Top Banner

of 22

02 Ulum Al Quran

Jul 18, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Univ. Al-Azhar Kairo 2010 S-1 Syariah wal Qonun

[email protected]

Materi Perkuliahan Ulum al-Quran

pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

STAIN Curup

Nanang Darmawan Lc

ULUM AL-QURAN

Pengertian Ulum al-Quran Secara bahasa, Ulum al-Quran berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu Ulum, jamak dari kata Ilm, dan

kata Al-Quran. Dengan demikian Ulum alQuran berarti Ilmu-ilmu Alquran

3

Frase ini (Ulumul-Quran) dapat mengandung dua kemungkinan makna: 1. Ilmu-ilmu yang bersumber dari Alquran, dan 2. Ilmu-ilmu yang membicarakan tentang Alquran. Dari kedua pengertian ini, pengertian yang kedua merupakan pengertian yang digunakan dalam kajian ini. Sedangkan pengertian yang pertama (ilmu-ilmu yang bersumber dari Alquran) lebih dikenal dengan sebutan isi kandungan Alquran. Seperti Ilmu Tauhid/Aqidah, Ilmu Fiqh, Ilmu Akhlak/Muamalah, Ilmu Sosial Kemasyarakatan, dan lain-lainnya.4

Menurut Az-Zarqani, Ulum al-Quran adalah:

, , , , , , , , . , Kajian-kajian yang berkaitan dengan al-Qur'an alKarim, baik dari segi turunnya, susunannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya, kemukjizatannya, Nasikh dan Mansukhnya, penolakan terhadap keraguan akannya, dan lain sebagainya.5

Menurut Manna Khalil al-Qaththan. Ulum al-Quran adalah:

Ilmu yang meliputi kajian-kajian yang berhubungan dengan al-Quran dari segi pengetahuan tentang sebab-sebab turunnya, pengumpulannya, penyusunannya, pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah, NasikhMansukh, Muhkam Mutasyabih, dan ilmu-ilmu lainnya yang terkait dengan masalah al-Quran.6

Ruang lingkup Ulum al-Quran1.

Ilmu Nuzul al-Quran: yaitu ilmu yang membicarakan al-Quran dari segi penurunnya, baik menyangkut proses turunnya maupun cara-cara diturunkannya. Termasuk didalamnya Ilmu Asbab al-Nuzul: yaitu ilmu yang membicarakan tentang latar belakang historis turunnya suatu ayat atau beberapa ayat alQuran.Ilmu Tartib al-Quran: yaitu ilmu yang membicarakan tentang susunan surat-surat dan ayat-ayat al-Quran. Ilmu Jam al-Quran: yaitu ilmu yang membahas tentang pengumpulan al-Quran, baik dari segi proses pengumpulannya maupun cara-caranya. Ilmu Kitabah al-Quran atau Rasm al-Quran: yaitu ilmu yang membahas tentang cara-cara penulisan al-Quran.7

2. 3.

4.

5.

Ilmu Qiraat: yaitu ilmu yang membicarakan Alquran dari segi cara-cara melafalkannya yang dinisbatkan pada nama-nama imam Qiraat. Termasuk di dalamnya Ilmu Tajwid. Ilmu Tafsir: yaitu ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menjelaskan dan menguraikan isi kandungan/makna ayat-ayat Alquran, sedekat mungkin sesuai dengan apa yang dimaksud oleh penuturnya (Allah Swt) Namun sebatas kemampuan manusia. Ilmu Ijaz al-Quran (Kemukjizatan Alquran): yaitu ilmu yang membicarakan tentang keistimewaan-keistimewaan Alquran yang berfungsi sebagai bukti kenabian Muhammad Saw. Ilmu al-Nasikh wa al-Mansukh: yaitu ilmu yang membicarakan tentang penghapusan/pembatalan hukum yang terkandung dalam suatu ayat dan pemberlakuan hukum pada ayat lainnya. Hal ini terjadi apabila dua ayat dipandang mengandung hukum yang kontradiktif.

6.

7.

8.

8

9.

Ilmu Daf al-Syubhah An al-Quran: yaitu ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menolak hujatan-hujatan yang mencela eksistensi Alquran, sehingga membuat orang-orang mukmin ragu terhadap kewahyuannya dan otentisitasnya.tentang klasifikasi ayat-ayat Alquran berdasarkan tempat turunnya, di Mekkah atau di Madinah; dan juga berdasarkan waktu turunnya, sebelum Hijrah atau sesudahnya.

10. Ilmu al-Makkiy wa al-Madaniy; yaitu ilmu yang membicarakan

11. Ilmu al-Muhkam wa al-Mutasyabih: yaitu ilmu yang membicarakan

tentang adanya ayat-ayat Alquran yang jelas dan tegas kandungan maknanya, serta ayat-ayat yang maknanya masih samar-samar, tidak jelas dan menimbulkan multi interpretasi.12. Ilmu Gharib al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan makna kata-

kata ganjil yang tidak terdapat dalam kitab-kitab konvensional, maupun dalam percakapan sehari-hari. Ilmu ini membicarakan tentang kata-kata yang pelik, tinggi dan halus.

9

13. Ilmu Irabil-Quran, yaitu ilmu yang membicarakan tentang

harakat dan jabatan kata dalam Alquran.14. Ilmu al-Wujuh wa al-Nazhair, yaitu ilmu yang membicarakan

tentang kata-kata dalam Alquran yang memiliki makna lebih dari satu, bahwa makna kata pada suatu tempat dalam Alquran berbeda dengan makna kata yang sama pada tempat yang lain.15. Ilmu Badai Al-Quran, yaitu ilmu yang membicarakan tentang

keindahan susunan redaksi kalimat-kalimat dalam Alquran.16. Ilmu Tanasub al-Ayat wa al-Suwar Fi al-Quran atau disebut

juga sebagai Ilmu Munasabah, yaitu ilmu yang membicarakan tentang keterkaitan makna antara suatu ayat dengan ayat yang sebelum atau sesudahnya; serta kesesuaian antara suatu surat dengan surat lain yang letaknya berurutan.

10

17. Ilmu Aqsam Al-Quran, yaitu ilmu yang membicarakan

tentang arti dan maksud ayat-ayat Alquran yang menggunakan redaksi sumpah (Qasam).18. Ilmu Amtsal al-Quran atau Ilmu Amtsal Fi al-Quran, yaitu

ilmu yang membicarakan tentang makna penggunaan perumpamaan pada ayat-ayat Alquran.19. Ilmu Jidal Al-Quran, yaitu ilmu yang membicarakan tentang

berbagai macam perdebatan yang dihadapkan Alquran terhadap orang-orang musyrik dan kelompok-kelompoknya

11

Pengelompokkan ilmu-ilmu al-QuranDari segi sifat kajiannya terhadap Alquran, ilmu ini tebagi kepada dua macam:1.

2.

Ulumul-Quran yang bersifat Eksistensial, yaitu ilmu-ilmu yang membicarakan tentang eksistensi (keberadaan) Alquran. Sepeti Ilmu Nuzul al-Quran, Ilmu Ijaz al-Quran, Ilmu Daf al-Syubah An al-Quran, dan lain-lainnya. Ulumul-Quran yang bersifat Essensial, yaitu ilmu-ilmu yang membicarakan tentang Essensi (isi kandungan) Alquran. Seperti Ilmu Tafsir, Ilmu Irab al-Quran, Ilmu Amtsal al-Quran, Ilmu Aqsam al-Quran, dan lain-lainnya.

12

Sejarah Perkembangan Ulumul-Quran Masa Rasulullah

Pada periode ini, Ulumul-Quran sebagai suatu disiplin ilmu yang sistematis dan tertulis belum ada. Akan tetapi dalam bentuk praktek, Rasulullah sendiri telah melakukannya. Sebagai contoh: Dalam Surat Al-Anam ayat 82 Allah berfirman:Orang-orang yang beriman dan tidak mencapur adukkan keimanannya dengan kezhaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat keamananan dan mereka itu pula yang mendapat petunjuk

13

Mendengar ayat ini para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, Siapakah di antara kami yang tidak melakukan kezhaliman terhadap dirinya sendiri?. Kemudian Rasulullah menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan kezhaliman dalam ayat ini ialah syirk. Karena syirk adalah kezhaliman yang besar, seperti tersebut dalam ayat:

Sesungguhnya syirk (mempersekutukan Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar (Q.S. Luqman/31: 13). Dari penjelasan Rasulullah ini dapat dipahami bahwa beliau telah melakukan penafsiran tehadap ayat Alquran dengan cara memahami suatu ayat berdasarkan ayat yang lain. Praktek penafsiran seperti ini belum bisa dikatakan sebagai wujud lahirnya ilmu tafsir. Karena apa yang dipraktekkan oleh Rasulullah bukanlah membuat sistematika penafsiran yang membutuhkan pembahasan-pembahasan.14

Tidak tersusunnya Ulumul-Quran dalam bentuk tulisan yang sistematis pada masa Rasulullah, menurut Shubhi Ash-Shalih, karena tiga faktor: 1. Rasulullah adalah orang yang paling kompeten untuk menafsirka Alquran, karena beliaulah yang menerima wahyu itu. Karena itu kebutuhan terhadap kodifikasi Ulumul-Quran dirasakan belum mendesak. 2. Kemampuan baca tulis dikalangan sahabat masih sangat langka pada saat itu. Demikian pula dengan alat-alat tulis yang masih sangat jarang ditemui. 3. Rasulullah sendiri melarang sahabatnya menulis selain Alquran, dengan sabdanya:

) ( Jangan kau tulis [apa yang kau dengar dariku] selain Alquran, barangsiapa yang menulis dariku selain Alquran maka hapuskanlah [H.R. Muslim]15

Masa Abu Bakar dan UmarSetelah Rasulullah wafat, pada masa Abu Bakar muncul usaha pengumpulan ayat-ayat Alquran dalam satu mushhaf, yang dikenal sebagai masa kodifikasi. Namun usaha ini juga belum bisa dipandang sebagai usaha sistematis penulisan Alquran yang dapat disebut sebagai ilmu penulisan Alquran (bagian dari Ulumul-Quran). Demikian pula halnya dengan masa Khalifah Umar, dalam kaitannya dengan sejarah UlumulQuran tidak terlihat adanya pembahasan keilmuan tentang Alquran.

16

Masa Usman Bin AffanPada masa Khalifah Usman, tuntutan terhadap duplikasi mushhaf Alquran semakin meningkat seiring dengan meningkatnya perluasan wilayah Islam. Di samping itu, desakan terhadap penggandaan mushaf ini juga diiringi dengan tuntutan penyeragaman bentuk bacaan pada masing-masing wilayah.

Hal ini disebabkan terjadinya pertengkaran di kalangan umat Islam sendiri yang dipicu oleh perbedaan qiraat antara umat Islam dalam suatu wilayah dengan umat Islam lainnya pada wilayah yang lain.Karena itu disalinlah Mushaf Alquran yang pernah ditulis pada masa Abu Bakar dalam suatu bentuk tulisan yang dapat menampung ragam bacaan yang ada.17

Penggunaan bentuk tulisan yang demikian ini membutuhkan suatu kaedah yang sistematis yang kemudian dikenal sebagai kaedah Rasam Usmani. Dengan demikian dapatlah dikatakan, bahwa pada masa Usman telah lahir suatu ilmu tentang penulisan Alquran yang disebut Ilmu RasmilQuran atau Ilmu al-Rasm al-Usmany. Ilmu inilah yang pertama kali lahir dalam deretan ilmuilmu Alquran lainnya. Suatu hal yang perlu diperhatikan, bahwa penulisan Alquran pada masa Usman ini belum menggunakan tanda Irab (harakat) maupun Ijam (titik diakritis).

18

Masa Ali bin Abi ThalibSelanjutnya, pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib timbul persoalan baru dalam hal bacaan Alquran. Dengan semakin banyaknya orang-orang non-Arab memeluk Islam, maka timbul persoalan dengan kemampuan mereka membaca kitab suci Alquran yang berbahasa Arab. Dalam suatu riwayat disebutkan, bahwa Abu al-Aswad al-Duali (wafat 69 H.) pernah mendengar seorang qari membaca Alquran surat al-Taubah/9: 3,

Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin.

19

Lafal ( wa rasuluhu) pada ayat di atas oleh sang qari dibaca ( wa rasulihi), sehingga artinya menjadi, Sesungguhnya Allah berlepas diri dari orangorang musyrik dan rasul-Nya. Mendengar bacaan yang demikian ini Abu al-Aswad terkejut dan berkata, Maha Tinggi Allah untuk meninggalkan Rasul-Nya. Setelah itu Abu al-Aswad pergi ke Bashrah untuk menemui Ziyad, Gubernur yang berkuasa pada waktu itu, dan berjanji akan memenuhi permintaan Ziyad sebelumnya, yaitu membubuhi tanda baca (syakal) pada ayat Alquran.Karena itu, untuk mempermudah orang-orang non-Arab, bahkan orang Arab sendiri dalam membaca Alquran dengan benar, maka Abu al-Aswad berusaha keras untuk membubuhkan tanda-tanda baca Alquran yang dapat menyelamatkan umat Islam dari kesalahan dalam membacanya.20

Menurut Az-Zarqany, orang yang meminta Abu al-Aswad membubuhkan tanda syakal adalah Ali Bin Abi Thalib. Karena itulah Ali dianggap sebagai peletak dasar Ilmu Nahwu yang melahirkan Ilmu Irb al-Qurn. Pemberian tanda syakal Alquran yang didasarkan pada kaedah-kaedah bahasa Arab (qawaid nahwiyah) menandakan lahirnya ilmu yang kedua dari Ulumuil-Quran, yaitu Ilmu Irab al-Quran.21

Setelah masa Khulafaur-Rasyidin kajian tentang ilmu-ilmu Alquran, terutama Ilmu Tafsir, terus berkembang. Namun, upaya kodifikasi terhadap ilmu-ilmu ini baru dimulai pada abad kedua Hijriah. Demikian pula dari segi penamaannya sebagai Ulumul-Quran, belum dikenal pada masa ini.Menurut Shubhi Ash-Shalih, istilah ini baru dikenal pada abad ketiga Hijriah dengan munculnya sebuah kitab berjudul,

karya Muhammad bin Khalaf Bin Marzaban (w. 309 H.). Namun, istilah Ulumul-Quran dalam arti keseluruhan baru muncul sebagai kenyataan yang jelas setelah munculnya kitab yang berjudul

karya Ali Bin Ibrahim Bin Said al-Hufi (wafat 430 H.)22