1 Kajian Penutupan Perlintasan Sebidang antara Jalan Kereta Api dengan Jalan Raya pada lokasi Jalan KH. Mas Mansyur dan Jalan Abdul Syafi’ie Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Amrih Priyo Widodo 1) ABSTRAK Penutupan perlintasan sebidang jalan kereta api dengan jalan raya merupakan upaya tindak lanjut dari Undang-Undang no.23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian, dan sudah dicanangkan menjadi program pemerintah dengan terbitnya Kesepakatan Bersama (MoU) antara Departemen Perhubungan Republik Indonesia dengan Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tentang “Perencanaan, Pembangunan, Pengadaan, Pengoperasian, Pemeliharaan, dan Penghapusan Perlintasan Sebidang antara Jalur Kereta Api dengan Jalan” nomor KM.87 tahun 2004 tanggal 21 Desember 2004 (Dep.Perhub.) , dan nomor 247 tahun 2004 tanggal 21 Desember 2004 (Dep.Dalam Negeri) . Dengan pertimbangan tingginya angka kecelakaan / sering terjadinya kecelakaan diperlintasan sebidang jalan kereta api dengan jalan raya yang banyak menelan korban jiwa akibat dari rendahnya kesadaran masyarakat didalam berlalulintas dan tingginya frekuensi perjalanan kereta api yang ada dewasa ini (yang tidak ditunjang dengan peralatan buka-tutup pintu perlintasan yang memadai) , maka penetapan penutupan perlintasan sebidang jalan kereta api dengan jalan raya sudah dapat dikategorikan sangat mendesak . Bangunan simpang tak sebidang yang melintasi jalan kereta api yang terbangun di wilayah DKI Jakarta sudah cukup banyak , akan tetapi perlintasan sebidang masih terbuka dan tetap dioperasikan . Hal ini dapat meningkatkan kerawanan terhadap keselamatan pengguna jalan dan mengganggu perjalanan kereta api ; untuk itu pada lokasi-lokasi dimaksud diusulkan adanya penutupan perlintasan sebidang secara permanen . Rencana penutupan perlintasan sebidang ini perlu dievaluasi dan dikaji ; dimana dalam penulisan kajian ini difokuskan pada perlintasan sebidang yang ada di Jalan KH. Mas Mansyur Jakarta Pusat dan Jalan Abdul Syafi’ie Jakarta Selatan . Kajian ini menganalisis permasalahan dari segi teknis dan ekonomis . Dengan direalisasikannya penutupan perlintasan sebidang antara jalan kereta api dengan jalan raya, diharapkan dapat meningkatkan keselamatan perjalanan kedua moda dan dapat mengurangi/menghilangkan tundaan perjalanan moda jalan ; meskipun sesuai dengan perhitungan biaya operasi kendaraan mengalami penambahan biaya dikarenakan bertambahnya panjang lintasan pada setiap lokasi kajian . 1) Magister Teknik Managemen Rekayasa Infrastruktur
40
Embed
1 Kajian Penutupan Perlintasan Sebidang antara Jalan Kereta Api ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Kajian Penutupan Perlintasan Sebidangantara Jalan Kereta Api dengan Jalan Raya
pada lokasi Jalan KH. Mas Mansyur dan Jalan Abdul Syafi’ieProvinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Amrih Priyo Widodo 1)
ABSTRAK
Penutupan perlintasan sebidang jalan kereta api dengan jalan raya merupakan upaya tindak lanjut
dari Undang-Undang no.23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian, dan sudah dicanangkan menjadi
program pemerintah dengan terbitnya Kesepakatan Bersama (MoU) antara Departemen
Perhubungan Republik Indonesia dengan Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tentang
“Perencanaan, Pembangunan, Pengadaan, Pengoperasian, Pemeliharaan, dan Penghapusan
Perlintasan Sebidang antara Jalur Kereta Api dengan Jalan” nomor KM.87 tahun 2004 tanggal 21
Desember 2004 (Dep.Perhub.) , dan nomor 247 tahun 2004 tanggal 21 Desember 2004
(Dep.Dalam Negeri) .
Dengan pertimbangan tingginya angka kecelakaan / sering terjadinya kecelakaan diperlintasan
sebidang jalan kereta api dengan jalan raya yang banyak menelan korban jiwa akibat dari
rendahnya kesadaran masyarakat didalam berlalulintas dan tingginya frekuensi perjalanan kereta
api yang ada dewasa ini (yang tidak ditunjang dengan peralatan buka-tutup pintu perlintasan yang
memadai) , maka penetapan penutupan perlintasan sebidang jalan kereta api dengan jalan raya
sudah dapat dikategorikan sangat mendesak .
Bangunan simpang tak sebidang yang melintasi jalan kereta api yang terbangun di wilayah DKI
Jakarta sudah cukup banyak , akan tetapi perlintasan sebidang masih terbuka dan tetap
dioperasikan . Hal ini dapat meningkatkan kerawanan terhadap keselamatan pengguna jalan dan
mengganggu perjalanan kereta api ; untuk itu pada lokasi-lokasi dimaksud diusulkan adanya
penutupan perlintasan sebidang secara permanen . Rencana penutupan perlintasan sebidang ini
perlu dievaluasi dan dikaji ; dimana dalam penulisan kajian ini difokuskan pada perlintasan
sebidang yang ada di Jalan KH. Mas Mansyur Jakarta Pusat dan Jalan Abdul Syafi’ie Jakarta
Selatan . Kajian ini menganalisis permasalahan dari segi teknis dan ekonomis .
Dengan direalisasikannya penutupan perlintasan sebidang antara jalan kereta api dengan jalan raya,
diharapkan dapat meningkatkan keselamatan perjalanan kedua moda dan dapat
mengurangi/menghilangkan tundaan perjalanan moda jalan ; meskipun sesuai dengan perhitungan
biaya operasi kendaraan mengalami penambahan biaya dikarenakan bertambahnya panjang lintasan
pada setiap lokasi kajian .
1) Magister Teknik Managemen Rekayasa Infrastruktur
2
1. PENDAHULUAN
Perkembangan lalulintas dewasa ini di Daerah Khusus Ibukota Jakarta seperti halnya kota-kota
metropolitan di dunia pada umumnya dan di Asia Tenggara pada khususnya, mempunyai masalah
yang sangat serius terhadap kemacetan lalulintas . Apabila permasalahan kemacetan lalulintas ini
tidak diimbangi dengan penanganan oleh pemerintah daerah secara serius, maka diperkirakan pada
masa mendatang kendaraan di jalan akan berhenti / tidak bergerak karena mengalami kejenuhan .
Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat dengan pesat dan buruknya fasilitas angkutan
umum massal mengakibatkan dampak secara langsung berupa meningkatnya jumlah pemakaian
kendaraan pribadi dan menurunkan kapasitas jalan khususnya di wilayah provinsi DKI Jakarta .
Titik-titik rawan kemacetan secara perlahan dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat; hal ini
diperparah dengan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat di dalam berlalulintas yang secara
individu mementingkan diri sendiri . Kerawanan kemacetan banyak sekali ditemukan
dipersimpangan khususnya pada jam-jam sibuk , dan sering dijumpai sampai terjadi interlocking .
Untuk mengurangi beban lalulintas di persimpangan, pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
membangun simpang tak sebidang berupa fly over dan under pass secara bertahap di beberapa
tempat dengan maksud memaksimalkan kapasitas jalan . Dasar pertimbangan pembangunan
simpang tak sebidang sangat dipengaruhi beberapa aspek mengingat banyaknya persimpangan yang
harus dibangun ; sementara kemampuan pendanaan oleh pemerintah daerah sangat terbatas .
Dengan demikian dinas terkait dituntut untuk menentukan skala prioritas dalam merencanakan
titik-titik lokasi baru pembangunan simpang tak sebidang baik berupa fly over ataupun under pass .
Dengan banyaknya perlintasan sebidang antara 2 moda yang berbeda berupa rel kereta api dengan
jalan raya yang ada diwilayah provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sudah pasti sangat
diperlukan adanya bangunan simpang tak sebidang untuk menghilangkan tundaan bagi kendaraan
apabila terjadi lintasan/pergerakan kereta api . Hal ini sesuai dengan Undang-Undang no. 23 tahun
2007 pasal 124 yang menyatakan bahwa : ”pada perpotongan sebidang antara jalur kereta api dan
jalan , pemakai jalan wajib mendahulukan perjalanan kereta api” , sehingga apabila perlintasan
kedua moda masih sebidang harus dilakukan penutupan lintasan jalan pada saat kereta api melintas
di suatu persimpangan . Dampak dari penutupan perlintasan tersebut akan mengakibatkan tundaan
bagi moda jalan, sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut diusahakan membuat simpang
tidak sebidang .
Dengan sudah terbangunnya beberapa bangunan simpang tak sebidang di wilayah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta , sampai saat ini keberadaannya masih belum dapat mengakomodir seluruh jumlah
kendaraan yang akan melintas rel kereta api . Hal ini mengingat jumlah lajur jalan eksisting lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah lajur jalan di simpang tak sebidang . Sehingga dapat dikatakan
pembangunan simpang tak sebidang diperlintasan jalan kereta api belum dapat menyelesaikan
masalah secara maksimal . Masih kita jumpai di beberapa lokasi persimpangan yang sudah
terbangun simpang tak sebidang sering terjadi kemacetan akibat tundaan pada saat penutupan
3
lintasan kereta api; terlebih pada jam sibuk perjalanan kereta api, dimana frekuensi / interval jarak
waktu perjalanan antara kereta api satu dengan lainnya sangat dekat, sehingga mengakibatkan
seringnya buka-tutup palang pintu perlintasan kereta api . Imbas dari antrean kendaraan pada
perlintasan sebidang ini terkadang sampai menutup arus lalulintas menerus yang menuju simpang
tak sebidang .
Dengan permasalahan yang begitu kompleks ditambah tingkat kesadaran masyarakat yang sangat
rendah dalam berlalulintas, tercermin dengan sering terjadinya kecelakaan yang membawa korban
jiwa akibat dari penyerobotan palang pintu kereta api pada saat tertutup, maka dimungkinkan
aksesibilitas jalan diperlintasan sebidang dengan rel kereta api dilakukan penutupan secara
permanen . Namun demikian rencana penutupan ini perlu dikaji terhadap segala kemungkinan
yang akan timbul, dan diharapkan hasilnya dapat mengakomodir semua kepentingan instansi yang
terkait maupun stake holder, dan juga tidak menimbulkan permasalahan baru .
2. DESKRIPSI TEKNIS dan PERMASALAHAN PERLINTASAN
Perlintasan jalan kereta api dengan jalan merupakan simpang antara dua moda yang berbeda.
Sesuai dengan pasal 124 Undang-Undang no.23 tahun 2007 yang tersurat “pada perpotongan
sebidang antara jalur kereta api dan jalan, pemakai jalan wajib mendahulukan perjalanan kereta
api” ; sehingga jika perlintasan antara kedua moda tersebut terjadi dan masih sebidang (level
crossing) maka harus dilakukan penutupan perlintasan jalan pada saat kereta api akan melintas di
persimpangan tersebut .
Akibat dari penutupan perlintasan sudah barang tentu akan menyebabkan tundaan bagi moda jalan .
Untuk mengatasi dan menghindari masalah tersebut, maka disetiap terjadinya perlintasan sebidang
antara dua moda tersebut diupayakan dibuat suatu simpang tidak sebidang dengan harapan
permasalahan yang ada pada perlintasan sebidang akan teratasi dan terselesaikan . Persyaratan ini
secara tegas tersurat di dalam Undang-Undang no.23 tahun 2007 Bab VII pasal 91 ayat 1, bahwa
“perpotongan antara jalur kereta api dengan jalan dibuat tidak sebidang” .
Umumnya perlintasan jalan kereta api dengan jalan raya yang ada di perkotaan terdapat di wilayah
yang mempunyai berbagai tata guna lahan, seperti perumahan, perkantoran, pertokoan, pasar,
sekolah dan lain sebagainya . Sedangkan panjang bangunan simpang tak sebidang dari kedua sisi
rel masing-masing minimal berkisar antara 300 - 450 meter dengan asumsi lebar ruang bebas jalan
kereta api sebesar 50 meter .
Dalam bangunan simpang tidak sebidang baik berupa fly over ataupun under pass, arah pergerakan
lalulintas jalan pada daerah pengaruh dapat dibedakan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu :
1. Pergerakan dari luar daerah pengaruh ke dalam daerah pengaruh , disebut
sebagai pergerakan eksternal - internal .
2. Pergerakan dari dalam daerah pengaruh ke luar daerah pengaruh , disebut
sebagai pergerakan internal - eksternal .
4
3. Pergerakan dari dalam daerah pengaruh ke dalam daerah pengaruh , disebut
sebagai pergerakan internal - internal .
4. Pergerakan dari luar daerah pengaruh ke luar daerah pengaruh , disebut
sebagai pergerakan eksternal - eksternal .
Permasalahan perlintasan sebidang jalan kereta api dengan jalan secara teoritis dipandang dari ilmu
lalulintas adalah sebagai berikut :
a. Adanya titik konflik di perlintasan jalan kereta api .
b. Tundaan (delay) yang dialami oleh semua moda di jalan pada saat terjadi
penutupan perlintasan akibat adanya pergerakan kereta api .
c. Keselamatan perjalanan kedua moda , baik perjalanan kereta api maupun
lalulintas pengguna jalan .
Dalam usaha menghilangkan traffic conflict di perlintasan jalan kereta api dengan jalan perlu
dilakukan beberapa hal sebagai berikut :
- Memasang pagar menerus sejajar jalan kereta api sehingga menutup lalulintas jalan, dengan
harapan akan memaksa semua pergerakan kendaraan moda jalan
untuk melalui simpang tak sebidang . Keadaan ini untuk pergerakan arus
yang menerus (eksternal-eksternal), ataupun pergerakan internal-eksternal .
- Membangun u-turn di setiap sisi jalan rel sebagai sarana perputaran
lalulintas untuk melayani pergerakan eksternal-internal, internal-eksternal
maupun internal-internal .
- Membangun u-turn disetiap ujung simpang tak sebidang dengan jarak tertentu
yang dipilih paling memungkinkan , sebagai sarana perputaran lalulintas
untuk melayani pergerakan eksternal-internal, internal-eksternal maupun
internal-internal .
- Untuk angkutan umum yang melayani trayek dengan pergerakan dalam daerah
pengaruh perlintasan , maka perlu dilakukan perubahan rute .
Dampak lain yang perlu diperhatikan sebagai akibat dari penutupan perlintasan sebidang antara
jalan kereta api dengan jalan adalah :
1. Pejalan kaki harus disediakan sarana penyeberangan berupa jembatan penyeberangan
orang .
2. Masyarakat penyandang cacat dalam hal ini tidak dapat terakomodasi, sehingga harus
melalui simpang tak sebidang yang praktis jarak lintasan lebih jauh .
3. Terjadinya pemisahan dua daerah yang sebelumnya merupakan satu komunitas; hal ini
akan berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat maupun
masyarakat dan lingkungan secara umum .
5
Secara umum kondisi perlintasan sebidang jalan kereta api dengan jalan di provinsi DKI Jakarta
saat ini masih jauh daripada ideal, dilihat dari :
- Tingginya tingkat gangguan terhadap operasional kereta api
- Tingginya angka kecelakaan dan fatalitas pada perlintasan sebidang
- Tingginya tundaan lalulintas jalan akibat buka-tutup pintu perlintasan akibat
tingginya frekuensi perjalanan kereta api
- Dampak sosial terhadap masyarakat dan lingkungan disekitar perlintasan kereta api
3. DATA PENDUKUNG PROSES KAJIAN
3.1. Data Primer berupa Data Pergerakan Kereta Api di Perlintasan
Jumlah pergerakan kereta api yang terdata di perlintasan sebidang Jl. Mas Mansyur dan Jalan
Abdul Syafi’ie tertuang dalam tabel sebagai berikut :
6
3.2. Data Sekunder berupa data dari instansi yang berwenang
Data Lalulintas Harian Rata-rata (LHR) pada lokasi kajian didapat dari Dinas Perhubungan
Provinsi DKI Jakarta yang dibedakan dalam 3 waktu yaitu pagi, siang dan sore . Lokasi
pengukuran sesuai dengan arah lalulintas yang ada di setiap lokasi kajian . Data LHR tertuang
dalam tabel berikut :
Data / Jadual Perjalanan Kereta Api DAOP - I yang berlaku mulai tanggal 01 Agustus 2007
dikeluarkan oleh Pusat Pengendalian Operasi Kereta Api DAOP-I (PUSDAL OPKA) dan melintas
di perlintasan sebidang Jalan Mas Mansyur dan Jalan Abdul Syafi’ie tertuang dalam daftar atau
tabel sebagai berikut :
7
8
9
10
11
12
Data Kecelakaan dan Korban Manusia di perlintasan sebidang yang terjadi di Daerah Operasi di
pulau Jawa (DAOP I - IX) dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Departemen
Perhubungan mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2004 tertuang dalam tabel sebagai berikut :
13
4. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini untuk mengetahui besaran atau angka-angka yang dibutuhkan, maka
dilakukan pendataan dan perhitungan teknis dengan tahapan sebagai berikut :
a. Pendataan Pergerakan Kereta Api di perlintasan
Pendataan dan pengukuran pergerakan kereta api yang melintas di perlintasan sebidang
dilakukan pada jam-jam tertentu yang jumlah pergerakannya maksimal dengan data sebagai
berikut:
Perlintasan sebidang Jl.Mas Mansyur ;
Jam 06.00 - 07.00 terdapat 10 pergerakan kereta api dengan 6 kali penutupan pintu perlintasan
kereta api, dimana durasi penutupan pintu perlintasan terdata selama => 70 detik (1 KA) + 70