BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Perusahaan – perusahaan besar pada umumnya memiliki tiga fungsi utama yang saling berhubungan secara integral antara satu dengan yang lainnya. Ketiga fungsi utama itu adalah Pemasaran, Keuangan/Akuntansi, dan Produksi/Operasi. Fungsi Pemasaran untuk menghasilkan permintaan, atau paling tidak menerima pemesanan untuk sebuah barang atau jasa (tidak akan ada aktivitas jika tidak ada penjualan). Keuangan/Akuntansi untuk mengawasi sehat atau tidaknya sebuah organisasi, membayar tagihan, dan mengumpulkan uang, serta Produksi/Operasi berkaitan dengan seluruh aktivitas produksi barang dan jasa. (Heizer & Render, 2011). Roberta S. Russell dan Bernard W. Taylor III (2011) mendefinisikan operasi sebagai berikut : 8
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi
Perusahaan – perusahaan besar pada umumnya memiliki tiga fungsi utama
yang saling berhubungan secara integral antara satu dengan yang lainnya. Ketiga
fungsi utama itu adalah Pemasaran, Keuangan/Akuntansi, dan Produksi/Operasi.
Fungsi Pemasaran untuk menghasilkan permintaan, atau paling tidak menerima
pemesanan untuk sebuah barang atau jasa (tidak akan ada aktivitas jika tidak ada
penjualan). Keuangan/Akuntansi untuk mengawasi sehat atau tidaknya sebuah
organisasi, membayar tagihan, dan mengumpulkan uang, serta Produksi/Operasi
berkaitan dengan seluruh aktivitas produksi barang dan jasa. (Heizer & Render,
2011).
Roberta S. Russell dan Bernard W. Taylor III (2011) mendefinisikan
operasi sebagai berikut :
“Operations is a transformations process, inputs (such as
materials, machines, labor, management, and capital) are transformed
into outputs (goods and sevices).”
Sedangkan manajemen operasi didefinisikan :
“Operations management, is the design and operation of production
system.”
8
Sedangkan pakar manajemen operasi lainnya, Jay Heizer dan Barry
Render (2011), memberikan definisi dari manajemen operasi sebagai berikut :
“Operations management (OM) is the set of activities that creates
values in the form of goods and services by transforming inputs into
outputs.”
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa manajemen
operasi merupakan suatu kegiatan untuk mentransformasi masukan – masukan
menjadi keluaran – keluaran berupa produk yang mempunyai nilai tambah, baik
itu berupa barang atau jasa.
Fungsi operasi merupakan bagian yang membutuhkan pendanaan terbesar
dalam suatu organisasi, di mana persentase terbesar dari pendapatan suatu
perusahaan dipergunakan untuk fungsi manajemen operasi. Dengan demikian,
melalui manajemen operasi, maka sebuah perusahaan memiliki kemungkinan
yang cukup besar untuk meningkatkan keuntungan serta layanannya.
Dalam hal ini terdapat 10 fungsi operasi yang merupakan keputusan
strategis pada manajemen operasi (Heizer & Render, 2011), yaitu :
1. Desain produk dan jasa : barang/jasa apa yang akan dibuat, bagaimana
membuat desainnya
2. Manajemen mutu : bagaimana kita mendefinisikan kualitas, siapa yang
bertanggung jawab terhadap kualitas
3. Proses dan desain kapasitas : Proses dan kapasitas yang dibutuhkan oleh
produk
4. Penetapan lokasi : di mana lokasi ditetapkan, apa kriterianya
9
5. Tata letak fasilitas : bagaimana menata seluruh fasilitas, berapa luas yang
dibutuhkan
6. Sumber daya manusia dan desain pekerjaan: bagaimana memberikan suasana
kerja yang mendukung
7. Manajemen rantai pasokan : keputusan membuat atau membeli, menetapkan
pemasok
8. Manajemen persediaan : berapa tingkat persediaan yang harus ada
9. Penjadwalan intermediet dan jangka pendek : pekerjaan apa yang akan
dilakukan selanjutnya
10. Pemeliharaan : siapa yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan, kapan
kita melakukan pemeliharaan
Semua keputusan di atas bersifat sangat strategis dan memberi kontribusi yang
tinggi bagi keunggulan bersaing suatu produk. Dalam penelitian ini akan diteliti
perihal strategi ke-8 yaitu manajemen persediaan.
2.1.2 Pengertian Manajemen Persediaan
Menurut Charles T. Hongren (2012) dikatakan bahwa :
“Inventory management is the planning, coordinating, and
controlling activities related to the flow of inventory into, through and out
of an organization.”
Fungsi persediaan merupakan salah satu fungsi manajemen operasi yang
memiliki nilai strategis, karena merupakan bagian integral dalam setiap kegiatan
operasi.
10
Masalah persediaan dapat memberi implikasi yang serius bagi fungsi
finansial, operasi, dan pemasaran. Pengaruh finansial ada pada likuiditas dan
return on investment (ROI), terhadap produksi melalui efisiensi dan pembiayaan
operasional dan pengaruh terhadap pemasaran melalui tingkat penjualan dan
kepuasan pelanggan.
Penanganan persediaan menjadi isu penting karena seringkali investasi
persediaan menjadi asset perusahaan terbesar sehingga ada upaya untuk menekan
besarnya persediaan agar dapat menurunkan biaya. Tetapi di lain pihak, proses
produksi dapat berhenti dan pelanggan kecewa, jika ada suatu komponen material
yang stock-out. Hanya melalui manajemen material yang baik keseimbangan
antara investasi persediaan dengan layanan pelanggan dapat diperoleh.
2.1.3 Fungsi Persediaan
Kebutuhan akan barang persediaan timbul karena ada kesulitan untuk
menyelaraskan dengan tepat antara suplai dengan kebutuhan. Kecepatan suplai
seringkali berbeda dengan kecepatan pemakaian sehingga diperlukan adanya
persediaan (Tersine R.J., 1994). Persediaan dapat memberi beberapa fungsi yang
akan menambah fleksibilitas operasional perusahaan, yaitu :
1. Faktor waktu
Terdapat waktu yang cukup panjang untuk produksi maupun distribusi
sebelum produk tiba di konsumen. Adanya persediaan dapat
menurunkan lead time dalam memenuhi permintaan. Keuntungan
dapat diperbesar dengan memiliki produk yang selalu tersedia.
11
2. Faktor diskontinuitas
Persediaan memberikan fungsi ‘decoupling’ yang memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung
pada supplier. Dengan adanya persediaan, masalah diskontinu produk
(bahan baku, bahan setengah jadi, dan produk jadi) tidak seketika
menjadi masalah namun perusahaan tetap dapat melakukan
aktivitasnya pada tingkatan yang masih wajar sambil tersedia waktu
untuk mengatasi masalah yang terjadi.
3. Faktor ketidakpastian
Disini dipertimbangkan berbagai faktor yang tidak terduga sebelumnya
yang dapat mempengaruhi rencana awal perusahaan. Termasuk
kesalahan dalam perkiraan kebutuhan, hasil produksi yang bervariasi,
Sumber : Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, 1994
X1 = faktor kesalahan =estimasi /aktual
Tabel tersebut menunjukkan bahwa bilamana pada salah satu parameter terjadi
kesalahan sampai 100%, kesalahan pada TVC (total variabel cost) yang terjadi
hanyalah 41,4%. Perlu diperhatikan disini bahwa estimasi yang lebih kecil dari
29
actual memberikan tingkat kesalahan yang lebih besar disbanding estimasi yang
terlalu besar. Hubungan antara faktor kesalahan dengan akibatnya pada TVC
dapat dilihat dengan lebih jelas pada gambar berikut.
Diagram 2.4 Hubungan antara Faktor Kesalahan dengan Biaya KeseluruhanSumber : Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, 1994 hal 99
Berdasarkan data dan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa model dasar
persediaan tidak terlalu sensitif terhadap kesalahan pada nilai parameter yang
diambil. Variasi yang cukup besar pada parameter kebutuhan dan biaya tidak
memberi banyak variasi terhadap model keluaran. Situasi ini sangat
menguntungkan karena dalam penggunaan model EOQ, sering terjadi
penyimpangan terhadap parameter yang digunakan sebagai estimasi dalam
perhitungan. Baik komponen biaya pemesanan, biaya penyimpangan, maupun
30
angka kebutuhan per tahun seringkali merupakan angka hasil peramalan atau
estimasi berdasarkan data dan pengalaman yang telah terjadi (Tersine R.J., 1994).
2.1.9.5 Sistem Telaah Kontinyu (Sistem Q)
Dalam kenyataan praktek, penggunaan model EOQ memiliki
keterbatasan yang disebabkan oleh asumsi permintaan yang konstan (Schroeder,
Roger. G, 2013). Sistem Q memberikan suatu model dimana permintaan yang
fluktuatif dapat dipenuhi. Sistem ini dikenal juga sebagai sistem Fixed Order Size.
Pada sistem ini, posisi persediaan terus menerus dimonitor pada setiap transaksi
dan dibandingkan dengan titik pemesanan ulang (ROP/reorder point). Bilamana
posisi persediaan telah mencapai titik ROP (B), pemesanan ulang dilakukan dalam
jumlah unit Q yang tetap yaitu sebesar nilai EOQ (Economic Order Quantity).
Diagram berikut ini memberikn grafik operasi sistem Q.
Diagram 2.5 Sistem Telaah Kontinyu (Q) Sumber : Schroeder, Roger G, Operations Management in the Supply Chain, 2013 hal 381 Slope : permintaan barang, bervariasi
Q : kuantitas pesanan, tetap
B : titik pemesanan ulang, tetap
31
Oa, ac, ce : interval waktu antar order, bervariasi
ab=cd=ef=L : tenggang waktu
S : stok pengaman
Parameter utama pada sistem Q adalah Q (jumlah pesanan) dan B (titik
pemesanan ulang). Diasumsikan bahwa Q ditetapkan sama dengan nilai EOQ dan
B adalah jumlah kebutuhan pada masa lead time ditambah stok pengaman.
B = M + S
Dimana :
B = ROP
S = stok pengaman
M = kebutuhan rata – rata pada masa lead time
Sistem ini sesuai untuk dipergunakan pada jenis barang yang bersifat
independen dan memerlukan pengendalian ketat (kelompok A pada klasifikasi
ABC) karena :
(2) Menggunakan jumlah order yang efisien (EOQ)
(3) Jumlah stok pengaman tidak terlalu besar, diperlukan hanya untuk periode
masa lead time.
(4) Sistem relatif tidak sensitif terhadap perubahan parameter – parameter
persediaan. (Tersine, R.J., 1994)
2.1.9.6 Sistem Telaah Berkala (Sistem P)
Pada sistem P, jumlah persediaan dalam penyimpanan ditinjau ulang
secara berkala pada interval waktu yang tetap, untuk selanjutnya dilakukan
32
pemesanan sesuai kebutuhan. Dalam hal ini, jumlah order bervariasi pada setiap
periode (Schroeder, Roger G., 2013).
Diagram 2.6 memberikan gambaran mengenai sistem periodik dari satu
jenis persediaan. Tingkat persediaan maksimum T ditetapkan untuk setiap item
persediaan. Kuantitas order adalah tingkat persediaan maksimum dikurangi posisi
persediaan pada tanggal pemesanan. Pada sistem ini periode review tetap,
sementara kuantitas order, kecepatan pemakaian, titik pemesanan kembali (ROP),
dan lead time, bervariasi.
Diagram 2.6 Sistem Telaah Berkala (P) Sumber : Schroeder, Roger G., Operations Managements in the Supply Chain, 2013, hal 386
Dimana :
P : periode antar pesanan
T : stok maksimum
Q1, Q2, Q3 : jumlah pesanan yang besarnya persediaan maksimum (T)
dikurangi jumlah stok pada akhir periode P
a-b, c-d, e-f : lead time kedatangan barang
33
slope : jumlah permintaan
Pada sistem ini, terdapat 2 parameter yang perlu ditetapkan yaitu periode waktu
antar pesanan P dan jumlah stok maksimum T yang menjadi target persediaan
(Tersine, R.J., 1994 p 134 - 136).
Periode waktu antar pesanan yang ekonomis (EOI) diperoleh dari angka EOQ
dibagi kebutuhan R.
P = EOI = EOQ/R
Tingkat persediaan maksimum T harus cukup besar agar dapat memenuhi
kebutuhan selama masa interval pemesanan T dan selama lead time L.
T = RP + RL = R (P + L) = tingkat persediaan maksimum
Dengan adanya stok pengaman yang berfungsi sebagai penyangga terhadap
fluktuasi permintaan dan masa tunggu, maka :
T = M + S
dimana :
T : target tingkat persediaan
M : kebutuhan rata-rata selama periode P + L
S : stok pengaman
Bila dibandingkan dengan sistem Q, ada beberapa kelemahan maupun kelebihan
dari penggunaan sistem P ini. Kelemahannya ialah membutuhkan stok pengaman
34
yang lebih tinggi karena harus mencakup masa periode antar interval pemesanan
(P) dan masa lead time (L). Adapun kelebihannya diantaranya :
- Sistem pencatatan lebih sederhana
- Dapat melakukan pemesanan beberapa jenis barang ke satu pemasok pada
waktu bersamaan, sehingga dapat memberikan nilai ekomis.
Sistem P sesuai untuk digunakan pada satuan – satuan barang dengan harga tidak
terlalu mahal (Schroeder, 2013).
2.1.9.7 Stok Pengaman (Safety Stock)
Resiko dan ketidakpastian pada analisis persediaan datang dari berbagai
variabel, tetapi yang paling utama adalah variasi kebutuhan dan lead time. Situasi
ini diatasi melalui stok pengaman yang akan bertindak sebagai penyangga untuk
mengatasi kebutuhan selama masa pengisian kembali pada lead time dalam hal
realisasi kebutuhan lebih tinggi dari yang diperkirakan maupun lead time yang
melebihi perkiraan sebelumnya. Terhadap pembiayaan perusahaan stok pengaman
memberi 2 efek, yaitu menurunkan biaya stock out dan meningkatkan biaya
penyimpanan (Tersine, R.J, 1994).
Pada sistem persediaan yang ideal, pola kebutuhan rata – rata akan
berulang tanpa variasi. Dapat digambarkan seperti pada diagram berikut ini :
35
Diagram 2.7 Sistem Persediaan yang IdealSumber : Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, 1994, hal 206
Pada kenyataannya pola kebutuhan selalu berubah dari waktu ke waktu seperti
contoh pada gambar berikut :
Diagram 2.8 Sistem Persediaan Sumber : Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, 1994, hal 207
36
Pada daur pertama, kebutuhan pada masa lead time sangat besar sehingga terjadi
stock out. Pada daur kedua kebutuhan pada lead time lebih kecil dari yang
diperkirakan, pengisian barang diterima sebelum stok pengaman dicapai. Pada
daur ketiga kebutuhan pada lead time lebih besar tetapi masih dapat ditanggulangi
oleh stok pengaman. Stok pengaman diperlukan karena baik peramalan maupun
estimasi tidak selalu tepat dan kadangkala pemasok terlambat dalam pengiriman
barang. Beberapa hal yang memerlukan perhatian :
(1) Kecepatan pemakaian yang lebih besar dari ramalan/estimasi
(2) Keterlambatan pengiriman barang
(3) Barang yang datang tidak memenuhi persyaratan / reject.
Tanpa adanya stok pengaman, situasi di atas dapat menimbulkan terjadinya stock
out, sementara perlu pula diperhatikan bahwa setiap peningkatan pada stok
pengaman dapat mengurangi keuntungan. Reaksi pelanggan terhadap kondisi
stock out ada 2 kemungkinan :
(1) Menerima backorder atau penundaan penerimaan.
Dalam situasi ini umumnya perusahaan akan mengeluarkan pesanan
darurat untuk mendapatkan barang yang diperlukan, mengakibatkan
munculnya biaya tambahan (biaya stock out) dalam ekspedisi, biaya
penanganan, biaya pengapalan, dan biaya pengepakan ekstra.
(2) Membatalkan pembelian (lost sale)
Kebutuhan pelanggan akan barang akan diganti oleh pesaing. Dalam
hal ini biaya stock out bervariasi mulai dari kehilangan keuntungan
37
penjualan sampai kehilangan yang tak spesifik seperti nama
baik/goodwill.
Pada saat barang diterima, tingkat persediaan akan tinggi, namun saat
sebelum kedatangan barang, tingkat persediaan akan rendah dan berada disekitar
besarnya stok pengaman. Waktu kritis untuk memenuhi permintaan adalah pada
masa lead time. Bila kuantitas order bertambah besar, maka berarti frekuensi order
per tahun menjadi kecil sehingga kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan
juga berkurang.
Stok pengaman dapat dipandang sebagai investasi permanen dalam
persediaan. Bila pada model deterministik fixed order size besar rata – rata
persediaan adalah Q/2, dengan adanya stok pengaman, rata – rata persediaan
menjadi S + Q/2 dimana S adalah jumlah stok pengaman dan Q adalah besarnya
pesanan. Stok pengaman (demikian pula reorder point) menjadi lebih besar untuk
kondisi :
(1) Biaya stock – out tinggi
(2) Tingkat layanan tinggi
(3) Biaya penyimpanan rendah
(4) Variasi permintaan yang besar
(5) Variasi yang besar dalam lead time
Berapa besarnya stok pengaman yang perlu disediakan sangat bergantung kepada
fluktuasi permintaan pada lead time, fluktuasi lead time, dan tingkat pelayanan
yang diinginkan.
38
2.1.9.8 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2011), titik pemesanan ulang
(reorder point) adalah tingkat persediaan dimana ketika persediaan mencapai titik
tertentu, harus dilakukan pemesanan.
Rumus ROP ditulis sebagai :
ROP = d x L
dimana :
d = permintaan per hari
L = lead time untuk pemesanan baru
Waktu tunggu = L
Kemiringan = unit/hari = d
Tingkat Persediaan
Waktu (hari)
Q*
ROP (unit)
Diagram 2.9 Titik Pemesanan Ulang (reorder point)
Keterangan: Q* adalah kuantitas pesanan optimum, dan waktu tunggu
menggambarkan waktu antara penempatan pesanan dan penerimaan pesanan.
39
Persamaan ROP di atas mengasumsikan permintaan selama waktu tunggu dan
waktu tunggu itu sendiri adalah konstan. Permintaan perhari (d) dihitung dengan
membagi permintaan tahunannya (D) dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun:
Permintaan per hari =D
Jumlah hari kerja per tahun
Permintaan yang probabilistik dan bersifat kontinu pada umumnya mengikuti pola
distribusi normal. Dalam hal ini reorder point dapat dihitung dengan mengikuti
rumus :
B = M + S
= M + Z
Dimana : B = Reorder point
M = Rata – rata permintaan pada masa lead time
S = Stok pengaman
Z = Standard normal deviasi
= simpangan baku dari lead time demand
Melalui rumus ini, titik pemesanan ulang ditetapkan sama dengan
permintaan rata – rata sepanjang tenggang waktu pemesanan M ditambah
sejumlah tertentu penyimpangan standar untuk melindungi dari kehabisan
persediaan.
2.1.9.9 Konflik dalam Masalah Persediaan
40
Persediaan seringkali menjadi sumber konflik antar manajemen dalam
suatu perusahaan karena setiap manajer mempunyai pertimbangan yang berlainan
dalam masalah persediaan.
Tujuan utama dari manajemen persediaan adalah meminimalkan investasi
persediaan, memaksimalkan layanan pada pelanggan dan mendukung operasional
yang efektif. Secara lebih spesifik, tujuan pengendalian persediaan dapat
dinyatakan sebagai : biaya per unit yang rendah, perputaran persediaan (inventory
turnover) yang tinggi, kualitas yang konsisten, hubungan yang baik dengan
pemasok dan suplai yang kontinu. Pada kenyataannya, semua tujuan di atas tidak
selalu sesuai dengan kebutuhan secara keseluruhan. Penekanan pada inventory
turnover bias saja menyebabkan biaya per unit menjadi lebih tinggi karena
pembelian yang lebih sering dalam jumlah kecil. Sebaliknya bila biaya per unit
yang menjadi rendah karena pembelian dalam jumlah besar, hal ini dapat
menggambarkan perbedaan orientasi antar departemen terhadap persediaan.
Tabel 2.3 Perbedaan orientasi antar departemen terhadap persediaan
Departemen Tanggung JawabTujuan dalam
PersediaanTingkat persediaan
Marketing Menjual produk Layanan yang baik TinggiProduksi Membuat produk Ukuran lot yang
efisienTinggi
Pembelian Membeli barang Biaya per-unit rendah
Tinggi
Keuangan Modal kerja Efisiensi modal RendahEngineering Desain produk Menghindari
onsolensiRendah
Sumber : Tersine, R.J., 1994
41
Sementara konflik antar departemen terhadap persediaan dapat digambarkan pada
tabel berikut.
Tabel 2.4 Konflik antar departemen terhadap persediaanDepartemen Respon Tipikal
Marketing
Kami tidak dapat menjual barang kosong. Bagaimana kami dapat mempertahankan pelanggan bila selalu terjadi kekurangan persediaan dan persediaan produk tidak lengkap.
Produksi Dengan lot size yang lebih besar, kami dapat menurunkan biaya per unit dan berfungsi lebih efisien
Pembelian Biaya per unit dapat diturunkan bila membeli dalam jumlah besar
Keuangan Bagaimana mendapatkan dana untuk persediaan,tingkat persediaan lebih baik diturunkan
Warehouse Tidak ada tempat penyimpanan untuk menyimpan semua barang persediaan
Sumber : Tersine, R.J., 1994
Tanggung jawab atas persediaan sering kali dibagi antar departemen
sesuai dengan fungsinya. Pembelian ambil bagian atas bahan baku dan semua
barang yang dibeli, bagian produksi atas barang dalam proses, dan bagian
marketing mengontrol produk jadi. Pengalokasian tanggung jawab ini nampak
logis, namun kemampuan untuk melakukan kontrol yang berimbang tidak ada di
semua departemen. Pada umumnya akan lebih baik untuk menempatkan semua
tanggung jawab atas barang persediaan di satu lokasi di bawah tanggung jawab
manajerial. Konflik antar departemen serta suboptmasi jarang terjadi bilamana
semua jenis persediaan berada di bawah control material manajer.
Manajemen material bekerja untuk mengkonsolidasikan aktifitas,
meningkatkan koordinasi dan menyediakan satu sumber informasi bagi persediaan
42
tidak dapat diselesaikan sendiri di masing-masing area karena terdapat saling
ketergantungan antara distribusi, penyimpangan, produksi, penanganan material,
pembelian, pemasaran, dan keuangan. Bilamana aktivitas yang saling tergantung
dikelola sebagai aktivitas yang independen, besar kemungkinan terjadi konflik
antar aktivitas (Tersine, R.J., 1994).
2.1.10 Peramalan
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2011) serta Roger G. Schroeder
(2011), peramalan adalah seni dan ilmu pengetahuan dalam memprediksi kejadian
di masa yang akan datang. Dalam suatu perusahaan, manager biasanya tertarik
dalam memprediksi permintaan di masa yang akan datang.
Peramalan penting bagi setiap organisasi bisnis dan untuk setiap keputusan
manajemen yang signifikan. Dalam manajemen fungsional yaitu keuangan dan
akuntansi, peramalan memberikan dasar bagi perencanaan anggaran dan
pengendalian biaya. Bagian Pemasaran bergantung pada peramalan penjualan
untuk merencanakan produk baru, kompensasi penjualan pribadi, dan membuat
keputusan penting lainnya. Bagian Operasi menggunakan peramalan untuk
membuat keputusan periodik yang melibatkan pemilihan pemasok, pemilihan
proses, perencanaan kapasitas, dan tata letak fasilitas, serta untuk keputusan terus-
menerus mengenai pembelian, perencanaan produksi, penjadwalan, dan
persediaan (Chase & Jacobs, 2011).
43
2.1.10.1 Peramalan Horizon Waktu
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2011), peramalan
diklasifikasikan berdasarkan atas horizon waktu masa depan dalam cakupannya.
Horizon waktu terbagi menjadi tiga kategori :
a. Peramalan jangka pendek
Peramalan jangka pendek meliputi jangka waktu hingga 1 tahun,
namun pada umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan jangka pendek
digunakan untuk perencanaan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah
tenaga kerja, penugasan kerja dan tingkat produksi.
b. Peramalan jangka menengah
Peramalan jangka menengah atau intermediet pada umunya meliputi
jangka waktu dari 3 bulan hingga 3 tahun. Peramalan ini berguna
dalam perencanaan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi,
anggaran kas, dan analisis bermacam-macam rencana operasi.
c. Peramalan jangka panjang
Peramalan jangka panjang pada umumnya meliputi jangka waktu 3
tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk
perencanaan produk baru, pembelanjaan modal, perluasan lokasi atau
fasilitas serta penelitian dan pengembangan.
44
2.1.10.2 Jenis – Jenis Peramalan
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2011), suatu perusahaan
menggunakan tiga jenis peramalan yang utama dalam perencanaan operasi di masa
yang akan datang, diantaranya :
a. Peramalan ekonomi, membahas mengenai siklus bisnis dengan
memprediksi tingkat inflasi, persediaan dana, pembangunan awal
perumahan, dan indikator perencanaan lainnya.
b. Peramalan teknologi, menyangkut tingkat kemajuan teknologi yang
dapat menghasilkan produk baru yang menarik, membutuhkan pabrik
dan peralatan yang baru.
c. Peramalan permintaan adalah proyeksi permintaan terhadap produk
atau jasa suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga peramalan
penjualan yang mengendalikan produksi, kapasitas, dan sistem
penjadwalan perusahaan serta berfungsi sebagai input bagi perencanaan
keuangan, pemasaran, dan sumber data manusia.
2.1.10.3 Metode Peramalan
A. Metode Kualitatif
Dalam istilah umum, metode peramalan kualitatif mengandalkan
pertimbangan manajerial, pengalaman, data yang relevan, dan model
matematika yang implisit. Metode peramalan kualitatif berguna ketika
kekurangan data atau ketika data terdahulu bukan merupakan prediktor
yang dapat diandalkan untuk masa yang akan datang. Ketika hal ini
45
terjadi, data yang terdahulu harus diikuti dengan pertimbangan sebelum
suatu peramalan dapat dikembangkan. Dalam kasus ini, manusia
sebagai pengambil keputusan dapat memanfaatkan data terbaik yang
tersedia dan pendekatan kualitatif untuk mendatangkan peramalan.
Metode peramalan kualitatif dapat juga digunakan untuk
memperkenalkan produk baru dan jasa baru, dimana data permintaan
historis tidak tersedia. Dalam kasus ini, metode peramalan kualitatif
digunakan untuk mengembangkan peramalan berdasarkan analogi atau
penggunaan selektif dari data riset pasar. (Schroeder, 2013).
B. Metode Kuantitatif
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2011), lima metode peramalan
kuantitatif terbagi ke dalam dua kategori, diantaranya :
a. Model Deret Waktu (Time-Series Models)
Model deret waktu memprediksi asumsi bahwa masa yang akan datang
adalah fungsi dari masa lalu. Model ini melihat apa yang telah terjadi
selama periode waktu tertentu dan menggunakan serangkaian data
terdahulu untuk membuat peramalan. Model deret waktu terdiri atas :
1. Pendekatan Naif (Naïve Approach)
Teknik paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa
permintaan di periode mendatang akan sama dengan permintaan pada
periode terakhir. Untuk beberapa jenis produk, pendekatan naïf adalah
model peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi
46
biaya. Teknik ini menyediakan titik awal untuk perbandingan dengan
model lain yang lebih canggih.
2. Rata – Rata Bergerak (Moving Average)
Peramalan dengan metode rata – rata bergerak menggunakan sejumlah
nilai data aktual masa lalu untuk menghasilkan peramalan. Metode ini
berguna jika kita dapat mengasumsikan permintaan pasar akan cukup
stabil selama masa kita ramalkan. Secara matematis, metode rata – rata
bergerak sederhana (merupakan prediksi dari permintaan periode
mendatang) dinyatakan sebagai berikut :
Rata-rata bergerak =∑Permintaan dalam n periode sebelumnya
n
dimana n adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak.
Ketika terdapat tren atau pola yang terdeteksi, pembobotan dapat
digunakan untuk menempatkan penekanan yang lebih pada nilai
terbaru. Praktek ini membuat teknik peramalan lebih resposif terhadap
perubahan karena lebih banyak periode terkini yang mungkin lebih
berbobot. Pemilihan pembobotan ini merupakan hal yang tidak pasti
karena tidak ada rumus untuk menetapkan mereka. Oleh karena itu,
keputusan pembobotan yang akan dipakai membutuhkan pengalaman.
Contohnya, jika bulan atau periode terakhir diberi bobot yang terlalu
besar, peramalan dapat menggambarkan perubahan besar yang tidak
biasa pada permintaan atau pola penjualan terlalu cepat. Rata-rata
47
bergerak dengan pembobotan akan digambarkan secara sistematis
sebagai berikut :
Pembobotan rata-rata bergerak =∑ (Bobot periode n )( Permintaan dalam periode n)