11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gurami Osphrone~nus gouramy Fakta bahwa ikan gurami untuk makanan konsumsi manusia sudah biasa terjadi ketika kita melihat ukuran ikan gurami yang besar. Diperlukan suatu kolam sangat besar untuk memeliharanya dan harus tersedia banyak makanan terutama material sayuran sebagai pakan ikan gurami (Mills 1992). Gambar 1. Ikan gurami (Osphronemus gouraniy) 2.1.1 Klasifikasi Penduduk di Jawa menyebutnya gurami, gurame, gurameh, grameh, brami. Di Sumatra dan Kalimantan akrab disebut kalui, kalua, kalwe, kali dan sialui. Dalam daftar klasifikasi (pengelompokan biologi), gurami termasuk dalam bangsa Labirinthici dan suku Anabantidae (Sitanggang dan Sarwono 1987). Klasifikasi gurami secara lengkap menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut, termasuk dalam filum Chordata yang merupakan hewan bertulang belakang, kelas Pisces yaitu ikan yang bernafas dengan insang, ordo Labyrinthici adalah ikan yang memiliki alat pernafasan tambahan labirin, sub-ordo Anabantoidea dan famili
26
Embed
11. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Ujung mulut dapat disembulkan sehingga muka menonjol (Sitanggang dan Sarwono 2002). Penampilan gurami dewasa (tua) berbeda dengan yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Gurami Osphrone~nus gouramy
Fakta bahwa ikan gurami untuk makanan konsumsi manusia sudah biasa
terjadi ketika kita melihat ukuran ikan gurami yang besar. Diperlukan suatu kolam
sangat besar untuk memeliharanya dan harus tersedia banyak makanan terutama
material sayuran sebagai pakan ikan gurami (Mills 1992).
Gambar 1. Ikan gurami (Osphronemus gouraniy)
2.1.1 Klasifikasi
Penduduk di Jawa menyebutnya gurami, gurame, gurameh, grameh, brami. Di
Sumatra dan Kalimantan akrab disebut kalui, kalua, kalwe, kali dan sialui. Dalam
daftar klasifikasi (pengelompokan biologi), gurami termasuk dalam bangsa
Labirinthici dan suku Anabantidae (Sitanggang dan Sarwono 1987).
Klasifikasi gurami secara lengkap menurut Saanin (1984) adalah sebagai
berikut, termasuk dalam filum Chordata yang merupakan hewan bertulang belakang,
kelas Pisces yaitu ikan yang bernafas dengan insang, ordo Labyrinthici adalah ikan
yang memiliki alat pernafasan tambahan labirin, sub-ordo Anabantoidea dan famili
Anabantidae memiliki sekitar 20 genus. Ikan guralni yang dikonsumsi manusia
inasuk ke dalam genus Osphvonemzrs dan memiliki nama spesies Osphr-onenzzcs
gournmy.
2.1.2 Morfologi
Gurami memiliki bentuk fisik khas. Badalinya pipih, agak panjang dan lebar.
Badan itu tertutup sisik yang kuat dengan tepi agak kasar. Mulutnya kecil, letaknya
miring, tidak tepat di bawah ujung bibir. Bibir bawah terlihat menonjol sedikit
dibandingkan bibir atas. Ujung mulut dapat disembulkan sehingga muka menonjol
(Sitanggang dan Sarwono 2002).
Penampilan gurami dewasa (tua) berbeda dengan yang masih muda.
Perbedaan itu dapat diamati berdasarkan ukuran tubub, warna bentuk kepala dan dahi.
Warna dan perilaku gurami muda jzuh lebih menarik dibandingkan gurami dewasa.
Ciri khas gurami dewasa yaitu memiliki lebar badan hampir dua kali pa11jang
kepala atau ?4 kali panjang tubuh. Bentuk kepala dempak (tumpul), berdahi agak
menonjol. Tonjolan dahi gurami jantan yarlg sudah tua berbentuk seperti cula.
Gurami dewasa berpunggung tinggi. Di atas punggung terdapat sirip punggung yang
keras dan tajam. Di bawah sirip punggung terdapat tulang rusuk yang bergaris
menyilang. Panjang sirip punggung dapat mencapai pangkal ekor, begitu pula sirip
dubur. Sirip ekor berbentuk busur.
Ciri khas gurami muda yaitu berukuran seperti korek api, memiliki 8 garis
tegak berwarna hitam pada kedua sisi badannya. Garis tegak itu biasanya hilang
setelah ikan dewasa. Gurami muda berkepala lancip ke depan, berdahi rata. Sirip
duburnya terdapat bintik gelap yang dilingkari wama kuning atau keperakan. Sirip
dadanya terdapat bintik hitam. Pada perut terdapat sirip perut. Jari-jari sirip perutnya
akan mengalami perubahan menjadi sepasang benang panjang yang berfungsi sebagai
alat peraba setelah ikan dewasa. Warna tubuh dan punggung gurami muda pada
umumnya bin1 kehitaman dengan bagian perut putih. Menjelang dewasa warna tubuh
dan punggung berubah menjadi kecoklatan dan warna perutnya berubah menjadi
kuning keperakan (Sitanggang dan Sarwono 2002).
2.1.3 Habitat
Di ala~n, gurami mendiami perairan yang tenang dau tergenang seperti rawa-
rawa, situ dan danau. Di sungai yang berarus deras, jarang dijumpai guranii.
Kehidupannya yang menyukai perairan bebas arus itu terbukti, ketika gurami sangat
mudah dipelihara di kolaln (Sitanggang dan Sarwono 2002). Budidaya ikan gurami di
air yang agak asin dilaltukan penduduk di Cengkareng, Kamal, dan Tegal Alur di
wilayah Jakarta Barat.
Walau gtrami dapat dibudidayakan di dataran rendah dekat pantai, perairan
yang paling optimal untult budidaya adalah yang terletak pada ketinggian 5 - 4 0 0
meter di atas permukaan laut seperti di Bogor, Jawa Barat. Ikan ini masih bertoleransi
sampai pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut seperti di Banjarnegara,
Jawa Tengah. Yang jadi patokan adalah suhu air di lingkungan hidupnya. Suhu ideal
untuk gurami adalah 24°C -28°C (Sitanggang dan Sarwono 2002).
2.1.4 Alat Pernafasan Labirin
Gurami sering kelihatan menyembulkan mulutnya yang menonjol di
permukaan air. Gerakannya itu berusaha untuk mengambil oksigen dari udara bebas.
Oksigen yang terisap akan diikat olehnya dengan labirin. Dengan cara ini gurami
dapat hidup dalam perairan dengan kondisi oksigen terlarut sangat rendah, asalkan
udara di atas permukaan air tersedia.
Labirin adalah alat pernafasan tambahan pada ikan berupa lipatan-lipatan
epithelium pernafasan. Alat tambahan ini merupakan turunan dari lembar insang
pertama. Labirin terletak pada suatu rongga di belakang atau di atas insang. Dengan
adanya alat tarnbahan ini, ikan rnampu hidup di perairan yang miskin oksigen terlarut,
asalkan permukaan perairan terdapat udara bebas. Labirin memiliki pembuluh darah
kapiler yang mampu mengambil oksigen langsung dari udara. Udara ditampung di
rongga labirin saat akan muncul di permukaan air. Kalau labirin ikan tidak
mempunyai kesempatan mengambil oksigen langsung dari udara bebas yang
dikarenakan permukaan air tertutup oleh tanaman atau material lain, maka ikan akan
mati.
Sa~npai saat ini labirin pada gurami masih merupakan misteri yang belu~n
terjawab. Apakah alat itu hanya digunaltan bernafas apabila oksigen terlarut dala~n air
sangat rendah, atau ~nutlak digunakan sekalipun oksigen terlarut cukup (Sitanggang
dan Sarwono 2002).
2.1.5 Pencernaan
Saluran pencernaan ikan terdiri dari segmen mufut, faring, esophagus,
lambung, pilorik, usus, rektum dan anus. Usus s-bagai salah satu segmen saluran
pencemaan ikan yang berfungsi sebagai telnpat terjadinya pencernaan dan
penyerapan zat makanan. Perbandingan panjang usus dengan panjang tubuh ikan
herbivora (pemakan nabati) adalah 3.70-6.0, ikan omnivora (pemakan nabati dan
hewani) 1.30-4.20 dan ikan karnivora (pemakan hewani) adalah 0.50-2.40 panjang
tubuh (Opuszynsky dan Shireman 1995).
Ikan gurami adalah salah satu jenis ikan pemakan tumbuh-tumbuhan air yang
mempunyai usus yang pendek dibandingkan ikan jenis herbivora lainnya. Menurut
Affandi (1993) ikan gurami yang panjang total tubuhnya antara 3.8-5.0 cm
mempunyai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh sebesar 1.11-1.64
sedangkan yang berukuran panjang total 13.5-15 cm mempunyai rasio panjang usus
terhadap panjang total tubuh sebesar 1.31-2.3 1.
2.1.6 Pertumbuhan
Pertumbuhan gurami sangat lambat dibandingkan jenis-jenis ikan budidaya
yang lain. Pertumbuhan gurami sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan, kesehatan,
pakan, ruang hidup dan umur. Untuk mendapatkan gurami dengan berat 1 kg dari
benih 1 cm membutuhkan waktu sekitar 4-5 tahun di kolam pekarangan dengan
pemeliharaan tradisional (Sitanggang dan Sarwono 1987).
Secara umum, di habitat alaminya gurami mencapai panjang total sekitar 15
cm pada umur satu tahun, 25 cm pada umur dua tahun, dan 30 cm pada umur tiga
tahun. Berbeda dengan burung dan mamalia, sebagian besar ikan mempunyai
kapasitas meneruskan pertumbuhan selama hidupnya bila kondisi lingkungan
llidupnya memungkinkan. Walaupun detnikian, pertumbuhan ikan di usia tua relatif
lambat (Jangkaru 2002).
Pertumbuhan ikan akan berlangsung cepat pada umur 3-5 tahun. Selanjutnya
ikan tua lebih banyak mempergunakan pasokan energi dan zat hara untuk
pemeliharaan tubuhnya. Pertumbuhan awal individu mengalami perlambatan selama
pematangan kelamin pertama kali. Sebagian besar energi dan zat hara dipergunakan
untuk perkembangan kelamin. Selain itu, selama rnembuat sarang dan menjaga
anaknya, pertumbuhan gurami mengalami hambatan karena pada masa it11 gurami
umumnya makan sedikit bahkan tidak makan sama sekali (Jangkaru 2002).
Pertumbuhan individu gurami per hari raia-rata hanya mencapai 2,O gram
menurut hasil penelitian Pusat Percobaan Perikanan Darat di Depok (197811979).
Untuk mendapatkan gurami konsumsi berbobot 500 gramlekor dari benih 1 cm,
diperlukan masa pemeliharaan lebih dari setahun. Pembesaran gurami secara
tnonokultur dan intensif, untuk mencapai panjang total sekitar 15 cm (berbobot 400-
600 gramlekor) dari benih 1 cm, membutuhkan waktu pemeiiharaan satu sampai satu
setengah tahun. Panjang 25 cm (600-800 gramlekor) dicapai pada umur dua tahun,
dan 30 cm (1000 gramlekor) pada umur 3 tahun. Pertumbuhan gurami baru
berlangsung cepat pada umur 3-5 tahun. Untuk mendapatkan gurami sebagai ikan
konsumsi berbobot 500 gramlekor butuh masa pemeliharaan lebih dari satu tahun
(Sitanggang dan Sanvono 2002).
2.1.7 Reproduksi dan Perkembangbiakan
Di perairan umum, gurami berkembang biak pada musim kering. Kalau
dipelihara di kolam, gurami dapat berkembang biak sepanjang tahun. Matang kelamin
pada umur 3-8 tahun untukjantan dan untuk betina umur 4-10 tahun.
Gurami berkembang biak dengan cara membuat sarang yang berdiameter
antara 30-38 cm. Di alam bebas biasanya sarang dibuat tersembunyi di antara
tumbuh-tumbuhan air atau rumput di pinggir perairan. Tempat itu biasanya terhindar
dari pengaruh arus yang mengalir deras. Letak sarang pada kedalaman sekitar 30 cm
dari permukaan air.
Ketika akan bertelur, betina induk selalu berdampingan dengan jantan induk.
Betina induk dapat mengliasilkan telur antara 500-3000 butir. Telur bersifat
mengapung. karena mengandung globul minyak.
Telur dapat menetas dalam waktu 30-35 jam setelah dilepas dari tubuh
induknya. Larva yang meneias hidup terapung dengan bagian perut ke atas atau
menempel pada tumbuli-tumbuhan dengan alat perieinpel di kepala.
Larva yang baru menetas hidup dengan sisa-sisa kuning telur yang masih ada
pada tubuhnya. Lima hari kemudian cadangan kuning telur habis, !arva pun mulai
makan jasad renik yang terdapat di alam. Pakan gurami ketika masih benih lembut
adalah infusoria, selanjutnya berganti rotifera dan daphnia. Setelah berumur dua
bulan, gurami dapat makan jentik-jentik nyamuk, cacing sutera dan plankton.
Seianjutnya dapat makan tumbuh-tumbuhan lunak dan rayap (Sitanggang dan
Sarwono 2002).
2.1.8 Galur Gurami
Peternak gurami di Bogor membedakan ada 6 macam galur gurami
berdasarkan daya produksi telur, kecepatan tumbuh, ukuran atau bobot maksimal
gurami dewasa. Masing-masing adalah angsa (soang, geese gou~ami), jepun (jepang,
japonica), blausafir, paris, bastar (pedaging) dan porselen. Empat terakhir banyak
dikembangkan di Jawa Barat. Bagi orang awam sulit membedakan tiap-tiap galur
tersebut. Selain enam galur di atas, berdasarkan wama terdapat gurami hitam, albino
(putih) dan belang. Gurami hitam paling banyak dijumpai, yang lain jarang. Gurami
albino dan belang kurang disukai karena sangat lambat tumbuh. Di Cisaat Sukabumi
(Jawa Barat), para petani mengenal dua galur benih gurami untuk dibesarkan sebagai
ikan konsumsi yaitu galur kapas dan batu (Sitanggang dan Sarwono 2002).
2.1.3 Histologi dan Histopatologi Insang
Histologi merupakan teknik yang digunakan untuk mempelajari jaringan
normal, sedangkan untuk kelainan-kelainan pada jaringan disebut teknik
histopatologi. Preparasi jaringan meliputi beberapa langkah termasuk fiksasi jaringan,
dehidrasi, clearing, embedding sampel, blocking, preparasi sectiori, pewarnaan dan
lnozrnting jaringan (OIE 2003).
Insang adalah struktur yang paling sempurna darI badan teleost. Menipunyai
sifat mudah terluka karena lokasi insang yang ekstemal dan langsung kontak dengat?
air, yang berarti bahwa insang dapat rusak akibat material perusak apapun di dalam
air itu. Insang juga, dengan alamiah, tempat dengan suplai bahan gizi yang baik,
lokasi yang aman dan disukai protozoa eksternal serta parasit trematoda monogenean.
Inbang mempunyai jumlah komponen relatif sedikit: epithelium, endothelium, sel
pilar, fibrosa dan stroma kartilaginous di dalam lamela primer dan sel khusus seperti
sel mukus, sel kloridz, sel granul eosinofil dan makrofag. Gangguan eksternal yang
paling sering terjadi disebabkan oleh perubahan permiabilitas. Pada umumnya tanda
yang paling awal adalah hiperplaisa atau hipertrofi dari sel lamela individual yang
membesar dan meningkatkan ketebalan dari lamela sekunder individu. Ini sering
diikuti oleh suatu peningkatan volume sekresi mukus. Jika stimulasi irritan terjadi
lebih kuat, dapat timbul tiga respon berbeda yaitu oedema lamela, biperplasia lamela
dan fusi lamela, yang perlu diperhatikan adalah apabila hasil akhimya berupa bentuk
kompleks dari ketiga lesio tersebut. (Roberts 2001).
Teleost mempunyai limz pasang insang berbentuk melengkung. Banyak
lamela sekunder berbentuk setengah lingkaran berbaris sepanjang kedua sisi dari
lamela primer. Lamela primer terdiri dari pendukung jaringan kartilago, sistetn
vaskuler dan epitel banyak lapis. Suatu lapisan ganda dari sel epitel mendasari epitel
lamela sekunder. Lapisan luar adalah sel epitel respirasi, dimana mempunyai
mikrovili dan mikroridge tipis pada permukaan apikal, dimana sebagai lapisan
pendukung sel epitel yang menempati membran dasar (basal). Epitel lamela sekunder
tersusun dari banyak sel pilar, yang dapat dipendekkan dan terpisah dari saluran
kapiler (Takashima dan Hibiya 1995).
Perubahan patologi yang paling umum diamati dalam insang adalah
hiperplasia sel respirasi. Hiperplasia ini bisa terjadi akibat dari stimuli zat kimia
polutan, infeksi parasit dan faktor lingkungan yang lain misalnya pH yang rendah.
Banyaknya rnukus dari sel juga meningkat dalam respon terhadap infeksi parasit dan
kualitas air yang memburuk. Sel ini mengeluarkan materi mukus pada permukaan
epitel dalam usaha untuk melindungi jaringan insang. Perubahan akut dalam jaringan
insang meliputi fusi pada lamela dan sel piknosis. Dalam kasus kronis, akan ada
nekrosis, sel desquamasi, oedema dan ditandai derajat infiltiasi dari sel granuler
eosinofil dan tipe leukosit lainnya (Hoole el al. 2001).
2.1 .I0 I-Iistologi dan I-Iistopatologi Saluran Pencernaan (Usus)
Saluran intestin (usus) adalah organ penting yang berhubungan dengan
penyakit. Banyak parasit patogen yang mencapai usus dan masuk ke usus per oral,
khususnya melalui makanan yang terkontaminasi (Hoole et al. 2001). Walaupun
panjang usus relatif bisa dibedakan menurut diet ikan, umumnya usus ikan adalah
suatu tabung sederhana yang tidak membesar dalam diameter untuk membentuk suatu
kolon secara posterior. Mungkin saja lursls, sigmoid atau bergulung, tergantung pada
bentuk dari rongga abdomen. Usus memiliki bentuk simple, mukoid, kolumnar
epithelium, melapisi suatu submukosa sering berlebih diwarisi dengan sel granuler
eosinofilik dan terbatas oleh suatu mukosa muskularis tebal dan lapisan fibroelastis
(Roberts 200 I).
Usus meluas dari bagian akhir pylorus perut sampai anus dan meliputi
duodenum, usus interior, usus posterior dan rektum. Pada beberapa jenis ikan,
batasan-batasan antara bagian-bagian yang berdekatan adalah suram tak jelas.
Duodenum adalah bagian dari usus yang mempunyai pembukaan dari hati dan saluran
pankreas dan jugapyloric caeca. Demikian juga rektum dengan jelas dapat dibedakan
dari bagian sebelumnya oleh adanya Mep ileorektal, yang lebih tebal muskulusnya,
berlimpah sel mukus dan berkurang aktivitas absorpsi. Epitel mukosa usus terdiri atas
sel epitel selapis (Takashima dan Hibiya 1995).
Patologi dari usus dipengaruhi oleh kehadiran bakteri di dalam lumennya. Ini
berbeda menurut musim dan siklus reproduktif, tetapi secara umum mampu dari
sedikit invasi lokal dalam ha1 trauma. Sebagai tambahan, berbagai parasit dan bakteri
patogenik menemukan usus menyediakan suatu lingkungan yang cocok dan infeksi
primer berasal dari usus tersebut. Perubahan patologi dalam usus ikan kurang baik
dipelajari dan kebanyakan dari infor~nasi tersedia didasarkan sebagian besar atas
peristiwa pengainatan kebetulan. Situasi menyatakan lebih diperumit sebab spesics
yang paling sederhana, yang tidak makan pada waktu ~nusim dingin, mengalami
perubahan degeneratif dari lapisan mukosa saluran usus yang ditandai oleh
degenerasi apoptotik sepanjang periode itu. Ini mungkin dikacaukan kedua-duanya
dengan perubahan aktif patologi dan dengan post-mortem atas fiksasi yang tidak baik
dari jaringan nonnal, yang mana diuraikan di dalam literatur sebagai patologikal
(Roberts 2001).
2.1.1 1 Histologi dan Patologi Otot
Beberapa ikan berenang dengan mendayung atau gerakan melambai dari sirip
tel-tentu, dalam ha1 ini otot yang sesuai sudah sangat maju dan yang utama myomere
mungkin sangat dikurangi. Corak yang paling jelas nyata dari otot ikan adalah
melipat dan menyambungkan myomere. Secara eksternal, otot badan menduduki
kuadrant dari badan, terpisah dari satu sama lain oleh septum median dan tranversal
horisontal septum. Keciua kelompok otot di dorsal septum horisontal disebut otot
epaxial sedangkan yang ventral disebut olot hypaxial (Roberts 200 I).
Otot dari teleost sama seperti vertebrata yang lain, yaitu terdiri atas unit
memanjang yang disebut serat otot. Secara morfologi seperti halnya secara
fungsional, dua macam otot, polos dan lurik dikenali dan belakangan iili dibagi lagi
ke dalam jenis berbeda berupa otot rangka dan jantung (Takashima dan Hibiya 1995).
2.1.11.1 OtotPolos
Serabut otot polos memanjang, sel spindle-shaped berfungsi melakukan
pergerakan kontraktil involuntari dan memelihara bentuk dari banyak jaringan sepel-ti
dinding dari saluran pencernaan makanan, hati dan saluran pankreas. Sel otot diatur
satu demi satu atau di dalam bungkus. Di dalam lapisan atau hungkus dari otot polos,
suatu kuantitas kecil dari jaringan berhubungan dengan fibroblasts, kolagenous,
serabut elastis dan kapiler serta syaraf autonom hadir di antara serabut itu. Permukaan
dari pembungkus otot pada umumnya ditutup dengan suatu membran tipis ke lamina
basal dari epithelial. S t ~ ~ d i ult~~astruktural sudah menunjukkan bahwa tidak ada
penghubung khusus antara sel berdekatan. Sarcoplasma zuxtanuclear berisi
mitokondria yang sedikit langsing. Sitoplasma diisi myofilamen paralel tipis. Dalam
potongan melintang, myofilarnen teriihat seperii titik kecil. Dalam penampang
longitudinal. inti yang panjang, tunggal dan tipis terpusat. di bagian tengah paling luas
dari serabut. inti sel lcaya akan kromatin dan berisi satu sampai lima nukleoli
(Takashima dan Hibiya 1995).
2.1.1 1.2 Otot Lurik
Ada dua macaln otot lurik pada ikan, yaitu otot putih dan merah. Perubahan
patologi yang biasa ditemukan meliputi nekrosis (myopathy), inflamasi dan
degenerasi hialin (Hoole el al. 2001).
Otot lurik berhubungan erat dengan sistem rangka. Bentuk komposisi
tergantung pada tulang yang terkait. Otot lateral adalah contoh yang khas dari otot
rangka' ikan teleostei. Muskulatur ini terdiri atas S-Shaped myomere diatur
berdampingan sepanjang kedua sisi badan itu. Myomere terpisah dari satu sama lain
oleh kolagen miosepta. Di dalam potongan melintang hewan vertebrata dapat dilihat
beberapa kelompok otot. Sebagai ta~nbahan terhadap muskulatur lateral, otot lurik
juga meliputi otot yang dihubungkan dengan pergerakan dari sirip (flexor otot dari
caudal dan sirip pektoral, serta otot levator dari dorsal dan sirip anal) seperti halnya
dengan membuka dan menutup gerakan mulut (Takashima and Hibiya 1995).
Menurut Takashima dan Hibiya (1995) secara histologis serabut terdiri atas
sarkoplasma, myofibril, nukleus dan sarkolemma. Sarkoplasrna mengisi ruang di
antara myofibril. Myofibril dengan bahan gizi yang memainkan suatu peran penting
di dalam proses serabut otot kontraksi. Nukleus berbentuk oval atau spindle-shaped
dan menunjukkan variasi dalam ukuran. Nukleus selalu terletak di bawah
sarkolemma. Keberadaan dari banyak nukleus di dalam serabut otot tunggal
merupakan karakteristik otot lurik. Melingkupi serabut otot adalah endomisium, yang
berisi fibroblast dan makrofag. Sel jaringan konektif ini memainkan suatu peran
fagositotik penting dalam kasus inflamasi.
Serabut otot lnerah pada umumnya lebih tipis dibanding serabut otot biasa.
Serabut otot merah berisi lebih sarkoplasma dibandingkan otot biasa dan myofibril
otot berdarah membentuk apa yang diketaliui sebagai bidang Cohnheirn pada
potongan melintang mereka. Bagaimanapun, bidang Cohnheim tersembunyi di dalarn