1 DESAIN SOFTWARE SPACE FRAME MENGGUNAKAN MERO SISTEM TERINTEGRASI DENGAN SAP2000 V14.1 Nama Mahasiswa : Rionaldhy Adrian L. NRP : 3107 100 076 Jurusan : Teknik Sipil FTSP ITS Dosen Pembimbing : 1. Bambang Piscesa, ST, MT 2. Ir. Kurdian S, MS ABSTRAK Space frame adalah salah satu sistem struktural yang sangat banyak digunakan dalam bidang konstruksi baja sejak waktu yang lampau. Sistem ini mempunyai banyak keuntungan, salah satunya dikarenakan karena space frame sangat ringan. Ini membuat struktur space frame dapat digunakan dalam bentang yang panjang Sambungan adalah salah satu bagian yang sanagt penting dalam space frame, di mana MERO sistem termasuk yang banyak digunakan karena sangat mudah dalam sistem fabrikasi. Teknologi untuk mendesain sambungan menggunakan MERO sistem sangat terbatas. Sarjana teknik yang ingin mendesian ukuran sambungan ball joint harus menggunakan perhitungan manual. Ini menjadi masalah bagi desainer yang ingin mendesain sambungan space frame dikarenakan banyaknya noda sambungan yang harus didesain. Tujuan utama dari Tugas akhir ini adalah untuk mendesain software yang bisa digunakan untuk mendesain sambungan ball joint menggunakan MERO system. Semua batang dalam sambungan ini adalah batang hollow structural section. Verifikasi dari program ini harus menggunakan perhitungan manual dikarenakan belum adanya program sejenis yang bisa digunakan sebagai pembanding. Lebih jauh lagi, program ini diharapkan bias dikembangkan lebih jauh lagi, untuk mendesain bentuk struktur yang optimum san bentuk sambungan lainnya. Kata Kunci : space frame, sistem MERO,sambungan, software desain ball joint, hollow structural section BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Space frame adalah sistem struktural berupa elemen linear sehingga gaya yang terjadi dapat diteruskan menjadi elemen tiga dimensi. Secara umum, space frame digunakan sebagai tampilan pada frame elemen plat dan struktur lengkung. Space frame mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan sistem struktural lainnya,antara lain space frame merupakan material yang ringan sehingga sangat cocok digunakan elemen atap struktur seperti stadion. Space frame bukanlah merupakan salah satu struktur tipe yang baru. Jauh pada waktu yang lampau, ratusan atau mungkin ribuan publikasi ditulis dan teknologi modern diaplikasikan pada struktur dan juga telah dikembangkan pada banyak tempat. SAP 2000 (Structural Analysis Program) v 14.1 adalah salah satu program canggih yang digunakan sebagai analisis dan desain pada bangunan- bangunan struktural . Penggunaan SAP 2000 v14.1 meliputi banyak elemen struktural seperti jembatan, bangunan pencakar langit dan analisa space frame. Lebih jauh lagi, SAP 2000 v 14.1 juga dapat digunakan untuk menghitung berbagai macam material seperti beton, baja, dan juga termasuk balok komposit. Walaupun SAP 2000 v14.1 dapat digunakan sebagai analisa berbagai macam bangunan dan material, bukan berarti bahwa SAP 2000 v14.1 dapat melakukan semua desain. SAP 2000 v14.1 mempunyai keterbatasan dalam desain space frame, termasuk mendesain ball joint. Ball joint adalah salah satu jenis connector yang digunakan dalam struktur space frame. Hal ini membuat seorang perencana, harus mendesain ukuran space frame dan ball joint secara manual. Untuk mengantisipasi keterbatasan tersebut, SAP 2000 v14.1 dikembangkan sebagai program yang berbasis API (Advanced Programming Interface). Dengan basis API, user dapat mengembangkan program SAP 2000 v14.1 sesuai dengan kebutuhan user tersebut. API adalah salah satu penghubung dari SAP 2000 dengan bahasa pemrograman Sehingga, API dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan SAP 2000 v14.1 dalam mendesain dan menganalisa suatu struktur yang tidak disediakan oleh SAP 2000 v14.1. Program ini memerlukan suatu bahasa pemrograman yang digunakan sebagai alat desain dan kalkulasi, seperti Visual Basic.NET. 1.2. Perumusan Masalah Perumusan masalah yang ingin dicapai dalam tugas akhir “Desain Software Struktur Space Frame menggunakan MERO Sistem Terintegrasi dengan SAP 2000 v 14.1” adalah: 1. Bagaimana untuk mendesain elemen space frame dan connector ball joint dengan menggunakan MERO sistem. 2. Bagaimana membuat koneksi antara SAP 2000 v 14.1 dengan Visual Basic.NET
19
Embed
1 DESAIN SOFTWARE SPACE FRAME sehingga sangat …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17385-3107100076-Paper.pdf · pada frame elemen plat dan struktur lengkung. ... dalam mendesain
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
DESAIN SOFTWARE SPACE FRAME
MENGGUNAKAN MERO SISTEM
TERINTEGRASI DENGAN SAP2000 V14.1 Nama Mahasiswa : Rionaldhy Adrian L. NRP : 3107 100 076 Jurusan : Teknik Sipil FTSP ITS Dosen Pembimbing : 1. Bambang Piscesa, ST, MT 2. Ir. Kurdian S, MS ABSTRAK
Space frame adalah salah satu sistem struktural
yang sangat banyak digunakan dalam bidang
konstruksi baja sejak waktu yang lampau. Sistem ini
mempunyai banyak keuntungan, salah satunya
dikarenakan karena space frame sangat ringan. Ini
membuat struktur space frame dapat digunakan dalam
bentang yang panjang
Sambungan adalah salah satu bagian yang sanagt
penting dalam space frame, di mana MERO sistem
termasuk yang banyak digunakan karena sangat mudah
dalam sistem fabrikasi.
Teknologi untuk mendesain sambungan
menggunakan MERO sistem sangat terbatas. Sarjana
teknik yang ingin mendesian ukuran sambungan ball
joint harus menggunakan perhitungan manual. Ini
menjadi masalah bagi desainer yang ingin mendesain
sambungan space frame dikarenakan banyaknya noda
sambungan yang harus didesain.
Tujuan utama dari Tugas akhir ini adalah untuk
mendesain software yang bisa digunakan untuk
mendesain sambungan ball joint menggunakan MERO
system. Semua batang dalam sambungan ini adalah
batang hollow structural section. Verifikasi dari
program ini harus menggunakan perhitungan manual
dikarenakan belum adanya program sejenis yang bisa
digunakan sebagai pembanding. Lebih jauh lagi,
program ini diharapkan bias dikembangkan lebih jauh
lagi, untuk mendesain bentuk struktur yang optimum
Space frame adalah sistem struktural berupa elemen linear sehingga gaya yang terjadi dapat diteruskan menjadi elemen tiga dimensi. Secara umum, space frame digunakan sebagai tampilan pada frame elemen plat dan struktur lengkung. Space frame mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan sistem struktural lainnya,antara lain space frame merupakan material yang ringan
sehingga sangat cocok digunakan elemen atap struktur seperti stadion.
Space frame bukanlah merupakan salah satu struktur tipe yang baru. Jauh pada waktu yang lampau, ratusan atau mungkin ribuan publikasi ditulis dan teknologi modern diaplikasikan pada struktur dan juga telah dikembangkan pada banyak tempat. SAP 2000 (Structural Analysis Program) v 14.1 adalah salah satu program canggih yang digunakan sebagai analisis dan desain pada bangunan- bangunan struktural . Penggunaan SAP 2000 v14.1 meliputi banyak elemen struktural seperti jembatan, bangunan pencakar langit dan analisa space frame. Lebih jauh lagi, SAP 2000 v 14.1 juga dapat digunakan untuk menghitung berbagai macam material seperti beton, baja, dan juga termasuk balok komposit.
Walaupun SAP 2000 v14.1 dapat digunakan sebagai analisa berbagai macam bangunan dan material, bukan berarti bahwa SAP 2000 v14.1 dapat melakukan semua desain. SAP 2000 v14.1 mempunyai keterbatasan dalam desain space
frame, termasuk mendesain ball joint. Ball joint adalah salah satu jenis connector yang digunakan dalam struktur space frame. Hal ini membuat seorang perencana, harus mendesain ukuran space
frame dan ball joint secara manual. Untuk mengantisipasi keterbatasan tersebut,
SAP 2000 v14.1 dikembangkan sebagai program yang berbasis API (Advanced Programming
Interface). Dengan basis API, user dapat mengembangkan program SAP 2000 v14.1 sesuai dengan kebutuhan user tersebut. API adalah salah satu penghubung dari SAP 2000 dengan bahasa pemrograman Sehingga, API dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan SAP 2000 v14.1 dalam mendesain dan menganalisa suatu struktur yang tidak disediakan oleh SAP 2000 v14.1. Program ini memerlukan suatu bahasa pemrograman yang digunakan sebagai alat desain dan kalkulasi, seperti Visual Basic.NET.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang ingin dicapai dalam tugas akhir “Desain Software Struktur Space Frame menggunakan MERO Sistem Terintegrasi dengan SAP 2000 v 14.1” adalah: 1. Bagaimana untuk mendesain elemen space
frame dan connector ball joint dengan menggunakan MERO sistem.
2. Bagaimana membuat koneksi antara SAP 2000 v 14.1 dengan Visual Basic.NET
2
3. Bagaimana pertanggungjawaban program ini bila dibandingkan dengan penghitungan secara manual.
1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada tugas akhir “Desain Software Struktur Space Frame Menggunakan MERO Sistem Terintegrasi dengan SAP 2000 v 14.1” adalah: 1. Membuat desain space frame yang optimum dan connector ball joint dengan menggunakan MERO sistem 2. Membuat koneksi program antara SAP 2000 v 14.1 dengan Visual Basic.NET 3. Membandingkan hasil perhitungan antara program yang dibuat dengan SAP 2000 v 14.1 dengan perhitungan manual 1.4. Batasan masalah
Dalam tugas akhir “Desain Software Struktur Space Frame Menggunakan MERO Sistem Terintegrasi Dengan SAP 2000 v 14.1” hanya dibatasi pada masalah: 1. Pada studi ini hanya menggunakan SAP
2000 v 14.1 2. Pada studi ini hanya menggunakan program
VisualBasic.NET 3. Metode yang digunakan untuk mendesain
adalah dengan menggunakan MERO sistem
4. Pada studi ini tidak meninjau gaya kabel dan pylon
1.5. Manfaat
Manfaat yang didapat pada tugas akhir “Desain Software Struktur Space Frame Menggunakan MERO Sistem Terintegrasi dengan SAP 2000 v 14.1” adalah: 1. Program ini membantu perencana
bagaimana untuk mendesain dan menganalisa desain space frame secara optimum
2. Memberi informasi kepada pembaca tentang bagaimana cara mendesain sambungan ball
joint menggunakan MERO sistem
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Space Frame
Pembangunan space frame pertama kali dipelopori oleh insinyur Jerman, Schwedler dan Zimmermann pada abad ke- 19. Zimmermann membuat bentang sepanjang 361 ft (108,3 m) pada Exhibition Structures di Lyons pada awal 1894.
Space frame juga dibangun oleh Schwelder di Civic Centre di Charlotte, Carolina Utara, Amerika Serikat setelah Perang Dunia ke 2 dengan panjang bentang 332 ft (99,6 m). Pencapaian tersebut adalah hal yang luar biasa pada waktu itu. Sistem ini dilanjutkan pada 1937, ketika Dr. Mengerinhousen tertarik kepada struktur space
frame. Dia menyadari bahwa penggunaan space
frame dalam skala besar akan menjadi mungkin jika produksi dipindahkan ke pabrik dan dilakukan perakitan di lapangan. Dr. Mengerinhousen mengembangkan studi yang bertujuan untuk mereduksi perakitan dan penemuannya tentang MERO konektor menjadi solusi dalam perakitan yang lebih mudah.
Space frame yang menggunakan noda berbentuk bola pejal dan batang HSS (Hollow
Structural Section) ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Gambar space frame dan
connector
Space frame terdiri dari batang aksial, yang biasa digunakan adalah tube, yang lebih dikenal dengan circular hollow sections atau rectangular
hollow sections, dan sambungan, yang menyambung semua anggota batang. Anggota struktural batang lainnya seperti WF, juga bisa digunakan, terutama jika beban yang didistribusikan ke noda menyebabkan bending pada batang aksial.Ketika beban yang didistribusikan hanya berupa beban aksial, circular hollow sections dan rectangular hollow
sections lebih banyak digunakan karena lebih efisien, memiliki jari- jari girasi yang lebih tinggi untuk area yang sama
3
1.2 Dasar Teori Space Frame
2.2.1. Pembebanan Struktur
Pembebanan yang bekerja pada struktur bangunan terdiri dari beban mati (berat sendiri space frame dan beban mati tambahan), beban hidup (penonton), beban angin dan beban gempa. Untuk kombinasi pembebanan dapat mengacu pada beberapa peraturan seperti RSNI-1727 1989.
Beban – beban yang bekerja secara detail dijabarkan sebagai berikut : 1. Beban Mati
Beban mati yang bekerja pada struktur atap bangunan ini berupa beban yang berasal dari berat sendiri elemen struktur dan beban mati tambahan yang berupa :
- Ball Joint
- Gording Primer dan Sekunder - Mecanical dan electrical - Lampu Spot Light
2. Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada struktur atap bangunan ini diambil sesuai dengan keadaan ruangan yang digunakan, salah satunya adalah air hujan.
3. Beban angin
Beban angin yang digunakan dalam perencanaan ini menggunakan RSNI-1727 1989. 4. Beban Gempa
Peninjauan beban gempa pada perencanaan struktur bangunan ini ditinjau secara analisa dinamis 3 dimensi. Fungsi response spectrum ditetapkan sesuai peta wilayah gempa sebagaimana ketentuan dalam SNI 1726-2010 serta mempertimbangkan kondisi tanah dilokasi rencana struktur bangunan. Parameter-parameter perhitungan gaya gempa berupa base
shear mengacu pada ketentuan yang telah diatur dalam SNI 1726-2010 dan SNI 2847-2002. Jumlah ragam translasi disesuaikan dengan besarnya eccentricity antara pusat massa terhadap pusat kekakuan ec. Besarnya jumlah ragam translasi (n) yang ditinjau ≥ 3 untuk nilai ec < 0,10 dan untuk struktur lainnya ≥ 5. 5. Beban Temperatur
Beban temperatur yang digunakan diambil dari penentuan ekstrim perubahan suhu malam dan siang di daerah bangunan.
6. Kombinasi Pembebanan
Setelah menentukan besarnya beban- beban yang bekerja pada struktur, selanjutnya dapat digunakan kombinasi pembebanan untuk mendapatkan beban maksimum yang bekerja. Kombinasi pembebanan yang digunakan dapat mengacu dari berbagai peraturan, salah satunya adalah berdasarkan RSNI 1727-1989 pasal 2.3, dapat dilihat sebagai berikut:
- )(4.1 FD - )/(5.0)(6.1)(2.1 RLrHLTFD
- )8.0/()/(6.12.1 WLRLr L - WRLrLD L 6.1)/(5.02.1 - ELD L 0.12.1 - HWD 6.16.19.0 - HED 6.10.19.0 dimana : D = Beban Mati E = Beban Gempa F = Beban akibat cairan dengan tekanan
yang terdefiniskan dan tinggi masimum H = beban akibat tekanan tanah lateral L = Beban Hidup
L = 0.5 bila L< 5 kPa dan L =1 bila L>5 kPa R = Beban hujan W = Beban angin T = Beban temperatur 2.2.2. Ketentuan Umum
2.2.2.1. Lingkup
Spesifikasi ini ditujukan untuk desain HSS bulat yang digunakan digunakan pada sambungan bangunan yang menggunakan HSS (Hollow
Structural Section). HSS yang dipersyaratkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) bentuk prismatik struktural; dan (2) produk pipa atau tabung yang memenuhi persyaratan toleransi geometrik, persyaratan tarik dan persyaratan kimia dari standar yang ditetapkan. 2.2.2.2. Material
1. Baja Struktural
Material HSS yang digunakan harus memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut: Spesifikasi standar untuk Pipa, Baja, Black
and Hot Dipped, lapisan zink, Welded and
Seamless. ASTM A53/A53M-99b Gr.B
4
Spesifikasi standar Cold- Formed Welded dan Seamless Carbon Steel Structural
Tubing in Rounds and Shapes, ASTM A500-99
Spesifikasi standar untuk Hot-Formed dan Seamless Carbon Steel Structural Tubing, ASTM A501-99
Spesifikasi standar untuk Hot- Formed
Welded dan Seamless High-Strength Low-
Alloy Structural Tubing, ASTM A501-99 Spesifikasi standar untuk Cold-Formed
Welded dan Seamless High Strength, Low-
Alloy Structural Tubing with Improved
Atmospheric Corrosion Resistance, ASTM A847-99a
2. Desain Ketebalan Dinding
Desain ketebalan dinding t harus digunakan dalam perhitungan dengan melibatkan ketebalan dinding HSS. Ketika ketebalan dinding tidak diketahui, diijinkan untuk diambil 0.93 kali dari ketebalan nominal dinding.
2.2.2.3. Kombinasi Beban Beban nominal dan beban terfaktor yang
ditetapkan pada struktur yang didesain pada kondisi yang telah ditetapkan. Pada persyaratan yang telah ditetapkan, beban dan faktor kombinasi beban termasuk pengaruh dari beban crane. Untuk keperluan desain, beban seperti yang telah ditetapkan harus diambil sebagai beban nominal.
Jika diijinkan dalam persyaratan bangunan, gaya angin yang diterima oleh HSS dapat direduksi dengan faktor fR . fR dapat diambil
sebesar 32fR
untuk HSS bulat.
2.2.3. Persyaratan Desain
2.2.3.1. Luas area efektif
AxUAe (2.2.3.1-1)
a) Untuk sambungan las, A = Ag, di mana
adalah luas area total dengan U = 1 b) Untuk sambungan dengan pelat buhul, A =
An, di mana An adalah luas area total dikurangi dengan luas area yang diganti dengan sambungan
L
xU 1 (2.2.3.1-2)
Pada persamaan di atas, x adalah jarak tegak lurus dari sambungan ke titik centroid dari luas area total.
Untuk HSS yang berbentuk bulat,
Dx (2.2.3.1-3)
di mana: L = panjang sambungan dalam arah pembebanan (mm) D = diameter terluar dari HSS bulat (mm)
2.2.3.2. Local Buckling
1. Klasifikasi Jenis Baja
HSS mempunyai 3 kriteria: kompak, tidak kompak, atau elemen langsing berdasarkan batas rasio kelangsingan λp dan λr pada Tabel 2.1. Untuk klasifikasi HSS yang termasuk kategori kompak, rasio kelangsingan λ harus lebih kecil atau sama dengan λp. Jika λ melebihi λp tetapi kurang atau sama dengan λr, HSS termasuk dalam kategori nonkompak. Jika λ melebihi λr, HSS termasuk dalam bagian kategori langsing. Untuk rasio kelangsingan, λ dapat dihitung dengan persamaan: Untuk HSS berbentuk lingkaran,
t
D
(2.2.3.2-1)
di mana D adalah diameter terluar dan t adalah tebal dinding HSS.
Persamaan ini hanya berlaku untuk HSS berbentuk lingkaran di mana λ kurang dari atau sama dengan yfE /448.0 , dengan E adalah
modulus elastisitas dan yf adalah tegangan leleh minimum baja.
2. Desain dengan Metode Plastis
Desain dengan menggunakan metode plastis diijinkan ketika kurang dari p seperti pada Tabel 2.1.
5
Tabel 2.1 Batas kelangsingan selimut untuk batang tekan
Sumber: LRFD Specification for Steel Hollow
Structural Section, November 2010,2000
2. Batas Rasio Kelangsingan
Untuk batas tekan, rasio kelangsingan rKl / tidak boleh melebihi 200. Untuk batang
tarik, rasio kelangsingan rl / tidak boleh melebihi 300. Untuk batang terkekang pada daerah gempa,
rl / harus memenuhi persyaratan dalam AISC
Seismic Provision for Structural Steel Building (AISC,1997) dan Seismic Provision Supplement
No.2 (AISC.2000).
2.3 Desain Batang
2.3.1 Desain Kekuatan Tarik
Desain dari kekuatan tarik Pn harus lebih kecil dari batas leleh pada luas area total dan area saat retak. (a) Menghitung tegangan leleh
9,0 AgfyPn (2.3.1-1)
(b) Menghitung tegangan putus
75,0 AeFuPn (2.3.1-2)
Ae = Area efektif,in2 (mm2) Ag = luas total dr HSS,in2 (mm2)
Desain kekuatan pada tekuk lentur pada batang tekan adalah nc P :
85,0c
gcr AFPn (2.3.2-1)
crF dapat ditetapkan sebagai berikut:
(a) Untuk ,5.1Qc
y
QFQFcr c )658.0(
2
(2.3.2-2)
(b) Untuk ,5.1Qc
yFc
Fcr
2
877.0
(2.3.2-3)
di mana:
E
F
r
Klc
y
(2.3.2-4)
Q ditentukan dengan persamaan berikut, seperti Tabel 2.1 (a) Untuk
r 1Q (b) Untuk
r , dengan yFE /448.0 ,
32
)/(0379.0
tDF
EQ
y
(2.3.2-5)
2.4. Sambungan dan Pengencang
2.4.1. Umum
Sambungan adalah bagian yang sangat penting dalam space frame. Penggunaan sambungan yang sesuai adalah bagian yang sangat menentukan kesuksesan desain dan konstruksi. Berbagai macam tipe sambungan tergantung pada tipe sambungan, termasuk baut, las atau sambungan konektor mekanik yang khusus. Berbagai macam tipe sambungan telah dikembangkan, menghasilkan beberapa penemuan tentang berbagai macam sambungan yang sudah lama digunakan. Sistem sambungan pada space frame lebih penting daripada beberapa tipe lain, dikarenakan batang yang disambung akan menjadi sistem sambungan tunggal. Lebih jauh lagi, members
6
yang terletak pada area 3 dimensi yang membuat transfer beban menjadi lebih kompleks. Sampai saat ini,telah ditemukan kurang lebih 250 macam tipe sambungan di seluruh dunia, dan lebih dari 50 perusahaan yang bergerak di bidang sambungan space frame. Sayangnya, banyak dari tipe sambungan ini yang tidak sukses karena terlalu rumitnya sistem sambungan ini. Berbagai macam tipe sambungan yang umum digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.2, Tabel 2.3, Tabel 2.4 dan Tabel 2.5. Secara umum, tipe sambungan dapat dibedakan menjadi 3:
a) Dengan noda b) Tanpa noda c) Sistem fabrikasi khusus
(a) Tipe sambungan bola
(b) Tipe sambungan silinder
(c) Menggunakan lempengan
(d) Menggunakan prisma
Tabel 2.2. Tipe sambungan dengan menggunakan noda
Tabel 2.3. Tipe sambungan tanpa noda
Tabel 2.4 Sambungan dengan menggunakan
fabrikasi
Sistem sambungan yang umum digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.5:
Tabel 2.5. Sistem sambungan yang umum
digunakan
2.4.2. Konus dan tebal konus
Diameter terluar dari konus dapat diambil seperti rumus 2.4.2-1 3*tnDc
(2.4.2-1)
7
Di mana: n = rasio perbandingan diameter konus dan diameter frame
Tebal dari konus dapat diambil dengan rumus (2.4.2-2)
y
cf
Ptw max
(2.4.2-2) Untuk mempermudah desain tebal
konus,maka tebal konus digunakan sebagai kelipatan 0.1.
2.5 Diameter, Tebal dan Panjang Baut
Diameter baut untuk kombinasi beban aksial untuk ASTM A325 dan ASTM A490 adalah Rn ,
di mana adalah 0.75
bnn AFR
(2.5-1)
Di mana: nR = kekuatan nominal baut (in2)
nF = kekuatan nominal luas per satuan luas (dapat dilihat pada Tabel 2.6)
bA = luasan area berdasarkan kekuatan diameter baut
2
41
DA
(2.5-2)
Daftar spesifikasi tabel diameter baut untuk
ASTM490 dapat dilihat pada tabel 2.7
Tabel 2.6.Kekuatan nominal baut per satuan luas
Tabel 2.7. Ukuran baut dari ASTM325 dan A490
Gambar 2.2. Ukuran baut berdasarkan ASTM 325 dan
ASTM 490
2.6 Diameter dari Ball Joint
MERO conector, diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Mengeringhausen, 50 tahun lalu, dan menjadi sangat popular pada bangunan semi permanen dan permanen. Konektor ini terbuat dari noda yang difabrikasi dengan sistem hot-press. Bagian batang dari noda adalah hollow sections dengan ujung cone tajam yang dilas pada sambungan, diakomodasi dengan sambungan baut. Baut yang digunakan dipertebal dengan hexagonal
sleeve and sambungan dowel pin, yang berakhir pada sambungan joint seperti pada Gambar 2.3. Noda ini dapat menyambung lebih dari 18 batang, di mana tidak terdapat eksentrisitas. Pabrikan dapat memproduksi noda dengan ukuran 46.5 to 350 mm,dengan ukuran baut yang berkisar antara M12 sampai dengan M64 dengan gaya maksimum yang diijinkan adalah 1413 kN. MERO conector mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya semua member dari space frame melewati satu sambungan, yang mengurangi eksentrisitas beban pada joint. Hal ini membuat beban yang terjadi pada sambungan hanyalah beban aksial. Gaya pada batang juga
8
ditahan oleh baut dan cone pada ujung frame. Bentuk ball joint dapat dilihat seperti Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Sambungan MERO konektor
Diameter ball joint dengan menggunakan MERO sistem dihitung
dengan menggunakan persamaan 2.6.1.
21
22
112 2cot
sinddd
dD
(2.6-1)
Bagaimanapun, untuk memenuhi persyaratan dari sambungan antar frame, diameter harus dipenuhi dengan persamaan (2.6-2)
21
22
112 2cot
sinddd
dD
di mana: D = diameter dari bola baja (mm) = besar sudut terkecil yang dibentuk dari 2 baut (rad)
21 ,dd = diameter dari baut1 dan baut2 (mm) , = ditentukan dari nilai tarik atau kekuatan
tekanan baut
= 1.1 = 1.8 Untuk perhitungan besar sudut antar batang, menggunakan rumus (2.6-3)
22222 2cos
kjicba
ckbjai
(2.6-3)
Di mana: a,b,c = koordinat dari vektor 1 i,j,k = koordinat dari vektor 2 Jika 160 atau 20 , maka D = 2.25* bolt length, dikarenakan sudut yang terlalu kecil, membuat ukuran diameter ball joint menjadi sangat besar. MERO connector pertama kali dikembangkan untuk double layer grid. Sambungan tipe terbaru dari sistem sambungan ini, bernama Mero plus sistem yang dapat digunakan untuk berbagai macam tipe struktur. Hollow tipe persegi atau persegi panjang dapat digunakan untuk berbagai macam tipe sambungan. Sambungan dari bentuk ball joint dapat menyalurkan beban geser,dan menahan torsi
BAB III
METODOLOGI
3.1. Bagan Alir
9
3.2. Algoritma Pemrograman Susunan program secara umum dibuat menurut diagram alir Gambar 3.2
YA
START
Permodelan
Struktur
Pembebanan
Perhitungan Gaya Dalam
Kontrol terhadap gaya
aksial batang (Bab 2.2)
A
TIDAK
A
Desain diameter dan tebal
konus
Desain diameter dan panjang
Baut
Desain Diameter Ball Joint
END
Gambar 3.2 Flowchart analisa perhitungan space
frame
BAB V
STUDI KASUS
Untuk mengetahui kebenaran dan ketelitian program Ball Joint Design, maka diperlukan verifikasi. Dikarenakan belum ada program yang dapat menghitung diameter ball joint, maka verifikasi yang digunakan adalah verifikasi manual.
5.1 Studi Kasus 1
5.1.1. Penggunaan Software
Pada studi kasus yang pertama, akan menggunakan permodelan sederhana dengan tujuan mencari profil yang optimum dan diameter ball joint, termasuk bagian sambungan meliputi diameter konus dan baut. Data- data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Dimensi alas = 500 cm x 500 cm 2. Tinggi permodelan, 500m 3. Mutu baja , fy = 240 MPa=2400 kg/cm2
fu = 370 Mpa=3700 kg/cm2 4. Mutu Baut
A490 =113 psi 5. Diameter profil,
P1 = 5 cm, tebal dinding 1 cm Diameter conus-profil: 0.5
10
Axial-ultimate ratio:1 6. Nilai Faktor load sebagai berikut:
PD (kN) :10 kg 7. Kombinasi pembebanan yang digunakan:
Comb1 = 1.4 D
Kasus ini akan diselesaikan dengan SAP 2000 terlebih dahulu, untuk mendapatkan gaya- gaya maksimum yang terjadi dan selanjutnya digunakan Ball Joint Design untuk mendesain sambungan. Pada langkah terakhir, akan digunakan verifikasi manual sebagai pembanding.
Langkah – langkah yang dilakukan antara
lain : 1. Input 1 : File > New Model > Grid Only
Masukkan koordinat, Sumbu x = 250 cm dan 500 cm Sumbu y = 250 cm dan 500 cm Sumbu z = 500 cm
Pilih Ok (lihat gambar 5.1)
Gambar 5.1 Input Grid Line untuk kasus 1
2. Input 2: Define > Materials > Add New
Material Masukkan : Strength, ƒy = 240 Mpa =
2400 kg/cm2 Strength, ƒu = 370 Mpa = 3700 kg/cm2
Pilih Ok. (lihat gambar 5.2)
Gambar 5.2 Input Material Property Data
3. Input 3: Define > Section Properties >
Frame Sections > Add new Sections > Pipe
Masukkan : FSEC1:t3=5 cm,tw=1.0 cm Pilih Ok. (lihat gambar 5.3)
Gambar 5.3 Input Section Property Data
4. Input 4: Draw > Draw Frame/Cable/Tendon
Gambar permodelan seperti pada Gambar 5.4
11
Gambar 5.4 Gambar permodelan
5. Input 5: Assign > Joint > Restrain
Menggunakan perletakan sendi seperti pada gambar 5.5
Gambar 5.5 Gambar permodelan dan
perletakan
6. Input 6: Define > Load Pattern Menggunakan beban mati, dengan self
weight multiplier sebesar 1,seperti pada Gambar 5.6
8. Input 8: Assign > Joint Load Menggunakan beban mati sebesar 100
kg
Gambar 5.8 Joint Forces
9. Input 8: Analyze > Set Analysis Options >
Space Truss Menggunakan Space truss dan me-
restrain DOF (Degree Of Freedom) Ux,Uy dan Uz yang tersedia seperti pada Gambar 5.9
Gambar 5.9 Analysis Options
10. Running program : Analyze > Run analysis
12
Mengaktifkan semua pilihan Case Name, kecuali Modal
Analysis, seperti pada Gambar 5.10
Gambar 5.10 Set Load Cases to Run
11. Display > Show Forces/Stresses >
Frames>Axial Force
Menampilkan gaya aksial tiap frame seperti pada Gambar 5.11
Gambar 5.11 Members Force Diagram
for Frames
12. Setelah mengklik OK, maka akan tampak output seperti pada Gambar 5.12
Gambar 5.12 Gaya aksial frame
13. Buka Ball Joint Design dengan mengklik 2
kali pada ikon Ball Joint Design.exe.
Selanjutnya akan terlihat menu seperti pada Gambar 5.12
Gambar 5.12 Menu utama Ball Joint
Design
14. Input > Axial-capacity ratio
Memasukkan nilai 1 untuk nilai axial-
capacity ratio, seperti pada Gambar 5.13
Gambar 5.13 Nilai axial-capacity ratio
15. Memasukkan input diameter konus, dengan
cara Input >
Conus Diameter ratio, seperti pada Gambar 5.14
Gambar 5.14 Conus-diameter ratio
13
16. Memasukkan input diameter baut yang
hendak dipakai, dengan cara Input > Bolt, seperti pada Gambar 5.15
Gambar 5.15 Mutu Baut menggunakan A490
17. Running program, dengan menampilkan hasil
output untuk diameter profil dan bagian-bagian yang digunakan. Dengan
mengklik Display, sehingga akan tampak seperti pada Gambar 5.15
Gambar 5.15 Display hasil desain ball
joint
5.1.2. Perhitungan manual
1. Data- data output dari SAP 2000 v14.1 Gaya aksial frame 1 dan 2: 0 kg Gaya aksial frame 3 dan 4: 0 kN Gaya aksial frame 5 ,6,7,8: 97.64 kg
2. Perhitungan diameter konus secara manual: Diameter konus 1 sampai 8:
55.05.0 xxtDc cmDc 5.2
Diameter tebal konus
04068333,02400
64.97
fy
PA
)(41 2
12 ddcA
)5.2(14.3410407.0 2
12 dxx
396.21 d Tebal konus yang
digunakan=2
396.25.21 ddc
Tebal konus = 0.0522 cm Tebal konus terkecil (tc) = 0.1 cm
Diameter baut:
0123.07944.6868
64.97
fy
PA cm
2
41
bdA
)(14.3410123.0 2
bdxx
126.0bd cm Diameter baut yang terkecil yang dipakai =1.27 cm
Diameter bola:
Data- data konus : 10Dc cm 1.0tc cm 27.1Db cm
Sudut antara 2 batang(rumus 2.6-3)
22222 2
coskjicba
ckbjai
02.48
21
211
21 )()2cot
sin( ddd
dD
22
1 )27.18.1()27.11.122.48cot27.12.48sin
27.1( xxxD
05.61 D cm
21
21
22 )()cot
sin( dd
dD
222 )27.18.1()2.48cot27.11.1
2.48sin27.18.1
( xxxx
D
14
88.42 D cm Diameter yang dipakai:
05.61 D cm10 cm
5.2. Studi Kasus 2
5.2.1. Penggunaan Software
Langkah – langkah yang dilakukan antara lain :
1. Input 1 : File > Open New Model
Dikarenakan permodelan yang digunakan cukup kompleks, maka untuk pembuatan permodelan seperti ini dapat digunakan permodelan menggunakan Autocad 2010. Menggunakan SAP 2000 cukup rumit dalam penggunaan frame yang rumit seperti pada gambar 5.15
Gambar 5.15 Input Grid Line untuk kasus 2
2. Input 2: Define > Materials > Add New
Material > STEEL Masukkan : Strength, ƒy = 2400 kg/cm2
Strength, ƒu = 3700 kg/cm2 Pilih Ok. (lihat gambar 5.16)
Gambar 5.16 Input Material Property Data
3. Input 3: Define > Section Properties >
Frame Sections > Add new Sections > Pipe
Masukkan : macam-macam profil, seperti pada Gambar 5.17
Pilih Ok. (lihat gambar 5.17) Daftar profil yang digunakan dapat
dilihat pada lampiran1
Gambar 5.17 Input Section Property Data
4. Input 4: Define > Load Pattern Menggunakan beban mati, dan
bermacam- macam beban lainnya seperti pada Gambar 5.18
15
Berbagai macam pembebanan yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Memasukkan jenis- jenis pembebanan yang digunakan,seperti pada lampiran 3 dan lampiran 4
7. Input 8: Analyze > Set Analysis Options >
Space Truss Menggunakan Space truss dan me-
restrain DOF (Degree Of Freedom) Ux,Uy dan Uz yang tersedia seperti pada Gambar 5.19
Gambar 5.19 Analysis Options
8. Running program : Analyze > Run analysis
Mengaktifkan semua pilihan Case
Name,termasuk Modal
Analysis, seperti pada Gambar 5.20
Gambar 5.20 Set Load Cases to Run
9. Design > Steel Frame design > Start Design
> Check of Structure
Mengecek kekuatan ratio tiap profil dengan hasil seperti pada Gambar 5.21
Gambar 5.21 Start Design/ Check of
Structure
10. Buka Ball Joint Design dengan mengklik 2
kali pada icon Ball Joint Design.exe. Selanjutnya akan terlihat menu seperti pada Gambar 5.22
16
Gambar 5.22 Menu utama Ball Joint
Design
11. Input > Normal-ultimate ratio
Memasukkan nilai 0.7 untuk nilai normal-ultimate ratio, seperti pada Gambar 5.23
Gambar 5.23 Nilai axial-capacity ratio
12. Input > Conus-diameter ratio
Memasukkan nilai 0.5 sebagai perbandingan antara diameter konus dengan diameter frame
13. Input > Bolt
Menggunakan ASTM 490 (Fu=113 psi)
14. Menampilkan hasil output untuk diameter profil dan bagian-bagian yang digunakan. Dengan mengklik Display, sehingga akan tampak seperti pada Gambar 5.23. Hasil iterasi dari profil optimum dapat dilihat seperti pada Gambar 5.22
Gambar 5.23. Output hasil iterasi
space frame
Gambar 5.24 Display output desain space
frame dan ball joint
5.2.2. Perhitungan Manual
Ambil nodal 1 (-0.00007421,-118.75, 3338.686), berikut adalah daftar profil yang ter-connect dengan nodal 1
Setelah membandingkan hasil perhitungan dari program Ball Joint Design dengan perhitungan manual dalam beberapa kasus, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari beberapa contoh studi kasus yang telah
dianalisa pada bab sebelumnya, maka didapatkan hasil desain pada bagian- bagian sambungan dengan hasil perhitungan manual adalah sama. Hal ini dikarenakan pembulatan interval yang digunakan untuk tiap- tiap bagian sambungan dengan perbandingan hitungan manual.
2. Pada desain space frame telah dihasilkan profil –profil optimum dari profil- profil yang tersedia.
3. Desain sambungan ball joint yang dihasilkan cukup kecil, sehingga dapat mengurangi berat sendiri sambungan. Desain ball joint akan menjadi semakin besar bila nilai axial-
capacity ratio semakin kecil. 6.2 Saran
Setelah melakukan perencanaan desain ball joint dengan menggunakan program Ball Joint
Design di atas maka penulis memberikan beberapa saran antara lain : 1. Perlu digunakan metode iterasi dalam
mendapatkan profil yang optimum. Dengan profil yang didesain awal, profil tersebut belum tentu kuat dan optimum. Dengan metode iterasi, maka akan digunakan profil yang tersedia yang mendekati optimum.
2. Perlu dikembangkan software sejenis yang mampu mendesain bentuk space frame yang lebih optimum, beserta profil-nya.
DAFTAR PUSTAKA 1. AISC, Load and Resistance Factor Design
Specification for Steel Hollow Structural
Section, American Institute of Steel Conctruction Ltd.,2000
2. Gosnel,Densill,Beginning Visual
Basic.NET Database
Programming,Wrox Press Ltd:2002 3. Chen,Wai Fah,Handbook of Structural
Engineering,CRC Press:2004. 4. American Institute of Civil
Engineering,,2000.Load and Resistance
Factor Design Specification for Steel
Hollow Structural Section, American Institute of Steel Conctruction Ltd.
5. Ramaswamy,G.S.,Eekhout,M.,Suresh,G.R.2002. Analysis, Design and Construction of