no announcement or indication of any

residential FTTH network of scale to date. We note that ADSL ARPUs have been in decline at

Telkom, and fibre build out remains slow and unproven in scale.

Page 334: 1/2 Nomor Surat SB-082/CSL/LN/IDX/IX/14 Nama Emiten PT Link ...

SNG92358/2 164137-0001

Not for distribution in or into the United States

Page 33

Telkom's focus on large and broad nationwide broadband rollout mandate as a state-owned

enterprise differentiates Telkom's focus from that of the Company's, which mainly targets the

ABC1 SES segments in Greater Jakarta, Greater Surabaya and Bandung. This further mitigates

potential increase in competition from Telkom.