MORPHOLOGI KOTA MORPHOLOGI KOTA RP09-1315 Minggu ke - 10 STRUKTUR INTERNAL KOTA DAN PENGARUH POLA TRANSPORTASI PENGARUH POLA TRANSPORTASI Oleh: Rulli Pratiwi Setiawan, ST, M.Sc. 18/04/11 1 Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
MORPHOLOGI KOTAMORPHOLOGI KOTARP09-1315
Minggu ke - 10gg
STRUKTUR INTERNAL KOTA DAN PENGARUH POLA TRANSPORTASIPENGARUH POLA TRANSPORTASI
Oleh:Rulli Pratiwi Setiawan, ST, M.Sc.
18/04/11 1Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
MATERI KULIAH
POKOK BAHASAN
Struktur internal kota dan Pengaruh perkembangan transportasi
terhadap morfologi kota
SUB POKOK BAHASANSUB POKOK BAHASAN
Delimitasi administrasi, Ekspresi keruangan dari morfologi kota, dan
Pola-pola transportasi
KOMPETENSI
Mahasiswa mampu memahami struktur internal kota dan peran
transportasi terhadap bentuk.
Mahasiswa dapat menggunakan unsur ini dalam perencanaan.
18/04/11 2Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
STRUKTUR INTERNAL KOTA
Perkembangan kota dari waktu ke waktu menyangkut aspek-
aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik.
Aspek fisik berkaitan dengan penggunaan lahan
Morfologi permukiman menyoroti eksistensi keruangan
kekotaan pada bentuk-bentuk/wujud dari karakteristik kota.
Menurut Herbert (1973), tinjauan terhadap morfologi kota
ditekankan pada bentuk-bentuk fisik dari lingkungan kekotaan,
yang tercermin pada:
1 Sistem jalan jalan yang ada1. Sistem jalan-jalan yang ada
2. Blok-blok bangunan baik daerah hunian maupun bukan
3 Bangunan-bangunan individual
18/04/11 3Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
3. Bangunan-bangunan individual
STRUKTUR INTERNAL KOTA
Menurut Conzen (1960) analisis morfologi kota didasarkan pada
areal yang secara fisik menunjukkan kenampakan ke-kota-an.
Karena percepatan pertumbuhan kenampakan fisik kota tidak
sama untuk setiap bagian terluar kota, maka bentuk morfologi
kota sangat bervariasi.
Sementara itu, batas administrasi kota relatif sama untuk periode
kt lwaktu yang lama.
Penentuan batas administrasi kota bermaksud untuk memberikan
batas terhadap permasalahan kota sehingga memudahkanbatas terhadap permasalahan kota, sehingga memudahkan
pemerintah kota untuk memecahkan persoalan-persoalan yang
timbul.
18/04/11 4Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
STRUKTUR INTERNAL KOTA
Mengacu pada hubungan antara eksistensi batas fisik kota dan
batas administrasi kota, terdapat 3 macam kemungkinan
hubungan (Northam, 1979), yaitu :
1. Under Bounded City
2. Over Bounded City
3. True Bounded City
18/04/11 5Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
STRUKTUR INTERNAL KOTA
1. UNDER BOUNDED CITY
Sebagian besar batas fisik ke-kota-an berada jauh di luar batasSebagian besar batas fisik ke kota an berada jauh di luar batas
administrasi kota.
Under Bounded CityS b Y 2005
18/04/11 6Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
STRUKTUR INTERNAL KOTA
Underbounded City….. lanjutan
Kondisi ini memungkinkan munculnya masalah pengaturanKondisi ini memungkinkan munculnya masalah pengaturan
wilayah, karena wewenang pemerintah kota untuk
merencanakan ruang wilayah hanya terbatas pada daerah
yang terletak di dalam batas administrasi pemerintahan kota.
Sementara daerah di luar batas administrasi kota menjadi
wewenang pemerintah daerah lain, sehingga memungkinkan
timbulnya “goal conflicts” dalam perencanaan tata ruang.
Logical action yang paling mungkin adalah memperluas
wilayah administrasi kota, sehingga mencakup semua “builtup areas”
18/04/11 7Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
up areas .
STRUKTUR INTERNAL KOTA
2. OVER BOUNDED CITY
Sebagian besar batas fisik ke-kota-an berada di dalam batasSebagian besar batas fisik ke kota an berada di dalam batas
administrasi kota.
Over Bounded CitySumber: Yunus 2005
18/04/11 8Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
STRUKTUR INTERNAL KOTA
Overbounded City ….. lanjutan
Kondisi ini tidak menimbulkan konflik antara pemerintah kotaKondisi ini tidak menimbulkan konflik antara pemerintah kota
dengan pemerintah daerah sekitarnya, karena wilayah
administrasi kota sendiri meliputi wilayah yang luas dan
meliputi daerah-daerah di sekitarnya.
Perencanaan tata ruang kota dan kemungkinan perluasannya
ih d l i t h k tmasih dalam wewenang pemerintah kota.
Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah konversi lahan
t i j di l h t i t t dipertanian menjadi lahan non pertanian, terutama di negara-
negara dimana pertanian memegang peranan basar dalam
perekonomian negara.
18/04/11 9Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
pe e o o a ega a
STRUKTUR INTERNAL KOTA
3. TRUE BOUNDED CITY
Batas fisik kota koinsiden dengan batas administrasi kota.Batas fisik kota koinsiden dengan batas administrasi kota.
Memudahkan pemerintah kota dalam perencanaan tata
ruangnya, karena seluruh areal kekotaan berada pada batas
administrasi kota.
Mengingat di masa mendatang kota selalu mengalami
perluasan wilayah, maka kerjasama/koordinasi kerja dengan
pemerintah daerah sekitarnya perlu dilakukan sedini mungkin.
18/04/11 10Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
STRUKTUR INTERNAL KOTA
Under Bounded City (Yunus, 2005) Over Bounded City (Yunus, 2005)
Batas fisik kota
Keterangan:
Batas administrasi kota
Rute Transportasi
18/04/11 11Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
True Bounded City (Yunus, 2005)
BENTUK FISIK KOTA
Beberapa variasi ekspresi keruangan morfologi kota menurut
berbagai ahli:
A. Bentuk-bentuk Kompak (Compact Forms)
1. Bentuk bujur sangkar (Square cities)
2. Bentuk empat persegi panjang (Rectangular cities)
3. Bentuk kipas (Fan shaped cities)
4. Bentuk bulat (Rounded cities)
5. Bentuk pita (Ribbon cities)
6. Bentuk gurita/bintang (Octopus/star shaped cities)
7. Bentuk yang tidak berpola (Unpatterned cities)
18/04/11 12Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
BENTUK FISIK KOTA
B. Bentuk-bentuk Tidak Kompak (Non Compact Forms)
Bentuk-bentuk areal kekotaan yang tidak kompak padapokoknya merupakan satu daerah kekotaan yang mempunyaiareal kekotaan terpisah-pisah oleh kenampakan bukankekotaan. Pemisahnya dapat berupa kenampakan topografiskekotaan. Pemisahnya dapat berupa kenampakan topografismaupun kenampakan agraris.
Beberapa contohnya:1. Bentuk terpecah (Fragmented cities)2. Bentuk berantai (Chained cities)3. Bentuk terbelah (Split cities)( p )4. Bentuk stellar (Stellar cities)
18/04/11 13Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
BENTUK FISIK KOTA
A. Bentuk-bentuk Kompak
1. Bentuk bujur sangkar (Square cities)1. Bentuk bujur sangkar (Square cities)
Kota berbentuk bujur sangkar menunjukkan adanya kesempatan
perluasan kota ke segala arah yang relatif seimbang, dan
kendala fisik relatif tidak begitu berarti.
18/04/11 14Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
BENTUK FISIK KOTA
2. Bentuk empat persegi panjang (Rectangular cities)
Melihat bentuknya terlihat bahwa dimensi memanjang lebih
besar dari pada dimensi lebar. Hal ini kemungkinan timbul
karena adanya hambatan fisik kota pada salah satu sisinya.
S b Y 2005
18/04/11 15Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
BENTUK FISIK KOTA
3. Bentuk kipas (Fan shaped cities)
Bentuk semacam ini sebenarnya merupakan bentuk sebagian
lingkaran.
Dalam hal ini perkembangan ke arah luar lingkaran kota
mempunyai kesempatan yang sama untuk berkembang.
Oleh sebab-sebab tertentu bagian lainnya mengalami
hambatan perkembangan areal kekotannyahambatan perkembangan areal kekotannya.
18/04/11 16Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
BENTUK FISIK KOTA
Bentuk kipas ….. lanjutan
Hambatan-hambatan tersebut dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Hambatan-hambatan alami (natural constraints)
Contoh: perairan, pegunungan
2. Hambatan-hambatan buatan (artificial constraints)
Contoh: saluran buatan, zoning, ring roads
Kendala-kendala pada kota berbentuk kipas dapat berada di 3Kendala-kendala pada kota berbentuk kipas dapat berada di 3
bagian, yaitu:
1. Bagian dalam dari lingkaran
2. Bagian luar dari lingkaran
3. Bagian dalam dan luar dari lingkaran
18/04/11 17Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
BENTUK FISIK KOTA
Keterangan:
(a) Kota-kota pelabuhan yang terletak di dataran
rendah dan daerah belakangnya relatif datar.
Kendala perkembangan areal terletak pada
bagian dalam lingkaran, yaitu “tubuh perairan”.g g , y p
(b) Kota-kota yang berada dan berkembang di delta
sungai yang besar. Kendala perkembangan
areal berada pada bagian dalam dan luar
lingkaran.
(c) Bentuk lingkaran yang hampir sempurna.
Kendala perkembangan berupa pegunungan
(lereng terjal) atau berupa “water body” (teluk).
18/04/11 18Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
BENTUK FISIK KOTA
Karlsruhe, GermanySumber: www.wikimapia.org, 2009
18/04/11 19Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
BENTUK FISIK KOTA
4. Bentuk bulat (Rounded cities)
Bentuk semacam ini merupakan bentuk paling ideal dari suatu
kota, karena kesempatan berkembang ke arah luar dapat
dikatakan seimbang.
Jarak dari pusat kota ke bagian luarnya sama.
Tidak ada kendala-kendala fisik yang berarti pada sisi-sisi luar
kotakota.
18/04/11 20Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
BENTUK FISIK KOTA
Bentuk bulat ….. lanjutan
Kota dapat berkembang baik secara natural maupun dengan
perencanaan yang disertai peraturan tata ruang untuk
mencapai bentuk bulat.
Pada kota yang berbentuk bulat dengan perencanaan, batas
terluar kota ditandai dengan “green belt zoning” atau “growthli it ti ” hi t i t l h b t k b l t tifi i llimitation”, sehingga terciptalah bentuk bulat artificial.
18/04/11 21Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
BENTUK FISIK KOTA
Moscow Russia
18/04/11 22Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Moscow, RussiaSumber: www.wikimapia.org, 2009
BENTUK FISIK KOTA
5. Bentuk pita (Ribbon cities)
Bentuk ini mirip “rectangular city”, namun dimensi
memanjangnya jauh lebih besar daripada dimensi melebar.
Pada bentuk ini terlihat adanya peran jalur memanjang (jalur
transportasi) yang sangat dominan dalam mempengaruhi
perkembangan kota, dan terhambatnya perluasan ke arah
sampingsamping.
18/04/11 23Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
BENTUK FISIK KOTA
6. Bentuk gurita/bintang (Octopus/star shaped cities)
Peranan jalur transportasi sangat dominan.
Dalam hal ini pengaruh jalur transportasi tidak hanya pada
satu arah, tetapi ke beberapa arah ke luar kota.
Hal ini dimungkinkan jika daerah “hinterland” dan daerah
pinggirannya tidak memberikan hambatan fisik terhadap
perkembangan kotaperkembangan kota.
18/04/11 24Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
BENTUK FISIK KOTA
7. Bentuk yang tidak berpola (Unpatterned cities)
Pola ini terbentuk pada suatu daerah dengan kondisi geografis
yang khusus, dimana kota tersebut telah menciptakan latar
belakang kendala pertumbuhannya sendiri. Misalnya pada
sebuah kota pulau (island city) yang mengikuti bentuk cekungan
yang ada.
S b Y 2005
18/04/11 25Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
BENTUK FISIK KOTA
B. Bentuk-bentuk Tidak Kompak (Non Compact Forms)
1. Bentuk terpecah (Fragmented cities)p ( g )
Kota jenis ini pada awal pertumbuhannya mempunyai bentukyang kompak dalam skala yang kecil.
Dalam perkembangan selanjutnya ternyata perluasan arealperkotaan baru tidak langsung menyatu dengan kotainduknya tetapi membentuk “exclaves” di daerah pertanianinduknya, tetapi membentuk exclaves di daerah pertaniansekitarnya.
Kenampakan ke-kota-an baru ini dikelilingi oleh arealpertanian yang dihubungkan dengan kota induk serta“exclaves” oleh jaringan transportasi yang memadai.
18/04/11 26Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
BENTUK FISIK KOTA
Untuk negara-negara yang sedang berkembang, “exclaves” ini
kebanyakan berupa daerah permukiman, baik permukiman
baru maupun lama yang telah berubah fungsi dari sifat
perdesaan menjadi sifat kekotaan.
Lama-kelamaan daerah-daerah kekotaan yang terpisah-pisah
tersebut dapat menyatu dan membentuk kota yang lebih
besar dan kompakbesar dan kompak.
18/04/11 27Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Kota Terpecah (Yunus, 2005)
BENTUK FISIK KOTA
2. Bentuk berantai (Chained cities)
Kota ini sebenarnya juga merupakan bentuk terpecah, namun
karena terjadinya hanya di sepanjang rute tertentu, maka kota
ini seolah-olah merupakan mata rantai yang dihubungkan oleh
rute transportasi.
Dalam perkembangan selanjutnya mungkin saja pola ini
b k b j di ibb itberkembang menjadi ribbon city.
18/04/11 28Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
BENTUK FISIK KOTA
3. Bentuk terbelah (Split cities)
Kota ini sebenarnya merupakan kota yang kompak, namun
berhubung ada perairan yang cukup lebar membelah kotanya,
maka seolah-olah kota tersebut terdiri dari 2 bagian yang
terpisah. Dua bagian ini dihubungkan oleh jembatan atau ferry
(contoh: Kota Budapest yang dibelah oleh Sungai Danube; Kota
Buda di bagian barat dan Kota Pest di bagian timur)Buda di bagian barat dan Kota Pest di bagian timur).
18/04/11 29Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
BENTUK FISIK KOTA
Budapest, Hungary
18/04/11 30Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Budapest, HungarySumber: www.wikimapia.org, 2009
BENTUK FISIK KOTA
4. Bentuk stellar (Stellar cities)
Kondisi ini biasanya terdapat pada kota-kota besar yang
dikelilingi oleh kota satelit.
Dalam hal ini terjadi penggabungan antara kota besar utama
dengan kota satelit di sekitarnya, sehingga kenampakan
morfologi kotanya mirip “telapak katak” dimana pada ujung-
ujungnya terdapat bulatanujungnya terdapat bulatan.
Proses konurbasi yang terus-menerus akan membawa bentuk
ini ke arah megapolitan.
18/04/11 31Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
PEREMBETAN KENAMPAKAN FISIK KOTA
Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan dan kegiatannya,mengakibatkan meningkatnya kebutuhan ruang ke-kota-an.
K t di di d l k t t t d t b tKetersediaan ruang di dalam kota yang tetap dan terbatas,mengakibatkan meningkatnya kebutuhan ruang untuk tempattinggal dan kedudukan fungsi-fungsi selalu akan mengambilruang di daerah pinggiran kota.g p gg
Gejala pengambilalihan lahan urban di daerah pinggiran kotadisebut dengan “invasion”.
P b t k k fi ik k k t k h lProses perembetan kenampakan fisik ke-kota-an ke arah luardisebut “urban sprawl”.
3 macam proses perluasan areal ke-kota-an (urban sprawl):1 C t i d l t/l d it ti d l t1. Concentric development/low density continuous development2. Ribbon development/linear development/axial development3. Leap frog development/checker-board development
18/04/11 32Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
PEREMBETAN KENAMPAKAN FISIK KOTA
1. Perembetan Konsentris (Concentric Development/Low DensityContinuous Development)
Harvey Clark (1971) menyebut sebagai “low density,continuous development”.Wallace (1980) menyebut sebagai “concentric development”.Jenis perembetan areal kekotaan yang paling lambat.
Perembetan perlahan-lahan terbatas pada semua bagian-Perembetan perlahan-lahan terbatas pada semua bagian-
bagian luar kenampakan fisik kota.
Karena sifat perembetannya yang merata di semua bagian
luar kenampakan kota yang sudah ada, maka tahap
berikutnya akan membentuk suatu kenampakan morfologi
k t l tif k k
18/04/11 33Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
kota yang relatif kompak.
PEREMBETAN KENAMPAKAN FISIK KOTA
….. lanjutan
Peran transportasi terhadap perembetannya tidak begituPeran transportasi terhadap perembetannya tidak begitu
besar.
City core
New development of urban land uses
Perembetan KonsentrisSumber: Yunus, 2005
18/04/11 34Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
PEREMBETAN KENAMPAKAN FISIK KOTA
2. Perembetan Memanjang (Ribbon Development/LinearDevelopment/Axial Development)
Tipe ini menunjukkan ketidakmerataan perembetan areal
kekotaan di semua bagian sisi-sisi luar dari daerah kota
utama.
Perembetan paling cepat terlihat di sepanjang jalur
transportasi yang ada, khususnya yang bersifat menjari
(radial) dari pusat kota.
Daerah di sepanjang rute transportasi utama merupakan
tekanan paling berat dari perkembangan.
18/04/11 35Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
PEREMBETAN KENAMPAKAN FISIK KOTA
….. lanjutan
Makin banyaknya konversi lahan pertanian ke lahan non
pertanian.
Makin banyaknya penduduk, makin banyaknya kegiatan non
agraris, dan padatnya bangunan, akan mengurangi
produktivitas lahan.
Perembetan Memanjang
18/04/11 36Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
j gSumber: Yunus, 2005
PEREMBETAN KENAMPAKAN FISIK KOTA
3. Perembetan Meloncat (Leap Frog Development/Checker-BoardDevelopment)
Tipe perkembangan ini dianggap merugikan oleh kebanyakan
pakar lingkungan, tidak efisien dalam arti ekonomi, tidak
mempunyai nilai estetika dan tidak menarik.
Perkembangan lahan kekotaannya terjadi berpencaran secara
sporadis dan tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian.
Keadaan ini menyulitkan pemerintah kota untuk membangun
d k tprasarana dan sarana kota.
18/04/11 37Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
PEREMBETAN KENAMPAKAN FISIK KOTA
….. lanjutan
Tipe ini cepat menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan
pertanian pada wilayah yang luas, sehingga penurunan
produktivitas pertanian lebih cepat terjadi.
Perencanaan tata ruang kota dengan jenis perkembangan
areal seperti ini lebih sulit dibandingkan dengan yang lain.
Perembetan Meloncat
18/04/11 38Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Perembetan MeloncatSumber: Yunus, 2005
POLA TRANSPORTASI
POLA JALAN SEBAGAI INDIKATOR MORFOLOGI KOTA
Pola jalan di dalam kota merupakan salah satu unsur dariPola jalan di dalam kota merupakan salah satu unsur dari
morfologi kota.
Dari sekian banyak komponen morfologikal, “lay out of streets”
merupakan komponen paling nyata manifestasinya dalam
menentukan periodesasi pembentukan kota di negara barat.
Ada 3 tipe sistem pola jalan yang dikenal:
1. Sistem pola jalan tidak teratur (irregular system)
2. Sistem pola jalan radial konsentris (radial concentric system)
3. Sistem pola jalan bersudut siku atau grid (rectangular or gridsystem)
18/04/11 39Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
system)
POLA TRANSPORTASI
POLA JALAN TIDAK TERATUR (IRREGULAR SYSTEM)
Terdapat ketidakteraturan sistem jalan baik ditinjau dari arah,p j jlebar jalan, maupun perletakan bangunannya.
Ketidakteraturan terlihat pada pola jalannya yang melingkar-lingkar, lebarnya bervariasi, bercabang-cabang dan banyakterdapat culdesac.
Pada umumnya kota-kota pada awal pertumbuhannya selaluPada umumnya kota kota pada awal pertumbuhannya selaluditandai dengan bentuk ini, tetapi pada tahap perkembanganselanjutnya menjadi lebih teratur.
Hampir semua kota-kota di Inggris, Perancis, Belanda, Spanyol,Afrika Utara dan Timur Tengah, pada awal pertumbuhannyaditandai oleh sistem ini
18/04/11 40Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
ditandai oleh sistem ini.
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan
Contoh kota-kota dengan pola jalan tidak teratur:Contoh kota kota dengan pola jalan tidak teratur:
Kota-kota tua di Mesopotamia dan Lembah Sungai Nil pada era
kuno serta kota-kota di Eropa pada abad pertengahan.
Pola‐pola Jalan Tidak Teratur
18/04/11 41Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Pola pola Jalan Tidak TeraturSumber: Yunus, 2005
POLA TRANSPORTASI
Munster, GermanyS b iki i 2009
18/04/11 42Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: www.wikimapia.org, 2009
POLA TRANSPORTASI
POLA JALAN RADIAL KONSENTRIS (RADIAL CONCENTRICSYSTEM)
Pada pola ini terdapat beberapa sifat khusus, yaitu :
Mempunyai pola jalan konsentris.
Mempunyai pola jalan radial.
Bagian pusatnya merupakan daerah kegiatan utama dan
sekaligus merupakan tempat pertahanan terakhir kota (pada
masa lampau).
Di daerah pusat terdapat pasar, kastil, tempat ibadah,
perbentengan.
Secara keseluruhan membentuk jaringan sarang laba-laba
18/04/11 43Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Secara keseluruhan membentuk jaringan sarang laba-laba.
POLA TRANSPORTASI
…. lanjutan
Punya keteraturan geometris.Punya keteraturan geometris.
Jalan besar membentuk jari-jari (asterisk shaped pattern).
Pola ini terdapat di Paris tua, Genewa tua dan Edinburg.p g
Palma Nouva didirikan pada tahun 1953
18/04/11 44Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Palma Nouva, didirikan pada tahun 1953Sumber: Yunus, 2005
POLA TRANSPORTASI
Paris, France
18/04/11 45Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: www.wikimapia.org, 2009
POLA TRANSPORTASI
Alasan diciptakannya Sistem “Radiocentris”:
1. Mulai digunakannya kendaraan beroda sehingga jalan-jalan1. Mulai digunakannya kendaraan beroda sehingga jalan jalan
yang tidak teratur dan sempit menjadi tidak cocok lagi.
2. Memudahkan mobilisasi militer dari pusat ke setiap wilayah di
pinggir kota dan sekitarnya.
3. Memenuhi perspektif artistik.
4. Memperlancar kegiatan perdagangan (transportasi dan
komunikasi lancar).
5. Memudahkan dan memperlancar karnaval.
18/04/11 46Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
POLA TRANSPORTASI
POLA JALAN BERSIKU ATAU GRID (RECTANGULAR OR GRIDSYSTEM)
Sistem perencanaan jalan dengan pola kisi pertama kali dikenal
di Kota Mohenjo Daro (±2500SM), kemudian di kota Dur-Sarginu
(Assyria) ±800 SM dan di Yunani (±600SM). Pada 500-600 SM
pola ini meluas ke negara-negara Barat.
P l k t i i t k lPolanya merupakan perpotongan garis-garis tegak lurus.
Bagian kota dibagi-bagi menjadi blok-blok empat persegi panjang
dengan jalan-jalan yang berpotongan siku-sikudengan jalan-jalan yang berpotongan siku-siku.
Jalan utama membentang dari gerbang utama kota sampai pusat
kota.
18/04/11 47Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan
Kota-kota di Amerika Serikat banyak menerapkan sistem ini.Kota kota di Amerika Serikat banyak menerapkan sistem ini.
Sistem ini merupakan bentuk yang sangat cocok untuk
pembagian lahannya, dan untuk daerah luar kota yang masih
banyak tersedia lahan kosong.
Pengembangan kotanya akan tampak teratur dengan mengikuti
pola yang telah terbentuk.
18/04/11 48Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
POLA TRANSPORTASI
k d lKota‐kota Benteng dengan polajalan bersiku empat persegipanjang dengan sistem GridSumber: Yunus, 2005 (dikutip dariDickinson, 1961 dan Northam,
18/04/11 49Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
, ,1979)
POLA TRANSPORTASI
Washington D.C., USA
18/04/11 50Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Washington D.C., USASumber: www.wikimapia.org, 2009
POLA TRANSPORTASI
Pengaruh Perkembangan Transportasi terhadap Morfologi Kota
Berdasarkan studinya di kota-kota Amerika, Herbert (1976)y ( )mengemukakan bukti-bukti yang kuat akan pengaruhperkembangan transportasi terhadap morfologi kota.
Kota-kota di Amerika tersebut telah terkondisikan oleh kemajuanteknologi di bidang transportasi.
Dari perkembangan kota-kota tersebut, terbentuk 7 kategorip g , gmorfologi kota.
Yang harus dipahami adalah, bahwa setiap kategoriperkembangan selalu bersifat kumulatif, dalam artian bahwaunsur-unsur perkembangan pada masa sebelumnya akan selalumewarnai ciri-ciri perkembangan pada masa berikutnya.
18/04/11 51Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
p g p y
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan
7 Kategori Morfologi Kota berdasarkan Pengaruh Perkembangang g g gTransportasi:
1. Morfologi Kota pada Masa Dominasi Pejalan Kaki
2. Morfologi Kota pada Masa Dominasi Kereta Binatang
3. Morfologi Kota pada Masa Dominasi Kereta Listrik Kecil
4 M f l i K t d M D i i K t A i t K t4. Morfologi Kota pada Masa Dominasi Kereta Api antar Kota
5. Morfologi Kota pada Masa Dominasi Mobil antar Kota
6 Morfologi Kota pada Masa Perkembangan Jalan-jalan Bebas6. Morfologi Kota pada Masa Perkembangan Jalan jalan BebasHambatan
7. Morfologi Kota pada Masa Perkembangan Jalan-jalan Lingkar
18/04/11 52Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan
Dari ketujuh morfologi kota tersebut dapat digolongkan ke dalamj g p g g3 golongan besar berdasarkan sifat-sifat perembetannya, uaitu:
1. Kategori morfologi kota dalam suatu pertumbuhan kompak,meliputi masa pejalan kaki, kereta binatang dan kereta listrikkecil.
2 Kategori morfologi kota dalam masa pertumbuhan lateral2. Kategori morfologi kota dalam masa pertumbuhan lateral,meliputi masa perkembangan hubungan transportasi antarkota
3. Kategori morfologi kota pertumbuhan menyebar (leapfrogdevelopment) dengan ciri tumbuhanya pusat-pusat baru disekeliling kota karena dibangunnya beberapa jalan lingkar
18/04/11 53Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
sekeliling kota karena dibangunnya beberapa jalan lingkar.
POLA TRANSPORTASI
1. Morfologi Kota pada Masa Dominasi Pejalan Kaki
Pada saat itu kota masih merupakan kota kecilPada saat itu kota masih merupakan kota kecil
Kota merupakan kelompok tempat tinggal penduduk yang
belum banyak.
Tempat tinggal berada di kanan kiri jalan dan terkonsentrasi
pada areal dekat perempatan jalan.
Bentuknya relatif bulat dan mendekati bujur sangkar.
Jarak jangkau komunikasi dan transportasi masih kecil.
18/04/11 54Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
POLA TRANSPORTASI
2. Morfologi Kota pada Masa Dominasi Kereta Binatang
Penggunaan binatang dan kereta yang ditarik binatang mulaiPenggunaan binatang dan kereta yang ditarik binatang mulai
memperlancar frekuensi komunikasi dan transportasi.
Jarak jangkauan komunikasi dan transportasi juga bertambah
besar.
Introduksi penggunaan mesin dalam bidang transportasi mulai
dilaksanakan.
Jumlah penduduk dan fungsi-fungsi perkotaan mulai
membesar dan menempati tempat tempat sepanjang jalanmembesar dan menempati tempat-tempat sepanjang jalan,
sehingga perluasan permukiman paling banyak terjadi di kiri
kanan jalur transportasi.
18/04/11 55Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
j p
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan
Kenampakan morfologi kotanya tidak lagi membulat atau bujurKenampakan morfologi kotanya tidak lagi membulat atau bujur
sangkar, tetapi seperti salib.
Kekompakan permukimannya masih nampak.
Sumber: Yunus, 2005
18/04/11 56Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
POLA TRANSPORTASI
3. Morfologi Kota pada Masa Dominasi Kereta Listrik Kecil
Pemakaian kereta bermesin pada periode ini mulai banyakPemakaian kereta bermesin pada periode ini mulai banyak
dan semakin panjang serta jauh jangkauannya.
Sistem rel khusus di dalam kota semakin padat.
Bentuk kotanya masih kompak dan berbentuk salib.
Jalur-jalur rel tidak hanya searah lagi, tetapi hampir di
sepanjang jalan utamanya juga dilengkapi dengan jalur-jalur
khusus.
18/04/11 57Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
POLA TRANSPORTASI
4. Morfologi Kota pada Masa Dominasi Kereta Api antar Kota
Kebutuhan angkutan dalam jumlah besar antar kotaKebutuhan angkutan dalam jumlah besar antar kota
mengharuskan pemerintah untuk memperluas jaringan kereta
api/listrik, dan penggunaan mobil sudah mulai diperkenalkan.
Perluasan permukiman mulai secara lateral banyak terjadi
pada daerah-daerah sepanjang jalan yang sudah terbangun.
Kota masih berbentuk salib dan kompak.
Perkembangan permukiman yang pesat menuntut perluasan
jaringan transportasi darat lainnyajaringan transportasi darat lainnya.
18/04/11 58Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
POLA TRANSPORTASI
5. Morfologi Kota pada Masa Dominasi Mobil antar Kota
Perkembangan penggunaan mobil maju dengan sangat pesatPerkembangan penggunaan mobil maju dengan sangat pesat.
Derajat mobilitas sangat tinggi, baik di dalam kota maupun
antar kota sangat mempengaruhi akselerasi pertumbuhan
“built up areas”.
Realisasi perluasan jaringan transportasi darat makin
dirasakan di daerah-daerah yang semula belum terjangkau
alat-alat angkutan yang sudah ada.
Bentuk kotanya tidak lagi seperti salib, tetapi berubah seperti
bintang/gurita, dalam arti bahwa perpanjangan linearnya tidak
hanya empat tetapi lebih dari itu
18/04/11 59Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
hanya empat, tetapi lebih dari itu.
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan
Di sekitar kota utama khusus pada jalur utama mulai tumbuhDi sekitar kota utama, khusus pada jalur utama mulai tumbuh
pusat-pusat baru yang dipisahkan oleh penggunaan lahan
“non-urban”.
Morfologi kotanya tidak kompak lagi, tetapi terserak
(dispersed).
Sumber: Yunus, 2005
18/04/11 60Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
POLA TRANSPORTASI
6. Morfologi Kota pada Masa Perkembangan Jalan-jalan Bebas
Hambatan
Perkembangan transportasi dan komunikasi semakin
kompleks, baik di dalam kota maupun antar kota.
Peningkatan jalan-jalan baru telah menarik berdirinya pusat-
pusat perkembangan baru.
Bentuk kota yang tidak kompak dan terserak sejalan dengan
membengkaknya lahan perkotaan.
Proses desentralisasi permukiman dan fungsi-fungsi
perkotaan berjalan terus menerus dan makin meningkat baik
frekuensi maupun volumenya
18/04/11 61Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
frekuensi maupun volumenya.
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan
Hal itu sejalan dengan meningkatnya taraf hidup pendudukHal itu sejalan dengan meningkatnya taraf hidup penduduk
perkotaan khususnya golongan “consolidator” dan “statusseeker”.
Kemajuan telekomunikasi dan fasilitas angkutan umum sangat
erat kaitannya dengan “centrifugal movement” tersebut.
Sumber: Yunus, 2005
18/04/11 62Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
POLA TRANSPORTASI
7. Morfologi Kota pada Masa Perkembangan Jalan-jalan Lingkar
Makin jauhnya perkembangan linier dan makin banyaknyaMakin jauhnya perkembangan linier dan makin banyaknya
pertumbuhan pusat-pusat baru, makin terasa pula arti
pentingnya jalan-jalan lingkar (ring roads).
Ring roads ditujukan untuk memperbaiki aksesibilitas daerah-
daerah terpencil, memperlancar mobilitas penduduk, barang,
jasa dan informasi, serta mengurangi beban kota utama akan
lalu lintas kota.
P t t b h k k k k t tid k d tPercepatan pertumbuhan kenampakan kekotaan tidak dapat
disangkal lagi.
“Leapfrog development” akan berkembang dengan pesat
18/04/11 63Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Leapfrog development akan berkembang dengan pesat.
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan
Untuk negara-negara yang mengandalkan produksi pertanian
dalam sistem ekonomi nasionalnya, pembangunan jalur
transportasi ini perlu mendapat perhatian khusus, dalam
kaitannya dengan konversi lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian, yang berarti berkurangnya sumber daya pertanian
dan produktivitas lahandan produktivitas lahan.
Bentuk kotanya sangat tidak kompak dan terserak.
18/04/11 64Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
Sumber: Yunus, 2005
POLA TRANSPORTASI
Perubahan Morfologi Kota dan Kondisi TransportasiSumber: Yunus, 2005 (dikutip dari Herbert, 1976)
18/04/11 65Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
REFERENSI
1. Yunus, Hadi Sabari (2005). Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
18/04/11 66Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS
THANK YOUTHANK YOU
18/04/11 67Prodi PerencanaanWilayah dan Kota FTSP ‐ ITS