Top Banner
8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep yang digunakan sebagai acuan penelitian ini meliputi konsep dari : (1) Konsep Dasar Demam Typoid , (2) Konsep Hipertermi, (3) Konsep Asuhan Keperawatan Hipertermi Pada Pasien Demam Typoid. 2.1. Konsep Dasar Demam Typoid 2.1.1. Definisi Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Sodikin, 2011). Demam typoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan menular pada orang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi (Nurarif dan Kusuma, 2015). Typoid adalah suatu penyakit usus halus yang disebabkan oleh Salmonella thypi yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi (Padila, 2013). Demam typoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
34

(1) Konsep Dasar Demam Typoid

May 05, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep yang digunakan sebagai acuan penelitian ini meliputi konsep dari :

(1) Konsep Dasar Demam Typoid , (2) Konsep Hipertermi, (3) Konsep Asuhan

Keperawatan Hipertermi Pada Pasien Demam Typoid.

2.1. Konsep Dasar Demam Typoid

2.1.1. Definisi

Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih 1

minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran

(Sodikin, 2011).

Demam typoid merupakan penyakit infeksi sistemik

bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini

ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia

tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan invasi

bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari

hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan menular

pada orang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi

(Nurarif dan Kusuma, 2015).

Typoid adalah suatu penyakit usus halus yang disebabkan

oleh Salmonella thypi yang dapat menular melalui oral, fecal,

makanan dan minuman yang terkontaminasi (Padila, 2013).

Demam typoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang

Page 2: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

9

disebabkan Salmonella thypi dengan gejala demam lebih dari 7

hari, gangguan kesadaran dan saluran pencernaan (Putri, 2013)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

demam typoid adalah penyakit infeksi usus halus yang disebabkan

oleh kuman Salmonella thypi dengan gejala demam tinggi.

Penularan terjadi secara oral melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi.

2.1.2. Etiologi

Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah

bakteri Gram-negatif, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak

membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic

(O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang

terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari

polisakarida. Mempunyai makromokuler lipopolisakarida

kompleks yang membentuk lapis luar dinding sel dan dinamakan

endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid

factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple

antibiotic (Nurarif dan Kusuma, 2015).

2.1.3. Penularan

Transmisi Salmonella typhi kedalam tubuh manusia dapat

melalui hal-hal berikut :

Page 3: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

10

1) Transmisi oral, melalui makanan yang terkontaminasi

kuman Salmonella typhi.

2) Transmisi dari tangan ke mulut, dimana tangan yang tidak

higienis yang mempunyai Salmonella typhi langsung

bersentuhan dengan makanan yang dimakan.

3) Transmisi kotoran, dimana kotoran individu yang

mempunyai basil Salmonella typhi ke sungai atau dekat

dengan sumber air yang digunakan sebagai sumber air

minum yang kemudian langsung tanpa dimasak (Arif

Muttaqin, 2011).

2.1.4. Manifestasi Klinis

Menurut Padila (2013), tanda dan gejala demam typoid

adalah sebagai berikut :

1) Minggu I

Pada minggu ke I umumnya demam berangsur naik,

terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan

gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anoreksia dan mual,

batuk, epitaksis, konstipasi/diare, perasaan tidak enak perut

2) Minggu II

Pada minggu ke II gejala sudah jelas dapat berupa

demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor,

pinggirnya hiperemia), hepatomegali, meteorismus,

Page 4: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

11

penurunan kesadaran (Padila, 2013).

Sedangkan menurut Amin Huda Nurarif & Hardhi

Kusuma (2015) tanda dan gejala demam typoid adalah sebagai

berikut :

1) Gejala : Inkubasi antara 5 – 40 hari dengan rata-rata 10-14

hari.

2) Demam meninggil sampai akhir minggu pertama.

3) Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak

tertangani akan menyebabkan syok, stupor dan koma.

4) Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.

5) Nyeri kepala, nyeri perut.

6) Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi.

7) Pusing, bradikardi, nyeri otot.

8) Batuk.

9) Epitaksis.

10) Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi ujung merah serta

tremor).

11)Hepatomegali, splenomegali, meteroismus.

12)Gangguan metal berupa samnolen.

13)Delirium atau psikosis.

14)Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada

bayi muda sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok

hipotermia.

Page 5: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

12

Periode infeksi demam typoid, gejala dan tanda ( Nurarif dan

Kusuma, 2015).

Tabel 2.2 Tabel Keluhan Dan Gejala Demam Typoid

Minggu Keluhan Gejala PatologiMinggupertama

Panas berlangsunginsidious, tipepanas stlepladeryang mencapai 39-40oC, menggigil,nyeri kepala

Gangguan salurancerna

Bakteremia

Minggukedua

Rash, nyeriabdomen, diae ataukonstipasi,delirium

Rose sport,splenomegali,hepatomegali

Vaskulitis,hiperplasi padapeyer’s patches,nodul tifoid padalimpa dan hati

Mingguketiga

Komplikasi :perdarahan salurancerna, perforasi,syok

Melena, ilius,keteganganabdomen, koma

Ulserasi padapeyer’s patches,nodul tifoid padalimpa dan hati

Minggukeempat,Dst

Keluhan menurun,relaps, penurunanBB

Tampak sakitberat, kakeksia

Kolelitiasis, carrierkronik

2.1.5. Patofisiologi

Pada kasus demam typoid hipertermi disebabkan karena

masuknya kuman Salmonella Typhi yang masuk ke saluran

gastrointestinal, sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung

dan sebagian lolos dari asam lambung kemudian bakteri masuk ke

usus halus dan menyebabkan inflamasi, kemudian Salmonella

Typhi masuk ke pembuluh limfe dan masuk ke pembuluh darah

melalui sistem limfatik peredaran darah dan terjadi bakteremia

primer. Kemudian bakteri dalam darah ini akan menyebar ke

seluruh tubuh dan masuk retikulo endotelial system (RES) terutama

hati dan limfa.

Page 6: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

13

Bakteri Salmonella thypi yang telah menginvasi organ RES

akan kembali ke saluran peredaran darah dan terjadi bakteremia

sekunder dan kuman mengeluarkan endotoksin yang mempunyai

peran membantu proses peradangan yang mengakibatkan

terjadinya kerusakan sel yang merangsang pelepasan zat pirogen

oleh leukosit, zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan

mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang

menimbulkan terjadinya peningkatan suhu tubuh ( Nurarif dan

Kusuma, 2015)

Page 7: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

14

2.1.6. Patway Demam Typoid

Gambar 2.1 Patway Demam Typoid ( Nurarif dan Kusuma, 2015).

Lolos dari asamlambung

InflamasiPembuluh limfe

Kuman Salmonellatyphi yang masuk kesaluran gastrointestinal

Bakteri masuk keusus halus

Peredaran darah(bakteremia primer)

Masuk ke retikuloendotelial system(RES) terutamahati dan limfa

Masuk kealiran darah(bakteremia sekunder)

Merangsang melepas zat pirogenoleh leukosit

Endotoksin

Terjadi kerusakan sel

Mempengaruhi pusattermoregulator di hipotalamus

Hipertermi

Malaise, perasaantidak enak badan,nyeri abdomen

Komplikasiintestinal :

perdarahan usus,perforasi usus

(bag.distal ileum)peritonituis

Page 8: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

15

2.1.7. Penatalaksanaan

1) Non Farmakologi

a) Bed rest

b) Diet : diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan

akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien.

Diet berupa makanan rendah serat.

2) Farmakologi

a) Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4

kali pemberian, oral atau IV selama 14 hari.

b) Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan

ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam

3-4 kali. Pemberian intravena saat belum dapat minum

obat, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100

mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral /

intravena selama 21 hari kotrimoksasol dengan dosis

(tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian,

oral, selama 14 hari.

c) Pada kasus berat, dapat diberikan seftriakson dengan

dosis 50 mg/kgBB/ kali dan diberikan 2 kali sehari atau

80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7

hari.

Page 9: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

16

d) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan

antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan

fluoroquinolon (Amin Huda Nurarif, 2015).

2.1.8. Komplikasi

Komplikasi demam typoid dibagi menjadi dua bagian,

meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Komplikasi pada usus halus.

a) Perdarahan.

b) Perforasi.

c) Peritonitis.

2) Komplikasi diluar usus halus.

a) Bronkitis.

b) Bronkopneumonia.

c) Ensefalopati.

d) Meningitis.

e) Moikardistis (Arif Muttaqin, 2011).

2.1.9. Pencegahan

Usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya

penyakit ini adalah :

1. Dari sisi manusia :

Page 10: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

17

a) Vaksinasi untuk mencegah agar seseorang terhindar dari

penyakit ini dilakukan vaksinasi, kini ada vaksin tipes

atau tifoid yang disuntikkan atau diminum dan dapat

melindungi seseorang dalam waktu 3 tahun.

b) Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene,

sanitasi, personal hygiene.

2. Dari sisi liingkungan hidup :

a) Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan

b) Pembuangan kotoran manusia yang higienis

c) Pemberantasan lalat

d) Pengawasan terhadap masakan dirumah dan penyajian

pada penjual makanan (Akhsin, 2011).

Sedangkan diascharge planning menurut (Nurarif dan

Kusuma, 2015) adalah :

1) Hindari tempat yang tidak sehat.

2) Hindari daerah endemis demam typoid.

3) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih.

4) Makanlah makanan bernutrisi lengkap dan seimbang dan

masak atau panaskan sampai suhu 570C beberapa menit dan

secara merata.

5) Salmonella typoid didalam air akan mati apabila dipanasi

setinggi 570C untuk beberapa menit atau dengan proses

iodinasi/klorinasi.

Page 11: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

18

6) Gunakan air yang sudah direbus untuk minum dan sikat gigi.

7) Mintalah minuman tanpa es kecuali air es sudah dididihkan

atau dari botol.

8) Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman.

9) Istirahat cukup dan lakukan olahraga secara teratur.

10) Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, dan efek saping

11)Ketahui gejala-gejala kekambuhan penyakit dn hal yang harus

dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut.

12) Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang

ditentukan.

13)Vaksin demam typoid.

14) Buang sampah pada tempatnya ( Nurarif dan Kusuma, 2015).

2.2. Konsep Hipertermi

2.2.1. Definisi

Suhu tubuh adalah suatu perbedaan antara volume panas yang

diproduksi oleh tubuh dengan volume panas yang keluar atau

hilang ke lingkungan luar (Perry, 2010). Normalnya suhu tubuh

berkisar antara 36,5 – 37,5oC, suhu tubuh juga diartikan sebagai

keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang

hilang dari tubuh (Asmadi, 2012). Hipertermia adalah suhu tubuh

meningkat diatas rentang normal tubuh (PPNI, 2016). Sedangkan

hipertermia menurut Nanda NIC-NOC (2015) adalah peningkatan

suhu diatas kisaran normal (Nurarif dan Kusuma, 2015).

Page 12: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

19

Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami

atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh <37,8oC (100oF) per

oral atau 38,8oC (101oF) per rektal yang sifatnya menetap karena

faktor eksternal (Carpenito, 2012).

Hipertermia merupakan keadaan suhu tubuh seseorang

yang meningkat diatas rentang normalnya. Hipertermia terjadi

karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya

telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari

mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik

yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Noer, 2011).

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa hipertermi adalah keadaan dimana suhu tubuh meningkat

diatas rentang normal dan tubuh tidak mampu untuk mengurangi

produksi panas, rentang normal suhu tubuh berkisar antara (36,5-

37,5 oC)

2.2.2. Transfer Panas

Menurut Potter & Perry (2010) kehilangan dan produksi

panas terjadi secara bersamaan. Struktur kulit dan pajanan terhadap

lingkungan mengakibatkan kehilangan panas normal yang konstan

melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.

1) Radiasi

Radiasi adalah transfer panas dari permukaan suatu objek

ke permukaan objek lainnya tanpa kontak langsung antara

Page 13: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

20

keduannya. Panas pada 85 % area luas permukaan tubuh

diradiasika ke lingkungan. Vasodilatasi perifer meningkatkan

kehilangan panas. Vasokonstriksi perifer meminimalisasi

kehilangan panas. Radiasi akan meningkat saat perbedaan

suhu antara kedua objek semakin besar. Sebaliknya, jika

lingkungan lebih panas dibandingkan kulit, tubuh akan

menyerap panas melalui radiasi.

Posisi klien akan meningkatkan kehilangan panas radiasi

(contohnya: posisi berdiri menghasilkan luas permukaan

radiasi yang lebih besar, sedangkan meringkuk akan

mengurangi radiasi panas). Panas dapat dihilangkan melalui

radiasi dengan dengan membuka baju atau selimut. Menutupi

tubuh dengan kain hitam dan tebal akan mengurangi jumlah

panas yang hilang melalui radiasi.

2) Konduksi

Konduksi adalah transfer panas dari dan melalui kontak

langsung antara dua objek. Benda padat, cair, dan gas

mengonduksi panas melalui kontak. Saat kulit yang hangat

menyentuh objek yang lebih dingin, panas akan hilang.

Konduksi hanya berperan untuk sejumlah kecil kehilangan

panas. Penggunaan bungkusan es atau memandikan klien

dengan kain dingin akan meningkatkan kehilangan panas

konduktif. Penggunaan pakaian dalam beberapa lapis akan

Page 14: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

21

menurunkan kehilangan panas konduktif. Tubuh memperoleh

panas lewat konduksi saat menyentuh benda yang lebih panas

dibandingkan suhu kulit (contohnya: penggunaan bantalan

aquatermia).

3) Konveksi

Konveksi adalah transfer panas melalui gerakan udara,

contohnya adalah kipas angin. Kehilangan panas konveksi

meningkat jika kulit yang lembab terpapar dengan udara yang

bergerak.

4) Evaporasi

Evaporasi adalah transfer energi panas saat cairan berubah

menjadi gas. Tubuh kehilangan panas secara kontinu melalui

evaporasi. Sekitar 600-900 cc air tiap hatinya menguap dari

kulit dan paru-paru sehingga terjadi kehilangan air dan panas.

Tubuh menambah evaporasi melalui perspirasi (berkeringat).

Saat itu suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior

memberikan sinyal kepada kelenjar keringat untuk

melepaskan keringat melalui saluran kecil pada permukaan

kulit. Keringat akan mengalami evaporasi, sehingga terjadi

kehilangan panas. Saat olahraga atau dalam tekanan

emosional, perspirasi merupakan cara menghilangkan panas

yang berlebihan yang dihasilkan oleh peningkatan laju

metabolisme (Perry, 2010).

Page 15: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

22

2.2.3. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Suhu Tubuh

Menurut Potter & Perry (2010) banyak faktor yang

mempengaruhi suhu tubuh antara lain :

1) Usia

Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme

pengaturan suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh

yang drastis terhadap lingkungan. Pastikan mereka

mengenakan pakaian yang cukup dan hindari pajanan

terhadap suhu lingkungan. Seorang bayi baru lahir dapat

kehilangan 30% panas tubuh melalui kepala sehingga ia

harus menggunakan tutup kepala untuk mencegah kehilangan

panas. Suhu tubuh bayi baru lahir berkisar antara 35,5 –

37,5oC.

Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas.

Suhu normal akan terus menerus saat seseorang semakin tua.

Para dewasa tua akan memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih

kecil dibandingkan dewasa muda. Suhu oral senilai 35 oC

pada lingkungan dingin cukup umum ditemukan pada dewasa

tua. Namun, rata-rata suhu tubuh dari dewasa tua adalah

sekitar 36 oC. Mereka lebih sensitif terhadap suhu yang

ekstrem karena perburukan mekanisme pangaturan, terutama

pengaturan vasomotor (vasokontriksi dan vasodilatasi) yang

buruk, berkurangnya jaringan subkutan, berkurangnya

Page 16: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

23

aktivitas kelenjar keringat, dan metabolime yang menurun.

2) Olahraga

Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta

peningkatan pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai

bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat

meningkatkan produksi panas sehingga terjadi peningkatan

suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh,

dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 41oC.

3) Kadar Hormon

Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang

lebih besar. Hal ini dikarenakan adanya variasi hormonal saat

siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai

siklus menstruasi. Saat progesteron rendah, suhu tubuh

berada dibawah suhu dasar, yaitu sekitar 1/10nya. Suhu ini

bertahan sampai terjadi ovulasi. Saat ovulasi, kadar

progesteron yang memasuki sirkulasi akan meningkat dan

menaikkan suhu tubuh ke suhu dasar atau suhu yang lebih

tinggi. Variasi suhu tubuh ini dapat membantu mendeteksi

masa subur seorang wanita.

Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat

menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas

tubuh yang intens dan perspirasi selama 30 detik sampai 5

menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh

Page 17: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

24

sementara sebanyak 4 oC, yang sering disebut hot flashes. Hal

ini diakibatkan ketidakstabilan pangaturan vasomotor.

4) Irama Sirkadian

Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1 oC selama

periode 24 jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1

sampai 4 pagi. Pada siang hari, suhu tubuh meningkat dan

mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun

kembali sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami

perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan

tidur di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk

terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irama suhu

sirkadian tidak berubah seiring usia.

5) Stres

Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh

melalui stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisiologi ini

meningkatkan metabolisme, yang akan meningkatkan

produksi panas. Klien yang gelisah akan memiliki suhu

normal yang lebih tinggi.

6) Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme

kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah

mengikuti suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih

berpengaruh terhadap anak-anak dan dewasa tua karena

Page 18: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

25

mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien.

7) Perubahan suhu

Perubahan suhu tubuh diluar kisaran normal akan

mempengaruhu titik pengaturan hipotalamus. Perubahan ini

berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan

panas berlebihan, produksi panas minimal, kehilangan panas

minimal, atau kombinasi hal diatas. Sifat perubahan akan

mempengaruhi jenis masalah klinis yang dialami klien.

8) Demam

Pireksia atau demam, terjadi karena ketidakmampuan

mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi

panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu

tubuh. Demam tidak berbahaya jika di bawah 39 oC, dan

pengukuran tunggal tidak menggambarkan demam. Selain

adanya tanda klinis, penentuan demam juga didasarkan pada

pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari

dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut.

Demam sebenarnya terjadi akibat perubahan titik pengaturan

hipotalamus. Pirogen, seperti bakteri tau virus meningkatkan

suhu tubuh. Pirogen bertindak sebagai antigen yang memicu

respons sistem imun, hipotalamus akan meningkatkan titik

pengaturan dan tubuh akan menghasilkan serta menyimpan

panas (Perry, 2010).

Page 19: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

26

2.2.4. Etiologi

Penyebab hipertermi menurut SDKI (2016) adalah sebagai

berikut :

1) Dehidrasi

2) Terpapar lingkungan panas

3) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)

4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

5) Peningkatan laju metabolisme

6) Respon trauma

7) Aktivitas berlebihan

8) Penggunaan inkubator (PPNI, 2016).

2.2.5. Batasan Karakteristik

Tanda dan gejala hipertermi menurut SDKI (2016) adalah

sebagai berikut:

1) Mayor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

a) Suhu tubuh diatas nilai normal (36,5 – 37,5 oC)

2) Minor

Subjektif

(tidak tersedia)

Page 20: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

27

Objektif

a) Kulit merah

b) Kejang

c) Takikardi

d) Takipnea

e) Kulit terasa hangat (PPNI, 2016).

2.2.6. Kondisi Klinis Terkait

Kondisi klinis yang terkait menurut SDKI (2016) adalah

sebagi berikut :

1) Proses infeksi

2) Hipertiroid

3) Stroke

4) Dehidrasi

5) Trauma

6) Prematuritas (PPNI, 2016).

2.2.7. Standart Luaran Keperawatan Indonesia

Kriteria hasil menurut SLKI (2018) dengan (L.14134)

termoregulasi adalah :

1) Mengigil menurun

2) Kulit merah menurun

3) Kejang menurun

4) Akrosianosis menurun

Page 21: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

28

5) Konsumsi oksigen meningkat

6) Piloereksi menurun

7) Vasokontriksi perifer

8) Kutis memorata menurun

9) Pucat menurun

10) Takikardi menurun

11) Takipnea menurun

12) Bradikardi meningkat

13)Dasar kuku sianolik menurun

14)Hipoksia meningkat

15) Suhu tubuh membaik

16) Suhu kulit membaik

17)Kadar glukosa darah membaik

18) Pengisian kapiler membaik

19)Ventilasi membaik

20) Tekanan darah membaik (PPNI, 2019)

2.2.8. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia

Intervensi menurut SIKI (2018), dengan (I.03099)

Manajemen Demam dilakukan secara observasi, terapeutik,

edukasi dan kolaborasi sebagai berikut :

Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh

akibat pirogen endogen.

Page 22: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

29

Tindakan :

a) Observasi

1) Monitor tanda-tanda vital (mis. Suhu tubuh, frekuensi

nadi, frekuensi napas dan tekanan darah)

2) Monitor intake dan output cairan

3) Monitor komplikasi akibat demam (mis. Kejang,

penurunan kesadaran, kadar elektrolit abnormal,

ketidakseimbangan asam-basa, aritmia)

b) Terapeutik

1) Tutupi badan dengan selimut/pakaian dengan tepat (mis.

Selimut/pakaian tebal saat merasa dingin dan

selimut/pakaian tipis saat merasa panas)

2) Berikan kompres air hangat pada bagian axila.

3) Berikan oksigen, jika perlu

c) Edukasi

1) Anjurkan tirah baring

2) Anjurkan perbanyak minum

d) Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,

jika perlu

2) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

3) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu (PPNI, 2018)

Page 23: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

30

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertermi Pada Pasien Demam

Typoid

2.3.1 Pengkajian Data

I. Data subyektif adalah persepsi dan sensasi pasien tentang

masalah kesehatan yang didapatkan dari hasil anamnese allo

dan auto anamnese. Data subyetif terdiri dari :

a) Biodata pasien

Biodata pasien berisi nama (inisial), umur (typoid

menyerang semua golongan usia, tidak ada spesifikasi

khusus pada usia pasien typoid), status perkawinan, jenis

kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, alamat,

tanggal MRS, diagnosa medis.

b) Pola Kesehatan Fungsional

1. Pola Persepsi kesehatan / penanganan kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan utama yang didapat pada pasien

demam typoid adanya demam biasanya terjadi

pada malam hari, nyeri kepala rasa tidak nyaman

pada perut, hilangnya nafsu makan, malaise.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang merupakan

hasil pengkajian saat awal masuk, biasanya

ditemukan adanya keluhan pasien mengalami

Page 24: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

31

peningkatan suhu >37,5°C selama lebih dari 1

minggu, disertai menggigil. Naik turunnya panas

terjadi pada waktu pagi dan malam hari. Keadaan

pasien lemah disertai keluhan pusing, akral

hangat, takikardia.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada riwayat penyakit dahulu perlu

divalidasi adanya riwayat penyakit demam typoid

sebelumnya atau tidak.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang pernah diderita

keluarga yang berpengaruh terhadap demam

typoid seperti menderita demam typoid

sebelumya.

2. Pola Nutrisi/metabolisme

Biasanya nafsu makan pasien berkurang

karena terjadi gangguan pada usus halus dan adanya

mual sampai muntah, lidah kotor, dan rasa pahit

waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status

nutrisi menjadi berubah.

3. Pola Eliminasi

a. BAB

Page 25: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

32

Pengkajian eliminasi akan menemukan

gejala tekstur feses yang bervariasi dari lunak

sampai bau atau berair.

b. BAK

Pada umumnya pasien tidak mengalami

masalah pada eliminasi urine namun tetap perlu

dikaji frekuensi, konsistensi, kepekatan, warna,

jumlah, bau urine.

4. Pola Aktifitas Latihan

Pada pasien dengan demam aktivitas dan

latihannya menurun sebagai dampak dari kelemahan

fisik serta pasien mengalami keterbatasan gerak

akibat dari penyakitnya.

5. Pola Istirahat tidur

Data yang sering muncul adalah perasaan

tidak enak efek dari gangguan yang berdampak pada

gangguan tidur serta pasien merasa gelisah.

6. Pola Konitif Perseptual

Pasien demam typoid lebih sering

merasakan gelisah dan sering bertanya tetang

penyakitnya.

7. Pola Persepsi – Diri/ Konsep diri

Page 26: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

33

Pasien demam typoid umumnya konsep

dirinya menurun, hal ini ditandai pasien tidak terlalu

banyak bicara karena pasien merasa lemas dan

semua aktivitasnya hanya di tempat tidur.

8. Pola Peran Hubungan

Pasien demam typoid umumnya mengalami

perubahan peran serta tidak mampu bekerja karena

harus menjalani rawat inap di rumah sakit.

9. Pola Seksualitas – Reproduksi

Pada umumnya pasien tidak mengalami

masalah pada seksualitas, namun tetap perlu dikaji

adakah pengaruh terhadap menstruasi apakah pasian

hamil atau tidak.

10. Pola Koping – Toleransi Stres

Pada pasien biasanya timbul rasa cemas

tentang keadaan dirinya

11. Pola Nilai Kepercayaan

Pada pasien demam typoid mengalami

gangguan dalam menjalankan ibadahnya.

II. Data Objektif

Data objektif adalah data yang didapatkan dari hasil

pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi.

Page 27: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

34

a) Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Umumnya keadaan pasien menurun tampak lemah.

2. Kesadaran

Composmentris (normal), apatis, delirium, somnolen,

sopor, semi-coma, coma tergantung tingkat

penyebaran penyakit.

3. Tanda vital

a. Frekuensi nadi : Takikardia

b. Tekanan darah : Hipertensi.

c. Frekuensi pernafasan :Takipnea.

d. Suhu tubuh :Hipertermi (>37,5°C)

akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang

di respon oleh hipotalamus.

4. Kepala

a. Perhatikan bentuk dan kesimetrisan.

b. Palpasi kepala akan adanya nodus atau

pembengkakan yang nyata.

c. Periksa higyne kulit kepala, ada tidaknya lesi,

kehilangan rambut, perubahan warna.

5. Mata

Fokus pemeriksaan terdiri atas kesimetrisan

mata, Konjungtiva anemis atau normal, Pupil isokor

Page 28: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

35

atau anisokor, Palpebra edema atau tidak,

Peningkatan intraokuler atau tidak.

6. Hidung

Fokus pemeriksaan terdiri atas, kesimetrisan

hidung, apakah ada sianosis dan epitaksis atau tidak.

7. Telinga

Fokus pemeriksaan terdiri dari,

kebersihannya simetris apa tidak, adakah ganguan

pendengaran apa tidak.

8. Mulut

Bibir terlihat pucat, lidah kotor di tepi dan di

tengah lidah. Pada leher tidak ditemukan adanya

peningkatan tekanan vena jugularis.

9. Paru

a. Inspeksi : bentuk dada, pergerakan dinding

dada, adakah keluhan sesak, adakah penarikan

intercoste, batuk (-/-), adakah nyeri saat bernapas,

pola nafas.

b. Palpasi : adakah nyeri tekan pada daerah

dada, ekspansi paru, vokal fremitus.

c. Perkusi : apakah organ berisi udara, cairan,

atau masa.

Page 29: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

36

d. Auskultasi : suara nafas, adakah suara nafas

tambahan atau tidak

10. Jantung

a. Inspeksi: adakah ictuscordis atau tidak

b. Palpasi : adakah nyeri tekan pada daerah dada,

teraba thrill atau tidak

c. Perkusi : apakah organ berisi udara, cairan, atau

masa.

d. Auskultasi : suara jantung, adakah suara

tambahan.

11. Abdomen

Tampak ada pembengkakan atau tidak,, adanya

nyeri tekan pada epigastrium, bising usus meningkat,

suara hipertimpani.

12. Ekstremitas

Adanya kelemahan pada ekstremitas,

penurunan rentang gerak akibat dari bedrest total.

13. Integumen

a. Warna: pucat

b. Suhu : pada hipertermi akral teraba hangat akan

tetapi setelah hipertermi teratasi kulit teraba

dingin

c. Turgor : menurun pada dehidrasi (Lestari, 2016)

Page 30: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

37

b) Data Penunjang

Pemeriksaan laboratorium sangat penting

untuk diagnosa penyakit sehingga dapat memberikan

terapi yang tepat.

Jumlah darah lengkap : peningkatan jumlah

leukosit menunjukkan

adanya infeksi

SGPT dan SGOT : meningkat ( Nilai normal

SGOT : 3-45u/L, SGPT : 0-

35 u/L.)

Pemeriksaan widal : positif

Kultur : darah positif pada minggu

pertama, urine positif pada

minggu kedua, dan feses

positif pada minggu kedua

hingga ketiga ( Nurarif dan

Kusuma, 2015).

2.3.2 Analisa Data

Analisa data adalah penafsiran atau diagnosa spesifik yang

sudah diidentifikasi oleh perawat.

Page 31: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

38

DS : Pasien mengeluhkan demam terutama pada malam hari,

nyeri kepala rasa tidak nyaman pada perut, hilangnya

nafsu makan, malaise.

DO : Suhu tubuh > 37,5oC, takikardi, takipnea, kulit terasa

panas, lidah kotor, Uji widal positif, kultur kuman positif.

2.3.3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa hipertermi menurut SDKI (2016) dapat

disebabkan karena dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses

penyakit (mis. infeksi, kanker), ketidaksesuaian pakaian dengan

suhu lingkungan, peningkatan laju metabolisme, respon trauma,

aktivitas berlebihan, penggunaan inkubator (PPNI, 2016).

Saat melakukan pengkajian keperawatan bahwa telah

merumusakan diagnosa yang muncul dari beberapa masalah yang

ditemukan. Diagnosa yang dapat ditemukan pada pasien yang

mengalami hipertermi pada klien demam typoid adalah

(D.0130) hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi

Salmonella typhi) di tandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal

(36,5oC-37,5oC), kulit merah, takikardi, takipnea, kulit terasa

hangat (PPNI, 2016).

Page 32: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

39

2.3.4. Rencana Keperawatan

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan

DiagnosaKeperawatan

Rencana RasionalTujuan Kriteria Hasil Intervensi

Hipertermiberhubungandengan prosespenyakit(infeksisalmonellatyphi)

Setelahdilakukantindakankeperawatansuhu tubuhberada padarentang normal(36,5 – 37,5oC).

1. Mengigilmenurun(skor 1)

2. Pucatmenurun(skor 1)

3. Takikardimenurun(skor 1)

4. Takipneamenurun(skor 1)

5. Suhu tubuhmembaik(skor 5)

6. Suhu kulitmembaik(skor5)(PPNI,2019)

Observasi1. Monitor tanda-

tanda vital (mis.Suhu tubuh,frekuensi nadi,frekuensi nafas,tekanan darah )

2. Monitor intakedan output cairan

3. Monitorkomplikasi akibatdemam (mis,kejang, penurunankesadaran, kadarelektrolitabnormal,ketidakseimbangan asam-basa,aritmia)

Terapeutik4. Tutupi badan

dengan selimut/pakaian dengantepat selimut (mis,selimut/pakaiantebal saat merasadingin danselimut/pakaiantipis saat merasapanas)

5. Berikan kompresair hangat padabagian axila.

Edukasi6. Anjurkan tirah

baring.7. Anjurkan

perbanyak minum

Kolaborasi8. Kolaborasi

pemberian cairandan elektrolitintravena,antiboitik,

1. Sebagaipengawasanterhadap adanyaperubahankeadaan umumpasien sehinggadapat dilakukanpenanganan danperawatan secarcepat dan tepat

2. Membantumengetahuiadanyaketidakseimbangan cairan tubuh

3. Agar dapatsegeradilakukantindakan apabilaterjadikomplikasi

4. Pakaian yangtipis menyerapkeringat danmembantumengurangipenuapan tubuhakibat daripeningkatansuhu dan dapatterjadi konduksi

5. Ketiak danlipatan tubuhdilalui olehpembuluh darahbesar sehinggamenyampaikansinyal kehipotalamusuntukmengeluarkanpanas melaluipori-pori tubuh

6. Penurunanaktivitas akanmenurunkanlaju

Page 33: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

40

2.3.5. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan

implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain

yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi

keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti, 2017).

antipiretik(PPNI, 2018)

metabolismeyang tinggi,dengandemikian dapatmembantumenurunkansuhu tubuh.

7. Banyak minumuntuk mencegahterjadinyadehidrasi ataukurang cairandalam tubuh

8. Pemberiancairan sangatpenting bagipasien dengansuhu tinggi.Antipiretikbertujuan untukmemblok responpanas sehinggasuhu tubuhpasien dapatlebih cepatmenurun

Page 34: (1) Konsep Dasar Demam Typoid

41

2.3.6. Evaluasi

Evaluasi adalah membandingkan secara sistemik dan terencana tentang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang

ada pada pasien, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan

melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan

merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna

apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau

perlu pendekatan lain. (Dinarti, 2017).