-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 1
BAB III KONDISI UMUM DAN ISU STRATEGIS
3.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN FISIK WILAYAH
3.2.1. Luas Wilayah dan Batas Administrasi
Secara geografis wilayah Kabupaten Serang terletak pada
koordinat 50 50 - 60 21 Lintang
Selatan dan 1050 0 - 1060 22 Bujur Timur. Jarak terpanjang
menurut garis lurus dari utara
ke selatan adalah sekitar 60 Km dan jarak terpanjang dari barat
ke timur sekitar 90 Km,
dengan luas wilayah 1.467,35 Km2. Secara administratif,
Kabupaten Serang terdiri atas 28
Kecamatan dan 314 Desa, yang berbatasan langsung dengan
wilayah/daerah lain yaitu :
Sebelah Utara : Laut Jawa dan Kota Serang
Sebelah Timur : Kabupaten Tangerang
Sebelah Selatan : Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang
Sebelah Barat : Kota Cilegon dan Selat Sunda
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 2
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 3
Secara letak geografis, Kabupaten Serang merupakan daerah yang
sangat potensial dan
amat diuntungkan. Posisi geografis dalam aksesibilitas
keluar-masuk wilayah Kabupaten
Serang cukup strategis, karena dilalui oleh Jalan Tol Jakarta
Merak yang merupakan
akses utama dari dan menuju Pulau Sumatera melalui Pelabuhan
Penyeberangan Merak,
menjadikan Kabupaten Serang sebagai wilayah transit perhubungan
darat antara Pulau
Jawa dan Pulau Sumatera. Disamping itu, Kabupaten Serang juga
sebagai daerah
alternatif dan penyangga (hinterland) Ibukota Negara, mengingat
jaraknya jika diukur
melalui jalan Tol Jakarta Merak hanya sekitar 70 Km.
Secara historis sebelum masa kemerdekaan RI, Kabupaten Serang
pada awalnya
merupakan wilayah Kesultanan Banten. Adapun paska masa
kemerdekaan RI, Kabupaten
Serang berada dalam lingkup wilayah Provinsi Jawa Barat. Setelah
terbentuknya Provinsi
Banten yang merupakan pemekaran dari Provinsi Jawa Barat pada
tahun 2000,
Kabupaten Serang menjadi salah satu daerah otonomnya dan
berstatus sebagai Ibukota
Provinsi Banten.
Namun sejalan dengan waktu, Kabupaten Serang selanjutnya
dimekarkan menjadi dua
wilayah otonom yakni Kabupaten Serang dan Kota Serang
berdasarkan UU No. 32 Tahun
2007 tentang Pembentukan Kota Serang pada tanggal 10 Agustus
2007. Dengan
dimekarkannya Kabupaten Serang maka secara otomatis luas wilayah
administrasinya
pun berkurang menjadi sebesar 1.467,35 Km2 yang terdiri dari 28
kecamatan dan
melingkupi 314 desa. Berikut ini nama kecamatan, luas wilayah
dan jumlah desa di
Kabupaten Serang tahun 2010.
Tabel 3.1
Jumlah serta Luas Wilayah Kecamatan dan Desa di Kabupaten Serang
Tahun 2010
NO KECAMATAN IBUKOTA LUAS JUMLAH
DESA KM2 %
1. Anyar Anyar 56,81 3,28 10
2. Bandung Bandung 25,18 1,45 8
3. Baros Baros 44,07 2,54 14
4. Binuang Binuang 26,17 1,51 7
5. Bojonegara Bojonegara 30,30 1,75 10
6. Carenang Panenjoan 36,40 2,10 10
7. Cikande Cikande 50,53 2,91 12
8. Cikeusal Cikeusal 88,25 5,09 15
9. Cinangka Cinangka 111,47 6,43 13
10. Ciomas Sukadana 48,53 2,80 11
11. Ciruas Citerep 40,61 2,34 17
12. Gunungsari Gunungsari 48,60 2,80 7
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 4
NO KECAMATAN IBUKOTA LUAS JUMLAH
DESA KM2 %
13. Jawilan Jawilan 38,95 2,25 9
14. Kibin Ciagel 33,51 1,93 9
15. Kragilan Kragilan 51,56 2,97 14
16. Kramatwatu Kramatwatu 48,59 2,80 15
17. Kopo Kopo 44,69 2,58 10
18. Mancak Labuan 74,03 4,27 13
19. Pabuaran Pabuaran 79,14 4,57 7
20. Padarincang Padarincang 99,12 5,71 14
21. Pamarayan Pamarayan 41,92 2,42 9
22. Petir Mekar Baru 46,94 2,71 13
23. Pontang Pontang 64,85 3,74 15
24. Pulo Ampel Sumuranja 32,56 1,88 9
25. Tanara Cerucuk 49,30 2,84 9
26. Tirtayasa Tirtayasa 64,46 3,72 14
27. Tanjung Teja Tanjung Teja 39,52 2,28 9
28. Waringinkurung Waringinkurung 51,29 2,96 11
KABUPATEN SERANG 1.467,35 100,00 314
Sumber: Pemerintah Kabupaten Serang, 2010
3.2.2. Kondisi Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Serang berada dalam ketinggian 0 -
1.778 mdpl (meter di
atas permukaan laut) dan pada umumnya tergolong pada kelas
topografi lahan dataran
dan bergelombang. Pada umumnya (> 97,5%) wilayah Kabupaten
Serang berada pada
ketinggian kurang dari 500 mdpl. Ketinggian 0 mdpl membentang
dari Kecamatan
Tirtayasa sampai Kecamatan Cinangka di pantai barat Selat Sunda
dan ketinggian 1.778
mdpl terdapat di kaki Gunung Karang yang terletak di sebelah
selatan berbatasan dengan
Kabupaten Pandeglang.
Selain wilayah daratan, Kabupaten Serang juga memiliki beberapa
wilayah pulau-pulau
kecil yang berada di wilayah perairan Kabupaten Serang.
Pulau-pulau kecil yang telah
tercatat hingga saat ini yakni sebanyak 16 pulau dengan
deskripsi sebagai berikut:
Tabel 3.2
Deskripsi Pulau-Pulau Kecil di Wilayah Kabupaten Serang
NO NAMA PULAU
LETAK GEOGRAFIS
TOPOGRAFI KONDISI LAHAN
AKSESIBILITAS LUAS (HA)
1 Pulau Sangiang (Sanghyang)
10605000- 10505151 BT dan 60-505900LS Desa Cikoneng Kecamatan
Anyar
Bergunung, berbatuan volkanik, pantai berpasir, 0-100 m dpl.
Kebun kelapa dan semak 450 ha, mangrove 200 ha, perumahan dan
fasum 40 ha, dan
Kapal dari pelabuhan Anyar 1,5 jam, 11 km dari kecamatan dan 43
km dari
845,5
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 5
NO NAMA PULAU
LETAK GEOGRAFIS
TOPOGRAFI KONDISI LAHAN
AKSESIBILITAS LUAS (HA)
sisanya hamparan pasir
Ibukota Kabupaten
2 Pulau Salira 10600341 - 10600337 BT dan 505314- 505317 LS Desa
Mangunrejo Kecamatan Bojonegara
Relatif datar 0-2 m dpl
Berawa Kapal dari pelabuhan ikan Karangantu 2 jam, 12 km dari
Kecamatan dan 34 km dari Ibukota Kabupaten
1,875
3 Pulau Kali (dua pulau, utara dan selatan)
10600521- 10600551 BT dan 505351- 505358 LS Desa Pulo Ampel
Kecamatan Bojonegara
Relatif datar 0-3 m dpl
Berawa Kapal dari pelabuhan ikan Karangantu 2 jam
P. Kali Utara 3
ha, P. Kali Selatan 3,5 ha
4 Pulau Tarahan 10600647 - 10600700 BT dan 505648- 505705 LS
Desa Marga Giri Kecamatan Bojonegara
Datar 0-5 m dpl, berbukit rendah, berbatuan volkanik
Berawa Kapal dari pelabuhan ikan Grenyang/ Teratai 0,5 jam, dari
pelabuhan ikan Karangantu 1,5 jam, dan 4,25 km dari Kecamatan, 26
km dari Ibukota Kabupaten
11,875
5 Pulau Kemanisan
10600616- 10600629 BT dan 505801- 505812 LS Desa Bojonegara
Kecamatan Bojonegara
Datar 0-5 m dpl, berbukit rendah, berbatuan volkanik
Berawa Kapal dari pelabuhan Ikan Grenyang/ Teratai 0,5 jam dan
dari Pelabuhan ikan Karangantu 1,5 jam dan 1,5 km dari kecamatan,
23,5 km dari Ibukota Kabupaten
7,5
6 Pulau Cikantung
10600622- 10600630 BT dan 505747- 505750 LS Desa Bojonegara
Kecamatan Bojonegara
Datar 0-5 m dpl, berbukit rendah, berbatuan volkanik
Berawa Kapal dari pelabuhan ikan Grenyang/ Teratai 20 menit dan
dari pelabuhan ikan Karangantu 1,15 jam, dan 24,5 km dari Ibukota
Kabupaten
1,25
7 Pulau Panjang 10600818- 10601010 BT dan 505508 - 505641 LS
Desa Pulau Panjang Kecamatan Pulo Ampel
Relatif datar 0-4 m dpl
Kebun kelapa & semak belukar 400 ha, hutan mangrove 100 ha,
perumahan dan fasum 100 ha, rawa-rawa dan tambak 135 ha
Dari Bojonegara 30 menit, 16 km dari kecamatan 22 km dari
Ibukota Kabupaten
502
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 6
NO NAMA PULAU
LETAK GEOGRAFIS
TOPOGRAFI KONDISI LAHAN
AKSESIBILITAS LUAS (HA)
8 Pulau Semut 10601013- 10601017 BT dan 505618- 505522 LS Desa
Pulau Panjang Kecamatan Pulo Ampel
Datar, 0-0,5 m dpl
Daerah Rawa-rawa mangrove
Kapal dari pelabuhan ikan Karangantu 1,5 jam dan 14,5 km dari
Kecamatan, 20,5 km dari Ibukota Kabupaten
1,875
9 Pulau Kubur 1060850- 1060859 BT dan 505855- 505901 LS Desa
Banten Kecamatan Pulo Ampel
Relatif datar 0-2 m dpl
Daerah rawa-rawa mangrove
Kapal dari pelabuhan ikan Karangantu 50 menit dan jarak dari
kecamatan 8,8 km, dari Ibukota Kabupaten
1,563
10 Pulau Lima 10600912- 10600921 BT dan 601000- 600000 LS Desa
Banten Kecamatan Pulo Ampel
Relatif datar 0-4 m dpl
Rawa-rawa 900 m2, perkebunan kelapa 1000 m2 semak belukar 8000
m2, dan sisanya lahan mangrove
Kapal dari pelabuhan ikan Karangantu 0,5 jam dan jarak dari
Kecamatan 9 km, dari Ibukota Kabupaten 15 km
3,5
11 Pulau Gedang 10600845- 10600856 BT dan 505945- 505955 LS Desa
Banten Kecamatan Kasemen Pulo Ampel
Agak bergelombang, berbukit rendah, berbatuan volkanik, 0- 10 m
dpl, warna tanah kecoklatan
Daratan bergelombang, semak belukar
Kapal dari pelabuhan ikan Karangantu 0,5 jam dan jarak dari
Kecamatan 10 km, dari Ibukota Kabupaten 16 km
2,5
12 Pulau Satu 10601205- 10601210 BT dan 600025- 600103 LS Desa
Sawah luhur Kecamatan Pulo Ampel
Relatif datar 0-3 m dpl
Kawasan cagar budaya bersama P. Dua. SK Menhut No. 253/Kpts
11/1984 menetapkan sebagi cagar budaya dengan areal tambang 30
ha
35 menit dari Pelabuhan Karangantu, 12 km dari Kecamatan, 18 km
dari Ibukota Kabupaten
2,5
13 Pulau Pamojan Besar
10601310- 10601242 BT dan 505640- 505628 LS Desa Susukan Kec.
Pontang
Agak berbukit, Berbukit rendah, berbatuan volkanik, 0-15 dpl
tergolong lahan agak bergelombang
Berawa, 20 % perkebunan kelapa dan semak belukar
1 jam dari Pelabuhan Karangantu, 17,5 km dari Kecamatan, 37,5 km
dari Ibukota Kabupaten
15
14 Pulau Pamojan Kecil
10601015- 10601017 BT dan 505747- 505756 LS Desa Damas
Datar 0-4 m dpl Berawa 1 jam 15 menit dari Pelabuhan Karangantu,
18 km dari
0,63
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 7
NO NAMA PULAU
LETAK GEOGRAFIS
TOPOGRAFI KONDISI LAHAN
AKSESIBILITAS LUAS (HA)
Kec. Pontang Kecamatan, 38 km dari Ibukota Kabupaten
15 Pulau Tunda 10605000- 10505151 BT dan 505615- 505900 LS Desa
Wargasara Kecamatan Tirtayasa
Relatif datar 0-5 m dpl
Perkebunan kelapa dan semak belukar (170 ha), mangrove (30 ha),
pemukiman dan fasum (27ha)
3 jam dari Pelabuhan Karangantu, 22,5 km dari Kecamatan, 42,5 km
dari Ibukota Kabupaten
257,5
Sumber: Pemerintah Kabupaten Serang, 2010
3.2.3. Kondisi Hidrologi dan Klimatologi
Kondisi hidrologi di Kabupaten Serang ditandai dengan
terdapatnya Daerah Aliran Sungai
(DAS). Pengelolaan sungai mengatur adanya Satuan Wilayah Sungai
(SWS) dan Daerah
Aliran Sungai (DAS). Secara umum, baik SWS maupun DAS yang
berada di Kabupaten
Serang relatif tidak luas. Sungai-sungai yang terdapat di
Kabupaten Serang memiliki lebar
yang relatif kecil (lebar kurang dari 50 m) dan pendek (panjang
kurang dari 100 Km).
Selain itu, terdapat DPS (Daerah Pengelolaan Sungai) yakni
pengelolaan satu atau
beberapa DAS secara bersama yang dilakukan dalam pelaksanaan
perencanaan dan
pengelolaan karena faktor efisiensi dana dan pelaksanaan. SWS
yang terdapat di
Kabupaten Serang yaitu Ciujung-Ciliman, terdiri atas DAS
Cidurian, Ciujung, Cibanten,
dan Cidanau. DAS tersebut terdiri dari sub-sub DAS. Sungai yang
besar adalah Cidurian
dan Ciujung. Sungai Cidurian berhulu di Kabupaten Tangerang.
Sebagian besar sungai
mengalir ke arah utara menuju Laut Jawa. DAS Cidanau mengalir ke
barat Selat Sunda.
Sebelah selatan terdapat DAS Ciliman dimana terdapat dua arah
pengaliran, yang pada
umumnya mengalir ke utara menuju Laut Jawa atau Teluk Banten,
dan sebagian ke barat
menuju Selat Sunda.
Ditinjau dari fisiografi dan morfologi permukaan tanahnya,
sebagian besar (sekitar 35 %)
bagian utara Kabupaten Serang merupakan hilir tata air permukaan
yang mengarah ke
Laut Jawa bagian barat daya, khususnya ke Teluk Banten. Dari 35
% tersebut, sekitar 25%
merupakan daerah perbukitan sangat rendah atau mengalami
pendataran sangat aktif
(peneplainisasi) dan 10 % berupa dataran pesisir. Aliran air
permukaan yang besar
terutama berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidurian dan
DAS Ciujung. Sekitar 50
% merupakan perbukitan daerah hulu terutama di bagian selatan
dan sedikit di utara-barat
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 8
laut, yaitu Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Pulo Ampel.
Sisanya sekitar 14%
merupakan wilayah perbukitan yang mengarahkan aliran air
permukaannya ke arah barat
di Selat Sunda terutama dari DAS Ciliman dengan dataran pesisir
hilirnya di sebelah barat
yang sangat sempit (1%).
Tabel 3.3
Daftar DAS/Sub DAS di Kabupaten Serang
NO. NAMA DAS NAMA SUB DAS LUAS (HA)
1. Cidurian 184.658,00
Cidurian Hulu 37.194,00
Cibeureum 28.391,00
Cidurian Hilir 35.542,00
Cimanceuri Hulu 40.501,00
Cirarab 33.795,00
Cimanceuri Hilir 9.235,00
2. Ciujung 279.839,00
Ciujung Hulu (a) 21.247,00
Ciujung Hulu (b) 136.879,20
Ciujung Tengah 23.444,80
Ciujung Hilir 40.221,00
Ciujung Kulon (Cikeuruh) 58.047,00
3. Cibanten 80.170,00
Cibanten 21.580,00
K Grogol 5.750,00
Bojonegara 5.270,00
K. Lombang 7.560,00
Cibeber 15.320,00
K. Anyer 6.560,00
Cikoneng 6.910,00
Cipasauran 11.220,00
4. Cidanau 22.620,00
Cikakalumpay 7.831,00
Cisaat 4.900,00
Cisawarna 4.579,00
Cibojong 2.960,00
Cihoreang 1.040,00
Cicangkadan 1.310,00 Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka,
Tahun 2009
Selain itu, kondisi hidrologi wilayah Kabupaten Serang ditandai
dengan terdapatnya
danau, rawa, situ atau waduk. Berikut ini diuraikan kondisi
danau, rawa, situ atau waduk di
Kabupaten Serang.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 9
Tabel 3.4 Daftar Danau, Rawa, Situ, Telaga dan Waduk di
Kabupaten Serang
NO. NAMA PERAIRAN LOKASI
(DESA/KECAMATAN) LUAS (HA)
VOLUME AIR (000 M3)
1 St. Belungun Cijeruk/Cikande 2,5 75,5
2 St. Ciherang Banjar Banjar/Cikande 5,3 156,0
3 St. Teratai St. Teratai/Cikande 26,0 390,0
4 Wd. Cikande Cikande/Cikande 4,0 254,0
6 St. Cibiral Tanjungsari/Pabuaran 0,6 16,0
7 St. Rampones Sindang Mandi/ Pabuaran
8 St. Sindang Mandi Sindang Mandi/ Pabuaran
9 St. Tasik Kardi Margasana/Kramatwatu 2,0 30,0
10 Rw. Danau Cinangka/Padarincang 11,0 220,0
11 Telaga Wangsa Cipayung/Padarincang
12 St. Cirahap Cipayung/Padarincang
13 St. Ranca Gede Jakung Babakan/Pamarayan 26,0 416,0
15 Rw. Gede Kawao Binuang/Carenang
16 Rw. Bojong Herang Pamanuk/Carenang
17 Rw. Bojong Pring Gabus/Carenang
20 Rw. Pasar Raut Bojong Menteng/Petir
21 Rw. Enang Kemuning/Tunjung Teja
22 St. Cibulakan Sukabana/Ciomas
23 St. Citaman Tamansari/Baros
24 Wd. Cilesung Sukacai/Baros
25 Wd. Belungun Sentul/Kragilan 4,0
26 Wd. Ciranjen Junti/Junti 3,0 286,0
27 Wd. Cibulegar Cibulegar/Cibulegar 2,0 46,0
28 Wd. Cipaseh Anyer/Anyer 4,3 7,1
29 Wd. Citawing Cinangka/Cinangka 3,2 110,6
30 Wd. Ciligawir Kadu Embe/Citasuk 3,2 480,0
31 Wd. Ciujung Lama Pepetan/Pontang 60,0 1.300,0
32 Wd. Lontar Lontar/Tirtayasa 6,9 412,0 Keterangan: Rw = Rawa,
St = Situ, Wd = Waduk.
Ditinjau dari segi klimatologi, menurut klasifikasi Kppen, iklim
Kabupaten Serang terdiri
dari beberapa klasifikasi, belahan utara Serang beriklim Monsun
Tropis (Ama), belahan
selatan Serang umumnya beriklim Hutan Hujan Tropis (Afa) dan
sebagian beriklim
Subtropis (Cfa). Dengan demikian belahan utara Serang mempunyai
bulan kering selama
satu bulan atau lebih dalam setahun. Bagian selatan Serang
umumnya tidak mempunyai
bulan yang dapat dipastikan sebagai bulan kering. Pada bagian
yang beriklim Cfa
mempunyai karakteristik hujan yang serupa dengan daerah bagian
selatan Serang, tapi di
daerah tersebut suhu pada bulan terdingin dapat mencapai 18C dan
pada bulan
terhangat dapat melebihi 32C.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 10
Menurut klasifikasi Mohr daerah Serang memiliki 6 (enam) bulan
basah (November-April)
dan 6 (enam) bulan yang tidak termasuk bulan basah maupun bulan
kering, yaitu bulan
Mei hingga Oktober. Pada saat bulan basah, curah hujan melebihi
laju penguapan. Pada
bulan yang diguyur curah hujan antara 60 mm sampai 100 mm
terjadi keseimbangan
antara curah hujan dan besar penguapan. Secara umum daerah
Kabupaten Serang
sebenarnya cukup memperoleh air dari hujan secara alami. Oleh
karena itu dengan
pengelolaan air-tanah-hutan yang baik dan benar serta sistem
irigasi dan drainase yang
baik dan tepat, maka daerah penduduk Kabupaten Serang secara
umum sebenarnya
dapat memenuhi kebutuhan airnya sendiri.
Tabel 3.5
Klasifikasi Iklim Kabupaten Serang Menurut Pembagian Kecamatan
Dengan Menggunakan Cara Mohr (1933)
TIPE IKLIM DAERAH PENYEBARAN (KECAMATAN)
B1 Padarincang
C2 Cinangka, Kopo
C3 Cikeusal,
D1 Ciomas
D2 Pabuaran, Pamarayan
D3 Kragilan, Petir, Anyer
E2 Waringin Kurung, Mancak
E3 Baros, Ciruas, Tirtayasa
3.2. KONDISI SOSIAL BUDAYA
Pembangunan manusia di Kabupaten Serang bila merujuk pada
perkembangan capaian
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai ukuran yang banyak
digunakan untuk
mengetahui derajat kesejahteraan masyarakat, menunjukkan
peningkatan dari tahun ke
tahun. Laju pertumbuhan rata-rata IPM Kabupaten Serang dalam
periode tahun 2005-2009
sebesar 0,86% per tahun. Hingga tahun 2009, IPM di Kabupaten
Serang telah mencapai
angka 68,27. Berdasarkan data capaian IPM Kabupaten Serang tahun
2009 sebesar
68,27, dimana angka tersebut masih dibawah capaian IPM Provinsi
Banten (70,06) dan
IPM Nasional (71,17) pada tahun yang sama. Pada tahun 2009 IPM
Kabupaten Serang
menempati urutan ke 6 (enam) diantara 8 (delapan) kabupaten/kota
lainnya di Provinsi
Banten.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 11
Gambar 3.2 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten Serang Tahun 2005-2009
60,67 61,33 62,1562,75 63,46
77,73 79,22 79,25 78,61 78,93
59,60 59,83 60,9662,05 62,42
66,00 66,80 67,45 67,8068,27
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
2005 2006 2007 2008 2009
Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Daya Beli IPM
Penyebab lambannya pergerakan angka IPM Kabupaten Serang
terutama dipengaruhi
oleh lambannya pertumbuhan masing-masing indeks kompositnya,
terutama Indeks
Pendidikan yang secara rata-rata hanya bertumbuh 0,41% per tahun
selama periode
2005-2009. Sedangkan Indeks Kesehatan dan Indeks Daya Beli dalam
kurun waktu yang
sama menunjukkan rata-rata pertumbuhan masing-masing 1,13% per
tahun dan 1,16%
per tahun.
Berdasarkan capaian indeks-indeks komposit IPM hingga tahun
2009, capaian Indeks
Daya Beli masih cukup tertinggal terhadap standar hidup layak
yang diharapkan. Indeks
Daya Beli memiliki capaian terendah dibandingkan indeks-indeks
komposit IPM lainnya,
yaitu baru mencapai 62,42 hingga tahun 2009. Berbagai gejolak
sosial ekonomi yang
terjadi sejak peristiwa krisis ekonomi hingga berdampak pada
terjadinya krisis multidimensi
yang tak kunjung pulih sepenuhnya hingga saat ini merupakan
faktor yang menyebabkan
sulitnya mendongkrak tingkat daya beli masyarakat di Kabupaten
Serang. Sedangkan
Indeks Pendidikan merupakan capaian terbaik dari indeks-indeks
komposit IPM lainnya,
dimana capaian angka indeksnya sudah berada pada posisi 78,93
hingga tahun 2009,
meskipun sebenarnya terjadi sedikit penurunan karena pada tahun
2007 sempat mencapai
angka 79,25.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 12
3.2.1. Kependudukan dan Catatan Sipil
Tiga hal pokok yang merupakan komponen utama dan saling
berhubungan satu dengan
lainnya dalam terbentuknya suatu wilayah adalah: penduduk,
tempat/lokasi, dan
pemerintahan. Kependudukan adalah Karakteristik yang paling
mewakili dalam
menentukan gambaran suatu wilayah masalah, karena penduduk
sebagai suatu objek
pokok suatu wilayah merupakan komponen yang selalu mengalami
perkembangan yang
dinamis dari waktu ke waktu.
Pada tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Serang sebesar
1.364.950 jiwa, sedangkan
pada tahun 2009 jumlah penduduknya berjumlah 1.345.557 jiwa.
Dalam kurun waktu tahun
2005-2009, populasi penduduk Kabupaten Serang telah berkembang
relatif lamban. Laju
pertumbuhan penduduk pada tahun 2006 sebesar -4,16%, pada tahun
2007 sebesar
0,91%, pada tahun 2008 sebesar 0,98% dan pada tahun 2009 sebesar
0,95%.
Tabel 3.6
Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten
Serang Tahun 2005-2009
No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Cinangka 58.058 56.274 53.779 54.307 54,690
2 Padarincang 62.542 59.937 60.683 61.275 61,797
3 Ciomas 36.870 35.321 35.761 36.106 36,621
4 Pabuaran 37.205 34.635 35.066 35.408 35,958
5 Gunungsari 19.117 19.181 19.420 19.609 19,803
6 Baros 49.406 47.470 48.061 48.534 48,996
7 Petir 51.177 49.410 50.025 50.516 50,968
8 Tunjung Teja 39.939 38.555 39.035 39.418 39,852
9 Cikeusal 64.482 62.411 63.188 63.807 64,471
10 Pamarayan 40.018 38.441 50.651 51.145 51,431
11 Bandung 39.252 37.617 29.378 29.665 30,351
12 Jawilan 45.774 43.729 44.273 44.707 45,124
13 Kopo 46.233 44.437 44.990 45.432 45,868
14 Cikande 83.703 79.485 80.475 81.261 81,687
15 Kibin 65.125 61.045 53.343 53.857 53,987
16 Kragilan 69.426 66.623 65.298 65.938 66,451
17 Waringinkurung 37.752 35.874 36.321 36.676 36,944
18 Mancak 42.459 40.781 41.289 41.694 42,105
19 Anyar 48.766 46.863 47.447 47.912 48,390
20 Bojonegara 40.213 38.560 39.040 39.423 39,823
21 Pulo Ampel 30.516 29.399 32.856 33.178 33,725
22 Kramatwatu 88.941 84.083 85.130 85.963 86,599
23 Ciruas 63.371 60.728 68.215 68.880 69,956
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 13
No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
2005 2006 2007 2008 2009
24 Pontang 55.524 53.743 50.995 51.495 51,811
25 Carenang 42.773 41.495 42.012 42.422 42,889
26 Binuang 27.023 26.259 26.586 26.846 27,146
27 Tirtayasa 41.938 40.109 40.608 41.005 41,382
28 Tanara 37.347 35.639 36.083 36.435 36,735
Kab. Serang 1.364.950 1.308.104 1.320.008 1.332.914 1.345.557
Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2005-2009
Perkembangan persebaran penduduk Kabupaten Serang dalam kurun
waktu tahun 2007-
2009 (setelah mengalami pemekaran) ditandai oleh Kecamatan
Kramatwatu merupakan
wilayah yang paling tinggi jumlah penduduknya yang mencapai
sekitar 6,45% sedangkan
Kecamatan Gunungsari merupakan wilayah yang paling rendah jumlah
penduduknya yang
mencapai sekitar 1,47%.
Perkembangan kepadatan penduduk Kabupaten Serang dalam kurun
waktu tahun 2007-
2009 (setelah mengalami pemekaran) mengalami peningkatan seiring
dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk. Kondisi ini tercermin dari semakin
meningkatnya
kepadatan penduduk Kabupaten Serang yaitu dari sekitar 899,59
jiwa/km2 pada tahun
2007 menjadi sekitar 908,31 jiwa/km2 pada tahun 2009. Dalam
kurun waktu tersebut,
Kecamatan Kramatwatu merupkan kecamatan yang tertinggi kepadatan
penduduknya
yang mencapai sekitar 1.769 jiwa/km2 sedangkan Kecamatan
Gunungsari merupakan
kecamatan yang terendah kepadatan penduduknya yang mencapai
sekitar 403,45
jiwa/km2.
Tabel 3.7
Perkembangan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten
Serang Tahun 2007-2009
No Kecamatan Luas
Wilayah (Km2)
Tingkat Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
Rata-Rata Kepadatan 2007-2009 2007 2008 2009
1 Cinangka 111,47 482,45 487,19 491,79 487,14
2 Padarincang 99,12 612,22 618,19 624,02 618,14
3 Ciomas 48,53 736,88 743,99 751,02 743,96
4 Pabuaran 79,14 443,09 447,41 451,63 447,38
5 Gunungsari 48,60 399,59 403,48 407,29 403,45
6 Baros 44,07 1.090,56 1.101,29 1.111,69 1.101,18
7 Petir 46,94 1.065,72 1.076,18 1.086,34 1.076,08
8 Tunjung Teja 39,52 987,73 997,42 1.006,83 997,33
9 Cikeusal 88,25 716,01 723,03 729,85 722,96
10 Pamarayan 41,92 1.208,28 1.220,06 1.231,58 1.219,97
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 14
No Kecamatan Luas
Wilayah (Km2)
Tingkat Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
Rata-Rata Kepadatan 2007-2009 2007 2008 2009
11 Bandung 25,18 1.166,72 1.178,12 1.189,24 1.178,02
12 Jawilan 38,95 1.136,66 1.147,80 1.158,64 1.147,70
13 Kopo 44,69 1.006,71 1.016,60 1.026,20 1.016,50
14 Cikande 50,53 1.592,62 1.608,17 1.623,35 1.608,05
15 Kibin 33,51 1.591,85 1.607,19 1.622,36 1.607,14
16 Kragilan 51,56 1.266,45 1.278,86 1.290,93 1.278,75
17 Waringinkurung 51,29 708,15 715,07 721,82 715,01
18 Mancak 74,03 557,73 563,20 568,52 563,15
19 Anyar 56,81 835,19 843,37 851,33 843,30
20 Bojonegara 30,30 1.288,45 1.301,09 1.313,37 1.300,97
21 Pulo Ampel 32,56 1.009,09 1.018,98 1.028,60 1.018,89
22 Kramatwatu 48,59 1.752,01 1.769,15 1.785,85 1.769,00
23 Ciruas 40,61 1.679,76 1.696,13 1.712,14 1.696,01
24 Pontang 64,85 786,35 794,06 801,56 793,99
25 Carenang 36,40 1.154,18 1.165,44 1.176,44 1.165,35
26 Binuang 26,17 1.015,90 1.025,83 1.035,51 1.025,75
27 Tirtayasa 64,46 629,97 636,13 642,14 636,08
28 Tanara 49,30 731,91 739,05 746,02 738,99
Kab. Serang 1.467,35 899,59 908,38 916,96 908,31 Sumber :
Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2007-2009
Pertumbuhan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh tingkat
kelahiran dan besamya
penduduk yang datang. Angka kelahiran yang tinggi akan
mengakibatkan komposisi
penduduk cenderung pada kelompok usia muda. Keberhasilan
pembangunan bidang
kependudukan secara umum terlihat pada perubahan komposisi
penduduk menurut umur,
apabila semakin rendah proporsi penduduk tidak produktif, yaitu
penduduk muda usia (0-
14 tahun) dan penduduk usia lanjut (65 tahun keatas) maka angka
beban ketergantungan
atau beban tanggungan (dependency ratio) semakin rendah.
Komposisi penduduk Serang
untuk kelompok penduduk usia produktif cukup tinggi, dan apabila
diimbangi dengan
kualitas yang baik akan menjadi sumber daya penting bagi
pembangunan.
Tabel 3.8
Keadaan Kependudukan di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
No Uraian Tahun Rata-
Rata 2007 2008 2009
1 Jumlah Penduduk (Jiwa) 1.320.008 1.332.914 1.345.495 -
2 Laju Pertumbuhan Penduduk /LPP (%) 0,91 0,98 0,94 0,94
3 Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) 899,59 908,38 916,96 908,31
4 Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) 103,25 103,47 103,47 -
Jumlah Penduduk Laki-Laki (Jiwa) 670.543 677.816 684.243 -
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 15
No Uraian Tahun Rata-
Rata 2007 2008 2009
Jumlah Penduduk Perempuan (Jiwa) 649.465 655.098 661.314 -
5 Angka Beban Ketergantungan (Dependency Ratio) 62,68 64,03
65,00 63,90
Jumlah Penduduk Usia 0-14 Tahun (Anak) 451.422 436.983 433.249
-
Jumlah Penduduk Usia 15-64 Tahun (Produktif) 827.420 853.454
874.572 -
Jumlah Penduduk Usia 65+ (Lansia) 41.166 39.781 37.674 - Sumber
: Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2007-2009 (Data diolah)
Berdasarkan komposisi umur, 65% dari jumlah penduduk tahun 2009
merupakan
penduduk usia 15-65 tahun atau penduduk usia produktif.
Sedangkan sisanya adalah
penduduk usia belum/tidak produktif sebesar 35%. Dengan
demikian, angka beban
ketergantungan hingga tahun 2009 adalah sebesar 65,00 atau dapat
dinyatakan bahwa
setiap 100 orang penduduk produktif menanggung 65 orang penduduk
tidak/belum
produktif.
Berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2009, penduduk Kabupaten
Serang jumlahnya
hampir berimbang antara jenis kelamin laki-laki dengan
perempuan. Dari 1.345.557 jiwa
penduduk Kabupaten Serang, penduduk perempuan sejumlah 661.314
jiwa atau sekitar
49,15%, sementara penduduk laki-laki sebesar 684.243 jiwa atau
sekitar 50,85% dari total
penduduk Kabupaten Serang.
Tabel 3.9
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kabupaten Serang Tahun
2007-2009
No Jenis Kelamin 2007 2008 2009
(Jiwa) % (Jiwa) % (Jiwa) %
1 Laki-laki 670.544 50,80 677.816 50,85 684.243 50,85
2 Perempuan 649.464 49,20 655.098 49,15 661.314 49,15
1.320.008 100 1.332.914 100 1.345.557 100 Sumber : Kabupaten
Serang Dalam Angka, Tahun 2007-2009 (Data diolah)
3.2.2. Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam proses pembangunan
nasional dan
regional. Pembangunan bidang pendidikan akan meningkatkan
kualitas SDM (Sumber
Daya Manusia) yang ada pada suatu wilayah. Peningkatan kualitas
pendidikan juga akan
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 16
meningkatkan daya saing dalam memasuki dunia kerja. Dengan
pendidikan pula,
memudahkan pemerintah dalam mentransfer tujuan pembangunan
kepada masyarakat
karena tingkat pemahaman masyarakat akan lebih baik kalau
pendidikan juga lebih baik.
Upaya melaksanakan pembangunan di bidang pendidikan yang terarah
dan tepat sasaran
telah ditentukan visi pendidikan nasional yaitu "terwujudnya
masyarakat Indonesia yang
damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing, maju
dan sejahtera dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di dukung oleh
manusia Indonesia yang
sehat, mandiri, beriman, betaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah
air berdasarkan hukum dan
lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki
etos kerja yang tinggi
serta berdisiplin".
A. Tingkat Pendidikan
Tolak ukur yang sangat mendasar di bidang pendidikan adalah
kemampuan membaca
dan menulis penduduk dewasa. Kemampuan membaca dan menulis
dibedakan
terhadap huruf latin, huruf lainnya, dan tidak dapat membaca dan
menulis. Dalam hal
ini yang dimaksud buta huruf adalah penduduk yang tidak dapat
membaca dan
menulis huruf latin. Kemampuan membaca dan menulis huruf latin
akan menjadikan
seseorang mampu untuk menambah pengetahuan baik dari media cetak
maupun
media elektronik.
Kemampuan baca tulis tercermin dari data Angka Melek Huruf,
dalam hal ini
merupakan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat
membaca dan
menulis huruf latin. Penduduk Serang yang sudah mampu membaca
dan menulis
huruf latin tahun 2009 mencapai 94,77 persen, sisanya sebanyak
5,23 persen adalah
penduduk yang belum dapat membaca dan menulis (buta huruf).
Penduduk yang tidak
dapat membaca dan menulis sebagian besar terkonsentrasi pada
penduduk usia tua
yaitu penduduk yang berumur 45 tahun keatas.
Bila dibandingkan antara penduduk laki-laki dan perempuan, maka
penduduk laki-laki
Iebih banyak yang sudah mampu membaca dan menulis, yaitu untuk
penduduk laki-
laki sebesar 97,87 persen, sedangkan untuk perempuan sebesar
93,07 persen. Bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kemampuan baca tulis
masyarakat Serang
tahun 2009 mengalami peningkatan yaitu dari 94,55 persen tahun
2007 menjadi 94,77
persen pada tahun 2009.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 17
Indikator lain untuk melihat tingkat pendidikan adalah Rata-rata
Lama Sekolah (RLS),
Rata-rata lama sekolah menunjukkan berapa lama penduduk Serang
mampu
menyekolahkan anaknya Rata-rata lama sekolah penduduk Serang
tahun 2009
mencapai 7,12 tahun, ini berarti rata-rata pendidikan penduduk
Serang baru sampai
jenjang SLTP kelas satu. Jadi secara umum tingkat pendidikan
yang ditamatkan
penduduk Serang baru lulus SD dan sedikit yang melanjutkan ke
SLTP.
Selain indikator Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah,
gambaran kualitas
SDM Serang dapat dilihat juga dari pendidikan yang ditamatkan
oleh penduduk itu
sendiri. Pendidikan yang ditamatkan penduduk Serang tahun 2008
paling banyak
adalah masih tingkat SD sederajat yaitu sebesar 33,35 persen.
Sedangkan SLTP
hanya 16,94 persen. Yang sangat mengkhawatirkan adalah masih
banyak penduduk
yang tidak/belum tamat SD/sederajat yang mencapai 35,50 persen,
dimana pada
kelompok ini masih terindikasi adanya penduduk diluar usia wajar
dikdas (usia
dewasa/tua).
Gambar 3.3
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan yang
Ditamatkan Tahun 2008
SLTP/Sederajat;
16,94
SLTA/Sederajat;
12,26 Universitas; 1,95 Tidak/Belum
Tamat
SD/Sederajat;
35,50
SD/Sederajat;
33,35
Bila melihat komposisi pendidikan yang ditamatkan berdasarkan
gender, maka tertihat
penduduk laki-laki lebih baik dibandingkan penduduk perempuan.
Hal ini tertihat dari
penduduk perempuan yang belum atau tidak lulus SD serta yang
belum pemah
sekolah lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki. Hal ini
dimungkinkan adanya
faktor budaya pada sebagian masyarakat yang lebih mementingkan
pendidikan untuk
anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 18
Tabel 3.10 Keadaan Pendidikan di Kabupaten Serang
Tahun 2007-2009
No Uraian Satuan Tahun
2007 2008 2009
1 Angka Melek Huruf (AMH) % 94,55 94,60 94,77
2 Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 6,95 7,00 7,12
3 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat
Pendidikan yang Ditamatkan :
Tidak/Belum Tamat SD/Sederajat % 35,50
SD/Sederajat % 33,35
SMP/Sederajat % 16,94
SMA/Sederajat % 12,26
Universitas % 1,95
4 Angka Partisipasi Sekolah (APS)
APS SD/Sederajat % 97,77 97,89 98,01
APS SMP/Sederajat % 78,64 78,93 79,22
APS SMA/Sederajat % 45,22 43,74 42,26
5 Angka Partisipasi Kasar (APK)
APK SD/Sederajat % 105,28 103,45
APK SMP/Sederajat % 86,47 77,35
APK SMA/Sederajat % 43,92 33,55
6 Angka Partisipasi Murni (APM)
APM SD/Sederajat % 94,79 96,00
APM SMP/Sederajat % 56,4 62,31
APM SMA/Sederajat % 32,27 33,55
7 Jumlah Sekolah
TK/RA Unit 61 70 71
SD/Sederajat Unit 708 716 717
SMP/Sederajat Unit 135 142 155
SMA/Sederajat Unit 62 84 94
8 Jumlah Guru
TK/RA Orang 220 327 259
SD/Sederajat Orang 6.910 8.116 7.611
SMP/Sederajat Orang 2.799 3.235 3.214
SMA/Sederajat Orang 1.496 1.993 2.191
9 Jumlah Murid
TK/RA Orang 2.816 3.134 2.846
SD/Sederajat Orang 187.729 191.156 188.095
SMP/Sederajat Orang 42.737 47.740 50.400
SMA/Sederajat Orang 19.978 24.097 26.323
10 Rasio Murid/Guru
TK/RA 12,80 9,58 10,99
SD/Sederajat 27,17 23,55 24,71
SMP/Sederajat 15,27 14,76 15,68
SMA/Sederajat 13,35 12,09 12,01 Sumber: BPS Kabupaten Serang
Tahun 2007-2009 (Data diolah)
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 19
B. Tingkat Partisipasi Sekolah
Partisipasi sekolah anak di Serang dapat teriihat dari Angka
Partisipasi Sekolah (APS)
usia SD/Sederajat, SMP/Sederajat maupun SMA/Sederajat. Angka ini
menunjukkan
partisipasi anak pada usia sekolah yang bersekolah, baik pada
usia SD (7-12 tahun),
SMP (13-15 tahun) maupun SMA (16-18 tahun). Angka ini juga
menunjukkan berapa
besar keikutsertaan masyarakat dalam memanfaatkan program
pendidikan yang ada.
Secara umum APS Kabupaten Serang untuk anak usia SD sebesar
98,01 persen. Ini
menunjukkan bahwa dari sekian banyak anak usia SD yaitu 7 sampai
12 tahun hanya
98 persen yang bersekolah. Sisanya sebesar 2 persen dari anak
usia SD tersebut
tidak bersekolah baik yang putus sekolah maupun yang belum
pernah sekolah.
Partisipasi sekolah anak usia SD laki-laki relatrf lebih baik
dibandingkan dengan
partisipasi anak usia SD perempuan.
Bila dibandingkan dengan partisipasi sekolah anak usia SD,
partisipasi sekolah anak
usia SMP dan SMA kondisinya lebih rendah. Hal ini mengingat
kurangnya
kemampuan masyarakat Serang untuk menyekolahkan anaknya ke
jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. APS SMP tahun 2009 sebesar 79,22
persen dan APS
SMA sebesar 42,26 persen. Ini menunjukkan bahwa dari 100 anak
usia SMP (usia 13-
15), yang bersekolah hanya 79 anak. Sedangkan anak usia SMA
(usia 16-18) hanya
sebanyak 42 atau 43 anak yang sedang bersekolah. Hal ini juga
berarti dari 100 anak
usia SMP ada sekitar 21 anak yang tidak bersekolah dengan
berbagai alasan yang
ada di masyarakat. Bahkan untuk anak usia SMA, jumlahnya jauh
lebih banyak yang
tidak bersekolah dibandingkan anak yang bersekolah.
Bila dibandingkan berdasarkan gender, partisipasi sekolah anak
usia SMP laki-laki
lebih baik dibandingkan anak perempuan. Begitu juga untuk anak
usia SMA,
partisipasi sekolah anak laki-laki lebih besar dibandingkan anak
perempuan.
Selain APS, biasanya untuk melihat partisipasi anak/masyarakat
terhadap sekolah
digunakan juga Angka Partisipasi Mumi (APM) dan Angka
Partisipasi Kasar (APK).
Angka Partisipasi Murni merupakan persentase penduduk usia
sekolah tertentu yang
bersekoiah pada jenjang sekolah tersebut terhadap jumlah
penduduk usia sekolah
yang dimaksud. Sedangkan Angka Partisipasi Kasar merupakan
persentase
penduduk yang sekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap
jumlah penduduk
usia pendidikan tertentu.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 20
Bila dibandingkan ketiga indikator partisipasi sekolah baik APS,
APM maupun APK
pada jenjang pendidikan SD, SMP maupun SMA dapat terlihat
perbandingan antara
anak yang bersekolah tepat pada usia sekolah atau anak yang
sekolah tidak tepat
pada usia sekolahnya. Untuk anak usia SD, APK lebih besar
dibandingkan APS, ini
menunjukkan bahwa anak yang usianya bukan usia SD tapi
bersekolah di SD Iebih
banyak dibandingkan anak usia SD yang bersekolah bukan di SD.
Sedangkan anak
usia SMP dan SMA terlihat APS Iebih besar dari APK, ini
menunjukkan bahwa anak
usia SMP dan SMA yang bersekolah bukan di SMP dan SMA Iebih
banyak
dibandingkan anak bukan usia SMP dan SMA yang bersekolah di SMP
dan SMA.
Sementara itu, terkait dengan partisipasi sekolah perlu
diperhatikan juga
perkembangan jumlah murid sekolah. Untuk jumlah murid
TK/Sederajat di Kabupaten
Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 mengalami peningkatan.
Kondisi ini
dicerminkan oleh bertambahnya jumlah murid dari 2.816 siswa pada
tahun 2007
menjadi 2.846 siswa pada tahun 2009.
Untuk jumlah murid SD/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun
waktu tahun
2007-2009 kondisinya juga mengalami peningkatan. Kondisi ini
dicerminkan oleh
bertambahnya jumlah murid dari 187.729 siswa pada tahun 2007
menjadi 188.095
siswa pada tahun 2009.
Adapun jumlah murid SMP/Sederajat di Kabupaten Serang dalam
kurun waktu tahun
2007-2009 jumahnya mengalami peningkatan yang cukup pesat.
Kondisi ini
dicerminkan oleh bertambahnya jumlah murid dari 42.737 siswa
pada tahun 2007
menjadi 50.400 siswa pada tahun 2009.
Demikian halnya jumlah murid SMA/Sederajat di Kabupaten Serang
dalam kurun
waktu tahun 2007-2009 juga mengalami peningkatan yang cukup
tinggi. Kondisi ini
dicerminkan oleh bertambahnya jumlah murid dari 19.978 siswa
pada tahun 2007
menjadi 26.323 siswa pada tahun 2009.
C. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan khususnya sarana berupa gedung merupakan
hal yang penting
karena merupakan tempat di mana terjadinya proses Kegiatan
Belajar Mengajar
(KBM). Selain itu ketersediaan tenaga pengajar yang memenuhi
kualifikasi dan
berkualitas merupakan hal yang penting dalam meningkatkan mutu
pendidikan di
suatu wilayah.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 21
Jumlah sekolah TK/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun
waktu tahun 2007-
2009 mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh
meningkatnya jumlah
sekolah dari 61 sekolah pada tahun 2007 menjadi 71 sekolah pada
tahun 2009.
Demikian pula jumlah guru TK/Sederajat di Kabupaten Serang dalam
kurun waktu
yang sama jumlahnya mengalami peningkatan. Kondisi ini
dicerminkan oleh
bertambahnya jumlah guru dari 220 orang pada tahun 2007 menjadi
259 orang pada
tahun 2009.
Rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah sekolah
TK/Sederajat di Kabupaten
Serang pada tahun 2009 mencapai 40,08, artinya setiap satu TK
rata-rata
menampung 40 siswa. Adapun rasio rata-rata jumlah murid terhadap
jumlah guru
TK/Sederajat pada tahun yang sama adalah sebesar 10,99, artinya
setiap satu guru
TK rata-rata mengajar 10-11 siswa.
Jumlah sekolah SD/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun
waktu tahun 2007-
2009 juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh
meningkatnya jumlah
sekolah dari 708 sekolah pada tahun 2007 menjadi 717 sekolah
pada tahun 2009.
Demikian pula jumlah guru SD/Sederajat di Kabupaten Serang dalam
kurun waktu
yang sama juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan
oleh meningkatnya
jumlah guru dari 6.910 orang pada tahun 2007 menjadi 7.611 orang
pada tahun 2009.
Dengan kondisi demikian, maka rasio rata-rata jumlah murid
terhadap jumlah sekolah
SD/Sederajat di Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai
262,34, artinya setiap
satu SD rata-rata menampung 262 siswa. Adapun rasio rata-rata
jumlah murid
terhadap jumlah guru SD/Sederajat pada tahun yang sama adalah
sebesar 24,71,
artinya setiap satu guru SD rata-rata mengajar 25 siswa.
Adapun jumlah SMP/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun
waktu tahun 2007-
2009 juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh
bertambahnya jumlah
sekolah dari 135 sekolah pada tahun 2007 menjadi 155 sekolah
pada tahun 2009.
Demikian pula jumlah guru SMP/Sederajat di Kabupaten Serang
dalam kurun waktu
tahun 2007-2009 mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan
oleh meningkatnya
jumlah guru dari 2.799 orang pada tahun 2007 menjadi 3.214 orang
pada tahun 2009.
Dengan kondisi demikian, maka rasio rata-rata jumlah murid
terhadap jumlah sekolah
SMP/Sederajat di Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai
325,16, artinya
setiap satu SMP rata-rata menampung 325 siswa. Adapun rasio
rata-rata jumlah
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 22
murid terhadap jumlah guru SMP/Sederajat pada tahun yang sama
adalah sebesar
15,68, artinya setiap satu guru SMP rata-rata mengajar 15
siswa.
Demikian halnya dengan kondisi SMA/Sederajat di Kabupaten Serang
dalam kurun
waktu tahun 2007-2009 jumlahnya terus mengalami peningkatan.
Kondisi ini
dicerminkan dengan bertambahnya jumlah sekolah dari 62 sekolah
pada tahun 2007
menjadi 94 sekolah pada tahun 2009. Demikian pula jumlah guru
SMA/Sederajat di
Kabupaten Serang dalam kurun waktu yang sama juga mengalami
peningkatan.
Kondisi ini dicerminkan dari meningkatnya jumlah guru dari 1.496
orang pada tahun
2007 menjadi 2.191 orang pada tahun 2009.
Dengan kondisi tersebut, maka rasio rata-rata jumlah murid
terhadap jumlah sekolah
SMA/Sederajat di Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai
280,03, artinya
setiap satu SMA rata-rata menampung 280 siswa. Adapun rasio
rata-rata jumlah
murid terhadap jumlah guru SMA/Sederajat pada tahun yang sama
adalah sebesar
12,01, artinya setiap satu guru SMA rata-rata mengajar 12
siswa.
Adapun kondisi perkembangan pondok pesantren yang juga merupakan
salah satu
sarana pendidikan masyarakat, khususnya pendidikan agama, setiap
tahunnya
cenderung menurun. Jumlah pondok pesantren di Kabupaten Serang
pada tahun
2007 berjumlah 717, sedangkan pada tahun 2009 berkurang menjadi
sejumlah 657.
Demikian juga jumlah kiyai/pengajar pada tahun 2007 berjumlah
780, sedangkan
pada tahun 2009 berjumlah 684. Namun tidak demikian dengan
perkembangan
jumlah santri yang belajar di pondok pesantren, dimana
perkembangannya justru
cenderung meningkat. Jumlah santri pada tahun 2007 laki-laki
berjumlah 18.058 santri
dan perempuan berjumlah 12.692 santri. Sedangkan pada tahun 2009
meningkat
menjadi, santri laki-laki berjumlah 18.416 santri dan santri
perempuan berjumlah
12.856 santri. Kondisi tersebut tentunya perlu menjadi perhatian
serius pemerintah,
mengingat strategisnya peran pondok pesantren dalam membangun
sumberdaya
manusia di Kabupaten Serang.
3.2.3. Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis (Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan). Pembangunan
kesehatan bertujuan
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 23
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasii
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomis.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat derajat
kesehatan penduduk
adalah Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup. Selain
itu aspek penting
lainnya yang turut mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah
status kesehatan antara
lain diukur melaiui angka kesakitan atau tingkat keluhan
kesehatan.
A. Angka Kematian
Kematian merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai penyebab
kematian baik
langsung maupun tidak langsung. Kematian juga berhubungan erat
dengan permasalahan
kesehatan akibat berbagai hal seperti gangguan penyakit,
kecelakaan, faktor kualitas
layanan kesehatan, atau akibat proses interaksi berbagai faktor.
Jumlah kejadian kematian
pada periode waktu dan pada kelompok usia tertentu, dapat
memberi gambaran dari
waktu ke waktu, dan dapat memberi gambaran perkembangan derajat
kesehatan dan
dapat digunakan dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan
dan program
pembangunan kesehatan.
Berikut ini kondisi jumlah angka kematian yang tercatat dan
terlaporkan di Kabupaten
Serang pada tahun 2009:
1. Jumlah Kematian Bayi
Jumlah kematian neonatal (0-28 hari) pada tahun 2009 sebanyak
144 kasus dari
30.094 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian neonatal di
Kabupaten Serang
diantaranya adalah BBLR 48 kasus, asfiksia 55 kasus, tetanus
neonatrum 5 kasus,
infeksi 4 kasus, dan lain-lain 31 kasus. Sementara itu jumlah
kematian bayi (1-12
bulan) pada tahun 2009 adalah sebesar 27 kasus. Penyebab utama
kematian bayi
adalah Diare sebanyak 1 kasus, ISPA 3 kasus, Infeksi 8 kasus,
dan penyebab lain 15
kasus.
Tingkat kematian neonatal dan bayi tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
kesadaran ibu dalam memeriksakan diri ke tenaga kesehatan secara
teratur selama
kehamilan dan pelayanan kesehatan bayi muda, cakupan imunisasi,
asupan gizi yang
adekuat, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih,
deteksi dini tumbuh
kembang (DDTK), layanan posyandu serta sarana dan prasarana yang
tersedia, serta
beberapa faktor lainnya.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 24
Jumlah kematian balita adalah jumlah kematian anak umur 1-4
tahun. Kematian balita
menggambarkan masalah kesehatan anak serta faktor-faktor yang
mempengaruhi
kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi
dan kecelakaan. Jumlah
kematian balita di Kabupaten Serang yang terjadi pada tahun 2009
sebanyak 9 orang
dari 141.282 balita yang ada atau 0,006%.
2. Jumlah Kematian Ibu
Jumlah kematian ibu adalah banyaknya kematian wanita pada masa
kehamilan,
sekitar persalinan dan 40 hari setelah masa persalinan (nifas).
Jumlah kematian ibu
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: tingkat
pendidikan dan sosial
ekonomi, kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi
dan kesehatan,
kondisi kesehatan lingkungan, serta tingkat pelayanan
kesehatan.
Isu gender juga berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan
bagi kaum ibu, dimana peran serta dan kepedulian suami dan
masyarakat di
sekitarnya dalam memperhatikan kesehatan dan keselamatan kaum
ibu yang
memiliki peran besar dalam keluarga sangat dibutuhkan
dukungannya.
Jumlah kematian ibu akibat hamil, bersalin dan nifas di
Kabupaten Serang untuk
tahun 2009 sebanyak 62 kasus dari 30.933 ibu. Terdiri dari 16
orang meninggal saat
hamil, 17 orang meninggal saat bersalin dan 29 orang meninggal
saat nifas. Jumlah
ini mengalami peningkatan kasus dari tahun 2008 yaitu 47
Orang.
Jumlah tersebut belum dapat dikatakan jumlah seluruh kematian
ibu yang terjadi di
Kabupaten Serang karena besar kemungkinan masih banyak kasus
kematian ibu
yang tidak tercatat dan terlaporkan. Sebagai penyebab langsung
kematian ibu masih
di dominasi oleh penyebab utama adalah eklamsi (33,9%),
perdarahan (22,6%), dan
infeksi (8,1%).
Kematian ibu maternal dapat dicegah bila cepat dan tepat dalam
pengambilan
keputusan penanganannya. Pada tahun 2009 ini di temukan 6.184
kasus ibu hamil
resiko tinggi, sedangkan dirujuk ke sarana kesehatan yang lebih
tinggi hanya
berjumlah 2.699 kasus (43,64%). Bila dibandingkan dengan target
SPM kasus yang
harus ditangani 100% maka cakupan ini masih sangat kecil.
Penyebab kecilnya
cakupan tersebut antara lain karena persepsi tentang resiko
tinggi dan faktor resiko
yang masih belum sama, keengganan bidan untuk merujuk dan
kesulitan
pasien/keluarga pasien untuk bersedia di rujuk.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 25
Kasus kematian ibu juga sangat dipengaruhi adanya kesadaran
masyarakat dalam
melakukan pemeliharaan dan pemeriksaan kehamilannya sesuai
dengan standar
kualitas pelayanan kebidanan yaitu melalui pemeriksaan kehamilan
minimal 4 kali
(K4). Persoalan bidan di bidang pemberian layanan kesehatan ibu
dan anak adalah
dari 406 bidan, baru 86 orang (21,2%) bidan yang terlatih Asuhan
Persalinan Normal
(APN), ini juga sangat mempengaruhi kematian ibu dimana tahun
2009 kematian ibu
sebanyak 62 orang, 19 ibu meninggal ditolong oleh bidan. Hal ini
kemungkinan
disebabkan bidan yang menolong persalinan tidak
berkualifikasi/terlatih APN.
3. Kematian Akibat KLB
Kejadian Luar Biasa (KLB) dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu. Kriteria tentang KLB diantaranya
adalah berupa
peningkatan jumlah kesakitan/kematian sebanyak dua kali lipat
atau lebih (X + 2 SD)
dibandingkan periode sebelumnya (jam, hari, bulan, tahun).
KLB di Kabupaten Serang pada tahun 2009 terdiri atas 3 jenis
penyakit, yaitu: Diare,
Campak dan Keracunan Makanan. Dari ketiga penyakit tersebut,
yang terbesar
menyebabkan kematian adalah KLB Diare, dari jumlah 259 penderita
Diare di 5 desa
terjadi 6 kasus kematian, dan KLB Campak dari jumlah 163
penderita Campak
dengan hasil laboratorium Positif Campak (+) terjadi di 3 desa
dengan jumlah
kematian 4 orang . Attack rate tertinggi adalah keracunan
makanan sebesar 2,6% dan
Crude Fatality Rate (CFR) tertinggi adalah KLB Campak sebesar
2,5%.
B. Angka Kesakitan
Selama tahun 2009, terhimpun informasi jumlah kesakitan yang
diperoleh dari pelayanan
kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan, baik
pencatatan dan pelaporan rutin
maupun insidentil. Informasi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. TB Paru
TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium
tuberkulosis. Kasus TB Paru BTA (+) baru pada tahun 2009
ditemukan sejumlah
1.416 kasus. Sementara itu, dari 1.590 TB Paru BTA (+) baru yang
ditemukan dan di
obati pada tahun 2008, sebanyak 1.507 kasus (94.8%) dinyatakan
sembuh.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 26
2. Acute Flaccid Paralysis (AFP)
Dalam upaya membebaskan Indonesia dari penyakit polio,
langkah-langkah yang
dilakukan dalam menunjang program ini seperti pemberian
imunisasi polio secara
rutin, pemberian imunisasi massal pada balita melalui PIN (Pekan
Imunisasi Nasional)
dan surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis) secara aktif baik
di Rumah Sakit
maupun di Puskesmas
Pada tahun 2009 di Kabupaten Serang ditemukan 7 kasus AFP dengan
hasil
laboratorium semuanya negatif. Namun demikian kewaspadaan tetap
dilakukan
terutama masuknya virus dari luar negara yang disinyalir dari
para tenaga kerja
Indonesia yang bekerja di negara yang masih terjangkit virus
tersebut.
3. HIV/AIDS
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Serang (klinik
VCT) jumlah
temuan HIV/AIDS pada tahun 2009 sebanyak 22 kasus, dan 7 kasus
diantaranya
sudah AIDS serta 2 orang telah meninggal dunia. Adapun menurut
laporan UTDC
PMI Serang, pada tahun 2009 diketahui jumlah penderita HIV di
Kabupaten Serang
sebanyak 45 orang.
4. Pneumonia
Angka kematian pneumonia pada balita di Indonesia diperkirakan
mencapai 21%.
Adapun angka kesakitan diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per
1000 anak balita
setiap tahunnya. Untuk kasus pneumonia di Kabupaten Serang
selama tahun 2009
terjadi sebesar 2.476 kasus, dengan 2.198 penderitanya adalah
balita.
5. Diare
Penyakit diare erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan,
penyediaan air bersih
dan perilaku kesehatan. Jika ketiga komponen tersebut memenuhi
syarat kesehatan
maka penyebaran penyakit ini dapat ditekan. Kasus diare juga
merupakan kasus
yang banyak diderita balita, karena kondisi fisik yang masih
rentan terhadap penyakit
ini. Di Kabupaten Serang pada tahun 2009 terdapat 37.127 kasus
diare, 19.294 kasus
terjadi pada balita dan 100% berhasil ditangani. Di Kabupaten
Serang penyediaan air
bersih baru mencakup 59,70%. Hal ini jelas sangat kurang
mengingat air bersih
merupakan komponen terpenting dalam menunjang kehidupan yang
sehat.
Disamping itu kepemilikan jamban keluarga juga baru mencapai
38,0%. Jamban
keluarga mutlak diperlukan agar penyebaran penyakit akibat tinja
manusia dapat
dihindari.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 27
6. Malaria
Setidaknya dalam lima tahun terakhir (2005 - 2009) kasus malaria
di Kabupaten
Serang perkembangannya mengalami fluktuasi dengan kecenderungan
yang semakin
berkurang. Pada tahun 2005 di Kabupaten Serang ditemukan 6
kasus, tahun 2006
meningkat menjadi 15 kasus, tahun 2007 menurun menjadi 13 kasus,
tahun 2008
kembali menurun menjadi 5 kasus, dan pada tahun 2009 menurun
lagi menjadi 4
kasus. Di Kabupaten Serang terdapat beberapa daerah yang
potensial terkena
penyakit malaria seperti Cinangka dan Anyer, karena lingkungan
daerah tersebut
sangat mendukung vektor penular penyakit malaria.
C. Angka Harapan Hidup
Umur Harapan Hidup (UHH) adalah salah satu indikator yang
mencerminkan berapa lama
seorang bayi lahir diharapkan hidup. Tinggi rendahnya umur
harapan hidup menunjukkan
taraf hidup dan keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu
daerah. Apabila suatu
daerah dapat menekan angka kesakitan dan kematian akan tercermin
dari tingginya umur
harapan hidup di daerah tersebut. UHH Kabupaten Serang pada
tahun 2009 telah
mencapai 63,08 tahun, angka tersebut masih dibawah rata-rata UHH
nasional yang
berkisar antara 65-66 tahun.
Umur Harapan Hidup (UHH) pada dasarnya dipengaruhi oleh masih
tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI) serta Angka Kematian Bayi (AKB). Semakin
tinggi jumlah kematian
bayi maka makin rendah umur harapan hidup.
Upaya untuk meningkatkan UHH menjadi 85 tahun (standar maksimal
yang ditetapkan
UNDP) merupakan hal penting yang perlu dicermati melalui
upaya-upaya peningkatan
kegiatan program yang berdampak pada tingkat kesejahteraan
masyarakat seperti
penurunan resiko kesakitan pada keluarga rentan penyakit
degeneratif dan tidak menular
serta peningkatan kesehatan pra usila yang dapat hidup produktif
dan mandiri.
D. Status Gizi
Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan
kesehatan umum,
karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat
memperparah penyakit
infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan
individual. Salah satu faktor mendasar dalam permasalahan gizi
adalah faktor ekonomi.
Faktor inilah yang kemudian mempengaruhi penghasilan masyarakat
secara umum.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 28
Rendahnya pendapatan perkapita penduduk sangat berpengaruh pada
pemenuhan
kebutuhan pokok (makanan), sehingga dalam kurun waktu yang lama
permasalahan gizi
akan sangat berdampak pada kualitas sumber daya manusia.
Pada tahun 2009, jumlah balita yang ditimbang di Kabupaten
Serang adalah sebanyak
138.945 balita (90,7% dari total balita). Dari jumlah tersebut
diketahui bahwa balita dengan
status gizi buruk/kurus sekali sebanyak 499 anak (0,33%). Angka
tersebut menjadi
perhatian khusus pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan
Kabupaten Serang, walaupun
angkanya masih berada dibawah target yang ditetapkan untuk gizi
buruk sebesar
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 29
Kondisi tersebut menunjukan bahwa ketersediaan dokter umum dan
dokter gigi masih
minim sekali, yakni diperkirakan hanya sekitar 2-3 dokter umum
dan 1-2 dokter gigi
yang melayani setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang. Angka
tersebut
berada jauh dibawah target pencapaian Indonesia Sehat 2010 yakni
dokter umum 40
per 100.000 penduduk dan dokter gigi 11 per 100.000
penduduk.
2. Bidan
Jumlah bidan di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun
2007-2009 jumlahnya
terus mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh
meningkatnya jumlah
bidan dari 371 orang pada tahun 2007 menjadi 425 orang pada
tahun 2009. Dari
jumlah tersebut diketahui bahwa rasio bidan pada tahun 2009
yakni sebesar 31,6 per
100.000 penduduk. Kondisi tersebut menunjukan bahwa ketersediaan
bidan masih
minim sekali, yakni diperkirakan hanya sekitar 31-32 bidan yang
melayani setiap
100.000 penduduk di Kabupaten Serang. Angka tersebut masih
berada dibawah
target pencapaian Indonesia Sehat 2010 yakni 100 bidan per
100.000 penduduk.
3. Tenaga Kesehatan selain Dokter (Paramedis)
Jumlah tenaga kesehatan selain dokter (paramedis) di Kabupaten
Serang dalam
kurun waktu tahun 2007-2009 juga mengalami penurunan. Kondisi
ini dicerminkan
oleh menurunnya jumlah paramedis dari 614 orang pada tahun 2007
menjadi 243
orang pada tahun 2009. Dari jumlah tersebut diketahui bahwa
rasio paramedis pada
tahun 2009 yakni sebesar 18,1 per 100.000 penduduk. Kondisi
tersebut menunjukan
bahwa ketersediaan paramedis masih minim sekali, yakni
diperkirakan hanya sekitar
18 paramedis yang melayani setiap 100.000 penduduk di Kabupaten
Serang.
Adapun jumlah dukun bayi di Kabupaten Serang dalam kurun waktu
tahun 2007-2009
kondisinya mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh
bertambahnya
jumlah dukun bayi dari 1.183 orang pada tahun 2007 menjadi 1.226
orang pada tahun
2009. Dari jumlah tersebut diketahui bahwa rasio dukun bayi pada
tahun 2009 yakni
sebesar 91,1 per 100.000 penduduk. Kondisi tersebut menunjukan
bahwa
ketersediaan dukun bayi cukup tersedia, yakni diperkirakan
sekitar 91 dukun bayi
yang melayani setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 30
Tabel 3.11 Perkembangan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten
Serang
Tahun 2007-2009
No. Uraian Tahun
2007 2008 2009
1 Dokter Umum 43 50 34
2 Dokter Gigi 21 22 19
3 Bidan 371 412 425
4 Kesehatan non Dokter (Paramedis) 614 245 243
5 Dukun Bayi 1.183 1.193 1.226 Sumber : Kabupaten Serang Dalam
Angka, Tahun 2007-2009 (data diolah)
Adapun perkembangan kondisi fasilitas kesehatan yang meliputi
puskesmas, apotik, toko
obat dan lainnya, yang ada di Kabupaten Serang adalah sebagai
berikut.
1. Puskesmas
Di Kabupaten Serang distribusi Puskesmas sebagai ujung tombak
pelayanan
kesehatan dasar bagi masyarakat sedianya telah tersedia merata
di seluruh
kecamatan, bahkan pada beberapa kecamatan sampai tersedia lebih
dari 1 (satu)
puskesmas. Pada tahun 2009 secara keseluruhan jumlah puskesmas
yang ada di
Kabupaten Serang mencapai 30 puskesmas. Dengan demikian
rata-rata rasio
puskesmas terhadap 100.000 penduduk adalah sebesar 2,2. Ini
berarti bahwa pada
tahun 2009 setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang rata-rata
dilayani oleh 2
puskesmas.
2. Puskesmas Pembantu
Hingga tahun 2009, keberadaan puskesmas pembantu di Kabupaten
Serang
jumlahnya telah mencapai 48 unit. Dengan jumlah desa di
Kabupaten Serang pada
tahun yang sama mencapai 314 desa, maka rata-rata rasio
puskesmas pembantu
terhadap jumlah desa adalah sebesar 6,5. Ini berarti bahwa pada
tahun 2009 setiap
satu puskesmas pembantu di Kabupaten Serang rata-rata melayani
6-7 desa.
3. Puskesmas Keliling
Keberadaan puskesmas keliling di Kabupaten Serang hingga tahun
2009 jumlahnya
telah mencapai 85 unit. Dengan jumlah desa di Kabupaten Serang
pada tahun yang
sama mencapai 314 desa, maka rata-rata rasio puskesmas keliling
terhadap jumlah
desa adalah sebesar 3,7. Ini berarti bahwa pada tahun 2009
setiap satu puskesmas
keliling di Kabupaten Serang rata-rata melayani 3-4 desa.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 31
4. Apotik
Keberadaan apotik di Kabupaten Serang dalam kurun waktu
2007-2009 jumlahnya
mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya
jumlah apotik
dari 10 unit pada tahun 2007 menjadi 21 unit pada tahun 2009.
Dengan demikian
rata-rata rasio apotik terhadap 100.000 penduduk adalah sebesar
1,6. Ini berarti
bahwa pada tahun 2009 setiap 100.000 penduduk di Kabupaten
Serang rata-rata
dilayani oleh 1-2 apotik.
5. Balai Pengobatan
Keberadaan balai pengobatan di Kabupaten Serang dalam kurun
waktu 2007-2009
jumlahnya mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh
meningkatnya jumlah
balai pengobatan dari 15 unit pada tahun 2007 menjadi 26 unit
pada tahun 2009.
Dengan demikian rata-rata rasio balai pengobatan terhadap
100.000 penduduk
adalah sebesar 1,9. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap
100.000 penduduk di
Kabupaten Serang rata-rata dilayani oleh 1-2 balai
pengobatan.
6. Posyandu
Keberadaan posyandu di Kabupaten Serang dalam kurun waktu
2007-2009
jumlahnya mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh
meningkatnya jumlah
posyandu dari 1.435 unit pada tahun 2007 menjadi 1.505 unit pada
tahun 2009.
Dengan jumlah puskesmas di Kabupaten Serang pada tahun yang sama
mencapai
30 puskesmas, maka rata-rata rasio puskesmas terhadap jumlah
posyandu adalah
sebesar 50,2. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap satu
puskesmas di Kabupaten
Serang rata-rata membawahi 50 posyandu.
7. Polindes
Hingga tahun 2009, keberadaan polindes di Kabupaten Serang
jumlahnya telah
mencapai 35 unit. Dengan jumlah puskesmas di Kabupaten Serang
pada tahun yang
sama mencapai 30 puskesmas, maka rata-rata rasio puskesmas
terhadap jumlah
polindes adalah sebesar 1,2. Ini berarti bahwa pada tahun 2009
setiap satu
puskesmas di Kabupaten Serang rata-rata membawahi 1
polindes.
8. Poskesdes
Hingga tahun 2009, keberadaan poskesdes di Kabupaten Serang
jumlahnya telah
mencapai 21 unit. Dengan jumlah puskesmas di Kabupaten Serang
pada tahun yang
sama mencapai 30 puskesmas, maka rata-rata rasio puskesmas
terhadap jumlah
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 32
poskesdes adalah sebesar 0,7. Ini berarti bahwa pada tahun 2009
setiap satu
puskesmas di Kabupaten Serang rata-rata membawahi 1
poskesdes.
Tabel 3.12
Perkembangan Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Serang
Tahun 2007-2009
No. Uraian Tahun
2007 2008 2009
1 Puskesmas 28 30 30
2 Puskesmas Pembantu 49 48 48
3 Puskesmas Keliling 31 35 85
4 Apotik 10 16 21
5 Balai Pengobatan 15 33 26
6 Posyandu 1.435 1.476 1.505
7 Polindes 48 41 35
8 Poskesdes 18 20 21 Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka,
Tahun 2007-2009 (data diolah)
3.2.4. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Keluarga Berencana (KB) merupakan program pemerintah yang
dikembangkan dalam
rangka mengendalikan pertumbuhan penduduk agar tidak berlangsung
secara berlebihan.
Hal tersebut diperlukan sebagai antisipasi agar kelak tidak
terjadi kelebihan penduduk
(over population) yang dampaknya akan sangat merugikan bagi
pembangunan dan juga
keberlangsungan kehidupan.
Perkembangan jumlah akseptor KB baru di Kabupaten Serang dalam
tiga tahun terakhir
terlihat terus mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari
realisasi akseptor KB baru
pada tahun 2007 dari target yang ditetapkan sebesar 40.947 PUS,
terealisasi sebanyak
35.466 akseptor KB baru atau dengan kata lain tingkat
realisasinya sebesar 86,61%.
Pencapaian tersebut selanjutnya meningkat baik secara nominal
maupun persentase pada
tahun 2009, dimana pada tahun tersebut dari target sebesar
40.539 PUS terealisasi
sebesar 51.315 akseptor KB baru atau tingkat realisasinya
mencapai 126,58%.
Diantara cara/alat kontrasepsi yang ada, ternyata suntik dan pil
merupakan pilihan
terbanyak para akseptor KB. Pada tahun 2009 sebanyak 23.867
akseptor (46,51%)
menggunakan alat kontrasepsi suntik dan sebanyak 17.820 akseptor
(34,73%)
menggunakan pil. Selebihnya atau sekitar 18,76% akseptor
merupakan pengguna alat
kontrasepsi berupa susuk, kondom, IUD, dan MOP/MOW.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 33
Disamping program Keluarga Berencana, hal lain yang juga
mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap tinggi rendahnya tingkat fertilitas adalah
faktor usia perkawinan
pertama. Ini dikarenakan panjangnya masa reproduksi seorang
perempuan berkaitan
dengan umur pertama kali perempuan melakukan perkawinan. Semakin
muda usia
perkawinan pertama seorang perempuan, maka peluang untuk
memiliki anak lebih banyak
semakin besar karena panjangnya masa reproduksi seorang
perempuan yang kawin
muda. Pendewasaan usia kawin merupakan salah satu komponen vital
yang turut
menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kebahagiaan
keluarga termasuk
juga kesehatan ibu. Pemerintah Kabupaten Serang harus lebih
serius dalam memberikan
penyuluhan tentang usia perkawinan pertama, seiring dengan masih
besarnya
kecenderungan masyarakat Kabupaten Serang yang melangsungkan
perkawinan pada
usia muda.
Pada tahun 2008 dari sejumlah perempuan yang pemah kawin,
persentase perempuan
yang melangsungkan perkawinan pertamanya pada umur 16 tahun
tercatat sebanyak
32,81%. Angka tersebut pada dasarnya mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2006
yang besarnya 34,12%. Namun angka ini dianggap masih cukup
tinggi dan sangat
berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pembangunan di bidang
kependudukan.
Secara umum, pada tahun 2008 rata-rata usia perkawinan pertama
perempuan di
Kabupaten Serang adalah pada usia 18,12 tahun, relatif lebih
baik (dewasa) dibandingkan
tahun 2006 yaitu rata-rata pada usia 17,93 tahun.
Namun demikian, apabila diperbandingkan maka kondisi usia
perkawinan pertama
perempuan di Kabupaten Serang pada tahun 2008 tersebut belum
mencapai program
(anjuran) pemerintah, karena dalam program pemerintah dianjurkan
bahwa usia
perkawinan pertama seorang perempuan minimal 20 tahun, sedangkan
kondisi di
Kabupaten Serang pada tahun 2008 secara rata-rata usia
perkawinan pertama seorang
perempuan baru mencapai 18,12 tahun. Kondisi ini tentunya cukup
memprihatinkan
karena berimplikasi pada resiko yang ditanggung oleh perempuan
yang menikah pada
usia belum cukup umur akan jauh lebih besar dibandingkan dengan
perempuan yang
menikah pada usia cukup umur. Perempuan yang menikah di usia
muda, secara fisik
sangat beresiko mengalami gangguan kelangsungan hidup baik bagi
dirinya maupun
anaknya.
Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari usia perkawinan muda,
secara mental umumnya
rentan terhadap perceraian karena emosi yang belum stabil.
Disamping itu wanita yang
melangsungkan perkawinan pada usia muda, akan menambah panjang
masa fertilitas dari
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 34
seorang ibu, dengan bertambah panjangnya masa fertilitas seorang
ibu maka berimplikasi
pada tingginya Iaju pertumbuhan penduduk di suatu daerah karena
dengan panjangnya
masa fertilitas seorang ibu maka peluang untuk mempunyai anak
lebih banyak dibanding
dengan perempuan yang masa fertilitasnya lebih pendek.
3.2.5. Sosial
Setiap pembangunan yang dilaksanakan pada dasarnya selalu
bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terkait masalah
kesejahteraan masyarakat, hal
yang paling lazim diperhatikan adalah tingkat pendapatan
masyarakat. Tingkat
pendapatan masyarakat tentunya ada yang tinggi, sedang dan ada
juga yang rendah.
Biasanya sasaran pemerintah dalam pembangunan kesejahteraan
masyarakat adalah
dengan mengupayakan pendapatan masyarakat yang masih rendah agar
pendapatannya
meningkat.
Masyarakat atau penduduk dengan tingkat pendapatan yang rendah
umumnya
dikategorikan sebagai penduduk miskin karena dengan rendahnya
pendapatan mereka
belum/tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penduduk
miskin didefinisikan
sebagai penduduk yang pendapatannya (didekati dengan
pengeluaran) lebih rendah dan
yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup secara
layak. Standar
kebutuhan hidup layak tersebut diterjemahkan sebagai suatu
jumlah rupiah yang dapat
memenuhi kebutuhan konsumsi makanan setara 2.100 kalori sehari,
ditambah sejumlah
pengeluaran untuk bukan makanan seperti perumahan, pakaian,
kesehatan, pendidikan
dan lainnya. Jumlah uang tersebut kemudian dikatakan sebagai
batas garis kemiskinan.
Tinggi rendahnya angka jumlah penduduk miskin di suatu wilayah
mencerminkan tingkat
pendapatan penduduk pada wiiayah tersebut. Tingginya jumlah
penduduk miskin
mengindikasikan rendahnya tingkat pendapatan penduduk. Jumlah
penduduk miskin
merupakan indikator yang cukup baik untuk mengukur tingkat
kesejahteraan rakyat di
suatu wilayah/daerah tertentu.
Disamping meningkatnya tingkat pendapatan, hal lain yang juga
mengindikasikan tingkat
kesejahteraan rakyat adalah bagaimana distribusi atau pemerataan
pendapatan tersebut
di berbagai lapisan masyarakat. Indikator distribusi pendapatan
yang dihitung dengan
menggunakan pendekatan pengeluaran, dapat memberikan petunjuk
mengenai aspek
pemerataan yang telah tercapai. Dari data pengeluaran dapat juga
diungkapkan tentang
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 35
pola konsumsi rumah tangga secara umum dengan menggunakan
indikator proporsi
pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan.
A. Jumlah Penduduk Miskin dan PMKS
Permasalahan kesejahteraan sosial merupakan masalah yang sangat
kompleks dan akan
terus berkembang bersama dengan perkembangan masyarakat. Hal
tersebut muncul
disebabkan oleh perubahan-perubahan masyarakat yang selalu
menunjukan
perkembangan di segala bidang baik ekonomi, sosial, budaya dan
khususnya teknologi.
Seiring dengan kemajuan yang dicapai maka dampaknya semakin
dirasakan, yaitu
terjadinya kesenjangan sosial pada beberapa aspek kehidupan.
Satu sisi menunjukan
kemajuan dan meningkatkan mutu kehidupan, sedangkan di sisi lain
menunjukan makin
tertinggalnya kelompok-kelompok tertentu oleh kemajuan-kemajuan
tersebut. Kelompok-
kelompok ini dikatakan sebagai bermasalah karena keberadaannya
menyebabkan dampak
negatif terhadap pembangunan yang sedang dilaksanakan.
Berkembangnya kelompok ini
merupakan masalah sosial dan lebih lanjut merupakan penghambat
pembangunan.
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang,
keluarga atau
kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau
gangguan, tidak dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanyan tidak dapat
menjalin hubungan yang
serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat
terpenuhi kebutuhan
hidupnya (jasmani, rohani, dan sosial) secara memadai dan wajar.
Hambatan, kesulitan
dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran,
kecacatan,
ketunasosialan, keterbelakangan atau keterasingan, dan kondisi
atau perubahan
lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung atau
menguntungkan.
Deskripsi mengenai perkembangan jumlah penyandang kesejahteraan
sosial di kabupaten
Serang dalam beberapa tahun terakhir menunjukan adanya penurunan
jumlah pada
beberapa kriteria PMKS. Namun demikian masih terdapat juga
penyandang masalah
sosial yang jumlahnya masih tinggi dan cenderung bertambah
setiap tahunnya.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 36
Tabel 3.13 Keadaan Kesejahteraan Sosial Penduduk
di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
No Uraian Tahun
2007 2008 2009
1 Anak Terlantar 7.061 6.513 4.119
2 Anak Nakal 241 218 210
3 Lansia/jompo 9.430 9.226 8.809
4 Korban Narkotika 24 10 89
5 Gelandangan dan Pengemis 608 914 444
6 Penyandang Cacat 6.736 4.815 4.993
7 Wanita Pekerja Seks Komersil 42 26 105
8 Fakir Miskin 54.012 92.418 96.738 Sumber : Kabupaten Serang
Dalam Angka, Tahun 2007-2009 (data diolah)
Berdasarkan data, jumlah anak terlantar, anak nakal,
lansia/jompo terlantar,
gelandangan/pengemis, dan penyandang cacat di Kabupaten Serang
jumlahnya semakin
berkurang dalam tiga tahun terakhir. Hal tersebut terlihat
dimana pada tahun 2007 jumlah
anak terlantar sebesar 7.061 orang, menurun pada tahun 2009
menjadi sejumlah 4.119
orang. Demikian halnya dengan anak nakal, lansia/jompo
terlantar, gelandangan/
pengemis, dan penyandang cacat.
Namun hal berbeda terjadi pada kriteria PMKS lainnya di
Kabupaten Serang. Jumlah
korban narkotika, wanita PSK, dan fakir miskin jumlahnya justru
terus bertambah dalam
tiga tahun terakhir. Jumlah korban narkotika pada tahun 2007
berjumlah 24 orang,
meningkat pada tahun 2009 menjadi 89 orang. Jumlah wanita
pekerja seks komersil pada
tahun 2007 berjumlah 42 orang, meningkat menjadi 105 orang pada
tahun 2009.
Sedangkan jumlah fakir miskin/keluarga miskin pada tahun 2007
berjumlah 54.012
keluarga, meningkat pada tahun 2009 menjadi 96.738 keluarga.
Sementara itu, berdasarkan data BKBPP Kabupaten Serang jumlah
keluarga miskin di
Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai 91.415 KK atau sekitar
26,89% dari total
jumlah KK. Angka tersebut tergolong masih cukup tinggi. Oleh
karena itu ke depan
diperlukan upaya-upaya untuk menekan jumlah keluarga miskin
tersebut.
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 37
Tabel 3.14 Jumlah Keluarga Miskin Per Kecamatan
di Kabupaten Serang Tahun 2009
No. Kecamatan Jumlah
% KK KK Miskin
1 Cinangka 14.781 5.950 40,25
2 Padarincang 15.837 3.648 23,03
3 Ciomas 9.755 3.090 31,68
4 Pabuaran 7.755 1.884 24,29
5 Gunungsari 4.817 1.082 22,46
6 Baros 12.025 3.155 26,24
7 Petir 13.156 3.290 25,01
8 Tunjung Teja 9.323 2.383 25,56
9 Cikeusal 16.598 3.736 22,51
10 Pamarayan 12.288 3.033 24,68
11 Bandung 7.856 1.713 21,80
12 Jawilan 12.274 3.355 27,33
13 Kopo 11.869 3.658 30,82
14 Cikande 20.387 5.466 26,81
15 Kibin 10.409 2.238 21,50
16 Kragilan 17.293 2.431 14,06
17 Waringinkurung 9.906 959 9,68
18 Mancak 10.084 2.920 28,96
19 Anyar 13.609 3.838 28,20
20 Bojonegara 11.311 2.221 19,64
21 Pulo Ampel 9.194 2.093 22,76
22 Kramatwatu 19.126 3.275 17,12
23 Ciruas 18.294 5.108 27,92
24 Pontang 13.580 4.846 35,68
25 Carenang 11.298 3.567 31,57
26 Binuang 7.227 4.276 59,17
27 Tirtayasa 10.667 4.306 40,37
28 Tanara 9.212 3.894 42,27
Kab. Serang 339.931 91.415 26,89 Sumber : BKBPP Kabupaten
Serang, Tahun 2010 (data diolah)
B. Pola Konsumsi dan Jumlah Keluarga menurut Tingkat
Kesejahteraan
Disamping tingkat pendapatan, tingkat kesejahteraan penduduk
secara umum dapat juga
dapat dilihat dan pola konsumsi yang dilakukan oleh penduduk.
Pola konsumsi secara
umum dibagi menjadi konsumsi makanan dan non makanan. Apabila
rata-rata
pengeluaran konsumsi makanan penduduk lebih besar dari
pendapatannya, hal ini
sebagai dampak dari masih rendahnya tingkat pendapatan
masyarakat sehingga dapat
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 38
dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah
Sebaiiknya apabila
persentase rata-rata konsumsi bukan makanan lebih besar atau
meningkat, hal ini
menunjukan indikasi bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat sudah
baik/meningkat.
Dari hasil Susenas tahun 2008, menunjukkan bahwa konsumsi
masyarakat Serang untuk
makanan masih lebih besar dibandingkan konsumsi bukan makanan,
yaitu 57,58 persen
untuk makanan dan 42,42 persen untuk bukan makanan. Hal ini
terjadi karena pendapatan
yang diterima oleh masyarakat masih pada level untuk pemenuhan
kebutuhan pokok
sehingga konsumsi terhadap makanan besar. Bila pendapatan yang
diterima cukup besar
maka masyarakat tidak hanya berfikir untuk membeli kebutuhan
pokok saja (makanan)
namun juga berfikir untuk membeli kebutuhan sekunder dan tersier
seperti perumahan,
pendidikan dan kesehatan yang pada umumnya termasuk dalam
kelompok bukan
makanan.
Rata-rata pengeluaran perkapita perbulan penduduk Serang tahun
2008 sebesar Rp.
365.620,- yang terdiri dari Rp. 210.522,- untuk konsumsi makanan
dan Rp. 155.089,-
untuk konsumsi bukan makanan. Dari konsumsi makanan pengeluaran
terbesar adalah
untuk konsumsi padi-padian (makanan pokok) dan tembakau atau
sirih (rokok).
Sedangkan konsumsi bukan makanan pengeluaran terbesar adalah
untuk konsumsi
perumahan serta barang dan jasa.
Pola konsumsi di atas menunjukkan bahwa pengeluaran yang
dilakukan penduduk
Kabupaten Serang masih berfokus pada kebutuhan primer seperti
bahan makanan pokok.
Namun ada hal yang menarik, temyata pengeluaran untuk rokok jauh
Iebih besar dari
pengeluaran untuk pendidikan maupun kesehatan. Seringkali
ketidakmampuan orang tua
untuk menyekolahkan anak dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam
hal keuangan, di sisi
lain untuk konsumsi tembakau atau rokok cukup besar. Dengan
demikian kalau konsumsi
rokok dikurangi, mungkin masalah keuangan untuk menyekolahkan
anak sedikit bisa
teratasi.
Sementara itu, kondisi penduduk Kabupaten Serang ditinjau dari
tingkat kesejahteraannya
menunjukan bahwa pada dasarnya hampir sebagian besar penduduk
telah berada pada
kriteria Keluarga Sejahtera I hingga Sejahtera III Plus
(sebagaimana disajikan dalam
gambar di bawah ini).
Adapun perkembangan komposisi tingkat kesejahteraan keluarga di
Kabupaten Serang
menunjukan jumlah keluarga Pra Sejahtera pada tahun 2007
berjumlah 109.208 keluarga,
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 39
berkurang pada tahun 2009 menjadi sebesar 90.849 keluarga.
Sementara itu, jumlah
keluarga Sejahtera III Plus pada tahun 2007 berjumlah 16.566
keluarga, dan pada tahun
2009 berkurang menjadi 12.062 keluarga.
Gambar 3.4 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan
di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
Keluarga Pra Sejahtera 109.208 91.731 90.849
Keluarga Sejahtera I 103.670 77.606 81.377
Keluarga Sejahtera II 132.246 92.440 97.065
Keluarga Sejahtera III 77.676 56.679 58.578
Keluarga Sejahtera III Plus 16.566 11.765 12.062
2007 2008 2009
Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2007-2009 (data
diolah)
Kondisi tersebut di atas menunjukan bahwa secara umum tingkat
kesejahteraan keluarga
di Kabupaten Serang hingga tahun 2009 berada pada tingkat
menengah bawah, yang
berarti bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Serang
masih belum cukup
baik.
C. Jumlah Keluarga yang Terkena Bencana
Kondisi pembangunan sosial masyarakat terkait pula dengan
masalah penanggulangan
korban bencana, baik berupa bencana alam maupun bencana sosial.
Jumlah keluarga
yang terkena bencana alam di Kabupaten Serang pada tahun 2007
sebanyak 57 keluarga
yang terdiri dari korban banjir 8 keluarga, kebakaran 14
keluarga, angin topan 18 keluarga,
tanah longsor 2 keluarga dan 9 keluarga terkena bencana lainnya.
Sedangkan jumlah
keluarga yang terkena bencana alam pada tahun 2009 meningkat
menjadi 3.679 keluarga
yang terdiri dari korban banjir 1.338 keluarga, kebakaran 35
keluarga, angin topan 2.287
-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Serang
Tahun 2011-2015 III - 40
keluarga, tanah longsor 17 keluarga dan 2 keluarga terkena
bencana lainnya. Jumlah
kerugian yang diakibatkan bencana alam pada tahun 2009
menimbulkan 10 korban jiwa
meninggal dan 4.508 jiwa menderita. Disamping itu kerugian
materi berupa kerusakan
rumah mencapai 4.509 unit.
3.2.6. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Isu mengenai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
merupakan salah satu
isu strategis nasional saat ini. Di Kabupaten Serang sendiri,
telah dilakukan beberapa
program terkait dengan upaya pemberdayaan perempuan seperti
program keserasian
kebijakan peningkatan kualitas anak dan perempuan, penguatan
kelembagaan
pengarusutamaan gender dan anak, peningkatan kualitas hidup dan
perlindungan
perempuan, dan peningkatan peran serta serta kesetaran gender
dalam pembangunan.
Peran strategis perempuan sebagai pendidik pertama dan utama
dalam keluarga
diharapkan mampu memberikan kontribusi besar dalam mencetak
generasi-generasi yang
mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan, sehingga aspek
pendidikan perempuan
menjadi hal penting yang tidak bisa diabaikan. Pada sisi
ekonomi, perempuan memiliki
peran untuk dapat membantu menopang kebutuhan ekonomi keluarga,
sehingga
pemberdayaan dalam sisi ekonomi seperti kewirausahaan dapat
menjadi salah satu
sarana peningkatan kapasitas perempuan.
Hingga tahun 2009, jumlah penduduk perempuan di Kabupaten
Ser