Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya kebutuhan protein hewani menyebabkan peningkatan kebutuhan pakan untuk menghasilkan produk peternakan. Kualitas produk pangan dari ternak tidak lepas dari kualitas pakan yang ada dalam usaha peningkatan produktifitas ternak yang dipelihara. Biaya pakan merupakan biaya terbesar. Untuk itu berbagai upaya terus dilakukan untuk menurunkan biaya pakan dan juga untuk meningkatkan nilai nutrisi dengan cara memperbaiki tenik-teknik pengolahan pakan. Disamping tuntutan untuk meningkatkan kinerja produksi ternak, juga adanya tuntutan untuk memperhatikan kesehatan manusia sebagai konsumen produk peternakan. Teknologi pengolahan pakan merupakan satu/kombinasi beberapa perlakuan yang diperlukan untuk memaksimalkan potensi nilai nutrisi sebuah bahan pakan, sehingga peranannya tidak dapat diabaikan karena merupakan komponen penting baik dari segi nilai nutrisi maupun biayanya. Tujuan pengolahan pakan yaitu untuk meningkatkan keuntungan, mengubah ukuran partikel, mengubah kadar air, mengubah densitas pakan, meningkatkan palatabilitas, mengubah kandungan nutrien, mempertahankan kualitas selama penyimpanan dan
65

101050306-Fabrikan-Isi

Nov 09, 2015

Download

Documents

adamgemilang

nutrisi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN PRAKTIKUM

BAB I

PENDAHULUAN

Meningkatnya kebutuhan protein hewani menyebabkan peningkatan kebutuhan pakan untuk menghasilkan produk peternakan. Kualitas produk pangan dari ternak tidak lepas dari kualitas pakan yang ada dalam usaha peningkatan produktifitas ternak yang dipelihara. Biaya pakan merupakan biaya terbesar. Untuk itu berbagai upaya terus dilakukan untuk menurunkan biaya pakan dan juga untuk meningkatkan nilai nutrisi dengan cara memperbaiki tenik-teknik pengolahan pakan. Disamping tuntutan untuk meningkatkan kinerja produksi ternak, juga adanya tuntutan untuk memperhatikan kesehatan manusia sebagai konsumen produk peternakan.

Teknologi pengolahan pakan merupakan satu/kombinasi beberapa perlakuan yang diperlukan untuk memaksimalkan potensi nilai nutrisi sebuah bahan pakan, sehingga peranannya tidak dapat diabaikan karena merupakan komponen penting baik dari segi nilai nutrisi maupun biayanya. Tujuan pengolahan pakan yaitu untuk meningkatkan keuntungan, mengubah ukuran partikel, mengubah kadar air, mengubah densitas pakan, meningkatkan palatabilitas, mengubah kandungan nutrien, mempertahankan kualitas selama penyimpanan dan mengurangi kontaminasi. Walaupun teknologi pakan banyak didominasi oleh aspek nutrisi tetapi yang terpenting adalah yang berhubungan dengan aspek manufacturing atau aspek fabrikasi pakan dalam menghasilkan suatu produk. Beberapa sisi penting dari teknologi manufacturing diantaranya yaitu grinding, mixing dan pelleting.

Praktikum Pengantar Fabrikasi Pakan meliputi pembuatan pellet dan kontrol kualitas pakan yang terdiri dari uji kualitas pellet (Durability Pellet), uji kandungan urea, uji kandungan sekam dan uji bulk density. Dengan praktikum tersebut diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang proses pembuatan pellet serta uji-uji yang harus dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan pakan maupun pakan jadi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kontrol Kualitas

Kontrol kualitas merupakan suatu cara untuk mengontrol kualitas suatu hasil produk dalam hal ini pakan ternak untuk memenuhi kebutuhan customer. Konsep total quality adalah hasil produk memenuhi syarat yang dikehendaki, adanya program quality assurance (jaminan mutu) untuk mencegah terjadinya kekeliruan serta standar yang ditetapkan akan selalu memenuhi syarat tanpa cacat setiap saat (Boniran, 1999).

Tujuan kontrol kualitas bahan baku dalah untuk menjamin atau memastikan bahwa spesifikasi minimal kontrak dari kualitas bahan baku sudah sesuai dan terpenuhi. Pengawasan (kontrol kualitas) yang dilakukan dapat memberikan informasi yang tepat tentang kandungan zat makanan dan anti kualitas yang terkandung didalamnya atau racun dari bahan baku, sehingga nilai nutrisi yang diinginkan dari ransum sebagai produk akhir akan didapat dengan baik dan tepat (Agus, 1999).

Menurut Kamal (1997) ada empat metode pengujian kualitas pakan yang dapat dilakukan atau dikerjakan, yaitu: (1) pengujian secara fisik, (2) pengujian pakan secara khemik, (3) pengujian pakan secara kombinasi fisik dan khemik, dan (4) pengujian pakan secara biologi. Keempat pengujian pakan tersebut diatas tidak harus dikerjakan semuanya karena setiap pengujian jelas memerlukan biaya, oleh sebab itu pengerjaannya harus disesuaikan dengan besar kecilnya biaya yang tersedia.

Pada bahan pakan yang baru datang ke pabrik perlu dilakukan pengujian secara fisik untuk mengetahui: (a) kadar air, adanya jamur menunjukan kerusakan akibat tingginya kandungan air; (b) adanya sisa-sisa metal (logam Berat), batu, kotoran dan bahan kontaminan non-biologis lainnya dan; (c) adanya serangga. Kadar air dari pakan asal butiran (sereal) perlu diukur dengan alat pengukur kadar air secara cepat (fast moisture tester) yang tersedia secara komersial. Bahan pakan yang mengandung kadar air lebih dari 13% akan rentan terhadap serangan serangga dan jamur dan hal ini harus disimpan secara terpisah. Sebaliknya, bahan yang tinggi kadar airnya terlebih dahulu dikeringkan sebelum disimpan (Agus, 1999).

Zuprizal (1999) menyatakan untuk mengetahui kandungan nutrient bahan baku pakan dapat dilakukan dengan analisis proksimat. Analisis proksimat dilakukan denagn metode Wendee yang telah ditetapkan oleh Association of Official Analitical Chemist (AOAC, 1990). Dengan metode Wendee dapat diketahui enam fraksi penyusun bahan pakan yaitu kadar air, kadar abu, serat kasar, protein kasar, ekstrak ether, dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (Kamal, 1992).

Mixing

Mixing (pencampuran) merupakan suatu faktor yang penting dalam proses produksi pakan ternak. Pencampuran merupakan suatu proses yang mencakup proses pengadukan dan pengacakan. Pengadukan berarti meningkatkan keseragaman. Pencampuran bertujuan untuk menggabungkan beberapa bahan (komponen) dengan cara menyebarkan bahan dalam pembandingan yang tetap (Agus, 1999).

Pencampuran harus dilakukan dengan benar agar campuran bisa rata sehingga kadar nutrien yang diterima masing-masing ternak sama. Apabila campuran tidak merata maka terjadi ketidakseimbangan nutrien dalam ransum (Widayati, 1996).

Cara mencampur dilakukan dua macam cara yaitu secara manual dan menggunakan mesin (Feedmill).

Pencampuran manual. Pakan dibuat dengan menggunakan alat sederhana dan dengan tangan yang dilakukan di atas lantai. Alat yang digunakan adalah sekop. Dilakukan di atas lantai yang bersih dan rata. Bahan-bahan pakan (sesuai dengan formula) ditimbang, kemudian ditaburkan diatas lantai yang sudah dibersihkan. Bahan-bahan disusun vertikal menurut persentase (bahan yang paling banyak ditempatkan paling bawah), khusus untuk bahan dengan partikel kecil dan sedikit jumlahnya (premix, kapur) sebelum ditaburkan harus dicampur terlebih dahulu (premixing). Pengadukan pertama dilakukan secara acak untuk menyempurnakan pengadukan pertama. Bahan-bahan yang dicampur betul-betul tercampur secara merata dan homogen. Pencampuran dilakukan selama kurang lebih 15 menit maka pakan sudah siap diberikan (Kartadisastra, 1994).

Pencampuran dengan menggunakan mesin (Feedmill). Merupakan pencampuran bahan pakan dengan menggunakan peralatan atau mesin pencampur (mixer). Semua bahan pakan yang diperlukan dimasukkan ke dalam mixer. Untuk bahan pakan yang memiliki partikel yang sangat kecil jumlahnya sedikit (premix, vitamin) dilakukan pencampuran pendahuluan (Premixing) supaya merata (Kartadisastra, 1994).

Pada prinsipnya adalah mencampur komposisi bahan baku secara merata. Semua bahan baku yang sudah ditimbang sesuai dengan perhitungan dimasukkan ke dalam mixer dengan bantuan silinder yang melingkari spiral secara otomatis semakin banyak komposisi bahan baku yang dimasukkan maka semakin beraneka ragam tercampur merata dan bergantian turun ke bawah (Murtidjo, 1987).

Menurut Agus (1998), pencampuran yang sempurna hanya dapat dicapai pada bahan berbentuk cair dan gas. Pada bahan berbentuk padat tidak mungkin dicapai pencampuran yang homogen, karena selama proses pencampuran ada kecenderungan dari partikel yang telah tercampur terpisah kembali. Menurut Tangendjaja (2000) mixing memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan pembuatan ransum yang baik dan efisien. Variasi dalam pengadukan dapat mempengaruhi penampilan ternak yang mengkonsumsinya terutama pada ternak muda, sebab zat gizi dalam ransum harus komplit masuk kedalam tubuh ternak dalam sekali patuk.

PelletingPakan dapat berbentuk pellet atau pil, adalah bentuk ekonomis yang umumnya dibuat pabrik untuk pakan ternak usia dewasa. Keuntungan pemakaian jenis pakan ini ialah untuk meningkatkan konsumsi pakan dan meningkatkan kadar energi metabolisme pakan seperti : komposisi pakan yang mengandung energi metabolisme rendah dan pakan yang memiliki serat kasar tinggi dan mengurangi jumlah pakan terbuang.

Dari segi ekonomis, pemakaian jenis pakan ini akan memperpanjang lama penyimpanan dan menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi pakan yang terkandung dalam komposisi pakan.

Cara sederhana membuat pakan bentuk pellet: 1). Semua bahan baku pakan ternak digiling lembut, selanjutnya diaduk sampai merata, 2). Pakan yang sudah diaduk, diuapi sampai merata proses penguapannya. Selama penguapan dengan panas yang berkisar 80-90oC dari bahan baku jagung dan bekatul yang mengandung zat tepung terjadi pemerasan zat tepung itu langsung jadi perekat, 3). Bila penguapan sudah merata, pakan ditekan dan digiling dengan alat pencetak atau alat penggiling, sehingga keluar bentuk memanjang. Bentuk yang memanjang itu bisa langsung bisa dipotong-potong dengan ukuran 3mm - 5mm. Bila menggunakan alat pengiling, usahakan lubang keluar pada alat ditutup sebagian agar pakan berbentuk memanjang yang keluar tidak saling berhimpitan, 4). Setelah selesai dipotong-potong, pakan pellet yang masih basah dijemur sampai cukup kering, 5). Pakan ternak bentuk pellet yang sudah kering siap diberikan pada ternak (Murtidjo, 1989).

BAB III

MATERI DAN METODE

Materi

Pembuatan PelletAlat. Alat yang digunakan yaitu plastik, ember, mesin pellet.

Bahan. Bahan yang digunakan yaitu bungkil kelapa, dedak halus, jagung giling, minyak, mollases, dan tepung kanji

Uji Kualitas Pellet (Durability Pellet)

Alat. Alat yang digunakan adalah fisher wheller, timbangan dan plastik.

Bahan. Bahan yang digunakan yaitu pakan pellet hasil pelleting.

Uji Kandungan Urea

Alat. Alat yang digunakan yaitu beaker glass 200 ml, petri dish, kertas saring Whatman no 42 dan pipet tetes.

Bahan. Bahan yang digunakan yaitu ekstrak urease, larutan urea 1%, 2%, 3% dan 5% sebagai standar, larutan indikator Bromothymol Blue (BTB) dan aquades serta bahan pakan yang akan diuji.

Uji Kandungan Sekam

Alat. Alat digunakan petri dish dan pipet tetes.

Bahan. Bahan yang digunakan adalah larutan phloroglucinol 1% dan sampel dedak atau bahan pakan yang akan diuji.

Uji Bulk Density (Berat Jenis)

Alat. Alat yang digunakan adalah timbangan analitik dan gelas ukur.

Bahan. Bahan yang digunakan adalah sampel bahan pakan yang akan diuji.

Metode

Pembuatan pellet

Bahan pakan ditimbang dan dicampur sesuai dengan formulasi. Pencampuran bahan pakan dilakukan secara manual. Hasil pencampuran langsung dimasukkan ke dalam mesin pellet yang dilanjutkan dengan proses pemeletan.

Uji Kualitas Pellet (Durability Pellet)

Timbang sampel pellet sebanyak 500 gram dengan menggunakan plastik putih (plastik ditimbang dahulu dan dicatat beratnya). Masukkan pellet ke dalam alat ayakan dan diputar selama 3 menit. Selanjutnya timbang sampel pellet yang tidak hancur dalam ayakan/saringan dan hasilnya dicatat.

Uji Kandungan Urea

Pembuatan ekstrak urease. Kedelai mentah digiling hingga halus (diayak atau disaring). Ambil bubuk kedelai 50g lalu dicampur dengan 200 ml aquades, diaduk-aduk hingga merata kemudian didiamkan semalam. Paginya saring ekstrak urease.

Pembuatan urea test paper. 10 ml ekstrak urease dicampur dengan 10 ml larutan indikator (BTB). Celupkan kertas saring (Whatman no.42) dalam larutan tersebut hingga tercelup merata diseluruh permukaan kertas. Keringkan kertas tersebut dengan cara diangin-anginkan atau dipanaskan. Kertas akan berwarna kuning orange ketika kering.

Pengujian kandungan urea (urea test paper). Teteskan larutan urea standar pada urea test paper. Kemudian letakkan sedikit sampel bahan pakan diatas urea test paper dan tetesi sampel tersebut dengan aquades. Apabila bahan mengandung urea, maka akan ditunjukkan dengan perubahan warna (menjadi warna biru) pada urea test paper. Intensitas warna menunjukkan kuantitas kandungan urea.

Uji Kandungan Sekam

Masukkan sampel bahan pakan ke dalam petri dish, ratakan ke seluruh permukaan petri dish. Teteskan larutan phloroglucinol 1% secara merata ke seluruh permukaan sampel bahan sehingga basah seluruhnya. Perubahan yang akan terjadi apabila bahan mengandung rice hulls (sekam) adalah muncul warna merah pada bahan yang diuji.

Uji Bulk Density

Timbang wadah yang akan digunakan (gelas ukur atau beaker glass). Masukkan sampel bahan pakan kedalam wadah tersebut (padatkan dan usahakan sesedikit mungkin adanya rongga antar bahan pakan). Bandingkan berat sampel dengan volumenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

BAB IV

HASIL DAN Pembahasan

Pelleting

Pada praktikum pembuatan pellet digunakan bahan baku berupa jagung, bungkil kedelai, bekatul, tepung ikan, molases, tepung tapioka dan minyak. Jagung, bungkil kedelai dan tepung ikan sebagai sumber protein. Bekatul dan tepung tapioka berguna agar pellet yang dibuat mempunyai daya rekat setelah dipanaskan dan minyak dan molases sebagai bahan peningkat palatabilitas dan bahan perekat.

Pada proses pembuatan pellet metode yang digunakan yaitu dengan cara bahan pakan yang digunakan untuk membuat pellet ditimbang sesuai dengan proporsinya setelah itu bahan yang sudah ada direkatkan dengan menggunakan air panas dimana salah satu penyusun pellet menggunakan tepung tapioka sehingga ketika dalam keadaan panas bahan tersebut akan mengikat bahan yang lain sehingga dalam pencetakan nanti pellet yang dihasilkan lebih kompak. Tetapi, perlu diketahui bahwa penambahan air panas jangan sampai kelebihan atau kurang karena hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas pellet yang dihasilkan. Setelah semua bahan pakan tercampur maka pellet siap dicetak dengan menggunakan mesin pellet.

Hasil pembuatan pellet yang dilakukan mengalami kegagalan dan setelah diperhatikan ternyata terjadi kesalahan yaitu kurangnya kadar air sehingga pellet yang dihasilkan tidak sesuai ukuran screen dan tidak bisa merekat atau daya rekat antar partikel rendah. Selain itu karena keadaan campuran bahan pakan kurang kandungan air sehingga hal ini menyebabkan kemacetan pada alat pelleting.

Durability Pellet

Pada uji kualitas pellet (durability pellet) ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui ketahanan dari pellet terhadap ayakan dimana semakin tahan terhadap ayakan maka kualitas pellet tersebut semakin baik. Dalam praktikum ini digunakan 2 jenis pellet yaitu pellet yang dibuat oleh pabrik pakan dan pellet yang dibuat waktu praktikum. Dari hasil pengujian diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pengujian Kualitas PelletNopellet pabrikpellet hasil praktikum

Persentase

(%)Berat Sampel + PlastikPersentase

(%)Berat Sampel + Plastik

65,68198,85,95198,1

50,00721,70,01761,3

40,001921,50,00600,9

30,001441,50,00150,6

20,001921,50,00300,8

10,000481,50,0010080,8

001,801,2

Untuk tiap-tiap sampel yang digunakan sebesar 200 gram dimana berat plastik sebesar 1,4 gram untuk pellet pabrik dan 1,3 gram untuk pellet hasil praktikum. Pellet yang akan diuji kekuatannya dimasukkan dalam alat yang disebut Fisher Willer, dimana ada 7 buah tingkatan yang semakin ke bawah semakin kecil. Untuk tiap-tiap sampel dilakukan pengayakan selama 3 menit. Prinsip kerja dari alat ini yaitu mengguncang dari pellet yang ada sehingga apabila pellet yang memiliki ketahanan yang rendah akan hancur lebih mudah untuk hancur.

Berdasarkan hasil pengayakan tersebut nantinya akan dihasilkan 3 kategori ukuran yaitu kasar, medium, dan halus. Hal ini karena alat ini (fisher willer) dilengkapi dengan ayakan (screen) sehingga sampel dilewatkan ayakan tersebut dan penampung. Pada praktikum ini kedua sampel yaitu pellet dari pabrik dan pellet yang dibuat saat praktikum termasuk dalam kategori medium (dengan skor 6).

Penentuan kategori dengan alat ini hampir sama prinsip kerjanya dengan menggunakan Modulus of Uniformity dan Modulus of Fineness. Untuk Uniformity diekspresikan ratio tiga bentuk yang diindikasikan proporsi hasil penggilingan kasar, medium dan halus sedangkan untuk Modulus of Fineness ini berdasarkan hasil perhitungan dan kemudian dibandingkan ke tabel (indeks) yang telah ada (Utomo, 2005).

Perbedaan ketahanan atau kekuatan pellet ini dipengaruhi oleh proses pembuatan. Proses pembuatan ini meliputi bahan yang digunakan, keadaan campuran apakah terlalu kering atau terlalu basah, dan alat yang digunakan (Agus,1999).

Tabel 2. Hasil Uji Kandungan Urea

NoJenis Bahan Kandungan

Urea %Hasil Praktikum

(Warna)Keterangan

1Tepung ikan Chili-Coklat warna asliTdk ada kandungan urea

2Mineral Elektrolit>5Biru pekatAda kandungan urea

3Konsentrat HQFS1Biru mudaAda kandungan urea

4Jagung giling-Warna seperti asliTdk ada kandungan urea

5Bungkil kedelai-Warna seperti asliTdk ada kandungan urea

6Wheat bran-Warna seperti asliTdk ada kandungan urea

7Bekatul-Warna seperti asliTdk ada kandungan urea

8Bungkil kalapa-Warna seperti asliTdk ada kandungan urea

9Konsentrat ayam1Biru mudaAda kandungan urea

Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui kandungan urea dari berbagai bahan pakan,dengan menggunakan urea test paper.dari percobaan diatas didapat bahwa beberapa bahan pakan yang mengandung urea dan ada yang tidak mengandung urea.

Pada uji urea dengan bahan pakan tepung ikan yang berasal dari Chili tidak mengindikasikan adanya perubahan warna ini berarti bahwa pada bahan pakan tersebut tidak mengandung urea, lain halnya pada pengujian dengan bahan pakan mineral elektrolit terjadi perubahan warana asli menjadi biru pekat ini mengindikasikan bahwa dalam mineral elektrolit mengandung urea 5%, bagitu juga pada konsentrat HQFS dan konsentrat ayam terjadi perubahan warna meskipun tidak sepekat pada mineral elektrolit ini mengindikasikan bahwa pada konsentrat HQFS dan konsentrat ayam mengndung urea yang kadarnya 1% ini didapat dengan membandingkan perubahan warna yang terjadi dengan warna pada standar yang terlebih dahulu dibuat

Pada pengujian dengan menggunakan bahan pakan jagung giling, bungkil kedelai, wheat bran, bekatul dan bungkil kelapa tidak terjadi perubahan warna ini mengindikasikan bahwa pada bahan pakan tersebut tidak mengandung urea.

Tabel 3. Hasil Uji Kandungan Sekam

NoJenis bahan pakanHasil praktikum

(warna)Keterangan

1BekatulMerahTerdapat sekam

2Wheat pollardMerahTerdapat sekam

3Wheat brandMerahTerdapat sekam

4Tepung ikan Seperti warna asliTidak terdapat sekam

5Jagung gilingSeperti warna asliTidak terdapat sekam

6Bungkil kedelaiSeperti warna asliTidak terdapat sekam

7Bungkil kelapaSeperti warna asliTidak terdapat sekam

8Konsentrat ayamSeperti warna asliTidak terdapat sekam

9Konsentrat HQFSSeperti warna asliTidak terdapat sekam

Pada uji kandungan sekam larutan yang digunakan adalah phloroglucinol 1% larutan ini mengindikasikan bahwa bahan pakan yang mengandung sekam setelah ditetesi larutan phloroglucinol 1% akan berubah warnanya menjadi merah.

Pada pegujian dengan menggunakan bahan pakan bekatul, wheat pollard, dan wheat brand terjadi perubahan warna dari warna asli menjadi merah , setelah ditetesi phloroglucinol 1% ini mengindikasikan bahwa pada bahan pakan tersebut mengandung sekam, sedangkan pada bahan pakan tepung ikan, jagung giling, bungkil kedelai, bungkil kelapa, konsentrat ayam, konsentrat HQFS, setelah ditetesi phloroglucinol 1% tidak terjadi perubahan warna ini mengindikasikan bahwa pada bahan pakan tersebut tidak mengandung sekam.

Tabel 4. Hasil Uji Bulk Density Bahan Pakan

NoBahan pakanBulk density hasil pengukuranBulk density standart (gram/ltr)

12rerata

1Jagung giling179,3178,8179,05521,5

2Bungkil kedelai192,8197,2195681

3Bekatul171172,1171,55446,5

4Tepung ikan180,2182,3181,25543,5

5Wheat pollard164,1163,3163,7368

Bulk density merupakan salah satu metode penetuan kualitas bahan pakan sebelum dilakukan analisis kimia yang mendasarkan pada ukuran berat bahan pakan per satuan volume (g/l). Dalam uji bulk density alat yang digunakan adalah timbangan analitik dan gelas ukur. Sebelum dilakukan uji gelas ukur ditimbang terlebih dahulu . Dalam praktikum yang dilakukan ada beberapa bahan pakan yang diuji bulk density antara lain jagung giling, bungkil kedelai, bekatul, tepung ikan, wheat pollard dengan masing-masing hasilnya adalah 521,5; 681; 446,5; 543,5 dan 368 dengan berat gelas ukur 126,9 gram. Didalam bahan pakan yang dilakukan uji bulk density, setelah dibandingkan dengan standar bulk density, ada beberapa bahan pakan yang tidak sesuai atau melebihi standar bulk density, misalnya jagung giling dan bungkil kedelai yang melebihi dari standarnya. Ini mungkin adanya suatu kontaminasi atau pencemaran dengan bahan lain atau adanya suatu rongga udara waktu ada dalam gelas ukur atau kurang padat. Uji bulk density digunakan untuk meminimalkan pemalsuan bahan pakan dan juga untuk memprediksi kapasitas tampung gudang, mengetahui hubungan antara ukuran partikel dengan volume bahan pakan dan sebagai keterangan dalam pembelian bahan pakan

KESIMPULAN

Pelleting. Dalam pembuatan pellet, campuran bahan pakan yang digunakan ternyata kekurangan kandungan air sehingga campuran bahan pakan terlalu kering dan ini mengakibatkan pada saat proses pelleting tidak terbentuk pellet sesuai yang diinginkan.

Durrability pellet. Pellet yang digunakan dalam uji ini ada 2 macam yaitu pellet buatan pabrik dan pellet buatan saat praktikum. Dari hasil pengujian ternyata diperoleh bahwa kualitas pellet unutk keduanya memiliki kualitas medium yaitu dengan skor 6. Dengan demikian pellet yang digunakan kualitasnya termasuk medium.

Uji kandungan urea. Dalam uji ini bahan pakan yang mengandung urea paling banyak yaitu bahan pakan yang berupa mineral elektrolit dimana kandungan ureanya lebih dari 5% yang ditunjukkan dengan warna biru pekat. Sedangkan bahan pakan yang mengandung urea berikutnya yaitu konsentrat HQFS dan konsentrat ayam dengan kandungan urea sebesar 1%. Untuk bahan pakan tepung ikan chilli, jagung giling, bungkil kedelai, wheat brand, bekatul dan bungkil kelapa.

Uji kandungan sekam. Dari beberapa bahan pakan yang diujikan ternyata bahan pakan yang mengandung sekam yaitu bakatul, wheat pollard dan wheat brand yang ditunjukkan terjadi perubahan warna merah setelah dites dengan phloroglucinol 1%. Sdangkan bahan pakan yang tidak mengandung sekam yaitu tepung ikan, jagung giling, bungkil kedelai, bungkil kelapa, konsentrat ayam dan konsentrat HQFS dimana setelah penambahan phloroglucinol 1% tidak terjadi perubahan warna sehingga warna tetap seperti aslinya.

Bulk density. Dari bahan pakan yang diujikan, bahan pakan yang meiliki bulk density dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu bungkil kedelai sebesar 681 gram/liter; tepung ikan sebesar 543,5 gram/liter; jagung giling sebesar 521,5 gram/liter; bekatul sebesar 446,5 gram/liter; dan wheat pollard sebesar 368 gram/liter. Dengan hasil tersebut diketahui semakin tinggi nilai bulk density maka semakin banyak tempat (gudang) yang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan pakan dalam suatu pabrik.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, A. 1998. Pengawasan Mutu Pakan. Fakultas Peternakan. UGM. Yogyakarta.

Agus, A. 1999. Teknologi Pakan Konsentrat. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Boniran, S. 1999. Quality control untuk bahan baku dan produk akhir pakan ternak. Lokakarya Feed Quality Management. Badan Penelitian Peternakan dan American Soybean Association.

Kamal, M. 1997. Kontrol Kualitas Pakan Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Kartadisastra, H. R. 1994. Pengolahan Pakan Ayam. Cetakan Letiga. Kanisius. Yogyakrata.Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Cetakan Keempat. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Tangendjaja, B. 2000. Pengadukan Pakan (mixing). Feed Production Course. American Soybean Association.Utomo, R. 2005. Kuliah Pengantar Fabrikasi Pakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Widayati, Eti, Widalestari dan Yanti. 1992. Limbah Untuk Pakan Ternak Edisi I. Trubus Agri Sarana. Surabaya.

BAB I

PENDAHULUAN

Meningkatnya kebutuhan protein hewani menyebabkan berkembangnya usaha peternakan nasional yang kemudian menyebabkan naiknya kebutuhan pakan ternak. Tahun 1979 merupakan titik awal berdirinya beberapa pabrik pakan ternak. Titik balik dan perkembangan yang cerah terjadi setelah tahun 1980 dimana pabrik pakan ternak yang baru mulai bermunculan (Rasyaf,1990).

Faktor pakan merupakan faktor terbanyak menyerap investasi dengan mengambil kontribusi sebagai biaya ransum sebesar 70 % biaya produksi. Oleh karena itu perlu mendapat perhatian para peternak dalam usaha menekan dan menurunkannya hingga 55-60%. Usaha penurunan dari biaya produksi akan mengakibatkan diperolehnya keuntungan yang lebih tinggi (Kartadisastra,1994).

Pembuatan pakan dapat dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tangan yang dilakukan di atas lantai dan dengan menggunakan alat-alat sederhana maupun dengan mesin (feedmill). Feedmill merupakan serangkaian mesin-mesin pembuat pakan yang bekerja secara kompak dan lengkap. Mesin pembuat pakan terdiri dari mesin penggiling (hammer mill), mesin penimbang (weigher), mesin pemusing (cyclone), mesin pemindah bahan pakan (auger), mesin penghembus (blower), mesin pencampur (mixer) dan mesin pembuat pellet (Kartadisastra,1994).

Pembuatan pakan dengan feedmill pada dasarnya dibagi dalam dua tahap yaitu transportasi bahan pakan dan pembuatan pakan (mash making dan pelleting). Pembuatan pakan meliputi empat tahap kegiatan yaitu: 1) Persiapan bahan pakan, yaitu penimbangan bahan pakan sesuai dengan formula; 2) Penggilingan bahan pakan, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk mengubah bentuk bahan pakan ke bentuk yang lebih kecil; 3) pencampuran bahan pakan, yaitu proses mencampur bahan pakan yang dilakukan dalam mesin pencampur, pencampuran pendahuluan perlu dilakukan untuk bahan pakan yang jumlahnya sedikit dan berukuran partikel kecil (misalnya vitamin) sehingga akan diperoleh campuran bahan pakan yang merata; 4) pengepakan, yaitu dengan menggunakan karung plastik dengan berat 50kg/karung, kemudian diikat dan dijahit (Kartadisastra,1994).

Kualitas bahan pakan dalam industri pakan ternak akan menentukan kualitas produksi akhir sehingga kontrol kualitas sangat di perlukan. Kontrol kualitas meliputi: (1) kontrol kualitas bahan baku, (2) kontrol kualitas selama proses penyimpanan dan proses produksi serta, (3) kontrol kualitas produk akhir, semua kontrol kualitas ini harus lengkap dilakukan karena semua bahan baku yang digunakan akan bercampur selama proses produksi dan disimpan sebagai pakan jadi (Khalil dan Suryahadi,1997).

BAB II

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah PT. Siba Prima Utama Feedmill

PT Siba Prima Utama Feedmill merupakan perusahaan yang memproduksi pakan ayam petelur (layer). Perusahaan ini didirikan pada bulan Januari 1995 di Klaten oleh 2 pemegang saham yaitu Bapak Paulus Slamet dan Bapak Lilik Sugiarto yaitu seorang peternak yang memiliki 6000 ayam petelur di Sukoharjo dan 10 flock (30.000) ayam broiler di Karang Anyar. Bermula dari hal tersebut maka timbul gagasan untuk membuat pakan ayam sendiri dengan mencoba berbagai macam bentuk formulasi ransum. Formula yang diuji cobakan selalu berganti-ganti, akhirnya ditemukan suatu formula yang paling efektif untuk ayam petelur. Formula tersebut digunakan sebagai standar ransum di PT Siba Prima Feedmill sampai saat ini. Pada mulanya perusahaan hanya memproduksi pakan untuk ayam sendiri, tetapi karena permintaan pakan dari saudara dekat sesama peternak, tetangga semakin meningkat maka farm layer dijual dan berkonsentrasi pada pembuatan pakan.

PT Siba Prima Utama Feedmill masih tergolong sebagai industri rumah tangga jika dilihat dari jumlah tenaga kerja, produksi pakan yang hanya dilakukan bila ada pesanan dan sistem pemasaran yang bersifat kekeluargaan (antar peternak dan antar kenalan). PT Siba Prima Utama Feedmill dahulunya selain memproduksi pakan ayam layer juga memproduksi pakan babi dan pakan broiler. Namun dalam perkembangannya pakan yang laku atau dipesan kebanyakan pelanggan adalah pakan ayam layer sehingga produksi pakan babi dan broiler dihentikan selain itu di sebabkan karena kurangnya fasilitas mesin untuk mencampur dan menggiling pakan.

Permintaan produk pakan dari peternak terus mengalami peningkatan sehingga bila tidak melakukan perluasan lahan maka tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan. Akhirnya pemilik perusahaan mengambil langkah dengan membangun pabrik baru di daerah Karang Anyar tepatnya di Dusun Ngringo, Karang Anyar, Solo menempati area lahan seluas 5000 m2. Pada tanggal 24 Desember 2003 perusahaan sudah resmi beroperasi di Karang Anyar. Setelah pindah di Karang Anyar perusahaan dipimpin oleh Bapak Lilik Sugiarto sekaligus sebagai pemegang saham. Alasan memilih daerah Karang Anyar Solo karena daerah tersebut merupakan daerah industri sehingga sangat cocok untuk mengembangkan usaha yang lebih besar. Selain itu lokasinya yang sangat strategis karena berada didekat jalan raya sehingga memudahkan transportasi bahan baku maupun pengiriman produk.

Visi dan Misi

Visi

Visi dari perusahaan ini adalah sebagai perusahaan yang bergerak di bidang produksi pakan, yang mampu menyediakan pakan ayam petelur secara berkesinambungan dengan kualitas yang baik.

Misi

Misi perusahaan dalam mengembangkan perusahaannya adalah sebagai lahan usaha untuk mencari profit atau keuntungan. Selain itu perusahaan juga berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka lapangan pekerjaan baru.

BAB III

PEMBAHASAN

Proses Produksi

PT. Siba Prima Utama Feedmill merupakan suatu perusahaan yang memproduksi pakan jadi untuk ayam layer. Dalam menjalankan usahanya melibatkan berbagi proses antara lain: pengadaan bahan baku, proses produksi, pemasaran, serta pendistribusian. Dalam proses produksi menggunakan berbagai alat seperti: mixer, grinder, oven, mesin pengayak, timbangan dan lain-lain.

Bahan baku yang masuk sebelum diproses dilakukan pengontrolan terhadap kualitasnya dan apabila kualitasnya memenuhi maka bahan pakan tersebut diproses lebih lanjut. Sebelum pencampuran bahan pakan, bahan pakan yang masih berupa butiran harus di pecah sehingga menjadi lebih kecil dan halus. Setelah ukurannya berubah maka dalam proses mixing akan didapatkan campuran yang homogen. Pencampuran tersebut disesuaikan dengan formulasi yang telah ditentukan. Proses pencampuran membutuhkan waktu sekitar 5-7 menit.

Setelah pencampuran selesai produk pakan dikemas dalam zak, dimana 1 zak seberat 50 kg. Kemudian zak-zak pakan tersebut dijahit dan siap untuk didistribusikan.

GrindingUntuk melakukan proses penggilingan (grinding) bahan pakan PT Siba Prima Utama Feedmill memiliki 3 buah hammer mill dengan 2 macam screen yaitu 2-3 mm dan 5-6 mm. Kapasitas mesin penggilingan dengan screen 2 mm digunakan untuk produk pakan petelur grower dan pakan konsentrat sedangkan penggilingan dengan screen 5 mm digunakan untuk produk pakan petelur produksi. Masing-masing hammer mill dilengkapi dengan sebuah blower yang berfungsi untuk memisahkan kotoran yang terdapat pada bahan pakan sehingga diperoleh hasil gilingan yang bersih dan bebas dari kotoran.

Bahan pakan yang ada di perusahaan yang biasa digiling adalah jagung, sorghum. Menurut Agus (1999) tujuan penggilingan adalah meningkatkan luas permukaan, memudahkan penanganan, memudahkan pencampuran, meningkatkan efisiensi pembuatan pellet serta menarik pemakai atau peternak meskipun dengan alasan yang kurang jelas.

Mixing

Mixing merupakan usaha untuk meratakan ingredient sehingga setiap bagian kecil dari campuran mempunyai proporsi sama seperti atau sebagaimana proporsi awalnya. Lama tidaknya waktu yang dicampurkan. Semakin sedikit jumlah bahan pakan yang dicampur, maka semakin kecil waktu yang dipakai. Khalil dan Suryahadi (1997) menyatakan bahwa tujuan pencampuran adalah untuk mengkombinasikan kedua proses yaitu pengacakan bahan pakan yang berbeda menjadi bahan dalam bentuk campuran. Pada tahap ini dilakukan pencampuran bahan baku yang sudah digiling atau sudah halus sesuai dengan formula yang sudah dibuat. Tujuan pencampuran adalah untuk mendapatkan hasil yang homogen dari dua atau lebih bahan baku.

Hasil pencampuran yang baik akan meningkatkan penampilan ternak karena jika pencampuran tidak merata maka ternak ada yang berlebihan dan kekurangan nutrien dari pakan. Pencampuran bahan baku konsentrat yang ada di PT. Siba Prima dilakukan dengan vertikal mixer dengan kapasitas 4-5 ton setiiap kali pencampuran dengan produksi perhari rata-rata 100-104 selama 6-8 jam. Pencampuran dilakukan oleh tenaga produksi dimana karyawan gudang ini menggunakan sistem pencampuran bahan mikro. Kemudian diikuti dengan bahan makro dan proses pencampuran itu dilakukan secara borongan sehingga motivasi mereka adalah untuk mendapatkan produk pakan jadi sebanyak-banyaknya, namun kualitas kerjanya belum tentu baik. Oleh karena itu perusahaan harus menempatkan karyawan sesuai dengan bidangnya dan karyawan harus mengerti tentang arti pentingnya pencampuran pakan yang homogen. Pencampuran bahan baku konsentrat perlu pengkajian yang lebih mendalam karena hasil pencampuran akan mempengaruhi produktivitas ternak.

Pencampuran yang baik adalah pencampuran yang benar-benar homogen artinya semua bahan baku konsentrat tercampur secara merata baik bahan makro maupun mikro. Pencampuran bahan mikro perlu diperhatikan karena dapat berakibat buruk pada ternak, misalnya pencampuran urea tidak homogen akan berakibat menimbulkan keracunan pada ternak yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan urea paling tinggi, sebaiknya jika ternak mendapat urea maka akan kekurangan kebutuhan protein kasarnya. Pada prinsipnya mixing adalah mencampur bahan baku secara merata, semua bahan yang sudah ditimbang sesuai dengan perhitungan dimasukkan kedalam mixer dengan bantuan silinder yang melingkari spiral secara otomatis semakin banyak komposisi bahan baku yang dimasukkan maka semakin beraneka ragam tercampur merata dan bergantian turun kebawah (bolak-balik) (Murtidjo, 1987).

Cara mencampur ada 2 macam cara yaitu secara manual dan menggunakan mesin. Pada pencampuran manual, pakan dicampur dengan alat sederhana dan dengan tangan yang dilakukan diatas lantai yang bersih dan rata, biasanya alat yang digunakan adalah sekop. Di PT. Siba Prima dalam pencampuran bahan pakan menggunakan mesin. Pada pencampuran menggunakan mesin yang merupakan pencampuran bahan pakan dengan menggunaskan peralatan atau mesin pencampur (mixer), semua bahan pakan yang diperlukan dimasukkan kedalam mixer. Untuk bahan pakan memiliki ukuran partikel yang sangat kecil dan jumlahnya sedikit (premix, urea) dilakukan pencampuran pendahuluan (premixing) supaya merata (Kartadisastra, 1994). Setelah mikro mineral tercampur tahap selanjutnya yaitu pencampuran bahan makro. Urutan pencampuran yang pertama yaitu jagung giling, sorgum, bekatul, baru kemudian mikro mineral yang telah tercampur. Proses mixing membutuhkan waktu sekitar 5-7 menit. Dengan waktu tersebut diharapkan semua bahan pakan sudah tercampur homogen.

Kontrol Kualitas

Kontrol kualitas bertujuan untuk menjamin bahwa kualitas bahan pakan terpenuhi dan memberikan informasi yang tepat tentang kandungan nutrien dan nilai zat anti nutritif yang diinginkan dalam produk akhir dapat diperoleh dengan baik (Khalil dan Suryahadi, 1997). Pengawasan mutu dalam industri pakan ternak tidak hanya terbatas pada kualitas bahan baku saja, tetapi juga pengontrolan perubahan kualitas bahan baku selama penyimpanan, pada saat proses produksi dan kontrol kualitas produk akhir.

Tabel 5. Standar Pakan Jadi Yang Digunakan PT. Siba Prima Utama FeedmillJenisAir

(%)PK

(%)LK (%)SK (%)Abu

(%)Energi (Kcal/kg)

L-1/L-1 KSMax 1217,5-18,54-54-512-132700-2750

L-19Max 1218,5-19,54-54-512-132700-2750

C-435Max 1133-343-43-430-321800-1950

Kontrol kualitas yang dilakukan oleh PT. Siba Prima Utama Feedmill meliputi kontrol kualitas secara fisik (organoleptik), analisis kimia, dan mikroskopik.

Pengawasan fisik terhadap bahan baku dilakukan pada saat bahan baku dan memutuskan diterima tidaknya bahan baku tersebut. Pengawasan fisik meliputi analisis kadar air, warna, bau, rasa dan tekstur bahan baku. Bahan baku seperti jagung dianalisis kadar air dengan menggunakan tera tester, sedangkan wheat pollard, bungkil kedelai,biji batu cukup dianalisis secara visual saja. Bahan baku seperti tepung ikan (fish meal), tepung daging dan tulang (meat bone meal) dan tepung daging unggas (poultry meat meal) selain dianalisis secara visual juga masih harus dianalisis di laboratorium Quality Control. Untuk bekatul secara visual terkadang juga dianalisis kadar sekamnya.

Kontrol kualitas di laboratorium dilakukan untuk bahan baku seperti tepung ikan (fish meal), tepung daging dan tulang (meat bone meal) dan tepung daging unggas (poultry meat meal). Di PT. Siba Prima Utama Feedmill mempunyai laboratorium Quality Control, Research and development untuk menganalisis bahan baku yang meliputi analisis mikroskopis dan analisis proksimat. Analisis mikroskopis dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik bahan baku secara lebih jelas dan untuk mengetahui adanya kontaminan, misalnya adanya serangga, ulat, jamur maupun benda-benda asing lainnya. Analisis proksimat yang dilakukan tidak lengkap, yang terpenting dan setiap hari dailakukan adalah menghitung kadar protein kasar dan kadar air, fraksi yang lainnya seperti serat kasar, lemak kasar, kadar abu, dilakukan hanya tiap minggu,untuk standarisasi hasil laboratorium PT. Siba Prima Utama Feedmill bekerja sama dengan UGM. Bahan pakan yang dianalisis proksimat antara lain tepung ikan dan bungkil kedelai. Sedangkan untuk analisis mikroskopik bahan pakan yang biasa dianalisis yaitu bekatul, tepung ikan dan masih banyak lagi yang lain. Untuk analisis pakan dilakukan setiap seminggu sekali kecuali jika terjadi perubahan formula pakan.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

PT. Siba Prima Utama Feedmill merupakan perusahaan yang memproduksi pakan ayam petelur (layer). Perusahaan ini ddirikan pada bulan Januari 1995 di Klaten dan pada tanggal 24 Desember 2003 perusahaan tersebut pindah di daerah Karang Anyar, Solo.

Dalam memproduksi pakan, PT. Siba Prima Utama Feedmill melakukan serangkaia proses produksi mulai dari pengadaan bahan baku, pengawasan (Controlling) sampai pada proses pemarasarannya. Untuk pengadaan bahan baku didatangkan dari daerah sekitar perusahaan seperti Boyolali, Purwodadi, Klaten dan apabila bahan bakunya belum mencukupi perusahaan ini malakukan impor bahan baku.

Kontrol kualitas yang dilakukan oleh PT. Siba Prima Utama Feedmill meliputi kontrol kualitas secara fisik maliputi analisis kadar air, warna, bau, rasa dan tekstur bahan baku. Setelah semua bahan baku yang masuk diterima kemudian bahan tersebut masuk ke gudang dan dilakukan proses selanjutnya. Sebelum proses mixing untuk bahan pakan yang masih berupa butiran seperti jagung terlebih dahulu di pecah dengan menggunkan mesin grinder dan kemudian sesuai dengan formulasinya dilakukan proses mixing.

Produk pakan yang dihasilkan PT. Siba Prima antara lain L-1/L 1-KS, L-19 dan C-435. daerah pemasaran produk ini meliputi peternak di daerah terdekat seperti Boyolali, Klaten dan ada juga Yogyakarta. Memang untuk produk dari PT. Siba Prima Utama belum dijual secara bebas tetapi hanya dilakukan untuk yang memesan pakan tersebut. Selain dikirmkan ke daerah lain pakan yang diproduksi perusahaan ini diterapkan kepada ayam yang dipelihara sendiri oleh perusahaan ini sehingga mutu dan kualitas dari pakan yang dihasilkan tetap terjamin.

Saran

Pemasaran produk bahan pakan di PT. Siba Prima Utama Feedmill sebaiknya di seluruh daerah, tidak hanya pada peternak yang memesan ke perusahaan. Dengan demikian produk pakan jadi dari PT. Siba Prima Utama Feedmill akan banyak dikenal dan bahkan mungkin digunakan oleh peternak yang sebelumnya belum mengenal produk dari PT. Siba Prima Utama Feedmill.

DAFTAR PUSTAKA

Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Kartadisastra, H.R. 1994. Pengolahan Pakan Ayam. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Khalil dan Suryahadi. 1997. Pengawasan Mutu dalam Industri Pakan Ternak. Poultry Indonesia. No. 213. November. Jakarta.

Siregar, A. P., M. Sabrani dan P. Suroprawiro. 1982. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Cetakan ke 2. Margie Group. Jakarta.

Zuprizal dan M. Kamal. 2000. Ransum unggas. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

LAMPIRAN

Lampiran. 1 Uji Durability Pellet

@ Pellet pabrik

rumus=

6 =

= 94,76/100 x 6

= 5,68

5 =

= 0,144/100 x 5

= 0,0072

4 =

= 0,048/100 x 4

= 0,00192

3 =

= 0,048/100 x 3

= 0,00144

2 =

= 0,0960/100 x 2

= 0,00192

1 =

= 0,048/100 x 1

= 0,00048

Total = 5,68 + 0,0072 + 0,00192 + 0,00144 + 0,00192 + 0,00048 + 0

= 5,69

@ Pellet Hasil Praktikum

6 =

= 99,19/100 x 6

= 5,95

5 =

= 0,3528/100 x 5

= 0,0176

4 =

= 0,151/100 x 4

= 0,0060

3 =

= 0,050/100 x 3

= 0,0015

2 =

= 0,151/100 x 2

= 0,0030

1 =

= 0,1008/100 x 1

= 0,001008

Total = 5,95 + 0,0176 + 0,0060 + 0,0015 + 0,0030 + 0,001008

= 5,979

Lampiran 2. Uji Bulk Density

Jagung Giling

Bungkil Kedelai

Bekatul

Tepung Ikan

Wheat Pollard

UREA MOLASSES BLOCKTinjauan PustakaUMB merupakan campuran beberapa bahan pakan denganmolassesdan urea yang dibuat dalam bentuk blok. Pakan yang berbentuk blok memudahkan pengangkutan pakan dan pemberian kepada ternak. UMB dapat dibuat dengan beberapa komposisi dan kandungan urea danmolassesyang berbeda sesuai dengan kebutuhan ternak (Onwuku, 1999). Urea di dalam pakan sebagai non protein nitrogen yang dapat digunakan sebagai sumber amonia yang dapat digunakan oleh mikrobia dalam rumen (Cheeke, 2005).

Molassesmerupakan limbah hasil dari pabrik gula tebu, praktis tidak mengandung protein tetapi kaya karbohidrat yang mudah dicerna.Molassesdapat digunakan sebagai pakan secara langsung atau setelah mengalami proses pengolahan.Molassesmerupakan sumber energi yang tinggi karena kadar karbohidratnya tinggi. Kadar mineralnya pun cukup tinggi, juga mempunyai rasa yang disukai oleh ternak (Lubis, 1992).

Molassesmerupakan bahan sisa dari industri gula yang banyak dijumpai di samping hasil utamanya. Dari berbagai bahan sisa yang dihasilkan industri gula,molassesmerupakan bahan dasar yang berharga sekali untuk industri dengan fermentasi.Molassesadalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari pengkristalan gula pasir.Molassestidak dapat dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan.Molassesmerupakan produk limbah dari industri gula di mana produk ini masih banyak mengandung gula dan asam-asam organik, sehingga merupakan bahan baku yang sangat baik untuk pembuatan etanol. Bahan ini merupakan produk sampingan yang dihasilkan selama proses pemutihan gula. Kandungan gula darimolassesterutama sukrosa berkisar 40 sampai 55% (Musofie, 2008).

Proses dalam pembuatan UMB bisa dilakukan dengan dua cara yaitu metode panas dan metode dingin. Metode panas yaitu dengan cara mendidihkanmolassesterlebih dahulu kemudian dicampur dengan bahan pakan, lalu diaduk dan dituang dalam cetakan sehingga membentuk blok. Metode dingin yaitu menggunakanmolassesyang langsung dicampur ke dalam bahan pakan lalu dicetak. Kedua menggunakan (Kamal, 1998).

Bahan utama untuk membuat UMB adalahmolassessebagai sumber energi.Molassesmerupakan bahan pakan sumber energi karena banyak mengandung pati dan gula. Kecernaanya tinggi dan bersifat palatable. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar airnya 78 sampai 86%, gula 77%, abu 10,5%, protein kasar 3,5%, dan TDN 72% (Utomo dan Soejono, 2001).

Hasildan PembahasanBerdasarkan hasil praktikum pembuatanUrea Molasses Block(UMB) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.1. Hasil pembuatan UMB

NoParameter Pengamatan UMBMetode Pembuatan UMB

Metode DinginMetode Panas

0 hari7 hari0 hari7 hari

1BauManisManisManisHarum, manis

2WarnaCoklat tuaCoklat gelapCoklat tuaCoklat gelap

3TeksturKasarKasar, lebih keringLebih halus, lengketLebih padat, lebih kenyal

Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa hasil UMB melalui metode dipanaskan menjadi lebih harum, lebih padat dan lebih kenyal. Hal ini dikarenakan molasses yang dipanaskan dapat mengikat seluruh bahan yang digunakan dalam pembuatan konsentrat agar lebih kompak dan padat. Pemanasan molasses mampu membuat molasses membentuk gelatin.

Diketahui bahwa kadar pati molasses sebesar 10%. Jika suspensi pati dalam air dipanaskan, air akan menembus lapisan luar granula dan granula ini mulai menggelembung. Hal tersebut terjadi saat temperatur meningkat dari 60C sampai 85C. Granula-granula dapat menggelembung hingga volumenya lima kali lipat volume semula. Ketika ukuran granula pati membesar, campurannya menjadi kental. Pada suhu kira-kira 85C granula patipecah dan isinya terdispersi merata ke seluruh air di sekelilingnya. Molekul berantai panjang mulai membuka atau terurai dan campuran pati atau air menjadi makin kental, membentuk sol. Pada pendinginan, jika perbandingan pati dan air cukup besar, molekul pati membentuk jaringan dengan molekul air terkurung didalamnya sehingga terbentuk gel. Keseluruhan proses ini dinamakan gelatinisasi (Gaman, 1992).

Dalam pembentukan UMB dengan cara panas akan memperoleh bentuk UMB yang lebih kenyal dan padat. Menurut Cheeke (2005), UMB yang bermutu memiliki warna coklat matang, bau aroma khas molasses, rasa asam, manis, dan gurih, nilai pH 3,5 sampai 4,2 dan memiliki tekstur padat, kenyal, kesat dan tidak berlendir. UMB yang tidak bermutu memiliki warna belang dan terdapat bintik putih, bau busuk, rasa sangat asam, pH lebih dari 4,2 dan teksturnya bergumpal, pecah, basah dan berlendir.

UMB banyak dimanfaatkan sebagai tambahan pakan untuk ternak ruminansia.Molassesberguna untuk mengurangi debu, sebagai perekat pada pellet dan sebagaiadditive. Bentuk suplemen UMB yang keras dan kompak merupakan bentuk yang biasa digunakan agar awet dan ternak mengkonsumsi UMB ini dengan cara menjilati sehingga suplemen ini sering disebut juga permen sapi (Pondetal., 1995).

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HIJAUANTinjauan PustakaAmoniasiJerami adalah bagian batang tumbuh yang setelah dipanen bulir-bulir buah bersama atau tidak dengan tangkainya dikurangi dengan akar dan bagian batang yang tertinggal setelah disabit, bilamana padi dipanen ketika daun ,asih berwarna hijau, jerami seperti ini berkisar antara 65 sampai 70% dari berat total jerami. Akan tetapi bilapadi dipanen ketika daun sudah menguning maka jerami seperti ini sudah cukup kering dengan kadar air sekitar 40 sampai 50%.

Sumber amoniak yang dapat digunakan sebagai amoniasi yaitu NH3dalam bentuk gas cair, NH4OH dalam bentuk larutan, dan urea dalam bentuk padat. Penggunaan NH3gas yang dicairkan biasanya relatif mahal, selain harganya mahal juga memerlukan tangki khusus yang tahan tekanan tinggi. Demikian pula halnya dengan larutan amoniak NH4OH selain harganya relatif mahal juga sukar diperoleh, sehingga pemakaian NH4OH terbatas (Siregar, 1995). Amoniasi dapat meningkatkan kecernaan dinding sel, menaikkan kandungan protein kasar, lebih aman dan lebih murah, dapat berfungsi sebagai pengawet (fungisida dan bakteriosida), penghancuralfatoxin, menaikkan energi 70 sampai 80%, lebih disukai ternak dan tidak menyebabkan polusi tanah (Utomo, 1999).

Dosis pemberian urea.Dosis urea yang ditaburkan ke dalam jerami jumlahnya sekira 4 sampai 6% dari berat jerami. Dengan kata lain, setiap 100 kg jerami padi yang akan diamoniasi membutuhkan urea sebanyak 4 sampai 6 kg. Jika dosis urea yang ditaburkan ke dalam jerami terlalu banyak, maka urea tersebut tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai nutrisi pada jerami. (Widiyanto, 1996)

Jerami yang telah ditaburi urea harus segera dibungkus dengan rapat. Bahan pembungkus yang digunakan biasanya berupa lembaran plastik dengan ketebalan yang cukup memadai. Pembungkusan ini sangat penting dilakukan agar tercipta kondisi hampa udara (an-aerob). Proses amoniasi harus berlangsung tanpa kehadiran udara, sehingga pembungkusan harus dilakukan secara hati-hati. Untuk mencegah kebocoran, jerami yang telah ditaburi urea dapat dibungkus dengan lembaran plastik sebanyak dua lapis atau lebih (Widiyanto, 1996)

Konsentrasi optimum urea adalah 4% (4 kg urea untuk 100 kg BK jerami padi), biasanya pada tingkat urea lebih dari 4% akan memberikan peningkatan nilai kecernaan jerami tidak berarti. Efektivitas proses amoniasi urea tergantung pada kualitas jerami, temperatur sekitar, lama peram, dan konsentrasi urea (Soejonoet al.,1998).

Proses amoniasi.Amonia menyebabkan komposisi dan struktur dinding sel yang berperan untuk membebaskan ikatan antara lignin dengan selulosa dan hemiselulosa. Reaksi yang terjadi menyebabkan pengembangan jaringan dan meningkatkan fleksibilitas dinding sel sehingga memudahkan penetrasi (penerobosan) oleh enzim selulase yang dihasilkan mikroorganisme (Komar, 1994).

Faktor faktor yang mempengaruhi amoniasi.Jerami amoniasi yang berkualitas, maka dibutuhkan bahan yang berkualitas pula. Bahan dasar dari pembuatan jerami amoniasi ini adalah jerami padi yang tersisa setelah pemanenan. Jerami padi yang akan diamoniasi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu, jerami harus dalam kondisi kering, tidak boleh terendam air sawah atau pun air hujan, dan harus dalam keadaan baik (tidak busuk atau rusak).

Manfaatamoniasi.Menurut Utomo (1999), amoniasi dapat meningkatkan kecernaan dinding sel, menaikkan kandungan protein kasar, lebih aman dan lebih murah, dapat berfungsi sebagai pengawet (fungisida dan bakteriosida), penghancuraflatoxin, menaikkan energi 70 sampai 80%, lebih disukai ternak dan tidak terjadi polusi tanah. Kadar protein kasar diperoleh dari amoniak di dalam urea yang berperan dalam memuaikan serat selulosa. Pemuaian ini memudahkan penetrasi enzim selulosa dan meningkatkan kandungan protein kasar melalui peresapan nitrogen dalam urea. Jerami padi yang telah diamoniasi memiliki nilai energi yang lebih besar dibandingkan jerami yang tidak diolah. Proses amoniasi sangat efektif dalam menghilangkanalfatoksindalam jerami. Jerami yang telah diamoniasi akan terbebas dari kontaminasi mikroorganisme jika jerami tersebut telah diolah dengan mengikuti prosedur yang benar secara hati-hati.

FermentasiFermentasi merupakan proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anerobik, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu

Menurut mendefinisikan fermentasi sebagai suatu proses dimana komponen komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba. fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan berkualitas rendah serta berfungsi dalam pengawetan bahan pakan dan merupakan suatu cara untuk menghilangkan zat anti nutrisi atau racun yang terkandung dalam suatu bahan pakan.

Probiotik.Probiotik merupakan hasil teknologi tinggi yang berisi koloni mikroba rumen sapi yang diisolasi dari alam untuk membantu penguraian struktur jaringan pakan yang sulit terurai. Adapun koloni-koloni mikroba tersebut terdiri dari mikroba yang bersifat proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan yang bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik .

Proses Fermentasi.Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana dengan melibatkan mikroorganisme. Tujuan fermentasi adalah untuk meningkatkan kandungan nutrisi suatu produk sehingga menjadi lebih baik. Selain itu juga untuk menurunkan zat anti.

Melalui fermentasi, diharapkan terjadi depolimerisasi selulosa yang merupakan komponen serat utama oleh berbagai enzim selulase mikrobia. Depolimerisasi adalah proses memisahkan senyawa makromolekuler menjadi senyawa yang relatif ebih sederhana. Ciri-ciri hasil fermentasi jerami padi yang baik adalah beraroma harum atau beraroma tape, warna kuning kecoklatan, teksturnya lemas dan tidak berjamur (Widiyanto, 1996)

Faktor faktor yang mempengaruhi fermentasi.Usaha untuk mencukupi kebutuhan hijauan selama musim kemarau, jerami padi uang diporduksi pada musim penghujan disimpan dan digunakan pada musim kemarau. Selama proses pengeringan dan penyimpanan terjadi kehilangan bahan kering, bahan organik dan protein kasar yang cukup besar terutama pada kondisi cuaca yang kurang baik (McDonaldet al, 1995). Selain faktor tersebut di atas, menurut Utomo (1999), masih ada faktor lain penyebab rendahnya pemanfaatan jerami padi segar sebagai pakan ternak maupun untuk penggunaan sebagai cadangan pakan ternak pada musim kemarau disebabkan karena antara lain: 1) pada saat panen raya pertama umumnya rumput-rumput atau hijauan lain masih tersedia dalam jumlah yang cukup memadai, 2) relatif terbatasnya tenaga dan waktu yang tersedia badi petani untuk mendayagunakan atau mengolah jerami padi, mengingat adanya upaya menanam padi atau tanaman lain yang kedua kalinya, sehingga tenaga da waktu yang ada digunakan untuk mengolah tanah dan persiapan penanaman berikutnya, 3) belum diketahuinya cara-cara yang mudah dan sederhana tentang perlakuan atau pengawetan termasuk peningkatan nilai nutrisi jerami padi segar sehingga dapat menjadi bahan pakan cadangan di musim kering.

Manfaat fermentasi.Pemanfaatan limbah jerami sebelumnya harus terlebih dahulu mengalami perlakuan khusus untuk mengurangi tingginya kadar serat kasar yang berupa selulosa,hemiselulosa dan lignin. Limbah jerami padi masih memiliki manfaat yang dapat di gunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan dari jerami amoniasi adalah mudah dalam pengerjaannya, lebih murah, cukup efektif dalam menghilangkan alflatoksin khususnya pada jerami, meningkatkan kandungan protein kasar, dan tidak menimbulkan polusi dalam tanah (Siregar, 1995).

Hasildan PembahasanJeramiAmoniasiBerdasarkan hasil pengamatan didapatkan data amoniasi dan fermentasi jerami sebagai berikut :

Tabel 2.1. Hasil pengamatan uji kualitas jerami padi amoniasi

PerlakuanParameter

Waktu pengamatanWarnaTeksturBaupH

Kontrol0 HariCoklat keemasanKering dan kasarBau jerami7

21 hariCoklat keemasanKasarBau jerami busuk5

Amoniasi0 hariCoklat keemasanKering dan kasarBau jerami kering dan amonia7

21 hariCoklat tuaAgak padatBau amonia menyengatLebih dari 7

Perlakuan amoniasi terbukti memberikan efek pada jerami padi. Jerami padi dengan perlakuan sebagai kontrol pada hari ke 21 tidak mengalami perubahan warna, sedangkan pada jerami amoniasi mengalami perubahan warna menjadi coklat tua. Perubahan warna tersebut merupakan efek dari penambahan unsur N dari urea yang ditambahkan pada jerami, sehingga terjadi poses perombakan struktur jerami, selain itu juga faktor energi panas mempengaruhi kerusakan pada pigmen warna. Menurut Siregar (1995) Peningkatan tempetarur juga dapat mempengaruhi struktur, misalnya perubahan warna menjadi gelap. Proses amoniasi mengakibatkan terjadinya hancurnya ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silika yang merupakan faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami bagi ternak (Komar, 1994).

Jerami kontrol pada hari ke 21 tidak mengalami perubahan tekstur, tekstur masih tetap yaitu kasar dan menjadi lebih kering. Urea berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silika yang merupakan faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami bagi ternak. Jerami amoniasi pada hari ke 21 mengalami perubahan tekstur menjadi lebih agak padat. Tekstur yang agak padat disebabkan karena adanya pengaruh pemberian urea sehingga terjadi pengembangan jaringan dan meningkatkan fleksibilitas dinding sel sehingga memudahkan penetrasi (penerobosan) oleh enzim selulase yang dihasilkan mikroorganisme (Komar, 1994). Urea berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silika yang merupakan faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami bagi ternak.

Hari ke 21 jerami sebagai kontrol terjadi penurunan pH menjadi 5. Penurunan pH ini merupakan akibat terhambatnya proses respirasi jerami, sehingga terbentuknya bakteri asam laktat. Sedangkan pada hari ke 21 pada jerami amoniasi mengalami kenaikkan pH menjadi lebih dari 7. Kenaikkan pH jerami amoniasi tersebut merupakan efek dari reaksi amonia tersebut dengan jerami.

Pada hari ke 21 jerami amoniasi mengalami perubahan pada bau. Bau yang dihasilkan pada pemberian amonia mempunyai bau yang sangat menyengat dibandingkan dengan bau jerami yang digunakan sebagai kontrol. Bau amonia merupakan efek dari pengaruh amonia itu sendiri terhadap jerami.. Perlakuan amoniasi terbukti memberikan efek pada jerami padi. jerami kontrol memiliki bau yang busuk diakibatkan dari proses pemeraman, pemeraman mengakibatkan aktifitas respirasi terhambat sehingga jerami mengalami pembusukan. Pada proses pemeraman akan menghasilkan suasana asam, makan akan ditumbuhi bakteri pembusuk sepert bakteriBacillus((Kartadisastra,2004)

Ammonia menyebabkan komposisi dan struktur dinding sel yang berperan untuk membebaskan ikatan antara lignin dan selulosa dan hemiselulosa. Reaksi yang terjadi menyebabkan pengembangan jaringan dan meningkatkan fleksibilitas dinding sel sehingga memudahkan penetrasi (penerobosan) oleh enzim selulase yang dihasilkan mikroorganisme (Komar, 1994). Penggunaan urea kurang dari 4% kurang efektif, hanya berfungsi sebagai pengawet, sedangkan apabila lebih dari 6% merupakan pemborosan karena NH3yang terbentuk tidak akan terfiksasi semua.

Jerami fermentasiTabel 2.2 Hasil pengamatan uji kualitas jerami padi fermentasi

PerlakuanParameter

Lama HariWarnaTeksturBaupH

Kontrol0 hariCoklat keemasanTidak padatBau jerami7

21 hariCoklat keemasanKasarBau jerami busuk5

Fermentasi0 hariCoklat keemasaTidak padatBau jerami7

21 hariCoklat keemasanAgak padatBusuk6

Pada hari ke 21 jerami sebagai kontrol dan dengan perlakuan secara fermentasi tidak mengalami perubahan warna. Warna yang dihasilkan tetap yaitu berwarna coklat keemasan. Proses fermentasi tidak memberikan efek pada perubahan warna. Perubahan warna tidak terjadi karena tidak adanya tambahan bahan kimia yang mampu merusak pigmen warna (Rukmana, R. 2005)

Penurunan pH pada proses fermentasi mengindikasikan terjadi perubahan glukosa menjadi asam laktat. Apabila asam laktat yang terbentuk banyak, maka pH akan mengalami turun. Pada hari ke 21 jerami fermentasi mengalami perubahan pH menjadi 6. Kemungkinan perubahan pH disebabkan kerena mikrobia mendegradasi karbohidrat yang mudah larut pada jerami, sehingga terbentuk asam laktat yang menyebabkan pH turun. Perbedaan penurunan pH antara jerami kontrol dan jerami fermentasi dapat diakibatkan pada proses pemeraman terjadi kobocoran sehingga pada jerami fermentasi pH-nya sedikit mengalami perubahan. Kebocoran saat pemeraman mengakibatnya masuknya oksigen dalam lingkungan pemeraman, sehingga jerami mampu melakukan aktivitas respirasi.

Perubahan bau pada hari ke 21 pada jerami sebagai kontrol dan secara fermentasi menghasilkan bau yang busuk. Bau busuk tersebut merupak efek dari proses pemeraman sehingga mengakibatkan aktifitas respirasi akan terhambat. Bau busuk yang ditimbulkan kemungkinan disebabkan karena munculnya bakteri bacillus yang disebabkan lingkungan bersuasana asam, bakteri tersebut memproduksi bau busuk . Hal tersebut akan menyebabkan bau yang menyengat sehingga tidak akan dikonsumsi oleh ternak (Iksan, 2004). Menurut Widiyanto (1996). Ciri-ciri hasil fermentasi jerami padi yang baik adalah beraroma harum atau beraroma tape, warna kuning kecoklatan, teksturnya lemas dan tidak berjamur.

Perubahan tekstur pada hari ke 21 pada jerami kontrol menjadi kasar dan pada jerami fermentasi menjadi agak padat, perubahan ini disebabkan karena proses pemeraman. Pemeraman mengakibatkan suasna pada lingkungan pemeraman menjadi panas yang dapat memberi efek pada struktur pada jerami. Fermentasi merupakan proses perombakan dari struktur keras secara fisik, kimia, dan biologis sehingga bahan dari struktur yang komplek menjadi struktur yang lebih sederhana, sehingga daya cerna ternak menjadi lebih efisien hal itulah yang menyebabkan terjadinya perbedaan tekstur. Bioteknologi tradisional yaitu proses bioteknologi yang terjadi pada suatu makanan atau bahan pakan dengan cara menambahkan suatu enzim atau mikroorganisme tertentu sehingga terjadi perubahan fisik, penampilan, dan rasa akibat proses biologis dalam bahan (Syamsu. 2006)

Fungsi urea pada proses pembuatan fermentasi adalah sebagai pensuplai NH3,ini digunakan sebagai sumber energi bagi mikrobia dalam proses fermentasi, jadi urea tidak sebagai penambah nutrisi pakan bisa juga dikatakan sebagai katalisator dalam proses fementasi (Purnama dan Taufikurrahman, 2000). Hasil yang didapatkan kurang baik karena masih dapat ditumbuhi jamur, apabila dikonsumsi oleh ternak dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan keracunan.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KONSENTRATTinjauan PustakaBahan pakanBahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap, baik sebagian maupun keseluruhan, serta tidak mengakibatkan keracunan bagi ternak (Blakely dan Bade, 1991). Bahan-bahan makanan dapat dimasukkan dalam 2 golongan, yaitu (1) bahan yang berasal dari tanaman dan (2) bahan-bahan berasal dari hewan. Dalam golongan yang berasal dari tanaman termasuk hijauan, hijauan kering, dan jerami, makanan berbutir, kulit-kulit dari biji-biji dan dari butir-butir rupa-rupa ubi, dan sisa-sisa dari perusahaan hasil tani dan dari pabrik-pabrik. Dalam golongan yang berasal dari hewan termasuk susu, telur, macam-macam tepung daging dan ikan, dan sebagainya (Lubis, 1992).

Bekatul.Bekatul merupakan hasil sampingan atau limbah dari proses penggilingan padi. Menurut hasil penelitian bahwa kurang lebih 8 sampai 8,5% dari berat padi adalah bekatul. Nutrien yang terdapat dalam bekatul adalah protein kasar 9 sampai 12%, pati 15 sampai 35%, lemak 8 sampai 12% serta serat kasar 8 sampai 11%. Kandungan serat kasar yang lebih tinggi dari pada jagung atau sumber energi yang lain menyebabkan bekatul diberikan dalam jumlah yang terbatas tergantung pada jenis ternaknya. Untuk menghindari serangga dan bau tengik sehingga kualitas bekatul tidak berkurang sebaiknya bekatul dijemur terlebih dahulu selama 3 sampai 4 hari. Berikut disebutkan komposisi kimia bekatul antara lain DM 86%, CP 12%,fat10,7%, CF 5,2%, NDF 6,8%, ADF 4,3%, Ca 0,04%, P 1,27%, TDN 73%.

Bekatul sebagai komoditi yang cukup terbatas ketersediaannya karena tergantung pada musim panen padi serta menjadi kebutuhan utama bagi peternak yang membuat pakan campuran sendiri sehingga mendorong tingginya harga jual bekatul di pasaran. Hal demikian tersebut dimanfaatkan para penjual maupun pengepul bekatul untuk memanipulasi isi katul tersebut sehingga akan dapat keuntungan yang lebih banyak lagi. Ada beberapa bahan yang sering digunakan untuk memanipulasi bekatul seperti sekam giling,limestone, zeolite, dan limbah tepung tapioka atau onggok (Agus, 2008).

Jagung giling.Jagung berperan penting dalam penyusunan pakan unggas karena bahan pakan ini merupakan sumber energi yang baik. Ada beberapa jenis jagung yang dikenal di Indonesia, yaitu jagung merah, jagung kuning, dan jagung putih. Jagung untuk bahan pakan unggas sebaiknya dipilih jenis jagung kuning atau agak merah karena jenis ini mengandung karoten provitamin A cukup tinggi (Rasidi, 2005).

Di Indonesia dikenal beberapa jenis jagung, yaitu: jagung kuning, jagung putih, dan jagung merah. Jenis yang paling banyak digunakan adalah jagung kuning karena mengandung karoten provitamin A yang cukup tinggi. Jagung mempunyai kandungan protein rendah dan beragam, dari 8% sampai 13%, tetapi kandungan serat kasarnya rendah (3,2%) dan kandungan energi metabolismenya tinggi (3.130kcal/kg). Oleh karena itu, jagung merupakan sumber energi yang baik (Agus, 2007).

Konsentrat itik.Konsetrat adalah bahan yang digunakan bersama dengan bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan ransum dan dimaksudkan untuk dicampur sebagai pelengkap (Tillmanet al.,1991). Konsentrat mengandung serat kasar rendah, mudah dicerna, mengandung pati maupun protein tinggi, sehingga nilainya lebih baik daripada hijauan. Fungsi utama konsentrat adalah untuk mencukupi kebutuhan atau melengkapi nutrien yang dipenuhi oleh pakan yang berasal dari hijauan (Hartadiet al., 2005).Konsentrat dapat dibedakan menjadi konsentrat sumber energi dan konsentrat sumber protein. Konsentrat yang berkadar protein lebih dari 20% digolongkan sebagai konsentrat sumber protein, sedangkan yang proteinnya kurang dari 20% digolongkan sebagai konsentrat sumber energi (Hartadiet al., 2005).

Molasses.Tetes (molasses) merupakan hasil samping dari pembuatan gula tebu. Bahan ini praktis, yang mengandung zat-zat protein, tetapi kaya akan zat hidrat arang yang mudah untuk dicerna (Lubis, 1992). Molasses biasanya digunakan sebagai pakan sapi, domba karena dapat meningkatkan aktivitas mikrobia rumen, mengurangi debu, sebagai bahan pengikat untuk tujuan pellet dan sebagai sumber energi. Tetes (molasses) mengandung BK 82%, Pk 3,1%, BETN 55,6% (Siregar, 1994).

Pollard.Pollardmerupakan hasil sampingan tepung gandum dan bentuknya berupa pecahan gandum. Komposisi kimiapollardantara lain DM 86%, abu 4,2%, Ekstrak Eter 45%, SK 6,6%, BETN nitrogen 14,1%, PK 16,1% (Hartadiet al, 2005).Pollardadalah limbah hasil penggilingan gandum dan merupakan campuranwheat middingdan dedak gandum.Wheat middingyang merupakan partikel halus dari dedak gandum terdiri dari lapisan kulit ari terluar (perikap) dari gandum (Ensmingeret al., 1990). Dari pabrik terigu diperoleh hasil ikutan berupa dedak gandum. Dedak gandum ini menurut pabrik Bogasari Flour Mills dibagi menjadi dua macam yaitu dedak kasar(bran)dan dedak halus (pollard) (Kiroh, 1992). Sisa-sisa penggilingan gandum biasanya memiliki kandungan serat kasar yang lebih rendah daripada dedak gandum, sedangkan nilai TDN lebih rendah dibandingkanmiddlings(gandum ukuran sedang) (Agus, 2008).

GrindingPenggilingan atau grinding merupakan proses pengolahan pakan dengan cara pengurangan ukuran partikel, paling umum digunakan, paling murah, dan metodenya sederhana. Tujuan dan manfaat dari proses penggilingan adalah: 1) meningkatkan luas permukaan, 2) meningkat kecernaan (lebih digestible), 3) memudahkan penanganan dan pencampuran, 4) meningkatkan efisiensi pembuatan pellet pada ukuran partikel tertentu dan 5) disukai oleh peternak atau pemakai (Agus, 2007).

Menurut Parakkasi (1995),grindingmerupakan proses pengurangan ukuran partikel, merupakan metode yang paling mudah digunakan, paling murah dan paling sederhana metodenya. Biasanya dilakukan pada biji-bijian, hasil penggilingan biji-bijian dengan menggunakan alat penggilingan maka hasilnya akan bervariasi berkisar antara sangat halus sampai sangat besar, tergantung pada saringan penggilingan yang digunakan.

Hammer mill merupakan aplikasi dari gaya pukul (impact force). Prinsip kerja hammer mill adalah rotor dengan kecepatan tinggi akan memutar palu-palu pemukul di sepanjang lintasannya. Bahan masuk akan terpukul oleh palu yang berputar dan bertumbukan dengan dinding, palu atau sesama bahan. Akibatnya akan terjadi pemecahan bahan. Proses ini berlangsung terus hingga di dapatkan bahan yang dapat lolos dari saringan di bagian bawah alat. Jadi selain gaya pukul dapat juga terjadi sedikit gaya sobek. Menurut Smith (1955),hammer mill, terdiri atas martil/palu yang berputar pada porosnya dan sebuah saringan yang terbuat dari plat baja. Bagian utama dari hammer mill adalah corong pemasukan, pemukul, corong pengeluaran, motor penggerak, alat transmisi daya, rangka penunjang dan ayakan.

MixingPencampuran (mixing)merupakan suatu faktor yang penting dalam proses produksi pakan ternak. Pencampuran merupakan suatu proses yang mencakup proses pengadukan dan pengacakan. Pencampuran bertujuan untuk menggabungkan beberapa bahan (komponen) dengan cara menyebarkan bahan sehingga pada jumlah tertentu dari campuran tersebut terdapat komponen bahan dalam perbandingan yang tetap. Pencampuran melibatkan kombinasi pencampuran antara bahan bentuk padat-padat (solid-solid) dan padat-cair (solid-liquid). Proses pencampuran dikatakan berlangsung baik jika komponen yang dicampur dari sampel dan yang terambil selama proses pencampuran telah terdistribusi melalui komponen lain secara acak (Agus, 1999).

Prosesmixingdilakukan dalam tiga tahap yaitu pencampuran bahan-bahan kering, termasuk bahanadditive,penyemprotan minyak atau cairan dan yang terakhir adalah pencampuran tahap akhir (Handari, 2002). Pada saat prosesmixingdilakukan kontrol yaitu pada saatmixingberlangsung dan kontrol hasil akhir darimixing. Kontrol yang dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pengawasan ketepatan waktumixing(Handari, 2002).

Kontrol hasil akhirmixingdengan cara uji fisik dari bau serta warna hasilmixingtersebut. Hasil akhirmixingdiambil sampelnya kemudian dilihat warna dan dicium baunya. Jika terjadi perbedaan warna dengan hasilmixingsebelum atau sesudahnya maka terdapat kekeliruan atau ketidaktepatan pada saatmixing. Sedangkan dari bau dapat diketahui adanya bahan-bahan yang rusak jika terdapat bau asing dari hasilmixing(Handari, 2002).

PelletingPemeletan merupakan suatu proses mekanik yaitu penekanan agar bentuk pakan menjadi kompak. Proses pemeletan terdiri dari 3 tahap yaituconditioning(penguapan), proses penekanan dan pendinginan (cooling) (Handari, 2002). Bahan baku setelah masuk mesinpelletakan mengalami proses pemanasan dengan uap dan penekanan. Tekanan uap yang digunakan yaitu 1,2 bar dengan suhu 80-85C. Untuk mengetahui ketepatan proses dariconditionerini dilakukan pengukuran suhu dan kadar air dari bahan pakan yang di-conditioner. Suhu yang diharapkan setelah bahan pakan mengalamiconditioningadalah antara 80-85C dan kadar air sebesar 11-12% (Handari, 2002).

Setelah melalui proses penguapan, bahan pakan akan mengalami proses pembentukanpellet. Pada saat pembentukanpelletbahan pakan akan mengalami penekanan olehrollerdan keluar dalam bentukpelletmelaluidie,yang kemudian akan dipotong oleh pisau potong yang terdapat pada dinding mesin pellet. Panjangpellethasil pemotongan berkisar antara 1-1,5cm.Dieyang digunakan dalam pembuatanpelletini mempunyai diameter 3-4 mm tergantung dari pakan yang akan dibuat. Hasil dari pembentukanpelletini diambil dari sampelnya kemudian diukur suhu dan kadar airnya. Suhu yang dikehendaki setelah pembentukanpelletadalah antara 86-90C dengan kadar air 14,5-16% (Handari, 2002).

Proses terakhir dari proses pemeletan adalahcoolingatau pendinginan, yaitu penurunan suhu daripelletyang dihasilkan. Suhupelletyang dikehendaki setelahcooleradalah antara 31-34C. Hasil daricoolerini ada yang dibuatcrumbleterlebih dahulu tetapi ada pula yang langsung masuk ke mesinpacking. Kualitas daripelletdancrumbleini diuji kandungandensitas,ketahanan(durability)dan kadar air sertafinest(kandungan tepung)nya. Kualitaspelletdidefinisikan sebagai tingkat kekerasan tertentu atau kestabilan yang menjamin koefisien penggunaan tanpa terjadi penyusutan selama penanganan (Khalil dan Suryahadi, 1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pellet dari sifat fisiknya adalah kerapatan tumpukan (densitas), tekstur komposisi kimia (lemak, karbohidrat, protein, dan air), temperatur dan kelembaban lingkungan (Khalil dan Suryahadi, 1997; Agus, 1999).

Hasildan PembahasanGrindingGrindingmerupakan proses pengolahan pakan dengan cara pengurangan ukuran partikel. Paling umum digunakan, paling murah, dan metodenya sederhana (Agus, 2007). Pada pelaksanaan praktikum acaragrinding, tidak dilakukan penggilingan dan hanya pengenalan mesingrindingjenishammer millyang memecah bahan pakan sehingga cukup untuk melewati saringan.Hammer millmemiliki beberapa bagian penting salah satunya adalah grinder untuk menggiling bahan pakan. Prinsip kerja nya yaitu rotor dengan kecepatan tinggi akan memutar palu-palu pemukul disepanjang lintasannya. Bahan masuk akan terpukul oleh palu yang berputar dan bertumbukan dengan dinding, palu atau sesama bahan. Proses ini berlangsung hingga didapatkan bahan yang dapat lolos dari saringan dibagian bawah alat. Jadi selain memukul bahan bahan yang masuk juga merobek bahan. Bagian utama dari Hammer mill adalah corong pemasukkan, pemukul, corong pengeluaran, motor penggerak, alat transmisi daya, rangka penunjang dan ayakan. ( Farid, 2011 ).

Proses ini cukup penting mengingat proses pencampuran bahan baku akan berjalan dengan baik apabila bahan baku yang akan dicampur sudah memiliki besar butir yang relatif seragam. Pengecilan bahan pakan terdiri dari 3 tahap yaitu penggilingan kasar denganhammer mill(kalau perlu didahului dengancrusheratau penghancur), penggilingan halus dengandisk mill, dan pengayakan dilakukan dengan ukuranmashhalus (Alamsyah, 2005).

MixingPada pelaksanaan praktikum acaramixing, tidak dilakukan pencampuran dan hanya pengenalan mesinmixerjenisvertikal. Tujuanmixingadalah untuk mengombinasikan kedua proses tersebut sehingga dihasilkan pakan dengan nutrisi yang terdistribusi secara seragam (Agus, 2007). Prosesmixingdiawali dengan menimbang bahan-bahan pakan sesuai dengan formulasinya. Bagian alat mixer terdiri darivertical screw conveyoryang berfungsi mengangkat atau menaikkan bahan pakan ke atas dan mencampurnya (Utomo, 2008). Urutan pencampuran dari bahan pakan yang mempunyai komposisi terbesar sampai yang terkecil. Setelah mesinmixerdihidupkan, bahan-bahan pakan tidak langsung dimasukkan. Mesinmixerdipanaskan terlebih dahulu sebelum bahan pakan dimasukkan, sedangkan lama prosesmixingmemerlukan waktu 10 menit. Setelah prosesmixingselesai, karung yang digunakan untuk menampung pakan diletakkan di bagian pengeluaranmixer vertical. Seluruh pakan konsentrat dimasukkan ke dalam karung dan lama pengosonganmixerdicatat.

Kualitas mixing dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran partikel, berat spesifik, bentuk partikel, higroskopisitas dari partikel, kepekaan terhadap daya rekat pada permukaan yang kasar atau akibat penambahan minyak dan lama mixing, kecepatan putaran motor dan kapasitasmixeryang tepat (Bahnke, 1996).

PelletingPelletingmerupakan salah satu proses pengolahan pakan dengan menggabungkan beberapa bahan pakan sehingga menjadi bentuk yang kompak melalui proses penekanan. Pemeletan bertujuan untuk membentuk suatu kesatuan pakan yang tidak mudah tercecer, selain itu pakan dalam bentukpelletakan mengurangi susut nutrisi karena seluruh bahan akan terwakili dalampellet(Agus, 2007).

Pemeletan diproses menggunakan mesinpelletizer. Proses pembuatanpelletdalam hal pencampuran menggunakan metode manual, yaitu pengadukan menggunakan tangan, karena bahan yang digunakan relatif sedikit. Bahan yang dicampur pertama adalah bahan yang persentase beratnya paling besar, yaitu dedak halus yang dicampur dengan pollard dan konsentrat itik lalu setelah bahan tersebut sudah homogen lalu bahan yang lain mulai dicampurkan kembali. Pencampuran bahan yang terakhir adalah tepung tapioka yang diencerkan dengan air panas. Hal ini bertujuan agar tepung tapioka menjadi perekat untuk campuran bahan pakan karena terdapat amilopektin yang bersifat pelekat.

Amilopektin dalam tepung tapioka mempunyai bentuk granula. Granula amilopektin akan membengkak apabila ditambah volumenya dengan air. Peningkatan volume dengan air pada suhu antara 5500C dan 6500C merupakan pembengkakan yang disebut dengan keadaan gelatinasi. Penambahan air dapat dilakukan di luar seperti halnya pada pembuatan kanji atau puding. Setelah penambahan air maka terbentuklah suatu suspensi yang apabila dipanaskan akan terjadi perubahan berupa pembentukan struktur gelatinasi (Jannah 2008).

Tepung tapioka yang telah tercampur dimasukkan pada campuran bahan pakan hingga membentuk adonan yang kompak, setelah adonan tersebut kompak lalu adonan tersebut dimasukkan kedalam mesinpelletizer.

Bentukpelletyang dihasilkan pada praktikum kali ini kurang baik, hal itu dapat dilihat dari banyaknyapelletyang tidak tercetak dengan sempurna. Hanya sebagian saja yang menjadi bentuk yang kompak. Hal tersebut disebabkan karena penambahan air yang terlalu sedikit dibawah 20%, yang menyebabkanpellettidak tercetak cecara sempurna. Winarno (1997) menjelaskan lebih lanjut bahwa kadar air yang lebih dari 20% akan menurunkan kekentalan larutan gel hasil gelatinisasi. Agus (1999) melaporkan bahwa ransum dengan kandungan serat tinggi akan menghasilkanpelletyang keras, sedangkan ransum yang tinggi kandungan lemak dan air akan menghasilkanpelletyang rapuh. Berbagai faktor yang mempengaruhi kualitaspelletadalahconditioning(20%), spesifikasi pakan (15%), ukuran partikel (20%), pendinginan atau pengeringan (5%), dan formulasi (5%) (Bahnke, 1996).

KONTROL KUALITAS PAKANTinjauan PustakaFaktor pakan merupakan hal yang menjadi perhatian utama dalam pemeliharaan ternak untuk menunjang kehidupan ternak tersebut. Cukup banyak bahan-bahan pakan disekitar kita yang potensial dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kurangnya pengetahuan terhadap macam bahan pakan yang dapat digunakan sebagai bahan pakan menjadi salah satu kendala pengembangan usaha peternakan (Agus, 2007).

Tepung ikanTepung ikan dan bungkil kedelai mengandung protein yang cukup tinggi, sehingga kedua bahan tersebut digunakan sebagai sumber utama protein pada pakan unggas di samping pakan lainnya, selain sebagai sumber protein, tepung ikan juga dapat digunakan sebagai sumber kalsium. Tepung ikan yang baik mempunyai kandungan protein kasar 56 sampai 68%, kadar air 5,5 sampai 8,5%, serta kandungan garam 0,5 sampai 3,0% (Boniran, 1999).

JagungJagung atauZea maysmerupakan bahan pakan sumber energi yang paling banyak digunakan dalam industri ternak. Di Indonesia dikenal beberapa jenis jagung yaitu jagung kuning, jagung putih, dan jagung merah. Jenis yang paling banyak digunakan adalah jagung kuning karena mengandung karoten provitamin A yang cukup tinggi (Agus, 2007). Jenis jagung yang digunakan pada ransum ayam ini adalah jagung kuning yang telah kering dan digiling.

Bungkil kedelaiBungkil kedelai merupakan hasil ikutan pembuatan minyak kedelai. Bungkil kedelai sebagai bahan pakan sumber protein asal tumbuhan belum dapat digantikan oleh bahan sejenis lainnya. Beragamnya kualitas bungkil kedelai selain disebabkan oleh perbedaan kualitas kedelai dan juga disebabkan oleh macam proses pengambilan minyak. Bungkil kedelai merupakan bahan pakan sumber dwiguna, sebagai sumber protein dan sumber energi. Batas maksimal penggunaan bungkil kedelai pada ransum ayam petelur fase layer ini sebesar 25% (Agus, 2007).

Tidak semua bahan pakan yang tersedia mempunyai kandungan nutrien yang serba cukup dan lengkap. Terdapat beberapa bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat (sebagai sumber energi), namun sedikit kandungan proteinnya, sebaliknya ada yang mengandung banyak bahan pakan yang mengandung protein (sumber protein) namun sedikit mengandung energi. Pengujian atau kontrol kualitas dalam produksi pakan sangat penting dalam keberhasilan dan keuntungan suatu perusahaan. Tidak ada faktor lain, baik langsung maupun tidak langsung dalam kaitannya dengan performa ternak, bahwa pengujian kualitas pakan memerlukan perhatian dan pelaksanaan yang serius (Agus, 2007).

Menurut Handari (2002), urea merupakan sumber NPN yang paling baik bagi mikrobia rumen dan kelarutannya mencapai 100%. Urea yang untuk suplementasi pada ternak disebut sebagai protein kasar dari nitrogen bukan protein. Pembentukan ammonia dari urea dibantu oleh enzim urease.

Penurunan kualitas bahan baku dapat terjadi karena penanganan, pengolahan atau penyimpanan yang kurang tepat. Kerusakan dapat terjadi karena serangan jamur akibat kadar air yang tinggi, ketengikan dan serangan serangga. Pengawasan mutu bahan baku harus dilakukan secara ketat saat penerimaan dan penyimpanan. Pemilihan dan pemeliharaan kualitas bahan baku menjadi tahap penting dalam menghasilkan ransum yang berkualitas tinggi. Kualitas ransum yang dihasilkan tidak akan lebih baik dari bahan baku penyusunnya (Fairfield, 2003).

Uji kualitas bahan pakanAda beberapa uji untuk kontrol kualitas pakan dengan tujuan masing-masing. Uji kandungan sekam dalam bahan pakan (Phoroglucinol test) tujuan untukkandungan rice hullsdalamrice bran(bekatul, dedak, dan lain-lain). Tujuan uji kandungan urea dalam bahan pakan untuk mengetahui kandungan urea pada bahan pakan (tepung ikan, dan lain-lain). Ujibulk density(berat jenis) bahan pakan tujuan untuk mengetahui kualitas bahan sekaligus untuk meminimalkan pemalsuan (pencemaran) bahan (Agus, 2007).

Uji kepadatan (bulk density).Berat jenis memegang peranan penting dalam berbagai proses pengolahan, penanganan dan penyimpanan. Pertama berat jenis merupakan faktor penentu dari kerapatan tumpukan. Kedua berat jenis memberikan pengaruh besar terhadap daya ambang partikel bahan, dan ketiga adalah berat jenis bersama dengan ukuran partikel bertanggung jawab terhadap homogenitas penyebaran partikel dan stabilitasnya dalam suatu campuran pakan. Ransum yang terdiri dari partikel yang perbedaan berat jenisnya cukup besar, maka campuran ini tidak akan stabil dan cenderung untuk terpisah kembali. Keempat adalah berat jenis sangat menentukan tingkat ketelitian dalam proses penakaran secara otomatis pada pabrik pakan, seperti dalam proses pengemasan dan pengeluaran bahan dari dalam silo untuk dicampur dan digiling (Medion, 2010).

Uji kandungan garam.Kontrol kualitas dengan uji kandungan garam menggunakan indera perasa yaitu lidah. Biasanya dilakukan untuk mengetahui kadar garam pada tepung ikan. Jika rasa asin mirip dengan asinan maka diperkirakan kadar garamnya 5%, namun jika rasa asinnya seperti pada masakan, diprediksikan kadar garamnya berkisar 2-3% (Medion, 2010).

Uji kandungan urea.Kadar urea perlu diuji karena sering terjadi pemalsuan untuk menaikkan kadar protein kasar yang terdapat dalam bahan pakan (Medion, 2010).

Uji kandungan sekam.Kontrol kualitas ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi adanya campuran sekam pada bekatul. Caranya ambil sesendok bekatul dan letakkan pada telapak tangan. Ambil sejumput dan gosok-gosokkan diantara jari, jika terlalu kasar bisa disimpulkan bahwa bekatul tercampur sekam. Bisa juga dengan menekan segenggam bekatul, jika kualitas bekatul itu baik, akan terbentuk cetakan jari pada bekatul tersebut. Tepung ikan dengan kadar air tinggi akan terasa panas dan lengket pada tangan (Medion, 2010).

Hasil dan PembahasanBulk densityBerdasarkan hasil praktikum ujibulk densitydidapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Ujibulk density(berat jenis)

NoNama bahan pakanVol(ml)B.wadah (g)B. wadah + sampel (g)bulk density(g/l)

1Jagung500314692756

2Dedak halus500314486748

3Bungkil kedelai500314688344

Berdasarkan hasil praktikum, bahan pakan yang mempunyai nilaibulk densitypaling besar adalah jagung, kemudian dedak halus, yang terakhir bungkil kedelai, artinya bahwa berat per ml bungkil kedelai lebih besar dari pada jagung dan dedak halus. Ujibulk density(Berat jenis) bahan pakan bertujuan untuk mengetahui kualitas bahan sekaligus untuk meminimalkan pemalsuan (pencemaran) bahan (Agus, 2007).

Uji kepadatan dilakukan dengan mengukur volume dan berat dari sampel bahan baku ransum. Masing-masing bahan baku telah memiliki standarbulk densitytersendiri, jagung 626 g/l (1 liter jagung memiliki berat 626 gram), dedak halus 337,2 sampai 350,7 g/l, dan bungkil kedelai (SBM) 594 sampai 610 g/l (Munir, 2008).

Bulk densityjagung hasil praktikum lebih besar. Hal ini dapat disebabkan ukuran partikel setelah digiling terlalu kecil sehinggabulk densitylebih besar. Dedak halus juga mempunyaibulk densitylebih besar karena sangat rentan terjadi pengoplosan dengan bahan lain seperti sekam dan serbuk kayu, sedangkanbulk densitybungkil kedelai lebih kecil dapat disebabkan penyimpanan yang terlalu lama atau kontaminan bahan lain sehingga dapat menurunkan kualitas bahan pakan. Hal ini didukung oleh Agus (2007) yang menyatakan bahwa bahan pakan rentan terjadi pengoplosan, bahan yang digunakan untuk campuran dibagi menjadi 2, yaitu yang mengandung nutrien seperti dedak padi halus, sekam padi giling, tongkol jagung giling, dan ekskreta ayam, sedangkan bahan campuran yang tidak mengandung nutrien seperti serbuk gergaji, tepung arang, pasir halus, batu bata giling, dan oli bekas serta tanah merah. Kualitas bahan pakan jagung, bungkil kedelai, dan dedak halus yang diuji dengan ujibulk densitymempunyai kualitas kurang baik.

Kandungan garamBerdasarkan hasil praktikum uji kandungan garam, diperoleh kandungan garam yang terdapat pada tepung ikan 2,006%. Kandungan garam yang terdapat dalam tepung ikan masih berada pada kisaran normal, hal ini didukung oleh Boniran (1999) yang menyatakan bahwa tepung ikan yang baik mempunyai kandungan protein kasar 58 sampai 68%, kadar air 5,5 sampai 8,5% serta kandungan garam 0,5 sampai 3,0%. Tepung ikan yang diuji dengan uji kandungan garam mempunyai kualitas yang baik kerena kandungan garam yang terdapat didalamnya masih dalam kisaran normal.

Menurut Zulkarnaen (2004), prinsip dari uji kandungan garam ialah larutan AgNO3bereaksi dengan garam (NaCl) menjadi AgCl yang berwarna putih, lalu AgNO3bereaksi dengan kalium kromat menjadi Ag2CrO4yang berwarna merah.

Reaksi kimianya sebagai berikut :

AgNO3+ NaCl AgCl + NaNO32 AgNO3+ K2CrO4 Ag2CrO4+ 2 KNO3Kandungan ureaBahan pakan yang digunakan sebagai sampel dalam praktikum uji kandungan urea ini adalah bungkil kedelai, tepung ikan, dan konsentrat itik. Berdasarkan praktikum uji kandungan urea diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2 Uji kandungan urea

NoNama bahan pakanKeterangan

1Bungkil kedelaiNegatif

2Tepung ikanPositif

3Konsentrat itikNegatif

Berdasarkan hasil praktikum, tidak terdapat kandungan urea pada bahan pakan bungkil kedelai dan konsentrat itik, tetapi di dalam bahan pakan tepung ikan terdapat kandungan urea. Hal ini menunjukkan bahwa bahan pakan konsentrat itik dan bungkil kedelai mempunyai kualitas yang baik dari pada tepung ikan.

Menurut Fairfield (2003), uji kandungan urea bahan pakan dapat direaksikan dengan enzim urease yang terdapat pada bungkil kedelai. Enzim urease merupakan enzim yang mengkatalis hidrolisis dari urea menjadi karbon dioksida dan amonia.

Kandungan sekamBerdasarkan hasil praktikum uji kandungan sekam didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3 Uji kandungan sekam

No.Nama bahan pakanKeterangan

1SekamKandungan sekam sangat tinggi

2DedakTerdapat sekam (+)

3BekatulTerdapat sekam (++)

Sekam yang digunakan untuk praktikum adalah sebagai kontrol, sedangkan dedak dan bekatul mengandung sekam. Adanya kandungan sekam ditandai dengan perubahan warna (menjadi merah) pada bahan yang diuji setelah ditambah larutanphloroghicinol1% secara merata pada permukaan sampel bahan tersebut, bekatul mempunyai kandungan sekam yang lebih banyak daripada dedak, hal ini ditandai dengan warna yang lebih merah pada bekatul. Menurut Supriyati (1997), kandungan sekam dedak umumnya kurang dari 13%, namun seringkali ditemukan dedak padi yang kandungan sekamnya lebih dari 15%, sedangkan kandungan sekam bekatul sekitar 15%.

Menurut Rahmatullah (2010), jika timbul warna merah, maka jelas bahan pakan sudah oplos dengan sekam, sedangkan untuk menghitung berapa persentase pemalsuannya bisa diperkirakan dari kecenderungan warna merah yang timbul. Misalkan dari 5 gram sampel yang diambil, muncul warna merah di sebagian kecil saja, maka bisa diperkirakan kadar sekamnya sekitar 5 sampai 10%.

Uji kandungan sekam pada praktikum tidak menghitung persentase kandungan sekam bahan pakan, hanya melihat perubahan warna merah yang terdapat pada bahan pakan yang diuji, diperkirakan kandungan sekam pada bahan pakan sekitar 5 sampai 10% dilihat dari warna merah yang tidak merata dan hanya di sebagian kecil saja. Hal ini menunjukkan bahan pakan yang diuji dalam kualitas yang baik.

SILASETinjauan PustakaSilase adalah hijauan makanan ternak yang disimpan dalam keadaan segar (kadar air 60 sampai 70%), di dalam suatu tempat yang disebut silo. Karena hijauan yang baru dipotong kadar airnya sekitar 75 sampai 85%, maka untuk memperoleh hasil silase yang baik hijauan tersebut bisa dilayukan terlebih dahulu 2 sampai 4 jam. Prinsip pembuatan silase adalah fermentasi hiajauan oleh bakteri asam laktat secara anaerob. Ada 3 hal penting agar diperoleh kondisi tersebut yaitu menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat yang membantu menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen ke dalam silo dan menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan (Rahman,1992). Tujuan pembuatan silase adalah tidak semata-mata untuk pengawetan forase masih dalam keadaan segar, tetapi salah satu tujuan yang lain adalah untuk kontinyuitas penyediaan pakan setiap hari tanpa tergantung pada ketersediaan forase dilahan saat itu (Kamal, 1998).

Proses silaseProses pengawetan hijauan secara fermentasi anaerob pada dasarnya merupakan pengubahan karbohidrat terlarut menjadi asam laktat yang menyebabkan penurunan pH sampai pada tingkat