1 1. PENDAHULUAN Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Ejaan (Bahasa Indonesia) yang disempurnakan (EYD) pada dasarnya merupakan ejaan bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terkahir atas ejaan - ejaan yang pernah berlaku di Indonesia. Sebelum EYD diberlakukan di Indonesia, pernah berlaku Ejaan Ch.A. Van Ophuysen dan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi). Adapun yang disempurnakan itu bukan bahasa Indonesia, melainkan ejaannya, yakni tata cara penulisan baku. EYD diberlakukan sejak tanggal 17 Agustus 1972. Berarti, hingga kini EYD telah berlaku seca resmi sebagi ejaan bahasa Indonesia selama tiga dasarwarsa lebih. Namun , selam itu pula belum semua orang mematuhi kaidah yang tercantum didalam EYD , baik karena belum tahu, enggan mematuhi, atau karena sebab lain. Tindakan seperti itu jelas dapat mengacaukan pekembangan bahasa Indonesia. Padahal, dengan diberlakunya EYD, seharusenya setiap warga Negara Indonesia wajib mengikuti dan mematuhi kaidah-kaidah yang tercantum didalammnya. Dalam rangka menyebarluaskan dan memasyarakatkan EYD Itulah makalah ini dibuat dalam pembahasan pada makalah ini dilengkapi dengan masalah-masalah yang masih berkaitan dengan EYD. Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan petunjuk praktis bagi pembaca makalah ini. Dengan demikian, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat terwujud.
39
Embed
1. PENDAHULUANblog.ub.ac.id/.../03/pedoman-EYD-Bahasa-Indonesia.pdf · penulisan baku. EYD diberlakukan sejak tanggal 17 Agustus 1972. Berarti, hingga kini EYD ... Dalam rangka menyebarluaskan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
1. PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan
sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran,
keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang
digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang
dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca.
Ejaan (Bahasa Indonesia) yang disempurnakan (EYD) pada dasarnya merupakan
ejaan bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terkahir atas ejaan - ejaan yang pernah
berlaku di Indonesia. Sebelum EYD diberlakukan di Indonesia, pernah berlaku Ejaan
Ch.A. Van Ophuysen dan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi). Adapun yang
disempurnakan itu bukan bahasa Indonesia, melainkan ejaannya, yakni tata cara
penulisan baku.
EYD diberlakukan sejak tanggal 17 Agustus 1972. Berarti, hingga kini EYD
telah berlaku seca resmi sebagi ejaan bahasa Indonesia selama tiga dasarwarsa lebih.
Namun , selam itu pula belum semua orang mematuhi kaidah yang tercantum didalam
EYD , baik karena belum tahu, enggan mematuhi, atau karena sebab lain. Tindakan
seperti itu jelas dapat mengacaukan pekembangan bahasa Indonesia. Padahal, dengan
diberlakunya EYD, seharusenya setiap warga Negara Indonesia wajib mengikuti dan
mematuhi kaidah-kaidah yang tercantum didalammnya.
Dalam rangka menyebarluaskan dan memasyarakatkan EYD Itulah makalah ini
dibuat dalam pembahasan pada makalah ini dilengkapi dengan masalah-masalah yang
masih berkaitan dengan EYD. Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat dan petunjuk praktis bagi pembaca makalah ini. Dengan demikian,
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat terwujud.
2
2. ISI
2.1 Pengertian Ejaan
Ejaan ialah keseluruhan sistem dan peraturan penulisan bunyi bahasa untuk
mencapai keseragaman.1 Sedangkan untuk Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan
yang dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya. Adapun pengertian
lain dari ejaan yaitu penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dst) dengan kaidah
tulisa (huruf) yang distandarisasikan dan mempunyai makna. Ejaan biasanya memiliki
tiga aspek yaitu
1. Aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan
penyusunan abjad.
2. Aspek morfologis yang mnyengkut penggambaran satuan satuan morfemis.
3. Aspek sintakis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
2.2 Macam Ejaan
Ejaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ejaan fonetis dan ejaan fonemis.2
Adapun penjelasanya sebagi berikut ;
1. Ejaan Fonetis ialah ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa fonem
dengan lambing atau huruf. Hal itu dilakukan dengan mengukur dan mencatat
dengan alat pengukuran bunyi bahasa. Dalam ejaan fonetis jumlah lambing yang
diperluas cukup banyak.
2. Ejaan Fonemis ialah ejaan yang berusaha menyataka setiap fonem dengan satu
lambang atau satu huruf. Dalam ejaan fonemis jumlah lambang yang diperlukan
tidak terlalu banyak dalam bahasa Indonesia, ejaan yang dipakai ialah ejaan fonetis.
Namun, masih terdapat beberapa fonem yang dilambangkan dengan dua tanda.
Contoh: [ ng, ny, kh, sy]. Sebaliknya ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu
tanda. Contoh: e [ pepet: makan apel] dan e [ taling: apel bendera, rambut perang].
3
2.3 Ejaan yang (Pernah) Ada dan Berlaku di Indonesia
Pada bahasa yang berkembang di Indonesia pernah memiliki Ejaan yang
berubah-ubah. Adapun penjelasan dari ejaan yang penah ada dan berrlaku di Indonesia
yakni:3
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat
pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini
merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901).
Ciri khusus ejaan Van Ophuysen yakni ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-
kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu
menggunakan huruf latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara
lain:4
1) Huruf (u) ditulis (oe).
2) Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’
3) Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di
atas akhiran itu diberi tanda trema (”)
4) Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
5) Kata ulang diberi angka 2, Misalnya : janda2 (janda-janda)
6) Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai
bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti
ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini. Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu
pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan jawi.
4
2. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini
disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin
untuk Bahasa Indonesia. Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
1) Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
2) Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3) Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k)
misalnya kata’ menjadi katak.
4) Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya
ejaan, seekor, dsb.
5) Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara. Contohnya berlari-larian,
berlari2-an.
6) Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara. Contohnya : tata
laksana, tata-laksana, tatalaksana.
3. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet)
dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, Misalnya : (putra)
bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan
melayu dan Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun
1954 di Medan, Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam
kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan
Malaysia.
4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD
Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia
meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu
berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.Karena
penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972
5
(Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah
itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975
memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut
direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987. EYD mengatur
pemakaian huuf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring penulisan kata,
penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
2.4 Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
1. Pemakaian Huruf
a. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
yang berikut. Nama setiap huruf disertakan di sebelahnya.
Tabel 1. Huruf Abjad pada Bahasa Indonesia
Huruf Nama Huruf Nama
A a
B b
C c
D d
E e
F f
G g
H h
I i
J j
K k
L l
M m
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
je
ka
el
em
N n
O o
P p
Q q
R r
S s
T t
U u
V v
W w
X x
Y y
Z z
en
o
pe
ki
er
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
6
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vocal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, e, i, o, dan u.
Tabel 2. Tabel Huruf Vokal
Huruf Vokal Contoh Pemakaian Dalam Kata
Di Awal Di Tengah Di Akhir
a
e*
i
o
u
api
enak
emas
itu
oleh
ulang
padi
petak
kena
simpan
kota
bumi
lusa
sore
tipe
murni
radio
ibu
*Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata
menimbulkan keraguan. Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
Kami menonton film seri (séri).
Pcrtandingan itu berakhir seri.
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y, dan z.
Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian Kata
Di Awal Di Tengah Di Akhir
B
c
d
f
bahasa
cakap
dua
fakir
sebut
kaca
ada
kafan
adab
-
abad
maaf
7
g
h
j
k
l
m
n
p
q**
r
s
t
v
w
x**
y
z
guna
hari
jalan
kami
-
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
tiga
saham
manja
paksa
rakyat*
alsa
kami
anak
apa
Furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
balig
tuah
mikraj
politik
bapak*
kesal
diam
daun
siap
-
putar
lemas
rapat
-
-
-
-
juz
*Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.
** Huruf q dan xdigunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan
ai, au, dan oi.
Huruf Diftong Contoh Pemakaian Dalam Kata
Di Awal Di Tengah Di Akhir
ai
au
oi
ain
aula
-
syaitan
saudara
boikot
pandai
harimau
amboi
8
e. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang
melambangkan konsona. Yaitu kh, ng ny, dan sy. Masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan.
Tabel 5. Huruf Konsonan
Gabungan Huruf
Kosonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Diawal Di tengah Di akhir
kh
ng
ny
sy
khusus
ngilu
nyata
syarat
akhir
bangun
hanyut
isyarat
terikh
senang
-
arasy
f. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:
a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan kata itu
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya : ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga
pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya :
au-la bukan a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i
b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf
konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan