PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
72
Embed
01 COVER & PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/08-6406_Fulltext.pdfdiambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
ANALISIS PENERAPAN TARGET COSTING UNTUK PENCAPAIAN TARGET PRICING KAMAR
PADA HOTEL IMPERIAL ARYADUTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung
Oleh :
LENTI YOHASTI IHSAN GEMILANG 10090104107
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG BANDUNG
2008
ANALISIS PENERAPAN TARGET COSTING UNTUK PENCAPAIAN TARGET PRICING KAMAR
PADA HOTEL IMPERIAL ARYADUTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung
terima kasih atas support, keceriaan, dan kebersamaannya. Kalian benar-benar
mengisi hari-hariku, semoga persahabatan kita erat selamanya dan tidak pudar
dimakan waktu.
11. Saudara-saudaraku dan teman-teman SMP dan SMU terima kasih atas
dukungan dan doanya yang selalu berada di sampingku saat senang dan sedih.
iii
12. My soulpals vania dan ega atas perhatiannya, kelucuannya, yang selalu ada
dibelakangku dan disampingku ketika aku sedih dan bahagia, sebagai
motivatorku, serta selalu menjagaku, luv u all and viva destinycyun.
13. Teman-teman Akuntansi 2004 atas kebersamaannya.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
hingga selesainya skripsi ini.
Terutama kepada Allah swt, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis mempunyai kekuatan untuk menghadapi segala cobaan.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Bandung, Agustus 2008
Penulis
iv
ABSTRAK
Target costing adalah sebuah proses untuk menentukan dan mencapai pada suatu biaya total pada saat dimana sebuah produk yang telah diusulkan dapat menghasilkan keuntungan dan mengantisipasi harga penjualan di masa depan. Sedangkan target pricing adalah harga perkiraan dari suatu barang atau jasa yang mau dibayarkan oleh konsumen potensial. Dimana harga tersebut juga dapat menutup seluruh pengeluaran perusahaan dalam memproduksi produk tersebut serta mampu memberikan keuntungan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan target costing untuk menerapkan harga kamar pada hotel Imperial Aryaduta dalam mencapai target pricing.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisis data sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang hanya berlaku pada tempat dimana penulis melakukan penelitian, melakukan wawancara dan studi kepustakaan.
Hotel Imperial Aryaduta adalah satu-satunya hotel bintang lima berstandar internasional di Kota Tangerang. Penetapan harga kamar Hotel Imperial Aryaduta adalah dengan melihat keadaan pasar, perekonomian negara, melakukan potongan harga pada high season, melihat publish rates. Target pricing telah tercapai karena pendapatan kamar hotel sebesar Rp. 25.540.192.572 telah menutupi beban operasional sebesar Rp. 4.192.070.751, bahkan mencapai keuntungan.
Saat ini penetapan harga kamar Hotel Imperial Aryaduta melalui target costing yang mereka terapkan sudah sesuai dengan yang diharapkan atau sudah tepat, karena target pricing telah tercapai. Target costing yang tepat untuk Hotel Imperial Aryaduta adalah define the product, dimana dengan melihat keadaan pasar, set the target, dimana hotel menetapkan harga, achieve the target, yaitu menyusun strategi dan membagi segmentasi tamu hotel, maintain competitivecost, yaitu melihat harga hotel competitor. Saran yang dapat penulis ajukan adalah untuk peneliti selanjutnya agar membuat dan membahas lebih lanjut mengenai variabel dan indikator target costing dan target pricing lainnya.
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
ABSTRAK……………………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian…………………………………………….. 1
1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………………….. 4
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………… 4
1.4 Kegunaan Penelitian…………………………………………………... 4
1.5 Kerangka Pemikiran…………………………………………………… 5
1.6 Metode Penelitian……………………………………………………… 8
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………….. 9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Metode menghitung harga kamar………………………………………10
karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari
sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang umum.
Teknik Pengumpulan Data yang peneliti lakukan adalah :
a. Wawancara
Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya dan koresponden.
Dalam hal ini melakukan wawancara dengan pihak Hotel Imperial
Aryaduta.
b. Dokumentasi
Yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dengan mencari dan
mempelajari data yang berupa teori-teori, konsep dan informasi yang
diperlukan yang berkaitan dengan objek penelitian.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang rencananya akan dilakukan adalah pada Hotel Imperial
Aryaduta yang berlokasi di Jln. Boulevard Jend. Sudirman Lippo Karawaci, Tangerang.
Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2008 sampai dengan selesai.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Metode Menghitung Harga Kamar
Menurut Suryo (2002:146) sejumlah metode dapat digunakan oleh
pengelola hotel untuk menghitung harga kamar hotelnya, diantaranya yaitu :
a. Metode Intuitive : b. Metode Trial and Errorc. Metode Rate-Cuttingd. Metode High Rate e. Metode Competitivef. Metode Rule-of-thumb
Penggunaan metode intuitive ini tidak memerlukan pengetahuan tentang
bisnis seperti : biaya, laba, tarif kamar, kompetisi dan pasar. Pengelola hotel
cukup menganggap bahwa harga kamar yang ditetapkannya merupakan harga
yang tepat. Metode ini tidak memiliki kelebihan. Kelemahan metode ini adalah
bahwa harga yang dibebankan tidak berkaitan dengan laba.
Dengan metode trial and error ini, harga kamar dinaikkan atau diturunkan
untuk melihat pengaruhnya pada penjualan dan faktor laba. Bila suatu laba
tampaknya telah maksimum, maka harga ditetapkan untuk tingkat laba tersebut.
Metode ini mengabaikan fakta bahwa terdapat banyak faktor lain seperti : kondisi
ekonomi dan kompetisi yang juga mempengaruhi penjualan dan laba.
Rate-cutting terjadi apabila harga diturunkan dibawah harga kompetisi.
Hal ini akan sangat beresiko bila mengabaikan biaya, karena apabila ternyata
biaya variabel yang tinggi dari harga tersebut, maka laba tidak akan diperoleh.
Untuk menggunakan metode ini, harus dapat dipastikan bahwa penurunan harga
11
harus dapat dikompensasi dengan tambahan penjualan kamar yang lebh benar.
Apabila penurunan harga ini berhasil menaikkan laba, maka competitor akan
melakukan hal yang sama, dan terjadilah perang harga
Dengan metode high rate ini, harga ditetapkan lebih tinggi dari harga
competitor, dengan memberikan penekanan fasilitas lebih ditingkatkan lagi. Akan
tetapi, apabila strategi ini tidak diterapkan dengan hati-hati, akan mendorong
pelanggan yang menyadari bahwa harga yang tinggi tidak sepadan dengan
kualitas yang diterima untuk berpindah ke hotel lainnya.
Harga kompetitif berarti menandingkan harga tersebut dengan harga para
competitor dan kemudian melakukan diferensiasi pada faktor-faktor seperti :
lokasi, suasana, dan faktor lainnya. Harga kompetitif ini cenderung akan
menjamin tidak adanya rate-cutting yang menyebabkan penurunan laba, dengan
kata lain terdapat stabilitas pasar. Metode ini sangat berguna dalam jangka
pendek. Akan tetapi, metode ini akan sangat beresiko, bila digunakan tanpa
memperhatikan adanya perbedaan, seperti produk dan biaya diantara hotel yang
satu dengan hotel lainnya.
Metode rule-of-thumb adalah salah satu metode yang telah dikembangkan
bertahun-tahun yang lalu untuk menetapkan harga kamar hotel adalah apa yang
disebut dengan pendekatan 1 per 1.000. Oleh karena biaya yang paling besar
dalam pembangunan hotel investasi dalam bentuk bangunan (sekitar 60%-70%
dari total investasi), maka harus terdapat hubungan langsung antara harga pokok
bangunan dan harga kamar yang harus dibebankan kepada pelanggan. Atas dasar
alasan ini, kemudian ditetapkan bahwa untuk setiap Rp.1000 investasi bangunan,
12
maka harus dibebankan harga kamar sebesar Rp.1 agar investasi tersebut
menguntungkan.
2.1.1 Jenis Harga Kamar
Setelah hotel menentukan harga kamar, maka kegiatan selanjutnya adalah
menentukan dan mempertahankan keseimbangan antara harga dan laba. Oleh
karena itu pihak hotel harus mengetahui jenis harga yang mereka tetapkan, untuk
dijadikan bahan pertimbangan dan menentukan strategi berikutnya jika laba tidak
tercapai. Menurut Suryo (2002:149) Jenis harga tersebut adalah : “a. Harga
Jangka Panjang (Long-run/ Strategic Pricing), b. Harga Jangka Pendek (Short-
run/Tactical Pricing).”
Dalam jangka panjang, harga yang terjadi di pasar ditentukan oleh
permintaan (demand) dan penawaran (supply). Bila harga ditetapkan untuk
bersaing di pasar tersebut, maka harga tersebut harus ditentukan dengan
mempertimbangkan tujuan keuangan jangka panjang, seperti : memaksimumkan
penjualan, return of investment dan pertumbuhan bisnis.
Seperti halnya strategi penentuan harga jangka panjang, hotel juga
membutuhkan kebijakan penentuan harga jangka pendek untuk memperoleh
keuntungan pada suatu situasi yang terjadi dari hari ke hari, seperti : reaksi atas
perubahan harga jangka pendek yang dilakukan oleh competitor, penyesuaian
harga karena adanya competitor baru, kemungkinan pemberian potongan harga
kepada grup pelanggan, kenaikan harga untuk mengkompensasi terjadinya
13
kenaikan biaya, penawaran harga promosi khusus, pemberian potongan harga
pada off season untuk menarik pelanggan.
2.2 Penghasilan Hotel
Menurut Suryo (2002:18) pengertian penghasilan hotel adalah “setiap
kenaikan aktiva (kas atau piutang dagang ) yang timbul akibat penjualan barang
dan atau penyerahan jasa dalam kegiatan normal hotel.”
Dengan demikian menyewakan kamar, baik secara tunai maupun kredit,
akan mendatangkan penghasilan. Sebaliknya, deposit yang diterima dari
pelanggan untuk reservasi tiak boleh dicatat sebagai penghasilan sebelum
pelanggan tersebut datang dan menggunakan kamar.
Kebanyakan hotel memisahkan penghasilan penjualan kamar dari
penghasilan lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kecenderungan
masing-masing jenis penghasilan, seperti bunga, komisi dan penghasilan laiinya
yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan operasi hotel.
Penghasilan yang diterima oleh sebuah hotel antara lain diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Penghasilan penjualan kamar
b. Penghasilan restoran
c. Penghasilan bar
d. Penghasilan souvenir
e. Penghasilan sewa, dan lain-lain
14
2.3. Biaya
Biaya merupakan salah satu faktor penting dalam pengambilan keputusan
di dalam perusahaan, oleh sebab itu biaya harus dikelola seefisien mungkin. Biaya
juga merupakan masalah yang penting karena merupakan faktor penentu harga
pokok produk yang kemudian menjadi salah satu faktor penetapan harga jual dan
merupakan salah satu ukuran finansial yang sering dipakai oleh perusahaan untuk
menentukan efektivitas dan efisiensi suatu proses.
2.3.1. Pengertian Biaya
Menurut Hansen dan Mowen (2003:32): ”Cost is the cash or cash
equivalent value sacrified for goods and services that are expected to bring a
current or future benefit to the organization.”
Sedangkan Horngren, Foster dan Datar (2003:30)berpendapat bahwa biaya
adalah:
Accountants usually define cost as resource sacrified or forgone to achieve a specific objective. Cost (such as direct materials or advertising ) is usually measured as the monetary amount that must be paid to acquire goods or services.
Dari definisi di atas terkandung 4 (empat) unsur pokok yaitu :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu
15
Menurut Louderback dan Holmen (2003:77):
…managers must understand cost behavior to plan and make decisions. To plan income for a period, managers must be able to predict costs for that period, which requires estimates of fixed and variable costs. Managers also need goods estimates of variable cost so they can compute contribution margin. Many important decisions, such as setting prices, determining whetherto continue carrying a particular product or service, and determining whether to continue selling to a particular type of customers, require careful and relevant cost analyses.
Sedangkan Ronald W. Hilton (1999:30) berpendapat bahwa : “ At the
most basic level, a cost may be defined as the sacrifice made, usually measured by
the resources given up, to archieve a particular purpose.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya adalah:
a. Sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu, dalam hal
ini untuk memperoleh barang dan jasa
b. Besarnya pengorbanan tersebut diukur dengan satuan mata uang (seperti
Rupiah dan Dollar)
c. Dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu organisasi.
2.3.2 Penggolongan Biaya
Penggolongan adalah proses mengelompokkan secara sistematis terhadap
keseluruhan elemen yang ada kedalam golongan-golongan yang dipisahkan oleh
suatu kriteria tertentu. Hal ini dimaksudkan agar informasi biaya ini menjadi lebih
ringkas. lengkap, dan efektif sehingga lebih mempunyai arti bagi pemakainya.
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara.
Tetapi penggolongan biaya tersebut ditentukan atas dasar tujuan yang hendak
16
dicapai , sehingga dikenal istilah “different cost for different purposes” yang
berarti perhitungan biaya akan berbeda karena tidak ada satu konsep biaya yang
dapat memenuhi berbagai macam tujuan.
Penggolongan biaya dapat diartikan sebagai pengelompokkan unsure
biaya yang ada secara sistematis ke dalam kelas-kelas tertentu.
Menurut Hilton (1999:30-39), biaya dapat digolongkan berdasarkan:
1. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan tingkat aktivitas dalam perusahaan (cost driver)
2. Hubungan dengan pemikul biaya 3. Kemampuan manajer dalam mengendalikan biaya 4. Fungsi organisasi 5. Waktu pengakuan biaya menjadi beban
Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan tingkat aktivitas
dalam perusahaan memiliki beberapa bagian, diantaranya yaitu:
a. Biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah secara
proporsional dengan perubahan tingkat aktivitas tetapi biaya variable per
urutnya tetap sama
b. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang jumlah totalnya tidak akan berubah
walaupun ada perubahan tingkat aktivitas tetapi biaya per unitnya menjadi
semakin kecil sejalan dengan meningkatnya aktivitas
Untuk hubungan dengan pemikul biaya memiliki penjelasan sebagai
berikut: pemikul biaya (cost object) adalah segala sesuatu yang akan dihitung
biayanya. Biaya yang berdasarkan hubungan dengan pemikul biaya adalah:
a. Biaya langsung (direct costs) yaitu biaya yang berkaitan dengan cost object
tertentu, dan dapat ditelusuri ke cost object tersebut secara ekonomis
17
b. Biaya tidak langsung (indirect costs) yaitu biaya yang berkaitan dengan cost
object tetapi tidak dapat ditelusuri ke cost object tersebut secara ekonomis.
Sedangkan kemampuan manajer dalam mengendalikan biaya terbagi
menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Controllable costs merupakan biaya yang dapat dikendaliakn oleh manajer
b. Uncontrollable costs merupakan biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh
manajer
Biaya yang berdasarkan fungsi organisasi terdiri dari: biaya produksi
dimana biaya yang terjadi dan berkaitan dengan proses produksi dan biaya non
produksi dimana biaya yang tidak berkaitan dengan dan terjadi di luar proses
produksi.
Yang termasuk biaya produksi adalah:
a. Biaya bahan langsung yaitu biaya bahan baku yang digunakan dalam
proses produksi yang jumlahnya dapat diidentifikasikan secara langsung
pada cost objectnya
b. Biaya tenaga kerja langsung merupakn biaya gaji, upah dan tunjangan
untuk semua pegawai yang terlibat langsung dalam proses pembuatan
produk
c. Biaya produksi tidak langsung yang terdiri dari indirect material costs,
indirect labor costs, other manufacturing costs
Yang termasuk biaya non produksi adalah merchandise costs, marketing
costs serta research and development costs.
Untuk waktu pengakuan biaya menjadi beban diantaranya adalah:
18
a. Product costs merupakan biaya yang dibebankan pada barang atau jasa baik
yang diproduksi sendiri ataupun dbeli dari luar untuk dijual kembali.
b. Period costs merupakan biaya yang diidentifikasikan berdasarkan periode
waktu dimana biaya tersebut terjadi.
Sedangkan menurut Horngren, Foster dan Datar (2003:47) penggolongan
biaya terdiri dari:
1. Business function yang terdiri dari research and development, design of products, services or processes, production, marketing, distribution, customer service
2. Assignment to a cost object yang terdiri dari indirect costs and direct costs 3. Behaviour pattern in relation to changes in the level of activity or volume terdiri dari variable costs, fixed costs 4. Aggregate or average terdiri dari total costs, unit costs 5. Assets or expenses terdiri dari inventoriable cost, period costs
Menurut Suryo (2002:21) biaya-biaya yang terdapat pada industi jasa
dalam hal ini hotel diantaranya yaitu :
a. Biaya langsung (Direct Expense)b. Biaya tak langsung (Indirect expense) c. Biaya tetap
d. Pajak penghasilan Biaya langsung adalah biaya-biaya yang terkendalikan dan menjadi
tanggung jawab manajer suatu departemen. Biaya ini sangat terpengaruh pada
penjualan. Biaya langsung terdiri dari : gaji dan upah, kesejahteraan karyawan,
komisi agen atau biro perjalanan, kontrak kebersihan, laundry, pakaian dinas
karyawan, perlengkapan operasi.
Biaya tak langsung adalah biaya-biaya yang normalnya tidak
terkendalikan dan tidak menjadi tanggung jawab manajer suatu departemen.
Biaya ini sedikit sekali terpengaruh pada penjualan dan umumnya disebut biaya
19
overhead. Biaya tak langsung terdiri dari : Biaya administrasi dan umum, biaya
pemasaran, biaya reparasi dan pemeliharaan, biaya listrik dan tenaga air, biaya
transportasi.
Beban tetap antara lain meliputi biaya-biaya sewa, pajak bumi dan
bangunan, asuransi, bunga bank dan depresiasi serta amortisasi.
Setelah semua biaya, baik harga pokok penjualan, biaya langsung, biaya
tak langsung, dan biaya tetap dikurangkan dari total penghasilan maka akan
diperoleh laba sebelum pajak. Setelah dikurangi dengan pajak penghasilan maka
akan diperoleh angka laba bersih.
2.4 Beban
2.4.1 Pengertian Beban
Polimeni, Fabozzi dan Adelberg (1991: 14) mengatakan bahwa: “expense
is defined as a cost that has given a benefit and is now expired.”
Sedangkan menurut Maher (1997:28) berpendapat bahwa:
It is important to distinguish cost from expense. An expense is a cost charged against revenue in accounting period; hence , expenses are deducted from revenue in that accounting period. Acost is a sacrifice of resources regardless of whether it is accounted for as an asset or expense. If it is recorded as an asset (for example, prepaid rent from an office building ) it becomes an expense when the asset has been consumed.
Dan beban menurut Hendriksen sebagaimana dikutip oleh Sinaga dalam
bukunya Teori Akuntansi (1993:177) menyatakan bahwa :
Beban adalah penggunaan atau pemakaian barang dan jasa didalam proses mendapatkan pendapatan. Beban merupakan habisnya (expirations) jasa faktor yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan pembuatan dan penjualan produk perusahaan.
20
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa istilah beban merupakan
konsep arus yang menggambarkan perubahan yang tidak menguntungkan dalam
sumber daya perusahaan, namun tidak semua perubahan yang tidak
menguntungkan tersebut termasuk beban.
2.3.2 Klasifikasi Beban
Menurut Hendriksen (1993:177) secara umum beban dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Beban yang dapat dihubungkan langsung dengan pendapatan. Beban yang
termasuk dalam kelompok ini harus dilaporkan dalam periode diakuinya
pendapatan, seperti misalnya harga pokok penjualan, komosi penjualan.
2. Beban yang berhubungan dengan periode terjadinya.
Beban ini tidak mempunyai hubungan langsung dengan produk perusahaan.
Pembebanan pada periode terjadinya dilakukan mengingat beban tersebut
memberikan manfaat pada periode berjalan atau karena beban tersebut sudah
tidak memberikan manfaat untuk masa-masa mendatang, contohnya: gaji
pegawai administrasi, alat-alat tulis dan keperluan kantor. Termasuk dalam
kelompok ini adalah beban yang timbul dari alokasi biaya secara sistematis
sepanjang periode yang memperoleh manfaat.
21
2.5 Strategi
2.5.1 Pengertian Strategi
Suatu perusahaan membutuhkan tujuan dalam bentuk pernyataan atau
rumusan yang menunjukkan kegunaan atau alasan keberadaan perusahaan
tersebut. Pernyataan atau rumusan ini berfungsi untuk menkoordinasi, menuntun,
dan memberikan arah bagi para anggota perusahaan. Tanpa tujuan yang luas,
stabil dan berjangka panjang, manajer dan karyawan tidak memiliki kepastian dan
tidak tahu apa yang harus dilakukan dan mengapa mereka perlu melakukan
sesuatu. Tujuan dapat dicapai melalui berbagai cara. Untuk mengkoordinasi
kegiatan-kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan, perusahaan
mengembangkan strategi-strategi guna menunjukkan jalan yang dikehendaki
manajemen dalam mencapai tujuan. Pengertian strategi menurut Supriyono
(1991:274) dalam bukunya Akuntansi Manajemen I adalah sebagai berikut:
“Strategi adalah satu kesatuan rencana perusahaan yang komprehensif dan
terpadu yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan.”
2.5.2 Manfaat Strategi
Menurut Supriyono (1991:275) strategi yang disusun dengan baik
memiliki beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut :
1. Strategi merupakan cara untuk mengantisipasi masalah-masalah dan
kesempatan-kesempatan masa depan pada kondisi perusahaan yang berubah
dengan cepat.
22
2. Strategi dapat memberikan tujuan dan arah perusahaan di masa depan dengan
jelas kepada semua karyawan.
3. Strategi membuat tugas para eksekutif puncak menjadi lebih mudah dan
kurang beresiko.
4. Strategi memonitor apa yang dikerjakan dan terjadi didalam perusahaan, dapat
memberikan sumbangan terhadap kesuksesan perusahaan atau mengarah ke
kegagalan.
5. Memberikan informasi kepada manajemen puncak didalam merumuskan
tujuan akhir di perusahaan dengan memperhatikan etika mayarakat dan
lingkungannya.
6. Strategi dapat membantu praktek-praktek manajer.
7. Perusahaan yang menyusun strategi lebih efektif dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak menyusun strategi.
2.6 Target Costing
Pengendalian biaya yang paling efektif terjadi pada tahap perencanaan dan
desain. Pengendalian biaya ini bukan dilakukan ketika produk dan proses telah
selesai didesain atau ketika produk sedang dibuat. Kaplan dan Atkinson
(1998:224) menjelaskan mengenai target costing sebagai berikut: “Target costing
is a management tool that planners use during product and process design to
drive improvement efforts aimed at reducing the product’s future manufacturing
costs.”
23
Target costing ini digunakan pada tahap planning (perencanaan) dan
desain dengan menentukan target biaya yang diperlukan untuk memproduksi dari
sebuah produk.
Sangat penting untuk mengetahui kapan terjadinya locked in cost, karena
ketika suatu produk telah melewati tahap-tahap yang lain (tahap produksi, tahap
menjual) biaya yang telah terjadi akan sulit untuk dikurangi karena biaya yang
telah terlocked-in. Yang dimaksud dengan locked in cost adalah biaya-biaya yang
meskipun belum terjadi , tetap akan terjadi karena sudah diputuskan pada tahap
perencanaan dan desain.
Dalam menerapkan target costing, perlu diperhatikan lima langkah utama
seperti yang dikemukakan oleh Blocher, Chen, dan Lin (2002:156):
1. Determine the market price 2. Determine the desired profit 3. Calculate the target cost at market price less desired profit 4. Use value engineering to identify ways to reduce product cost 5. Use kaizen costing and operational control to further reduce costs
Pertama dimulai dengan menentukan harga jual suatu produk atau disebut
juga target price. Target price ditentukan dengan mengetahui tingkat harga jual
yang berani dibayar oleh konsumen akan suatu produk. Selain itu dapat pula
ditentukan dengan melihat harga jual yang ditawarkan pesaing . Target price yang
ditetapkan perusahaan dapat sama dengan harga jual yang ditawarkan pesaing
atau bahkan lebih rendah dari harga jual pesaing.
Kedua , perusahaan akan menetapkan tingkat laba yang diinginkan , yang
disebut dengan target profit. Kaplan dan Atkinson (1998:225) mendefinisikan
target profit sebagai berikut: “ This target profit is the contribution that the
24
product is expected to make torward the organization’s business–sustaining
costs.”
Langkah ketiga adalah menentukan target cost. Target cost menurut
Kaplan dan Atkinson (1998:225) sebagai berikut: “…subtract a target profit from
the target selling price… The residual is the target cost, which is the focus of, and
the driving force behind, the product and process design efforts.”
Jadi dari target price yang telah ditentukan, dikurangi dengan target profit maka
akan diperoleh target cost, rumus yang sama dituliskan Blocher, Chen, dan Lin
Target cost merupakan keseluruhan biaya yang terjadi untuk menghasilkan suatu
produk.
Langkah keempat ini dilaksanakan jika suatu produk yang didesain setelah
dihitung biayanya, ternyata lebih besar dari target cost yang telah ditetapkan.
Untuk itu perlu dilakukan pengurangan biaya dengan menggunakan value
engineering . Value engineering didefinisikan Kaplan dan Atkinson (1998:224)
sebagai berikut: “Value engineering also known as value analysis is a systematic,
usually team based , approach to evaluating a product’s design in order to
identify alternatives that will improve the product’s value.”
Value engineering biasa digunakan dalam target costing untuk mengurangi biaya
produk dengan menganalisa fungsi-fungsi produk yang diinginkan konsumen.
Produk didesain dengan menambah fungsi yang baru atau mengurangi fungsi
produk yang telah ada, lalu mengestimasi antara fungsi yang ditampilkan pada
desain produk tersebut dengan biaya yang akan dikeluarkan . Jika biaya yang
25
akan dikeluarkan sama atau lebih kecil dari target cost, maka produk yang telah
didesain tersebut akan diproduksi. Bentuk yang umum dalam value engineering
lainnya adalah membuat beberapa desain produk dengan berbagai fungsi yang
berbeda dan besar biaya yang berbeda pula, ditambah benchmarking dan value
chain analysis, tim desain dapat mempersiapkan suatu desain produk yang
biayanya paling sesuai dengan target costing dan produknya dapat bersaing di
pasaran.
Langkah kelima dalam target costing yang diuraikan Blocher, Chen, dan
Lin adalah kaizen costing. Kaizen merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang
artinya continuous improvement (perbaikan terus-menerus). Kaizen muncul pada
tahap produksi agar pengaruh dari value engineering sesuai pada tempatnya.
Kaizen adalah aktivitas yang terus-menerus dilakukan untuk menemukan cara
baru guna mengurangi biaya pada tahap produksi dengan desain dan fungsi
produk yang sudah ada. Kaizen diperlukan karena harga jual suatu produk
diasumsikan akan stabil atau bahkan terus menurun akibat persaingan harga yang
ketat, sehingga perusahaan pelu melakukan pengurangan biaya produknya agar
dapat bersaing. Pengurangan pada tahap biaya ini adalah mengembangkan metode
produksi yang baru dan teknik manajemen yang baru seperti theory of constraints
dan total quality management untuk mengurangi biaya . Fokus dari kaizen
sebenarnya adalah prosesnya bukan pada produk itu sendiri. Contoh penerapan
kaizen yaitu : meningkatkan kinerja mesin sehingga mengurangi scrap,
meningkatkan proses setup, meningkatkan trining pada karyawan dan memberi
motivasi pada karyawan.
26
Dengan target costing, desain suatu produk dapat dimodifikasi sampai
tercapai target cost yang telah ditetapkan. Dari target cost yang didapat, didesain
produk dan proses produksinya. Dengan desain produksi yang telah dibuat, dapat
dihitung biaya produksi tersebut. Lalu dibandingkan apakah biaya dari produksi
yang didesain tersebut sesuai dengan target cost. Jika biaya produk yang didesain
sesuai dengan target cost maka produk tersebut diproduksi. Tetapi jika biaya
produk yang didesain tidak sesuai dengan target cost, produk dan proses produksi
akan didesain ulang sampai menghasilkan desain yang sesuai dengan target cost.
Konsep target costing ini mudah untuk ditetapkan namun sulit untuk
dilaksanakan. Karena bagian desain akan terus mendesain produknya dan proses
sampai diperoleh biaya yang diinginkan yang sama dengan atau dibawah target
cost yang telah dihitung. Jika tidak ada kemungkinan tercapainya target cost,
maka produk tidak akan diluncurkan. Hal ini disebabkan karena target cost
tersebut menggambarkan tingkat biaya yang harus dicapai agar target price
terpenuhi dan apa yang diharapkan perusahaan pun (target profit) terpenuhi. Jika
hal tersebut tidak dapat tercapai berarti desain produk tersebu tidak dapat
digunakan.
Yang tidak dapat terlepas dari target costing adalah perhitungan life-cycle
cost suatu desain produk. Perhitungan life-cycle cost untuk suatu desain produk
perlu dilakukan agar suatu produk tidak hanya dapat menutup seluruh life-cycle
cost nya tetapi menyediakan laba yang dapat diterima perusahaan. Tahapan life-
cycle cost yang dimaksud Horngren, Foster dan Datar (2003:425) : “Product life-
27
cycle spans the time from initial R&D on a product to when customer servicing
and support is no longer offered that product.”
Biaya life-cycle yang terjadi meliputi kegiatan produksi, pemasaran,
distribusi sampai customer service. Semua biaya ini sudah terlocked-in pada tahap
desain, karena itu target costing perlu memperhatikan banyaknya biaya yang akan
terjadi dalam baberapa tahun mendatang selama life-cycle suatu produk akan
berlangsung. Jika desain produk yang dihasilkan tidak baik, akan banyak biaya
yang dikeluarkan selama tahap-tahap diatas berlangsung.
Target costing merupakan sebuah perubahan terhadap pola pikir selama
ini, serta merupakan kunci jangka panjang bagi kelangsungan hidup, pertumbuhan
dan kemakmuran suatu perusahaan dalam lingkungan yang kompetitif dan terus
menerus berubah ini. Dengan target costing, perusahaan dapat merancang sebuah
produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen sekaligus dapat
mencapai target laba perusahaan secara simultan, karena target costing
mempertimbangkan seluruh biaya produk dalam siklus hidup produk, dan
bertujuan untuk menurunkan biaya total sebuah produk
Target costing adalah sebuah proses untuk menentukan dan mencapai
pada suatu biaya total pada saat dimana sebuah produk yang telah diusulkan dapat
menghasilkan keuntungan dan mengantisipasi harga penjualan di masa depan.
Target costing merupakan estimasi biaya produk atau jasa jangka panjang yang
kalau dijual memungkinkan perusahaan mencapai laba yang ditargetkan.
Sedangkan menurut Anthony, Rajiv, Robert, S. Mark (1997:614) target costing
28
adalah : “A target cost is the difference between the target selling price and the
target profit margin.”
Dan menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Manajemen (1993:34)
mengatakan bahwa : “Target cost adalah perbedaan antara harga jual produk atau
jasa yang diperlukan untuk mencapai pangsa pasar (market share) tertentu dengan
laba per satuan yang diharapkan.” Berdasarkan hal di atas , maka pada umumnya
nilai target cost berada di bawah taksiran nilai perhitungan biaya produksi. Pada
perusahaan dengan jenis usaha konstruksi, biaya produksi umumnya dihitung
dengan menggunakan metode full product costing. Keadaan tersebut menuntut
perusahaan untuk menyesuaikan biaya produksi yang dikeluarkan sehingga
mencapai target cost yang ditentukan dan itu berarti terjadi penekanan biaya.
Menurut situs www.itpin.com target costing dapat membantu dalam :
1. Menjamin produk sesuai dengan kebutuhan konsumen. 2. Menyesuaikan biaya dari suatu produk dengan keinginan
konsumen yang nantinya akan membeli produk tersebut. 3. Mengurangi development cycle dari produk. 4. Mengurangi biaya produk. 5. Meningkatkan kerjasama diantara semua internal suatu
organisasi memikirkan, memasarkan, merencanakan, mengembangkan, membuat, menjual, mendistribusi, dan meng-install sebuah produk.
6. Mengikutsertakan konsumen dan supplier untuk mendesain produk dan lebih meningkatkan integrasi pada keseluruhan supply chain.
Berdasarkan situs www.itpin.com target costing memiliki beberapa tahap
diantaranya yaitu :
a. Define the product b. Set the target c. Achieve the target d. Maintain Competitive Cost
29
Bagian define the product ini menentukan produk atau jasa apa yang akan
dijual. Penentuan produk atau jasa juga memperhitungkan kondisi pasar, misalnya
konsumen yang akan membeli produk atau menggunakan jasa yang akan dijual,
serta menganalisis kebutuhan pasar.
Bagian set the target ini membahas tentang target-target yang akan dicapai
pada saat jasa dijual ke pasar, dimana pada bagian ini perusahaan menganalisis
kemungkinan harga jual suatu jasa.
Bagian achieve the target ini memfokuskan kepada bagaimana target-
target yang dibuat dapat tercapai.
Bagian maintain competitive cost ini membahas tentang bagaimana jasa
yang dijual dapat menguasai pasar dan dapat menyaingi pesaing-pesaingnya.
Louderback dan Holmen (2003:40) berpendapat bahwa:
Some companies use a planning technique called target costing to help decide whether to enter a new market or bring out a new product. The essence of target costing is to determine how much the company can spend to manufacture and market a product, given a target profit.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa target costing
merupakan proses perusahaan dalam menciptakan dan memasarkan produk atau
jasa guna mencapai tujuan perusahaan yaitu mendapatkan laba.
2.7 Target Pricing
Pada dasarnya harga jual produk yang ditentukan oleh suatu perusahaan
merupakan target price. Karena menurut Anthony, Welsch dan Reece dalam
bukunya “fundamental of management accounting” (1985:110), disebutkan
30
bahwa target price adalah : “The selling price of a productshould be enough (1) to
recover its direct cost, (2) to recover a fair share of all applicable indirect costs,
and (3) to yield a satisfactory profit..”
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa target price merupakan
harga jual produk suatu perusahaan yang akan dibayar oleh konsumen. Dimana
harga tersebut juga dapat menutup seluruh pengeluaran perusahaan dalam
memproduksi produk tersebut serta mampu memberikan keuntungan yang cukup
memuaskan bagi pihak perusahaan.
Horngren, Foster, dan Datar (2003:415) mengemukakan pendapatnya
mengenai target price: “the estimad price for a product or service that potential
customers will pay.”
Jadi dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa target price adalah
harga perkiraan dari suatu barang atau jasa yang mau dibayarkan oleh konsumen
potensial.
Horngren, Foster, dan Datar (2003:416) juga mengemukakan empat
langkah penting dalam mengembangkan target price dan target cost, yaitu:
1. Develop a product that satisfies needs of potensial customers 2. Choose a target price 3. Derive a target cost per unit by subtracting target operating
become unit from the target price 4. Perform value engineering to achieve target cost value engineering
2.8 Analisis Penerapan Target Costing Untuk Pencapaian Target Pricing
Kamar
Target costing adalah sebuah proses untuk menentukan dan mencapai
pada suatu biaya total pada saat dimana sebuah produk yang telah diusulkan dapat
31
menghasilkan keuntungan dan mengantisipasi harga penjualan di masa depan.
Target costing yang diterapkan perusahaan jasa dalam hal ini hotel lebih dilihat
berdasarkan pada faktor lingkungan eksternal dan estimasi biaya, seperti
competitor, banyaknya pelanggan, situasi yang sedang terjadi serta biaya yang
akan dikeluarkan. Pihak hotel akan menitikberatkan pada strategi apa yang akan
diterapkan agar tujuan hotel dapat tercapai dan mengantisipasi keadaan yang akan
terjadi.
Target pricing merupakan harga jual produk atau jasa yang akan dibayar
oleh konsumen. Harga kamar yang telah ditetapkan pihak hotel adalah hasil akhir
dari target costing. Target costing yang diterapkan pihak hotel akan menghasilkan
price kamar yang menurut hotel sudah tepat. Apabila dari price kamar tersebut
hotel mendapatkan keuntungan atau sesuai target yang diinginkan, maka dapat
dikatakan bahwa, hotel telah mencapai target pricing.
�
�
���
�
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah target costing dan target pricing
perusahaan. Aktivitas penelitian dilaksanakan pada Hotel Imperial Aryaduta yang
berlokasi di Jl. Boulevard Jend. Sudirman, Lippo Karawaci.
Hotel Imperial Aryaduta merupakan satu-satunya hotel bintang lima yang
berada di wilayah Kota Tangerang. Saat ini Hotel Imperial Aryaduta menetapkan
harga kamar berdasarkan intuitive, yaitu berdasarkan keadaan pasar, situasi yang
terjadi dan tingkat inflasi. Hotel Imperial Aryaduta memiliki acuan dalam
menetapkan harga yang dikenal dengan istilah publish rate. Publish rate
merupakan harga acuan yang ditetapkan pada saat hotel ini berdiri, dan
diusahakan agar harga kamar yang ditetapkan tidak lebih kecil dari publish rate.
Hotel Imperial Aryaduta tidak terpengaruh akan adanya competitor, tetapi
harga yang ditetapkan sebanding dengan fasilitas yang diberikan. Setiap tahun
Hotel Imperial Aryaduta akan selalu menaikkan harga kamar sekitar 20% tetapi
tetap memperhatikan faktor lainnya, salah satunya adalah apakah dengan harga
tersebut jumlah pelanggan yang menginap semakin bertambah atau tidak.
Harga kamar pada Hotel Imperial Aryaduta akan mengalami perbedaan
harga pada saat hari libur atau high season, seperti liburan sekolah, liburan akhir
tahun, atau hari besar agama. Biasanya mereka akan manaikkan harga atau
memberikan diskon khusus.
�
�
���
�
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Metode Penelitian yang Digunakan
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dan
metode studi kasus. Metode deskriptif analisis menurut Nazir (2003:54) adalah
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Metode deskriptif analisis bermanfaat untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi pada situasi terkini dengan tujuan utama membuat
gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Sedangkan metode studi kasus
menurut Maxfield yang dikutip oleh Nazir (2003:177) adalah metode penelitian
tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau
khas dari keseluruhan personalitas Metode studi kasus ini digunakan untuk
memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta
karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang
kemudian dari sifat-sifat khas diatas akan dijadikan suatu hal yang umum.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis dan indikator
dari variabel yang terkait dalam penelitian. Sesuai dengan judul dari skripsi yang
dibuat oleh penulis, yaitu: “Analisis Penerapan Target Costing Untuk Pencapaian
Target Pricing Kamar ”, maka terdapat dua variabel yang dapat diidentifikasi
dalam penelitian, diantaranya:
�
�
���
�
1. Target Costing (Variabel Independen)
Target Costing merupakan variabel bebas atau independent variable.
Variabel bebas atau independent variable adalah suatu variabel yang
keberadaanya akan mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya
dependent variable (terikat).
Target Costing adalah sebuah proses untuk menentukan dan mencapai
pada suatu biaya total pada saat dimana sebuah produk yang telah
diusulkan dapat menghasilkan keuntungan dan mengantisipasi harga
penjualan di masa depan. Indikator dari target costing diantaranya yaitu:
define the product, set the target, achieve the target, dan maintain
competitive cost.
2. Target Pricing (Variabel Dependen)
Target Pricing merupakan variabel terikat atau dependent variable.
Variabel terikat atau dependent variable adalah suatu variabel yang
keberadaannya dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel
bebas.
Target Pricing adalah harga perkiraan dari suatu barang atau jasa yang
mau dibayarkan oleh konsumen potensial. Dimana harga tersebut juga
dapat menutup seluruh pengeluaran perusahaan dalam memproduksi
produk tersebut serta mampu memberikan keuntungan yang cukup
memuaskan bagi pihak perusahaan. Indikator dari target pricing adalah
pendapatan dan beban operasional.
�
�
���
�
3.2.3 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan analisis terhadap penerapan
target costing dan target pricing perusahaan apakah sesuai dengan teori-teori
dalam literatur. Kemudian dengan menggunakan metode penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya penulis akan menyajikan uraian penjelasan dari objek
penelitian tersebut.
Tahap-tahap yang ditempuh dalam pengolahan dan analisis data sesuai
dengan operasionalisasi variabel yang telah diterapkan, yaitu:
1. Menganalisis target costing yang diterapkan perusahaan melalui empat
perspektif yang memuat define the product, set the target, achieve the
target, maintain competitive cost melalui data yang ada dan wawancara
yang dilakukan. Dalam hal ini Hotel Imperial Aryaduta telah menerapkan
tahapan-tahapan target costing atau tidak.
2. Melakukan analisis terhadap target pricing yang telah ditetapkan Hotel
Imperial Aryaduta apakah dengan harga tersebut telah menghasilkan
keuntungan dan menutup pengeluaran atau beban operasional yang ada
berdasarkan laporan keuangan untuk satu tahun terakhir.
3. Menganalisis penerapan target costing dalam kaitannya dengan target
pricing kamar pada Hotel Imperial Aryaduta. Hal tersebut dilakukan
dengan cara melihat bagaimana proses menetapkan harga kamar Hotel
Imperial Aryaduta dan apakah dengan harga tersebut dapat mencapai
target yang telah ditetapkan atau mencapai keuntungan. Kemudian
menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan
�
�
���
�
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
penelitian dan berhubungan langsung dengan penelitian yang dilaksanakan.
Sedangkan data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh dari
objek penelitian maupun data sekunder eksternal yang berasal dari jurnal-jurnal,
majalah, maupun hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
Data-data yang penulis kumpulkan meliputi sejarah singkat perusahaan,
struktur organisasi perusahaan dan uraian pekerjaan, penerapan target costing,
laporan keuangan sebagai data pendukung untuk melakukan analisis terhadap
target pricing perusahaan, serta data pendukung lain yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti.
Data-data tersebut diperoleh melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Wawancara
Teknik ini dilaksanakan melalui tanya jawab secara langsung terhadap
pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah yang diteliti pada
perusahaan. Wawancara dilakukan guna mengumpulkan informasi
mengenai penerapan target costing pada Hotel Imperial Aryaduta dalam
kaitannya dengan target pricing serta untuk mengetahui informasi-
informasi lain yang berkaitan dengan objek yang diteliti.
�
�
���
�
2. Dokumentasi
Teknik ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data-data dengan
mencari dan mempelajari bahan-bahan yang berupa teori-teori, konsep dan
informasi yang diperlukan berkaitan dengan objek penelitian.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Awal berdirinya Hotel Imperial Aryaduta dikarenakan adanya kemampuan
PT Lippo Karawaci Tbk melihat peluang yang ada yaitu adanya kebutuhan pasar
akan tempat untuk menginap atau singgah sementara di wilayah Kota Tangerang.
Kota Tangerang merupakan daerah potensial untuk berbisnis karena
letaknya yang strategis dan dekat dengan Jakarta. Namun, sangat disayangkan
fasilitas yang disediakan pemerintah Kota Tangerang tidak sesuai harapan. Salah
satunya adalah tidak adanya tempat penginapan yang layak, sedangkan kebutuhan
pasar akan tempat menginap atau singgah sementara semakin meningkat. Hal ini
disebabkan adanya kejenuhan pasar dalam hal ini tamu hotel akan Kota Jakarta
yang semakin tidak nyaman. Mereka lebih memilih untuk tinggal sementara di
daerah sekitar Kota Jakarta, salah satunya adalah Kota Tangerang, walaupun
mereka bekerja di Kota Jakarta, tetapi masih dapat merasakan tinggal lebih
nyaman. Selain itu, apabila tamu hotel yang memang berniat untuk berwisata ke
Kota Tangerang, maka mereka pasti lebih ingin mencari tempat untuk menginap
sementara yang layak untuk ditempati, karena ingin merasakan kenyamanan
beristirahat.
Melihat fenomena ini, maka, PT Lippo Karawaci Tbk mendirikan hotel
yang berskala internasional dan berbintang lima, yaitu Hotel Imperial Aryaduta
39
yang bekerjasama dengan Aryaduta Grup. PT Lippo Karawaci Tbk merasa yakin
untuk mendirikan hotel ini dan akan mendapatkan keuntungan dikarenakan
memang tidak ada pesaing atau hotel bintang lima lainnya di Kota Tangerang.
Sampai saat ini memang terbukti bahwa Hotel Imperial Aryaduta masih
memegang peranan penting dalam industri perhotelan di Kota Tangerang. Hotel
Imperial Aryaduta merupakan satu-satunya hotel bintang lima di wilayah ini.
Hotel Imperial Aryaduta merupakan satu-satunya hotel bintang lima yang
berada di wilayah Kota Tangerang. Hotel Imperial Aryaduta dibangun sejak tahun
1993, dan selesai pada bulan September 1994. Hotel ini mulai beroperasi pada
tanggal 20 September 1994. Hotel ini diberi nama Imperial Century Hotel &
Resort dan dimiliki oleh PT Lippo Karawaci Tbk. Hotel ini dikelola oleh Century
International Hotels, PT Lippo Karawaci Tbk, pemilik Imperial Century Hotel &
Country Club telah mengambil alih manajemen menyusul berakhirnya kontrak
dengan Century International Hotels yang dimulai dari bulan Maret 2001 dan
berakhir pada bulan Desember 2002. Pemilik telah menamakan kembali
propertinya menjadi Imperial Aryaduta Hotel & Country Club sejak permulaan
tahun 2003.
Perubahan ini menjadikan empat hotel di Indonesia dibawah naungan
Hotel Aryaduta, yaitu Hotel Aryaduta Jakarta yang dikelola oleh Hyatt
International, Aryaduta Pekanbaru, Imperial Aryaduta Makassar dan Hotal
Imperial Aryaduta & Country Club. Selain hotel-hotel tersebut, Shima Japanese
Restaurant dan Shima-ya Japanese Restaurant juga termasuk dalam grup
Aryaduta. PT Lippo Karawaci Tbk tidak hanya bergerak dalam manajeman hotel
40
berbintang lima namun juga menangani manajemen golf course dan manajemen
business leisure lainnya.
Visi dari PT Aryaduta adalah menjadi hotel dan leisure group terkemuka
di Indonesia. Dengan portofolio terkini dari hotel, Golf Club, Country Club dan
restaurant, visi ini dapat menjadi kenyataan dalam waktu dekat.
Slogan baru dari Hotel Imperial Aryaduta & Country Club adalah
commited to you yang bermakna bahwa apapun yang ada di benak tamu tentang
Hotel Imperial Aryaduta & Country Club, dan apapun yang dijanjikan kepada
tamu, seluruh karyawan berniat dan sepenuh hati untuk melayani demi kepuasan
tamu. Setiap individu yang tergabung dalam Hotel Imperial Aryaduta telah
menunjukkan usaha terbaiknya untuk memegang komitmen pelayanan terhadap
tamu
4.1.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi dari Hotel Imperial Aryaduta terdiri dari divisi-divisi
yang dipimpin oleh pejabat setingkat Direktur (Executive Comitte), dibawahnya
terdapat beberapa departemen, yang dipimpin oleh Kepala Departemen, dibawah
departemen adalah seksi, dari beberapa seksi membawahi sub seksi.
Pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan tiap-tiap departemen
adalah sebagai berikut:
1. Departemen Administration & General
Tugas departemen ini adalah :
a. Membuat anggaran hotel
41
b. menyusun strategi secara konstan untuk lebih meningkatkan Hotel
Imperial Aryaduta.
2. Departemen Sales & Marketing
Tugas departemen ini adalah :
a. Merencanakan, mengontrol, mengkoordinasi, dan berpartisipasi
dalam semua kegiatan public relations, seperti mempromosikan
hotel, mengatur dan membuat peraturan dan prosedur hotel.
b. Membuat anggaran hotel.
3. Departemen Sport & Recreation
Tugas departemen ini adalah :
a. Memelihara dan mengatur segala macam fasilitas olahraga dan
area rekreasi hotel.
b. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada tamu hotel ketika
menggunakan semua fasilitas olahraga dan area rekrasi tersebut.
4. Departemen Finance & Accounting
Tugas departemen ini adalah :
a. Pengelolaan keuangan, seperti membuat laporan keuangan.
b. Mengaudit semua pendapatan hotel dan biaya-biaya yang
dikeluarkan hotel.
5. Departemen Security
Tugas departemen ini adalah :
a. Menjaga keamanan hotel agar tamu hotel merasa aman dan
nyaman.
42
6. Departemen Human Resources
Tugas departemen ini adalah pengelolaan sumber daya manusia yang
bekerja pada Hotel Imperial Aryaduta.
7. Departemen Food & Beverage Service
Tugas departemen ini adalah mengelola makanan untuk tamu hotel, seperti
restaurant atau penyediaan sarapan pagi.
8. Departemen Engineering
Tugas departemen ini adalah pada pengelolaan fasilitas hotel, baik
eksterior dan interior hotel, seperti listrik, area bermain, perlatan kamar
dan memastikan semuanya berada dalam keadaan baik.
9. Departemen Front Office
Tugas departemen ini adalah mengontrol dan mengawasi front office hotel
seperti melayani tamu ketika mendaftar untuk menginap.
10. Departemen Housekeeping
Tugas departemen ini adalah menjaga kebersihan hotel, terutama
kebersihan kamar agar tamu hotel merasa nyaman.
11. Departemen Laundry
Tugas departemen ini adalah mengatur dan menyediakan seragam untuk
para karyawan dan mengawasi penampilan mereka.
4.2 Penerapan Target Costing Pada Hotel Imperial Aryaduta
Target costing yang diterapkan pada Hotel Imperial Aryaduta adalah
sebagai berikut:
43
1. Melihat keadaan atau kebutuhan pasar, seperti fasilitas apa yang
diperlukan tamu hotel dan tidak dimiliki hotel lain, perekonomian negara
seperti inflasi, banyaknya tamu hotel yang menginap dan apabila terjadi
penurunan penjualan kamar, maka pihak hotel akan menetapkan strategi,
seperti memberikan potongan harga pada high season, seperti liburan
sekolah atau libur hari besar agama.
2. Dalam menetapkan harga, Hotel Imperial Aryaduta sangat mengacu pada
publish rates, dimana publish rates sudah ditetapkan pada awal berdirinya
hotel, dan nilai publish rates adalah konstan atau tidak mengalami
perubahan.
3. Harga yang ditetapkan Hotel Imperial Aryaduta diputuskan berdasarkan
harga hotel pusat, yaitu Hotel Imperial Jakarta.
4. Hotel Imperial Aryaduta melihat harga competitor, tapi untuk tahap ini,
pihak hotel tidak terlalu mempermasalahkannya, karena dapat dikatakan
Hotel Imperial Aryaduta telah menguasai pasar untuk bisnis perhotelan di
Kota Tangerang.
Lebih lanjut, penulis akan menjelaskannya menurut komponen-komponen
target costing yang seharusnya, diantaranya adalah define the product, set the
target, achieve the target, maintain competitive cost.
4.2.1 Define The Product
Define the product biasanya lebih melihat pada kondisi pasar, seperti apa
yang dibutuhkan pasar. Hotel Imperial Aryaduta dalam menetapkan harga melihat
44
keadaan pasar, yaitu dengan harga tersebut tamu hotel semakin bertambah atau
tidak, selain itu Hotel Imperial Aryaduta melihat keadaan atau situasi yang sedang
terjadi, misalnya ketika high season pihak hotel melakukan potongan harga, high
season disini adalah ketika liburan sekolah, liburan akhir tahun atau liburan hari
besar agama, kemudian keadaan perekonomian negara dapat berpengaruh,
misalnya inflasi.
4.2.2 Set The Target
Set the target membahas tentang target-target yang akan dicapai hotel,
dimana pada bagian ini hotel menganalisis kemungkinan harga yang akan
ditawarkan, dalam hal ini adalah harga kamar hotel. Hotel Imperial Aryaduta
menetapkan harga kamar berdasarkan harga yang sudah ditetapkan oleh pusat,
yaitu disesuaikan dengan harga kamar Hotel Aryaduta yang berlokasi di Kota
Jakarta.
Harga acuan tersebut mereka sebut dengan nama publish rates. Publish
rates muncul akibat perhitungan dari awal berdirinya hotel, dan diusahakan harga
yang ditetapkan ke depannya tidak melebihi publish rates tersebut. Setiap
tahunnya harga kamar pada hotel Aryaduta akan mengalami kenaikan sekitar
20%, kenaikan harga tersebut tetap harus memperhatikan kondisi pasar itu sendiri,
jika mengalami penurunan penjualan kamar maka pihak hotel akan mengambil
keputusan untuk menurunkan harga. Tetapi untuk saat ini, penjualan kamar Hotel
Imperial Aryaduta tidak mengalami penurunan yang signifikan.
45
4.2.3 Achieve The Target
Achieve the target ini memfokuskan kepada bagaimana target-target yang
dibuat dapat tercapai. Tamu hotel Imperial Aryaduta memiliki beberapa
segmentasi, yaitu: 1) Business Individual, dimana tamu ini ketika menginap
mengatasnamakan dirinya sendiri dan berasal dari kalangan pebisnis atau
pemerintah, 2)Business Group, dimana tamu hotel ini menginap
mengatasnamakan kelompok dan berasal dari kalangan pebisnis atau pemerintah,
3) Leisure Individual, dimana tamu hotel ini mengatasnamakan pribadi dan lebih
bersifat atau bertujuan untuk wisata atau liburan, 4) Leisure Group, dimana tamu
hotel ini mengatasnamakan kelompok dan bersifat atau bertujuan wisata atau
liburan.
Untuk mengembangkan target yang ada, maka pihak hotel akan
menetapkan langkah-langkah agar target yang diinginkan tercapai, salah satunya
adalah menetapkan harga kamar yang sesuai, agar tamu hotel tidak lari karena
merasa harga kamar yang ditetapkan tidak pantas.
Hotel Imperial Aryaduta mengembangkan kembali harga kamar yang
ditetapkan berdasarkan publish rates menjadi beberapa bagian disesuaikan dengan
segmentasi tamu hotel, diantaranya yaitu:
A. Segmentasi business individual terdiri dari:
1. Untuk Corporate, pihak hotel menetapkan harga kamar Deluxe sebesar
Rp. 610.000 sampai dengan Rp. 670.000, Signature room sebesar Rp.
820.000 sampai dengan Rp. 880.000, Business suite sebesar Rp.
1.000.000, Signature suite sebesar Rp. 1.300.000, Executive suite sebesar
46
Rp. 2.350.000, Presidential suite sebesar Rp. 3.500.000, Cabana suite
sebesar Rp. 1.000.000, Cabana Deluxe sebesar Rp. 720.000 sampai
dengan Rp. 780.000
2. FIT/Rack Rate, pihak hotel menetapkan harga kamar Deluxe sebesar Rp.
1.080.000 sampai dengan Rp. 1.160.000, Signature room sebesar Rp.
1.560.000 sampai dengan Rp. 1.640.000, Business suite sebesar Rp.
1.880.000, Signature suite sebesar Rp. 2.160.000, Executive suite sebesar
Rp. 3.240.000, Presidential suite sebesar Rp. 4.320.000, Cabana suite
sebesar Rp. 1.880.000, Cabana Deluxe sebesar Rp. 1.240.000 sampai
dengan Rp. 1.320.000
3. Pemerintah/Diplomat, pihak hotel menetapkan harga kamar Deluxe
sebesar Rp. 650.000, Signature room sebesar Rp. 1.000.000, Business
suite sebesar Rp. 1.100.000, Signature suite sebesar Rp. 1.500.000,
Executive suite sebesar Rp. 2.500.000, Presidential suite sebesar Rp.
4.000.000, Cabana suite sebesar Rp. 1.100.000, Cabana Deluxe sebesar
Rp. 850.000
4. Tamu yang tinggal lama, pihak hotel menetapkan harga kamar Deluxe
sebesar Rp. 738.100 sampai dengan Rp. 810.700, Signature room sebesar
Rp. 992.200 sampai dengan Rp. 1.064.800, Business suite sebesar Rp.
1.210.000, Signature suite 1.573.000, Executive suite sebesar Rp.
2.843.500, Presidential suite sebesar Rp. 4.235.000, Cabana suite sebesar
Rp. 1.210.000, Cabana Deluxe sebesar Rp. 871.200 sampai dengan Rp.
943.800
47
5. Promotion (others), pihak hotel menetapkan harga kamar Deluxe sebesar
Rp. 450.000
B. Segmentasi Business Group terdiri dari :
1. Corporate/incentive, pihak hotel menetapkan harga kamar Deluxe sebesar
Rp. 525.000 sampai dengan Rp. 560.000, Signature room sebesar Rp.
845.000 sampai dengan Rp. 1.000.000, Business suite sebesar Rp. 745.000
sampai dengan Rp. 900.000, Signature suite sebesar Rp. 995.000 sampai
dengan Rp. 1.200.000, Cabana suite sebesar Rp. 645.000 sampai dengan
Rp. 800.000, Cabana Deluxe sebesar Rp. 745.000 sampai dengan Rp.
900.000
2. Travel agent, pihak hotel menetapkan harga kamar Deluxe Rp. 500.000,
Signature room Rp 845.000 sampai dengan Rp. 1.000.000, Business suite
sebesar Rp. 645.000 sampai dengan Rp. 800.000, Signature suite sebesar
Rp 895.000 sampai dengan Rp. 1.100.000, Cabana suite Rp. 545.000
sampai dengan Rp. 700.000, Cabana deluxe sebesar Rp. 645.000 sampai
dengan Rp. 800.000
3. Pemerintah/diplomat, pihak hotel menetapkan harga kamar Deluxe sebesar
Rp. 500.000, Signature room Rp 845.000 sampai dengan Rp. 1.000.000,
Business suite sebesar Rp. 645.000 sampai dengan Rp. 800.000, Signature
suite Rp 895.000 sampai dengan Rp. 1.100.000, Cabana suite Rp. 545.000
sampai dengan Rp. 700.000, Cabana deluxe sebesar Rp. 645.000 sampai
dengan Rp. 800.000
C. Segmentasi Leisure individual terdiri dari:
48
1. Individual Tour, pihak hotel menetapkan harga kamar Deluxe Rp.
550.000 sampaI dengan Rp. 600.000, Signature room Rp 775.000 sampai
dengan Rp. 825.000, Business suite sebesar Rp. 950.000, Signature suite
sebesar Rp 1.250.000, Executive suite sebesar Rp. 2.250.000, Presidential
suite sebesar Rp. 3.350.000, Cabana suite sebesar Rp. 950.000, Cabana
deluxe sebesar Rp. 675.000 sampai dengan Rp. 725.000
2. Hotel Package, pihak hotel menetapkan harga kamar Deluxe sebesar Rp.
450.000 sampai dengan Rp. 800.000, Business suite sebesar Rp850.000
sampai dengan Rp. 1.250,000, Cabana suite Rp. 850.000 sampai dengan
Rp. 1.250.000, Cabana
deluxe sebesar Rp. 650.000 sampai dengan Rp.950.000
D. Segmentasi Leisure Group terdiri dari:
1. Group Tours, pihak hotel menetapkan harga kamar Deluxe sebesar Rp.
400.000 sampai dengan Rp.450.000, Signature room sebesar Rp850.000
sampai dengan Rp.920.000, Business suite sebesar Rp.600.000 sampai
dengan Rp. 650.000, Signature suite sebesar Rp 1.350.000, Cabana suite
Rp. 600.000 sampai dengan Rp. 650.000, Cabana deluxe sebesar Rp.
500.000 sampai dengan Rp. 550.000
Harga-harga kamar yang telah ditetapkan diatas tetap mengacu pada
publih rates Hotel Imperial Aryaduta dengan perhitungan potongan harga sebesar
20% hingga 60% dari publish rates. Publish rates akan selalu konstan dari tahun
ke tahun, tanpa mengalami perubahan. Adanya perbedaan harga pada tiap segmen
dan dengan tipe kamar yang sama dikarenakan pihak hotel melihat dari kondisi
49
pasar atau kemampuan tamu hotel, seperti melihat budget tamu hotel atau tamu
hotel bersifat business oriented, banyaknya tamu hotel yang datang, semakin
banyak tamu yang datang, maka pihak hotel akan memberikan dan menetapkan
harga yang lebih rendah, selain itu Hotel Imperial Aryaduta melihat tamu hotel
berasal dari daerah asalnya, luar negeri atau dalam negeri, jika dalam negeri maka
pihak hotel akan memberikan harga yang murah. Tidak ada perhitungan secara
spesifik, tetapi pihak hotel lebih melihat dari keadaan yang sedang terjadi saja dan
mengacu pada strategi marketing saja.
Selain itu untuk mencapai target yang diinginkan Hotel Imperial Aryaduta
melakukan analisis produk yang dikenal dengan istilah S.W.O.T ( Strength,
Weakness, Opportunities and Threats), yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Strength:
1. Merupakan satu-satunya hotel bintang lima di kota Tangerang dengan
standar Internasional untuk bisnis, wisata
2. Suasana yang nyaman karena ditanami lebih dari 100.000 pohon
3. Memiliki air bersih
4. Memiliki fasilitas yang sangat lengkap
5. Sangat aman dan pelayanan yang memuaskan, dan lain-lain
b. Weakness:
1. Arsitektur bangunan luar tidak mencerminkan hotel bintang lima
2. Tidak ada jet pam di area umum
3. Tidak ada sambungan telepon di kamar mandi
4. Kamar yang kecil
50
5. Furniture, AC dan pencahayaan perlu perbaikan, dan lain-lain
c. Opportunities:
1. Paket pernikahan di taman melati
2. Pelayanan bus
3. Pelayanan VIP untuk helikopter
4. Karena dekat dengan lapangan Golf maka menyediakan program latihan
Golf, dan lain-lain
d. Threats:
1. Situasi politik yang tidak tentu
2. Pemerintah Banten lebih fokus pada daerah wisata Anyer
3. Isu terorisme yang mengakibatkan penurunan jumlah wisatawan karena
merasa tidak aman
4.2.4 Maintain Competitive Cost
Maintain competitive cost ini membahas tentang bagaimana jasa yang
dijual dapat menguasai pasar dan dapat menyaingi pesaing-pesaingnya. Hotel
Imperial Aryaduta memiliki strategi tersendiri untuk menguasai pasar, pihak hotel
akan melakukan analisis apa saja keunggulan dan kelemahan yang ada pada hotel-
hotel pesaingnya.
Competitor Hotel Imperial Aryaduta yang terdapat di wilayah Tangerang,
diantaranya adalah:
1. Hotel FM7, hotel ini merupakan hotel bintang tiga yang memiliki 134
kamar. Publish rates hotel ini berkisar Rp. 380.000 sampai dengan Rp.
51
700.000. Hotel ini berlokasi dekat dengan Bandara Soekarno Hatta. Target
pasar mereka adalah Grup Adhoc, dan orang-orang keturunan Cina, serta
tamu hotel yang hanya menginap satu harian saja, atau hanya untuk
singgah saja dan tidak untuk menginap dengan waktu lama.
2. Hotel Aston , dimana hotel ini merupakan hotel bintang empat yang masih
dalam masa pembangunan. Hotel Aston memiliki 400 kamar, yang
berlokasi dekat dengan tol Serpong. Hotel ini akan menjadi saingan utama
hotel Imperial Aryaduta, karena target pasar Hotel Aston adalah kalangan
pebisnis atau menengah ke atas, karena dari rancangan bangunan hotel
tersebut, Hotel Imperial Aryaduta melihat Hotel Aston akan membangun
kamar yang sangat baik dan desain yang memang pasar kalangan
menengah atas dan pebisnis inginkan.
Competitor Hotel Imperial Aryaduta selain hotel-hotel yang ada di wilayah
Kota Tangerang, hotel-hotel di luar kota Tangerang pun dijadikan acuan, terutama
dalam hal membandingkan harga kamar competitor tersebut, diantaranya adalah
sebagai berikut: Hotel Menara Peninsula yang memiliki publish rates sebesar Rp.
1.095.050, Hotel Novotel Bogor dengan publish rates sebesar Rp. 1.328.000,
Hotel Ciputra dengan publish rates sebesar Rp. 882.800, Hotel Sheraton Bandara
dengan publish rates sebesar USD 150, dan Sol Elite Marbella dengan publish
rates sebesar Rp. 1.391.500. Hotel Imperial Aryaduta memiliki publish rates
adalah sebesar Rp. 1.350.000 untuk single dan Rp. 1.450.000 untuk double.
Publish rates tersebut dilihat secara keseluruhan atau diakumulasikan dari
beberapa tipe kamar yang ada dan dianggap harga yang paling mahal..
52
4.3 Pencapaian Target Pricing Kamar Hotel Imperial Aryaduta
Target pricing kamar merupakan harga kamar yang telah ditetapkan hotel
dan akan dibayar konsumen dan dari harga tersebut akan menutupi segala
pengeluaran hotel dan mencapai keuntungan untuk hotel. Berikut ini adalah harga
acuan untuk menetapkan harga kamar hotel Imperial Aryaduta:
Sumber: Ikhtisar keuangan Hotel Imperial Aryaduta dan telah diolah kembali
Besarnya Beban Operasional tahun 2007 mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun 2006, yaitu sebesar Rp. 3.582.004.932 (data dapat
dilihat pada lampiran 3), hal ini disebabkan semakin meningkatnya harga
55
peralatan dan perlengkapan yang harus dipenuhi pihak hotel, seperti tv kabel,
peralatan komunikasi, dekorasi hotel, gaji karyawan yang meningkat atau adanya
penambahan karyawan, perawatan fasilitas hotel.
4.4 Penerapan Target Costing Untuk Pencapaian Target Pricing Kamar
Pada Hotel Imperial Aryaduta
Menurut analisis penulis, target costing yang sesuai untuk diterapkan
Hotel Imperial Aryaduta adalah melalui empat tahap yaitu: define the product, set
the target, achieve the target, maintain competitive cost.
Hotel Imperial Aryaduta melihat dari intuisi, seperti keadaan pasar yang
berarti dengan harga tersebut tamu hotel semakin bertambah atau tidak. Tidak ada
perhitungan keuangan secara spesifik mengenai penetapan harga kamar. Harga
kamar yang ditetapkan Hotel Imperial Aryaduta mengacu pada publish rates atau
standar harga yang ada. Publish rates berasal dari perhitungan awal berdirinya
hotel. Biasanya publish rates merupakan harga yang konstan. Hotel Imperial
Aryaduta mengacu juga pada keputusan pihak pusat yaitu Hotel Aryaduta Jakarta.
Biasanya industri perhotelan apabila menetapkan harga selalu melihat
competitor mereka, karena apabila hotel salah dalam mengambil langkah dan
menetapkan harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan hotel yang lainnya, tetapi
dengan fasilitas yang sama dengan competitor, maka kemungkinan tamu hotel
akan lebih tertarik untuk menginap di hotel yang menawarkan harga lebih rendah.
Hotel Imperial Aryaduta seperti yang telah dikemukakan sebelumnya
merupakan satu-satunya hotel bintang lima yang berstandar internasional yang ada
56
di Kota Tangerang, maka dapat dikatakan hotel tersebut telah menguasai pasar.
Dari situasi tersebut Hotel Imperial Aryaduta dapat memperkirakan harga yang
sesuai.
Setiap tahunnya Hotel Imperial Aryaduta menaikkan harga sekitar 20%,
dan dari kenaikan tersebut hingga saat ini pendapatan kamar hotel tidak
mengalami penurunan, yang berarti hotel tersebut selalu melebihi target yang
mereka inginkan. Dari harga kamar tersebut, keseluruhan pendapatan kamar dapat
menutupi beban operasional hotel. Dengan kata lain, target pricing dari kamar
telah mereka capai.
Hotel Imperial Aryaduta memiliki strategi untuk mengatasi penurunan
banyaknya tamu hotel yang menginap, yaitu apabila pada high season maka
dilakukan potongan harga, mengeluarkan inovasi terbaru untuk menawarkan
fasilitas yang lebih baik, dan meningkatkan pelayanan.
Dengan kata lain, target costing yang diterapkan Hotel Imperial Aryaduta
untuk pencapaian target pricing kamar memang telah sesuai dengan realisasinya,
karena harga kamar yang telah ditetapkan mampu menghasilkan pendapatan yang
mencapai keuntungan dan menutupi seluruh beban operasional hotel.
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1. Target costing yang diterapkan Hotel Imperial Aryaduta adalah sebagai
berikut:
a. Define the product, yaitu melihat keadaan atau kebutuhan pasar,
perekonomian negara, banyaknya tamu hotel yang menginap
b. Set the target, yaitu dalam menetapkan harga, Hotel Imperial Aryaduta
sangat mengacu pada publish rate dan diputuskan berdasarkan harga
kamar hotel pusat, yaitu Hotel Imperial Jakarta.
c. Achieve the target, dimana hotel membuat strategi dan membagi
segmentasi tamu hotel.
d. Maintain competitive cost, dimana Hotel Imperial Aryaduta melihat harga
competitor, tapi untuk tahap ini, pihak hotel tidak terlalu
mempermasalahkannya, karena dapat dikatakan Hotel Imperial Aryaduta
telah menguasai pasar untuk bisnis perhotelan di Kota Tangerang.
5.1.2. Target pricing pada Hotel Imperial Aryaduta telah tercapai. Dimana harga
kamar yang telah ditetapkan juga dapat menutupi seluruh pengeluaran hotel
serta mampu memberikan keuntungan yang cukup memuaskan bagi pihak
hotel. Besarnya pandapatan untuk tahun 2007 adalah sebesar Rp.
58
25.540.192.572, sedangkan beban operasionalnya adalah sebesar Rp.
4.192.070.751. Dari jumlah tersebut dapat diketahui bahwa target pricing
kamar telah tercapai, karena pendapatan menutupi beban operasional hotel.
Apabila target pricing kamar tidak tercapai maka Hotel Imperial Aryaduta
akan menetapkan strategi melakukan potongan harga kamar sebesar 10% pada
high season.
5.1.3. Dalam penerapan target costing sebagai proses untuk menetapkan harga
kamar pada hotel Imperial Aryaduta telah mencapai target pricing kamar,
karena Hotel Imperial Aryaduta mendapatkan keuntungan dan mampu
menutupi seluruh beban operasional hotel. Dengan kata lain, untuk saat ini
harga kamar yang telah mereka tetapkan melalui target costing yang mereka
terapkan sudah sesuai dengan yang diharapkan atau sudah tepat.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis ajukan guna mendukung penelitian selanjutnya
adalah:
Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah atau mengembangkan
variabel dan indikator target costing lainnya, contohnya strategi perusahaan
atau metode penetapan harga lainnya dan variabel serta indikator target
pricing lainnya yang tidak hanya terlalu mengacu pada pendapatan dan beban
operasional saja.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, A.A., R.D, Banker, R.S. Kaplan, S.M. Young. 2001. Management Accounting. Edisi 3. Upper Saddle River, New Jersey : Practice Hall International, Inc.
Atkinson, A.A., R.S. Kaplan. 1998. Advanced Management Accounting. Edisi 3. New Jersey : Prentice Hall, Inc.
Hilton, R.W. 1999. Managerial Accounting. Edisi 4. Boston : Irwin / Mcgraw – Hill, Co.
Horngren, C.T., S.M. Datar, G. Foster. 2003. Introduction to Management Accounting. Edisi 11. Upper Saddle River, New Jersey : Prentice Hall International, Inc.
Louderback III, J.G., J.S. Holmen. 2003. Managerial Accounting. South – Western : Thomson, Co.
Maher, M. 1997. Cost Accounting : Creativy Value for Management. Edisi 5. Chicago : Irwin / Mcgraw – Hill, Co.
Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Supriyono. 1991. Akuntansi Manajemen 3 : Proses Pengendalian Manajemen. Edisi 1. Yogyakarta : STIE YKPN