Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Mangga bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Walaupun begitu masyarakat sudah menganggap mangga sebagai salah satu tanaman buah–buahan asli Indonesia. Di Indonesia mangga tumbuh baik di daerah dataran rendah yang berhawa panas, tapi masih juga ditanam sampai dataran tinggi yang berhawa sedang. Mangga merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia. Mangga (Mangifera sp.) memiliki banyak jenis di mana masing-masing jenis tersebut menghendaki persyaratan agroklimat yang berbeda untuk dapat tumbuh secara optimal. Sebagai contoh Arumanis, Gadung, Golek, Manalagi hanya cocok dikembangkan di wilayah rendah kering, namun sebaliknya varietas Gedong Gincu, Cengkir/Indramayu, Sala, Bengkulu cocok tumbuh dan berkembang baik di wilayah beriklim basah. Produksi mangga pada saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar, khususnya pasar luar negeri. Ketidakmampuan ini bukan hanya disebabkan produktivitas rendah tetapi juga kualitasnya masih kurang. Kondisi ini disebabkan oleh penerapan teknologi budidaya yang belum optimal. Memperhatikan hal tersebut maka diperlukan pengetahuan teknologi budidaya agar dapat meningkatan produksi secara kuantitas, kualitas dan kelestarian (Aspek K-3). sehingga petani mampu bersaing di era pasar bebas. Budidaya Tanaman Tahunan Mangga 1
59

10_Makalah_Mangga.docx

Sep 28, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

Mangga bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Walaupun begitu masyarakat sudah menganggap mangga sebagai salah satu tanaman buahbuahan asli Indonesia. Di Indonesia mangga tumbuh baik di daerah dataran rendah yang berhawa panas, tapi masih juga ditanam sampai dataran tinggi yang berhawa sedang.

Mangga merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia. Mangga (Mangifera sp.) memiliki banyak jenis di mana masing-masing jenis tersebut menghendaki persyaratan agroklimat yang berbeda untuk dapat tumbuh secara optimal. Sebagai contoh Arumanis, Gadung, Golek, Manalagi hanya cocok dikembangkan di wilayah rendah kering, namun sebaliknya varietas Gedong Gincu, Cengkir/Indramayu, Sala, Bengkulu cocok tumbuh dan berkembang baik di wilayah beriklim basah.

Produksi mangga pada saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar, khususnya pasar luar negeri. Ketidakmampuan ini bukan hanya disebabkan produktivitas rendah tetapi juga kualitasnya masih kurang. Kondisi ini disebabkan oleh penerapan teknologi budidaya yang belum optimal. Memperhatikan hal tersebut maka diperlukan pengetahuan teknologi budidaya agar dapat meningkatan produksi secara kuantitas, kualitas dan kelestarian (Aspek K-3). sehingga petani mampu bersaing di era pasar bebas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Sejarah Mangga

Mangga yang biasa dimakan seharihari seperti mangga golek, mangga manalagi, mangga arumanis, mangga sengir, secara taksonomi termasuk spesies Mangifera indica L., genus atau marga Mangifera, famili Anacardiaceae, ordo Sapindales. Istilah mangga bersal dari bahasa Tamil yaitu man-kay atau man-gas. Dalam bahasa botani, mangga disebut Mangifera indica L., yang berarti tanaman mangga berasal dari India. Pada kenyataannya hampir di seluruh negara bagian India terdapat tanaman mangga. Sebutan mangga dalam bahasa Indonesia mirip sekali dengan bahasa Tamil: man-gas. Penyebaran mangga hampir merata di seluruh Indonesia. Nama lokalnya pun bermacammacam di setiap daerah, yaitu di Madura mangga disebut pao; di jawa Timur dan Jawa Tengah disebut pelem; di Jawa Barat disebut mangga; di Aceh disebut mamplam, di Bali disebut ampelm; di Nias disebut maga; di Banjarmasin disebut ampelam; di Sulawesi selatan disebut pao, taipa; di Minahasa disebut kawiley; di Maluku disebut mampalang. di Irian Jaya disebut manilya, pager, piberekari. Dalam bahasa Indonesia mangga juga sering disebut mampelam (Pracaya, 2001).

2. Klasifikasi ilmiah mangga

Klasifikasi ilmiah mangga ini adalah sebagai berikut (Anonim, 2010):

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Sub Kelas: Rosidae

Ordo: Sapindales

Famili: Anacardiaceae

Genus: Mangifera

Spesies: Mangifera indica L.

3. Deskripsi Tanaman

Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski kebanyakan mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak, bercabang agak kuat dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit batangnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna pepagan (kulit batang) yang sudah tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam.

Tanaman mangga tumbuh dan berproduksi optimal pada daerah dengan ketinggian 0-500 m dpl dengan suhu harian 26-28C. Apabila suhu udara di atas 42C akan merusak tanaman. Curah hujan optimal 1000-2500 mm per tahun. Pembungaan pada tanaman mangga memerlukan musim kemarau yang jelas, bulan kering 4-6 bulan (curah hujan per bulan kurang dari 60 mm), dengan jumlah bulan basah kurang dari 7 bulan (curah hujan per bulan lebih dari 100 mm), musim hujan di luar musim berbunga. Daerah ini termasuk tipe C, D, dan E menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson.

Dari potensi produksi 120 kg/pohon, tanaman mangga di Indonesia hanya menghasilkan 40 kg/pohon. Produktivitas per tahun beberapa mangga unggul antara lain mangga Golek-31 sebesar 52,3 kg/pohon, mangga Manalagi-69 sebesar 36,5 kg/pohon dan mangga Arumanis-143 sebesar 54,7 kg/pohon.

Musim panen mangga berlangsung dari bulan Agustus sampai Desember. Musim panen mangga terjadi seragam di Jawa dan Bali. Pada bulan November terjadi panen raya mangga. Harga buah mangga cenderung menurun setelah panen raya. Hal ini disebabkan preferensi konsumen beralih ke jenis buah-buahan yang lain. Harga mangga akan menaik lagi menjelang panen bersamaan menaiknya preferensi konsumen. Pembungaan di luar musim menjadi kurang ekonomis bila belum didapatkan pemasaran yang memerlukan suplai kontinyu.

4. Morfologi Pohon Mangga

a. Akar

Mangga termasuk ke dalam tumbuhan dikotil sehingga memiliki system akar tunggang yang bercabang-cabang, yaitu jika akar lembaga tumbuh terus menerus jadi akar pokok yang bercabang cabang menjadi akar- akar yang lebih kecil sangat panjang hingga bisa mencapai 6 m. Akar cabang makin ke bawah semakin sedikit, paling banyak akar cabang pada kedalaman lebih kurang 30-60 cm.

b. Daun

Daun terdiri dari dua bagian, yaitu tangkai daun dan badan daun. Badan daun bertulang dan berurat-urat, antara tulang dan urat tertutup daging daun. Daging daun terdiri dari kumpulan sel-sel yang tak terhingga banyaknya. Daun letaknya bergantian, tidak berdaun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya. Aturan letak daun pada batang biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran. Macam-macam bentuk daun:

Lonjong dan ujungnya seperti mata tombok.

Berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing.

Berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata tombok.

Berbentuk segi empat, ujungnya membulat.

Tepi daun biasanya halus, tetapi kadang-kadang, sedikit bergelombang/melipat atau menggulung. Panjang helaian daun 8-40 cm dan lebarnya 2-12,5 cm, tergantung varietas dan kesuburannya. jumlah tulang daun yang kedua (cabang) 18-30 pasang. Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan yang dikemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas berubah menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah bewarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau lebih. Daun tunggal, dengan letak tersebar, tanpa daun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya. Aturan letak daun pada batang biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran (roset). Helai daun bervariasi namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, 2-108-40 cm, agak liat seperti kulit, hijau tua berkilap, berpangkal melancip dengan tepi daun bergelombang dan ujung meluncip, dengan 12-30 tulang daun sekunder.

Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan, keunguan atau kekuningan; yang di kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau lebih.

c. Batang

Batang merupakan bagian tengah dari suatu tumbuh-tumbuhan yang tumbuh lurus ke atas. Bagian ini mengandung zat-zat kayu, sehingga tanaman mangga tumbuh tegak, keras, dan kuat. Bentuk batang mangga tegak, bercabang agak kuat, daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang. Kulitnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna kulit yang sudah tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam.Pohon mangga meliki sistem percabagan Simpodial ,batang pokok sukar ditentukan karena dalam perkembanganya batang pokok akan kalah besar dengan batang lain.

d. Bunga

Berumah satu (monoecious), bunga mangga merupakan bunga majemuk yang berkarang dalam malai bercabang banyak di ujung ranting. Karangan bunga biasanya berbulu, tetapi sebagian ada juga yang gundul, kuning kehijauan, sampai 40 cm panjangnya. Bunga majemuk ini terdiri dari sumbu utama yang mempunyai banyak cabang utama. Setiap cabang utama ini mempunyai banyak cabang-cabang, yakni cabang kedua. Ada kemungkinan cabang bunga kedua ini mempunyai suatu kelompok yang terdiri dari 3 bunga atau mempunyai cabang tiga. Setiap kelompok tiga bunga terdiri dari tiga kuntum bunga dan setiap kuntum bertangkai pendek dengan daun kecil. Jumlah bunga pada setiap bunga majemuk bisa mencapai 1000-6000.

Bunga-bunga dalam karangan berkelamin campuran, ada yang jantan dan ada pula yang hermafrodit (berkelamin dua). Besarnya bunga lebih kurang 6-8 mm. Bunga jantan lebih banyak daripada bunga hermafrodit, dan jumlah bunga hermafrodit inilah yang menentukan terbentuknya buah. Persentase bunga hermafrodit bermacam-macam, tergantung dari varietasnya, yaitu antara 1,25%-77,9%; sementara yang mempunyai bakal buah normal kira-kira 5-10%.

Bunga mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang bertangkai panjang, dan berbau harum. Kelopak bunga biasanya bertaju 5; demikian juga mahkota bunga terdiri dari 5 daun bunga, tetapi kadang-kadang ada yang 4 sampai 8. Warnanya kuning pucat, sedangkan pada bagian tengah terdapat garis timbul berjumlah 3 sampai 5 yang warnanya sedikit tua. Bagian tepi daun mahkota berwarna putih. Pada waktu akan layu, warna mahkota bunga tadi menjadi kemerahan.

Benang sari berjumlah 5 buah, tetapi yang subur hanya satu atau dua buah sedangkan yang lainnya steril. Benang sari yang subur biasanya hampir sama panjang dengan putik, yakni kira-kira 2 mm, sedangkan yang steril lebih pendek. Kepala putik berwarna kemerah-merahan dan akan berubah warna menjadi ungu pada waktu kepala sari membuka untuk memberi kesempatan kepada tepung sari yang telah dewasa untuk menyerbuki kepala putik. Bentuk tepung sari biasanya bulat panjang, lebih kurang 20-35 mikron.

Bakal buahnya tidak bertangkai dan terdapat dalam suatu ruangan, serta terletak pada suatu piringan. Tangkai putik mulai dari tepi bakal buah dan ujungnya terdapat kepala putik yang bentuknya sederhana. Dalam suatu bunga kadang-kadang terdapat tiga bakal buah.

e. Buah

Buah mangga termasuk kelompok buah batu (drupa) yang berdaging, dengan ukuran dan bentuk yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat (misalnya mangga gedong), bulat telur (gadung, indramayu, arumanis) hingga lonjong memanjang (mangga golek). Panjang buah kira-kira 2,5-30 cm. Pada bagian ujung buah, ada bagian yang runcing yang disebut paruh. Di atas paruh ada bagian yang membengkok yang disebut sinus, yang dilanjutkan ke bagian perut. Kulit buah agak tebal berbintik-bintik kelenjar; hijau, kekuningan atau kemerahan bila masak. Daging buah jika masak berwarna merah jingga, kuning atau krem, berserabut atau tidak, manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah.

f. Biji

Biji berwarna putih, gepeng memanjang tertutup endokarp yang tebal, mengayu dan berserat. Biji letaknya didalam kulit biji yang keras, besarnya bervariasi. Biji terdiri dari dua keping, biji ada yang monoembryonal dan ada yang poliembryonal.

5. Jenis dan Varietas

Jenis dan varietas mangga budidaya dapat berasal dari alam (liar) dan buatan (hasil penyerbukan bersilang yang sengaja dibuat manusia). Dari varietas itu ada tanaman yang dikembangkan secara generatifdan ada yang vegetatif. Pada dasarnya terdapat dua tipe varietas mangga:

a. Tipe India yang berbiji monoembrionik (biji yang hanya menghasilkan satu buah benih), sedangkan warna buahnya berupa-rupa dan jelas sekali. Tipe ini meliputi Haden, Irwin, Tommy Atkins, Adams, Kent, Palmein, Tommy Atkins, Adams, Kent, Palmer, Carrie, Rubby, Smith, Sensation, dan Keith; dan

b. Tipe Indonesia yang berbiji poliembrionik (biji yang menghasilkan lebih dari satu buah benih) yang buahnya tetap berwarna hijau bila masak dan sering kurang menunjukkan pewarnaan. Namun tipe Indonesia ini relatif tahan terhadap Anthracnosis, sedangkan tipe India peka terhadapnya.

Hanya 57 dari kira-kira 250 varietas mangga yang terdapat di Indonesia dibudidayakan secara luas, dan dari 57 varietas ini hanya enam varietas yang diekspor (Arumanis, Gadung, Manalagi, Dermayu dan dalam jumlah lebih sedikit: Cengkir). Varietas mangga yang dikembangkan secara generatif akan menghasilkan banayk sekali varietas baru. Kalau ada varietas baru yang tinggi mutunya, varietas itu dikembangkan secara vegetatif. Dengan pengembangan secara vegetatif akan diperoleh populasi tanaman baru yang tak akan berubah sifatnya. Masing-masing varietas mangga dapat dibedakan berdasarkan ukuran, warda daging, rasa, aroma, karakter dan bentuk buah. Selain itu juga dapat dibedakan berdasarkan sifat pohon, ukuran dan bentuk daun.

Di Indonesia ada beberapa jenis mangga komersial yang sudah terkenal bagus mutunya. Di bawah ini meruoakan nama dan deskripsi varietas unggul mangga yang ada di Indonesia:

a) Deskripsi Varietas Arumanis 143

Asal: Lokal Probolinggo (Sinonim Gadung)

Tinggi tanaman: Dapat mencapai 9,2 meter

Tajuk pohon: Melebar, lebar 12 cm

Bentuk daun: Jorong ujung meruncing

Letak daun: Mendatar

Besar daun: 20 x 6,5 cm

Warna daun: Hijau tua

Bentuk tanaman: Piramida tumpul

Bentuk batang: Bulat (gilig)

Warna batang: Kecoklatan

Keadaan batang: Agak besar

Percabangan: Sedang, berdaun rapat (rimbun)

Bentuk bunga: Piramida runcing

Warna bunga: Kuning

Warna tangkai bunga: Hijau keunguan

Bentuk buah: Jorong berparuh sedikit dan pucuk runcing

Warna buah matang: Pangkal merah keunguan, lainnya hijau kebiruan

Aroma buah: Harum

Rasa buah: Manis

Ukuran buah: 15,1 x 7,8 x 5,5 cm

Berat buah: 450 gram/buah

Bentuk biji: Kecil, lonjong pipih

Ukuran biji masak: 13,8 x 4,3 x 1,9 cm

Produksi rata-rata: 54,7 kg/pohon

Peneliti: Surachmat Kusumo, Suminto, R. Suhendro, dan R. Widodo

b) Deskripsi Varietas Dodol

Asal: Paneleng, Minahasa, Sulawesi Utara

Tinggi tanaman: 10 - 12 meter (umur 30 tahun)

Lebar tajuk: 8 - 11 meter (umur 30 tahun)

Bentuk tajuk: Bulat

Bentuk batang: Bulat (gilig)

Warna batang: Abu-abu

Keadaan batang: Agak kasar

Percabangan: Rapat berdaun rimbun

Bentuk daun: Lonjong, ujung runcing

Letak daun: Menggantung

Ukuran daun: Panjang 31,5 cm, lebar 8 cm

Warna daun: Hijau tua

Permukaan daun: Halus

Bentuk bunga: Piramida runcing

Warna bunga: Kuning

Bentuk buah: Jorong tidak berparuh (tidak nyata), pucuk agak runcing

Warna buah matang: Pangkal kuning, ujung hijau

Aroma buah: Sedang

Jumlah buah/tangkai: 1 - 5 buah/tangkai (umumnya 2 buah)

Kandungan air buah: 82,83%

Rasa buah: Manis, kandungan gula 11,08

Kandungan serat: 0,21

Berat buah: 199 - 226 gram

Berat biji: 27 - 38 gram

Bentuk biji: Lonjong pipih

c) Deskripsi Varietas Durih Durih

Asal: Lokal Kraksaan (Probolinggo)

Tinggi tanaman: 10 m

Lebar tajuk: 12 m

Bentuk tajuk: Bulat

Percabangan: Melengkung ke atas

Bentuk batang: Bulat (gilig)

Warna batang: Kecoklatan

Bentuk daun: Jorong ujung runcing (panjang 30 cm, lebar 7 cm)

Warna pupus daun: Coklat muda

Warna daun: Hiaju tua

Letak daun: Mendatar

Bentuk malai bunga: Piramida runcing

Warna tangkai malai: Hijau kemerahan

Warna bunga: Kuning

Bentuk buah: Jorong, pangkal runcing, ujung bulat

Warna buah matang: Pangkal hijau kekuningan, bagian lain hijau dengan bintik-bintik putih kehijauan

Rasa buah: Manis

Aroma buah: Harum

Berat buah: 300 - 400 gram

Bentuk biji: Kecil, pipih, lonjong

Produksi/pohon rata-rata: 150 - 250 kg/pohon

Ketahanan terhadap hama: Resisten terhadap lalat buah (Dacus ferrugincus var mangiferae) dan penggerek pucuk (Chlumetia transversa)/penggerek ranting (Rhytidodera simulans White) dan tidak tahan terhadap penggerek daun (Orthoga cuadrusalis Wlk) dan kutu putih (Drosicha stebbingi)

Ketahanan terhadap penyakit: Moderat terhadap Antracnose (Colletotrichum glocosporioides)

d) Deskripsi Varietas Gedong

Asal: Kabupaten Majalengka

Tinggi tanaman/pohon: 9 - 15 m

Tajuk pohon: Paramida tumpul

Bercabang: Banyak

Letak daun: Mendatar

Permukaan daun: Sempit

Lipatan daun: Berombak

Pucuk daun: Datar

Dasar daun: Lancip

Bentuk malai: Lancip

Warna malai: Merah

Warna tangkai malai: Kuning/merah

Berbuah: Banyak

Berat buah: 200 - 240 gram

Besar buah: Panjang 10 cm, lebar 8 cm, tebal 6 cm

Letak tangkai buah: Di tengah

Bentuk pangkal buah: Bulat

Bentuk pucuk buah: Bulat

Lekuk pangkal buah: Sedikit

Kulit buah: Tebal, berlilin

Bintik buah: Jelas, sedikit

Kerontokan buah: Sedang

Warna buah: Pangkal buah merah keunguan, pucuk buah hijau tua

Daging buah: Tebal

Serat: Banyak, pendek

Air buah: Banyak

Aroma: Kuat

Rasa: Manis

Bentuk biji: Besar

Ukuran biji: Panjang 5-6 cm, lebar 3 cm, tebal 2-3 cm

Produksi: 100-150 kg/pohon

e) Deskripsi Varietas Golek

Asal: Lokal Probolinggo, Pasuruan

Tinggi tanaman: Dapat mencapai 8,7 meter

Tajuk pohon: Melebar, lebar 3,5 cm

Bentuk daun: Jorong ujung meruncing

Letak daun: Tegak

Besar daun: 24,8 x 5,6 cm

Warna daun: Hijau muda

Bentuk tanaman: Bulat seperti payung

Bentuk batang: Bulat

Warna batang: Kecoklatan

Keadaan batang: Agak kasar

Percabangan: Sedang, berdaun jarang

Bentuk bunga: Piramida runcing

Warna bunga: Kuning

Warna tangkai bunga: Hijau muda

Bentuk buah: Panjang tak berparuh, pucuk runcing

Warna buah matang: Pangkal kuning

Aroma buah: Segar harum

Rasa buah: Manis

Ukuran buah: 16,7 x 7,9 x 6,2 cm

Berat buah: 502 gram/buah

Bentuk biji: Sedang, lonjong pipih

Ukuran biji masak: 14,5 x 4,2 x 2,8 cm

Produksi rata-rata: 52,3 kg/pohon

Peneliti: Surachmat Kusumo, Winarno, Suminto, R. Suhendro, dan R. Widodo

f) Deskripsi Varietas Lanabbu

Asal: Desa Liorong, Kec. Mattirobulu, Kab. Pinrang

Tinggi tanaman: 20 meter

Lebar tajuk: 15 meter

Bentuk tajuk pohon: Jorong ke atas, mulai ketinggian 6 - 7 meter

Percabangan: Jorong, sedang

Bentuk batnag: Bulat

Warna batang: Keabu-abuan

Tekstur kulit batang: Agak kasar

Warna daun: Hijau muda

Bentuk daun: Jorong, dasar dan pucuk daun runcing panjang 24,5 m, lebar 6,5 cm

Permukaan daun: Berombak, lipatan daun datar

Kedudukan daun: Tegak, kerapatan sedang

Bentuk malai: Piramida lancip

Warna tangkai malai : Hijau

Warna bunga: Kuning kehijauan

Letak tangkai malai: Miring

Bentuk buah: Jorong, pangkal buah rata berlekuk, pucuk buah datar berlekuk

Kerapatan buah: Lebat/rapat

Kerontokan buah: Sedang

Letak tangkai buah: Di tengah dasar buah

Lekukan pucuk buah: Dangkal sedikit berparuh

Warna kulit buah matang : Hijau mulai dari pangkal sampai ujung, berlilin dan berbintik jarang/tidak jelas

Tebal kulit buah: Agak tebal

Daging buah: Tebal dan kenyal

Tekstur daging buah: Sedikit (berserat harus), lurus

Warna daging buah: Oranye

Kandungan air buah: Banyak

Rasa buah matang: Manis

Aroma buah matang: Lemah

Berat buah: 250 gram

Tekstur kulit biji: Berserat pendek pada seluruh permukaan biji

Produksi rata-rata: 1000 - 2000 buah/pohon/tahun

Ketahanan terhadap hama : Peka terhadap penggerek batang

Ketahanan terhadap penyakit: Agak peka terhadap penyakit Diplodia

Keterangan: Daerah adaptasi mulai dari ketinggian 5 - 200 m dpl; Diperbanyak dengan okulasi, sambung pucuk, dan cangkok

Peneliti: Z. Anwar, Suprihandini, Gh. Ismail, Titik N., Endang, Baharuddin, Ibrahim, Rusli, Mulyono RS, Hazairin, dan Hendro S.

g) Deskripsi Varietas Legong

Asal: Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng Tinggi tanaman: 15 m (umur 40 tahun, asal biji) Lebar tajuk: 10 m Bentuk tajuk pohon: Bulat tinggi Percabangan: Sedang dan tidak begitu rimbun Bentuk batang: Bulat (gilig) Warna batang: Coklat keabuan Tekstur kulit batang: Agak kasar Warna daun: Hijau muda Bentuk daun: Jorong Kedudukan/letak daun: Mendatar Ukuran daun: 16,5 x 5,7 cm Bentuk buah: Jorong, pucuk miring Warna buah matang: Kuning bersih menyeluruh Aroma buah: Sedikit harum Rasa buah: Manis segar sedikit ada rasa asam Ukuran buah: 14 x 6,5 cm Berat buah rata-rata: 150,6 gram/buah Bentuk biji: Kecil, lonjong pipih Ukuran biji masak: 7 x 3,5 cm Rata-rata produksi: 150 kg/pohon Peneliti: A. Firman, Nyoman Winarta, I Wayan Dadi

h) Deskripsi Varietas Manalagi 69

Asal: Pasuruan Tinggi tanaman: Dapat mencapai 7,5 meter Tajuk pohon: Melebar, lebar 12,5 cm Bentuk daun: Jarang ujung meruncing Letak daun: Menggantung Besar daun: 28,7 x 7,2 cm Warna daun : Hijau

Bentuk tanaman: Bulat tinggi Bentuk batang: Bulat Warna batang: Kecoklatan Keadaan batang: Agak besar Percabangan: Sedang, berdaun rimbun Bentuk bunga: Piramida runcing Warna bunga: Kuning Warna tangkai bunga: Hijau kemerahan Bentuk buah: Jorong berparuh sedikit dan pucuk bulat Warna buah matang: Pangkal kuning

Aroma buah: Harum Rasa buah: Manis dan segar Ukuran buah: 16 x 8,2 x 7,3 cm Berat buah: 560 gram/buah Bentuk biji: Kecil, lonjong pipih Ukuran biji masak: 14 x 4,6 x 2,2 cm Produksi rata-rata: 36,5 kg/pohon Peneliti: Surachmat Kusumo, R. Suhendro, dan R. Widodo

i) Deskripsi Varietas Sukku

Asal: Desa Massemba, Kec. Matan Enrekang, Kab. Enrekang Tinggi tanaman: 20 meter Lebar tajuk: 22 meter Bentuk tajuk pohon: Piramida tumpul Percabangan: Pangkal jorong ke atas,ujung melengkung ke bawah ketinggian 5-7 m Bentuk batang: Bulat Warna batang: Keabu-abuan Tekstur kulit batang: Agak kasar Warna daun: Hijau muda Bentuk daun: Jorong, dasar dan pucuk lancip panjang 20,5 m, lebar 5 cm Permukaan daun: Berombak, lipatan daun datar Kedudukan daun: Tegak, kerapatan sedang Bentuk malai: Piramida lancip, panjang 25 cm, lebar 17 cm Warna tangkai malai: Hijau Letak tangkai malai: Miring Warna bunga: Kuning Bentuk buah: Jorong, pangkal dan pucuk buah runcing Kerapatan buah: Sedikit Letak tangkai buah: Di tengah dasar buah Lekukan pucuk buah: Tidak ada dan tidak berparuh Warna kulit buah matang: Hijau dari pangkal sampai ujung, berlilin dan berbintik tidak jelas Tebal kulit buah: Agak tebal Daging buah: Tebal agak lunak Tekstur daging buah: Sedikit berserat Warna daging buah: Oranye Kandungan air buah: Sedikit Rasa buah matang: Manis Aroma buah matang: Sedang Berat buah: 250 gram Ukuran biji: Kecil (6,5 cm x 4 cm x 1,1 cm) Serat biji: Pendek, pada bagian pangkal Produksi rata-rata: 1000 - 1500 buah/pohon/tahun (umur 30 tahun) Ketahanan terhadap hama: Cukup tahan terhadap lalat buah Ketahanan terhadap penyakit: Cukup tahan terhadap penyakit Diplodia Keterangan: Daerah adaptasi mulai dari ketinggian 90 - 700 m dpl; Diperbanyak dengan okulasi, sambung pucuk, dan cangkok Peneliti: M. Amin Ishak. Zulkifli Rajak, Hamsina, Hatta muhammad, Lukman Hutagalung, Elly Ishak, Syamsuddin Latif, dan A. Djauhari

6. Manfaat buah Mangga

Mangga Kaya Antioksidan Betakaroten Gizi.net - Mangga tergolong kelompok buah batu berdaging dengan bentuk, ukuran, warna, dan citarasa (aroma-rasa-tekstur) beraneka. Bentuk mangga ada yang bulat penuh, seperti mangga gedong, dan bulat panjang, seperti mangga harumanis dan mangga manalagi, Mangga kopek berbentuk bulat pipih, sedang mangga golek lonjong. Kendati bentuk, ukuran, warna, dan citarasa buah mangga beragam. Dari segi gizi semuanya hampir tidak jauh berbeda. Mangga ranum segar mengandung air sekitar 82 persen, vitamin C 41 mg, dan energi/kalori 73 Kal per 100 gram. Pada setiap 100 gram mangga muda, mangga yang masih mentah terkandung air lebih kurang 84 persen, vitamin C 65 mg, dan energi 66 Kal. Energi dalam mangga muda rendah karena lebih banyak mengandung zat pati, yang akan berubah menjadi gula dalam proses pematangan. Sebagian besar energi mangga berasal dari karbohidrat berupa gula, yang membuatnya terasa manis. Kandungan gula ini didominasi oleh gula golongan sukrosa. Kandungan gula dalam mangga berkisar 7-12 persen. Namun, jenis mangga manis dapat mencapai 16-18 persen.

a) Antioksidan

Mangga pun merupakan sumber beta-karoten , kalium, dan vitamin C. Beta-karoten adalah zat yang di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A (zat gizi yang penting untuk fungsi retina). Beta-karoten (dan vitamin C) juga tergolong antioksidan, senyawa yang dapat memberikan perlindungan terhadap kanker karena dapat menetralkan radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul-molekul tak stabil yang dihasilkan oleh berbagai proses kimia normal tubuh, radiasi matahari atau kosmis, asap rokok, dan pengaruh-pengaruh lingkungan lainnya.Di dalam tubuh, mayoritas radikal bebas berasal dari proses kimia kompleks saat oksigen digunakan di dalam sel. Radikal-radikal bebas yang secara kimia tidak lengkap tersebut dapat mengambil partikel dari molekul-molekul yang lain. Ia kemudian menghasilkan senyawa-senyawa abnormal dan membuat reaksi berantai yang dapat merusak sel, dengan menyebabkan perubahan mendasar pada materi genetis dan bagian-bagian penting sel lainnya. Sederhananya, cara radikal bebas merusak sel-sel tubuh, sama dengan proses oksigen menyebabkan kertas berubah menjadi kuning atau mentega menjadi tengik. Zat-zat gizi antioksidan, seperti beta-karoten dan vitamin C, membuat radikal bebas tak berbahaya dengan menetralkannya. Zat-zat gizi antioksidan itu terkandung melimpah pada buah mangga. Kandungan beta-karoten dan vitamin C (beserta kalium, aktivitas vitamin A, karbohidrat, energi dan air) dari beberapa macam mangga tiap 100 gram dapat dilihat pada beberapa perpustakaan.

b) Vitamin C

Di samping berfungsi sebagai antioksidan, vitamin C memiliki fungsi menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler, kesehatan gigi dan gusi. Ia membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi natrosamin , satu zat pemicu kanker. Vitamin C mampu pula membuat jaringan penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka. Kandungan vitamin C mangga cukup layak diperhitungkan. Setiap 100 gram bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C sebanyak 41 mg, mangga muda bahkan hingga 65 mg. Berarti, dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gram (1/2 buah ukuran kecil), kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi.

c) Kalium dan stroke

Kalium mempunyai fungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kotraksi otot, dan membantu tekanan darah. Konsumsi kalium yang memadai dapat mengurangi efek natrium dalam meningkatkan tekanan darah, dan secara bebas memberikan kontribusi terhadap penurunan risiko karena stroke. Satu penelitian menunjukkan bahwa bila seseorang menambahkan sepotong buah tinggi kalium ke dalam pola makanan sehari-hari, risiko terkena stroke fatal dapat dikurangi sebesar 40 persen. Konsumsi ekstra kalium sebanyak 400 mg setiap hari dapat mengurangi kemungkinan mendapat penyakit jantung dan pembuluh darah. Kalium terdapat melimpah pada mangga. Tiap 100 gram mangga terkandung kalium sebesar 189 mg. Dengan mengkonsumsi sebuah mangga harumanis ukuran sangat kecil (minimal 250 gram), atau sebuah mangga gedong ukuran sedang (200-250 g), kecukupan kalium sebanyak 400 mg per hari dapat terpenuhi.

Anda yang ingin membeli mangga bisa memilih mangga yang baik dengan warna hijau kekuning-kuningan, kulit licin, dan aroma yang manis. Hindarilah memilih buah yang terlalu keras atau terlampau lembek, memar, atau berbau fermentasi.

BAB III

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

Apabila kita menginginkan berkebun mangga, maka harus diperhitungkan dengan teliti faktor iklim dan lokasinya. Faktor iklim menyangkut temperatur, curah hujan dan kecepatan angin yang terdapat di daerah setempat. Ketiganya sangat mempengaruhi pertumbuhan dan pembungaan mangga.

1. Syarat Tumbuh

a) Iklim

Mangga dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah ataupun tinggi, daerah panas atau dingin, daerah yang sedikit hujan atau banyak hujan. Temperatur dan curah hujan tertentu sangat berpengaruh terhadap produktivitas mangga. Tanaman mangga cocok untuk hidup di daerah dengan musim kering selama 3 bulan. Masa kering diperlukan sebelum dan sewaktu berbunga. Jika ditanam di daerah basah, tanaman mengalami banyak serangan hama dan penyakit serta gugur bunga/buah jika bunga muncul pada saat hujan.

b) Media Tanam

Tanah yang baik untuk budidaya mangga adalah gembur mengandung pasir dan lempung dalam jumlah yang seimbang. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok adalah 5,5-7,5. Jika pH di bawah 5,5 sebaiknya dikapur dengan dolomit.

c) Tempat Ketinggian

Mangga yang ditanam didataran rendah dan menengah dengan ketinggian 0-500 m dpl menghasilkan buah yang lebih bermutu dan jumlahnya lebih banyak dari pada di dataran tinggi.

2. Persiapan Bahan Tanam

a) Perbanyakan dengan Biji

Biji dipilih dari tanaman yang sehat, kuat dan buahnya berkualitas. Biji dikeringanginkan dan kulitnya dibuang.

Siapkan kotak persemaian ukuran 100 x 50 x 20 cm 3 dengan media tanah kebun dan pupuk kandang (1:1), biji ditanam pada jarak 10-20 cm. Dapat pula mangga disemai dikebun dengan jarak tanam 30 x 40 atau 40 x 40 cm di atas tanah yang gembur. Persemaian diberi naungan dari plastik/sisa-sisa tanaman, tetapi jangan sampai udara di dalam persemaian menjadi terlalu lembab. Biji ditanam dengan perut ke arah bawah supaya akar tidak bengkok. Selama penyemaian, bibit tidak boleh kekurangan air. Pada umur 2 minggu bibit akan berkecambah. Jika dari 1 biji terdapat lebih dari 1 anakan, sisakan hanya satu yang benar-benar kuat dan baik. Bibit di kotak persemaian harus dipindahtanamkan ke dalam polybag jika tingginya sudah mencapai 25-30 cm. Seleksi bibit dilakukan pada umur 4 bulan, bibit yang lemah dan tumbuh abnormal dibuang. Pindahtanam ke kebun dilakukan jika bibit telah berumur 6 bulan.

b) Okulasi

Perbanyakan terbaik adalah dengan okulasi (penempelan tunas dari batang atas yang buahnya berkualitas ke batang bawah yang struktur akar dan tanamannya kuat). Batang bawah untuk okulasi adalam bibit di persemaian yang sudah berumur 9-12 bulan. Setelah penempelan, stump (tanaman hasil okulasi) dipindahkan ke kebun pada umur 1,5 tahun. Okulasi dilakukan di musim kemarau agar bagian yang ditempel tidak busuk.

c) Pencangkokan

Batang yang akan dicangkok memiliki diameter 2,5 cm dan berasal dari tanaman berumur 1 tahun. Panjang sayatan cangkok adalah 5 cm. Setelah sayatan diberi tanah dan pupuk kandang (1:1), lalu dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa.

d) Persiapan Lahan

a. Persiapan

Penetapan areal untuk perkebunan mangga harus memperhatikan faktor kemudahan transportasi dan sumber air.

b. Pembukaan Lahan

Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang serta menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.

Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar.

c. Pengaturan Jarak Tanam

Pada tanah yang kurang subur, jarak tanam dirapatkan sedangkan pada tanah subur, jarak tanam lebih renggang. Lubang tanam dibuat 1-2 bulan sebelum tanam, ukuran 1 m x 1m x 1 m dan jarak tanam 6 m x 8 m. Dua minggu sebelum pelaksanaan tanam, tanah galian dimasukkan kembali ke dalam lubang tanam dengan campur pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Jarak tanam standar adalah 10 m dan diatur dengan cara: segi tiga sama kaki, diagonal, bujur sangkar (segi empat).

e) Penanaman

1. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan panjang, lebar dan kedalaman 100 cm. Pada waktu penggalian, galian tanah sampai kedalaman 50 cm dipisahkan dengan galian dari kedalaman 50-100 cm. Tanah galian bagian dalam dicampur dengan pupuk kandang lalu dikeringanginkan beberapa hari. Masukkan tanah galian bagian atas, diikuti tanah galian bagian bawah. Pembuatan lubang tanam dilakukan pada musim kemarau.

2. Cara Penanaman

Penanaman di awal musim hujan. Sebelum bibit ditanam kantong plastik dilepas. Kedalaman tanam 15-20 cm di atas leher akar dan tanah di sekitar tanaman ditekan ke arah tanaman agar tidak roboh. Tanaman diberi naungan dengan posisi miring ke barat dan selanjutnya dikurangi sedikit demi sedikit. Lubang tanam yang telah ditimbun digali kembali dengan ukuran panjang dan lebar 60 cm pada kedalaman 30 cm, taburi lubang dengan furadan 10-25 gram. pasang kayu penyangga tanaman.

3. Penanaman Pohon Pelindung

Pohon pelindung ditanam untuk menahan hembusan angin yang kuat. Jenis yang biasa dipakai adalah pohon asam atau trembesi.

f) Pemeliharaan

1. PenyianganPenyiangan tidak dapat dilakukan sembarangan, rumput/gulma yang telah dicabut dapat dibenamkan atau dibuang ke tempat lain agar tidak tumbuh lagi. Penyiangan juga biasa dilakukan pada waktu penggemburan dan pemupukan.

2. Penggemburan/PembubunanTanah yang padat dan tidak ditumbuhi rumput di sekitar pangkal batang perlu digemburkan, biasanya pada awal musim hujan. Penggemburan tanah di kebun mangga cangkokan jangan dilakukan terlalu dalam.

3. Perempelan/PemangkasanPemangkasan bertujuan untuk membentuk kanopi yang baik dan meningkatkan produksi. Pangkas Bentuk (3 tahap) :

Tahap I: umur 1 tahun setelah tanam pada musim hujan dengan memotong batang setinggi 50-60 cm dari permukaan tanah dan pemotongan di atas bidang sambungan. Dari cabang yang tumbuh dipelihara 3 cabang yang arahnya menyebar.

Tahap II: pemangkasan dilakukan pada ketiga cabang yang tumbuh tersebut setelah berumur 2 tahun, caranya menyisakan 1-2 ruas/pupus. Tunas yang tumbuh pada masing-masing cabang dipelihara 3 tunas. Jika lebih dibuang. Tahapan pemangkasan tersebut akan diperoleh pohon dengan rumus cabang 1-3-9.

Tahap III : umur 3 tahun, cara sama seperti tahap II, tetapi tunas yang tumbuh dipelihara semua untuk produksi.

g) Pangkas Produksi

Pemangkasan ini untuk memelihara tanaman dengan memotong cabang mati / kering, cabang yang tumbuh ke dalam dan ke bawah serta cabang air yaitu cabang muda yang tidak akan menghasilkan buah. Pemangkasan produksi dilaksanakan segera setelah panen.

h) Pendangiran

Dilakukan 2 kali dalam setahun pada awal dan akhir musim hujan, dengan membalik tanah (pembumbunan) di sekitar kaca tanaman agar patogen yang ada dalam tanah mati.

i) Mulching (Mulsa)

Pemberian mulsa di akhir musim hujan, menggunakan jerami / sisa-sisa bekas pangkasan/tanaman sela.

j) Pemupukan

Pupuk organik

1. Umur tanaman 1-2 tahun: 10 kg pupuk kandang, 5 kg pupuk kandang.

2. Umur tanaman 2,58 tahun: 0,5 kg tepung tulang, 2,5 kg abu.

3. Umur tanaman 9 tahun: tepung tulang dapat diganti pupuk kimia SP-36, 50 kg pupuk kandang, 15 kg abu.

4. Umur tanaman > 10 tahun: 100 kg pupuk kandang, 50 kg tepung tulang, 15 kg abu.

5. Pupuk kandang yang dipakai adalah pupuk yang sudah tercampur dengan tanah. Pemberian pupuk dilakukan di dalam parit keliling pohon sedalam setengah mata cangkul (5 cm).

Pupuk anorganik

1. Umur tanaman 1-2 bulan : NPK (10-10-20) 100 gram/tanaman.

2. Umur tanaman 1,5-2 tahun: NPK (10-10-20) 1.000 kg/tanaman.

3. Tanaman sebelum berbunga: ZA 1.750 gram/tanaman, KCl 1.080 gram/tanaman.

4. Tanaman waktu berbunga : ZA 1.380 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 970 gram/tanaman, KCl 970 gram/tanaman.

5. Tanaman setelah panen: ZA 2700 gram/tanaman, Dikalsium fosfat 1.940 gram/tanaman, KCl 1.940 gram/tanaman.

6. Peningkatan Kuantitas Buah

Dari sejumlah besar bunga yang muncul hanya 0,3% yang dapat menjadi buah yang dapat dipetik. Untuk meningkatkan persentase ini dapat disemprotkan polinator maru atau menyemprotkan serbuk sari diikuti pemberian 300 ppm hormon giberelin. Dengan cara ini, persentase pembentukan buah yang dapat dipanen dapat ditingkatkan menjadi 1,3%.

k) Pengendalian Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT)

Hama

1. Kepik mangga (Cryptorrhynoccus gravis): Menyerang buah dan masuk ke dalamnya. Pengendaliannya dengan semut merah yang menyebabkan kepik tidak bertelur.

2. Bubuk buah mangga: Menyerang buah sampai tunas muda. Kulit buah kelihatan normal, bila dibelah terlihat bagian dalamnya dimakan hama ini. Pengendaliannya memusnahkan buah mangga yang jatuh akibat hama ini, menggunakan pupuk kandang halus, mencangkul tanah di sekitar batang pohon dan menyemprotkan insektisida ke tanah yang telah dicangkul.

3. Bisul daun (Procontarinia matteiana): Gejalanya yaitu daun menjadi berbisul dan daun menjadi berwarna coklat, hijau dan kemerahan. Pengendaliannya penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu, membakar daun yang terserang, menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong dan memperbaiki aerasi.

4. Lalat buah : Gejalanya yaitu buah busuk, jatuh dan menurunkan produktivitas. Pengendaliannya dengan memusnahkan buah yang rusak, memberi umpan berupa larutan sabun atau metil eugenol di dalam wadah dan insektisida.

5. Wereng (Idiocerus clypealis, I. Niveosparsus, I. Atkinsoni): Jenis wereng ini berbeda dengan yang menyerang padi. Wereng ini menyerang daun, rangkaian bunga dan ranting sambil mengeluarkan cairan manis sehingga mengundang semut api untuk memakan tunas atau kuncup. Cairan yang membeku menimbulkan jamur kerak hitam. Pengendaliannya dengan insektisida Diazinon dan pengasapan seminggu empat kali.

6. Tungau (Paratetranychus yothersi, Hemitarsonemus latus): Tungau pertama menyerang daun mangga yang masih muda sedangkan yang kedua menyerang permukaan daun mangga bagian bawah. Keduanya menyerang rangkaian bunga. Pengendaliannya dengan menyemprotkan tepung belerang, insektisida Diazinon atau Basudin.

7. Codot: Memakan buah mangga di malam hari. Pengendaliannya dengan membiarkan semut kerangkeng hidup di sela daun mangga, memasang kitiran angin berpeluit dan melindungi pohon dengan jaring.

Penyakit

1. Penyakit mangga: Penyebab penyakit ini adalah jamur Gloeosporium mangifera. Jamur ini menyebabkan bunga menjadi layu, buah busuk, daun berbintik-bintik hitam dan menggulung. Pengendaliannya dengan fungisida Bubur Bordeaux.

2. Penyakit diplodia: Penyebab penyakit diplodia yaitu jamur Diplodia sp. Tumbuh di luka tanaman muda hasil okulasi. Pengendalian penyakit ini dengan bubur bordeaux. Luka diolesi/ditutup parafin-carbolineum.

3. Cendawan jelaga: Penyebabnya adalah virus Meliola mangifera atau jamur Capmodium mangiferum. Daun mangga yang diserang berwarna hitam seperti beledu. Warna hitam disebabkan oleh jamur yang hidup di cairan manis. Pengendalian penyakit ini dengan memberantas serangga yang menghasilkan cairan manis dengan insektisida atau tepung belerang.

4. Bercak karat merah: Penyebab jamur Colletotrichum gloeosporiodes. Menyerang daun, ranting, bunga dan tunas sehingga terbentuk bercak yang berwarna merah. Penyakit ini sangat mempengaruhi proses pembuahan. Pengendaliannya dengan pemangkasan dahan, cabang, ranting, menyemprotkan fungisida bubuk bordeaux atau sulfat tembaga.

5. Kudis buah: Menyerang tangkai bunga, bunga, ranting dan daun. Gejalanya adanya bercak kuning yang akan berubah menjadi abu-abu. Pembuahan tidak terjadi, bunga berjatuhan. Pengendaliannya dengan fungisida Dithane M-45, Manzate atau Pigone tiga kali seminggu dan memangkas tangkai bunga yang terserang.

6. Penyakit Blendok: Penyebabnya adalah jamur Diplodia recifensis yang hidup di dalam lubang yang dibuat oleh kumbang Xyleborus affinis). Lubang mengeluarkan getah yang akan berubah warna menjadi coklat atau hitam. Pengendalian penyakit blendok ini dengan cara memotong bagian yang sakit, lubang ditutupi dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam insektisida dan menyemprot pohon dengan bubur bordeaux.

Gulma

Benalu memberikan kerusakan dalam waktu pendek karena menyebabkan makanan tidak diserap tanaman secara sempurna. Pengendalian dengan memotong cabang yang terserang, menebang tanaman yang diserang benalu dengan berat.

l) Pemanenan

1. Ciri dan Umur Panen

Tidak ada satu parameter mengenai kematangan buah mangga siap panen yang disetujui secara universal. Namun demikian kandungan padatan terlarut buah, kemasaman, warna daging, hubungan antara tangkai buah dan bahu buah (apakah bahu buah telah tumbuh ke luar dari ujung batang buah), banyaknya dan kekentalan getah yang mengalir ke luar dari tangkai, dan sebagainya, dipertimbangkan pada penentuan tingkat kematangan buah. Mangga cangkokan mulai berbuah pada umur 4 tahun, mangga okulasi pada umur 5-6 tahun. Banyaknya buah panen pertama hanya 10-15 buah, pada tahun ke 10 jumlah buah dapat mencapai 300-500 buah/pohon. Panen besar biasanya jatuh di bulan September-Oktober. Tanda buah sudah dapat dipanen adalah adanya buah yang jatuh karena matang sedikitnya 1 buah/pohon, warna buah arumanis/manalagi berubah menjadi hijau tua kebiruan, warna buah mangga golek/gedok berubah menjadi kuning/merah Buah yang dipetik harus masih keras.

2. Cara Panen

Pada saat pemetikan, buah jangan sampai terpotong, tercongkel atau jatuh sampai memar. Buah dipetik di sore hari dengan menggunakan pisau tajam atau dengan galah yang diujungnya terdapat pisau dan keranjang penampung buah. Buah mangga dipanen dengan tangan. Memanen mangga sangat mudah karena dengan tarikan yang lemah buah yang sudah masak akan lepas. Pemanen biasanya memanjat pohon mangga dan langsung mengambil buahnya atau menggunakan keranjang yang diikatkan pada sebatang galah panjang. Kadang-kadang diikatkan pula gunting pada galah untuk memotong tangkai buah. Bila digunakan gunting, sebuah keranjang yang diikatkan pada sebatang galah ditempatkan di bawah buah yang akan dipotong, untuk mencegah jatuhnya buah ke tanah. Jangan sekali-kali merontokkan, melempar, atau menjatuhkan buah mangga langsung ke tanah. Buah mangga yang telah dipanen tidak boleh langsung terkena sinar matahari, angin, atau hujan, baik di lapangan mapun waktu diangkut ke tempat pengemasan.

3. Periode Panen

Di Indonesia pohon mangga berbunga satu tahun sekali sehingga panen dilakukan satu periode dalam satu tahun. Dari satu pohon, buah tidak akan masak bersamaan sehingga dilakukan beberapa kali panen.

4. Perkiraan Produksi

Pohon muda okulasi menghasilkan 50-100 buah/tahun, meningkat sampai 300-500 buah pada umur 10 tahun, 1.000 buah pada umur 15 tahun dan 2.000 buah pada waktu produksi maksimum di umur 20 tahun.

m) Pasca Panen

Mutu buah mangga sangat berkurang setelah dipanen apabila tidak diambil tindakan-tindakan yang memadai untuk mengawetkan buah. Dikatakan bahwa di Indonesia sekitar 50% dari haia sekitar 50% dari hasil panen musnah karena penanganan pasca-panen yang tidak memadai.

1. Pengumpulan

Buah hasil panen dikumpulkan di tempat yang teduh. Buah mangga yang telah dipanen tidak boleh langsung terkena sinar matahari, angin, atau hujan, baik di lapangan mapun waktu diangkut ke tempat pengemasan.

2. Membersihkan Buah

Bila digunakan gunting untuk memanen buah, setidaknya 10 cm dari tangkai harus dipertahankan. Dengan demikian getah yang sangat lekat dan mugat lekat dan mudah mengalir pada buah mangga yang baru dipetik, tidak akan mengotori buah. Buah mangga, khususnya varietas berwarna hijau di Indonesia, banyak sekali mengalirkan lateks atau getah dari tangkai yang baru saja dipotong. Getah ini harus dibersihkan dari buah dengan mencuci buah dengan larutan 100 ppm natrium hipokhlorit secepatnya setelah buah dipetik, untuk mencegah getah membakar kulit buah yang selanjutnya dapat menyebabkan buah membusuk. Untuk mengendalikan Antraknosis buah direndam dalam air hangat bersuhu 520 C selama 1 - 3 menit. Kendala yang dihadapi pada metode ini ialah bahwa sulit sekali untuk mempertahankan suhu yang diperlukan dengan peralatan yang tersedia di daerah pedesaan. Lagi pula metode ini mahal dan buah akan banyak bertambah ringan, kehilangan lapisan lilinnya dan lebih cepat membusuk sebagai akibat dari penerapan metode tersebut. Juga, metode air hangat ini lebih baik hasilnya bila digunakan Benlate, suatu fungisida pascapanen yang dilarang digunakan di Amerika Serikat dan Eropa. Mengeringkan buah-buah sesudah dicuci atau direndam dalam air hangat, perlu sekali dilakukan.

3. Penyortiran dan Penggolongan

Mangga yang rusak dipisahkan dengan mangga yang mulus. Setelah sortasi buah mangga dilap untuk menghilangkan getah yang dapat menurunkan mutu terutama jika buah akan dipasarkan ke pasar swalayan atau luar negeri. Buah yang akan dipasarkan di dalam negeri dapat diperam untuk mempercepat pemasakan. Sortasi didasarkan berat buah atau ukuran buah. Kelas berdasarkan berat buah antara lain:

a. Kelas I: > 320 gram/buah

b. Kelas II: 270 - 320 gram/buah

c. Kelas III: 200 - 270 gram/buah

Sedangkan berdasarkan ukuran buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Klasifikasi Besar: arum manis > 17,5 cm, golek > 20 cm

b. Klasifikasi Sedang: arum manis 15 - 17,5 cm, golek 17,5 - 20 cm

c. Klasifikasi Kecil: arum manis

4. Pengemasan Buah.

Mengemas buah mangga untuk ekspor biasanya dilakukan berlapis-lapis dalam peti papanserat. Membungkus tiap buah dengan kertas bungkus, adanya bahan penyangga seperti sebuk gergaji, jerami, dsb, serta sekat-sekat antara tiap buah mangga (untuk membuat kemasan lebih menarik dan mencegah kerusakan karena benturan) bervariasi dan bergantung pada tujuan akhir pemasaran. Buah mangga harus dikemas dengan tangkainya menunjuk ke bawah, untuk mencegah menetesnya getah di buah.

5. Penyimpanan Buah.

Buah mangga dapat dipertahankan dalam keadaan baik 15-21 hari sesudah dipanen, bergantung pada varietas, daerah penghasil mangga, dan musim. Buah mangga berwarna hijau yang telah tua dapat masak pada suhu 21-24C dan kelembaban 85-90%. Pada proses masaknya buah klorofil (warna hijau) berkurang dan terjadi pembentukan antosianin dan karotenoida dalam kulit dan daging. Etilen dapat digunakan untuk mempercepat dan lebih menyeragamkan menjadi masaknya buah (100 ppm etilen selama 24-48 jam pada suhu 20C). Menjadikan buah masak dapat dilakukan di tempat pengangkutan bila waktu transit kurang dari 5 hari atau di tempat penerimaan bila waktu transit lebih dari lima hari. Perlu diperhatikan bahwa buah mangga dapat rusak karena suhu rendah/dingin (kerusakaan faali bila disimpan pada suhu rendah tetapi di atas titik beku air). Kerusakan oleh suhu rendah ini antara lain terlihat sebagai berubahnya warna kulit menjadi abu-abu, terbentuknya lobang-lobang pada kulit dan buah tidak merata menjadi masak (warna buah jelek dan juga rasanya pun tidak enak). Guna mencegah kerusakan oleh suhu rendah, sebaiknya buah mangga disimpan pada duhu 10 - 150C. Kisaran ini disebabkan oleh varietas, tingkat masak buah, lokasi, pengaruh musim pada buah, dan sebagainya.

6. Pengangkutan.

Dilihat dari sudut teknis mapun ekonomis, pengangkutan merupakan faktor penting pada penanganan dan pemasaran buah mangga. Karena buah mangga cepat membusuk bila tidak disimpan pada suhu dingin, sangat penting untuk secepat mungkin mengangkutnya ke lokasi pemasaran. Indonesia mengekspor buah mangga ke Singapura dan Malaysia yang hanya memerlukan waktu angkut beberapa jam dengan kapal laut dari pusat-pusatproduksi ke lokasi pemasaran. Dewasa ini makin banyak digunakan pallet untuk memuat. Juga pengangkutan dengan peti kemas makin sering dilakukan. Untuk pengangkutan jarak jauh, kapal terbang makin populer dewasa ini. Yang menjadi kendala di sini ialah terbatasnya ruang angkut dan tingginya biaya angkut. Yang juga perlu diperhatikan bila menggunakan pengangkutan dengan kapal terbang ialah suhu pada waktu transit.

n) Pemasaran

Bagian terbesar dari buah mangga yang diperdagangkan di pasaran dunia adalah dari varietas-varietas yang berwarna kemerahan. Buah mangga yang berwarna hijau masih dianggap sebagai buah yang belum masak oleh sebagian besar konsumen. Ciri lain buah mangga yang disukai konsumen antara lain ialah tingkat kematangan yang merata, ukuran yang seragam, dan bebas hama dan penyakit. Empat jenis mangga utama yang sudah diusahakan petani yaitu Arumanis, Gedong, Dermayu, dan Golek. Tahun 2004, luas tanaman mangga mencapai 12,6 ribu hektar dengan produksi 63,8 ribu ton mangga segar.

Di dalam negeri mangga tetap menjadi buah favorit pada saat musimnya. Buah yang berkualitas tetap memiliki harga yang jauh lebih baik dan dapat menembus pasar untuk kalangan menengah atas. Di luar negeri mangga adalah buah eksotik yang banyak penggemarnya dan termasuk buah impor yang mahal. Potensi Indonesia untuk mengekspor mangga begitu besar, tetapi pemanfaatannya tidak maksimal. Untuk mensuplai kebutuhan mangga luar negeri yang harus kontinyu dan standard mutu tidak berubah, diperlukan pengembangan agribisnis mangga yang mencakup areal tanam luas dengan kultur teknis dan pasca panen yang terkendali.

Saluran pemasaran buah mangga segar secara umum adalah Petani pedagang/penebas pedagang penyalur di kota-kota besar pedagang pengecer konsumen. Buah mangga pada umumnya dipasarkan dalam bentuk buah segar, kurang dari satu persen dari total produksi yang diproses menjadi bentuk olahan. Buah mangga sebagian besar dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan luar daerah sentra produksi. Penjualan buah mangga dari petani kepada pedagang pengumpul biasnaya dilakukan melalui tiga cara, yakni tebasan, ijon atau kontrak. Sebagian besar petani melakukan pemasaran mangganya dengan cara tebasan (80%), sisanya dengan cara ijon dan kontrak. Dalam hal cara ijon dan kontrak, mekanisme penentuan harga sangat didominasi oleh pedagang. Sedangkan Saluran pemasaran buah mangga segar ke luar propinsi secara umum adalah Petani pedagang/penebas desa pedagang pengumpul Kecamatan Pedagang/Grosir di kota besar (Jakarta, Bandung, Denpasar, Semarang) Pedagang pengecer lokal Konsumen.

Pemasaran mangga sering memanfaatkan teknologi off-season (berbuah diluar musim). Musim panen alami mangga umumnya terjadi antara bulan November-Januari, tetapi akan akan menjadi berbeda jika diterapkan cara budidaya dengan teknologi off-seasson (berbuah diluar musim). Panen raya bisa 2 kali dalam setahun yaitu pada bulan Mei-Agustus dan November-Januari. Jika diluar musim bisa mencapai Rp 20.000-Rp 30.000/kg. Perbandingan harga saat musim dan diluar musim sungguh sangat jauh sekali,bayangkan jika saat musim harga mangga bisa anjlok dikisaran Rp 1.000Rp 5.000/kg. Sedangkan harga diluar musim bisa melambung sangat tinggi mencapai Rp 20.000/kg Rp 30.000/kg.

Tidak hanya menguasai pasar di dalam negeri, mangga pun dapat menjadi komoditas ekspor yang patut dipertimbangkan. Paket produksi buah mangga yang dikemas dalam karton. Hal ini dilakukan untuk mempermudah cara pemasaran produksi mangga. Buah mangga cepat membusuk bila tidak disimpan pada suhu dingin, dengan demikian sangat penting untuk secepat mungkin mengangkutnya ke lokasi pemasaran. Indonesia mengekspor buah mangga ke Singapura dan Malaysia yang hanya memerlukan waktu angkut beberapa jam dengan kapal laut dari pusat-pusat produksi ke lokasi pemasaran.

o) Analisis ekonomi budidaya tanaman

1. Analisis Usaha Budidaya

Analisis biaya budidaya tanaman mangga dengan luas lahan 1 hektar selama 10

tahun di daerah Jawa Barat pada tahun 1999.

1) Biaya produksi

1. Sewa lahan kebun 10 tahun @ Rp. 1.500.000,- Rp. 15.000.000,-

2. Bibit 121 batang @ Rp.10.000,- Rp. 1.210.000,-

3. Pupuk

- Pupuk kandang 3 ton/tahun @ Rp. 60.000,- Rp. 1.800.000,-

- Urea 28 kg @ Rp. 1.115

Tahun ke 1 dan 2 @ Rp. 31.220,- Rp. 62.440,-

Tahun ke-3 Rp. 49.060,-

Tahun ke-4 Rp. 61.325,-

Tahun ke-5 s/d ke-10 @ Rp. 92.545,- Rp. 555.270,-

- TSP 11 kg @ Rp. 1.600,-

Tahun ke-1 Rp. 17.600,-

Tahun ke-2 Rp. 26.400,-

Tahun ke-3 Rp. 52.800,-

Tahun ke-4 Rp. 61.600,-

Tahun ke-5 s/d ke-10 @ Rp. 88.000,- Rp. 528.000,-

- KCl 11 kg @ Rp. 1.650,-

Tahun ke-1 Rp. 18.150,-

Tahun ke-2 Rp. 27.225,-

Tahun ke-3 Rp. 36.300,-

Tahun ke-4 Rp. 45.305,-

Tahun ke-5 s/d ke-10 @ Rp. 72.600,- Rp. 435.600,-

4. Pestisida

- Furadan 3 kg @ Rp. 12.500,- Rp. 370.500,-

5. Peralatan

- Cangkul 2 buah @ Rp. 10.000,- Rp. 20.000,-

- Koret 2 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 10.000,-

- Parang 1 buah @ Rp. 7.000,- Rp. 7.000,-

- Sprayer 0,1 buah @ Rp. 25.000,- Rp. 25.000,-

6. Tenaga kerja

- Pembersihan lahan 30 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 225.000,-

- Pembuatan drainase 25 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 187.500,-

- Pengajiran 4 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 30.000,-

- Pembuatan teras piringan 20 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 150.000,-

- Pembuatan lubang tanam 15 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 112.500,-

- Pemupukan dasar 5 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 37.500,-

- Penanaman 7 HOK @ RP. 7.500,- Rp. 52.500,-

- Penyulaman 6 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 45.000,-

- Penyiangan 20 HOK/tahun @ Rp. 7.500,- Rp. 1.500.000,-

- Pemupukan 10 HOK/tahun @ Rp. 7.500,- (ke 2 -10) Rp. 675.000,-

- Perlindungan tanaman 4HOK/tahun @ Rp. 7.500,- Rp. 300.000,-

- Perbaikan drainase 12 HOK/tahun @ Rp. 7.500,- (2-9) Rp. 810.000,-

- Pemangkasan 10 HOK/th @ Rp. 7.500,- (ke-5 - 10) Rp. 450.000,-

7. Panen dan pasca panen

- Pemanenan

Tahun ke-5, 22 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 165.000,-

Tahun ke-6, 35 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 264.000,-

Tahun ke-7, 48 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 363.000,-

Tahun ke-8, 62 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 462.000,-

Tahun ke-9, 75 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 561.000,-

Tahun ke-10, 84 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 627.000,-

- Kemasan dan pemasaran

Tahun ke-5 Rp. 330.000,-

Tahun ke-6 Rp. 528.000,-

Tahun ke-7 Rp. 686.000,-

Tahun ke-8 Rp. 892.000,-

Tahun ke-9 Rp. 1.160.000,-

Tahun ke-10 Rp. 1.508.000,-

Jumlah biaya produksi dalam 10 tahun Rp. 32.479.675,-

2) Pendapatan

- Tahun ke-5: 5.500 buah @ Rp. 500,- Rp. 2.750.000,-

- Tahun ke-6: 8.800 buah @ Rp. 500,- Rp. 4.400.000,-

- Tahun ke-7: 12.100 buah @ Rp. 500,- Rp. 6.050.000,-

- Tahun ke-8: 15.400 buah @ Rp. 500,- Rp. 7.700.000,-

- Tahun ke-9: 18.700 buah @ Rp. 500,- Rp. 9.350.000,-

- Tahun ke-10: 20.900 buah @ Rp. 500,- Rp. 10.450.000,-

Jumlah Pendapatan Rp. 40.700.000,-

3) Keuntungan :

1. Dalam 10 tahun Rp. 8.220.325,-

4) Parameter kelayakan usaha

1. B/C rasio = 1,25

Gambaran Peluang Agribisnis

Di dalam negeri mangga tetap menjadi buah favorit pada saat musimnya. Buah yang berkualitas tetap memiliki harga yang jauh lebih baik dan dapat menembus pasar untuk kalangan menengah atas. Di luar negeri mangga adalah buah eksotik yang banyak penggemarnya dan termasuk buah impor yang mahal. Potensi Indonesia untuk mengekspor mangga begitu besar, tetapi pemanfaatannya tidak maksimal. Untuk mensuplai kebutuhan mangga luar negeri yang harus kontinyu dan standard mutu tidak berubah, diperlukan pengembangan agribisnis mangga yang mencakup areal tanam luas dengan kultur teknis dan pasca panen yang terkendali.

p) standar produksi

1.Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.

2.Diskripsi

Standar mutu mangga tercantum dalam standar Nasional Indonesia SNI 01-3164- 1992.

3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Mangga digolongkan dalam 4 ukuran menurut kultifarnya yaitu besar sedang kecil dan sangat kecil yang masing-masing digolongkan dalam 2 jenis mutu yaitu mutu I dan mutu II

a) Arum manis: besar>400 gram, sedang 350-400 gram, kecil 300-349 gram, sangat kecil 250-299 gram

b) Golek: besar>500 gram, sedang 450-500 gram, kecil 400-449 gram, sangat kecil 350-399 gram

c) Gedog: besar>250 gram, sedang 200-250 gram, kecil 150-199 gram, sangat kecil 100-149 gram

d) Manalagi: besar>400 gram, sedang 350-400 gram, kecil 300-349 gram, sangat kecil 250-299 gram

Syarat mutu yang diterapkan untuk keempat golongan tersebut:

a. Karakteristik keasaman sifat varietas: mutu I seragam; mutu II seragam

b. Karakteristik tingkat ketuaan: mutu I tua tapi tidak terlalu matang; mutu II tua tapi tidak terlalu matang

c. Karakteristik kekerasan: mutu I=keras; mutu II=cukup keras

d. Karakteristik ukuran: mutu I=seragam; mutu II=kurang seragam

e. Karakteristik kotoran: mutu I=bebas; mutu II=bebas

f. Karakteristik kerusakan: mutu I=5%; mutu II=10 %

g. Karakteristik busuk : mutu I=1%; mutu II=1%

4.Pengambilan Contoh

Satu partai/lot mangga terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan dalam 1 partai/lot seperti terlihat dibawah ini:

a) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot sampai dengan 100 : contoh yang diambil 5.

b) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 101 300: contoh yang diambil 7.

c) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 301 500: contoh yang diambil 9.

d) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 501 1000: contoh yang diambil 10.

5.Pengemasan

Pengemasan buah manga dalam peti kayu, berat bersih setiap peti kayu maksimum 25 kg, susunan buah dalam peti kayu kompak dengan setiap buah yang diberi pembungkus/ penyekat, atau kotak kotoran diberi penyekat dan lobang udara, susunan buah dalam kotak karton satu lapis dengan berat bersih kotak karton maksimum 10 kg. Untuk pemberian merek di bagian luar kotak kayu di beri label yang dituliskan antara lain :

a) Nama barang.

b) Jenis mutu.

c) Nama/kode perusahaan/eksportir.

d) Berat bersih.

e) Produksi Indonesia.

f) Tempat/negara tujuan.

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Permasalah

Ancaman perubahan iklim pada sektor pertanian kian nyata. Hujan terus menerus selama 2010 membuat pola berbunga tanaman buah terganggu. Produksi mangga, manggis dan rambutan pada tahun 2010 sangat menurun pesat. Yang mengejutkan di awal tahun 2011 mangga di Indramayu, Majalengka, dan Cirebon, Jawa Barat, memunculkan bunga, pentil (buah yang masih kecil) dan buah muda sekaligus. Mereka muncul bersamaan dengan tunas daun muda. Fenomena itu terjadi pada bulan Januari sampai Februari tahun 2011. Lazimnya pada awal tahun yang merupakan masa pemulihan mangga setelah panen sepanjang bulan September sampai November. Di masa pemulihan, tanaman yang berada pada fase vegetatif. Tunas daun, ranting dan cabang muda muncul menggantikan yang tua. Di saat itulah tanaman mengumpulkan energi untuk beerbunga di fase berikutnya yaitu fase generatif. Tanaman memasuki fase generatif setelah mengalami kekeringan pada musim kemarau pada bulan Mei sampai Juni.

Pada tahun 2010 periode kering tanaman hampir tidak terjadi. Kondisi lingkungan yang memicu pembungaan serempak pun tidak ada hingga akhir tahun 2010. Munculnya bunga pada awal 2011 diperkirakan bukan karena cekaman kekeringan, tetapi karena perubahan suhu. Suhu di atas 33oC yang datang sesekali pada November sampai Januari membuat mangga terpicu berbunga meski pengaruhnya tidak sebesar karena kekeringan. Perubahan suhu berulang itu menyebabkan induksi bunga berulang. Maka bunga akan muncul secara bertahap sehingga bunga, pentil, dan buah mudapun muncul secara bersamaan. Sementara tunas daun pada tandan bunga menunjukkan iklim basah yang dialami tanaman.

Munculnya bunga, buah muda dan daun muda yang bersamaan sepintas sangat menggembirakan. Panen raya dapat dilakukan pada bulan April sampai Agustus atau di luar musim yang sebenarnya. Para pekebun mangga juga telah membayangkan harga mangga yang akan naik dua sampai tiga kali lipat dan bakal meraup keuntungan yang sangat berlipat ganda dibandingkan dengan harga normal. Namun, dibalik itu ada ancaman buat pekebun bila tidak dicegah sesegera mungkin.

Ancaman pertama ialah gagalnya penyerbukan bunga. Hal tersebut karena bunga muncul ketika setiap hari hujan turun. Terpaan air hujan membuat bunga rontok. Kelembaban dimusim hujan yang tinggi pun membuat bunga yang bertahan gagal diserbuki. Itu karena serbuk sari berkecambah sebelum menyentuh putik. Bunga yang berhasil diserbuki pun mendapat ancaman serangan cendawan yang populasinya meningkat di musim hujan.

Begitu bunga menjadi buah muncul ancaman berikutnya yaitu adanya antraknosa Colletotrichum gloeosporiodes. Cendawan itu membuat kualitas mangga menurun. Kulit buah penuh dengan bulatan hitam yang tembus hingga ke daging buah. Buah yang dihasilkanpun tak layak unuk dipanen. Tingkat keruakan bisa mencapai 80% dari total panen. Maka penen mangga di luar musim yang diharapkanpun akan lolos dari genggaman.

2. Solusi atau Pemecahan Masalah

Kemurahan alam tak bisa diandalkan untuk menjaga ancaman itu datang. Dibutuhkan investasi pekebun untuk mencegah bencana itu datang. Dua investasi terbear yaitu memberi eksra nutisi dan pestisida. Pupuk mutlak diberikan karena tanaman yang semestinya sedang memulihkan dirinya justru energinya tersedot untuk pembungaan dan pembuahan.

Pupuk organik seperti pupuk kandang yang sudah matang bisa menjadi pilihan investasi. Jumlahnya tergantung diameter tajuk tanaman. Rumus sederhananya adalah sebagai berikut :

Jumlah pupuk kandang= Diameter tajuk x 5 kg pupuk kandang matang

= 6 x 5 kg

= 30 kg

Jumlah NPK= Diameter tajuk x 0,5 kg pupuk NPK

= 6 x 0,5 kg

= 3 kg

Jumlah dolomit= Diameter tajuk x 0,5 kg dolomite

= 6 x 0,5 kg

= 3 kg

Pupuk kandang dan NPK membanu penyediaan dan penyerapan hara. Kalsium dari kapur memperbaiki mutu buah agar tidak mudah pecah dan busuk karena menambah ketegaran sel. Smentara magnesium pada dolomit juga membantu menyusun klorofil sehingga dapat mempertahankan laju fotosintesis yang umumnya rendah dimusin hujan.

Investasi pestisida mutlak diberikan sejak bunga muncul. Cendawan penyebab antraknosa yang menyerang sejak pembentukan tunas bunga hingga pemasakan buah itu dapat di atasi dengan kombinasi fungisida berbahan aktif 0,25% mancozeb dan 0,2% dicitiphos. Kedunya dapat diberikan bersamaan dengan pupuk daun setiap 7-10 hari sekali sejak munculnunas bunga hingga buah hampir masak.

Penyemprotan dihentikan menjelang buah matang karena keduanya tergolong fungisida sistemik. Sebagai alternatif dapat pula dipilih fungisida alami seperti yiest alias kapang. Contohnya kapang Deboryomyces dan Schizosaccharomyces sp yang dilaporkn mampu menekan antraknosa pada apel. Dengan modal investasi itu diharapkan panen raya pada AprilAgustus bisa dipetik para pekebun, bukan sebaliknya (Sobir, 2011).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Mangga merupakan tanaman tahunan yang dapat dimakan langsung sebagai buah segar ataupun bentuk olahan dan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.

2. Tekhnik budidaya mangga meliputi pembibitan (biji, okulasi, dan cangkok), pengolahan lahan, pemeliharaan (pemupukan, penyiraman, pendangiran), pemanenan, penyimpanan, pengemasan, pemasaran.

3. Permasalah mangga saat ini adalah adanya anomali iklim (musim hujan dan kemarau tidak menentu) yang menyebabkan tanaman berbunga pada saat hujan turun sehingga banyak pentil yang rontok. Permasalahan yang lainnya yaitu tumbuhnya bunga bersamaan dengan tumbuhnya tunas baru sehingga diperlukan pemupukan yang optimal serta penggunaan pestisida yang tepat.

B. Saran

Adanya anomali iklim mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman mangga menjadi abnormal. Maka dari itu diperlukan perawatan seperti pemupukan, pendangiran, penyiraman, pemberian pestisida serta perempelan yang sesuai. Dengan melakukan hal-hal tersebut diharapkan petani atau pekebun mangga tidak akan mengalami gagal panen serta memperoleh hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Manfaat Buah Mangga. http://www.indonesiaindonesia.com/f/19079-manfaat-buah-mangga/. Diakses tanggal 28 April 2011

Anonim. 1998.. Celah-celah Usaha Terpilih. Trubus 345 : 28-29.

Anonim. 1998. Memperbanyak Mangga di Pohon. Trubus 345 : 4-8.

Marhijanto, B. dan Wibowo, S. 1994. Bertanam Mangga. Arkola, Surabaya.

Pracaya. 1998. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya, Jakarta

Pracaya. 2006. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya, Jakarta.

Putra. 2009. Mangga Buah yang Digemari. http://putrapannjalutheforestmade.blogspot.com/2009/01/mangga-buah-yang-di-gemari.html. Diakses tanggal 28 April 2011

Rismunandar. 1990. Membudayakan Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru, Bandung.

Sobir. 2011. Dibalik Perubahan Iklim. Trubus 496 : 112-113.

LAMPIRAN

(Pembibitan)

(cara okulasi)

( Hasil Okulasi)

(Cara mencangkok)

(Bibit Cangkok)

(Kerusakan daun mangga akibat hama)

Budidaya Tanaman Tahunan Mangga 38