Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi pariwisata dunia atau yang dikenal dengan World Tourism Organization (WTO) menjelaskan bahwa sektor pariwisata telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia yang menyangkut aktivitas sosial ekonomi dan merupakan salah satu motor penggerak untuk menghasilkan pendapatan dan menciptakan lapangan kerja. Menurut WTO (2014), sektor pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, yang dilihat dari perkembangan jumlah kunjungan wisatawan dan pendapatan yang diperoleh dari wisatawan internasional. Berdasarkan United Nations World Tourism Organization (2017), kedatangan wisatawan internasional telah meningkat dari 25 juta secara global pada tahun 1950 menjadi 278 juta pada tahun 1980. Kemudian pada tahun 2000 menjadi 674 juta dan di tahun 2016 menjadi 1.235 juta wisatawan. Selanjutnya juga terjadi peningkatan penerimaan pariwisata internasional yang diterima dari negara yang dikunjungi di seluruh dunia dan terjadi lonjakan dari US$ 2 miliar pada tahun 1950 ke US$ 104 miliar pada tahun 1980, US $ 495 miliar pada tahun 2000, dan US $ 1.220 miliar pada tahun 2016. Pariwisata internasional menempati urutan ketiga setelah bahan kimia dan bahan bakar, dan pariwisata berada di atas produk otomotif dan makanan.
13

1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_1_6605.pdf · dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara mengalami

Jul 20, 2019

Download

Documents

phamhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_1_6605.pdf · dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara mengalami

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi pariwisata dunia atau yang dikenal dengan World Tourism

Organization (WTO) menjelaskan bahwa sektor pariwisata telah menjadi bagian

yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia yang menyangkut aktivitas sosial

ekonomi dan merupakan salah satu motor penggerak untuk menghasilkan

pendapatan dan menciptakan lapangan kerja. Menurut WTO (2014), sektor

pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, yang dilihat dari

perkembangan jumlah kunjungan wisatawan dan pendapatan yang diperoleh dari

wisatawan internasional.

Berdasarkan United Nations World Tourism Organization (2017),

kedatangan wisatawan internasional telah meningkat dari 25 juta secara global

pada tahun 1950 menjadi 278 juta pada tahun 1980. Kemudian pada tahun 2000

menjadi 674 juta dan di tahun 2016 menjadi 1.235 juta wisatawan. Selanjutnya

juga terjadi peningkatan penerimaan pariwisata internasional yang diterima dari

negara yang dikunjungi di seluruh dunia dan terjadi lonjakan dari US$ 2 miliar

pada tahun 1950 ke US$ 104 miliar pada tahun 1980, US $ 495 miliar pada tahun

2000, dan US $ 1.220 miliar pada tahun 2016. Pariwisata internasional menempati

urutan ketiga setelah bahan kimia dan bahan bakar, dan pariwisata berada di atas

produk otomotif dan makanan.

Page 2: 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_1_6605.pdf · dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara mengalami

2

Kontribusi sektor pariwisata internasional pada tahun 2016 sebesar 7%

dari ekspor barang dan jasa dunia, yang sebelumnya hanya mencapai 6% di tahun

2015. Pariwisata internasional telah tumbuh lebih cepat dari perdagangan dunia

selama lima tahun terakhir dan di banyak negara berkembang, pariwisata adalah

kategori ekspor teratas. Pariwisata juga telah menjadi salah satu sektor pendukung

utama pertumbuhan ekonomi di ASEAN dan telah terbukti tangguh di tengah

tantangan ekonomi global (UNWTO, 2017).

Menurut The World Travel and Tourism Council (WTTC, 2016),

pariwisata memberikan kontribusi terhadap PDB ASEAN sebesar 12,4% pada

tahun 2015 baik kontribusi secara langsung, tidak langsung maupun terimbas

(Gambar 1). Kontribusi langsung dari pariwisata mencerminkan pengeluaran

'internal' untuk perjalanan dan wisata, dalam artian uang yang digunakan

wisatawan untuk membayar semua kebutuhannya dan berbelanja, baik itu berupa

biaya wisata, penginapan hotel, transportasi ataupun makan di restoran.

Kontribusi tidak langsung dari pariwisata berupa multiplier effect, yakni

pemanfaatan uang tersebut bagi si penerima, lalu berputar dan berdampak

ekonomis bagi orang lain seperti pengembangan usaha dalam industri pariwisata

yang akan menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan jumlah penyerapan

tenaga kerja dan mendorong masuknya Foreign Direct Investment (FDI).

Kontribusi berimbas diukur oleh pengeluaran wisatawan yang secara langsung

atau tidak langsung berkontribusi pada pariwisata seperti belanja makanan,

pakaian, dan pengeluaran rumah tangga.

Page 3: 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_1_6605.pdf · dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara mengalami

3

Menurut WTTC (2016), pariwisata mempunyai multiplier effect yang

sangat luas, karena hampir seluruh sektor kegiatan seperti sektor jasa, industri,

transportasi, pertanian dan perdagangan dapat dihubungkan dengan dunia

kepariwisataan. Adanya pariwisata berdampak ekonomi baik secara langsung,

tidak langsung maupun berimbas. Besarnya kontribusi pariwisata (baik langsung,

tidak langsung maupun berimbas) terhadap PDB dunia khususnya ASEAN tahun

2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Sumber: WTTC, 2016

Gambar 1. Total Kontribusi Pariwisata terhadap PDB di Dunia

Tahun 2015 (dalam persen)

Terlihat pada gambar diatas, ASEAN adalah wilayah yang paling besar

merasakan kontribusi dari pariwisata terhadap PDB. Kontribusi pariwisata

terhadap peningkatan PDB yang secara langsung (direct) dapat dirasakan wilayah

ASEAN adalah sebesar 5% (paling tinggi bila di bandingkan dengan Afrika,

Amerika bahkan Eropa) dan kontribusi secara tidak langsung (indirect) lebih

besar dibandingkan wilayah lain di dunia, yaitu sekitar 6%. Total penerimaan

pariwisata di ASEAN sebesar 12,4%, lebih besar 2.8% dibanding Eropa.

Page 4: 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_1_6605.pdf · dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara mengalami

4

Negara ASEAN memiliki pandangan yang sama mengenai potensi sektor

pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikator yang dapat

menunjukkan kondisi sektor pariwisata suatu negara adalah jumlah wisatawan

asing atau international tourist arrival, yang menunjukkan jumlah kunjungan

wisatawan mancanegara yang berwisata di suatu negara. Jumlah wisatawan asing

menjadi indikator pariwisata suatu negara karena peningkatan jumlah wisatawan

asing akan meningkatkan jumlah devisa negara tersebut. Suatu negara dapat

memiliki pendapatan lebih banyak dari setiap kunjungan wisatawan mancanegara.

Negara dengan kunjungan wisatawan asing yang lebih banyak menandakan

negara tersebut memiliki keunggulan destinasi berwisata. Berdasarkan Gambar 2

di bawah ini, kunjungan wisatawan setiap negara anggota ASEAN cenderung

mengalami peningkatan dari tahun 2013 hingga 2015.

Sumber: Sekertariat ASEAN, 2017

Gambar 2. Kunjungan Wisatawan Asing Tahun 2013-2015 (ribu jiwa)

0

20,000,000

40,000,000

60,000,000

80,000,000

100,000,000

120,000,000

Kamboja Indonesia Laos Malaysia Myanmar Filipina Thailand Vietnam ASEAN

2013 2014 2015

Page 5: 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_1_6605.pdf · dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara mengalami

5

Peningkatan kunjungan wisatawan di ASEAN hampir di alami oleh setiap

negara. Negara Thailand dan Malaysia menjadi destinasi unggulan di ASEAN

dilihat dari jumlah wisatawan asing yang datang, meskipun dari tahun 2014 ke

2015 terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Malaysia. Jumlah

wisatawan yang tinggi dapat memberikan gambaran bahwa negara (wilayah)

tersebut memiliki keunggulan (keunikan) tersendiri yang dapat dijadikan potensi

daya tarik baik dari keadaan alam, budaya atau kuliner.

Selain peningkatan jumlah wisatawan mancanegara, indikator lain yang

menggambarkan perkembangan pariwisata adalah besarnya penerimaan sektor

pariwisata terhadap PDB suatu negara. Menurut WTTC (2017) memperlihatkan

adanya peningkatan atas penerimaan sektor pariwisata (direct contribution)

negara-negara di ASEAN dari tahun 2009 hingga 2016.

Sumber: WTTC, 2016

Gambar 3. Penerimaan Sektor Pariwisata Delapan Negara di ASEAN

Tahun 2009 dan 2016 (dalam Milyar US $)

1.35

12.95

0.37

11.23

0.51

11.4

21.39

6.36

2.87

18.03

0.59

14.7

1.98

25.05

39.58

11.91

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

CAMBODIA INDONESIA LAOS MALAYSIA MYANMAR PHILIPPINES THAILAND VIETNAM

2009 2016

Page 6: 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_1_6605.pdf · dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara mengalami

6

Penerimaan sektor pariwisata cenderung meningkat dari tahun 2009

hingga 2016 pada delapan negara di ASEAN. Hal ini dapat memberikan

gambaran bahwa perkembangan pariwisata di ASEAN berlangsung baik dan

meningkat dalam 8 tahun terahir. Berdasarkan gambar diatas, sektor pariwisata

dapat menjadi salah satu yang diandalkan di setiap negara karena besarnya yang

terus meningkat dari tahun ke tahun. Tidak hanya penerimaan sektor pariwisata

yang terus meningkat dari tahun ke tahun, PDB per kapita juga mengalami

peningkatan dari tahun 2008-2016 yang dilihat dari Gambar 4 berikut ini. Gambar

4 memberikan gambaran secara umum tiap negara mengalami peningkatan PDB

per kapita dari tahun 2008 hingga tahun 2016.

Gambar 4. Diagram PDB per Kapita Delapan Negara di ASEAN tahun 2008 dan

2016 (dalam US $)

76

3.6

9

28

76

.89

10

09

.46

88

90

.79

82

6.0

9 20

20

.15

48

00

.81

11

92

.00

10

79

.11

39

74

.73

16

42

.73

11

03

1.8

2

14

08

.14

27

52

.11

59

10

.45

17

35

.29

0.00

2000.00

4000.00

6000.00

8000.00

10000.00

12000.00

sumber: world bank (harga konstan 2010)

2008 2016

Page 7: 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_1_6605.pdf · dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara mengalami

7

Negara Malaysia, Thailand dan Indonesia berturut-turut adalah negara

dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara

mengalami peningkatan PDB per kapita dari tahun 2008 hingga 2016. Menurut

Sequira dan Nunes (2008), negara high income tidak terlalu merasakan

keuntungan dari sektor pariwisata, hanya negara low income yang akan lebih

merasakan keuntungan dari sektor pariwisata. Merujuk pada WTTC (2016),

negara berpenghasilan rendah (low income) adalah negara yang PDB per kapita-

nya kurang dari atau sama dengan $ 13,700 dan berdasarkan hal tersebut, delapan

negara di atas (Cambodia, Laos, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Phillipines,

Thailand dan Vietnam) termasuk dalam kategori negara low income.

Bank Dunia menegaskan peran pariwisata selain untuk mendorong

pertumbuhan PDB, meningkatkan intensitas perdagangan internasional, pariwisata

juga dapat menambah nilai investasi global. Pariwisata dapat menjadi media bagi

para investor untuk berinvestasi. Investasi yang semakin meningkat akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Todaro (2006) menyebutkan pertumbuhan

merupakan fungsi dari investasi. Menurut data yang diberikan Kantor Staf

Presiden, dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia menempati

peringkat 1 di awal tahun 2015 untuk porsi investasi, yaitu sebesar 31% dan

diikuti oleh Vietnam 17% dan Malaysia 16%. Padahal, secara umum investasi ke

ASEAN turun 3,2% dibandingkan periode sebelumnya. Sementara, dibandingkan

periode tahun sebelumnya, investasi ke Indonesia justru naik sangat pesat, yaitu

62,4%. Investasi terutama di bidang pariwisata akan meningkatkan PDB perkapita

karena investasi juga akan meningkatkan kesempatan kerja.

Page 8: 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_1_6605.pdf · dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara mengalami

8

Tabel 1. Nilai Investasi di 8 Negara ASEAN tahun 2014-2015

Negara

Nilai PMA masuk

(USD juta) Porsi

2015

(%)

Pertumbuhan

2014 (s1) 2014 (s2) 2015 (s1) S-o-S Y-o-Y

Indonesia 8,413 8,470 13,666 31% 61.3% 62.4%

Vietnam 7,504 16,274 7,532 17% -53.7% 0.4%

Malaysia 13,813 4,882 7,010 16% 43.6% -49.2%

Thailand 1,734 6,654 4,079 9% -38.7% 135.2%

Myanmar 1,893 2,925 4,066 9% 39.0% 114.8%

Filipina 5,353 1,677 2,788 6% 66.3% -47.9%

Kamboja 795 1,314 666 2% -49.3% -16.2%

Laos 861 155 294 1% 89.9% -65.8%

Sumber: kantor staf presiden, harga berlaku 2015.

Hubungan antara pertumbuhan pariwisata dan perekonomian dikenal

sebagai Tourism Led Growth hypothesis (TLG hypothesis). Penelitian pertama

mengenai TLG hipotesis dilakukan oleh Balaguer & Cantavella-Jordá (2002),

menjelaskan adanya hubungan yang siginifikan antara pariwisata dan

pertumbuhan ekonomi. Secara teoritis hipotesis TLG mengadopsi hipotesis Export

Led Growth (ELG), yaitu postulat ekonomi yang menyatakan bahwa pertumbuhan

ekonomi dapat ditingkatkan tidak hanya dengan menambah jumlah tenaga kerja

dan modal saja melainkan dengan meningkatkan kegiatan ekspor. Spillane (1987)

menjelaskan bahwa peranan pariwisata dalam pembangunan negara pada garis

besarnya berintikan tiga sisi, yaitu sisi ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), sisi

sosial (penciptaan lapangan kerja), dan sisi kebudayaan (memperkenalkan

kebudayan kita kepada wisatawan-wisatawan asing).

Menurut Balaguer & Cantavella-Jordá (2002), sektor pariwisata

(penerimaan dari wisatawan internasional, jumlah wisatawan) turut menjadi faktor

penentu dalam pertumbuhan ekonomi. Namun persentase rata-rata pertumbuhan

Page 9: 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_1_6605.pdf · dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara mengalami

9

jumlah wisatawan asing pada negara anggota ASEAN dengan rata-rata

pertumbuhan PDB perkapita negara anggota ASEAN masih memiliki hubungan

yang tidak searah. Peningkatan jumlah wisatawan belum dapat mengangkat rata-

rata pertumbuhan PDB perkapita. Jika PDB perkapita merupakan proksi dari

kesejahteraan individu dalam suatu negara maka ternyata pariwisata belum dapat

meningkatkan kesejahteraan individu pada delapan negara di ASEAN (terlihat

pada Gambar 5).

Gambar 5. Rata-rata Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Asing dan Rata-rata

Pertumbuhan PDB (persen)

Penelitian Lohmann dan Kaim (1999) dalam Payangan (2017),

menjelaskan faktor supply dan demand dari barang dan jasa dapat mempengaruhi

perubahan reaksi terhadap industri kepariwisataan. Negara anggota ASEAN

memiliki wisata yang hampir serupa (budaya, sejarah, cuaca dan bentuk

sumberdaya pariwisata untuk di tawarkan), namun setiap negara memiliki tingkat

pertumbuhan ekonomi yang berbeda.

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00Rat

a-ra

ta P

ertu

mb

uh

an G

DP

P

erka

pit

a

rata-rata pertumbuhan jumlah wisatawan

Page 10: 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_1_6605.pdf · dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara mengalami

10

Gambar 6. Rata-rata Kontribusi Pariwisata terhadap PDB (persen) dan Rata-rata

PDB Perkapita (US $)

Hubungan yang tidak searah pada Gambar 5, diikuti dengan hubungan

yang juga tidak searah (Gambar 6) antara rata-rata kontribusi pariwisata terhadap

rata-rata PDB perkapita delapan negara di ASEAN. Pertumbuhan jumlah

wisatawan asing delapan negara di ASEAN ternyata belum diikuti oleh

pertumbuhan PDB perkapita di setiap negara. Hal ini menjadi permasalahan

utama penelitian ini karena berdasarkan tourism-led growth hypothesis seharusnya

pertumbuhan pariwisata (jumlah wisatawan maupun penerimaan dari wisatawan

internasional) akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara tersebut.

Beberapa penelitian mengenai hubungan antara pertumbuhan pariwisata

dan pertumbuhan ekonomi telah dilakukan sebagai wujud ketertarikan para policy

makers dalam upaya membuat suatu kebijakan yang dapat meningkatkan

perekonomian melalui pengembangan sektor pariwisata. Chien-Chang Lee (2007)

menganalisis bahwa pembangunan pariwisata memberikan dampak yang lebih

besar terhadap pertumbuhan PDB di negara-negara OECD selama tahun 1990-

-10000.00

0.00

10000.00

20000.00

30000.00

40000.00

50000.00

60000.00

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00

Rat

a-ra

ta G

DP

Per

kap

ita

rata-rata kontribusi pariwisata terhadap GDP

Page 11: 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_1_6605.pdf · dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara mengalami

11

2002. Sama halnya dengan Lee, Fyissa dan Nsiah (2009) juga meneliti mengenai

hubungan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi. Hasil yang mereka temukan

adalah industri pariwisata berpengaruh bagi perekonomian lingkup negara.

Penelitian Sequeira dan Nunes (2008) juga sependapat dan menunjukkan hasil

bahwa pariwisata merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi yang

positif. Selain itu, Sequeira dan Nunes (2008) juga meneliti hal yang sama di

negara-negara kecil dan hasilnya adalah kontribusi pariwisata terhadap

pertumbuhan ekonomi di negara kecil tidak relevan. Penelitian Nizar (2011)

tentang hubungan pertumbuhan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi di

Indonesia tahun 1995-2000 memperlihatkan hubungan kausal antara pertumbuhan

pariwisata dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata akan

mendorong pertumbuhan ekonomi dalam suatu periode, dan pertumbuhan

ekonomi akan meningkatkan pertumbuhan pariwisata di periode berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah

Pada bagian latar belakang sebelumnya, beberapa penelitian banyak

memberikan informasi mengenai perkembangan industri pariwisata baik di tingkat

internasional maupun di ASEAN yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Namun, perkembangan pariwisata delapan negara di ASEAN yang terus

meningkat tidak dibarengi oleh peningkatan pertumbuhan PDB. Rata-rata

kontribusi pariwisata terhadap PDB delapan negara di ASEAN yang meningkat

belum diikuti oleh peningkatan rata-rata PDB per kapita di setiap negara.

Pertumbuhan jumlah wisatawan asing negara anggota ASEAN juga tidak diikuti

oleh pertumbuhan PDB perkapita di setiap negara. Hal ini belum menunjukkan

Page 12: 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_1_6605.pdf · dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara mengalami

12

kesesuaian dengan Tourism Led Growth Hypothesis dimana seharusnya sektor

pariwisata (jumlah wisatawan maupun penerimaan dari wisatawan) akan

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Hal ini membuat

peneliti ingin mengetahui apakah Tourism Led Growth Hypothesis yang

menyatakan bahwa sektor pariwisata (penerimaan dari wisatawan) turut menjadi

faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi juga berlaku di negara low income

ASEAN. Oleh karena itu penelitian ini akan mengidentifikasi:

1. Seberapa besar variabel output sektor pariwisata, jumlah wisatawan, capital

investment dan pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi negara-negara low-income di ASEAN?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk:

1. Menganalisis pengaruh variabel output sektor pariwisata, jumlah wisatawan,

capital investment dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi

negara-negara low-income di ASEAN.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dipergunakan

sebagai berikut:

1. Secara keilmuan, penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam

menambah pengetahuan dan pemikiran tentang pengaruh sektor pariwisata

terhadap pertumbuhan ekonomi.

Page 13: 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_1_6605.pdf · dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara mengalami

13

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada birokrat pariwisata dalam menentukan perencanaan dan

melaksanakan pembangunan ekonomi. Selain itu, penelitian ini dapat di

gunakan sebagai referensi bagi para pembuat keputusan dalam membuat

kebijakan tentang pengembangan pariwisata, sesuai dengan potensi yang

dimiliki agar sejalan dengan harapan dan kebutuhan masyarakat.