-
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persaingan bisnis jasa angkutan laut saat ini sangat ketat
dan
meningkat. Jasa angkutan laut tidak hanya merupakan sarana
perdagangan saja tetapi juga sarana mobilitas masyarakat
yaitu
sebagai alat transportasi antar pulau. Sekarang ini makin
banyak
proyek minyak dan gas lepas pantai. Oleh karena itu diperlukan
kapal-
kapal pengangkut untuk mengirim alat-alat ataupun material yang
di
perlukan di lokasi proyek. Serta diperlukan juga kapal-kapal
yang
digunakan untuk perawatan platform itu sendiri. Seiring
kemajuan
teknologi dalam pengeboran minyak lepas pantai, maka
kapal-kapal
yang digunakan untuk mendukung proyek tersebut terus
mengalami
perubahan bentuk dan jenis serta teknologinya sesuai dengan
muatan
dan jenis kerja kapal tersebut seperti: Work boat, Crew boat,
Crane
barge, AHTS, Survey boat dan lain sebagainya. MV Zamil 405
merupakan kapal jenis Work boat Supply. Kapal jenis ini sangat
penting untuk membantu proses maintenance di lokasi proyek
pengeboran minyak, terutama diplatform. Karena itu
Perusahaan
pelayaran dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang
memuaskan kepada pelanggan dengan cara mengoperasikan kapal
yang dimiliki dengan baik, aman serta efesien. Untuk menunjang
hal tersebut diatas, maka perawatan adalah
faktor penting dalam mempertahankan kehandalan
fasilitasfasilitas
yang diperlukan masyarakat modern, disamping sumber daya
manusia
di atas kapal yang terampil dalam merawat dan menjaga
optimalisasi
performance kapal.
-
2
Salah satu unsur pokok yang menunjang kelancaran operasi
kapal
adalah kualitas bahan bakar yang sesuai dengan kebutuhan
jenis
mesin itu sendiri, sebagai sumber energi utama. Sumber energi
utama
adalah bahan bakar yang sesuai dengan kualitas yang telah
ditetapkan
oleh pabrik pembuat mesin. Dengan kualitas bahan bakar yang
tidak
memenuhi standar dapat mengakibatkan kinerja mesin induk
kurang
optimal dan dapat berakibat fatal sehingga mengganggu
pengoperasian kapal. Dari pengalaman penulis selama bekerja di
atas kapal MV Zamil
405 sebagai kapal work boat milik perusahaan Zamil offshore PTE
LTD
Saudi Arabia yaitu pada saat kapal sedang dalam perjalanan
dari
Bandar mishab Anchorage menuju lokasi kerja di Mardjan Oil
field,
tepatnya pada tanggal 12 Juni 2013 tiba-tiba mesin sebelah kiri
tidak
bekerja secara normal, tidak lama kemudian mesin mati. Setelah
dicek
ternyata bahan bakar kotor. Kendala yang pernah dihadapi
adalah
masalah kualitas bahan bakar yang diterima tidak sesuai
dengan
permintaan yang dibutuhkan. Untuk itulah penulis membahas
bahan
bakar untuk mesin penggerak utama dalam makalah ini dengan
judul
Pentingnya Perawatan Bahan Bakar Guna Menunjang Kelancaran
Operasional Mesin Induk MV Zamil 405.
B. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
a. Untuk lebih mengetahui dan mengerti bagaimana peningkatan
perawatan bahan bakar untuk mesin induk dalam menunjang
pengoperasian kapal.
-
3
b. Untuk dapat mengambil langkahlangkah lebih lanjut bila
terjadi
masalah di atas kapal yang berhubungan dengan penanganan
kualitas bahan bakar.
2. Manfaat Penulisan
a. Sebagai referensi dan penambah pengetahuan bagi diri
sendiri
maupun berbagi pengalaman untuk kawankawan seprofesi. b. Memberi
sumbangan langsung maupun tidak langsung bagi
sesama rekan kerja di atas kapal. c. Sebagai pertimbangan dan
pengalaman bagi perusahaan serta
pembaca makalah ini.
C. Ruang Lingkup
Sesuai dengan judul yang penulis pilih maka dalam ruang
lingkup
bahasan ini penulis membatasi sesuai dengan permasalahan
yang
nantinya akan dibahas. Agar pembahasan tidak melebar dan
biar
terfokus maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan ini
pada
upaya yang dilakukan mulai dari penerimaan bahan bakar
sampai
pada perawatannya, agar dapat menunjang kelancaran
pengoperasian
kapal MV Zamil 405
D. Metode Penyajian
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode
pengumpulan data berdasarkan atas:
-
4
1. Studi Lapangan
a. Pengalaman penulis selama bekerja di atas kapal dan
observasi
dengan melakukan pengamatan langsung tentang perawatan
bahan bakar. b. Diskusi dengan para masinis di atas kapal MV
Zamil 405.
2. Studi Kepustakaan
a. Buku buku tentang bahan bakar di perpustakaan BP3IP
Jakarta. b. Manual Book Yanmar Engine Tipe 6 EY26 W di atas
kapal MV
Zamil 405 Buku buku tentang mesin diesel c. SOLAS 2009
(Consolidated Edition) d. Panduan Penulisan Makalah BP3IP
-
5
BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN
A. Fakta Fakta 1. Obyek Penelitian
Motor induk dirancang sedemikian rupa sehingga di
harapkan mampu bekerja semaksimal mungkin sesuai dengan
fungsinya sebagai penggerak utama sebuah kapal.
MV Zamil 405 adalah sebuah kapal yang beroperasi di
daerah offshore untuk melayani pengeboran minyak lepas
pantai
(khususnya untuk perawatan platform) dimana harus dapat
berlayar
secara optimal terutama pergerakan kapal yang sangat
tergantung
dari baik tidaknya kinerja motor induk tersebut. Kapal MV Zamil
405
motor induknya menggunakan bahan bakar Marine Gas Oil (MGO),
jadi betapa pentingnya mempertahankan kualitas bahan bakar
sehingga kinerja motor induk selalu optimal.
Adapun yang menjadi obyek penelitian dalam makalah ini
adalah sistim perawatan bahan bakar di kapal MV Zamil 405
dengan data - data sebagai berikut:
Vessel Name : MV Zamil 405 Main Engines : 2 units Yanmar 6 EY26
W
Type : Work Boat Vessel
Year built : 2012 RPM : @ 750 Bollard Pull : 141 Tons
-
6
( Data kapal yang lengkap lihat lampiran 2 ) Pada umumnya mesin
diesel menggunakan bahan bakar
jenis MGO (Solar) dengan spesifikasi sebagai berikut :
Berat jenis : 0,83 sampai 0,89 Kekentalan : Redwood 30 sampai 40
detik (pada 30oC)
Distilasi : 90%: 350oC maximum Titik nyala : 60oC minimum
Kadar abu : 0,03% maximum Kadar air : 0,1% maximum
Kadar belerang : 5% maximum Titik mengalir : -10oC maximum Nilai
kalor : 10000 kcal/kg minimum
(Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, 2002:
155)
2. Fakta Kondisi
Berdasarkan pengalaman yang penulis alami selama bekerja
di atas kapal, maka dapat disampaikan halhal sebagai
berikut:
a. Pada waktu menerima bahan bakar dimana biasanya
menggunakan kapal bunker khusus, belum tentu kualitas
bahan bakar sebenarnya sesuai dengan resi bunker. Sebab
penulis pernah mengalami kecurangan dari pihak bunker
yang mana jumlah bahan bakar yang diterima kapal selalu
kurang. Penulis juga pernah mengalami pada tanggal 12
Juni 2013 kapal akan berangkat ke Mardjan Oil Field Saudi
Arabia karena tidak ada waktu untuk bunker di Mardjan Oil
Field maka Perusahaan memberi perintah kepada kapten
-
7
untuk mengambil bunker di Bandar Mishab Anchorage,
setelah di tunggu dari jam 04.30 kapal bunkernya belum
datang, baru jam 09.30 pagi hari kapal bunker baru datang,
dan kapten menghubungi pihak perusahaan dan perusahaan
memberi perintah langsung bunker karena kapal sudah
diperintahkan berlayar oleh pencarter, ahkirnya bunker tidak
melalui prosedur yang sebenarnya dikarenakan waktu yang
sudah sempit, yang mana pada awal minyak dipompakan ke
atas kapal bersih namun pada saat sekitar 90% pemompaan
minyak, kran pengisian botol sampel sudah ditutup oleh
pihak kapal bunker. Tindakan ini menimbulkan kecurigaan
dan beberapa saat penulis membuka kembali kran pengisian
botol sampel tersebut, ternyata minyak yang di pompakan ke
kapal sudah berubah warna menjadi keruh. Dari pengalaman di atas
memberikan masukan bahwa
tidak terjaminnya kualitas bahan bakar karena pada saat
menerima bunker tidak melalui prosedur yang benar, dimana
pihak kapal tidak bisa mendeteksi dengan cepat kualitas dari
bahan bakar yang diterima karena keterbatasan sarana,
yang mana hanya pendeteksian air saja yang biasanya
dapat dilakukan pihak kapal, sedangkan kotorankotoran
yang lainnya tidak, Serta kurangnya pengawasan saat
menerima bunker, hal ini dapat memberikan peluang bagi
pihak bunker untuk melakukan kecurangan-kecurangan
dengan memompakan bahan bakar yang kualitasnya kurang
bersih.
b. Sore hari tanggal 12 Juni 2013, kapal berlayar dari
Bandar
Mishab anchorage menuju Mardjan Oil Field Saudi Arabia
untuk maintenance di Platform Mardjan M 911/912, Ketika
-
8
diadakan pengambilan temperatur pada masing-masing
cylinder ternyata temperatur gas buang dari cylinder No.4
mencapai suhu maximum (400oC), dimana suhu normal
hanya 350 oC, Lalu terdengar pula bunyi ketukan yang
keras, gas buang juga terlihat berwarna hitam disusul
dengan menurunnya putaran tenaga mesin. Kemudian
kejadian ini dilaporkan oleh masinis II kepada
K.K.M(Penulis)
untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan masinis II
mengurangi kecepatan putaran mesin serta mengurangi atau
mengatur pemasukan bahan bakar pada pompa bahan
bakar tekanan tinggi agar tekanan bahan bakar kepengabut
berkurang. Namun cara ini hanya dapat bertahan sebentar,
gas buang pada cylinder No.4 kembali mencapai suhu
maximum (400oC).
Lalu melihat semua ini K.K.M melaporkan kepada
Nakhoda untuk mengadakan perbaikan dan melaporkan
kepada perwira jaga yang ada di anjungan untuk
menghentikan kapal guna memperbaiki kerusakan itu.
Setelah kapal berhenti secepat mungkin langkah-langkah
perbaikan dilakukan. Pengabut dari cylinder No.4 dicabut
dan diganti dengan pengabut (Injector yang baru) yang telah
disiapkan sebelumnya. Setelah diadakan pengawasan,
penelitian dan perbaikan dirasakan telah cukup, kemudian
diadakan pemasangan kembali. Setelah pemasangan
selesai diadakan test mesin untuk mengetahui apakah mesin
siap untuk beroperasi kembali. Setelah mesin kembali
berjalan normal diadakan pengawasan dan penelitian
sampai mesin benar-benar berjalan normal. Setelah kapal
dipastikan sudah normal K.K.M melaporkan kepada pihak
anjungan bahwa kapal siap beroperasi kembali. Pengabut
-
9
cylinder No.4 yang diganti diperiksa oleh K.K.M dan masinis
II, ternyata pada cylinder pengabut No.4 ditemukan
penyumbatan pada ujung nozzle yang disebabkan oleh
kotoran arang karbon yaitu kotoran yang berasal dari bahan
bakar dan kedudukan batang jarum macet dan berkarat.
B. Permasalahan
Berdasarkan faktafakta di atas maka penulis
mengidentifikasikan
masalahnya sebagai berikut :
1. Bahan bakar yang diterima pada saat bunker kurang standar
Penyebab bahan bakar yang diterima pada saat bunker
memiliki kualitas yang kurang baik (tidak standar)
dikarenakan
ketidaktelitian pada waktu menerima bunker sehingga bahan
bakar
yang diterima tidak bersih. Bahan bakar yang mengandung air
dan
lumpur yang ada di tangki harian akan mengendap dalam tangki
tersebut yang pada akhirnya dapat ikut dengan bahan bakar
masuk
keruang pembakaran, disamping banyak mengandung air dan
lumpur juga mengandung bahan logam yang larut dalam cairan
yang akan menimbulkan gangguan setelah bahan bakar terbakar.
Kualitas bahan bakar biasanya dihubungkan dengan adanya
air dan lumpur serta partikel lainnya yang terdapat pada
bahan
bakar yang menyebabkan pembakaran kurang sempurna, dan
meninggalkan jelaga dan kerak yang dapat mempersempit ruang
pembakaran, serta penyumbatan pada sistem aliran bahan
bakar.
Setiap penerimaan bahan bakar untuk mesin semestinya
melalui prosedur yang benar, masinis harus mengetahui
-
10
karakteristik dari bahan bakar yang akan kita terima, tetapi
kenyataan diatas kapal banyak masinis yang tidak memahami
data
karakteristik Marine Gas Oil yang akan diterima. Sebagai
contoh
data karakteristik Marine Gas Oil yang tertera pada bunker
delivery
note saat penerimaan bahan bakar. Masih banyak masinis yang
tidak memahami dan mengabaikan, begitu juga prosedur
penerimaan bunker sering terabaikan.
2. Kurang optimalnya perawatan kualitas bahan bakar
Kondisi mesin induk tibatiba mati dan sulit dihidupkan
kembali di sebabkan oleh kualitas bahan bakar yang kurang
bersih
yang mangandung air dan kotoran. Hal ini terjadi karena
kurangnya
pengawasan dan koordinasi masinis pada perawatan bahan bakar
dan perawatan pada system aliran bahan bakar yang tidak
sesuai
dengan PMS, serta tidak menggunakan chemical fuel oil
treatment
dalam melakukan perawatan bahan bakar untuk menunjang
perawatan bahan bakar.
3. Pengambilan Sample Bahan Bakar tidak benar
Sebelum bahan bakar di supply ke atas kapal biasanya
pihak bunker mengirimkan data ke atas kapal kemudian baru di
tindak lanjuti, disinilah terjadi suatu kesalahan kurangnya
kontrol sehingga dapat terjadi sample yang mereka ambil
bukan
dari bahan bakar yang akan disupply tetapi dari bahan bakar
yang lebih baik.
4. Tangki Penyimpanan Bahan Bakar Tidak Terawat
Kurang terawatnya tangki penyimpanan bahan bakar dapat
mengganggu supply bahan bakar ke mesin induk. Oleh karena
itu
-
11
perlu adanya perawatan terencana dan regular karena dengan
tangki penyimpanan yang kotor dan tersumbat otomatis
kelancaran
konsumsi bahan bakar juga mengalami kelambatan.
Seorang masinis harus selalu mengecek dan melakukan
perawatan terus menerus menyangkut kebersihan tangki
penyimpanan baik yang masuk ke dalam tangki harian maupun
saringan yang keluar tangki harian. Oleh karena itu
perawatan
bahan bakar sebelum dikonsumsi di mesin induk perlu
dilakukan
untuk menghindari kerusakan kerusakan yang disebabkan oleh
bahan bakar kotor.
Dibeberapa kapal sebelum menerima bahan bakar baru
ditangki dasar dimasukkan chemical (Fuel Oil Treatment)
sesuai
takaran perbandingan yang diinginkan, hal ini dilakukan
untuk
memisahkan kotoran dari bahan bakar bisa juga untuk mencegah
terjadinya korosi pada tangki bahan bakar.
Tidak kalah pentingnya bila dilakukan pembersihan dari
tangki-
tangki bahan bakar secara berkala, hal ini sangat baik
dilakukan
dalam rangka merawat tangki agar kotoran yang ada dalam
tangki
tidak menumpuk dan bertambah banyak. Bila hal ini dibiarkan
terjadi dalam jangka waktu yang lama maka dapat dipastikan
kotoran yang ada dalam tangki endap akan ikut terhisap dan
yang
membahayakan bila kotoran yang ada dalam bahan bakar
tersebut
tidak bisa seluruhnya dapat dipisahkan oleh purifier, maka
kotoran
yang tidak tersaring akan masuk kedalam tangki harian.
Seperti
yang kita ketahui tangki harian ini yang mensupply langsung
pemakaian bahan bakar mesin induk atau generator dikapal,
maka
dapat dibayangkan bahayanya bila kotoran-kotoran itu telah
sampai
ke tangki harian kapal. Kotoran yang ada dalam tangki harian
bila
terlalu banyak dapat terhisap dan masuk kedalam mesin induk
atau
motor bantu maka sudah dapat dipastikan akan terjadi
gangguan-
-
12
gangguan seperti kerusakan pada sistem pengabut bahan bakar,
kerusakan pada pompa bahan bakar tekanan tinggi.
Jelas sudah bahwa perawatan atas tangki-tangki penyimpanan
bahan bakar sangat perlu dilakukan demi kelancaran
operasional
kapal.
5. Masinis Kurang Bertanggung Jawab pada tugasnya Disini faktor
manusia juga sangat menentukan baik
buruknya penerimaan bahan bakar. Sebelum penerimaan bahan
bakar seharusnya masinis II atau masinis yang bertugas
menerima bunker harus melakukan pengecekan air dulu dengan
menggunakan (Water Finding Paste) pada tangki bahan bakar
yang akan mensupply minyak kekapal kita. Namun seringkali
masinis lalai dan kurang bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya sehingga faktor manusia merupakan
salah satu penyebab dari masalah yang tertera di atas. Untuk
itu perlu kiranya ditingkatkan juga rasa tanggung jawab dan
kedisiplinan kepada masinis-masinis, peran dari KKM juga
sangat penting didalam melakukan pengawasan kepada masinis
yang sedang bertugas guna memastikan semua sudah
menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan dengan
baik dan benar,
-
13
BAB III PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Bahan bakar merupakan salah satu kebutuhan yang penting
dalam menunjang kelancaran pengoperasian kapal. Oleh karena
itu
menurut SOLAS Consolidated Edition 2009 Chapter II Part B
Prevention of fire and explosion 2.1.
Limitation in the use of oil as :
1. Except as otherwise permitted by this paragraph, no oil fuel
with a
flash point of les than 60C shall be use.
2. In emergency generator, oil fuel with a flash point of not
less than
43 C may be used. (SOLAS 2009). Jadi syarat bahan bakar yang
boleh di simpan di kapal flash pointnya (titik nyalanya) tidak
boleh
kurang dari 60C .1
Bahan bakar sebelum masuk ketangki harian ( Daily Service
Tank ) mengalami beberapa proses :
1. Bahan bakar masuk dari kapal bunker disimpan dalam tangki
penyimpanan ( Storage Tank ) atau Double Bottom.
2. Dari double bottom dipindahkan melalui pompa transfer ke
tangki
settling, Sesekali tangki ini dicerat untuk membuang endapan
air
dan Lumpur.
3. Melalui Pompa Separator (feed Pump) yang dilengkapi
saringan
isap, bahan bakar dibersihkan lagi dengan pesawat Separator
1 SOLAS CONSOLIDATED EDITION 2009. Chapter II Part B, Prevention
of fire and explosion 2.1
-
14
(Purifier) MFO jenis MITSUBISHI KAKOKI SJ30F, baru diteruskan
ketangki harian (Daily Service Tank)
Dengan kondisi seperti di atas diharapkan bahan bakar yang
akan dipurifikasi (dibersihkan) sudah cukup baik, namun pada
kenyataannya purifier sering mengalami gangguan. Sebagai
contoh
pernah terjadi di MV Zamil 405 tempat penulis bekerja,
setelah
diselidiki apa penyebab terjadinya over flow tersebut
ternyata
diketemukan bowl purifier kotor dengan keadaan bowl yang
kotor
maka putaran dari FO purifier jadi tidak maksimal kemudian
menyebabkan terjadinya over flow.
Memburuknya kualitas bahan bakar minyak karena banyak
mengandung berbagai unsur yang tidak bisa terbakar habis atau
sukar
menyala sehingga membentuk bagian yang mengganggu proses
pembakaran. Sering terdapat sisa pembakaran yang
membahayakan
atau merusak bagian penting pompa bahan bakar tekanan tinggi
atau
melukai lapisan silinder motor. Unsur yang paling menonjol
pada
Marine Gas Oil yaitu belerang, vanadium atau bahan kimia
lainnya
yang umum terkandung pada MGO. Bisa juga tercemar oleh bahan
yang terdapat dalam bejana penyulingan atau tangki
penyimpanan.
Menjaga mutu bahan bakar di mulai sejak di terima dari
bunker,
dimana sebelum mengisi bahan bakar sebaiknya memasukkan Fuel
Oil Treatment yang berupa chemical kedalam tangki
penyimpanan
sesuai takaran perbandingan yang diinginkan. Pada umumnya
peralatan perawatan bahan bakar yang banyak dipasang di atas
kapal
adalah jenis separator sentrifugal. Dalam penggunaan yang
luas
terutama untuk memisahkan campuran cairan yang berbeda
jenisnya.
Umumnya dilakukan melalui pemurnian purifier yang putarannya
sekitar 1400 1700 per menit. Air dan campuran lain yang
memiliki
masa jenis lebih besar dari pada minyak akan terpisah
sehingga
-
15
minyaknya bebas dari campuran benda kasar yang sangat
berbahaya
bagi motor diesel. Selain bahan bakar yang membahayakan
motor
diesel, bahan bakar minyak itu masih mengandung bahan halus
berupa logam yang larut dalam cairan yang akan menimbulkan
gangguan setelah bahan bakar terbakar dan meninggalkan debu,
jelaga atau bahan abrasive yang membahayakan.
B. Analisis Penyebab Masalah 1. Bahan bakar yang diterima pada
saat bunker kurang standar,
penyebabnya adalah : a. Kurangnya ketelitian dan tidak melalui
prosedur yang
benar saat menerima bunker
Saat menerima bunker masinis sering mengabaikan
chek list yang ada dan tidak memeriksa kondisi minyak yang
ada di kapal bunker, serta tidak mengecek asal minyak
tersebut. Karena tiap-tiap terminal akan memberikan
sertifikat
kepada kapal setelah memuat. Dan sample point pun harus
betul-betul diperhatikan minyak yang masuk serta dijaga
jangan sampai terjadi kecurangan, seperti menukar sample
point tersebut dengan yang lain dimana di dalamnya sudah
terisi minyak yang bagus atau minyak yang berkualitas,
sehingga setelah selesai menerima bunker tanpa diketahui
sudah terjadi perbedaan. Meskipun telah dilakukan
pemeriksaan secara teliti tetapi ditemukan juga kualitas
bahan
bakar yang kurang memadai atau kotor, pada saat yang
demikian ini masinis yang bertugas segera melakukan
-
16
koordinasi untuk menyetop operasi bunker. Kemudian kepala
kamar mesin membuat surat protes ( Lihat lampiran 5 ) agar
dapat dipertanggung jawabkan kepada perusahaan dan untuk
urusan administrasi.
b. Minimnya pengetahuan masinis mengenai bahan bakar MGO
Sebelum menerima bunker masinis/KKM harus
memeriksa sertifikasi bahan bakar yang akan ditunjukan oleh
pihak bunker. Akan tetapi biasanya para masinis
mengabaikan sertifikasi bahan bakar yang ditunjukkan oleh
pihak bunker karena kurang paham prosedur bunker.Seperti
contoh karakteristik MGO yang tertera pada bunker delivery
note yaitu viscosity, water content, flash point serta
sulphur
content, ( seperti pada Bab II hal.6, Spesifikasi bahan
bakar
MGO) , sehingga memberi peluang kepada pihak bunker
untuk melakukan kecurangan yang mengakibatkan bahan
bakar yang diterima dikapal kualitasnya tidak standar.
2. Kurang optimalnya perawatan kualitas bahan bakar,
penyebabnya adalah :
a. Pengawasan masinis terhadap perawatan sistem bahan bakar
tidak optimal
Para masinis tidak melakukan penanganan yang baik
dan terpadu terhadap perawatan bahan bakar sesuai dengan
PMS dan tidak terkoordinasinya para personil sehingga
perawatan bahan bakar sering terabaikan. Tidak
-
17
terkoordinasinya para masinis di atas kapal pelaksanaan
perawatan pada system bahan bakar mulai dari tangki dasar
ganda, tangki harian dan saringan bahan bakar dapat
terabaikan. Kurang terawatnya tangki penyimpanan bahan
bakar dapat menggangu supply bahan bakar ke mesin induk,
karena dengan tangki penyimpanan bahan bakar yang kotor
otomatis kelancaran bahan bakar yang akan disupply ke
mesin induk tidak maksimal. Akibat kotornya saringan bahan
bakar akan menyebabkan aliran bahan bakar ke injection
pump atau pompa bertekanan tinggi berkurang, sehingga
volume bahan bakar yang ditekan masuk ke injektor untuk tiap
silinder akan berkurang. Saringan bahan bakar yang tidak
terawat dapat menyebabkan lolosnya partikelpartikel kasar
yang akan menyebabkan terjadinya goresan pada dinding
silinder, serta merusak nozzle dan pompa bahan bakar
tekanan tinggi. Dalam melaksanakan pekerjaan ketelitian
kerja
sangat diutamakan, dan koordinasi yang baik.
b. Perawatan bahan bakar tidak menggunakan fuel oil
treatment
Kotoran-kotoran dan air yang terdapat dalam bahan
bakar akan sangat mempengaruhi kualitas dari bahan bakar
itu sendiri bahkan sampai kinerja mesin induk. Ada berbagai
macam kotoran yang mencemari, diantaranya berupa partikel-
partikel padat dan juga cair. Terkadang didapati bahan bakar
mengandung kadar air terlalu banyak dari prosentasenya
sehingga mengakibatkan bekerjanya mesin induk tersendat-
sendat. Misalnya dikarenakan ventilasi udara kurang
perawatanya jadi air masuk ke tangki harian melalui
ventilasi
-
18
tangki harian (lihat gambar 5). Mesin induk akan
menghasilkan daya optimal bila proses pembakaran bahan
bakar yang di injeksikan kedalam mesin dapat berlangsung
sempurna. Persyaratan terjadinya pembakaran sempurna
apabila : Pertama bahan bakar harus bersih bebas dari
kotoran,
kedua suhu bahan bakar tepat pada kekentalan tertentu,
ketiga kecepatan keluar bahan bakar dari pengabut cukup
tinggi sehingga dapat menembus udara sekelilingnya dan
bersinggungan sebaik-baiknya dengan zat asam, keempat
udara pembakaran mempunyai kecepatan demikian rupa
dengan gerakan sehingga dapat bercampur dengan tiap tetes
minyak.2 Proses yang sering terjadi dikapal adalah
pencampuran
antara bahan bakar dengan udara tidak homogen, hal ini
terjadi karena adanya gangguan pada system pengabut
bahan bakar. Dengan demikian maka bahan bakar harus
dirawat sesuai dengan PMS dengan menggunakan chemical
Fuel Oil Treatment ( FOT) kedalam tangki harian dan tangki
dasar ganda dengan mengikuti petunjuk manual book di atas
kapal untuk mencapai tujuan yang diiginkan.
C. Analisis Pemecahan Masalah 1. Bahan bakar yang diterima pada
saat bunker kurang standar disebabkan oleh :
2 Motor Diesel, HR. Romzana, BP3IP hal.9
-
19
a. Kurangnya ketelitian dan tidak melalui prosedur yang benar
saat menerima bunker, pemecahannya yaitu :
1). Memperhatikan dan mengikuti prosedur bunker
dengan benar
Sebelum bahan bakar diterima, sebaiknya masinis
yang bertugas harus memperhatikan dan mengikuti
prosedur bunker yang benar sesuai dengan petunjuk
yang telah dikeluarkan oleh perusahaan seperti dibawah
ini:
Prosedur Bunker:
a) Kepala kamar mesin menginformasikan kepada
nahkoda untuk permintaan bahan bakar, jenis
bahan bakar, jumlah yang akan diminta dan sisa
bahan bakar dikapal dan nahkoda kirim
keperusahaan. b) Perusahaan akan memberikan balasan kepada
kapal
mengenai bunker yang akan diterima, tanggal, tempat
dan jumlahnya. c) Nahkoda akan memberitahukan kepada kepala
kamar
mesin dan semua perwira mesin bahwa akan ada
bunker, dapat ditulis juga dipapan informasi. d) Setelah Kapal
Bunker datang untuk menyupply bahan
bakar maka Safety checklist di isi sesuai dengan
prosedur, selanjutnya :
-
20
1) Mengisi bunker checklist, dan bunker plan(lihat
lampiran 3 dan 7) dan ditanda tangani oleh
KKM. 2) Persiapkan bunker equipment dan siapkan
peralatan pencegahan polusi untuk
menghindari tumpahan minyak ke laut jika
terjadi tumpahan minyak diatas deck kapal
serta radio VHF ( Very High Frequency ) untuk
komunikasi ke kapal penyuply dan komunikasi
di atas kapal. 3) Pengecekan / sounding / kalibrasi jumlah
bahan bakar terhadap kapal yang memberikan
bunker yang dilakukan oleh masinis yang
bertugas beserta surveyor yang telah ditunjuk
perusahaan. 4) Pengecekan jenis dan suhu bahan bakar yang
akan diterima.selang bunker harus diperhatikan
dan di check ulang untuk memastikan bahwa
ikatannya sudah kuat. 5) Periksa perlengkapan sample bahan bakar
dan
pastikan bahwa botol sample kosong dan
bersih. 6) Lakukan penyegelan terhadap botol sample
dan catat nomor seal. 7) Buka kran utama pada bunker line dan
kran
pengisian terhadap tangki-tangki yang akan di
isi, Jika sudah siap minta kepada pemasok
untuk memulai pemompaan secara perlahan-
lahan.
-
21
8) Lakukan kembali pengecekan terhadap bunker
conection dan bunker line untuk mengecek
kebocoran. 9) Pastikan sample botol terisi secara terus
menerus sampai bunker selesai. 10) Setelah pemompaan selesai
lakukan
penyondingan dan kalibrasi bahan bakar dari
setiap tangki yang di isi, jika jumlah bahan
bakar sesuai dengan permintaan maka bunker
selesai. 11) Mintalah bukti penerimaan bunker dari pihak
pemasok yang ditanda tangani oleh pihak-
pihak yang terkait. 12) Tutup kembali kran-kran yang dibuka
saat
menerima Bunker. 13) Botol sample di kirim ke laboratorium untuk
di
analisis, dan botol lainnya disimpan pada
tempat yang sudah ditentukan sebagai bukti
jenis minyak yang diterima 14) Catat dalam Oil Record book,
tanggal tempat
an banyaknya minyak yang diterima dan
identitas tangki yang di isi.
2). Kualitas bahan bakar diperiksa sebelum, sementara dan
sesudah bunker
Penerimaan bahan bakar baik melalui tongkang
maupun melalui kapal bunker harus mengikuti petunjuk
seperti checklist sebelum bunker, sementara bunker dan
setelah bunker selesai (lihat lampiran 3) yang disediakan
oleh perusahaan dan memeriksa sertifikat bahan bakar
-
22
yang diberikan oleh perusahaan dari mana bahan bakar
tersebut berasal, karena tiap-tiap terminal akan
memberikan sertifikat kepada kapal pengangkut bahan
bakar setelah pemuatan. Perusahaan tersebut
diantaranya, Aramco, Shell, Bapco, Esso, Caltex dan
lain - lain. Kegunaan dari sertifikat tersebut adalah
sebagai jaminan bahwa bahan bakar yang dimuat dapat
di pertanggung jawabkan kualitasnya. Dengan dasar
sertifikat bahan bakar yang dikeluarkan oleh perusahaan
penyuply dapat menjamin kualitas bahan bakar yang
sesuai standar, diharapkan juga para masinis yang
menangani penerimaan bahan bakar selalu melakukan
pengecekan sertifikat dan sesering mungkin mengecek
kondisi bahan bakar pada waktu penerimaan bunker
sampai selesai penerimaan bunker dengan cara
sounding menggunakan pasta air khusus untuk
mengetahui apakah bahan bakar yang diterima
terkontaminasi air atau tidak.
b. Pengetahuan bahan bakar mutlak harus dimiliki oleh
masinis
Agar menghindari kesalahan dalam penerimaan
bahan bakar, masinis diharuskan mengetahui dan memahami
tentang karakteristik bahan bakar yang akan diterima.
Karateristik umum yang perlu diketahui untuk menilai
kualitas
bahan bakar MGO yaitu:
-
23
1) Viscosity (kekentalan) pada 30C - 40C
Semakin tinggi visckositas akan membuat bahan
bakar teratomisasi menjadi tetesan yang lebih besar
dengan momentum tinggi dan memiliki kecenderungan
untuk bertumbukan dengan dinding silinder yang relative
lebih dingin, hal ini menyebabkan pemadaman api dan
peningkatan deposit dan emisi mesin. Sedangkan bahan
bakar dengan viskositas lebih rendah memproduksi spray
yang terlalu halus dan tidak dapat masuk lebih jauh
kedalam silinder pembakaran, sehingga terbentuk daerah
kaya bahan bakar yang menyebabkan pembentukan
jelaga.
2) Density (massa jenis) 0,88 kg/m3
Karekteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan
daya yang di hasilkan oleh mesin diesel persatuan volume
bahan bakar. Berat jenis juga menunjukkan perbandingan
berat persatuan volume yang mempunyai satuan kilogram
per meter kubik (kg/m3).
3) Water content (kadar air) 0,1 % Maksimum
Jumlah kandungan air pada bahan bakar. Air yang
tekandung dalam bahan bakar dapat menyebabkan korosi
dan pertumbuhan mikro organisme yang dapat
menyumbat aliran bahan bakar juga dapat merusak
mesin.
-
24
4) Flash point (titik nyala) 60 C Minimum
Biasa disebut dengan titik nyala adalah titik
temperatur terendah dimana bahan bakar dapat terbakar.
Hal ini berkaitan juga dengan keamanan dalam
penyimpanan dan penanganan bahan bakar.
5) Sulphur content (kadar belerang) 5% Maksimum
Kandungan sulfur yang berlebihan dalam bahan
bakar dapat menyebabkan terjadinya keausan pada
bagianbagian tetentu pada mesin. Hal ini terjadi karena
adanya partikelpartikel padat yang terbentuk ketika
terjadi pembakaran.
6) Korosifitas (kebersihan)
Kebersihan bahan bakar berhubungan dengan
residu karbon, sedimmen dan kandungan air yang dapat
mengakibatkan pengotoran diruang bakar. Sifat korosifitas
disebabkan oleh adanya uap air yang akan membentuk
asam sulfat.3 Karateristik MGO yang diterima harus sesuai
dengan
batas minimum dan maksimum dari spesifikasi yang
ditentukan, karena sifat bahan bakar MGO sangat
berpengaruh dalam penggunaannya pada mesin induk,
antara lain dapat menyebabkan kerusakan komponen
mesin dan dapat menurunkan performance mesin induk
dan disamping itu dapat mempengaruhi pencemeran
terhadap lingkungan. 3 Wiranto Arismunandar Penerbit PT.Pradnya
Paramita
-
25
Kedisiplinan masinis yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan dan mengawasi perawatan bahan bakar harus
ditingkatkan agar kualitas bahan bakar dapat terjaga dengan
baik sampai pada pemakaiannya. Dalam melaksanakan
pekerjaan ketelitian kerja sangat diutamakan, sebagai Kepala
kamar mesin (KKM) jangan sampai membiarkan suatu
kesalahan yang telah diketahui tanpa melakukan suatu
tindakan yang tegas, sebab bila tidak dilakukan tindakan
atau
membiarkan kekeliruan tersebut terjadi berlarut-larut tanpa
adanya tindakan yang tegas, maka para masinis akan
melakukan tindakan yang sama kembali. Tindakan yang
diberikan berupa peringatan atau teguran yang bertujuan
untuk
melakukan pendidikan kearah peningkatan kedisiplinan dan
melatih diri dalam meningkatkan ketelitian kerja.
2. Kurang optimalnya perawatan kualitas bahan bakar
pemecahannya adalah :
a. Meningkatkan Pengawasan Perawatan Bahan Bakar Para
Masinis
Sebelum bahan bakar dikonsumsi oleh mesin induk,
maka perlu dijaga dan dirawat agar selalu bersih bebas dari
kotoran maupun air mulai dari tangki dasar sesuai dengan
PMS yang perusahaan sediakan, sehingga didapatkan bahan
bakar yang bermutu baik. Sedangkan yang terkait dengan
penanganan bahan bakar pada dasarnya perlu dilakukan
koordinasi antar personil di kamar mesin secara terpadu,
oleh
karena itu manajemen perawatan bahan bakar perlu
ditingkatkan.
-
26
Untuk meningkatkan pengawasan mutu bahan bakar
minyak paling tidak ada 3 macam program yang diperlukan
dalam penanganan dilaksanakan dikapal :
1) Mendapatkan analisa dari laboratorium tentang kadar
unsur kandungan bahan bakar secara teratur. 2) Meminta saran
kepada konsultan ahli. 3) Mengevaluasi ketiga hasil analisa
tersebut di atas dan
membuatkan laporannya.
Pengetesan bahan bakar diatas kapal perlu dilakukan.
Untuk itu sangat perlu juga meningkatkan manajemen
perawatan bahan bakar bagi para masinis yang meliputi :
1) Perawatan bahan bakar minyak
a) Double bottom tank, service dan settling tank
dibersihkan dimana sebelumnya harus dilakukan gas
free. b) Penyaringan dan penceratan, hal ini dilakukan agar
endapan dan kandungan air pada bahan bakar
terbuang. c) Penambahan bahan kimia (FOT), penambahan ini
berkaitan dengan nilai oktan bahan bakar agar
pembakaran dapat berlangsung sempurna.4
4 Menurut HR. Romzana, Mesin Penggerak Utama 2005 : 50
-
27
2) Perawatan dalam sistem bahan bakar
a) Saringan / Filter
Melaksanakan perawatan saringan sesuai
dengan PMS dan setiap membersihkan saringan
agar selalu mengosongkan rumahnya, supaya
endapan air atau lumpur terbuang. Penempatan
kembali saringan yang telah dibersihkan harus teliti
dan kerapatannya dijaga jangan sampai ada
kebocoran BBM yang tidak tersaring, bila perlu ganti
saringan dengan yang baru. Para masinis jaga
sesering mungkin melakukan penceratan pada filter
water separator dan tangki harian bahan bakar agar
air yang tertampung bisa terbuang sehingga tidak ikut
dengan bahan bakar. Diatas kapal MV Zamil 405
menggunakan Fuel Oil Filter Separator dengan tipe
CPM-1243 LPM dengan filter element.
b) FO Purifier
Untuk menjaga FO purifier bekerja dengan
normal, maka untuk mencegah kerusakan pada FO
purifier perlu pengawasan dan perawatan berencana
melalui pedoman-pedoman yang tersedia diatas kapal
misalnya buku panduan (manual instruction book),
atau mengacu pada rencana perawatan (PMS) yang
sudah ada. Disamping itu dengan memperhatikan
gejala-gejala ketidak normalan yang terjadi saat FO
purifier dioperasikan, misalnya jika mulai timbul
-
28
getaran atau suara yang tidak wajar, maka hal ini
harus cepat mendapat perhatian agar tidak terjadi
kerusakan yang lebih parah. Masinis perlu melakukan,
perbaikan atau penggantian suku cadang pada
komponen-komponen yang rusak, agar FO purifier
dapat berfungsi sesuai yang diinginkan.
c) Tangki penyimpanan dan tangki harian bahan bakar.
Kotornya tangki penyimpanan bahan bakar dapat
menggangu kelancaran supply bahan bakar ke mesin
induk, oleh karena itu perlu adanya perawatan
terencana seperti memasukkan dalam daftar docking
list untuk diadakan pencucian tangki saat kapal diatas
dock.Para masinis jaga harus sesering mungkin
melakukan penceratan tangki harian bahan bakar
agar untuk meminimalkan kotoran dan air yang
tercampur dengan bahan bakar dalam tangki harian.
b. Perawatan bahan bakar menggunakan FOT
Fuel Oil Treatment adalah jenis chemical yang berfungsi
untuk memisahkan minyak dari kadar air dan kotoran serta
mencegah terjadinya korosi pada tangki dan saluran pipa
bahan bakar. Jadi sangat efektif apabila FOT digunakan untuk
perawatan bahan bakar Sebaiknya juga meminta kepada Perusahaan
untuk
menyediakan chemical Fuel Oil Treatment di kapal misalnya
MARICHEM 611, dimana sebelum menerima bahan bakar
baru sebaiknya di tangki penyimpanan terlebih dahulu
dimasukkan chemical Fuel Oil Treatment sesuai takaran
-
29
perbandingan yang diinginkan. Takaran perbandingan
biasanya ditentukan oleh pabrik pembuat FOT.
Tujuan pengisian chemical atau fuel oil treatment ini adalah
:
1) Meningkatkan pembakaran dan menjadikan pemakaian bahan bakar
lebih irit secara keseluruhan.
2) Memisahkan lumpur-lumpur, air dan kotoran lainnya yang
tercampur pada bahan bakar. 3) Melindungi pipa - pipa saluran,
tangki dan permukaan besi
dari proses karat. 4) Membantu menjaga saringan, corong,
pipa-pipa dan
Injektor nozzle bebas dari lumpur dan pembentukan sisa
sisa kotoran 5) Menjadikan penyimpanan bahan bakar dapat
digunakan
secara maksimum. (Menurut Instruction manual nalfleet marine
chemical,Fuel Oil Dispersant 9-158).
-
30
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisa pada bab-bab terdahulu bahwa penerimaan
bahan bakar kurang bersih mengakibatkan mesin induk
bermasalah
dan tidak lama kemudian mati dan sulit dihidupkan kembali,
dimana
hal ini membutuhkan perhatian dan perawatan yang khusus
untuk
menunjang pengoperasian mesin induk seperti:
1. Bahan bakar yang diterima pada saat bunker kurang standar
yang
disebabkan oleh Kurangnya ketelitian masinis saat menerima
bunker yang tidak melalui prosedur yang benar
2. Minimnya pengetahuan masinis mengenai bahan bakar MGO,
maka dari itu para masinis harus memperhatikan dan mengikuti
prosedur bunker dengan benar
3. Kurang optimalnya perawatan kualitas bahan bakar yang
disebabkan oleh tidak optimalnya perawatan yang dilakukan
oleh
para masinis terhadap sistem bahan bakar
4. Perawatan bahan bakar yang tidak menggunakan F O T (Fuel
Oil
Treatment).
Berdasarkan pada permasalahan yang ada dan melakukan
pemecahan masalah tersebut penulis menyimpulkan bahwa
perawatan bahan bakar harus memerlukan perhatian yang lebih,
agar kualitas bahan bakar tersebut tidak mengganggu
kelancaran
pengoperasian motor induk pada kapal MV Zamil 405.
-
31
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas, maka sebagai tindak
lanjutnya penulis menyarankan sebagai berikut :
1. Sebaiknya Masinis dan Chief Engineer memperhatikan
prosedur
pada saat bunker bahan bakar.
2. Sebaiknya Para Masinis meningkatkan kedisiplinannya dalam
pengawasan terhadap perawatan bahan bakar.
3. Sebaiknya Para Masinis mempuyai pengetahuan yang lebih
tentang spesifik bahan bakar MGO (Marine Gas Oil), serta
meningkatkan perwatan bahan bakar secara berkala sesuai
dengan PMS yang telah dijadwalkan dan menggunakan chemical
fuel oil treatment.
4. Sebaiknya Perusahaan membeli bahan bakar dengan kualitas
yang baik dan standar, agar kualitas bahan bakar tersebut
tidak
mengganggu pengoperasian dan kinerja mesin induk, sehingga
kelancaran operasional kapal dapat tercapai.
-
32
DAFTAR PUSTAKA
..BP3IP (2012). Panduan Penulisan Makalah, Penerbit BP3IP
Jakarta
..Instruction Manual Nelfleet Marine Chemicals
P. Van Maanen. (1997), Motor Diesel, jilid I, Penerbit PT.
Pradnya
Paramita
Romzana.(2005). Motor Penggerak Utama.Penerbit Yayasan BP3IP
..SOLAS consolidated 2009.
Wiranto Arismunandar, Koichi Tsuda (1983), Motor Diesel Putaran
Tinggi, Jakarta,Penerbit PT. Pradnya Paramita