BALITA PADA RUMAHTANGGA MISKIN DI KABUPATEN PRIORITAS KERAWANAN PANGAN DI INDONESIA LEBIH RENTAN MENGALAMI GANGGUAN GIZI Annis Catur Adi dan Dini Ririn Andrias Departemen Gizi FKM UNAIR 1 Child Poverty and Social Protection Conference 10–11 September 2013
15
Embed
1 BALITA PADA RUMAHTANGGA MISKIN DI … Day 2/Theme1a Singosari/Annis_ppt_bahas… · Akselerasi revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Perlunya kajian kualitatif
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BALITA PADA RUMAHTANGGA MISKIN DI KABUPATEN PRIORITAS KERAWANAN PANGAN DI INDONESIA LEBIH RENTAN
MENGALAMI GANGGUAN GIZI
Annis Catur Adi dan Dini Ririn AndriasDepartemen Gizi FKM UNAIR
1
Child Poverty and Social Protection Conference 10–11 September 2013
Pendahuluan
• Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkatkonsumsi minimum (<1400 kkal/hari) sebesar 14,47% dan(<2000 kkal/hr) sebesar 64,21%, hampir dua kali lipat daritarget MDGs (35,32%)
bukti: adanya gangguan ketahanan pangan rumah tangga di Indonesia, yang dapat berdampak gangguan status gizikelompok rentan, diantaranya balita
Status gizi sebagai dasar pembangunan dan berperanpenting terhadap kualitas SDM
Tujuan Penelitian
• Menilai status gizi dan menganalisis risiko gangguangizi balita pada rumahtangga miskin di daerahprioritas dan non prioritas kerawanan pangan di Indonesia
Wilayah Rawan Pangan
Prioritas I Prioritas II Prioritas III
IndividuBalita
Rumah tangga
Wilayah
IndividuBalita
Rumah tangga
Wilayah
IndividuBalita
Rumah tangga
Wilayah
kemiskinan
Metode Penelitian
• Disain: Analisi lanjut data cross sectional hasil Riskesdastahun 2010
• Tempat: 99 kabupaten, diantara 71 kabupaten prioritasmasalah kerawanan pangan (Prioritas I : 11 kab, Prioritas II: 25 kab dan Prioritas III: 35 kab) dan 28 kab. non prioritas)
• Unit analisis: 11084 Rumahtangga (RT) dan 2464 RT diantaranya tergolong miskin dan memiliki balita
Karakteristik Balita dan Rumahtangga
Risiko Gangguan Gizi Balitamenurut kategori prioritas kerawanan wilayah
Risiko Underweight, Stunting dan WastingBalita menurut usia pada rumahtangga miskin
Kategori Usia Balita pada RumahtanggaMiskin di wilayah prioritas kerawanan
pangan
Risiko
n (%) p-value OR
Gizi buruk dan gizi kurang
4 – 5 tahun 124 (6.9) 0.013* 1.742 (1.141-2.660)1 – 3 tahun 398 (22.2) 0.033* 1.535 (1.049-2.246)7 – 11 bulan 25 (1.4) 0.977 1.054 (0.590-1.883)0 – 6 bulan 39 (2.2)
Sangat pendek dan pendek
4 – 5 tahun 179 (10.1) 0.024* 1.588 (1.080-2.336)1 – 3 tahun 626 (35.3) 0.008* 1.608 (1.143-2.263)7 – 11 bulan 42 (2.4) 0.788 1.111 (0.663-1.861)0 – 6 bulan 63 (3.6)
Sangat kurus dan kurus4 – 5 tahun 42 (2.4) 0.081 0.610 (0.363-1.024)1 – 3 tahun 211 (12.0) 0.818 0.927 (0.603-1.427)7 – 11 bulan 17 (1.0) 0.918 0.913 (0.471-1.769)0 – 6 bulan 29 (1.6)
*significant (chi-square
IMPLIKASI KEBIJAKAN
Kemiskinan dan kerawanan pangan seringkali salingberkaitan.
Kerawanan pangan (taraf meso/micro) berdampak padadefisiensi zat gizi hingga gangguan status gizi kelompokrentan gizi,terutama balita yang merupakan Gold Period.
Prioritas wilayah kerawanan pangan dan tingkat kemiskinanrumahtangga menjadi factor risiko terjadinya underweight danstunting balita
• Balita di wilayah prioritas kerawanan pangan di Indonesia, berisiko underweight (2,17 kali) dan stunting (1,67 kali) lebihbesar dibanding diwilayah non prioritas
• Balita pada rumahtangga miskin di wilayah prioritas kerawananpangan, berisko defisiensi gizi (defisiensi energi 1,44 kali danprotein 1,39 kali) dan masalah status gizi (underweight 1,45 kali dan stunting 1,41 kali ) lebih besar dibandingkan balita padarumahtangga tidak miskin.
REKOMENDASI KEBIJAKAN
• Percepatan perbaikan gizi balita dengan mengintegrasikan upayapengetasan kemiskinan dan peningkatan pelayanan gizi:
Fokus sasaran: balita pada rumahtangga miskin, terutama balita laki-lakiberusia 1- 3 tahun, dengan tetap tidak mengabaikan balitaperempuan.
Fokus kegiatan: Perbaikan akses pangan rumahtangga miskin dan inovasiintervensi gizi balita diintegrasikan dengan penguatanekonomi produktif dan modal social.
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Focus perhatian wilayah:
kabupaten prioritas I masalah kerawanan pangan (30 Kabupatendi Indonesia berdasarkan FIA), dengan tidak mengabaikankabupaten prioritas berikutnya.
Fokus kelembagaan:
Akselerasi revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi(SKPG).
Perlunya kajian kualitatif coping strategy terkait gizi danekonomi rumahtangga miskin di daerah prioritas I kerawanan pangan.