Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muḥammad melalui malaikat Jibril sebagai cahaya kehidupan dan petunjuk bagi manusia 1 . Al-Qur‟an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab 2 . Sehingga untuk dapat memahami isi dan kandungannya, al-Qur‟an perlu ditafsirkan. Upaya penafsiran al-Qur‟an sudah dimulai sejak al-Qur‟an diturunkan, yaitu Nabi Muḥammad sebagai mufasir yang pertama. Setelah itu dilanjutkan oleh para sahabat, tabi„in, tabi„ut tabi„in, hingga ulama-ulama pada masa sekarang. Oleh karena itu al-Qur‟an harus bisa dipahami sesuai dengan keadaan dan perkembangan zaman. Sehingga kandungan al-Qur‟an dapat relevan kapanpun dan di manapun. 3 Pada proses menafsirkan al-Qur‟an, mufasir menggunakan beberapa metode penafsiran, seperti taḥlīlī, mauḍū‘ī, muqāran, dan ijmālī. Perbedaan dalam menggunakan metode tafsir al-Qur‟an sangat dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern, seperti karakter atau kepribadian dan kapasitas intelektual mufasir tersebut. Sedangkan faktor ekstern, seperti lingkungan dan budaya tempat mufasir hidup. 4 Mengkaji tafsir al-Qur‟an erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan tafsir. Perkembangan tafsir dibagi dalam tiga periode, yaitu periode mutaqaddimīn, muta’akhirīn, dan modern. Adapun perkembangan tafsir di Indonesia sudah dimulai sejak abad ke-16 M. Sebagaimana penemuan sebuah manuskrip Tafsīr Sūrah al-Kaḥfi di Aceh, namun tidak diketahui penulisnya. Diduga manuskrip tersebut dibuat pada masa awal pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Pada awal abad ke-17 M manuskrip tersebut dibawa ke Belanda oleh seorang ahli bahasa Arab asal Belanda. Hingga saat ini manuskrip tersebut menjadi koleksi Cambridge University Library. 5 1 Lihat QS. al-Baqarah [2]: 185 2 Lihat QS. Yūsuf [12]: 2; QS. ar-Ra„d [13]: 37; QS. an-Naḥl [16]: 103; QS. Tāhā [20]: 113; QS. az- Zumar [39]: 28 3 Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir al-Qur’an di Indonesia, Solo: Tiga Serangkai, 2003, hlm. 1 4 Umar Shihab, Kontekstualitas al-Qur’an, Jakarta: Pena Madani, 2005, hlm. 94 5 Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia, Jakarta: Teraju, 2003, hlm. 53
11

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur ...

Jan 18, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muḥammad melalui malaikat Jibril

sebagai cahaya kehidupan dan petunjuk bagi manusia1. Al-Qur‟an diturunkan

dengan menggunakan bahasa Arab2. Sehingga untuk dapat memahami isi dan

kandungannya, al-Qur‟an perlu ditafsirkan. Upaya penafsiran al-Qur‟an sudah

dimulai sejak al-Qur‟an diturunkan, yaitu Nabi Muḥammad sebagai mufasir yang

pertama. Setelah itu dilanjutkan oleh para sahabat, tabi„in, tabi„ut tabi„in, hingga

ulama-ulama pada masa sekarang. Oleh karena itu al-Qur‟an harus bisa dipahami

sesuai dengan keadaan dan perkembangan zaman. Sehingga kandungan al-Qur‟an

dapat relevan kapanpun dan di manapun.3 Pada proses menafsirkan al-Qur‟an,

mufasir menggunakan beberapa metode penafsiran, seperti taḥlīlī, mauḍū‘ī,

muqāran, dan ijmālī. Perbedaan dalam menggunakan metode tafsir al-Qur‟an

sangat dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern, seperti

karakter atau kepribadian dan kapasitas intelektual mufasir tersebut. Sedangkan

faktor ekstern, seperti lingkungan dan budaya tempat mufasir hidup.4

Mengkaji tafsir al-Qur‟an erat kaitannya dengan pertumbuhan dan

perkembangan tafsir. Perkembangan tafsir dibagi dalam tiga periode, yaitu periode

mutaqaddimīn, muta’akhirīn, dan modern. Adapun perkembangan tafsir di

Indonesia sudah dimulai sejak abad ke-16 M. Sebagaimana penemuan sebuah

manuskrip Tafsīr Sūrah al-Kaḥfi di Aceh, namun tidak diketahui penulisnya.

Diduga manuskrip tersebut dibuat pada masa awal pemerintahan Sultan Iskandar

Muda (1607-1636 M). Pada awal abad ke-17 M manuskrip tersebut dibawa ke

Belanda oleh seorang ahli bahasa Arab asal Belanda. Hingga saat ini manuskrip

tersebut menjadi koleksi Cambridge University Library.5

1 Lihat QS. al-Baqarah [2]: 185

2 Lihat QS. Yūsuf [12]: 2; QS. ar-Ra„d [13]: 37; QS. an-Naḥl [16]: 103; QS. Tāhā [20]: 113; QS. az-

Zumar [39]: 28 3 Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir al-Qur’an di Indonesia, Solo: Tiga Serangkai, 2003,

hlm. 1 4 Umar Shihab, Kontekstualitas al-Qur’an, Jakarta: Pena Madani, 2005, hlm. 94

5 Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia, Jakarta: Teraju, 2003, hlm. 53

Page 2: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur ...

2

Pada abad ke-17 M muncul sebuah karya tafsir lengkap 30 juz yang

bernama Tarjumān al-Mustafīd, ditulis oleh Abdul Rauf al-Singkili (L. 1615 / w.

1693 M), namun tidak diketahui secara pasti mengenai tahun penulisan tafsir ini.

Kemudian abad selanjutnya, muncul sebuah karya tafsir yang menggunakan bahasa

Melayu-Jawi, yaitu Kitāb Farā’iḍ al-Qur’ān, namun tidak diketahui siapa

penulisnya. Karya tersebut hanya berisi penafsiran sūrah an-Nisā’ ayat 11 dan 12.6

Pada abad ke-19 dan seterusnya ditemukan kembali sebuah karya tafsir

lengkap 30 juz karya Syaikh Nawawi al-Bantani (L. 1813 / w. 1879 M) yaitu Tafsīr

Munīr Lima‘ālim at-Tanzīl, kemudian al-Furqān karya Ahmad Hassan (L. 1887 /

w. 1962 M), lalu Tafsīr al-Qur’ān Indonesia karya Mahmud Yunus (L. 1899 / w.

1973 M). Tafsīr al-Azhar karya Hamka (L. 1908 / w. 1981) dan masih banyak lagi

yang lainnya. Adapula karya tafsir ulama di Indonesia yang menggunakan bahasa

daerahnya. Di antara tafsir-tafsir yang menggunakan bahasa daerah, tafsir

berbahasa Jawa cukup banyak dan beragam. Di antaranya al-Ibrīz Lima‘rifah Tafsīr

al-Qur’ān al-‘Azīz karya Bisri Mustofa (L. 1915 / w. 1977 M). Tafsīr al-Hudā

karya Bakri Syahid (L. 1918 M). al-Qur‟an Suci Boso Jawi karya Muḥammad

Adnan (L. 1889 / w. 1969 M). Tafsīr al-Iklīl fī Ma‘ānī at-Tanzīl karya Misbah

Mustofa (L. 1916 / w. 1994 M) dan sebagainya.7

Tafsīr al-Ibrīz merupakan salah satu tafsir yang ditulis menggunakan bahasa

Jawa, dengan tujuan agar masyarakat lokal Jawa mampu memahami kandungan al-

Qur‟an secara saksama.8 Karya tafsir ini menggunakan bahasa yang ringan dicerna.

Sehingga dapat dipahami baik oleh orang yang masih awam ataupun yang sudah

ahli.

Tafsīr al-Ibrīz disusun dalam tiga puluh jilid, yang pada setiap jilidnya

terdapat satu juz dalam al-Qur‟an. Ada pula yang disusun dalam tiga jilid dan

masing-masing jilid memuat sepuluh juz. Bahkan dalam edisi terbarunya hanya

terdiri dari satu jilid saja yang diterbitkan dengan menggunakan huruf latin namun

tetap memakai bahasa Jawa seperti yang aslinya. Berdasarkan hasil pengecekkan

langsung terhadap kitab tafsir ini, sūrah Yāsīn merupakan sūrah yang di dalamnya

terdapat pembahasan yang cukup berbeda dengan sūrah yang lainnya.

6 Islah Gusmian, Op. Cit., hlm. 54

7 Ibid., hlm. 55

8 Bisri Mustofa, Al-Ibrīz Lima‘rifah Tafsīr al-Qur’ān al-Azīz, Kudus: Menara Kudus, T.th, hlm. 1

Page 3: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur ...

3

Pada sūrah Yāsīn terdapat khātimah sūrah. Di dalamnya berisi tentang

Keesaan Allah, ketetapan risalah, serta adanya yaumul ba‘aṡ dan yaumul hasyr.9

Cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an dalam Tafsīr al-Ibrīz menggunakan bentuk

ungkapan-ungkapan seperti tanbīh, fāidah, muhimmah, dan sebagainya. Di dalam

sūrah Yāsīn terdapat beberapa ayat yang dalam satu ayatnya terdapat lebih dari satu

keterangan yang digunakan oleh Bisri Mustofa, seperti dalam ayat 1-3, 34-35, 48-

50, dan 68. Hal tersebut memberikan penafsiran yang cukup rinci jika

dibandingkan dengan penafsiran beliau dalam sūrah yang lainnya. Pada sūrah

Yāsīn ayat 34-35 juga ditafsirkan oleh beliau dengan disertai gambar, yaitu gambar

dua buah toples, keduanya dalam keadaan tertutup. Toples pertama berisi tumbuhan

dan toples yang kedua berisi hewan.

Selain itu berdasarkan sumber bacaan dari buku-buku lain, terdapat

beberapa hadis yang mengemukakan tentang keutamaan sūrah Yāsīn. Salah satunya

adalah hadis yang menyebutkan bahwa sūrah Yāsīn merupakan jantungnya al-

Qur‟an, yaitu:

ث نا حيد بن عبد الرحن عن السن بن صالح عن هارون أب ممد عن ث نا ممد بن سعيد حد حد

مقاتل بن حيان عن ق تادة عن أنس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن لكل شيء ق لبا وإن

ا ق رأ القر ن ع ر مراا 10ق ل القر ن س من ق رأها ك

Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin Sa‟id, telah

menceritakan kepada kami Humaid bin Abdurrahman, dari al-Hasan

bin Shalih, dari Harun Abu Muḥammad, dari Muqatil bin Hayyan,

dari Qatādah, dari Anas, ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda:

Sesungguhnya setiap sesuatu memiliki hati dan sesungguhnya hati

al-Qur‟an adalah sūrah Yāsīn. Barangsiapa yang membacanya, maka

ia seakan-akan telah membaca al-Qur‟an sebanyak sepuluh kali.

Meskipun hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hadis di atas dinilai

ḍa‘īf, akan tetapi hadis tersebut masih dijadikan pegangan oleh para ulama. Hal

tersebut dikarenakan hadis yang ḍa‘īf dapat diamalkan dalam hal keutamaan-

keutamaan beramal, seperti yang dikemukakan oleh Imam Ibnu Hajar dalam Kitab

Tanbīhul Akhyār dan dikutip oleh Syaikh Nawawi al-Bantani dalam kitab Tanqīḥ

9 Bisri Mustofa, Op. Cit., hlm. 1570

10 Abū Muḥammad „Abd Allāh ibn „Abd ar-Rahmān ad-Dārimī, Sunan ad-Dārimī Jilid 2, Beirut:

Dār al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2012, hlm. 336. Lihat hadis nomor 3416

Page 4: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur ...

4

al-Qaul al-Ḥaṡīṡ fī Syarḥ Lubāb al-Ḥadīṡ, hadis ḍa‘īf juga merupakan hujjah bagi

pelaksanaan keutamaan amal menurut kesepakatan para ulama, seperti yang

tercantum dalam kitab Syarḥul Muhadzdzab dan kitab yang lainnya.11

Sūrah Yāsīn merupakan sūrah yang paling sering dibaca dan sangat populer

di kalangan masyarakat umat Islam. Sūrah Yāsīn pada umumnya dibaca oleh

masyarakat setiap malam Jum‟at, pada saat seseorang menjelang ajal (sakaratul

maut), pada saat acara tahlil bagi seseorang yang telah meninggal, pada malam

Niṣfu Sya‘ban dan sebagainya.12

Rangkaian kegiatan tersebut telah menjadi tradisi

umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah guna memohon terkabulnya

hajat, menghilangkan kesusahan, memperbaiki diri, memohon ampunan serta

memohon rahmat bagi orang yang meninggal maupun yang masih dalam keadaan

sakaratul maut.13

Penelitian terhadap sūrah Yāsīn ini menggunakan kitab al-Ibrīz Lima‘rifah

Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīz karya Bisri Mustofa sebagai acuannya. Hal tersebut

dikarenakan Tafsīr al-Ibrīz merupakan kitab tafsir yang cukup unik, yaitu

berbahasa Jawa dan menggunakan huruf Arab pegon yang telah banyak dipakai di

pesantren-pesantren di Indonesia, bahkan dipakai juga oleh salah seorang ustadz di

Slangor, Malaysia.14

Selain itu Tafsīr al-Ibrīz juga merupakan satu-satunya kitab tafsir Indonesia

yang dikoreksi oleh pengarangnya sendiri ketika beliau telah meninggal.15

Oleh

karena itu penulis tertarik untuk mengkajinya, baik dalam aspek penulisan, bahasa,

maupun pemikirannya.

11

Muḥammad ibn „Umar an-Nawawī al-Bantanī, Tanqīḥ al-Qaul al-Ḥaṡīṡ fī Syarḥ Lubāb al-Ḥadīṡ,

Surabaya: Nurul Huda, T.th, hlm. 2. Lihat bagian Muqaddimah 12

Achmad Chodjim, Menerapkan Keajaiban Surat Yasin dalam Kehidupan Sehari-hari, Jakarta:

Serambi, 2008, hlm. 9 13

Ahmad Yunus al-Muhdhar, Sampaikah Pahala Bacaan Yasin & Tahlil kepada Mayit, Surabaya:

Cahaya Ilmu, T.th, hlm. 121 14

Bisri Mustofa, Tafsīr al-Ibrīz versi Latin, Ed. Bisri Adib Hattani, Wonosobo: Lembaga Kajian

Strategis Indonesia, 2015, hlm. vi. Lihat bagian Kata Pegantar oleh A. Mustofa Bisri (Gus Mus) 15

Diceritakan oleh Gus Mus (putera kedua Bisri Mustofa), bahwa menjelang empat puluh hari

setelah kematian ayahnya, ia kedatangan seorang tamu dari Cirebon (tidak diketahui namanya). Tamu

tersebut menyampaikan bahwa kemarin di Cirebon, ia bertemu dengan KH. Bisri Mustofa dan mendapat

pesan darinya agar Gus Mus mengoreksi sūrah al-Fatḥ dalam Tafsīr al-Ibrīz, karena di dalamnya terdapat

sedikit kesalahan. Setelah itu Gus Mus segera menemui KH. Abu Amar dan KH. Arwani (pentashih Tafsīr

al-Ibrīz). Informasi yang disampaikan oleh tamu tersebut ternyata benar, dalam sūrah al-Fatḥ terdapat satu

kesalahan kecil yang lolos dalam beberapa kali koreksi. Pada ayat 18 seharusnya berbunyi: Laqad

raḍiyallāhu ‘anil mu’minīna, dalam Tafsīr al-Ibrīz tertulis Laqad raḍiyallāhu ‘alal mu’minīna. Lihat Samsul

Munir Amin, Karomah Para Kiai, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2008, hlm. 42, dikutip dari buku Ngetan

Ngulon Ketemu Gus Mus karya Abu Asma Anshari, dkk

Page 5: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur ...

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dan uraian dari latar belakang di atas, maka

rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana Penafsiran Sūrah Yāsīn dalam Tafsīr al-Ibrīz?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk:

Mendeskripsikan Penafsiran Sūrah Yāsīn dalam Tafsīr al-Ibrīz

Adapun kegunaan penelitian dalam pembuatan skripsi ini antara lain:

1. Menambah wawasan tentang penafsiran mufasir Indonesia khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi para mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon

2. Memberikan kontribusi pemikiran terhadap masyarakat dalam khazanah studi

Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir

3. Sebagai syarat kelulusan bagi penulis dalam menempuh gelar sarjana dalam

ruang lingkup kajian Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, di Fakultas Ushuluddin Adab

Dakwah, IAIN Syekh Nurjati Cirebon

D. Telaah Pustaka

Kajian tentang sūrah Yāsīn yang akan dibahas, tidak terlepas dari

pandangan para ahli terhadapnya dan penafsiran-penafsiran sūrah Yāsīn

sebelumnya. Oleh karena itu sebelum melakukan penelitian terhadap sūrah Yāsīn

dalam Tafsīr al-Ibrīz, terlebih dahulu dilakukan telaah terhadap hasil-hasil

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Adapun karya-karya yang berkaitan

dengan sūrah Yāsīn dalam Tafsīr al-Ibrīz di antaranya:

Buku terjemah “Tafsir Sūrah Yāsīn” karya Hamami Zadah dan

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Achmad Sunarto. Buku ini

merupakan buku terjemahan dari kitab yang berjudul Hamamī Yāsīn. Buku ini

membahas keseluruhan ayat dalam sūrah Yāsīn, yang ditafsirkan secara rinci.16

Buku “Misteri Surat Yasin: Surat Seribu Penawar, Seribu Nur, Seribu

Rahmat, Seribu Sayang dan Seribu Petunjuk” karya Syamsuddin Noor. Buku ini

membahas sūrah Yāsīn sebagai sūrah yang menakjubkan. Sūrah Yāsīn adalah

16

Hamami Zadah, Hamamī Yāsīn, terj. Achmad Sunarto, Surabaya: Mutiara Ilmu, 2014

Page 6: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur ...

6

hatinya al-Qur‟an. Sūrah Yāsīn adalah sūrah yang dibacakan sebelum langit, bumi

dan Nabi Adam diciptakan. Berisi pula tentang berkah dan kemukjizatan sūrah

Yāsīn. Kaifiyah mengamalkan sūrah Yāsīn dan khasiatnya, serta do`a setelah

membaca sūrah Yāsīn dan ditutup dengan penafsiran sūrah Yāsīn.17

Skripsi yang berjudul “Penafsiran Surat Yāsīn Abdurrauf al-Singkili (Kajian

atas Kitab Tarjumān al-Mustafīd)” karya Rukiah. Skripsi ini membahas kajian

terhadap tafsir sūrah Yāsīn dalam kitab Tarjumān al-Mustafīd. Di dalamnya

mendeskripsikan analisa langsung yang berisikan inti makna yang dikandung,

seperti pembahasan seputar sūrah Yāsīn. Nabi Muḥammad sebagai utusan yang

membawa kebenaran. Cerita penduduk an-Takiyah. Balasan bagi orang mukmin

dan orang kafir. Tanda-tanda kekuasaan Allah. Kondisi orang beriman dan kafir di

akhirat. Al-Qur‟an bukanlah syair. Kepastian adanya hari kebangkitan. Analisa

qirā’at, yaitu qirā’at yang ditafsirkan maupun qirā’at yang tidak ditafsirkan.18

Tesis yang berjudul “Tafsīr al-Ibrīz li Ma’rifat at-Tafsir al-Qur‟an al-‘Azīz

karya Bisri Mustofa Rembang (Studi Metodologi dan Pemikiran)” karya Iing

Mishbahuddin. Tesis ini memuat tentang metodologi penafsiran Tafsīr al-Ibrīz.

Penulisnya mencoba menjelaskan metode Bisri Mustofa dalam menyusun kitab

tafsirnya yang hampir sama dengan kitab tafsir al-Jalālain. Kitab tersebut juga

menjadi salah satu rujukan Bisri Mustofa dalam menyusun kitab tafsirnya. Selain

itu, penulis juga memaparkan pemikiran Bisri Mustofa dalam menafsirkan al-

Qur‟an dengan berdasarkan pada latar belakang pendidikan dan sosialnya.19

Skripsi yang berjudul “Kisah-kisah Isra`iliyat dalam Tafsir al-Ibrīz karya

KH. Bisyri Musthofa: Studi Kisah Umat-umat terdahulu dan Para Nabi dalam Kitab

Tafsīr al-Ibrīz” karya Achmad Syaefudin. Skripsi ini mendeskripsikan penafsiran

Bisri Mustofa terhadap ayat-ayat qiṣṣah, kemudian menganalisanya dengan

membandingkan dengan penafsiran-penafsiran yang ada. Selain itu tema cerita

Isra’iliyyat yang ada hanya berupa sejarah ataupun hikmah dan bukan dalam hal

hukum ataupun aqidah. Adapun tentang kesesuaian dengan akal dan syari‟at,

cerita-cerita tersebut termasuk maqbul dan maskut ‘anhu dan tidak ditemukan

17

Syamsuddin Noor, Misteri Surat Yasin: Surat Seribu Penawar, Seribu Nur, Seribu Rahmat,

Seribu Sayang dan Seribu Petunjuk, Jakarta: al-Mawardi Prima, 2009 18

Rukiah, Penafsiran Surat Yasin Abdurrauf al-Singkili (Kajian atas Kitab Tarjumān al-Mustafīd),

Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, 2015 19

Iing Misbahuddin, Al-Ibrīz Lima‘rifah Tafsīr al-Qur’ān al-Azīz Karya Bisyri Musthafa Rembang:

Studi Metodologi dan Pemikiran, Tesis Pasca Sarjana Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, 1989

Page 7: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur ...

7

mardūd. Hal tersebut dikarenakan Bisri Mustofa sangat berhati-hati dalam

menukilkan cerita Isra’iliyyat, meskipun mayoritas tidak dicantumkan asal riwayat

tersebut.20

Berdasarkan telaah pustaka di atas, maka perbedaan penelitian yang akan

dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada sūrah yang akan

dibahas, yaitu Sūrah Yāsīn dan kitab yang akan digunakan sebagai bahan kajian,

yaitu Tafsīr al-Ibrīz. Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif

analisis, yaitu mendeskripsikan hasil temuan kemudian menganalisanya secara

kritis.

E. Kerangka Teori

1. Sūrah Yāsīn

Sūrah Yāsīn adalah salah satu sūrah yang keseluruhan ayat-ayatnya

turun di Makkah sebelum Nabi Muḥammad Saw berhijrah. Sementara ulama

berpendapat bahwa ayat ke 12 turun di Madinah, berkaitan dengan keinginan

Bani Salamah meninggalkan lokasi tempat tinggal mereka menuju lokasi

Masjid Nabawi. Adapula yang berpendapat bahwa ayat 45 tidak termasuk

dalam kategori ayat Makiyyah21

. Sūrah ini merupakan sūrah ke-41 dari segi

perurutan turunnya. Sūrah ini turun setelah sūrah al-Jin dan sebelum sūrah al-

Furqan, yaitu sekian tahun setelah masa kenabian dan sebelum terjadinya

peristiwa Isra’ Mi‘raj. Sūrah ini dinamai sūrah Yāsīn karena kedua huruf

alphabet Arab ي dan س memulai ayat-ayatnya. Nama ini telah dikenal sejak

masa Rasulullah Saw. beliau bersabda: إقرأوا على موتاكم يس (Bacakanlah sūrah

Yāsīn bagi orang-orang yang meninggal di antara kalian). Kata mautakum

dipahami oleh banyak ulama dalam arti orang-orang yang sedang akan mati.

Ada juga yang memahaminya dalam arti orang-orang yang telah mati. 22

20

Achmad Syaefudin, Kisah-kisah Isra’iliyyat dalam Tafsīr al-Ibrīz karya KH. Bisyri Musthofa:

Studi Kisah Umat-umat terdahulu dan Para Nabi dalam Kitab Tafsīr al-Ibrīz, Skripsi Fakultas Ushuluddin

IAIN Sunan Kalijaga, 2003 21

Bisri Mustofa, Op. Cit., hlm. 1529 22

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an Vol. 11, Jakarta:

Lentera Hati, 2002, hlm. 501

Page 8: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur ...

8

2. Metode Tafsir

Metode tafsir merupakan cara atau langkah yang digunakan oleh

penafsir pada saat menafsirkan al-Qur‟an. Secara umum metode tafsir dibagi

menjadi empat kategori, yaitu:

a. Metode Tafsir Tahlili (Analisis), yaitu mendeskripsikan makna yang

terkandung dalam ayat-ayat al-Qur‟an berdasarkan susunan mushaf disertai

dengan analisis tentang kandungan ayat tersebut23

b. Metode Tafsir Ijmali (Global), yaitu menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an

berdasarkan susunan mushaf secara ringkas dengan menggunakan bahasa

yang sederhana24

c. Metode Tafsir Muqaran (Perbandingan), yaitu mengambil sejumlah ayat al-

Qur‟an, kemudian mengemukakan pendapat mufassir dan

membandingkannya serta mengambil kesimpulan dari hasil perbandingan

tersebut25

d. Metode Tafsir Maudhu‟i (Tematik), yaitu menghimpun ayat-ayat al-Qur‟an

yang membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasarkan

kronologi sebab turunnya ayat-ayat tersebut, setelah itu penafsir

memberikan penjelasan yang diakhiri dengan kesimpulan26

3. Corak Tafsir

Corak tafsir adalah nuansa atau sifat khusus yang mewarnai sebuah

penafsiran. Adapun macam-macam corak tafsir di antaranya:

a. Tafsir Fiqhi (Corak Hukum), yaitu corak tafsir yang berorientasi kepada

hukum Islam

b. Tafsir Falsafi (Corak Filsafat), yaitu corak tafsir yang penjelasannya

menggunakan pendekatan filsafat

c. Tafsir Shufi (Corak Tasawuf), yaitu corak tafsir yang penjelasannya

menyoroti masalah ilmu tasawuf

23

Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung: Tafakur, 2007, hlm. 104 24

Supiana dan M. Karman, Ulumul Quran, Bandung: Pustaka Islamika, 2002, hlm. 321 25

Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an: Ilmu untuk Memahami Wahyu, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2011, hlm. 118 26

Abū al-Hayy al-Farmawī, Al-Bidāyah fī Tafsīr al-Mauḍū‘ī, terj. Suryan A. Jamrah, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 1996, hlm. 36

Page 9: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur ...

9

d. Tafsir al-Adab al-Ijtima‟i (Corak Sosial Kemasyarakatan), yaitu corak tafsir

yang pembahasannya menekankan pada masalah-masalah sosial

kemasyarakatan

e. Tafsir „Ilmi (Corak Ilmiah), yaitu corak tafsir yang menggali kandungan al-

Qur‟an berdasarkan teori-teori ilmu pengetahuan 27

4. Sumber Tafsir

Berdasarkan sumbernya, tafsir dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Tafsir bi al-Ma’sur, yaitu tafsir yang sumber penafsirannya menggunakan

al-Qur‟an atau sunnah

b. Tafsir bi ar-Ra’yi, yaitu tafsir yang sumber penafsirannya menggunakan

rasio atau akal28

F. Metode Penelitian

Hasil penelitian yang ilmiah dan akurat tergantung pada sejauh mana cara

perolehan dan pengumpulan data yang berkualitas. Langkah-langkah penelitian

yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini di antaranya:

1. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan

data melalui metode kepustakaan (library research), baik dengan cara

membaca, memahami, dan menganalisa buku-buku, serta literatur yang

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

Pada tahap pengumpulan data, sumber data dibagi menjadi dua bagian,

yaitu:

a. Sumber data primer, yaitu data yang sangat mendukung dan menjadi pokok

dalam pembahasan skripsi ini, dalam hal ini kitab yang dipakai adalah kitab

Tafsīr al-Ibrīz Lima„rifah Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīz karya Bisri Mustofa

b. Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang dianggap perlu untuk

membantu kajian ini, baik itu dengan telaah buku-buku mengenai hal itu,

dengan melihat kitab-kitab tafsir yang lain yang dapat membantu dan

memberikan kontribusi dalam masalah ini.

27

Supiana dan M. Karman, Op. Cit., hlm. 314 28

Acep Hermawan, Op. Cit., hlm. 114

Page 10: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur ...

10

2. Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data, kemudian dilakukan pengolahan data

dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Metode ini dilakukan untuk

mendeskripsikan penafsiran sūrah Yāsīn oleh Bisri Mustofa, kemudian data

tersebut akan dianalisis secara kritis. Adapun untuk mengetahui penafsiran

sūrah Yāsīn yang dilakukan oleh Bisri Mustofa, uraian yang akan disajikan

adalah berdasarkan keterangan yang terdapat dalam sūrah ini, berupa tanbīh,

muhimmah, khātimah dan adanya gambar.

3. Penarikan Kesimpulan

Untuk mengolah dan menganalisa data yang telah terkumpul, digunakan

beberapa metode berikut:

a. Metode Induktif, yaitu cara penarikan kesimpulan dari data-data yang

bersifat khusus menuju kesimpulan akhir yang bersifat umum

b. Metode Deduktif, yaitu cara penarikan kesimpulan dari data-data yang

bersifat umum menuju kesimpulan akhir yang bersifat khusus.

4. Teknik Penulisan

Penulisan ayat-ayat al-Qur‟an berpedoman pada al-Qur‟an dan

terjemahannya yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia.

Sedangkan teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Proposal atau Skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh

Nurjati Cirebon”.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, dan untuk memudahkan

penyusunan skripsi ini, masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan

penulisan sebagai berikut:

Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan, berisi uraian tentang latar

belakang masalah kemudian rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian yang digunakan, dan terakhir

adalah gambaran isi penyajian dalam bentuk sistematika penulisan

Page 11: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur ...

11

Bab Kedua, berisi pemaparan tentang pembahasan sūrah Yāsīn dan

keutamaan sūrah Yāsīn, beserta hadis-hadis yang menerangkan tentang keutamaan

sūrah Yāsīn dan pendapat para ulama tentang keutamaan sūrah Yāsīn

Bab Ketiga, berisi keterangan tentang biografi Bisri Mustofa dan studi

kitab al-Ibrīz Lima„rifah Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīz. Pada bagian biografi, akan

dibahas riwayat hidup, rihlah keilmuan, kehidupan sosial, politik, keagamaan,

pemikiran serta karya beliau. Sedangkan pada bagian studi kitab, akan dibahas

aspek teknis penulisan tafsir dan aspek hermeneutik tafsir

Bab Keempat, berisi tentang analisa dari penafsiran Bisri Mustofa dalam

sūrah Yāsīn, meliputi sistematika penafsiran sūrah Yāsīn dan tiga pokok

pembahasan dalam sūrah Yāsīn

Bab Kelima, merupakan bab penutup, yang meliputi kesimpulan dari hasil

pada bab-bab sebelumnya disertai juga dengan saran-saran yang terkait masalah

pembahasan tentang sūrah Yāsīn dalam Tafsīr al-Ibrīz sebagai tindak lanjut dari

penelitian ini sekaligus merupakan penutup dari rangkaian pembahasan dalam

skripsi ini.