Top Banner
 i SKRIPSI “Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna  mencapai Gelar Sarjana Keperawatan” Oleh : Muhammad Yusuf NIM S10029 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN KEJANG DEMAM MENGGUNAKAN AUDIO VISUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN ANAK RIWAYAT KEJANG DEMAM
73

01-gdl-muhammadyu-550-1-skripsi-f

Oct 09, 2015

Download

Documents

wokwokwok
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • i

    SKRIPSI

    Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

    Oleh :

    Muhammad Yusuf

    NIM S10029

    PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

    STIKES KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2014

    PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN

    KEJANG DEMAM MENGGUNAKAN AUDIO VISUAL

    TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN

    SIKAP IBU DENGAN ANAK RIWAYAT

    KEJANG DEMAM

  • ii

  • iii

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena berkat rahmat Allah dan

    petunjuk-petunjuknya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

    berjudul : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Kejang Demam

    Menggunakan Audio Visual Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu

    Dengan Anak Riwayat Kejang Demam Dalam penyusunan skripsi ini penulis

    menyadari bahwa tanpa dorongan, bimbingan dan motivasi-motivasi dari berbagai

    pihak niscaya penulis tidak akan mampu menulis skripsi ini dengan baik. Oleh

    karena itu, penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada :

    1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku ketua STIKes Kusuma Husada

    Surakarta, yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

    2. Ibu Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep., selaku ketua Program studi S-1

    Keperawatan, yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada semua

    mahasiswanya.

    3. Ibu Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep., selaku pembimbing I, yang telah

    memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran,

    sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

    4. Ibu Ns. Anita Istiningtyas, M.Kep., selaku pembimbing II, yang telah

    memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran,

    sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

    5. Kepala Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen yang telah

    memberikan izin terlaksananya penelitian ini..

  • v

    6. Bapak dan ibu dosen dan staf kepegawaian STIKes Kusuma Husada

    Surakarta yang telah memberikan segenap ilmu dan pengalamannya kepada

    penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    7. Kedua orang tua atas doa dan dukungan, baik moril maupun materiil selama

    mengikuti pendidikan.

    8. Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini.

    9. Niniz dan teman-teman yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan

    dan semangat.

    10. Semua pihak, yang tanpa mengurangi rasa terima kasih tidak dapat

    disebutkan satu per satu.

    Tiada kata yang pantas penulis sampaikan kepada semuanya, kecuali ucapan

    terimakasih yang tak terhngga serta iringan doa semoga amal baiknya

    mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

    penulis dan pembaca pada umumnya.

    Surakarta, 12 Juni 2014

    Muhammad Yusuf

    NIM S10029

  • vi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

    LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... ii

    SURAT PERNYATAAN ......................................................................................iii

    KATA PENGANTAR ...........................................................................................iv

    DAFTAR ISI ..........................................................................................................vi

    DAFTAR TABEL........................ ..........................................................................ix

    DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x

    DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xi

    ABSTRAK..........................................................................................................xiii

    ABSTRACT..........................................................................................................xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ....................................................................................1

    1.2 Rumusan Masalah ................................................................................4

    1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................4

    1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................5

    1.5 Keaslian Penelitian ..............................................................................6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Teori ........................................................................................8

    2.2 Kerangka Teori.....................................................................................21

    2.3 Kerangka Konsep.................................................................................22

    2.4 Hipotesis...............................................................................................23

  • vii

    BAB III METODOLOGI PENELITAN

    3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 24

    3.2 Populasi dan Sampel 25

    3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 26

    3.4 Definisi Operasional 26

    3.5 Alat dan Cara Pengumpulan Data 28

    3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas 30

    3.7 Teknik Pengolahan Data 32

    3.8 Etika Penelitian 34

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    4.1. Analisa Univariat 37

    4.2. Analisa Bivarat 38

    BAB V PEMBAHASAN

    5.1. Karakteristik Responden 44

    5.2. Perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam

    sebelum dilakukan penkes 45

    5.3. Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam kelompok

    sebelum dilakukan penkes 46

    5.4. Perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam

    setelah dilakukan penkes 46

    5.5. Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam kelompok

    setelah dilakukan penkes 47

  • viii

    5.6. Perbedaan Pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam

    kelompok perlakuan 48

    5.7. Perbedaan Sikap ibu tentang penanganan kejang demam kelompok

    perlakuan 49

    5.8. Perbedaan Pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam

    kelompok kontrol 51

    5.9. Perbedaan Sikap ibu tentang penanganan kejang demam control 52

    5.10. Keterbatasan Penelitian 53

    BAB VI PENUTUP

    6.1. Simpulan 54

    6.2. Saran 55

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Keaslian penelitian

    Tabel 3.1 Rancangan penelitian

    Tabel 3.2 Definisi operasional

    Tabel 4.1 Distribusii respondenmenurut umur

    Tabel 4.2 Distribusi responden menurut pekerjaan dan

    pendidikan

    Tabel 4.3 Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan

    kejang demam sebelum dilakukan penkes kelompok

    kontrol dan perlakuan

    Tabel 4.4 Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan

    kejang demam setelah dilakukan penkes kelompok

    kontrol dan perlakuan

    Tabel 4.5 Distribusi perbedaan pengetahuan ibu tentang

    penanganan anak dengan kejang demam pada

    kelompok perlakuan

    Tabel 4.6 Distribusi perbedaan sikap ibu tentang penanganan

    anak dengan kejang demam pada kelompok perlakuan

    Tabel 4.7 Distribusi perbedaan pengetahuan ibu tentang

    penanganan anak dengan kejang demam pada

    kelompok kontrol

    Tabel 4.8 Distribusi perbedaan sikap ibu tentang penanganan

    anak dengan kejang demam pada kelompok kontrol

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka teori

    Gambar 2.2 Kerangka konsep

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Jadwal penelitian

    Lampiran 2 Usulan topik penelitian

    Lampiran 3 Pengajuan judul skripsi

    Lampiran 4 Pengajuan ijin studi pendahuluan

    Lampiran 5 Surat pengantar ijin studi pendahuluan

    Lampiran 6 Surat balasan ijin studi pendahuluan

    Lampiran 7 Lembar oponent

    Lampiran 8 Lembar audience

    Lampiran 9 Surat pengajuan ijin penelitian

    Lampiran 10 Surat ijin validitas dan reliabilitas

    Lampiran 11 Surat ijin penelitian

    Lampiran 12 Surat balasan ijin validitas reliabilitas

    Lampiran 13 Surat balasan penelitian

    Lampiran 14 Hasil Uji Validitas dan reliabilitas

    Lampiran 15 Surat permohonan menjadi responden

    Lampiran 16 Lembar persetujuan menjadi responden

    Lampiran 17 SAP Penanganan kejang demam

    Lampiran 18 Pendidikan kesehatan menggunakan audio visual

    Lampiran 19 Leaflet

    Lampiran 20 Kuesioner tingkat pengetahuan dan sikap.

    Lampiran 21 Hasil uji statistik

  • xii

    Lampiran 22 Lembar Konsultasi

    Lampiran 23 Dokumentasi

  • xiii

    PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

    STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

    2014

    Muhammad Yusuf

    Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Kejang Demam

    Menggunakan Audio Visual Terhadap Tingkat Pengetahuan

    Dan Sikap Ibu dengan Anak Riwayat

    Kejang Demam

    ABSTRAK

    Kejang demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal lebih dari

    380C dan dapat berdampak serius seperti defisit neurologi, epilepsi, retardasi

    mental dan gangguan perilaku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

    pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam

    menggunakan audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan

    anak riwayat kejang.

    Penelitian ini menggunakan metode quasy experiment non randomized

    pretest-posttest with control group design. Sampel penelitian berjumlah 30

    responden ibu dengan anak riwayat kejang demam. Penelitian ini menggunakan

    uji marginal homogeneity dan mc nemar.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan

    dengan p value 0,001 dan sikap dengan p value 0,012. Pendidikan kesehatan

    menggunakan audio visual dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu

    dengan anak riwayat kejang demam karena menampilkan gerak, gambar dan suara

    sehingga lebih menarik dan tidak monoton.

    Kata Kunci: pendidikan kesehatan, audiovisual, pengetahuan, sikap, kejang

    demam

    Daftar Pustaka : 42 (2003-2012)

  • xiv

    BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE

    KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA

    2014

    Muhammad Yusuf

    The Effect of Health Education of The Ttreatment of Febrile Seizures Using

    Audio Visual Devices On The Levels of Knowledge and Attitude of

    Mothers With Children With History of

    Febrile Seizures

    ABSTRACT

    A febrile seizure is the increase of bodys temperature above the normal

    temperature more than 380C. It can have serious impacts such as neurological

    deficit, epilepsy, mental retardation, and behavioral disorder. The objective of this

    research is to investigate the effect of the health education administration of the

    treatment of febrile seizures using audio visual devices on the levels of knowledge

    and attitude of mothers with children with history of febrile seizures.

    This research used the quasi experimental research method with the non

    randomized pretest-posttest with control group design. The samples of the

    research were 30 mothers with children with history of febrile seizures. The data

    of the research were analyzed by using the marginal homogeneity test and the Mc

    Nemars test.

    The result of the research shows that there is a difference of knowledge as

    indicated by the value of p = 0.001 and of attitude as signified by the value of p =

    0.012. The health education using the audio visual devices can improve the levels

    of knowledge and attitude of the mothers with children with history of febrile

    seizures as they exhibit motions, images, and sounds so that such an education is

    more interesting.

    Keywords: Health education, audio visual, knowledge, attitude, and febrile

    seizures

    References: 42 (2003-2012)

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal yang

    tidak teratur dan disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan

    pembatasan panas (Sodikin 2012). Kejang demam merupakan gangguan

    transier pada anak-anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini

    merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada

    anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak. Anak laki-laki lebih sering

    menderita kejang demam dengan insiden sekitar dua kali lipat dibandingkan

    anak perempuan. Sekitar 30% sampai 40% anak-anak mengalami satu kali

    kekambuhan (Wong 2009).

    Angka kejadian kejang demam di Amerika Serikat dan di Eropa Barat

    pada tahun 2004 berkisar antara 3%-4% (Brough dkk 2008). Angka kejadian

    di Asia pada tahun 2004 dari seluruh kejang, 20% anak mengalami kejang

    demam kompleks (Karimzadeh dalam Wardani 2012). Balita di Indonesia

    16% diantaranya mengalami gangguan saraf dan otak seperti kejang-kejang,

    gangguan pendengaran, kepala membesar dan lain-lain. (Depkes RI 2006).

    Kejang demam sangat berhubungan dengan usia, hampir tidak pernah

    ditemukan sebelum usia 6 bulan dan setelah 6 tahun (Hull 2008). Faktor

    keturunan adalah salah satu faktor terbesar terjadinya kejang demam pada

    anak (Wardani 2012). Kejang demam berulang terjadi pada 50% anak yang

  • 2

    menderita kejang demam pada usia kurang dari 1 tahun dan dapat

    berkembang menjadi epilepsi (Behrman 2010). Risiko epilepsi dapat terjadi

    setelah satu atau lebih kejang jenis apapun adalah 2% dan menjadi 4% bila

    kejang berkepanjangan (Hull2008). Kejang demam dapat berdampak serius

    seperti defisit neurologik, epilepsi, retradasi mental, atau perubahan perilaku

    (Wong 2009). Penatalaksanaan pada anak saat mengalami kejang salah

    satunya memposisikan miring dan tengadahkan kepala agar jalan nafas tetap

    terjaga (Meadow 2005).

    Pencegahan kejang demam pada anak sangat tergantung pada peran

    orang tua khususnya ibu. Hasil penelitian penelitian terdahulu menunjukkan

    bahwa 80% orang tua mempunyai fobia demam. Demam pada anak akan

    membuat orang tua bingung karena anak cenderung rewel dan tidak bisa tidur

    (Karnia 2007).

    Hasil penelitian lain menunjukkan 57% orang tua takut saat anaknya

    mengalami demam dan beranggapan anak akan mengalami kejang demam

    (Tarigan, Chairul, & Syamsidah 2007). Orang tua memerlukan informasi

    yang menenangkan mereka bahwa kejang demam bukan merupakan keadaan

    yang sifatnya berbahaya dan anak tidak akan meninggal dunia pada saat

    mengalami kejang demam. Pendidikan kesehatan mengenai cara melindungi

    anak terhadap ancaman bahaya dan mengamati dengan tepat apa yang terjadi

    pada anak selama kejang demam perlu dilakukan agar orang tua tidak panik

    dan kebingungan (Wong 2009). Tingkat pengetahuan orang tua yang berbeda

    dapat mempengaruhi pencegahan kejang demam pada anak saat anak

  • 3

    mengalami demam tinggi (Riandita 2012). Kecemasan yang berlebih dari

    orang tua disebabkan karena edukasi mereka tentang kejang demam yang

    tidak memadai (Tarigan, Chairul, & Syamsidah 2007). Pengetahuan ibu

    berpengaruh terhadap sikap ibu mengenai imunisasi ulang difteri-tetanus

    (Purnama, eddy, nanan 2008).

    Pendidikan kesehatan melalui media modul lebih efektif

    meningkatkan pengetahuan dibandingkan dengan menggunakan media

    ceramah, karena modul dapat memuat materi lebih lengkap dan lebih rinci

    (Tana, Delima & Woro 2004). Perubahan pengetahuan pada pendidikan

    kesehatanakan merangsang perubahan sikap (Dewi 2008). Kecemasan yang

    berlebih dari orang tua disebabkan karena edukasi mereka tentang kejang

    demam yang tidak memadai (Tarigan, Chairul, & Syamsidah 2007).

    Hasil studi pendahuluan pada tanggal 12 Desember 2013 di Desa

    Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen, orang tua bingung dan

    panik saat anaknya mengalami kejang demam, orang tua khususnya ibu

    hanya bisa menangis disamping anaknya. Orang tua belum mengetahui cara

    penanganan kejang demam pada anak dan cenderung memberikan selimut

    tebal ketika anak sudah mengalami demam tinggi.

    Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang

    pengaruh pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam

    menggunakan media audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu

    dengan anak riwayat kejang demam.

  • 4

    1.2 Rumusan Masalah

    Pengetahuan yang berbeda akan mempengaruhi penanganan kejang

    demam, perubahan pengetahuan akan mempengaruhi perubahan sikap.

    Pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual lebih mudah diterima

    dan dipahami. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah

    pengaruh pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam

    menggunakan media audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu

    yang mempunyai anak dengan riwayat kejang demam di Desa Kandangsapi,

    Kecamatan Jenar, kabupaten Sragen?.

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

    pemberian pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam

    menggunakan media audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap

    pada orang tua di Desa Kandngsapi Kecamataan Jenar Kabupatean

    Sragen.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk:

    1. Mengidentifikasi karakteristik orang tua yang mempunyai anak

    dengan riwayat kejang demam kelompok kontrol dan kelompok

    perlakuan di Desa Kandangsapi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen.

  • 5

    2. Menjelaskan perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap orang tua

    sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan

    perlakuan di Desa Kandangsapi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen.

    3. Menjelaskan perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap orang tua

    setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan

    perlakuan di Desa Kandangsapi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen.

    4. Menjelaskan perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah

    dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan

    perlakuan di Desa Kandangsapi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat bagi masyarakat desa Kandangsapi

    Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang

    penanganan kejang demam dan dapat diaplikasikan oleh orang tua yang

    memiliki anak dengan riwayat kejang demam di Desa Kandangsapi,

    Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen khususnya dan masyarakat umum.

    1.4.2 Manfaat bagi pelayanan kesehatan

    Diharapkan penelitian dapat diaplikasikan oleh perawat dalam

    memberikan pendidikan kesehatan dalam memberikan discarge planing

    kepada orang tua dengan anak riwayat kejang demam.

  • 6

    1.4.3 Manfaat bagi institusi pendidikan

    Diharap penelitian ini dapat menjadi dasar untuk pengembangan intervensi

    pada pendidikan kesehatan khususnya media pendidikan kesehatan

    mengenai penatalaksanaan kejang demam.

    1.4.4 Manfaat bagi peneliti lain

    Diharap hasil penelitian ini dapat lebih aplikatif, untuk penelitian

    berikutnya dapat dilakukan penelitian berupa penggunaan media

    pendidikan kesehatan, sehingga pilihan media pendidikan kesehatan akan

    lebih bervariasi.

    1.4.5 Manfaat bagi peneliti

    Menjadi pengalaman berharga bagi peneliti dalam melakukan penelitian

    dan menambah pengetahuan tentang pendidikan kesehatan menggunakan

    media audio visual.

    1.5 Keaslian penelitian

    Tabel 1.1: Keaslian penelitian

    Nama

    peneliti Judul penelitian Metode Hasil

    Kumboyono Perbedaan efek

    penyuluhan

    menggunakan

    media cetak

    dengan media

    audio visual

    terhadap

    peningkatan

    pengetahuan

    pasien

    tuberkulosis.

    Desain penelitian

    menggunakan

    quasi

    experimental

    dengan

    rancangan

    pretest-posttest

    design with

    comparison

    group.

    Terdapat perbedaan

    efek penyuluhan

    kesehatan

    menggunakan

    media cetak dengan

    media audio visual

    terhadap

    peningkatan

    pengetahuan

    pasien tuberculosis.

  • 7

    Nama Judul Metode Hasil

    Nurr

    setiawati

    dewi

    Pengaruh

    pendidikan

    kesehatan

    terhadap

    perubahan

    pengetahuan dan

    sikap dalam

    pencegahan

    HIV/AIDS pada

    pekerja seks

    komersial

    Desain penelitian

    menggunakan

    quasi experiment

    with control

    group.

    Pendidikan

    kesehatan sangat

    efektif untuk

    meningkatkan

    pengetahuan dan

    sikap .

    Tarigan,

    Chairul,

    Syamsidah

    Pengetahuan,

    sikap dan

    perilaku orang

    tua tentang

    demam dan

    pentingnya

    edukasi oleh

    dokter

    Penelitian

    ini bersifat

    deskriptif yang

    menggambarkan

    tentang

    perilaku, sikap

    orang tua

    terhadap demam

    serta

    perlunya edukasi

    dari dokter

    Kecemasan yang

    berlebihan dari

    orangtua

    disebabkan karena

    edukasi

    mereka tentang

    demam tidak

    memadai. Begitu

    juga penanganan

    dokter terhadap

    demam

    pada anak sangat

    bervariasi.

    Diperlukan suatu

    standar edukasi

    tentang demam

    untuk

    dokter dan

    orangtua.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Teori

    2.1.1 Kejang Demam

    2.1.1.1 Definisi

    Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat bayi atau

    anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat yang terjadi

    pada suhu pada suhu lebih dari 380C (Pudiastuti 2011). Kejang

    demam jarang terjadi setelah anak usia 5 tahun, anak laki-laki sering

    menderita kejang demam dengan insiden sekitar dua kali lipat lebih

    sering dibandingkan danak permpuan (Wong 2009)

    Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda-beda. Anak

    dengan ambang kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 380C,

    tetapi pada anak dengan ambang yang tinggi kejang baru akan terjadi

    pada suhu 400C atau bahkan lebih. Kejang demam sering terjadi pada

    anak dengan ambang kejang rendah (Sodikin 2012).

    2.1.1.2 Klasifikasi

    Kejang demam dibagi menjadi dua jenis, yaitu; kejang demam

    komplek dan kejang demam sederhana. Kejang demam komplek

    adalah kejang demam yang berlangsung selama lebih dari 15 menit

    dan berulang dalam waktu singkat. Kejang demam sederhana adalah

    kejang demam berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak berulang

    dalam 24 jam.

  • 9

    2.1.1.3 Penyebab kejang demam

    Penyebab kejang demam masih belum dapat dipastikan. Pada

    sebagian anak tingginya suhu tubuh menjadi faktor pencetus

    terjadinya kejang demam (Wong 2009).

    2.1.1.4 Tanda dan gejala

    Tanda dan gejala kejang demam yaitu: Bola mata terbalik keatas,

    demam tinggi lebih tinggi dari 380C, tubuh bergetar khususnya lengan

    dan tungkai kaki, Kesulitan bernafas, tidak bisa mengontrol buang air

    besar dan buang air kecil (Saubers 2011).

    2.1.1.5 Dampak kejang demam

    Kejang demam sifatnya tidak berbahaya, hampir 95% anak-anak

    dengan kejang demam tidak mengalami epilepsi dan gangguan

    neurologi. Serangan kejang demam yang berkelanjutan dapat

    menyebabkan sedikit risiko seperti defisit neurologik, epilepsi,

    retradasi mental, atau perubahan perilaku pada anak. sembilan puluh

    persen anak-anak dengan kejang demam tidak akan mengalami

    epilepsi atau kerusakan neurologik (Wong 2009).

    2.1.1.6 Penatalaksanaan

    1. Keperawatan

    a. Saat serangan terjadi perhatikan jalan nafas, jika jalan nafas

    tertutup segera buka jalan nafas.

  • 10

    b. Bila hal pertama sudah teratasi baringkan ditempat yang datar

    untuk mencegah terjadinya pindahan posisi tubuh kearah

    yang membahayakan

    c. Atur posisi anak dengan posisi miring untuk mencegah

    aspirasi.

    d. Jangan memasang sudip lidah karena dapat menghambat

    jalan nafas.

    e. Singkirkan benda-benda berbahaya dari dekat anak.

    f. Longgarkan pakaian untuk memberikan jalan nafas yang

    adekuat bila terjadi distensi abdomen.

    2. Medis

    a. Jika kejang berlanjut dapat diberikan diazepam melalui IV

    (Intra Vena),IM (Intra Muskular) atau rektal.

    (Sodikin 2012).

    2.1.1.7 Faktor yang mempengaruhi kejang demam

    Seorang anak yang memiliki risiko kejang demam dipengaruhi

    beberapa faktor, seperti adanya riwayat kejang tanpa demam dalam

    keluarga, kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum

    anak menderita kejang demam dan kejang yang berlangsung lama.

    Seorang anak, jika memiliki dua dari tiga faktor risiko maka

    dikemudian hari anak mengalami kejang tanpa demam sebesar 13%,

    jika hanya ada satu atau tidak ada faktor risiko, serangan kejang tanpa

    demam sebesar 2-3% (Sodikin 2012).

  • 11

    2.1.2 Perilaku kesehatan

    Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau

    objek yang berkatan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

    kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo 2012).

    Perilaku manusia dibagi menjadi tiga domain sesuai dengan tujuan

    pendidikan yaitu: kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor

    (psychomotor). Domain tersebut dalam perkembangannya dimodifikasi

    untuk hasil pendidikan kesehatan yaitu:

    2.1.2.1 Pengetahuan

    1. Pengertian

    Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

    Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni

    penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

    (Notoatmodjo 2003)

    2. Tingkat pengetahuan

    a. Tahu

    Tahu diartikan sebagai mengingat memori yang telah ada

    sebelumnya.

    b. Memahami

    Memahami artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan

    secara benar tentang yang diketahui dan dapat

    mengintepretasikan secara benar.

  • 12

    c. Aplikasi

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi

    yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

    d. Analisis

    Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan atau materi

    atau suatu objek kedalam komponen komponen tetapi

    masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada

    kaitannya satu dengan yang lainnya.

    e. Sintesis

    Sintesis adalah menunjukkan suatu kemampuan untuk

    melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian dari

    keseluruhan yang baru.

    f. Evaluasi

    Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

    menilaian terhadap suatu objek tertentu.

    (Notoatmodjo 2003).

    3. Cara memperoleh pengetahuan

    a. Cara tradisional

    1) Cara coba salah

    Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

    dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan ini

    tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain

    masalah dapat dipecahkan.

  • 13

    2) Cara kekuasaan atau otoritas

    Sumber pengetahuan cara ini dikemukakan oleh orang

    yang mempunyai otoritas baik berupa pimpinan-pimpinan

    masyarakat formal maupun informal, ahli agama,

    pemegang pemerintah, tanpa menguji terlebih dahulu atau

    membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta yang

    empiris maupun pendapat sendiri.

    3) Berdasarkan pengalaman pribadi

    Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

    memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

    pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

    permasalahan yang dihadapi masal lalu.

    b. Cara modern

    Cara ini disebut dengan metode ilmiah atau lebih populer

    atau disebut metodologi penelitiandan akhirnya lahir suatu

    cara untuk melakukan penelitian.

    (Notoatmodjo 2003).

    4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

    a. Faktor internal.

    1) Pendidikan

    Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk

    juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam

    memotivasi untuk sikap berperan dalam pembangunan.

  • 14

    Pada umumnya semakin tinggi pendidikan semakin

    mudah menerima informasi (Notoatmodjo 2003).

    2) Pekerjaan.

    Pekerjaan dilakukan untuk menunjang kehidupannya dan

    kehidupan keluarganya sedeangkan bekerja umumnya

    merupakan kegiatan yang menyita waktu, bagi ibu-ibu

    bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

    keluarganya (Wawan & Dewi 2011).

    3) Umur

    Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

    seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

    Kepercayaan masyarakat orang yang lebih dewasa akan

    diberkan kepercayaan lebih dari pada orang yang belum

    tinggi kedewasaannya (Wawan & Dewi 2011).

    4) Informasi

    Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa semua siswa di

    SMA 1 Mojogedang mendapatkan informasi dari media

    masa, orang tua, guru maupun teman. Informasi yang

    diterima dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan

    (Putriani 2010).

    b. Faktor Eksternal

    Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan dibagi

    menjadi dua yaitu:

  • 15

    1) Faktor lingkungan

    Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

    disekitar manusia dan dapat berpengaruh pada

    perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

    2) Sosial budaya

    Sistem sosial budaya yang ada di masyarakat dapat

    mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

    (Wawan & Dewi 2011).

    5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

    Pengetahuan dapat diketahui dan diintepretasikan dengan skala

    yang bersifat kualitatif yaitu: baik (76%-100%), cukup (56%-

    75%), dan kurang (> 56%) (Arikunto 2003).

    2.1.2.2 Sikap

    1. Pengertian

    Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

    terhadap suatu stimulus atau objek (Wawan & Dewi 2011).

    2. Komponen Sikap

    a. Komponen kognitif

    Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu

    pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan

    stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat

  • 16

    disamakan penanganan terutama apabila menyangkut

    masalah isu atau problem yang kontroversial.

    b. Komponen afektif

    Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.

    Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam

    sebagai komponen sikapyang paling bertahan terhadap

    pengaruh-pengaruh yang mungkin mengubah sikap

    seseorang.

    c. Komponen konatif

    Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai

    dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang yang

    kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu dengan cara

    terentu.

    (Wawan & Dewi 2011).

    3. Tingkat Sikap

    a. Menerima

    Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

    memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

    b. Merespon

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

    menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi

    karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan untuk

    mengerjakan tugas yang diberikan.

  • 17

    c. Menghargai

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

    dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu

    indikasi sikap tingkat tiga.

    d. Bertanggung jawab

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih

    dengan segala risiko adalah yang mempunyai sikap paling

    tinggi.

    4. Faktor yang mempengaruhi sikap

    a. Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap

    seseorang, lingkungan yang baik akan membentuk perilaku

    yang baik sementaran lingkungan yang buruk akan

    membentuk perilaku yang buruk. Contoh dari lingkungan

    yaitu: rumah, pekerjaan, media, tradisi dan lain-lain.

    b. Pengalaman sangat mempengaruhi sikap seseorang,

    peristiwa-peristiwa sangat mempengaruhi pola pikir

    seseorang seperti kesuksesan, kegagalan, kepahitan hidup,

    penghinaan dan lain-lain.

    c. Pendidikan bisa berupa pendidikan formal yaitu sekolah,

    maupun pendidikan nonformal seperti pendidikan dari orang

    tua berpengaruh pada sikap seseorang.

    (Tjandra 2004).

  • 18

    2.1.3 Pendidikan kesehatan

    2.1.3.1 Pengertian

    Pendidikan kesehatan adalah suatuproses untuk memampukan

    masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga

    mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan

    kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo 2005).

    2.1.3.2 Metode

    1. Metode perorangan

    Metode perorangan bersifat individu digunakan untuk membina

    perlaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada

    suatu perubahan perilaku.

    2. Metode kelompok

    Metode kelompok dibedakan menjadi dua yaitu kelompok besar

    dan kelompok kecil. Kelompok besar adalah apabila peserta

    penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Kelompok kecil adalah

    apabila peserta kurang dari 15 orang.

    3. Metode massa

    Metode massa adalah metode yang penyampaian pesan ditujukan

    kepada masyarakat umum dan tidak membedakan umur, jenis

    kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkat pendidikan dan

    sebagainya.

    (Notoatmodjo 2003)

  • 19

    2.1.3.3 Alat bantu media

    1. Alat bantu lihat (visual aids)

    Alat bantu lihat berguna dalam membantu menstimulasi

    indra penglihatan pada waktu terjadinya proses penerimaan pesan.

    Alat bantu lihat dibagi dua bentuk yaitu alat bantu yang

    diproyeksikan dan alat bantu yang tidak diproyeksikan

    (Notoatmodjo 2012).

    2. Alat bantu dengar (audio aids)

    Alat bantu dengar adalah alat yang membantu untuk

    menstimulasi indra pendengar pada waktu proses penyampaian

    bahan pendidikan/pengajaran, misalnya piringan hitam, radio, pita

    suara dan lain-lain (Notoatmodjo 2012).

    3. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)

    Alat bantu audio visual adalah alat yang digunakan oleh

    petugas dalam menyampaikan bahan, materi atau pesan kesehatan

    melalui alat bantu lihat-dengar, seperti televisi, video cassette dan

    DVD. Indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan

    kedalam otak adalah mata. Kurang lebih 75%-87% pengetahuan

    manusia diperoleh melalui mata sedangkan 13%-25% lainnya

    tersalur melalui indra yang lain (Notoatmodjo 2012).

    Media audio visual dapat merangsang hasil belajar yang

    lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali

    (Rahmawati, Toto & ira 2007). Pendidikan kesehatan

  • 20

    menggunakan media audio visual informasi yang disampaikan

    berupa gambar dan suara yang bisa diterima dua indra sekaligus

    antara penglihatan dan pendengaran sehingga lebih menarik

    perhatian dan meningkatkan antusiasme masyarakat untuk

    mendapatkan informasi (Kumboyono 2011). Penerimaan pesan

    melalui alat visual lebih mudah diterima dibandingkan dengan

    kata-kata dan tulisan (Notoatmodjo 2012).

    2.1.3.4 Manfaat alat bantu

    Manfaat alat bantu dalam memberikan pendidikan kesehatan yaitu:

    menimbulkan minat sasaran pendidikan, mencapai sasaran yang lebih

    banyak, membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam

    pemahaman, mempermudah penerimaan informasi oleh

    sasaran/masyarakat, mendorong keinginan orang untuk mengetahui,

    kemudian lebih mendalami, dan akhirnya mendapat pengertian yang

    lebih baik, membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

    (Notoatmodjo 2012).

  • 21

    2.2 Kerangka Teori

    Skema 2.1 : kerangka teori

    (Meadow & Simon 2005, Notoatmodjo 2003, Tjandra 2004, wawan & Dewi 2012,Wong 2009)

    Anak kejang demam

    Pengetahuan

    orang tua

    Pendidikan kesehatan

    Sikap Orang

    tua

    Penatalaksanaan keperawatan

    1. Buka jalan nafas

    2. Baringkan ditempat yang

    datar

    3. Atur posisi anak dengan

    posisi miring

    4. Jangan memasang sundip

    lidah.

    5. Singkirkan benda-benda

    berbahaya dari dekat anak.

    6. Longgarkan pakaian.

    1. Pendidikan

    2. Pekerjaan

    3. Umur

    4. Budaya

    5. Lingkungan

    6. Pengalaman

    7. Informasi

    Dampak

    1. Defisitt

    neurologik

    2. Epilepsi

    3. Retradasi

    mental

    Penatalaksanaan medis

    Diberikan diazepam melalui

    intra vena, intra muskular

    atau rektal.

    dengan

    media

    audiovisual

    Dengan

    media

    visual aids

    dengan

    media

    audio aids

  • 22

    2.3 Kerangka Konsep

    Skema 2.2: Kerangka konsep

    Variabel independen

    Pendidikan kesehatan media

    audio visual

    Variabel dependen

    Pengetahuan orang tua

    dengan anak riwayat

    kejang demam

    Variabel perancu

    1. Pendidikan

    2. Pekerjaan

    3. Umur

    Variabel dependen

    Sikap orang tua

    dengan anak riwayat

    kejang demam

  • 23

    2.4 Hipotesis Penelitian

    H0 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang kejang demam

    menggunakan media audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan

    sikap orang tua dengan anak riwayat kejang demam.

    Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang kejang demam

    menggunakan media audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan

    sikap orang tua dengan anak riwayat kejang demam.

  • 24

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Jenis dan rancangan penelitian

    Penelitian ini menggunakan disain quasy experiment non randomized pretest-

    posttest with control group design. Rancangan ini mirip dengan eksperimen

    ulang, hanya saja pembagian subjek dalam kelompok tidak dilakukan secara

    acak.

    Tabel 3.1: Rancangan penelitian

    Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

    A O X OX-A

    B O Y OX-B

    Keterangan:

    A : Kelompok perlakuan

    B : Kelompok kontrol

    O : Tingkat pengetahuan dan sikap sebelum diberi perlakuan

    Y : Tidak mendapatkan perlakuan pendidikaan kesehatan

    menggunakan media audiovisual

    X : Pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual

    OX(A+B) :Tingkat pengetahuan dan sikap setelah diberi perlakuan

  • 25

    3.2 Populasi dan sampel

    3.1.1 Populasi

    Populasi adalah wilayah generalis yang terdiri atas obyek/subyek yang

    mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

    untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2013).

    Populasi pada penelitian ini adalah seluruh orang tua yang memiliki anak

    riwayat kejang demam di desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten

    Sragen dengan jumlah 30.

    3.1.2 Sampel

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

    populasi (Nursalam 2011). Sampel pada penelitian ini adalah orang tua

    dengan anak riwayat kejang demam di Desa Kandangsapi, Kecamatan

    Jenar, Kabupaten Sragen dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

    1. Mampu berbahasa Indonesia

    2. Orang tua dengan anak riwayat kejang demam usia

  • 26

    3.3 Tempat dan waktu penelitian

    3.3.1 Tempat penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar,

    Kabupaten Sragen.

    3.3.2 Waktu penelitian

    Penelitian dilakukan selama 1 bulan, pengambilan data dilakukan pada

    tanggal 14 April 2014 sampai dengan tanggal 14 Mei 2014.

    3.4 Variabel penelitian, definisi operasional, dan skala pengukuran

    Tabel 3.2: Variabel penelitian, definisi operasional, skala pengukuran

    Variabel Definisi Alat

    ukur Indikator Skala data

    Variabel

    independen

    Pendidikan

    kesehatan media

    audio visual

    tentang

    penanganan

    kejang demam

    Media pendidikan

    kesehatan yang

    menyajikan informasi

    dalam bentuk audio

    visual.

    Kuesio

    ner

    1. yang

    diberikan

    pendidikan

    kesehatan

    menggunaka

    n media

    audio visual

    2. yang tidak

    diberikan

    pendidikan

    kesehatan

    menggunaka

    n media

    audio visual.

    Nominal

  • 27

    Variabel Definisi Alat

    ukur Indikator Skala data

    Variabel dependen

    Tingkat

    pengetahuan

    Hasil dari orang tua

    menjawab kuesioner.

    Kuesio

    ner

    Penilaian

    dilakukan

    dengan cara

    jumlah jawaban

    benar dibagi

    jumlah soal

    dikali 100.

    Baik : >76

    Cukup: 56-75

    Kurang: 37,26

    2. Sikap negatif

    36,73

    2. Sikap negatif

    47,93

    2. Sikap negatif

    37,06

    2. Sikap negatif

  • 28

    Variabel Definisi Alat

    ukur Indikator Skala data

    Pekerjaan Kesibukan yang

    dilakukan orang tua

    yang dilakukan setiap

    hari.

    kuesion

    er

    1. Pegawai/

    karyawan

    2. Wiraswasta

    3. Ibu rumah

    tangga

    Nominal

    Umur Usia responden

    dihitung berdasarkan

    ulang tahun terakhir

    yang telah dijalani

    saat penelitian

    Kuesio

    ner

    1. 19 tahun- 23

    tahun

    2. 24 tahun- 27

    tahum

    3. 28 tahun- 31

    tahun

    Ordinal

    3.5 Alat penelitian dan cara pengumpulan data

    3.5.1 Alat penelitian

    Alat penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar

    kuesioner pengetahuan dan sikap yang dibuat oleh peneliti dan alat bantu

    audio visual seperti laptop dan speaker aktif untuk kelompok perlakuan

    dan untuk kelompok kontrol menggunakan lembar kuesioner yang dibuat

    oleh peneliti dan leaflet. Kuesioner pengetahuan berisi 13 pertanyaan,

    pernyataan positif dengan jumlah 10 dan negatif 3. Pernyataan positif

    diberikan nilai 1 jika benar dan 0 jika salah, sedangkan pernyataan negatif

    diberikan nilai 1 jika salah dan nilai 0 jika benar. Pertanyaan valid adalah

    soal nomor 1, 2, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 18, 19 dan 20. Kuesioner sikap

    berisi pernyataan positif semua dengan jumlah pernyataan sebanyak 14

    pernyataan valid yaitu nomor 1, 2, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 18, 19, dan

    20.

  • 29

    3.5.2 Cara pengumpulan data

    Data dikumpulkan dengan mendatangi satu per satu responden

    kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil pre test tingkat pengetahuan pada

    kelompok perlakuan didapatkan responden dengan tingkat pengetahuan

    kurang sebanyak 3 responden, cukup 10 responden dan baik 2 responden,

    sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan ibu dengan tingkat

    pengetahuan kurang sebanyak 10 responden, cukup 5 responden dan baik

    tidak ada. Hasil post test tingkat pengetahuan pada kelompok perlakuan

    didapatkan responden dengan tingkat pengetahuan kurang tidak ada,

    cukup 1 responden dan baik sebanyak 14 responden, sedangkan pada

    kelompok kontrol didapatkan ibu dengan tingkat pengetahuan kurang

    sebanyak 9 responden, cukup 6 responden dan kurang tidak ada.

    Hasil pre test sikap responden pada kelompok perlakuan dikatakan

    positif jika skor total lebih dari 37,26 dan dikatakan negatif jika skor total

    kurang dari 37,26, sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan sikap

    positif jika skor total lebih dari 36,73 dan dikatakan negatif jika kurang

    dari 36,73. Hasil post test sikap responden pada kelompok perlakuan

    dikatakan positif jika skor total lebih dari 47,93 dan dikatakan negatif jika

    skor total kurang dari 47,93, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan

    sikap positif jika skor total lebih dari 37,06 dan dikatakan negatif jika

    kurang dari 37,06.

  • 30

    3.6 Mengukur validitas dan reliabilitas instrumen

    3.6.1 Validitas

    Uji validitas menggunakan rumus Pearson product moment, setelah itu

    diuji dengan menggunakan uji t dan baru dilihat penafsiran dari indeks

    korelasi. Untuk t = 0,05 derajat kebebasan. Jika nilai t hitung > t tabel

    berarti valid dan jika t hitung < t tabel maka tidak valid (Hidayat 2007).Uji

    validitas dilakukan di Desa Dawung Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen

    dengan menggunakan 30 responden.

    Rumus Pearson product moment: koefisien korelasi = jumlah skor item y = jumlah skor total item n = jumlah responden

    berdasarkan pengujian pertanyaan pengetahuan dan sikap, dari 20

    pertanyaan pengetahuan 13 pertanyaan valid dengan nilai r>0,361.

    Pertanyaan valid adalah soal nomor 1, 2, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 18, 19

    dan 20. Pengujian pertanyaan sikap didapatkan hasil dari 20 pertanyaan

    sikap 14 diantaranya valid dengan nilai r>0,361. Pertanyaan sikap yang

    valid adalah pada nomor 1, 2, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 18, 19, 20.

  • 31

    3.6.2 Reliabilitas

    Reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah alat ukur dapat digunakan

    atau tidak. Uji reliabilitas yang digunakan adalah Cronbachs alpha. Uji

    Cronbachs alpha dapat digunakan pada tes yang respon terhadap item

    yang diberi skor dikotomi (skor 0 atau 1) maupun terhadap item skor

    bukan dikotomi (misal skor 1 sampai 4) (Azwar 2012). Kuesioner

    dianggap reliabel apabila nilai alpha 0,7 (Priyanto 2012).

    Rumus Cronbachs Alpha : Keterangan: = Reliabilitas instrumen = Jumlah varians butir = Varian total = banyaknya soal Hasil uji validitas kemudian diuji reliabilitas menggunakan Cronbachs

    Alpha. Pertanyaan yang tidak valid tidak diuji validitas dan hanya

    pertanyaan yang valid yang diuji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas pada

    pertanyaan pengetahuan dengan jumlah 13 pertanyaan didapatkan nilai

    Cronbachs Alpha 0,938 dan pertanyaan sikap dengan jumlah 14

    pertanyaan didapatkkan nilai Cronbachs Alpha 0,919 yang berarti

    kuesioner layak untuk digunakan.

  • 32

    3.7 Teknik pengolahan data dan analisa data

    3.7.1 Editing

    Editing merupakan langkah untuk memeriksa kembali kebenaran data

    yang telah diperoleh. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan

    data atau setelah data terkumpul (Hidayat 2007).

    3.7.2 Coding

    Coding yaitu kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

    yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

    pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam

    pemberian kode di buat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku

    (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu

    kode dari suatu variabel. Kode diberikan pada kelompok perlakuan dan

    kelompok kontol (Hidayat 2007). Tingkat pengetahuan diberkan kode 1

    jika baik, 2 jika cukup dan 3 jika kurang, sedangkan untuk sikap diberikan

    kode 1 jika sikap positif dan 2 jika sikap negatif.

    3.7.3 Entri Data

    Data entri merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

    ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat

    distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan tabel kontigensi

    (Hidayat 2007). Data yang sudah dimasukkan dalam komputer kemudian

    didistribusikan dalam bentuk frekuensi dan prosentase untuk pendidikan,

    umur dan pekerjaan. Sedangkan perbedaan pre test dan post test

    didistribusikan dalam bentuk tabel.

  • 33

    3.7.4 Melakukan teknik analisis

    Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

    menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang

    hendak dianalisis. Penelitiannya deskriptif, maka akan menggunakan

    statistik deskriptif. Sedangakan analisis analitik akan menggunakan

    statistika inferensial (Hidayat 2012). Tingkat pengetahuan,umur, dan

    pekerjaan dianalisa menggunakan analisis deskriptif sedangkan analisis

    inferensial untuk menganalisis perbedaan kelompok perlakuan dan

    kelompok kontrol dan pengaruh pendidikan kesehatan tentang penanganan

    kejang demam sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan antara

    kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

    3.7.4.1 Analisa univariat

    Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan variabel pengetahuan,

    sikap dan variabel perancu yang meliputi pendidikan, umur dan pekerjaan

    (Saryono 2013). Variabel pendidikan, pekerjaan dan umur dijelaskan

    menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentase atau proporsi.

    3.7.4.2 Analisa bivariat

    Uji chi square dilakukan untuk mengetahui perbedaan pre test dan

    post test pengetahuan dan sikap kelompok kontrol dan perlakuan. Uji chi

    square tidak memenuhi syarat karena nilai expected count lebih dari 5

    kurang dari 50% sehingga dilakukan uji alternatif. Uji kolmogorov

    smirnov adaah uji alternatif chi square yang digunakan untuk menguji

    perbedaan pengetahuan pre test dan post test kelompok kontrol dan

  • 34

    perlakuan. Sama dengan kolmogorov smirnov uji fisher adalah uji

    alternatif chi square yang digunakan untuk menguji perbedaan pre test dan

    post test sikap kelompok kontrol dan perlakuan

    Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara dua

    variabel. Uji statistik menggunakan uji wilcoxon/marginal homogenity

    untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan,

    uji wilcoxon/marginal homogenity digunakan untuk menguji hipotesis

    komparatif kategorik berpasangan dengan membagi menjadi 3 tingkatan,

    yaitu baik, cukup, dan kurang. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

    sikap menggunakan uji mc nemar. Uji mc nemar digunakan untuk menguji

    hipotesis komparatif kategorik berpasangan dengan pengelompokan positif

    dan negatif (Dahlan 2008).

    3.8 Etika penelitian

    Hampir 90% subjek yang digunakan dalam penelitian keperawatan adalah

    manusia, maka penelitian harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian.

    Secara umum prinsip etika dalam penelitian dibagi menjadi tiga (Nursalam

    2011), yaitu:

    3.8.1 Prinsip manfaat

    1. Bebas dari penderitaan

    penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

    kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

  • 35

    2. Bebas dari eksploitasi

    Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan

    yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa

    partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,

    tidak dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam

    bentuk apapun.

    3. Risiko (benefits ratio)

    Penelitian harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan

    yang akan berakibat kepada subjek pada setiaptindakan.

    3.8.2 Prinsip menghargai hak asasi manusia

    1. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

    subjek mempunyai hak untuk memutuskan bersedia menjadi subjek

    atau tidak, tanpa adanya sangsi apa pun.

    2. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

    to full disclosure)

    Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta

    bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

    3. Informed consent

    Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

    penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk menolak

    berpartisipasi menjadi responden. Pada informed consent juga perlu

    dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan

    untuk pengembangan ilmu.

  • 36

    3.8.3 Prinsip keadilan

    1. Hak jaga kerahasiaannya (right to privacy)

    subjek mempunyai hakuntuk meminta bahwa data yang diberikan

    harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan

    rahasia (confidentiality).

    2. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

    Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan

    sesudah keikutsertaanya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

    apabila ternyata mereka tdak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

  • 37

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.1 Analisa Univariat

    4.1.1 Karakteristik Responden

    Karakteristik responden meliputi umur, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan

    dan sikap. Variabel pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan dan umur

    dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentase atau

    proporsi.

    Tabel 4.1 Distribusi responden menurut umur

    Variabel

    Kontrol

    (n=15)

    Perlakuan

    (n=15)

    Total

    (n=30)

    F % F % F %

    Umur

    19-23 Tahun 2 13,3 1 6,7 3 10

    24-27 tahun 7 46,7 9 6,0 16 53,3

    18-31 Tahun 6 40,0 5 33,3 11 36,7

    Total 15 100 15 100 30 100

    Sebagian besar rerata umur responden adalah 24-27 tahun yaitu sebanyak

    53,3%.

  • 38

    Tabel 4.2 Distribusi responden menurut pekerjaan dan pendidikan

    Variabel

    Kontrol

    (n=15)

    Perlakuan

    (n=15)

    Total

    (n=30)

    F % F % F %

    1. Pekerjaan

    Ibu rumah

    tangga 5 33,3 6 40 11 36,7

    Wiraswasta 6 40,0 9 60 15 50,0

    Pegawai 4 26,7 0 0 4 13,3

    Total 15 100 15 100 30 100

    2. Pendidikan

    Tidak sekolah 0 0 0 0 0

    SD 0 0 0 0 0 0

    SMP 8 46,7 6 40 14 46,7

    SMA 7 53,3 8 53,3 15 506

    Perguruan tinggi 0 0 1 6,7 1 3,3

    Total 15 100 15 100 30 100

    Hasil analisa yang didapatkan, dari 30 responden sebagian besar bekerja

    wiraswasta yaitu sebanyak 50%. Dari tingkat pendidikan responden

    didapatkan sebanyak 50% berpendidikan SMA.

    4.2 Analisa Bivariat

    4.2.1 Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Penatalaksanaan Kejang Demam

    Sebelum dilakukan Pendidikan Kesehatan

    Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan kejang demam sebelum

    dilakukan pendidkan kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan

    sebagai berikut:

  • 39

    \Tabel 4.3 Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan kejang demam

    sebelum dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan dan kontrol

    Variabel Kontrol Perlakuan

    P Value F % F %

    Pengetahuan

    Baik 0 0 2 13,3

    Cukup 5 33,3 10 66,7 0,998

    Kurang 10 66,7 3 20

    Total 15 100 15 100

    Sikap

    Positif 7 46,7 5 66,7 0,608

    Negatif 8 53,3 10 33,3

    15 100 15 100

    Analisa pengetahuan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan pada

    kelompok kontrol dan perlakuan didapatkan p value 0,998 (p>0,05) yang

    berarti tidak terdapat perbedaan pada tingkat pengetahuan sebelum

    dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan.

    Hasil analisa sikap sebelum dilakukan pendidikan kesehatan didapatkan p

    value 0,608 (p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan sikap sebelum

    dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan.

  • 40

    4.2.2 Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan kejang demam setelah

    dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan

    Tabel 4.4 Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan kejang demam

    setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan dan kontrol

    Variabel Kontrol Perlakuan

    P Value F % F %

    Pengetahuan

    Baik 0 0 14 93,3

    Cukup 6 40 1 6,7 0,398

    Kurang 9 60 0 0

    Total 15 100 15 100

    Sikap

    Positif 9 60 14 93,3 0,400

    Negatif 6 40 1 6,7

    Total 15 100 15 100

    Hasil analisa pengetahuan setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada

    kelompok kontrol dan perlakuan didapatkan p value0,398 (p>0,05) yang

    berarti terdapat perbedaan tingkat pengetahuan setelah dilakukan

    pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil analisa

    sikap setelah dilakukan pendidikan kesehatan didapatkan p value 0,400

    (p>0,05) yang berarti terdapat perbedaan sikap setelah dilakukan

    pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan.

  • 41

    4.2.3 Perbedaan pengetahuan pada kelompok perlakuan

    Tabel 4.5 Distribusi perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan anak dengan

    kejang demam pada kelompok perlakuan

    Hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata responden sebelum

    diberikan pendidikan kesehatan adalah cukup sedangkan rerata setelah

    dilalukan pendidikan kesehatan adalah baik. Hasl uji statistik

    menggunakan uji marginal homogeniety didapatkan p=0,001(p

  • 42

    terdapat perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

    kesehatan.

    4.2.5 Perbedaan pengetahuan pada kelompok kontrol

    Tabel 4.7 Distribusi perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan anak

    dengan kejang demam pada kelompok perlakuan

    Pengetahuan sesudah

    pendidikan kesehatan Total P

    Pengetahuan sebelum

    pendidikan kesehatan

    Baik Cukup Kurang

    Baik 0 0 0 0

    Cukup 0 4 1 5 0,564

    Kurang 0 2 8 10

    Total 0 6 9 15

    Hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa rerata responden sebelum

    diberikan pendidikan kesehatan adalah kurang sedangkan rata-rata setelah

    dilalukan pendidikan kesehatan adalah kurang. Hasil uji statistik

    menggunakan uji marginal homogeniety didapatkan p=0,564 (p>0,05)

    yang berarti tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan

    sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

    4.2.6 Perbedaan sikap pada kelompok kontrol

    Tabel 4.8 Distribusi perbedaan sikap ibu tentang penanganan anak dengan

    kejang demam pada kelompok kontrol

    Sikap sesudah

    pendidikan kesehatan Total P

    Sikap sebelum pendidikan

    kesehatan

    Positif Negatif

    Positif 5 2 7 1,000

    Negatif 1 7 8

    Total 6 9 15

    Hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata responden sebelum

    diberikan pendidikan kesehatan adalah negatif sedangkan rata-rata setelah

    dilalukan pendidikan kesehatan adalah negatif. Hasil uji statistik

  • 43

    menggunakan uji mc nemar didapatkan p=1,000 (p>0,05) yang berarti

    tidak terdapat perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

    kesehatan.

  • 44

    BAB V

    PEMBAHASAN

    5.1 Karakteristik Responden

    5.1.1 Usia

    Sebagian besar usia ibu di Desa Kandangsapi Kecamatan Jenar

    Kabupaten Sragen adalah 24-27 tahun. Usia seseorang akan

    mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang terhadap informasi

    yang diberikan. Semakin bertambah usia maka daya tangkap dan pola

    pikir seseorang semakin berkembang (Notoatmodjo 2003). Semakin cukup

    umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

    dalam berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi 2011).

    5.1.2 Pendidikan

    Hasil analisa yang didapat sebagian besar ibu di Desa

    Kandangsapi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen berpendidikan SMA

    sebanyak 50% dengan jumlah sebanyak 15 responden. Rata-rata tingkat

    pendidikan ibu cukup, tetapi beda selisih dengan pendidikan SMP tidak

    banyak. Salah satu faktor yang berperan dalam pengetahuan seseorang

    adalah adalah tingkat pendidikan, seseorang dengan pendidikan yang lebih

    tinggi akan lebih mudah mendapatkan informasi dan menerima hal-hal

    baru yang berpengaruh pada sikap positif (Herijulianti 2003).

    Pendidikan seseorang akan mempengaruhi perbedaan pengetahuan.

    Hal tersebut dikarenakan pendidikan mempengaruhi proses belajar,

  • 45

    semakin tinggi pendidikan seseorang maka daya tangkap terhadap

    informasi semakin tinggi, sehingga akan semakin mudah umtuk menerima

    informasi. Orang dengan pendidikan rendah cenderung pasif dalam

    mencari informasi bisa disebabkan karena kemampuannya yang terbatas

    dalam memahami informasi atau karena kesadaran pentingnya informasi

    yang masih rendah (Notoatmodjo 2005).

    5.1.3 Pekerjaan

    Hasil analisa yang didapat sebagian besar ibu di Desa

    Kandangsapi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen bekerja wiraswasta

    sebanyak 50%. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan

    seseorang memperoleh pengalaman baik secara langsung maupun tidak

    langsung (Mubarak 2007). Selain itu adanya pengalaman, interaksi dengan

    lingkungan serta informasi dari media massa dan elektronik akan

    membantu seseorang mendapatkan informasi yang akan mempengaruhi

    pengetahuan dan sikap menjadi lebih baik (Sulisdiana 2011).

    5.2 Perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam sebelum

    dilakukan pendidikan kesehatan

    Hasil analisa pengetahuan yang didapat diketahui bahwa p value 0,998

    (

  • 46

    rata tingkat pendidikan kelompok kontrol. Semakin tinggi pendidikan

    seseorang maka daya tangkap terhadap informasi semakin tinggi, sehingga

    akan semakin mudah untuk menerima informasi (Notoatmodjo 2012). Selain

    itu informasi juga dapat mempengaruhi pengetahuan ibu, informasi tersebut

    dapat berupa media cetak, elektronik, dan sosialisasi dari petugas kesehatan

    (Notoatmodjo 2003).

    5.3 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam sebelum dilakukan

    pendidikan kesehatan

    Hasil analisa sikap sebelum dilakukan pendidikan kesehatan diketahui

    bahwa nilai p value 0,608 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan sikap

    pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Ini berarti bahwa terdapat

    kesamaan sikap antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Faktor-

    faktor yang dapat mempengaruhi sikap kedua kelompok adalah pengalaman,

    pendidikan, pekerjaan, usia dan informasi yang didapatkan ibu sehingga

    berpengaruh pada sikap (Tjandra 2004; Wawan & Dewi 2011).

    5.4 Perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam setelah

    dilakukan pendidikan kesehatan

    Hasil analisa dapatkan hasil nilai p value 0,398 (>0,05) pada pengetahuan

    ibu pada kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil tersebut berarti bahwa tidak

    terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok

    perlakuan setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Hasil tersebut dikarenakan

  • 47

    dari beberapa faktor seperti informasi yang didapatkan bisa dari media massa

    dan elektronik atau informasi yang diterima dari tenaga kesehatan (Tjandra

    2004). Banyak media elektronik dengan harga murah dan menyediakan fitur

    internet yang bisa diakses oleh siapapun sehingga mendapatkan informasi

    yang dibutuhan. Selain itu acara televisi seperti talk show dengan mengundang

    pakar yang bisa dilihat dipedesaan maupun perkotaan sehingga informasi

    dapat disampaikan dengan mudah tanpa harus mengeluarkan biaya lebih

    .

    5.5 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam setelah dilakukan

    pendidikan kesehatan

    Perbedaan sikap antara kelompok kontrol dan pengetahuan diketahui p

    value 0,400 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan sikap antara

    kelompok kontrol dan perlakuan. Faktor yang mempengaruhi sikap kedua

    kelompok adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap

    penting, pengaruh kebudayaan, media massa, agama, dan faktor emosional

    dan pendidikan non formal maupun formal (Azwar 2011, Tjandra 2004).

    Tidak semua informasi dapat mempengaruhi sikap. Informasi yang dapat

    mempengaruhi sikap sangat tergantung pada isi, sumber, dan media informasi

    yang bersangkutan. Dilihat dari segi isi informasi, bahwa informasi yang

    menumbuhkan dan mengembangkan sikap adalah berisi pesan yang bersifat

    persuasif. Dalam pengertian, pesan yang disampaikan dalam proses

    komunikasi haruslah memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keyakinan

    sasaran didik (Simamora 2009).

  • 48

    5.6 Perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam kelompok

    perlakuan

    Kelompok perlakuan memiliki 66,7% berpengetahuan cukup dan setelah

    dilakukan pendidikan kesehatan 93,3% memiliki pengetahuan baik. Perbedaan

    pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan meningkat

    26,6%. Peningkatan pengetahuan ini menunjukkan adanya perbedaan yang

    bermakna pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam pada kelompok

    perlakuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan p

    value 0,001(p

  • 49

    antara penglihatan dan pendengaran sehingga lebih menarik perhatian dan

    meningkatkan antusiasme msyarakat untuk mendapatkan informasi

    (Kumboyono 2011).

    Pemilhan audiovisual sebagai media pendidikan kesehatan dapat diterima

    dengan baik oleh responden, media ini menampilkan gerak, gambar dan suara

    sehingga lebih menarik dan tidak monoton. Penelitian yang mendukung

    menunjukkan terdapat perbedaan antara metode ceramah dengan

    menggunakan filpchart dan pemutaran video dalam meningkatkan

    pengetahuan dan sikap terhadap IMD (Zulkarnain dkk 2009). Penelitian lain

    yang mendukung adalah terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan

    dengan media audio visual terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam

    penatalaksanaan balita dengan diare (Kapti 2010).

    5.7 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam kelompok perlakuan

    Kelompok perlakuan memiliki rata-rata sikap negatif sebelum dilakukan

    pendidikan kesehatan yaitu sebesar 66,7% dan 93,3% setelah diberikan

    pendidikan kesehatan. Perbedaan sikap ibu sebelum dan sesudah diberikan

    pendidikan kesehatan meningkat 26,6%. Peningkatan sikap ini menunjukkan

    adanya perbedaan yang bermakna sikap ibu tentang penanganan kejang

    demam pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

    kesehatan p value 0,012(p

  • 50

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan pengetahuan dan

    sikap ibu balita gizi kurang dan buruk. Penelitian lain yang mendukung adalah

    terdapat perbedaan sikap sebelum dan sesudah dilakukan penyluhan

    menggunakan media video dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu

    hamil terhadap IMD (Zulkarnain dkk 2009).

    Perubahan sikap dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu: sumber pesan,

    isi pesan dan penerima pesan. Sumber pesan dapat berasal dari seseorang,

    kelompok, institusi yang dapat dipercaya oleh penerima pesan, semakin

    percaya dengan orang yang mengirim pesan maka semakin mudah untuk

    dipengaruhi pemberi pesan. Isi pesan biasanya berupa tulisan, kata-kata,

    simbol dan gambar. Sebagai contoh video adalah gabungan dari kata-kata,

    tulisan, dan gambar yang disajikan dalam bentuk gerak sehingga pesan dapat

    mudah diterima karena lebih menarik dan tidak monoton. Penerima pesan,

    sifat dan kepribadian seseorang tidak berhubungan dengan mudahnya

    seseorang untuk dibujuk. Orang dengan pendidikan rendah lebih mudah

    dipengaruhi dari pada yang berpendidikan tinggi. Faktor lain yang dapat

    mempengaruhi sikap adalah pengalaman, pengalaman personal yang langsung

    dialami memberikan pengaruh yang lebih kuat dari pada pengalaman tidak

    langsung (Wawan & Dewi 2011).

  • 51

    5.8 Perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam kelompok

    kontrol

    Hasil analisa didapatkan kelompok kontrol memiliki 66,7% pengetahuan

    kurang dan setelah diberikan pendidikan kesehatan memiliki 60%

    pengetahuan kurang. Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan

    pendidikan kesehatan meningkat 6,7%. Peningkatan pengetahuan ini tidak

    menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pengetahuan ibu tentang

    penanganan kejang demam pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah

    diberikan pendidikan kesehatan p value 0,564(p>0,05). Leaflet media yang

    berbentuk selembar kertas yang diberi gambar dan tulisan pada kedua belah

    sisi serta dapat dilipat sehingga praktis dan mudah dibawa, tetapi media ini

    hanya dapat diulang-ulang pemahamannya dan tidak memiliki efek gerak dan

    suara (simamora 2009). Berbeda dengan media audiovisula, leaflet hanya bisa

    diterima satu indera yaitu penglihatan sedangkan audiovisual mampu diterima

    oleh indera penglihatan dan pendengaran. Indera yang paling banyak

    menyelurkan pengetahuan kedalam otak adalah mata. Kurang lebih 75%-85%

    pengetahuan seseorang diperoleh melalui mata sedangkan 13%-25% lainnya

    tersalur melalui indera yang lain (Notoatmodjo 2012). Penerimaan

    pengetahuan kelompok kontrol lebih sedikit yaitu sebesar 6,7% berbeda

    dengan kelompok kontrol yang mampu meningkatkan pengetahuan sebesar

    26,6% . Perbedaan tersebut dikarenakan penggunaan media dalam penyuluhan

    kesehatan yang mana kelompok media cetak, responden terlihat pasif karena

    kurang menarik, sedangkan kelompok media audio visual lebih

  • 52

    memperhatikan karena lebih menarik (kumboyono 2011). Kelemahan

    terbesarnya dibandingkan media elektronik adalah kurang dapat menciptakan

    stimulasi efek suara maupun efek gerak (audio visual). Kelemahan lain adalah

    mudah terlipat dan rentan terhadap air jika dipasang di luar ruangan (Ilmas

    2011).

    5.9 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam kelompok kontrol

    Kelompok perlakuan memiliki rata-rata sikap positif sebelum dilakukan

    pendidikan kesehatan yaitu sebesar 46,7% dan 60% setelah diberikan

    pendidikan kesehatan. Perbedaan sikap ibu sebelum dan sesudah diberikan

    pendidikan kesehatan meningkat 13,3%. Peningkatan sikap ini menunjukkan

    tidak ada perbedaan yang bermakna sikap ibu tentang penanganan kejang

    demam pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

    kesehatan p value 1,000 (p

  • 53

    suatu persoalan umum tetapi tidak akan mengakibatkan perubahan kerana

    orang yang membacanya tidak akan mengingat pesan tersebut dengan

    lingkungan pribadi mereka sendiri (Gibney dkk 2009). Media leaflet berisi

    gagasan mengenai pokok persoalan secara langsung dan memaparkan cara

    melakukan tindakan secara ringkas dan lugas. Leaflet sangat efektif untuk

    menyampaikan pesan singkat dan padat dan ukuran kecil dan mudah dibawa

    (Simamora 2009).

    5.10 Keterbatasan penelitian

    Kesulitan pada penelitian ini terletak pada pengumpulan data.

    Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi responden satu per satu

    dengan jumlah sebanyak 30 responden. Hal itu dikarenakan luasnya wilayah

    yang diteliti oleh peneliti dan kesibukan masing-masing responden sehingga

    tidak mungkin untuk di kumpulkan dalam satu tempat. Penelitian selanjutnya

    bisa mengambil responden di rumah sakit sehingga tidak menyulitkan peneliti.

    Kelemahan pada responden adalah kurang kondusifnya lingkungan ruangan.

    Hal ini dikarenakan rumah responden tidak memiliki ruangan khusus untuk

    dilakukan pendidikan kesehatan menggunakan audio visual sehingga

    penyampaian pendidikan kesehatan kurang maksimal.

  • 54

    BAB VI

    PENUTUP

    6.1 Simpulan

    6.1.1 Karakteristik usia ibu dengan anak riwayat kejang demam berusia 27-24

    tahun sebagan besar peerjaan ibu dengan anak riwayat kejang demam

    adalah swasta dan rata-rata tingkat pendidikan ibu dengan anak riwayat

    kejang demam adalah SMA.

    6.1.2 Tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang

    penanganan kejang demam sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

    antara kelompok kontrol dan perlakuan.

    6.1.3 Tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang

    penanganan kejang demam setelah dilakukan pendidikan kesehatan antara

    kelompok kontrol dan perlakuan.

    6.1.4 Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang penanganan

    kejang demam sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan pada

    kelompok perlakuan; sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat

    perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang penanganan kejang

    demam sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan.

  • 55

    6.2 Saran

    6.2.1 Masyarakat

    Masyarakat dapat memberikan gambaran dan mengaplikasikan

    penanganan kejang demam secara benar serta dapat memberikan informasi

    kepada tetangga atau orang lain tentang penanganan anak dengan kejang

    demam.

    6.2.2 Pelayanan kesehatan

    Perawat, tim medis dan tenaga kesehatan lain dapat menggunakan media

    penyuluhan kesehatan berupa audiovisual dalam kegiatan pendidikan

    kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu

    serta meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak baik di tingkat

    puskesmas maupun Rumah Sakit.

    6.2.3 Institusi pendidikan

    Hasil penelitian ini dapat dimasukkan dalam materi tentang media

    pendidikan kesehatan sehingga meningkatkan praktikum tentang

    pendidikan kesehatan dengan berbagai jenis media dan pembuatan media

    yang sesuai dengan sasaran penyuluhan.

    6.2.4 Peneliti lain

    Penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lain dengan mengubah

    metode penelitian. Misalnya membandingkan efektifitas pendidikan

    kesehatan dengan menggunakan audio visual dan pendidikan kesehatan

    dengan demonstrasi, sehingga masyarakat tidak hanya melihat dan

    mendengarkan tetapi juga dapat mempraktekkannya sendiri.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Behrman, RE & RM, Kliegman 2010, Nelson esensi pediatri edisi 4, EGC,

    Jakarta.

    Brough, H dkk 2008, Rujukan cepat pediatric & Kesehatan anak, EGC, Jakarta.

    Dahlan, M.S 2008, Statistik untuk kedokteran dan kesehatan edisi 5, Salemba

    medika, Jakarta.

    Depkes 2006, 16 persen balita di indonesia alami gangguan perkembangan saraf,

    diakses 11 Novenber 2013 < http://www.depkes.go.id/index.php.>.

    Dewi, NS 2008,Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan

    dan sikap dalam mencegah HIV/AIDS pada pekerja seks komersial,

    Media Ners, Vol. 2, No. 1, Hal 15-22, diakses 12 Desember 2013,

    .

    Efendi, F & Makhfudli, Keperawatan kesehatan komunitas, Salemba Medika,

    Jakarta

    Gibney, M.J dkk 2009, Gizi kesehatan msayarakat, EGC, Jakarta.

    Herjajulianti, E dkk 2003, Pendidikan kesehatan gigi, EGC, Jakarta.

    Hidayat 2007, Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data, Salemba

    medika, Jakarta.

    Hull, D & Joohnston DI 2008, Dasar-dasar pediatri.edisi 3, EGC, Jakarta.

    Ilmas, T.H.A 2011. Kesesuaian media promosi kesehatan penyakit tropis

    demam berdarah oleh dinas kesehatan surabaya, Jurnal Promkes,vol.1.

    No.2.

    Indonesiatvshow 2013, dr oz indonesia eps pertolongan kejang demam anak.

    Video, diakses 1 maret 2014, http://www.youtube.com/watch?v=uY0HCjfl6Rk.

    Karnia, N 2007,Penatalaksanaan demam pada anak, diseminarkan pada siang

    klinik penanganan kejang pada anak, Bandung, 12 Februari 2007, diakses

    20 November 2013 http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

    content/uploads/2010/02

    Kapti, E.R 2010,efektifitas audiovisual sebagai media penyuluhan Kesehatan

    terhadap peningkatan pengetahuan dan Sikap ibu dalam tatalaksana balita

  • dengan diare Di dua rumah sakit kota malang, tesis, Universitas Indonesia,

    Depok.

    Kumboyono 2011, Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media

    Cetak dengan media Audio Visual terhadap Peningkatan Pengetahuan

    Pasien Tuberkulosis, Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Vol. 7,

    No. 1, Hal 9-25. diakses 25 November 2013 <

    http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/>.

    Meadow, R & Simon Nl 2005, Lecture notes pediatrika, Erlangga, Jakarta.

    Mubarak, W.I 2007, Promosi Kesehatan, Graha ilmu, Yogyakarta.

    Notoatmodjo, S 2003, Ilmu kesehatan masyarakat, Rineka cipta, Jakarta.

    Notoatmodjo, S 2005, Promosi kesehatan teori dan aplikasi, Rineka cipta,

    Jakarta.

    Notoatmodjo, S 2012, Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan, Rineka cipta,

    Jakarta.

    Nursalam 2011, Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan

    pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan, Salemba

    medika, Jakarta.

    Priyatno, D 2012, Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik dengan

    spss, Penerbit gava media, Yogyakarta.

    Pudiastuti, RD 2011, Waspasai penyakit pada anak, Indeks, Jakarta.

    Purnama, Y, Eddy F, Nanan S 2008, Pengaruh pengetahuan terhadap sikap ibu

    mengenai imunisasi ulang difteri-tetanus, Sari Pediatri, Vol.10, No. 2,

    Hal. 117-121.

    Putriani, Nasria 2010 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja

    tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Mojogedang, Skripsi,

    Universitas Diponegoro, Semarang.

    Rahmawati, I, Toto S, Ira P 2007, Pengaruh penyuluhan dengan audio visual

    terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita gizi

    kurangdan buruk di kabupaten kotawaringi barat propinsi kalimantan

    tengah,Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 4, No.2, Hal. 66-77.

    Riandita, A 2012, Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam

    dengan pengelolaan demam pada anak, Jurnal Medika Muda, diakeses

    15 November 2013 .

  • Saubers, N 2011, Semua yang harus anda ketahui p3k, palmall, Yogyakarta.

    Saifudin, A 2011. Sikap manusia:teori dan pengukurannya (Edisi 2),Pustaka

    pelajar, Yogyakarta.

    Sifuddin, A 2012, Reliabilitas dan validitas edisi 4, Pustaka belajar, Yogyakarta.

    Saryono, Mekar D.A 2012, Metodologi penelitian kualitatif kuantitatif dalam

    bidang kesehatan, Noha Medika, Yogyakarta.

    Simamora, H.R 2009, Buku ajar pendidikan dalam keperawatan, EGC, Jakarta.

    Sodikin 2012, Prinsip Perawatan Demam Pada Anak, Pustaka Pelajar ,

    Yogyakarta.

    Sugiyono 2013, Statistik untuk penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung.

    Sulisdiana 2011,Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu

    tentang regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di bps miji winarnik

    mojokerto, Hospital Majapahit, Vol.03, No. 01, Hal 15-33.

    Tana, L, Delima & Woro R 2004, Evaluasi Model Penyuluhan Dalam

    Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Mengenai sindrom

    Terowongan Karpal Pada Pekerja Beberapa Perusahaan Garmen di

    Jakarta, Tahun 2004, Media Peneliti dan pengembang Kesehatan, Vol.

    XIX, No. 3, Hal 109-115, diakses 25 November

    .

    Tarigan, T, Chairul A.H, Syamsidah L 2007, Pengetahuan, sikap dan perilaku

    orang tua tentang demam dan pentingnya edukasi oleh dokter, Sari

    Pediatri, Vol. 8, No.3, Hal. 27-31.

    Tjandra, SH 2004, Motiv-8koleksi motivasi untuk karier dan kehidupan yang lebih

    baik, Elex media komputindo, Jakarta.

    Wardani, AK 2013, Kejang demam sederhana pada anak usia satu tahun,

    Medula, Vol. 1, No. 1, Hal 57-64, diakses 23 November 2013

    .

    Wawan A & Dewi M 2011, Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, dan

    perilaku manusia, muha medika, Yogyakarta.

    Wong, DL dkk 2009, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Ed.6,Vol.2, EGC,

    Jakarta.

  • Zulkarnain,E dkk 2010, Perbedaan efektifitas antara metode penyuluhan dengan

    flipchart dan menggunakan video compact disc (VCD) dalam

    meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap insisasi

    menyusu dini, diseminarkan diseminar nasional jampersal, Jember, 26

    Nopember 2011.