Top Banner

of 98

08E00677

Jul 06, 2018

Download

Documents

Calvaria
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/17/2019 08E00677

    1/98

    PENGARUH PROTEKSI VITAMIN C TERHADAP

    KADAR UREUM, KREATININ DAN GAMBARAN

    HISTOPATOLOGIS GINJAL MENCITYANG DIPAPAR PLUMBUM

    TESIS

    Oleh

    BERNIKE DOLOKSARIBU

    067008003/BM

        S   E  K

     O   L A  

    H    

    P     A   S   C  AS A  R J

      A   N

        A

     

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2008

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal MencitYang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    2/98

    PENGARUH PROTEKSI VITAMIN C TERHADAP

    KADAR UREUM, KREATININ DAN GAMBARAN

    HISTOPATOLOGIS GINJAL MENCITYANG DIPAPAR PLUMBUM

    TESIS

    Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan

    dalam Program Studi Ilmu Biomedik pada

    Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

    Oleh

    BERNIKE DOLOKSARIBU

    067008003/BM

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2008 

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    3/98

    Judul Tesis  : PENGARUH PROTEKSI VITAMIN C TERHADAP

    KADAR UREUM, KREATININ DAN GAMBARAN

    HISTOPATOLOGIS GINJAL MENCIT YANG DIPAPARPLUMBUM

    Nama Mahasiswa : Bernike Doloksaribu

    Nomor Pokok : 067008003

    Program Studi : Ilmu Biomedik

    Menyetujui

    Komisi Pembimbing :

    dr. Datten Bangun, M.Sc.Sp.FK ( dr.H. Delyuzar, Sp.PA )

    Ketua Anggota

    Ketua Program Studi, Direktur,

    (dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B.,M.Sc.)

    Tanggal lulus: 19 September 2008

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    4/98

    Telah diuji pada

    Tanggal 19 September 2008

    ____________________________________________________________________

    PANITIA PENGUJI TESIS

    Ketua : dr. Datten Bangun, M.Sc., Sp.FK

    Anggota : 1. dr. H. Delyuzar, Sp.PA

    2. Prof. Dr. Burhanuddin Nasution, Sp.PK

    3. Mahdiah, DCN, M.Kes

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    5/98

    ABSTRAK

    Plumbum (Pb) adalah logam berat yang termasuk dalam kelompok B3 ( yang

     berbahaya dan beracun ) yang terdapat dalam kehidupan kita sehari-hari. Plumbum

    terdapat secara luas di lingkungan. Pb di lingkungan kebanyakan berasal dari pembakaran bahan bakar minyak kendaraan bermotor dan industri. Pb banyak

    terdapat di biosphere dan diketahui sebagai nephrotoksik. Orang dewasa dan anak-

    anak dapat terpapar oleh plumbum melalui makanan, udara dan air.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh proteksi vitamin

    C pada ureum, kreatinin dan gambaran histopatologi ginjal mencit yang dipapari

     plumbum.

    Penelitian ini adalah merupakan studi eksperimental laboratorium dengan uji

     Mann Whitney Study. Sebanyak 30 ekor mencit jantan (  Mus musculus L  ) strainDDW ( Double Distsch Webster  ) di bagi dalam 5 kelompok perlakuan yang masing-

    masing terdiri atas 6 ekor mencit jantan. Untuk itu mencit dibagi dalam kelompokkontrol (aquadest dan Pb asetat) dan kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan

    adalah kelompok yang diberi proteksi vitamin C dalam tiga dosis (200 mg/kgBB,

    500mg/kg dan 1000mg/kg) secara oral sekali sehari selama tujuh hari. Mencitkemudian diberi Pb asetat (20 mg/kgBB) secara intraperitoneal pada hari ke tujuh

    satu jam setelah pemberian vitamin C. Dua hari kemudian dilakukan pengambilan

    darah dan organ ginjal kemudian dilakukan pemeriksaan untuk menilai kadar ureum,kreatinin dan perubahan pada gambaran histopatologi ginjal mencit.

    Diperoleh hasil bahwa pemberian Pb 20 mg/kgBB dosis tunggal tidak

    mempengaruhi kadar ureum dan kreatinin. Namun gambaran histopatologi ginjal

    dengan dosis tersebut sudah menunjukkan kerusakan yang bermakna. Sedangkanuntuk proteksi vitamin C dengan dosis 500mg/kgBB dapat menurunkan kadar ureum.

    Dan pemberian vitamin C 200 dan 500 mg/kgBB dapat menurunkan kadar kreatinin.Pada pemeriksaan histopatologis menunjukkan vitamin C 1000 mg merupakan

     pelindung ginjal terbaik untuk tidak terjadinya perdarahan intertubuler, degenerasi

    dan nekrosis bila dibandingkan dengan dua dosis vitamin C lainnya.

    Kata kunci: Plumbum, ginjal, vitamin C, ureum, kreatinin

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    6/98

      ii

    ABSTRACT

    Lead ( Pb ) acetate is a heavy metal classified as a B3 group ( that means it is

    dangerous & poisonous ). It is used and found in daily life. Lead is a ubiquitouselement detected in all environmental media. Lead intake in adults and children

    mostly from foods, air and water. The majority of lead in the environment arises from

     burning fossil fuels in automobiles, and industrial emissions. Lead occurs widely inthe biosphere and is found to be a potent nephrotoxic.

    This study was performed to investigate the protective role of vitamin C

    (ascorbic acid) against lead acetate intoxication in mice as measured by ureum,

    creatinine and renal histology. This is a laboratory experimental study, the results

    were analysed with the Mann Whitney Test. A group of 30 mice ( Mus musculus)strain  Double Distsch Webster ( DDW ) was divided into five groups. Mice were

    randomized into control (aquadest and lead acetate) and experimental groups. Mice ofthe experimental groups were administered vitamin C in 3 doses (200 mg/kgBW,

    500 mg/kgBW and 1000 mg/kg BW ) orally once a day for 7 consecutive days. Mice

    were then treated with lead acetate (20 mg/kgBW intraperitoneally) on the 7th

      day,one hour after vitamin C administration.

    Two days afterward, the mice were sacrificed. Blood was taken intracardially

    and analyzed for ureum and creatinine levels . The kidney was examinedhistologically.

    The results indicated that administration of vitamin C at 500 mg/kgBW

    reduced ureum levels in plasma but not to a statistically significant level.

    Administration of vitamin C at 200 and 500 mg/kgBW reduced creatinine plasmalevels. Histologically, lead produced damage to the kidney like necrosis, degeneration

    and intertubuler haemorrhage bleeding ( control lead acetate group ). Vitamin C at1000mg/kgBW protected the kidney from this damage as compared to the quantitive

    and qualitative renal changes observed in the other two vitamin C treatment groups.

    Key words: Lead, kidney, vitamin C, ureum, creatinine

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    7/98

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya

     penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul, “Pengaruh Proteksi Vitamin C

    TerhadapKadar Ureum,Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit Yang

     Dipapar Plumbum “. 

    Tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan penulis dalam

    rangka memenuhi persyaratan untuk meraih gelar Magister pada Sekolah

    Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

    Dengan selesainya tesis ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

    yang sebesar-besarnya kepada:

    Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. H. Chairuddin P. Lubis, Sp.A(K)

    dan seluruh jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk

    mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

    Direktur Sekolah Pascasarjana USU Medan, Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B,

    M.Sc dan Ketua Program Studi Ilmu Biomedik dr. Yahwardiah Siregar,Ph.D., atas

    kesempatan, fasilitas dan dorongan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti

    dan menyelesaikan pendidikan program magíster di Sekolah Pascasarjana USU

    Medan.

    Terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya penulis

    sampaikan kepada dr. Datten Bangun, M.Sc., Sp.FK sebagai ketua komisi

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    8/98

     pembimbing dan dr. H. Delyuzar, Sp.PA (sebagai anggota komisi pembimbing) serta

    Prof.Dr. Burhanuddin Nasution,Sp.PK dan Mahdiah, DCN, M.Kes (sebagai komisi

     pembanding) yang dengan penuh perhatian memberikan dorongan, bimbingan,

    semangat, bantuan serta saran-saran yang bermanfaat kepada penulis dari persiapan

     penelitian sampai pada penyelesaian tesis ini. Terima kasih juga disampaikan kepada

    semua dosen yang telah membimbing penulis selama mengikuti program magister

    ini.

    Pada kesempatan ini secara khusus terima kasih kepada Direktur Poltekkes

    Medan, Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes dan Ketua Jurusan Gizi, Dra.Ida Nurhayati,

    M.Kes yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan

    magister di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

    Persembahan terima kasih yang tulus, rasa hormat dan sembah sujud kepada

    ayahanda ( H.Doloksaribu (alm) dan ibu E br.Pardosi ) yang telah membesarkan

    dengan penuh kasih sayang dan dengan jasa mereka penulis dapat menjalani

     pendidikan hingga pascasarjana.

    Kepada bapak dan ibu mertua ( St.Prof.Drs.D.Manurung dan Raden Ayu

    Moersyarah Djenadini ), suamiku tercinta St. M.Manurung, SE, ananda tersayang

    Yudith Andini, Alexander Nikita dan Dian Michael, tiada kata yang setara untuk

    mengutarakan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas cinta, kasih

    sayang, pengertian, pengorbanan, kesabaran dan dorongan serta doa yang diberikan

    kepada penulis. Serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan

    materil selama penulis menjalani pendidikan di Sekolah Pascasarjana.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    9/98

    Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh teman-teman

    seperjuangan, mahasiswa Pascasarjana USU Program Studi Ilmu Biomedik angkatan

    2006 atas segala kerjasama dan kekompakan yang telah terjalin selama ini. Terima

    kasih atas dua tahun yang indah dan penuh kenangan. Kepada seluruh pihak yang

    telah membantu selama penulis mengikuti pendidikan ini tak lupa penulis sampaikan

    rasa terima kasih yang tidak terhingga.

    Akhirnya, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari

    sempurna. Oleh karena itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun

    demi perbaikan tulisan ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Medan, 19 September 2008

    Penulis,

    (Bernike Doloksaribu)

     NIM : 067008003

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    10/98

      vi

    RIWAYAT HIDUP

    1. Nama : Bernike Doloksaribu

    2. Tempat/Tanggal Lahir : Lubuk Pakam, 26 Desember 1968

    3. Agama : Kristen Protestan

    4. Status : Menikah

    5. Alamat : Jl. Bahagia By Pass No. 1 Medan

    6. Telp/HP : 061-7862738/081396708279

    7. Pendidikan

    SD Kristen VIII Medan : 1975 – 1981

    SMP Negeri VII Medan : 1981 – 1984

    SMA Negeri V Medan : 1984 – 1987

    Sekolah Pembantu Ahli Gizi (SPAG)

    Persagi Lubuk Pakam : 1987 – 1988

    Akademi Gizi Jakarta : 1994 – 1996

    Akta III, IKIP Medan : 1998 – 1999

    D-IV Gizi Klinik FK Universitas Brawijaya Malang: 1999 – 2000

    Sekolah Pascasarjana, Program Biomedik, USU : 2006 – 2008

    8. Riwayat Pekerjaan

    Pengatur Gizi Rumah Sakit Umum Herna Medan : 1988 – 1989

    Staf SPAG Dep Kes RI Lubuk Pakam : 1989 – 1991

    Staf Pengajar Tetap di Akademi Gizi Lubuk Pakam : 1991 – sekarang 

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    11/98

    DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ................................................................................................................. i

    ABSTRACT............................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii

    RIWAYAT HIDUP.................................................................................................... vi

    DAFTAR ISI.............................................................................................................. vii

    DAFTAR TABEL...................................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi

    DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xii

    BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 6

    1.3 Kerangka Teori .......................................................................................... 6

    1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7

    1.5 Hipotesis..................................................................................................... 8

    1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 9

    2.1 Plumbum (Pb) ............................................................................................ 9

    2.1.1 Gambaran Umum........................................................................... 9

    2.1.2 Metabolisme Pb.............................................................................. 11

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    12/98

    2.1.3 Toksisitas Pb .................................................................................. 14

    2.1.4 Efek Plumbum Pada Ginjal............................................................ 17

    2.1.5 Radikal Bebas dan Anti Oksidan ................................................... 18

    2.2 Ginjal.......................................................................................................... 21

    2.2.1 Anatomi Umum.............................................................................. 21

    2.2.2 Gambaran Histologi ....................................................................... 22

    2.3 Pemeriksaan Biokimia Ginjal ................................................................... 24

    2.3.1 Ureum............................................................................................. 24

    2.3.2 Kreatinin......................................................................................... 25

    2.4 Biologi Mencit ........................................................................................... 26

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................. 28

    3.1 Desain Penelitian........................................................................................ 28

    3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 28

    3,3 Rancangan Penelitian................................................................................. 28

    3.4 Populasi Penelitian..................................................................................... 29

    3.5 Sampel Penelitian....................................................................................... 29

    3.6 Variabel Yang Diteliti ................................................................................ 30

    3.6.1 Variabel Independent ..................................................................... 30

    3.6.2 Variabel Dependent........................................................................ 30

    3.6.3 Variabel Kendali ............................................................................ 30

    3.7 Bahan ......................................................................................................... 30

    3.8 Alat............................................................................................................. 31

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    13/98

      3.9 Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 32

    3.9.1 Pemeliharaan Hewan Percobaan .................................................... 32

    3.9.2 Persiapan Hewan Percobaan .......................................................... 32

    3.9.3 Perlakuan Hewan Percobaan.......................................................... 33

    4. Prosedur Pemeriksaan Ureum ..................................................................... 36

    5. Prosedur Pemeriksaan Kreatinin.................................................................. 37

    6. Analisa Data................................................................................................. 39

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 41

    4.1 Deskripsi Hasil Penelitian.......................................................................... 41

    4.2 Berat Badan Mencit.................................................................................... 44

    4.3 Kadar Ureum Darah Mencit ...................................................................... 48

    4.4 Kadar Kreatinin Darah Mencit .................................................................. 49

    4.5 Gambaran Histologis Ginjal Mencit .......................................................... 51

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 55

    5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 55

    5.2 Saran........................................................................................................... 56

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 57

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    14/98

    DAFTAR TABEL

     No. Judul Halaman

    1. Gambaran Anatomi Pada Keracunan Plumbum ............................................... 15

    2. Data Biologi Mencit (Fox, 1984) ...................................................................... 27

    3. Gambaran Hematologi Mencit (Mitruka, 1981;dan Loeb, 1989) ..................... 27

    4. Berat Badan Rata-Rata Mencit Kelompok Kontrol dan Perlakuan Yang

    Diberi Pb Asetat 20 mg/kgBB dan Vitamin C Dosis Berbeda ......................... 45

    5. Berat Badan (X± SD) Pada Lima Kelompok Perlakuan .................................. 46

    6.  Kadar Ureum (X± SD) Pada Lima Kelompok Perlakuan ................................ 48

    7.  Kadar Kreatinin (X± SD) Pada Lima Kelompok Perlakuan............................ 49

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    15/98

     

    DAFTAR GAMBAR

     No. Judul Halaman

    1. Kerangka Teori ................................................................................................. 7

    2. Kerangka Kerja ................................................................................................. 36

    3. Pemeliharaan Hewan Coba ............................................................................... 40

    4. Penimbangan Berat Badan Hewan Coba .......................................................... 41

    5. Pemberian Vitamin C Secara Oral .................................................................... 41

    6. PemberianPlumbum Asetat Secara Intraperitoneal........................................... 42

    7. Pengambilan Darah Secara Intracardial ............................................................ 43

    8. Pembedahan Laparatomi Untuk Pengambilan Jaringan Gimjal ....................... 44

    9. Kadar Ureum Darah Mencit Pada Kelompok dan Perlakuan ........................... 48

    10. Kadar Kreatinin Darah Mencit Pada Kelompok dan Perlakuan ....................... 50

    11. Kelompok Kontrol Sel Ginjal ........................................................................... 51

    12.A.Kelompok Perlakuan 20 mg Pb Asetat ............................................................ 51

    12.B.Kelompok Perlakuan 20 mg Pb Asetat............................................................. 52

    13. Kelompok Pemberian Pb 20 mg dan Vitamin C 200 mg.................................. 52

    14. Kelompok pemberian Pb 20 mg dan vitamin C 500 mg................................... 53

    15. Kelompok pemberian Pb 20 mg dan vitamin C 1000 mg................................. 53

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    16/98

      xii

    DAFTAR LAMPIRAN

     No Judul Halaman

    1. Master Data Kadar Ureum dan Kreatinin ............................................................. 61

    2. Hasil Analisa Statistik Dengan SPSS 12............................................................... 62

    3. Persetujuan Komite Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan ..... 83

    4. Surat Keterangan................................................................................................... 84

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    17/98

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Plumbum (Pb) adalah logam berat yang secara alami terdapat di alam dalam

    konsentrasi kecil, di dalam air, tanah dan tumbuh-tumbuhan. Intoksikasi plumbum

    melalui lingkungan sudah di kenal sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Plumbum

     berbahaya bagi struktur jaringan tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Gejala-

    gejala yang ditimbulkan akibat intoksikasi plumbum pertama sekali ditemukan oleh

    dokter dari Yunani ( Nikander ).

    Pada tahun 370 SM Hipocrates menemukan serangan kolik yang berat

    akibat termakan logam berat plumbum. Bahkan kaisar Romawi meninggal akibat

    minum anggur yang mengandung plumbum yang tinggi. Dan saat ini polusi plumbum

    merupakan masalah serius di negara-negara berkembang dan maju.

    Masyarakat di kota besar dan berdiam di pinggir jalan dengan transportasi

    kendaraan bermotor yang padat serta di lingkungan industri adalah merupakan

    kelompok yang rentan terhadap pencemaran timah hitam. Salah satunya adalah

    terpajannya masyarakat tersebut dengan plumbum melalui pernafasan bersama asap,

    debu dan gas. ( Ardyanto, 2005 )

    Plumbum dan senyawanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran

     pernafasan dan saluran pencernaan, sedangkan absorbsi melalui kulit sangat kecil

    sehingga dapat diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan oleh Pb tergantung oleh ukuran

    1Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    18/98

     partikelnya. Partikel yang lebih kecil dari 10 µg dapat tertahan di paru-paru,

    sedangkan partikel yang lebih besar mengendap di saluran nafas bagian atas. Rata-

    rata 10-30 % Pb yang terinhalasi diabsorbsi melalui paru-paru, dan 5 – 10 % dari

    yang tertelan diabsorbsi melalui saluran cerna (Palar,1994). Selanjutnya plumbum

    yang diabsorbsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh sebanyak 95 %. Dan

    didistribusikan ke jaringan lunak (sum-sum tulang, system saraf, ginjal dan hati ), ke

     jaringan keras ( tulang, kuku, rambut dan gigi), (Palar, 1994).

    Plumbum sebagian besar diekskresikan melalui ginjal dan saluran cerna.

    Ekskresi Pb melalui urin sebanyak 75-80%, melalui feces 15 % dan lainnya melalui

    empedu, keringat, rambut dan kuku ( Palar,1994). Pada umumnya ekskresi Pb

     berjalan sangat lambat. Timah hitam mempunyai waktu paruh di dalam darah kurang

    lebih 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada tulang 25 tahun. Ekskresi

    yang lambat ini menyebabkan Pb mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada

     pajanan okupasional maupun non okupasional ( Nordberg,1998).

    Mekanisme logam berat meracuni tubuh menyebabkan kerusakan oksidatif.

    Logam berat yang toksik menghasilkan radikal bebas dan menurunkan ketersediaan

    zat antioksidan tubuh. Patogenesa intoksikasi plumbum adalah multifaktor antara lain

    dapat mempengaruhi aktivitas enzim, menghambat absorbsi mineral runutan,

    mengikat protein, merubah homeostatis kalsium, menurunkan ketersediaan zat

    antioksidan tubuh ( Ercal, 2001 ).

     Nefrotoksik akibat intoksikasi Pb pertama sekali di temukan oleh Lancereaux

    1863. Dia mencatat korteks ginjal mengalami atropy dan fibrosis pada tubulus ginjal

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    19/98

    seorang seniman yang kerab sekali memasukkan kuas yang digunakan untuk melukis

    ke dalam mulutnya (Kathuria, 2008).

    Anak-anak di Australia yang mengalami keracunan Pb juga mengalami

    nefropati. Tiga jenis nefropati akibat Pb adalah keracunan akut dengan berbagai

    gejala klasik seperti kolik, enchepalopathy, anemia, neurofati dan fanconi. Yang

    kedua keracunan kronik terjadi nephritis intertisial progresif dan kerab sekali

     berhubungan dengan hipertensi dan gout. Ketiga adalah hipertensi.

    Hasil penelitian, Pinto de Almeida, dkk,1987 pekerja yang terpapar plumbum

    kadar plumbum darah mengalami peningkatan, dan kreatinin darah juga meningkat.

    Penelitian yang dilakukan pada wanita di Belgia kadar Pb meningkat sepuluh kali

    lipat dan terjadi penurunan klirens kreatinin. (Kathuria,2008).

    Hasil penelitian Hariono (2005) dengan pemberian 0,5 g Pb asetat netral/kg

    BB/oral/hr pada tikus putih (  Rattus Norvegicus  ) selama 16 minggu terjadi

     penurunan BB yang signifikan ( P

  • 8/17/2019 08E00677

    20/98

     pada minggu ke 12-16 epitel tubulus konvulatus proksimal ginjal terlihat degenerasi,

    hyperplasia, kariomegali dan pada minggu ke 8 terlihat benda-benda inklusi dalam

    inti sel. Terlihat pula vakuolisasi duktus kolektivus, dilatasi lumen disertai akumulasi

    sel debris dan pelebaran ruangan Bowman.

    Sedangkan penelitian yang dilakukan Anggraini (2008) menunjukkan

    kerusakan ginjal terlihat pada minggu ke 8 dengan pemberian Pb asetat 100 mg/kg

    BB/oral/hr.

    Aktivitas senyawa Pb dalam tubuh seringkali dikaitkan dengan stress

    oksidatif, melalui pembentukan molekul  Reactive Oxygen species  (ROS)

    (Aykin,2003). Toksisitas Pb dalam pembentukan radikal bebas adalah melalui dua

    cara berbeda berhubungan yaitu dengan pembentukan ROS dan penekanan langsung

    cadangan antioksidan tubuh ( Ercal, 2001).

    Antioksidan merupakan senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak

    negatif sutau oksidan, termasuk di dalamnya enzim-enzim dan protein-protein

     pengikat logam. Kemampuan menetralisir senyawa oksidan sebenarnya sudah

    dimiliki oleh tubuh/sel itu sendiri namun tidak cukup untuk menetralisir senyawa

    oksidan yang diakibatkan oleh paparan bahan-bahan beracun yang berasal dari

    lingkungan yang bersifat radikal, termasuk salah satunya timbal dari pembakaran

    mesin mobil, pestisida, nitrat,radioaktif,merkuri, dan lain sebagainya.

    Vitamin C (L-ascorbic acid) merupakan senyawa alami yang bersifat

    antioksidan kuat dan pengikat radikal bebas namun bukan bersifat enzimatik. Dari

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    21/98

  • 8/17/2019 08E00677

    22/98

    mencegah atau mengurangi kerusakan tersebut. Oleh karena itu penelitian ini melihat

     bagaimana pengaruh proteksi vitamin C terhadap kadar ureum kreatinin dan

    gambaran histopatologis ginjal mencit jantan (  Mus musculus L  ) yang dipapar

     plumbum.

    1.2 . Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dapat di rumuskan sebagai

     berikut:

    “Apakah ada pengaruh proteksi vitamin C terhadap fungsi ginjal mencit ( Mus

    musculus L ) yang dipapar Pb ? “

    1.3. Kerangka Teori

    Polutan Pb di udara secara kronis akan masuk ke tubuh melalui inhalasi,

    kontak kulit dan mukosa yang kemudian berakumulasi dalam darah. Pemaparan

    kronis ini akan memberi gejala yang sama dengan senyawa Pb yang

    termakan/terminum ( masuk melalui saluran cerna). Toksisitas yang ditimbulkan Pb

    akan menyebabkan kerusakan jaringan dari tingkat yang ringan ( perubahan proses

     biokimia normal) sampai pada kematian sel. Perubahan proses biokimia akan terlebih

    dulu terjadi di darah, sebagai jaringan yang terlebih dahulu terpapar. Sebagai proteksi

    diberi vitamin C dengan dosis yang berbeda pada waktu yang sama. Dalam hal untuk

    melihat adanya gangguan fungsi ginjal dilakukan pemeriksaan kadar ureum,kreatinin

    dan gambaran histopatologis jaringan ginjal. Selanjutnya dianalisa kadar vitamin C

    yang paling berperan mengatasi fungsi ginjal mencit yang dipapar plumbum.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    23/98

    PLUMBUM

    STRES OKSIDATIF

    GINJAL

    UREUM / KREATININ

    VITAMIN C

    HISTOPATOLOGIS

    GINJAL

    FAKTOR YANG

    BERPENGARUH:

    UMUR,

    MAKANAN,

    LINGKUNGAN

     

    Gambar 1. Kerangka Teori

    1.4.Tujuan penelitian

    Tujuan Umum

    Untuk mengetahui pengaruh proteksi vitamin C secara oral terhadap kadar

    ureum, kreatinin dan gambaran histopatologis ginjal mencit ( Mus musculus L ) yang

    dipapar plumbum.

    Tujuan khusus

    1.  Untuk mengetahui kadar ureum, kreatinin darah mencit yang dipapar

     plumbum.

    2.  Untuk mengetahui kadar ureum, kreatinin darah mencit yang dipapar

     plumbum dengan proteksi vitamin C pada berbagai dosis.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    24/98

    3.  Untuk mengidentifikasi gambaran histopatologis ginjal mencit yang dipapar

     plumbum dengan proteksi vitamin C pada berbagai dosis.

    4.  Untuk menentukan kadar vitamin C yang paling berpengaruh terhadap fungsi

    ginjal mencit yang dipapar plumbum

    1.5. Hipotesis

    Pemberian vitamin C dapat mempengaruhi fungsi ginjal mencit yang dipapar

     plumbum

    1.6. Manfaat Penelitian

    1.  Memberikan informasi kepada masyarakat tentang toksisitas plumbum

    terhadap fungsi ginjal.

    2.  Memberikan informasi bahwa vitamin C sebagai salah satu antioksidan yang

    diperlukan tubuh untuk menetralisir senyawa-senyawa radikal

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    25/98

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 PLUMBUM (Pb)

    2.1.1 Gambaran Umum

    Plumbum merupakan salah satu unsur logam berat yang konsistensinya lunak

    dan berwarna kelabu kebiruan. Timbal dapat berasal secara alami seperti dari

     bebatuan, air telaga dan air sungai, udara dan tumbuh-tumbuhan. Selain itu timbal

     juga dapat bersumber dari industri yang memakai Pb sebagai bahan baku maupun

     bahan penolong pada industri pengecoran maupun pemurnian, industri baterai,

    industri bahan bakar, industri kabel, industri cat dan industri kimia yang

    menggunakan bahan pewarna. ( Palar, 1994).

    a.  Sumber dari alam

    Kadar Pb yang terdapat secara alami pada bebatuan sekitar 13mg/kg. Khusus

    Pb yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di alam batu pasir ( sand stone )

    kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Pb yang terdapat di tanah sekitar5-25 mg/kg

    dan air di bawah tanah ( ground water  ) berkisar antara 1-60 µg/liter.

    Kandungan Pb yang terdapat di air permukaan seperti air telaga dan air sungai

    adalah 1-10 µg/liter. Sedangkan kandungan Pb di udara secara alami adalah 0,0001-

    0,001 µg/m3. Hasil penelitian yang dilakukan di USA pada sayuran dan padi-padian

    terdapat 0,1-1,0 µg/kg berat kering.

    9Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    26/98

    Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS

    (golena), PbCO3  (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena  merupakan

    sumber utama Pb yang berasal dari tambang. ( WHO, 1992)

    b.  Sumber dari Industri

    Sumber pencemaran Pb dari industri berasal dari semua industri yang

    menggunakan Pb sebagai bahan baku atau penolong seperti :

    1. Industri pengecoran maupun pemurnian

    Menghasilkan timbal konsentrat ( primary lead  ) maupun secondary lead  

    yang berasal dari potongan logam ( scrap )

    2. Industri baterai

    Menggunakan logam pb terutama lead antimony alloy  dan lead oxides 

    sebagai bahan dasarnya

    3.  Industri bahan bakar

    Pb berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead yang banyak di pakai

    sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri maupun

     bahan baku yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran Pb

    4.  Industri kabel

    Industri kabel memerlukan Pb untuk melapisi kabel. Saat ini pemakaian

    Pb di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih digunakan

    campuran logam Cd, fe, Cr, Au dan arsenic yang juga berbahaya untuk

    kehidupan makhluk hidup

    5.  Industri kimia yang menggunakan bahan pewarna

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    27/98

    Pada industri kimia Pb sering sekali digunakan karena toksisitasnya lebih

    rendah dari logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat

     biasanya di pakai red lead , sedangkan untuk warna kuning di pakai lead

    chromate.

    6.  Sumber dari transportasi

    Pb yang di gunakan sebagai bahan tambahan pada bahan bakar kendaraan

     bermotor menghasilkan emisi inorganik. Selanjutnya ia akan bercampur

    dengan oli dan melalui proses di alam bensin akan keluar dari knalpot

     bersama dengan gas buang lainnya (Mukono, 2002 ).

    Menurut WHO pajanan timbal yang diperkenankan untuk pekerja laki-laki 40

    µg/dL dan untuk pekerja perempuan adalah 30 µg/dL ( de Roos,1997 dan OSHA,

    2005).

    2.1.2 Metabolisme Pb

    a. Absorbsi

    Absorbsi Pb terjadi melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan

    sedikit melalui kulit.

    Absorbsi Pb melalui saluran pernafasan di pengaruhi oleh tiga proses yaitu

    deposisi, pembersihan mukosiliar, dan pembersihan alveolar. Deposisi terjadi di

    nasofaring, saluran trakeabronkhial, dan alveolus. Deposisi tergantung pada ukuran

     partikel Pb, volume pernafasan dan daya larut. Partikel yang lebih besar di deposit

    lebih banyak di saluran pernafasan bagian atas di banding partikel yang lebih klecil.

    (De Roos, 1997, dan OSHA, 2005).

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    28/98

  • 8/17/2019 08E00677

    29/98

     bentuk yang dapat berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan  pool  Pb tubuh

    lainnya. Yang di bagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sum-sum tulang, system

    syaraf , ginjal, hati ) dan jaringan keras (tulang,kuku,rambut,gigi) (Palar,1994). Gigi

    dan tulang panjang mengandung Pb yang lebih banyak di bandingkan tulang lainnya.

    Pada gusi dapat terlihat lead line  yaitu pigmen berwarna abu-abu pada perbatasan

    antara gigi dan gusi.(Goldstein & Kipen,1994). Hal itu merupakan ciri khas

    keracunan Pb. Pada jaringan lunak sebagian Pb di simpan dalam aorta,hati,ginjal,otak

    dan kulit. Timah yang ada di jaringan lunak bersifat toksik.

    c.   Ekskresi

    Ekskresi Pb melalui beberapa cara yang terpenting adalah melalui ginjal dan

    saluran cerna. Ekskresi Pb melalui urin sebanyak 75-80%, melalui feces 15% dan

    lainnya melalui empedu, keringat,rambut dan kuku ( Palar, 1994 ).

    Ekskresi Pb melalui saluran cerna di pengaruhi oleh saluran aktif dan pasif

    kelenjar saliva,pancreas, dan saluran lainnya di dinding usus,regenerasi sel epitel dan

    ekskresi empedu. Sedangkan ekskresi Pb melalui ginjal adalah melalui filtrasi

    glomerulus. Kadar Pb dalam urin merupakan cerminan pajanan baru sehingga

     pemeriksaan Pb urin di pakai untuk pajanan okupasional (Goldstein & Kippen,1994).

    Pada umumnya ekskresi Pb berjalan sangat lambat. Timah hitam waktu paruh

    di dalam darah kurang lebih 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada

    tulang 25 tahun. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan Pb mudah terakumulasi

    dalam tubuh, pada pajanan okupasional (Nordberg, 1998). Ukuran keracunan suatu

    zat ditentukan oleh kadar dan lamanya pemaparan.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    30/98

    2.1.3 Toksisitas Pb

    Saluran pencernaan, susunan saraf, system hemopoietik dan ginjal merupakan

    alat-alat tubuh yang paling sensitive terhadap efek toksik Pb. Logam berat Pb dapat

    meracuni tubuh manusia baik secara akut maupun kronis. Senyawa Pb organik

    mempunyai daya racun yang lebih kuat dibandingkan dengan senyawa Pb anorganik.

    a.   Intoksikasi Pb Akut  

    Intoksikasi Pb akut jarang terjadi, biasanya bersifat accidental poisoning yaitu

    termakannya senyawa Pb akut yang mengenai saluran pencernaan dengan gejala

    haus, nausea, vomitus, diare, konstipasi, sakit perut dan rasa logam ( metallic taste ).

    Sedangkan gejala yang berhubungan dengan susunan saraf pusat berupa insomnia,

    tremor, halusinasi dan gejala pada anak yang menonjol yaitu ataxia, konvulsi, koma

    dan ensefalopati. Gejala intoksikasi Pb terhadap susunan saraf perifer dapat berupa

     parastesi perasaan, sakit dan lemah pada otot terutama pada kaki.

    Anak-anak dan dewasa dengan keracunan Pb akut dapat menderita disfungsi

    tubuli proximal dengan gejala-gejala seperti sindroma de Toni fanconi (aminosiduria,

    glikosuria dan hiperfosfaturia). Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan enzim tubuli

    atau defek mitokondria yang dapat kembali normal sesudah di obati dengan chelating

    agent.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    31/98

    b. Intoksikasi Pb kronik

    Intoksikasi Pb kronik di dapatkan melalui exposed   terhadap Pb secara terus

    menerus sehingga akumulasi Pb makin meningkat dalam jaringan, yang suatu saat

    melampaui safety level dan menimbulkan keluhan dan gejala intoksikasi.

    Perubahan anatomik terutama akibat keracunan Pb dapat terlihat pada tabel

     berikut ( Robinson & Kumar,1995 )

    Tabel 1. Gambaran Anatomi Pada Keracunan Plumbum

    No. Target Kelainan1. Darah •  Anemia biasanya mikrositik,hipokromik(berhubungan dengan rusaknya sintesahemoglobin dan meningkatnya kerapuhan sel-sel

    darah merah )

    •  Basophilic stippling pada sel-sel darahmerah(berhubungan dengan mitokondria dan luka-

    luka ribosom dengan penyatuan ribosom)

    2. Sistem saraf •  Ensefalopati ( pada anak-anak) denganmembengkaknya otak, kemungkinan dieliminasi otak

    dan otak kecil yang putih sebelah belakang, kematian

     pad sel-sel saraf, cabang-cabang halusnya dan perkembangbiakan astrositik

    •  Inflamasi saraf dengan demielinasi3. Rongga Mulut • Garis plumbum ginggiva terdapat pada orang dewasa

    dengan gingivitis ( deposit berwarna biru/hitam dari

     plumbum sulfide )

    4. Ginjal •  Inklusi intranuklear tahan asam, terutama dalam sel-sel tubulus proksimal ( terdiri dari bagian kompleks plumbum-protein)

    5. Sistem rangka •  Endapan plumbum yang radiopak  pada epifise anak-anak

    Hasil penelitian Osamah (2006), kerusakan ginjal dapat terjadi apabila

    terpapar Pb 40 µg/dL, kerusakan saraf dan anemia apabila Pb darah > 60µg/dL.

    Kadar Pb dalam darah > 150 µg/dL dapat menyebabkan ensefalopati, sakit kepala,

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    32/98

  • 8/17/2019 08E00677

    33/98

    8.  Pengaruh hormonal; plumbum yang berada di dalam tulang di pengaruhi oleh

    hormon yang bekerja pada metabolisme kalsium tulang.

    2.1.4 Efek Plumbum pada Ginjal

    Mekanisme toksisitas Pb asetat masih kontroversi, diduga plumbum berikatan

    secara kovalen dengan preparat besi (III) pada asam nukleat dan protein, menghambat

     penggabungan besi menjadi hem, mengganggu sintesa globin, menghambat asam

    delta aminolevulenat dehidratase dalam sel adarh merah serta mempengaruhi sintesa

    DNA in vitro ( Robin dan Kumar, 1995).

    Toksisitas Pb menimbulkan pembentukan radikal bebas dengan melalui dua

    cara yaitu : 1. pembentukan reactive oxygen species  (ROS) seperti hydroperoksida,

    singlet oxygen dan hydrogen peroksida 2. secara langsung menurunkan ketersediaan

    antioksidan tubuh.

    Patogenesa toksisitas plumbum asetat merupakan multifaktor yaitu plumbum

    secara langsung mempengaruhi aktifitas enzim, menghambat absorbsi mineral

    runutan, mengikat sintesa struktur protein, merubah homeostatis kalsium dan

    menurunkan zat antioksidan tubuh

    Beberapa penelitian mengenai efek Pb terhadap ginjal antara lain penelitian

    Valverde (2002) pemberian Pb asetat 0,0068 μg/cc inhalasi pada mencit

    menunjukkan peningkatan migrasi DNA pada ginjal setelah pemaparan.

    Hasil penelitian Hariono (2005) dengan pemberian 0,5 g Pb asetat netral/kg

    BB/oral/hr pada tikus putih ( Rattus Norvegicus ) selama 16 minggu terjadi

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    34/98

     penurunan BB yang signifikan ( P

  • 8/17/2019 08E00677

    35/98

    yang tidak berpasangan tadi akan bergabung membentuk ikatan kovalen ( Halliwell,

    1994 ).

    Radikal bebas di anggap berbahaya karena menjadi sangat reaktif dalam

    upaya mendapatkan pasangan elektronnya, sehingga dapat bereaksi dengan berbagai

     biomolekul penting seperti enzim, DNA dan juga merusak sel lainnya yang akhirnya

    dapat menimbulkan berbagai penyakit. Radikal bebas yang berbahaya bagi kesehatan

    dapat di hambat dengan penggunaan antioksidan ( Ivanova, et.,2000).

    Ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan menghasilkan

    stress oksidatif. Stres oksidatif merupakan pemicu patogenesa keracunan Pb. Stres

    oksidatif adalah suatu keadaan dimana tingkat kelompok oksigen reaktif (ROS) yang

    toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan

    kelebihan radikal bebas yang akan bereaksi dengan lemak,protein dan asam nukleat

    seluler sehingga terjadi terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu ( Arief,

    2006 ) seperti hati, ginjal dan jaringan otak. ROS yang terbentuk akibat paparan Pb

    asetat dapat diidentifikasi di paru-paru, jaringan endotel, testis, sperma, hati , otak dan

    ginjal.

    Antioksidan adalah senyawa pemberi electron yang dapat menetralkan radikal

     bebas, atau suatu bahan yang berfungsi mencegah system biologi tubuh dari efek

    yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan oksidasi

    yang berlebihan.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    36/98

      Packer ( 1995 ), mengatakan bahwa sebagai bahan penetral dari radikal bebas,

    maka antioksidan yang di kenal ada yang berupa enzim dan ada yang berupa

    mikronutrien.

    Enzim antioksidan dibentuk dalam tubuh, yaitu superoxide dismutase (SOD),

    glutation peroksidase, katalase, dan glutation reduktase. Sedangkan antioksidan yang

     berupa mikronutrien adalah vitamin A, C dan E (Shahidi, 1997). Vitamin A/b-caroten

    merupakan scavengers (pemulung) oksigen tunggal, vitamin C pemulung superoksid

    dan radikal bebas lain. Vitamin C berdasarkan fungsinya merupakan tipe pereduksi

    yaitu mentrasfer atom H atau oksigen. Sedangkan vitamin E pemutus rantai peroksida

    lemak ( Krisnamurthy (1983),Watson dan Leonard,(1986);Packer(1995).

    Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu

    merupakan reduktor dan antioksidan. Absorpsi vitamin C dari usus berlangsung

    secara cepat dan sempurna (90%), tapi menurun pada dosis di atas 1 gram.

    Distribusinya ke seluruh jaringan baik. Persediaan tubuh untuk sebagian besar

    terdapat dalam korteks anak ginjal. Dalam darah sangat mudah dioksidasi secara

    reversible menjadi dehidroascorbat yang hampir sama aktifnya. Sebagian kecil di

    rombak menjadi asam oksalat dengan jalan pemecahan ikatan antara C2 dan C3.

    Ekskresi berlangsung terutama sebagai metabolit dehidronya dan sedikit sebagai

    asam folat (Tjay,2002)

    Mekanisme kerja berbagai aktifitas asam askorbat masih belum jelas. Dalam

     beberapa proses asam askorbat tidak terlibat secara langsung, tapi di perlukan untuk

    mempertahankan agar kofaktor logam dapat berada dalam keadaan tereduksi. Salah

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    37/98

    satu fungsi dari asam askorbat adalah sebagai antioksidan umum yang larut dalam air,

    dan bekerja pada sitosol dan cairan ekstraseluler. ( Murray et al.,2003)

    Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dengan dosis

    tinggi dapat menanggulangi beberapa proses penyakit. Dengan pemberian vitamin C

    500 mg bahkan 1000 mg dapat mengatasi infeksi virus. Dan dosis 200-500 mg juga

    dapat mengatasi kerusakan jaringan akibat berbagai logam berat ( Klenner, 1997).

    Penelitian Dawson, dkk menunjukkan vitamin C 1000 mg secara signifikan dapat

    menurunkan kadar Pb darah pada perokok. Adapun dosis optimal vitamin C sebagai

    antioksidan sangat tergantung derajat paparan radikal bebas ( Sanjoto,2001 )

    2.2. Ginjal

    2.2.1. Anatomi Umum

    Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak pada dinding posterior abdomen, di

    daerah lumbal, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, di bungkus lapisan lemak

    yang tebal, di belakang pertonium. Ginjal jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan,

    ginjal kanan lebih tebal dari yang kiri.Masing-masing ginjal memiliki facies anterior

    dan posterior, margo medialis dan lateralis, ekstremitas posterior dan inferior.

    Kedua ginjal bersama-sama mengandung kira-kira 2.400.000 nefron dan tiap

    nefron dapat membentuk urin sendiri. Pada dasarnya nnefron terdiri dari :

    a.  Suatu glomerulus dari mana cairan difiltrasikan

     b.  Suatu tubulus panjang di mana cairan yang difiltrasikan di ubah menjadi urin

    dalam perjalannnya ke pelvis ginjal

    Dari segi anatomis ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal perempuan

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    38/98

    Fungsi Ginjal

    1.  Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksik atau racun

    2.  Mempertahankan suasana keseimbangan cairan tubuh

    3.  Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa cairan tubuh

    4.  Mempertahankan keseimbanagan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh

    seperti ion natrium, ion kalium, ion klorida dan ion hydrogen yang cenderung

    terkumpul di dalam tubuh dalam jumlah berlebihan.

    5.  Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin,

    amoniak, asam urat dan garam-garam asam urat.

    6.  Mengatur aktifitas metabolik: hormone, glukoneogenesis.

    Ginjal di perdarahi oleh arteri renalis, sedangkan glandula suprerenalis di

    darahi oleh arteri supra renalis.

    2.2.2 Gambaran Histologi

    Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas bagian yang

    melebar, korpuskulus renal; tubulus kontorus proksimal; segmen tipis dan tebal ansa

     Henle;  dan tubulus kontortus distal. Tubulus dan duktus koligens, menampung urin

    yang di hasilkan oleh nefron dan menghantarnya ke pelvis renalis. Nefron dan duktus

    koligens merupakan tubulus urniferus sebagai satuan fungsional ginjal.

    Setiap korpuskulus renal berdiameter 200µm dan terdiri atas seberkas kapiler

    yaitu glomerulus, dikelilingi oleh kapsula epitel berdinding ganda yang di sebut

    kapsula Bowman. Lapisan luar membentuk batas luar korpuskulus renal di sebut

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    39/98

    lamina parietalis yang terdiri atas epitel selapis gepeng yang di tunjang lamina basalis

    dan selapis tipis serat retikulin. Lapisan dalam ( lamina visceralis ) meliputi kapiler

    glomerulus yang terdiri dari sel-sel podosit. 

    Pada katub urinarius dari korpuskulus renal, epitel gepeng dari lapisan parietal

    kapsula Bowman, berhubungan langsung dengan epitel silindris dari tubulus

    kontortus proksimal.  Tubulus ini lebih panjang dari kontortus distal dan karenanya

    tampak lebih banyak dekat korpuskulus renalis dalam labirin korteks. Tubulus ini

    memiliki lumen lebar dan di kelilingi oleh kapiler peritubuler.

    Lengkung Henle adalah struktur berbentuk U terdiri atas ruas tebal descenden

    dengan struktur yang sangat mirip tubulus kontortus proksimal, ruas tipis descenden;

    ruas tipis ascenden; dan ruas tebal ascenden, yang strukturnya sangat mirip dengan

    tubulus kontortus distal. Lebih kurang sepertujuh dari semua nefron terletak dekat

     batas korteks –medula yang di sebut nefron jukstamedula. Nefron lainnya di sebut

    nefron kortikal. Semua nefron turut serta dalam proses filtrasi, absorpsi dan sekresi.

    Bila ruas ascenden lengkung Henle menerobos korteks, struktur histologisnya

    tetap terpelihara tetapi menjadi berkelok-kelok dan di sebut tubulus kontortus distal,

    yaitu bagian terakhir nefron yang di lapisi oleh epitel selapis kuboid. Lumen tubulus

    distal lebih besar karena sel-sel tubulus distal lebih gepeng dan lebih kecil dari

    tubulus proksimal, maka tampak lebih banyak sel dan inti pada dinding tubulus distal.

    Urin mengalir dari tubulus kontortus distal  ke tubulus koligens, yang saling

     bergabung dan membentuk duktus koligens yang lebih besar dan lebih lurus yaitu

    duktus papilaris Bellini  yang berangsur-angsur melebar sewaktu mendekati puncak

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    40/98

     pyramid. Tubulus koligens yang lebih kecil di lapisi oleh epitel kuboid dan

     berdiameter kurang lebih 40 µm. Dalam medulla, duktus koligens merupakan

    komponen utama dari mekanisme pemekatan urin (Junquiera, 1995 ).

    2.3 Pemeriksaan Biokimia Ginjal

    Beberapa uji pemeriksaan ginjal yang sering di lakukan, meliputi pemeriksaan

    kadar albumin, pre albumin,  Blood Urea Nitrogen  (BUN), kreatinin,

    magnesium,nitrogen,fosfor, kalium, & serum bikarbonat (Hartono, A 2000).

    Sedangkan untuk menguji fungsi ginjal secara sederhana sering di lakukan:

    1.  Test untuk protein (albumin)

    Bila ada kerusakan pada glomerulus atau tubulus maka protein dapat bocor masuk

    ke urine

    2.  Mengukur konsentrasi urea darah

    Bila ginjal tidak mampu mengeluarkan ureum, maka ureum darah naik di atas

    kadar normal

    3.  Test Konsentrasi

    Pada pemeriksaan ini tidak di perkenankan makan atau minum selama 12 jam

    untuk melihat sampai berapa tinggi kenaikan berat jenis.

    2.3.1 Ureum 

    Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein, berasal dari asam amino yang

    telah di pindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal. Ureum bersifat racun di

    dalam tubuh, pengeluarannya dari tubuh melalui ginjal berupa air seni ( urine ).

    Diekskresikan rata-rata 30 gram sehari.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    41/98

    Kadar ureum normal dalam darah adalah 30 mg/100 ml darah, tetapi hal ini

    tergantung dari jumlah normal protein yang di makan dan fungsi hati dalam

     pembentukan ureum. Bila ginjal rusak atau kurang baik fungsinya maka kadar ureum

    darah dapat meningkat dan meracuni sel-sel tubuh, keadaan tersebut disebut uremia.

    Rata-rata tubuh membentuk 25-30 gram ureum tiap hari ( lebih banyak pada

    orang-orang dengan diet tinggi protein dan lebih kecil pada orang-orang diet rendah

     protein ). Semua ureum ini harus di ekskresikan ke dalam urine, kalau tidak maka

    akan terkumpul di dalam cairan tubuh. Konsentrasi normal di dalam plasma kira-kira

    26 mg/100 ml, tetapi dalam keadaan abnormal, kadang-kadang dapat mencapai 800

    mg/ 100 ml (penderita gagal ginjal ).

    Ekskresi ureum ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu :

    1. Konsentrasi ureum dalam plasma

    2. Laju filtrasi glomerulus

    Umumnya jumlah ureum yang keluar melalui tubulus ke dalam urine kira-kira

    sesuai dengan muatan ureum yang memasuki tubulus proksimal, rata-rata 50-60 %.

    2.3.2 Kreatinin ( serum & urine )

    Kreatinin adalah suatu zat sisa metabolisme yang terbentuk dari hasil

     pemecahan kreatin dalam rangkaian proses perubahan makanan menjadi energi.

    Jumlah produksi kreatinin sesuai dengan masssa otot.

    Kreatinin dikeluarkan dalam tubuh melalui ginjal. Oleh karena itu jika kadar

    kreatinin meningkat di dalam darah dapat menjadi indikasi dari berkurangnya fungsi

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    42/98

    ginjal. Jika 50 % atau lebih nefron rusak kadar kreatinin menjadi meningkat.

    Kreatinin serum secara khusus berguna dalam mengevaluasi fungsi glomerulus.

    Kreatinin serum di nilai lebih sensitive dan merupakan indikator penyakit

    ginjal yang lebih spesifik dari pada BUN. Kreatinin serum ini kemudian meningkat

    dan tidak di pengaruhi oleh diet atau masukan cairan. Rasio normal BUN/kreatinin

    adalah 10 : 1. Nilai rasio yang lebih tinggi dari normal menunjukkan adanya

    gangguan pre renal.

    Kadar normal serum kreatinin pada orang dewasa adalah 0,5-1,5 mg/dl; 45-

    132,5 µmol/L (unit SI ). Pada wanita kadarnya sedikit lebih rendah akibat massa otot

    yang kurang. (Le Fever Kee,1997).

    2.4 Biologi Mencit

    Mencit termasuk dalam genus  Mus, subfamily Murinae, family Muridae,

    order Rodentia. Mencit yang sudah di pelihara di laboratorium sebenarnya masih satu

    famili dengan mencit liar. Sedangkan mencit yang paling sering di pakai untuk

     penelitian biomedis adalah  Mus musculus. Berbeda dengan hewan-hewan lainnya,

    mencit tidak memiliki kelenjar keringat.

    Pada umur empat minggu berat badannya mencapai 18-20 gram. Jantung

    terdiri dari empat ruang dengan dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang

    lebih tebal. Peningkatan temperatur tubuh tidak mempengaruhi tekanan darah,

    sedangkan frekuensi jantung, cardiac output   berkaitan dengan ukuran tubuhnya.

    Hewan ini memiliki karakter lebih aktif pada malam hari dibandingkan siang hari.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    43/98

      Di antara spesies-spesies hewan lainnya, mencitlah yang paling banyak

    digunakan untuk tujuan penelitian medis ( 60-80 % ) karena murah dan mudah

     berkembang biak.

    Tabel 2. Data biologi mencit ( Fox, 1984 )

    Berat badan

    Jantan (gram) : 20 - 40

    Betina (gram ) : 18 - 35

    Lama hidup ( tahun ) : 1 – 3

    Temperatur tubuh (oC) : 36,5

    Kebutuhan air : ad libitum

    Kebutuhan makanan (g/hari) : 4 – 5

    Tabel 3. Gambaran Hematologi Mencit ( Mitruka, 1981; dan Loeb,1989)

    Eritosit ( RBC) (x 106/mm

    3) : 6,86 – 11,7

    BUN ( mg/dl) : 13,9 – 28,3

    Kreatinin ( mg/dl ) : 0,30 – 1,00

    Bilirubin ( mg/dl) : 0,10 – 0,90

    Kolesterol (mg/dl) : 26,0 – 82,4

    Total protein (g/dl) :4,00 – 8,62

    Albumin (g/dl) : 2,52 – 4,84

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    44/98

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi

    experimental dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebanyak 30 ekor

    mencit jantan ( Mus musculus L) strain  Double Distsch Webster  (DDW) di bagi ke

    dalam 5 kelompok perlakuan terdiri atas 6 ekor mencit jantan.

    3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium FMIPA Biologi USU, Balai

    Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Medan, dan Laboratorium Klinik

    Pramita Medan selama 3 bulan yaitu 09 Juni – 15 Agustus 2008.

    3.3 Rancangan Penelitian

    Pada penelitian ini sampel terdiri dari 30 ekor mencit jantan yang di bagi

    secara acak dalam 5 kelompok masing-masing tiap kelompok dengan nama K, P, C1,

    C2, dan C3

    a. Penentuan dosis plumbum

    Dalam penelitian ini dosis Pb asetat yang diberikan adalah 20 mg/kgBB/hari

    dalam bentuk serbuk kemudian di larutkan dengan aquadest kemudian di masukkan

    langsung ke lambung mencit dengan menggunakan spuit 1cc secara intraperitoneal

    28

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    45/98

    b. Penentuan dosis vitamin C

    Dalam penelitian ini dosis vitamin C yang diberikan bervariasi yaitu 200, 500,

    dan 1000 mg/kgBB/hari dalam bentuk serbuk kemudian dimasukkan langsung ke

    lambung mencit dengan menggunakan jarum gavage peroral.

    3.4 Populasi Penelitian

    Populasi dalam penelitian ini adalah mencit ( Mus musculus L ), jenis kelamin

     jantan, dewasa.

    3.5 Sampel Penelitian

    Sampel yang digunakan adalah mencit (  Mus musculus L  ), jenis kelamin

     jantan, dewasa, usia 6 – 8 minggu, dengan berat badan berkisar 20 – 30g dan

    kondisi sehat fisik.

    Penentuan sampel pada penelitian ini di gunakan rumus Federer (1963) :

    (t-1) (n-1) ≥ 15 t = kelompok perlakuan ( 5 kelompok )

    n = jumlah sampel tiap kelompok

    Banyaknya sampel yang di butuhkan dalam penelitian ini adalah :

    (t-1) (n-1) ≥ 15

    4n-4 ≥  15

    n ≥ 5

    Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 ekor yang

    terdiri atas 6 ekor kelompok kontrol dan 24 ekor kelompok perlakuan.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    46/98

    3.6 Variabel Yang Diteliti

    3.6.1 Variabel Independent

    1. Vitamin C

    2. Plumbum

    3.6.2 Variabel Dependent

    1. Kadar Ureum

    2. Kadar Kreatinin

    3. Gambaran histopatologis ginjal

    3.6.3 Variabel Kendali

    1. Hewan coba

    2. Jenis kelamin hewan coba

    3. Umur hewan coba

    4. Berat badan hewan coba

    5. Kesehatan fisik hewan coba

    6. Faktor lingkungan laboratorium untuk pemeriksaan

    3.7 Bahan

    1.  Sediaan timbal asetat dalam bentuk bubuk (C4H6O4Pb) produksi Merc,

    Jerman diencerkan dengan aquadest hingga mencapai konsentrasi 1,6 mg/ml

    diberikan dengan dosis 20 mg/kgBB

    2.  Vitamin C dalam bentuk bubuk produksi Merc, Jerman diencerkan dengan

    aquadest dengan dosis 200 mg/kgBB (konsentrasi 10 mg/ml) , 500 mg/kgBB

    (konsentrasi 30 mg/ml) , dan 1000 mg/kgBB (konsentrasi 50 mg/ml)

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    47/98

    3.  Buffer Neutral Formalin (BNF)

    4.  Pellet Produksi PT. Mabar, Medan

    5.  Sekam

    6.  Parafin

    7.  Reagen pemeriksaan Ureum :

    a.  Capso Buffer : 5 mmol/l, pH 9,65 ; NADH ≥0,23 mmol/L

     b.  Bicin Buffer : 1000 mmol/l, pH 7,6; Urease ≥120 ukat/L; GLDH ≥  150

    ukat/L; α-ketoglutarat ≥ 8,3 mmol/L

    8. Reagen Pemeriksaan Kreatinin :

    a.  Sodium Hydroxide : 0,20 mol/L

     b.  Asam pikrat : 25 mmol/L

    3.8 Alat

    1.  Kandang pemeliharaan mencit berupa kandang plastik dengan penutup berupa

    kawat

    2.  Spektrofotometer (Microlab-300) produksi Merck yang telah diprogram.

    3.  Alat sentrifugasi : Hitachi 912

    4.  Pipet 20 – 200 μl

    5.  Pipet 100 – 1000 μl

    6.  Cup Serum

    7.  Perangkat pembuatan sediaan histopatologi

    8.  Mikroskop cahaya

    9.  Kamera Foto

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    48/98

    10. Timbangan hewan

    11. Timbangan analitik

    12. Spuit 1 cc dan 10 cc merk Terumo

    13. Peralatan bedah hewan

    14. Vial

    15. Objek dan cover glass

    16. Waterbath

    3.9 Pelaksanaan Penelitian

    3.9.1 Pemeliharaan Hewan Percobaan

    Mencit jantan, umur 6-8 minggu, sehat dengan berat badan 20 – 40 gr.

    Kandang percobaan di bersihkan setiap hari untuk mencegah infeksi yang dapat

    terjadi akibat kotoran mencit tersebut. Kandang di tempatkan dalam suhu kamar

    dan cahaya menggunakan sinar matahari tidak langsung. Makanan hewan

     percobaan diberikan dalam bentuk pellet. Makanan dan minuman di berikan

    secukupnya dalam wadah terpisah dan dig anti setiap hari.

    3.9.2 Persiapan Hewan Percobaan

    Masing-masing kelompok hewan percobaan di persiapkan dalam

    kandang yang terpisah. Mencit di pilih dan di pisahkan secara random dalam

    keadaan baik, disiapkan untuk beradaptasi selama 1 minggu sebelum dilakukan

     penelitian. Sebelum perlakuan, terhadap setiap mencit ditimbang berat badannya

    dan diamati kesehatannya secara fisik ( gerakannya, berat badan, makan dan

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    49/98

    minum ). Jika ada mencit yang sakit pada saat adaptasi maka diganti dengan

    mencit yang baru dengan kriteria yang sama dan di ambil secara acak.

    3.9.3. Perlakuan Hewan Percobaan

    Setelah persiapan selesai maka binatang percobaan kelompok K, P,

    C1, C2, dan C3 diberikan perlakuan sebagai berikut :

    a.  Kelompok K adalah kelompok Kontrol yang tidak di induksi apapun, hanya di

     beri aquabidest 

     b.  Kelompok P adalah kelompok yang dipapar timbal asetat 20 mg/kg BB secara

    intraperitoneals 

    c.  Kelompok C1 adalah kelompok yang di beri vitamin C dengan dosis 200

    mg/kg BB secara oral selama 7 hari. Satu jam seteleh pemberian vitamin C

     pada hari ke tujuh dilanjutkan dengan pemberian timbal asetat 20 mg/kg BB

    secara intraperitoneal. 

    d.  Kelompok ke C2 adalah kelompok yang diberi vitamin C dengan dosis 500

    mg/kg BB secara oral selama 7 hari. Satu jam setelah pemberian vitamin C

     pada hari ke tujuh dilanjutkan dengan pemberian timbal asetat 20 mg/kg BB

    secara intraperitoneal. 

    e.  Kelompok ke C3 adalah kelompok yang diberi vitamin C dengan dosis 1000

    mg/kg BB secara oral selama 7 hari. Satu jam setelah pemberian vitamin C

     pada hari ke tujuh dilanjutkan dengan pemberian timbal asetat 20 mg/kg BB

    secara intraperitoneal.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    50/98

    f.  Selanjutnya di lakukan pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah pada

    mencit tiap kelompok penelitian, setelah dua hari pemberian Pb asetat, dan

    hari kedua percobaan untuk kelompok kontrol.

    g.  Setelah itu hewan coba tersebut di bunuh secara dislokasi leher. Kemudian

    dilakukan pembedahan laparatomi untuk mengambil ginjal dan dibuat sediaan

    Patologi Anatomi (PA)

    h.  Pemeriksaan histologis organ ginjal dilakukan untuk melihat adanya tanda-

    tanda degenerasi dengan metode Parafin dengan menggunakan pewarnaan

    Hematoksilin – Eosin (HE) . Jaringan ginjal diambil, kemudian segera

    difiksasi dalam larutan Buffer Neutral Formalin (BNF). Selanjutnya dibuat

    sediaan dengan metode parafin, lalu jaringan dipotong dengan mikrotom

    setebal 3-5 mikron, kemudian dilakukan pengecatan dengan hematoksilin

    Eosin yang akan menyebabkan inti berwarna kebiruan dan sitoplasma

     berwarna merah. Setelah itu dilakukan pemeriksaan histopatologis dengan

    menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 200 dan 400 kali untuk

    setiap sediaan. Preparat difoto dengan mikroskop kamera.

    i.  Pengamatan histologis dilakukan secara mikroskopis, dalam hal ini peneliti di

     bantu oleh ahli Patologi Anatomi .

     j.  Secara mikroskopis dinilai dengan menggunakan kriteria sebagai berikut.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    51/98

    Kriteria normal bila tidak ditemukan :

    1. perdarahan intertubuler

    2. kongesti

    3. degenerasi pada tubuli

    4. nekrosis

    5. glomerulus menempel pada Capsula Bowman

    Selanjutnya kriteria tersebut dikuantifikasikan dengan skala sebagai

     berikut :

    0  = tidak terjadi kerusakan jaringan ginjal

    + = ringan (terdapat sedikit tanda pada salah satu kriteria normal )

    ++ = Sedang (terdapat beberapa tanda pada salah satu kriteria di atas)

    +++= Berat (terdapat banyak tanda pada salah satu kriteria di atas)

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    52/98

     

    KERANGKA KERJA

    PEMELIHARAAN HEWAN COBA(TUJUH HARI)

    Klp.I AQUADEST 

    Klp. IIPb

    20mg/kg

    Klp. IIIVit.C

    200mg/kg

    Klp. IVVit. C

    500mg/kg

    Klp . VVit C 

    1000mg/kg

    Pb 20 mg/kg

    TUJUH HARI 

    DUA HARI DUA HARI

    PEMERIKSAAN UREUM, KREATININ & HISTOPATOLOGIS

    UJI STATISTIK

    Gambar 2. Kerangka Kerja

    4. Prosedur Pemeriksaan Ureum

    Sampel darah pertama dikalibrasi dengan NaCl 0,9 % dan C.f.a.s ( Calibrator

     for automated systems  ). Kalibrator dilarutkan dengan aquabidest dan di campur

    sampai homogen, dibagi dalam cup @ 200 μl kemudian disimpan di  freezer   pada

    suhu 2 – 8 ºC. Selanjutnya tekan Panel ” Calibration ”, tekan panel ” Status ” pilih

     parameter yang dikalibrasi ( BUN ), pilih metode kalibrasi ( 2 point ), tekan ”Ok”,

    dan tekan ”Start” 2 kali.

    Setelah dikalibrasi sampel di lakukan ” Quality Control ” dengan Bio Rad

    (Level 1 dan level 2) dengan program kontrol sebagai berikut :

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    53/98

    1.  Pipet 300 μl  Bio-Rad ke dalam cup serum dan letakkan pada rak

    kontrol yang telah di tentukan

    2.  Tekan panel ”QC”

    3.  Tekan panel ” Instal ”

    4.  Pilih jenis kontrol ( Bio-Rad)

    5.  Pilih parameter yang akan di kontrol ( BUN ), aktifkan

    6.  Tekan panel ” Active Test ”

    7.  Tekan ”Start ” 2 kali

    Selanjutnya untuk pemeriksaan kadar ureum, sampel yang telah diberi kode

    diletakkan pada raknya masing-masing ( Hitachi 912). Lalu tekan Start 2 kali, lalu

    dilakukan program yaitu dengan menekan panel “ WORKPLACE  “, lalu tekan panel ”

    Test Selection ” dan tandai setiap sampel, lalu tekan “  Enter  “ kemudian tekan panel

     pemeriksaan “BUN” , tekan panel “ Accept  “, tekan “Start ” 2 kali lalu Hitachi 912

    secara otomatis menghitung konsentrasi BUN dalam darah dengan faktor konversi :

    a.  mg/dl x 0,357 = mmol/l

     b.  mg/dl urea x 0,467 = mg/dl ( BUN )

    5. Prosedur Pemeriksaan Kreatinin

    Sampel darah pertama dikalibrasi dengan NaCl 0,9 % dan C.f.a.s ( Calibrator

     for automated systems  ). Kalibrator dilarutkan dengan aquabidest dan di campur

    sampai homogen, dibagi dalam cup @ 200 μl kemudian disimpan di  freezer   pada

    suhu 2 – 8 ºC. Selanjutnya tekan Panel ” Calibration ”, tekan panel ” Status ” pilih

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    54/98

     parameter yang dikalibrasi ( Kreatinin), pilih metode kalibrasi ( 2 point ), tekan ”Ok”,

    dan tekan ”Start ” 2 kali.

    Setelah dikalibrasi sampel di lakukan ” Quality Control  ” dengan Bio Rad

    (Level 1 dan level 2) dengan program kontrol sebagai berikut :

    1.  Pipet 300 μl  Bio-Rad ke dalam cup serum dan letakkan pada rak kontrol

    yang telah di tentukan

    2.  Tekan panel ”QC”

    3.  Tekan panel ” Instal ”

    4.  Pilih jenis kontrol ( Bio-Rad)

    5.  Pilih parameter yang akan di kontrol (Kreatinin ), aktifkan

    6.  Tekan panel ” Active Test ”

    7.  Tekan ”Start  ” 2 kali

    Selanjutnya untuk pemeriksaan kadar kreatinin, sampel yang telah diberi kode

    diletakkan pada raknya masing-masing (Hitachi 912). Lalu tekan Start 2 kali, lalu

    dilakukan program yaitu dengan menekan panel “ WORKPLACE  “, lalu tekan panel ”

    Test Selection ” dan tandai setiap sampel, lalu tekan “  Enter  “ kemudian tekan panel

     pemeriksaan “Kreatinin” , tekan panel “ Accept  “, tekan “Start ” 2 kali lalu Hitachi

    912 secara otomatis menghitung konsentrasi Kreatinin dalam darah dengan faktor

    konversi : mg/dl x 88,4 = μmol/l

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    55/98

    6. Analisa Data

    Data yang diperoleh di analisa dengan menggunakan program computer SPSS

    12. Selanjutnya dilakukan pengujian apakah ada perbedaan pengaruh proteksi vitamin

    C terhadap nilai kadar ureum dan kreatinin darah antara kelompok perlakuan dan

    kontrol dengan menggunakan “  Mann- Whitney Test  “ dikarenakan data tidak

     berdistrbusi normal.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    56/98

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Deskripsi Hasil Penelitian

    Pemeliharaan mencit di mulai tanggal 09 Juni 2008 di Laboratorium

    FMIPA Biologi USU. Aklimatisasi mencit dilakukan selama 7 hari, selanjutnya

    diberi perlakuan baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Pada

     pelaksanaan penelitian terdapat satu mencit hilang pada kelompok empat, tapi karena

    tidak mengganggu sampel yang dibutuhkan maka yang hilang tersebut tidak diganti.

    Gambar 3. Pemeliharaan Hewan Coba

    40

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    57/98

    Selama pemeliharaan , berat badan dan aktifitas fisik setiap hewan coba terus

    diperhatikan. Untuk membedakan setiap mencit diberi tanda spidol pada ekornya.

    Gambar 4. Penimbangan Berat Badan Hewan Coba

    Berat badan mencit di timbang setiap hari selama pelaksanaan penelitian.

    Gambar 5. Pemberian Vitamin C Secara Oral

    Pemberian Vitamin C secara oral dengan dosis berbeda diberikan selama 7

    hari untuk setiap mencit dengan menggunakan jarum gavage.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    58/98

     

    Gambar 6. Pemberian Plumbum Asetat Secara Intraperitoneal

    Pemberian larutan Plumbum Asetat dosis 20 mg/kgBB secara intraperitoneal

    dilakukan 1 jam setelah pemberian vitamin C. Setelah 48 jam pemberian larutan Pb

    Asetat dilakukan pengambilan darah secara intraperitoneal, kemudian darah di

    campur dengan heparin dan dibiarkan ± 30 menit.

    Selanjutnya dilakukan laparatomi untuk mengambil ginjal. Setelah itu ginjal

    dimasukkan dalam larutan BNF.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    59/98

     

    Gambar 7. Pengambilan Darah Secara Intracardial

    Semua perlakuan tersebut dilaksanakan di laboratorium FMIPA Biologi USU.

    Selanjutnya pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah hewan coba langsung

    dibawa ke Laboratorium Klinik Pramita sedangkan pemeriksaan histopatologi

    dilaksanakan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Medan dengan di

     bantu oleh tenaga yang ahli di bidangnya.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    60/98

     

    Gambar 8. Pembedahan Laparatomi Untuk Pengambilan Jaringan ginjal

    4.2. Berat Badan Mencit

    Pada penelitian ini berat badan hewan coba ditimbang mulai dilakukan

     perlakuan dan selesai perlakuan seperti yang terlihat pada tabel 4.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    61/98

    Tabel 4. Berat Badan Rata-Rata Mencit Kelompok Kontrol dan Perlakuan Yang

    diberi Pb Asetat 20 mg/kgBB dan Vitamin C Dosis Berbeda

     No. Kelompok Berat Badan

    Aklimatisasi ( g)

    Berat Badan

    Awal ( g)

    Berat Badan

    Akhir (g)

    1. Kontrol ( K ) 26 31 322. Perlakuan ( P ) 26 32 30

    3. Vitamin C 200 (C1) 26 32 30

    4. Vitamin C 500 (C2) 24 29 29

    5. Vitamin C 1000 (C3) 32 33 35

    Berat badan aklimatisasi adalah berat badan awal mencit dilakukan

    aklimatisasi. Setelah tujuh hari diaklimatisasi berat badannya ditimbang kembali yang

    disebut berat badan awal. Dari data berat badan awal terlihat bahwa terjadi

     peningkatan yang signifikan yang berarti mencit yang dipilih adalah sehat. Data berat

     badan akhir adalah data berat badan setelah di berikan perlakuan. Mencit pada

    kelompok kontrol mengalami peningkatan berat badan 1 kg selama 1 minggu. Mencit

    yang di beri plumbum asetat 20 mg/kg BB/hr dan vitamin C 200 mg mengalami

     penurunan 2 kg. Sedangkan mencit yang di beri vitamin C 500 mg berat badannya

    tetap dan yang diberi vitamin C 1000 mg terjadi peningkatan berat badan 2 kg.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    62/98

      Selanjutnya data berat badan dianalisis dengan data diperoleh sebagai berikut:

    Tabel 5. Berat Badan ( X ± SD ) Pada Lima Kelompok Perlakuan

    Berat Badan dan SD

    No Kelompok Perlakuan n Sebelum

    Perlakuan

    ( X ± SD )

    Setelah

    Perlakuan

    ( X ± SD )

    Nilai p

    1 Kontrol Negatif 6 31,25 ± 3,30 31,95 ± 3,25 0,592 Kontrol Positif 6 29,74 ± 3,40 29,62 ± 2,78 1,00

    3 Vitamin C 200 mg + Pb 20 mg 6 29,57 ± 4,04 30,70± 4,50 0,754 Vitamin C 500 mg + Pb 20 mg 5 29,22 ± 4,01 28,77 ± 4,29 0,92

    5 Vitamin C 1000 mg + Pb 20

    mg 6

    33,38 ± 3,05 35,63 ± 2,02 0,15

    Dari tabel 5 dapat disimpulkan bahwa variabel yang dikendalikan yaitu berat

     badan tampak merata pada setiap kelompok perlakuan. Perbedaan rata-rata berat

     badan pada tiap kelompok perlakuan terjadi bukan karena perlakuan yang dilakukan

    tetapi pada saat aklimatisasi berat badan masing-masing mencit sudah berbeda. Rata-

    rata berat badan mencit kontrol negatif : 31,25 gram. Rata-rata berat badan mencit

    kelompok kontrol positif sebelum perlakuan 29,738 gram dan pada akhir penelitian:

    29,617 gram (turun 0,121 gram). Rata-rata berat badan mencit kelompok yang diberi

    200 mg/kgBB dan Pb 20 mg sebelum perlakuan: 29,567 gram dan pada akhir

     penelitian 30,7 gram (naik 1,133 gram). Rata-rata berat badan mencit kelompok yang

    diberi 500 mg/kgBB dan Pb 20 mg sebelum perlakuan: 29,22 gram dan pada akhir

     penelitian 28,766 gram (turun 0,454 gram). Rata-rata berat badan mencit kelompok

    yang diberi 1000 mg/kgBB dan Pb 20 mg sebelum perlakuan: 33,383 gram dan pada

    akhir penelitian 35,633 gram (naik 2,25 gram).

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    63/98

    Hasil penelitian Hariono (2005) dengan pemberian 0,5 g Pb asetat netral/kg

    BB/oral/hr pada tikus putih (  Rattus Norvegicus  ) selama 16 minggu terjadi

     penurunan BB yang signifikan ( P

  • 8/17/2019 08E00677

    64/98

    4.3 Kadar Ureum Darah Mencit

    Pada penelitian ini pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar ureum

    ginjal mencit yang dipapari plumbum disajikan pada :

    Tabel 6. Kadar Ureum ( X ± SD) Pada Lima Kelompok Perlakuan

     No. Kelompok Perlakuan n Kadar Ureum (mg/dl)

    ( X ± SD)

    P value

    ( < 0.05)

    1. Kontrol 6 42.98 ± 6,30 0,49

    2. Perlakuan 6 41,93 ± 5,62 Pembanding

    3. C1 6 47,67 ± 6,59 0,13

    4. C2 5 34,06 ± 7,82 0,085. C3 6 49,18 ± 19,40 0,94

    42.98 41.93

    47.67

    34.06

    49.18

    0

    5

    1015

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

       K  a   d  a  r

       U  r  e  u  m    (

      m

      g   /   d   l   )

    Kontrol C1 C3

    Kelompok Perlakuan

     

    Gambar 9. Kadar Ureum darah Mencit pada kelompok kontrol dan perlakuan

    Dari gambar 9 kadar urea N/BUN pada semua kelompok hewan coba adalah normal,

    dimana nilai normalnya menurut Mitruka,1981 dan Loeb,1989 adalah 13,9-28,3

    mg/dl. Demikian juga kadar ureum semua kelompok hewan coba adalah normal dan

    nilai normalnya adalah 2,14 x BUN.

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    65/98

    Selanjutnya dengan analisa statistik kadar ureum pada kelompok kontrol

    dibandingkan kadar ureum sampel yang dipapari plumbum tidak di jumpai perbedaan

    yang bermakna diantara keduanya ( p > 0.05 ). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

     pengaruh paparan plumbum terhadap kadar ureum darah.

    Demikian juga pemberian vitamin C dengan dosis bertingkat tidak terdapat

     perbedaan bermakna. Namun, dengan pemberian vitamin C 500 mg/dl kadar ureum

     jauh lebih kecil dibandingkan dosis yang lainnya. Berarti dosis yang tepat untuk

    menurunkan kadar ureum adalah 500 mg/dl walaupun penurunan yang dihasilkan

    tidak bermakna.

    Hasil penelitian Hariono (2005) dengan pemberian 0,5 g Pb asetat netral/kg

    BB/oral/hr pada tikus putih (  Rattus Norvegicus  ) selama 16 minggu tidak terlihat

     perbedaan yang signifikan terhadap kadar  Blood Urea Nitrogen  (BUN), kreatinin,

    dan enzim alanin aminotransferase (ALT) tikus perlakuan maupun kontrol.

    4.4 Kadar Kreatinin Darah mencit

    Pada penelitian ini kadar kreatinin darah mencit pada kelompok kontrol dan

     perlakuan adalah sebagai berikut :

    Tabel 7. Kadar Kreatinin ( X ± SD) Pada Lima Kelompok Perlakuan

    No. Kelompok

    Perlakuan

    n KadarKreatinin (mg/dl)

    ( X ± SD)

    P Value

    ( < 0.05)1. Kontrol 6 0,78 ± 0,75 0,18

    2. Perlakuan 6 0,67 ± 0,14 Pembanding3. C1 6 0,47 ± 0,52 0.002

    4. C2 5 0,40 ± 0,00 0.004

    5. C3 6 0,53 ± 0,10 0.13

    Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit

    Yang Dipapar Plumbum, 2008.

    USU e-Repository © 2008

  • 8/17/2019 08E00677

    66/98

    0.78

    0.67

    0.470.4

    0.53

    0

    0.1

    0.2

    0.3

    0.4

    0.5

    0.6

    0.7

    0.8

       K  a   d  a  r   C  r  e  a   t   i  n   i  n   (  m  g   /   d   l   )

    Kontrol Perlakuan C1 C2 C3

    Kelompok Perlakuan

    Gambar 10. Kadar Kreatinin Darah Mencit Pada Kontrol Dan Perlakuan

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar kreatinin semua kelompok

    hewan coba adalah normal dimana nilai normalnya adalah 0,30 – 1,00. Kadar

    kreatinin kelompok kontrol dibandingkan mencit yang diberi plumbum asetat